analisis kinerja keuangan pt charoen...
Post on 05-Feb-2018
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
NIM H34100083
ABSTRAK
PUTRI ANGGRAENI. Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand
Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Dibimbing oleh DWI RACHMINA
Pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk menilai keefektifan
manajemen sebuah perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan yang banyak
digunakan adalah rasio keuangan. Namun, pengukuran tersebut tidak cukup
untuk merefleksikan penciptaan kekayaan bagi pemegang saham. Sehingga
perlu dilengkapi dengan pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kinerja
keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia sebagai salah satu perseroan besar
di subsektor agribisnis perunggasan. Penelitian menggunakan analisis rasio
keuangan, EVA dan MVA. Setelah itu diukur juga hubungan antara rasio
keuangan terhadap EVA dan EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan
rasio keuangan, EVA dan MVA perseroan cenderung meningkat atau baik.
Rasio keuangan yang berpengaruh terhadap EVA hanya ROE, setiap kenaikan
ROE 1 persen maka EVA meningkat sebesar 5 497 504 juta rupiah. Hubungan
antara EVA dan MVA didapati tidak signifikan dalam penelitian.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, PT Charoen Phokpand dan rasio
keuangan
ABSTRACT
PUTRI ANGGRAENI. Financial Analysis Performances of PT Charoen
Phokpand Indonesia 2008-2012 periods. Supervised by DWI RACHMINA
Financial analysis is used to see how effective the performance of
management in a company. Financial measurement using financial ratios is
considered not enough provide overall creation of shareholder wealth. a
measurement has to be completed by Economic Value Added (EVA) and Market
Value Added (MVA). This research is conducted on PT Charoen Phokpand
Indonesia. It aims to look at the financial performance of the company through
the financial ratios measuring instruments, EVA and MVA. Its also see both of
the relationship between ratios and EVA and between EVA and MVA. The
study yielded information that the whole of the 2008 to 2012 financial ratios,
EVA and MVA tend to increase. It inform the company financial performances
is good. Financial ratios that affect EVA is only ROE, the corellation is
positive. If the ROE increased 1 percent, the EVA would also increase 5 497
504 millions. This analysis also found that between EVA and MVA is not
significantly related.
Keyword : EVA, financial performance, MVA, PT Charoen Phokpand, ratios
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PT CHAROEN PHOKPAND INDONESIA TBK (PERSERO)
PERIODE 2008-2012
PUTRI ANGGRAENI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk
(Persero) Periode 2008-2012
Nama : Putri Anggraeni
NIM : H34100083
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: An . ~:~ =""nerja Keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Perse;-, ? eriode 2008-2012
Nama : Putri Anggraeni NIM : H3 41000 3
Disetujui oleh
(jr-Dr Ir Dwi Rachrnina, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: 2 1 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ialah keuangan, dengan judul Analisis Kinerja Keuangan PT
Charoen Phokpand Indonesia Tbk (Persero) Periode 2008-2012. Penelitian
dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia dan PT Charoen Phokpand Indonesia,
sejak bulan November 2013 sampai Januari 2014
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Aprillia, MM selaku dosen penguji utama,
Ir Narni Farmayani, M Sc selaku dosen penguji Komisi Pendidikan, pihak Bursa
Efek Indonesia serta Bapak Dr Ir Syahrir Akil dan Suripto yang telah memberi
izin untuk meneliti PT Charoen Phokpand Indonesia. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada pihak BEI yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu,
Adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
kepada teman Agribisnis 47, Galih Puntadewa, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati,
Riska Prorina, M Hakim Haekal, Josia Anajohn, Ica, Nurafiah, Olha Siahaan,
Talita Mila, Masturoh dan Santika Hamidah yang banyak membantu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Putri Anggraeni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Pengukuran kinerja keuangan 5
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA 6
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Kinerja keuangan 7
Laporan keuangan 7
Rasio keuangan 9
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA) 11
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA) 14
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA 15
Pengaruh EVA terhadap MVA 15
Kerangka Pemikiran Operasional 16
METODOLOGI PENELITIAN 18
Lokasi dan Waktu Peneitian 18
Jenis dan Sumber Data 18
Metode Pengumpulan Data 18
Metode Pengolahan dan Analisis Data 18
Analisis rasio-rasio keuangan 19
Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA 19
Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA) 22
Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA 22
Analisis pengaruh EVA terhadap MVA 25
HASIL DAN PEMBAHASAN 26
Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia 26
Sejarah perusahaan 26
Visi, misi dan strategi perusahaan 27
Manajemen dan Struktur Organisasi 28
Kegiatan usaha perusahaan 28
Aspek pemasaran 29
Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi 31
Rasio-rasio keuangan 32
Economic Value Added (EVA) 40
Market Value Added (MVA 42
Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA 44
Hubungan antara EVA dengan MVA 47
SIMPULAN DAN SARAN 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 53
53
RIWAYAT HIDUP 85
DAFTAR TABEL
1 Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011 1 2 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia 1 3 Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008 2 4 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002 3 5 Rumus matematis rasio keuangan 19 6 Tahapan perhitungan EVA 20 7 Tahapan Perhitungan biaya ekuitas 21 8 Langkah perhitungan MVA 22 9 Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA 25
10 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 33 11 ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 34
12 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 35 13 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 36 14 DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 38 15 DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 39 16 AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 40 17 EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012 41 18 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 43 19 Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA 44 20 Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA 46
DAFTAR GAMBAR
1 Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia 17 2 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia 29 3 Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia 30 4 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia 30
5 Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia 31 6 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 34
7 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 36 8 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 38 9 Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 39
10 EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 42
DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 54 2 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 55 3 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 56 4 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009 57 5 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 58
6 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 59 7 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 61
8 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 63 9 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009 65
10 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 67 11 Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia 69 12 Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia 70 13 Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia 71 14 Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia 72 15 Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia 73 16 Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia 74 17 Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia 75 18 Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia 76 19 Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia 76 20 Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia 76 21 Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia 76
22 Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia 77 23 Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia 78 24 Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012 79 25 Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 79 26 Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 80 27 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 81 28 Regresi rasio keuangan terhadap EVA 82 29 Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agribisnis peternakan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan berupa protein hewani. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ini membuat
pasar dari peternakan begitu potensial, paling tidak terdapat populasi sebanyak
240 juta jiwa dalam skala nasional yang membutuhkan hasil dari sektor
peternakan. Salah satu komoditas peternakan yang banyak diminati adalah
komoditas unggas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, terjadi peningkatan rata-
rata konsumsi unggas nasional untuk ayam broiler dan ayam kampung sebesar
2.94 dan 0.05 persen sepanjang tahun 2009 sampai 2011.
Tabel 1 Data konsumsi unggas nasional tahun 2009-2011
Komoditas unggas Tahun (kg per kapita) Rata-rata
peningkatan
(%) 2009 2010 2011
Ayam broiler 3.08 3.55 3.65 2.94
Ayam kampung 0.52 0.63 0.63 0.05
Unggas lainnya 0.05 0.05 0.05 0.00
Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Komoditas unggas terutama ayam, menjadi produk yang banyak diminati
oleh konsumen nasional. Komoditas ini diminati karena harga yang relatif
terjangkau, kandungan protein yang tinggi serta karakteristik produk unggas yang
dapat diterima penduduk Indonesia yang sebagian besar muslim. Hal-hal tersebut
menjadikan komoditas unggas, potensial untuk dikembangkan dalam unit bisnis
baik dalam skala kecil maupun besar. Potensi ini berimplikasi pada peningkatan
jumlah perusahaan unggas sejak tahun 2008 yang hanya 267 unit menjadi 351 unit
ditahun 2011 (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah perusahaan unggas menurut badan hukum di Indonesia
Badan hukum 2008 2009 2010 2011
PT/CV/Firma 229 242 287 315
BUMN 3 3 4 4
Koperasi 24 26 23 22
Perorangan 0 0 - -
Yayasan - - 19 10
Lainnya 11 12 - -
Jumlah 267 283 333 351
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2013
2
Peningkatan jumlah peternakan unggas yang begitu pesat tentu berhubungan
langsung dengan industri pakan ternak. Industri pakan ternak berfungsi sebagai
penyedia input terbesar dalam usaha ternak selain bibit. Secara finansial, pakan
merupakan faktor biaya produksi yang paling penting dibandingkan faktor
lainnya. Penggunaan pakan mencapai 60 persen sampai 70 persen dari total biaya
produksi. Salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam industri pakan ternak
adalah PT Charoen Phokpand Indonesia. Perusahaan ini menjadi pemimpin pasar
dengan market share tertinggi sebesar 31.20 persen pada tahun 2008 (Tabel 3).
Tabel 3 Data market share industri pakan ternak di Indonesia tahun 2008
Nama perusahaan Jumlah produksi
(juta ton/tahun)
Market share
(%)
Charoen Pokphand
Indonesia
4.00 31.20
Jafpa Comfeed
Indonesia
1.73 13.50
Cheil Jedang 0.75 7.80
Sierad Produce 0.54 7.00
Malindo Feedmill 0.44 3.50
Lainnya 5.35 37.00
Total 12.81 100.00
Sumber : Gabungan Perusahaan Pakan Ternak Indonesia 2008
PT Charoen Phokpand selain memiliki market share terbesar dalam industri
pakan ternak, diketahui juga bahwa penjualan netto perusahaan untuk seluruh
produknya sejak tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Tahun
2008 sebesar hanya 13 triliyun rupiah dan ditahun 2012 mecapai 21 triliyun
rupiah. Hal ini semakin menguatkan posisi PT Charoen Phokpand dalam industri
pakan ternak. Akan tetapi, kedua parameter tersebut dirasa belum cukup untuk
menggambarkan kinerja sebuah perusahaan secara utuh. Market share dan
peningkatan penjualan dapat dijadikan pengukuran kinerja perusahaan berupa
kinerja non finansial. Salah satu aspek penilaian yang penting lainnya adalah
kinerja finansial.
Hasil penelitian Christiawan (2004), memberikan informasi bahwa kinerja
keuangan perusahaan agribisnis unggas yang dilihat dari Economic Value Added
berfluktuasi (Tabel 4). Terkadang nilai EVA positif terkadang negatif. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak konsisten dalam menghasilkan nilai
tambah ekonomi bagi pemegang saham. Pada tabel 4 juga diketahui nilai EVA PT
Charoen Phokpand negatif ditahun 1997, 1998, 2000 dan 2001 dan positif hanya
ditahun 1999 dan 2002. Hasil penelitian Yusnawati (2004) menggunakan
pendekatan analisis Market Value Added (MVA), juga menunjukkan bahwa
industri agribisnis perunggasan tidak memberikan kemakmuran bagi investor. Hal
ini berarti tingkat kepercayaan investor terhadap industri untuk menghasilkan
keuntungan bagi dirinya masih rendah. Penelitian terbaru dilakukan Galih (2008)
terhadap lima perusahaan peternakan go public mendapati bahwa saham
perusahaan pada perusahaan agribisnis hanya cocok untuk trader (kegiatan jual
beli saham untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek).
3
Tabel 4 EVA perusahaan unggas go public periode 1997-2002
Nama perusahaan Economic Value Added (EVA)
1997-1998 1999 2000-2001 2002
PT Cipedawa Farm
Enterprises
Negatif Negatif Negatif Negatif
PT Multibreeder
Adidarma Indonesia
Negatif Negatif Negatif Negatif
PT Charoen
Pokhpand Indonesia
Negatif Positif Negatif Positif
PT Central
Proteinaprima
Negatif Positif Positif Negatif
PT Japfa Comfeed
Indonesia
Negatif Negatif Negatif Negatif
PT Sierad Produce Negatif Negatif Negatif Negatif
PT Surya Hidup
Satwa
Negatif Positif Negatif Negatif
PT Fast Food
Indonesia
Positif Positif Positif Positif
Sumber : Christiawan (2004) ; Yusnawati (2004)
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan pengukuran kinerja
keuangan pada PT Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan besar di
sektor agribisnis perunggasan. Pengukuran kinerja keuangan tradisional dengan
menggunakan metode pengukuran kinerja rasio-rasio keuangan tidak dirasa
cukup lagi untuk memberikan keseluruhan informasi mengenai penciptaan
kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Sehingga pengukuran
perlu dilengkapi dengan pengukuran menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Selain itu, perlu dilengkapi
dengan analisis terkait apa sajakah faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA.
Kedua Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan mengenai komponen kinerja
manakah yang dapat mempengaruhi dan mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan di masa
yang akan datang.
Perumusan Masalah
Tingkat persaingan dalam industri pakan ternak beserta industri integrasinya
semakin ketat. Peningkatan penjualan PT Charoen phokpand yang terus
meningkat disepanjang 2008 sampai 2012 semakin menguatkan posisi PT
Charoen Phokpand sebagai salah satu perusahaan agribisnis perunggasan di
Indonesia. Peningkatan penjualan dan market share belum dirasa cukup
menggambarkan kinerja perusahaan yang baik secara keseluruhan. Kinerja
perusahaan secara garis besar dapat dikategorikan sebagai kinerja keuangan dan
non keuangan. Sebagai pembelajaran adalah penelitian Fahmi (2004) terhadap
kinerja keuangan PT Charoen Phokpand periode 1998 sampai 2002 dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian tersebut menunjukan penjualan
4
perusahaan terus meningkat, tetapi kinerja keuangan perusahaan tidak baik. Maka
dari itu, menjadi menarik untuk dianalisis apakah hal serupa juga terjadi pada
periode 2008 sampai 2012 yang diketahui penjualan perusahaan selalu meningkat.
Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi salah satu acuan apakah
manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan secara efisien. Namun pengukuran kinerja keuangan menggunakan
kinerja rasio keuangan dirasa tidak lagi cukup menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran tersebut belum memberikan
informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal
pemilik saham yang dipakai. Sehingga pengukuran kinerja keuangan PT Charoen
Phokpand perlu dilengkapi dengan analisis nilai tambah ekonomi dan nilai tambah
pasar.
Sejatinya ketiga ukuran penilaian kinerja keuangan tersebut diasumsikan
memilki korelasi. Rasio keuangan diasumsikan menjadi penggerak utama dari
EVA begitu pun EVA menjadi bagian gambaran kinerja keuangan internal
perusahaan yang akan berpengaruh pada nilai tambah pasar (MVA).
Bagaimanakah hubungan antara rasio keuangan dengan EVA dan EVA terhadap
MVA pada PT Charoen Phokpand menjadi bagian penting yang harus dianalisis.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka secara lebih singkat dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)?
2. Apakah Economic Value Added (EVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia?
3. Apakah Market Value Added (MVA) PT Charoen Phokpand Indonesia
dipengaruhi oleh EVA PT Charoen Phokpand Indonesia?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA.
2. Menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA PT Charoen
Phokpand Indonesia.
3. Menganalisis pengaruh EVA terhadap MVA PT Charoen Phokpand Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat :
1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan di masa yang akan datang.
5
2. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan pengalaman dan informasi baru
yang berharga sekaligus sebagai wadah untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang didapatkan di bangku kuliah.
3. Bagi investor hasil penelitian ini dapat berguna sebagai rujukan dalam kegiatan
investasi di pasar modal.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran kinerja keuangan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu upaya untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan. Dalam Brigham
dan Houston (2001) kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada
dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan
melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut.
Pengukuran kinerja perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perseroan selama periode tertentu.
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan, EVA dan
MVA
Kinerja keuangan dapat diukur dengan berbagai metode. Salah satu meode
yang paling umum digunakan adalah analisis dengan menggunakan rasio
keuangan. Budiman (2006) menganalisis perkembangan kinerja keuangan PT
Pupuk Kujang (persero) periode 2001 sampai 2005. Analisis rasio tersebut
menggunakan metode analisis trend, analisis persentase per-komponen, analisis
rasio serta analisis Du Pont.Hasil Penelitian menunjukkan perkembangan kinerja
keuangan PT Pupuk Kujang cenderung menurun. Hal ini terlihat dari tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) hasil analisis Du Pont yang relatif rendah dan
menurun.
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan, dirasa tidak lagi
cukup, Febiani (2002) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan PT Sierrad
yan bergerak di unggas potong dengan menggunakan EVA. EVA digunakan
karena Febiani (2002) menganggap bahwa EVA bukan hanya untuk melihat profit
semata melainkan menekankan pada aspek nilai tambah. Hasil penelitian ini
menunjukan PT Sierrad tidak memiliki kinerja keuangan yang sehat selama masa
penelitian. Widayanti (2003) juga meneliti kinerja keuangan PT Bank Unibank
Tbk dengan menggunakan metode EVA dan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio
keuangan yang digunakan terdiri dari Credit Growth (CG), Equity Ratio, Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Legal Lending Limit (LLL), Foreign
Exchange Liability, Liquidity Ratio, Cost of Raising Fund, Placement dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Dalam penelitian ini tetapi tidak dianalisis pengaruh
rasio-rasio keuangan terhadap EVA, karena analisis yang dilakukan secara
terpisah. Di samping itu, dalam penelitian ini juga tidak dianalisis penilaian
kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) dan
pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Prehatiningsih (2007) beranggapan
6
bahwa penggunaan metode EVA dan MVA dapat memberikan gambaran
mengenai nilai kekayaan bank sesungguhnya dan nilai perusahaan yang berhasil
diciptakan, dari sini akan dapat diketahui apakah Bank Danamon telah berhasil
menciptakan kekayaan atau sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi EVA dan MVA
Rasio keuangan dianggap menjadi faktor penggerak EVA. Sama halnya
dengan EVA yang dianggap memberikan gambaran mengenai penciptaan nilai
tambah ekonomi bagi internal perusahaan yang sangat erat kaitannya dengan
MVA. Sampai saat ini belum ada aturan baku yang dapat memastikan faktor apa
saja yang mempengaruhi keduanya. Prehatiningsih (2007) menganalisis kekuatan
hubungan antara EVA terhadap MVA pada Bank Danamon, dan didapati EVA
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Imamah (2005) melakukan analisis Rasio
Keuangan dan Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukan EVA,
ROE,dan ROA yang berpengaruh terhadap MVA. Sedangkan, Budiharti (2006)
menganalisis hubungan NPM, CAR, AUR, ROE, ROA bank BRI dengan hasil,
hanya CAR yang berpengaruh signifikan. Sedangkan dalam penelitian Widayanti
(2003) tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dan MVA karena tidak
semua pemegang saham menganggap penting analisisis fundamental maupun
intrinsik perusahaan dalam membeli saham perseroan.
Badriah (2011) Berpendapat bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang
terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja
perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan
tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. Penelitian itu
juga mendapati bahwa terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi
hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah
perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya
kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula.
Komponen harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan
MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari
pada kinerja suatu historis menurut Badriah (2011). Oleh sebab itu, sebuah
perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA
yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan
arah dimasa mendatang. Badriah (2011) hasil analisis statistik non parametrik
dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis
terhadap seluruh data perusahan manufaktur BEI menyimpulkan bahwa EVA
tidak berkorelasi dengan MVA. Wibowo (2007) melakukan uji hubungan EVA
dan MVA atas model peramalan kesejahteraan pemegang saham. Dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan
antara EVA dan MVA karena hasil pengujian menunjukkan nilai yang negatif.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut disimpulkan bahwa penekanan dari
pendekatan EVA dan MVA adalah penciptaan nilai sehingga secara nyata
pengaruh penerapan EVA dan MVA pada akhirnya adalah kepada peningkatan
kesejahteraan para pemegang saham perusahaan yang bersangkutan.
Raden (2007) juga memperoleh hasil, bahwa terdapat suatu hubungan
antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu
hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA
7
yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula
sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga
saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung
kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu
historis.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja keuangan
Kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan
untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, sehingga diperoleh posisi
keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi kinerja yang
akan berlanjut menurut Brigham dan Houston (2001). Pengukuran kinerja
keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan dapat
menjadi berarti maka diperlukan analisis terhadap komponen komponen penting
perusahaan.
Alat analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio yaitu perbandingan
dari data keuangan perusahaan yang berhubungan sehingga dapat memperoleh
gambaran tentang kinerja perusahaan. Analisis kinerja terbaru yang
dikembangkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co untuk melengkapi
pengukuran dengan metode rasio yaitu analisis nilai tambah ekonomis (Economic
Value Added/EVA) dan nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA). EVA
mempertimbangkan biaya modal sehingga kepentingan pemegang saham
terpenuhi dan EVA dapat menjawab masalah keagenan.
Laporan keuangan
Laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham diantaranya
adalah laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan (annual report) adalah
laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang
saham. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama adalah
bagian verbal yang sering disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang
menguraikan hasil operasi selama setahun lalu, laporan tahunan menyajikan
empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas menurut, Bringham dan Houston (2001). Laporan
ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan
selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan.
Menurut Keown (2008) laporan keuangan merupakan bagian penting dari
suatu informasi mengenai operasi penting yang dilaporkan dalam bentuk laporan
laba rugi, neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan digunakan bagi manajer
untuk melihat posisi kinerja keuangan, beserta perubahan-perubahan yang
menyertai posisi kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Laporan
8
keuangan disusun secara periodik, karena selain manajer terdapat pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan tersebut terutama untuk perusahaan terbuka.
Mereka yang berkepentingan antara lain pemasok, karyawan, investor, kreditur,
pemerintah dan masyarakat umum. Terdapat beberapa jenis laporan keuangan
yaitu neraca, laporan komitmen, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan,laporan gabungan atas konsolidasi.
Adapun fungsi dari laporan keuangan menurut Munawir (1995) adalah :
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan,
2. Menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi
3. Menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan
4. Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai
wewenang dan tanggung jawab
5. Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru
untuk mencapai hasil yang lebih baik
Laporan keuangan dasar yang umumnya digunakan untuk melihat kinerja
keuangan perusahaan adalah laporan laba rugi, neraca, ekuitas dan arus kas.
Dalam penelitian terkait analisis rasio keuangan, EVA dan MVA laporan yang
digunakan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca dari perusahaan.
1. Neraca
Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan pada suatu titik tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2001), posisi
keuangan pada neraca di titik tertentu menyajikan kepemillikan aktiva, kewajiban
atau hutang dan ekuitas pemilik. Aktiva menggambarkan seluruh sumber daya
yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan
bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai. Neraca terdiri dari tiga
bagian penting yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Informasi yang dapat dilihat
dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber
pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu
periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan). Dalam neraca terdapat
komponen aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan itu didanai. Aktiva dalam neraca terdiri atas tiga
kategori Keown (2008) :
1. Aktiva lancar (current assets)
2. Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed assets atau long term assets)
3. Aktiva lain (other assets)
Dalam melaporkan jumlah uang atas berbagai aktiva ini, berlaku praktik
konvensional pelaporan nilai aktiva maupun dan kewajiban yang dilakukan atas
dasar beban historis. Jadi neraca tidak dimaksudkan untuk menyajikan nilai pasar
perusahaan, namun melaporkan transaksi berdasarkan beban historisnya.
Menentukan nilai yang wajar dari perusahaan adalah masalah yang berbeda.
Bagian lain dari neraca adalah kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Sumber
utama pendanaan adalah kewajiban serta ekuitas pemegang saham.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah sebuah laporan keuangan yang menggambarkan
unsur pendapatan dengan unsur beban sehingga dapat diperoleh laba atau rugi
bersih perusahaan pada suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston
9
(2001) laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan
beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal
atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari
kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan atas laba dan
dividen per saham disajikan pada bagian bawah laporan.
Rasio keuangan
Rasio keuangan adalah suatu hubungan matematis dalam laporan keuangan
antara jumlah tertentu terhadap jumlah lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
menganalisis kinerja sebuah laporan keuangan karena mampu mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Dalam Keown (2008) ada dua
cara untuk membuat perhitungan rasio keuangan menjadi lebih berarti, yang
pertama adalah dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah
pergerakannya dan yang kedua dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan
dengan perusahaan lain.
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Analisis rasio dapat dikelompokan dalam 6 analisis yaitu analisis rasio
likuiditas, rasio rentabilitas, rasio solvabilitas, rasio efisiensi usaha, rasio hutang
(leverage) dan rasio nilai pasar. Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok rasio
keuangan perusahaan yang akan digunakan, yaitu rasio rentabilitas, rasio
solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pemilihan ketiga kelompok rasio ini
didasarkan pada kerelevanannya dengan peningkatan aset perusahaan,
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
(MVA) serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan standar pembanding untuk
dipublikasikan oleh perusahaan sebagai acuan kinerja keuangan perusahaan pada
umumnya.
1. Rasio rentabilitas/ Rasio profitabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas adalah rasio yang
menunjukan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, manajemen aktiva, dan
manajemen utang terhadap hasil operasi. Rasio ini juga disebut hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan dan keputusan. Kemampuan rentabilitas perusahaan
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang
sama.
Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio, diantaranya
adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
(ROE).
a. Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah tingkat kemampu labaan suatu perusahaan, rasio ini merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income
(laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya.
b. Return on Asset (ROA)
Rasio ini merupakan perbandingan rasio laba bersih terhadap total aktiva.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas
total aset yang dimiliki perusahaan dan mengindikasikan perusahaan
menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. Semakin tinggi rasio ini,
maka kemampuan manajemen dalam mengelola aktiva yang dimiliki semakin
baik karena dapat mendatangkan laba sebelum pajak yang tinggi.
10
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa untuk
mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Return on Equity
(ROE) mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas
yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan
efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung
dengan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan, maka
semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya. (Keown et al., 2008)
d. Eearning per Share (EPS)
Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan per saham yang diperoleh
oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya semakin baik
2. Rasio Solvabilitas
Rasio sovabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan modal dalam memenuhi kegiatan usahanya, rasio ini juga
mampu menunjukan seberapa mampu perusahaan membayar hutangnya dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Salah satu rasio yang digunakan untuk
menilai tingkat solvabilitas perusahaan adalah Rasio Hutang (Debt to Total Asset
Ratio) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio).
a. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan
total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio
utang maka semakin tinggi pula risiko perusahaan yang harus ditanggung
perusahaan (Sawir, 2005). Total utang mencakup baik utang lancar maupun utang
jangka panjang.
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal)
yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukan kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
3. Rasio efisiensi usaha
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah suatu
perusahaan sudah mengalokasikan seluruh faktor produksinya secara efisien.
Melalui rasio-rasio keuangan ini dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi
yang telah dicapai oleh manajemen perusahan yang bersangkutan. Salah satu rasio
efisiensi usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio
(AUR).
a. Asset Utilization Ratio (AUR)
Asset Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk
memperoleh total income, yang terdiri dari operating income dan non operating
income.
Berikut adalah kelebihan dari analisis rasio menurut Brigham dan Houston
(2001) :
1. Analisis rasio mudah dalam perhitungannya
2. Analisis rasio dapat mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang
3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan
11
4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko dan prospek
pertumbuhan perusahaan
Meskipun analisis rasio banyak membantu manajemen dalam menilai
kekurangan dan kelebihan kinerja keuangan perusahaan, Dalam analisis ini masih
terdapat kelemahan yang menyebabkan keterbatasan dalam interpretasi rasio
(Brigham dan Houston, 2001), diantaranya adalah :
1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri perusahaan
apabila perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha
2. Tidak menyertakan biaya modal
3. Perbedaan praktik akuntansi antar perusahaan dapat menghasilkan perbedaan
dalam perhitungan rasio
4. Banyak perusahaan yang mengalami perubahan dalam operasi mereka.Jadi
rasio juga akan berubah-ubah menurut tahun laporan keuangan dibuat
5. Industri menerbitkan rata-rata hanya berupa perkiraan bukan rata-rata
berdasarkan penelitian ilmiah.
Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added =EVA)
EVA merupakan suatu ide keuangan yang paling populer saat ini.
Dikembangkan dan dipopulerkan oleh lembaga konsultan Stern Stewart & Co.
EVA membantu manajer memastikan bahwa suatu unit bisnis menambah nilai
pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui
saham spot yang akan meningkatkan nilainya. EVA adalah cara untuk mengukur
profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal dikurangkan ketika
menghitung laba bersih, tetapi biaya modal ini tidak dikurangkan saat menghitung
biaya modal ekuitas. Oleh karena itu secara ekonomis, laba bersih ditetapkan
terlalu tinggi dibandinggkan laba yang sesungguhnya. Jadi EVA menyelesaikan
masalah akuntansi konvensional.
Secara lebih ringkas maka dapat dikatakan bahwa EVA adalah nilai tambah
ekonomi yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu
tahun tertentu (Bringham dan Houston, 2001). EVA membantu manajer
memastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham,
sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang
akan meningkatkan nilainya. EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial
dalam satu tahun tertentu. Rumus dasar dari EVA adalah laba operasi setelah
pajak dikurangi biaya modal setelah pajak. Jadi, EVA adalah suatu estimasi laba
ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini
sangat berbeda dengan laba akuntansi
Penghitungan EVA menurut perspektif akuntansi manajemen merupakan
selisih antara laba bersih operasional dikurangi biaya modal yang terpakai.
Kesulitan yang dihadapi perusahaan secara umum adalah menghitung
biaya modal yang terpakai. Dua langkah yang digunakan dalam hal ini, yaitu :
1. Menentukan biaya tertimbang rata-rata atas modal
2. Menentukan total jumlah modal yang dipakai
Untuk menghitung biaya tertimbang rata-rata atas modal, perusahaan harus
mengidentifikasi seluruh sumber dana yang diinvestasikan. Sumber- sumber yang
biasanya adalah pinjaman dan ekuitas (saham yang diterbitkan).
Pinjaman yang dikenakan bunga harus disesuaikan tingkatnya untuk
pengurangan pajak. Sedangkan ekuitas ditangani secara berbeda. Biaya atas
12
pembiayaan ekuitas adalah biaya kesempatan (opportunity cost) bagi para
investor, tidak ada penyesuaian pajak untuk ekuitas. Lalu pembagian
proporsional dari masing-masing metode pembiayaan dikalikan dengan
persentase biayanya dan dijumlahkan untuk menghasilkan biaya beban rata-rata
modal.
EVA dapat dijadikan sebagai alat ukur keuangan berdasarkan nilai (value),
alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolut berapa nilai shareholder
yang telah diciptakan atau dihancurkan, EVA juga sebagai alat ukur yang sangat
berkaitan dengan harga saham, juga memberikan dasar bagi terciptanya sistem
kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk
menciptakan nilai kepada pemegang saham. Perhitungan EVA Menurut Brigham
dan Houston (2001), formula untuk menghitung EVA sebagai berikut :
EVA = NOPAT - COC
Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax
COC = Cost Of Capital
Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif,
negatif atau nol. Brigham dan Houston (2001) menjelaskan mengenai analisis dari
perhitungan EVA sebagai berikut :
1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi
dibandingkan biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan
peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan atau pemilik modal,
bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA
positif, dipastikan laba bersihnya bagus.
2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai
kekayaan (destroy value) dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba
bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap
belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal.
3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun
kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan menurut pendekatan keuangan,
NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan beban bunga.
Untuk perhitungan NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi
perusahaan.
COC (Cost of Capital)
Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari
hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau
membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut biaya modal.
Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau
dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic,
sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar
dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut
harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan.
13
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
WACC adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal,
misalnya pinjaman jangka pendek (cost of debt) dan pinjaman jangka panjang
serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan
proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponen
biaya ekuitas (Ke), biaya hutang (Kd), bobot modal (We) serta bobot hutang
(Wd).
Biaya Ekuitas (Ke) dihitung menggunakan model Capital Assets
Pricing Model (CAPM). Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan
tingkat bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Premi risiko ini adalah premi
risiko pasar dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada perusahaan yang
bersangkutan. CAPM akan mengestimasikan Ke dengan dimulai dari tingkat
bebas risiko dari rata-rata saham (Km-Krf), dinaikkan atau diturunkan untuk
mencerminkan risiko saham tertentu seperti yang diukur oleh koefisien betanya
(Brigham dan Houston, 2001). Model CAPM dapat memberikan estimasi nilai Ke
yang akurat dan tepat. Biaya Utang yang digunakan adalah biaya utang setelah
pajak atau Kd (1-T).
Biaya utang setelah pajak adalah biaya yang relevan dari utang baru,
dengan memperhatikan kemungkinan pengurangan pajak melalui bunga,
digunakan untuk menghitung WACC, alasan menggunakan itu karena nilai dari
saham perusahaan, yang ingin dimaksimalkan perusahaan, akan bergantung pada
arus kas setelah pajak. Karena bunga adalah biaya yang dapat dikurangkan, bunga
akan memberikan pengurangan pajak yang mengurangi biaya utang bersih.
Invested Capital (IC)
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar
pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) atau dapat
pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu
perusahaan. Menurut Tunggal (2001), perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Pendekatan Operasi (Operating Approach)
Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap.
Working Capital Requirement = (Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar
lainnya) - (Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka
Pelanggan).
2. Pendekatan keuangan (Financial Approach)
Invested Capital= Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain
(interest bearing liabilities) + Ekuitas Pemegang Saham.
Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA sebagai pengukur
kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Utama (1997) kelebihan EVA antara
lain:
1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan di
mana fokus penilaian kinerja adalah padapenciptaan nilai (value creation).
2. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA memperhitungkan biaya modal.
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
14
Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan yang tinggi
dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode EVA juga mempunyai
beberapa kelemahan (Utama, 1997), yaitu:
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu,
padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup
perusahaan.
2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah karena proses
perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini
terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit dilakukan dengan tepat.
3. EVA terlalu menekankan pada keyakinan bahwa investor Sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor lain
kadang-kadang justru dominan.
Nilai tambah pasar (Market Value Added= MVA)
Sistem perhitungan MVA pertama kali diperkenalkan oleh lembaga Stern
Stewart & Co pada tahun 1991 di Amerika serikat, MVA atau nilai tambah pasar
menurut Brigham dan Houston (2001) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor, karena tujuan utama dari
kegiatan manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau
dapat diartikan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Menurut Young
dan O’Byrne (2001) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari
semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu
(jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah
jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama.
Terdapat dua komponen penting yang membangun MVA, yakni market
value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital supplied by shareholders
atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity
adalah nilai pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan yang
dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied
by sharesholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan. Secara singkat MVA
dapat diperoleh dari perkalian saham yang beredar dengan harga saham di pasar
model yang dikurangi total ekuitas saham biasa atau nilai buku. Jika MVA lebih
besar daripada nol, maka perusahaan telah menciptakan kemakmuran bagi
pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai negatif, maka perusahaan telah
melakukan kinerja yang buruk karena telah menghancurkan modal investor.
1. Market value (nilai pasar) sebagai komponen MVA
Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal. Jadi, nilai
pasar perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan harga saham.
2. Jumlah saham yang beredar sebagai komponen MVA
Jumlah saham yang diedarkan dipasar modal menurut Keown (2008)
dimana saham yang beredar tersebut merupakan hak atas sebagian dari
perusahaan terbatas atas suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu
perusahaan. Jadi apabila seorang investor membeli saham yang beredar tersebut
maka investor tersebut memiliki andil kepemilikan terhadap perusahaan.
15
3. Nilai buku sebagai komponen MVA
Nilai buku adalah nilai total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai
buku juga disebut sebagai, kekayaan bersih perusahaan menurut neraca, nilai buku
didasarkan pada nilai historis atau nilai awal.
Dalam Young dan O’Byrne (2001), keuntungan dari penggunaan MVA
adalah bahwa para manajer dapat dengan penuh keyakinan atau percaya diri
memaksimalkan MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return)
juga akan maksimal. Sementara itu terdapat kelemahan yaitu MVA mengabaikan
kesempatan biaya opportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan.
Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Rasio keuangan dari aspek keuangan merupakan penggerak aktif dari EVA.
Analisis EVA belum banyak digunakan oleh banyak manajer terutama pada
perusahaan kecil karena memiliki tingkat kesulitan, oleh karena itu analisis beralih
pada faktor penggerak EVA, yaitu rasio-rasio keuangan yang lebih mudah dalam
perhitungannya. Analisis EVA secara progresif memilah rasio keuangan dan
menjadi bagian dari EVA serta memberikan wawasan penting ke dalam sumber-
sumber EVA. Analisis rasio dapat mengaitkan EVA sehingga dapat
mengkuantifikasi dampak peningkatan atau pemburukan rasio kunci pada EVA.
EVA merupakan nilai tambah ekonomi kepada pemegang saham oleh
manajemen selama tahun tertentu. Tentunya nilai tambah ini dipengaruhi oleh
aktivitas manajemen serta kinerja perusahaan yang banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, terutama faktor internal perusahaan. Sampai saat ini belum ada
patokan standar baku rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi EVA, maka hal
ini hanya dapat dilihat dari rasio-rasio yang relevan dengan peningkatan aset,
rasio rasio yang dijadikan standar pembanding untuk dipublikasikan oleh setiap
perusahaan sebagai acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan serta
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
(MVA). Rasio keuangan yang digunakan yaitu Net Profit Margin (NPM), Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio
Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to
Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR).
Pengaruh EVA terhadap MVA
Tujuan utama dari perusahaan sebagian besar memaksimalkan kekayaan
pemegang saham. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan
memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah
modal ekuitas yang diinvestasikan maksimum (Brigham dan Houston, 2001). Hal
itu dapat tercipta tentunya apabila kinerja keuangan perusahaan baik. Kinerja
keuangan perusahaan yang baik adalah kinerja keuangan yang dapat
mempengaruhi nilai dari market value. Perusahaan dapat meningkatkan MVA
dengan meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran kinerja internal
perusahaan. Nilai EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan.
Di mana penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada harga saham yang lebih
tinggi. Pandangan lain mendapati bahwa EVA menunjukkan nilai tambah yang
terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja
perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan
tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA.
16
Kerangka Pemikiran Operasional
Besaran market share dan peningkatan penjualan dapat menjadi salah satu
tolak ukur terhadap kinerja perusahaan non keuangan. Namun dari berbagai
pembelajaran dan penelitian didapati ukuran tersebut kadang tidak sejalan
dengan kinerja keuangan perusahaan. Maka menjadi penting analisis terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan dapat menjadi
salah satu acuan apakah manajemen dapat mengelola dan mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki perusahaan secara efisien. Sehingga tujuan perusahaan
untuk memaksimumkan profit dan kekayaan pemegang saham dapat tercapai.
Pengukuran kinerja keuangan ini umumnya menggunakan data yang diperoleh
dari laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat terbuka bagi perusahaan-
perusahaan go public, termasuk PT Charon Phokpand Indonesia, Tbk.
Pengukuran kinerja keuangan pada PT Charon Phokpand menggunakan
analisis rasio keuangan, nilai tambah ekonomi (EVA) serta nilai tambah pasar
(MVA). Rasio keuangan digunakan untuk mengukur kinerja operasional
perusahaan yang menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik buruknya
keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Economic Value Added (EVA)
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
ekonomis, sedangkan Market Value Added (MVA) menggambarkan harapan
investor terhadap kinerja suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Analisis ketiga kinerja keuangan ini memerlukan data yang diperoleh dari
laporan keuangan. Jenis Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca dan
laba rugi. Rasio keuangan yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi usaha. Pengukuran kinerja
keuangan hanya dengan metode rasio dianggap tidak lagi mewakili kinerja
keuangan secara keseluruhan, karena pengukuran tersebut belum memberikan
informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal
pemilik saham yang dipakai, sehingga pendekatan EVA dan MVA dapat
menggambarkan posisi keuangan internal perusahaan secara menyeluruh,
seberapa besar kesejahteraan maupun kekayaan yang berhasil diciptakan PT
Charon Phokpand kepada investor atas modal yang telah diberikan, apakah nilai
kekayaan yang diciptakan sudah memberikan kepuasan bagi investornya.
Setelah masing masing ukuran kinerja keuangan (rasio, EVA, dan MVA)
PT Charon Phokpand sudah diketahui maka perlu dianalisis apakah antara
komponen tersebut saling memberikan pengaruh, analisis ini digunakan untuk
melihat komponen kinerja keuangan perusahaan internal yaitu rasio keuangan dan
EVA yang paling mempengaruhi perubahan nilai MVA sebagai nilai perusahaan.
17
Gambar 1 Alur penelitian kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia
Keterangan :
Komponen pembentuk
Komponen mempengaruhi
PT Charoen Phokpand
Indonesia, Tbk
Bursa Efek Indonesia
Laporan Keuangan
Neraca Nilai
Pasar
Laba Rugi
Nilai Pasar
Ekuitas
Rasio
Keuangan
Ekuita
EVA
MVA
Kinerja
Perusahaan
Kinerja Pasar
Kinerja Keuangan
Perusahaan
1. Bahan
evaluasi
perusahaan
2. Investor
18
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Peneitian
Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jalan Jenderal
Sudirman Kavling 52-53 Jakarta dan PT Charoen Phokpand Indonesa di
Cangkudu Balaraja Tangerang Jalan Raya Serang KM 30. Lokasi dipilih secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan PT Charoen Phokpand adalah
perusahaan yang diteliti sedangkan Bursa Efek Indonesia adalah lembaga resmi
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk bertransaksi
bagi para investor baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai pada bulan November 2013
sampai bulan Januari 2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data sekunder adalah data terbanyak yang digunakan, data
sekunder tersebut meliputi laporan keuangan triwulanan, laporan annual PT
Charoen Phokpand Indonesa Tbk dari tahun 2008 sampai 2012, laporan harga
saham perusahaan, indeks harga saham gabungan, data tingkat suku bunga Bank
Indonesia dan dividen perusahaan serta peraturan dan kebijakan yang terkait
dengan penelitian ini, data sekunder tersebut didapat dari Bursa Efek Indonesia.
Data primer yang digunakan berupa data hasil pengajuan pertanyaan melalui
wawancara langsung kepada pihak manajemen PT Charoen Phokpand Indonesia
mengenai tambahan informasi berbagai aspek manajemen dan gambaran umum
perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber
data yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai
sumber informasi yang diperoleh dari pusat data Bursa Efek Indonesia,Bank
Indonesia maupun media internet. Data primer terkait aspek operasional dan
manajerial perusahaan sebagai tambahan diperoleh langsung melalui wawancara
kepada pihak manajeman terkait.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah secara kuantitatif dan deskriptif, pengolahan data untuk
mengetahui nilai EVA, MVA, dan rasio keuangan dilakukan secara kuantitatif,
baik menggunakan microsoft excel maupun manual. Untuk mengetahui hubungan
yaitu menggunakan pengujian regresi linear berganda dan sederhana, serta
pengaruh antar variabel atau dalam hal ini kinerja keuangannya dengan
19
menggunakan pengujian t-parsial dilakukan pula secara kuantitatif yaitu dengan
program Statistic Packages for Social Science (SPSS) versi 17.0 dan EVIEWS
versi 6.0.
Analisis rasio-rasio keuangan
Rasio-rasio keuangan yang dipakai untuk menganalisis kinerja keuangan
dalam penelitian ini yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total
Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset
Utilization Ratio (AUR). Berikut adalah rumus matematis dari rasio tersebut:
Tabel 5 Rumus matematis rasio keuangan
No Rumus matematis
1. NPM = Net Income
Operation income
2. ROA= Net Income
Assets
3. ROE = Net Income
Equity
4. EPS = Laba bersih
Jumlah saham beredar
5. Rasio Hutang = Total hutang
Total Assets
6. Rasio hutang terhadap ekuitas = Total hutang
Ekuitas
7. AUR = Operating Income + Non Operating Income
Assets
Analisis nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA
Dalam menghitung EVA berbeda dari cara menghitung rasio keuangan
yang membandingkan beberapa pos keuangan. EVA diperoleh dari selisih antara
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dan biaya modal (Cost of Capital).
NOPAT merupakan laba bersih setelah pajak ditambah biaya bunga, sementara
biaya modal didapat dari WACC (Weighted Average Cost of Capital) dikalikan IC
(Invested Capital). WACC merupakan penjumlahan dari biaya hutang dikalikan
bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. IC merupakan
penjumlahan antara hutang dan ekuitas dikurangi hutang beban.
20
Berikut ini adalah tabel mengenai tahapan perhitungan EVA :
Tabel 6 Tahapan perhitungan EVA
Tahapan Perhitungan Sumber
1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih
+Biaya Bunga
Laba rugi
2. d Kd = Biaya Bunga
Hutang
d d (1-T)
Laba rugi, neraca
3. Ke e Rf + β (Rm - Rf) Data historis
Saham
4. Struktur modal Wd = Hutang
Aset
We = Ekuitas
Aset
Neraca
5. WACC WACC = [(Kd* x Wd) +
(Ke x We)]
Neraca, data
historis saham
6. IC IC = Asset – Non interest
bearing liabilities
Neraca
7. COC COC = WACC x IC Neraca
8. EVA EVA= NOPAT-COC Neraca, laba
rugi, dan
data historis
saham
NOPAT merupakan hasil jumlah dari laba bersih dengan biaya bunga. laba
bersih merupakan laba yang sudah dikurangi pajak penghasilan pada laporan
keuangan. Sedangkan biaya bunga adalah beban bunga bank yang tercatat pada
laporan laba rugi. Sedangkan Kd adalah perbandingan biaya bunga dengan
hutang. Biaya bunga adalah beban bunga dan hutang yang dimaksud adalah
pengurangan antara jumlah pasiva dan ekuitas. Lalu setelah nilainya didapat,
maka biaya hutang perlu dikurangi dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan
merupakan perbandingan antara taksiran pajak penghasilan terhadap laba atau rugi
sebelum pajak.Kd juga merupakan biaya yang relevan dari hutang baru,
mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak yang akan digunakan untuk
menghitung WACC.
Biaya ekuitas saham biasa baru atau Ke merupakan biaya biaya laba
ditahan, tetapi meningkat karena biaya flotasi. Perhitungan Ke pada penelitian ini
akan mengacu pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Alasan memakai
model ini karena pemakaian rumus CAPM menghasilkan hasil yang lebih akurat,
dan lebih banyak dipakai dalam penentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA.
21
Berikut adalah tahapan dari perhitungan Ke dengan menggunakan metode
CAPM :
Tabel 7 Tahapan Perhitungan biaya ekuitas
Tahapan Perhitungan Sumber
1. Rit Rit = Pit – Pit
Pit-1
Data historis saham
2. Rmt Rmt = IHSGt – IHSG(t-1)
IHSGt-1
E (Rm) = Σ Rmt
N
Data IHSG
3. βi βi = Ri/Rm
Data historis saham
4. Rf Rf = Tingkat pengembalian
bebas risiko
Data tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia
5. Ke Ke Rf + βi (Rm - Rf) Perhitungan
Keterangan :
Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
Pit = harga saham per lembar bulan t
Pit-1 = harga saham per lembar bulan sebelumnya
Rmt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
N = jumlah data
E(Rm) = tingkat pengembalian pasar yang diharapkan
Βi = Beta saham
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
Ke = Biaya modal
Struktur modal dapat diperoleh dari hasil penjumlahan bobot ekuitas dengan
bobot utang. Bobot ekuitas atau We adalah hasil bagi antara modal dengan aset,
sedangkan bobot hutang diperoleh dari perbandingan ekuitas dengan aset atau
total aktiva perusahaan. Hasil pembagian ini akan diperoleh berupa persentase.
Semua perhitungan itu dilakukan untuk mengetahui nilai variable yang
dibutuhkan untuk menghitung modal biaya rata-rata tertimbang atau WACC.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan penjumlahan antara perkalian bobot dan
biaya hutang dengan bobot dan biaya ekuitas. Penjumlahan ini merupakan sebuah
persentase. Tahapan berikutnya perkalian antara WACC dengan IC yang
menghasilkan Cost of Capital (COC). IC adalah selisih antara assets dan Non
Interest Bearing Liabilities, sedangkan assets adalah total aktiva yang didapatkan
penjumlahan aktiva dengan hutang, karena assets sama dengan pasiva. merupakan
selisih antara aset dan Non Interest Bearing Liabilities merupakan hutang beban
dalam laporan keuangan disebut dengan akun beban yang harus dibayar. Setelah
COC didapatkan, langkah akhir mendapatkan nilai EVA adalah mengurangkan
NOPAT dengan COC yang digunakan sebagai biaya modal.
22
Metode nilai tambah pasar (Market Value Added-MVA)
Tujuan utama sebagian besar perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan
pemegang saham. Tujuan ini jelas menguntungkan pemegang saham, tetapi juga
memastikan bahwa sumberdaya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien
yang menguntungkan perekonomian. MVA didapatkan dari perhitungan selisih
antara nila pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan investor
MVA = Nilai pasar ekuitas – Modal ekuitas yang diinvestasikan oleh
investor
= (Saham yang beredar) (Harga saham) - (Total ekuitas)
Nilai pasar perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan
harga saham yang beredar berdasarkan harga pasar saham triwulanan yang
digunakan dalam penelitian ini, dikurangi dengan nilai buku atau total nilai
ekuitas yang disetor oleh pemegang saham. Berikut merupakan tahapan
perhitungan MVA :
Tabel 8 Langkah perhitungan MVA
Tahapan Perhitungan Sumber
1. Nilai pasar ekuitas Harga penutupan saham
PT Charoen Phokpand
akhir triwulan
Data historis harga
saham
2. Shares outstanding Jumlah saham yang
beredar
Data historis harga
saham
3. Total capital Nilai buku = ekiutas Neraca
4. MVA (Saham yang beredar)
(Harga saham) - (Total
kapital)
Data historis harga
saham, neraca
Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Rasio keuangan memiliki pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan
hubungannya terhadap EVA perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan
pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
EVA perusahaan. Model analisis yang digunakan adalah persamaan regresi
(estimating equation) yaitu formula matematika yang dirancang untuk mencari
nilai variable dependen dari nilai variabel indevenden yang diketahui. Disamping
itu pula digunakan metode analisis korelasi untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi
berganda (multiple regression model) karena terdapat lebih dari satu variable
independen yang diteliti.
Model regresi yang diperoleh dari OLS merupakan model yang
menghasilkan estimator linear terbaik yang tidak bias. Hal tersebut dapat
diperoleh apabila memenuhi beberapa asumsi klasik seperti nomalitas, bebas
multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi atau heterokedasitas.
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang ada
terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji melalui Uji
23
Jarque Bera. Hasil uji Jarquera Bera memberikan kesimpulan apabila p-value
dari data yang diperoleh lebih besar dari α artinya data tersebut terdistribusi secara
normal, namun apabila sebaliknya data tidak terdistribusi secara normal maka p-
value akan lebih kecil dari α.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikollinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji ini dilakukan
dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak lebih dari 10
dan nilai Tolerance yang tidak kurang dari 0.1, maka model tersebut dapat
dikatakan bebas dari multikolinearitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Cara untuk mendeteksi
autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson. Jika nilai
tersebut berada di sekitar angka 2 maka model tersebut bebas asumsi klasik.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians
yang sama untuk semua observasi. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Gletzer. Apabila
diketahui nilai probnya jauh lebih kecil dibandingkan α maka persamaan bersifat
homogen.
5. Analisis Regresi
Penggunaan data sekunder yang bersifat kuantitatif dalam penelitian ini
mengarahkan pada metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi
berganda karena terdapat lebih dari satu variabel dependen. Formulasi persamaan
regresi berganda yang dikembangkan adalah :
Y α + β1 X1 + β2 X2 + … + βn Xn + ε
Keterangan :
Y = variabel dependen
X1, X2,…,Xn = variabel independen
α = konstanta
β1, β2, …, βn = koefisien parameter regresi
ε = faktor kesalahan atau galat
Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan
antara variabel independen (X) terhadap variabel dependennya (Y). Pada
penelitian ini digunakan persamaan regresi berganda karena memiliki 7 variabel
independen yang diteliti, yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total
Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) selanjutnya
dilambangkan (DAR) dan (DER) serta Asset Utilization Ratio (AUR). EVA
sebagai variabel dependen.
Beikut adalah rumusan model persamaan regresi berganda untuk melihat
pengaruh rasio keuangan terhadap EVA:
24
EVA = a + b1 NPM + b2 ROA+ b3 ROE
+ b4 EPS + b5 DAR + b6 DER + b7 AUR
Keterangan :
EVA = nilai EVA (juta rupiah)
NPM = nilai NPM (%)
ROA = nilai ROA (%)
EPS = nilai EPS (Rupiah/lembar saham)
ROE = nilai ROE (%)
DAR = nilai DAR (%)
DER = nilai DER (%)
AUR = nilai AUR (%)
a = konstanta
b1-b7 = koefisien parameter regresi
Penelitian ini menggunakan data time series, sehingga diperlukan uji unit
rootest stasioner ADF untuk menghindari persamaan yang lancung, artinya secara
stastistik signifikan tetapi kenyataan tidak. Data yang didapatkan berupa
kumpulan data suatu fenomena keuangan PT Charoen Phokpand dengan periode
atau interval waktu 2008 sampai 2012. Data dari penelitian ini menggunakan alat
statistik dan korelasi untuk menunjukan hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Program statistik yang digunakan adalah program
SPSS versi 17.0 dan Eviews 6.0 untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan.
Perumusan dan pengujian hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang bersifat
sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola terbaik
dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “variabel-variabel yang telah
didefinisikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA (atau perubahan
EVA) suatu perusahaan”. Dengan perumusan sebagai berikut:
Ho : b1 = b2 … bn = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel-variabel independen terhadap EVA.
H1 : ada variabel yang lebih besar atau lebih kecil dari nol. Berarti ada pengaruh
antara variabel-variabel independen terhadap EVA.
H1 menunjukkan hipotesis nol, H1 menunjukkan hipotesis alternatif, serta
b1, b2, …, b7 menunjukkan koefisien dari variabel independen.
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang
dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independennya
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Asumsi yang digunakan
yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap
hipotesis diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik. Uji
signifikasi terhadap kontribusi masing-masing variabel independen ditunjukkan
oleh besarnya nilai p (p–value) pada hasil uji t-parsial. Hipotesis awal pengaruh
masing-masing variabel terhadap EVA dapat dilihat pada Tabel 9 Asumsi yang
digunakan yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau
penerimaan terhadap variabel independen diperoleh dari nilai p yang diperoleh
dari program statistik
25
Tabel 9 Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Variabel Prediktor Pengaruh
b1 NPM Positif
b2 ROA Positif
b3 ROE Positif
b4 EPS Positif
b5 DAR Positif
b6 DER Positif
b7 AUR Positif
Analisis pengaruh EVA terhadap MVA
Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang paling erat
dengan tingkat pengembalian saham. EVA yang semakin tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan, di mana penciptaan nilai tersebut akan tercermin
pada harga saham yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh EVA terhadap
MVA perusahaan. Model analisis yang dikembangkan adalah sebuah persamaan
regresi (estimating equation) yaitu formula matematika yang dirancang untuk
mencari nilai variabel dependen dari nilai variabel independen yang telah
diketahui. Di samping itu digunakan pula model analisis korelasi untuk
mengetahui bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Pada penelitian ini
digunakan persamaan regresi sederhana karena hanya ada satu variabel
independen yang diteliti.
Berikut adalah rumusan persamaan regresi sederhana:
Y α + β X + ε
Keterangan :
Y = variabel dependen
X = variabel independen
α konstanta
β koefisien parameter regresi
ε faktor kesalahan
Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan
antara variabel independen (X) terhadap variabel dependennya (Y). Pada
penelitian ini digunakan persamaan regresi sederhana karena memiliki satu
variabel independen yang diteliti, yaitu EVA. Sedangkan MVA sebagai variabel
dependen.
Persamaannya adalah sebagai berikut :
MVA = a + bEVA
Keterangan :
MVA = nilai MVA (juta rupiah)
EVA = nilai EVA (juta rupiah)
a = konstanta
b = koefisien parameter regresi
26
Perumusan dan pengujian hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang bersifat
sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola terbaik
dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah ”variabel-variabel yang telah
didefinisikan.
Ho : b = 0, EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap MVA .
H1 : b ≠ 0, EVA berpengaruh terhadap MVA.
H0 menunjukkan hipotesis nol, H1 menunjukkan hipotesis alternatif, serta b
menunjukkan koefisien dari variabel independen.
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan model yang
dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independennya
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Asumsi yang digunakan
yaitu tingkat signifikasi (α) sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap
hipotesis diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Charoen Phokpand Indonesia
Sejarah perusahaan
PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk (perseroan) didirikan di Indonesia
dengan nama PT Charoen Phokpand Indonesia Animal Feed Co. Limited
berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam akta pendirian No. 6 pada tanggal
7 Januari 1972 yang dibuat dihadapan Drs Gede Ngurah Rai, SH, Notaris di
Jakarta. Akta tersebut diubah dihadapan notaris yang sama menjadi Akta No. 5
tanggal 7 Mei 1973. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan YA-5/197/21 tanggal 8
Juni 1973 dan telah didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dibawah No. 2289 pada tanggal 26 Juni 1973, serta telah diumumkan pada Berita
Negara No. 65 tanggal 14 Agustus 1973 dengan tambahan No. 573. PT Charoen
Phokpand sendiri beroperasi dibawah Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) No
695/III/PMA/1992, tanggal 28 September 1992 dengan Penanaman Modal Asing
Thailand. Anggaran Dasar Perseroan telah diubah terakhir dengan notaris Fatiah
Helm, SH No. 43 tanggal 20 Desember 2010, sehubungan dengan penarikan
kembali modal ditempatkan dan disetor penuh melalui pembelian kembali saham.
Akta tersebut memproleh dukungan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam keputusan AHU-61146.AH.01.02 Tahun 2010
pasa tanggal 31 Desember 2010.
Sampai hari ini PT Charoen Phokpand adalah penghasil pakan ternak, Day
Old Chicks dan makanan olahan terbesar di Indonesia. Perseroan didirikan tahun
1972 dengan pabrik pakan ternak terbesar pertama di Jakarta untuk menghasilkan
pakan ternak berkualitas. Saat ini, Perseroan memfokuskan usahanya pada
kegiatan agribusiness yang mencakup poultry business, dari memproduksi pakan
ternak berkualitas, pembibitan ayam yang cepat tumbuh dan tahan penyakit serta
menghasilkan produk ayam olahan berkualitas tinggi. Kunci pertumbuhan dari
27
kegiatan agribisnis ini adalah komitmen untuk terlibat dalam seluruh rantai
produksi, mulai dari formulasi pakan ternak hingga peternakan ayam hingga
produk olahan dengan nilai tambah. Pendekatan ini terbukti sukses dalam
memastikan keunggulan supply produk untuk diri sendiri maupun untuk
permintaan industri lainnya dengan kualitas yang konsisten dari pakan ternak dan
produk ayam olahan di Indonesia. Pakan ternak adalah landasan utama bisnis
Perseroan. Perseroan memastikan sebagai produsen terbesar dan tersukses di
bidang pakan ternak berkualitas tinggi.
Dari satu pabrik pakan ternak di Jakarta, perseroan mengembangkan usaha
untuk menghadapi tantangan dalam menghasilkan produk yang dapat dipercaya
dan berkualitas tinggi dengan membangun fasilitas produksi di Balajara (Jawa
Barat), Semarang (Jawa Tengah), Sepanjang dan Krian (Jawa Timur), Bandar
Lampung (Lampung), Medan (Sumatera Utara) dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Secara bersama-sama, jaringan pabrik pakan ternak ini membuat Perseroan
menjadi produsen pakan ternak terbesar satu-satunya di Indonesia. Selain itu,
jaringan tersebut memiliki posisi strategis untuk memenuhi kebutuhan peternak
ayam di seluruh negeri. Hal ini menjadikan perseroan sebagai perusahaan
penghasil pakan ternak yang terpercaya.
Jaringan luas dari distributor dan agen di seluruh negeri membuat peternak
ayam memiliki kemudahan dan kecepatan dalam mendapatkan produk pakan
ternak perseroan. Perseroan juga memiliki kekuatan dominan dalam produksi dan
penyediaan Day Old Chicken di Indonesia. Seperti pakan ternak, perseroan
merupakan penghasil terbesar DOC dengan kualitas tinggi untuk peternak ayam di
Indonesia. Perseroan memiliki jaringan pemasaran luas yang tersebar di Jawa,
Kalimantan, Bali, Sulawesi dan Sumatera. Ketika pakan ternak dan Day Old
Chicken memiliki sejarah panjang dalam agribisnis, perseroan memiliki tanggung
jawab untuk meningkatkan konsumsi daging ayam dengan melebarkan usaha pada
produk ayam olahan bernilai tambah tinggi. Kegiatan usaha ini dilakukan oleh
fasilitas kami yang terletak di Cikande (Jawa Barat), Salatiga (Jawa Tengah) dan
Surabaya (Jawa Timur). Sejak tanggal 18 Maret 1991, perseroan telah
mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Penawaran saham
perdana (IPO) sebanyak 2500 000 lembar saham dengan harga per lembar saham
sebesar Rp1 000.
Visi, misi dan strategi perusahaan
Visi PT Charoen Phokpand Indonesia :
“Memberi Pangan bagi Dunia yang Berkembang”
Misi PT Charoen Phokpand Indonesia:
“Memproduksi dan menjual pakan, Day Old Chicks dan makanan olahan yang
memiliki kualitas tinggi dan berinovasi”
Strategi PT Charoen Phokpand Indonesia :
28
Pada tahun 2012 perusahaan telah menerapkan beberapa strategi yang
diharapkan dapat membawa kinerja perseroan kepada tingkat yan lebih tinggi di
masa yang akan datang, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas produksi pakan ternak dengan mendirikan pabrik
ternak baru dan memaksimalkan kapasitas produksi yang sudah ada dengan
efisiensi proses produksi memalui otomatisasi
2. Mendirikan fasilitas pembibitan DOC baru, terutama di luar pulau Jawa
3. Bergerak ke arah hilir, yaitu dengan terus mengembangkan industri pengolahan
daging ayam, seperti yang telah dilakukan dengan beberapa merek dagang
yaitu Golden Fiesta dan Fiesta serta mendirikan fasiltas pengolahan daging
ayam
4. Mendirikan pusat-pusat distribusi untuk semakin dekat baik ke pemasok dan
konsumen untuk menurunkan biaya transportasi
5. Menekankan biaya bahan baku, antara lain dengan mengelola tingkat
perputaran persediaan, melakukan pembelian bahan baku dengan harga yang
lebih rendah tanpa menurukan kualitas dan mengalihkan semaksimal mungkin
pembelian bahan baku di pasaran lokal untuk mengurangi biaya transportasi
6. Menerapkan bio-security untuk mempertahankan kualitas produk .
Manajemen dan Struktur Organisasi
Kegiatan usaha perusahaan
Berdasarkan Anggaran Dasar terakhir, kegiatan usaha perseroan adalah :
a. Kegiatan usaha utama
Kegiatan usaha utama pada PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk adalah :
1. Industri pakan ternak, pembibitan, budidaya ayam ras serta pengolahannya,
industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit
unit cold storage.
2. Menjual makanan ternak, makanan, daging ayam, sapi, dan bahan-bahan
hewan asal wilayah Indonesia maupun ke luar negeri dengan sejauh diizinkan
berdasarkan perundang-undangan.
b. Kegiatan Penunjang
Kegiatan usaha penunjang pada PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk adalah:
1. Mengimpor dan menjual bahan-bahan baku farmasi
2. Memproduksi maupun menjual karung-karung atau kemasan plastik, peralatan
industri plastik, alat alat peternakan, alat rumah tangga dari plastik sesuai
perizinan yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan peraturan dalam bidang
penanaman modal.
3. Melakukan perdagangan besar termasuk ekspor-impor, perdagangan intrasular
atau perdangan antar daerah maupun antar pulau
4. Melakukan kegiatan pengangkutan barang-barang baik pada umumnya
pengangkutan darat, peraran, laut maupun udara.
5. Menjalankan usaha pergudangan dan pusat distribusi
Secara garis besar produk utama yang dihasilkan perusahaan dan entitas
anak perusahaan adalah pakan ternak, DOC, dan daging ayam olahan.
29
Aspek pemasaran
Secara garis besar produk utama yang dihasilkan perusahaan dan entitas
anak perusahaan adalah pakan ternak, DOC, dan daging ayam olahan.
a. Pakan Ternak
Produk utama Perseroan adalah pakan ternak, yang diproduksi oleh fasilitas
produksi oleh fasilitas produksi perseroan dan entitas anak yang berada di Medan,
Bandar Lampung, Tangerang, Semarang, Sidoarjo dan Makassar. Bentuk dari
pakan ternak yang dproduksi oleh Perseroan dapat berupa konsentrat, tepung,
pellet, atau butiran halus. Sedangkan merek produk yang dipakai oleh perseroan
antara lain Hi-Pro, Hi-Pro-Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed Dan Tiji. Bahan
baku utama yang dipakai dalam pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
jagung, dedak, tepung, ikan, bungkil kedelai, tepung daging, tulang, pecahan
gandum, vitamin dan antioksidan. Produk pakan ternak yang ditawarkan oleh
perseroan terdiri dari :
1. Pakan ternak ayam pedaging
2. Pakan ternak untuk pre-starter (ayam pedaging usia seminggu)
3. Pakan ternak untuk starter
Teknik pemasaran yang digunakan untuk memasarkan produk pakan ternak
adalah melalui integrasi vertikal artinya kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan para peternak dalam skala kecil maupun skala besar, para
petani mitra ini yang nantinya akan menjadi pasar bagi produk pakan ternak
perseroan. Penjualan pakan ternak juga dilakukan melalui perwakilan distributor
atau agen skala besar yang sudah dipilih langsung oleh pihak perusahaan, agen
atau distributor ini nantinya akan mendistribusikan serta menjual dalam jumlah
banyak maupun eceran pada konsumen akhir.
Gambar 2 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
b. DOC (Day Old Chicken)
Produk perseroan yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada
penjualan yaitu DOC atau anak ayam usia sehari komersial. DOC perseroan
diproduksi oleh beberapa fasilitas pembibitan pemilik entitas anak perusahaan
yang tersebar diseluruh Indonesia.
30
Gambar 3 Proses produksi DOC PT Charoen Phokpand Indonesia
c. Daging ayam olahan
Produk daging ayam olahan diproduksi oleh fasilitas produksi perseroan
yang berada di Serang, Salatiga, Medan dan Surabaya. Perseroan telah
menggunakan beberapa merek antara lain GOLDEN FIESTA, FIESTA, CHAMP,
Dan OKAY, dengan keragaman produk seperti karage,nugget, psicy wings, sosis
dan produk lain. Ditahun 2012 ini perusahan perhasil mempertahankan posisinya
sebagai pemimpin pasar di produk dagang ayam olahan ini dengan penguasaan
pangsa pasar sebesar 55 persen. Metode promosi yang dilakukan perusahaan
untuk produk daging ayam olahan secara mayoritas adalah melalui promosi di
media elektronik, sosial maupun cetak.
Gambar 4 Proses produksi pakan ternak PT Charoen Phokpand Indonesia
31
Aspek sumber daya manusia dan struktur organisasi
Pada tanggal 31 Desember berdasarkan data dari perseroan dan entitas anak
perusahaan PT Charoen Phokpand Indonesia memiki 4391 karyawan. Manajemen
perusahaan mengetahui begitu pentingnya peranan karyawan bagi keberhasilan
perseroan, maka manajemen berupaya melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas serta motivasi tiap karyawan antara lain
dengan perbaikan sistem pengupahan atau penggajian.Berikut adalah Struktur
organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia dengan posisi jabatan tertinggi adalah
rapat umum pemegang saham(Gambar 5).
Gambar 5 Struktur organisasi PT Charoen Phokpand Indonesia
Kinerja keuangan perusahaan
Ukuran kinerja perusahaan dapat dibedakan berdasarkan sumber
informasi yang dipakai untuk mengukur kinerja. Informasi yang digunakan
sebagai dasar pengukuran kinerja bisa berupa informasi keuangan maupun non-
keuangan, dan dapat didasarkan pada pengukuran intern dan ekstern. Tipe
informasi keuangan intern antara lain berupa penjualan, profit margin, pendapatan
operasi dan data aktiva yang merupakan data akuntansi. Sedangkan tipe akuntansi
eksternal adalah informasi keuangan yang diperoleh dari luar perusahaan seperti
harga saham perusahaan di bursa saham dan tingkat pertumbuhan industri yang
berkaitan dengan jenis usaha perusahaan. Tipe yang lain yaitu tipe informasi non-
keuangan yang dapat berupa informasi non-keuangan internal maupun eksternal.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan PT
Charoen phokpand Tbk. Perusahaan ini beropersi dalam sektor agribsnis
peternakan beserta keseluruhan integrasinya. Pengukuran kinerja keuangan melalui
pendekatan rasio keuangan, EVA, dan MVA. Nilai rasio keuangan mampu
32
menjelaskan baik buruk keadaan serta posisi keuangan perusahaan, EVA suatu
perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan menciptakan nilai tambah
ekonomis, MVA menunjukan kemampuan nilai tambah pasar yang dapat diciptakan
untuk pemegang saham.
Rasio-rasio keuangan
Analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
masing-masing sumber laporan maupun kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Rasio ini menggambarkan hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah lainnya dalam suatu laporan keuangan. Sehingga alat
analisis ini dapat menggambarkan baik buruknya keadaan keuangan internal
sebuah perusahaan jika dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan
sebagai standar. Secara lebih lanjut aspek kinerja keuangan yang diwakili oleh
rasio-rasio keuangan dianggap mampu menggambarkan operasi perusahaan atau
aspek fundamental perusahaan dalam persaingan dunia usaha secara
ekstensif.
Rasio-rasio keuangan yang dianalisis dalam penelitian kinerja keuangan
PT Charoen Phokpand Indonesia Tbk meliputi Net Profit Margin (NPM), Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio
Hutang (Debt to Total Asset Ratio), Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to
Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Ketujuh rasio keuangan tersebut
mewakili rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi usaha.
Pemilihan rasio keuangan dalam penelitian ini didasarkan pada kerelevananya
dalam peningkatan aset dan kerelatifan dengan EVA dan MVA. Rasio-rasio yang
diteliti juga menjadi standar pembanding yang dipublikasikan oleh perseroan
untuk penilaian kinerja keuangan didalam laporan keuangan triwulan, tahunan,
laporan annual serta analisis fundamental perusahaan.
a. Net Profit Margin (NPM)
Rasio marjin laba bersih atau NPM merupakan perbandingan antara laba
bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba
bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu
rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh.
Nilai NPM pada penelitian ini didapatkan dari perbandingan antara laba bersih
perusahaan terhadap penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya. Penjualan
bersih berdasarkan laporan tahunan perseroan adalah keseluruhan penjualan
produk dari kegiatan utama perseroan sebagai mana tercantum dalam gambaran
umum yaitu industri pakan ternak, pembibitan, budidaya ayam ras serta
pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi
termasuk unit-unit cold storage. Sedangkan operasi lain yang dimaksud adalah
pendapatan dari penjualan ayam afkir, karung bekas, bahan baku (kecuali
premix), kotoran ayam dan produk sampingan yang dicatat sebesar hasil
penjualan netto dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dan disajikan
sebagai “Pendapatan Operasi Lain” dalam laporan laba perseroan. Besaran
NPM perseroan dapat dilihat dalam Tabel 10 sebagai berikut :
33
Tabel 10 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Tahun NPM per kuartal (%)
I II III IV
2008 2.45 3.43 4.02 1.92
2009 4.61 9.39 10.22 11.08
2010 12.59 13.54 15.08 14.66
2011 14.97 14.31 14.36 13.12
2012 16.02 16.46 15.39 12.50
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia Tahun 2008-2012 (diolah)
Nilai NPM perseroan cenderung berfluktuasi dilima tahun periode yang
diteliti, pada tahun 2008 nilai NPM terbesar pada kuartal III sebesar 4.02 persen
sedangkan terendah dikuartal IV yaitu 1.92 persen, secara keseluruhan ditahun
2008 terjadi peningkatan NPM. Hal ini berarti, kemampuan perusahaan
memperoleh keuntungan dari setiap penjualan meningkat sepanjang kuartal I
sampai III, namun menurun pada kuartal IV. Penurunan nilai NPM ini
dikarenakan turunnya laba bersih yang diperoleh perseroan. Hal serupa juga
terjadi pada tahun 2010. Trend NPM meningkat hanya terjadi pada tahun 2009,
NPM diperiode ini meningkat dari kuartal I sampai kuartal IV dengan besaran
4.61 persen, 9.39 persen, 10.22 persen, dan 11.08 persen.
Pada tahun 2010 NPM perusahaan juga berfluktuasi dengan nilai tertinggi
pada kuartal III sebesar 15.08 persen dan terendah dikuartal I 12.59 persen.
Ditahun 2011 dan juga 2012 juga masih tetap berfluktuasi dengan nilai NPM
tertinggi masing masing adalah 14.97 persen dan 16.46 persen. Sedangkan nilai
terendah yaitu 13.12 persen dan 12.50 persen dan keduanya berada dikuartal IV.
Nilai NPM tertinggi diseluruh kuartal periode penelitian adalah pada saat kuartal
II tahun 2012 yaiutu sebesar 16.46 persen artinya setiap satu rupiah penjualan,
perseroan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp164 600,
sedangkan nilai NPM terendah yaitu pada saat kuartal IV tahun 2008 sebesar 1.92
persen artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp19 200 ditiap satu rupiah penjualan.
Secara keseluruhan perbandingan NPM perkuartal disetiap tahun
penelitian, NPM perseroan dapat dikatakan mengalami peningkatan sejak tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 (Gambar 6). NPM berfluktuasi hanya pada
kuartal IV hal ini rata rata disebabkan oleh penurunan laba bersih lebih kecil
dibandingkan penjualan diakhir periode, padahal penjualan terus mengalami
peningkatan secara rata-rata.
34
Gambar 6 NPM PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat terjadi kenaikan nilai NPM
perseroan sejak tahun 2008 sampai 2012. Penurunan hanya terjadi pada kuartal
IV, hal ini diketahui karena peningkatan laba bersih perseroan ternyata jauh lebih
kecil dibandingkan peningkatan penjualan perseroan. Dari titik pada grafik diatas
terjadi penurunan NPM di tahun 2012 dibandingkan tahun 2011, peningkatan laba
bersih perusahaan dari tahun 2011 ke 2012 kuartal IV hanya 13 persen sedangkan
penjualan mengalami peningkatan sebesar 19 persen.
b. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang dapat mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya
perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut. Setiap perusahaan harus mampu
melaksanakan manajemen aktiva dengan efisien. Berdasarkan data dari laporan
keuangan perseroan digambarkan bahwa nilai aktiva perseroan cenderung
meningkat walaupun berfluktuasi disetiap kuartal. Pada awal periode waktu yang
diteliti perseroan memiliki aktiva Rp4.92 triliyun dan pada akhir periode waktu
yang diteliti mencapai Rp12.34 triliyun. Untuk melihat pengelolaan aset tersebut
apakah sudah efisien atau belum maka dapat dilihat dari nilai ROA perusahaan
(Tabel 12).
Tabel 11 ROA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 Kuartal ROA (%)
2008 2009 2010 2011 2012
I 1.44 2.69 8.56 9.26 8.20
II 3.96 11.31 16.80 16.19 16.10
III 7.19 20.63 28.78 24.61 20.99
IV 4.90 30.15 33.91 26.70 21.71
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2008 2009 2010 2011 2012
Per
senta
se (
%)
Tahun
35
Nilai ROA perseroan sepanjang periode yang diteliti mengalami
peningkatan setiap kuartalnya, kecuali pada kuartal III ke kuartal IV tahun 2008.
Nilai ROA pada periode tersebut turun sebesar 3.00 persen, dari 7.19 persen
menjadi 4.90 persen. Penurunan ini disebabkan oleh besaran laba bersih perseroan
dari Rp401 388 000 000 menjadi Rp253 977 000 000 dan juga penurunan aset
yang dimiliki perseroan dari Rp5 586 469 000 000 menjadi Rp5 178 540 000 000.
Penurunan ROA di tahun 2008 menunjukan kemampuan yang kurang baik bagi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva yang dimiliki perusahaan.
Sehingga apabila dilihat dari ROA, rentabilitas perseroan pada periode tahun 2008
tidak cukup baik. Seiring dengan perbaikan kinerja perusahaan periode setelah
2008 sampai tahun 2012 ROA perusahaan terus mengalami peningkatan artinya
perusahaan semakin baik dalam mengelola aset yang dimiliki untuk menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. Nilai ROA tertinggi dicapai pada kuartal IV sebesar
33.91 persen, artinya dalam setiap satu rupiah aset atau aktiva perseroan akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp3 391 000 berbanding jauh dengan nilai
ROA terkecil pada kuartal awal tahun 2008, pada periode itu setiap satu rupiah
aset perseroan hanya menghasilkan keuntungan sebesar Rp14 400.
c. Return on Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat
dihasilkan perusahaan atas modal sendiri (ekuitas) yang ditananamkan untuk
membiayai usaha. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran
rasio keuangan yang berbasiskan laba. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin
baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang
diserahkan investor. Perkembangan nilai ROE perusahaan dapa dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 12 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal ROE (%)
2008 2009 2010 2011 2012
I 6.62 9.8 13.24 12.76 11.27
II 16.43 32.35 29.15 24.72 23.53
III 27.35 45.30 41.70 33.62 30.97
IV 19.24 54.98 49.57 38.17 32.79
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Nilai ROE PT Charoen Phokpand Indonesia ditahun yang diteliti 2008
sampai 2012 selalu meningkat dimasing-masing kuartal setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan laba bersih pada periode berjalan yang lebih besar
dibandingkan peningkatan ekuitas perseroan. Pada tahun 2012 rata rata
peningkatan laba periode berjalan sebesar 57 persen dengan besaran peningkatan
pada masing masing kuartal sebesar 115 persen, 46 persen dan 9 persen.
Peningkatan ini lebih besar dibandingkan peningkatan ekuitas perseroan yaitu 3
persen, 11 persen, dan 3 persen, dengan rata-rata kenaikan ROE sebesar 6 persen.
36
Gambar 7 ROE PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Nilai ROE terbesar sepanjang periode penelitian adalah kuartal IV tahun
2009 dengan nilai sebesar 54.98 persen dengan interpretasi setiap satu Rupiah
modal sendiri (ekuitas) perseroan maka perseroan mampu menghasilkan
keuntungan sebesar Rp549 800. Sedangkan nilai ROE terendah berada di kuartal
pertama tahun 2008, setiap satu rupiah ekuitas perseroan hanya menghasilkan
keuntungan sebesar Rp66 200. Secara keseluruhan terjadi tren peningkatan nilai
ROE perseroan disetiap kuartal pertahun. Hal mengindikasikan bahwa
kemampuan modal sendiri (ekuitas) perseroan dalam menghasilkan keuntungan
meningkat. Namun ROE ditahun 2012 mengalami penurunan, seperti terlihat pada
gambar, bahwa ROE perseroan pada tahun 2012 mengalami penurunan,
dibandingkan pada tahun 2009, 2010, dan 2011. Hal ini terjadi karena perseroan
mengalami peningkatan laba bersih yang lebih kecil dibandingkan peningkatan
laba bersih pada kuartal yang sama ditahun sebelumnya. Artinya pada tahun ini
kinerja perseroan dalam menghasilkan keuntungan terhadap penggunaan modal
sendiri (ekuitas perusahaan) tidak terlalu baik.Secara keseluruhan ROE perseroan
masih menunjukan tren yang meningkat.
d. Eearning per Share (EPS)
Berikut adalah data EPS PT Charoend Phokpand Indonesia Tbk pada tahun
2008 sampai 2012 berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada laporan annual
perusahaan.
Tabel 13 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal EPS (rupiah per lembar saham)
2008 2009 2010 2011 2012
I 22 44 136 40 48
II 64 192 287 77 103
III 122 333 499 118 150
IV 77 491 135 144 164
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
0
10
20
30
40
50
2008 2009 2010 2011 2012
Per
senta
se (
%)
Tahun
37
Earning Per Share (EPS) merupakan metode pengukur tingkat keuntungan
yang dapat dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. EPS didapat dari
perbandingan antara laba bersih perusahaan terhadap jumlah saham. Kondisi ini
menggambarkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki pemegang saham.
Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik karena dapat menciptakan laba per lembar saham bagi investor yang tinggi.
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat pada tahun 2008 perusahaan mampu
memberikan keuntungan per lembar saham yang terus meningkat sampai pada
kuartal satu sampai tiga, namun kemampuan perusahaan memberikan keuntungan
pada lembar saham turun saat kuartal ke empat yaitu dari Rp 122 per lembar
sahamnya menjadi Rp77 per lembar saham. Tahun 2009 kecenderungan
keuntungan perusahaan perlembar sahamnya meningkat yaitu dari Rp44 per
lembar saham, Rp192 per lembar saham. Rp333 per lembar saham, sampai Rp491
per lembar saham.
Lain halnya pada tahun 2009 EPS yang dihasilkan oleh perseroan terus
mengalami peningkatan dari Rp44 per lembar saham menjadi Rp.491 per lembar
saham. Hal ini berarti karena laba bersih yang dicapai perusahaan tinggi, sehingga
akan menghasilkan laba yang besar pula bagi investornya, hal ini manggambarkan
kinerja perusahaan yang baik, sehingga mampu menciptakan laba yang besar bagi
investornya. Nilai tertinggi EPS dicapai saat kuartal II tahun 2010 yaitu mencapai
Rp499 per lembar saham, hal ini terjadi karena perseroan melakukan pemecahan
saham setelah periode 2010, pada periode sebelum tahun 2010 jumlah saham
perseroan yang beredar adalah sebanyak 3 284 561 408 lembar. Kebijakan
stocksplit, yaitu suatu aktivitas yang perusahaan go public untuk menaikkan
jumlah saham yang beredar. Kebijakan ini dilakukan apabila dirasa harga saham
perusahaan sudah tinggi, pada periode tersebut harga saham adalah seharga Rp2
050 per lembar saham, sudah sangat tinggi dibandingkan kuartal yang sebelumnya
yaitu hanya Rp555 per lembar, Rp727 per lembar dan Rp1 740 per lembar.
Langkah ini dilakukan perseroan dengan motivasi antara lain untuk meningkatkan
likuiditas perdagangan saham di bursa efek. Melalui pemecahan saham (stock
split) maka harga saham akan lebih terjangkau oleh investor sehingga diharapkan
transaksi jual beli di pasar saham lebih banyak terjadi atau perdagangan lebih
likuid, akibatnya permintaan (demand) saham cenderung naik, saham lebih aktif
diperdagangkan di bursa dan harganya pun bisa jadi naik lebih tinggi setelah
aktivitas pemecahan saham (stock split) itu sendiri.
Pasca dilakukannya pemecahan nominal saham dari Rp50 menjadi 10, maka
akan berdampak pada jumlah saham yang beredar, pasca kebijakan di tahun 2010
ini jumlah saham CPIN beredar adalah sebanyak 16 422 807 040 lembar, hal ini
tentu saja berpengaruh terhadap besaran laba per saham yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan, pasalnya EPS diperoleh dari perbadingan laba
bersih perseroan dibandingkan jumlah saham yang beredar. Tidak heran apabila
periode setelah tahun 2010 yaitu 2011 dan 2012 nilai EPS perseroan mengalami
penurunan nominal EPS dibandingkan besaran Rp499 per lembar saham pada
kuartal III tahun 2010. Nilai EPS yang terbesar hanya mencapai Rp164 per lembar
diakhir periode 2012
Meskipun laba bersih perseroan mengalami peningkatan. Namun, hal ini
tidak dapat dijadikan acuan bahwa keuntungan akumulasi yang diperoleh dari
investor menurun, karena jumlah saham yang dipegang investor juga akan
38
mengalami kenaikan sesuai dengan penyesuaian yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Sedangkan nilai EPS perusahaan terendah terjadi di tahun 2008
kuartal pertama yaitu Rp22/lembar saham, hal ini terjadi karena memang besaran
laba bersih perseroan pada tahun tersebut kecil dibandingkan tahun lainnya, bukan
karena adanya kebijakan saham atau kebijakan manajemen perseroan yang lain.
Secara keseluruhan tren EPS perseroan adalah stagnan.
Gambar 8 EPS PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
e. Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan
total kekayaan perseroan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio
hutang maka semakin tinggi pula risiko yang harus ditanggung perseroan. Dalam
penelitian ini rasio hutang didapatkan dari pembagian antara total hutang dengan
total aktiva atau aset perseroan. Total hutang perseroan meliputi hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang perseroan. Rasio ini digunakan untuk
menunjukan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan
pinjaman. Selama periode lima tahun 2008 sampai 2012, nilai rata-rata rasio ini
sebesar 45.93 persen (Tabel 15) yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai
oleh pinjaman sebesar 45.93 persen, dan sisanya sebesar 54.07 persen dibiayai
dari modal sendiri. Kondisi ini menunjukkan risiko yang ditanggung perusahaan
tidak terlalu besar karena kepemilikan aktiva yang dibiayai dari pinjaman relatif
lebih kecil karena masih dibawah 50 persen.
Tabel 14 DAR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal DAR (%)
2008 2009 2010 2011 2012
I 76.67 72.26 35.03 27.46 27.30
II 7564 64.81 42.03 34.50 31.59
III 73.45 54.13 30.64 26.80 32.23
IV 74.23 44.82 31.24 30.05 33.79
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2008 2009 2010 2011 2012
Rupia
h/l
embar
sah
am
Tahun
39
Rasio hutang perseroan dalam penelitian masih dianggap normal karena
operasional atau aktivitas perseroan masih diatas 50 persen yang didanai oleh
modal sendiri perseroan (Gambar 9). Berdasarkan penelitian sendiri rasio hutang
terhadap seluruh aktiva perseroan mengalami penurunan, diawal tahun penelitian
hutang perusahaan mencapai 76 persen, dan diakhir masa penelitian besaran
hutang perseroan adalah 34 persen, artinya risiko hutang perseroan mengalami
penurunan.
Gambar 9 Proporsi hutang PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
f. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menggambarkan seberapa besar besar modal sendiri dapat
menjamin hutang perusahaan dapat ditunjukkan dengan menggunakan rasio
hutang terhadap ekuitas. Rata-rata rasio hutang perseroan dalam 5 tahun terakhir
adalah 106.84 persen atau dapat dikatakan 1.06 artinya perusahaan belum mampu
menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri, angka ini dianggap kurang
baik menurut standar karena perusahaan hanya mampu menjamin hutang Rp 106,
dengan modal Rp100. Rasio hutang perusahaan terhadap modal sendiri
mengalami penurunan ditahun 2010, 2011, dan 2012 dibandingkan tahun 2008
dan 2009, penurunan rasio ini terjadi karena perseroan menurunkan pinjaman
jangka pendek maupun jangka panjangnya. Penurunan nilai rasio DER yang
cenderung menurun (Tabel 16) mengindikasikan meningkatnya kemampuan
solvabilitas perusahaan dalam menjamin semua hutangnya dengan modal sendiri.
Tabel 15 DER PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal DER (%)
2008 2009 2010 2011 2012
I 33.20 263.40 54.18 37.85 37.54
II 313.91 185.48 72.91 52.67 46.17
III 279.58 118.84 44.40 36.61 47.55
IV 291.16 81.75 45.67 42.96 51.03
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Total Hutang
45.93 Modal sendiri
54.07
40
g. Asset Utilization Ratio (AUR)
Salah satu rasio keuangan yang penting untuk dianalisis adalah rasio
efisiensi usaha, rasio ini mengambarkan seberapa efisien sebuah perseroan
menjalankan kegiatan usaha yang dimiliki, salah satu rasio efisiensi usaha yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization Ratio (AUR). AUR adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam pengelolaan seluruh aktiva
yang dimiliki dalam proses penciptaan pendapatan operasi maupun pendapatan
non operasi. Dalam perseroan yang diteliti yang dimaksud pendapatan operasi
adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh perseroan memalui kegiatan
operasional perusahaan yang meliputi kegiatan utama maupun kegiatan
pendukung perseroan. Sedangkan pendapatan non operasi adalah pendapatan yang
diperoleh bukan dari kegiatan operasi perseroan diantaranya adalah pendapatan
bunga, pendapatan selisih kurs, ataupun pendapatan keuangan lainnya. Berikut
adalah hasil perhitungan AUR pada perseroan:
Tabel 16 AUR PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal AUR (%)
2008 2009 2010 2011 2012
I 59.19 59.07 66.73 62.48 51.26
II 116.41 123.51 124.87 114.24 98.03
III 179.07 206.99 192.27 172.51 136.70
IV 256.48 278.25 233.04 203.80 173.65
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai AUR perseroan dimasing-
masing tahun mengalami peningkatan disetiap kuartalnya, semakin tinggi nilai
AUR perseroan maka dapat dikatakan bahwa perseroan makin efisien, pasalnya
setiap satu rupiah total aktiva yang dimanfaatkan oleh perseroan maka akan
menghasilkan sekian rupiah dikalikan persentase nilai AUR perseroan. Tren
meningkat diseluruh nilai AUR perseroan mengindikasikan bahwa perseroan
semakin efiesien disetiap kuartalnya. Namun perseroan didapati mengalami
penurunan nilai AUR perseroan. Rata-rata pengingkatan AUR perseroan ditahun
2008 adalah sebesar 93 persen, jauh lebih tinggi dari pada ditahun 2009 yaitu 51
persen, artinya perseroan mengalami penurunan rata-rata peningkatan nilai AUR.
Nilai AUR kembali meningkat ditahun 2010 yaitu sebesar 54 persen, peningkatan
ini tidak begitu besar, kemudian ditahun 2011 perseroan semakin efisien dengan
pencapaian nilai AUR sebesar 70 persen. Nilai AUR kembali turun di 2012
menjadi 65 persen artinya perseroan mengalami penurunan nilai AUR sebesar 5
persen dibandingkan nilai AUR perseroan ditahun sebelumnya. Penurunan ini
menunjukan semakin menurunnya kemampuan aset atau aktiva yang dimiliki
perseroan dalam menghasilkan pendapatan operasional maupun pendapatan non
operasional.
Economic Value Added (EVA)
Munculnya istilah EVA (Economic Value Added) dipopulerkan oleh Stern
Stewart Management Service, sebuah perusahaan konsultan dari Amerika Serikat.
Penghitungan EVA telah banyak digunakan di berbagai perusahaan besar di
Amerika Serikat. Perhitungan EVA merupakan suatu sistem keuangan untuk
41
mengukur laba ekonomis suatu perusahaan, dengan mengetahui nilai EVA perusahaan
maka dapat diketahui peningkatan maupun penurunan nilai ekonomis pada suatu
periode tertentu. Gagasan munculya EVA cukup sederhana, perusahaan benar-benar
menguntungkan dan menciptakan nilai jika dan hanya jika labanya melebihi biaya
semua modal yang digunakan untuk membiayai yang digunakan untuk membiayai
operasi. Biaya modal perusahaan sendiri dipengaruhi oleh kebijakan pembiayaan dan
investasi. Jika biaya modal ditentukan sebagian oleh jenis modal yang digunakan
perusahaan, oleh kebijakan dividen dan oleh jenis proyek invetasi yang dilakukan.
Dalam penelitian terhadap nilai EVA PT Charoen Phokpand Indonesia
digunakan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model) dalam menaksir biaya modal
dalam perusahaan. Berikut adalah hasil perhitungan EVA PT Charoen Phokpand:
Tabel 17 EVA PT Charoen phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal EVA (Juta rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
I -1494195 -210227 -230438 317876 444649
II -222461 308639 226665 888654 1357307
III -4013 835960 932977 1575990 2120093
IV -36324 1394884 1398219 1985151 2329070
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 18 bahwa seluruh nilai EVA
perseroan disetiap kuartal adalah negatif artinya nilai EVA lebih kecil dari nol,
perseroan diindikasikan pada periode tersebut adanya penurunan kekayaan perseroan
akibat laba yng dihasilkan tidak mampu memberikan kompensasi yang setimpal
dengan investasi yang ditanam. Secara lebih sederhana, pada periode tersebut
perseroan belum mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham.
Pada periode tersebut seluruh biaya modal perseroan (COC) lebih besar dibandingkan
laba operasi setelah pajak (NOPAT). Berdasarkan pandangan dari pihak manajemen
besarnya biaya modal diperngaruhi oleh krisis global yang dihadapi banyak negara di
dunia. Sebagian bahan baku perseroan seperi jagung dan bungkil kedelai, masih
menjadi bahan baku yang diimpor dari negara Amerika, Cina maupun India. Nilai
EVA negatif ditahun 2008 disebabkan kecilnya laba bersih yang diperoleh perusahaan
dibanding tahun berikutnya(Tabel 18).
Tahun berikutnya, setelah periode krisis global ditahun 2008, Secara rata-rata
nilai EVA perseroan mengalami peningkatan disebabkan karena nilai NOPAT atau
laba bersih setelah pajak yang meningkat. Pada tahun 2008 perusahaan memiliki nilai
NOPAT sebesar Rp392 626 500 000 sedangkan tahun 2009 nilai NOPAT
perseroan senilai Rp1 023 623 250 000 berari nilai NOPAT perseroan meningkat
sebesar 161 persen. NOPAT perseroan ditahun berikutnya adalah Rp1 346 642
000 000, sedangkan periode 2011 dan 2012 adalah Rp1 582 485 250 000 dan Rp1
983 226 500 000. Secara periodik artinya terjadi peningkatan NOPAT perseroan
sebesar 31.56 persen, 175 persen dan 253 persen. Kenaikan NOPAT ini didukung
dengan peningkatan laba bersih dan biaya bunga.
COC perseroan sendiri secara keseluruhan dari tahun 2008 ke 2012
mengalami penurunan sebesar 4 persen, artinya biaya modal yang digunakan oleh
perseroan untuk kegiatan investasi maupun operasional mengalami penurunan,
melihat laba bersih perusahaan meningkat artinya perusahaan melakukan efisiensi
42
sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomis. COC pada tahun 2008
terbesar yaitu Rp831 875 000 000 sedangkan ditahun 2009 biaya modal
perusahaan mengalami penurunan yaitu 47 persen, menjadi Rp441 309 000 000.
Tahun 2010 COC perseroan kembai meningkat sebesar 73 persen menjadi Rp64
786 000 000 hal ini dipicu oleh peningkatan persentasi WACC atau biaya modal
rata-rata tertimbang, yaitu 53.99 persen, paling tinggi diantara tahun yang lain
dalam periode yang diteliti, nilai ini besar karena besaran Ke mencapai 50.91
persen atau biaya yang timbul karena investor menyerahkan dananya dalam
bentuk ekuitas kepada perseroan, pada tahun ini perusahaan menahan dividen, dan
uang investor atau pemegang saham banyak diinvestasikan kembali kepada
perseroan.
Nilai EVA perseroan bernilai negatif hanya pada periode 2008, hal ini
dikonfirmasi pihak perusahaan karena terkena dampak dari krisis global.
Perseroan sendiri masih banyak mengimpor bahan baku utama pembuatan pakan
ternak dari Amerika Serikat yaitu jagung dan bungkil kedelai. Krisis global
menyebabkan tingginya harga bahan baku, dan berdampak pada komponen biaya
perseroan. Dalam perhitungan EVA menyebabkan COC meningkat, sedangkan
untuk tahun berikutnya dalam periode yang diteliti terus mengalami peningkatan,
hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai NOPAT secara rata-rata yang dipicu oleh
peningkatan laba bersih dan biaya bunga perusahaan, sedangkan nilai COC atau
biaya modal perusahaan menggalami penurunan secara rata rata sebesar 4 persen.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semakin tahun PT Charoen Phokpand
mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham.
Gambar 10 EVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Market Value Added (MVA)
Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di bursa. Jadi, nilai pasar
dapat ditentukan berdasarkan harga saham suatu perseroan. Proses peningkatan
maupun penurunan yang dilakukan perusahaan akan terlihat dari pergerakan nilai
MVA dari tahun ke tahun sehingga investor dapat menjadikan nilai MVA sebagai
indikator untuk menilai kinerja perseroan tersebut. Nilai MVA atau nilai tambah
pasar dalam penelitian ini diperoleh dari hasil selisih antara nilai pasar aset
-2000000
-1500000
-1000000
-500000
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
2008 2009 2010 2011 2012
juta
rupia
h
Tahun
43
dengan nilai buku. Jumlah saham yang beredar didapat dari data saham perseroan,
sedangkan harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada
akhir periode kuartal. Sedangkan nilai buku adalah total ekuitas perseroan.
Jumlah saham yang beredar secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu 3
284 561 408 lembar saham dan 16 398 000 000 lembar. Perubahan ini terjadi di
tahun 2010. Perseroan melakukan kebijkan stock split, pemecahan nominal Rp50
menjadi Rp10, sehingga jumlah saham perseroan yang beredar yaitu dari 3 284
561 408 menjadi 16 398 000 000 lembar. Upaya ini dilakukan oleh perseroan
karena harga saham sudah mulai meninggi menyentuh angka Rp2 010, agar
menjaga likuiditas bursa dan lebih menghidupkan penawaran dan permintaan
maka ditingkatkan jumlah saham yang beredar dan juga menurunkan harga
saham. Upaya tersebut memiliki motivasi jangka panjang, yaitu meningkatnya
harga saham perseroan dan juga jumlah saham yang beredar.
Keberhasilan kebijakan dapat dilihat berdasarkan tahun periode setelahnya.
Harga saham perseroan mengalami peningkatan dan mencapai angka Rp3 650 per
lembarnya, jauh lebih tinggi Rp1 640 dibandingkan pada periode sebelumnya.
Tentunya hal tersebut meningkatkan nilai MVA. Dengan kata lain, tujuan
perseroan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat dikatakan
berhasil atau tercapai pada periode yang diteliti (Tabel 21).
Tabel 19 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal MVA (Jutaan rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012
I 1884734 178195 5638192 28068074 38118640
II 2008619 183215 8214777 27548532 48976107
III 181115 2086160 24605638 33590256 41671894
IV 108476 4457245 23983850 29066230 51676236
Sumber : Laporan keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012 (diolah)
Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia diseluruh kuartal pada tahun
2008 sampai dengan 2012 bernilai positif (Tabel 21). Secara umum rata-rata nilai
MVA perseroan mengalami peningkatan disetiap tahunnya, namun besaran
peningkatan terjadi saat tahun 2009 ke tahun 2010, peningkatan nilai MVA
perseroan mencapai 688 persen, hal itu terjadi karena adanya peningkatan lembar
saham yang diedarkan oleh perseroan dari 3 284 561 408 lembar menjadi 16 398
000 000 lembar. Pada tahun ini perusahaan mampu memberikan nilai tambah
pasar sebesar Rp16 586 295 juta dibandingkan tahun sebelumnya hanya 2009
yaitu Rp2 103 928 juta. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan sudah dapat
menghasilkan nilai tambah pasar bagi para investor atau pemegang saham. Harga
saham perseroan di lantai bursa berdasarkan permintaan maupun penawaran
pialang maupun pasar, nilai saham terendah perseroan ketika tahun 2008 kuartal
ke IV, harga saham perlembar perseroan dengan kode transaksi CPIN hanya
Rp840, dan harga saham tertinggi di periode yang diteliti adalah pada tahun 2012
penutupan akhir tahun, harga saham perusahaan sudah mencapau Rp3 650 per
lembar, artinya daya jual saham perusahaan di bursa terus meningkat. Peningkatan
harga ini menyebabkan nilai MVA perseroan terus mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu sebesar 211 persen rata-rata selama lima tahun terakhir. Namun
peningkatan nilai MVA pada 2 tahun terakhir hanya sebesar 35 persen hal ini
44
dikarenakan nilai buku saham yang meningkat sebesar 37 persen, dari Rp5 543
945 juta menjadi Rp7 567 856 juta.
Hubungan rasio-rasio keuangan terhadap EVA
Rasio keuangan diduga sebagai penggerak utama EVA perseroan Dalam
penelitian ini dilihat bagaimana hubungan antar rasio-rasio keuangan terhadap
penciptaan nilai tambah ekonomis atau EVA perseroan. Hubungan antara rasio-
rasio keuangan dengan nilai tambah ekonomi sendiri belum memilki patokan
standar yang baku, mana saja rasio keuangan perseroan yang berpengaruh
terhadap EVA. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda dengan 7 variable independen yaitu rasio-rasio keuangan yang
meliputi Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Eearning per Share (EPS), Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio),
Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan Asset Utilization Ratio
(AUR) dan 1 variabel dependen yaitu EVA.
Hipotesis awal dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan berpengaruh
positif terhadap EVA. Model yang digunakan dalam analisis pengaruh rasio
keuangan terhadap EVA adalah sebagai berikut :
EVA = a + b1 NPM + b2 ROA+ b3 ROE
+ b4 EPS + b5 DAR + b6 DER + b7AUR
Keterangan :
EVA = nilai EVA (juta rupiah)
NPM = nilai NPM (%)
ROA = nilai ROA (%)
EPS = nilai EPS (Rupiah/lembar saham)
ROE = nilai ROE (%)
DAR = nilai DAR (%)
DER = nilai DER (%)
AUR = nilai AUR (%)
a = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5,b6, b7 dan b8 = koefisien parameter regresi
Tahapan selanjutnya dilakukan pengujian apakah model tersebut adalah
model yang signifikan untuk menggambarkan hubungan antara rasio-rasio
keuangan yang terdiri dari NPM, ROA, ROE, EPS, DAR, DER, dan AUR
terhadap EVA. Pengujian dilakukan dengan metode backward elimination yaitu
sebuah metode yang mengeliminasi variabel-variabel yang dianggap tidak
signifikan dalam analisis uji berganda, ternyata model terbaik yang didapatkan
adalah :
Tabel 20 Hasil persamaan regresi pengaruh rasio keuangan terhadap EVA
Variabel Koefisien VIF Nilai Tollerance
Konstanta (EVA) 755940.4
ROE 547504 2.5 0.397
EPS -2723.3 2.3 0.431
DAR -2445217 1.1 0.877
R2
(%) 74
Sumber : output regresi (diolah)
45
Hal ini dilakukan karena, belum terpenuhinya asumsi kelayakan regresi linear
berganda apabila seluruh variabel independen dimasukan. Model yang didapatkan
dari metode backward elimination ini menunjukan bahwa hanya ROE, EPS, dan
DAR sebagai variabel independen dan EVA sebagai variabel dependen yang ada
dalam persamaan baru. Berikut adalah hasil asumsi kelayakan model :
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah galat sebaran data yang ada
dalam sebuah model terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian ini
menggunakan uji melalui Uji Jarque Bera. Dengan Hipotesis :
H0 : Nilai prob > α (Galat menyebar normal)
H1 : Nilai prob < α (Galat tidak menyebar normal)
Hasil uji Jarquera Bera dalam model ini memberikan kesimpulan bahwa
probability dari data yang diperoleh dari output uji, lebih besar dari α yaitu
sebesar 0.58 artinya data tersebut terdistribusi secara normal, artinya terima Ho
namun apabila sebalik nya data tidak terdistribusi secara normal maka p-value
akan lebih kecil dari α.
2. Uji multikollinearitas
Uji multikolinearitas sangat penting dilakukan dalam analaisis regresi
dengan variabel lebih dari satu, uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji ini
dilakukan dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak
lebih dari 10 atau nilai Tolerance yang tidak kurang dari 0.1, maka model
tersebut dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas. Nilai VIF dan nilai
Tolerance pada Tabel 22 menunjukan dalam model regresi hubungan rasio
keuangan terhadap EVA bebas mulikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians
yang sama untuk semua observasi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji Gletzer, diketahui bahwa nilai probnya lebih
besar dibandingkan α yaitu 0.2053 maka persamaan bersifat homogen atau tidak
terjadi heterokedasitas.
4. Autokorelasi
Autokorelasi yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Sebagaimana diketahui
bahwa otokorelasi menggambarkan adanya korelasi yang terjadi antar observasi
dalam satu variabel. Terlebih data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data time series perseroan, yang memiliki konseptual data suatu perseroan dalam
rentangan waktu teretentu. Cara untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan
dengan melakukan uji Durbin-Watson. Jika nilai tersebut berada di sekitar angka
2 maka model tersebut bebas asumsi klasik. Tidak terjadi otokorelasi. Pada model
regresi penelitian ini karena besaran angka Durbin Watson pada model adalah
0.845 artinya besaran angka Durbin-watson sangat kecil, hal ini mengindikasikan
didalam model terdapat otokorelasi atau hubungan antar waktu, hal ini biasa
terjadi pada data time series, terjadinya otokorelasi menurut Gujarati (2003)
46
disebabkan oleh bebearapa hal diantaranya umumya juga disebabkan karena data
tidak stasioner.
5. Uji stasioneritas
Variabel yang digunakan adalah variabel yang terdiri dari data time series,
sehingga memungkinkan adanya hubungan antar waktu yang dapat menyebabkan
terjadinya otokorelasi. Berdasarkan hasil uji Durbin Watson terjadi otokorelasi
dalam model, dan salah satu penyebabnya adalah data yang tidak stasioner, dalam
model ini ternyata benar memang galat tidak stasioner, hal ini ditujukan oleh
hasil uji Augmented Dickey-Fuller dengan nilai prob (0.4542) lebih besar dari
0.05. Model yang didapatkan dari metode backward elimination masih melanggar
asumsi autokorelasi.
Permasahan otokorelasi biasa ditemukan dalam data time series. Karena
data time series secara konseptual adalah sata yang diambil berdasarkan satu
sumber informasi dalam rentang waktu tertentu. Terdapat salah satu cara untuk
menyelesaikan permasalahan auto korelasi ini dengan cara pembedaan,
pembedaan ini seseungguhnya merupakan salah satu bentuk transformasi untuk
mengatasi autokorelasi, secara lebih sederhana adalah dengan melakukan
diferensial pada fungsi.
Setelah dilakukan diferensial didapatkan hasil regresi sebagai berikut :
Tabel 21Hasil regresi first differencing rasio keuangan terhadap EVA
Variabel Koefisien VIF P-value
Konstanta (EVA) 755940.4 0.08
d (ROE)*
5497504 2.5 0.00
d (EPS) -2723.3 2.3 0.83
d (DAR) -2445217 1.1 0.71
R2
(%) 84.67*
Sumber : Output OLS
*Variabel independen yang signifikan berpengaruh terhadap EVA
Dari hasil regresi berganda dapat dilihat bahwa R2nya sebesar
84.67((Tabel 23) persen ini mengindikasikan EVA yang dihasilkan perseroan
dipengaruhi oleh ROE, EPS dn DAR. Sisanya sebanyak 25.33 persern
dipengaruhi variabel lain diluar model. Model persamaan diatas signifikan pada
taraf nyata 5 persen karena p-value dari uji kecocokan model melalui UJI F
sebesar 0.00, sehingga model regresi yang diatas dapat digunakan untuk
menentukan pengaruh variabel independen terhadap EVA. Beberapa uji
dilakukan untuk mendeteksi masih adakah pelanggaran asumsi linear berganda,
ternyata tidak ditemukan. Hal tersebut dapat dilihat dari uji kenormalan melalui
uji Jarque-Bera yang mendapati nilai probabiliti lebih besar dari pada signifikansi
5 persen yaitu 0.637 artinya data terdistribusi secara normal. Dalam model ini
juga menunjukan bahwa model homogen melalui uji gletzer yang mendapati
0.761 sebagai indikator bahwa galat homogen pada taraf nyata 5 persen. Tidak
terjadi otokorelasi dalam model karena besaran angka Durbin Watson yaitu 2.4
artinya didalam model tidak terjadi hubungan antar waktu hal itu juga tercermin
dari uji stasioneritas yang mendapati galat stasioner, yaitu 0.001 lebih kecil dari
pada signifikan 5 persen.
47
Uji regresi berganda harus memenuhi asumsi bahwa tidak terjadi
hubungan antara variabel bebas, hal tersebut dapat diuji melalui uji
multikolinearitas yan mendapati nilai VIF dari ROE, EPS dan DAR masing-
masing sebesar 2.5, 2.3, dan 1.1 artinya tidak terjadi hubungan antar variabel
bebas dalam model. Walaupun model persamaan regresi diatas signifikan pada
taraf nyata 5 persenakan tetap pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap EVA ada yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini dapat
dikeahui dari hasil uji t-parsial masing-masing variabel independen. Hanya ada
satu variabel yang signifikan berpengaruh terhadap EVA yaitu ROE dengan p-
value sebesar 0.00, sedangkan EPS dan DAR tidak berpengaruh siginifikan
terhadap EVA pada taraf nyata 5 persen dengan p-value sebesar 0.83 dan 0.71.
Dari hasil uji tersebut maka didapati bahwa ROE berhubungan positif terhadap
EVA, artinya apabila terjadi kenaikan ROE perseroan sebesar 1 persen maka EVA
perseroan akan meningkat sebanyakRp5 497 504 juta, artinya hipotesis awal yang
menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap EVA dapat diterima.
Artinya secara siginifikan kenaikan ROE akan meningkatkan EVA perseroan.
ROE sendiri adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat
dihasilkan perusahaan atas modal sendiri (ekuitas) yang ditananamkan untuk
membiayai usaha. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran
rasio keuangan yang berbasiskan laba. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin
baik pula kinerja perusahaan dalam menciptakan keuntungan atas modal yang
diserahkan investor. Dalam melihat hubungan ini maka dapa dilihat bahwa ROE
menggambrkan pencipataan keuntungan atas modal yang diserahkan sejalan
dengan EVA yang menla keuntungan berupa nilai tambah ekonomi yang daat
diciptakan perusahaan untuk pemegang saham. Pos keuangan yang membentuk
ROE sendiri adalah laba bersih dan ekuitas, maka salah satu upaya yang dapat
dilakukan perseroan agar nilai ROE meningkat adalah meningkatkan laba bersih
perseroan, karena hal tersebut kan berpengaruh positif terhadap EVA perseroan.
Hubungan antara EVA dengan MVA
Majalah Fortune dalam Brigham dan Houston (2001) menyebutkan bahwa
EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi internal perusahaan yang
sesungguhnya. EVA dianggap mempengaruhi MVA perseroan karena, apabila
manajerial suatu perusahaan yang diukur melalui EVA efektif, maka secara tidak
langsung ada hubungan yang positif terhadap nilai pasar saham perusahaan yang
merupakan pembentuk MVA. EVA dianggap mewakili fundamental perusahaan
yang dipertimbangan investor untuk menginvestasikan. Hal tersebut menjadi
hipotesis awal dalam model regresi ini. Bahwa ada hubungan yang signifikan
antara EVA terhadap MVA. Pengujian dilakukan melalui uji linear sederhana.
Model regresi linear hubungan antara EVA dan MVA sebagai berikut:
MVA= 9912918 +15.06468EVA
Model awal ini ternyata melanggar beberapa asumsi dasar dari regresi
linear. Diantaranya, terjadi otokorelasi yang dilihat dari besaran angka Durbin-
Watson yang kecil hanya 0.83 sera hasil uji stasioneritas yang menyatakan bahwa
galat tidak stasioner. Hal ini menunjukan di dalam model masih terdapat
pengaruh waktu. Permasalahan otokorelasi ini biasa terjadi pada data time series.
48
Solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut diantaranya dicoba dilakukan
diferencing model satu kali sebagai berikut:
d(MVA) = 2230214 + 1.708124 d(EVA)
Ternyata model ini bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Hal ini karena hasil Uji F l uji sebesar 0.286 jauh
lebih besar dari angka signifikan 5 persen. Berarti dapat disimpulkan, dalam
penelitian ini EVA tidak siginifikan berpengaruh terhadap MVA.
Banyak teori mengatakan EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang
apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh
karena itu, EVA dianggap memiliki pengaruh positif terhadap MVA.Tetapi dalam
kasus hubungan EVA terhadap MVA di PT Charoen Phokpand tidak ditemukan
adanya hubungan yang signifikan antara EVA dengan MVA. Hal itu bisa saja
terjadi karena pada dasarnya EVA dan MVA memiliki hubungan. Tetapi
hubungan antara EVA dan MVA merupakan hubungan yang tidak langsung.
Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilai-nilai EVA yang negatif maka
nilai MVA-nya kemungkinan juga akan negatif dan begitupula sebaliknya jika
terdapat sejarah akan nilai-nilai EVA yang positif. Terlebih harga saham yang
merupakan unsur utama dari perhitungan MVA lebih bergantung pada ekspektasi
kinerja di masa mendatang. Oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan sejarah
nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif asalkan para
investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan di masa mendatang. EVA
menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu periode tertentu, sedangkan
MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai
sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus
berkorelasi dengan MVA.
Secara teori EVA mengukur nilai tambah ekonomi atau keefektifan dari
perseroan, hal tersebut diasumsikan dapat mempengaruhi nilai penciptaan
kekayaan pemegang saham yang digambarkan oleh besaran MVA. Namun dalam
praktek industri, penciptaan nilai MVA salah satu komponennya paling penting
adalah harga saham, perubahan harga saham tersebut dipengaruhi oleh berbagai
hal eksternal di luar kontrol perseroan. EVA sendiri hanya mengukur keadaan
intrinsik dari dalam perusahan, meskipun EVA memiliki hubungan keeratan
terhadap harga saham namun umumnya dalam hubungannya tersebut terdapat
ekspektasi tingkat pengembalian yang sifatnya subjektif pada masing-masing
pemegang saham.
EVA juga menjadi penting ketika dijadikan salah satu alat analisis
fundamental perseroan, kenyaatanya tidak semua pemegang saham memahami
dan menganggap penting hal tersebut. Pergerakan bursa sendiri berada diluar
kendali internal perseroan. Hal ini dapat dilihat pada nilai EVA perseroan ditahun
2008, seluruh kuartal pada tahun ini nilai EVA peseroan adalah negatif yang
disebabkan oleh peningkatan biaya modal artinya pada tahun tersebut terindikasi
perseroan gagal menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pemegang saham. Hal
tersebut ternyata tidak mempengaruhi penciptaan kekayaan perseroan melalui
nilai MVA yang positif, harga saham perseroan walaupun sempat mengalami
penurunan tetapi ditahun berikutnya mengalami peningkatan kembali.
49
Peningkatan harga saham juga dipengaruhi justru oleh kebijakan stocksplit
yang dilakukan oleh perseroan, kebijakan tersebut membuat pergerakan saham
didalam bursa jauh lebih likuid, penawaran yang dilakukan perseroan dengan
menurunkaan harga saham dan tersbut, menjadikan permintaan saham meningkat
yang menyebabkan harga saham naik tetapi dengan jumlah saham yang lebih
banyak akibat pemecahan. Menurut Brigham dan Houston (2001) terdapat
beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham perseroan, faktor ini
tidak dapat dikontrol oleh perseroan diantaranya adalah aktivitas ekonomi, hukum
pajak, suku bunga dan kondisi pasar saham.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kinerja keuangan PT Charoen Phokpand Indonesia periode 2008 sampai
2012 adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesehatan rasio-rasio keuangan
perusahaan yang sebagian besar memilki kecenderungan meningkat kinerjanya.
Rasio yang cenderung meningkat adalah NPM, ROE, ROA, DAR, DER dan
AUR. Hanya EPS yang tidak terjadi peningkatan tetapi stagnan. Hal serupa juga
terjadi pada EVA dan MVA yang secara keseluruhan memiliki kecendrungan
meningkat, meskipun nilai EVA sempat negatif ditahun 2008.
Analisis hubungan antara rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROA,
ROE, EPS, DAR, DER, dan AUR terhadap EVA, mendapati bahwa hanya ROE
yang berpengaruh signifikan terhadap EVA, ROE berpengaruh positif, apabila
ROE perseroan naik sebesar 1 persen, maka EVA perseroan naik menjadi Rp5
497 504 juta.
Analisis Hubungan antara EVA dan MVA melalui uji regresi linear
sederhana, menunjukan bahwa tidak terjadi hubungan yang signifikan antara EVA
dengan MVA, dilihat dari hasil uji F yang lebih kecil dari signifikansi 5 persen.
Ini artinya MVA perseroan di tahun 2008 sampai 2012 tidak dipengaruhi oleh
EVA. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan banyak penelitian didapati bahwa
tidak
Saran
Perseroan dapat meningkatkan EVA melalui ROE, dan pos keuangan yang
penting ditingkatkan adalah laba bersih perseroan, melalui penjualan perseroan.
Upaya untuk mencari alternatif sumber bahan baku pakan seperti jagung dan
bungkil kedelai diintensifkan. Hal ini karena ketergantungan bahan baku impor
menyebabkan biaya perseroan meningkat. Investor disarankan untuk
menginvestasikan modal di perseroan, hal ini karena kinerja keuangan perseroan
baik dan menguntungkan dari segi nilai tambah pasar. Penelitian berikutnya,
diharapkan dapat dilihat secara berkelanjutan mengenai kinerja keuangan
perseroan agar dapat dilihat historis perseroan dalam rentang waktu yang berbeda.
50
DAFTAR PUSTAKA
Astuti S. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA
Terhadap Return Saham. [Tesis] Semarang (ID): Magister Manajemen,
Universitas Dipenogoro
Badriah S. 2011. Analisis Hubungan EVA Dengan MVA Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Dan Telekomunikasi Yang Terdaftar
Dalam Lq-45. [Skripsi] Depok (ID): Fakultas Ekonomi Gunadarma.
[BPS] Badan Pusat Statistika. Data konsumsi unggas nasional 2009-2011.
Jakarta(ID): Badan Pusat Statistik
Brigham E dan Houston J. 2001. Manajemen Keuangan. Suharto D, penerjemah.
Sumiharti Y, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental
of Financial Management. Ed ke-8
Budiharti L. 2006. Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk 2004-2005 (Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap
Economic Value Added-EVA dan Pengaruh EVA Terhadap Market Value
Added-MVA). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Budiman H. 2006. AnalisisPerkembangan Kinerja Keuangan PT Pupuk Kujang
(PERSERO) Cikampek 2001-2005. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Christiawan. 2004. Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis Unggas di
PT Bursa Efek Jakarta dengan Konsep Economic Value Added (periode
1997-2002). [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
[Ditjenak] Direktorat Jenderal Peternakan. Jumlah perusahaan peternakan
menurut badan hukum/ usaha 2009-2011. Jakarta (ID): Dirjen Peternakan
Febiani. 2002. Analisis Kinerja Keuangan PT Sierrad dengan Konsep Nilai
Tambah Ekonomi. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis.
Bogor (ID): IPB Press.
Galih, I. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan Di PT
Bursa Efek Indonesia. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Gujarati D. 2005. Basic Econometrics International Edition. Edisis ke-5. New
York (US): Mc Graw-Hill Higher Education.
Imamah H. 2005. Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004
(Hubungan Rasio Keuangan dengan Economic Value Added-EVA).
[Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
51
John J. 2009. Financial Statement Analysis. 10th Edition. New York (US): Mc
Graw Hill
Keown A.J et al. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Widodo M,
penerjemah. Indriani, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Indeks. Terjemahan
dari: Financial Management: Principal and Applications. Ed ke-10
Lesmana dan Surjanto. 2003. Financial Analyzing performances. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka.
Marcus et al. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Edisi
kelima.Jakarta (ID): Erlangga.
Munawir S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta (ID): Liberty.
Prehatiningsih. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value
Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA). [Skripsi] Bogor (ID):
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Poeradisasta T. (2007). Agar Merk Terus Bertahan. Jakarta (ID): Abadi Jaya
Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Cetakan I.
Jakarta (ID) PPM Manajemen.
Raden T. 2007. Analisis Pengaruh EVA dan fundamental Perusahaan Terhadap
Return Saham Perusahaan Manufaktur. [Tesis] Semarang (ID): Master
Manajemen, Universitas Diponegoro.
Sartono A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta (ID):
BPFE.
Sarwono J. 2008. Panduan Lengkap untuk Belajar Komputansi Statistik
Menggunakan SPSS 16. Jakarta (ID): ANDI.
Sawir A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.
Tunggal A. 2001. Pemeriksaan Keuangan. Jakarta (ID): Harvarindo.
Tunggal W. 2008. Memahami Economic Value Added. Jakarta (ID): Harvarindo.
Utama S. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaan Nilai
Perusahaan. Jakarta (ID): Usahawan.
Wibowo. 2007. Analisis Pengaruh Economic Value Added Terhadap Market
Value Added Pada 20 Emiten Teraktif di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-
2005. [Tesis] Jakarta (ID) : Universitas Trisakti.
Widayanti W. 2003. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Unibank Tbk dengan
Menggunakan Konsep Economic Value Added (EVA) dan Rasio Keuangan.
[Skripsi] Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Winarno W. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statisika dengan EVIEWS. Edisi
kedua.Yogyakarta (ID): STIM YKPN.
Young and O’Byrne. 2001. EVA and Value Based Management : a Practical
Guide to Implementation. New York (USA): McGraw Hill.
52
Yusnawati. 2004. Analisis MVA (Market Value Added) Tahun 1997-2002
Terhadap Industri Agribisnis Perunggasan. [Skripsi] Bogor (ID): Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
POS-POS 2012 (Jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
PENJUALAN BERSIH 4894035 10240366 15911265 21310925
BEBAN POKOK PENJUALAN 3642663 7562498 12057087 16819413
LABA KOTOR 1251372 2677868 3854178 4491512
Beban Penjualan (62662) (139811) (214313) (336259)
Beban umum dan administrasi (158846) (327285) (495101) (754463)
Pendapatan operasi lain 15085 34624 115416 129073
Beban operasi lain (9609) (39249) (47219) (71183)
LABA USAHA 1035340 2206147 3212961 3458680
Pendapatan keuangan 8979 23177 33189 37385
Biaya keuangan (23750) (64802) (99949) (119566)
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 1020569 2164522 3146201 3376499
Beban Pajak Penghasilan-bersih (234086) (473139) (680100) (695627)
Laba periode berjalan 786483 1691383 2466101 2680872
Pendapatan komprehensif lain
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF 786483 1691383 2466101 2680872
Laba periode berjalan/jumlah
pendapatan komprehensif yang dapat
distribusikan kepada pemegang saham 786483 1691383 2466101 2680872
EPS 48 103 150 164
55
Lampiran 2 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
POS-POS 2011 (Jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
PENJUALAN BERSIH 4380215 8781772 13498610 17957972
BEBAN POKOK PENJUALAN 3374005 6868600 10511520 14033726
LABA KOTOR 1006210 1913172 2987090 3924246
Beban Penjualan (54700) (109716) (178358) (267625)
Beban umum dan administrasi (140425) (269787) (412487) (672157)
Pendapatan operasi lain
46177
Beban operasi lain
(21428)
LABA USAHA 811085 1533669 2396245 3009213
Pendapatan keuangan 44975 84660 86764 28376
Biaya keuangan (8858) (17038) (28174) (63009)
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 847202 1601291 2454835 2974580
Beban Pajak Penghasilan-bersih (191362) (344758) (516843) (612083)
Laba periode berjalan 655840 1256533 1937992 2362497
Pendapatan komprehensif lain
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF 655840 1256533 1937992 2362497
Bagian minoritas atas laba bersih 2578 4291 7483 7022
Laba periode berjalan/jumlah
pendapatan
komprehensif yang dapat
distribusikan
kepada pemegang saham
653262 1252242 1930509 2355475
EPS 40 77 118 144
56
Lampiran 3 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
POS-POS 2010 (Jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
PENJUALAN BERSIH 3457787 6954253 10856984 15077822
BEBAN POKOK PENJUALAN 2748875 5436625 8260996 11323708
LABA KOTOR 708912 1517628 2595988 3754114
Beban Penjualan (47338) (96041) (156022) (240682)
Beban umum dan administrasi (114077) (237875) (383130) (752434)
Pendapatan operasi lain
Beban operasi lain
LABA USAHA 547497 1183712 2056836 2760998
Pendapatan keuangan 31384 45720 83674 112237
Biaya keuangan (16145) (31726) (46318) (55008)
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 562736 1197706 2094192 2818227
Beban Pajak Penghasilan-bersih (114935) (253758) (451017) (598366)
Laba periode berjalan 447801 943948 1643175 2219861
Pendapatan komprehensif lain
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF 447801 943948 1643175 2219861
Bagian minoritas atas laba bersih 133 2167 5539 9595
Laba periode berjalan/jumlah pendapatan
komprehensif yang dapat distribusikan
kepada pemegang saham 447668 941781 1637636 2210266
EPS 136 287 499 135
57
Lampiran 4 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia 2009
POS-POS 2009 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
PENJUALAN BERSIH 3118047 6722372 10696578 14559005
BEBAN POKOK PENJUALAN 2581029 5520667 8714136 11689920
LABA KOTOR 537018 1201705 1982442 2869085
Beban Penjualan (43458) (89205) (141789) (199328)
Beban umum dan administrasi (122733) (249985) (383402) (612876)
Pendapatan operasi lain
Beban operasi lain
LABA USAHA 370827 862515 1457251 2056881
Pendapatan keuangan (66179) 176030 271840 325546
Biaya keuangan (82683) (134771) (173700) (222031)
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 221965 903774 1555391 2160396
Beban Pajak Penghasilan-bersih (75857) (270867) (457120) (540978)
Laba periode berjalan 146108 632907 1098271 1619418
Pendapatan komprehensif lain
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF 146108 632907 1098271 1619418
Bagian minoritas atas laba bersih 2331 1466 4891 6708
Laba periode berjalan/jumlah pendapatan
komprehensif yang dapat distribusikan
kepada pemegang saham 143777 631441 1093380 1612710
EPS 44 192 333 491
58
Lampiran 5 Laporan laba rugi PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
POS-POS 2008 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
PENJUALAN BERSIH 2881709 6104989 9976760 13212988
BEBAN POKOK PENJUALAN 2562133 5323723 8604210 11468613
LABA KOTOR 319576 781266 1372550 1744375
Beban Penjualan (52874) (110908) (168543) (210562)
Beban umum dan administrasi (127901) (278864) (434070) (573927)
Pendapatan operasi lain
Beban operasi lain
LABA USAHA 138801 391494 769937 959886
Pendapatan keuangan 34585 59187 15909 (325015)
Biaya keuangan (63897) (126260) (185363) (259282)
LABA SEBELUM PAJAK
PENGHASILAN 109489 324421 600483 375589
Beban Pajak Penghasilan-bersih (37798) (111824) (194638) (118518)
Laba periode berjalan 71691 212597 405845 257071
Pendapatan komprehensif lain
JUMLAH PENDAPATAN
KOMPREHENSIF 71691 212597 405845 257071
Bagian minoritas atas laba bersih 962 2987 4457 3094
Laba periode berjalan/jumlah
pendapatan
komprehensif yang dapat
distribusikan
kepada pemegang saham 70729 209610 401388 253977
EPS 22 64 122 77
59
Lampiran 6 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012
POS-POS 2012 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
AKTIVA
Aktiva lancar
1. Kas dan setara kas 1624290 1344155 1009036 954694
2. Piutang usaha
Pihak ketiga 1446283 1540192 1547116 1766767
Pihak berelasi 439 667 9658 26515
3. Lain-lain
pihak ketiga 30226 145394 147232 53294
Pihak berelasi 22133 15793 6911
5. Persedian setelah dikurangi penyisihan
cadangan 1874567 2415532 3447427 3366317
6. Ayam pembibit-turunan 520210 577820 603226 624710
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 194910 288362 419923 361883
8. pajak pertambahan nilai dibayar
dimuka 492
26710
Jumlah aktiva lancar 5713550 6327915 7190529 7180890
Aktiva tetap
1. Uang muka pembelian
131924
1. Aset pajak tangguhan bersih 71748 71659 70945 15812
2. Aset tetap setelah dikurangi penurunan
aset tetap 3472791 3747071 4118954 4685337
3.Tagihan pajak 272484 288012 291156 288559
4. Goodwill 7438 7438 7438
5. Lain-lain bersih 56751 63111 68827 46105
Jumlah aktiva tetap 3881212 4177291 4557320 5167737
TOTAL AKTIVA 9594762 10505206 11747849 12348627
60
Lampiran 6 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2012 (lanjutan)
PASIVA Maret Juni September Desember
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban
kewajiban jangka pendek
1. Utang bank jangka pendek 151800 273300 275730 477575
2. Utang usaha
pihak ketiga 506924 568948 985896 976661
pihak berelasi 45357 45478 35308 37085
3. Lain lain
pihak ketiga 204761 209175 181312 190229
pihak berelasi 270088 327541 322507
4. Uang muka pelanggan
11647
5. Utang pajak 196130 285083 268960 209055
6. Beban masih harus dibayar 99276 144952 164799 105548
7. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun
Utang bank 72864 111456 149645 159834
Utang sewa pembiayaan 155 41 28 18
Jumlah kewajiban jangka pendek 1547355 1965974 2384185 2167652
kewajiban jangka panjang
1.Utang pihak berelasi non usaha
329272
2. Utang pajak tangguhan 2996 3154 4609 3271
3. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo setahun
Utang bank 738981 1005140 1039022 1299367
Utang sewa pembiayaan 18
4.kewajiban imbalan kerja karyawan 329552 343895 358277 372601
Jumlah kewajiban jangka panjang 1071547 1352189 1401908 2004511
JUMLAH KEWAJIBAN 2618902 3318163 3786093 4172163
Ekuitas
1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada
entitas 163980 163980 163980 163980
2. Tambahan modal disetor 147037 147037 147037 121175
3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) (15006)
4. Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 10000 33000 3300 33000
Belum ditentukan penggunaannya 6649905 6844003 7619803 7838460
5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) (10856)
Sub-jumlah 6945060 7162158 7908258 8156615
6. kepentingan non pengendali 30800 24885 23798 19849
JUMLAH EKUITAS 6975860 7187043 7932056 8176464
TOTAL PASIVA 9594762 10505206 11718149 12348627
61
Lampiran 7 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011
POS-POS 2011 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
AKTIVA
Aktiva lancar
1. Kas dan setara kas 1153590 507040 484032 876198
2. Piutang usaha
Pihak ketiga 1123505 1286927 1236665 1331463
Pihak berelasi 3270 12450 336 21607
3. Lain-lain
pihak ketiga 55069 125102 122016 22307
Pihak berelasi 7310 36360 16577 6330
5. Persedian setelah dikurangi penyisihan
cadangan 1651061 2261760 2151323 2339543
6. Ayam pembibit-turunan 434926 511395 521218 527496
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 185866 191949 227208 124532
8. pajak pertambahan nilai dibayar dimuka
5475 118 769
Jumlah aktiva lancar 4614597 4938458 4759493 5250245
Aktiva tetap
1. Aset pajak tangguhan bersih 73511 73301 71152 70486
2. Aset tetap setelah dikurangi penurunan
aset tetap 2144894 2478654 2792715 3198604
3.Tagihan pajak 195171 214693 194666 269786
4. Goodwill
7438
5. Lain-lain bersih 54477 55817 57304 51645
Jumlah aktiva tetap 2468053 2822465 3115837 3597959
TOTAL AKTIVA 7082650 7760923 7875330 8848204
62
Lampiran 7 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2011 (lanjutan)
PASIVA Maret Juni September Desember
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban
kewajiban jangka pendek
1. Utang bank jangka pendek
214746 268814 241360
2. Utang usaha
pihak ketiga 570714 386411 416355 599017
pihak berelasi 23868 27905 31027 30236
3. Lain lain
pihak ketiga 149953 180229 203177 143185
pihak berelasi 115194 245051 213210 217640
3. Utang pajak 285151 601799 133773 215865
4. Uang muka pelanggan 84603 156230
10958
4. Beban masih harus dibayar 177697 97539 107249 81086
5. Utang jangka panjang jatuh tempo
setahun
Utang bank
459195 418601 36163
Utang sewa pembiayaan 1002 273 252 42
Jumlah kewajiban jangka pendek 1408182 2369378 1792458 1575552
kewajiban jangka panjang
1. Utang pajak tangguhan 9714 9264 8631 2718
2. Utang jangka panjang setelah
dikurangi hutang jatuh tempo
setahun 232041
766611
Utang bank
159
Utang sewa pembiayaan
kewajiban imbalan kerja karyawan 294837 298793 309297 313694
Jumlah kewajiban jangka panjang 536592 308057 317928 1083182
JUMLAH KEWAJIBAN 1944774 2677435 2110386 2658734
Ekuitas
1. Ekuitas yang dapat didistribusikan
pada entitas 163980 163980 163980 163980
2. Tambahan modal disetor 147037 147037 147037 147037
3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) (15006) (15006)
4. Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 9000 10000 10000 10000
Belum ditentukan penggunaannya 4817539 4762879 5441146 5866112
5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) (10856) (10856)
Sub-jumlah 5111694 5058034 5736301 6161267
6. kepentingan non pengendali 26182 25454 28643 28203
JUMLAH EKUITAS 5137876 5083488 5764944 6189470
TOTAL PASIVA 7082650 7760923 7875330 8848204
63
Lampiran 8 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010
POS-POS 2010 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
AKTIVA
Aktiva lancar
1. Kas dan setara kas 347742 705356 936898 1316840
2. Piutang usaha
Pihak ketiga 967971 880872 672101 883855
Pihak berelasi 3250 1532
6635
3. Lain-lain
pihak ketiga 26112 30144 62398 55743
Pihak berelasi
370
5. Persedian setelah dikurangi
penyisihan cadangan 1254612 1259705 1289267 1554780
6. Ayam pembibit-turunan 355469 346254 360458 395111
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 159073 221048 150421 61302
8. pajak pertambahan nilai dibayar
dimuka
Jumlah aktiva lancar 3114229 3444911 3471543 4274636
Aktiva tetap
1. Piutang pihak istimewa 197339 197528 195408
2. Aset pajak tangguhan bersih 25137 24198 24294 71036
3. Aset tetap setelah dikurangi penurunan
aset tetap 1672538 1696228 1758924 1931069
4.Tagihan pajak 167031 191304 188826 194850
5. Goodwill
6. Lain-lain bersih 52753 51497 51193 46685
Jumlah aktiva tetap 2114798 2160755 2218645 2243640
TOTAL AKTIVA 5229027 5605666 5690188 6518276
64
Lampiran 8 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2010 (lanjutan)
PASIVA Maret Juni September Desember
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban
kewajiban jangka pendek
1. Utang bank jangka pendek 30000 30000
2080
2. Utang usaha
pihak ketiga 341943 369174 435030 737302
pihak berelasi 45343 39316 66584 17892
3. Lain lain
pihak ketiga 112539 124580 136877 107073
pihak berelasi
77161
4. Utang dividen
643774
5. Utang pajak 286815 90406 177068 269492
6. Uang muka pelanggan
12364
7.. Beban masih harus dibayar 68717 53885 106938 71028
8. Utang jangka panjang jatuh tempo setahun
Utang bank 337732 375185 338228 165994
Utang sewa pembiayaan 470 267 316 955
Jumlah kewajiban jangka pendek 1223559 1726587 1261041 1461341
kewajiban jangka panjang
1. Hutang pihak hubungan istimewa 38444 74969 52640
2. Utang pajak tangguhan 8109 30690 10232 10342
3. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo
setahun
Utang bank 304667 255211 145459 285299
Utang sewa pembiayaan 200 189
178
kewajiban imbalan kerja karyawan 256592 268254 274355 279080
Jumlah kewajiban jangka panjang 608012 629313 482686 574899
JUMLAH KEWAJIBAN 1831571 2355900 1743727 2036240
Ekuitas
1. Ekuitas yang dapat didistribusikan
pada entitas 164228 164228 164228 163980
2. Tambahan modal disetor 147259 147259 147259 147037
3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) (15006) (15006)
4. Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 8000 9000 9000 9000
Belum ditentukan penggunaannya 3087083 2936402 3632257 4164277
5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) (10856) (10856)
Sub-jumlah 3380708 3231027 3926882 4458432
6. kepentingan non pengendali
JUMLAH EKUITAS 3380708 3231027 3926882 4458432
hak minoritas anak perusahaan 16748 18739 19579 23604
TOTAL PASIVA 5229027 5605666 5690188 6518276
65
Lampiran 9 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009
POS-POS 2009 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
AKTIVA
Aktiva lancar
1. Kas dan setara kas 636151 400600 246249 387996
2. Piutang usaha
Pihak ketiga 712110 808830 788611 857286
Pihak berelasi 15224 13165 5480 156
3. Lain-lain
pihak ketiga 54307 54503 30460 11791
Pihak berelasi
5. Persedian setelah dikurangi penyisihan
cadangan 1252377 1640358 1509469 1575018
6. Ayam pembibit-turunan 361485 367613 370648 396759
7. Biaya dibayar dimuka dan uang muka 208876 187071 214040 52269
8. Pajak pertambahan nilai dibayar
dimuka
Jumlah aktiva lancar 3240530 3472140 3164957 3281275
Aktiva tetap
1. Piutang pihak istimewa 207304 211388 238534 187568
2. Aset pajak tangguhan bersih 12265 11488 10690 22176
3. Aset tetap setelah dikurangi penurunan
aset tetap 1686936 1697688 1673996 1685370
4.Tagihan pajak 147116 149270 162567 134664
5. Goodwill
6. Lain-lain bersih 42687 43364 48191 38322
Jumlah aktiva tetap 2096308 2113198 2133978 2068100
TOTAL AKTIVA 5336838 5585338 5298935 5349375
66
Lampiran 9 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2009 (lanjutan)
PASIVA Maret Juni September Desember
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban
kewajiban jangka pendek
1. Utang bank jangka pendek 1153394 778600 317199 40000
2. Utang usaha
pihak ketiga 658502 808953 330848 688602
pihak berelasi 27685 20007 54505 46729
3. Lain lain
pihak ketiga 117471 118768 180559 83785
pihak berelasi
4. Utang dividen
5. Utang pajak 90701 178158 247551 333527
6. Uang muka pelanggan
39909
7.. Beban masih harus dibayar 89834 91073 118101 62111
8. Utang jangka panjang jatuh tempo
setahun
Utang bank 213868 204361 200530 508917
Utang sewa pembiayaan 4632 3482 1834 1820
Jumlah kewajiban jangka pendek 2356087 2203402 1451127 1805400
kewajiban jangka panjang
1. Hutang pihak hubungan istimewa 50901 67242 109620 14831
1. Utang pajak tangguhan 21930 44671 74497 11552
2. Utang jangka panjang setelah dikurangi hutang jatuh tempo
setahun
Utang bank 1186789 1058034 977563 318103
Utang sewa pembiayaan 1308 1228 1727 781
kewajiban imbalan kerja karyawan 239372 245556 253837 247034
Jumlah kewajiban jangka panjang 1500300 1416731 1417244 592301
JUMLAH KEWAJIBAN 3856387 3620133 2868371 2397701
Ekuitas
1. Ekuitas yang dapat didistribusikan pada
entitas 164228 164228 164228 164228
2. Tambahan modal disetor 147259 147259 147259 147259
3. selisis nilai transaksi (15006) (15006) (15006) (15006)
4. Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 7000 8000 8000 8000
Belum ditentukan penggunaannya 1171461 1658125 2120064 2639393
5. Komponen ekuitas lainnya (10856) (10856) (10856) (10856)
Sub-jumlah 1464086 1951750 2413689 2933018
6. kepentingan non pengendali
JUMLAH EKUITAS 1464086 1951750 2413689 2933018
hak minoritas anak perusahaan 16365 13453 16875 18656
TOTAL PASIVA 5336838 5585336 5298935 5349375
67
Lampiran 10 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008
POS-POS 2008 (jutaan rupiah)
Maret Juni September Desember
AKTIVA
Aktiva lancar
1. Kas dan setara kas 108508 111344 155244 396944
2. Piutang usaha
Pihak ketiga 835965 871204 973588 724002
Pihak berelasi 56945 86685 19377 25026
3. Lain-lain
pihak ketiga 24805 23058 26103 23929
Pihak berelasi
5. Persedian setelah dikurangi
penyisihan cadangan 1364893 1967335 1982188 1447561
6. Ayam pembibit-turunan 369554 337939 318704 363728
7. Biaya dibayar dimuka dan uang
muka 457672 197412 233248 128407
8. pajak pertambahan nilai dibayar
dimuka
Jumlah aktiva lancar 3218342 3594977 3708452 3109597
Aktiva tetap
1. Piutang pihak istimewa 88529 74732 197858 203567
2. Aset pajak tangguhan bersih 35456 12530 12082 12631
3. Aset tetap setelah dikurangi
penurunan aset tetap 1457993 1524711 1578774 1657000
4.Tagihan pajak 35624 32298 29836 146963
5. Goodwill
6. Lain-lain bersih 91137 55944 59367 48782
Jumlah aktiva tetap 1708739 1700215 1877917 2068943
TOTAL AKTIVA 4927081 5295192 5586369 5178540
68
Lampiran 10 Neraca PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008 (lanjutan)
PASIVA Maret Juni September Desember
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban
kewajiban jangka pendek
1. Utang bank jangka pendek 802263 1131383 1222131 1286554
2. Utang usaha
pihak ketiga 792953 906507 880313 558627
pihak berelasi 23833 34219 28458 29713
3. Lain lain
pihak ketiga 95702 110292 111844 104652
pihak berelasi
4. Utang dividen
5. Utang pajak 28421 43459 94425 90252
6. Uang muka pelanggan
7.. Beban masih harus dibayar 119744 127646 117595 91618
8. Utang jangka panjang jatuh tempo
setahun
Utang bank 102920 140361 178897 209466
Utang sewa pembiayaan 4480 4782 5047 9311
Utang instrumen serivatif 22145
Utang Obligasi 499509
Jumlah kewajiban jangka pendek 2491970 2498649 2638710 2380193
kewajiban jangka panjang
1. Hutang pihak hubungan istimewa 251967 90390 71468 19714
1. Utang pajak tangguhan 2863 7980 15467 9195 Utang jangka panjang setelah
dikurangi hutang jatuh tempo setahun
Utang bank 808049 1171967 1136349 1203200
Utang sewa pembiayaan 5183 3596 3723 1990
kewajiban imbalan kerja karyawan 217360 232751 237663 229906
Jumlah kewajiban jangka panjang 1285422 1506684 1464670 1464005
JUMLAH KEWAJIBAN 3777392 4005333 4103380 3844198
Ekuitas 1. Ekuitas yang dapat didistribusikan
pada entitas 164228 164228 164228 164228
2. Tambahan modal disetor 147259 147259 147259 147259
3. Selisih nilai kembali aktuva tetap 68492 68492 68492 4. selisih nilai transaksi restrukturasi (15005) (15006) (15006) (15006)
5. Selisis transaksi perubahan ekuitas
anak perusahaan 41980 41980 41980 5. Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 6000 7000 7000 7000
Belum ditentukan penggunaannya 724108 861989 1053767 1027683
5. Komponen ekuitas lainnya
(10856)
Sub-jumlah 1137062 1275942 1467720 1320308
6. kepentingan non pengendali
JUMLAH EKUITAS 1137062 1275942 1467720 1320308
hak minoritas anak perusahaan 12627 13917 15369 14034
TOTAL PASIVA 4927081 5295192 5586469 5178540
69
Lampiran 11 Perhitungan NPM PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Laba periode
berjalan
Penjualan bersih Pendapatan operasional
lainnya
NPM
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 786483 4894035 15085 16.02
II 1691383 10240366 34624 16.46
III 2466101 15911265 115416 15.39
IV 2680872 21310925 129073 12.50
2011
I 655840 4380215
14.97
II 1256533 8781772
14.31
III 1937992 13498610
14.36
IV 2362497 17957972 46177 13.12
2010
I 447688 3457787
12.95
II 941781 6954253
13.54
III 1637636 10856984
15.08
IV 2210266 15077822
14.66
2009
I 143777 3118047
4.61
II 631441 6722372
9.39
III 1093380 10696578
10.22
IV 1612710 14559005
11.08
2008
I 70729 2881709
2.45
II 209610 6104989
3.43
III 401388 9976760
4.02
IV 253977 13212988
1.92
70
Lampiran 12 Perhitungan ROA PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Laba periode berjalan Jumlah aktiva ROA
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 786483 9594762 8.20
II 1691383 10505206 16.10
III 2466101 11747849 20.99
IV 2680872 12348627 21.71
2011
I 655840 7082650 9.26
II 1256533 7760923 16.19
III 1937992 7875330 24.61
IV 2362497 8848204 26.70
2010
I 447688 5229027 8.56
II 941781 5605666 16.80
III 1637636 5690188 28.78
IV 2210266 6518276 33.91
2009
I 143777 5336838 2.69
II 631441 5585336 11.31
III 1093380 5298935 20.63
IV 1612710 5349375 30.15
2008
I 70729 4927081 1.44
II 209610 5295192 3.96
III 401388 5586469 7.19
IV 253977 5178540 4.90
71
Lampiran 13 Perhitungan ROE PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Laba periode berjalan Ekuitas ROE
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 786483 6975860 11.27
II 1691383 7187043 23.53
III 2466101 7961756 30.97
IV 2680872 8176464 32.79
2011
I 655840 5137876 12.76
II 1256533 5083488 24.72
III 1937992 5764944 33.62
IV 2362497 6189470 38.17
2010
I 447688 3380708 13.24
II 941781 3231027 29.15
III 1637636 3926882 41.70
IV 2210266 4458432 49.57
2009
I 143777 1464086 9.82
II 631441 1951750 32.35
III 1093380 2413689 45.30
IV 1612710 2933018 54.98
2008
I 70729 1137062 6.22
II 209610 1275942 16.43
III 401388 1467720 27.35
IV 253977 1320308 19.24
72
Lampiran 14 Perhitungan DAR PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Total hutang Total aktiva Rasio hutang
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 2618902 9594762 27.30
II 3318163 10505206 31.59
III 3786093 11747849 32.23
IV 4172163 12348627 33.79
2011
I 1944774 7082650 27.46
II 2677435 7760923 34.50
III 2110386 7875330 26.80
IV 2658734 8848204 30.05
2010
I 1831571 5229027 35.03
II 2355900 5605666 42.03
III 1743727 5690188 30.64
IV 2036240 6518276 31.24
2009
I 3856387 5336838 72.26
II 3620133 5585336 64.81
III 2868371 5298935 54.13
IV 2397701 5349375 44.82
2008
I 3777392 4927081 76.67
II 4005333 5295192 75.64
III 4103380 5586469 73.45
IV 3844198 5178540 74.23
73
Lampiran 15 Perhitungan DER PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Total hutang Total ekuitas Rasio hutang
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 2618902 6975860 37.54
II 3318163 7187043 46.17
III 3786093 7961756 47.55
IV 4172163 8176464 51.03
2011
I 1944774 5137876 37.85
II 2677435 5083488 52.67
III 2110386 5764944 36.61
IV 2658734 6189470 42.96
2010
I 1831571 3380708 54.18
II 2355900 3231027 72.91
III 1743727 3926882 44.40
IV 2036240 4458432 45.67
2009
I 3856387 1464086 263.40
II 3620133 1951750 185.48
III 2868371 2413689 118.84
IV 2397701 2933018 81.75
2008
I 3777392 11377062 33.20
II 4005333 1275942 313.91
III 4103380 1467720 279.58
IV 3844198 1320308 291.16
74
Lampiran 16 Perhitungan AUR PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal Pendapatan
operasional
Pendapatan
non
operasional
Total aktiva AUR
2012 (juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (%)
I 4909120 8979 9594762 51.26
II 10240366 10263543 10505206 195.18
III 15911265 148605 11747849 136.70
IV 21310925 132858 12348627 173.65
2011
I 4380215 44975 7082650 62.48
II 8781772 84660 7760923 114.24
III 13498610 86764 7875330 172.51
IV 17957972 74553 8848204 203.80
2010
I 3457787 31384 5229027 66.73
II 6954253 45720 5605666 124.87
III 10856984 83674 5690188 192.27
IV 15077822 112237 6518276 233.04
2009
I 3118047 34621 5336838 59.07
II 6722372 176030 5585336 123.51
III 10696578 271840 5298935 206.99
IV 14559005 325546 5349375 278.25
2008
I 2881709 34585 4927081 59.19
II 6104989 59187 5295192 116.41
III 9976760 27101 5586469 179.07
IV 13212988 69149 5178540 256.48
75
Lampiran 17 Perhitungan NOPAT PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal
Laba bersih (a) Biaya bunga (b) NOPAT (a+b)
(juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah)
2012
I 786483 23750 810233
II 1691383 64802 1756185
III 2466101 99949 2566050
IV 2680872 119566 2800438
2011
I 655840 8858 664698
II 1256533 17038 1273571
III 1937992 28174 1966166
IV 2362497 63009 2425506
2010
I 447688 16145 463833
II 941781 31726 973507
III 1637636 46318 1683954
IV 2210266 55008 2265274
2009
I 143777 82683 226460
II 631441 134771 766212
III 1093380 173700 1267080
IV 1612710 222031 1834741
2008
I 70729 63897 134626
II 209610 126260 335870
III 401388 185363 586751
IV 253977 259282 513259
76
Lampiran 18 Perhitungan biaya hutang Kd* PT Charoen Phokpand Indonesia
Tahun Biaya bunga (a) Hutang (b) Kd ( c= a:b) T Kd* = (c(1-T))
(juta rupiah) (juta rupiah) (%)
(%)
2012 119566 4172163 2.87 20.60 2.28
2011 63009 2658734 2.37 20.58 1.88
2010 55008 2036240 2.70 21.23 2.13
2009 222031 2397701 9.26 25.04 6.94
2008 259282 3844198 6,74 31,56 4,62
Lampiran 19 Perhitungan biaya ekuitas PT Charoen Phokpand Indonesia
Tahun Rf Bi Rm Ri Ke
2008 8.74 0.96 -6 -5.8 8.94
2009 7.01 3.08 5.8 17.9 44.36
2010 6.50 5.36 2.9 15.56 74.438
2011 6.59 5.05 0.89 4.5 24.84
2012 5.75 4.16 0.89 3.7 17.43
Lampiran 20 Perhitungan struktur modal PT Charoen Phokpand Indonesia
Tahun Hutang (a) Ekuitas (b) Aset (c) Wd (a :c) We (b:c)
(juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (%) (%)
2012 4172163 8176464 12348627 33.79 66.21
2011 2658734 6189470 8848204 30.05 69.95
2010 2036240 4458432 6518276 31.24 68.40
2009 2397701 2933018 5349375 44.82 54.83
2008 3844198 1320308 5178540 74.23 25.50
Lampiran 21 Perhitungan WACC PT Charoen Phokpand Indonesia
Tahun Hutang (a) Ekuitas (b) Aset (c) Wd (a :c) We (b:c)
(Juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (%) (%)
2012 4172163 8176464 12348627 33.79 66.21
2011 2658734 6189470 8848204 30.05 69.95
2010 2036240 4458432 6518276 31.24 68.40
2009 2397701 2933018 5349375 44.82 54.83
2008 3844198 1320308 5178540 74.23 25.50
77
Lampiran 22 Perhitungan integrated capital PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal
Hutang (a) Ekuitas (b) Hutang beban
(c)
IC (a+b-c)
(juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah) (juta rupiah)
2012
I 2618902 6975860 99276 9495486
II 3318163 7187043 144952 10360254
III 3786093 7961756 164799 11583050
IV 4172163 8176464 105548 12243079
2011
I 1944774 5137876 177697 6904953
II 2677435 5083488 97539 7663384
III 2110386 5764944 107249 7768081
IV 2658734 6189470 81086 8767118
2010
I 1831571 3380708 68717 5143562
II 2355900 3231027 53885 5533042
III 1743727 3926882 106938 5563671
IV 2036240 4458432 71028 6423644
2009
I 3856387 1464086 89834 5230639
II 3620133 1951750 91073 5480810
III 2868371 2413689 118101 5163959
IV 2397701 2933018 62111 5268608
2008
I 3777392 11377062 119744 15034710
II 4005333 1275942 127646 5153629
III 4103380 1467720 118101 5452999
IV 3844198 1320308 91618 5072888
78
Lampiran 23 Perhitungan COC PT Charoen Phokpand Indonesia
Kuartal WACC (a) IC (b) COC = (3/12 x a x b)
(%) (juta rupiah) (juta rupiah)
2012
I 15.40 9495486 365584
II 15.40 10360254 398878
III 15.40 11583050 445957
IV 15.40 12243079 471368
2011
I 20.09 6904953 346822
II 20.09 7663384 384917
III 20.09 7768081 390176
IV 20.09 8767118 440355
2010
I 53.99 5143562 694271
II 53.99 5533042 746842
III 53.99 5563671 750977
IV 53.99 6423644 867055
2009
I 33.39 5230639 436687
II 33.39 5480810 457573
III 33.39 5163959 431120
IV 33.39 5268608 439857
2008
I 43.33 15034710 1628821
II 43.33 5153629 558331
III 43.33 5452999 590764
IV 43.33 5072888 549583
79
Lampiran 24 Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2008-2012
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
1 2627 1333 2611 3409 3942
2 2722 1285 2549 3470 3985
3 2447 1434 2777 3679 4122
4 2305 1723 2971 3820 4181
5 2444 1917 2797 3837 3833
6 2349 2027 2914 3889 3956
7 2306 2323 3069 4131 4142
8 2166 2342 3082 3842 4060
9 1833 2468 3501 3549 4263
10 1257 2368 3635 3791 4350
11 1242 2416 3531 3715 4276
12 1355 2534 3704 3822 4317
Lampiran 25 Harga saham PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
1 210 87 440 1490 2500
2 196 100 400 1520 2675
3 184 100 560 2025 2750
4 212 98 600 1930 2750
5 218 130 550 1930 2625
6 200 130 710 1990 3425
7 184 212 1040 2725 3200
8 180 276 1290 2750 2700
9 158 274 1740 2400 3025
10 75 405 1710 2675 3125
11 90 405 1920 2300 3425
12 87 450 1840 2150 3500
80
Lampiran 26 Daftar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
Bulan
2008
(%)
2009
(%)
2010
(%)
2011
(%)
2012
(%)
1 8.00 8.75 6.50 6.50 6.00
2 8.00 8.25 6.50 6.75 5.75
3 8.00 7.75 6.50 6.75 5.75
4 8.00 7.50 6.50 6.75 5.75
5 8.25 7.25 6.50 6.75 5.75
6 8,50 7,00 6.50 6.75 5.75
7 8.75 6.75 6.50 6.75 5.75
8 9.00 6.50 6.50 6.75 5.75
9 9.25 6.50 6.50 6.75 5.75
10 9.50 6.50 6.50 6.50 5.75
11 9.50 6.50 6.50 6.00 5.75
12 9.50 6.50 6.50 6.00 5.75
81
Lampiran 27 Nilai MVA PT Charoen Phokpand Indonesia tahun 2008-2012
Kuartal Nilai pasar
(a)
Jumlah saham
(b)
Nilai buku
(c)
MVA
((a xb)-c)
2012
Lembar (juta rupiah) (juta rupiah)
I 2750 16398000000 6975860 38118640
II 3425 16398000000 7187043 48976107
III 3025 16398000000 7932056 41671894
IV 3650 16398000000 8176464 51676236
2011
I 2025 16398000000 5137876 28068074
II 1990 16398000000 5083488 27548532
III 2400 16398000000 5764944 33590256
IV 2150 16398000000 6189470 29066230
2010
I 550 16398000000 3380708 5638192
II 698 16398000000 3231027 8214777
III 1740 16398000000 3926882 24605638
IV 1840 16398000000 6188470 23983850
2009
I 500 3284561408 1464086 178195
II 650 3284561408 1951750 183215
III 1370 3284561408 2413689 2086160
IV 2250 3284561408 2933018 4457245
2008
I 920 3284561408 1137062 1884734
II 1000 3284561408 1275942 2008619
III 790 3284561408 2413689 181115
IV 435 3284561408 1320308 108476
82
Lampiran 28 Regresi rasio keuangan terhadap EVA
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 144015.8 78124.25 1.843420 0.0851
D(ROE) 4108472. 560028.5 7.336184 0.0000
D(EPS) -142.1095 653.6547 -0.217408 0.8308
D(DAR) 500353.0 1320189. 0.379001 0.7100
R-squared 0.872273 Mean dependent var 201224.5
Adjusted R-squared 0.846728 S.D. dependent var 792919.4
S.E. of regression 310428.2 Akaike info criterion 28.31396
Sum squared resid 1.45E+12 Schwarz criterion 28.51279
Log likelihood -264.9826 Hannan-Quinn criter. 28.34761
F-statistic 34.14598 Durbin-Watson stat 2.416266
Prob(F-statistic) 0.000001
Uji Homogenitas F-statistic 0.340949 Prob. F(3.15) 0.7961
Obs*R-squared 1.212898 Prob. Chi-Square(3) 0.7499 Scaled explained SS 0.976142 Prob. Chi-Square(3) 0.8070
0
1
2
3
4
5
6
-600000 -400000 -200000 0 200000 400000
Series: Residuals
Sample 2008Q2 2012Q4
Observations 19
Mean 4.14e-11
Median 65643.08
Maximum 489291.0
Minimum -579221.6
Std. Dev. 283380.8
Skewness -0.493491
Kurtosis 2.593439
Jarque-Bera 0.902045
Probability 0.636977
83
Uji Otokorelasi
R-squared 0.872273 Mean dependent var 201224.5
Adjusted R-squared 0.846728 S.D. dependent var 792919.4
S.E. of regression 310428.2 Akaike info criterion 28.31396
Sum squared resid 1.45E+12 Schwarz criterion 28.51279
Log likelihood -264.9826 Hannan-Quinn criter. 28.34761
F-statistic 34.14598 Durbin-Watson stat 2.416266
Prob(F-statistic) 0.000001
Uji Stasioneritas
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.998936 0.0001
Test critical values: 1% level -3.857386
5% level -3.040391
10% level -2.660551
Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 ROE .397 2.522
EPS .431 2.319
DAR .877 1.141
a. Dependent Variable: EVA
Lampiran 29 Output regresi hubungan antara EVA terhadap MVA
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2230214. 1237367. 1.802387 0.0892 D(EVA) 1.708124 1.551416 1.101009 0.2862
R-squared 0.066561 Mean dependent var 2573930. Adjusted R-squared 0.011653 S.D. dependent var 5249753. S.E. of regression 5219076. Akaike info criterion 33.87284 Sum squared resid 4.63E+14 Schwarz criterion 33.97225 Log likelihood -319.7920 Hannan-Quinn criter. 33.88966 F-statistic 1.212222 Durbin-Watson stat 2.420091 Prob(F-statistic) 0.286238
84
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 4.231848 Prob. F(1,17) 0.0554
Obs*R-squared 3.787005 Prob. Chi-Square(1) 0.0517
Scaled explained SS 4.423194 Prob. Chi-Square(1) 0.0355
R-squared 0.066561 Mean dependent var 2573930.
Adjusted R-squared 0.011653 S.D. dependent var 5249753.
S.E. of regression 5219076. Akaike info criterion 33.87284
Sum squared resid 4.63E+14 Schwarz criterion 33.97225
Log likelihood -319.7920 Hannan-Quinn criter. 33.88966
F-statistic 1.212222 Durbin-Watson stat 2.420091
Prob(F-statistic) 0.286238
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.220806 0.0006
Test critical values: 1% level -3.857386
5% level -3.040391
10% level -2.660551
0
1
2
3
4
5
6
-5000000 0.00000 5000000 1.0e+07 1.5e+07
Series: Residuals
Sample 2008Q2 2012Q4
Observations 19
Mean 6.37e-10
Median -813840.1
Maximum 12577025
Minimum -6327910.
Std. Dev. 5072031.
Skewness 1.218722
Kurtosis 3.954052
Jarque-Bera 5.423983
Probability 0.066404
85
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 10 Juni 1992 dari Ayah Anas
Najmi dan Ibu Saomi. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Pada
tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Kota Tangerang pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah
Ekonomi Umum TPB IPB tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis juga
aktif mengikuti kegiatan keorganisasian di Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB
Kabinet Berkarya di Kementerian Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, Rumah
Harapan KM IPB, Bina Desa KM IPB, BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Century IPB, IPB Debating Club dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis. Penulis
melakukan gladikarya di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Penulis juga aktif dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat
mahasiswa. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis antara lain adalah
Mahasiswa Berprestasi I Departemen Agribisnis tahun 2013. Mahasiswa prestasi
dalam AGB Day award, best speaker dalam debating competition, delegator
dalam beberapa konferensi tingkat nasional maupun internasional, penerima
beasiswa internasional Rabobank serta menjadi peserta trainee dalam berbagai
kegiatan pelatihan saham dan bursa berjangka.
top related