analisis kondisi kepariwisataan kspp muntok dan … · sumber: kabupaten bangka barat dalam angka...
Post on 05-Jan-2020
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-2
4.1 Potensi Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya KSPP Muntok
dan Sekitarnya
4.1.1 Kondisi Fisik Kawasan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya meliputi wilayah Kabupaten
Bangka Barat yang secara astromonis terletak pada 105’ Bujur Timur dan 1’ sampai 2’ Lintang
Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan Laut Natuna di sebelah
utara, Selat Bangka di sebelah selatan dan barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Bangka di
sebelah timur. Kabupaten Bangka Barat memiliki lokasi yang strategis karena terletak dekat
dengan Pulau Sumatera dan menjadi pintu masuk penumpang dan barang dari Palembang
(Sumatera) menuju Pangkalpinang (Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) dan sebaliknya
melalui jalur laut.
Kabupaten Bangka Barat memiliki luas wilayah lebih kurang 2.884,15 km2 atau 288.415 ha yang
terbagi kedalam enam kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa, Kecamatan Tempilang, Kecamatan
Muntok, Kecamatan Simpang Teritip, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Parittiga. Kecamatan
Simpang Teritip merupakan kecamatan terluas, yaitu sebesar 637,35 km2, sedangkan Kecamatan
Parittiga merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu 326,71 km2.
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Tinggi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat
Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase
(%)
Tinggi
(mdpl)
Simpang Teritip 637,35 22,10 12,7
Kelapa 573,80 19,89 51,0
Muntok 505,94 17,54 18,6
Tempilang 461,02 15,98 25,0
Jebus 379,49 13,03 25,0
Parittiga 326,71 11,22 25,0
Total 2.884,31 100,00 -
Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018
Kabupaten Bangka Barat berada di ketinggian antara 12,7 – 51,0 meter di atas permukaan laut
dengan Kecamatan Simpang Teritip sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian terendah
dan Kecamatan Kelapa sebagai kecamatan yang berada pada ketinggian tertinggi. Secara
topografi wilayah, Kabupaten Bangka Barat terdiri dari rawa-rawa dengan hutan bakau, pantai
landai berpasir, dataran rendah dan bukit-bukit dengan hutan lebat. Semua kecamatan di
Kabupaten Bangka Barat berbatasan dengan laut, sehingga memiliki potensi bentang alam pesisir
dan laut yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
Kabupaten Bangka Barat memiliki iklim tropis (Tipe A) dengan curah hujan rata-rata sebesar 91,90
mm3/bulan dan suhu rata-rata sebesar 28,10oC. Pada tahun 2017, curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Februari, yaitu sebesar 183,9 mm3/bulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-3
Juli, yaitu sebesar 21,5 mm3/bulan. Kondisi curah hujan tersebut dapat menjadi acuan para
wisatawan dalam berkunjung untuk mempersiapkan berbagai kebutuhannya dalam menghadapi
kondisi cuaca di Kabupaten Bangka Barat.
Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Bangka Barat, 2017
Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018
Kondisi fisik lain yang juga penting diperhatikan di Kawasan Kota Muntok ini terkait curah hujan
dan pasang surut adalah banjir. Berdasarkan penelusuran berita, kejadian banjir di Kota Muntok
yang terjadi pada rentang waktu terdekat adalah pada tanggal: 18 Desember 2017, 11 dan 29
Maret 2018, dan 1 Juni 2018. Pada ke-empat waktu tersebut, terjadinya banjir didahului dengan
intensitas hujan yang tinggi yang bersamaan waktunya dengan waktu pasang tinggi. Banjir pada
tanggal 11 Maret dan 1 Juni 2018 bertepatan dengan kondisi pasang tertinggi (di atas rata-rata
permukaan pasang surut) yang mencapai lebih dari 3 meter untuk wilayah Muntok. Sedangkan
banjir pada tanggal 18 Desember 2017 dan 29 Januari 2018, tidak bersamaan waktunya dengan
saat pasang tertingggi walaupun pasang tinggi yang terjadi tetap berada pada kisaran ketinggian
3 meter di atas rata-rata permukaan pasang-surut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-4
Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide
: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir
Gambar 4.2 Grafik Pasang Surut untuk Wwilayah Muntok Bulan Desember 2017
(banjir tanggal 18 Desember 2017, pasang naik tertinggi 3,3 meter)
Sumber: hasil analisis dengan menggunakan program WxTide
: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir
Gambar 4.3 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Januari 2018
(banjir tanggal 29 Januari 2018, pasang naik tertinggi 3,2 meter)
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-5
Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide
: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir
Gambar 4.4 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Maret 2018
(Banjir tanggal 11 Maret 2018, pasang naik tertinggi 3,3 meter)
Sumber: hasil analisa dengan menggunakan program WxTide
: pasang naik tertinggi saat terjadi banjir
Gambar 4.5 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Juni 2018
(Banjir tanggal 1 Juni 2018, pasang naik tertinggi 3,6 meter)
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-6
Selain karena faktor alam berupa hujan dan pasang surut, hal lain yang menyebabkan banjir
adalah terjadinya sedimentasi di sepanjang Sungai Arang-Arang hingga muara dan pesisir Kota
Muntok. Pendangkalan pada wilayah muara dan pesisir ini dapat menyebabkan perlambatan laju
arus air dari sungai menuju laut. Akibat perlambatan laju air air ini, jika terjadi hujan dengan
intensitas tinggi maka debit air hujan yang mengalir dari arah hulu sungai akan lebih besar
dibandingkan dengan debit air sungai yang dapat mengalir masuk menuju laut, sehingga sebagian
air akan tertahan dan berpotensi menyebabkan genangan banjir di wilayah daratan Kota Muntok.
Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kepariwisataan Kota Muntok, sehingga
penanggulangan bencana banjir ini perlu dimasukkan dalam perencanaan wilayah Kota Muntok.
4.1.2 Karakteristik Sosial Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bangka Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 adalah
sebanyak 204.778 jiwa yang terdiri dari 106.851 jiwa penduduk laki-laki dan 97.927 jiwa
penduduk perempuan. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Bangka Barat tahun 2017
mencapai 71 jiwa/km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Parittiga,
yaitu sebesar 113 jiwa/km2, dan terendah di Kecamatan Simpang Teritip, yaitu sebesar 47
jiwa/km2.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bangka Barat 2017
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(per Km2)
Kelapa 17.509 16.133 33.642 59
Tempilang 13.724 12.919 26.643 58
Muntok 28.928 26.493 55.421 110
Simpang Teritip 15.542 14.444 29.986 47
Jebus 11.508 10.538 22.046 58
Parittiga 19.640 17.400 37.040 113
Jumlah 106.851 97.927 204.778 71
Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018
Suku dan etnis penduduk Kabupaten Bangka Barat terdiri dari suku Melayu, keturunan Tionghoa,
Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis, dan Batak. Kondisi keberagaman suku dan etnis ini
mendorong Kabupaten Bangka Barat tumbuh menjadi kabupaten yang unik dan menarik. Hal
tersebut juga didukung oleh kerukunan dan toleransi antarsuku dan etnis penduduk.
Sebagai contoh, latar belakang multikultural terasa begitu kuat di Kota Muntok. Setidaknya,
terdapat perpaduan tiga etnis yang berbaur, yakni Melayu, Tionghoa, dan juga Arab. Namun
kerukunan dan toleransi begitu terasa antaretnis dan golongan. Terdapat dua bangunan yang
berdiri berdampingan sebagai cermin toleransi yang terbangun di Kota Muntok. Kelenteng Kong
Fuk Miau dan Masjid Jami’ menjadi dua bangunan ikonik dari Kampung Tanjung, Kecamatan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-7
Muntok yang dibangun pada era abad ke-18. Masjid dibangun secara gotong royong antara
Muslim dengan non-Muslim, dan merupakan masjid pertama di Muntok. Beberapa bahan
bangunan untuk masjid pun disumbangkan dari kelenteng, salah satunya tiang penyangga Masjid
Jami’. Kerukunan yang terjalin antara etnis Melayu dan Tionghoa ini nyatanya sudah terjalin sejak
zaman nenek moyang, kerukunan serta toleransi sudah mulai ditanamkan di kehidupan mereka.
Rasa menjunjung tinggi tenggang rasa dan kerukunan antarmasyarakat juga diterapkan pada
nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Jika masjid Jami’ sedang melaksanakan ibadah, maka Kelenteng
akan rehat dari kegiatannya dan memberikan kesempatan bagi jemaah masjid untuk melakukan
ibadah. Contohnya, kegiatan latihan barongsai dan shalat Jumat. Jadi setiap jadwal shalat, latihan
barongsai dihentikan dahulu.
Meski memiliki pandangan masing-masing dalam menyikapi kehidupan, para pemeluk agama di
kedua tempat peribadatan tersebut senantiasa rukun. Kelenteng dan masjid yang mampu
menjalankan aktivitasnya berdampingan selama 133 tahun membuktikan toleransi beragama
yang luar biasa di Muntok. Masyarakat Muntok yang Muslim dan non-Muslim memang sudah
akrab dari dulu. Keakraban terjalin dari hal-hal kecil seperti saling mengunjungi ketika hari raya
masing-masing agama, yang lain datang, begitu sebaliknya. Tak berhenti sampai di situ, mereka
pun acap kali duduk bersama untuk sekadar berbagi cerita. Warung kopi pun menjadi saksi
keakraban yang terjalin di antara mereka. Kebiasaan serta cara pandang masyarakat yang menilai
perbedaan bukan menjadi sebuah penghalang untuk bersatu, merupakan salah satu resep
mengapa kerukunan tetap terjaga.
4.1.3 Karakteristik Ekonomi Wilayah
Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah yang memiliki potensi hasil alam seperti komoditi
timah, lada, dan kaya akan hasil laut dan hutannya. Mata pencaharian penduduk tersebar di
berbagai kegiatan pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan
barang dan jasa, serta pegawai negeri, BUMN, dan swasta.
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB
berdasarkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari
tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
PDRB Kabupaten Bangka Barat atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha
mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga 2017. Berdasarkan data PDRB tersebut, tiga
jenis sektor ekonomi yang menjadi penyumbang paling besar untuk ekonomi Bangka Barat berasal
dari sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Sedangkan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan, yaitu sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum menempati posisi ke sembilan dalam kontribusinya
terhadap PDRB.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-8
Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bangka Barat
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2014-2017
Sektor Ekonomi 2014 2015 2016 2017
1. Industri pengolahan 3 879 61 4.015.961 4.170.859 4.443.087
2. Pertanian, kehutanan dan
perikanan
1.120.752 1.192.686 1.282.698 1.279.011
3. Pertambangan dan penggalian 1.135.060 1.160.621 1.168.179 1.196.312
4. Perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda
939.640 1.007.462 1.086.086 1.165.904
5. Konstruksi 435.156 471.029 514.076 550.316
6. Administrasi, pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial
277.088 303.545 326.245 351.692
7. Real estate 156.633 163.851 173.761 182.532
8. Jasa Pendidikan 106.364 116.602 127.585 140.038
9. Penyediaan akomodasi dan
makan minum
86.309 90.768 97.948 103.646
10. Transportasi dan pergudangan 68.402 72.125 76.768 82.731
11. Jasa kesehatan dan kegiatan
sosial
56.119 56.119 60.655 66.053
12. Jasa keuangan dan asuransi 30.922 32.338 34.064 34.675
13. Informasi dan komunikasi 25.466 27.553 30.066 32.600
14. Jasa lainnya 22.941 22.941 25.285 27.256
15. Jasa perusahaan 11.405 11.868 12.368 12.875
16. Pengadaan listrik dan gas 3.118 3.311 3.485 3.681
17. Pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur
528 567 606 653
TOTAL 8.349.260 8.749.347 9.189.733 9.673.060
Sumber: Kabupaten Bangka Barat dalam Angka 2018
Berdasarkan data PDRB tersebut, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang
merupakan sektor yang terkait langsung dengan kepariwisataan di Kabupaten Bangka Barat
menunjukkan peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menjadi indikasi
bahwa terjadi peningkatan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bangka
Barat.
4.1.4 Sejarah sebagai Potensi Pariwisata Kawasan
Kawasan Kota Muntok merupakan kota yang memuat berbagai macam peristiwa sejarah. Secara
garis besar, peristiwa sejarah di Kawasan Muntok dan sekitarnya meliputi 4 (empat) masa atau
periode, yaitu (1) masa Kesultanan Palembang; (2) masa Penjajahan Inggris; (3) masa Penjajahan
Jepang (Perang Dunia II); (4) masa Agresi Militer Belanda ke II (Perjuangan Kemerdekaan).
1. Muntok pada Masa Kesultanan Palembang
Asal mula berdirinya Kota Muntok tidak dapat terlepas dari keterkaitannya dengan keberadaan
Kesultanan Palembang yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Sejarah terkait pertambangan
timah di Bangka dimulai pada masa Kesultanan Palembang, yaitu pada masa Sultan Mahmud
Badarrudin I.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-9
a. Awal mula kegiatan tambang timah di Muntok
Sebelum menjabat menjadi sultan, Mahmud Badaruddin sempat singgah di Pulau Bangka
(tepatnya di Belinyu), yaitu pada saat pelayaran pengasingannya ke Johor. Kemudian pada saat
akan kembali ke Palembang, yaitu sekitar tahun 1724 M, Mahmud Badaruddin juga kembali
singgah ke Bangka dengan membawa pasukannya dari Negeri Siantan (salah satu negeri di bawah
kekuasaan Kesultanan Johor). Salah satu pasukan Mahmud Badaruddin tersebut menemukan
kandungan timah di Bangka, tepatnya di sekitar Sungai Ulin. Maka penambangan timah di Bangka
dimulai dan dilakukan secara rahasia.
b. Asal muasal nama Muntok
Setelah Mahmud Badarudin menjabat sebagai sultan (Sultan Mahmud Badaruddin I), Sekitar
tahun 1724 – 1725 M, Sultan Mahmud Badaruddin I memerintahkan kepada istri (Ratu) dan para
petinggi kesultanan dan petinggi dari Negeri Siantan, untuk berangkat ke Pulau Bangka untuk
memastikan lokasi tempat tinggal keluarga dari istrinya (dari Negeri Siantan, Kesultanan Johor).
Setelah pelayaran sampai di perairan luar Sungsang (perairan di antara Palembang dan Pulau
Bangka), Ratu melihat sebuah daratan dari kejauhan yang merupakan bagian dari Pulau Bangka.
Semakin dekat daratan yang dituju, ternyata daratan tersebut adalah sebuah tanjung, maka Ratu
berujar dalam Bahasa Melayu Siantan “daratan Entoklah” atau “A-muntok jadilah” (kalau itu jadi)
sambil menunjuk ke arah daratan tersebut. Maksud dari ucapan ini bahwa daratan yang di depan
adalah tempat yang layak untuk kediaman keluarga dari Siantan. Ujaran Ratu tersebut selanjutnya
menjadi cikal bakal pertama penamaan Muntok. Kata “entok” dalam dialek Melayu Siantan
tersebut artinya “Itulah”. Setelah itu Sultan pun memerintahkan untuk mendirikan tempat tinggal
di daerah tersebut.
Pada perkembangan berikutnya, setelah terbentuk komunitas kecil di daerah itu, maka disebutlah
daerah itu dengan nama “Muntok”, sedangkan tanjung yang pertama kali dilihat dan ditunjuk oleh
Ratu diberi nama Tanjung Kelihatan yang selanjutnya lazim disebut “Tanjung Kalian”. Muntok
ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Palembang yang memiliki kepentingan atas
penambangan timahnya. Oleh karena hasil penambangan timah yang begitu banyak, maka Sultan
Palembang mengirim seorang Tumenggung ke Muntok untuk mengatur pekerjaan penambangan
timah tersebut (makam dari para Tumenggung dan tokoh-tokoh pemimpin pemerintahan Muntok
dapat ditemukan di Pemakaman Kota Seribu, Muntok).
c. Masuknya Etnis Cina ke Muntok
Semakin pesatnya penambangan timah di Muntok mendorong Sultan Palembang untuk
mendatangkan orang-orang dari Siam, Kucing, serta orang-orang Cina peranakan Palembang
untuk bekerja di penambangan timah. Dampak dari penambangan timah tersebut adalah
terbentuknya perkampungan yang pertama kali di Muntok bernama Kampung Jiran Siantan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-10
(terletak di sekitar Kelurahan Tanjung sekarang), kemudian terbentuk Kampung Pemohon (sekitar
Kampung Ulu sekarang), dan Kampung Petenun (sekitar Kampung Teluk Rubiah sekarang).
Penambangan timah di Muntok kemudian berkembang semakin pesat dan semakin luas hingga
sampai ke Belinyu, Toboali, dan hampir ke seluruh Pulau Bangka. Muntok berkembang menjadi
Bandar (pelabuhan) yang besar dan sibuk dengan aktivitas-aktivitas pendatang dari berbagai suku
bangsa sehingga proyeksi kemajuan Pulau Bangka kala itu berpusat di Muntok.
d. Pembangunan Benteng Kota Seribu
Pesatnya aktivitas penambangan timah dan mulai padatnya Muntok sebagai pelabuhan
mendorong banyak terjadinya perampokan dan penyelundupan timah. Perampokan tersebut tidak
hanya terjadi di darat, melainkan terjadi juga di laut. Kapal-kapal muatan timah yang sedang
berlayar ke Palembang sering menjadi sasaran perompakan di tengah laut. Satu waktu tersiar
kabar bahwa Raja Johor akan menyerang Muntok untuk menguasai Kesultanan Palembang.
Menyikapi kabar tersebut, Sultan Palembang yang pada saat itu dijabat oleh Sultan Ahmad
Najamuddin (pengganti Sultan Mahmud Badaruddin I yang telah wafat) memerintahkan kepada
Tumenggung Dita Menggala (pemimpin wilayah Muntok kala itu) untuk membangun benteng
pertahanan di Kota Muntok. Pada tahun 1760 M, Sultan Palembang memberikan bantuan untuk
pembangunan benteng dan atas anjuran Sultan Palembang, pembangunan benteng tersebut
harus melibatkan atau mempekerjakan penduduk asli Muntok dan benteng itu harus dibuat dari
tanah. Setelah benteng tersebut selesai, maka benteng tanah tersebut dinamakan “Benteng Kota
Seribu” yang terletak di bagian Barat Kota Muntok.
e. Kerusuhan di Pantai Air Bugis
Pada tahun 1216 H (1795 M), Panglima Arung Marupu (seorang pelarian keturunan Raja Bugis)
dan Panglima Raman (panglima Lanun / Perompak / Bajak Laut) bersama para pengikutnya
berangkat ke Bangka untuk menyerang Kota Muntok. Oleh karena keadaan cuaca yang sangat
buruk, pasukan mereka terpisah-pisah di perairan Pulau Bangka. Pasukan Arung Marupu sampai
terlebih dahulu di perairan Muntok dan bermaksud untuk berlabuh di kawasan pantai untuk
menunggu rombongan pasukan Panglima Raman. Kawasan pantai yang dimaksud adalah
kawasan yang sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Air Bugis, berjarak sekitar 1 km arah
barat dari Pelabuhan Muntok.
Tumenggung memerintahkan Raden Jafar dan Demang Minyak beserta pasukannya (pasukan
Muntok) untuk menghalau dan mengusir perahu pasukan Arung Marupu. Hal tersebut memicu
terjadinya pertempuran antara pasukan Arung Marupu dan Pasukan Muntok di depan Benteng
Kota Seribu (di pantai antara Pantai Muntok Asin dan Pantai Batu Rakit). Pertempuran tersebut
menyebabkan banyak pasukan Bugis (Pasukan Arung Marupu) meninggal dunia di Perairan
Muntok. Dengan terjadinya pertempuran tersebut, pantai di antara Pantai Muntok Asin dan Pantai
Batu Rakit, hingga saat ini dikenal oleh masyarakat Muntok dengan sebutan Pantai Air Bugis.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-11
f. Perebutan Kekuasaan di Muntok
Pada tahun 1252 H (1831 M), Tumenggung Dita Menggala wafat dan dikebumikan di Pemakaman
Keturunan Siantan, tepatnya di Pemakaman Kota Seribu Muntok. Sejak saat itu kepala
pemerintahan di Muntok digantikan oleh Abang Ismail (anak dari Tumenggung Dita Menggala)
dengan gelar Tumenggung Kerta Menggala.
Semenjak Muntok dibawah pemerintahan Tumenggung Kerta Menggala, banyak sekali terjadi
kekacauan berupa kerusuhan, perampokan, perompakan, maupun penyelundupan timah sebagai
akibat lemahnya sistem pemerintahan di Muntok. Hal itu dikarenakan Tumenggung melalaikan
tugas dan kewajibannya sebagai kepala pemerintahan di Muntok.
Melihat kondisi yang demikian, salah seorang keponakan Tumenggung yang bernama Abang Tawi
merebut kekuasaan. Abang Tawi beranggapan bahwa dirinya berhak menjadi kepala
pemerintahan di Muntok dan masyarakat pun banyak yang mendukungnya. Maka dari itu, atas
kemauan sendiri Abang Tawi menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok, demikian
juga halnya dengan salah seorang keturunan dari Wan Akub yang bernama Abang Kumbang.
Abang Kumbang pun menyatakan dirinya sebagai Kepala Pemerintahan Muntok dengan alasan
karena dirinya adalah keturunan Wan Akub, yaitu pendiri pertama Kota Muntok.
Dengan demikian berarti Kepala Pemerintahan Muntok terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Tumenggung Kerta Menggala, Abang Tawi, serta Abang Kumbang. Ketiga pemimpin itu, dalam
waktu yang bersamaan berkuasa dan memerintah atas orang-orang yang setia kepada diri meraka
masing-masing. Melihat keadaan tersebut, Sultan Palembang seakan tidak mau peduli. Sultan
Palembang sendiri sudah tahu bahwa kejadian ini merupakan akibat dari kelalaian Tumenggung
Kerta Menggala.
2. Muntok Pada Masa Penjajahan Inggris
Seorang pangeran yang berasal dari Palembang yang bernama Pangeran Muhammad datang ke
Muntok, lalu menikah dengan saudara Demang di Muntok. Akibat dari pernikahan tersebut, Sultan
Palembang tidak membenarkan pernikahan itu dikarenakan melanggar hukum atau aturan yang
telah ditetapkan selama ini. Selanjutnya istri pangeran tersebut dibawa ke Palembang. Kejadian
itu membuat Pangeran Muhammad sangat kecewa dan terpukul sehingga dia memutuskan untuk
lari ke Kedah. Saat itu di Kota Muntok sudah mulai terjadi kekacauan-kekacauan sebagai akibat
dari adanya aturan-aturan serta perintah-perintah dari Sultan Palembang yang tidak menentu.
Aturan dan perintah Sultan ini tidak diindahkan lagi oleh para petinggi dan masyarakat Muntok.
Pada saat pelarian Pangeran Muhammad ke Kedah, ternyata Pangeran berjumpa dengan Abang
Abdul Rauf, yaitu putra Abang Tawi yang sudah lama tinggal di Lingga. Secara kebetulan pada saat
itu Abang Abdul Rauf sedang berada di Kedah. Dikarenakan sama-sama memendam rasa kecewa
dan sakit hati terhadap Sultan Palembang, maka mereka berdua bermufakat untuk mendekati
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-12
Inggris yang pada saat itu sudah menduduki daerah Semenanjung. Tujuannya supaya Inggris mau
menyerang Muntok yang pada waktu itu merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Palembang.
Sekitar tahun 1812 M, Inggris mulai mendaratkan pasukannya di Muntok yang dipimpin oleh
Mayor Meares. Kemudian pasukan Inggris mulai mempergunakan siasat dengan memberikan
kesenangan kepada para petinggi di Muntok dengan berbagai macam cara, sehingga para
petinggi tersebut tidak memperdulikan lagi apa yang diperbuat oleh Inggris di Muntok.
Selain itu Mayor Meares juga menemui kepala-kepala kongsi penambangan timah, baik Melayu
maupun Cina untuk mengadakan perundingan dalam hal penambangan timah. Dalam
perundingan tersebut Inggris menyatakan, bahwa semua timah hasil penambangan penduduk
akan dibeli dengan harga 16 Ringgit per pikul dalam perdagangan tersebut, dan orang Inggris
memberikan uang muka terlebih dahulu kepada para penambang. Dengan demikian para
penambang timah di Muntok sangat senang. Timah hasil penambangannya dibeli dengan harga
tinggi dan diberi uang muka sebagai jaminan pembeliannya.
Untuk menguasai Pulau Bangka seutuhnya yang dimulai dari Muntok, maka Mayor Meares pun
bersama dengan Pangeran Muhammad dan Abang Abdul Rauf mengadakan penyerangan ke
Kesultanan Palembang. Pada saat penyerangan tersebut Mayor Meares menderita luka cukup
parah. Setibanya di Muntok, jiwanya tidak dapat diselamatkan, Mayor Meares meninggal dunia.
Setelah itu posisi Mayor Meares digantikan oleh Mayor Robinson yang sebelumnya bertugas di
Betawi (Batavia).
Mayor Robinson meneruskan penyerangan ke Kesultanan Palembang. Setelah sekian lama Inggris
di bawah kendali Mayor Robinson, maka harga timah yang tadinya 16 Ringgit sepikul, tiba-tiba
oleh Gubernur Inggris diturunkan menjadi 8 Ringgit sepikul. Sejak saat itulah para penambang
timah di Muntok menderita kerugian. Dampaknya para penambang timah di Muntok tidak mau
lagi mengerjakan penambangan atau membuka parit timah. Dalam keadaan demikian, pasukan
Inggris yang tadinya berada di daerah Tanjung Kalian secara perlahan-lahan bergerak untuk
menguasai Muntok dengan membuka sebagian daerah di kaki Gunung Menumbing untuk
dijadikan tempat pertahanan. Tidak hanya itu, setiap area penambangn timah (parit timah) diambil
alih dan dijaga oleh para tentara Inggris. Setelah itu pasukan Inggris yang ada di Semenanjung
mulai didatangkan ke Muntok dengan tujuan akhir untuk menguasai Pulau Bangka.
Pada masa itu kepala pemerintahan Muntok dipimpin oleh Tumenggung Karta Wijaya atau yang
lebih dikenal dengan nama Abang Muhammad Toyib. Tetapi, dikarenakan usia yang sudah tua,
maka keberadaan Tumenggung Karta Wijaya sama sekali tidak diperhitungkan oleh Inggris. Dalam
perkembangan berikutnya, Inggris mengangkat Rangga Citra Nandita dan Demang Wira Dikrama
sebagai kepala pemerintahan di Muntok, serta ditambah dua orang lagi, yaitu Abang Abdul
Rahman Pang dan Abang Muhammad. Selanjutnya keempat orang inilah yang menjadi kepala
pemerintahan di Muntok dengan pembagian tugas sebagai berikut:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-13
1. Rangga Citra Nandita menjadi Kepala Kampung Keranggan merangkap Penghulu;
2. Demang Wira Dikrama menjadi Kepala Kampung Pemohon (Kampung Ulu);
3. Abang Abdul Rahman Pang menjadi Kepala Kampung Perkauman Dalam (sekarang kampung
di sekitar Mesjid Jami’ Muntok);
4. Abang Muhammad menjadi juru tulis merangkap sebagai Kepala Kampung Jiran Siantan
(sekarang Kampung Tanjung).
Pada sekitar tahun 1813 M, Inggris membangun sebuah gudang di tepi Pantai Muntok,
selanjutnya bangunan itu oleh masyarakat Muntok lazim disebut Gudang Kuning. Fungsi utama
gudang itu adalah sebagai Pusat Pasukan Berkuda Inggris. Dengan demikian, Kota Muntok pada
saat itu hampir seluruhnya dikuasai oleh Inggris termasuk segala urusan administrasi
pemerintahan yang ada di Kota Muntok juga di bawah kendali Inggris. Sejak saat itulah para
petinggi Inggris mulai mengutus serta mengambil orang-orang Muntok yang ada di Lingga dan
Singkep untuk kembali ke Muntok. Tidak semua orang Muntok yang berada di Lingga dan Singkep
bersedia kembali pulang ke Muntok, di antara mereka ada yang tidak mau pulang ke Muntok dan
memilih tetap tinggal menjadi penduduk di sana.
Selama beberapa waktu menduduki Muntok, maka Inggris pun mendatangkan kembali orang-
orang Cina dari Cung King untuk dijadikan buruh atau pekerja di parit-parit timah. Mereka tinggal
di pinggiran Kota Muntok, sehingga membuat orang-orang Muntok yang telah lari ke Lingga dan
Singkep cemburu dan menyebabkan mereka banyak yang pulang kembali ke Muntok. Bahkan di
antara mereka yang datang dari Lingga ada yang dijadikan sebagai kepala parit penggalian timah
di Muntok.
Seiring dengan berkembangnya penambangan timah di Muntok yang diusahakan oleh Inggris,
maka kekuasaan Inggris pun meluas ke seluruh Pulau Bangka dan Belitung sampai terjadinya
Traktat London, yaitu pada tanggal 13 Agustus 1814. Salah satu isi Traktat London tersebut
menyatakan bahwa Inggris harus mengembalikan sebagian besar daerah jajahan atau koloninya
secara tukar guling kepada Belanda, termasuk Pulau Bangka dan Belitung. Namun pada saat
Traktat London itu disahkan, Stamford Raffles tetap bersikukuh untuk tidak melepaskan Pulau
Bangka dan Belitung. Menurutnya, secara kenyataan Pulau Bangka dan Belitung bukanlah daerah
jajahan atau koloni Belanda. Ketetapan pada Traktat London menyatakan bahwa Pulau Bangka
dan Belitung harus diserahkan kepada Belanda. Berbagai macam usaha Stamford Rafles untuk
mempertahankan Pulau Bangka dan Belitung akhirnya menemui kegagalan, maka pada tanggal
17 April 1827 Pulau Bangka dan Belitung, secara hukum (hasil Traktat London) diserahkan
kepada Belanda.
3. Muntok pada masa Penjajahan Belanda
Setelah terjadinya Traktat London pada tahun 1814, maka pada tahun 1816 Belanda kembali ke
Pulau Bangka dikarenakan gagalnya Stamford Raffles mempertahankan status pulau tersebut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-14
Pulau Bangka diserahkan kembali kepada Belanda sebagai imbal tukar guling dengan Cochin di
India. Serah terima Pulau Bangka tersebut berlangsung di Muntok pada tanggal 10 Desember
1816 dari Residen Court (Inggris) kepada Residen Klass Heynis (Belanda). Residen Klass Heynis
adalah Residen Belanda pertama yang berkedudukan di Muntok yang secara otomatis merupakan
Residen yang pertama untuk Pulau Bangka, tapi Heynis tidak bertahan lama karena melakukan
korupsi (menggelapkan timah). Setelah itu Klass Heynis digantikan oleh Coop A Groen yang tak
lama kemudian tepatnya pada tahun 1818 dipecat dan digantikan oleh A. Smissaert.
Dengan masuknya Belanda, maka seluruh penambangan timah diambil alih oleh Belanda dan
mendirikan sebuah perusahaan untuk mengelolanya, yaitu “Banka Tin Winning Bedrijf” (BTW) yang
berkedudukan di Muntok. Sistem penambangan timah yang dilakukan oleh Belanda tersebut
masih menggunakan sistem lama, yaitu mengandalkan keahlian tenaga kerja manusia, maka dari
itu didatangkanlah orang Cina dalam jumlah yang lebih banyak dan dipekerjakan dalam sistem
kuli bebas atau yang lebih popular disebut “Vrij Koelie Uit Cina”. Pada tahun 1821 seluruh Pulau
Bangka termasuk Muntok takluk di bawah pemerintahan Belanda. Untuk pengelolaan timah
tersebut, sejak tahun 1819 Belanda mengeluarkan Tin Reglement yang berisi:
1. Penambangan timah di Bangka langsung di bawah wewenang dan kekuasaan Residen;
2. Tambang timah adalah monopoli penuh Belanda dan tambang timah partikelir (swasta) sama
sekali tidak boleh beroperasi.
Akibat dari Tin Reglement tersebut, rakyat Muntok secara serempak memberikan reaksi
penolakan. Puncak penolakan tersebut adalah terjadinya pergolakan rakyat Muntok melawan
Belanda. Dengan kembalinya Belanda menduduki Pulau Bangka, maka ibukota Keresidenan
Bangka pertama kali berpusat di Muntok. Dengan demikian pada tahun 1818 di Muntok mulai
dibangun beberapa fasilitas oleh Belanda, misalnya kantor pengelola penambangan timah BTW.
Sedangkan untuk transportasi laut, Belanda pun membangun sebuah pelabuhan (vlucht haven)
untuk kepentingan pengangkutan hasil timah. Seiring dengan makin ramainya aktivitas di
pelabuhan Muntok dengan arus pendatang yang hilir mudik, maka pada tahun 1860 Belanda
mendirikan satu fasilitas lagi berupa dermaga atau jembatan panjang ke arah laut yang disebut
Ujung Brug. Layaknya sebuah dermaga pada umumnya, jembatan Ujung Brug pun dimaksudkan
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Muntok sekaligus juga memudahkan kapal-
kapal besar Belanda untuk merapat di Muntok.
Untuk kepentingan sistem navigasi pelayaran yang memasuki perairan Selat Bangka, pada tahun
1862 Belanda membangun sebuah Menara suar di Tanjung Kalian, dengan mempekerjakan
arsitek Inggris. Ketinggian menara suar tersebut lebih kurang 56 meter, pancaran sinar lampunya
mencapai radius 25 mil, dan berputar ulang setiap 10 detik sekali, selain dari menara suar
Tanjung Kalian, maka pada tahun 1892 kembali Belanda membangun lagi sebuah menara suar
di Tanjung Ular untuk kepentingan navigasi pelayaran di bagian barat perairan Selat Bangka. Pada
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-15
saat Belanda menduduki Muntok, maka perkembangan Muntok sebagai pusat kota tampak begitu
jelas, terutama ditandai dengan berdirinya beberapa bangunan penting.
Salah satunya adalah Masjid Jami’ yang dibangun pada tahun 1883 M (19 Muharam 1300H).
Masjid Jami’ itu merupakan masjid tertua di Pulau Bangka. Pembangunan masjid tersebut
dilakukan pada masa pemerintahan H. Abang Muhammad Ali dengan Gelar Tumenggung Karta
Negara II dengan dibantu oleh tokoh masyarakat Muntok pada saat itu yaitu H. Nuh dan H. Yakub.
Adapun posisi masjid tersebut berdampingan atau bersebelahan dengan sebuah kelenteng tua
yang usianya lebih kurang 83 tahun di atas usia masjid itu sendiri.
Kelenteng itu dibangun sekitar tahun 1800-an dan diberi nama Kelenteng Kong Fuk Miau. Dalam
pembangunan mesjid Jami’ itu konon kabarnya material mesjid dibeli oleh panitia pembangunan
mesjid kepada seorang Mayor Cina yang diberi kepangkatan tituler atau kehormatan oleh Belanda.
Gelar kehormatan Mayor itu menunjukkan bahwa orang Cina itu adalah orang yang terpandang di
dalam ras Cina. Mayor Cina tersebut adalah Zhong Run Hwang (Tjoeng A Tiam). Kedua bangunan
peribadatan yang berdampingan itu sampai sekarang masih berdiri kokoh dan tetap difungsikan.
Hal itu memiliki nilai filosofi bahwa kehidupan antarumat beragama dalam masyarakat Muntok
sangat harmonis.
Pada tahun 1897, tepatnya pada tanggal 11 Februari 1897 di Muntok juga telah hadir seorang
pahlawan dari tanah Jawa yang diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda karena menentang
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda, yaitu seorang keturunan dari Sunan Pakualam II
yang bernama Kanjeng Pangeran Hario Pakoeningprang, yaitu putera dari Pangeran Hario
Nataningrang I, cucunda dari Sri Paduka Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Pakualam II. Kehadiran
beliau di Muntok oleh pemerintah Belanda di Muntok, tidak diperkenankan untuk terlalu banyak
berhubungan dengan masyarakat Muntok, dikarenakan pada saat tersebut Masyarakat Muntok
pun sangat membenci keberadaan pemerintah Belanda yang ada. Akibat terisolirnya sang
Pangeran ini, keberadaan beliau tidak banyak diketahui oleh masyarakat Muntok. Pada tanggal
18 Agustus 1897, Pangeran Hario Pakoeningprang wafat dan dikebumikan di pemakaman
masyarakat Muntok yaitu di pemakaman umum “Kebon Nanas Muntok” yang jauh dari sanak
keluarganya di tanah Jawa.
Setelah sekian lama Residen Bangka A Smissaert berada di Muntok, dan beberapa Residen lagi
dibawahnya, maka pada tahun 1913, tatkala Keresidenan Bangka di Muntok dipegang oleh
Residen Edie, maka Keresidenan Bangka dipindahkan ke Pangkalpinang dan mulailah pemisahan
urusan administrasi pemerintah dengan urusan penembangan timah. Setelah Keresidenan
pindah ke Pangkalpinang, barulah Pangkalpinang lebih ramai, yang sebelumnya Pangkalpinang
merupakan kumpulan beberapa buah dusun kecil (Gabek, Jelutung dan Semabung). Sedangkan
Muntok sendiri ditetapkan sebagai kantor pusat Banka Tin Winning dan kepemerintahan Muntok
menjadi kota Onderaffdelling Bangka Barat yang dikepalai oleh seorang Controleur Belanda.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-16
Setelah Keresidenan berpusat di Pangkalpinang, maka Muntok sebagai kota onderafdelling
Bangka Barat terus mengalami penataan dan berjalan secara normal sampai meletusnya perang
Dunia Ke II, dimana terjadinya pendaratan pasukan “Dai Nippon” sebagai penjajah dan penguasa
baru di Muntok.
4. Muntok Pada Masa Penjajahan Jepang (Perang Dunia II)
Mula pertama Bangka merasakan suasana perang adalah ketika satu batalyon infanteri KNIL
mendarat di Muntok, Pangkalpinang, dan Tanjungpandan. Kompi Muntok dipecah ke dalam seksi-
seksi (peleton) yang kemudian dipecah lagi ke dalam regu-regu di Tanjung Kalian, Menumbing,
dan Lapangan Terbang (Pal Satu).
Beberapa hari sebelum pendaratan Dai Nippon, ketiga kompi senapan itu ditarik keluar dari
Bangka dan Belitung. Kompeni-kompeni Bangka dan sekelompok orang sipil Belanda
menyeberang ke Palembang dengan kapal-kapal kecil dari pantai-pantai di Tempilang. Pada saat
melintas di Selat Bangka, kapal-kapal itu dipergoki oleh pesawat-pesawat Nippon. Kompeni
Belitung, rencananya dipulangkan kembali ke Jawa dengan kapal Sloet van de Beele dengan
kawalan kapal perusak van Nes. Di tengah perjalanan, kedua kapal itu ditenggelamkan serangan-
serangan bom Nippon.
Dalam kejadian itu hanya sebagian kecil saja yang selamat. Selanjutnya, dalam penyerangan itu,
Sungailiat menjadi target pertama pengeboman yang dilancarkan Nippon, sedangkan target
berikutnya adalah Pangkalpinang. Dari kedua kota ini, yang menjadi sasaran pengeboman adalah
Sekolah Rakyat. Sepuluh lokal belajar, tempat orang-orang KNIL itu menginap, bom Nippon jatuh
tepat di depan kerkop tak jauh dari Sekolah Rakyat. Muntok, mendapatkan serangan yang justru
lebih banyak hingga tiga kali dibom. Dua kali serangan pertamanya menghancurkan bangunan-
bangunan penting seperti Hotel Centrum (terletak di samping Rumah Mayor Cina).
Pada tanggal 12 Februari 1942, sekitar 65 (enam puluh lima) orang juru rawat Angkatan Darat
dari 2/10th dan 2/13th Rumah Sakit Umum Australia melakukan perjalanan pulang ke Australia
dengan KM. “VYNER BROOKE”. Pada saat pelayaran tanggal 14 Februari 1942 kapal tersebut
dibom oleh pesawat tempur (Japanese Aircraft) pasukan Jepang di perairan Selat Bangka tepatnya
di Pantai Radji, kawasan Pantai Tanjung Kalian. Kejadian tersebut mengakibatkan 12 (dua belas)
orang juru rawat tewas atau hilang di laut dan 22 (dua puluh dua) orang juru rawat lain berhasil
mencapai pantai utara Pulau Bangka. Sebagian dari mereka mencapai pantai dengan naik sekoci
dan sebagian lagi dengan cara berenang (Kompas, 15 Mei 2004).
Saat mereka hendak mendarat di pantai, mereka ditawan oleh Komandan Jepang setempat.
Kemudian pada tanggal 16 Februari 1942 mereka dibawa oleh tentara Jepang ke pantai dan
ditembak mati dengan senapan mesin. Dari 22 (dua puluh dua) juru rawat itu, hanya satu orang
juru rawat, yaitu Suster Vivian Bullwinkel yang selamat dari pembunuhan tersebut. Menurut
penuturannya dalam dokumen pribadi almarhum M. Isa Djamaluddin, ketika mereka diberondong,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-17
Suster Vivian Bullwinkel langsung menjatuhkan badannya di antara teman-teman yang telah
tertembak sehingga badannya pun terlumuri darah dari teman-temannya tersebut. Pada saat
mayat-mayat diperiksa oleh tentara Jepang untuk meyakinkan kematian mereka, Suster Vivian
Bullwinkel melakukan kamuflase seakan-akan dia pun telah mati dalam penembakan tersebut.
Mayat-mayat yang bergelimpangan itu selanjutnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang.
Setelah keadaan memungkinkan, Suster Vivian Bullwinkel itu lari ke hutan selama 10 hari dan
pada saat di hutan ternyata Vivian bertemu salah seorang tentara Inggeris yaitu Private Kingsley
yang juga sama-sama korban keganasan dari serdadu Jepang. Kemudian setelah itu mereka
berdua menyerahkan diri kepada tentara Jepang dan dikirim ke kamp tawanan perang. Hanya
Private Kingsley tidak bertahan lama di kamp tawanan. Luka bayonet Jepang ditangannya
mengalami infeksi berat, setelah satu bulan lamanya Private Kingsley menghembuskan nafas
terakhirnya di kamp tawanan Jepang. Karena ketidaktahuan Vivian terhadap nama depan
Kingsley, maka Vivian menyebutnya dengan kata “private” di depan nama Kingsley. Selama di
kamp tawanan itu, Vivian juga bertemu dengan 31 (tiga puluh satu) juru rawat kelompok lain yang
selamat dari pengeboman di Kapal Vyner Brooke. Mereka ditawan selama 3,5 (tiga setengah)
tahun dari tahun 1942 sampai tahun 1945. Selama kurun waktu itu pulalah mereka menderita
dalam tawanan perang di kamp-kamp Jepang. Saat berada di kamp Jepang, 8 (delapan) orang
juru rawat meninggal dunia.
Dengan demikian, dari 65 (enam puluh lima) orang juru rawat hanya 24 orang termasuk Suster
Vivian Bullwinkel yang dapat pulang ke Australia setelah Perang Dunia II usai. Setelah sekian lama
Suster Vivian Bullwinkel berada di Australia, maka pada tanggal 2 Maret 1993 Suster Vivian
Bullwinkel bersama keluarga para juru rawat yang selamat dari kamp tawanan Jepang, kembali
lagi ke Muntok untuk meresmikan sebuah Monumen atas nama Pemerintahan Australia.
Monumen itu tepatnya berada di Pantai Tanjung Kalian. Pembangunan monumen tersebut
dimaksudkan sebagai penghargaan untuk memperingati para juru rawat yang meninggal dunia
pada saat pengeboman kapal Vyner Brooke serta sebagai penghargaan untuk memperingati para
juru rawat yang meninggal di kamp-kamp tawanan Jepang. Pada monumen tersebut, daftar nama
penumpang kapal Vyner Brooke ditulis pada sebuah lempengan dan diletakkan di atas sebuah
bekas puing yang berasal dari dapur kamp Jepang yang berada di Kampung Baru, Muntok.
5. Muntok Pada Masa Agresi Militer Belanda Ke II (Perjuangan Kemerdekaan)
Setelah terjadinya perang Dunia Ke II, dimana Jepang menguasai seluruh Muntok, maka terjadilah
banyak perubahan pada wajah Kota Muntok terutama dalam hal penambangan timah. Pada tahun
1942, kantor yang mengendalikan penambangan timah di Muntok, BTW (Banka Tin Winning) oleh
pemerintah kolonial Belanda, diubah menjadi MKK (Mitsubishi Kogyo Khaisa) dan seluruh sistem
kepemerintahan pada saat itu yang dikenal hanya sistem pemerintahan yang diterapkan oleh
Jepang. Kehidupan sehari–hari masyarakat Muntok juga berubah menurut gaya Jepang (dengan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-18
terpaksa), salah satu contoh pada waktu itu penduduk Muntok (anak-anak sekolah dan
masyarakat yang dimiliterisasikan oleh Jepang) harus mengikuti upacara “Seikeirei” pada setiap
pagi sewaktu matahari terbit.
Kekalahan tentara sekutu oleh penyerangan pasukan udara Jepang, khususnya Amerika di “Pearl
Harrbour”, merupakan hal yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Amerika. Hal ini membuat
pasukan Ammerika memperhitungkan penyerangan kembali ke negara Jepang. Setelah peristiwa
kelabu yang melanda Amerika itu, maka mulailah pasukan Amerika menyiapkan mesin perang
mereka, yaitu 2 buah bom yang maha dahsyat (Bom Atom), dengan pesawat bomber B-29 Inola
Guy, mereka kembali menyerang negara Jepang, sehingga hancur luluh lah 2 kota penting di
Negara Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang bertekuk lutut kepada
armada sekutu tanpa syarat. Momen ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk melepaskan
belenggu dari penjajahan Jepang dengan memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tapi dengan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, bangsa Indonesia belum benar-benar
lepas dari cengkeraman penjajahan, karena pasukan Belanda masih bercokol di seantero wilayah
Indonesia, khususnya di Kota Muntok Pulau Bangka. Melihat kondisi yang demikian, maka
Belanda tidak tinggal diam, lalu mengadakan reaksi dengan mengasingkan (mengisolir) para
pemimpin bangsa yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda cukup membahayakan
mereka.
Maka pada hari Rabu tanggal 22 Desember 1948, dengan menggunakan pesawat pembom B-25,
diterbangkan para pemimpin bangsa oleh pemerintah Belanda dengan tujuan Muntok, melalui
lapangan udara Kampung Dul (sekarang Bandara Depati Amir) di Pangkalpinang yaitu :
1. Drs. Moh. Hatta, sebagai Wapres dan Perdana Menteri RI
2. Mr. A. Gafar Pringgodigdo, sebagai Sekretaris Negara
3. Mr. Ass aat, sebagai Ketua SPKNIP
4. Commodor. Surya Darma, Kepala Staf Angkatan Udara RI
Kempat orang pemimpin bangsa ini setelah mendarat di Pangkalpinang, langsung dibawa oleh
Belanda menuju ke tempat pengasingan yaitu di Pasanggrahan Menumbing. Kemudian pada
tanggal 24 Desember 1948, hari Jumat dengan memakai pesawat yang sama milik militer Belanda
diterbang kan lagi untuk diasingkan ke Muntok yaitu:
1. Mr. Ali Sastroamidjoyo, sebagai Menteri P dan K RI
2. Mr. Moh Roem, sebagai Ketua Delegasi Perundingan RI (juru runding)
Pemimpin bangsa yang berjumlah 6 orang itu, semuanya ditempatkan pada satu lokasi yaitu
Pasanggrahan Menumbing. Pasanggrahan Menumbing terletak di bukit yang sering disebut oleh
orang Muntok, Gunung Menumbing. Bukit Menumbing terletak pada ketinggian 458 m dari
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-19
permukaan laut, dan di sana terdapat satu bangunan permanen yang disebut “Pasanggrahan”.
Ditempat inilah 6 orang Pemimpin Bangsa menjalani masa-masa pengasingan mereka sebagai
tahanan politik oleh pemerintah Belanda.
Disaat ke enam tokoh negara itu diasingkan, terdengarlah oleh mereka yang diasingkan dari para
pengurus BTW, yang sedianya adalah sebagai pengurus perlengkapan sehari-sehari para tokoh
negara ini untuk keperluan selama di pengasingan. Para pengurus dari BTW menginformasikan,
bahwa akan diberangkatkan lagi tokoh negara lainnya untuk diasingkan ke Muntok. Ternyata pada
hari Minggu, tanggal 6 Februari 1949 memang benar telah tiba di Bangka 2 (dua) orang tokoh
negara lainnya yang diberangkatkan yaitu :
1. Ir. Soekarno, sebagai Presiden pertama RI
2. H. Agus Salim, sebagai Menteri Luar Negeri RI
Mereka selanjutnya dibawa ke Muntok dan ditempatkan di Pasanggrahan Muntok (sekarang
Wisma Ranggam). Jauh sebelum ke 2 tokoh negara ini ditempatkan, Wisma Ranggam sudah lebih
dahulu menjadi tempat pengasingan salah satu tokoh yang berasal dari keturunan Susuhunan
Paku Alam (kerabat Kesultanan Jokdjakarta Hadiningrat), yang menentang kebijakan pemerintah
Kolonial Belanda pada saat itu yaitu Kajeng Pangeran Hario Pakoeningprang anak dari Pangeran
Hario Nataningrang yang merupakan kerabat dekat KesultananJokyakarta Hadiningrat, yaitu pada
tanggal 18 Februari 1897 s/d 18 Agustus 1897. Keberadaan Pasanggrahan Muntok itu memang
oleh pemerintahan Kolonial Belanda dijadikan tempat untuk mengasingkan orang-orang yang
membahayakan bagi mereka.
Sesudah mendengar kabar kedua orang tokoh negara berada di Muntok, maka tokoh negara yang
terlebih dahulu diasingkan menggabungkan diri bersama kedua orang tokoh tersebut yang berada
di Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam). Tokoh negara yang diasingkan di Menumbing yang
menggabungkan diri yaitu Mr. Ali Sastro Amidjoyo dan Moh Roem. Dengan bergabungnya kedua
orang tokoh dari Pasanggrahan Menumbing, maka di Menumbing hanya terdapat 4 orang tokoh
negara saja yang tinggal yaitu Bung Hatta, Mr. Ass at, Mr. A.G. Pringgodigdo dan Commodor Surya
Darma.
Dikarenakan pertikaian antara Indonesia dan Belanda tidak juga menemukan kata sepakat,
beberapa perundingan serta pembicaraan kepentingan negara Indonesia dilaksanakan di
Passanggrahan Muntok (Wisma Ranggam) dan Menumbing. Pada tanggal 22 April 1949
diadakanlah perundingan yang disebut Perjanjian Roem Royen di Jakarta, antara pemerintah
Belanda dengan pemerintah Indonesia, dimana perjanjian tersebut berjalan dengan mulus tanpa
kendala yang berarti. Perundingan ini kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda pada tanggal 29 Oktober 1949, dan semuanya mengalami
keberhasilan yang memuaskan untuk negara Indonesia. Semua keberhasilan ini bermulai dari
pembicaraan-pembicaraan awal yang dilakukan oleh para pemimpin negara kita di Pasanggrahan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-20
(Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, pada saat mereka menjadi tawanan pemerintah
Kolonial Belanda dan diasingkan ke Muntok. Pembicaraan-pembicaraan penting yang dilakukan
oleh para pemimpin bangsa di Muntok (Wisma Ranggam dan Menumbing) dalam menyelesaikan
pertikaian antara Indonesia dan Belanda ini, bermula dengan kedatangan para anggota KTN
(Komisi Tiga Negara) yang terdiri dari Australia, Belgia dan Amerika. Mereka menemui Presiden
Soekarno dan Drs Moh Hatta (wapres), yang sudah dikenal dunia Internasional setelah
memproklamirkan negara Indonesia di mata dunia. Para anggota KTN yang datang ke
Pasanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok pada saat itu :
1. Merle Cochran (terakhir jadi Dubes Amerika untuk Indonesia, tahun 1955)
2. Mr. Koetta (Perancis)
3. Tk. Creatcly (Dubes Australia untuk Indonesia, tahun 1978-1981)
4. G.Mc. Kahin
5. Hermans (Belanda)
6. Prof.Lyle (Belgia)
Selain dari anggota KTN yang datang ke Muntok, juga telah hadir utusan dari PBB, serta utusan
dari BFO (Bijen Konvoor Federal Overly), yang semuanya menuju satu pusat pertemuan, yaitu
Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing. Perundingan-perundingan yang
dilakukan adalah untuk kepentingan negara Indonesia, agar benar-benar berdaulat tanpa
dibayang-bayangi oleh Belanda yang masih berada di Indonesia. Selain dari kejadian-kejadian
yang besejarah untuk negara Indonesia tersebut, ada satu peristiwa yang tak kalah pentingnya
yang berlangsung di Passanggarahan (Wisma Ranggam) Muntok dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Pada bulan Juni tahun 1949 di Wisma Ranggam, karena terjadinya pergolakan yang
mengakibatkan tidak kondusifnya Jakarta, sebagai Ibu kota negara Republik Indonesia, maka
Presiden Soekarno menyerahkan surat kuasa kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX, agar ibu
kota negara Republik Indonesia dialihkan ke Jokyakarta.
Jika melihat perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini, maka tidak terlepas kaitannya dengan Kota
Muntok yaitu keberadaan Passanggrahan (Wisma Ranggam) Muntok dan Menumbing, yang
merupakan tempat memuluskan jalannya gerakan-gerakan kebangsaan dalam melepaskan diri
dari belenggu pejajah, sampai terjadinya satu negara yang berdaulat penuh dan diakui di mata
dunia.
Potensi sumber daya alam, social budaya, perekonomian, dan sejarah panjang perjalanan Kota
Muntok sejak masa Kesultanan Palembang hingga pascakemerdekaan ini menjadi dasar yang
memiliki pengaruh penting dalam mengembangkan kepariwisataan di KSPP Muntok dan
sekitarnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-21
4.2 Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan
sekitarnya sebagai Destinasi Pariwisata
4.2.1 Daya Tarik Wisata dan Sumber Daya Wisata
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025, daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Kecamatan Muntok, Bangka Barat merupakan salah satu kecamatan yang ditetapkan menjadi
bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) dan Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten (KSPK). Penetapan tersebut dikarenakan Kecamatan Muntok memiliki potensi
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam lingkup provinsi untuk satu
atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan kemanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengelompokkan daya tarik wisata ke dalam tiga
kategori, yaitu daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia. Penjabaran dari masing-
masing jenis daya tarik wisata dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata
JENIS
DAYA TARIK WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA TARIK WISATA KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA
A. DAYA TARIK
WISATA ALAM
1. Berbasis potensi
keanekaragaman dan
keunikan lingkungan alam
di wilayah perairan laut.
a. bentang pesisir pantai;
b. bentang laut;
c. kolam air dan dasar laut.
2. Berbasis potensi
keanekaragaman dan
keunikan lingkungan alam
di wilayah daratan.
a. pegunungan dan hutan alam/taman
nasional/taman wisata alam/taman
hutan raya;
b. perairan sungai dan danau;
c. perkebunan;
d. pertanian;
e. bentang alam khusus, seperti gua, karst,
padang pasir, dan sejenisnya.
B. DAYA TARIK
WISATA BUDAYA
1. Daya tarik wisata budaya
bersifat berwujud (tangible). a. cagar budaya, meliputi benda cagar
budaya, bangunan cagar budaya, struktur
cagar budaya, situs cagar budaya,
kawasan cagar budaya;
b. perkampungan tradisional dengan adat
dan tradisi budaya masyarakat yang khas;
c. museum.
2. Daya tarik wisata budaya
bersifat tidak berwujud
(intangible).
a. kehidupan adat dan tradisi masyarakat
serta aktivitas budaya masyarakat yang
khas di suatu area/tempat;
b. kesenian.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-22
JENIS
DAYA TARIK WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA TARIK WISATA KATEGORISASI JENIS DAYA TARIK WISATA
C. DAYA TARIK
WISATA HASIL
BUATAN MANUSIA
1. Fasilitas rekreasi dan
hiburan/taman bertema.
Adalah fasilitas yang berhubungan dengan
motivasi untuk rekreasi, hiburan, maupun
penyaluran hobi.
2. Fasilitas peristirahatan
terpadu (integrated resort).
Adalah kawasan peristirahatan dengan
komponen pendukungnya yang membentuk
kawasan terpadu.
3. Fasilitas rekreasi dan olah
raga.
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (Penjelasan Pasal 14).
KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki beragam daya tarik wisata yang didominasi oleh daya tarik
wisata budaya berupa Benda Cagar Budaya peninggalan sejarah yang sebagian besar terdapat di
wilayah Kota Tua Muntok. Berikut adalah daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
berdasarkan kategorisasi jenis daya tarik wisata.
Tabel 4.5 Daya Tarik Wisata KSPP Muntok dan Sekitarnya
Berdasarkan Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata
JENIS
DAYA TARIK
WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA
TARIK WISATA
KATEGORISASI JENIS
DAYA TARIK WISATA
NAMA
DAYA TARIK WISATA
A. DAYA
TARIK
WISATA
ALAM
1. Berbasis potensi
keanekaragaman
dan keunikan
lingkungan alam
di wilayah
perairan laut.
a. bentang pesisir
pantai;
Kec. Muntok
1) Pantai Teluk Rubiah
2) Pantai Muntok Asin
3) Pantai Batu Rakit
4) Pantai Tanjung Kalian
5) Pantai Asmara
6) Pantai Batu Berani
7) Pantai Tembelok
8) Pantai Radji
9) Pantai Menggeris
10) Pantai Angel
11) Pantai Tanjung Ular
12) Pantai Karang Aji
Kec. Simpang Teritip
13) Pantai Air Mas
14) Pantai Aikemas
15) Pantai Tungau
16) Pantai Mentiba
17) Pantai Air Nyatoh
Kec. Jebus
18) Pantai Bembang
19) Pantai Jerangkat
Kec. Parittiga
20) Pantai Siangau
21) Pantai Pala
22) Pantai Batu Besimpuh
23) Pantai Tanjung Ru
24) Pantai Bakit
25) Pantai Blembang
26) Pulau Nenas
Kec. Tempilang
27) Pantai Pasir Kuning
28) Pantai Kedacak
29) Pantai Tanjung Niur
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-23
JENIS
DAYA TARIK
WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA
TARIK WISATA
KATEGORISASI JENIS
DAYA TARIK WISATA
NAMA
DAYA TARIK WISATA
30) Pantai Kuarsa Sikka
b. bentang laut; -
c. kolam air dan
dasar laut.
-
2. Berbasis potensi
keanekaragaman
dan keunikan
lingkungan alam
di wilayah
daratan.
a. pegunungan dan
hutan
alam/taman
nasional/taman
wisata
alam/taman
hutan raya;
Kec. Muntok
31) Bukit Menumbing (Hutan
Konservasi)
32) Bukit Kukus
Kec. Jebus
33) Bukit Penyabung
34) Bukit Mempari
b. perairan sungai
dan danau;
Kec. Parittiga
35) Danau Sekar Biru
36) Sumur Dewa
Kec. Kelapa
37) Air Panas Dendang
c. perkebunan; -
d. pertanian; -
e. bentang alam
khusus, seperti
gua, karst, padang
pasir, dan
sejenisnya.
Kec. Muntok
38) Aek Biru
39) Batu Balai
Kec. Parittiga
40) Batu Belimbing
B. DAYA
TARIK
WISATA
BUDAYA
3. Daya tarik wisata
budaya bersifat
berwujud
(tangible).
a. cagar budaya,
meliputi benda
cagar budaya,
bangunan cagar
budaya, struktur
cagar budaya, situs
cagar budaya,
kawasan cagar
budaya;
Kec. Muntok
41) Pasanggrahan Muntok
42) Rumah Dinas Bupati Bangka
Barat (Eks Kantor Residen)
43) Museum Timah (BTW)
44) Alun-alun (Voetbaetrin)
45) Rumah Mayor Cina
46) Eks Jembatan Burg
47) Kelenteng Kung Fuk Miau
48) Pasanggrahan Menumbing
49) Benteng Kute Seribu
50) Masjid Jami
51) Penginapan Sandy Ayu (Eks Hotel
Centrum)
52) Kantor Administrasi Pelabuhan
(Eks Kantor Syahbandar
Belanda/ Habur Master)
53) Gudang Mayor Cina
54) Pelabuhan Lama Muntok (Eks
Vlucht Haven)
55) Surau Tanjung
56) Rumah Tumenggung
57) Menara Suar Tanjung Kalian
58) Makam Pangeran Hario
Pakoeningprang
59) Makam Istri Orang Belanda
(Nyonya Aneh & Nyonya Moenah)
60) Rumah Keluarga Ahmad
Djunaedi/ Rumah Macan (Eks
Rumah Kepala Parit Timah)
61) SDN 01 Muntok (Eks Hollandsche
Chineeshe School)
62) Sekolah Katolik Santa Maria
63) Rumah Pastoral
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-24
JENIS
DAYA TARIK
WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA
TARIK WISATA
KATEGORISASI JENIS
DAYA TARIK WISATA
NAMA
DAYA TARIK WISATA
64) Gereja Katolik
65) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah
Kavilasi 2/ Kepala BTW)
66) Rumah Bapak H. Choirudin (Eks
Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW)
67) Gereja Bethesda
68) Gudang Inggris
69) Makam Bangsawan Melayu
70) Makam Mayor Cina Thjung A Tiam
(Chung Fah Yun)
71) Makam Mayor Cina Tan Jien Men
72) Café Teras Kite (Eks Taman
Kanak-kanak Belanda)
73) Gedung KPU (Eks Gedung
Concordia)
74) Rumah TahananMuntok
(Gavengis)
75) Rumah Liem Tjin Sun (Eks Kantor
Kolonial)
76) Komplek Polsek Muntok (Eks
Komplek Benteng Inggris &
Belanda)
77) Rumah Bapak Rusli (Eks Rumah
Kepala Kapal Keruk Belanda)
78) Rumah Kolonial (Eks Rumah
Karyawan Zaman Belanda)
79) Kantor LSM Karimah (Eks Rumah
Warga Tionghoa)
80) Ruko Keluarga Ding Tjiang
(Rumah Warga Tionghoa)
81) Rumah Warga Tionghoa 2,3,4
82) Eks Rumah Kapiten Cina (Wong
Lim Pat)
83) Petak 15 (Rumah Warga
Tionghoa)
84) Rumah Warga Lie Yong Bak
(Rumah Warga Tionghoa)
85) Eks Bangunan Sekolah Cina
86) Rumah Bapak Afandi Isa (Rumah
Panggung Melayu)
87) Rumah Bapak Fakhrizal (Rumah
Panggung Melayu)
88) Tempat Pemakaman Umum (Eks
Rumah Sakit Cina)
89) Rumah Melayu Kampung Ulu
90) Rumah Dinas Pegawai Rutan (Eks
Rumah Sakit Jiwa)
91) Peleburan Timah Muntok
(Smelter Timah)
92) Monumen Proklamas Muntok
Kec Jebus
93) Benteng Sungai Buluh
Kec. Parittiga
94) Makam Khotamarrasyid/H.
Hatama Rasyid
Kec. Tempilang
95) Benteng Kota
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-25
JENIS
DAYA TARIK
WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA
TARIK WISATA
KATEGORISASI JENIS
DAYA TARIK WISATA
NAMA
DAYA TARIK WISATA
b. perkampungan
tradisional dengan
adat dan tradisi
budaya masyarakat
yang khas;
Kec. Simpang Teritip
96) Rumah Tradisional Jering
Pelangas dan Ketapik Kacung
c. museum. 97) Museum Timah Indonesia Muntok
4. Daya tarik wisata
budaya bersifat
tidak berwujud
(intangible).
a. kehidupan adat
dan tradisi
masyarakat serta
aktivitas budaya
masyarakat yang
khas di suatu
area/tempat;
Kec. Muntok
98) Pembuatan Empek-empek Desa
Belo Laut
99) Kuliner Khas Melayu (Teras Kite)
100) Kuliner Petak 15
101) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar
Kampung Tanjung
102) Kuliner Tradisional Jajanan Pasar
Gedung Kuning (Gedung M3)
103) Kuliner Martabak (Hok Lo Pan)
104) Kuliner Otak-tak Tanjung Kalian
105) Do’a dan Dziarah Makam Kute
Seribu
106) Sembahyang Rebut
107) Cap Go Meh
108) Haul Kota Seribu
109) Lunar Whorship Festival
110) Festival Obor
111) Nganggung
112) Sembahyang Rebut Festival
113) Festival Seni Lintas Budaya
114) Festival Bumi Sejiran Setason
Kec. Simpang Teritip
115) Pesta Adat Suku Ketapik
116) Pesta Adat Kundi Bersatu
Kec. Kelapa
117) Festival 7 Likur Desa Mancung
118) Kuliner Madu dan Kulat Pelawan
Kec. Tempilang
119) Perang Ketupat Desa Tempilang
120) Dodol Bergema
b. kesenian. Kec. Muntok
121) Kesenian Hadrah/Dambus
122) Kesnian Campak, Rudat, dan
Rebana
c. Kerajinan tangan Kec. Muntok
123) Kerajinan Akar Bahar
124) Batu permata (gemstone)
125) Kerajinan dari timah (pewter)
126) Kain cual
C. DAYA
TARIK
WISATA
HASIL
BUATAN
MANUSIA
1 Fasilitas rekreasi
dan
hiburan/taman
bertema.
Adalah fasilitas yang
berhubungan dengan
motivasi untuk
rekreasi, hiburan,
maupun penyaluran
hobi.
-
2 Fasilitas
peristirahatan
terpadu
(integrated
resort).
Adalah kawasan
peristirahatan dengan
komponen
pendukungnya yang
membentuk kawasan
terpadu.
-
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-26
JENIS
DAYA TARIK
WISATA
BASIS POTENSI
DARI JENIS DAYA
TARIK WISATA
KATEGORISASI JENIS
DAYA TARIK WISATA
NAMA
DAYA TARIK WISATA
3 Fasilitas rekreasi
dan olah raga.
-
Sumber: Hasil Analisis, 2018.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-27
Gambar 4.6 Sebaran Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-28
Gambar 4.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kecamatan Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-29
Gambar 4.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kota Tua Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-30
Deskripsi dari beberapa daya tarik wisata alam dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya
dijelaskan berikut ini.
A. Daya Tarik Wisata Alam
1. Pantai Batu Rakit
Pantai Batu Rakit berlokasi bersebelahan dengan Pelabuhan Tanjung Kalian. Pantai ini memiliki
pasir pantai yang putih dan pemandangan yang indah. Di pantai ini terdapat beberapa pedagang
yang menjual makanan khas seperti otak-otak dan es kelapa muda. Selain terdapat penjual
makanan di Pantai Batu Rakit tersedia warung makanan yang menjual masakan ala seafood.
Pantai Batu Rakit dilengkapi dengan area parkir, pondok dan taman bermain anak.
Gambar 4.9 Pantai Batu Rakit
Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016
2. Pantai Teluk Rubiah
Pantai Teluk Rubiah adalah salah satu pantai yang ada di Kecamatan Muntok. Di pantai ini
terdapat kolam buatan yang cukup luas, dikelilingi taman yang berbatasan langsung dengan bibir
Pantai Teluk Rubiah yang cukup indah. Di sebelah kanan, pengunjung bisa menikmati perpaduan
pemandangan lokasi tambat kapal ikan yang menjorok ke laut dengan panjang sekitar satu
kilometer. Selain itu, pengunjung juga bisa memandang keindahan Menara Suar Tanjung Kalian
dan sejumlah kapal feri yang berlabuh di sekitarnya.
3. Pantai Muntok Asin
Pantai Muntok Asin merupakan pantai yang berpasir landai dengan ombak tenang sehingga
menjadi pilihan pengunjung bersama keluarga atau teman untuk bermain atau berenang. Selain
itu pantai ini memiliki pasir putih dan pemandangan yang indah.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-31
Gambar 4.10 Pantai Muntok Asin
Sumber: Ripparkab Bangka Barat, 2016
4. Pantai Batu Berani
Pantai Batu Berani terletak 10 kilometer dari pusat Kota Muntok. Pantai ini dinamakan Pantai
Batu Berani karena di pinggir pantai ini terdapat dinding batu kokoh yang terbentuk secara alami.
Batu yang kokoh itu terlihat sangat indah dan juga dapat berfungsi sebagai penahan ombak laut.
Di Pantai Batu Berani pengunjung dapat menikmati indahnya matahari terbenam sambil berenang
atau memancing.
Gambar 4.11 Pantai Batu Berani
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
5. Pantai Tembelok
Pantai Tembelok adalah pantai yang terletak sekitar 10 kilometer dari Muntok. Pantai ini biasanya
digunakan para nelayan untuk mendaratkan ikan hasil tangkapan dan menambatkan perahu.
Pantai ini memiliki pemandangan yang indah dengan pasir putih yang landai.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-32
Gambar 4.12 Pantai Tembelok
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
6. Pantai Asmara
Pantai Asmara terletak di Tanjung Kalian, Kecamatan Muntok. Pantai ini masih terlihat begitu asri,
air lautnya yang biru dan garis pantainya yang cukup panjang. Tidak kalah dengan pantai
sebelahnya yakni Pantai Batu Rakit. Di pantai ini banyak wisatawan yang berkemah dan menikmati
malam di Pantai Asmara.
Gambar 4.13 Pantai Asmara
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
7. Batu Balai
Batu Balai adalah salah satu daya tarik wisata alam yang terletak di Kampung Balai, Kelurahan
Tanjung. Batu Balai merupakan batu besar yang terbentuk secara alamiah, bertumpuk dua, dan
bagian paling atas menyerupai buritan sebuah perahu. Layaknya perahu layar, bagian pinggir batu
yang menyerupai buritan tersebut membekas seperti alur-alur yang sering disebut palka. Ketika
batu ini dipukul dengan tangan akan terdengar suara seperti gendang.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-33
Gambar 4.14 Batu Balai
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
8. Pantai Tanjung Ular
Pantai Tanjung Ular terletak di Kelurahan Tanjung Kecamatan Mentok. Pantai Tanjung Ular
memiliki ciri khas berupa air yang jernih dan berpasir putih. Selain itu pemandangan di Tanjung
Ular begitu indah dan alami. Pengunjung yang datang ke pantai ini dapat melihat bukit-bukit yang
hijau, deretan pohon kelapa dan juga hewan-hewan laut seperti ikan, kepiting dan sebagainya.
Gambar 4.15 Pantai Tanjung Ular
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
9. Pantai Tanjung Kalian
Tanjung Kalian hanya berjarak tujuh kilometer dari Kota Muntok dan dapat di tempuh lewat jalan
beraspal atau menyusuri pantai berpasir putih. Tanjung Kalian terkenal sebagai daerah wisata laut
paling popular di Kota Muntok. Di Pantai Tanjung Kalian terdapat sebuah menara suar tua (1862)
setinggi 56 meter. Selain itu di pantai ini terdapat sebuah bangkai kapal tua Van der Parra yang
tenggelam karena dihujani bom oleh Jepang masih terdapat di tepi pantai, dan monumen yang
bertuliskan “8th Australian Division, 2nd Australian Imperial Force. This memorial honoursthe
heorism and sacrifice of member of the Australian of Army Nursing Service, who serven in the
Bangka area in the Sea and World War during the years 1942-1945. Lost at sea off Bangka Island
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-34
when SS Vyner Brooke was bombed and sunk by Japanese air craft on 14 February 1942. shot
and killed on Raji Beach by Japanese soldiers on 16 February 1942”. Monumen perang dunia II
itu khusus dibangun untuk mengenang kembali peristiwa kapal SS Vyner Brooke yang di bom dan
tenggelam di Laut Muntok. Apabila menyusuri sepanjang pantai dapat ditemukan banyak pohon
ketapang pada masa perang Dunia II.
Gambar 4.16 Pantai Tanjung Kalian
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
10. Bukit Kukus
Bukit Kukus merupakan salah satu bukit yang berada di tengah-tengah permukiman warga, yang
berada di Desa Belo Kecamatan Muntok. Bukit ini memiliki pemandangan yang indah dan suasana
alam yang masih segar. Selain itu ketika berada di bukit ini, pengunjung dapat melihat hamparan
pemukiman dan suasana Kota Muntok dari ketinggian. Pebukitan yang mempunyai tiga puncak
bukit ini dan berakhir di puncak ketiga yang bernama Bukit Kukus. Terdapat banyak fauna dan
flora yang masih alami dan dilindungi.
11. Aek Biru
Aek Biru Muntok terletak di Kecamatan Muntok dengan jarak tempuh kurang lebih 5-10 menit
(kurang lebih 4 km) dari pusat Kota Muntok. Wisata Aek Biru Muntok merupakan danau yang
cantik yang berada di bekas tambang timah, tepatnya di Aik Ketok menjelang Kelurahan Tanjung
Kecamatan Muntok. Pengunjung yang datang ke tempat ini dapat berfoto pada beberapa spot foto
selain itu juga wisatawan dapat menguji adrenalin dengan cara terjun dari atas dinding danau.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-35
Gambar 4.17 Aek Biru
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
B. Daya Tarik Wisata Budaya
1. Pasanggrahan Muntok (Wisma Ranggam)
Wisma Ranggam dikenal juga dengan Pasanggrahan Muntok. Cagar budaya ini berada di
Kelurahan Sungai Daeng, sekitar 5 km dari Kota Muntok. Bangunan dengan arsitektur bergaya
Eropa ini didirikan oleh Banka Tin Winning (perusahaan timah Belanda) pada tahun 1827 dan
dinasionalisasi pascakemerdekaan Indonesia. Wisma Ranggam menjadi tempat pengasingan
sejumlah pemimpin Indonesia pada tahun 1949, yaitu Ir. Soekarno dan H. Agus Salim yang
mendarat di Pangkalpinang pada 6 Februari 1949. Kemudian Mr. Ali Sastroamidjoyo dan Mr. Moh
Roem yang telah terlebih dahulu diasingkan di Pasanggrahan Menumbing ikut dipindahkan ke
Wisma Ranggam.
Beberapa catatan penting sejarah yang berlangsung di Pasanggrahan Muntok adalah:
• Tempat perundingan UNCI, BFO, dan KTN;
• Penyerahan surat kuasa kembalinya Ibu Kota Yogyakarta oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dikarenakan kondisi Jakarta yang tidak kondusif;
• Konsep Perjanjian Roem-Royen disiapkan disini.
Saat ini di halaman pasanggrahan berdiri sebuah monumen yang diresmikan oleh Mohammad
Hatta.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-36
Gambar 4.18 Pasanggrahan Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
2. Pasanggrahan Menumbing
Pasanggrahan Menumbing pada mulanya merupakan sebuah hotel yang dibangun oleh
pemerintah Belanda untuk tempat peristirahatan bagi pekerjanya. Hotel ini dibangun dengan gaya
Eropa modern dan dikerjakan oleh masyarakat lokal dan pekerja dari Cina. Bangunannya terdiri
dari tiga bangunan utama berbahan batu granit bergaya arsitektur de Stijl dengan atap datar yang
difungsikan sebagai menara pandang. Hotel Menumbing selesai dibangun dan diresmikan pada
tanggal 28 Agustus 1928 dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti listrik, pengairan, telepon,
dan lapangan tenis.
Tempat ini menjadi salah satu tempat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Pada masa
agresi militer Belanda ke-2, Pasanggrahan Menumbing sempat dijadikan sebagai tempat
pengasingan para pemimpin Republik antara lain Drs. M Hatta, Mr. A. G. Pringgodigdo, Mr. Asa’at,
dan Komoddor Surya Darma (mendarat tanggal 22 Desember 1948) dan Ali Sastroamidjoyo dan
Moh Roem (mendarat 24 Desember 1948 di Pangkalpinang).
Pasanggrahan Menumbing dapat diakses dengan kendaraan dari Kota Muntok selama 30 menit.
Jalan aspal yang berkelok-kelok menuju Pasanggrahan Menumbing relatif sempit sehingga tidak
dapat dilalui oleh dua kendaraan roda empat sekaligus. Namun kondisi jalan sudah beraspal
sehingga memudahkan pengunjung yang berkendara. Daya tarik utamanya adalah rumah di
puncak Gunung Menumbing dengan panorama perbukitan yang sejuk. Saat ini, Pasanggrahan
Menumbing telah menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan Kabupaten Bangka Barat, dan
sudah ditambahkan beberapa fasilitas lain seperti kolam renang, lapangan tenis, dan restoran.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-37
Gambar 4.19 Pasanggrahan Menumbing di Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
3. Klenteng Kong Fuk Miaw
Kelenteng yang terletak di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok ini dibangun pada tahun 1820
oleh Mayor Chung A dan merupakan kelenteng pertama yang ada di Kota Muntok. Thiam bersama
masyarakat Cina dari suku Kuantang dan Fu-Kien di masa Dinasti Ching. Kong Fuk berasal dari
kata “Kwang Tung” dan “Fuk Kian” (Hokkian), suatu daerah di Cina. Kedua kata tersebut disingkat
menjadi “Kong Fuk”. Adapun “Miau” berarti rumah Dewa. Bangunan dengan luas 26,5 x 16,80 m
dan lahan seluas 57 x 40 m ini letaknya persis bersebelahan dengan Masjid Jami’ sehingga
menjadi salah satu simbol toleransi beragama Kota Muntok. Kelenteng yang kini berada dibawah
kepemilikan Yayasan Tulus Bhakti ini sudah direnovasi selama dua kali, yaitu pada tahun 1982
dan 1994 dan hingga sekarang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan maupun pusat
pelatihan barongsai. Setiap tahun di halaman bangunan ini rutin diselenggarakan perayaan Cap
Go Meh, sembahyang rebut dan Sembahyang Bulan.
Gambar 4.20 Klenteng Kong Fuk Miaw
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
4. Masjid Jami’
Merupakan salah satu bangunan tertua bergaya arsitektur campuran Islam, Melayu, Cina, dan
Belanda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masjid ini didirikan pada tahun 1883 M (1300 H)
atas inisiatif H. Abang Muhammad Ali yang bergelar Tumenggung Karta Negara II pada masa
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-38
Kesultanan Palembang. Dalam pembangunannya, beberapa bahan bangunan untuk masjid pun
turut disumbangkan dari Kelenteng, seperti tiang penyangga Masjid Jami’. Bung Karno dan Bung
Hatta pun kerap datang ke masjid ini kemudian membaur dengan masyarakat setempat, sebab di
masa itu, Masjid Jami’ termasuk masjid megah di Kota Muntok.
Gambar 4.21 Masjid Jami
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
5. Menara suar Tanjung Kalian
Pantai Tanjung Kalian terletak di Kelurahan Tanjung, berjarak sekitar 9 km dari Kota Muntok atau
10 menit dari Pelabuhan Muntok yang merupakan pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka.
Kondisi pantai relatif bersih dengan tipikal pantai berpasir putih. Daya tarik wisata di lokasi ini
berupa menara atau menara suar yang dibangun pada tahun 1862 yang berfungsi untuk
memantau kapal yang melintas di perairan Pelabuhan Muntok, sisa bangkai kapal bekas Perang
Dunia II, dan monumen peringatan 21 perawat Australia yang gugur dalam peristiwa pemboman
kapal laut Australia oleh tentara Jepang pada 16 Februari 1942. Pembangunan menara suar
Tanjung Kalian dilakukan oleh arsitek dari Inggris serta memiliki ketinggian 56 meter. Pancaran
sinar lampu dari menara suar ini mencapai 25 mil dan berputar setiap 10 detik sekali.
Gambar 4.22 Menara Suar Tanjung Kalian
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-39
6. Jembatan Inggris
Jembatan Inggris terletak di Dusun Dayabaru, Desa Airbelo. Bangunan ini diperkirakan dibangun
pada masa pendudukan Inggris di Pulau Bangka antara tahun 1811 sampai 1816. Bangunan ini
bergaya Eropa dengan ciri khas pasangan batu bata sistem roolag.
Gambar 4.23 Jembatan Inggris
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
7. Rumah Mayor Cina
Rumah Mayor Cina terletak di Jl. RE. Martadinata No. 75, Muntok, tepatnya di kawasan pasar
dekat area pelabuhan lama. Bangunan ini merupakan rumah Mayor Cina, Chung A. Thiam (juga
dikenal sebagai Mayor II) yang diangkat Belanda sebagai kepala masyarakat Cina di Muntok,
kemudian dilanjutkan oleh Chung Phah Yunm (yang dikenal juga sebagai Mayor III). Bangunan
yang dipengaruhi arsitektur Eropa dengan luas mencapai 2.500 m2 ini dibangun pada tahun 1834.
Saat ini bangunan tersebut ditempati oleh keturunan sang Mayor. Bangunan ini memiliki 8 kamar
dengan 16 buah pilar utama serta koleksi benda-benda antik dan bersejarah keluarga Mayor.
Gambar 4.24 Rumah Mayor Cina
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-40
8. Rumah Tahanan Muntok
Rumah tahanan ini terletak di sebelah tenggara eks Kantor BTW. Seperti penjara umumnya,
bangunan ini dikelilingi pagar tembok berdenah persegi dan dilengkapi bangunan pengawas di
sudutnya. Rutan ini akan direlokasi karena dinilai sudah tidak representatif (berada di tengah Kota
Muntok) dan akan dijadikan museum.
Gambar 4.25 Rumah Tahanan Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
9. Rumah Eks Karyawan Timah
Rumah eks karyawan timah adalah rumah yang dulunya merupakan rumah tinggal bagi karyawan
PT Timah. Bangunan rumah bergaya khas Eropa ini memiliki tiga bangunan yaitu bangunan induk,
paviliun dan bangunan di bagian belakang yang berfungsi sebagai dapur dan toilet. Dinding
bangunan rumah eks karyawan timah terbuat dari batu alam, dan terdiri dari dua kamar tidur dan
teras yang terletak di bagian depan.
Gambar 4.26 Rumah Eks Karyawan Timah
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-41
10. Eks Gedung Concordia
Bangunan ini dulu berfungsi sebagai gedung pertemuan para pejabat Belanda pada masa
Pemerintahan Belanda. Setelah merdeka bangunan ini dialihfungsikan sebagai gedung
pertemuan para pejabat UPTB/TTB (Unit Penambangan Timah Bangka) dan bernama Gedung Bina
Jaya. Pada tahun 2005 gedung ini difungsikan sebagai kantor DPRD Kabupaten Bangka Barat.
Kemudian tahun 2008 gedung tersebut menjadi Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bangka
Barat hingga sekarang (Tourism Buide Book of Muntok 2015).
Gambar 4.27 Eks Gedung Concordia
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
11. Gereja Katolik Santa Maria
Gereja Katolik Muntok dibangun pada tanggal 14 Februari 1932. Arsitek yang membangun Gereja
Katolik Santa Maria ini adalah seorang berkebangsaan Inggris yang bernama Fermont-Cuypers.
Bangunan gereja berbentuk persegi panjang dengan atap limasan dari bahan genteng yang
dilengkapi hiasan tanda salib pada bagian kemuncaknya. Pintu masuk berada di sebelah timur
dengan ciri-ciri terbuat dari kayu, berdaun ganda, berbentuk lengkung sempurna, dan dinaungi
kanopi yang juga berbentuk lengkung sempurna. Di bagian samping pintu masuk terdapat
inskripsi ”ARCH.EN.INGRS.BUR:FERMONT-CUYPERS” dan ”14-2-1932”. Dinding atas dilengkapi
lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai ventilasi, sementara dinding bawah diberi ornamen
berbentuk batu-batu. Ventilasi yang lebih besar terdapat pada dinding kanan atas berjumlah 3
pasang dengan susunan marmer hitam bercorak geometris pada bagian tengahnya. Lantainya
terbuat dari tegel merah berukuran 20 x 20 cm.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-42
Gambar 4.28 Gereja Katolik Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
12. Monumen Proklamasi Muntok
Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta dibangun di Muntok dan diresmikan oleh
Wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen yang dibuat dari batu
granit ini memiliki tinggi sekitar tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda
berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan hendak terbang. Di pelataran
depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah sedang menunjuk ke arah perairan Selat
Bangka.
Gambar 4.29 Tugu Proklamasi Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
13. Museum Timah
Museum Timah Indonesia-Muntok menempati gedung Banka Tinwining Bedriff atau lebih dikenal
dengan Gedung Kantor Kavilasi Timah. Gedung yang dibangun pada tahun 1915 ini merupakan
lokasi perusahaan tambang timah Bangka yang didirikan pada tahun 1819. Melalui gedung ini,
Pemerintah Belanda mengendalikan segala proses penambangan timah di Pulau Bangka. Pada
masa penjajahan Jepang, perusahan timah sempat diambil alih oleh MKK (Mitsubishi Kogyo
Khaisa). Direstorasi kembali oleh PT. Timah Tbk sebagai pemilik aset pada pertengahan 2011.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-43
Pada 11 November 2013 gedung ini resmi dibuka untuk umum dan difungsikan sebagai Museum
Timah yang menyajikan informasi tentang penambangan timah di Pulau Bangka. Di lantai pertama
terdapat ruang museum dengan 9 galeri, sedangkan di lantai dua terdapat auditorium,
perpustakaan, dan ruang diskusi, serta terdapat toko cinderamata dan kafe di pelatarannya.
Gambar 4.30 Museum Timah
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
14. Café Teras Kita (Eks Taman Kanak-Kanak Belanda)
Bangunan ini dulunya merupakan sekolah taman kanak-kanak yang dialihfungsikan menjadi
tempat hunian kemudian menjadi kafe Teras Kite. Bangunan ini hingga sekarang masih
mempertahankan arsitektur bericikan Eropa (Tourism Buide Book of Muntok 2015). Lokasi café
yang berada di pinggir jalan utama dan memiliki bentuk bangunan kuno, memberikan kesan
tersendiri dan dapat dengan mudah dikenali oleh pengunjung yang lewat.
Gambar 4.31 Teras Kite
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
15. Gudang Inggris
Gudang Inggris disebut juga Gudang Kuning. Gudang ini dibangun oleh Inggris pada 1813 M.
Berfungsi sebagai pusat pasukan berkuda Inggris dan terletak di tepi Pantai Muntok.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-44
Gambar 4.32 Gudang Inggris
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
16. Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda)
Kantor Syahbandar Belanda atau yang juga dikenal dengan Habur Master merupakan kantor bea
cukai pada masa penjajahan Belanda. Saat ini bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal
pegawai kantor pelabuhan.
Gambar 4.33 Eks Kantor Syahbandar Belanda
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
17. Rumah Tumenggung
Rumah ini dibangun oleh Tumenggung Arifin dengan gelar Kertanegara I. Dulunya di sekitar
bangunan ini adalah perkampungan pembantu tumenggung. Bangunan bersemi panggung ini
pernah difungsikan untuk Madrasah Al-Hidayah. Rumah ini menghadap ke tenggara dengan
bangunan utama yang memiliki 6 tiang di terasnya. Terdapat beberapa penambahan seperti
membuat dinding dari papan kayu yang membentuk kamar di bagian teras dan dalam ruangan.
Terdapat sebuah sumur di sisi kanan rumah dan dua bangunan kecil yang memiliki arsitektur
Eropa dan dulu digunakan sebagai toilet, serta memiliki vertilasi udara berbentuk gorong-gorong
(Tourism Guide Book of Muntok, 2015).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-45
Gambar 4.34 Rumah Tumenggung
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
18. Benteng Kota Seribu
Benteng Kota Seribu merupakan benteng pertahanan yang mulai dibangun pada tauhn 1760,
pada masa pemerintahan Tumenggung Dita Manggala. Pembangunan benteng ini melibatkan dan
memperkerjakan penduduk asli Muntok, sesuai dengan perintah Sultan. Benteng terbuat dari
tanah. Setelah Benteng Selesai, Sultan Palembang mengangkat seorang kepala pekerja tambang
sebagai Kapitan Cina (Bun A Siong), menjadi koodinator para pekerja tambang yang berasal dari
Cina.
Gambar 4.35 Benteng Kota Seribu
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
19. Eks Hotel Centrum (Penginapan Sandy)
Hotel Centrum merupakan hotel yang menjadi korban bom ketika masa penjajahan Jepang. Hotel
ini saat ini sudah dibeli dan dijadikan penginapan yang bernama penginapan Sandy. Hotel ini
berada dekat dengan Rumah Mayor dan Pelabuhan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-46
Gambar 4.36 Eks Hotel Centrum
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
20. Makam Pengeran Hario Pakuningprang
Pangeran Hario Pakuningprang merupakan seorang pahlawan dari Jawa yang menentang
kebijakan yang dibuat oleh Belanda. Pada tanggal 18 Februari 1897 sampai dengan 18 Agustus
1897 beliau diasingkan oleh Belanda di Muntok dan tidak diperkenankan untuk berhubungan
dengan masyarakat setempat hingga wafat dan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum
Kebonnanas, Muntok.
Gambar 4.37 Makam Pangeran Hario Pakuningprang
Sumber: Tourism Guide Book of Muntok, 2015
21. Gudang Mayor Cina
Bangunan ini dibangun oleh mayor Cina yang bernama Tjung A Thiam pada masa penjajahan
Belanda sebagai tempat untuk penyimpanan barang-barang miliknya. Gudang mayor ini berada
diseberang rumah mayor dekat dengan pelabuhan. Saat ini bangunan gudang dimanfaatkan
untuk menjadi sarang burung walet.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-47
Gambar 4.38 Eks Gudang Mayor Cina
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
22. SDN 1 Muntok
Sekolah ini terletak di Kecamatan Muntok dan dibangun pada masa kolnial Belanda. Sekolah ini
termasuk salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Tua Muntok. SDN 1 Muntok memiliki
bentuk persegi panjang dan beratap limasan tumpeng dua yang terbuat dari genteng.
Gambar 4.39 SDN 1 Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
C. Sumber Daya Wisata
Selain daya tarik wisata yang sudah dijelaskan sebelumnya, KSPP Muntok dan sekitarnya masih
kaya akan sumber daya wisata, yaitu potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Sumber daya wisata ini tersebar hampir di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat dan beberapa sumber daya wisata tersebut dapat
diintegrasikan pengembangannya dengan daya tarik wisata di sekitarnya menjadi suatu klaster
(area) daya tarik wisata tertentu, sehingga memiliki nilai tambah untuk meningkatkan daya saing
pariwisata KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebaran sumber daya tarik wisata tersebut adalah
sebagai berikut:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-48
Tabel 4.6 Sumber Daya Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
KECAMATAN SUMBER DAYA WISATA BASIS POTENSI POTENSI
PENGEMBANGAN
Muntok 1. Perkebunan Durian Alam/
Perkebunan
Agrowisata
2. Pawai Obor Pal 4 Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
3. Pesta Adat Nanggung Tanjung
Punai
4. 3000 Culok dan Pawai Obor
Daya Baru
5. Pesta Adat Kampung Daya Baru
Pal 4
6. Adat Perkawinan Mentok
7. Tepung Tawar
Simpang Teritip 8. Rebo Kasan Desa Air Nyatoh Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
9. Sedekah Kampung Desa Pangek Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
10. Sedekah Kampung Desa
Paradong
Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
11. Sedekah Kampung Desa Ibul Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
12. Pesta Adat Dusun Belar
13. Pesta Adat Rajek
14. Sedekah kampung Simpang Tiga
15. Sembahyang Rebut Desa
Pelangas
16. Sembahyang Rebut Dusun Anyai
17. Hutan Larangan (Simpang Teritip
dan Kelapa)
18. Rebo Kasan Desa Bukit Terak
Jebus 19. Sedekah Kampung Limbung
20. Khitanan Masal Ranggi Asam
21. Sembahyang Rebut Dusun Tayu
Parittiga 22. Sembahyang Bulan Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
23. Sedekah Kampung Desa Kacung Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
24. Sembahyang Rebut Pecinan
Bakit
25. Perayaan 10 Muharam Desa
Bakit
26. Sembahyang Bulan Desa Puput
27. Rebo Kasan Teluk Limau
28. Sembahyang Rebut Desa Klabat
29. Khataman Desa Kapit
Kelapa 30. Perkebunan Sawit Alam/
Perkebunan
Agrowisata
31. Pesta Adat Pangkal Beras
32. Sedekah Kampung Desa
Terentang
33. Hutan Larangan (Simpang Teritip
dan Kelapa)
34. Sedekah Kampung Dusun
Bujang
Tempilang 35. Pesta Adat Sedekah Ruah Budaya/ Tradisi Pariwisata Budaya
Sumber : Diadaptasi dari Ripparkab Bangka Barat, 2016
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-49
D. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Periode Sejarah di Muntok
Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki nilai-nilai penting sejarah yang terbagi
kedalam berapa periode, yaitu periode Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris, Penjajahan
Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan (Agresi Militer
Belanda II), dan periode Pertambangan TImah. Selain itu, daya tarik wisata berupa Benda Cagar
Budaya (BCB) yang ada di KSPP Muntok (khususnya di wilayah Kota Tua Muntok) juga memiliki
tingkatan signifikansi tertentu, mulai dari tingkat signifikansi I hingga tingkat signifikansi III yang
telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Muntok. Berikut adalah rincian daya
tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya berdasarkan tingkat signifikansi dan keterkaitannya
dengan periode sejarah.
Tabel 4.7 Keterkaitan Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya dengan Periode Sejarah
DTW
Periode Sejarah
Kesultanan
Palembang
Penjajahan
Inggris
Penjajahan
Belanda
Penjajahan
Jepang
(Perang
Dunia Ke-
II)
Perjuangan
Kemerdekaan
(Agresi Militer
Belanda II)
Pertambangan
Timah
DTW Alam
Pantai Tanjung
Kelian
Pantai Tanjung
Ular
Pantai Teluk
Rubiah
Pantai
Muntokasin
Bukit
Menumbing
Aek Biru
DTW Budaya
BCB Tingkat
Signifikansi I
Pesanggrahan
Muntok
Rumah Dinas
Bupati Bangka
Barat (Eks
Kantor Residen)
Museum Timah
(BTW)
Alun-alun
(Voetbaetrin)
Rumah Mayor
Cina
Eks Jembatan
Burg
Kelenteng Kung
Fuk Miau
Pesanggrahan
Menumbing
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-50
DTW
Periode Sejarah
Kesultanan
Palembang
Penjajahan
Inggris
Penjajahan
Belanda
Penjajahan
Jepang
(Perang
Dunia Ke-
II)
Perjuangan
Kemerdekaan
(Agresi Militer
Belanda II)
Pertambangan
Timah
BCB Tingkat
Signifikansi II
Benteng Kota
Seribu
Masjid Jami
Penginapan
Sandy Ayu (Eks
Hotel Centrum)
Kantor
Administrasi
Pelabuhan (Eks
Kantor
Syahbandar
Belanda/ Habur
Master)
Gudang Mayor
Cina
Pelabuhan
Lama Muntok
(Eks Vlucht
Haven)
Surau Tanjung
Rumah
Tumenggung
Menara Suar
Tanjung Kelian
BCB Tingkat
Signifikansi III
Makam
Pangeran Hario
Pakoeningprang
Makam Istri
Orang Belanda
(Nyonya Aneh &
Nyonya
Moenah)
Rumah
Keluarga
Ahmad
Djunaedi/
Rumah Macan
(Eks Rumah
Kepala Parit
Timah)
SDN 01 Muntok
(Eks
Hollandsche
Chineeshe
School)
Sekolah Katolik
Santa Maria
Rumah Pastoral
Gereja Katolik
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-51
DTW
Periode Sejarah
Kesultanan
Palembang
Penjajahan
Inggris
Penjajahan
Belanda
Penjajahan
Jepang
(Perang
Dunia Ke-
II)
Perjuangan
Kemerdekaan
(Agresi Militer
Belanda II)
Pertambangan
Timah
Rumah
Sudirman 12
(Eks Rumah
Kavilasi 2/
Kepala BTW)
Rumah Bapak
H. Choirudin
(Eks Rumah
Kavilasi I/
Kepala BTW)
Gereja
Bethesda
Gudang Inggris
Makam
Bangsawan
Melayu
Makam Mayor
Cina Thjung A
Tiam (Chung
Fah Yun)
Makam Mayor
Cina Tan Jien
Men
BCB Lainnya
Café Teras Kite
(Eks Taman
Kanak-kanak
Belanda)
Gedung KPU
(Eks Gedung
Concordia)
Rumah
TahananMuntok
(Gavengis)
Rumah Liem
Tjin Sun (Eks
Kantor Kolonial)
Komplek Polsek
Muntok (Eks
Komplek
Benteng Inggris
& Belanda)
Rumah Bapak
Rusli (Eks
Rumah Kepala
Kapal Keruk
Belanda)
Rumah Kolonial
(Eks Rumah
Karyawan
Zaman
Belanda)
Kantor LSM
Karimah (Eks
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-52
DTW
Periode Sejarah
Kesultanan
Palembang
Penjajahan
Inggris
Penjajahan
Belanda
Penjajahan
Jepang
(Perang
Dunia Ke-
II)
Perjuangan
Kemerdekaan
(Agresi Militer
Belanda II)
Pertambangan
Timah
Rumah Warga
Tionghoa)
Ruko Keluarga
Ding Tjiang
(Rumah Warga
Tionghoa)
Rumah Warga
Tionghoa 2,3,4
Eks Rumah
Kapiten Cina
(Wong Lim Pat)
Petak 15
(Rumah Warga
Tionghoa)
Rumah Warga
Lie Yong Bak
(Rumah Warga
Tionghoa)
Eks Bangunan
Sekolah Cina
Rumah Bapak
Afandi Isa
(Rumah
Panggung
Melayu)
Rumah Bapak
Fakhrizal
(Rumah
Panggung
Melayu)
Tempat
Pemakaman
Umum (Eks
Rumah Sakit
Cina)
Rumah Melayu
Kampung Ulu
Rumah Dinas
Pegawai Rutan
(Eks Rumah
Sakit Jiwa)
Sumber: Hasil Analisis, 2018
E. Keterkaitan Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur
Daya tarik wisata berupa bangunan bersejarah (Benda Cagar Budaya) di KSPP Muntok dan
sekitarnya memiliki langgam arsitektur khas yang dapat dikelompokkan kedalam beberapa
kategori, yaitu Indische Style, Kolonial Belanda, Rumah Panggung Limas (Melayu Awal), Rumah
Panggung Limas Bubung Panjang, Rumah Tinggal Tionghoa, Rumah Tinggal Tionghoa Abad 19,
Ruko Tionghoa, Kelenteng, dan Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa. Berkut penjelasan dari
masing-masing langgam arsitektur tersebut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-53
1. Langgam Arsitektur Indische Style
Langgam arsitektur indische style memiliki ciri bangunan sebagai berikut:
a. Memiliki kebun yang luas;
b. Jalan melingkar untuk kendaraan dan ditanami dengan pohon palem di sisinya;
c. Teras depan dengan deretan kolom gaya Doric;
d. Beranda belakang dan depan yang luas merupakan penyesuaian dengan iklim tropis
lembab, sehingga ada ventilasi udara silang yang baik.
Gambar 4.40 Langgam Arsitektur Indische Style dan Contohnya
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur indische style diantaranya adalah
Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen), Rumah Tumenggung, Café Teras Kite,
dan Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-54
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.41 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Indische Style:
(a) Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen); (b) Rumah Tumenggung; (c) Café Teras Kite;
(d) Kantor Administrasi Pelabuhan (Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master).
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
2. Langgam Arsitektur Kolonial Belanda
Langgam arsitektur Kolonial Belanda memiliki ciri sebagai berikut:
a. Memakai “Gable” pada tampak
b. Atap miring curam
c. Fasad simetris
d. Skala bangunan relatif tinggi
Gambar 4.42 Langgam Arsitektur Kolonial Belanda dan Contohnya
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-55
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur kolonial diantaranya adalah
Pasanggrahan Muntok, Museum Timah, Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala
BTW), dan Rumah Bapak H. Choirudin (Eks Rumah Kavilasi I/ Kepala BTW).
(a) (b) (c)
Gambar 4.43 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Kolonial Belanda:
(a) Pesanggrahan Muntok; (b) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/ Kepala BTW);
(c) Museum Timah
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
3. Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal)
Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) memiliki ciri sebagai berikut:
a. Dibuat dari kayu, rotan, bambu, daun-daun, akar pohon, alang-alang;
b. Memiliki beranda dan bukaan yang banyak
c. Bagian rumah terdiri atas rumah induk dan dapur
Gambar 4.44 Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal)
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah panggung limas (Melayu awal)
diantaranya adalah rumah-rumah panggung Melayu yang ada di Kampung Ulu.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-56
Gambar 4.45 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal):
Rumah-rumah Melayu di Kampung Ulu
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
4. Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang
Langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang memiliki ciri-ciri seperti arsitektur rumah
panggung limas (Melayu awal) dengan tambahan ciri sebagai berikut:
a. Memiliki penambahan bangunan di sisi badan rumah utama;
b. Tangga rumah dibuat dari batu dan dibuat melengkung.
Gambar 4.46 Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah Melayu bubung panjang
diantaranya adalah rumah-rumah panggung melayu yang ada di Kampung Tanjung.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-57
Gambar 4.47 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang:
Rumah-rumah Melayu di Kampung Tanjung
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
5. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa
Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a. Memiliki bentuk atap yang khas melengkung ke atas (Nang Shan);
b. Memiliki ornamen khas Tionghoa;
c. Memiliki warna khas merah dan kuning.
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa adalah
rumah-rumah tinggal Tionghoa yang ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).
Gambar 4.48 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-58
Gambar 4.49 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa:
Rumah-rumah Tionghoa di area Pasar Muntok (Klaster CIna)
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
6. Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19
Langgam arsitektur rumah tinggal Tionghoa setelah abad 19 merupakan rumah tinggal Tionghoa
yang sudah terpengaruh oleh arsitektur kolonial dengan ciri-ciri sebagai berkut:
a. Denah rumah induk simetris dan memiliki teras;
b. Memiliki bukaan pintu skala besar, berjumlah tiga atau lebih;
c. Memiliki kolom (pilar) bergaya Yunani;
d. Memiliki ornamen-ornamen khas Tionghoa dengan jumlah yang cenderung sedikit.
Contoh daya tarik wisata benda cagar budaya yang memiliki arsitektur rumah tinggal setelah abad
19 adalah Rumah Mayor Cina.
Gambar 4.50 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-59
Gambar 4.51 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19:
Rumah Mayor Cina
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
7. Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa
Langgam arsitektur ruko Tionghoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lantai 1 digunakan untuk toko dan lantai 2 untuk hunian;
b. Lebar unit 3 – 6 meter;
c. Panjang unit 5 – 8 kali lebarnya;
d. Bentuk atap pelana;
e. Terdapat halaman depan yang dibatasi pagar.
Beberapa daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ruko Tionghoa adalah ruko-ruko yang
ada di Pasar Muntok (Klaster Cina).
Gambar 4.52 Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-60
Gambar 4.53 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa:
Ruko-ruko di Pasar Muntok (Klaster Cina)
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
8. Langgam Arsitektur Kelenteng
Langgam arsitektur kelenteng memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Denah simetris;
b. Didirikan di atas podium;
c. Memiliki lebih dari satu pintu masuk pada fasad depan;
d. Pintu masuk utama dihiasi ornamen khas Tionghoa;
e. Fasad depan dihiasi ornamen khas Tionghoa;
f. Terdapat pilar di depan;
g. Atap jurai atau atap pelana.
Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Kelenteng Kung Fuk Miaw.
Gambar 4.54 Langgam Arsitektur Kelenteng
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-61
Gambar 4.55 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Kelenteng:
Kelenteng Kung Fuk Miaw
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
9. Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa
Langgam arsitektur gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa memiliki ciri-ciri sebagai beriikut:
a. Memiliki kolom gaya Eropa;
b. Atap melengkung khas Tionghoa;
c. Atap limas dan ekstensi atap khas Melayu.
Daya tarik wisata yang memiliki langgam arsitektur ini adalah Masjid Jami’ Muntok.
Gambar 4.56 Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-62
Gambar 4.57 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa:
Masjid Jami’ Muntok
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
4.2.2 Aksesibilitas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 aksesibilitas pariwisata adalah
semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari
wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi
pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata. Kondisi aksesibilitas di Kecamatan
Muntok, Kabupaten Bangka Barat akan dijelaskan lebih detail di bawah ini.
A. Moda Transportasi
Moda transportasi adalah segala bentuk atau jenis (angkutan) yang digunakan untuk
memindahkan orang ataupun barang. Moda transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu moda
transportasi darat, moda transportasi laut dan moda transportasi udara. Di Kecamatan Muntok
terdapat moda transportasi darat dan moda transportasi laut. Moda trasportasi udara tidak
terdapat di Kecamatan Muntok tetapi terdapat di Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
1. Moda Transportasi Udara
Pesawat merupakan salah satu moda transportasi udara yang dapat digunakan untuk menuju
Pulau Bangka dari pulau lain di luar Bangka. Terdapat satu bandara sebagai pintu gerbang melalui
jalur udara untuk ke Pulau Bangka sebelum menuju Kecamatan Muntok yaitu Bandar Udara
Depati Amir, yang terdapat di Pangkalpinang, sekitar 2-3 jam perjalanan dari Muntok. Adapun
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-63
daftar maskapai penerbangan yang melayani rute ke bandar udara tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 4.8 Daftar Maskapai Penerbangan menuju Ke Bandara Depati Amir
Maskapai Tujuan
Citilink Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Explore Garuda
Palembang, Tanjung Pandan
Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta
Nam Air Palembang, Tanjung Pandan
Sriwijaya Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang
Susi Air Dabo
Wings Air Batam, Tanjung Pandan
Sumber: Maskapai Penerbangan dan Tujuan, data diperoleh dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Depati_Amir, diakses
pada 5 Juli 2018
2. Moda Transportasi Laut
Kapal atau perahu merupakan moda transportasi laut yang sering digunakan untuk melakukan
perpindahan baik orang ataupun barang. Moda transportasi laut yang ada di Kecamatan Muntok
mayoritas adalah kapal ferry dan kapal cepat. Untuk menuju Kecamatan Muntok moda
transportasi tersebut akan berhenti di Pelabuhan Tanjung Kalian dan Pelabuhan Muntok.
Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian melayani penyeberangan antarprovinsi yaitu Provinsi
Sumatera Selatan (35 Ilir) – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Tanjung Kalian) untuk kapal
ferry, dan lintasan Boom Baru – Tanjung Kalian untuk kapal cepat.
Melihat besarnya potensi pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Kabupaten Bangka Barat
untuk masa mendatang khususnya Pelabuhan Tanjung Kalian sebagai pelabuhan penyeberangan,
maka dikembangkan jalur penyeberangan baru yaitu Palembang (Tanjung Siapi-api) – Bangka
Barat (Tanjung Kalian) untuk angkutan penyeberangan di Pelabuhan Tanjung Kalian dan
Pelabuhan Muntok dengan menggunakan kapal ferry dan kapal cepat atau speed boat yang
melayani penyeberangan lintas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke Provinsi Sumatera
Selatan.
3. Moda Transportasi Darat
Moda transportasi darat terdiri dari seluruh bentuk alat transportasi yang beroperasi di darat.
Moda transportasi darat sering dianggap identik dengan moda transportasi jalan raya (Warpani,
1990).
Di Kecamatan Muntok moda transportasi yang ada adalah moda transportasi jalan berupa
kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat atau lebih. Adapun jenis angkutan paling
mendominasi adalah truk yang sering digunakan untuk pergerakan barang.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-64
Tabel 4.9 Jumlah Sarana Angkutan Darat menurut Jenis Angkutan
di Kecamatan Muntok 2016
Jenis Angkutan Jumlah (unit)
Bis Umum 32
Bis Tak Umum -
Mobil Penumpang Umum 18
Mobil Penumpang Tak Umum -
Sedan Taksi -
Sedan Taksi Umum -
Truk 142
Pick Up Umum 21
Pick Up Tak Umum -
Ambulance -
Tangki 9
Mobil Gandengan -
Jip -
Sepeda Motor -
Sepeda -
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka
2017
B. Prasarana Transportasi
1. Prasarana Transportasi Udara
Prasarana transportasi yang dapat digunakan untuk menuju Kecamatan Muntok adalah Bandar
Udara Depati Amir. Bandar Udara Depati Amir adalah bandar udara yang terletak di Kota
Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II
sejak bulan Januari 2007. Untuk menuju Kecamatan Muntok dari Bandar Udara Depati Amir akan
menempuh jarak sejauh 143 km atau kurang lebih 2,5 – 3 jam apabila menggunakan kendaraan
bermotor.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-65
Gambar 4.58 Jarak Tempuh dari Bandara Depati Amir
Sumber: gmaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018
2. Prasarana Transportasi Laut
Di Kecamatan Muntok terdapat lima dermaga, namun hanya dua dermaga yang digunakan untuk
aktivitas keluar masuknya pergerakan orang ataupun barang yaitu Dermaga Tanjung Kalian dan
Dermaga Muntok.
Tabel 4.10 Daftar Dermaga di Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat
Dermaga Aktivitas Jumlah
Tanjung Kalian
- Kapal Ferry Penumpang, kendaraan dan barang 7
- Kapal Cepat Penumpang dan Barang 2
Muntok Penumpang, barang, kendaraan dan nelayan 111
Tanjung Punai Nelayan 50
Sukal Nelayan 60
Belo Laut Nelayan 44
Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016
a. Pelabuhan Tanjung Kalian
Angkutan penyeberangan di Pulau Bangka dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Kalian. Pelabuhan ini
menghubungkan Pulau Bangka dengan Palembang di Provinsi Sumatera Selatan yang berada di
daratan Pulau Sumatera. Lintasan trayek angkutan dan jenis kapal penyeberangan yang
beroperasi saat ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-66
Tabel 4.11 Angkutan Penyebrangan di Kabupaten Bangka Barat
No Lintasan Panjang Lintasan Keterangan
1 Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) 74 Mil Kapal Cepat
2 Muntok-Tanjung Api-api 24 Mil Kapal Roro
Rute lintasan Muntok – Tanjung Api-api beroperasi setiap hari dengan frekuensi 6 kali per hari dari
masing-masing pelabuhan. Jadwal keberangkatan kapal ferry ro-ro untuk setiap rute adalah
sebagai berikut:
• Muntok – Tanjung Api-Api: Pukul 09.00; 11.00, 13.00; 15.00; 17.00; 19.00
• Tanjung Api-Api – Muntok: Pukul 08.00; 10.00, 12.00; 14.00; 16.00; 18.00
Sedangkan untuk kapal cepat lintasan Muntok-Palembang (Pelabuhan Boombaru) beroperasi 4
kali dalam seminggu yakni hari Senin, Rabu, Jumat, Minggu dengan jam keberangkatan dari
Palembang pukul 07.00 dan dari Muntok pukul 11.00. waktu tempuh lintasan trayek ini adalah 3
jam.
Gambar 4.59 Jarak Tempuh dari Tanjung Kalian ke Tanjung Api-api dan Boom Baru
Sumber: googlemaps.com, diakses pada tanggal 26 Juli 2018
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa Pelabuhan Tanjung Kalian merupakan simpul utama
pergerakan orang dan barang dari pulau Bangka menuju Palembang dan demikian pula
sebaliknya. Pada Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung Kelian tidak hanya digunakan sebagai
penyeberangan penumpang (Ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan barang. Letak Pelabuhan
Tanjung Kelian sangat baik disebabkan langsung berhubungan dengan Jalan Nasional dari
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-67
Muntok hingga Pangkalpinang, sehingga akan mempermudah dan mempercepat distribusi dari
kegiatan transpotasi barang di Pelabuhan Tanjung Kelian menuju wilayah Pulau Bangka lainya di
bagian tengah dan selatan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi pelayanan angkutan umum penumpang di
Pulau Bangka saat ini setelah beroperasinya pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian, tidak lagi
menggunakan terminal Muntok di Kelurahan Tanjung sebagai simpul utama pergerakan.
Pelabuhan Tanjung Kalian menjadi simpul pergerakan regional baru dimana trayek angkutan
umum penumpang dari pelabuhan Tanjung Kalian akan menuju pusat-pusat kegiatan yang ada di
Pulau Bangka tanpa melewati Terminal Muntok. Demikian pula sebaliknya trayek angkutan umum
penumpang dari Pulau Bangka akan langsung menuju Pelabuhan Tanjung Kalian tanpa melalui
terminal Muntok.
Hal ini tentunya berimplikasi terhadap kebutuhan fasilitas pelabuhan yang tidak hanya harus
mengakomodir kegiatan penyeberangan orang dan barang saja, namun harus disedikan fasilitas
integrasi layanan angkutan antar moda di sisi darat pelabuhan Tanjung Kalian. Berdasarkan data
layout fasilitas sisi darat Pelabuhan Tanjung Kalian seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini, belum terdapat fasilitas atau ruang khusus untuk integrasi layanan antar moda di
pelabuhan.oleh sebab itu untuk kedepannya perlu disediakan perencanaan, pembangunan, dan
pengaturan integrasi fasilitas dan layanan antara moda di Pelabuhan Tanjung Kalian. Dengan
adanya fasilitas ini tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi kegiatan pariwisata di
wilayah Muntok dan sekitarnya.
Gambar 4.60 Layout Fasilitas Sisi Darat Pelabuhan Tanjung Kalian
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-68
Potensi yang dapat dimanfaatkan dari pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian
khususnya untuk kegiatan pariwisata adalah dari pergerakan penumpang dan kendaraan yang
cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah penumpang per hari dan per tahunnya seperti yang di
tunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.12 Rata-rata Jumlah Penumpang di Pelabuhan Tanjung Kalian
Penumpang Rata-rata Penumpang/Hari Jumlah Penumpang/Tahun Proporsi Penumpang
Kapal Cepat 472 172.433 84.5%
Kapal Ro-ro 87 31.714 15.5%
Total 559 204.147 100.0%
Sumber: Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Muntok Tahun 2013
b. Pelabuhan Muntok
Kondisi pengoperasian pelabuhan Muntok saat ini mengalami degradasi fungsi pelabuhan akibat
sedimentasi yang tinggi. Kondisi kolam labuh yang hanya mempunyai kedalaman 50 cm di bawah
LWS maka pada saat surut maksimum akan terlihat kondisi dasarnya dan saat ini hanya
digunakan untuk kegiatan sandar perahu nelayan.
Penurunan fungsi Pelabuhan Muntok juga terjadi karena adanya pengoperasian Pelabuhan ASDP
yang berjarak 3 Km dari Pelabuhan Muntok. Saat ini Pelabuhan ASDP Tanjung KAlian tidak hanya
digunakan sebagai Penyeberangan Penumpang (ferry) tetapi juga penyeberangan angkutan
barang.
Adanya kebijakan mengembangkan Pelabuhan Tanjung Ular menjadi Pelabuhan Barang sebagai
kebijakan pengembangan Pelabuhan Muntok dengan lokasi berjarak 10Km dari Pelabuhan
Muntok, menjadikan Pelabuhan Muntok semakin mengalami penurunan fungsi.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat terkait Pelabuhan Muntok diarahkan untuk
menjadi Cagar Budaya dari Bangunan dan Pelabuhan Lama dari pelabuhan Muntok yakni
pengembangan fungsi ruang publik baru, museum pelayaran, museum kesyahbandaran dan
konvensi, terminal/parkir, perdagangan, jasa, dan pariwisata. Mengingat kondisi di atas maka
pemanfaatan Pelabuhan Lama Muntok perlu diselaraskan sehinga bisa berfungsi dan bermanfaat
secara ekonomi untuk masyarakat di Muntok, Kabupaten Bangka Barat dan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
c. Pelabuhan Laut Tanjung Ular
Pelabuhan laut di Kabupaten Bangka Barat direncanakan akan dikembangkan di Tanjung Ular di
Kelurahan Air Putih. Pantai Tanjung Ular berada kurang lebih sekitar 15 km dari perkotaan
Muntok. Pelabuhan ini akan berperan sebagai pelabuhan multipurpose untuk menunjang
pelayanan terhadap komoditi dan barang-barang umum di Pulau Bangka.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-69
Kawasan Pelabuhan Tanjung Ular memiliki lahan yang masih kosong dan sangat luas sehingga
sangat memungkinkan dikembangkan aktivitas kepelabuhanan secara terpadu dengan
pengembangan Kawasan Industri. Perencanaan dan pengembangan kawasan akan menjadi
kawasan industri dan pelabuhan umum yang cukup besar untuk menopang kegiatan ekonomi dan
industri di Kabupaten Bangka Barat, dan Pulau Bangka pada umumnya.
3. Prasarana Transportasi Darat
Berdasarkan komponennya prasarana transportasi terdiri dari dua kelompok, yaitu jalan yang
berupa jalur gerak dan terminal yang merupakan suatu tempat pemberhentian alat transportasi
guna menurunkan atau menaikkan penumpang.
Jalan raya adalah suatu prasarana perhubungan darat yang digunakan untuk kendaraan yang
menggunakan roda karet meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
pelengkapnya yang diperlukan bagi lalu lintas. Di Kecamatan Muntok terdapat dua jenis jalan yaitu
jalan kabupaten dan jalan nasional dengan jenis permukaan jalan yaitu aspal, kerikil dan tanah.
Tabel 4.13 Panjang Jalan menurut Jenis Jalan dan Jenis Permukaan
di Kecamatan Muntok 2016
Uraian Panjang Jalan (km)
Jenis Jalan
Jalan Kabupaten 211,42
Jalan Provinsi 0,00
Jalan Nasional 25,92
Jenis Permukaan
Aspal 108,34
Kerikil 17,22
Tanah 16,76
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Pusat kegiatan utama di Kabupaten Bangka Barat adalah Perkotaan Muntok, Jebus, dan Paritiga,
sedangkan Ibul dan Kelapa hanya merupakan zona perantara (intermediate zone) untuk menuju
Belinyu, Sungai Liat, dan Kota Pangkalpinang. Berdasarkan Penetapan Jalan Nasional maka ruas
Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari ruas jalan berikut:
Tabel 4.14 Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat
No. Ruas Nama Ruas Panjang (Km)
001 TANJUNG KELIAN - IBUL 52,33
002 IBUL - KELAPA 25,52
003 KELAPA – BTS. KAB (BANGKA.BANGKA BARAT) 4,16
Ilustrasi jalan nasional di Pulau Bangka khususnya Jalan Nasional yang menghubungkan Muntok
sampai ke Pangkalpinang dapat dilihat pada gambar berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-70
Gambar 4.61 Jalan Nasional di Pulau Bangka
Jalan nasional di Kecamatan Muntok adalah ruas Tanjung Kelian – Muntok – Air Belo – Air Limau
– Mayang – Batas Kec Simpang Teritip dengan panjang 25,92 Km. Jaringan jalan kabupaten di
Kecamatan Muntok adalah sepanjang 211,42 km. Kondisi jalan khususnya Jalan Nasional di
Kecamatan Muntok sangat baik dengan permukaan aspal. Dari total panjang jalan di Kecamatan
Muntok 76,19 % jalan sudah dalam kondisi perkerasan aspal.
Kecamatan Muntok hanya memiliki satu terminal bus yang masuk kategori tipe C yang dinamakan
terminal Muntok. Terminal Muntok merupakan terminal utama di Kabupaten Bangka Barat yang
melayani trayek antarprovinsi ke Palembang, antarkabupaten di Pulau Bangka, antarkecamatan
di Bangka Barat, dan lokal sekitar kota dan Kecamatan Muntok. Terminal ini tercatat memiliki
sepuluh perusahaan otobus yang melayani rute dari dan ke Muntok sebanyak 48 armada. Jumlah
armada terbanyak dimiliki oleh koperasi Tanjung Kalian Indah dengan armada sebanyak 14
armada.
Tabel 4.15 Jumlah Armada Perusahaan Otobus di Kecamatan Muntok
Nama Perusahaan Jumlah Armada
PT Kesatuan Jaya Abadi (AKDP) 7
PO Putri Tanjung (AKDP) 2
Koperasi Citra Wahana Prima (AKDP) 5
Koperasi Citra Wahana Prima (Angdes) 1
CV Karya Mandiri (Travel) 2
CV Bina Sentosa (Travel) 4
PO Kesatuan Trans (AKDP) 8
Koperasi Tanjung Kalian Indah (angkot) 8
Ferru Duta Trans (Pemandu Moda) 4
Total 41
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Sebagai simpul pergerakan lalu lintas di Kecamatan Muntok, Terminal Muntok yang berada di
Kelurahan Tanjung berada dalam kondisi yang tidak lagi berfungsi optimal karena trayek-trayek
regional antar kabupaten tidak lagi menggunakan terminal ini. Hal ini disebabkan lokasi terminal
Muntok yang tidak terletak di lintasan regional. Saat ini umumnya penumpang dari Muntok akan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-71
langsung dijemput di luar terminal dan untuk penumpang yang menuju Muntok akan turun di
kawasan perkotaan Muntok di luar terminal.
Adapun trayek-trayek angkutan yang melayani muntok terdiri dari:
• Muntok – Pangkal Pinang PP
• Muntok - Pangkal Pinang – Toboali
• Muntok – Bandara Depati Amir PP
• Muntok – Koba
• Muntok – Belinyu
• Muntok – Sungailiat
Dari trayek yang ada, trayek angkutan Muntok – Pangkal Pinang merupakan trayek utama dengan
frekuensi dan jumlah armada terbesar dibandingkan trayek lainnya. Tingkat aksesesibilitas
dengan Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang sebagai pintu utama tergolong baik dengan
adanya trayek Bandara Depati Amir – Muntok yang salah satunya dilayani oleh DAMRI sebagai
angkutan khusus pemandu moda dengan frekuensi 2 kali per hari untuk masing-masing arah dan
dengan tarif sebesar Rp. 70.000/penumpang.
Jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok mengalami
penurunan drastis dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2014 ke 2015 terjadi
peningkatan penumpang yang datang maupun berangkat dari dan menuju Kecamatan Muntok.
Tabel 4.16 Jumlah Penumpang yang Datang dan Berangkat di Terminal Muntok Tahun 2013-2016
Tahun Jumlah Penumpang
Datang Berangkat
2013 131.619 116.471
2014 28.309 29.039
2015 32.200 32.498
2016 34. 022 33.477
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Jumlah penumpang yang datang dan pergi ke Kecamatan Muntok mempengaruhi jumlah armada
bus yang datang maupun pergi ke Kecamatan Muntok. Pada tahun 2013 ke 2014 juga terjadi
penurunan jumlah armada bus baik dari dan menuju terminal Muntok.
Tabel 4.17 Jumlah Armada yang Datang dan Berangkat pada Terminal Muntok
Tahun 2013-2016
Tahun Jumlah Armada
Datang Berangkat
2013 16.433 16.454
2014 7.478 7.467
2015 7.856 7.856
2016 7.818 7.818
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-72
4.2.3 Fasilitas Pariwisata
Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung
penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke
destinasi pariwisata (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025). Fasilitas pariwisata yang akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini dibagi menjadi empat, yaitu fasilitas akomodasi, fasilitas
makan dan minum, usaha perjalanan wisata, dan fasilitas hiburan.
A. Fasilitas Akomodasi
Fasilitas akomodasi adalah sarana yang menyediakan jasa pelayanan penginapan dengan atau
tanpa fasilitas yang dapat digunakan bagi siapa saja. Fasilitas akomodasi yang ada di Kecamatan
Muntok adalah penginapan dan hotel dengan total 9 buah. Di kecamatan ini hanya terdapat satu
hotel berbintang yaitu hotel Pasadena dan lainnya adalah hotel non bintang. Lokasi fasilitas
akomodasi tersebar di beberapa kelurahan di Kecamatan Muntok, kecuali di Kelurahan Airbelo,
Airputih dan Airlimau tidak terdapat penginapan ataupun hotel.
Tabel 4.18 Jumlah Jasa Akomodasi di Kecamatan Muntok 2016
Kelurahan/Desa Losmen Penginapan Hotel
Belolaut - 1 1
Airbelo - - -
Sungaibaru - 2 -
Sungaidaeng - 1 -
Tanjung - 2 2
Airputih - - -
Airlimau - - -
Jumlah - 6 3
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Adapun penjelasan lebih detail mengenai nama dan lokasi fasilitas akomodasi yang ada di
Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19 Daftar Lokasi Hotel/ Penginapan di Kecamatan Muntok
Nama Hotel/
Penginapan Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama
Hotel Pasadena
Muntok
Jl. Komplek Pemda Kabupaten
Bangka Barat Pal.4, Dayabaru,
Belo Laut, Mentok, Muntok,
Bangka, Kepulauan Bangka
Belitung
24 kamar AC
Parkir
Pelayanan resepisonis 24
jam
Restoran
Wifi
Hotel Berkah
Kalian
Jl. Tj. kalian No.132, Tanjung,
Mentok, Bangka, Kepulauan
Bangka Belitung
30 kamar Parkir
Layanan Resepsionis 24
Jam
Wifi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-73
Nama Hotel/
Penginapan Lokasi Jumlah Kamar Fasilitas Utama
Yasmin Hotel and
Restauran
Jl. Depati Amir No 07, Muntok,
Bangka, Kepulauan Bangka
Belitung
28 kamar AC
Parkir
Layanan Resepsionis 24
Jam
Restoran
Wifi
Penginapan Kita Tanjung, Mentok, Bangka,
Kepulauan Bangka Belitung
11 kamar -
Penginapan
Arwana
Jl. Jenderal Sudirman No. 252,
RT.02/ RW.01, Muntok,
Sungai Baru, Muntok, Sungai
Baru, Mentok, Bangka,
Kepulauan Bangka Belitung
18 kamar Wifi
Parkir
Sarapan
Dapur Kecil
Layanan Kamar
Transportasi Bandara
Penginapan
Sampoerna Cipta
JL. Raya Peltim, No. 03,
Muntok, Tanjung, Mentok,
Bangka, Kepulauan Bangka
Belitung
11 kamar AC
Kamar Mandi
TV
Breakfast
Penginapan Adhika Jl. Peleburan Timah Gg.
Andhika No.1 Muntok
14 kamar -
Penginapan
Pegagan
Jl. Jend. Sudirman, Pal 3, Belo
Laut, Muntok, Belo Laut,
Muntok, Bangka, Kepulauan
Bangka Belitung
12 kamar -
Penginapan Sandi
Jl. Pasar Muntok 8 kamar -
Penginapan EB.
Global
Jl. Barokah Belakang Apotik
Putra Farma Pal. 2 Muntok
10 kamar -
Yasmin Guest
House
Jl. Depati Amir No 09, Muntok,
Bangka, Kepulauan Bangka
Belitung
28 kamar AC
Restoran
Wifi
Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015
Selain hotel, di Kecamatan Muntok terdapat homestay yang dapat dijadikan sebagai tempat
menginap ketika sedang berkunjung untuk berwisata ataupun kegiatan lainnya. Daftar homestay
yang ada di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Daftar Lokasi Homestay di Kecamatan Muntok
NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat
1 Yang Maryana Yang Maryana Jl. Peleburan Timah, Cik Daud Kelurahan Sungai Daeng,
Kecamatan Muntok
2 Heriyanto Heriyanto Jl. Argo Tirto RT 02 RW 02 Kelurahan Sungai Daeng
Kecamatan Muntok
3 Gelora 127 H. Butet K. Adil Jl. Gelora No. 127 RT 01, RW 01 Kelurahan Sungai
Daeng Kecamatan Muntok
4 Marsina Marsina Jl. Raya Peleburan Timah Kelurahan Sungai Baru
Kecmatan Muntok
5 Arlan Arlan Rasyid Jl. Sudirman No. 95 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung
Kecamatan Muntok
6 Cikulur H. Choiruddin
Mansyur
Jl. Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Sungai
Daeng Kecamatan Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-74
NO Nama Homestay Nama Pemilik Alamat
7 Sopian Sopian Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok
8 Sudirman 12 Supeni Jl Sudirman No 12 KP. Warga Mulia Kelurahan Tanjung
Kecamatan Muntok
9 Taufik Taufik Jl. Sudirman No. 11 RT 03 RW 06 Kelurahan Tanjung
Kecamatan Muntok
10 Zaenab Zaenab Asnawi Jl. Sudirman Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok
11 Orange House Abang Zulaila Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan
Muntok
12 White House Abang Arifin Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan
Muntok
13 Sella Ramli Jl. Tj. Kalian, Muntok Asin Kelurahan Tanjung Kecamatan
Muntok
14 Sukidi Sukidi Sarwan Jl. Tj. Kalian, No 172 RT 02, RW 10 Muntok Asin
Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok
15 Rozak Mantri Rozak Jl. Kebon Jati Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok
16 Suwarno Suwarno
Sugeng
Gg. Pelita II No. 261 RT 01 RW 02 KP. Senang Hati,
Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan Muntok
17 Adi Guna Adi Guna KP. Senang Hati, Kelurahan Sungai Daerng, Kecamatan
Muntok
18 Siti Aminah Siti Aminah Jl KP. Ulu No 61. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok
19 Nuryati Nuryati Jl KP. Ulu No 21. Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok
20 Aiptu Gamaludin Aiptu
Gamaludin
Jl. Sudirman RT 03, RW 03 PAL, Kelurahan Sungai
Daerng Kecamatan Muntok
21 Asmani Asmani Sinar Menumbing Pal- 2 Kelurahan Sungai Daeng,
Kecamatan Muntok
22 Mak Yang Yang Sunami RT 02 RW 03 Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan
Muntok
23 Ibu Fitri Ibu Fitri Tangsi (Belakang BUMD) Kelurahan Sungai Baru,
Kecamatan Muntok
24 Yasmin Yasmin KP. Tanjung RT 03, RW 02 Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok
25 Kelly Heriwanto JL. KP Tanjung RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok
26 Toto Toto JL. KP Tanjung No. 19 RT 03 RW 02 Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok
27 Abang Faisal Abang Faisal KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan
Muntok
18 Abang Alfian Abang Alfian KP. Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung, Kecamatan
Muntok
29 Sandy Sandy JL R.E Martadiata 1/70 Kelurahan Tanjung, Kecamatan
Muntok
30 Alkaff Muhammad
Alkaff
Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung
Kecamatan Muntok
31 Almusawa Usman
Almusawa
Jl. Depati Barin KP. Tanjung Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok
Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015
B. Fasilitas Makan dan Minum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 fasilitas makanan dan
minuman termasuk dalam kategori usaha jasa dan minuman. Usaha jasa dan minuman yaitu
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-75
usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan atau penyajian. Usaha jasa dan minuman terdiri dari
beberapa jenis yaitu restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe, jasa boga, dan pusat
penjualan makanan.
Di Kecamatan Muntok terdapat tujuh restoran dan tujuh puluh lima warung makan yang tersebar
di seluruh desa. Restoran terbesar yang ada di Kecamatan Muntok yaitu restoran Rumah Keboen
Ibu Mimi.
Tabel 4.21 Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Katering menurut Kelurahan
di Kecamatan Muntok 2016
Kelurahan/Desa Restoran Rumah Makan/
Warung Makan Katering
Belolaut 4 5 4
Airbelo - 9 -
Sungaibaru - 10 2
Sungaidaeng 1 4 3
Tanjung 2 42 4
Airputih - 2 -
Airlimau - 3 -
Jumlah 7 75 13
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Untuk lebih detailnya mengenai fasilitas makan dan minum di Kecamatan Muntok dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22 Daftar Fasilitas Makan dan Minum di Kecamatan Muntok
Nama Deskripsi Alamat
Nasi Goreng AL Rumah makan ini menjual makanan modern dan
makanan khas Bangka
Jln. Mayor Safri Rahman
Cafe Tempo
Doeloe
Kedai kopi yang berdiri sejak tahun 2013 dan buka
selama 24 jam. Menyediakan aneka makanan
seperti nasi goreng, mie goreng, empek-empek dan
aneka gorengan lain
-
Toko Kue Asui Toko ini menyediakan oleh-oleh khas Bangka Jln. Yos Sudarso (Pasar
Muntok)
Jln. Sudirman (dekat
Tugu Duren)
Resto Menumbing Rumah makan ini menyediakan bangka dan oleh-
oleh khas bangka
Terminal bus Muntok
Ala Koko Toko kecil yang menjual aneka roti, dan teh Selain itu
juga ada toko menjual snack dan minuman modern
-
Teras Kite Kafe yang dibuka tahun 2014 memiliki nuansa
Eropa. Hal yang menarik di kafe ini adalah
pengunjung dapat menemukan foto para bangsawa
Eropa, foto perawat Australia yang karam di laut
Muntok serta foto-foto Muntok tempo dulu yang
dipajang pada dinding kafe
-
Cofee Break Warung kopi ini buka mulai pukul 10.00 WIB hingga
malam hari. Warung ini menyediakan fasilitas berupa
Wi-fi yang menjadikan daya tarik sehingga
pengunjung jadi betah berlama-lama di tempat ini
Jln. Imam Bonjol
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-76
Nama Deskripsi Alamat
Rumah Makan
Griya
Menyediakan menu khas Bangka. Selain itu juga
pengunjung dapat menikmati menu kuliner seperti
ikan pari, ikan hiu, ikan manyu dan ikan sembilang.
Rumah makan ini juga menyediakan menu udang
gado-gado, pindang ikan serani, siput berung santan
dan aneka sayuran seperti rebung, sayur keladi, daun
ubi tumbik santan dan lainnya
-
Mex Coffe Menyediakan minuman kopi bagi para penikmat
kopi. Selain itu Mex coffe juga menyediakan aneka
penganan lokal. Menu spesial pada Mex Coffe yaitu
sop ikan Tenggiri Batam
-
Kedai Nale Kedai yang ramai dikunjungai akhir pekan dan
biasanya dilengkapi dengan sajian live acousitic
-
Martabak Iwan menjual kuliner khas yang dibuat oleh etnis Cina
yang sudah turun menurun namun menetap di
Bangka. Salah satu makanan yang dijual adalah
martabak berbagai rasa
Jln. Sudirman
Martabak Manis
Anam
Menjual Martabak Jln Ahmad Yani (depan
Deaker Yamaha)
Warung empek-
empek Biktum
Menjual empek-empek telor, tekwan, lenggang,
selade, model dan lain-lain
Kampung Ulu Muntok
(tidak jauh dari gerbang
masuk kampung
permukiman)
Warung Kopi
Nyaloi
Warung kopi ini setiap hari buka pukul 05.00 pagi
hinga 00.00 WIB. Warung kopi ini menyediakan
berbagai penganan seperti kue-kue khas Muntok,
empek-empek, otak-otak, lontong, lakse dan aneka
mie.
-
Warung Kopi
Amigo
Warung kopi yang berukuran 3 x 6 meter menjual
kopi maupun teh yang dimasak dengam
menggunakan arang kayu
-
Warung Kopi Anen Bangunan warung kopi ini merupakan warung kopi
turun menurun dan sudah berusia 35 tahun. Di
warung kopi ini, menggunakan kopi Tokak, kopi
legendaris khas Muntok yang dimasak dengan arang
kayu.
-
Warung kopi Bang
Husni
Warung kopi yang diwariskan dan sekarang
diteruskan oleh Bang Husni
-
Warung kopi Uda Menjual aneka masakan khas Padang Terletak tidak jauh dari
teminal bus dan
Pelabuhan Lama Muntok
Warung Kopi Surya Menjual secangkir kopi yang nikmat Masjid Jami dan Klenten
Kong Fuk Miaw
Warung Kopi Toto Menjual aneka makanan seperti kue-kue khas
Muntok, Lakse, empek-empek dan aneka mie
Sebrang masjid Jamik
Warung Kopi Bu
Farida
Menyajikan kopi dan kue khas Muntok seperti
Kecangan, dan kue Kaca
Di belakang masjid Jamik
Warung Kopo
Danesdeva
Warung kopi yang sudah berdiri selama 30 tahun.
Warung kopi ini menjual kopi warung, kue-kue,
empek-empek dan otak-otak
Jln. Kemakmuran atau
lorong II pasar Muntok
Warung Kopi
Lorong II Pasar
Warung kopi telah dibuka semenjak tahun 1998.
Warung ini menyajikan seduhan kopi warung, kue-
kue, lontong sayur, lakse, empek-empek dan otak-
otak
Pasar Muntok
Pondok Otak-Otak
Tanjung Kalian
Menjual otak-otak, sate dan jagung bakar -
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-77
Nama Deskripsi Alamat
Pondok Otak-Otak
Pantai Asmara
Menjual otak-otak ikan tenggiri disertai air kelapa
muda
Pantai Asmara
Lapak Kue Khas
Muntok
Menjual kue-kue khas Muntok, selain itu juga
menjual makanan khas Muntok
-
Warung Mie Murni
Aliong
Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960 yang
buka setiap hari mulai pukul 07.00-11.00 WIB.
Warung ini menjual semua masakan mie
mengandung daging babi, kuetiaw, mie polos serta
tulang babi kuah
Jln. Ahmad Yani Muntok
Warung Mie Babi
Affan
Warung ini telah buka dan mulai berjualan sejak 45
tahun yang lalu. Warung ini menjual makanan yang
mengandung daging babi. Warung ini buka pukul
06.00 sampai pukul 11.00 WIB
-
Warung Bakmi
Alan
Warung ini menjual pangsit, mie babi dan tahu isi
daging. Warung Bakmi Alan buka puku 06.00 sampai
pukul 12.00
Jln. Kemakmuran atau
lorong II pasar Muntok
Martabak Damai Menjual martabak dengan varian kacang, coklat,
wijen, jagung dan keju
Jln. Sudirman
Warung Soto AK
BET
Warung ini buka jam 06.30 sampai dengan jam
10.00 pagi dengan menjual soto kaki sapi yang enak.
-
Rumah Keboen Ibu
Mimi
Restoran paling besar di Muntok yang menjual
makanan dan minuman. Di restoran ini tersedia
menu berbagai olahan ikan laut dan ikan air tawar.
-
Sate Bu Wastra Warung ini menyediakan sate ayam, sate sapi, selada
dan lontong yang buka sejak sore hari hingga malam
Jln Ahmad Yani Muntok
Kantin 99 Menyediakan menu selain nasi seperti kwetiau yang
beraneka ragam
Pinggir Jalan pasar
Muntok
Warung Jajan Cha-
Oy
Warung ini terkenal dengan menu martabak kari.
Selain itu warung ini menyediakan menu lain yang
tak kalah nikmat seperti empek-empek, telor/lenjer,
tekwan, model, pantiau, selade, mie kuah dan rujak
sohun
-
Warung Simpang
Pasar.
Menyediakan minuman segar dan makanan ringan
khas Muntok seperti otak-otak tenggiri, empek-
empek dan kue basah
Persimpangan jalan
pasar Muntok
Sumber: DISHUBPARBUDINFO, 2015
Di Kecamatan Muntok terdapat satu supermarket dan pasar yang terpusat di Desa Tanjung.
Tabel 4.23 Jumlah Pasar dan Supermarket Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016
Kelurahan/Desa Pasar Supermarket/Minimarket
Belolaut - -
Airbelo - -
Sungaibaru - -
Sungaidaeng - -
Tanjung 1 1
Airputih - -
Airlimau - -
Jumlah 1 1
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-78
Adapun jumlah usaha perdagangan makanan di Kecamatan Muntok pada tahun 2016 paling
banyak terdapat di Desa Tanjung.
Tabel 4.24 Jumlah Usaha Perdagangan Makanan di Kecamatan Muntok 2016
Kelurahan/Desa Makanan
Belolaut 28
Airbelo 27
Sungaibaru 29
Sungaidaeng 31
Tanjung 45
Airputih 38
Airlimau 20
Jumlah 218
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
C. Fasilitas Biro/Agen Perjalanan Wisata
Fasilitas biro perjalanan wisata merupakan fasilitas yang menyediakan jasa perencanaan
perjalanan dan/ atau jasa pelayanan penyelenggaraan pariwisata, sementara agen perjalanan
merupakan fasilitas pemesanan sarana seperti tiket dan pemesanan akomodasi serta
pengurusan dokumen. KSPP Muntok dan sekitarnya sudah memiliki 2 buah biro perjalanan dan
beberapa fasilitas agen perjalanan. Biro perjalanan yang ada yaitu Yasmin Buana Wisata yang
menyediakan paket wisata heritage dan PT Hotma Angkasa Travelindo yang menyediakan paket
wisata culinary. Sedangkan tempat agen perjalanan wisata belum terekapitulasi. Berikut adalah
contoh salah satu fasilitas agen perjalanan wisata yang dapat ditemui di sekitar Kota Tua Muntok.
Gambar 4.62 Fasilitas Agen Perjalanan Wisata
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-79
Gambar 4.63 Persebaran Fasilitas Pariwisata di Kota Tua Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-80
4.2.4 Fasilitas Umum
Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum. Fasilitas umum untuk
menunjang pariwisata terdiri dari fasilitas keuangan dan perbankan, fasilitas kesehatan, dan
fasilitas peribadatan.
A. Fasilitas Keuangan dan Perbankan
Fasilitas keuangan di Kecamatan Muntok terdiri dari perbankan, pegadaian dan koperasi. Lokasi
fasilitas keuangan berupa Bank dan pegadaian terkonsentrasi di satu desa yaitu Desa Tanjung.
Tabel 4.25 Jumlah Lembaga Keuangan Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan Muntok 2016
Kelurahan/Desa Bank Asuransi Pegadaian Koperasi
Belolaut - - - -
Airbelo - - - -
Sungaibaru - - - 4
Sungaidaeng - - - 2
Tanjung 9 - 1 2
Airputih - - - 1
Airlimau - - - -
Jumlah 9 0 1 9
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Data lebih detail mengenai lembaga atau fasilitas keuangan yang ada di Kecamatan Muntok dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.26 Fasilitas Keuangan dan Perbankan di Kecamatan Muntok
Jenis Fasilitas
Keuangan
Nama Alamat
Bank Bank Sumsel Babel cabang
Muntok
Jl. Jend. Sudirman No.162, Tanjung, Mentok
Bank Muamalat KCP Jl. Jend. Sudirman RT 03, RW 06, Tanjung,
Mentok
Bank Danamon Tanjung, Mentok
Bank BRI Unit Mentok Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok
Bank Mandiri Muntok Tanjung, Mentok
Bank BNI Jl. Ms Rahman No.212, Tanjung, Mentok
Bank BCA Jl. R.E. Martadinata, Tanjung, Mentok
Bank BRI Unit Menotk Kp. Tangsi, Tanjung, Mentok
Bank BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok
ATM ATM Mandiri Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok
Tanjung, Mentok
ATM center Jl. Kp. Muntok, Jawa, Mentok
ATM BRI Jl. Pasar Mentok, Tanjung, Mentok
Pegadaian Pegadaian Muntok Jl. Jend. Sudirman No.26 Muntok, Tanjung,
Mentok
Sumber: Data diolah dari google maps, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-81
Gambar 4.64 Sebaran Fasilitas Keuangan di KSPP Muntok dan sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-82
B. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat yang dapat menunjang
kesehatan atau yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan atau masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 fasilitas kesehatan
terdiri dari poliklinik yang buka 24 jam dan fasilitas pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan.
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Muntok sudah cukup lengkap. Fasilitas tersebut terdiri
dari rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, puskesmas, praktek dokter dan poskesdes.
Tabel 4.27 Jumlah Fasilitas Sarana dan Kesehatan di Kecamatan Muntok 2016
Uraian Pemerintah Swasta Jumlah
Rumah Sakit 1 1 2
Balai Pengobatan/Poliklinik - 1 1
Rumah Bersalin - 4 4
Puskesmas Induk 1 - 1
Puskesmas Pembantu 2 - 2
Puskesmas Keliling 2 - -
Pos Klinik KB 9 - 9
Praktek Dokter - 8 8
Praktek Bidan - 10 10
Tukang Gigi - 4 4
Poskesdes 7 - 7
Jumlah 22 31 53
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
Data lengkap mengenai beberapa fasilitas kesehatan di Kecamatan Muntok dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.28 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Muntok
Jenis Fasilitas Kesehatan Nama Alamat
Rumah Sakit Rumah Sakit Bakti Timah Sungai Baru, Mentok
Puskesmas Puskesmas Muntok Jl. Basuki Rahmat, Sungai Daeng,
Mentok
Klinik Bersalin Klinik Bersalin Bunda Aulia Jl. Menara Air, Belo Laut, Mentok
Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-83
Gambar 4.65 Sebaran Fasilitas Kesehatan di KSPP Muntok dan sekitarnya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-84
C. Fasiltias Sanitasi dan Kebersihan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, fasilitas sanitasi dan kebersihan terdiri dari toilet
umum, laundry dan tempat sampah. Di Kecamatan Muntok terdapat tiga tempat laundry yaitu
Yasmin Laundry and Water, Queen Laundry dan Mari Laundry.
Di Kecamatan Muntok hanya ada 1 unit Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Aktif dan 18 unit Tempat
Pembuangan Sampah (TPS), didukung 144 orang personil pasukan kuning (RPJMD Kabupaten
Bangka Barat Tahun 2016-2021). Untuk tempat sampah, beberapa bangunan sudah memiliki
tempat sampah baik permanen dan non permanen yang diletakkan di depan bangunan tersebut.
Tabel 4.29 Daftar Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan di Kecamatan Muntok
Nama Alamat
Yasmin Laundry and Water Jln H. Agus Salim No 09,RT.02/01 (Kampung Tanjung) Bangka Barat
33311, Muntok, Tanjung, Muntok
Queen Laundry Jl. Jend. Sudirman, Sungai Baru, Mentok, Kabupaten Bangka Barat.
Mari Laundry Tanjung, Mentok, Kabupaten Bangka Barat
Sumber: Data diolah dari gmaps, 2018
D. Fasilitas Ibadah
Fasilitas ibadah adalah fasilitas yang digunakan untuk melakukan peribadatan. Fasilitas ibadah
yang ada di Kecamatan Muntok terdiri dari masjid, gereja dan klenteng.
Tabel 4.30 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Muntok
Fasilitas Ibadah Nama Alamat
Gereja Gereja Katolik ST Maria JL. Kartini, No. 24, Sungai Daeng, Air Belo,
Mentok
GSJA Sinar Kasih Sungai Daeng, Mentok
Klenteng Klenteng Akuet Jl. Raya Peltim, Belo Laut, Mentok
Klenteng Kong Fuk Miaw JL Jend A Yani, No. 1, RT. 003/05, Tanjung,
Mentok
Masjid/Mushola Masjid Al Musawwiroh Tanjung, Mentok
Masjid Urwatul Usqo Jln. Menara Air peltim, Sungai Baru
Masjid Baiturrahman Tanjung, Mentok
Masjid Agung Baitur Ridha Muntok Jalan Alternatif Pemda Bangka Barat, Desa
Belo Laut, Muntok
Masjid Al Ikhlas Belo Laut, Mentok
Masjid Musawwirul Goffar Kampung Menjelang Baru, Mentok, Tanjung,
Mentok
Masjid Baitusallam Kampung Air Samak, Mentok, Tanjung,
Mento
Masjid Nurul Huda Tanjung, Mentok
Masjid Jami Kampung Kerangan Bawah, Mentok
Masjid Al Ridho Tanjung, Mentok
Masjid Al Muhajirin Tanjung, Mentok,
Masjid Al Hidayah Jl. Jend. Sudirman No.112, Tanjung, Mentok,
Masjid Attaubah Tanjung, Mentok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-85
Fasilitas Ibadah Nama Alamat
Masjid Al Ikhsan Kampung Kerangan Atas, Mentok, Tanjung,
Mentok
Masjid Al Amin Jl. Jend. Sudirman No.74, Tanjung, Mentok
Musolla Pemkab Bangka Barat Belo Laut, Mentok
Musolla Al-Istiqomah Tanjung, Mentok
Sumber: Data yang diolah dari google maps, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-86
Gambar 4.66 Sebaran Fasilitas umum di Kota Tua Muntok
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-87
4.2.5 Prasarana Umum
Prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya
memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya (PP
Nomor 50 Tahun 2011 mengenai Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
2010-2025).
A. Listrik
Kondisi prasarana energi listrik di Pulau Bangka khususnya Kabupaten Bangka Barat Kecamatan
Muntok tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari data nilai Rasio Elektrifikasi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mencapai 101 %. Pasokan listrik di Pulau Bangka memiliki daya
155,05 megawatt (mw), sementara beban puncaknya mencapai 124,2 mw, sehingga jumlah
cadangan listrik mencapai 30,85 mw.
Pelanggan listrik PLN didominasi oleh pelanggan rumah tangga. Kebutuhan akan listrik setiap
tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah pelanggan
setiap tahunnya, yaitu sebanyak 33.475 pelanggan pada tahun 2012 dan menigkat menjadi
40.228 pelanggan pada tahun 2013 serta terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka
54.248 pelanggan pada tahun 2017.
Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan Listrik PLN di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2009-2013
No Jenis
Pelanggan
Banyak Pelanggan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Badan Sosial 360 408 448 642 720 803 888 999 1.174
2 Rumah
Tangga
13.456 15.902 23.953 33.475 40.228 47.116 48.007 50.293 54.284
3 Bisnis 611 677 755 885 979 1.243 1.641 2.166 2.122
4 Industri 3 3 3 4 8 20 18 25 39
5 Pemerintahan 114 143 169 190 226 279 316 354 368
6 Penerangan
Jalan
17 17 17 21 21 * * * *
7 Multiguna/
Layanan
Khusus
51 0 0 85 106 * * * *
Jumlah/Total 14.612 17.150 25.345 35.302 42.288 49.461 50.870 53.837 57.987
*Tidak ada data
Sumber: Diadaptasi dari RKPD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 dan Kabupaten Bangka Barat
dalam angka tahun 2015-2018
Keandalan pasokan listrik ke wilayah Pulau Bangka akan semakin membaik dengan adanya
pembangunan pembangkit dan transmisi berikut:
• pembangkit dan Gardu Induk di Muntok 150 kilo Volt (kV) berkapasitas 2x30 MVA.
• Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Kelapa-Muntok dengan daya
yang dipasok dari Gardu Induk Muntok.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-88
• Kabel listrik bawah laut Tanjung Api-Api – Muntok 150kv dengan kemampuan daya 120
megawatt (mw) dan ditargetkan beroperasi tahun 2020.
• PLTG Batu Rakit di sekitar lokasi DTW Pantai Batu Rakit dengan daya 100 megawatt (mw).
Khusus di Kecamatan Muntok kondisi jaringan distribusi listrik sudah sangat baik menjangkau
wilayah dengan persentase rumahtangga pengguna listrik PLN di Kecamatan Muntok yang
mencapai 97,36 persen dan hanya 2,64 persen yang menggunakan sumber listrik dari diesel dan
minyak tanah (Kecamatan Muntok Dalam Angka 2017). Surplus daya listrik ini akan menunjang
aktivitas pariwisata di Kabupaten Bangka Barat khususnya Muntok sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi.
B. Air Bersih
Penggunaan air bersih di Kabupaten Bangka Barat mengalami peningkatan dari tahun 2011-
2014. Apabila dilihat pada tahun 2013 menuju tahun 2014 pengguna air bersih mengalami
peningkatan dari 83,45% menjadi 84,79%.
Tabel 4.32 Penggunaan Air Bersih di Kabupaten Bangka Barat 2013-2014
No Indikator 2011 2012 2013 2014
1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%) 70,14 82,51 83,45 84,79
2. Rumah Tangga Pengguna Listrik (%) 55,25 78,07 83,5 84,6
3. Rumah Tangga Ber Sanitasi (%) 50,32 66,88 70,35 76,01
Sumber: RKPD Kabupaten Bangka Tahun 2016
Salah satu sumber air bersih yang ada di Kecamatan Muntok yaitu berasal dari PDAM Tirta Sejiran
Setason yang terletak di Jl. Kapten Alizen No 45.
C. Jaringan Prasarana Drainase
Kecamatan Muntok kerap kali menghadapi permasalahan banjir yang disebabkan oleh meluapnya
Sungai Ciulong. Selain karena ketidakmampuan saluran menampung debit air, banjir di Muntok
juga disebabkan oleh pasang air laut di muara sungai sehingga debit sungai dan aliran permukaan
tidak dapat mengalir. Lokasi genangan di Kecamatan Muntok terjadi di sekitar Sungai Ciulong
yang mengalir dari Kelurahan Sungaidaeng sampai ke Kelurahan Tanjung. Pada tahun 2018
terdapat 829 rumah terkena banjir akibat meluapnya Sungai Ciulong. Beberapa wilayah yang
kerapkali mengalami banjir adalah Kampung Ciulong, Kampung Ulu, Desa Air Putih, dan Pasar
Muntok.
D. Jaringan Telekomunikasi
Di Kecamatan Muntok terdapat 17 tower jaringan seluler yang tersebar di berbagai desa. Desa
Tanjung merupakan desa yang memiliki tower telepon seluler terbanyak di Kecamatan Mentok
yaitu sebanyak empat buah.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-89
Tabel 4.33 Jumlah Tower Telepon Selular Menurut Kelurahan/Desa
di Kecamatan Muntok 2016
Kekurahan/Desa Tower Telepon Selular
Belolaut 3
Airbelo 2
Sungaibaru 1
Sungaidaeng 3
Tanjung 4
Airputih 3
Airlimau 1
Jumlah 17
Sumber: BPS, Kecamatan Muntok dalam Angka 2017
4.2.6 Pemberdayaan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan dari pengembangan pariwisata
di KSPP Muntok dan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan partisipasi dari semua
elemen pemangku kepentingan termasuk masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang ada di
KSPP Muntok dan sekitarnya salah satunya dapat terlihat dari keberadaan UMKM yang bergerak
di berbagai bidang. Pada umumnya, jenis UMKM yang ada bergerak di bidang kuliner dan
makanan. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bangka Barat, terdapat 134 kerajinan tradisional yang terdiri dari 1 souvenir resam, 1 anyaman
tikar mengkuang, 1 kerajinan atap nipah, 1 cual Limar Muntok, 1 peralatan rotan, 1 obat
tradisional Rokok Sertung, dan 128 makanan tradisional diantaranya kue maci, getas ubi, empek-
empek telok, berbagai jenis pantiaw, lakse, srikaye, lempah kuning, dan lempok. Berbagai usaha
kuliner ini tersebar utamanya di Kampung Tanjung. Upaya pemerintah daerah dalam hal ini adalah
untuk melakukan pengembangan usaha dengan memberikan pelatihan dan pendampingan.
Berdasarkan wawancana dengan salah satu pelaku usaha yang ada di KSPP Muntok dan
sekitarnya adalah bentuk pelatihan yang dibutuhkan tidak hanya sekedar bagaimana cara mebuat
makanan ataupun pengemasan, tetapi juga terkait hal-hal pembukuan untuk menjadikan sistem
usaha yang lebih terstruktur.
Selain untuk kegiatan usaha kuliner, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat telah melakukan pengembangan kapasitas
melalui penyelenggarakan pelatihan pemandu wisata. Pelatihan ini diselenggarakan selama dua
hari mulai tanggal 11-12 April 2016. Pelatihan tersebut mengundang pelaku pariwisata yang ada
di sekitar Muntok antara lain tour dan travel agent, pemilik homestay, English club, siswa sekolah
dan masyarakat penggiat pariwisata Muntok.
Materi yang dijelaskan pada pelatihan tersebut mencakup kode etik dan Standard Operational
Procedure (SOP) pramuwisata dan teknik memandu yang diberikan pada hari pertama pelatihan.
Hari kedua dilanjutkan dengan teknik memandu di lapangan dengan mengunjungi objek wisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-90
andalan yang ada di Muntok, seperti Museum Timah Indonesia, Pasanggrahan Muntok,
Pasanggrahan Menumbing, Pantai Tanjung Kalian, Kelenteng Kung Fuk Miao, Masjid Jami’, dan
Rumah Mayor Cina (Erfan, 2016).
Selain melakukan pelatihan dalam pengembangan pariwisata pemerintah Kabupaten Bangka
Barat melakukan audiensi dengan masyarakat dengan mengundang perwakilan masyarakat
untuk membahas pengembangan destinasi wisata bersejarah di Bangka Barat salah satunya di
Kecamatan Muntok (Krisyanidayati, 2018).
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat memiliki rencana untuk membangun desa wisata
yang berlokasi di dua desa di Kecamatan Muntok. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata. Desa yang akan dibangun menjadi desa wisata
adalah Desa Belolaut dan Desa Telukrubiah. Desa Belolaut memiliki potensi besar dalam bidang
kelautan dan hasil tangkapan nelayan seperti udang, kerang, dan ikan. Selain itu, dari potensi
alam Desa Belolaut cukup prospektif. Untuk Desa Telukrubiah juga memiliki keunggulan karena
berada di pusat Kota Muntok dan masih menjaga beberapa bangunan khas Melayu lama
(Putranta, 2016).
Selain itu, berikut adalah pelatihan yang pernah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 di
Kabupaten Bangka Barat.
Tabel 4.34 Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017-2018
Tahun Nama Pelatihan Jumlah
Peserta
Kab/ Kota
2017 Pelatihan Perpajakan Koperasi (DAK)
Angkatan III
30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka
Barat
Pelatihan Kewirausahaan Bidang
Manajemen Kemasan/ Desain Produk
(Packaging) (DAK)
30 Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka
Barat
Pelatihan Business Plan (DAK) Angkatan II 40 Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka
Barat
2018 Pelatihan Kewirausahaan (DAK) Angkatan
III
30 Kab. Bangka Barat
Pelatihan Akutansi Koperasi Berbasis
Komputerisasi Akuntansi (DAK) Angkatan
II
30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat
Pelatihan Penilaian Kesehatan Koperasi
KSP/ USP (DAK) Angkatan II
30 Kab. Bangka/ Kab. Bangka Barat
Pelatihan Kewirausahaan Bidang
Manajemen berbasis Teknologi
Pemasaran (DAK) Angkatan II
30 Kab. Bangka Barat
Pelatihan terbaru yang dilakukan di Kota Tua Muntok adalah pelatihan menenun Cual yang
diadakan pada bulan Oktober 2018. Pelatihan ini diadakan di Gedung M3 yang berada di depan
taman segitiga Klenteng-Masjid Jami’ oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-91
Bangka Belitung. Pelatihan ini akan berguna tidak hanya bagi masyarakat, tetapi untuk
mempertahankan warisan budaya Cual yang mulai jarang penenunnya.
Gambar 4.67 Pelatihan Tenun Cual
Sumber: Hasil Survey Tim RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, 2018
4.3 Industri Pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata diartikan sebagai kumpulan
usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha–usaha pariwisata
yang dimaksud di atas dapat berupa hotel, rumah makan, pengelolaan daya tarik wisata dan lain–
lain. Pertumbuhan industri pariwisata dapat dilihat salah satunya melalui pertumbuhan usaha-
usaha pariwisata.
Pertumbuhan industri pariwisata Kecamatan Muntok dapat dinilai dari pertumbuhan fasilitas
akomodasi seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.68 Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kabupaten Bangka Barat
Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018
0
2
4
6
8
10
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kecamatan Muntok
Jumlah Hotel
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-92
Gambar 4.69 Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kecamatan Muntok
Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018
Berdasarkan diagram di atas, jumlah fasilitas akomodasi selama 12 tahun terakhir terus tumbuh.
Pertumbuhan rata-rata hotel di Kecamatan Muntok selama 12 tahun terakhir mencapai 15,38%
per tahun. Sedangkan angka pertumbuhan rata-rata jumlah kamar dan tempat tidur masing–
masing adalah 23,75% dan 19,15% per tahun.
Berdasarkan pertumbuhan fasilitas akomodasi di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha yang
mendukung sektor pariwisata mengalami pertumbuhan dalam 12 tahun terakhir. Meningkatnya
jumlah usaha pendukung pariwisata menunjukkan pertumbuhan industri pariwisata yang positif
di Kecamatan Muntok. Walaupun mengalami pertumbuhan, angka pertumbuhan usaha sektor
pariwisata terutama dalam lima tahun terakhir cenderung stagnan, sehingga dapat dikatakan
pertumbuhan industri pariwisata di Kecamatan Muntok perlu perhatian lebih lanjut.
Cooper (2008) menyatakan industri pariwisata umumnya diisi oleh usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM). Jumlah unit usaha kecil dan menengah yang berkaitan dengan sektor
pariwisata dapat menjadi indikator potensi pertumbuhan industri pariwisata suatu daerah.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, pada
tahun 2017 terdapat 410 UMKM dalam sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan
keseluruhan berada pada skala usaha mikro.
Selain itu, berdasarkan data dari umkmmuntok.blogspot.com, terdapat 18 perusahaan Kecil dan
Menengah yang berpotensi terlibat langsung dengan kegiatan pariwisata. 18 perusahaan tersebut
seluruhnya merupakan perusahaan yang berkaitan dengan penjualan kuliner.
Tabel 4.35 Direktori UMKM Kuliner Lokal di Kecamatan Muntok
No Nama dan Alamat Produk
1 Yuniar, KP Keranggan Atas RT/RW 002/011 Kelurahan Tanjung Kecamatan
Muntok, Bangka Barat
Kemplang Panggang
2 Yusita, Kp Menjelang Baru RT/RW 02/12 Kel Tanjung, Kecamatan Muntok,
Bangka Barat Kemplang Panggang
0
50
100
150
200
250
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur
di Kecamatan Muntok
Kamar Tempat Tidur
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-93
No Nama dan Alamat Produk
3 Sulastri, Dsn III Belo Laut Kec. Muntok, Bangka Barat Empek-Empek Udang
4 Nurhayati, Kp Tegal Rejo RT/RW 03/02 Kelurahan Sungai Baru Kecamatan
Muntok, Bangka Barat Kue Basah
5 Sulita, Kp Kerangga Atas RT/RW 02/11 Kelurahan Tanjung, Kecamatan
Muntok, Kabupaten Bangka Belitung Kue Kering
6 Zuraidah, Jl Batin Tikal Gg. Temenggung RT/RW 02/01 Kelurahan Tanjung,
Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat Kemplang Goreng
7 Yusni, Kp. Keranggan Tengan RT/RW 03/09 Kelurahan Tanjung, Kecamatan
Muntok, Bangka Barat Kretek
8 Asiah, Kp Tegal Rejo RT/RW 01/02 Kelurahan Sungai Baru, Kecamatan
Muntok, Bangka Barat Aneka Kue Basah
9 Endang BS., Dusun III Belo Laut RT. 001 Kec. Muntok, Bangka Barat Kempelang Ikan
10 Maryuna, Kp Jawa Baru, Kel. Sungai Baru, Kec. Muntok, Bangka Barat Emping Melinjo
11 Ika Zulaika Purnaningsih, Kp. Tegal Rejo RT/RW. 03/01, Kel. Sungai Baru,
Kec. Muntok
Bangka Barat
Lontong Sayur, Pecel
dan Nasi Bakar
12 Rolla Fitriyanti, Kp. Keranggan Atas RT/RW. 02/10 Kel. Tanjung, Kec. Muntok
Bangka Barat Rumah Makan Z
13 Yustiana, Kp. Jawa Baru Gg. Durian RT/RW 03/02 Kel. Sungai Baru Kec.
Muntok Bangka Barat Kempelang Mentah
14 Vina Violina Fransiska, Kp. Keranggan Tengah RT/RW 03/09 Kel. Tanjung, Kec.
Muntok Bangka barat Aneka Kue Basah
15 Fardiah, Jl Tanjung Kalian Indah RT/RW. 03/09 Kel. Tanjung Kec. Muntok
Bangka Barat Kempelang Goreng
16 Nusleni, Kp. Jawa Baru Gg. Sukun Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka Barat Kue Basah
17 Ena Feriyanti, Kp. Sungai Baru RT/RW. 03/01 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok
Bangka Barat Empek-empek
18 Suwarni, Kp. Jawa Baru RT 02 RW 002 Kel. Sungai Baru Kec. Muntok Bangka
Barat Aneka Kue Basah
Sumber: http://umkmmuntok.blogspot.com/2016/11/no.html
4.4 Pasar Pariwisata dan Upaya Pemasaran KSPP Muntok dan
sekitarnya
4.4.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan
Pembahasan jumlah kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya akan merujuk kepada
jumlah kunjungan ke Kabupaten Bangka Barat, karena keterbatasan data sebaran kunjungan
wisatawan per kecamatan. Kabupaten Bangka Barat saat ini masih didominasi oleh wisatawan
nusantara lokal. Kunjungan lebih didominasi oleh wisatawan dari Palembang maupun daerah lain
di Pulau Sumatra, sebab akses Kabupaten Bangka Barat lebih mudah dicapai melalui jalur laut
oleh wisatawan yang berasal dari daratan Sumatera, khususnya Palembang, Sumatera Selatan.
Berdasarkan data jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang menginap di akomodasi
di Kabupaten Bangka Barat tahun 2015, terjadi kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara,
dikarenakan adanya event pariwisata bertajuk Homestay Fair yang digelar pada September 2015.
Sedangkan untuk kunjungan wisatawan nusantara di tahun 2015 mengalami penurunan dari
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-94
tahun sebelumnya. Data tahun 2016 hingga semester II tahun 2018 hanya terdapat data secara
keseluruhan jumlah wisatawan. Pada tahun 2017, jumlah kunjungan mencapai angka tertinggi
109.174, naik 124,5% dari tahun 2016. Meningkatnya jumlah kunjungan yang sangat signifikan
ini menunjukkan adanya peningkatan popularitas Muntok atau Kabupaten Bangka Barat Sebagai
tujuan berwisata.
Tabel 4.36 Perkembangan Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang Menginap di Hotel
Tahun 2011-2017
Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah Total
2010 40 5.980 6.020
2011 12 6.881 6.893
2012 7 10.645 10.652
2013 6 11.721 11.727
2014 1 9.414 9.415
2015 195 44.029 44.222
2016 - - 48.644
2017 - - 109.174
2018* - - 76.757
* s.d semester II - Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018
Jika melihat perbandingan dengan data dari tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumlah
kunjungan wisatawan Bangka Barat ini merupakan 23,4% dari jumlah wisatawan total di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 466.876 kunjungan.
Sementara itu jika melihat data dari BPS Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara dilihat dari jumlah kunjungan tamu hotel di Kabupaten Bangka Barat, pada tahun 2016
masih relatif sedikit dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Kabupaten Bangka Barat menempati urutan ke-enam di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, sedangkan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Belitung.
Tabel 4.37 Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2010-2016
Kabupaten/Kota
2012 2013 2014 2015 2016
Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus wisman Wisnus Wisman
Kabupaten Bangka 6.2247 178 62.247 178 71.738 73 128.163 396
Kabupaten Bangka Barat 1.0645 7 11.721 6 9.414 1 44.029 195
Kabupaten Bangka Selatan 15.700 1.5850
Kabupaten Bangka Tengah 5.0181 77.524 78.040 75.881 9.417
Kabupaten Belitung 11.0638 975 131.091 451 196.617 3.206 247.053 4.387 285.773 7.112
Kabupaten Belitung Timur 2.8142 1.503 40.935 820 81.032 720 165.630 23.2871
Kota Pangkalpinang 14.8684 1.564 165.830 1.024 177.857 1.014 192.206 1.052
Sumber: Olahan berbagai sumber, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-95
4.4.2 Karakteristik Wisatawan
Karakteristik wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya menggunakan (a) data hasil survei pasar
wisatawan saat penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
(Ripparkab) Bangka Barat pada bulan September tahun 2016, dengan jumlah responden adalah
sebanyak 65, (b) data hasil survey online mengenai image dan persepsi wisatawan terhadap Kota
Muntok pada bulan September-Oktober tahun 2018, dengan jumlah responden adalah sebanyak
51, serta (c) data hasil survei primer yang dilakukan pada bulan Agustus-Oktober tahun 2018
dengan menyebarkan kuesioner di fasilitas penginapan di Kota Muntok sejumlah 61 responden.
a. Hasil Survei Wisatawan (Ripparkab Bangka Barat, tahun 2016)
Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil
sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi
wisatawan terhadap produk pariwisata di Kabupaten Bangka Barat secara umum.
1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan
Sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu sebesar 54%, sedangkan responden berjenis
kelamin perempuan memperoleh presentase sebesar 46%. Responden dengan presentase paling
besar adalah dengan rentang usia antara 26-40 tahun yaitu sebesar 46%. Lalu disusul dengan
rentang usia ≤ 17 tahun dengan presentase sebesar 23%, sementara yang berusia antara 18-25
tahun memperoleh presentase sebesar 16%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase
paling sedikit adalah dengan rentang usia antara 41-58 tahun yaitu sebesar 15%.
Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bangka Barat, yaitu sebesar 22%.
Setelah Bangka Barat, persentase terbesar kedua berasal dari Palembang, yaitu sebesar 13%.
Selanjutnya responden yang berasal dari Pangkalpinang sebesar 15%, Jakarta sebesar 12%, dan
Sungailiat sebesar 6%.
26%
12%
22%
15%
6%
5%
3% 3%
3%1%
2% 2%
Asal DaerahBangka Barat
Jakarta
Palembang
Pangkal Pinang
Sungailiat
Koba
Batam
Belitung Timur
Riau
Bogor
Jawa Barat
Jawa Tengah
Gambar 4.70 Profil Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal
Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-96
Dari segi pendidikan, responden sebagian besar berpendidikan terakhir SMA, yaitu sebesar 43%.
Responden dengan tingkat pendidikan sarjana mendapatkan presentase sebesar 37%, iikuti
dengan responden yang memiliki pendidikan D3 sebesar 14%. Sisanya yang memiliki pendidikan
Pascasarjana (S2) dan SMP masing-masing sebesar 3%.
Status pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar atau mahasiswa dengan persentase
sebesar 35%. Selanjutnya diikuti responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta
yang memperoleh presentase sebesar 29%. Responden yang berprofesi sebagai pengusaha
sebesar 23%. Sisanya 9% merupakan pegawai negeri, selanjutnya masing-masing sebanyak 2%
menjawab pekerjaan mereka dengan pilihan profesional dan lainnya.
Tabel 4.38 Profil Sosio-Demografis Wisatawan Kabupaten Bangka Barat
PROFIL PERSEN
A. JENIS KELAMIN
Laki-laki 54,0%
Perempuan 46,0%
Jumlah 100,0%
B. UMUR
26-40 tahun 46,0%
< 18 tahun 23,0%
18-25 tahun 16,0%
41-58 tahun 15,0%
Jumlah 100,0%
C. TINGKAT PENDIDIKAN
SMA 43,0%
S1 37,0%
D3 14,0%
SMP 9,0%
S2 3,0%
Jumlah 100,0%
D. PEKERJAAN
Pelajar 35,0%
Karyawan Swasta 29,0%
Wiraswasta 23,0%
PNS 9,0%
Professional 2,0%
Lainnya 2,0%
Jumlah 100,0%
E. PENDAPATAN PER BULAN
Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000 37,0%
< Rp 2.000.000 34,0%
Rp 6.000.001 - Rp 8.000.000 14,0%
Rp 4.000.001 - Rp 6.000.000 11,0%
> Rp 8.000.000 4,0%
Jumlah 100,0%
JUMLAH POPULASI (N) 65
Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
Sebagian besar responden memiliki pendapatan perbulan sebesar Rp. 2.000.001 hingga Rp.
4.000.000. Lalu disusul dengan responden yang pendapatan perbulannya ≤ Rp. 2.000.000 yaitu
sebesar 34%. Selanjutnya, sebesar 14% responden menjawab bahwa pendapatan perbulan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-97
adalah Rp. 6.000.001 – Rp. 8.000.000, sisanya sebesar 11% menjawab memiliki pendapatan
sebesar Rp. 4.000.001 – Rp. 6.000.000 dan 4% sebesar ≥ Rp. 8.000.001.
2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan
Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik
perjalanan wisnus. Responden mayoritas sudah pernah datang ke Bangka Barat dengan
presentase 85%, dan memiliki motivasi melakukan perjalanan ke Bangka Barat untuk berlibur
(50%) Hal ini menunjukkan Bangka Barat telah menjadi tujuan untuk berwisata dan telah memiliki
“repeater” wisatawan.
Dalam kunjungannya, responden rata-rata menghabiskan 2-3 hari (44%) dan >3 hari (31%)
selama di Kabupaten Bangka Barat, dengan menggunakan fasilitas penginapan berupa hotel
sebesar 46%, dan yang menginap di rumah keluarga atau teman yaitu sekitar 42%,
Fasilitas makan dan minum yang paling banyak digunakan oleh responden selama berkunjung di
Bangka Barat adalah rumah makan yaitu sebesar 51%. Sementara dengan perolehan persentase
sebesar 29% selama berkunjung di Bangka Barat melakukan aktivitas makan dan minum di
rumah keluarga atau temannya. Sisanya sebesar 17% menjawab warung makan dan 3%
menjawab lainnya.
Mayoritas responden yang berkunjung ke Bangka Barat yaitu sebesar 34% mengeluarkan dana
sekitar Rp. 1.000.000 hingga Rp 3.000.000 selama berkunjung ke Bangka Barat. Selanjutnya
dengan perolehan sebesar 31% responden mengeluarkan dana sekitar Rp. 500.000 hingga Rp.
1.000.000 dan 15% sebesar > Rp. 3.000.000.
Tabel 4.39 Karakteristik Perjalanan Wisatawan Kabupaten Bangka Barat
KARAKTERISTIK PERSEN
A. PERNAH BERKUNJUNG KE BANGKA BARAT
Ya 85,0%
Tidak 15,0%
Jumlah 100,0%
B. TUJUAN/MOTIVASI
Liburan/rekreasi 50,0%
Mengunjungi Keluarga/Teman 28,0%
Berbisnis 17,0%
Lainnya 5,0%
Jumlah 100,0%
C. LAMA KUNJUNGAN
2-3 hari 44,0%
>3 hari 31,0%
1 hari 25,0%
Jumlah 100,0%
D. FASILITAS PENGINAPAN
Hotel 46,0%
Rumah Keluarga/Teman 42,0%
Tidak menginap 12,0%
Jumlah 100,0%
E. FASILITAS MAKAN/MINUM
Rumah Makan 51,0%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-98
KARAKTERISTIK PERSEN
Rumah Keluarga/Teman 29,0%
Warung Makan 17,0%
Lainnya 3,0%
Jumlah 100,0%
F. PENGELUARAN BERWISATA
Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 34,0%
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 31,0%
> Rp 3.000.000 15,0%
Rp 100.000 - Rp 300.000 11,0%
Rp 300.000 - Rp 500.000 9,0%
Jumlah 100,0%
JUMLAH POPULASI (N) 65
Sumber: RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, persentase terbesar, yaitu 26% wisatawan
mengunjungi Gunung Menumbing. Selanjutnya sebesar 23% berkunjung ke Pantai Tanjung Kalian,
diikuti sebesar 13% wisatawan berkunjung ke Museum Timah dan 10% ke Wisma Ranggam.
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa wisatawan sebagian besar berkunjung ke daya
tarik wisata sejarah yang berada di KSPP Muntok dan sekitarnya.
Gambar 4.71 Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi di Bangka Barat
Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
Gunung Menumbing merupakan tempat yang paling disukai oleh wisatawan, yaitu sebanyak 38%.
Wisatawan menyukai Gunung Menumbing karena cerita sejarah yang ada di daya tarik wisata ini,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-99
selain itu melalui Gunung Menumbing, wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam dari atas
bangunan Pesanggrahan Menumbing. Selanjutnya, sebanyak 26% wisatawan menjawab bahwa
Pantai Tanjung Kalian merupakan daya tarik wisata yang mereka sukai. Pantai Tanjung Kalian
disukai oleh wisatawan karena adanya wisata kuliner berupa otak-otak yang dapat mereka
nikmati. Selain itu, di Pantai Tanjung Kalian terdapat menara suar yang dapat dipergunakan untuk
melihat suasana sekitar Pantai Tanjung Kalian. Selanjutnya, sebanyak 15% wisatawan menjawab
Pantai Siangau sebagai daya tarik wisata yang mereka sukai, hal ini dikarenakan karakteristik
pantainya yang memiliki hamparan pasir putih dan bebatuan granit yang besar, sehingga dapat
digunakan untuk bersantai maupun melakukan aktivitas fotografi.
Gambar 4.72 Daya Tarik Wisata yang disukai di Bangka Barat
Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
Sejarah dan budaya yang berada di Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu daya tarik
utama kabupaten ini. Hal ini dibuktikan dengan jawaban sebanyak 41% responden yang
mengatakan bahwa sejarah dan budaya di Kabupaten Bangka Barat merupakan hal yang mereka
sukai. Selain itu, sebanyak 26% menjawab bahwa kuliner yang ada di Kabupaten Bangka Barat
merupakan hal yang mereka sukai. Selanjutnya sebanyak 24% menjawab pantai dan sisanya
sebanyak 9% menjawab hal yang mereka sukai adalah keramahtamahan masyarakatnya. Hasil ini
menunjukkan tema utama (pariwisata warisan budaya) dan tema pendukung (wisata kuliner)
KSPP Muntok dan sekitarnya telah sesuai dengan apa yang menjadi pengalaman mengesankan
bagi wisatawan selama berkunjung ke Bangka Barat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-100
Gambar 4.73 Hal yang disukai di Bangka Barat
Sumber : RIPPARKAB Bangka Barat, 2016
b. Hasil Survei Wisatawan Online Tahun 2018
Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan hasil Survey Online yang akan disajikan dalam 2 (dua)
bagian, yaitu profil sosio-demografis serta persepsi terhadap Kota Muntok.
1. Profil Sosio Demografis
Responden dengan presentase paling besar adalah dengan rentang usia antara 26-35 tahun yaitu
sebesar 49,0%. Lalu disusul dengan rentang usia 18-25 tahun memperoleh presentase sebesar
33,3%, kemudian sisanya yang memiliki jumlah presentase paling sedikit adalah dengan rentang
usia antara 36-55 tahun yaitu sebesar 17,6%.
Responden terbanyak berdasarkan daerah asal adalah dari Bandung, yaitu sebesar 39,2%.,
persentase terbesar kedua berasal dari Jakarta, yaitu sebesar 11,8%. Selanjutnya responden yang
berasal dari Semarang dan Pangkalpinang sebesar 7,8%. Selain dari dalam negeri, terdapat juga
satu responden dari mancanegara yang berasal dari Amerika.
Tabel 4.40 Profil Sosio Demografis Responden Kuesioner Online
PROFIL PERSEN
A. UMUR
26-35 tahun 49,0%
18-25 tahun 33,3%
36-55 tahun 17,6%
Jumlah 100,0%
B. DAERAH ASAL
Bandung 39,2%
Jakarta 11,8%
Semarang 7,8%
Pangkal Pinang 7,8%
Bekasi 3,9%
Sungailiat 3,9%
Cimahi 2,0%
Ciamis 2,0%
Sumedang 2,0%
Depok 2,0%
Tanggerang 2,0%
Kuningan 2,0%
Surabaya 2,0%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-101
PROFIL PERSEN
Paser 2,0%
Medan 2,0%
Pekanbaru 2,0%
Balikpapan 2,0%
Muntok 2,0%
Palm Springs 2,0%
Jumlah 100,0%
JUMLAH POPULASI (N) 51
Sumber: Survey Online, 2018
2. Persepsi Tentang Kota Muntok
Hasil survey menunjukkan 62,0% responden belum pernah mengunjungi Kota Muntok, namun
63,5% sudah pernah mendengar Kota Muntok dari teman (33,3%), kerabat (18,8%), serta internet
dan media sosial (18,8%). Kota sejarah menjadi yang paling tinggi (48,6%) ketika ditanya terhadap
responden yang pernah mendengar tentang Kota Muntok. Hal ini menunjukkan citra Kota Muntok
yang paling diingat adalah sebagai kota sejarah. Hal ini juga sejalan dengan penilaian responden
yang pernah mengunjungi Kota Muntok dengan menjawab kota bersejarah (22,7%) sebagai kesan
yang didapat ketika mengunjungi Kota Muntok. Mayoritas responden (90,4%) tertarik untuk
mengunjungi Kota Muntok, namun ketersediaan waktu dan kurangnya informasi (32,0%) menjadi
hambatan utama alasan responden belum mengunjungi Kota Muntok. Hal ini menunjukkan
perlunya peningkatan penyebaran informasi mengenai pariwisata Kota Muntok.
Tabel 4.41 Persepsi Responden Kuesioner Online terhadap Kota Muntok
PERSEPSI PERSEN
A. PERNAH MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK
Belum pernah 62,0%
Pernah 38,0%
Jumlah 100,0%
B. PERNAH MENDENGAR KOTA MUNTOK
Pernah 63,5%
Belum pernah 36,5%
Jumlah 100,0%
C. DARI MANA MENDENGAR KOTA MUNTOK
Teman 33,3%
Kerabat dan keluarga 18,8%
Internet dan media sosial 18,8%
Penduduk asli atau tempat kelahiran 8,3%
Tempat kerja 6,3%
Buku sejarah 4,2%
Media elektronik 4,2%
Pernah berkunjung 4,2%
Peta 2,1%
Media cetak 0,0%
Jumlah 100,0%
D. PENDAPAT TENTANG KOTA MUNTOK
Kota sejarah 48,6%
Kota yang menarik dan unik 11,4%
Kurang tertata/ belum dikembangkan 11,4%
Kota tua 8,6%
Kota tambang timah 5,7%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-102
PERSEPSI PERSEN
Kota Kecil 5,7%
Kota diujung pulau Bangka 2,9%
Kota yang tenang dan bersih 2,9%
Branding 2,9%
Jumlah 100,0%
E. KESAN TERHADAP KOTA MUNTOK
Kota besejarah 22,7%
Luar biasa 18,2%
Belum tertata 18,2%
Harmonis dan ramah 13,6%
Tenang dan bersih 9,1%
Kota tua 9,1%
nyaman 4,5%
Menyenangkan 4,5%
Jumlah 100,0%
F. TERTARIK MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK
Ya 90,4%
Tidak 9,6%
Jumlah 100,0%
G. HAMBATAN MENGUNJUNGI KOTA MUNTOK
Waktu 32,0%
Kurang informasi 32,0%
Jarak 14,0%
Biaya 10,0%
Kemudahan akses 8,0%
Transportasi 2,0%
Akomodasi 2,0%
Jumlah 100,0%
JUMLAH POPULASI (N) 51
Sumber: Survey Online, 2018
c. Hasil Survei Primer Wisatawan Tahun 2018
Berikut ini deskripsi karakteristik wisatawan yang akan disajikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu profil
sosio-demografis, karakteristik dan pola perjalanan wisatawan, serta persepsi dan preferensi
wisatawan terhadap produk pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.
1. Profil Sosio-Demografis Wisatawan
Profil wisatawan menggambarkan karakteristik responden yang berhasil dijaring dalam survei
yang dilakukan. Berdasarkan hasil survei tersebut, responden wisatawan yang berkunjung ke
KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar merupakan wisatawan yang berada pada kelompok
umur 26-35 tahun (37,0%) dan 18-25 tahun (33,3%), yaitu kelompok produktif yang telah
memasuki kematangan sosial dan ekonomi serta kelompok umur remaja.
Responden wisatawatan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan tingkat
pendidikan menengah atas dan tinggi. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh segmen wisatawan ini
selain untuk bersenang-senang, juga mencari pengembangan pengetahuan, wawasan,
pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-103
Selain yang masih berstatus pelajar, status pekerjaan pun menunjukkan bahwa sebagian besar
responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan mereka yang telah telah memiliki
status pekerjaan tetap. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pegawai swasta (44,0%),
pelajar (18,5%) dan pengusaha (14,8%).
Kemampuan ekonomi responden wisatawan KSPP Muntok dan sekitarnya ditunjukkan dari
pendapatan rumah tangga per bulan. Sebagian besar dari mereka masih berpendapatan rendah
< Rp 2.000.000 (32,7%), Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 (30,9%) dan Rp 4.000.000 – Rp
6.000.000 (21,8%).
Berdasarkan daerah tempat tinggalnya, sebagian besar responden wisnus masih berasal dari
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bangka, Pangkalpinang, Sungai Liat,
Tanjungpandan, dan Bangka Barat). Daerah lainnya yang juga berpotensi untuk menjadi daerah
sumber pasar wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya adalah Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Sumatera Utara, serta Provinsi Banten.
Tabel 4.39 Profil Sosio-Demografis Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya
PERSEPSI PERSEN
A. JENIS KELAMIN
Laki-laki 67,9%
Perempuan 32,1%
Jumlah 100,0%
B. UMUR
26-35 tahun 37,0%
18-25 tahun 33,3%
36-55 tahun 26,0%
< 18 tahun 3,7%
Jumlah 100,0%
C. ASAL KABUPATEN
Bangka 12,0%
Palembang 12,0%
Malang 8,0%
Sidoarjo 8,0%
Yogyakarta 8,0%
Pangkalpinang 8,0%
Banyuasin 8,0%
Jombang 4,0%
Surabaya 4,0%
Magelang 4,0%
Tanggerang 4,0%
Cimahi 4,0%
Sungai Liat 4,0%
Tanjung Pandan 4,0%
Bangka Barat 4,0%
Karo 4,0%
Jumlah 100%
D. ASAL PROVINSI
Bangka Belitung 32,0%
Jawa Timur 24,0%
Sumatera Selatan 20,0%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-104
PERSEPSI PERSEN
Daerah Istimewa Yogyakarta 8,0%
Jawa Barat 4,0%
Jawa Tengah 4,0%
Sumatera Utara 4,0%
Banten 4,0%
Jumlah 100,0%
E. TINGKAT PENDIDIKAN
Sekolah Menengah Atas 44,6%
Sarjana (S1) 28,6%
D3 17,9%
Pascasarjana (S2) 5,4%
Sekolah Menengah Pertama 1,8%
Doktoral (S3) 1,8%
Jumlah 100%
F. PEKERJAAN
Pegawai Swasta 44,0%
Pelajar 18,5%
Pengusaha 14,8%
Lainnya 9,3%
Pegawai Negeri 7,4%
Profesional 5,6%
Jumlah 100%
G. PENDAPATAN PERBULAN
<Rp. 2.000.000 32,7% Rp. 2.000.001- Rp. 4.000.000 30,9% Rp. 4.000.001- Rp. 6.000.000 21,8% > Rp. 8.000.001 10,9% Rp. 6.000.001- Rp. 8.000.000 3,6%
Jumlah 100,0%
JUMLAH POPULASI (N) 61
Sumber: Survey Primer, 2018
Dengan kondisi sosial dan ekonomi yang telah dicapai responden wisatawan KSPP Muntok dan
sekitarnya, maka diperlukan upaya untuk membidik wisatawan dengan kondisi sosial dan
ekonomi yang lebih matang, sehingga nantinya akan menjadikan mereka sebagai wisatawan
reguler Kabupaten Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Segmen wisatawan
dengan kematangan sosial dan ekonomi memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dalam berwisata.
2. Karakteristik Perjalanan Wisatawan
Selain profil wisatawan nusantara (wisnus), hasil survei juga menggambarkan karakteristik
perjalanan wisnus. Kunjungan wisatawan ke KSPP Muntok dan sekitarnya hampir 60,7%
responden wisatawan merupakan wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Kabupaten
Bangka Barat khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya. Sebanyak 42,9% wisatawan nusantara
(wisnus) sudah pernah berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 3-4 kali dengan rata
rata tujuan berkunjung untuk liburan (26,7%), perjalanan bisnis (25,0%) dan mengunjungi
keluarga atau teman (20,0%).
Responden wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan wisatawan dengan lama tinggal
yang cukup, yaitu dua-tiga hari sebanyak 58,6% dan rata-rata responden wisnus memilih untuk
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-105
menginap di hotel melati/penginapan sebanyak 40,7% serta responden yang memutuskan untuk
kembali langsung dari KSPP Muntok dan sekitarnya sebanyak 22,0%.
Dalam kunjungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, responden lebih banyak memilih untuk
menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, maupun menyewa mobil atau bus untuk berkeliling
KSPP Muntok dan sekitarnya. Para responden rata-rata berpergian dan mengatur perjalanannya
sendiri atau bersama teman atau keluarganya untuk berwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya.
Responden wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya sebagian besar
mendapatkan informasi tentang pariwisata daerah ini dari keluarga atau teman dan internet atau
sosial media. Masih sedikit juga yang mendapat informasi dari agen perjalanan maupun media
elektronik. Berdasarkan hasil ini, penyediaan informasi dan pelayanan agen perjalanan maupun
media elektronik harus terus ditingkatkan agar dapat menjangkau pasar wisnus yang lebih luas
lagi.
Tabel 4.40 Karakteristik Perjalanan Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya
KARAKTERISTIK PERSENTASE
A. FREKUENSI PERJALANAN
Pernah Mengunjungi 60,7%
Pertama kali 39,3%
Jumlah 100,0%
B. TUJUAN PERJALANAN
Liburan 26,7%
Perjalanan Bisnis 25,0%
Mengunjungi keluarga/teman 20,0%
Penelitian 13,3%
Mengunjungi situs sejarah 10,0%
Memperdalam seni 1,7%
Acara Gathering 1,7%
Lainnya 1,7%
Jumlah 100,0%
C. FREKUENSI KUNJUNGAN
3-4 kali 42,9%
1-2 kali 28,6%
> 6 kali 28,6%
Jumlah 100,0%
D. LAMA KUNJUNGAN
2-3 hari 58,6%
<24 jam 27,6%
>6 hari 6,9%
3-4 hari 3,4%
5-6 hari 3,4%
Jumlah 100,0%
E. TEMPAT MENGINAP
Hotel melati/penginapan 61,5%
Hotel berbintang 23,1%
Rumah keluarga/teman 15,4%
Jumlah 100,0%
F. FASILITAS MAKAN MINUM YANG DIGUNAKAN
Rumah makan 36,1%
Warung makan 27,9%
Lainnya 19,7%
Restoran 13,1%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-106
KARAKTERISTIK PERSENTASE
Rumah keluarga/teman 3,3%
Jumlah 100,0%
G. MODA TRANSPORTASI MENUJU KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Kendaraan roda empat 37,7%
Kendaraan roda dua 26,2%
Kapal laut 23,0%
Lainnya 13,1%
Jumlah 100,0%
H. MODA TRANSPORTASI SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Sepeda motor 50,0%
Mobil pribadi 22,2%
Sewa mobil/bus 20,4%
Transportasi umum 3,7%
Mobil dinas 3,7%
Jumlah 100,0%
I. TEMAN PERJALANAN
Sendiri 30,0%
Teman (1-3 orang) 23,3%
Keluarga/saudara (1-3 orang) 18,3%
Rekan kerja (1-3 orang) 16,7%
Teman (4-6 orang) 3,3%
Rekan kerja (4-6 orang) 3,3%
Lainnya 1,7%
Keluarga/saudara (4-6 orang) 1,7%
Keluarga/saudara(>6 orang) 1,7%
Jumlah 100,0%
J. PENGATUR PERJALANAN
Sendiri 55,1%
Teman/keluarga 28,6%
Sekolah/kantor 12,2%
Agen/biro perjalanan 4,1%
Jumlah 100,0%
K. SUMBER INFORMASI
Keluarga/teman 37,7%
Internet/sosial media 27,9%
Agen/biro perjalanan 4,9%
Lingkungan kerja 4,9%
Media cetak 3,3%
Media elektronik 3,3%
Jumlah 100,0%
Sumber: Survey Primer, 2018
3. Persepsi dan Preferensi Wisatawan
Hal yang pertama terlintas saat mendengar KSPP Muntok dan sekitarnya adalah kota sejarah dan
kota tua, hal ini menunjukkan potensi kekuatan wisata sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya telah
sangat dikenal dan menjadi citra dari KSPP Muntok dan sekitarnya.
Pengeluaran berwisata responden wisnus selama berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya
bisa dibilang masih sangat rendah, sebagian besar di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000,
meskipun ada sebagian kecil responden yang mengeluarkan biaya untuk berwisata di KSPP
Muntok dan sekitarnya lebih dari Rp 3.000.000.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-107
Pesanggrahan Menumbing dan pantai-pantai di sekitar Muntok menjadi tempat yang paling
banyak dikunjungi wisnus selama berada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Meskipun demikian,
wisata sejarah menjadi kenangan yang paling berkesan.
Kurangnya kebersihan lingkungan menjadi hal yang tidak disukai wisatawan ketika berada di
KSPP Muntok dan sekitarnya, selain itu keterbatasan fasilitas transortasi umum juga menjadi
perhatian oleh wisatawan yang merasa hal tersebut perlu ditingkatkan.
Masih banyaknya situs sejarah yang belum dikunjungi menjadi alasan terbesar wisatawan
berminat kembali mengunjungi KSPP Muntok dan sekitarnya, hal ini menunjukkan pentingnya
peningkatan kualitas produk dan promosi terkait wisata sejarah di KSPP Muntok dan sekitarnya
agar semakin mendorong wisatawan untuk berkunjung.
Tabel 4.41 Persepsi dan Preferensi Wisatawan KSPP Muntok dan Sekitarnya
PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE
A. HAL YANG TERLINTAS SAAT MENDENGAR KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Kota sejarah dan kota tua 30,8%
Banyak daya tarik wisata 23,1%
Kota pengasingan Bug Karno 19,2%
Kota bekas tambang timah 11,5%
Belum pernah mendengar 7,7%
Ibukota Kabupaten Bangka Barat 3,8%
Makanan dan budayanya 3,8%
Jumlah 100,0%
B. PENGELUARAN SELAMA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Rp 100.000 - Rp 300.000 33,3%
Rp 300.001- Rp 500.000 31,7%
Rp 500.001 - Rp 1.000.000 20,0%
Rp 1.000.001 - Rp 3.000.000 13,3%
>Rp 3.000.000 1,7%
Jumlah 100,0%
C. KESAN SETELAH BERKUNJUNG KE KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Masyarakatnya ramah dan menyenangkan 42,3%
Suasana yang tenang dan sepi 15,4%
Wisata sejarahnya 15,4%
Tertib dan bersih 7,7%
Pemandangan yang bagus 7,7%
Mendapat pengetahuan baru 7,7%
Kulinernya 3,8%
Jumlah 100,0%
D. TEMPA YANG DIKUNJUNGI
Pantai-Pantai di sekitar 71,0%
Pesanggrahan Menumbing 67,7%
Museum Timah 32,3%
Tanjung Kelian 19,4%
Wisma Ranggam 19,4%
Masjid dan Klenteng 12,9%
E. TEMPAT YANG PALING DISUKAI
Pesanggrahan Menumbing 51,6%
Pantai-pantai disekitar Muntok 35,5%
Museum Timah 9,7%
Klenteng Kong Fuk Miau 3,2%
Jumlah
100,0%
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-108
PERSEPSI DAN PREFERENSI PERSENTASE
F. PENGALAMAN YANG PALING BERKESAN
Wisata Sejarahnya 40,0%
Kegiatan seperti organisasi, penelitian, dan gathering 20,0%
Kulinernya 13.3%
Kerukunan dan keramahan masyarakat 13,3%
Ketenangan 6,7%
Bencana Banjir 6,7%
Jumlah 100,0%
G. YANG TIDAK DISUKAI SELAMA BERWISATA DI KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Kurangnya Kebersihan lingkungan 34,8%
Fasilitas dan sarana 17,4%
Penataan dan pengelolaan 13,0%
Lainnya 13,0%
Belum banyak pilihan kuliner 8,7%
Aksesibilitas 4,3%
Cuaca 4,3%
Bencana banjir 4,3%
Jumlah 100,0%
H. PELAYANAN DAN FASILITAS YANG HARUS DITINGKATKAN
Transportasi umum 26,3%
Wisata alam, budaya dan sejarahnya 21,1%
Sarana dan prasarana 15,8%
Kebersihan 15,8%
Akomodasi 10,5%
Hiburan seni 5,3%
Fasilitas wisata seperti petunjuk dan peta 5,3%
Jumlah 100,0%
I. TERTARIK KEMBALI BERKUNJUNG KE MUNTOK
Ya, karena banyak situs sejarah yang belum dikunjungi 45,0%
Ya, karena susananya tenang dan alami 15,0%
Ya, karena keluarga dan teman 15,0%
Ya, karena pekerjaan 10,0%
Ya, karena ingin melihat perkembangannya 10,0%
Ya, karena masyarakatnya ramah 5,0%
Jumlah 100,0%
Sumber: Survey Primer, 2018
Berdasarkan gambaran profil dan karakteristik perjalanan wisnus KSPP Muntok dan sekitarnya
dapat disimpulkan bahwa:
1. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya didominasi oleh wisatawan dari
dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kelompok umur 26-35 tahun serta
18-25 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah atas dan tinggi yang telah memiliki status
pekerjaan tetap;
2. Wisnus yang berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan kelompok wisatawan
yang potensial dan mudah dipengaruhi untuk melakukan perjalanan wisata, yaitu kelompok
usia produktif yang sedang menuju kematangan status sosial dan ekonomi (usia remaja dan
dewasa, pendidikan menengah atas-tinggi, golongan ekonomi menengah, status pekerjaan
tetap). Berwisata sudah menjadi kebutuhan utama segmen wisnus ini dan dorongan dari teman
maupun orang-orang sekitar akan turut mempengaruhi keputusanya dalam berwisata.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-109
3. Wisnus di KSPP Muntok dan sekitarnya belum merupakan wisnus berkualitas, meskipun
dengan lama tinggal cukup lama (2-3 hari) namun memiliki rata-rata pengeluaran berwisata
yang masih sangat rendah Rp 100.000 - Rp 300.000 serta Rp 300.001 - Rp 500.000;
4. Produk pariwisata sejarah yang berkualitas dan berbasis pengetahuan harus dikembangkan
untuk dapat menyasar wisatawan yang lebih berkualitas, yaitu menyasar wisatawan yang
memiliki status ekonomi dan kesadaran terhadap lingkungan yang tinggi dan memiliki
kebutuhan yang lebih berkualitas dalam berwisata. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh
segmen wisatawan ini tidak hanya untuk sekedar bersenang-senang, tetapi juga ditujukan bagi
pengembangan pengetahuan, wawasan, pembelajaran, dan pengalaman bagi dirinya.
4.4.3 Upaya Promosi yang Telah Dilakukan
Upaya promosi pariwisata Kabupaten Bangka Barat yang dilakukan oleh pemerintah daerah
melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagian besar merupakan penyelenggaraan even.
Beberapa even yang diselenggarakan pada tahun 2018 diantaranya Festival Jiran Nusantara pada
6-8 September, Pagelaran Seni Lintas Budaya pada bulan Oktober, serta pelestarian nilai sejarah
pada 1-6 Mei. Hingga tahun 2018 ini belum ada upaya untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai karakteristik dan preferensi wisatawan terhadap produk pariwisata Kabupaten Bangka
Barat, khususnya terkait Kota Tua Muntok. Hal ini sangat penting agar upaya pemasaran yang
dilakukan dapat tepat sasaran dan efektif, sesuai dengan karakteristik dan preferensi wisatawan.
Berikut ini adalah data even/kegiatan wisata yang terselengara di Kecamatan Muntok pada tahun
2018.
Tabel 4.42 Data Even Pariwisata di Kecamtan Muntok Tahun 2018
NO KEGIATAN PELAKSANAAN LOKASI
1 Pemilihan Bujang Dayang 10 - 14 Juli 2018 Kecamatan Muntok
2 Festival Jiran Nusantara 6 - 8 September 2018 Kecamatan Muntok
3 Lomba Lintas Alam 11 November 2018 Kecamatan Muntok
4 Lomba Gasing Desember 2018 Kecamatan Muntok
5 Festival Bumi Sejiran Setason Juli 2018 Kecamatan Muntok
6 Pagelaran Seni Lintas Budaya Oktober 2018 Kecamatan Muntok
7 Pesta Adat Tanjung Punai 22 April 2018 Dusun Tanjung Punai, Desa Belo Laut,
Kecamatan Muntok
8 Pawai Obor Pal 4 12 Mei 2018 Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo
Laut, Kecamatan Muntok
9 Pesta Adat Dusun Daya Baru 23 Agustus 2018 Dusun Daya Baru, Pal 4, Desa Belo
Laut, Kecamatan Muntok
10 Do'a dan Ziarah Arwah Kute
Seribu 24 Agustus 2018 Kecamatan Muntok
11 Sembahyang Rebut Muntok Agustus 2018 Kecamatan Muntok
12 Sembahyang Bulan Muntok September 2018 Kecamatan Muntok
13 Pelestarian Nilai Sejarah 1-6 Mei 2018 Kecamatan Muntok
Sumber: Disparbud Bangka Barat, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-110
4.5 Kelembagaan Kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional menjelaskan bahwa kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan
unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme
operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian
tujuan di bidang kepariwisataan. Pada bagian ini, akan dibahas hal-hal terkait kelembagaan
kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah
kabupaten/kecamatan, Organisasi pariwisata di lingkungan masyarakat/komunitas dan lain-lain,
dan SDM di bidang pariwisata.
4.5.1 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kecamatan
Organisasi perangkat daerah merupakan salah satu bentuk kelembagaan yang berperan
membangun kerangka pembangunan kepariwisataan, baik dalam bentuk kebijakan dan regulasi
maupun dalam bentuk pembangunan prasarana dan sarana umum. Dalam pembangunan KSPP
Muntok dan sekitarnya, yang berperan tidak hanya OPD di tingkat kecamatan, tetapi juga secara
lebih luas OPD di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bangka Barat dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat,
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Barat, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangka Barat. Kelembagaan
Perangkat Daerah Kabupaten Bangka Barat terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.
Tabel 4.43 Perangkat Daerah di Kabupaten Bangka Barat
No Bagian OPD
1 Badan • Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
• Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
• Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah
• Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah
• Badan Penanggulangan Bencana Daerah
• Inspektorat Daerah
2 Setda • Bagian Hukum
• Bagian Komunikasi Humas dan Protokol
• Bagian Organisasi dan Kelembagaan
• Bagian Pelayanan Data Elektronik
3 Dinas • Dinas Kelautan dan Perikanan
• Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
• Dinas Kesehatan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-111
No Bagian OPD
• Dinas Komunikasi dan Informatika
• Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perindustrian
• Dinas Lingkungan Hidup
• Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
• Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
• Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
• Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga
• Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
• Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
• Dinas Pertanian dan Pangan
• Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Perhubungan
• Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, dan Desa
• Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
• Satuan Polisi Pamong Praja
4 Kecamatan • Jebus
• Kelapa
• Muntok
• Parit Tiga
• Simpang Teritip
• Tempilang
5 Sekretariat • Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Sumber: Website Resmi Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Selain di tingkat kabupaten, OPD di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki
peranan penting dalam pembangunan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya, antara lain
sebagai berikut.
1. Badan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
4. Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan
5. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4.5.2 Organisasi Pariwisata di Lingkungan Masyarakat/Komunitas
Organisasi pariwisata memiliki peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan tidak
hanya sebagai mitra pemerintah tetapi juga sebagai pendamping bagi masyarakat. Organisasi ini
dapat berbentuk asosiasi-asosiasi maupun komunitas-komunitas yang bergerak di bidang
pariwisata. Diantara komunitas yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut.
a. Muntok Heritage Community
Muntok Heritage Community adalah suatu komunitas yang peduli terhadap Kota Tua Muntok,
kota bersejarah yang memiliki banyak cagar budaya, enam di antaranya telah ditetapkan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-112
sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu
Pesanggerahan Menumbing, Pesanggerahan Muntok, Kantor Pusat Eks PN Timah, Masjid
Jamik Muntok, Kelenteng Kung Fuk Miao, dan Rumah Mayor China. Komunitas ini terbentuk
pada tanggal 7 September 2011, tepat pada HUT Kota Muntok yang ke-277. MHC dibentuk
oleh beberapa orang yang berdomisili di Muntok, antara lain Chairul Amri Rani, Muhammad
Rizki, Syarifudin Isa, Rusli Rasyidie, Arman Abu Hurairah, Fakhrizal Abubakar, Hamdan
Rastam, Amnar Hafizh. Muntok Heritage Community memiliki tujuan pelestarian Kota Tua
Muntok. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas ini adalah sebagai berikut.
• Tahun 2011 menyelenggarakan pameran foto yang memuat zaman prakolonial, kolonial,
Perang Dunia II dan Kemerdekaan.
• Tahun 2012 menyelenggarakan perlombaan permainan tradisional.
• Tahun 2013 menyelenggarakan tidak kurang dari 15 kegiatan dalam upaya mendorong
Kota Muntok sebagai Kota Pusaka. Kegiatan tersebut diantara lain:
o melakukan konsultasi ke Balai Arkeologi Palembang;
o menyelenggarakan seminar menuju Muntok sebagai Kota Pusaka;
o melaksanakan lomba permainan tradisional dan lomba lagu Melayu;
o membentuk subunit heritage kampung Petenun (Telukrubiah);
o menyelenggarakan workshop dalam rangka mengungkit apresiasi pelajar terhadap
sejarah dan cagar budaya;
o menyusun perencanaan guna revitalisasi/rehabilitasi/rekonstruksi kota tua Muntok;
o membentuk Tim Fasilitasi Pengelolaan Kota Pusaka; Melakukan konsultasi ke Balai
Penelitian Nilai Budaya di Tanjungpinang;
o melakukan konsultasi ke Balai Pelestarian Cagar Budaya di Jambi;
o melakukan penelusuran jejak keberadaan makam Nek Senguk (ibunda SMB I), Ratu
Iliring dan Rubia;
o Penyusunan buku The Hybrid Architecture of Colonial Tin Mining Town of Muntok yang
merupakan kerja sama antara Muntok Heritage Community (MHC) dengan PT Timah
(Persero), Tbk dan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia;
o melakukan sosialisasi dan edukasi di media massa melalui talkshow di radio dan
koran lokal;
o melaksanakan jalan santai napak tilas ke klaster kampung Melayu;
o Pameran Seribu Kue; dan
o Pameran Foto.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-113
b. Asosiasi Homestay Muntok
Asosiasi Homestay Muntok adalah komunitas bisnis rumah inap (penginapan) dan perjalanan
wisata yang berbasis pada masyarakat atau usaha kecil dan menengah (UKM). Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh asosiasi ini antara lain seperti membuat paket wisata sejarah,
jelajah alam, dan legenda; melakukan sosialisasi tentang pengelolaan dan pelayanan tamu
homestay (pada tahun 2015); serta melaksanakan acara homestay fair. Saat ini asosiasi
homestay ini sedang tidak aktif.
c. Komunitas Ojek
Komunitas ojek merupakan salah satu komunitas yang berpengaruh untuk mendukung
pengembangan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya. Terdapat 3 (tiga) komunitas
ojek yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yaitu Komunitas Ojek Polres, Komunitas Ojek
Koramil, dan Komunitas Honda. Komunitas Ojek ini cukup sering mengantar wisatawan yang
ingin berkeliling Kota Muntok. Untuk tariff, biasanya pengendara ojek belum punya standar
harga dan dapat bernegosiasi terlebih dahulu dengan penumpangnya.
d. Forum Peduli Menumbing
Forum Peduli Menumbing terbentuk karena kepedulian masyarakat terhadap Bukit
Menumbing yang semakin hari semakin rusak karena aktivitas penambangan timah. Padahal,
Bukit Menumbing merupakan hutan konservasi yang seharusnya dijaga kelestariannya. FPM
diketuai oleh Herman yang saat ini juga menjabat sebagai Lurah Sungai Daeng. Untuk
membantu menyelamatkan Menumbing, Herman bersama sejumlah warga setempat
mendirikan FPM yang memiliki tugas dan kewajiban menjaga keutuhan dan kelestarian flora
dan fauna yang ada didalamnya. FPM tidak dapat mengambil tindakan tegas kepada para
perusak kawasan Menumbing, namun dengan adanya FPM diharapkan dapat memberikan
sumbangsih dalam pengawasan dan pemantauan Bukit Menumbing.
e. Komunitas Mural
Komunitas mural merupakan salah satu komunitas berbasis minat yang ada di Kota Muntok.
Beberapa hasil kreatifitas dari komunitas ini dapat dilihat di klaster Cina berupa gambar-
gambar mural yang ada di dinding-dinding bangunan.
Selain dalam lingkup KSPP Muntok dan sekitarnya, komunitas yang berperan dalam
pengembangan kepariwisataan kawasan ini juga berasal dari komunitas di tingkat Kabupaten
Bangka Barat maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa komunitas ini adalah
sebagai beriku.
f. Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Bangka Belitung
ASPPI adalah sebuah asosiasi profesi dimana anggotanya adalah setiap orang yang berprofesi
di bidang pariwisata, baik itu hotel, travel agency, guide, restoran, transportasi dan pelaku
wisata lainnya. ASPPI Bangka Belitung terbentuk sejak tahun 2009 dan memiliki 26 anggota
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-114
yang tersebar di Belitung, Bangka Barat, dan Kota Pangkalpinang. ASPPI Bangka Belitung
berlokasi di Jln Masjid Jamik no. 62 Pangkalpinang. Visi dari asosiasi ini adalah memajukan
pariwisata Indonesia dengan meningkatkan profesionalisme pekerja pariwisatanya. Beberapa
kegiatan dari asosiasi ini adalah sebagai berikut.
• Wadah untuk meningkatkan SDM pariwisata agar lebih profesional dan memajukan
pariwisata daerah.
• Kegiatan peduli pariwisata yang ditujukan pada pembinaan kegiatan pariwisata kepada
masyarakat di daerah destinasi wisata
• Menggelar kegiatan Musyawarah Daerah I tahun 2013
• Menghimpun para pelaku wisata
• Menggelar Pelangi Travel Mart
• Membantu mempromosikan pulau-pulau yang ada di Bangka dan Belitung
g. Asosiasi Sales Travel Indonesia (ASATI) Bangka Belitung
ASATI merupakan sebuah asosiasi yang tidak hanya memasarkan dan mempromosikan
pariwisata, tetapi lebih jauh berorientasi pada membangun produk dan menjual produk yang
berkonsentrasi terhadap inbound guna meraih pasar wisata dunia. Kegiatan dari asosiasi ini
adalah sebagai berikut.
• Meningkatkan peraihan pasar wisata dunia guna berkunjung ke Indonesia dengan
mengikuti berbagai kegiatan ekspo seperti Central European Tourism Trade Fair” di negara
Ceko 15-18 Februari 2018, Muscat Festival di Oman pada 17 Januari-10 Februari 2018,
talk show “Halal Membawa Pesona” di Palembang
• Membangun produk dan menjual produk yang berkonsentrasi terhadap inbound guna
meraih pasar wisata dunia.
• Membangun sinergitas antara stakeholder serta memberikan kontribusi pemikiran juga
langkah-langkah dalam membuat inovasi produk guna meraih pasar wisatawan
mancanegara.
• Membuat paket-paket wisata dan mengadakan famtrip untuk mengeksplore Kepulauan
Bangka Belitung bekerjasama dengan Pemkab serta pelaku pariwisata Bangka.
• Melakukan pendataan semua jenis transportasi dan produk wisata
h. Assosiation of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) DPD Bangka Belitung
ASITA merupakan asosiasi travel agent yang ada di tingkat nasional dan memiliki cabang di
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. ASITA Bangka Belitung memiliki
kegiatan sebagai berikut.
• Mempromosikan pariwisata di Bangka Belitung dengan cara menarik para end user untuk
menjual pariwisata Bangka Belitung.
• Menjual paket-paket wisata
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-115
• Melakukan kegiatan analisis pasar
• Melakukan pengawasan kinerja dan fasilitas pada tiap perusahaan yang bergerak di
bidang travel.
• Menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda)
i. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD Bangka Belitung
PHRI merupakan asosiasi non-profit dari pemilik hotel dan restoran serta para profesional yang
memfokuskan kegiatannya untuk pengembangan dan pertumbuhan sektor-sektor penting
industri pariwisata di Indonesia. Sama seperti asosiasi lainnya yang ada di tingkat nasional,
PHRI juga memiliki cabang kepengurusan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. PHRI di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kegiatan sebagai berikut.
• Mengkoordinir proses sertifikasi perhotelan dan restoran se-Bangka Belitung,
• Melakukan kemitraan strategis dengan organisasi profesi di dunia pariwisata,
• Melakukan revitalisasi peran PHRI di tingkat kabupaten/kota.
• Menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) dan Rapat Kerja Nasional
(RAKERNAS)
• Mengadakan gathering dengan seluruh anggota PHRI Bangka Belitung
j. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Bangka Belitung
HPI adalah organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri, ditingkat Nasional, Provinsi
dan Kabupaten/Kota. HPI di Bangka Belitung memiliki kantor sekretariat yang berlokasi di Jl.
Masjid Jamik no. 62, Pangkalpinang. Beberapa kegiatan utama HPI adalah sebagai berikut.
• Menggelar pelatihan berbahasa asing
• Mengadakan sosialisasi tentang pemahaman terkait pariwisata daerah
• Mengadakan pelatihan pemandu wisata
k. HPI DPC Bangka Barat
HPI DPC Bangka Barat merupakan organisasi profesi yang bersifat non-politik dan mandiri
serta wadah bagi yang berada di Kabupaten Bangka Barat. HPI Bangka Barat saat ini
membawahi beberapa komunitas volunteer pemandu yang berada di Museum Timah Muntok.
4.5.3 Sumber Daya Manusia di bidang Pariwisata
Data mengenai sumber daya manusia yang khusus bekerja di bidang pariwisata belum tersedia
secara rinci. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, kondisi sumber daya
manusia di bidang pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya akan diuraikan sebagai berikut.
1. Sumber daya manusia yang bekerja di pemerintahan
Dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bangka Barat, urusan kepariwisataan berada
langsung di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pemegang peranan penting.
Meskipun begitu, pengembangan kepariwisataan sangat bergantung pada sektor-sektor lain
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-116
yang ada dalam lingkup pemerintahan baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di
dalam lingkup pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
memiliki struktur organisasi sebagai berikut.
Gambar 4.74 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat
2. Sumber daya manusia yang bekerja sebagai pemandu wisata (guide)
Daya tarik wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya banyak yang merupakan daya tarik wisata
berbasis sejarah, sehingga sangat membutuhkan interpretasi pariwisata agar pengunjung
dapat mengetahui sejarah dari masing-masing lokasi. Beberapa tempat wisata di KSPP
Muntok dan sekitarnya sudah memiliki pemandu wisata (guide) seperti yang ada di Wisma
Ranggam. Guide yang ada akan menjelaskan secara rinci tentang sejarah, barang-barang,
serta foto-foto yang ada di Wisma Ranggam. Namun jumlah guide yang ada masih terbatas,
sehingga belum dapat mengakomodir kunjungan dalam jumlah besar.
Selain di Wisma Ranggam, pemandu juga dapat ditemui di Museum Timah Muntok. Walaupun
begitu, masing-masing barang ataupun waktu bersejarah sudah dijelaskan dalam papan
interpretasi yang tersedia, sehingga wisatawan dapat mengetahui sejarahnya walaupun tidak
ditemani dengan pemandu. Wisma Menumbing juga merupakan salah satu lokasi bersejarah
yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya. Namun di lokasi ini belum dapat ditemui pemandu
(guide) untuk menerangkan tentang sejarahnya pada pengunjung. Keberadaan pemandu
(guide) kedepannya merupakan kebutuhan dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP
Muntok dan sekitarnya. Pemandu perlu menguasai dan memahami sejarah KSPP Muntok dan
sekitarnya secara keseluruhan, dikarenakan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-117
Gambar 4.75 Pemandu Wisata di Wisma Ranggam
Sumber: Hasil Survey, 2018
3. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas akomodasi
Fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya pada umumnya dikelola secara langsung
oleh pemiliknya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kunjungan yang tidak tinggi dan hanya pada
waktu-waktu tertentu, sehingga dibutuhkan efisiensi biaya pengelolaan. Mayoritas sumber
daya manusia pariwisata yang bekerja di bidang perhotelan tidak memiliki latar belakang
pendidikan dari bidang perhotelan ataupun pariwisata. Untuk lebih jelasnya, sumber daya
manusia pariwisata yang bekerja di fasilitas akomodasi di KSPP Muntok dan sekitarnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.44 Sumber Daya Manusiia di Fasilitas Akomodasi
Nama Hotel/
Penginapan
Jumlah
Pekerja
Keterangan
Hotel Yasmien 25 orang 1 orang lulusan sekolah perhotelan (supervisor hotel),
2 orang lulusan SMK perhotelan, dan yang lain bukan
berlatar belakang pendidikan perhotelan
Penginapan
Sandy
1 orang Bekerja untuk operasional penginapan
Penginapan
Arwana
5 orang Bekerja untuk operasional penginapan
Penginapan
Sampoerna Cipta
6 orang Bekerja untuk operasional penginapan dengan
pergantian shift kerja
Penginapan Kita 1 orang Hanya bertugas untuk urusan kebersihan penginapan
Hotel Berkah
Kalian
2 orang Keseluruhan operasional hotel dikerjakan oleh pemilik
hotel
Adhika 1 -
EB Global 2 -
Pegagan 3 -
Pasadena 24 -
Sederhana 4 -
Asia 3 -
Taman Duku 4 - Sumber: Data dari Dinas Pariwisata dan Budaya dan Hasil survey, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-118
4. Sumber daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum
Sumber daya manusia lain yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan adalah sumber
daya manusia yang bekerja di fasilitas makan dan minum meliputi restoran/ rumah makan/ usaha
kuliner. Selain menjadi suatu kebutuhan, wisatawan yang datang ke suatu daerah cenderung ingin
mencoba kekhasan dari daerah tersebut, termasuk makanannya. Berikut adalah jumlah sumber
daya manusia yang ada di KSPP Muntok dan sekitarnya yang bekerja di fasilitas makan dan
minum.
Tabel 4.45 Sumber Daya Manusia di Fasilitas Makan dan Minum
No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah
Karyawan
Kecamatan Muntok
1 Shela 4
2 Iyobana 5
3 Pegagan 3
4 Uni-Nopi 4
5 Talago Minang 2
6 Griya 8
7 Rumah Keboen 3
8 Resto & Café Menumbing 10
9 Warjo 4
Kecamatan Kelapa
10 Melati 5
11 Mawar
12 Nur 1
13 Surya Minang Saiyo
14 Vioza 2
15 Café Pempek Tasya 5
16 Lamongan Fajar 2
17 Sabar Subur Solo
18 Putra Berkah
19 Ibu Pailan
20 Do’a Bunda
21 Mba Siti Wonosobo
22 Simpang Ibul
23 Aisyah
Kecamatan Jebus
24 Palapa 3
25 Takana Bundo 3
26 Hailai
27 S. M Caffe 6
28 Putri Sago
Kecamatan Parit Tiga
29 Bumdes 4
30 Pesona Tanjung Ru Bakit 7
31 Taman Duku 4
32 Bersahabat 3
33 Berkah 2
34 Tiga Putra 5
35 Mauniang 2
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-119
No Nama Restoran/ Rumah Makan Jumlah
Karyawan
36 Kopitiam Korea 1
37 Pecel Lele 388 8
38 Kedai Kopi 74 4
39 Pondok Rumbo 4
Kecamatan Tempilang
40 Aroma Minang 4
41 MInang Jaya 4
42 Selera Kita 2
43 Rumpun Padi 3
44 Bunda 2
45 Selera Basamo 2
46 Bakso Tempilang 2
47 Nasi Bakar Safira 2
Kecamatan Simpang Teritip
48 Iyobana 2
49 Selera Anda 2
50 RM Diah 5
Selain dari fasilitas makan dan minum dalam bentuk restoran maupun rumah makan, Kota
Muntok dikenal sebagai Kota Seribu Kue. Oleh karena itu, usaha dan industri kuliner berkembang
dengan cukup baik di kota ini, khususnya untuk penganan kue. Perkembangan kue di kota ini
dimulai sejak masa krisis timah di tahun 1980-1990an, yang menyebabkan masyarakat maupun
pemerintah harus mencari alternatif usaha ekonomi lainnya. Namun, keberadaan usaha kue ini
tidak hanya berperan untuk perekonomian di Kota Muntok saja, tetapi juga dalam pengembangan
kepariwisataan.
Sumber daya manusia yang bekerja di industri kue mayoritas berada di Klaster Melayu tepatnya
di Kampung Tanjung. Usaha kue-kue ini pada umumnya adalah industri rumah tangga yang
dijalankan oleh Ibu-ibu. Peralatan yang digunakan juga masih sederhana serta pekerja biasanya
masih berasal dari kalangan keluarga atau tetangga sendiri.
Gambar 4.76 Pelaku Pembuat Kue di KSPP Muntok dan sekitarnya
Sumber: Hasil Survey, 2018
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-120
4.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan KSPP
Muntok dan Sekitarnya
Hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok
dan sekitarnya berdasarkan pilar-pilar pembangunan kepariwisataan (destinasi pariwisata,
industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan) dapat dilihat pada
uraian berikut.
4.6.1 Potensi
A. Destinasi Pariwisata
1. Keanekaragaman daya tarik wisata budaya dan sejarah KSPP Muntok dan sekitarnya
dengan berbagai peninggalan benda cagar budaya yang dapat diangkat sebagai identitas
kawasan.
KSPP Muntok dan sekitarnya memiliki dokumentasi sejarah yang baik dimana setiap masa
atau periode sejarah tertentu meninggalkan jejak berupa situs dan bangunan bersejarah.
Potensi kekayaan sejarah terkait dengan Kesultanan Palembang, Penjajahan Inggris,
Penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang (Perang Dunia ke-II), Perjuangan Kemerdekaan
(Agresi Militer Belanda II), dan sejarah terkait pertambangan timah di KSPP Muntok dan
sekitarnya dapat dikembangkan sebagai produk wisata edukasi bagi para pelajar dan
mahsiswa dan juga produk wisata perjalanan sejarah bangsa (historical trip/heritage trail)
bagi wisatawan.
2. Keragaman etnis dan budaya masyarakat KSPP Muntok yang masih dapat dilihat dan
dirasakan (upacara adat, kesenian, tarian, permainan tradisional dll).
Upaya-upaya dalam mempertahankan budaya tradisi agar tetap lestari terus dilakukan
melalui berbagai kegiatan seperti upacara adat, pagelaran kesenian, sedekah adat,
permainan tradisional, tari-tarian, peralatan tradisional dan lain sebagainya. Selain itu,
terdapat agenda rutin festival budaya tahunan yang diselenggarakan di KSPP Muntok dan
sekitarnya.
3. Keragaman kuliner khas yang terkait dengan budaya masyarakat dan didukung potensi
hasil perikanan tangkap;
Potensi kuliner khas berupa kue-kue tradisional jajanan pasar dimana terdapat kue yang
memiliki nilai sejarah terkait dengan Bung Karno, yaitu Kue Pelite sebagai kue kesukaan
Bung Karno, dan juga sistem perdagangan kue tradisional dimana terdapat sistem “Kue
Pulang” menjadi potensi yang dapat dikembangkan menjadi wisata kuliner dan wisata
kreatif kuliner tradisional. Selain itu, hasil perikanan tangkap telah mendorong
pengembangan wisata kuliner aneka makanan laut dan olahannya seperti kuliner pempek
udang, kemplang, otak-otak, terasi blacan, dan lain sebagainya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-121
4. Jarak Kota Muntok yang relatif tidak terlalu jauh dengan Pangkalpinang maupun
Palembang sebagai pintu masuk wisatawan, didukung oleh kondisi jalan yang baik dan
sarana prasarana transportasi lainnya.
Jalan Nasional Tanjung Kalian–Muntok–Pangkalpinang merupakan jalur lintasan
distribusi pergerakan orang dan barang dengan simpul utama pergerakan di Pelabuhan
Penyeberangan Tanjung Kalian yang menghubungkan KSPP Muntok dan sekitarnya
dengan Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, terdapat juga rencana pembangunan
pelabuhan penyebrangan di wilayah Tanjung Ular. Hal ini merupakan potensi sumber
pasar wisatawan yang cukup besar yang dapat diraih KSPP Muntok dan sekitarnya.
5. Ketersediaan fasilitas pariwisata maupun fasilitas umum pendukung pariwisata yang
cukup memadai;
Ketersediaan fasilitas akomodasi berupa hotel bintang dan hotel non-bintang dapat
mendukung pengembangan pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Selain itu, rumah-
rumah tradisional seperti rumah panggung Melayu berpotensi dikembangkan untuk
menjadi homestay. Demikian juga dengan keberadaan restoran/rumah makan, fasilitas
perbankan, perdagangan, kesehatan dan lain-lain yang dapat mendukung pengembangan
kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya.
6. Kepedulian masyarakat terhadap kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.
Beberapa asosioasi/organisasi dan kelompok masyarakat memperlihatkan
kepedualiannya terhadap warisan budaya dan sejarah Kota Tua Muntok. Adanya asosiasi
masyarakat yang bergerak di bidang warisan sejarah dan budaya serta karakter sosial
masyarakat lokal yang ramah dan memiliki toleransi yang tinggi ini dapat menjadi modal
utama dalam mendukung pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.
B. Industri Pariwisata
1. Keberadaan UMKM produk olahan laut maupun kuliner (khususnya kue) sebagai
penggerak industri pariwisata Muntok;
2. Ketersediaan usaha makan dan minum skala kecil (seperti warung makan dan kedai kopi).
C. Pemasaran Pariwisata
1. Citra Muntok sebagai destinasi pariwisata sejarah (sejarah perang dunia II, sejarah
pengasingan tokoh sejarah nasional dan sejarah pertambangan timah);
2. Terdapat agenda kepariwisataan dan kebudayaan yang rutin dilaksanakan;
3. Sejarah tragedi perang dunia ke-II di Muntok yang mendunia dan terdapat agenda rutin
terkait peringatan tragedi tersebut yang melibatkan peserta dari internasional (khususnya
dari Australia).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-122
D. Kelembagaan Kepariwisataan
1. Keberadaan organisasi/asosiasi/komunitas kepariwisataan, khususnya yang terkait
dengan Warisan Budaya dan Sejarah di Muntok;
2. Terdapat upaya dari berbagai Perangkat Daerah (Dinas-dinas terkait) dalam perencanaan
pembangunan Kota Pusaka Muntok;
4.6.2 Permasalahan
A. Destinasi Pariwisata
1. Perubahan bentuk (banyak) bangunan peninggalan sejarah yang sudah tidak sesuai
dengan aslinya, terkait belum adanya aturan yang tegas dari pemerintah atau pihak yang
berwenang dan kurangnya kesadaran masyarakat, umumnya terkait masalah finansial;
2. Budaya lokal yang mulai terancam akibat masuknya pengaruh budaya dari luar;
3. Kurangnya informasi yang lengkap terkait potensi daya tarik wisata budaya maupun
kuliner sebagai bahan interpretasi kepada wisatawan;
4. Belum memadainya angkutan umum dari pintu masuk wisatawan menuju Kota Muntok
maupun di dalam kawasan Muntok, serta integrasi antarmoda yang menghubungkan
pergerakan regional dengan internal;
5. Sedimentasi sungai akibat penambangan timah dan perusakan hutan khususnya di area
hulu sungai yang dapat menyebabkan banjir di Kota Muntok;
6. Pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok terhadap pelestarian,
pengembangan, dan pemanfaatan pusaka budaya (cultural heritage) yang masih
bervariasi;
7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan sejarah dan penguatan
budaya lokal, a.l. karena pemahaman dan tingkat penerimaan warga Kota Muntok
terhadap pariwisata dan manfaat pengembangan pariwisata yang masih bervariasi.
B. Industri Pariwisata
1. Kurangnya pembinaan UMKM maupun desa wisata dalam mendukung pengembangan
pariwisata Kawasan Muntok;
2. Masih belum berkembangnya industri pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya karena
para pelaku usaha yang belum sadar terhadap peluang usaha di bidang pariwisata.
C. Pemasaran Pariwisata
1. Belum optimalnya upaya promosi kegiatan even-even terkait kepariwisataan;
2. Belum optimalnya pemanfaatan media digital dalam mempromosikan pariwisata di
KSPP Muntok dan sekitarnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-123
D. Kelembagaan Kepariwisataan
1. Lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan kepariwisataan Muntok;
2. Masih rendahnya upaya regenerasi para pelaku asosiasi-asosiasi kepariwisataan,
khususnya asosiasi terkait warisan sejarah dan budaya di KSPP Muntok dan sekitarnya.
4.7 Isu Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan
Sekitarnya
Berdasarkan analisi terhadap potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan KSPP
Muntok dan sekitarnya, dapat dirumuskan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan KSPP
Muntok dan sekitarnya adalah sebagai berikut:
1. Komitmen dan peningkatan peran serta koordinasi antarpemangku kepentingan
Komitmen yang konsisten dari seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan KSPP
Muntok dan sekitarnya, di berbagai tingkatan sangatlah diperlukan dalam mendukung
pengembangan kawasan ini. Termasuk keterlibatan dari semua pihak dan korodinasi serta
kerjasama antara masyarakat lokal, komunitas (budaya dan sejarah), pemerintah, dan
swasta dalam pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya.
2. Integrasi dan implementasi kebijakan dan rencana
Berbagai penyusunan kebijakan dan dokumen perencanaan terkait KSPP Muntok dan
sekitarnya telah banyak dilakukan oleh pemerintah, baik dari tingkat kabupaten maupun
tingkat provinsi dan pusat (misalnya RTRW, RPJMD, Ripparkab, RDTR Perkotaan Muntok,
Rencana Aksi Kota Pusaka, RTBL dan DED Klaster Eropa, Melayu, dan Cina, dan lain
sebagainya). Upaya integrasi dan implementasi dari berbagai kebijakan dan rencana yang
telah disusun tersebut menjadi hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilakukan
dalam rangka mewujudkan pembangunan yang terintegrasi dan terpadu.
3. Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwisata lokal
Peningkatan kapasitas masyarakat dan usaha pariwsiata lokal terkait kepariwisataan
perlu dilakukan agar masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam pengembangan
kepariwisataan dan para pelaku usaha pariwisata lokal mampu memahami dan
menangkap peluang usaha sehingga dapat mengembangkan usahanya yang lebih baik di
bidang kepariwisataan. Kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait pemahan terhadap
pentingnya benda cagar budaya, pelestarian budaya dan sejara, manfaat pariwisata dan
sadar wisata untuk masyarakat dan pelaku usaha pariwisata local perlu dilakukan secara
rutin dan berlanjut agar dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan para pelaku
usaha local agar siap untuk berperan aktif dalam pengembangan kepariwisataan di KSPP
Muntok dan sekitarnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-124
4. Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya
Pengenalan (recognition) arti penting warisan budaya bangsa dalam perjalanan sejarah
Indonesia dapat menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri
bangsa. Pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah
pada pelestarian kebudayaan dan sejarah nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang
dapat dilakukan adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even-
eventakbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Hal tersebut perlu
dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya dan sejarah
yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Demikian juga melalui jalur formal
pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang
kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan
lokal kebudayaan daerah.
5. Peningkatan daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkungan merupakan aspek penting dalam mewujudkan pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism). Aspek penataan ruang dan
penyediaan ruang terbuka hijau di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di kawasan
Kota Tua Muntok, perlu dilakukan untuk meningkatkan dukung lingkungan sekaligus
dapat dikembangkan sebagai fasilitas umum pendukung pariwisata. Isu mendesak terkait
daya dukung lingkungan di KSPP Muntok dan sekitarnya, khususnya di Kota Tua Muntok,
diantaranya adalah terkait dengan kegiatan penambangan timah yang tidak menerapkan
pengelolaan dampaknya sehingga menyebabkan pendangkalan sungai dan berimplikasi
terhadap banjir karena luapan air sungai dan air pasang dari laut. Sehingga perlu ada
penertiban terkait penambangan timah tersebut dan perlu dilakukan upaya normalisasi
sungai dan penataan bangunan-bangunan sepanjang sungai.
6. Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya
Pengemasan nilai-nilai peninggalan sejarah serta keunikan budaya bertujuan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat luas sehingga dapat berperan dalam pelestarian
warisan sejarah (khususnya bagi generasi muda) dan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dimana dapat dikemas dalam bentuk kegiatan wisata (pariwisata heritage/warisan
budaya).
7. Aksesibilitas dan dukungan fasilitas serta prasarana penunjang pariwisata
Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam memberikan kemudahan bagi wisatawan
untuk berkunjung ke KSPP Muntok dan sekitarnya. Aksibilitas juga perlu dikelola secara
optimal sesuai dengan daya dukungnya agar tidak menimbulkan kemacetan. Upaya-upaya
dalam meningkatkan kemudahan aksesibilitas meunju KSPP Muntok dan sekitarnya
dapat dilakukan melaui pengembangan trayek angkutan antar kecamatan di Kabupaten
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 4-125
Bangka Barat yang terintegrasi antar pusat-pusat kecamatan dengan simpul-simpul
transportasi di Kabupaten Bangka Barat (seperti Pelabuhan Penyebrangan Tanjung Kelian
dan Rencana Pelabuhan Laut Tanjung Ular). Selain itu, perencanaan ulang terminal
angkutan muntok sebagai salah satu simpul transportasi di internal perkotaan muntok
juga dapat dilakukan untuk menunjang pergerakan di internal perkotaan Muntok.
8. Optimalisasi program pemasaran dan promosi
Optimalisasi program pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan berbagai media
digital perlu dilakukan, khususnya terkait dengan even-even pariwisata dan budaya,
sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus memberikan edukasi bagi
wisatawan dan masyarakat umum terkait warisan sejarah dan budaya yang ada di KSPP
Muntok dan sekitarnya.
top related