analisis korelasi kompetensi dan materi ajar bipa di...
Post on 17-Jun-2020
29 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISSN: 2716-3792
ANALISIS KORELASI KOMPETENSI DAN MATERI AJAR BIPA DI INCULS, FIB-UGM
Sailal ArimiWakil Koordinator INCULS, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sailal_arimi@ugm.ac.id
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di UniversitasGadjah Mada yang diselenggarakan oleh unit lembaga INCULS (The IndonesianLanguage and Culture Learning Service) sejak tahun 1987 telah mengalamibanyak perubahan baik pada materi ajar (1987-2017) maupun luaran kompetensipemelajarnya. Tulisan ini bertujuan untuk mengamati isi buku “Titian Bahasa:Panduan Berbahasa Indonesia untuk Penutur Asing” INCULS khusus edisiRevisi 2009, dan menganalisis korelasi antarkeduanya. Berdasarkan analisisterhadap pokok bahasan materi ajar tingkat dasar, tingkat madya, tingkat lanjutpada setiap keterampilan diperoleh hasil kajian sebagai berikut. Pertama,karakteristik materi ajar BIPA INCULS mencirikan pengenalan bahasa,wisata/budaya Indonesia. Aspek materi budaya dan wisata dipahami menjadi dayatarik tersendiri materi ajar BIPA INCULS. Kedua, dari analisis persamaan danperbedaan deskripsi kompetensi CEFR (Common European Framework ofReference for Languages) dan kompetensi BIPA Badan Bahasa 2014, kompetensipemelajar BIPA INCULS dibagi pada setiap keterampilan berikut: (1.1) untukberbicara tingkat dasar: mampu membicarakan identitas diri, kebutuhan dasar,pengalaman di negara sendiri dan di Indonesia dalam konteks seni dan pariwisata;(1.2) berbicara tingkat madya: mampu menceritakan fakta sosial budaya, wisata,pengalaman diri, membangun pengetahuan secara interaksional, dan mencurahkangagasan; (1.3) berbicara tingkat lanjut: mampu membangun pengetahuaninteraksional, mencurahkan pendapat, dan menganalisis masalah; (2.1) untukmembaca tingkat dasar: mampu memahami tulisan kebertahanan hidup, mengenalketerampilan, budaya lokal, dan wisata alam; (2.2) membaca tingkat madya:mampu membangun wawasan tentang keindonesiaan, dan kewisataan; (2.3)membaca tingkat lanjut: mampu memahami wacana pengetahuan, opini kritis,wisata alam dan budaya; (3.1) untuk menulis tingkat dasar: mampu menulis teksdeskripsi, narasi dan sedikit argumentasi mengenai topik identitas diri,pengalaman, observasi dan sedikit opini; (3.2) menulis tingkat madya: mampumenulis teks narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi mengenai hasilpengamatan, pengalaman, pendapat, dan sedikit analisis; (3.3) menulis tingkatlanjut: mampu menulis teks deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasitentang hasil pengamatan, pendapat, kutipan referensi, ajakan, dan analisis; (4.1)untuk tata bahasa kelas dasar: mampu mengaplikasikan gramatika leksikal,
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI81
ISSN: 2716-3792
sintaktis kalimat, sintaksis frasal, dan morfologi leksikal dalam paparan bahasa;(4.2) tata bahasa kelas madya: mampu mengaplikasikan morfologi leksikal,sintaksis frasal, sintaktis kalimat dalam paparan bahasa; (4.3) tata bahasa kelaslanjut: mampu mengaplikasikan morfologi leksikal, hubungan gramatikal,sintaktis kalimat; dan gramatika terpadu; dan (5.1) untuk kosakata tingkat dasar:mampu memahami dan menggunakan kosakata dasar, literal, dan denotatif; (5.2)kosakata tingkat madya: mampu memahami dan menggunakan kosakatasekunder, sejumlah idiom dan peribahasa, gramatikal, dan figuratif; (5.3) kosakatatingkat lanjut: mampu memahami dan menggunakan kosakata beregister, kosakatasekunder, literal, figuratif, dan konotatif.
Kata kunci: kompetensi, materi ajar, tingkatan pembelajaran, dan keterampilanberbahasa
1. Pengantar
Keberhasilan penguasaan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA)
ditentukan oleh sejumlah variabel. Satu di antara variabel strategis yang
menentukan hasil KBM BIPA adalah penyusunan materi ajar. Materi ajar adalah
sumber informasi keterampilan berbahasa untuk menghasilkan standar
kompetensi lulusan (SKL). Di dalam tulisan ini, penulis berupaya merekonstruksi
dan menganalisis standar kompetensi yang diproyeksikan materi ajar BIPA
“Titian Bahasa: Panduan Berbahasa Indonesia untuk Penutur Asing” edisi 2009
(Revisi) yang dipakai oleh lembaga INCULS (Indonesian Culture and Language
Service), di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Pengalaman INCULS mengajarkan BIPA tercatat secara resmi mulai sejak
3 dasawarsa yang lalu (persisnya sejak 1987) yaitu ketika Pusat Studi Indonesia
didirikan. Semenjak itu pula, materi ajar—berbagai istilah lain yang mengacu
istilah ini seperti bahan ajar, buku teks, buku ajar—mengalami perubahan,
perbaikan, revisi, cetak ulang dan pembuatan buku baru. Materi ajar dalam
konteks pembelajaran di INCULS disesuaikan untuk pemelajar dewasa yang
memiliki bahasa pertama yang bervariasi, setingkat mahasiswa S1 ke atas bukan
anak-anak.
Pemeringkatan mahasiswa di INCULS dibagi ke dalam 3 tingkat, yaitu
tingkat dasar, tingkat madya, dan tingkat lanjut dengan masa belajar plus evaluasi
15-16 pertemuan per 100 menit (1500—1600 menit). Total masa belajar per
tingkat adalah 160 jam tidak termasuk belajar luar kelas (Tutorial dan KelasKonferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI
82
ISSN: 2716-3792
Budaya). Mahasiswa tingkat dasar merupakan mahasiswa asing yang belum
mengetahui bahasa Indonesia atau baru mengenal sedikit keterampilan berbahasa
Indonesia. Mahasiswa tingkat madya adalah mahasiswa asing yang sudah
menguasai keterampilan bahasa Indonesia yang sederhana termasuk mengenal
budaya dan kebiasaan berbahasa penutur bahasa Indonesia. Kemudian,
mahasiswa tingkat lanjut adalah mahasiswa asing yang sudah menguasai
keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis bahasa Indonesia,
ditambah dengan kemampuan menguasai sejumlah ragam bahasa Indonesia, dan
pemahiran berbicara dan menulis.
Relevansi pemeringkatan pembelajaran di kelas dengan materi ajar tentu
saja sangat erat dan penting karena berhubungan dengan standar kompetensi
lulusan (SKL) yang dihasilkan. Berbicara mengenai materi ajar, setiap lembaga
penyelenggara BIPA agaknya mempunyai spesifikasi sendiri dalam menyusun
materi ajar yang dipakainya. Bahkan, ada lembaga yang sengaja tidak
menerbitkannya sehingga materi ajar yang disusun hanya dipakai di kalangan
sendiri. Materi ajar produk INCULS sampai sekarang masih memilih cara etik
ini. Berdasarkan pengamatan penulis di perpustakaan INCULS, sejak awal 1987
s.d 2017 sudah banyak versi materi ajar yang dihasilkan. Dalam kajian ini, karena
keterbatasan ruang, penulis memilih untuk mengkaji materi ajar versi 2009 (edisi
Revisi) saja. Ada 2 rumusan yang dipandang penting untuk diungkapkan
berdasarkan kajian isi terhadap materi ajar itu, yaitu (1) apa karakteristik materi
ajar BIPA INCULS, UGM; dan bagaimana kompetensi lulusan BIPA INCULS
untuk setiap tingkatannya. Kedua masalah ini dianalisis untuk ditemukan
jawbannya berdasarkan materi ajar BIPA INCULS 2009 (edisi Revisi).
2. Objek Kajian, Identitas Sumber Data, dan Metode
Penelitian ini merupakan telaah teks materi ajar BIPA yang dikaitkan
dengan standar kompetensi. Objek material kajian ini adalah buku ajar “Titian
Bahasa: Panduan Berbahasa Indonesia untuk Penutur Asing” edisi 2009 (Revisi)
yang terdiri atas 3 jilid, yaitu jilid 1 untuk tingkat dasar, jilid 2 untuk tingkat
madya, dan jilid 3 untuk tingkat lanjut. Objek formal kajian ini adalah
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI83
ISSN: 2716-3792
karakteristik materi ajar dan kompetensi pemelajar setiap levelnya. Identitas
sumber data disajikan sebagai berikut:
1. Judul Materi Ajar : Titian Bahasa: Panduan Berbahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Buku 1 Tingkat Dasar, Buku 2 Tingkat Madya, dan Buku 3 Tingkat Lanjut)2. Penyunting : Sunarso3. Tim Penyusun : Tim Dosen INCULS4. Illustrator : Chayah Billin5. Ukuran Buku : 21 cm x 29,5 cm6. Edisi Tahun : 2009 (Revisi)7. Isi Pelajaran : Membaca, Tata Bahasa, Kosakata, Percakapan, danMenulis7. Etik Pemakaian : Buku ini hanya dipakai di INCULS dan tidak diperdagangkan untuk umum.
Format penulisan materi ajar INCULS yang diperuntukkan bagi
mahasiswa asing ini didesain dengan pendampingan dosen pengajar. Oleh karena
itu, materi ajar ini kurang tepat untuk belajar mandiri. Oleh karena itu, kenapa di
dalam materi ajar itu tidak dicantumkan kompetensi lulusan.
Setelah sumber data tersedia, peneliti membaca pokok-pokok bahasan
yang disajikan dalam setiap pelajaran, kemudian mencatat setiap pokok bahasan
pada setiap pelajaran berbicara, membaca, menulis, tata bahasa, dan kosakata per
tingkat. Karena peneliti juga termasuk pengajar BIPA yang menggunakan materi
ajar ini penghayatan terhadap isi pokok bahasan cukup diasumsikan relatif baik.
Analisis isi kemudian dilakukan untuk menghasilkan pengelompokan standar
kompetensi setiap keterampilan per tingkat. Kerangka acuan kompetensi CEFR
dan kompetensi BIPA Badan Bahasa 2014 dijadikan dasar mengukur kompetensi
yang dikonstruksi dari materi ajar BIPA INCULS 2009. Analisis hubungan antar-
alat ukur ini didasarkan pada interpretasi kualitatif peneliti. Hasil analisis
berikutnya disajikan dalam format tabel dan formula metabahasa. Hasil perolehan
kompetensi itu kemudian disimpulkan secara interpretif.
Berikut ini diuraikan secara sekilas tentang lembaga tempat penelitian sebagai
konteks materi ajar yang dimaksud dipakai.
3. Profil Ringkas INCULS
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI84
ISSN: 2716-3792
Pengajaran BIPA awalnya diselenggarakan oleh lembaga Pusat Studi
Indonesia (PSI), FIB, UGM. Lembaga ini berdiri tahun 1987. Pada 1992 PSI
berganti nama dengan LBIFL ( Learning Bahasa Indonesia as A Foreign
Language). Sebelum beralih menjadi INCULS, lembaga ini sempat berubah nama
menjadi NAG (Non-Aligned Government) selama 7 tahun, setelah tahun 2000
baru INCULS digunakan. Nama INCULS (Indonesian Language and Culture
Learning Service) popular dikenal karena nama itu paling lama dipakai (2000-
2017). Sejak 2017 sebenarnya Fakultas Ilmu Budaya melakukan restrukturisasi
kelembagaan dengan memasukkan INCULS ke dalam Pusat Bahasa yang di
dalamnya terdiri dari Unit Bahasa Asing dan Unit Bahasa dan Budaya Indonesia
dan Budaya Nusantara (B3IBN). Secara de jure nama INCULS sudah berganti
dengan B3IBN itu. Namun agaknya penamaan B3IBN belum dikenal luas
sehingga orang asing terutama lembaga pelanggan BIPA UGM yang seluruhnya
berasal dari luar negeri masih akrab merujuk pada nama INCULS, mungkin
karena nama ini singkatan dari bahasa Inggris.
Ada sejumlah program yang ditawarkan oleh lembaga BIPA UGM ini,
yaitu program regular, program intensif, dan program privat. Pertama, program
regular berlangsung selama 2 semester (1 tahun). Setiap semesternya terdiri atas
15-16 pertemuan dengan sistem evaluasi 4 kali yaitu Tes Kemajuan 1-2, Ujian
Tengah Semester, dan Ujian Akhir Semester. Jadwal atau periode perkuliahan
program BIPA Regular ini lebih kurang sama dengan kuliah S1 di FIB, UGM.
Mahasiswa yang kerap mengikuti program regular ini berasal dari ACICIS
Australia, program Student Exchange HUFS Korea, TUFS Jepang, dsb. Kedua,
program intensif berkisar antara 2 s.d 8 minggu. Perkuliahan diselenggarakan
setiap hari kerja. Kemasan program intensif bergantung pada paket pembelajaran
yang disepakati. Sistem evaluasi hanya terbatas pada ujian tengah semester atau
akhir semester saja. Para pemelajar BIPA kelas intensif ini berasal dari DSIP
Australia, Kokushikan University Jepang, Konan Women University Jepang,
University of New South Wales Australia, dan sebagainya. Ketiga, program privat
diselenggarakan kapan saja bergantung kesempatan peserta. Durasi kelas privat
ini juga bervariasi dari waktu mingguan sampai bulanan. Tujuan pembelajaran
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI85
ISSN: 2716-3792
privat juga bermacam-macam, namun seringkali berkait pada fungsi penunjang
riset, business trip, atau program penyegaran.
Di samping ketiga program di atas, terdapat pula program khusus, yaitu
kelas Kemitraan Negara-Negara Berkembang (KNB) selama 8 bulan. Para
pesertanya yang tidak terbatas dari negara Ethiopia, Gambia, Thailand, Benin,
Uganda, Panama, Romania, Ukraina, Pakistan, Laos mempelajari bahasa, seni dan
budaya Indonesia untuk melanjutkan pendidikan S2/S3 di UGM. Kemudian, ada
pula program Dharmasiswa RI yaitu program yang dibiayai oleh Pemerintah RI
untuk mahasiswa yang terseleksi dari berbagai penjuru dunia. Mereka belajar
selama 2 semester. Sejak 2 tahun belakangan ini, UGM juga memberikan
beasiswa (Gadjah Mada Fellowship Program ) untuk belajar BIPA di INCULS
bagi mahasiswa terpilih dari negara-negara ASEAN plus Korea. Mereka juga
dipersiapkan untuk bisa mengikuti dan menyelesaikan studi S2/S3 di UGM
setelah mampu berkomunikasi dan menulis akademik dalam bahasa Indonesia.
Materi ajar INCULS edisi 2009 (revisi) memuat 5 keterampilan bahasa
yaitu berbicara (speaking), membaca (reading), menulis (writing), tata bahasa
(grammar), dan kosakata (vocabulary). Materi menyimak (listening) belum
dimuat secara khusus tetapi diintegrasikan ke dalam keterampilan berbicara.
Kurikulum BIPA INCULS selain diakomodasi dalam materi ajar, juga dipadukan
dengan keterampilan menerjemahkan (seperti bahasa Inggris- Indonesia, bahasa
Jepang- Indonesia, bahasa Korea-Indonesia) dan penawaran kuliah khusus
(special lecture) dengan status pilihan, yaitu Politik Indonesia, Budaya Indonesia,
Sejarah Indonesia, serta Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai catatan, kuliah
khusus ini diperuntukkan terutama bagi mahasiswa tingkat madya dan lanjut.
Bagi yang berminat, mahasiswa juga dibolehkan mengambil kelas budaya
(pembuatan batik, tari, masak, gamelan, dan kerajinan perak),tutorial dan field
trip atau tinggal di desa wisata.
Pendekatan pengajaran yang digunakan bervariasi utamanya pendekatan
langsung, alami, struktural dan komunikatif. Dosen-dosen yang mengajar
berpendidikan S2 dan S3 dari latar belakang bahasa dan sastra. Di samping
tenaga pengajar di kelas, proses pembelajaran BIPA INCULS didukung oleh
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI86
ISSN: 2716-3792
tenaga ahli seni dan budaya, serta tenaga tutor yang terdiri dari mahasiswa dengan
latar belakang bahasa atau berminat bahasa.
4. Hasil dan Pembahasan
Sesuai dengan dua masalah yang dirumuskan di atas, berikut diuraikan
hasil analisis menyangkut karakteristik materi ajar INCULS 2009 edisi revisi, dan
standar kompetensi pemelajar BIPA INCULS terkait.
4.1 Karakteristik Materi Ajar INCULS, FIB UGM
Karakteristik materi ajar adalah ciri yang mewakili identitas atau tujuan
materi ajar dibuat. Menurut Suyitno (2018: 5) tujuan mahasiswa asing belajar
BIPA karena mereka (1) mengambil program tentang Indonesia di universitas
asalnya, (2) akan melakukan penelitian di Indonesia, (3) akan bekerja di
Indonesia, (4) akan meneliti masalah bahasa Indonesia, dan (5) akan tinggal di
Indonesia dalam waktu lama. Dengan rumusan yang lain Hoed (1995)
mengelompokkan tujuan belajar BIPA adalah untuk (1) mengikuti kuliah di
perguruan tinggi di Indonesia, (2) membaca buku dan surat kabar untuk keperluan
penelitian, dan (3) berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia.
Mengacu pada panduan Common European Framework of Reference for
Languages (CEFR) karakteristik materi ajar dihubungkan dengan kompetensi
yang dikembangkan dengan menghasilkan teks dalam berbagai konteks, kondisi
dan hambatan. Ada 4 karakteristik materi ajar menurut CEFR yaitu untuk tujuan
(1) pendidikan, (2) pekerjaan, (3) publik, dan (4) pribadi
(lih.https://en.wikipedia.org/).
Berpijak pada kerangka teoretis di atas lalu peneliti melakukan analisis
terhadap isi pokok bahasan materi ajar “Titian Bahasa: Panduan Berbahasa
Indonesia untuk Penutur Asing” edisi 2009 (Revisi) dihasilkan 4 karakteristik
yang mencirikan tujuan pembelajaran BIPA di INCULS, yaitu untuk tujuan (1)
akademik, (2) wisata/ budaya, (3) bisnis, (4) keperluan pribadi (Perbandingan
CEFR dan INCULS periksa tabel 3.0). Ciri materi ajar untuk tujuan akademik di
dalam kategori ini termasuk mengenyam pendidikan formal, melakukan penelitian
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI87
ISSN: 2716-3792
baik bahasa maupun nonbahasa. Ciri materi ajar untuk tujuan wisata/budaya
menyangkut materi yang mempersuasi pemelajar untuk berkunjung ke tempat-
tempat wisata yang diajarkan, melakukan atau menyaksikan kegiatan budaya
tertentu. Di dalam kategori ini termasuk wisata alam, wisata belanja, wisata
kerajinan, wisata kegiatan yang semuanya berkaitan dengan aspek budaya lokal
yang dipelajari. Kemudian, ciri materi ajar bisnis adalah materi yang memaparkan
pengetahuan tentang dunia usaha dan dunia industri, bagaimana berinteraksi di
dalamnya untuk mencapai target tertentu. Terakhir, ciri materi ajar untuk
keperluan pribadi menyangkut hobi, kesenangan, atau pemenuhan kehidupan
pribadi. Di antara keempat karakteristik materi ajar yang terkandung dalam materi
ajar INCULS 2009 (Revisi), karakteristik wisata/budaya paling mendominasi
secara keseluruhan fase pembelajaran (Tingkat 1 s.d 3). Perhatikan tabel di bawah
ini.
Tabel 1.0 Karakteristik Materi Ajar INCULS 2009
No.
Karakteristik Materi Ajar TingkatDasar
Tingkat Madya
Tingkat Lanjut
1. Wisata/Budaya 50% 30% 31,25%2. Akademik 5% 40% 50%3. Keperluan Pribadi 45% 15% 18%4. Bisnis 0% 15% 0%
Tabulasi di atas diperoleh berdasarkan pengelompokan materi pokok
bahasan (20 pelajaran tingkat dasar; 20 pelajaran tingkat madya, dan 16 pelajaran
tingkat lanjut). Setiap pokok bahasan dianalisis isi yang menyangkut materi
budaya pariwisata, akademik, keperluan pribadi, dan bisnis. Diperoleh
karakteristik terbanyak yang sekaligus mencirikan materi ajar “Titian Bahasa:
Panduan Berbahasa Indonesia untuk Penutur Asing” edisi 2009 (Revisi) adalah
untuk tujuan wisata/budaya. Pada tingkat dasar mahasiswa dikenalkan
wisata/budaya di Malioboro, pasar Beringharjo, tinggal di desa, berkunjung ke
Candi Prambanan, ke Pantai Baron, matahari terbit di Bromo, menonton wayang,
bermain gamelan, dan belajar membatik. Pada tingkat madya dikenalkan
wisata/budaya batik, kuliner Yogya, pernikahan adat Jawa, cerita rakyat
Sangkuriang, mengenal Indonesia sebagai negara kultural, dan musik dangdut.
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI88
ISSN: 2716-3792
Selanjutnya pada Pada tingkat lanjut (5 dari 20 topik), misalnya, dikenalkan tema
Beringharjo, wisata belanja pasar tradisional; Sendangrejo: nikmatnya udang
galah di tengah sawah, Dayak Meratus, bersepeda: gerakan kebudayaan, dan
budaya mudik lebaran.
Yogyakarta sebagai ikon kota budaya “berhati nyaman” yang dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia mencoba membuktikan iklim belajar BIPA di kota ini
agar juga akrab dengan wisata budayanya. Ciri akademik, keperluan pribadi, dan
bisnis adalah karakteristik materi ajar yang berturut-turut juga penting (lih. Tabel
1.0)
4.2 Standar Kompetensi Pemelajar BIPA INCULS
Dalam konteks penguasaan BIPA, istilah kemampuan pemelajar
berkomunikasi (lisan dan tulis) disebut kompetensi. Karena menyangkut
kemampuan berkomunikasi, Dell Hymes (1967; 1972) memakai istilah
kompetensi komunikatif secara kompatibel. Dalam perkembangannya, istilah
kompetensi dikembangkan berdasarkan macam-macam sudut pandang.
Kompetensi komunikatif mulai dibedakan antara kompetensi linguistik dan
kompetensi komunikatif (Paulston , 1974 via Brown, 2007: 241). Kemudian,
James Cummins (1979, 1980) mengusulkan perbedaan antara kecakapan bahasa
akademis/kognitif dan keterampilan komunikatif antarpersonal dasar (Brown,
2007: 241).
Menurut pengamatan Brown, karya yang berpengaruh dalam
pendefinisian kompetensi komunikatif dan menjadi rujukan utama dalam diskusi
tentang kompetensi komunikatif (KK) sehubungan dengan pengajaran bahasa
kedua adalah pandangan Michael Canale dan Merril Swain (1980). Mereka
membagi KK ke dalam 4 subktegori yaitu (1) kompetensi gramatikal,
pengetahuan tentang butir leksikal, kaidah morfologis, sintaksis, semantik kalimat
dan fonologi, (2) kompetensi wacana, yaitu kemampuan untuk merangkai
kalimat-kalimat dalam rentang wacana yang bermakna, (3) kompetensi
sosiolinguistik, yaitu kaidah-kaidah sosial budaya bahasa, dan wacana, (4)
kompetensi strategis, yaitu strategi komunikasi verbal dan nonverbal yang bisa
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI89
ISSN: 2716-3792
dipakai untuk memecahkan kemacetan komunikasi karena variabel kebahasaan
atau kompetensi yang tidak memadai.
Sejalan dengan pandangan di atas, Lyle Bachman (1990) juga membagi
kompetensi bahasa menjadi 2 kategori yaitu kompetensi organisasional, dan
kompetensi pragmatis. Kompetensi organisasional dibagi lagi atas 2 yaitu
kompetensi gramatikal (kosakata, morfologi, sintaks, fonologi), dan kompetensi
tekstual (kohesi, organisasi retoris). Sementara kompetensi pragmatis dibagi lagi
menjadi 2 yaitu kompetensi ilokusioner (fungsi ideasional, fungsi manipulatif,
fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif), dan kompetensi sosiolinguistik (peka
dialek/variasi; peka register, peka kaalamian bahasa, peka budaya dan gaya
bahasa).
Standardisasi kemahiran yang dirumuskan Tim Badan Bahasa (2014)
merujuk pada standar kompetensi atau kompetensi inti, kompetensi dasar, dan
kompetensi bahasa. Standar kompetensi mengacu pada kemampuan berbahasa
yang dibagi per tingkat, kemudian kompetensi dasar mengacu pada kemampuan
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, sedangkan kompetensi bahasa
mengacu pada kemampuan menggunakan tata bahasa dan kosakata.
Berdasarkan kajian teori kompetensi di atas ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi adalah capaian yang dapat diukur berdasarkan kecakapan
mengungkapkan ide lewat bahasa yang dipelajari, baik dalam konteks linguistik
atau ekstralinguistik. Prinsip ini juga diakomodasi oleh kerangka acuan yang
umum dipakai di Eropa yaitu kerangka CEFR. Menurut CEFR, kompetensi
komunikatif dasar dibagi 3 yaitu kompetensi linguistik, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi pragmatik. Kompetensi linguistik mengukur
kecakapan verbal, dan kompetensi sosiolinguistik mengukur kecakapan kode
verbal dikaitkan dengan unsur kemasyarakatan pemakai bahasa, dan kompetensi
pragmatik mengukur kecakapan verbal dengan situasi pemakaian. Dalam
distribusi kemampuan per tingkat, kompetensi itu di bagi ke dalam 3 level, yaitu
level A untuk tingkat dasar (dibagi A1-A2), level B untuk tingkat madya (dibagi
B1-B2), dan level C untuk tingkat lanjut (dibagi C1-C2).
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI90
ISSN: 2716-3792
Deskripsi kompetensi didistribusikan dalam tabel 2.0 di bawah ini. Kata
kunci kompetensi tingkat Dasar (A) adalah kemampuan berbahasa secara
sederhana dengan topik diri dan lingkungan sekitarnya. Seterusnya, kompetensi
tingkat Madya (B) mengacu pada kemampuan berkomunikasi sedikit kompleks
dengan topik di lingkungan kerja, pendidikan, wisata ,baik yang bersifat kongkret
atau abstrak dan mampu memberi sudut pandang sendiri secara sederhana.
Kemudian, kompetensi tingkat lanjut (C) mengacu pada kemampuan
menyampaikan gagasan secara terstruktur menyangkut topik-topik yang sulit
(kompleks) baik menyangkut makna eksplisit, maupun implisit, dan mampu
mengeksrepsikan diri secara spontan. Pemeriksaan isi materi ajar yang
terimplementasi dalam setiap pokok bahasa buku panduan BIPA INCULS 2009
(Revisi) didapati relevansi kompetensi yang dijabarkan kerangka acuan CEFR ini.
Periksalah tabel berikut.
Tabel 2.0 Deskripsi Kompetensi CEFR dan INCULS
GrupLevel
Level Deksripsi Kompetensi CE
FR
INC
UL
S
ABasicuser
A1Breakthro
ugh orbeginner
Can understand and use familiar everyday expressions and very basic phrases aimed at thesatisfaction of needs of a concrete type.
Can introduce themselves and others and can ask and answer questions about personal details such as where they live, people they know and things they have.
Can interact in a simple way provided the other person talks slowly and clearly and is prepared to help.
V
V
V
V
V
V
A2Waystage
orelementar
y
Can understand sentences and frequently used expressions related to areas of most immediate relevance (e.g. very basic personal and family information, shopping, local geography, employment).
Can communicate in simple and routine tasks requiring a simple and direct exchange of information on familiar and routine matters.
Can describe in simple terms aspects of their background, immediate environment and
V
V
V
V
V
V
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI91
ISSN: 2716-3792
matters in areas of immediate need.
BIndependent user
B1Threshold
orintermedi
ate
Can understand the main points of clear standard input on familiar matters regularly encountered in work, school, leisure, etc.
Can deal with most situations likely to arise while travelling in an area where the language is spoken.
Can produce simple connected text on topicsthat are familiar or of personal interest.
Can describe experiences and events, dreams, hopes and ambitions and briefly give reasons and explanations for opinions and plans.
V
V
V
V
V
V
V
V
B2Vantageor upperintermedi
ate
Can understand the main ideas of complex text on both concrete and abstract topics, including technical discussions in their field of specialization.
Can interact with a degree of fluency and spontaneity that makes regular interaction with native speakers quite possible without strain foreither party.
Can produce clear, detailed text on a wide range of subjects and explain a viewpoint on a topical issue giving the advantages and disadvantages of various options.
V
V
V
V
V
V
CProficientuser
C1Effectiveoperation
alproficienc
y oradvanced
Can understand a wide range of demanding,longer clauses, and recognize implicit meaning.
Can express ideas fluently and spontaneously without much obvious searching for expressions.
Can use language flexibly and effectively forsocial, academic and professional purposes.
Can produce clear, well-structured, detailed text on complex subjects, showing controlled use of organizational patterns, connectors and cohesive devices.
V
V
V
V
V
V
V
V
C2Mastery
orproficienc
y
Can understand with ease virtually everything heard or read.
Can summarize information from different spoken and written sources, reconstructing arguments and accounts in a coherent presentation.
Can express themselves spontaneously, very
V
V
V
V
V
V
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI92
ISSN: 2716-3792
fluently and precisely, differentiating finer shades of meaning even in the most complex situations.
Dikaitkan pula dengan aspek kompetensi dasar, kegiatan bahasa, dan
ranah berbahasa (lih pula. Pasal 4.1), hasil observasi dan analisis terhadap materi
ajar INCULS 2009 disimpulkan bahwa kompetensi dasar yang ingin dicapai
mencakup kompetensi linguistik, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi
pragmatik. Aspek keterampilan berbahasa mencakup membaca, menulis, dan
berbicara. Aspek menyimak dalam materi ajar BIPA INCULS 2009 diintegrasikan
ke dalam aspek berbicara, sedangkan keterampilan menerjemahkan
diselenggarakan di kelas, namun didesain terpisah di luar materi ajar.
Tabel. 3.0 Aspek Pengajaran Bahasa CEFR dan INCULS
No Aspek Pengajaran Bahasa CEFR INCULS
1. Kompetensi dasar (1) Kompetensi linguistik V V(2) Kompetensi Sosiolinguistik V V(3) Kompetensi Pragmatik V V
2. Keterampilan Bahasa Resepsi (1) Menyimak V --Resepsi (2) Membaca V V Produksi (3) Berbicara V VProduksi (4) Menulis V VInteraksi (5) Berbicara V VInteraksi (6) menulis V VMediasi (7) Menerjemahkan V V
3. Ranah Berbahasa(1) Pendidikan V V(2) pekerjaan V V(3) publik V V(4) Pribadi V V(5) Kewisataan/Budaya -- V
Secara lebih terperinci, setiap keterampilan (berbicara, membaca, menulis,
tata bahasa, dan kosakata) yang didesain berdasarkan materi ajar BIPA INCULS
2009 akan disajikan berikut ini.
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI93
ISSN: 2716-3792
4.2.1 Kompetensi Keterampilan Berbicara
Berbicara (Speaking) adalah keterampilan pokok dalam berkomunikasi
aktif. Pengajaran BIPA di kelas selalu mengutamakan kemampuan verbal ini.
Setiap tingkatan pembelajaran memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Dari 20
pokok bahasan yang diajarkan dalam materi ajar BIPA INCULS 2009, kompetensi
yang ingin dicapai dalam keterampilan berbicara tingkat dasar adalah kemampuan
menggambarkan identitas diri, kebutuhan hidup, dan pengalaman di negara asal
dan di Indonesia dalam konteks seni dan pariwisata (lih. tabel 4.1)
Tabel 4.1 Kompetensi Berbicara Tingkat Dasar Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Berkenalan
Identitas Diri dan Keluarga
MENGGAMBARKAN IDENTITAS DIRI, KEBUTUHAN HIDUP, DAN PENGALAMAN DI NEGARA SENDIRI DAN DI INDONESIA DALAM KONTEKS SENI DAN PARIWISATA
2. Memperkenalkan Orang lain
3. Tempat Tinggal Saya di Yogyakarta
4. Keluarga Saya5. Kegiatan Sehari-hari
Kebutuhan Sendiri
6. Menceritakan Makanan Kesukaan
7. Kebiasaan Baru di Yogyakarta
8. Bermain Peran sebagai Dokter dan Pasien
9. Mengajak dan Menolak10. Membicarakan Alat
Transportasi11. Bercerita Mengenai Hobi12. Belanja di Pasar13 Bermain Peran sebagai
Wisatawan dan Pemandu Wisata
14. Bercerita Mengenai Tempat Tinggal di Negara Masing-Masing Pengalaman di
Negara Sendiri15. Bercerita tentang Tempat-Tempat Wisata di Negara
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI94
ISSN: 2716-3792
Masing-Masing
16. Mengomentari PertunjukanSendratari Ramayana
Realitas atau Pengetahuan seni dan pariwisata Indonesia
17. Tentang Profesi18. Percakapan mengenai
Kesenian Tradisional19. Percakapan Tentang
Pakaian Tradisional/Khas20. Bercerita mengenai Oleh-
Oleh
Kompetensi yang diharapkan dicapai dari proses pengajaran BIPA di kelas
Madya adalah menceritakan fakta sosial, budaya, wisata, dan pengalaman, serta
membangun pengetahuan interaksional, dan mencurahkan gagasan (lih. tabel
4.2).
Tabel 4.2 Kompetensi Berbicara Tingkat Madya Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Bercerita mengenai Biaya HidupFakta Sosial
MENCERITAKAN FAKTA SOSIAL, BUDAYA, WISATA, DAN PENGALAMAN; MEMBANGUN
2. Berdiskusi mengenai Sistem Pendidikan
3. Berbicara mengenai Gaya Pakaian dalam Berbagai Acara Fakta Budaya
Pop4. Berdiskusi mengenai Gaya HidupSehat
5. Membandingkan Makanan Khas Fakta Wisata Kuliner
6. Bermain Peran sebagai Pemandu Wisata dan Wisatawan
Kebutuhan Interaksional
7. Bermain Peran dalam Tes Wawancara Melamar Kerja
8. Simulasi mengenai Pemilihan Ketua Mahasiswa
9. Berdiskusi mengenai Penyelenggara Acara Pengalaman
10. Menceritakan Cerita Lucu
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI95
ISSN: 2716-3792
PENGETAHUAN INTERAKSIONAL; DAN MENCURAHKAN GAGASAN
11. Berdiskusi mengenai Perlindungan Flora dan Fauna
Curah Pendapat
12. Berdiskusi mengenai Kriteria Laki-Laki/Perempuan Idaman
13 Berdiskusi mengenai cara Mengatasi Pencemaran Lingkungan
14. Berdiskusi mengenai Olahraga15. Berdiskusi mengenai Kendaraan
Ramah Lingkungan16. Berdiskusi mengenai manfaat
Pijat dan Spa
Pada tingkat lanjut, kompetensi berbicara lulusan BIPA INCULS pada
tingkat Lanjut lebih menekankan pada komunikasi interaksional seperti
berdiskusi. Secara lengkap dideskripsikan kompetensi berbicara tingkat lanjut
adalah kemampuan membangun pengetahuan interaksional , mencurahkan
pendapat dan menganalisis masalah (lih. tabel 4.3). Pada tingkat lanjut ini
mahasiswa didorong untuk mempu berdiskusi mengenai topik-topik kebendaan
yang kongkret maupun abstrak.
Tabel 4.3 Kompetensi Berbicara Tingkat Lanjut Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Tawar Menawar dalam Jual Beli di Pasar Tradisional
Berbelanja lebih kompleks (Materi yang sederhana ada di Tingkat Dasar (lih Pokok bahasan 12)
MEMBANGUN PENGETAHUAN INTERAKSIONAL, MENCURAHKAN
2. Melakukan Wawancara
Kebutuhan Interaksional
3. Pidato Sambutan4. Memainkan Peran Tokoh-
Tokoh dalam Cerita5. Mendiskusikan Cara
Menanggulangi Bencana Alam
6. Berdiskusi mengenai Masalah Pertanian
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI96
ISSN: 2716-3792
Curah Pendapat dan Analisis
PENDAPAT DAN MENGANALISIS MASALAH
7. Mendiskusikan Persoalan Cepat Tua dan Awet Muda
8.Diskusi mengenai Kaum Waria
9. Berdiskusi tentang Makanandan Pola Makan
10. Berdiskusi mengenai Biro Jodoh
11. Berdiskusi mengenai Anak yang Bekerja
12. Berdiskusi mengenai Penyelamatan Satwa Langka
13 Berdiskusi mengenai Mainan Anak dalam Kaitannya dengan Jender
14. Berdiskusi mengenai “Kembali ke Alam”
15. Berdiskusi mengenai Kendaraan
16. Berdiskusi mengenai Kegiatan Mudik
Pada tingkat lanjut juga terdapat latihan berbicara untuk ranah publik
misalnya memberikan pidato sambutan pada pelajaran 3, di samping dilatih untuk
berdiskusi (dialogis atau dalam kelompok) tentang topik-topik yang menarik.
Kemampuan menggulirkan ide, menata informasi, dan merespon pendapat orang
lain menjadi skema interaksi berbicara dalam tingkatan ini.
4.2.2 Kompetensi Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca (reading) pada setiap tingkatan juga terklasifikasi
berdasarkan tujuan kompetensinya. Membaca adalah aktivitas berbahasa yang
dilakukan seseorang dalam mengalihkan simbol-simbol linguistik menjadi makna.
Materi bacaan yang disusun untuk kemampuan tingkat dasar menyangkut
hubungan interpersonal, kebutuhan sehari-hari, hubungan dengan orang lain,
hidup sehat, mengenal wisata lingkungan, seni dan budaya. Berdasarkan isi materi
ini kompetensi membaca untuk tingkat dasar adalah untuk memahami materi
bertahan hidup, mengenal seni, budaya, dan wisata lingkungan alam.
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI97
ISSN: 2716-3792
Tabel 5.1 Kompetensi Membaca Tingkat Dasar Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Perkenalan
Hubungan interpersonal
BERTAHAN HIDUP, MENGENAL SENIDAN BUDAYA, DAN WISATA LINGKUNGAN ALAM
2. Keluarga Pak Budi 3. Di Tempat Kos4. Tinggal di Desa5. Kegiatan sehari-hari6. Di Warung Makan
Kebutuhan Sehari-hari
7. Di Perpustakaan8. Pergi ke Bank9. Pasar Beringharjo10. Ke Malioboro Naik
Transjogja
11. Surat Untuk Naoko Hubungan Eksternal
12. Pergi ke DokterPenjagaan Kesehatan Diri
13 Berolahraga
14. Berkunjung ke Candi Prambanan Piknik mengenal
wisata lingkungan15. Pantai Baron16l Matahari Terbit di Bromo17. Menonton Pertunjukan
WayangMengenal seni dan budaya
18. Bermain Gamelan19. Belajar Membatik20. Membeli Batik
Untuk tingkat madya, kompetensi yang ingin dicapai dalam keterampilan
membaca adalah memahami wawasan keindonesiaan (lingkungan, kuliner,
dongeng, humor, realitas) dan berwisata budaya (lih. tabel 5.2).
Tabel 5.2 Kompetensi Membaca Tingkat Madya Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Pak Kirno Tukang Becak Mengenal Potensi Lingkungan
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI98
ISSN: 2716-3792
MEMBANGUN WAWASAN KEINDONESIAAN (LINGKUNGAN, KULINER, DONGENG, HUMOR, REALITAS) DAN BERWISATA BUDAYA
2. Kuliner di Yogyakarta Mengenal wisata kuliner
3. Pantai BaronMengenal Lingkungan
4. Grha Sabha Pramana UGM5. Kaliurang6. Permusuhan Gajah dan
ManusiaMemahami teks dongeng dan Humor7. Senyum Karyamin
8. Batik Mengenal wisata budaya9. Prosesi Pernikahan Adat
Jawa10. Mereka yang Rindu
Bangku Sekolah Memahami realitas11. Ribuan Pencari Kerja
Memadati Bursa Kerja12. Memelihara Kesehatan
Membangun wawasan
13 Pemanasan Global14. Manfaat Kunyit15. Bebas Polusi dan Polisi16. Ciumlah Mawar Kalau
Ingin Kuat Ingatan
Pada tingkat lanjut, kompetensi membaca yang ingin dibangun adalah
kemampuan memahami wacana pengetahuan, opini kritis, wisata alam, belanja,
kuliner, dan budaya (Lih. tabel. 5.3).
Tabel 5.3 Kompetensi Membaca Tingkat Lanjut Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Analisis Isi Kompetensi
1. Beringharjo: Wisata Belanja Pasar Tradisional
Wisata Belanja
MEMBANGUN WACANA PENGETAHUAN, OPINI KRITIS,
2. Petani yang Menjadi Relawan
Opini
3. Menghadapi Letusan GunungMerapi
Pengetahuan
4. Tidak Dilirik Karena Gengsi Opini5. Tertawa: Membahagiakan
dan MenyehatkanPengetahuan
6. Alternatif Makanan Nonberas Pengetahuan7. Bangkit dari Kemiskinan Opini
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI99
ISSN: 2716-3792
WISATA ALAM, BELANJA, KULINER, DAN BUDAYA
8. Sendangrejo:Nikmatnya Udang Galah di Tengah Sawah
Wisata Kuliner
9. Kencan Buta Mencari Pasangan
Opini
10. Anak Jalanan Dalam Lingkaran Kekerasan
Opini
11. Rumah yang Terang Pengetahuan12. Di sana dirawat, di sini
dijeratOpini
13 Peran Pengetahuan14. Dayak Meratus Wisata Alam15. Bersepeda: Gerakan
KebudayaanOpini
16. Budaya Mudik Lebaran Pengetahuan
4.2.3 Kompetensi Keterampilan Menulis
Menulis adalah aktivitas menuangkan gagasan ke dalam kata-kata yang
dirangkai secara koheren sehingga membentuk wacana tertentu. Kompetensi
menulis tingkat dasar adalah kemampuan memerikan identitas, pengalaman diri,
hasil observasi dan sedikit opini ke dalam tulisan deskripsi, narasi, dan
argumentasi sederhana (Lih. tabel 6.1).
Tabel 6.1 Kompetensi Menulis Tingkat Dasar Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No Pokok Bahasan Tingkat Dasar/Pemula
Analisis Isi Kompetensi
1. Menulis Identitas Diri Identitas Diri Deskripsi Identitas2. Menulis tentang Belajar di
INCULSLingkungan Tempat Belajar
Deskripsi Pengalaman
3. Mendeskrispsikan Tempat Tinggal
Lingkungan Tempat Tinggal
Deskripsi Pengalaman
4. Menulis Aktivitas Sehari-hari
Rutinitas Narasi Pengalaman
5. Menulis tentang Warung Makan
Lingkungan Tempat Makan
Deskripsi Pengalaman
6. Menulis tentang Keluarga Identitas Keluarga Deskripsi Identitas7. Menulis Kabar kepada
Keluarga atau TemanKorespondensi Narasi
deskripsiPengalaman
8. Menulis tentang Berobat ke Dokter
Lingkungan Tempat Berobat
Narasi deskripsi
Pengalaman
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI100
ISSN: 2716-3792
9. Menulis tentang Naik Motor Transportasi Pribadi deskripsi Pengalaman10. Menulis tentang Pengalaman
Naik Transportasi UmumTransportasi Umum Deskripsi Pengalaman
11. Menulis Olahraga Favorit Kesukaan Olahraga Deskripsi Argumentatif
Opini
12. Mendeskripsikan Tempat Belanja
Lingkungan Tempat Belanja
Deskripsi Pengalaman
13. Menulis Pengalaman Saat Tinggal di Desa
Lingkungan Masyarakat
Deskripsi Pengalaman
14. Menulis tentang Candi Kunjungan wisata deskripsi Observasi15. Menulis tentang Daerah
Wisata PantaiKunjungan wisata Deskripsi Observasi
16. Menulis tentang Wisata Alam
Kunjungan wisata Deskripsi Observasi
17. Menulis Kesan Menonton Pertunjukan
Kunjungan wisata Deskripsi Observasi
18. Menulis tentang Alat Musik Tradisional
Pengamatan Deskripsi Observasi
19. Menulis tentang Batik Pengamatan Deskripsi Observasi20. Mendeskripsikan
Cinderamata KhasPengamatan deskripsi Observasi
SIMPULAN DESKRIPSI DIRI, LINGKUNGAN, PROSES INTERAKSI,PENGALAMAN DANPENGAMATAN
DESKRIPSI, NARASI DAN SEDIKIT ARGUMENTASITIDAK ADA EKSPOSISI
IDENTITAS, PENGALAMAN, OBSERVASI, DAN SEDIKIT OPINI
Kompetensi keterampilan menulis tingkat madya adalah kemampuan
menuangkan gagasan hasil observasi, opini, pengalaman diri, observasi
partisipasi, dan analisis ke dalam bentuk tulisan deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi (lih. tabel 6.2).
Tabel 6.2 Kompetensi Menulis Tingkat Madya Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No Pokok Bahasan Tingkat Menengah/Madya
Analisis Isi Kompetensi
1. Mendeskripsikan Pengamatan Deskripsi Observasi
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI101
ISSN: 2716-3792
Orang dan Pekerjaannya
2. Karangan Deskripsimengenai Pakaian
Pengamatan Deskripsi Observasi
3. Melaporkan Pertandingan Olahraga
Pengamatan/Laporan Deskripsi Observasi
4. Menulis Mengenai Makanan
Pengamatan Deskripsi Observasi
5. Menulis argumentasi tentangCara Hidup Sehat
Pandangan atau Pendapat
Argumentasi Opini
6. Mendeskripsikan Objek Wisata
Pengamatan Deskripsi Observasi
7. Menulis mengenai Pentingnya Menjaga Lingkungan Hidup
Pandangan atau Pendapat
Argumentasi Opini
8. Menulis Karangan eksposisi mengenai Manusia dan Lingkungan Hidupnya
Pandangan atau Pendapat
Eksposisi Opini
9. Menulis Deskripsi mengenai Jenis Usaha yang Unik
Pandangan atau Pendapat
Deskripsi Argumentasi
Opini
10.
Karangan Narasi Berupa Cerita Lucu
Peristiwa Lucu Narasi Pengalaman
11. Menulis mengenai Pasangan Ideal
Pandangan atau Pendapat
Argumentasi Opini
12.
Menulis mengenai Lembaga Pendidikan
Lingkungan Tempat Belajar
Deskripsi Pengalaman
13.
Menulis Surat Lamaran Untuk Memperoleh Beasiswa dari Indonesia
Korespondensi Narasi Deskripsi Pengalaman (Riwayat Hidup)
14.
Menulis Karangan Eksposisi mengenai Transportasi Pribadi/Umum di Indonesia
Transportasi Pribadi/Umum
Eksposisi Observasi dan Partisipasi
15.
Karangan Berisi Perbandingan Dua
Komparasi Deskripsi Analisis
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI102
ISSN: 2716-3792
Benda/Hal/Keadaan16.
Menulis mengenai Perlindungan Binatang Langka
Pandangan atau Pendapat
Argumentasi Analisis
SIMPULAN
PENGAMATAN, PERISTIWA LUCU,PANDANGAN DANPENDAPAT, LINGKUNGAN, KORESPONDENSI,TRANSPORTASI, KOMPARASI
NARASI, DESKRIPSI, EKSPOSISI, ARGUMENTASI
OBSERVASI, PENGALAMAN, OPINI, SEDIKIT ANALISIS
Kemampuan menulis untuk tingkat Lanjut dituntut lebih berwawasan,
terstruktur, dengan topik yang lebih kompleks. Kompetensi yang diharapkan dapat
dicapai oleh mahasiswa tingkat lanjut adalah mampu menuangkan gagasan yang
berasal dari hasil observasi, opini, eksplorasi ide, wawancara, referensi, analisis,
dan persuasi ke dalam bentuk deskripsi, ekspositori, argumentasi, dan persuasi
(lih tabel 6.3).
Tabel 6.3 Kompetensi Menulis Tingkat Lanjut Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No
Pokok Bahasan Tingkat Lanjut/Mahir
Analisis Isi Kompetensi
1. Menulis Karangan Deskripsi
Pengamatan/observasi
deskripsi Observasi
2. Membuat Tulisan dengan Topik “Bencana Alam”
Pengalaman, pengamatan
ekspositori Observasi
3. Menulis Saran opini argumentasi Opini/eksplorasi
4. Menulis Karangan Eksposisi
pengamatan eksposisi Observasi
5. Menulis Teks Wawancara dengan Topik Cara Memelihara Kesehatan
wawancara Deskripsi/ekspositori
Wawancara
6. Membuat leaflet tentang Penyelamatan Lingkungan dengan Menanam Pohon
Pandangan/pendapat
argumentasi Opini/ referensi
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI103
ISSN: 2716-3792
7. Menarasikan Grafik/Tabel tentang Kemiskinan
Pengamatan data statistik
ekspositori Analisis
8. Menulis Artikel Pendek tentang Makanan yang Bisa Diterima sebagai Makanan Internasional
komparasi Argumentasi/persuasi
Opini, persuasi, referensi
9. Menulis dengan Topik Perkawinan Antarbangsa
korelasi ekspositori Opini, referensi
10.
Membuat Tulisan tentang Hukum dan Keadilan
Observasi, kutipan fakta (hukum)
argumentasi Referensi, analisis
11.
Menulis Biografi Politikus yang Cerdik
Observasxi, wawancara
Deskripsi biografis
Referensi analisis
12.
Menulis dengan Topik Isu tentang Pemanasan Global
Observcasi, opini Ekspositori, argumentasi
AnalisisEksplnanasi
13.
Menulis tentang Emansipasi Perempuan di Negara Saudara
Observasi data, narasi sejarah
Ekspositori argumentasi
Referensi analisis
14.
Menulis mengenai Multikulturalisme
Opini, fakta kutipan
argumentasi Analisis
15.
Membuat Karangan Deskripsi
pengamatan deskripsi Observasi
16.
Membuat Karangan dengan Topik Urbanisasi: Dampak Negatif dan Positif serta Upaya Pencegahan dan Tindakan Lanjutannya
Opini, fakta kutipan
argumetntasi Analisis
SIMPULAN
PENGAMATAN, WAWANCARA, PENDAPAT, KUTIPAN FAKTA, KORELASI, NARASI SEJARAH
DESKRIPSI, EKSPOSITORI,PERSUASI, ARGUMENTASI
OBSERVASI, OPINI, REFERENSI, AJAKAN, ANALISIS
4.2.4 Kompetensi Tata Bahasa
Harmer (2001: 12) mendefinisikan bahwa tata bahasa adalah deskripsi
perihal cara bagaimana kata berubah bentuk dan bisa dikombinasikan menjadi
kalimat suatu bahasa. Penguasaan tata bahasa ini dalam aktivitas berbahasa
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI104
ISSN: 2716-3792
diaplikasikan ke dalam keterampilan menulis, dan berbicara. Dari 20 pokok
bahasan tata bahasa yang diajarkan dalam materi ajar BIPA INCULS 2009 (ed.
Revisi), kompetensi yang ingin dibangun dalam kognisi pemelajar BIPA tingkat
dasar adalah kemampuan menguasai dan menerapkan gramatika leksikal, sintaksis
kalimat, sintaksis frasal, dan morfologi leksikal. Gramatika leksikal adalah kaidah
penggunaan kata dalam konteks kalimat (lih tabel 7.1). Sintaksis kalimat adalah
kaidah pemakaian tipe klausa, sedangkan sintaksis frasal adalah kaidah
penggunaan kata-kata yang membentuk kelompok kata. Kemudian, morfologi
leksikal adalah kaidah pembentukan kata yang berasal dari morfem bebas atau
terikat.
Tabel 7.1 Kompetensi Tata Bahasa Tingkat Dasar Model Materi Ajar INCULS2009 (Ed.Revisi)
No Pokok Bahasan Tingkat Dasar Analisis Isi Kompetensi1. Kata Tunjuk Gramatika leksikal
Gramatika Leksikal, Sintaktis Kalimat , Sintaksis Frasal, dan Morfologi Leksikal
2. Kata Ganti Orang Gramatika Leksikal3. Ada dan Adalah Gramatika Leksikal4. Kalimat Sederhana Sintaktis Kalimat5. Kalimat Tanya Sintaktis Kalimat6. Kalimat Negatif Sintaktis Kalimat7. Konstruksi Posesif Sintaksis Frasal8. Frasa Atributif Sintaksis Frasal9. Awalan ber- Morfologi Leksikal10. Awalan Me-N Morfologi Leksikal11. Kalimat Tidak Berobjek
Berimbuhan meNSintaktis Kalimat
12. Kalimat Perintah Sintaktis Kalimat13. Kalimat Aktif dan Pasif (1) Sintaktis Kalimat14. Kalimat Aktif dan Pasif (2) Sintaktis Kalimat15. Imbuhan PeN- (1) Morfologi Leksikal16. Imbuhan PeN- (2) Morfologi Leksikal17. Imbuhan Me-kan Morfologi Leksikal18. Imbuhan Me-i Morfologi Leksikal19. Imbuhan -an Morfologi Leksikal20. Awalan se- Morfologi Leksikal
Selanjutnya kompetensi tata bahasa pada tingkat madya yang ingin dicapai
adalah mampu menguasai dan menerapkan sejumlah morfologi leksikal, sintaksis
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI105
ISSN: 2716-3792
frasal, dan sintaksis kalimat ke dalam aktivitas berbicara atau menulis bahasa
Indonesia (lih. tabel 7.2).
Tabel 7.2 Kompetensi Tata Bahasa Tingkat Madya Model Materi Ajar
INCULS 2009 (Ed.Revisi)
No Pokok Bahasan Tingkat Madya Analisis Isi Kompetensi
1. Imbuhan Ber- Morfologi Leksikal
Morfologis Leksikal, sintaksis Frasal, Sintaktis Kalimat
2. Kalimat Tanya Bentuk Pasif Sintaktis kalimat3. Imbuhan Me-kan Morfologi Leksikal4. Imbuhan Me-i Morfologi Leksikal5. Imbuhan Ter- Morfologi Leksikal6. Imbuhan Per-an Morfologi Leksikal7. Imbuhan PeN-an Morfologi Leksikal8. Imbuhan memper- Morfologi Leksikal9. Imbuhan -nya Morfologi Leksikal10. Kata ulang Sintaksis Frasal11. Imbuhan ke-an Morfologi Leksikal12. Imbuhan ke-an kata kerja Morfologi Leksikal13. Imbuhan se- Morfologi Leksikal14. Imbuhan memper-kan Morfologi Leksikal15. Kata kerja+Preposisi Kata
Kerja Berimbuhan meN-kan/meN-i
Sintaksis Frasa Verba
16. Kata Ulang Sintaksis Frasa
Tidak jauh berbeda dengan kompetensi tata bahasa kelas madya, pada
kelas lanjut kompetensi yang ingin dibangun kepada mahasiswa adalah mampu
menguasai dan menerapkan kaidah morfologi leksikal, hubungan gramatikal,
sintaktis kalimat, dan gramatika terpadu (Lih. tabel 7.3). Yang dimaksud dengan
gramatika terpadu adalah penggunaan beberapa kaidah tata bahasa sekaligus
dalam penulisan teks atau berbicara. Tingkat kesulitan tata bahasa pada tingkat
lanjut terletak pada gramatika terpadu ini.
Tabel 7.3 Kompetensi Tata Bahasa Tingkat Lanjut Model Materi Ajar
INCULS 2009 (Ed.Revisi)
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI106
ISSN: 2716-3792
No Pokok Bahasan Tingkat Lanjut Analisis Isi Kompetensi
1. Kata yang (1) Hubungan Gramatikal
Morfologis Leksikal, Hubungan Gramatikal,Sintaktis Kalimat; dan gramatika terpadu.
2. Kata yang (2) Hubungan Gramatikal3. Kata yang (3) Hubungan Gramatikal4. Imbuhan me-kan (1) Morfologi Leksikal 5. Imbuhan me-kan (2) Morfologi Leksikal6. Imbuhan me-i (1) Morfologi Leksikal7. Imbuhan me-I (2) (3) (4) Morfologi Leksikal8. Kontras me-kan dan me-i Morfologi Leksikal9. Imbuhan –an dan ke-an (1) Morfologi Leksikal10. Imbuhan –an dan ke-an (2) Morfologi Leksikal11. Imbuhan per-an dan peN-an (1) Morfologi Leksikal12. Imbuhan per-an dan peN-an (2) Morfologi Leksikal13. Imbuhan meN-kan Morfologi Leksikal14. Pengedepanan Bagian Kalimat Sintaktis Kalimat15. Latihan Terpadu Penggunaan
Imbuhan (1)Morfologi Leksikal danHubungan gramatikal
16. Latihan Terpadu Penggunaan Imbuhan (2)
Morfologi Leksikal danHubungan gramatikal
4.2.5 Kompetensi Kosakata
Kosakata adalah himpunan entri leksikon. Dalam konteks pengajaran
BIPA, kosakata dimaksudkan sebagai aktivitas pengayaan, pengaplikasian, dan
pemahanan penggunaan kata dalam akvitas berbicara, membaca, dan menulis.
Dengan begitu, kompetensi kosakata adalah kemampuan menguasai sejumlah
kosakata yang dapat dimaknai dalam konteks berbahasa. Dalam setiap jenjang
dibedakan apa saja jenis kata yang perlu dikuasai. Pada tingkat dasar, kompetensi
kosakata yang perlu dikuasai pemelajar BIPA INCULS adalah mampu menguasai,
memaknai, dan menggunakan kosakata dasar, kata literal dan kata denotatif (lih.
tabel 8.1). Dalam materi ajar tingkat dasar INCULS 2009 ini tidak ditemukan
pokok bahasa khusus kata ganti diri misalnya saya, kamu, Anda, saudara, dia, ia,
kami, kita, mereka, dan kalian. Sementara itu, kata ganti penunjuk (ini, itu, sini,
situ, sana) dimuat dalam materi ajar. Demikian pula kata keadaan pokok tidak
disajikan untuk dipelajari secara khusus, misalnya suka, duka, senang, susah,
lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor jauh, dekat, cepat, lambat, besar,
kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua,
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI107
ISSN: 2716-3792
muda, hidup, dan mati. Alasannya mungkin disebabkan bahwa kata ganti diri dan
kata keadaan pokok ini sudah diintegrasikan ke dalam materi berbicara, dan
membaca.
Tabel 8.1 Kompetensi Kosakata Tingkat Dasar Model Materi AjarINCULS 2009 (Ed.Revisi)
No. Pokok Bahasan Kosakata Analisis Isi Kompetensi1. Nama-Nama Orang Indonesia Nama
KOSAKATA DASAR (kecuali kosakata Ganti Diri dan Kata Keadaan Pokok) ; kosakata literal dan denotatif.
2. Bilangan dan Waktu Bilangan dan waktu3. Arah dan Letak Arah4. Kosakata untuk kegiatan sehari-
hariRutinitas
5. Kata-kata untuk Rasa Rasa6. Istilah Kekerabatan Kekerabatan7. Kosakata mengenai Perasaan Perasaan8. Nama-nama Anggota Tubuh Anggota tubuh9. Arah dan Letak Arah dan letak10. Kosakta berkaitan dengan alat
transportasiTransportasi
11. Kosakata untuk Posisi Tubuh dan Olahraga
Olahraga
12. Kosakata Benda Kebutuhan Pokok dan Ekonomi
Kebutuhan pokok
13. Kosakata berkaitan dengan Tanaman
Tanaman
14. Kosakata mengenai Pariwisata Pariwisata15. Kosakata berhubungan dengan
ProfesiProfesi
16. Menyanyikan Lagu Lagu17. Kata Kerja Umum dan Khusus Kata kerja18. Kosakata yang berhubungan
dengan KesenianKesenian
19. Jenis-Jenis Pakaian Pakaian20. Kosakata mengenai Makanan
dan Cinderamata IndonesiaMakanan
Kosakata dasar adalah kosa kata primer yang tingkat perubahan katanya
sangat lama. Kosakata dasar terdiri atas istilah kekerabatan (misalnya ayah, ibu,
anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua); nama-nama
bagian tubuh, misalnya kepala, rambut, mata, telinga ; kata ganti diri dan
penunjuk (misalnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, dan
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI108
ISSN: 2716-3792
sana) ; kata bilangan pokok ( misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,
delapan, sembilan, sepuluh, duapuluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus,
seribu, dua ribu, sejuta, dan dua juta); kata kerja pokok (misalnya makan,
minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan,
bekerja, mengambil, dan menangkap); kata keadaan pokok (misalnya suka, duka,
senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor jauh, dekat, cepat,
lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas,
kaya, miskin, tua, muda, hidup, dan mati); dan benda-benda universal (misalnya
tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, dan tumbuh-tumbuhan)
(Tarigan, 1985:3--4).
Kompetensi kosakata tingkat madya beralih pada penguasaan kosakata
selain kosakata dasar. Seterusnya, kompetensi pemelajar BIPA tingkat madya
diharapkan mampu menguasai, memaknai, dan menggunakan kata sekunder,
sejumlah kata majemuk dan peribahasa (gramatikal, figuratif), namun tidak
terdapat kata berkonotasi (lih. tabel 8.2). Kosakata sekunder adalah leksikon yang
bermakna tambahan. Yang termasuk kosakata sekunder antara lain adalah idiom
atau kata majemuk, kata kiasan, dan kata bermakna gramatikal.
Tabel 8.2 Kompetensi Kosakata Tingkat Madya Model Materi AjarINCULS 2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Kosakata Analisis Isi Kompetensi
1. Kata majemuk Kata Majemuk dengan unsur tukang
Kosakata sekunderDan beberapakata
2. Kosakata mengenai Pakaian/Perhiasan
Pakaian
3. Kosakata yang menyatakan Aktivitas Anggota Tubuh
Aktivitas Anggota Tubuh
4. Antonim dan Sinonim Antonim dan Sinonim
5. Kosakata Bidang Kesehatan Kesehatan6. Kosakata Bidang Pariwisata Pariwisata7. Kosakata mengenai
LingkunganLingkungan
8. Kosakata yang Berkaitan dengan Binatang
Binatang
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI109
ISSN: 2716-3792
majemuk danperibahasa (gramatikal, figuratif)Tidak terdapat konotatif!
9. Kata Majemuk/Idiom dengan Unsur Buah dan Tangan
Kata majemuk
10. Kata Majemuk/Idiom dengan Unsur Putus dan Tutup
Kata majemuk
11. Kosakata yang berkaitan dengan Penampilan Seseorang
Penampilan
12. Kosakata yang Berkaitan dengan Dunia Pendidikan
Pendidikan
13. Kosakata mengenai Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan
14. Kata Kerja yang Berlawanan Artinya
Verba Antonim
15. Homonim Homonim16. Ungkapan dan Peribahasa Ungkapan dan
Peribahasa
Untuk tingkat lanjut penguasaan kosakatanya lebih kompleks, abstrak,
implisit, dan tidak langsung. Kompetensi yang ingin dibangun untuk tingkat
lanjut ini adalah kemampuan menguasai, memaknai, dan menggunakan kata
berregister tertentu, kata sekunder , kata literal, figuratif dan konotatif (lih.tabel
8.3).
Tabel 8.3 Kompetensi Kosakata Tingkat Lanjut Model Materi Ajar
INCULS 2009 (Ed.Revisi)
No.
Pokok Bahasan Kosakata Analisis Isi Kompetensi
1. Kosakata Bidang Ekonomi Register ekonomi
Kata berregister, Kata sekunder Kata literal, figuratif
2. Kosakata Berimbuhan –wan, -man, dan –wati
Kata berimbuhan
3. Kosakata yang Berkaitan dengan Bencana Alam
Register bencana alam
4. Kata Majemuk dengan Unsur Daya dan Tahan
Kata majemuk
5. Kosakata Bidang Kesehatan Register kesehatan6. Kosakata Bidang Perkebunan,
Pertanian, dan KehutananRegister pertanian, perkebunan dan kehutanan
7. Homonim, Homofon, dan Homograf
Homonim, homofon dan homograf
8. Kosakata yang Berhubungan dengan Masakan
Register masakan
9. Sinonim dan Antonim Sinonim dan antonim
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI110
ISSN: 2716-3792
dan konotatif
10. Kata Majemuk dengan Unsur Anak dan Ibu
Kata majemuk
11. Peribahasa Kata figuratif (Peribahasa) 12. Kata Penghalus dan Kata
Berkonotasi NegatifKonotasi
13. Kosakata yang Berkaitan dengan Jender
Register jender
14. Gabungan Kata Bersinonim Sinonim 15. Kosakata Berhubungan
dengan Sepeda dan JalanRegister Sepeda dan jalan
16. Kosakata yang Berhubungan dengan Mudik dan Perpindahan Penduduk
Register Mudik dan migrasi
Mengacu pada hasil analisis kompetensi per keterampilan dan per
tingkatan di atas, kemudian peneliti menerapkannya pada pemetaan kompetensi
BIPA Badan Bahasa 2014. Hasil perbandingan adalah bahwa model materi ajar
BIPA INCULS 2009 (Revisi) belum tercantum secara eksplisit materi menyimak
(listening). Selain itu, semua keterampilan tersedia secara lengkap dan kompetensi
yang diharapkan dicapai oleh lulusan juga ekivalen. Berikut tabulasi hasil
pemetaannya.
Tabel 9. Kompetensi Lulusan Berdasarkan Materi Ajar INCULS2009 (Revisi) Mengacu Kompetensi BIPA Badan Bahasa 2014
Tingkat
StandarKompeten
si
Kompetensi Dasar KompetensiBahasa
Menyimak
Berbicara
Membaca
Menulis
Tata Bahasa
Kosakata
Tingkat Dasar (A1)A1.1 V -- V V V V VA1.2 V -- V V V V VA1.3 V -- V V V V V
Tingkat Dasar (A2)A2.1 V -- V V V V VA2.2 V -- V V V V VA2.3 V -- V V V V V
Tingkat Madya (B1)B1.1 V -- V V V V VB1.2 V -- V V V V V
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI111
ISSN: 2716-3792
B1.3 V -- V V V V VB1.4 V -- V V V V V
Tingkat Madya (B2)B2.1 V -- V V V V VB2.2 V -- V V V V VB2.3 V -- V V V V V
Tingkat Lanjut (C1)C1.1 V -- V V V V VC1.2 V -- V V V V VC1.3 V -- V V V V VC1.4 V -- V V V V V
Tingkat Lanjut (C2)C2.1 V -- V V V V VC2.2 V -- V V V V VC2.3 V -- V V V V VC2.4 V -- V V V V V
5. Simpulan
Dalam penelitian ini, materi ajar BIPA INCULS 2009 (Edisi Revisi)
ditelaah berdasarkan kerangka acuan CEFR dan kompetensi BIPA Badan Bahasa
2014. Berdasarkan analisis isi pokok bahasan setiap tingkat disimpulkan, pertama,
bahwa karakteristik materi ajar BIPA INCULS mencirikan pengenalan bahasa,
dan wisata/budaya Indonesia. Aspek materi budaya dan wisata dipahami menjadi
daya tarik tersendiri materi ajar BIPA INCULS 2009 (Edisi Revisi) ini. Kedua,
dari analisis persamaan dan perbedaan deskripsi kompetensi CEFR (Common
European Framework of Reference for Languages) dan kompetensi BIPA Badan
Bahasa 2014, kompetensi pemelajar BIPA INCULS dibagi pada setiap
keterampilan berikut. Pada tingkat dasar, pemelajar BIPA diharapkan mampu
menguasai bahasa Indonesia untuk bertahan hidup (survival), menjelaskan
identitas diri, mengenali lingkungan sekitar dengan daya ungkap bahasa yang
rutin dan sederhana. Pada tingkat madya, pemelajar BIPA diharapkan mampu
menguasai bahasa Indonesia berkaitan dengan topik yang lebih luas dan sedikit
kompleks, menceritakan pengalaman diri, membangun wawasan tentang
keindonesiaan, mampu menulis teks narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
mengenai hasil pengamatan, pengalaman, pendapat, dan sedikit analisis. Pada
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI112
ISSN: 2716-3792
tingkat lanjut, pemelajar BIPA diharapkan mampu menguasai bahasa Indonesia
berkaitan dengan topik yang abstrak, implisit, dan kompleks, membangun
pengetahuan interaksional, mencurahkan pendapat, dan menganalisis masalah,
mampu menulis teks deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi tentang hasil
pengamatan, pendapat, serta kutipan referensi.
Berdasarkan panduan yang disusun CEFR mengenai analisis karakteristik
materi ajar dapat disimpulkan bahwa materi ajar INCULS mengenalkan bahasa
Indonesia kepada penutur asing dengan proporsi paparan kebahasaan tentang
wisata/budaya berkisar antara 30 % - 50% pada setiap tingkat pembelajaran.
Gairah untuk mengenal Indonesia secara nyata lewat bahasa dan budaya
nusantaranya ini diasumsikan membuat inspirasi yang menyenangkan bagi
mahasiswa asing. Keuntungannya mahasiswa merasa nyaman dan bisa bersenang-
senang sambil mengeksplorasi penggunaan bahasa Indonesia di lokus-lokus
kewisataan. Kelemahannya, ketertarikan tentang tempat dan kegiatan wisata ini
membuat mahasiswa terobsesi untuk mengeksplorasinya lebih lama sehingga
ketika liburan usai dan waktunya kuliah dimulai, sebagian mereka masih berada
di tempat-tempat wisata itu sehingga pembelajaran di kelas sementara menjadi
terganggu.
Berdasarkan kerangka acuan kompetensi yang disusun CEFR dan Badan
Bahasa 2014, disimpulkan bahwa materi ajar INCULS 2009 (Revisi) juga
mengacu pada SKL panduan CEFR yaitu memenuhi kompetensi linguistik,
kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi pragmatik. Analisis korelasi materi
ajar dengan kompetensi menunjukkan hubungan yang erat. Materi ajar merupakan
pedoman pengajaran agar standar kompetensi dapat dicapai. Dalam konteks
diplomasi negara ke dunia luar yang tertarik akan Indonesia, sudah saatnya
Indonesia dipromosikan lewat pengajaran BIPA. Promosi itu dapat dilakukan
dengan mengemas materi ajar kebahasaaan yang materinya berkaitan dengan
promosi wisata seperti ditemukan dalam materi ajar INCULS 2009 (ed. Revisi).
Menurut nalar pemajuan bangsa, perlu dikemas pengajaran BIPA dalam materi
produk layak ekspor atau ekonomi kreatif sebagai bagian kerja perdagangan dan
perindustrian. Dunia usaha dan dunia industri semestinya juga mendapat perhatian
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI113
ISSN: 2716-3792
dalam kemasan materi ajar BIPA. Bagian terakhir ini hanya sebagai rekomendasi
pemikiran saja.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. (Terjemahan Edisi Kelima). Jakarta: Kedubes Amerika Serikat.
Canale, M. dan Swain, M. 1980. “Theoretical Bases of Communicative Approaches to Second Language Teaching and Testing”. Applied Linguistics, I, 1-47.
Common European Framework of Reference for Languages. https://en.wikipedia.org/wiki/ Common_European_Framework_of_Reference_for_Languages (Diakses 29 Juli 2019).
Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching. Essex, England: Longman.
Hymes, Dell. 1972. On Communicative Competence. Dalam J. Pride dan J. Holmes (ed.). Sociolinguistics. Harmondsworth, UK: Penguin Books.
Muliastuti, Liliana. 2019. Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing: Acuan Teori danPendekatan Pengajaran. (Cet. Kedua). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Suyitno, Imam., dkk. 2018. Perilaku Belajar dan Pembelajaran BIPA: Acuan Dasar Pengembangan Literasi Komunikasi Pelajar BIPA. Bandung: PT. Refika Aditama.
Tim Badan Bahasa. 2014. “Pemetaan Kompetensi BIPA Pascapanel”. Dalam lokakarya Standardisasi Kemahiran BIPA. (naskah tidak diterbitkan).
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI114
ISSN: 2716-3792
LAPORAN CATATAN PERSIDANGAN KIPBIPA XIFakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 7—9 Agustus 2019
Hari, Tanggal : Rabu, 7 Agustus 2019Pukul : 18.30—20.00 WIBPenyaji Makalah: Dr. Sailal Arimi, M.Hum.Judul Makalah : Analisis Korelasi Kompetensi dan Materi Ajar BIPA di INCULSPemandu : Sudaryanto, M.Hum.Pencatat : Kity Karenisa
Catatan Penyajian:Dr. Sailal Arimi(1) Materi ajar berkorelasi dengan kompetensi lulusan dengan merekonstruksi dan
menganalisis standar kompetensi. Data penelitian diambil dari Titian Bahasayang digunakan oleh INCULS; dilakukan pengumpulan data dan dianalisisdengan acuan CEFR dan BIPA Badan Bahasa 2014. INCULS yang berdiri1987 yang sebelumnya bernama Pusat Studi Indonesia. Sejak 2017, INCULSmenjadi bagian dari Pusat Bahasa.
(2) Karakteristik materi ajar INCULS, yaitu tujuan wisata (yang paling tinggi);tujuan akademik, terutama mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikankeperluan pribadi, dan bisnis (yang paling rendah). Ranah berbahasa yangmenjadi ciri khas INCULS adalah wisata. Kompetensi berbicara tingkatdasar berkaitan dengan diri sendiri, negara sendiri, lingkungan; kompetensimendengarkan dan tujuan kompetensi tidak ditemukan dalam buku INCULS;kompetensi pada tingkat madya meliputi pembahasan tentang fakta sosialbudaya, pengalaman diri, dan mencurahkan gagasan; kompetensi pada tingkatlanjut berkaitan dengan menganalisis masalah. Kompetensi tata bahasa punberbeda pada tiap tingkat. Kompetensi tata bahasa pada tingkat lanjut adalahgramatika terpadu. Kosakata juga diberikan berdasarkan tingkatnya daridasar, sedangkan kosakata sekunder tidak diberikan untuk tingkat budaya.
(3) Dengan demikian, wisata dan budaya Indonesia menjadi karakteristik bahanajar INCULS. Dalam konteks diplomasi budaya, hal ini diperlukan. Untukmasa yang akan datang, bahan ajar dapat bermateri dunia usaha dunia industri.
Diskusi/Tanya JawabPenanya 1Nama : PujiInstansi : - dari DepokPertanyaan: (1) Keterampilan berbahasa apa yang berubah signifikan setelah
seseorang belajar bahasa Indonesia?Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI
115
ISSN: 2716-3792
(2) Bisakah lingkungan sosial membuat kompetensi bahasa berubah walau bukan di lingkungan aslinya; penutur palsu dapatkah menjadiseperti penutur asli?
Tanggapan: (2) Penutur palsu bisa saja memiliki kompetensi yang mendekatipenutur asli; semakin muda dan semakin serius seseorang belajar,hasilnya akan semakin bagus. Namun, tidak bisa sama denganpenutur asli. Ada ekspresi kebahasaan yang tidak bisa dikuasai.Peningkatan kemampuan berbahasa bisa dilakukan dengan mencarikesempatan untuk berbicara dengan bahasa target.
(1) Kemampuan berbahasa aktif indikatornya adalah berbicara.Keterampilan berbahasa itu dapat diujikan dengan TIFL atau UKBI.
Penanya 2Nama : SuyotoInstansi : Universitas Kanda, JepangPertanyaan: (1)Persoalan penetapan persentase bahasa formal dan informal,
bahasa asli dan bahasa figuratif; bahasa informal seperti apa yangdiberikan? Sementara ini, pengajaran yang diberikan untuk tingkatlanjut adalah bahasa gaul, sementara materi sastra banyak diminati,tetapi berapa persen harusnya materi ini diberikan?
(2) Bagaimana mengajarkan tata bahasa agar menarik?Tanggapan: (1) Bahasa yang paling tepat diberikan untuk penutur asing adalah
bahasa yang baku agar dapat menjadi penutur bahasa Indonesiayang elegan. Jadi, pengajaran yang diutamakan adalah pengajaranbahasa formal. Pengajaran yang tidak menargetkan bahasa formaldapat menjadi masalah bagi orang yang belajar bahasa Indonesia.
(2) Pengajaran tata bahasa yang menarik bergantung pada pribadipengajar dan jam terbang atau pengalaman pengajar sehinggapengajar itu menguasai cara mengajar. Pengajar yang diperlukanadalah pengajar yang pantang menyerah: berlatih, menggunakanmetode yang menarik, misalnya: morfologi bahasa Indonesiamerupakan hal yang sulit untuk diajarkan sehingga diperlukankreativitas dari pengajar untuk membuat pengajaran morfologibahasa Indonesia menjadi menarik.
Penanya 3Nama : Andi Satrian JahrirInstansi : Universitas Negeri MakassarPertanyaan: Berkaitan dengan pertanyaan dan masalah yang dihadapi Bapak
Suyoto. Pengajaran bahasa informal dapat membuat mahasiswamampu berkomunikasi; kapan memberikan bahasa baik dan benarkarena mahasiswa cenderung untuk menggunakan bahasa informal
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI116
ISSN: 2716-3792
(sehari-hari). Ada kesulitan yang dirasakan oleh pembelajar saatmenggunakan bahasa resmi yang baku.
Tanggapan: Representasi keformalan diperlukan dalam ajar. Variasi dapatdiberikan pada tingkat lanjut. Bahan ajar daring dapat digunakanuntuk bahan penelitian.
Isu Utama/Isu Penting dalam Diskusi...
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XI117
top related