analisis nilai kerugian petani padi akibat … · sangat rentan terhadap kejadian variabilitas...
Post on 14-Mar-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI KERUGIAN PETANI PADI AKIBAT
VARIABILITAS CUACA DAN PROSES ADAPTASI YANG
DILAKUKAN OLEH PETANI (Studi kasus: Kabupaten Indramayu)
VYATRA PRATIWI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai
Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang
dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu) adalah benar karya
saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Vyatra Pratiwi
NIM H44110018
ABSTRAK
VYATRA PRATIWI. Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas
Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten
Indramayu). Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.
Indramayu merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang
sangat rentan terhadap kejadian variabilitas cuaca seperti cuaca ekstrim.
Variabilitas cuaca akan mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten
Indramayu yang merupakan salah satu sentra produksi pertanian terutama padi di
Provinsi Jawa Barat. Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan para petani
melakukan adaptasi terhadap variabilitas cuaca dengan maksud untuk mengurangi
kerugian yang diterima oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji
persepsi petani mengenai variabilitas cuaca, mengkaji dan mengidentifikasi
dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani
padi di Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca, serta mengkaji adaptasi
petani dalam menghadapi perubahan variabilitas cuaca. Penelitian ini
menggunakan 4 metode analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif dengan metode
likert, (2) analisis deskriptif dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani
padi, (3) analisis model regresi berganda, dan (4) analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perubahan pola curah
hujan dalam 10 tahun terakhir dan peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit
tanaman sangat dirasakan oleh petani. Total nilai kehilangan hasil padi akibat
variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp.
13.174.558 untuk setiap petani. Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas
cuaca tahun 2014 di Kabupaten Indramayu terbesar berada pada kelompok luas
lahan kurang dari 1 hektar yaitu sebesar 58,62%. Pendapatan rumah tangga petani
padi pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5
hektar terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumah tangga disektor
pertanian semakin rendah. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di
Kabupaten Indramayu untuk tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 64.551.024. Faktor-
faktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai kerugian petani padi terhadap
upaya strategi dan adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca adalah
umur tanam, musim dan ketinggian lahan.
Kata Kunci: Variabilitas Cuaca, Nilai Kerugian Petani, Kabupaten Indramayu,
Adaptasi Petani
ABSTRACT
VYATRA PRATIWI. Economic Losses Analysis of Rice Farmer due to Weather
Variability and Adaptation Process conducted by Farmer (Case Study:
Indramayu Regency). Supervised by RIZAL BAHTIAR.
Indramayu is one of area in West Java which is very susceptible to
weather variability such as extreme weather. Weather variability will affect
environmental conditions in Indramayu, which is one of agricultural center
producers, especially rice production. The variability of weather causes farmers
to adapt towards it in order to reduce economic losses received by farmers. The
objective of this study is to assess farmers' perceptions about weather variability,
to assess and identify the impact of weather variability on farming and household
activities of rice farmers in Indramayu, to identifying the factors was affect the
losses value of the rice yield due to the weather variability, and to review the
adaptation of farmers in facing weather variability that occurs in Indramayu. This
study implies three analysis methods, namely: (1) descriptive analysis with Likert
method, (2) descriptive analysis and household income analysis of rice farmers,
and (3) the multiple regression model analysis and (4) descriptive analysis.
The results of this study shows that the precipitation pattern change in the
last 5 years and the increasing number and type of plant pests and diseases are
suffered by farmers. The total losses value of the rice yield due to the weather
variability in Indramayu for 2014 is estimated at Rp. 13.174.558 for every
farmers. The total economic losses value of farmers due to weather variability in
2014 in Indramayu was the largest in the group of the land area which is less
than 1 hectare equals to 58.62%. Household income of rice farmers in that group
which was more extensive was more than 1.5 hectares with a tendency that the
contribution of household incomes in the agricultural sector became lower. The
total average of household income of rice farmers in Indramayu for 2014 was Rp.
64.551.024. The real factors effected on the losses value of rice farmers toward
the effort and the adaptation strategy in facing weather variability were planting
age, seasons, and land altitude.
Keywords: Economic losses of farmers, farmer adaptation, Indramayu, weather
variability
ANALISIS NILAI KERUGIAN PETANI PADI AKIBAT
VARIABILITAS CUACA DAN PROSES ADAPTASI YANG
DILAKUKAN OLEH PETANI (Studi kasus: Kabupaten Indramayu)
VYATRA PRATIWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi
Nama NIM
Tanggal Lulus:
Anali sis Ni lai Kerugian Petani Akibat Va1iabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dil akukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu) Vyatra Pratiwi H441 10018
Disetujui oleh
/-----7 \. \_ CJr~ ~
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
1 2 AUG 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua tercinta yaitu Bapak Agus Haryanto dan Ibu Nurmala serta
Kakak Desy, Kakak Yanti, dan Kakak Tian yang selalu memberikan doa,
kasih sayang, semangat, dukungan, dan masukan kepada penulis.
2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,
arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu,
bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di
ESL.
4. Seluruh petani Kabuapaten Indramayu.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Indramayu, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Stasiun Jatiwangi
6. Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Dian, Finda, Ai Puspa, Munawaroh,
Afri, Fadlan, Denanda atas semangat, saran, dan bantuan selama
menyelesaikan skripsi ini.
7. Septian Dwi Pujiyanto yang telah membantu, memberikan dukungan, doa,
saran, dan semangatnya.
8. Sahabat-sahabat Yuni, Astari, Rani, Nia, Astrid, Vita, Nanda yang selalu
memberikan dukungan, doa, kebersamaan, dan motivasi.
9. Teman-teman di Departemen ESL Bibah, Teguh, Intan, Rayyan, Oci, Uyun,
Adit, Luthfi, dan teman-teman ESL 48 lainnya atas berbagi kebersamaan,
semangat, dan bantuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses
Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu)”.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kerugian
ekonomi yang dirasakan petani Kabupaten Indramayu akibat variabilitas cuaca
serta proses adaptasi yang dilakukan oleh petani. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan agar dapat menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis sepenuhnya menyadari
bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, diharapkam kritik
dan saran untuk kesempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015
Vyatra Pratiwi
H44110018
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Ekonomi Variabilitas Cuaca ............................................................ 9
2.2 Pengertian Variabilitas Cuaca ......................................................... 10
2.2.1 Dampak Perubahan Pola Curah Hujan dan Kejadian Cuaca
Ekstrim ................................................................................ 11
2.2.2 Dampak Sumberdaya Lahan dan Air .................................. 12
2.3 Persepsi Petani Terhadap Variabilitas Cuaca .................................. 14
2.4 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Hasil Produksi, Input dan
Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi .......................................... 15
2.5 Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca ................. 17
2.5.1 Perubahan Pola Tanam Sebagai Upaya Adaptasi terhadap
Variabilitas Cuaca .............................................................. 18
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 19
3. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 21
4. METODE PENELITIAN ........................................................................... 25
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 25
4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 26
4.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 26
4.4.1 Analisis Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca ............. 27
4.4.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani
dan Rumah Tangga Petani Padi ......................................... 28
4.4.2.1 Perubahan Produktivitas Padi Akibat
Variabilitas Cuaca .............................................. 28
4.4.2.2 Nilai Kerugian Petani Padi Akibat
Variabilitas Cuaca ............................................... 29
4.4.2.3 Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
terhadap Variabilitas Cuaca ................................ 30
4.4.3 Strategi dan Adaptasi Petani Dalam Menghadapi
Variabilitas Cuaca ............................................................... 31
4.4.3.1 Model Regresi Berganda ..................................... 31
4.4.4 Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca ....... 37
5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ....................................................... 39
5.1 Keadaam Umum Lokasi Penelitian .................................................. 39
5.2 Karakteristik Usaha Tani Responden ............................................... 40
5.2.1 Tingkat Usia ......................................................................... 41
5.2.2 Lama Pendidikan .................................................................. 42
5.2.3 Luas dan Status Kepemilikan Lahan .................................... 42
5.2.4 Lama Bertani ........................................................................ 43
6. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 45
6.1 Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca ............................................... 45
6.1.1 Persepsi Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca ................ 45
6.1.2 Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca ........... 47
6.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan
Rumah Tangga Petani Padi .............................................................. 49
6.2.1 Perubahan Produktivitas ...................................................... 50
6.2.2 Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca ........ 50
6.2.3 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi ................ 51
6.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi dan
Adaptasi Petani Padi dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca .......... 54
6.3.1 Analisis Regresi Berganda ..................................................... 54
6.4 Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca .................. 58
6.4.1 Implikasi Kebijakan Adaptasi .............................................. 60
7. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 63
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 63
7.2 Saran ................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ........................................................................................................ 71
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 97
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada
tahun 2050 .................................................................................................... 3
2 Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada
tahun 2050 ............................................................................................... 4 3 Luas panen, produktivitas dan produksi padi tahun 2011 ....................... 5
4 Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca
(kekeringan) ............................................................................................ 13
5 Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca
(banjir) ..................................................................................................... 14
6 Jenis dan sumber data dalam penelitian .................................................. 25
7 Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian .......................... 26
8 Range skala penilaian ............................................................................. 27
9 Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2009-2014 .................. 39
10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2013 . 40
11 Wilayah studi penelitian ......................................................................... 41
12 Persepsi terhadap variabilitas cuaca ........................................................ 48
13 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas
cuaca ....................................................................................................... 48
14 Kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca (kekeringan dan kebanjiran)
di Kabupaten Indramayu tahun 2014 ...................................................... 50
15 Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten
Indramayu tahun 2014 ............................................................................ 51
16 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok
penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2014 ......................... 52
17 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok
penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu saat kondisi normal ........... 53
18 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di
Kabupaten Indramayu tahun 2014 .......................................................... 54
19 Adaptasi Petani terhadap Variabilitas Cuaca .......................................... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten
Indramayu 5 tahun terakhir ...................................................................... 6 2 Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan ............. 11
3 Perubahan panjang musim kemarau di seluruh Indonesia ........................... 12
4 Kerangka pemikiran ................................................................................ 23
5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia ....................................... 41
6 Karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan ............................... 42
7 Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ................. 43
8 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan .............. 43
9 Karakteristik responden berdasarkan lama bertani .................................. 44
10 Data curah hujan (mm) MH bulan Okober, November dan Desember
tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu ............................................. 46
11 Data curah hujan (mm) MH bulan Februari, Maret, dan April tahun
2004-2013 di Kabupaten Indramayu ....................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Kuesioner penelitian ................................................................................. 73
2 Curah hujan (mm) di Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013 .............. 80
3 Pendapatan rumah tangga petani padi Kabupaten Indramayu tahun
2014 .......................................................................................................... 90
4 Output regresi .......................................................................................... 94
5 Dokumentasi penelitian ............................................................................ 96
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Variabilitas cuaca merupakan isu yang menarik perhatian sangat besar dan
sangat luas. Hal ini terjadi karena variabilitas cuaca mempunyai dampak yang
sangat signifikan terutama terhadap berbagai aspek kehidupan makhluk hidup,
baik yang ada di daratan maupun yang hidup dalam air. Bahkan apabila kita tidak
dapat melakukan adaptasi dan mitigasi secara baik, bukan tidak mungkin suatu
saat akan dapat merubah berbagai sendi kehidupan (Riani 2012). Variabilitas
cuaca dapat diidentifikasi melalui penyimpangan atau anomali unsur-unsur iklim
seperti curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara dan angin
sebagai akibat pengaruh dari berbagai faktor pengendali iklim dalam skala global,
regional maupun lokal. Variabilitas cuaca dapat disebabkan karena faktor internal
yang lebih dikenal sebagai proses alam dan faktor eksternal sebagai akibat adanya
intervensi dari manusia. Faktor eksternal tersebut adanya perubahan perilaku
manusia yang mempengaruhi komposisi penggunaan lahan dan kondisi ekosistem.
Dampak dari adanya variabilitas cuaca yaitu naiknya permukaan air laut yang
dapat menimbulkan krisis dari berbagai dimensi ekonomi, sosial, lingkungan,
kesehatan masyarakat, dan produksi pangan.
Dampak variabilitas cuaca sudah dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat. Namun yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat yang
berada di kalangan bawah. Pertama, sumber nafkah sebagian masyarakat miskin
berada di sektor pertanian dan perikanan, sehingga sumber-sumber pendapatan
mereka sangat dipengaruhi oleh iklim. Kedua, sanitasi yang buruk mengakibatkan
banjir ketika curah hujan lebat, masyarakat akan terkena berbagai macam
penyakit seperti malaria, diare, kolera, demam berdarah, dan lain-lain. Ketiga,
cuaca yang berubah-ubah sering menyebabkan terjadinya gagal panen yang pada
akhirnya menyebabkan kekurangan pangan. Keempat, kekurangan persediaan air
akibat pola hujan yang berubah-ubah (Moediarta dan Stalker 2007).
Terdapat perbedaan antara variabilitas cuaca dengan perubahan iklim.
Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global. Adanya pemanasan global
tersebut dapat meningkatkan efek gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O dan
2
CFC. Peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut sangat tinggi terjadi pada
negara-negara maju dan berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang merasakan adanya peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut.
Perubahan iklim menyebabkan terjadinya variabilitas cuaca, yaitu keadaan
atmosfer dalam waktu singkat dan meliputi wilayah yang sempit. Adanya
variabilitas cuaca tersebut menunjukkan adanya peningkatan suhu udara,
perubahan pola curah hujan, peningkatan permukaan air laut dan peningkatan
frekwensi kejadian ekstrim, yaitu banjir dan kekeringan. Variabilitas cuaca
tentunya dapat merugikan banyak pihak terutama bagi petani yang memiliki usaha
tani di sektor pertanian.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan. Hal ini dapat dibuktikan melalui kontribusinya
dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan penyerapan
tenaga kerja. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan,
subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor
kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam
pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
bekerja sebagai petani (Sukanto 2011). Studi yang dilakukan Olesen dan Bidni
(2002), menunjukkan bahwa produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh
temperatur, variabilitas iklim, cuaca, proteksi hasil panen, dan kendala
manajemen. Menurut Handoko et al. (2008) pemanasan global juga berdampak
buruk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini dibuktikan bahwa
terjadi kenaikan suhu udara dan peningkatan kebutuhan air irigasi secara
signifikan berdampak pada penurunan produksi tanaman pangan strategis di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan wilayah lainnya di Indonesia.
3
Tabel 1. Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada
tahun 2050
No. Komoditas Produksi (Ton)
Penurunan Produksi Tahun
2050
2006 2010 2014 (ton) (%)
1. Padi 51.647.490 66.469.394 70.607. 231 10.473.764 20,3
2. Jagung 11.609.463 18.327.636 19.127.409 1.574.966 13,1
3. Kedelai 747.611 907.031 921.336 92.503 12,4
Sumber: Handoko et al. (2008), BPS
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Indonesia pada tahun 2050
diduga mengalami penurunan produksi pada komoditas padi sebesar 20,3%,
jagung 13,1%, dan kedelai 12,4%. Hal ini menyebabkan timbulnya biaya dan
risiko lingkungan, ekonomi, sosial, dan politik yang sangat besar jika
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mitigasi, adaptasi maupun
antisipasi.
Padi merupakan salah satu jenis sub sektor tanaman bahan pangan.
Produksi padi di Indonesia tahun 2010 mencapai 66,4 juta ton sedangkan pada
tahun 2011 mencapai 65,7 juta ton dengan produktivitas sebesar 4,98 ton/ha. Hal
ini menandakan penurunan produksi padi pada dua tahun tersebut (BPS 2014).
Data juga menunjukkan bahwa peningkatan produksi padi nasional sejak tahun
1970 tidak selalu linier, tetapi ada kalanya fluktuatif. Fluktuasi produksi padi
nasional salah satunya dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim. Iklim dan cuaca
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena interaksi lautan-atmosfer yang
terjadi di Samudera Pasifik yang dikenal sebagai fenomena El-Nino Southern
Oscillation (ENSO) (Naylor et al. 2001). Selain itu terdapat pula fenomena
interaksi lautan atmosfer lainnya yang diduga menyebabkan peristiwa kekeringan
di Indonesia, dikenal dengan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di Samudra
Hindia (Saji dan Yamagata 1999). Kemarau panjang yang disebabkan oleh kedua
fenomena iklim berdampak buruk bagi ketahanan pangan di Indonesia. Kejadian
El- Nino yang terjadi pada tahun 1997/1998 menyebabkan menurunnya
produktivitas padi nasional sebesar 2,9 ton Gabah Kering Giling (GKG). Hal ini
menyebabkan meningkatnya impor beras dari 407.000 ton pada tahun 1996
menjadi 2,9 juta ton tahun 1997 dan 1998 (Tabor 2001).
Sejak tahun 1990-an, berbagai kawasan di Indonesia sering dilanda
kekeringan dan kebanjiran. Akibatnya, setiap terjadi kekeringan, ratusan hektar
4
sawah di Pulau Jawa mengalami gagal panen atau puso (Iskandar 2007).
Diperkirakan pada masa mendatang gejala perubahan iklim global tersebut akan
semakin serius melanda berbagai kawasan dunia. Keadaan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung juga akan berdampak terhadap aktivitas
pertanian di Indonesia, khusunya wilayah Kabupaten Indramayu.
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan ideal untuk tanaman padi rata-rata yaitu 200
mm per bulan atau lebih, dengan distribusi 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki
per tahun berkisar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi adalah 230 sedangkan untuk tinggi tempat bercocok tanaman padi berkisar
antara 0-1500 mdpl (Yulianto dan Sudibyakto 2012). Kondisi tersebut tentunya
menjadi harapan bagi petani agar hasil panen yang dihasilkan memuaskan.
Indramayu merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang
sangat rentan terhadap kejadian cuaca ekstrim. Pengamatan dari 1991-1997
menunjukkan kekeringan di Indramayu umumnya berkaitan dengan kejadian El-
Nino. Dampak terhadap pendapatan masyarakat petani di Indramayu sangat besar.
Jumlah keluarga petani yang berada dibawah garis kemiskinan meningkat secara
nyata pada tahun El-Nino (Boer et al. 2004).
Tabel 2. Produktivitas padi di Kabupaten Indramayu tahun 2011-2014
No. Tahun Kw/Ha
1. 2011 71,20
2. 2012 71,07
3. 2013 70,10
4. 2014 69,43
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu (2014)
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014
produktivitas padi mencapai 69,43 kw/ha jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya yang meningkat dengan jumlah 71,20 kw/ha pada tahun 2011. Hal ini
menyebabkan Indramayu kekurangan pasokan padi untuk memenuhi permintaan
pasar domestik pada tahun 2014. Oleh karena itu, Indramayu dipilih menjadi
sampel penelitian ini yang mengangkat topik tentang “Analisis Nilai Kerugian
Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh
Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu)”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Indramayu selama ini dikenal dengan lumbung padi Jawa Barat.
Penggerak perekonomian Indramayu berasal dari sektor pertanian. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan lahan panen, produktivitas dan produksi pertanian di
Indramayu. Peningkatan tersebut tentunya dapat dijadikan sebagai kontribusi
dalam perekonomian Indonesia.
Tabel 3. Luas panen, produktivitas dan produksi padi tahun 2011
Kabupaten Luas Panen
(Ha)
Produktivitas (Kg/Ha) Produksi
(Ton)
Indramayu 230.985 61,26 1.415.050
Subang 176.369 60,10 1.059.905
Purwakarta 38.022 57,28 217.805
Karawang 188.769 60,17 1.135.863
Bekasi 98.574 58,31 574.787
Sukabumi 130.312 55,56 724.025
Cianjur 139.932 56,51 790.824
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Tabel 3 menunjukkan bahwa Indramayu pada tahun 2011 berada di tingkat
pertama dilihat dari luas panen, produktivitas dan produksinya. Hal ini tentunya
menjadikan petani di Indramayu sejahtera. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi
oleh keadaan cuaca di Indramayu yang dinilai normal.
Sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap variabilitas
cuaca, terutama tanaman pangan padi. Hasil produksi padi di Kabupaten
Indramayu pada tahun 2012 mengalami penurunan akibat adanya kekeringan yang
melanda lahan persawahan mereka. Kekeringan tersebut timbul dikarenakan
variabilitas cuaca yang menyebabkan fluktuasi curah hujan yang tidak menentu.
Hujan yang tidak turun berdampak pada pasokan air saat memasuki musim
kemarau semakin sulit dan diperkirakan ratusan hektar sawah akan terancam
gagal panen akibat kekeringan. Selain itu pada tahun 2014, Indramayu dilanda
oleh bencana banjir yang sangat besar yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi
sehingga berdampak pada hasil produksi padi karena terendamnya lahan
persawahan. Akibat dari bencana tersebut petani harus menangung kerugian yang
cukup besar yaitu penuruan pendapatan dari hasil panen padi tersebut. Berikut
adalah grafik perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten
Indramayu selama lima tahun terakhir.
6
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu (2014)
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Indramayu, terjadi peningkatan luas kekeringan pada tahun 2012 yaitu sebesar
13.173 hektar dan luas kebanjiran pada tahun 2014 yaitu sebesar 1.920 hektar.
Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan para petani melakukan adaptasi
terhadap variabilitas cuaca. Adaptasi yang dilakukan oleh petani di Indramayu
adalah merubah pola tanam, yang sebelumnya berupa tanaman pangan padi
menjadi holtikultura.
Variabilitas cuaca akan mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten
Indramayu yang merupakan salah satu sentra produksi pertanian terutama padi di
Provinsi Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani mengenai
variabilitas cuaca menyebabkan persepsi antar petani mengenai variabilitas cuaca
berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai persepsi petani padi terhadap
variabilitas cuaca tersebut perlu dilakukan. Analisis terhadap dampak variabilitas
cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi perlu dilakukan.
Estimasi perubahan pendapatan rumah tangga petani perlu dikaji untuk
mengetahui seberapa besar dampak variabilitas cuaca terhadap pendapatan rumah
tangga petani padi disertai dengan melakukan adaptasi.
Gambar 1. Perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten
Indramayu 5 tahun terakhir. Kebanjiran, Kekeringan
0
4078
13173
163 1920 0 0 0 0
2099
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
2010 2011 2012 2013 2014
Lu
as
(ha
)
Tahun
7
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi petani mengenai variabilitas cuaca?
2. Bagaimana dampak variabilitas cuaca terhadap usahatani padi dan rumah
tangga petani padi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap
variabilitas cuaca?
4. Bagaimana adaptasi yang dilakukan petani dalam menghadapi perubahan
variabilitas cuaca?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan umum dari penelitian
adalah mengkaji nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten
Indramayu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas cuaca.
2. Mengkaji dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani padi dan
rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi
terhadap variabilitas cuaca.
4. Mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi perubahan variabilitas cuaca.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
2. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini menjadi referensi dalam mengkaji
dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dalam lingkup yang lebih
luas.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Indramayu diharapkan dapat menjadi masukan
dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi dampak variabilitas cuaca
khususnya dampak terhadap sektor pertanian.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah Penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
yang merupakan wilayah berpotensi dalam sektor pertanian pangan berupa padi.
Penelitian ini difokuskan pada dampak variabilitas cuaca dilihat dari curah hujan
yang berfluktuatif yang dapat menyebabkan kekeringan dan banjir sehingga
berdampak terhadap kegiatan usahatani padi dan rumah tangga petani padi.
Dampak tersebut dilihat dari hasil produksi, penggunaan input dan pendapatan
rumah tangga usahatani padi. Penelitian ini juga mengkaji adaptasi petani dalam
menghadapi variabilitas cuaca yang terjadi di Kabupaten Indramayu.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekonomi Variabilitas Cuaca
Asian Development Bank (ADB) (2010) menuliskan bahwa wilayah
pasifik akan menghadapi kerugian ekonomi yang serius akibat variabilitas iklim
dan cuaca. Negara-negara kecil di dunia yang berada di wilayah Pasifik bisa
terancam karena meningginya permukaan air laut akibat variabilitas cuaca.
Permukaan air laut di beberapa negara ini bisa mencapai 1 meter. Oleh sebab itu,
negara-negara di wilayah ini termasuk Indonesia harus segera mengambil langkah
yang serius1.
Food Agriculture Organisation (FAO) (2010), memprediksikan bahwa
mulai 2030 mendatang, akan terjadi bencana kelaparan global yang yang dialami
oleh beberapa negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika latin.
Kondisi tersebut merupakan dampak dari produksi pangan yang lebih rendah dari
permintaan yang diperparah oleh fenomena variabilitas cuaca global.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (2007), juga menambahkan
akan mengalami penurunan curah hujan di kawasan selatan, sebaliknya di
kawasan utara akan mengalami peningkatan curah hujan, artinya kawasan yang
menurun curah hujannya sangat berpotensi merusak sistem tanam pertanian,
khususnya tanaman yang tidak memiliki potensi resistensi terhadap kekeringan.
Kemudian krisis air untuk menopang kehidupan (air bersih) dan infrastruktur
listrik turbin. Di sisi lain, peningkatan curah hujan akan menjadi potensial
ancaman banjir yang merusak sarana dan prasarana pendukung pertanian2.
Variabilitas cuaca dipicu oleh adanya perubahan iklim. Terjadinya
pergeseran musim, akan berpengaruh pada perencanaan aktivitas kegiatan
pertanian, sehingga jadwal tanam akan terganggu yang mengakibatkan
menurunnya angka produksi dan bahkan kegagalan panen. Kemudian munculnya
sumber penyakit-penyakit baru pada tanaman, angin kencang dan badai yang
merusak tanaman.
1http://www.tempo.co/read/news/2013/11/26/095532549/Perubahan-Iklim-Ancam-Ekonomi-
Pasifik [diakses pada 20 januari 2015] 2 http://aceh.tribunnews.com/2013/05/13/adaptasi-perubahan-iklim [diakses pada 20 januari 2015]
10
2.2. Pengertian Variabilitas Cuaca
Perubahan iklim menyebabkan terjadinya variabilitas cuaca, yaitu
fenomena terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi dalam rentang waktu tertentu.
Menurut Winarso dan Paulus (2003) cuaca merupakan bentuk awal yang
dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian mengenai kondisi fisik udara
sesaat pada lokasi dan waktu tertentu, sedangkan iklim adalah kondisi lanjutan
yang merupakan kumpulan kondisi cuaca dan disusun serta dihitung dalam bentuk
rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu. Variabilitas cuaca ditandai
dengan adanya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah hujan, peningkatan
permukaan air laut dan peningkatan frekwensi kejadian ekstrim meliputi banjir
dan kekeringan. Pengaruh variabilitas cuaca terhadap sektor pertanian yang dapat
menimbulkan kerugian secara langsung adalah banjir, kekeringan dan peningkatan
serangan hama dan penyakit.
Menurut Nurdin (2011), sejak revolusi industri dimulai hingga sekarang
telah menyebabkan terjadinya peningkatan suhu udara global. Selain
meningkatkan itu, variabilitas cuaca juga meningkatkan fluktuasi, frekuensi dan
intensitas anomali iklim dalam dasawarsa terakhir yang disebabkan oleh
fenomena ENSO dan IOD yang berdampak pada perubahan pola musim hujan
sehingga awal musim hujan maupun musim kering terlambat. ENSO merupakan
fenomena laut dan atmosfer yang terjadi bersama-sama di Pasifik Tropis. Dalam
kondisi normal, Pasifik Barat Tropis lebih hangat daripada Pasifik Timur.
Akibatnya angin equatorial berhembus ke arah barat membantu konveksi di
Pasifik Barat dan subsidensi di Pasifik Timur.
Perubahan iklim akan memperbesar nilai variabilitas cuaca dan
mempercepat periode terjadinya variabilitas cuaca tersebut. Dengan kata lain,
cuaca ekstrim muncul sebagai wujud dari perubahan iklim. Cuaca ekstrim adalah
suatu kondisi yang sangat jarang terjadi, mengandung resiko bencana dan
parameter yang diukur nilainya sangat besar atau sangat kecil (misalnya pada
curah hujan atau temperatur). Cuaca ekstrim dan berbagai bencana sering kali
muncul sebagai akibat dari perubahan iklim. Jelas terlihat bahwa fluktuasi iklim
ini berdampak pada kehidupan manusia dalam berbagai aspek, diantaranya di
bidang kesehatan, teknologi, sosial, dan ekonomi.
11
Variabilitas cuaca disebabkan oleh faktor pengendali berupa interaksi
antara atmosfer, lautan dan daratan. Untuk menunjang atau menghambat kegiatan
yang akan ditimbulkan, dapat dilakukan dengan memanfaatkan karakteristik dan
spesifikasi variabilitas cuaca. Indonesia memiliki variabilitas cuaca yang tinggi.
Berdasarkan pola hujan, wilayah Indonesia berdasarkan Gambar 2 dibagi dalam
tiga klasifikasi pola hujan, yaitu monsual, ekuatorial, dan lokal (Syamsuddin
2014).
Sumber: www.bmkg.go.id
Variabilitas cuaca dapat dilihat dari keragaman curah hujan suatu wilayah.
Variabel lain yang dapat menyebabkan variabilitas cuaca adalah suhu udara, suhu
permukaan laut (SPL) dan unsur oseanografi lain seperti ketinggian gelombang.
Suhu udara merupakan energi kinetis rata-rata dari pergerakan molekul udara
(Handoko 1994). As-Syakur (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa SPL
di wilayah tropis memiliki variasi yang tinggi baik dalam skala ruang maupun
waktu.
2.2.1. Dampak Perubahan Pola Curah Hujan dan Kejadian Cuaca Ekstrim
Badan Litbang Pertanian menuliskan, perubahan pola hujan sudah terjadi
sejak beberapa dekade terakhir di beberapa wilayah di Indonesia, seperti
pergeseran awal musim hujan dan perubahan pola curah hujan. Selain itu terjadi
kecenderungan perubahan intensitas curah hujan bulanan dengan keragaman dan
Gambar 2 Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan
12
deviasi yang semakin tinggi serta peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim,
terutama curah hujan, angin, dan banjir rob.
Beberapa ahli menemukan dan memprediksi arah perubahan pola hujan di
Wilayah Selatan Jawa dan Bali dengan intensitas curah hujan cenderung
meningkat tetapi dengan periode yang lebih singkat (Naylor et al. 2007). Secara
nasional, tren perubahan secara spasial, di mana curah hujan pada musim hujan
lebih bervariasi dibandingkan dengan musim kemarau (Boer et al. 2009).
Sumber: Boer et al. 2009
Pada Gambar 3, variabilitas cuaca juga berdampak terhadap peningkatan
hujan musiman Desember, Januari, Februari (DJF) secara signifikan di sebagian
besar wilayah di Jawa, Kawasan Timur Indonesia, dan Sulawesi. Sebaliknya,
variabilitas cuaca berdampak terhadap penurunan hujan musiman Juni, Juli,
Agustus (JJA) secara signifikan di sebagian besar wilayah Jawa, Papua, Bagian
Barat Sumatera, dan Bagian Timur Selatan Kalimantan. Variabilitas cuaca
mengakibatkan musim kemarau memanjang di sebagian besar wilayah Jawa,
Bagian Selatan Sumatera, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa
Tenggara.
2.2.2. Dampak Sumberdaya Lahan dan Air
Secara umum, variabilitas cuaca akan berdampak terhadap penciutan dan
degradasi (penurunan fungsi) sumberdaya lahan, air dan infrastruktur terutama
Gambar 3. Perubahan panjang musim kemarau di seluruh Indonesia.
Panjang MK
Memendek
Tetap
Memanjang
13
irigasi, yang menyebabkan terjadinya ancaman kekeringan atau banjir.
Kekeringan merupakan gangguan keseimbangan hubungan antara tanaman dan air
tanah, yang mengakibatkan persediaan air dalam tanah tidak mampu mencukupi
kebutuhan air tanaman. Menurut Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat,
penyebab dari kekeringan yaitu menurunnya kapasitas sumber air akibat rusaknya
daerah tangkapan air, rendahnya efisiensi penggunaan air akibat buruknya sistem
pengoperasian/alokasi air, menurunnya kapasitas saluran maupun wadah-wadah
air akibat sedimentasi, tingginya tingkat kehilangan air akibat kerusakan jaringan
irigasi dan lain sebagainya. Wilayah yang rentan terkena kekeringan di Jawa Barat
salah satunya yaitu di Indramayu yang memiliki daerah irigasi namun tidak
memiliki fasilitas waduknya. Untuk menilai kerusakan akibat dampak variabilitas
cuaca pada kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4 yang sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi tanaman sehingga diperlukan langkah pencegahan
maupun adaptasi untuk menanganinya.
Tabel 4. Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca
(kekeringan)
No. Klasifikasi Gejala
1 Ringan Ujung daun tanaman kering
2 Sedang Bagian yang mengering berkembang sampai
mencapai 1/4 panjang daun
3 Berat > 1/4 - 2/3 daun mengering
4 Puso Seluruh tanaman mengering/mati
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)
Banjir merupakan bencana alam yang memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kerusakan di sektor ekonomi dan sosial. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa di Indonesia semenjak
tahun 1815 hingga 2012 bencana banjir terjadi paling banyak yaitu mencapai 38
% dari total bencana yang terjadi. Banjir yang berlangsung di Indonesia
disebabkan oleh empat hal yaitu faktor hujan yang lebat, perubahan tata guna
lahan, kesalahan pembangunan alur sungai dan pendangkalan sungai (Maryono
2005).
Kejadian banjir di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan
ekstrim yaitu pada saat La Nina maka peningkatan curah hujan dapat membantu
14
ketersediaan air bagi pertumbuhan padi sawah (Boer et al. 2009). Padi yang
terkena dampak banjir sebagian besar adalah tanaman yang baru ditanam sehingga
bisa segera ditanami kembali ketika pasca banjir. Pada tahun 2013, luas lahan
tanaman padi yang terkena banjir seluas 333.663 ha (2,36% dari luas tanam
14.159.169 ha), di antaranya puso 78.821 ha atau sebesar 0,56% dari luas tanam
14.159.169 ha. Sedangkan luas banjir pada 2013/2014 (Oktober - Desember
2013) seluas 37.928 ha (3,86% dari luas tanam 983.352 ha), di antaranya puso
6.635 ha atau sebesar 0,67% dari luas tanam 983.352 ha3. Untuk menilai
kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca pada kondisi banjir dapat
dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca
(banjir)
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat (2014)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010) menuliskan,
dampak perubahan iklim terhadap sektor yang berkaitan dengan sumber daya air
antara lain meningkatnya kejadian cuaca dan iklim ekstrim yang berpotensi
menimbulkan banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Selain itu daya dukung lahan
juga menurun yang diakibatkan oleh tekanan terjadap lahan.
2.3. Persepsi Petani Terhadap Variabilitas Cuaca
Persepsi menurut Harihanto (2001) merupakan pandangan individu
terhadap waktu objek stimuls sehingga mengakibatkan reaksi terhadap individu
berupa penerimaan ataupun penolakan terhadap stimulus tersebut. Persepsi
berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus
sehingga berakibat terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap
stimulus tersebut. Stimulus bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi
3http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=482&cHash=3511
d17896fe2e2669e8d21976d4efff [diakses pada 26 januari 2015]
No. Klasifikasi Gejala
1 Terkena a. Umur tanaman < 2 bulan, tergenang < 3 hari
b. Umur tanaman > 2 bulan, tergenang sampai tidak
menunjukkan kerusakan fisik
2 Puso a. Umur tanaman < 2 bulan, tergenanag > 3 hari dan
menunjukkan kerusakan fisik
b. Umur tanaman > 2 bulan, tergenang sampai menunjukkan
gejala kematian.
15
dan kondisi tertentu. Persepsi berhubungan dengan pendapatan dan penilaian
individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan,
dan perasaan terhadap stimulus tersebut.
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), persepsi memiliki tiga dimensi
yang menandai konsep diri, yaitu pengetahuan (apa yang individu ketahui tentang
sesuatu hal), pengharapan dan penilaian (pengukuran individu tentang sesuatu hal
dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi dalam rangka memenuhi harapan
individu tentang hal tersebut). Persepsi seseorang menurut Kartono (1987) akan
terjadi melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan yang diperoleh
melalui interpretasi data indera. Terbangunnya persepsi dapat dirasakan melalui
kesejahteraan hidup manusia dan berbagai macam proses dalam usaha manusia
menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Hal tersebut akan mendorong
manusia dalam usaha mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai
dengan gambaran hidup sejahtera yang dalam diri manusia (Twikromo 1995).
Salah satu pihak yang terkena dampak variabilitas cuaca adalah petani.
Para petani yang tidak menyadari variabilitas cuaca dan dampak potensialnya
akan berakibat pada kerentanan di tingkat petani yang lainnya, karena kualitas dan
kuantitas padi secara aktual dipengaruhi oleh variabilitas cuaca. Selain itu, dengan
mengabaikan variabilitas cuaca ini memungkinkan dapat mempengaruhi produksi
padi secara signifikan dimasa mendatang bagi petani yang memiliki keterbatasan
informasi.
2.4. Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Hasil Produksi, Input dan
Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
Variabilitas cuaca secara langsung mempengaruhi berbagai aspek dari
ketahanan pangan, khususnya dalam hal ketersediaan pangan dan distribusi
pangan. Dampak adanya variabilitas cuaca akan mempengaruhi hasil produksi
(output) dan penggunaan input, sehingga akan mempengaruhi pendapatan rumah
tangga petani. Secara temporal akan terjadi peningkatan curah hujan pada musim
penghujan dan penurunan curah hujan pada musim kemarau di beberapa wilayah
di Indonesia (Handoko et al. 2008). Hal ini sudah banyak dirasakan oleh para
petani di Indonesia dan berpotensi mengganggu produksi pangan strategis
sehingga mengalami kerugian yang besar akibat bencana banjir dan kekeringan.
16
Indonesia diperkirakan akan mengalami angka penurunan jumlah produksi
pertanian terutama produksi padi dan jagung, yang tercacat angkanya masing-
masing sebesar 1,41 juta ton (1,98%) dan 875, 17 ribu ton (4,51%) dibandingkan
produksi yang dihasilkan pada tahun 2013. Angka pelandaian tingkat produksi
pertanian terutama sumber pangan pokok (staple food), selain secara inherent
disebabkan oleh faktor tingkat kesuburan tanah yang terus mengalami penurunan,
juga disebabkan oleh penyempitan lahan pertanian, serta secara langsung maupun
tidak langsung akibat faktor variabilitas iklim ekstrim (Data Badan Pusat statistik
(BPS) untuk Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan (ARAM) I tahun 2014)4.
Adaptasi petani diperlukan untuk merespon dampak negatif yang diakibatkan oleh
variabilitas cuaca sehingga biaya yang tinggi dapat distabilkan misalnya dengan
meningkatkan sarana irigasi dan pemberian input (bibit, pupuk,
insektisida/pestisida) tambahan.
Variabilitas cuaca juga menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan
yang berdampak pada pendapatan rumah tangga petani, merubah kalender
tradisional untuk beberapa aktivitas pertanian dan memperpendek waktu
penanaman. Pengukuran pendapatan rumah tangga petani dapat dilakukan dengan
menghitung dari pendapatan hasil pertanian dan non pertanian. Hasil pendapatan
rumah tangga petani didapatkan dari penjumlahan antara pendapatan di sektor
pertanian dan non pertanian.
Pendapatan usaha tani menurut Soeharjo (1972) dapat dilihat berdasarkan
keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Penerimaan usaha tani berwujud tiga hal yaitu (a) hasil penjualan tanaman, ternak,
ikan atau produk yang akan dijual, (b) produk yang dikonsumsi pengusaha dan
keluarganya selama melakukan kegiatan, (c) kenaikan nilai inventaris. Nilai
benda-benda inventaris yang dimiliki petani berubah-ubah setiap tahun, sehingga
ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Jika ada
kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani itu, maka selisih nilai
akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan
usahatani.
4http://old.setkab.go.id/artikel-13497-meski-iklim-berubah-ketahanan-pangan-harus-tetap-
berlanjut.html [diakses pada 28 januari 2015 ]
17
2.5. Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca
Adaptasi adalah suatu upaya pengembangan yang adaptif dengan situasi
yang terjadi akibat dampak variabilitas cuaca terhadap sumberdaya infrastruktur
dan lain-lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakteristik
sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan infrastruktur
pertanian, terutama irigasi sesuai dnegan perubahan sistem hidrologi dan potensi
sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola
tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah (Las et al. 2007).
Mulyadi (2005) dalam studinya menyatakan bahwa proses adaptasi
mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri maupun
memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial secara
temporal. Perubahan lingkungan berupa bencana merupakan perubahan
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap sistem adaptasi manusia. Untuk
menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana tersebut maka manusia
mengembangkan pola adaptasi tingkah laku seperti perubahan strategi mata
pencaharian.
Adaptasi variabilitas cuaca merupakan suatu bentuk penyesuaian untuk
menghadapi dampak negatif dari variabilitas cuaca seperti melakukan upaya untuk
mengurangi dampak tersebut. Upaya untuk melakukan adaptasi terhadap
variabilitas cuaca diantaranya peningkatan sistem teknologi seperti meningkatkan
keamanan laut atau melindungi kawasan pemukiman di sekitar pesisir pantai,
merubah pola pikir seseorang untuk melakukan adaptasi terhadap variabilitas
iklim, mengurangi penggunaan air pada saat terjadi kekeringan, dan menggunakan
insektisida pembasmi hama. Selain itu perlunya upaya perbaikan sistem informasi
mengenai kondisi iklim dan cuaca yang terjadi di suatu wilayah dalam rangka
memperkuat perencanaan dan koordinasi, melakukan investasi pengembangan
teknologi dan menciptakan sistem keuangan yang efektif sebagai upaya antisipasi
variabilitas cuaca (World Bank 2008 dalam Handoko et al. 2008).
18
2.5.1. Perubahan Pola Tanam Sebagai Upaya Adaptasi terhadap
Variabilitas Cuaca
Pola tanam pertanian merupakan salah satu dampak dari fenomena
variabilitas cuaca akibat perubahan pola curah hujan. Perubahan pola curah hujan
ini akan berdampak pada pergeseran waktu tanam serta perubahan pola tanam
pertanian. Jawa Barat dan Jawa Timur secara umum memiliki pasokan air yang
lebih banyak, memiliki intensitas tanam yang lebih tinggi dibandingkan empat
provinsi lainnya di luar Jawa, namun di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi
perubahan pola tanam yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-
palawija. Namun perubahan pola tanam ini tidak dilakukan oleh empat provinsi
lainnya, walaupun mereka merasakan adanya variabilitas cuaca, yakni curah hujan
dan penurunan muka air tanah. Dengan begitu, mereka tetap mengusahakan
lahannya hanya dua kali tanam per tahun berupa padi-padi atau padi-palawija
(Kurniawati 2011). Menurut Las et al. (2007) sebagian besar areal tanam padi
menggunakan pola tanam padi-padi dimana pada musim tanam kedua sangat
tergantung pada ketersediaan air irigasi. Kekeringan yang terjadi pada musim
kedua akan mengubah pola tanam petani sehingga mengganggu kesinambungan
stok pangan nasional. Kesinambungan produksi beras dalam beberapa tahun
terakhir sering terganggu akibat dampak ENSO dan IOD.
Naylor et al. (2001, 2007) dalam studinya menyatakan bahwa penetapan
awal musim tanam padi merupakan salah satu strategi penting dalam budidaya
pertanian di Indonesia khususnya tanaman pangan yang berpengaruh dengan
adanya anomali iklim dan cuaca. Kalender tanam digunakan sebagai penetapan
awal musim tanam yang secara tradisional telah lama dikembangkan oleh petani
secara turun temurun dengan istilah berbeda di setiap daerah. Namun demikian,
kalender tanam tidak sepenuhnya dijadikan acuan oleh para petani melihat bahwa
variabilitas cuaca menyulitkan untuk menemukan indikator penanda musim.
Fluktuasi curah hujan yang sangat dinamis akibat adanya anomali cuaca
menyebabkan terjadinya pergeseran awal musim hujan dan musim kemarau.
Dampak tersebut mengakibatkan perubahan pola tanam yang dapat
mempengaruhi maju laju waktu tanam sehingga sangat menyulitkan petani yang
biasanya mengacu pada kalender tanam.
19
Penyusunan kalender tanam dibutuhkan bagi petani tanaman pangan untuk
mengetahui waktu dan pola tanam di daerahnya selama setahun. Kalender tanam
digunakan untuk memberikan informasi komoditas yang biasa ditanam pada suatu
wilayah dari mulai persiapan lahan sampai dengan panen selama setahun. Melihat
dampak variabilitas cuaca yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di
Indonesia serta untuk mendukung daya tahan sektor pertanian terhadap ancaman
variabilitas cuaca, maka dibutuhkan suatu upaya strategis yang dapat mengatasi
dan mengantisipasi dampak variabilitas cuaca tersebut. Upaya yang sangat
penting dilakukan yaitu dengan memahami karakteristik cuaca wilayah dengan
baik. Dengan cara seperti itu maka dapat diketahui kalender tanam untuk
mengetahui waktu dan pola tanam di sentra-sentra produksi padi di wilayah
Indonesia, baik pada wilayah monsual maupun equatorial (Anwarie 2010).
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan
penelitian dan membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan
hasil-hasil yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau
memperkuat. Banyak penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif
terhadap suatu dampak yang ditimbulkan terutama pada suatu sektor pertanian
pangan. Akan tetapi penelitian tentang Analisis Nilai Kerugian Petani Padi
Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani
memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian, studi kasus, dan metode.
Handoko et al. (2008) melakukan studi mengenai keterkaitan perubahan
iklim dan produksi pangan strategis. Hasil penelitian ini mengungkapkan sepuluh
skenario perubahan iklim dan program adaptasi pertanian yang dikembangkan
bertujuan untuk menganalisis proyeksi surplus (defisit) pangan strategis yang
akan terjadi hingga tahun 2050. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor perubahan
suhu udara memiliki potensi dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan
faktor perubahan curah hujan dalam mempengaruhi surplus (defisit) pangan
Indonesia.
Osmaleli (2010) melakukan penelitian mengenai analisis dampak
perubahan iklim lokal dan kesejahteraan nelayan, Kecamatan Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Propinsi Banten. Dampak perubahan iklim lokal yang terjadi ditandai
20
dengan perubahan musim yang tidak menentu, musim barat dan timur yang sulit
diprediksi oleh nelayan. Perubahan iklim global saat ini belum berpengaruh
terhadap perubahan iklim lokal Labuan, tetapi model dugaan grafik suhu global
dan suhu lokal hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan
dengan peningkatan suhu rata-rata bumi selama 150 tahun yang mengindikasikan
peningkatan suhu di Indonesia.
Asikin (2010) melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap
pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Perubahan iklim mempengaruhi
kondisi lingkungan di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra
produksi padi di Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani padi
mengenai perubahan iklim menyebabkan persepsi antar petani mengenai
perubahan iklim menjadi berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai sejauh mana
persepsi petani padi terhadap perubahan iklim tersebut penting untuk dilakukan.
Hal ini untuk mengetahui sejauh mana petani padi mampu bertahan dan merespon
kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini juga memberikan informasi
mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani padi di
Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas rata-rata penelitan menggunakan
analisis pendapatan dan desktiptif. Hal tersebut menjadikan suatu acuan bagi
penelitian ini khususnya dalam alat analisis datanya namun memiliki perbedaan
dari segi lokasi penelitian dan studi kasus. Penelitian ini menganalisis Nilai
Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang
dilakukan oleh Petani. Alat analisis yang akan digunakan yaitu analisis deskriptif
menggunakan metode likert, regresi berganda, dan analisis pendapatan rumah
tangga usahatani.
21
3. KERANGKA PEMIKIRAN
Variabilitas cuaca Indonesia sangat berkaitan erat dengan El Nino
Southern Oscillation (ENSO) di Samudera Pasifik dan Indian Ocean Dipole
(IOD) di Samudera Hindia. Menurut penelitian dari Allan (2000), penurunan
curah hujan mengakibatkan kekeringan dan pada saat yang lain mengakibatkan
tingginya curah hujan sehingga dapat menimbulkan banjir yang tentunya
merugikan para petani. Munculnya fenomena El Niño kuat sebanyak tujuh kali
sepanjang dua puluh tahun terakhir disertai dengan terjadinya fenomena IOD
positif yang hampir terjadi bersamaan mengakibatkan deraan kekeringan yang
cukup serius.
Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang terkena anomali cuaca
yang berdampak pada sektor pertanian. Variabilitas cuaca yang terjadi beberapa
tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan pada tanaman pangan
terutama padi. Pada saat yang bersamaan, beberapa dekade terakhir menunjukkan
dampak variabilitas cuaca yang besar pada tanaman pangan padi di Kabupaten
Indramayu, seperti kekeringan dan banjir yang semakin meluas pada waktu-waktu
tertentu. Salah satu dampak akibat terjadinya variabilitas cuaca adalah curah hujan
yang tinggi. Kesalahan strategi dari petani menjadi tidak tepat karena kondisi
cuaca yang tidak dapat diprediksi dan sulit diantisipasi.
Walaupun sektor pertanian penyumbang emisi gas rumah kaca, pertanian
juga merupakan sektor yang paling menderita bahkan terancam akibat adanya
variabilitas cuaca, salah satunya adalah padi. Padi dalam sistem produksinya
sangat rentan dan akan mengalami dampak paling serius akibat variabilitas cuaca.
Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan penurunan produktivitas dan
produksi padi akibat suhu udara, kekeringan maupun banjir, serta kualitas gabah
yang menurun. Hal ini terjadi di Kabupaten Indramayu sebagai sentra produksi
lumbung padi terbesar di Jawa Barat. Dasar pemikiran penelitian ini mellihat
hubungan antara tahapan pelaksanaan dengan tujuan penelitian. Potensi dari
adanya variabilitas cuaca menjadi dasar meneliti Analisis Nilai Kerugian Petani
Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani.
Untuk itu, diperlukan kajian secara komprehensif mengenai persepsi para petani
22
terhadap fenomena gejala-gejala variabilitas cuaca, dampak ekonomi yang
ditimbulkan terhadap padi akibat fenomena variabilitas cuaca, faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai kerugian petani padi dan adaptasi yang dilakukan petani.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini akan melihat keterkaitan
antara empat komponen yang terbagi menjadi tiga langkah. Langkah pertama
adalah mengkaji persepsi para petani padi di Kabupaten Indramayu mengenai
variabilitas cuaca. Langkah kedua yaitu mengkaji dan mengidentifikasi dampak
variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi di
Kabupaten Indramayu. Langkah ketiga adalah mengkaji dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi. Langkah keempat
adalah mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani.
Hipotesis pertama adalah variabilitas cuaca berpengaruh terhadap
produktivitas padi. Namun sampai saat ini banyak para petani yang belum paham
mengenai persepsi terhadap variabilitas cuaca tersebut. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan analisis deskriptif melalui wawancara atau kuesioner yang
diberikan kepada para petani. Analisis persepsi petani tersebut menggunakan
analisis deskriptif menggunakan metode likert. Hipotesis kedua adalah mengkaji
dan mengidentifikasi dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan
rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu. Adanya variabilitas cuaca
akan berdampak terhadap penurunan sumberdaya lahan, air dan infrastruktur
terutama irigasi, yang menyebabkan terjadinya ancaman kekeringan atau banjir.
Ancaman bencana tersebut mengakibatkan kerugian yang diterima oleh petani
padi di Kabupaten Indramayu. Hal itu juga berdampak pada pendapatan rumah
tangga usahatani padi. Analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis
deskriptif dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani. Hipotesis ketiga
adalah mengkaji dan mengidentifikasi nilai kerugian petani terhadap variabilitas
cuaca dengan menggunakan analisis model regresi berganda. Hipotesis keempat
adalah mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi
variabilitas cuaca dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk lebih jelasnya
mengenai kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
23
Gambar 4 Kerangka pemikiran
Hasil penelitian
Variabilitas cuaca akan mempengaruhi sektor
pertanian
Kabupaten Indramayu sebagai salah
satu sentra produksi padi di Jawa Barat
Barat
Dampak variabilitas cuaca
terhadap usahatani padi
Diperlukan kajian secara
komprehensif
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nilai kerugian
petani padi.
Analisis deskriptif
dan analisis
pendapatan rumah
tangga usahatani
padi
Dampak
variabilitas cuaca
terhadap kegiatan
usahatani dan
rumah tangga
petani padi
Persepsi
petani
mengenai
variabilitas
cuaca
Analisis
model
regresi
berganda
Analisis
deskriptif
dengan
metode
likert
Rekomendasi kebijakan antisipasi variabilitas cuaca terhadap nilai
kerugian petani secara berkelanjutan
Adaptasi
petani dalam
menghadapi
variabilitas
cuaca
Analisis
deskriptif
4. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi di Kabupaten Indramayu yaitu di
Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Bongas.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan alasan di daerah tersebut
sangat rentan dan terkena dampak yang terbilang cukup parah akibat variabilitas
cuaca berupa kekeringan dan banjir. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah
sentra penghasil lumbung padi dan yang menjadi salah satu sumber pendapatan
daerah dan sumber penghasilan bagi petani padi di Kabupaten Indramayu.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret 2015 untuk
pengambilan data primer dan sekunder.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani di
Kabupaten Indramayu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Dan
Peternakan Indramayu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan sumber-sumber yang
relevan dengan topik yang diteliti.
Tabel 6 Jenis dan sumber data dalam penelitian
No.
Tujuan Jenis Data Sumber Data Metode
Analisis
1. Persepsi petani mengenai
variabilitas cuaca
Primer Petani Wawancara
dan kuesioner
2. Dampak variabilitas cuaca
terhadap kegiatan usahatani
dan rumah tangga petani
padi
Primer dan
sekunder
Petani, Dinas
Pertanian dan
Peternakan
Indramayu, BMKG,
BPS Indramayu
Wawancara,
kuesioner dan
studi literatur
3. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi
nilai kerugian petani padi
terhadap variabilitas cuaca.
Primer dan
sekunder
Petani, Dinas
Pertanian dan
Peternakan Indramayu
Wawancara,
kuesioner dan
studi literatur
4. Strategi dan adaptasi petani
dalam menghadapi
variabilitas cuaca yang
terjadi di Kabupaten
Indramayu
Primer Petani Wawancara
dan Kuesioner
26
4.3 Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan metode non probability sampling
secara purposive. Secara umum, sampel merupakan bagian kecil dari suatu
populasi. Responden berasal dari tiga kecamatan yang ada di Indramayu yaitu
Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Bongas dengan
total keseluruhan sebanyak 100 responden. Alasan jumlah responden mengacu
pada analisis data statistik yaitu sampel paling minimum adalah 30 responden
(Walpole 1992). Petani yang akan menjadi responden adalah petani yang telah
bekerja kurang lebih 10 tahun, sehingga dapat diketahui informasi yang lebih
mendalam mengenai variabilitas cuaca terhadap tanaman pangan padi.
4.4 Metode Analisis Data
Menganalisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya
pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan
dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis
terhadap data ini dapat memberikan jawaban atas perumusan masalah yang
terdapat dalam perumusan ini. Langkah awal sebelum menganalisis data adalah
dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari sampling menjadi dua, yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan
secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office
Excel 2007 dan SPSS-16 for Windows.
Tabel 7 Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian
No. Tujuan Metode Analisis Data
1. Mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas
cuaca.
Analisis deskriptif dengan
metode skala likert
2. Dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan
usahatani dan rumah tangga petani padi
Analisis deskriptif dan Analisis
pendapatan rumah tangga
usahatani padi
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas
cuaca
Analisis model regresi berganda
4. Mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi
variabilitas cuaca yang terjadi di Kabupaten
Indramayu.
Analisis deskriptif
27
4.4.1 Analisis Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca.
Analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh dari presepsi petani di
Kabupaten Indramayu. Pada analisis deskriptif ini menggunakan metode likert
dan dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam menyajikan
data dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi. Pada metode likert sikap
atau respons seseorang terhadap suatu objek dapat diukur melalui skala yang
berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan
dianalisis sehingga didapat suatu angka dari respons seseorang (Risnita 2012).
Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan ataupun
informasi mengenai variabilitas cuaca yang didapatkan oleh petani dan melihat
sejauh mana petani menyadari akan adanya variabilitas cuaca yang terjadi.
Skala Likert pada penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani
terhadap variabilitas cuaca yang mengacu pada pendapat dan sikap petani.
Variabilitas cuaca tersebut sebagai variabel yang akan diukur dengan indikator
variabel. Indikator variabel pada Skala Likert ini mempunyai penilaian dari sangat
positif sampai dengan negatif. Untuk pengukuran variabel diatas digunakan Skala
Likert sebanyak lima tingkat yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS),
Biasa (B), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).
Setiap jawaban memiliki skor, yaitu: untuk jawaban STS memiliki skor 1,
jawaban TS memiliki skor 2, jawaban B memiliki skor 3, jawaban S memiliki
skor 4, dan jawaban SS memiliki skor 5. Jumlah responden pada penelitian ini
sebanyak 100 orang, maka nilai skala maksimum 500 dan nilai skala minimum
100. Range skala penilaian Skala Likert pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Range skala penilaian
Kategori penilaian Range skala
Sangat Tidak Setuju 100-180
Tidak Setuju 181 – 260
Biasa 261 – 340
Setuju 341 – 420
Sangat Setuju 421 – 500
Sumber: Riduan (2010), data primer (2015), diolah
28
Range skala tersebut dapat menentukan nilai kesesuaian persepsi
berdasarkan penilaian petani. Petani yang merasakan adanya tanda-tanda maupun
dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca akan berada pada range skala
setuju sampai dengan sangat setuju. Adapun petani yang menilai bahwa
variabilitas cuaca tersebut tidak sesuai dengan yang dirasakan oleh petani akan
berada pada range skala tidak setuju hingga sangat tidak setuju. Range biasa dapat
diartikan bahwa petani tidak merasakan tanda-tanda maupun dampak yang
ditimbulkan dari variabilitas cuaca namun persepsi tersebut perlu dinilai jika
melihat pada kondisi lingkungan sekitar.
4.4.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan
Rumah Tangga Petani Padi
Variabilitas cuaca merupakan salah satu ancaman yang sangat serius
terhadap sektor pertanian terutama tanaman pangan padi. Kerentanan tanaman
pangan padi terhadap variabilitas cuaca akan berimbas pada luas areal tanam dan
panen, produktvitas, dan kualitas hasil. Keadaan ini disebabkan karena pola curah
hujan yang tidak menentu sehingga menyebabkan kerugian bagi petani akibat
gagal panen maupun puso. Kerugian tersebut dikarenakan lahan persawahan
mereka yang tergenang akibat bencana banjir dan kekeringan. Akibatnya petani
harus menanggung kerugian karena kehilangan pendapatan rumah tangga dari
hasil panen tersebut.
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pemilik faktor produksi. Dalam
analisis pendapatan terdapat dua tujuan utama, yaitu (a) menggambarkan keadaan
sekarang suatu kegiatan usaha, (b) menggambarkan keadaan yang akan datang
dari perencanaan atau tindakan. Jenis-jenis pendapatan yang diperoleh oleh rumah
tangga petani padi adalah pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani non-
padi, dan pendapatan non usahatani.
4.4.2.1 Perubahan Produktivitas Padi Akibat Variabilitas Cuaca
Variabilitas cuaca pada sektor pertanian berpengaruh terhadap stabilisasi
produksi padi yang berdampak pada produktivitas padi. Kondisi ini terjadi akibat
kondisi cuaca yang tidak stabil seperti curah hujan yang tidak menentu dan suhu
29
udara yang ekstrim. Akibatnya, pada setiap perubahan stabilisasi produksi pada
kondisi cuaca yang berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya
dengan meningkatkan sarana irigasi, pemberian input (bibit, pupuk,
insektisida/pestisida) tambahan. Bencana alam seperti bencana banjir dan
kekeringan yang terjadi di Indramayu, menyebabkan gagal panen sehingga
berimbas pada produksi padi dan berdampak pada kehilangan hasil.
Kehilangan hasil yang menimpa petani padi di Kabupaten Indramayu
akibat variabilitas cuaca terjadi setiap tahunnya. Jika dilihat selama 5 tahun
terakhir, Indramayu berturut-turut mengalami puso akibat kekeringan dan bencana
banjir pada tahun 2014. Dampak fenomena variabilitas cuaca telah dirasakan oleh
petani padi di Kabupaten Indramayu seperti penambahan biaya yang dikeluarkan
untuk usahatani mereka sebagai pengganti dari kegagalan panen. Kehilangan hasil
tersebut tentunya berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi di Kabupaten
Indramayu karena sebagian besar dari mereka sangat bergantung terhadap mata
pencaharian ini.
4.4.2.2 Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca
Puso yang terjadi akibat kekeringan dan bencana alam banjir
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani padi di Kabupaten
Indramayu. Pada tahun 2014, Indramayu mengalami dua kali puso yang terjadi
pada musim rendeng dan musim sadon yang disebabkan oleh bencana alam banjir
dan juga kekeringan. Kondisi curah hujan yang sangat tinggi pada musim tanam
pertama menjadi alasan terjadinya puso yang mengakibatkan kerugian yang cukup
besar. Sedangkan pada musim tanam kedua, curah hujan cenderung menurun
sangat drastis yang menyebabkan kemarau panjang sehingga mengakibatkan
puso.
Kerugian tertinggi yaitu disebabkan oleh puso saat terjadinya kemarau
panjang. Hal ini disebabkan pada saat terjadi bencana banjir, petani melakukan
replanting sehingga kerugian yang diterima menjadi berkurang karena adanya
pemasukan dari hasil panen setelah replanting tersebut. Saat terjadi puso akibat
kekeringan, petani enggan untuk mengambil risiko yang besar dan lebih memilih
untuk mencari sumber pendapatan lain di luar usahatani padi seperti berdagang,
kuli bangunan, maupun berkebun.
30
4.4.2.3 Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi akibat Variabilitas Cuaca
Secara umum pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua
sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non
pertanian. Sumber pendapatan pertanian dalam usaha pertanian dikelompokkan
menjadi tiga yaitu sumber pendapatan usahatani sawah, usahatani kebun dan
pekarangan dan usahatani ternak, dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani.
Untuk sumber pendapatan non pertanian yaitu terdiri dari usaha non pertanian
(berdagang, industri, angkutan maupun jasa), Pegawai Negeri/TNI, pendapatan
dari sumbangan dan lainnya (Sugiarto, 2008).
Untuk menghitung pendapatan rumah tangga tani, Patty (2010) dalam
penelitiannya menggunakan rumus :
Prt = Put + Plut ....................................................... (1)
Keterangan:
Prt = Pendapatan rumah tangga tani
Put = Pendapatan usahatani
Plut = Pendapatan luar usahatani
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Menurut
Soekartawi (1995) penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual. Penerimaan didefinisikan sebagai nilai produksi total
usahatani padi dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Biaya total didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai
atau dikeluarkan dalam produksi. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap
tidak bergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Hernanto,
1989). Biaya variabel jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi.
Biaya yang termasuk dalam biaya variabel adalah bibit/benih dan sewa tenaga
kerja. Biaya tetap terdiri dari sewa lahan, pajak, penyusutan dan bunga modal
kredit.
31
Variabilitas cuaca memiliki dampak yang sangat besar bagi pendapatan
rumah tangga petani padi. Dampak yang ditimbulkan menyebabkan perubahan
terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Kekeringan dan bencana banjir
yang melanda lahan persawahan mereka mengakibatkan kerugian sehingga
menurunkan pendapatan rumah tangga petani padi dan berdampak pada
kesejahteraan petani.
4.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kerugian Petani
4.4.3.1 Analisis Model Regresi Berganda
Model regresi berganda merupakan salah satu model dalam ekonometrika
(Juanda, 2009). Model ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai kerugian petani akibat variabilitas cuaca. Model ini
memodelkan nilai kerugian yang bertambah atau berkurang secara linier jika
faktor nilai kerugian diubah.
Menurut Kurniawan (2008), analisis data mempunyai tiga fungsi, yaitu
untuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk
tujuan control, dan tujuan prediksi. Data variabel X (independen) pada regresi
linier berganda dapat berupa data pengamatan yang telah ditetapkan oleh peneliti
(experimental of fixed data) maupun data yang belum ditetapkan sebelumnya oleh
peneliti (observational data). Jika menggunakan fixed data (data yang telah
ditetapkan), informasi yang diperoleh akan lebih kuat ketika menjelaskan
hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Namun apabila
menggunakan observational data maka informasi yang diperoleh belum tentu
merupakan hubungan sebab akibat. Untuk fixed data biasanya diperoleh melalui
percobaan laboratorium dimana peneliti telah memiliki beberapa nilai variabel X
yang ingin diteliti. Berbeda dengan observational data, variabel X yang diamati
tergantung keadaan di lapangan dimana data biasa diperoleh dengan
menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan data berupa observational
data dengan membentuk persamaan regresi melalui variabel-variabel yang dapat
merepsentasikan hubungan data-data yang diperoleh. Persamaan model regresi
berganda secara umum adalah sebagai berikut :
32
………………………..(2)
Pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani terhadap
variabilitas cuaca. Bentuk persamaan model regresi berganda respon nilai
kerugian petani padi pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
……………….……………………………………………………..(3)
Dimana:
NKP = Nilai kerugian petani (Rp/tahun)
PPT = Pengeluaran petani padi (Rp/tahun)
PDK = Pendidikan formal petani (tahun)
UMT = Umur tanam padi (hst)
MSM = Musim tanam (skala: 1=normal, 2=hujan dan banjir, 3=kemarau dan
kekeringan, 4=banjir dan kekeringan)
KTL = Ketinggian Lahan (mdpl)
ε = galat
Hipotesis dari faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi adalah
sebagai berikut :
1. Pengeluaran petani padi
Jika dilihat dari kondis lapang, pengeluaran petani diharapkan bernilai positif.
Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya pengeluaran petani padi
akibat variabilitas cuaca maka akan meningkatkan nilai kerugian petani.
2. Pendidikan formal petani
Jika dilihat dari kondisi lapang, pendidikan formal diharapkan bernilai negatif.
Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan formal petani
maka akan menurunkan nilai kerugian petani. Peningkatan pendidikan
tentunya menyebabkan petani memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih
terkait dampak akibat variabilitas cuaca.
3. Umur tanam padi
Jika dilihat dari kondisi lapang, umur tanam padi diharapkan bernilai negatif.
Hal ini mendadakan bahwa setiap peningkatan umur tanam padi maka akan
menurunkan nilai kerugian petani padi. Peningkatan umur tanam tentunya
33
menurunkan tingkat kerentanan terhadap variabilitas cuaca seperti adanya
bencana alam banjir yang melanda lahan persawahan.
4. Musim tanam
Jika dilihat dari kondisi lapang, musim tanam padi diharapkan bernilai positif.
Hal ini menandakan bahwa setiap peningkatan tingkat skala musim maka akan
meningkatkan nilai kerugian bagi petani. Skala satu yaitu normal, artinya
bahwa saat kondisi normal tidak menutup kemungkinan adanya kerugian yang
ditimbulkan meskipun dengan nilai yang tidak terlalu besar. Begitu pula
dengan skala 2 sampai dengan skala 5. Semakin mendekati skala 5, nilai
kerugian petani akan semakin besar.
5. Ketinggian lahan
Jika dilihat dari kondisi lapang, ketinggian lahan diharapkan bernilai negatif.
Hal ini menandakan bahwa setiap peningkatan ketinggian lahan maka akan
meningkatkan nilai kerugian bagi petani. Peningkatan ketinggian lahan
tentunya menurunkan tingkat kerentanan terhadap ancaman variabilitas cuaca
seperti terhindarnya dari bencana alam banjir.
Model yang baik hendaknya memenuhi asumsi klasik yaitu tidak ada
multikolinearitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokolerasi, dan error
term (galat) menyebar normal. Model analisis regresi linear berganda merupakan
metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS).
Menurut Gujarati (2002), OLS dapat menduga koefisien regresi dengan baik,
karena : (1) memiliki sifat tidak bias dengan varian yang minimum, (2)
variabelnya konsisten dimana dengan meingkatnya ukuran sample maka koefisien
regresi mengarah pada nilai populasi yang sebenarnya,dan (3) koefisien
regresinya terdistribusi secara normal.
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor-faktor yang telah
ditentukan dalam persamaan akan mempengaruhi nilai kerugian petani terhadap
variabilitas cuaca, dilakukan pengujian ketelitian dan pengujian kemampuan
model regresi. Pengujian model regresi ini terdiri dari uji koefisien determinasi,
uji koefisien regresi menyeluruh, dan uji koefisien regresi parsial.
34
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2
mencerminkan seberapa besar keragaan dari variabel terikat yang
dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 memiliki besaran yang positif
dan kurang dari satu (0 R2 1). Jika nilai R
2 bernilai nol maka keragaman dari
variabel terikat tidak dapat dijelaskan olehvariabel bebasnya. Sebaliknya, jika
nilai R2 bernilai satu maka keragaman dari variabel terikat secara keseluruhan
dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara sempurna. R2
dapat dirumuskan
sebagai berikut :
……………………………………………(4)
Dimana:
ESS = Explained of Sum Square
TSS = Total of Sum Square
2. Uji Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adj- R2)
Penambahan variabel bebas akan menyebabkan bertambahnya nilai R2.
Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menghitung Adj- R2. Adj- R
2
adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan, sehigga penambahan
nilainya terbebas dari pengaruh penambahan jumlah variabel bebas. Arti dari nilai
Adj- R2
secara harfiah sama dengan nilai R2, hanya saja Adj- R
2 lebih tepat karena
telah menghilangkan pengaruh dari jumlah variabel. Adj- R2
dapat dirumuskan
sebagai berikut :
……………………………………...……(5)
Dimana :
RSS = Residual of Sum Square
TSS = Total of Sum Square
n = jumlah observasi
k = jumlah koefisien
3. Uji Koefisien Regresi Menyeluruh (F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedur yang digunakan :
35
H0 : = = 0
H1 : minimal ada satu 0
……………………………..………..(6)
Dimana:
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKG = Jumlah Kuadrat Galat/Residual
k = Jumlah variabel terhadap intersep
n = Jumlah pengamatan (sample)
Apabila Fhit < Ftab maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel bebas
secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan
apabila Fhit > Ftab maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat.
4. Uji Koefisien Regresi Parsial (t)
Uji t dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing
variabel bebas sehingga dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Adapun prosedur pengujiannya menurut Gujarati (2002)
sebagai berikut :
H0 : = 0
H1 : 0
………………………………………….(7)
Dimana:
b = parameter pendugaan
βt = parameter hipotesis
Seβ = standar error parameter β
Jika thit < ttabel α/2, maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Namun, jika thit > ttabel α/2, maka H0
ditolak, artinya variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
Model yang dihasilkan dari regresi linear haruslah baik. Jika tidak maka
akan mempengaruhi interpretasinya. Interpretasi ini benar jika model regresi
linear memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat
36
dicapai bila memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik merupakan pengujian
pada model yang telah berbentuk linear untuk mendapatkan model yang baik.
Setelah model diregresikan dilakukan uji penyimpangan asumsi, yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah pada model tersebut
residual terdistribusi normal atau tidak. Model yang baik harus mempunyai
residual yang terdistribusi normal atau hampir normal. Uji yang dapat digunakan
adalah dengan membuat histrogram normalitas. Nilai probality yang lebih besar
dari taraf nyata α menandakan residual terdistribusi secara normal.
2. Uji Heterokedastisitas
Suatu model dapat dikatakan mempunyai sifat heterokedastisitas jika
ragam residual dalam model tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari variabel-
variabel bebas dalam model regresi. Akibat dari sifat ini adalah penduga OLS-nya
tidak efisien lagi karena standar residualnya bias ke bawah. Salah satu cara
memprediksi adanya heterokedasitisitas adalah dengan melihat Grafik Scatterplot.
Model dapat dikatakan tidak mengalami heteroskedastisitas apabila titik-titik
menyebar secara acak.
3. Uji Autokolerasi
Autokorelasi terjadi jika ada korelasi serial antara residual. Korelasi
tersebut terjadi karena residual saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
residual tersebut tidak bebas. Korelasi tersebut menyebabkan penduga OLS
menjadi tidak efisien lagi. Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Menurut Firdaus (2011) nilai DW yang
berada diantara selang 1,55-2,46 menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear sempurna antar variabel
bebas dalam suatu model. Hal ini terjadi jika nilai R2 tinggi namun banyak
variabel yang tidak signifikan dari uji t. Suatu model yang mempunyai sifat ini
maka interpretasi dari model tersebut akan menjadi sulit. Salah satu cara untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai VIF (Variance
37
Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi
masalah multikolinearitas yang serius.
4.4.4. Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca
Adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca dilakukan dengan
maksud untuk mengurangi dampak negatif dari variabilitas cuaca tersebut. Jenis
analisis untuk mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani adalah dengan
memberikan pertanyaan mengenai bentuk strategi dan inovasi dalam menghadapi
variabilitas cuaca. Hasil yang didapatkan kemudian dipersentasekan sehingga
dapat diketahui bentuk adaptasi yang sudah dilakukan oleh petani dalam
menghadapi variabilitas cuaca.
5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Indramayu secara geografis terletak antara 107510-10836
0
Bujur Timur dan 6150- 640
0 Lintang Selatan dengan luas wilayah 2.040,11 km
2.
Kabupaten Indramayu berada pada lokasi yang strategis dan menjadi pusat
pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten
Indramayu di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Subang sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan Cirebon. Kabupaten Indramayu memiliki
31 kecamatan yang terbagi atas 313 desa dan kelurahan. Sementara itu, jumlah
penduduk Kabupaten Indramayu akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 9 Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2009-2014
Tahun Jumlah Penduduk(Jiwa)
2009 1.744.897
2010 1.668.153
2011 1.675.790
2012 1.683.460
2013 1.690.977
2014 1.868.579
Sumber: BPS Kabupaten Indramayu, 2014
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat pertumbuhan jumlah penduduk
Kabupaten Indramayu dari tahun 2009 sampai 2014. Jumlah penduduk Kabupaten
Indramayu cenderung mengalami penurunan pada tahun 2010 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Jumlah penduduk pada
data terakhir yaitu pada tahun 2014 sebesar 1.868.579. Pertumbuhan penduduk
yang selalu mengalami peningkatan menyebabkan semakin bertambahnya
kebutuhan penduduk termasuk peningkatan kebutuhan pangan. Sementara itu,
perekonomian wilayah Kabupaten Indramayu dilihat berdasarkan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Indramayu akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.
40
Tabel 10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2013
Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
2011 6,48
2012 6,52
2013 6,67
Sumber : BPS Kabupaten Indramayu, 2014
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat PDRB kabupaten Indramayu dari tahun
2011 sampai 2013 terlihat memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang selalu
meningkat. Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,67 persen yang
meningkat 0,15 persen dari tahun sebelumnya.
Di Kabupaten Indramayu musim hujan berlangsung pada bulan Oktober -
Maret dan kemarau pada April – September. Kabupaten Indramayu memiliki suhu
rata-rata 300C dan curah hujan rata-rata sebesar 110 mm/hari pada tahun 2013,
sedangkan pada tahun 2012 suhu udara rata-rata di Kabupaten Indramayu adalah
300C dan curah hujan rata-rata sebesar 79 mm/hari. Hal ini menunjukkan adanya
perubahan pada curah hujan yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan
terutama kondisi pertanian di Kabupaten Indramayu.
5.2. Karakteristik Usaha Tani Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang sangat rentan terkena
dampak akibat variabilitas cuaca. Penelitian ini memilih sampel di Kabupaten
Indramayu. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan produksi padi di setiap
daerah yang mengalami dampak variabilitas cuaca seperti kemarau panjang dan
curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan bencana banjir. Kecamatan
Kandanghaur, Kecamatan Losarang dan Kecamatan Bongas dipilih dengan
kriteria mewakili daerah sentra produksi padi yang terkena dampak bencana banjir
dan kekeringan serta mengalami kerugian cukup besar. Untuk itu, peneliti
mengambil sampel di Kecamatan Kandanghaur terdiri dari dua desa, Kecamatan
Losarang terdiri dari tiga desa, dan Kecamatan Bongas terdiri dari tiga desa.
Berikut adalah tabel wilayah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Kabupaten
Indramayu.
41
Tabel 11 Wilayah studi penelitian
Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah responden
Kandanghaur Wirakanan 11
Kertawinangun 12
Karang Mulya 11
Losarang Santing 17
Muntur 16
Bongas Plawangan 17
Kerta Mulya 16
Total 100
Dari Tabel 11 diatas dapat terlihat bahwa wilayah studi penelitian ini
difokuskan pada tiga kecamatan yang terdiri dari tujuh desa. Jumlah responden
yang diambil yaitu 100 petani. Penelitian ini mengkaji tentang nilai kerugian
petani padi akibat variabilitas cuaca dan proses adaptasi yang dilakukan petani di
Kabupaten Indramayu. Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonominya
dapat dijelaskan dalam kriteria di bawah ini.
5.2.1. Tingkat Usia
Tingkat usia menjadi salah satu kriteria yang mencerminkan tingkat
kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau
keputusan dalam hidupnya, misalnya jenis pekerjaan dan alokasi pendapatan yang
diterima. Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut.
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Bersarkan data yang dipeoleh, responden memiliki tingkat usia yang
bervariasi yaitu dari 28 tahun hingga 75 tahun. Usia responden sebagian besar
berada pada kisaran 46-55 tahun sebanyak 32% dan 35-45 tahun sebanyak 26%
yang merupakan usia produktif petani. Responden dengan usia kurang dari 35
tahun sebanyak 12% dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 12%.
25-35 tahun
14%
36-45 tahun
22%
46-55 tahun
33%
56-65 tahun
18%
66-75 tahun
13%
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia
42
5.2.2. Lama Pendidikan
Selain tingkat usia, lama pendidikan formal juga merupakan faktor yang
mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau
keputusan dalam hidupnya. Lamanya pendidikan formal mempengaruhi persepsi
dan pola adaptasi petani terhadap variabilitas cuaca. Persentase lama pendidikan
formal dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Lama pendidikan mayoritas responden adalah 5-9 tahun dengan presentase
sebesar 75%. Lama pendidikan responden tertinggi yaitu berkisar 10-15 tahun
dan hanya mencapai presentase sebesar 9%. Faktor lamanya pendidikan yang
rendah yang dimiliki petani ini pada umumnya dikarenakan kondisi perekonomian
keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
5.2.3. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Responden memilki luas lahan yang bervariasi, yaitu antara 0,35-7 hektar.
Responden yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan kurang dari 1 hektar
mencapai 65% dan yang bertani pada lahan antara 1-1,5 hektar sebanyak 20%,
sedangkan petani yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan lebih dari 1,5
hektar adalah sebanyak 15%. Karakteristik responden berdasarkan luas
kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan
0-4 tahun
16%
5-9 tahun
75%
10-15 tahun
9%
43
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Status kepemilikan lahan reponden pada umumnya berstatus pemilik yaitu
sebanyak 63%. Sementara itu untuk kepemilikan lahan responden berstatus
penyewa sebanyak 30% dan sisanya sebanyak 7% berstatus pemilik sekaligus
penyewa. Presentase status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 8.
Sumber : Data primer (diolah), 2015
5.2.4. Lama Bertani
Responden dalam penelitian ini pada umumnya telah bertani dalam kurun
waktu yang cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan responden sebanyak 36%
telah bertani selama 10-20 tahun, 29% telah bertani selama 21-30 tahun, 20%
telah bertani selama 31-40 tahun, dan sisanya sebanyak 15% telah bertani selama
lebih dari 40 tahun. Presentase lama bertani dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan
Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan
Pemilik
63%
Penyewa
30%
Pemilik dan
Penyewa
7%
< 1 hektar
65%
1-1,5 hektar
20%
> 1,5 hektar
15%
44
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan lama bertani
10 - 20 tahun
36%
21 - 30 tahun
29%
31 - 40 tahun
15%
> 40 tahun
20%
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca
Variabilitas cuaca telah mengakibatkan kerugian bagi petani di Kabupaten
Indramayu. Untuk menilai persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca,
peneliti mengambil 100 responden petani di Kabupaten Indramayu yang sangat
rentan terhadap dampak variabilitas cuaca seperti bencana kekeringan dan
kebanjiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki
persepsi yang berbeda terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan informasi
dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang variabilitas cuaca berbeda-
beda.
6.1.1. Persepsi Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, survei melalui pertanyaan
pertama mayoritas responden yaitu sebanyak 60% menilai sangat setuju dan 40%
menilai setuju bahwa perubahan pola curah hujan terjadi dalam 5 tahun terakhir
ini. Hal ini menandakan bahwa petani di Kabupaten Indramayu merasakan adanya
variabilitas cuaca. Pertanyaan kedua yaitu sebanyak 54% dan 43% petani menilai
sangat setuju dan setuju bahwa peningkatan frekwensi banjir terjadi dalam 5 tahun
terakhir ini. Nilai tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten
Indramayu banyak yang mengalami kerugian akibat bencana banjir yang melanda
lahan padi mereka. Pertanyaan ketiga yaitu sebanyak 58% petani menilai sangat
setuju bahwa peningkatan frekuensi kekeringan terjadi dalam 5 tahun terakhir ini.
Petani tersebut banyak yang mengalami puso akibat kekeringan yang
mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Pertanyan keempat yaitu sebanyak
59% petani menilai sangat setuju bahwa perubahan pola tanam disebabkan oleh
pergeseran curah hujan. Pertanyaan kelima yaitu sebanyak 65 % petani menilai
tidak setuju dengan terjadinya kenaikan permukaan air laut yang diakibatkan oleh
variabilitas cuaca. Mayoritas petani di Kabupaten di Indramayu menyatakan
bahwa mereka tidak merasakan adanya kenaikan permukaan air laut. Namun
sebesar 14% menyatakan sangat setuju dengan pernyatan tersebut karena menurut
petani disana lahan padi mereka sangat berdekatan dengan garis pantai.
46
Adanya variabilitas cuaca tersebut juga didukung dengan data Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi yang menunjukkan
bahwa data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 sampai
dengan 2013 di wilayah Kabupaten Indramayu cenderung berubah. Perubahan
terjadi terutama pada bulan masa tanam padi yaitu saat Musim Hujan (MH) dan
Musim Kemarau I (MK I). Bulan MH untuk menanam padi di Indramayu yaitu
Oktober, November dan Desember sedangkan untuk bulan MK I yaitu Februari,
Maret dan April. Perubahan ini menandakan bahwa petani sudah seharusnya
melakukan startegi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca tersebut.
Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MH bulan Oktober, November
dan Desember di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi
Dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa curah hujan tertinggi selama 10
tahun terakhir untuk bulan Oktober yaitu pada tahun 2010, untuk bulan November
curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan untuk bulan Desember curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2007. Perubahan pola curah hujan tersebut dapat
mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian seperti terkena
bencana banjir. Kerugian tersebut berdampak pada hasil panen yang berkurang
dan menyebabkan petani mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan
replanting. Masa tanam padi selanjutnya adalah MK I yaitu pada bulan Februari,
Gambar 10 Data curah hujan (mm) MH bulan Okober ( ), November ( ),
Desember ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu
0,000
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
Tahun
47
Maret dan April. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MK I dapat
dilihat pada Gambar 11.
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi
Dapat dilihat pada Gambar 11 bahwa curah hujan tertinggi selama 10
tahun terakhir untuk bulan Februari yaitu terjadi pada tahun 2004, untuk bulan
November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan untuk bulan
Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2011.
6.1.2. Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca
Responden pada umumnya menyadari adanya kerugian yang diakibatkan
oleh variabilitas cuaca. Hal ini ditunjukkan dari 63% petani menilai sangat setuju
bahwa terjadi penurunan produksi diakibatkan oleh variabilitas cuaca yang tidak
menentu, 74% menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan biaya input
diakibatkan oleh variabilitas cuaca dan sebanyak 79% petani menilai sangat setuju
bahwa terjadinya peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman
diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Berdasarkan hasil survei tersebut menandakan
bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu mengalami kerugian yang cukup
besar yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hasil survei yang dilakukan oleh
peneliti dapat dilihat pada Tabel 12.
0,000
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Cu
rah
Hu
jan
(mm
)
Tahun
Gambar 11 Data curah hujan (mm) MH bulan Februari ( ), Maret ( ),
April ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu
48
Tabel 12 Persepsi terhadap variabilitas cuaca
Uraian
Sangat
Setuju Setuju Biasa
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca
Terjadinya perubahan pola curah
hujan dalam 5 tahun terakhir 60 60 40 40 0 0 0 0 0 0
Terjadinya peningkatan frekuensi
banjir dalam 5 tahun terakhir 54 54 43 43 3 3 0 0 0 0
Terjadinya peningkatan frekuensi
kekeringan dalam 5 tahun terakhir 58 58 34 34 8 8 0 0 0 0
Terjadinya perubahan pola tanam
disebabkan oleh pergeseran curah
hujan
59 59 37 37 4 4 0 0 0 0
Naiknya permukaan air laut 14 14 5 5 5 5 65 65 11 11
Persepsi Petani terhadap Dampak Variabilitas Cuaca
Terjadi penurunan produksi akibat
variabilitas cuaca yang tidak
menentu
63 63 35 35 0 0 2 2 0 0
Peningkatan biaya input akibat
variabilitas cuaca 74 74 24 24 1 1 1 1 0 0
Peningkatan jumlah dan jenis hama
penyakit tanaman 79 79 21 21 0 0 0 0 0 0
Sumber: data primer, 2015 (diolah)
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa mayoritas responden merasakan
dampak yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan responden
yang mengalami kerugian akibat bencana banjir dan kekeringan yang melanda
lahan mereka. Bencana tersebut menyebabkan para petani tidak mendapatkan
pemasukan yang dihasilkan dari usaha tani padi. Bahkan mereka pun menanggung
kerugian untuk membiayai penanaman kembali akibat bencana tersebut.
Tabel 13 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas
cuaca Uraian Skor Penilaian Peringkat
Persepsi terhadap variabilitas cuaca
Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun
terakhir 460 Sangat setuju 1
Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5
tahun terakhir 451 Sangat setuju 3
Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5
tahun terakhir 450 Sangat setuju 4
Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh
pergeseran curah hujan 455 Sangat setuju 2
Naiknya permukaan air laut 246 Tidak setuju 5
49
Tabel 13 Hasil Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi
variabilitas cuaca (lanjutan) Uraian Skor Penilaian Peringkat
Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca
Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca
yang tidak menentu 459 Sangat setuju 3
Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca 471 Sangat setuju 2
Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman 479 Sangat setuju 1
Sumber: data primer, 2015 (diolah)
Pada Tabel 13 terlihat skor yang berbeda pada setiap persepsi. Skor ini
menunjukkan nilai persepsi berdasarkan penilaian petani. Jika persepsi terhadap
variabilitas cuaca diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah, maka peringkat
tertinggi dari persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca yang sangat
dirasakan adalah terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir.
Persepsi kerugian petani akibat variabilitas cuaca yang memiliki skor tertinggi
adalah peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan pola curah hujan selama 5 tahun terakhir ini
sangat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian akibat
peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman.
6.2. Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan
Rumah Tangga Petani Padi
Adanya variabilitas cuaca menyebabkan dampak terhadap kegiatan
usahatani dan pendapatan rumah tangga petani padi khususnya di Kabupaten
Indramayu. Dampak tersebut menyebabkan kerugian yang ditanggung oleh petani
padi. Penilaian kerugian tersebut perlu diketahui sebagai salah satu upaya untuk
menginformasikan bahwa ketika terjadi bencana kekeringan dan kebanjiran yang
diakibatkan oleh variabilitas cuaca mengakibatkan penambahan pengeluaran
petani maupun oleh pemerintah. Nilai kerugian akibat variabilitas cuaca ini dapat
dilihat dari banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh para petani di Kabupaten
Indramayu dan juga pemerintah daerah. Biaya tersebut merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh petani yang seharusnya tidak digunakan jika keadaan cuaca
tersebut dikatakan normal. Keadaan ini juga berdampak pada pendapatan rumah
tangga petani padi yang berkurang dan produktivitas padi yang berkurang akibat
bencana yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Oleh karena itu, perhitungan
akan dilakukan berdasarkan metode yang dilakukan.
50
6.2.1. Perubahan Produktivitas
Penghitungan kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang berdampak
pada produktivitas usahatani memerlukan data produktivitas baik yang terkena
dampak kekeringan dan kebanjiran maupun yang tidak terkena dampak. Adanya
kerugian tersebut dapat menunjukkan bahwa variabilitas cuaca memberikan
dampak negatif terhadap kegiatan usaha tani dan non pertanian yang
mengakibatkan penurunan produktivitas sehingga dapat mengurangi pendapatan
rumah tangga usahatani. Nilai kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang
berdampak pada lahan padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca (kekeringan dan kebanjiran) di
Kabupaten Indramayu tahun 2014
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Berdasakan Tabel 14 dapat dilihat bahwa puso akibat kekeringan yaitu
sebesar 0,862 hektar sedangkan puso akibat bencana banjir yaitu sebesar 0,739
hektar. Total rata-rata kehilangan hasil untuk setiap petani di Kabupaten
Indramayu adalah sebesar Rp 13.174.558,-. Angka tersebut terbilang cukup besar
sehingga pemerintah sudah seharusnya melakukan upaya strategi dan adaptasi
terhadap variabilitas cuaca bersama para petani.
6.2.2. Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca
Puso yang terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 menyebabkan
kerugian yang cukup besar bagi petani. Berbagai cara telah dilakukan oleh petani
sebagai upaya untuk mengurangi nilai kerugian yang mereka dapatkan. Namun
hasilnya tidak merubah besarnya nilai kerugian. Keadaan seperti ini tentunya akan
berdampak pada sumber pendapatan usahatani padi dan bagi kesejahteraan para
petani di Kabupaten Indramayu. Berikut adalah Tabel 15 yang menunjukkan total
nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca pada tahun 2014.
Bencana Luas tanam
(ha)
Puso
(ha)
Rata-rata
produktivitas
(ton/ha)
Kehilangan hasil
(Rp)
Kekeringan 1,177 0,862 2,54 7.927.905
Kebanjiran 1,177 0,739 1,96 5.246.654
Total rata-rata 13.174.558
51
Tabel 15 Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten
Indramayu tahun 2014
Pendapatan usahatani Kelompok luas lahan
<1hektar 1-1,5 hektar >1,5 hektar
Tidak terkena puso* 17.426.615 33.719.500 71.504.000
Terkena puso** 10.216.769 19.556.250 34.914.333
Total kerugian 0,58627387 0,57996856 0,48828504
Total kerugian (%) 58,62 57,99 48,82
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Keterangan : * kondisi normal
**2 kali tanam puso tahun 2014
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa setiap penguasaan kelompok
luas lahan memiliki pendapatan usahatani yang berbeda-beda. Pada pendapatan
usahatani yang tidak mengalami puso dalam satu tahun memiliki nilai yang jauh
berbeda jika dibandingkan dengan pendapatan usahtani yang mengalami puso.
Keadaan ini terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 yang
mengakibatkan dua kali puso saat musim rendeng dan musim sadon. Pada Tabel
18 dapat dilihat bahwa total kerugian petani padi tertinggi akibat variabilitas cuaca
pada tahun 2014 berada pada penguasaan lahan kurang dari satu hektar yaitu
sebesar 58,62%.
6.2.3. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
Secara agregat pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua
sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non
pertanian. Sumber pendapatan pertanian yang terdiri dari usaha pertanian
dikelompokan menjadi tiga yaitu usahatani sawah, usahatani kebun dan usaha
ternak, dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani. Sumber pendapatan non
pertanian terdiri dari usaha non pertanian (dagang, industri dan jasa), Pegawai
Negeri/TNI, pendapatan dari sumbangan dan lainnya. Sebagian besar rata-rata
petani padi di Kabupaten Indramayu menanam tanaman padi sebagai pekerjaan
utama mereka dan hasilnya sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga sehari-hari. Untuk melihat pendapatan rumah tangga petani padi di
Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 16.
52
Tabel 16 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok
penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2014
Sumber Pendapatan Kelompok Luas Lahan
Total < 1 Hektar 1 – 1,5 Hektar > 1,5 Hektar
1. Pertanian
a. Usahatani padi 10.216.769 19.556.250 34.914.333 64.687.352
b. Kebun
(Timun suri) 2.000.000 2.400.000 0 4.200.000
c. Buruh tani 3.048.333 4.447.059 0 7.495.392
2. Non pertanian 5.440.678 8.841.176 15.000.000 29.281.854
3. Kiriman keluarga 515.789 1.538.462 0 2.054.251
Total rata-rata 4.244.314 7.356.589 9.982.867 21.543.770
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga petani padi
tahun 2014 pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari
1,5 hektar terjadi kecenderungan yang mengakibatkan kontribusi pendapatan
rumah tangga disektor pertanian semakin tinggi. Sebaliknya, pada kelompok
penguasaan lahan yang kurang dari 1,5 hektar memiliki peran kontribusi
pendapatan rumah tangga yang rendah. Hal ini dikarenakan variabilitas cuaca
yang tidak menentu mengakibatkan para petani tidak siap dengan resiko yang
ditanggung. Kerugian yang ditanggung petani pun tidak mampu tertutupi
dikarenakan modal yang dimiliki petani terbatas.
Umumnya sebagian besar pendapatan pertanian berasal dari usaha
pertanian lahan sawah, kebun, ternak, kolam/tambak dan kegiatan berburuh tani.
Kemudian pendapatan usaha pertanian yang sangat dominan bersumber pada
usahatani lahan sawah, terutama tanaman pangan (padi) dibandingkan pada
usahatani lainnya. Berdasarkan Tabel 16, rendahnya sumber pendapatan pertanian
pada kelompok penguasaan lahan yang sempit sebagai akibat kecilnya penguasaan
lahan yang digarap karena ketimpangan distribusi penguasaan lahan yang semakin
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran keragaman sumber
pendapatan dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian terutama bagi pemilik
lahan yang sempit. Kontribusi sumber pendapatan yang terbesar diluar sektor
pertanian tersebut yaitu melalui dagang, produksi barang dan jasa bahkan kegiatan
berburuh non pertanian.
53
Pada tahun 2014, pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten
Indramayu terbilang rendah dikarenakan pada tahun tersebut terjadi bencana
banjir yang cukup besar. Adanya bencana tersebut menyebabkan dampak terhadap
lahan persawahan yang menenggelamkan sekitar 40.385 hektar dan
mengakibatkan puso sekitar 2.099 hektar. Angka tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai 4.523 hektar lahan sawah yang
tenggelam. Untuk melihat kondisi normal pendapatan rumah tangga saat kondisi
normal dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok
penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu saat kondisi normal Sumber Pendapatan Kelompok Luas Lahan Total
< 1 Hektar 1 – 1,5 Hektar > 1,5 Hektar
1. Pertanian
a. Usahatani padi 17.426.615 33.719.500 71.504.000 122.650.115
b. Kebun
(Timun Suri) 2.400.000 2.600.000 0 429.576
c. Buruh tani 3.048.333 4.447.059 0 7.495.392
2. Non Pertanian 5.440.678 8.841.176 15.000.000 29.281.854
3. Transfer Payment 515.789 1.538.462 0 2.054.251
Total rata-rata 5.766.283 10.229.239 17.300.800 33.296.322
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Berdasarkan Tabel 17, total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi
di Kabupaten Indramayu pada saat kondisi normal sangat jauh berbeda dengan
pendapatan rumah tangga pada saat terjadi puso pada tahun 2014. Pada saat
kondisi normal, sumber pendapatan rumah tangga tertinggi memiliki kesamaan
dengan kondisi saat puso yaitu berasal dari sumber pendapatan pertanian
usahatani padi. Sumber pendapatan rumah tangga tersebut rata-rata dikuasai oleh
kelompok luas lahan lebih dari 1,5 hektar.
6.3. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi dan Adaptasi
Petani Padi dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca
Variabilitas cuaca yang terjadi berpengaruh besar terhadap kondisi
lingkungan di Kabupaten Indramayu di berbagai bidang terutama di bidang
pertanian. Variabilitas cuaca tersebut ditandai dengan meningkatnya suhu dan
curah hujan. Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pertanian di
Indonesia yang sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Berbagai macam strategi
dan adaptasi yang dapat dilakukan oleh petani dalam melakukan upaya mengatasi
54
adanya kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca diantaranya yaitu
merubah pola tanam dengan mengganti jenis tanaman, memperbanyak
penggunaan obat-obatan dan memperbaiki sistem irigasi.
Petani di Kabupaten Indramayu dapat dikatakan belum sepenuhnya
memahami dan mengetahui tentang langkah yang seharusnya dilakukan dalam
melakukan antisipasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini mengakibatkan banyak
para petani di Indramayu yang mengalami kerugian yang cukup besar. Sehingga
diperlukan suatu kajian yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani padi sebagai upaya strategi dan adaptasi
terhadap variabilitas cuaca. Pendapatan usahatani tersebut menggunakan
pendapatan yang hilang yang diterima oleh petani padi di Kabupaten Indramayu
dikarenakan pada tahun 2014 terjadi puso sebanyak dua kali yaitu saat musim
rendeng dan musim sadon. .
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan keputusan petani
dianalisis menggunakan model regresi berganda. Variabel independen yang
diduga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh adalah pengeluaran petani padi
(PPT), pendidikan petani (PDK), umur tanam padi (UMT), musim tanam (MSM)
dan ketinggian lahan (KTL). Pengolahan model regresi berganda ini
menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.
6.3.1. Analisis Regresi Berganda
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi strategi dan adaptasi petani padi
terhadap variabilitas cuaca dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
regresi berganda. Hasil faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani
padi pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di
Kabupaten Indramayu tahun 2014
Model
Unstandardized Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Tolerance VIF
(Constant) 7.810 0.356 21.953 .000*
PPT 1.257 0.000 0.435 .664 .810 1.234
PDK -0.005 0.000 -0.351 .726 .904 1.106
55
Tabel 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di
Kabupaten Indramayu tahun 2014 (lanjutan)
Model
Unstandardized Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error B
UMT -0.016 0.011 -1.462 .147** .720 1.390
MSM 0.076 0.037 2.056 .043* .709 1.411
KTL -0.262 0.044 -5.924 .000* .751 1.332
R-square : 0.462
Durbin-Watson : 1.618
F : 16.174
Sig : 0.000
Asymp.Sig(2-tailed) : 0.155
Sumber : Data primer (diolah) , 2015
Keterangan : : * taraf nyata 5%
** taraf nyata 15%
Berdasarkan Tabel 18, persamaan regresi yang dihasilkan dari uji model
persamaan respon nilai kerugian petani padi sebagai berikut.
Keterangan :
NKP = Nilai kerugian petani padi (Rp/tahun)
PPT = Pengeluaran petani padi (Rp/tahun)
PDK = Pendidikan formal petani (tahun)
UMT = Umur tanam padi (hst)
MSM = Musim tanam (skala: 1=normal, 2=hujan dan banjir, 3=kemarau dan
kekeringan, 4=banjir dan kekeringan)
KTL = Ketinggian Lahan (mdpl)
Menurut Sarwono (2013) nilai R square merupakan koefisien determinasi
yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tergantung. Nilai R square dalam penelitian ini adalah sebesar 46,2% artinya
sebesar 46,2% besarnya nilai kerugian petani padi dapat dijelaskan dengan
menggunakan variabel dependent. Sisanya sebesar 53,8% dijelaskan oleh faktor
56
lain diluar model. Nilai F hitung adalah sebesar 16.174 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0.000 menunjukkan bahwa variabel dependent dalam
model berpengaruh secara simultan terhadap besarnya pendapatan nilai kerugian
petani padi dalam setahun. Taraf nyata yang digunakan adalah taraf nyata 5%.
Model regresi linier berganda tidak boleh melanggar uji asumsi klasik dan bersifat
BLUE (Best Linier Unbias Estimators). Model ini telah diuji dengan
menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berikut adalah hasil masing-masing uji
asumsi klasik :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Data dikatakan normal apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih
besar dari taraf nyata yang digunakan. Pada Tabel 18 nilai Asymp.Sig.(2-
tailed) sebesar 0.155 atau lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat
dikatakan bahwa error term data dalam penelitian ini telah terdistribusi
secara normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Multikoliniertas terjadi
apabila nilai VIF > 10. Berdasarkan hasil uji asumsi multikolinieritas
terlihat bahwa nilai VIF semua variabel bebas < 10 sehingga dalam model
ini tidak terdapat multikolinieritas.
3. Uji Heteroskesdasitas
Salah satu cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat
Grafik Scatterplot. Hasil dari Grafik Scatterplot (Lampiran 3)
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hasil ini
menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini tidak mengalami
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin-
Watson (DW). Hasil menunjukkan bahwa nilai DW adalah 1.618. Menurut
Firdaus (2011) nilai DW yang berada diantara selang 1,55-2,46
menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Nilai DW yang didapat berada
57
diantara selang tersebut, maka dapat disimpulkan model tidak mengalami
autokorelasi.
Nilai Sig. dari variabel pengeluaran petani padi memiliki nilai yang lebih
besar dari taraf nyata 5 persen (0,664 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi. Variabel
pengeluaran petani padi mempunyai hubungan positif sebesar 1,257 terhadap nilai
kerugian petani padi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan
pengeluaran petani padi sebesar Rp 1000.000,- maka akan meningkatkan nilai
kerugian petani padi sebesar Rp 1.257.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap
tetap (cateris paribus). Hubungan antara nilai kerugian petani padi dengan
pengeluaran petani padi ini menandakan bahwa pada tahun 2014 petani di
Kabupaten Indramayu mengalami kenaikan pengeluaran sehingga mengakibatkan
kenaikan nilai kerugian petani padi.
Variabel lain yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi yaitu variabel
pendidikan. Nilai Sig. pada variabel pendidikan yaitu sebesar 0,726 namun tidak
memenuhi syarat signikansi dalam model tersebut karena lebih besar dari taraf
nyata 5 persen (0,726 > 0,05). Variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatif
sebesar 0,005 terhadap nilai kerugian petani padi. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap terjadi kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan
menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 5.000,- dengan asumsi variabel
lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini menandakan bahwa pendidikan
yang semakin tinggi akan menyebabkan nilai kerugian petani padi semakin
menurun dikarenakan pengaruh tingkat pengetahuan dan informasi yang
diperoleh petani dalam melakukan upaya strategi dan adaptasi terhadap
variabilitas cuaca. Dengan menurunnya nilai kerugian petani padi tersebut
tentunya berdampak pada hasil produksi dan produktivitas padi cenderung
meningkat.
Variabel umur tanam padi memiliki nilai Sig. sebesar 0,147. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa umur tanam padi berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian
petani padi pada taraf nyata 15 persen yaitu nilai Sig. lebih kecil dibandingkan
taraf nyata yang digunakan pada model ini (0,147 < 0,15). Variabel umur tanam
mempunyai pengaruh negatif sebesar 0,015 terhadap nilai kerugian petani padi.
58
Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan umur tanam sebesar 1 hst
maka akan menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 15.000,- dengan
asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan
kondisi lapang di Kabupaten Indramayu bahwa kenaikan umur tanam tidak akan
mempengaruhi nilai kerugian petani padi.
Variabel musim memiliki nilai Sig. sebesar 0,043. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa musim berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi
pada taraf nyata 5 persen (0,043 < 0,05). Variabel musim mempunyai hubungan
positif sebesar 0,076 terhadap nilai kerugian petani padi. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkatan skala musim akan meningkatkan
nilai kerugian petani padi sebesar Rp 76.000,- dengan asumsi variabel lain
dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa
meningkatnya musim yang dipengaruhi oleh variabilitas cuaca mengakibatkan
kerugian bagi petani padi sehingga pendapatan yang hilang semakin meningkat.
Variabel ketinggian lahan memiliki nilai Sig. sebesar 0,000. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ketinggian lahan berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian
petani padi pada taraf nyata 5 persen (0,000 < 0,05). Variabel ketinggian lahan
mempunyai hubungan negatif sebesar 0,262 terhadap nilai kerugian petani padi.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan ketinggian lahan sebesar 1 mdpl
akan menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 262.000,- dengan asumsi
variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis
bahwa semakin tinggi ketinggian lahan menyebabkan semakin rendah tingkat
kerentanannya terhadap bencana alam banjir yang mengakibatkan puso sehingga
petani padi tidak mengalami kerugian yang begitu besar. Berdasarkan hasil dari
persamaan regresi pada Tabel 18, faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi
dalam melakukan strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca adalah umur
tanam, musim dan ketinggian lahan.
6.4. Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca
Adaptasi yang dilakukan oleh petani padi di Kabupaten Indramayu
terhadap variabilitas cuaca bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang
ditimbulkan. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk pola adaptasi yang dilakukan
59
oleh petani yaitu adaptasi ekonomi, ekologi dan sosial. Berikut adalah Tabel 19
mengenai adaptasi terhadap variabilitas cuaca.
Tabel 19 Adaptasi Petani terhadap Variabilitas Cuaca
Sumber : data primer (diolah), 2015
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa untuk pola
adaptasi ekonomi sebesar 41% petani melakukan adaptasi dengan cara menyewa
lahan petani lain yang hasilnya digunakan untuk mengurangi dampak kerugian
yang ditimnbulkan akibat variabilitas cuaca. Pada pola adaptasi ekologi, sebesar
63% petani melakukan adaptasi dengan cara melakukan upaya bersama
membasmi penyakit. Hal ini dipilih oleh petani dikarenakan dari tahun ke tahun
hama penyakit semakin bertambah jumlahnya sehingga diperlukan upaya yang
kuat untuk dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Pada pola adaptasi
No Adaptasi terhadap Variabilitas Cuaca Jumlah (%)
A. Adaptasi Ekonomi
1. Memanfaatkan tabungan 17
2. Menyewakan lahan 6
3. Menyewa lahan 41
4. Jual binatang ternak 13
5. Jual perhiasan 22
6. Jual tanah 4
7. Mengurangi konsumsi makanan per hari 8
8. Berhutang pada lembaga formal (bank, koperasi) 31
9. Berhutang pada lembaga non formal (rentenir, pengepul gula,) 2
10. Memaksimalkan pendapatan non pertanian 25
B. Adaptasi Ekologi
1. Menjadi nelayan 1
2. Mencari ikan di sungai 4
3. Menjadi buruh tani 36
4. Menjadi pekerja non farm di desa 21
5. Menjadi pekerja di kota 3
6. Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi
52
7. Melakukan upaya bersama membasmi penyakit 63
8. Mengganti pola tanam 19
9. Mengganti komoditas pertanian/ perkebunan 22
C. Adaptasi Sosial
1. Pemanfaatan kiriman dari kerabat: kiriman uang, barang, dan
makanan
19
2. Pemanfaatan jaringan pertetanggaan (uang, barang, dan makanan) 39
3. Pemanfaatan jaringan lembaga sosial kemasyarakatan (arisan,
pengajian, jimpitan, perelek dll)
7
4. Pemanfaatan bantuan pemerintah 85
60
ekonomi, sebesar 85% petani bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh
pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa petani sangat mengharapkan bantuan
dari pemerintah.
6.4.1. Implikasi Kebijakan Adaptasi
Hasil studi tentang analisis nilai kerugian petani padi akibat variabilitas
cuaca dan proses adaptasi yang dilakukan oleh petani studi kasus Kabupaten
Indramayu menunjukkan bahwa pilihan kebijakan yang perlu dilakukan oleh
pemerintah, gapoktan, petani dan bagi perguruan tinggi sebagai berikut :
1. Pemerintah
Diperlukan adanya kebijakan dan program yang secara sistematis, konsiten,
dan berkesinambungan efektif untuk meningkatkan kapasitas adaptasi petani
dalam menghadapi variabilitas cuaca. Agenda kebijakan dan program tersebut
mencakup perbaikan infrastruktur fisik irigasi dan pemeliharaan irigasi. Selain
itu, perlunya penyediaan informasi cuaca yang lebih akurat dan dapat diakses
oleh petani melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Jatiwangi. Perlunya perbaikan jadwal dan pemilihan jenis tanaman
agar sesuai dengan ketersesiaan air serta lebih tahan terhadap serangan
organisme pengganggu tanaman.
2. Gapoktan
Diperlukan dukungan para Gapoktan untuk memperkuat sarana dan prasarana
pertanian khususnya padi yang rentan terhadap dampak variabilitas cuaca.
Selain itu, perlunya penguatan anggota Gapoktan untuk menyalurkan
informasi kepada para petani mengenai kalender tanam yang tepat dan
informasi cuaca.
3. Perguruan tinggi
Diperlukan pengembangan penangkar benih yang mampu menghasilkan
benih/varitas tahan kekeringan dan berumur pendek di wilayah yang sangat
rawan terhadap kekeringan. Selain itu, perlunya mengkaji potensi dampak
positif variabilitas cuaca. Dalam kajian tersebut perlu diungkapkan: (1)
cakupan wilayah yang berpotensi mengalami dampak positif akibat
variabilitas cuaca (akibat musim kemarau panjang atau akibat musim hujan
berlebihan), (2) peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
61
produksi pangan di wilayah tersebut, (3) teknologi spesifik lokasi yang
dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang tersebut, serta (4) pengembangan
kelembagaan, sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka didapatkan simpulan sebagai
berikut :
1. Sebanyak 63% petani menilai sangat setuju dengan pernyataan bahwa
terjadi penurunan produsksi akibat variabilitas cuaca tidak menentu, 74%
menilai sangat setuju dengan adanya pernyataan terjadi peningkatan biaya
input akibat variabilitas cuaca dan sebanyak 79% petani menilai sangat
setuju dengan pernyataan bahwa terjadi peningkatan jumlah dan jenis
hama penyakit tanaman.
2. Total kehilangan hasil terbesar yaitu saat terjadi puso akibat kekeringan
dikarenakan petani tidak melakukan replanting seperti yang dilakukan saat
terjadi bencana banjir yang melanda lahan sawah petani. Total nilai
kehilangan hasil padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu
tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp. 13.174.558 untuk setiap petani. Total
nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca tahun 2014 di
Kabupaten Indramayu terbesar berada pada kelompok luas lahan kurang
dari 1 hektar yaitu sebesar 58,62%. Pendapatan rumah tangga petani padi
pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5
hektar terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumah tangga
disektor pertanian semakin rendah. Total rata-rata pendapatan rumah
tangga petani padi di Kabupaten Indramayu untuk tahun 2014 yaitu
sebesar Rp. 64.551.024.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai kerugian petani
padi terhadap variabilitas cuaca adalah umur tanam, musim dan ketinggian
lahan.
4. Pola adaptasi ekonomi sebesar 41% petani melakukan adaptasi dengan
cara menyewa lahan petani lain. Pada pola adaptasi ekologi, sebesar 63%
petani melakukan adaptasi dengan cara melakukan upaya bersama
membasmi penyakit. Pada pola adaptasi ekonomi, sebesar 85% petani
bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh pemerintah.
64
7.2. Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlunya sosialisasi kepada petani yang belum memahami mengenai
makna dari variabilitas cuaca.
2. Perlunya tindak pemerintah dalam bekerjasama kepada para petani untuk
melakukan strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca seperti
perbaikan kapasitas sistem irigasi dan pengembangan teknologi bertani
mengapung.
3. Perlunya pembuatan bendungan untuk menyalurkan air saat kondisi banjir
ke laut.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan perbandingan penelitian
terkait nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca.
DAFTAR PUSTAKA
Allan R. 2000. ENSO and Climatic Variability in The Past 150 years, in ENSO:
Multiscale Variability and Global and Regional Impacts, Diaz, H &
Markgraft, V. (Eds), pp. 3-55. Cambridge: Univ. Press.
Anwarie M. 2010. Pengaruh Anomali Curah Hujan Terhadap Produksi Padi di
Kabupaten Jember. Dep. Geografi, Fmipa Universitas Indonesia.
As-syakur AR. 2011. Pola spasial hubungan curah hujan dengan ENSO dan
IODdi Indonesia-Observasi menggunakan data TRMM 3B43. J Bunga
Rampai Pengindaraan Jauh Indonesia. Center for Remote Sensing and
Ocean Science (CReSOS). Bali (ID): Universitas Udayana.
Asikin Zainal. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan
Petani Padi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [Skripsi].
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Curah
Hujan Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013. Jatiwangi (ID): BMKG.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Road Map Strategi Sektor
Pertanian Menghadapi Perubahan iklim. Kementerian Pertanian.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Indramayu Dalam Angka Tahun 2014.
Indramayu (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013. Jawa
Barat (ID): BPS.
Boer R, Subbiah AR, Tamkani K, Hardjanto H, Alimoeso S. 2004.
Institutionalizing Climate Information Application: Indonesian Case.
Paper disajikan pada Inter-Regional Workshop on Strengthening
Operational Agrometeorological Services at the National Level, Manila
Philippines.
Boer R, A Buono, Sumaryanto, E Surmaini, A Rakhman, W Estiningtyas, K
Kartikasari, and Fitriyani. 2009. Agriculture Sector. Technical Report on
Vulnerability and Adaptation Assessment to Climate Change for
Indonesia’s Second National Communication. Ministry of Environment
and United Nations Development Programme, Jakarta.
Calhoun A. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Ed ke-3. Terjemahan. IKIP Semarang : Semarang Press.
Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Kebijakan dan Program Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dalam Antisipasi
Kekeringan Tahun 2012. Bandung.
FAO. 2010. Food and Agricultural Organization of the United Nations. Economic
and Social Department. Statistic Division.
66
Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gujarati D. 2002. Basic Econometrics. Mc Graw Hill. Singapore.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya
Handoko I, Y sugiarto dan Y Syaukat. 2008. Keterkaitan perubahan iklim dan
Produksi Pangan Strategis: Telaah Kebijakan independen dalam bidang
perdagangan dan pembangunan. Seameo Biotrop, Bogor.
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai.
[Disertasi]. Bogor : Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
IPCC, Fourth (4th) Assessment Report, 2007.
Iskandar J. 2007. Perubahan iklim dan Adaptasi Penduduk Lokal. PPSDAL-
UNPAD. Bandung.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.
Kartono K. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pioner Jaya.
Kurniawan D. 2008. Regresi Linier. Jurnal Foundation for Statistical Computing.
Vienna. Austria
Kurniawati F. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktor-
faktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasusdi
Desa Purwasari,Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Jurusan
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Las I. 2007. Srategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.
Las I, Unadi A, Subagyono K, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2007. Atlas
Kalender Tanam Pulau Jawa. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor.
Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Gadjah Mada
University Press.
Mayangsari N. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Tingkat
Kesejahteraan Nelayan Perahu Motor Tempel di Pelabuhan Ratu,
Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Moediarta R dan P Stalker. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim: Mengapa Indonesia
Harus Beradaptasi untuk Melindungi Rakyat Miskinnya. UNDP Indonesia.
Jakarta.
Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Naylor LN, WP Falcon, D Rochberg, and N Wada. 2001. Using El Niño/Southern
Oscillation climate data to predict rice production in Indonesia. Climatic
Change, 50(3). 255-265.
67
Naylor RL, DS Battisti, DJ Vimont, WP Falcon, and MB Burke. 2007. Assessing
risks of climate variability and climate change for Indonesian rice
agriculture. Proceeding of the National Academic of Science 114: 7752-
7757.
Nurdin. 2011. Antisipasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan Ketahanan
Pangan. Jurnal Dialog Kebijakan Publik Edisi 4 November 2011.
Gorontalo.
Olesen JE dan M Bidni, 2002. Consequences of Climate Change for European
Agricultural Productivity, Land Use and Policy. European Jurnal
Agronomy16, 239-262.
Osmaleli. 2010. Analisis Dampak Fenomena Perubahan Iklim Lokal dan
Kesejahteraan Nelayan (Studi Kasus: Kecamatan Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten). Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Patty Z. 2010. Kontribusi Komoditi Kopra Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Tani di Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri Volume V
Nomor 3 September 2010. Politeknik Perdamaian Halmahera. Tobelo.
Ranganathan C, K Palanisami, K Kakumanu, and A Baulraj. 2010. Mainstreaming
the Adaptations and Reducing the Vulnerability of the Poor due to Climate
Change. ADBI Working Paper 333. Tokyo: Asian Development Bank
Institute.
Reidsma P, F Ewert, AO Lansink, and R Leemans. 2010. Adaptation to climate
change and climate variability in European agriculture: The importance of
farm level responses. European Journal of Agronomy 32 (1):91-102
Riani E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik. Bogor: IPB Press.
Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID):
Alfabeta.
Risnita R. 2012. Pengembangan Skala Model Likert. Edu-Bio Vol.3.
Saji NH and T Yamagata. 2003. Possible impacts of Indian Ocean dipole mode
events on global climate. Climate Res., 25. 151–169.
Soeharjo A. 1972. AnalisaPendapatan. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia Press (UI
Press), Jakarta.
Sugiarto. 2008. Analisis Pendapatan, Pola Konsumsi dan Kesejahteraan Petani
Padi pada Basis Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Pedesaan.
Disampaikan pada Seminar Nasional "Dinamika Pembangunan Pertanian
dan Perdesaan : Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan
Petani" Bogor, l9 November 2008. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
68
Sukanto, DGT. 2011. Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian
Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Syamsuddin N. 2014. Kerentanan Budaya Melaut Masyarakat Pesisir Suku Bajoe
Akibat Variabilitas Iklim (Studi Kasus Desa Bajoe, Kabupaten Bone,
Sulawesi Selatan). Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor
Tabor SR. 2001, 'Food Security, Rural Development and Rice Policy: an
integrated perspective', Report for Bureau of Food, Agriculture and Water
Resources. Bappenas,. Jakarta.
Twikromo. 1995. Persepsi dan Perilaku Kesejahteraan Hidup Rakyat Timor
Timur. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Winarso, Paulus A. 2003. Variabilitas/Penyimpangan Iklim atau Musim Di
Indonesia dan Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah.
KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Yuliyanto dan Sudibyakto. 2012. Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan
Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten
Magelang.
LAMPIRAN
73
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden : ................................................................................................................
Alamat Responden : ................................................................................................................
No.Hp : ................................................................................................................
Kuesioner ini digunakan untuk penelitian “Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat
Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus :
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)” oleh Vyatra Pratiwi, mahasiswa Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan seksama.
Saya ucapkan terima kasih.
1. KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA TANI
NO NAMA STATUS UMUR LAMA
BEKERJA
(TAHUN)
JK PENDIDIKAN PU PS
1. KK/Suami
2. Istri
3. Anak 1
4. Anak 2
5.
6.
7.
8.
Keterangan: JENIS KELAMIN (JK) : 1. Laki-laki 2. Perempuan
PENDIDIKAN : 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SMU 5. PT PEKERJAAN UTAMA (PU) dan PEKERJAAN SAMPINGAN (PS) :
1. Tani 2. Peternak 3. Buruh tani/kebun 4. Wiraswasta
5. Pegawai/buruh pabrik 6. PNS; 7. TNI/POLRI 8. Pedagang
9. Nelayan 10. Tukang 11. Lainnya ...................................
2. POLA PENGUASAAN ASET PRODUKSI
Pola Penguasaan
Rumah+
pekaran
gan (m2)
Lahan (Ha)/Ketinggian(mdpl) Alat
Tangkap/perahu/bidu
k (buah)
Kolam/
Tambak/ker
amba (m2) Sawah Ladang Kebun
Milik Sendiri
L= T=
Sewa
Bagi Hasil
Lainnya
Keterangan: L : luas , T : tinggi
3. STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA TANI
SUMBER
PENDAPATAN
PENDAPATAN DALAM RUPIAH 2014 Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
A. PERTANIAN
1. Padi
2. Palawija
3. Karet
4. Kelapa
5. .............
6. .............
B. TERNAK
1. Sapi/Kerbau
2. Kambing
3. Unggas
4. .............
5. .............
C. PERIKANAN
1. Nelayan
2. Tambak ikan
3. ...............
D. NON PERTANIAN
E. TRANSFER
PAYMENT
F. BANTUAN
TOTAL
74
48
4. STRUKTUR PENGELUARAN RUMAHTANGGA TANI
JENIS
PENGELUARAN
PENGELUARAN DALAM RUPIAH 2014 Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
A. PANGAN
1. Beras
2. Sayur
3. Lauk
4. ..............
5. .............
B. ENERGI
1. Listrik
2. BBM/transport
3. Gas
4. .............
C. USAHA TANI LEMBAR BERIKUTNYA
D. PENDIDIKAN
E. PAKAIAN
F. PERUMAHAN
G. SOSIAL
H. LAINNYA
1. Pulsa
2. Rokok
3. ............
TOTAL
75
5. STRATEGI ADAPTASI RUMAHTANGGA TANI dan USAHA TANI
Berilah tanda pada kolom yang telah disediakan. Besaran skala menentukan tingkat persetujuan saudara. Semakin besar skala yang dipilih semakin besar penolakan.
(1= Sangat setuju, 2= Setuju, 3= Biasa, 4= Tidak Setuju, 5= Sangat Tidak Setuju)
NO STRATEGI BERTAHAN
HIDUP SKALA
RESIKO YANG DITANGGUNG RUMAH TANGGA ATAS PILIHAN STRATEGI
A. ADAPTASI EKONOMI
1. Memanfaatkan tabungan 1 2 3 4 5
2. Menyewakan lahan 1 2 3 4 5
3. Menyewa lahan 1 2 3 4 5
4. Jual binatang ternak 1 2 3 4 5
5. Jual perhiasan 1 2 3 4 5
6. Jual barang elektronik 1 2 3 4 5
7. Jual sepeda motor/mobil 1 2 3 4 5
8. Jual tanah 1 2 3 4 5
9. Mengurangi konsumsi makanan per
hari 1 2 3 4 5
10. Berhutang pada lembaga formal
(bank, koperasi) 1 2 3 4 5
11. Berhutang pada lembaga non
formal (rentenir, pengepul gula,) 1 2 3 4 5
12. Memaksimalkan pendapatan non
pertanian 1 2 3 4 5
B. ADAPTASI EKOLOGI
1. Menjadi nelayan 1 2 3 4 5
2. Mencari ikan di sungai 1 2 3 4 5
3. Menjadi buruh tani 1 2 3 4 5
4. Menjadi pekerja non farm di desa 1 2 3 4 5
5. Menjadi pekerja di kota 1 2 3 4 5
6. Memanfaatkan teknologi untuk 1 2 3 4 5
76
50
mengatasi permasalahan yang
terjadi
7. Melakukan upaya bersama
membasmi penyakit 1 2 3 4 5
8. Mengganti pola tanam 1 2 3 4 5
9. Mengganti komoditas pertanian/
perkebunan 1 2 3 4 5
C. ADAPTASI SOSIAL
1. Pemanfaatan kiriman dari kerabat:
kiriman uang, barang, dan makanan 1 2 3 4 5
2. Pemanfaatan jaringan
pertetanggaan (uang, barang, dan
makanan)
1 2 3 4 5
3. Pemanfaatan jaringan lembaga
sosial kemasyarakatan (arisan,
pengajian, jimpitan, perelek dll)
1 2 3 4 5
4. Pemanfaatan bantuan pemerintah 1 2 3 4 5
77
78
6. PERSEPSI TERHADAP VARIABILITAS CUACA
Berilah tanda pada kolom yang telah disediakan. Besaran skala menentukan tingkat persetujuan
saudara. Semakin besar skala yang dipilih semakin besar penolakan. (1= Sangat setuju, 2= Setuju,
3= Biasa,
4= Tidak Setuju, 5= Sangat Tidak Setuju)
No. Uraian Skala Bentuk kerugian
1 2 3 4 5 A. Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca
1. Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam
5 tahun terakhir
2. Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam
5 tahun terakhir
3. Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 tahun terakhir
4. Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan
5. Naiknya permukaan air laut
B. Persepsi Kerugian Petani Akibat
Variabilitas Cuaca
1. Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas
cuaca yang tidak menentu
2. Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca
3. Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit
tanaman
C. Persepsi Strategi dan Adaptasi Petani
terhadap Variabilitas Cuaca
1. Mengubah varietas dan jenis tanam adalah
solusi menghadapi variabilitas cuaca
2. Penyusunan kalender tanam dapat membantu
petani megurangi kerugian akibat variabilitas
cuaca
Bagaimana cara adaptasi terhadap variabilitas cuaca?
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
Apa saja kearifan lokal yang digunakan dalam menghadapi perubahan iklim?
..........................................................................................................................................................
79
7. BIAYA USAHA TANI
a. UMUR TANAM PADI SAMPAI MASA PANEN
NORMAL BANJIR KEKERINGAN
b. JUMLAH BIBIT (Tahun 2014)
NORMAL
(kwintal/tahun)
BANJIR
(kwintal/tahun)
KEKERINGAN
(kwintal/tahun)
c. JENIS PADI
a. Jenis padi yang digunakan saat kondisi normal………………
b. Jenis padi yang digunakan saat terjadi banjir……………………
c. Jenis padi yang digunakan saat terjadi kekeringan……………
80
Lampiran 2 Curah hujan (mm) di Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013
Tahun Data Indramayu Curah hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2004 Anjatan 326 667 132 16 61 57 17 0 48 0 121 155 133
Bantar huni 534 488 386 145 168 10 0 0 9 5 190 203 178
Bangkir 256 737 187 84 20 42 19 0 0 0 92 0 120
Bugel 490 552 231 16 37 66 19 0 33 0 94 161 142
Bondan 458 412 495 34 82 16 36 0 0 0 80 210 152
Bulak 230 647 106 62 75 35 49 0 9 0 91 80 115
Cidempet 219 828 171 44 67 71 15 0 0 0 97 179 141
Gabus wetan 184 608 199 10 123 35 23 0 0 0 69 267 127
Indramayu 380 571 182 92 97 93 25 0 0 0 151 324 160
Jati barang 257 699 228 38 78 9 42 0 0 0 91 0 120
Juntinyuat 212 443 126 158 43 84 68 0 0 0 56 194 115
Karang asem 180 538 165 47 119 53 26 0 3 0 63 150 112
Kroya 172 435 213 40 158 44 1 0 0 0 58 116 103
Kedokan bunder 212 428 180 80 70 66 78 0 0 0 57 124 108
Kertasemaya 370 607 280 16 214 26 72 0 0 10 121 335 171
Krangkeng 179 357 135 75 87 86 56 0 1 0 84 80 95
Luwungsemut 168 543 290 40 248 93,5 7 0 10 0 126 232 146
Lohbener 211 668 136 38 81 66 71 0 0 0 104 91 122
Losarang 129 264 700 101 0 40 45 49 0 14 0 112 121
Sudikampiran 257 659 262 26 122 44 90 0 0 0 113 176 146
Sudimampir 255 517 196 106 58 37 80 0 0 0 54 243 129
Sukadana 277 405 219 23 117 19 45 0 0 1 55 213 115
Sukra 258 576 197 15 42 63 11 0 56 0 110 121 121
Sumurwatu 114 405 208 8 36 10 0 0 0 0 120 68 81
Tl kacang 286 973 354 35 229 60 37 0 0 0 212 365 213
Ujung garis 187 520 274 58 108 41 61 0 0 0 91 149 124
Total rata-rata 262 560 240 54 98 49 38 2 7 1 96 167 3.409
80
81
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2005 Anjatan 0 0 0 0 0 0 30 41 0 152 96 247 47
Bantar huni 318 489 285 267 27 40 82 9 0 81 110 194 159
Bangkir 148 202 47 92 56 88 31 33 0 20 192 232 95
Bugel 274 332 116 123 78 32 81 16 0 12 16 312 116
Bondan 422 188 312 415 69 124 60 15 0 69 100 205 165
Bulak 179 84 27 0 1 12 0 0 9 0 48 64 35
Cidempet 83 97 114 105 90 43 5 0 0 15 192 236 82
Gabus wetan 275 156 52 157 15 20 27 0 0 76 141 254 98
Indramayu 231 245 23 167 81 62 113 49 19 22 150 126 107
Jati barang 222 205 43 135 149 57 63 10 6 65 100 258 109
Juntinyuat 320 262 76 135 151 110 71 0 7 60 90 190 123
Karang asem 197 122 10 99 49 50 58 10 0 110 118 82 75
Kroya 159 159 69 228 43 42 41 8 5 153 142 229 107
Kedokan bunder 271 188 66 185 90 75 81 55 5 30 60 202 109
Kertasemaya 577 283 148 283 179 53 227 22 7 65 228 551 219
Krangkeng 342 186 52 170 144 79 107 53 9 0 50 221 118
Luwungsemut 246 168 144 66 29 27 80 0 0 122 138 124 95
Lohbener 142 76 12 101 176 55 25 29 0 51 62 134 72
Losarang 224 278 104 19 51 108 39 23 0 14 0 10 73
Sudikampiran 274 75 38 76 101 57 29 19 0 45 9 197 77
Sudimampir 206 164 66 116 159 186 81 0 0 55 129 181 112
Sukadana 297 191 85 206 136 59 85 0 0 31 217 244 129
Sukra 281 149 222 66 18 64 33 23 0 56 76 192 98
Sumurwatu 139 73 27 290 0 17 0 0 0 77 102 162 74
Tl kacang 431 349 229 0 182 65 50 30 0 156 94 258 154
Ujung garis 292 291 70 128 125 63 31 2 0 70 69 199 112
Total rata-rata 252 193 94 140 85 61 59 17 3 62 105 204 2.758
81
82
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2006 Anjatan 567 183 180 206 141 40 8 0 0 20 40 112 125
Bantar huni 253 121 58 86 81 11 0 0 0 32 0 87 61
Bangkir 286 202 81 23 78 36 2 0 0 8 24 245 82
Bugel 590 172 174 69 138 16 43 0 0 30 50 110 116
Bondan 413 256 219 237 146 38 0 0 0 0 21 286 135
Bulak 64 76 105 22 55 25 5 0 0 0 28 151 44
Cidempet 487 100 130 22 22 0 17 0 0 9 21 80 74
Gabus wetan 601 104 147 74 72 57 0 0 0 0 49 78 99
Indramayu 513 279 145 24 230 0 5 0 0 0 26 171 116
Jati barang 555 183 200 153 294 82 36 0 0 16 29 198 146
Juntinyuat 378 118 88 76 89 75 3 0 0 0 42 262 94
Karang asem 550 121 252 40 83 76 4 0 0 0 12 96 103
Kroya 445 160 154 135 54 48 2 0 0 0 8 209 101
Kedokan bunder 375 212 138 106 143 63 2 0 0 8 66 162 106
Kertasemaya 901 517 267 166 384 130 17 0 0 11 62 166 218
Krangkeng 478 164 104 76 76 36 5 0 0 5 0 74 85
Luwungsemut 636 136 114 26 180 32 0 0 0 0 36 121 107
Lohbener 395 279 141 63 39 56 12 0 0 10 39 183 101
Losarang 134 547 193 192 220 53 29 10 0 0 0 13 116
Sudikampiran 372 175 181 101 218 91 49 0 0 0 51 174 118
Sudimampir 364 315 146 33 127 57 7 0 0 3 35 174 105
Sukadana 526 218 137 134 255 100 0 0 0 18 50 174 134
Sukra 448 128 170 58 114 13 14 0 0 35 55 55 91
Sumurwatu 488 66 38 203 163 0 20 0 0 0 8 183 97
Tl kacang 642 143 223 151 147 42 9 0 0 6 84 152 133
Ujung garis 535 256 178 116 189 95 88 0 0 12 94 125 141
Total rata-rata 461 201 152 100 144 49 15 0 0 9 36 148 2.848
82
83
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2007 Anjatan 220 512 305 100 34 101 12 0 0 32 106 233 138
Bantar huni 172 185 226 202 48 48 1 0 0 0 198 296 115
Bangkir 147 232 152 100 83 130 16 0 0 112 105 330 117
Bugel 241 706 335 209 32 43 5 2 0 0 53 157 149
Bondan 317 462 180 201 48 79 17 0 0 55 83 128 131
Bulak 203 438 229 193 17 102 17 0 0 159 74 296 144
Cidempet 146 225 191 115 142 118 48 11 0 41 56 311 117
Gabus wetan 173 396 179 163 17 112 12 0 0 144 192 0 116
Indramayu 101 433 153 154 139 211 19 0 0 119 111 326 147
Jati barang 144 487 174 133 61 87 14 0 0 280 155 637 181
Juntinyuat 109 212 173 107 77 251 16 0 0 149 0 306 117
Karang asem 128 375 250 186 19 107 13 0 0 160 142 293 139
Kroya 128 240 261 146 39 91 0 0 0 93 118 233 112
Kedokan bunder 180 425 111 152 117 77 8 0 0 109 41 248 122
Kertasemaya 108 381 257 90 84 69 8 0 0 115 57 497 139
Krangkeng 139 197 143 132 86 92 14 0 0 94 45 281 102
Luwungsemut 197 379 237 77 21 98 7 0 0 0 97 280 116
Lohbener 204 280 93 46 22 98 2 0 0 39 123 381 107
Losarang 106 253 379 194 161 37 93 2 0 0 80 119 119
Sudikampiran 224 368 174 83 89 112 11 1 0 110 115 303 133
Sudimampir 146 293 165 89 126 193 26 0 0 76 80 281 123
Sukadana 140 365 283 198 134 61 26 0 0 135 75 407 152
Sukra 160 631 269 153 62 103 3 0 0 44 202 210 153
Sumurwatu 176 428 269 173 56 133 17 0 0 151 147 276 152
Tl kacang 258 849 509 287 75 160 15 0 0 0 282 328 230
Ujung garis 347 516 246 109 48 91 6 0 0 133 89 406 166
Total rata-rata 177 395 229 146 71 108 16 1 0 90 109 291 3.537
83
84
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2008 Anjatan 286 551 139 66 12 28 0 4 4 31 207 132 122
Bantar huni 309 172 283 87 39 0 0 0 0 74 0 283 104
Bangkir 350 727 234 168 18 46 0 41 7 52 136 134 159
Bugel 147 454 0 93 56 22 0 2 5 37 235 227 107
Bondan 407 232 434 42 20 34 0 0 0 19 17 229 120
Bulak 381 582 225 71 0 0 0 0 0 75 90 147 131
Cidempet 501 562 192 137 3 1 0 12 1 6 164 216 150
Gabus wetan 230 341 244 119 0 11 2 0 0 31 180 130 107
Indramayu 254 704 128 154 73 42 0 0 0 29 151 126 138
Jati barang 443 337 248 115 0 28 0 10 1 88 253 256 148
Juntinyuat 315 630 250 175 40 39 0 19 8 118 84 233 159
Karang asem 286 400 319 106 6 12 0 0 0 35 96 81 112
Kroya 360 289 282 61 0 11 0 0 0 66 194 122 115
Kedokan bunder 281 335 279 40 8 54 0 8 13 123 187 363 141
Kertasemaya 445 342 337 104 3 35 0 7 5 88 259 229 155
Krangkeng 229 270 228 99 60 30 0 12 0 118 163 281 124
Luwungsemut 240 242 169 147 0 17 0 0 0 73 100 129 93
Lohbener 301 479 175 115 15 25 0 0 0 6 16 0 94
Losarang 384 398 506 145 82 0 0 0 0 0 49 187 146
Sudikampiran 393 462 253 115 53 38 0 12 9 63 198 332 161
Sudimampir 284 627 239 76 63 23 0 10 4 120 139 131 143
Sukadana 346 275 297 57 0 31 0 2 0 95 84 233 118
Sukra 330 698 135 69 0 0 0 0 0 40 0 165 120
Sumurwatu 419 357 354 132 8 6 0 0 0 27 327 203 153
Tl kacang 427 1047 473 165 60 34 0 7 4 65 0 149 203
Ujung garis 329 350 229 105 28 41 0 6 0 82 22 171 114
Total rata-rata 334 456 256 106 25 23 0 6 2 60 129 188 3.436
84
85
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2009 Anjatan 361 403 29 126 64 40 2 0 0 0 137 185 112
Bantar huni 234 290 43 231 191 49 0 0 6 27 209 174 121
Bangkir 237 236 74 99 119 45 6 0 0 36 124 141 93
Bugel 337 313 56 74 50 23 0 0 0 0 31 60 79
Bondan 204 379 160 241 317 44 0 0 0 20 130 86 132
Bulak 333 338 51 87 180 46 6 0 7 10 83 182 110
Cidempet 309 278 39 59 100 99 3 0 0 29 128 212 105
Gabus wetan 318 342 70 168 209 94 0 0 10 0 160 195 131
Indramayu 445 236 45 82 131 39 2 0 0 15 68 126 99
Jati barang 247 414 240 127 142 79 1 3 0 6 197 114 131
Juntinyuat 307 315 137 66 180 95 2 0 0 8 129 171 118
Karang asem 266 276 65 126 0 70 0 0 28 0 97 108 86
Kroya 364 303 168 95 217 25 0 0 0 0 204 147 127
Kedokan bunder 159 307 147 153 213 98 0 0 0 23 108 61 106
Kertasemaya 231 300 202 340 175 79 2 0 0 6 136 114 132
Krangkeng 167 223 168 81 108 92 1 5 0 41 77 36 83
Luwungsemut 326 351 87 190 168 67 0 0 0 4 207 150 129
Lohbener 165 0 0 6 76 18 2 0 0 6 42 90 34
Losarang 226 355 48 102 186 94 0 0 20 7 195 154 116
Sudikampiran 275 355 119 103 130 83 3 0 0 23 79 107 106
Sudimampir 372 268 35 145 167 58 0 0 0 33 58 96 103
Sukadana 225 374 93 309 275 45 0 0 0 23 187 120 138
Sukra 461 317 55 101 101 8 1 0 0 0 63 117 102
Sumurwatu 167 222 168 86 100 46 0 0 0 5 93 209 91
Tl kacang 565 673 152 240 308 122 3 0 0 4 217 303 216
Ujung garis 241 274 84 182 198 63 2 0 0 10 133 124 109
Total rata-rata 290 313 98 139 158 62 1 0 3 13 127 138 2.907
85
86
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2010 Anjatan 259 145 170 127 103 157 68 37 159 60 215 292 149
Bantar huni 548 353 485 240 410 236 148 46 188 350 319 217 295
Bangkir 214 204 212 213 274 212 167 33 231 110 289 253 201
Bugel 245 103 97 104 48 52 100 19 159 20 75 143 97
Bondan 157 232 215 166 419 74 64 48 94 101 325 324 185
Bulak 168 289 152 52 248 97 81 51 105 113 289 227 156
Cidempet 150 206 324 59 251 217 133 15 210 86 269 216 178
Gabus wetan 187 178 223 65 140 55 59 9 138 233 213 135 136
Indramayu 139 276 79 93 177 152 94 39 203 82 161 106 133
Jati barang 207 203 318 223 329 167 83 16 146 34 271 147 179
Juntinyuat 139 214 248 202 310 222 108 58 157 159 262 143 185
Karang asem 101 242 141 28 101 63 36 38 136 80 240 249 121
Kroya 160 141 297 134 98 94 68 50 126 199 450 320 178
Kedokan bunder 155 212 184 253 365 179 184 95 259 89 335 172 207
Kertasemaya 268 272 193 187 198 127 84 57 194 69 254 288 183
Krangkeng 133 87 161 133 225 132 157 99 112 100 165 113 135
Luwungsemut 149 205 146 51 46 105 51 32 160 94 228 163 119
Lohbener 116 109 144 71 58 95 46 0 0 6 37 107 66
Losarang 181 276 208 115 209 158 97 36 148 123 184 201 161
Sudikampiran 182 127 277 258 232 216 124 13 233 34 249 221 181
Sudimampir 170 185 223 197 264 228 133 21 222 96 194 163 175
Sukadana 234 250 202 191 337 103 54 36 241 51 299 302 192
Sukra 260 119 150 115 185 69 99 9 168 53 149 385 147
Sumurwatu 157 246 189 30 76 13 22 8 15 11 82 83 78
Tl kacang 506 356 362 213 233 162 155 60 287 230 595 633 316
Ujung garis 158 153 98 78 140 126 81 11 224 57 217 191 128
Total rata-rata 206 207 211 138 211 135 96 36 166 102 245 223 4.280
86
87
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2011 Anjatan 330 85 75 73 41 5 0 0 0 7 87 200 75
Bantar huni 142 29 239 258 138 22 19 0 0 37 295 166 112
Bangkir 409 203 262 268 42 56 0 0 17 113 148 202 143
Bugel 203 21 14 18 53 0 0 0 0 3 47 119 40
Bondan 95 103 248 332 139 21 46 0 0 58 153 347 129
Bulak 341 99 138 141 114 45 14 0 0 70 189 235 116
Cidempet 320 161 214 133 78 47 26 0 4 74 215 244 126
Gabus wetan 125 75 144 245 39 0 0 0 0 9 264 236 95
Indramayu 247 190 95 212 36 26 21 0 0 33 93 101 88
Jati barang 121 65 184 353 43 57 7 0 2 20 95 183 94
Juntinyuat 264 175 271 204 94 59 38 0 1 55 120 285 131
Karang asem 108 56 90 130 3 28 0 0 0 10 166 196 66
Kroya 120 44 218 302 85 0 0 0 0 0 184 223 98
Kedokan bunder 238 188 223 250 150 107 30 0 0 35 174 332 144
Kertasemaya 122 88 313 266 91 46 20 0 0 14 105 272 111
Krangkeng 64 124 129 168 74 67 60 0 0 24 102 226 87
Luwungsemut 109 6 192 99 13 0 0 0 0 10 84 247 63
Lohbener 252 86 150 146 24 46 0 0 0 51 51 135 78
Losarang 283 68 138 222 70 27 0 0 5 82 111 358 114
Sudikampiran 289 137 238 229 74 88 3 0 1 61 115 193 119
Sudimampir 300 142 57 170 6 35 2 0 0 37 75 138 80
Sukadana 90 79 297 349 36 16 5 0 0 20 130 218 103
Sukra 232 48 78 64 76 30 0 0 0 0 60 173 63
Sumurwatu 32 30 95 278 139 6 0 0 0 7 124 170 73
Tl kacang 655 191 180 164 50 13 0 0 0 14 285 302 155
Ujung garis 150 68 231 335 56 34 5 0 0 54 94 197 102
Total rata-rata 217 99 174 208 68 34 11 0 1 35 137 219 2.605
87
88
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2012 Anjatan 309 134 157 68 26 27 0 0 3 12 146 243 94
Bantar huni 357 215 302 259 15 62 0 0 0 26 378 615 186
Bangkir 421 140 234 54 25 96 0 0 5 5 75 290 112
Bugel 182 44 37 16 8 6 0 0 0 0 118 121 44
Bondan 107 247 166 36 102 0 0 0 0 0 163 481 109
Bulak 384 95 183 58 31 57 0 0 5 7 71 288 98
Cidempet 385 98 230 156 32 93 0 0 30 0 27 192 104
Gabus wetan 226 206 103 101 48 44 0 0 0 13 361 401 125
Indramayu 267 79 85 79 12 16 0 0 0 18 63 229 71
Jati barang 340 219 185 63 19 15 1 0 0 11 153 326 111
Juntinyuat 371 180 175 132 78 19 0 0 0 30 66 172 102
Karang asem 175 136 106 71 47 3 0 0 0 4 27 113 57
Kroya 317 257 226 167 20 70 0 0 0 11 312 370 146
Kedokan bunder 339 313 184 110 96 0 0 0 0 0 21 294 113
Kertasemaya 200 239 269 54 39 36 0 0 0 14 153 294 108
Krangkeng 187 154 140 87 71 7 0 0 0 11 9 137 67
Luwungsemut 342 201 133 167 71 13 0 0 0 6 140 214 107
Lohbener 254 112 165 32 15 0 0 0 0 0 157 271 84
Losarang 261 154 110 119 0 41 0 0 0 0 87 259 86
Sudikampiran 519 150 207 60 60 22 0 0 0 50 94 258 118
Sudimampir 409 106 76 61 25 3 0 0 0 87 51 167 82
Sukadana 175 256 246 53 29 15 0 0 0 12 71 341 100
Sukra 254 104 208 95 33 69 0 0 0 5 100 293 97
Sumurwatu 232 141 72 101 10 32 0 0 0 8 57 323 81
Tl kacang 596 185 348 128 23 62 0 0 0 16 129 261 146
Ujung garis 440 198 172 56 41 36 0 0 0 5 104 261 109
Total rata-rata 310 168 174 92 38 32 0 0 2 14 121 277 2.656
88
89
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Data Indramayu Curah Hujan (mm)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES Rata-rata
2013 Anjatan 265 113 194 48 72 89 199 0 0 41 43 209 106
Bantar huni 328 266 620 340 294 100 285 0 11 70 235 253 234
Bangkir 213 124 43 125 80 48 224 0 0 62 29 145 91
Bugel 149 66 108 39 238 84 215 0 0 4 36 258 100
Bondan 220 86 211 233 57 73 250 0 0 22 49 389 133
Bulak 214 105 88 159 139 15 209 0 0 47 13 279 106
Cidempet 314 91 70 93 113 55 309 0 0 27 47 172 108
Gabus wetan 380 72 130 202 71 92 180 0 0 110 188 226 138
Indramayu 286 195 91 129 106 118 499 0 0 62 61 92 137
Jati barang 243 41 103 96 96 115 262 0 0 38 166 403 130
Juntinyuat 219 76 99 195 89 143 294 0 0 139 106 289 137
Karang asem 137 51 111 72 65 38 150 0 0 2 58 113 66
Kroya 381 106 261 225 125 86 206 0 0 62 129 371 163
Kedokan bunder 169 38 180 111 127 0 65 0 0 45 30 249 85
Kertasemaya 249 88 191 44 82 110 373 0 0 19 138 374 139
Krangkeng 166 83 115 120 138 133 133 0 0 30 56 219 99
Luwungsemut 309 84 197 63 189 84 132 0 0 58 88 216 118
Lohbener 221 82 98 126 86 111 263 0 0 4 27 156 98
Losarang 230 44 144 249 56 58 180 0 0 0 60 321 112
Sudikampiran 238 53 90 166 146 94 199 0 0 58 87 272 117
Sudimampir 208 150 129 131 62 41 303 0 0 28 46 236 111
Sukadana 314 48 173 219 97 146 103 0 0 35 196 396 144
Sukra 373 144 272 55 199 52 186 17 0 16 69 199 132
Sumurwatu 161 108 77 159 9 22 37 0 0 17 0 62 54
Tl kacang 351 99 200 58 144 79 180 0 0 8 86 179 115
Ujung garis 316 43 148 196 94 92 238 0 0 17 0 173 110
Total rata-rata 256 94 159 141 114 80 218 1 0 39 79 240 3.081
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi (2014)
89
90
Lampiran 3 Pendapatan rumah tangga petani padi Kabupaten Indramayu tahun 2014
Responden Luas
(hektar)
Kategori
Kepemilikan
Lahan
Sumber Pendapatan
Pertanian Non pertanian
Transfer
payment Padi Kebun Buruhtani
1 1 2 -6440000 0 0 3600000 0
2 0,7 1 -6960000 0 0 42000000 0
3 0,7 1 -8920000 0 0 0 0
4 2,1 2 -40480000 0 0 0 0
5 1,05 2 -1420000 0 0 30000000 0
6 0,7 1 5520000 0 0 0 0
7 0,35 1 -3940000 0 0 0 0
8 0,35 1 -3940000 0 0 0 0
9 0,7 1 -9840000 0 0 0 0
10 0,35 1 940000 0 0 0 0
11 0,35 1 -4500000 0 0 0 0
12 1,5 2 -45820000 0 0 0 0
13 0,7 1 -4450000 0 0 0 0
14 1 2 1900000 0 0 0 0
15 2,8 2 133840000 2500000 0 18000000 0
16 0,35 1 -2050000 0 1500000 0 21000000
17 1 2 1900000 0 0 0 0
18 0,7 1 9400000 0 0 0 4800000
19 2,1 2 -1100000 0 0 18000000 0
20 1,05 2 19350000 0 0 7200000 60000000
21 1,05 2 9350000 0 0 0 0
22 2 2 -8800000 0 0 7200000 0
23 0,7 1 -360000 0 0 0 0
24 1,7 2 6450000 0 0 9000000 0
25 0,35 1 4460000 0 0 6000000 0
26 0,7 1 9540000 2160000 0 0 0
27 1 2 5710000 2000000 0 0 0
90
91
Lampiran 3. Lanjutan
Responden Luas
(hektar)
Kategori
Kepemilikan
Lahan
Sumber Pendapatan
Pertanian Non pertanian
Transfer
payment Padi Kebun Buruhtani
28 1 2 5710000 2000000 0 0 0
29 0,7 1 9540000 2160000 0 0 0
30 0,35 1 -3940000 4000000 0 0 0
31 0,7 1 9240000 2000000 0 0 0
32 1 2 710000 2000000 0 0 0
33 0,35 1 -230000 0 0 0 0
34 0,35 1 -2340000 0 0 14400000 3600000
35 0,7 1 29910000 0 0 0 0
36 1 2 34530000 0 0 0 0
37 2,45 2 -69065000 0 0 0 0
38 0,7 1 12790000 0 0 0 0
39 7 3 -301800000 0 0 0 0
40 3,5 3 95600000 0 0 0 0
41 0,7 1 -37130000 0 0 0 0
42 0,875 1 55040000 0 0 0 0
43 0,35 1 -10190000 0 0 0 0
44 0,35 1 -7190000 0 0 0 0
45 0,35 1 -1430000 0 0 0 0
46 0,35 1 12910000 0 0 9600000 0
47 0,7 1 55210000 0 0 0 0
48 0,35 1 11810000 0 0 0 0
49 1 2 75410000 0 0 0 0
50 0,35 1 8285000 0 0 0 0
51 3,5 3 21400000 0 0 0 0
52 0,35 1 1505000 0 0 0 0
53 1,05 2 2695000 0 0 0 0
54 0,35 1 890000 0 0 25200000 0
55 0,7 1 -14570000 0 8400000 0 0
91
92
Lampiran 3 Lanjutan
Responden Luas
(hektar)
Kategori
Kepemilikan
Lahan
Sumber Pendapatan
Pertanian Non pertanian
Transfer
payment Padi Kebun Buruhtani
56 5,6 3 122720000 0 0 72000000 0
57 0,35 1 15055000 0 0 9000000 0
58 0,35 1 15055000 0 0 1200000 0
59 2,1 2 31850000 0 0 108000000 0
60 1,4 2 89360000 0 0 28800000 0
61 0,35 1 10005000 0 0 180000000 0
62 2,8 2 101360000 0 0 36000000 0
63 0,35 1 10765000 0 0 0 0
64 0,35 1 12905000 0 0 0 0
65 1,4 2 42040000 0 0 0 0
66 0,35 1 3005000 0 0 0 0
67 4,2 3 169240000 0 0 0 0
68 1,75 2 -4500000 0 0 0 0
69 2,8 2 -4160000 0 0 24000000 0
70 3,7 3 -37950000 0 0 18000000 0
71 0,7 1 5340000 0 0 0 0
72 0,35 1 -7640000 0 0 0 0
73 2,1 2 -2820000 0 0 0 0
74 0,7 1 -2640000 0 0 6000000 0
75 0,35 1 4840000 0 1000000 0 0
76 1,75 2 -2640000 0 36000000 0 0
77 0,35 1 3470000 0 18000000 0 0
78 0,35 1 -1600000 0 0 0 0
79 0,35 1 -1600000 0 0 0 0
80 0,7 1 -5140000 0 28000000 0 0
81 2,8 2 -20000000 0 18000000 0 0
82 0,35 1 -3730000 0 18000000 0 0
83 1 2 -19705000 0 18000000 0 0
92
93
Lampiran 3 Lanjutan
Responden Luas
(hektar)
Kategori
Kepemilikan
Lahan
Sumber Pendapatan
Pertanian Non pertanian
Transfer
payment Padi Kebun Buruhtani
84 2,8 2 -16632000 0 18000000 0 0
85 0,35 1 -790000 0 0 0 0
86 0,7 1 -7100000 0 0 0 0
87 0,35 1 1770000 0 0 0 0
88 0,35 1 -1740000 0 36000000 0 0
89 0,35 1 -1030000 0 18000000 3600000 0
90 0,7 1 940000 0 18000000 0 0
91 2 2 -21320000 0 0 0 0
92 0,35 1 -7230000 0 18000000 0 0
93 2,8 2 41360000 0 0 0 0
94 1,4 1 15120000 0 18000000 0 0
95 2,8 2 33920000 0 25200000 0 0
96 0,35 1 -1330000 0 0 18000000 0
97 0,7 1 4250000 0 0 6000000 0
98 0,7 1 -8050000 0 0 0 0
99 0,35 1 10970000 0 0 0 0
100 2,8 2 -6240000 0 36000000 10800000 0
Rata-rata Kategori 1 (< 1 hektar) 2.981.333 172.000 3.048.333 5.440.678 515.789
(Rp) Kategori 2 (1-2,8 hektar) 10.773.618 257.576 4.447.059 8.841.176 1.538.462
Kategori 3 (> 2,8 hektar) 11.535.000 0 0 15.000.000 0
Total rata-rata pendapatan rumah tangga
petani padi (Rp) 64.551.024
Sumber : Data primer, 2015
93
94
Lampiran 4 Output regresi
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .33374584
Most Extreme Differences Absolute .113
Positive .113
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.131
Asymp. Sig. (2-tailed) .155
a. Test distribution is Normal.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .680a .462 .434 .34251 1.618
a. Predictors: (Constant), Umur, Pendidikan, ketinggian, Pengeluaran, Musim
b. Dependent Variable: Nilaikerugianpetani
Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model t Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant) 7.810 .356
Pengeluaran 1.257 .000 .810 1.234
Pendidikan -0.005 .013 .904 1.106
Umur tanam -0.016 .011 .720 1.390
Musim 0.076 .037 .709 1.411
Ketinggian lahan -0.262 .044 .751 1.332
a. Dependent Variable: Nilaikerugianpetani
95
Lampiran 4 Lanjutan
Uji Heteroskedastisitas
96
Lampiran 5 Dokumentasi penelitian
97
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 April 1993, dari pasangan
Agus Haryanto dan Nurmala, sebagai anak keempat dari empat bersaudara.
Pendidikan formal ditempuh di SDN Kepandena 3 Indramayu (1999-2005),
SMPN 2 Sindang Indramayu (2005-2008), dan SMAN 1 Sindang Indramayu
(2008-20011). Pada tahun yang sama, penulis masuk sebagai salah satu mahasiswi
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama masa kuliah, penulis aktif pada kegiatan organisai kemampuan
intra kampus. Penulis pernah menjadi staff Divisi Public Relation dan sekretaris
Badan Pengawas Himpro (BP Himpro) Himpunan Profesi REESA (Resources
and Environmental Economics Student Association) Institut Pertanian Bogor masa
kepengurusan 2012-2013 dan 2013-2014. Penulis juga aktif sebagai panitia
kegiatan kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan seminar yang terkait
keilmuan penulis.
top related