analisis isi pesan dakwah tentang keadilan...
Post on 18-Jan-2020
21 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH TENTANG KEADILAN
DALAM BUKU THE GREAT OF TWO UMARS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Faisal Abdul Azis
NIM: 1113051000122
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H. / 2019 M.
i
ABSTRAK Faisal Abdul Azis NIM: 1113051000122 Analilsis Isi Pesan Dakwah Tentang Keadilan dalam buku “The Great of Two Umars”
BukuThe Great of Two Umars menceritakan tentang dua sosok khalifah yang menjadi pemimpin dambaan Rasulullah saw. Keadilan dan kepemimpinan menjadi poin yang ditekankan dalam buku ini. Alasannya adalah Umar merupakan khalifah yang terkenal sangat tegas dalam kepemimpinannya. Selain itu perlakuan Umar terhadap rakyatnya sangat adil. Hal ini dapat menjadi contoh bagi setiap orang dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin dikehidupannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa pesan dakwah yang terkandung dalam buku The Great of Two Umars? apakah pesan dakwah tentang keadilan yang paling dominan dalam buku The Great of Two Umars? dan bagaimana pesan dakwah tentang keadilan yang terkandung dalam buku The Great of Two Umars?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Wazer dan Wiener, analisi isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Teknik analisis data dilakukan setelah peneliti membuat tiga kategori pesan dakwah tentang keadilan ; Keadilan Legal, Distributif dan Komunikatif dari beberapa sub bab dalam buku The Great of Two Umar yang diuji oleh 3 orang juri yang berkompeten.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pesan dakwah tentang keadilan dalam buku The Great of Two Umars meliputi keadilan Legal, Distributif dan Komunikatif. Pesan dakwah tentang keadilan yang paling dominan dalam buku The Great of Two Umars adalah pesan Keadilan Legal dengan 66% di ikuti Keadilan Distributif dengan 8% dan keadilan Komunikatif dengan 26%. Adapun pesan dakwah tentang keadilan adalah sosok seorang pemimpin negara yang suka blusukan untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya. Pemimpin yang adil, tak pandang bulu dalam menjalankan hukum Allah Kata Kunci: Aqidah, Syariah, Akhlak, Dakwah, Keadilan, The Great of Two Umars
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulilah terurai dari sanubari yang paling dalam
atas segala nikmat dan kuasa-Nya, dikala kami (manusia) telah
hilang arah dalam segala bentuk kebingungan dan kerugian.
Dengan segala kuasa-Mu, Engkau kirimkan sang Petunjuk dan
sang Pemimpin. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan
kepada sang Revolusioner (Nabi Muhammad Saw) yang
membimbing kami menuju jalan yang ridhoi-Nya.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, peneliti
sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuandari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materi, sudah sepatutnya
peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikan penelitian
skripsi ini. Maka peneliti berterimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A
sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Akademik Dr. Siti
Napsiyah, S.Ag, BSW. MSW. Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Dr. Sihabuddin N. M.Ag.danDrs.
Cecep C. M.A. sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
iii
3. Drs. Masran, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam serta Fita Fathurokhmah, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan.
4. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Dosen Penasihat Akademik
KPIC 2013.
5. Drs. S. Hamdani, M.A, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dan senantiasa membimbing
peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan
Utama yang mempermudah dalam pencarian revrensi-
revrensi akurat.
7. Segenap Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta pengalaman kepada peneliti. Peneliti
berharap semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat
bagi peneliti dan masyarakat luas.
8. Ayahku, Dalim Subadri. Ibuku, Siti Hafsah. Kakaku M.
Reza Fansuri dan adikku, Zulfikar Khadafi. Terimakasih
atas kasih sayang selalu diberikan tanpa henti.
9. Teman-teman Komunitas Earth Hour Depok. Terimakasih
atas dukungan selama pengerjaan skripsi ini.
10. Terimakasih Fenny, Nunu, Ginti, Laras, dan Aldi Sahabat
yang selalu siap membantu dalam pengerjaan skripsi ini
11. KPI C 2013 teman selintingan dalam perjuangan ini.
iv
Demikian kata pengantar yang saya haturkan dalam skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta maupun bagi khalayak luas.
Aamiin ya Rabbal’alamin
Jakarta, 15 Maret 2019
Faisal Abdul Azis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... viii
BAB I ..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6
C. Batasan dan Rumusan masalah ................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
E. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 18
BAB II ................................................................................................. 56
LANDASAN TEORITIS ..................................................................... 56
A. Pengertian Analisis Isi ............................................................ 56
B. Konsep Dakwah ...................................................................... 58
C. Pengertian Pesan Dakwah ....................................................... 70
D. Pengertian Keadilan ................................................................ 76
BAB III ................................................................................................ 82
GAMBARAN UMUM ........................................................................ 82
A. Sekilas Biografi Fuad Abdurrahman ....................................... 82
B. Deskripsi Isi Buku ................................................................... 83
C. Profil Buku .............................................................................. 84
TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................... 87
A. Pesan Dakwah dalam Buku The Great of Two Umars ............ 87
vi
B. Pesan Dakwah yang Paling Dominan dalam buku The Great of Two Umars ..................................................................................... 106
C. Pesan Dakwah tentang Keadilan dalam Buku The Great of Two Umars ............................................................................................ 109
BAB V ............................................................................................... 113
PENUTUP ......................................................................................... 113
A. Kesimpulan ........................................................................... 113
B. Saran-saran ............................................................................ 113
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori Pesan Keadilan
Tabel 2.1 Hasil Kategori Pesan Penilaian Juri
Tabel 2.2 Jumlah Isi Pesan Keadilan
Tabel 2.3 Pesan Keadilan yang Paling Dominan Berdasarkan
Rangking
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi
2. Sampul Depan Buku The Great of Two Umars
3. Sampul Belakang Buku The Great of Two Umars
4. Surat Pernyataan Juri 1
5. Surat Pernyataan Juri 2
6. Surat Pernyataan juri 3
7. Coding Sheet
8. Tabel Penilaian Antar Juri
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah sering diartikan sebagai ajakan atau seruan, yaitu
ajakan ke jalan Tuhan (Allah SWT). Asal kata dakwah adalah da'a-
yad'u-da'wah yang artinya mengajak atau menyeru.
Selain itu, dakwah bermakna ajakan untuk memahami,
mempercayai (mengimani), dan mengamalkan ajaran Islam, juga
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (Amar
ma'ruf nahyi munkar). Oleh karena itu, dakwah Islam merupakan
faktor dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas seperti
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (125):
بر لیبس ىلإ عدٱ نسحأ يھ يتلٱب مھلدجو ةنسحلٱ ةظعوملٱو ةمكحلٱب ك
نیدتھملٱب ملعأ وھو ۦھلیبس نع لض نمب ملعأ وھ كبر نإArtinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Penyebaran dakwah saat ini tidak hanya dilakukan dengan cara
lisan saja, dakwah juga dapat disampaikan melalui media massa
seperti surat kabar, koran, majalah, televisi, radio, internet dan juga
buku. Dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian
2
ajaran Islam. Dakwah Islam adalah dakwah ke arah kualitas
puncak dari nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban.1
Dakwah melalui tulisan atau sering disebut dakwah bil qalami
yaitu sarana dan metode dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwah kepada mad’u melalui media-media cetak baik koran,
majalah, buku-buku atau beberapa tulisan dan artikel lainnya,
pengertian bil qalam itu sendiri menurut Jalaludin Rakhmat dalam
Islam Akutal adalah menyampaikan dakwah melalui media cetak
(tulisan).2
Dalam buku Onong Uchjana dikatakan bahwa pesan dakwah
adalah semua pernyataan yang bersumber, amanat yang harus
dilakukan atau disampaikan oleh komunikator, atau juga dapat
berupa lambang yang dimaksud adalah bahasa, isyarat, gambar,
warna dan lain sebagainya. Hal tersebut secara langsung
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan dengan bahasa yang lain. Dengan kata lain, hal tersebut
banyak digunakan dalam komunikasi secara jelas, karena hanya
bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada
orang lain.3
Buku merupakan segmentasi remaja Indonesia yang telah
menjadi buah bibir saat ini. Banyak para da’i mulai menulis guna
menyesuaikan keinginan mad’u, karena dengan buku diharapkan
akan memberikan dampak besar untuk remaja Islam. Banyak film-
1 Muhammad Al-Bahy, Islam Agama Dakwah Bukan Revolusi,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1997),h.47 2 Jalaludin Rakhmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1998),h. 172 3 Onong Uchjana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), cet. Ke 8, h. 18
3
film yang diangkat dari buku. Ini menunjukan bahwa buku
termasuk media dakwah yang memiliki dampak besar di kalangan
remaja maupun akademisi.
Salah satu sifat yang dominan dari sebuah buku adalah mampu
mengubah pandangan ataupun cara berpikir pembacanya, oleh
karena itu buku salah satu bentuk sarana yang efektif dalam
menyampaikan suatu pesan, diantaranya pesan-pesan dakwah
ataupun moral yang bertujuan untuk mengubah prilaku seseorang
ke arah yang lebih baik.
Di era moderen saat ini, dakwah harus dikemas dengan
berbagai cara dan sarana, agar dakwah terlihat menarik, lebih
eksklusif dan juga sesuai dengan zamannya. Sehingga diharapkan
dakwah yang mengajarkan kebaikan dapat sampai kepada seluruh
kalangan masyarakat.
Bagi seorang pembaca sebuah karya tulis pasti merasa jenuh
atau bosan menerima dakwah yang monoton, tidak ada variasi
dalam penyampaian maupun kemasannya. Pembaca perlu disuguhi
suasana baru dalam mengkonsumsi sebuah informasi dakwah.
Dakwah pun membutuhkan modifikasi dan cara yang berbeda agar
pembaca tidak merasa bosan atau jenuh dalam menerima pesan
pesan dakwah.
Setiap buku mengandung tema yaitu pemikiran penulis yang
disampaikan melalui karya-karyanya, maka dasar atau tema cerita
merupakan sasaran atau tujuan yang paling penting dalam sebuah
cerita, biasanya latar belakang penulis buku menentukan
penekanan yang akan ditonjolkan dalam sebuah buku.
4
Dilatarbelakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan
yang terkandung didalamnya ataupun yang sedang terjadi.4
Buku The Great of Two Umars menceritakan tentang dua
sosok khalifah yang menjadi pemimpin dambaan Rasulullah saw.
Keadilan dan kepemimpinan menjadi poin yang ditekankan dalam
buku ini. Alasannya adalah Umar merupakan khalifah yang
terkenal sangat tegas dalam kepemimpinannya. Selain itu
perlakuan Umar terhadap rakyatnya sangat adil. Hal ini dapat
menjadi contoh bagi setiap orang dalam menjalankan perannya
sebagai pemimpin di kehidupannya.
Umar Bin Khathab memiliki seorang cicit, Umar Bin Abdul
Aziz. Dia pun merupakan salah satu contoh pemimpin panutan
dalam sejarah keIslaman. Karena dia memililki garis keturunan
dengan Umar Bin Khathab, maka rasional jika namanya
disandingkan di buku ini. Selain itu, Umar Bin Aziz berhasil
menata pemerintahan dan mereformasi sera mengeluarkan
kebijakan yang adil bagi rakyat.5
Salah satu keberhasilan Umar selama menjadi pemimpin
adalah saat dia berhasil menaklukan imperium Persia dan
Bizantium. Selain itu dia berhasil membawa Islam ke puncak
kejayaan pada masanya. Semua kisah tersebut diceritakan dengan
baik di buku ini.
Buku ini mengisahkan banyak sekali peristiwa-peristiwa
penting yang mengandung pesan dakwah tentang keadilan dalam
4 Burhan Nugroho, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Gajah Mada
University press, 1995), hal. 322. 5Fuad Abdurrahman, The Great of Two Umars, (Jakarta:Serambi,
2016) hal.208
5
diri seorang pemimpin. Bagaimana Umar berprilaku di
kesehariannya. Buku ini sangat menarik banyak kisah yang
mengajarkan kepemimpinan dan keadilan seorang pemimpin
negara. Buku yang berjudul The Great of Two Umarsmerupakan
salah satu buku yang menceritakan sejarah keIslaman dari aspek
keadilan dan kepemimpinan.
Penulis mencoba meneliti buku ini berdasarkan aspek pesan
dakwah tentang keadilan dan dianalisis menggunakan metode
analisis isi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “keadilan
adalah sifat (perbuatan, perlakuan, dsb) yang adil”.6 Perlakuan
yang sama terhadap orang lain tanpa melihat latarbelakang
mereka. Kondisi atau keadaan manusia yang diperlakukan
samarata/setara, yang sebanding antara hak dan kewajibannya
masing-masing tidak berat sebelah dan tidak memutuskan secara
sewenang-wenang.
Menurut Jhon Rawls dalam bukunya Theory of Justice,
keadilan memiliki dua prinsip:
1. Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup
keseluruhan sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang
setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain.
2. Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata
sedemikian rupa sehingga; paling menguntungkan bagi yang
tertinggi, dan posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua
di bawah syarat kesamaan keselamatan yang fair.Dengan
menggunakan prinsip prioritas Rawls berpandangan bahwa
6Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa(Jakarta:Gramedia), h. 10
6
meskipun prinsip utama itu sama penting, tapi ada yang paling
utama dari yang sama-sama utama (skala prioritas).7
Sedangkan metode yang akan dipakai menggunakan analisis
isi. Analisi isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun
untuk menguji isi informasi yang terekam Analisis isi ini
memfokuskan pada bahan yang tersurat saja. Peneliti hanya meng-
coding (memberi tanda) apa yang dilihat (berupa suara, tulisan,
atau gambar ditelevisi). Ini berarti subjektifitas peneliti harus
dihilangkan. Lalu objektif baru bisa dapat dilakukan oleh peneliti
bila tersedia kategori analisis yang telah didefinisikan secara jelas
dan oprasional sehingga peneliti lainnya dapat mengikutinya
dengan reliabilitas tinggi.8
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengambil judul
Analisis Isi Pesan Dakwah tentang Keadilan dalam Buku The
Great of Two Umars.
B. Identifikasi Masalah
Banyak media komunikasi yang dimanfaatkan para Da’i untuk
menyebarluaskan dakwah Islam, salah satunya dengan media
cetak. Fuad Abdurrahman adalah salah satu penulis yang
mengangkat kisah para sahabat Nabi sebagai materi dakwahnya,
Buku The Great of Two Umars adalah buku yang berlatar belakang
sejarah dua tokoh fenomenal Islam di masa kejayaan nya. Dua
7Rawls John, Theory Of Justice Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsapat
Politik Untuk Mewujudkan Kesejahtraan Sosial Dalam Negara ( Jakarta: Pustaka Pelajar) h. 302-303
8 Erianto, Analisis Isi Pengantar Metedologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Lainya(Jakarta: Kencana 2011), h. 1
7
sosok pemimpin adil, jujur dan sangat memperhatikan
kelangsungan hidup rakyatnya. Maka peneliti tertarik untuk
menemukan isi pesan dakwah tentang keadilan apa saja yang
terkandung dalam buku The Great of Two Umars dan pesan
dakwah apa yang paling dominan dalam buku tersebut.
C. Batasan dan Rumusan masalah
1. Batasan Masalah
Buku ini terdiri dari dua bagian; bagian pertama Umar bin
Khathab dan bagian kedua Umar Bin Abdul Aziz. Penulis
membatasi penelitian pada bab Keadilan dan Ketegasan Umar Bin
Khathab. Pada bab tersebut terdapat beberapa sub bab seperti:
a. Cambuk Putra Bangsawan Itu!
b. Keadilan untuk Rakyat Kecil
c. Keputusan Tidak Bisa Diintervensi
d. Kami Mencuri Karena Kelaparan
e. Anak Dicambuk Hingga Wafat
f. Menghukum Anak yang Memerkosa
g. Keadilan Untuk sang Gubernur
h. Raja pun Harus Di-qishas
2. Rumusan Masalah
Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah isi pesan
dakwah tentang keadilan dalam akhlak Umar Bin Khatab. Penulis
merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
8
a. Apa pesan dakwah yang terkandung dalam buku The Great
of Two Umars?
b. Apakah pesan dakwah yang paling dominan dalam buku
The Great of Two Umars?
c. Bagaimana pesan dakwah tentang keadilan yang
terkandung dalam bukuThe Great of Two Umars?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, ada beberapa tujuan
penelitian yang dicapai dari penelitian terhadap buku The Great of
Two Umars, yaitu:
a. Untuk mengetahui apa pesan dakwah apa yang terkandung
dalam buku The Great of Two Umars.
b. Untuk mengetahui pesan dakwah yang paling dominan
dalam buku The Great of Two Umars.
c. Untuk mengetahui bagaimana pesan dakwah tentang
keadilan yang terkandung dalam buku The Great of Two
Umars.
.
b. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan akan memperkaya pengetahuan
tentang cara menganalisis tentang isi pesan dakwah tentang
keadilan di sebuah buku. Selain itu secara lebih mendalam
penelitian ini dapat mengembangkan penyampaian pesan dakwah
melalui sebuah buku kepada akademis dan masyarakat.
9
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan memicu masyakat atau pembaca
untuk bertindak secara nyata dalam berdakwah khususnya dalam
sebuah buku. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan contoh bagi
mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) yang ingin
meneliti menggunakan analisis isi.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah analisis isi, yaitu dengan cara mencatat
nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis
isi yang didefinisikan, yang akhirnya akan melahirkan
generalisasi. Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik
penelitian yang dibuat untuk menarik kesimpulan yang dapat
direpleksikan (ditiru) dan sahih datanya dibuat untuk
memerhatikan konteksnya.9
Metode analisi isi yang digunakan dalam menyusun skripsi ini
dengan menggunakan rumus Holsty yaitu hasil kesepakatan tim
juri akan dijadikan koefisien reliabilitas dengan minimum angka
0,7 atau 70%. yaitu dengan membaca untuk menelaah isi dari buku
The Great of Two Umars karya Fuad Abdurrahman dan unit
pengamatannya adalah per-paragraf yang mengandung konteks
pesan dakwah tentang keadilan dalam buku tersebut.
9Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011) h,15.
10
2. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma
positivistik. Positivistik menempatkan teori sebagai titik tolak
utama dalam kegiatan penelitiannya. Teori menjadi sumber
jawaban utama atas rasa ingin tahu peneliti. Dalam penelitian
kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa
suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala
bersifat kasual (sebab akibat).10 Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah metode analisis isi dengan melakukan
pengukuran terhadap variabel yaitu pesan dakwah tentang keadilan
dalam buku The Great of Two Umars.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh
keterangan.11 Subjek dalam penelitian ini adalah buku The Great
of Two Umars, sedangkan objek penelitiannya adalah isi pesan
atau konten pesan yang ada di dalam pembahasan buku The Great
of Two Umars.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan membaca teks di dalam buku
“The Great of Two Umars.” Waktu penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2004), h. 42. 11Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali
Press, 1995), h. 92.
11
1. Pada bulan November 2018, peneliti melakukan observasi
dengan cara membaca dan mengamati setiap paragraf dalam
buku The Great of Two Umars.
2. Bulan Januari 2019, peneliti melakukan pertemuan dengan Juri
I,II, dan III.
3. Bulan Februari 2019, peneliti melakukan pengolahan data dari
hasil ketiga orang Juri.
4. Bulan Maret 2019, peneliti melakukan analisis dan menetapkan
kesimpulan.
5. Teknik pengolahan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
sebagai berikut:
a. Observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Observasi atau pengamatan diartikan
lebih sempit, yaitu pengamatan dengan mengunakan indra
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.12 Observasi dilakukan dengan cara membaca dan
mengamati setiap paragraf dalam buku The Great of Two Umars.
b. Coding Sheet, yaitu tabel yang berisikan pesan yang
dijadikan objek penelitian. Coding Sheet dibuat berdasarkan
kategorisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan isi buku The
Great of Two Umars.
12 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahtreaan Sosial dan Ilmu lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet ke-1, h. 69.
12
c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data berupa catatan,
buku-buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi serta data
lainnya yang berkaitan dengan buku tersebut.
6. Teknik Analisis Data
a. Kategorisasi Pesan
Untuk memudahkan memahami isi pesan dakwah pada
buku The Great of Two Umars, maka peneliti membuat kategori
pesan dakwah dalam bentuk kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 1
Kategorisasi Pesan Dakwah Tentang Keadilan
No. Kategorisasi
1. Keadilan Legal/Moral
2. Keadilan Distirbutif
3. Keadilan Komunikatif
Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi
oprasionalnya sebagai berikut:
1. Keadilan legal atau keadilan moral adalah menyangkut
hubungan antara hubungan individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok
masyarakat diperlakukan sama oleh negara dihadapan hukum
13
Dasar moral: 1) setiap orang adalah manusia yang mempunyai
harkat martabat yang sama dan diperlakukan secara sama. 2) setiap
orang adalah warga negara yang sama stasus dan kedudukannya,
bahkan sama kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan
sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Konsekuensi legal: 1) semua orang harus secara sama
dilindungi hukum, dalam hal ini oleh negara. 2) tidak ada orang
yang diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau negara. 3)
negara tidak boleh nebgeluarkan produk hukum untuk kepentingan
kelompok tertentu. 4) semua warga harus tunduk dan taat kepada
hukum yang berlaku.13
Plato berpendapat bahwa keadilan dalam hukum merupakan
substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan
menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap
oeang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling
cocok baginya (Than Man Behind The Gun) pendapat plato itu
disebut keadilan moral. Sedangkan sunoto menyebutnya selaras
kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.14
Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota
masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut
kemampuannya. Fungsi penguasa ialah membagi-bagi fungsi-
fungsi dalam negara kepada masing-masing orang sesuai dengan
13 Rawls John, Theory Of Justice Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsapat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahtraan Sosial Dalam Negara ( Jakarta: Pustaka Pelajar) h. 6-12
14 http://taufananggriawan.wordpress.com/2011/11/17/pengertian-adil-dan-keadilan/ diakses tgl 26 juni 2019 jam 19;02.
14
keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan
yang tidak cocok baginya.
2. Keadilan distributif (keadilan ekonomi)
Keadilan distributif adalah distribusi ekonomi yang merata
atau yang dianggap merata bagi semua warga negara. Menyangkut
pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.
Aristoteles berpendapat bahwa distribusi ekonomi didasarkan paa
prestasi dan peran masing-masing orang dalam mengejar tujuan
bersama warga Negara. Keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal
yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally).
Sebagai contoh: Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun.
Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi,
yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja.
3. Keadilan Komunitatif
Keadilan Komunitatif ini bertujuan memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Mengatur hubungan yang
adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau warga
Negara satu dengan Warga Negara yang lainnya. Menuntut agar
dalam interaksi sosial antara warga negara satu dengan yang
lainnya tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya.
15
7. Teknik analisis data
Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap paragraf
yang masuk ke dalam lima kategori pesan dakwah tentang
keadilan, kemudian di analisis untuk mencari isi pesan apa yang
terkandung di dalamnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam
menganalisis data:
a. Memasukan data ke dalam lembar koding sesuai dengan
kategori yang telah ditentukan.
b. Untuk mendapatkan reliabilitas dan validitas kategori isi
pesan dalam buku The Great of Two Umars, penulis mengadakan
pengujian kategori pasa tiga orang juri atau koder yang dipilih dari
orang yang dianggap kredibel diantaranya: Juri I Ustadz Muslim
Asbanu SH., Juri II Ustadz Irfan Kosasih S.pd, dan Juri III Ustadz
Arief Budiman Isu.
c. Hasil kesepakatan tim juri akan dijadikan koefisien
reliabilitas. Untuk mencapai koefisien reliabilitas kategori antar
juri, peneliti menggunakan rumus Holsty,15 dengan syarat angka
reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya
apabila hasil perhitungan menunjukan reliabilitas diatas 0,7 berarti
alat ukut ini benar-benar reliabel, tetapi apabila dibawah 0,7 berarti
alat ukur tidak reliabel16 yaitu:
!"#$%&%#')#*%+,%*%-+& =/0
12 + 1/
15Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,
(Jakarta: UIN Press, 2006), h. 76. 16Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, h.260.
16
Keterangan:
2M = Nomor yang sama antar juri
N1+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M = Kesepakatan antar juri
N = Jumlah yang diteliti
Setelah itu diperoleh data data nilai keputusan antar juri (komposit
reabilitas), dengan menggunakan rumus:
!"45"&%-)#*%+,%*%-+& =6(8+'-+9:;9%)
2 + (1 − 2)(>?@A?BCDBE)
Keterangan:
N = Jumlah juri
X = Rata-rata koefisien reabilitas antar juri
d. Kemudiaan dilakukan penghitungan presentase mengenai
pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam buku The
Great of Two Umars, selanjutnya menganalisa data. Prosentase
pesan dakwah yang dominan dihitung dengan rumus:
F = G/1>2II%
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
8. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi)”
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
17
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari tindakan plagiarisme, maka peneliti telah
melakukanpenelusuran rumus dan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan
yang peneliti buat. Berikut ini adalah penelitian yang peneliti
jadikan tinjauan pustaka, diantaranya:
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Gadis Pantai Karya
Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara
garis besar ia membahas tentang pesan dakwah dan moral yang
terdapat dalam novel Gadis Pantai. Perbedaan dengan penellitian
terkini ialah pada subjek penelitian yaitu buku The Great of Two
Umarsdan terfokus pada pesan keadilan yangterkandung dalam
buku.
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku
Menjadi Pelacur! karya Muhiddin M. Dahlan, ditulis oleh Sisilia
Yuliaty Hariputri, 2010. Skripsi ini membahas tentang empat sub
judul. Sisilia juga membagi 3 kategori yaitu Akidah, akhlak dan
syariah. Metodenya kuantitatif. Perbedaan dengan penellitian
terkini ialah terfokus pada pesan keadilan yang terkandung dalam
buku dan pada subjek penelitian yaitu buku The Great of Two
Umars.
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Di Atas Sajadah
Cinta karya Habiburrahman El Shirazi, ditulis oleh Zakiyah
Fiddin, 2008. Skripsi ini membahas tentang novel karya
Habiburrahman El Shirazi yaitu diatas sajadah cinta yang terdapat
38 pembahasan, namun yang diteliti ada 19 pembahasan.
Perbedaan dengan penellitian terkini ialah pada subjek penelitian
18
yaitu buku The Great of Two Umars dan terfokus pada pesan
keadilan yang terkandung dalam buku.
Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis ini pesan
dakwah tidak satu pun penulis menemukan skripsi yang membahas
analisis isi pesan dakwah dalam buku The Great of Two Umars.
Dapat disimpulkan bahwa penulis ialah orang pertama yang
meneliti buku ini, oleh karena itu penulis mengajukan judul
analisis isi pesan dakwah The Great of Two Umars.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan skripsi ini,
maka penulis menyusun ke dalam lima bab yang dibagi kedalam
sub-sub bab sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latarbelakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Terdiri dari pengertian dan prinsip analisis isi, pesan dakwah,
pengertian buku dan jenis-jenisnya, buku sebagai media dakwah
dan pengertian keadilan.
BAB III: Gambaran Umum
Buku The Great of Two Umars karya Fuad Abdurrahman,
riwayat Hidup Fuad Abdurrahman, karya-karyaFuad
19
Abdurrahman, prestasi Fuad Abdurrahman dan karir Fuad
Abdurrahman.
BAB IV: Temuan dan Analisis Data
Dalam bab ini berisi temuan dan analisi isi pesan dakwah
yang terkandung dalam buku The Great of Two Umars, pesan
dakwah tentang keadilan dan pesan dakwah yang paling dominan.
BAB V: Penutup
Terdiri dari Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian.
20
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi Analisis isi (content Analysis) adalah teknik penelitian untuk
membuat referensi-referensi yang dapat ditiru (replicable), dan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan komunikasi
atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap
komunikasi berisi pesan dalam sinyal komunikasi itu, baik berupa
verbal maupun non verbal. Sejauh ini makna komunikasi menjadi
amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.
Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap suatu isi informasi tertulis atau cetak dalam
media massa. Pelopor analisis isi adalah Harlod D Laswell, yang
mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang
secara sistematis untuk kemudian diberi interpretasi.1 Analisis isi
banyak dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi. Bahkan analisis
isi merupakan salah satu metode utama dalam disiplin ilmu
komunikasi. Analisis isi terutama dipakai untuk menganalisis isi
media cetak ataupun elektronik. Lewat penelitian ini peneliti dapat
mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan
(tren) dari satu sisi.2
1Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian
Komunikasi,(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 79 22Eryanto, analisis isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu – Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana,2011),h. 10-11
21
Wazer dan Wiener, analisi isi adalah suatu prosedur
sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang
terekam..3 Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik
penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan
data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. R. Holsti
mendefinisikan, “Analisis isi sebagai teknik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan
karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.”4
Analisis isi adalah sebuah metode yang relatif mudah dalam
kajian-kajian yang sederhana, ia tidak lebih dari perhitungan dan
fenomena. Namun karya-karya terbaik menggunakan data empiris
analisis isi yang terpercaya dapat menghasilkan kontribusi yang
penting dan bernilai bagi pemahaman kita terhadap teks-teks
media. Analisis isi yang kuat meyediakan data terpercaya untuk
mendukung analisis interpreatie.5
Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi
secara apa adanya, tanpa adanya campurtangan dari peneliti.
Penelitian ini menghilangkan bias, keberpihakan atau
kecenderungan tertentu dari peneliti.6
3Andi Buleang, Metodologi Penelitian Kontemporer, (Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset,2004), h. 164. 4Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rhineka
Cipta, 1999, h. 68. 5Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies.(Yogyakarta: PT
Bentang Pustaka 2006), cet ke 1 6Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h.16.
22
Ada dua aspek penting dari objektivitas, yakni validitas dan
reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis ini
mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara
reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan
temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dan waktu yang
berbeda.7
Dilihat dari pendekatan dalam analisis isi, dapat dibagi
kedalam tiga bagian besar yaitu pendekatan analisis isi deskriptif,
eksplanatif dan prediktif. Analisis isi deskriptif sebatas
menggambarkan pesan, analisis eksplanatif berusaha untuk
menghubungkan antar variabel, dan penelitian prediktif ditujukan
untuk memprediksi variabel lain dengan menggunakan suatu
variabel. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan penelitian
analisis deskriptif, yaitu analisis yang dimaksudkan secara detail
suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis ini tidak
dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji
hubungan antar variabel. Analisis ini hanya semata untuk
deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu
pesan.8
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
7Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,h.16 8Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,h. 45-47.
23
a. Dakwah Secara Etimologi
Dakwah secara etimologi (bahasa) berasal dari kata da’a yad’u
da’watan yang berarti mengajak, menyeru, memanggil, dan
mengundang. Dalam Al Qur’an kata dakwah bisa berarti menyeru
kepada kebaikan maupun keburukan. Dalam firman Allah SWT
dalam surat Al-Mu’min ayat 41 yang artinya:
رانلا ىلإ يننوعدتو ةاجنلا ىلإ مكوعدأ يل ام موق ایو
“Hai Kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? Dengan demikian maka konsep dakwah Islam memuat juga
konsep perubahan individu dan transformasi sosial yang dimaksud
adalah perubahan dan transformasi dari kondisi kurang baik atau
tidak baik menuju kepada kondisi yang lebih baik.9
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah. Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama
dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah,
karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tak akan pernah usai
selama kehidupan dunia masih berlangsung.
b. Pengertian Dakwah
Dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin, Syeikh Ali Makhfudz
memberikan definisi secara terminologis adalah mendorong
9Irfan Helmy, Dakwah Bilhikmah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,2002),
cet, 1. h. 9-10
24
manusia agar berbuat kebaikan dan melarangnya dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.10
Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
memotivasi orang dengan basirah, maksudnya mendorong orang
dengan pengetahuan yang mendalam dengan tujuan agar motivasi
ini tepat sasaran. Maknanya yang berarti dakwah yang disebar
luaskan dengan cara damai bukan kekerasan, serta mengutamakan
aspek kognitif (kesadaran intelektual), dan afektif (kesadaran
emosional). Dakwah demikian ini disebut sebagai dakwah
persuasif (membujuk).11
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa dakwah
adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka
penyampaian pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar
mereka menerima ajaran Islam tesebut dan menjalankannya
dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat
untuk mencapai kebahagiaan manusia, dengan menggunakan
media dan cara-cara tertentu.
2. Metode Dakwah
Kata metode memiliki pengertian, “Suatu cara yang bisa
ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai
dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir
manusia”.
10Hasanudi, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005)
cet.1, h. 40 11A.Ilyas Ismalil, Prio Hotman, Filsafat Dakwah Islam Rekayasa
Membangun Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 29-30.
25
Seorang Dai sebagai subjek dakwah memerlukan pengetahuan
dan kecakapan dalam bidang metode. Dengan mengetahui metode
dakwah, maka penyampaian pesan-pesan dakwah yang
disampaikan seorang Da’i dapat mengena pada sasaran dan
dakwah dapat diterima oleh Mad’u sebagai objek dakwah.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan,cara).12 Dengan demikian dapat
diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam metode dakwah para pakar
mengambil rujukan utama kepada firman Allah Ta’ala (QS, An
Nahl: 125):
بر لیبس ىلإ عدٱ نإ نسحأ يھ يتلٱب مھلدجو ةنسحلٱ ةظعوملٱو ةمكحلٱب ك
نیدتھملٱب ملعأ وھو ۦھلیبس نع لض نمب ملعأ وھ كبر
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Di dalam ayat tersebut terdapat makna Da’i harus
memerhatikan Mad’u sehingga mereka merasa tidak terpaksa.
Pada prinsipnya dakwah harus memanusiakan manusia, sesuai
dengan fitrahnya yang suci. Hal tersebut wajib menjadi pedoman
12M.Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet
1, h.61
26
dalam merumuskan pesan dan menetapkan metode dakwah. Pada
prinsipnya metodologi dakwah ada empat cakupan :13
a. Al-Hikmah
Hikmah ditafsirkan sebagai integrasi antara ucapan dan
perbuatan, takut kepada agama dan bersikap hati-hati
dalam agama. Singkatnya, dari tinjauan terminologis
hikmah merujuk kepada ketepatan berkata, bertindak dan
memperlakukan sesuatu secara bijaksana.
b. Mau’izhah Hasanah
Metode dakwah melalui mau’izhah hasanah dilakukan
dengan perintah dan larangan disertai dengan unsur
motivasi dan ancaman yang diturunkan melalui perkataan
yang dapat melembutkan hati, menggugah jiwa dan
mencairkan segala kebekuan hati seta menguatkan
keimanan. Metode terdiri dari bentuk pengajaran dan
pembinaan.
c. Al-Jidal bi al-alati hiya ahsan (Debat yang terpuji)
Metode dakwah ini dilakukan dengan dialog yang berbasis
budi pekerti yang luhur, tuturkata yang lembut serta
mengarah kepada kebenaran dengan maksud menolak
argumen batil yang dipakai lawan dialog.
d. Iqabah bi al-Mitsl (Tindakan yang setimpal)
Dalam pemetaan metode dakwah, tindakan balas setimpal
berada dalam lingkup dakwah bi al hikmahyang
13A.Ilyas Ismail, Prio Hotman, filsafat Dakwah :Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam (Jakarta : Kencana , 2011), Cet Ke-1, h.201-209
27
diistilahkan dengan hikmah al-quwwah atau jihad qitaly
(Jihad perang), maksudnya dari metode dakwah ini adalah
untuk menolak fitnah terhadap dakwah Islam.
Secara teori dakwah dapat dilakukan dengan 3 hal :
a) Dakwah Bil Lisan merupakan dakwah yang bersifat
informatif, nilai persuasinya pun tidak ketinggalan karena
tetap mengarahkan kepada loyalitas mengikuti ajaran
agama, karena pada dasarnya dakwah bil lisan memberikan
informasi mengenai ajaran agama Islam dengan tujuan agar
sasaran dakwahnya mampu memahami secara luas
mengenai ajaran agama dan berangsur-angsur terjadi
perubahan sikap menjadi lebih baik sehingga dapat
menyampaikan kepada orang banyak.
b) Dakwah Bil Hal merupakan dakwah yang bersifat persuasif
karena dakwah bil hal ini pada hakikatnya adalah
pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai
kegiatan dakwah agar tumbuh rasa kepatuhannya terhadap
ajaran Tuhan dan agamanya.
Strategi dakwah bil hal ini di terapkan sebagai langkah
mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Dakwah bil hal biasanya dilakukan
di lembaga pendidikan dan lembaga sosial.
c) Dakwah Bil Qalam merupakan metode dakwah melalui
tulisan yang mempunyai kelabihan dapat dibaca dengan
berulang-ulang dan dapat dinikmati oleh ribuan pembaca
28
disetiap penjuru, juga lebih efektif dapat menghemat
waktu. Seperti : koran buku/novel, dan majalah.
3. Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada Mad’u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada Mad’u dengan cepat dan
efektif sehingga pesan dapat sampai kepada Mad’u dimanapun
berada.
Ada beberapa jenis media komunikasi yang digunakan dalam
kegiatan berdakwah, diantaranya :
a. Media Visual
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang
dapat digunakan dengan memanfaatkan indra pengelihatan
dalam menangkap informasinya. Seperti : buku, surat kabar
cetak/online, buletin/majalah, dan slide.
b. Media Auditif
Media auditif dalam pemahaman komunikasi merupakan
media yang dapat ditangkap melalui indra pendenganran.
Perangkat auditif ini pada umumnya alat-alat yang dapat
dioprasionalkan sebagai saraan penunjang kegiatan
dakwah. Seperti : radio, tape recorder, mp3, telepon atau
handphone.
c. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang
dapat ditangkap melalui indra pendengaran maupun
29
pengelihatan. Media audio visual ini berupa seperti : Film
layar lebar, televisi dan video.
4. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah secara keseluruhan bersumber
pada dua pokok ajaran agama Islam yaitu Al-Quran dan Hadist.Al-
Quran adalah “Sumber petunjuk sebagai landasan beragama Islam
dan hadist merupakan penjelasan dari Nabi dalam merealisasikan
kehidupan berdasarkan Al-Quran.Secara garis besar, materi
dakwah dapat dikasifikasikan menjadi tiga masalah pokok yaitu
Aqidah, Syariah dan Akhlak.
a. Aqidah
Aqidah merupakan fondamen bagi setiap muslim. Aqidah
inilah yang menjadi dasar yang memberi arahan bagi hidup dan
kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan keimanan
kepada Allah SWT, para malaikat as, kitab-kitab yang diwahyukan
kepada para Rasul, adanya hari kiamat dan adanya qadha dan qadar
serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok
keimanan itu.
Dari segi bahasa, aqidah berasal dari al ‘aqdu yang berarti
ikatan, kepastian, pengukuhan, pengencangan dengan kuat, juga
berarti yakin dan mantap. Aqidah atau iman yaitu pengakuan
dengan lisan dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang
dibawa oleh Rasulullah adalah benar dan hak. Masalah iman ini
telah digariskan dan ditetapkan sebagai yang disebut dalam rukun
30
Iman.14 Hal ini pernah diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw
ketika beliau menjawab pertanyaan malaikat Jibril as sebagai
berikut:15
رخآلا مویلاو ھلسرو ھبتكو ھتكئالمو Sاب نمؤت نأ نامیإلا
هرشو هریخ ردقلاب نمؤتو
( ملسم هاور )
Artinya:“Iman ialah engkau percayakepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hariakhir, dan engkau percaya kepada Qadar Allah, yang baik maupun yang buruk”. (HR.Muslim). Aqidah merupakan tiang penyanggah atau pondasi pada
keimanan seorang dalam meyakini suatu keyakinan. Ibarat gedung
yang mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia akan mudah roboh
bila pondasinya tidak kuat. Sama halnya dengan mansuia, jika
aqidahnya sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun
akan lemah dan rapuh sehingga mudah roboh keimanannya.
Aqidah atau kepercayaan dalam Islam mempunyai rukun-
rukun tertentu yakni hal yang harus dipercayai, diantaranya :
1) Percaya kepada Allah SWT yakni percaya dengan sepenuh
hati akan ke-Esaan dan eksistensi Allah SWT, meyakini
14Syekh Thahir Ibn Saleh, Al-Jawahirul Kalamiyah,(Al-Qahirah:1386
H, T.pn.), h.3. 15H.M.Masykur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta:
Alamin Press, 1997) h.11
31
kekuasaan bahwa dia yang menciptakan semua makhluk,
dan tidak menyekutukannya dengan yang lain.
2) Percaya kepada Malaikat Allah yaitu percaya dengan
adanya Malaikat, makhluk yang menjadi perantara Allah
kepada makhluk-Nya.
3) Percaya kepada kitab Allah yaitu percaya pada kitabullah
berarti percaya bahwa Allah menurunkan kitab kepada
Rasul yang berisi tentang ajaran-ajaran, dan aturan-aturan
Islam. Kitab yang disebutkan dalam Al-Qur’an ada 4
macam, yakni kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
As, kitab Zabur kepada Nabi Daud As, kitab Injil kepada
Nabi Isya As dn yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
4) Percaya kepada utusan Allah yakni percaya bahwa Allah
memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi utusan
dan menyampaikan ajaran-Nya.
5) Percaya kepada hari akhir (hari kiamat) yakin percaya
tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan
mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan
segala amalnya.
6) Percaya kepada rukun iman yang terakhir yakni percaya
bahwa Allah menciptakan manusia kodrat (kekuasaan)dan
iradat (kehendak). Sehingga segala hal yang menipa
manusia sudah sesuai dengan garis takdir yang telah
ditentukan oleh penciptannya.
b. Syariah
32
Syariah adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang
terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan manusia dengan
Tuhan (ibadah), maupun antar manusia itu sendiri (muamalah).16
1. Ibadah artinya menyembah, tunduk dan patuh. Ibadah
meliputi tharah, solat, zakat, puasa, pergi haji jika mampu.
2. Muamalah : Al-Qununul Khas (hukum perdata), muamalah
(hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah
(hukum waris), Al-Qunnul’am (hukum publik), hinayah
(hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum
perang dan damai).
Dalam Islam syariah berhubungan dengan amal lahir dalam
rangka mematuhi perintah Allah. Dijelaskan dalam hadist :
“Islam bahwasanya sengkau menyembah Allah SWT, dan
janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
mengerjakan shalat, membayar sakat yang wajib, berpuasa pada
bulan ramadhan, dan menunaikan ibadah haji di makkah.”(HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut menjelaskan hubungan antara manusia dengan
allah SWT. Artinya masalah yang berhubungan dengan syariah
bukan saja sebatas ibadah kepada Allah tetapi juga terhadap
sesama manusia.
c. Akhlak
16Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Amzah,2009)h.90
33
Akhlak adalah budi pekerti dalam yang mencerminkan
seseorang.Dalam aktivitas dakwah yakni yang melengkapi
keimanan dan keIslaman seseorang. Dengan akhlak yang baik dan
keyakinan agama yang kuat maka slam membentuk moral yang
baik. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi 3:17
1. Akhlak kepada Allah SWT yaitu prilaku manusia kepada
pencipta-Nya.
2. Akhlak kepada manusia yaitu prilaku atau perbuatan
kepada sesama, dan perbuatan itulah yang menentukan
baik atau buruknya akhlak seseorang. Contohnya yaitu
memberi salam, berkata sopan, menghormati orang yang
lebih tua, mengucapkan terimakasih kepada orang lain,
berlaku adil kepada sesama dan sebagainya.
3. Akhlak kepada lingkungan (akhlak terhadap hewan,dan
tumbuhan) yaitu prilaku manusia dalam merawat dan
menjaga lingkungan sekitar.
Ajaran akhlak dalam Islam termasuk kedalam materi dakwah
yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat penerima
dakwah. Islam menjunjung tinggi nilai moralitas dalam manusia.
Dengan moral menjadi lebih baik.
Pada dasarnya materi dakwah dapat disesuaikan ketika Da’i
menyampaikan materi dakwahnya kepada Mad’u. Pokok-pokok
materi dakwah yang disampaikan juga harus melihat situasi dan
kondisi Mad’u sebagai penerima dakwah afar yang disampaikan
17Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Amzah,2009)h.91-92
34
dapat diterima oleh Mad’u dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Pengertian Pesan Dakwah Materi dakwah ialah ajaran-ajaran Islam.Ajaran-ajaran Islam
inilahyang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak
merekaagar mau menerima dan mengikutinya.Menurut Toto
Tasmara dalam bukunya yang berjudul komunikasi dakwah, pesan
dakwah adalah “Semua pernyataan yang bersumber dari Al-Quran
dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan
(risalah) tersebut”.18Islam sendiri sebagai ajaran yang universal,
mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berasal
dari tauhid mutlak.Aspek-aspek kehidupan manusia tersebut ialah
aspek ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, keluarga, kebudayaan,
dan lain sebagainya.
Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya pengantar
Ilmu Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus
disampaikan adalah mencakup aqidah, syariah dan akhlak, dan
kemudian syariah dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah
dan mu’amalah.19
Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting
yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Dengan begitu bisa dikatakan
akhlak merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus
18Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah,(Jakarta: Gaya Media
Pratama,1997), cet. Ke-2, h..43 19Wahidin saputra, M.A., Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Rajawali
Pers,2011) cet.ke-1. H 8.
35
menjadi puncak dari seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan
semua bentuk ibadah bermuara pada pembentukan akhlak yang
mulia.
1. Aqidah
Aqidah merupakan pedoman bagi setiap muslim. Aqidah
inilah yang menjadi dasar yang memberi arahan bagi hidup dan
kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan keimanan
kepada Allah SWT, para malaikat as, kitab-kitab yang diwahyukan
kepada para Rasul, adanya hari kiamat dan adanya qadha dan qadar
serta masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok
keimanan itu.
Dari segi bahasa, aqidah berasal dari al ‘aqdu yang berarti
ikatan, kepastian, pengukuhan , pengencangan dengan kuat, juga
berarti yakin dan mantap (Kamus Lisan al-Arab, III:295-300).
Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan dan membenarkan
dengan hati ahwa semua yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar
dan hak. Masalah iman ini telah digariskan dan ditetapkan sebagai
yang disebut dalam rukun Islam.20 Hal ini pernah diterangkan oleh
Nabi Muhammad Saw ketika beliau menjawab pertanyaan
malaikat Jibriil as sebagai berikut:21
Aqidah merupakan tiang penyanggah atau pondasi pada
keimanan seorang dalam meyakini suatu keyakinan. Ibarat gedung
yang mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia akan mudah roboh
20Syekh Thahir Ibn Saleh, Al-Jawahirul Kalamiyah,(Al-Qahirah:1386
H, T.pn.), h.3. 21H.M.Masykur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta:
Alamin Press, 1997) h.11
36
bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan mansuia, jika
aqidahnya sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun
akan lemah dan rapuh sehingga mudah roboh keimanannya.
Aqidah adalah pesan-pesan dakwah yang meliputi, Iman
kepada Allah SWT, iman kepada malaikut, iman kepada kitab
Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman
kepada qadha dan qadar.
2. Syariah
Syariat dalam Islam adalah huburngan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan
mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia. Ketetapan ilahi
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan disebut
ibadah, dan ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama disebut muamalah.
Secara etimologi kata “syari’ah” berasal dari bahasa Arab
yang berarti peraturan atau undang undang, yaitu peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat harus dipatuhi dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya.22
Pembahasan mengenai syari’ah, Syeikh Mahmud Syaltut,
sebagaimana dikutip H. Endang Saefudin Anshari, M.A,
menulis:23 keyakinan merupakan dasar daripada syari’ah. Dan
22M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih,(Jakarta: Pustaka
Firdaus,1994), cet. Ke-1,h. 343 23Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama Islam
di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali, 1992), cet. Ke-3 ed.2, h..91
37
syari’ah adalah hasil daripada kepercayaan, sebab perundang-
undangan tanpa keimanan bagaikan bangunan yang tidak
bertumpuh dan keimanan dengan tidak disertai syari’ah untuk
melaksanakannya, hanyalah akan merupakan teori, ajaran yang
tidak berdaya dan hasil.
Dalam pesan syariah yang dianalisis adalah ibadan dan
muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan
manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: Shalat, puasa,
zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak
lupa kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih dekat dengan
tuhannya.
Dalam muamalah yang berasal dari fiil madi “amala” berarti
bergaul dengannya, berurusan (dagang). Muamalah merupakan
ketekapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan lingkungannya (alam sekitarnya). Dalam
muamalah membahas tentang hubungan dengan keluarga yang
merupakan satuan terkecil masyarakat yang anggota-anggotanya
terkait secara batiniah dan hukum karena pertalian daran dan
pertalian pernikahan.Ikatan itu, memberikan kedudukan tertentu
kepada masing-masing anggota keluarga, hak dan kewajiban, serta
tanggung jawab bersama.
3. Akhlak
38
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab,
bentuknya jama dan khuia, yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat.24 Dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.”
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu bisa lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut
akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya.
Jadi pada hakikatnya akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Imam Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan
sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.25
Menurut ibn Manzhur berkata, khulq dan khuluq (dengan satu
dhammah dan dengan dua dhammah) berarti budi pekerti, dan
24As Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT RajaGrafindo
Perdada, 1992), cet. Ke-2,h.1-3 25Anwar Masy’ari, Akhlak Al Qur’a,(Surabaya: Bina Ilmu,1990), cet.
Ke-1, h.3
39
agama.Kata ini dipakai untuk menyatakan perangai seseorang
yang tidak terdapat di dalam fitrahnya (dibuat-buat).26
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahit yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa
perbuatan baik, disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah), atau
perbuatan buruk, yang disebut tercela (akhlak madzmumah)sesuai
dengan pembinaannya.
Adapun ruang lingkup akhlak terbagi dalam beberapa bagian:
a. Akhlak terhadap Kholik. Allah SWT adalah Khalik (Maha
pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia
wajib tunduk kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukan kepada
sifat manusia sebagia makhluk.
b. Akhlak terhadap makhluk. Prinsip hidup dalam Islam
termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama
orang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim
lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggora badan
dengan aggota badan lainnya mempunyai hubungan erat.27
c. Akhlak kepada lingkungan (akhlak terhadap hewan,dan
tumbuhan) yaitu prilaku manusia dalam merawat dan menjaga
lingkungan sekitar.
26Asma Umar Hasan Fad’aq, Mengungkap Makna dan Hikmah
Sabar,(Jakarta: Penerbit Lentera, 1999) h.16 27http://www.cahaya-
islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=286, diakses pada tanngal 19 Juli 2018, pada pukul 14:13 WIB
40
D. Pengertian Keadilan
Adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online
adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
pada yang benar dan tidak sewenang-wenang. Sementara Keadilan
diartikan sebagai suatu sifat atau perbuatan atau perlakuan yang
adil.28 Sedangkan menurut bahasa Arab, adil di sebut dengan kata
‘adilun yang berarti sama dengan seimbang, dan al’adl artinya
tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar,
tidak sewenang-wenang, tidak zalim, seimbang dan sepatutnya.
Menurut istilah, adil adalah menegaskan suatu kebenaran terhadap
dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai
dengan aturanaturan yang telah ditetapkan oleh agama.29
Adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya, kata adil
dilawankan dengan kata dzalim yaitu menempatkan sesuatu yang
bukan pada tempatnya. Adil adalah memberikan hak kepada orang
yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan
segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan
mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali
terhadap Allah Subhanallahuwata’ala.
Dengan berbagai muatan makna “adil” tersebut, secara garis
besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
terdapat kesamaan perlakuan dimata hukum, kesamaan hak
28 http://kbbi.web.id/adil. Mengacu pada KBBI Daring (Dalam
Jaringan) Edisi III Hak Cipta Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, September 2015. Diakses pada tanggal 20 juni 2019.
29 Syamsuri, Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Erlangga, 2007, h.100
41
kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati pembangunan
dan tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya keseimbangan
dalam setiap aspek kehidupan.30
Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat
adil atau menegakkan keadilan pada setiap tindakandan perbuatan
yang dilakukan (Qs. an-Nisaa (4): 58):
نمألٱ اودؤت نأ مكرمأی \ٱ نإ۞ نأ سانلٱ نیب متمكح اذإو اھلھأ ىلإ ت
ۦھب مكظعی امعن \ٱ نإ لدعلٱب اومكحت عیمس ناك \ٱ نإ اریصب ا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 135 juga dijumpal
perintah kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi penegak
keadilan, yaitu:
ی۞ وق اونوك اونماء نیذلٱ اھیأ وأ مكسفنأ ىلع ولو \ ءادھش طسقلٱب نیم
نأ ىوھلٱ اوعبتت الف امھب ىلوأ \ٱف اریقف وأ اmینغ نكی نإ نیبرقألٱو نیدلولٱ
اولدعت اریبخ نولمعت امب ناك \ٱ نإف اوضرعت وأ اۥولت نإو
30 Ekonomi Islam, Pusat Pengkajian Pengembangan Ekonomi Islam,
Jakarta: RajaGrafindo Persada , 2008, h.59
42
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.”
Gagasan utama teori keadilan adalah menyajikan konsep
keadilan yang menggeneralisasikan dan mengangkat teori kontrak
sosial yang diungkapkan oleh jhon locke ke tingkat abstraksi yang
lebih tinggi. Jhon locke menggunakan kontrak sosial dalam dua
fungsi. Pertama ada pactum uniones, “perjanjian sosial dengan
mana orang sepakat untuk bersatu kedalam suatu masyarakat
politik yang mana semua perjanjian tersebut sebagai kebutuhan,
diadakan di antara individu yang masuk kedalam, atau membentuk
masyarakat. Sementara itu, locke menyatakan bahwa persetujuan
mayoritas identik dengan suatu tindakan seluruh masyarakat, suatu
persetujuan dimana setiap orang sepakat untuk bergabung kedalam
sebuah badan politik yang mewajibkan untuk tunduk padah
mayoritas. Jadi suara mayoritas dapat mengesampingkan hak-hak
milik dan hak-hak yang dianggap tidak dapat dicabut. Terhadap
pactum uniones ditambahkan pactum subjectuines, dengan nama
mayoritas menanam kekuasaan dalam suatu pemerintahan yang
43
fungsinya adalah melindungi individu. Selama pemerintahan
memenuhi janji ini, kekuasaan tidak dapat dicabut.31
Murtadha Muthahhari mengemukakan bahwa konsep adil
dikenal dalam empat hal ;
Pertama, adil bermakna keseimbangan dalam arti suatu
masyarakat yang ingin tetap bertahan dan mapan, maka
masyarakat tersebut harus berada dalam keadaan seimbang, di
mana segala sesuatu yang ada di dalamnya harus eksis dengan
kadar semestinya dan bukan dengan kadar yang sama.
Kedua, adil adalah persamaan penafian terhadap perbedaan
apa pun. Keadilan yang dimaksudkan adalah memelihara
persamaan ketika hak memilikinya sama, sebab keadilan
mewajibkan persamaan seperti itu, dan mengharuskannya.
Ketiga, adil adalah memelihara hak-hak individu dan
memberikan hak kepada setiap orang yang berhak
menerimanya.Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial yang
harus dihormati di dalam hukum manusia dan setiap individu
diperintahkan untuk menegakkannya.
Keempat, adil adalah memelihara hak atas berlanjutnya
eksistensi.32
31 W.Friedmann. Teori dan Filsafat Hukum. (Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada. 1996). Hal.80 32Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Azas Pandangan Dunia
Islam, 1995, Bandung: Mizan, hlm 53-58.
44
Pokok keadilan digambarkan oleh Madjid Khadduri dengan
mengelompokkan kedalam dua kategori, yaitu aspek substantifdan
prosedural yang masing-masing meliputi satu aspek dan keadilan
yang berbeda. Aspek substantif berupa elemen-elemen keadilan
dalam substansi syariat (keadilan substantif), sedangkan aspek
prosedural berupa elemen-elemen keadilan dalam hukum
prosedural yang dilaksanakan (keadilan prosedural).33
Aplikasi keadilan prosedural dalam Islam dikemukakan oleh
Ali bin Abu Thalib pada saat perkara di hadapan Hakim Syuraih
dengan menegur Hakim tersebut sebagai berikut:
1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke
dalam majlis, jangan ada yang didahulukan.
2. Hendaklah sama duduk mereka di hadapan hakim.
3. Hendaklah hakim menghadapi mereka dengan
sikap yang sama.
4. Hendaklah keterangan-keterangan mereka sama
didengarkan dan diperhatikan.
5. Ketika menjatuhkan hukum hendaklah keduanya
sama mendengar.34
Adil adalah diartikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. memelihara hak-hak 33Madjid Khadduri, Teologi Keadilan (Perspektf Islam), 1999, Surabaya: Risalah Gusti, hlm.119-201
34Hamka, Tafsir Al-azhar Jus V, 1983, Jakarta: Putaka Panji Mas, hlm. 125.
45
individu dan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Biografi Fuad Abdurrahman
Buku The Great of Two Umars ditulis oleh Fuad
Abdurrahman. Ia adalah seorang penulis buku kelahiran Cianjur,
Jawa Barat. Sejak kecil, lulusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN
(sekarang UIN) Gunung Djati Bandung. Kegemarannya membaca
buku membawanya menjadi seorang penulis buku. Salah satu
karyanya yaitu Senyumlah Bunda menjadi buku Islam Terbaik
kategori fiksi anak pada IBF Award IKAPI tahun 2011. Saat ini,
Fuad Abdurahman berkonsentrasi menulis buku tentang sejarah
Rasululah SAW dan tokoh-tokoh hebat Islam lainnya.
Buku The Great of Two Umarsmerupakan buku karya Fuad
Abdurahman yang keempat belas. Buku yang menceritakan sosok
pemimpin Islam yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam
maupun dunia. Sifat adil dan bijaksana menjadi sesuatu yang
melekat pada pemimpin ini. Tokoh Islam itu bernama Umar ibn al-
Khathab dan Umar ibn Abdul Aziz. Pada saat itulah Islam berada
di puncak kejayaannya Dibawah kepemimpinan mereka, baik itu
dari segi ekonomi maupun wilayah. Buku ini dibagi menjadi dua
bagian; bagian pertama menceritakan Umar ibn al-Khathab.
Sedangkan bagian kedua buku menceritakan Umar ibn Abdul
Aziz.
47
B. Deskripsi Isi Buku
Dalam buku ini dikisahkan bahwa UmarIbn Al-Khathab
adalah jawaban dari doa Rasulullah.Pada suatu hari, Rasulullah
berdo’a, "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua
Umar, yaitu Amr ibn Hisyam (Abu Jahal) dan Umar ibn al-
Khathab." Rasulullah sangat mendambakan pengaruh dan wibawa
dari kedua Umartersebut untuk kemajuanIslam ke arah yang lebih
baik.Allah pun memilih Umar ibn al-Khathab.1Benar saja,
Umarbin khattab adalah orang yang mendorong Rasulullah dan
umat Islamagar tak perlu sembunyi-sembunyi mengerjakan shalat,
ia menantang siapa pun yang berani menghalangi.Umarbin
Khattab menjadi salah satu penakluk terhebat dalam sejarah dunia.
Islam berkembang pesat pada masanya dan menjadi negara
adikuasa yang menaklukkan imperium Persia dan Bizantium.
Menurut kisah tersebut,Umar bin Khattab bermimpi.Salah
seorang keturunan Umar, memiliki nama Umar, dan akan menjadi
pemimpin dengan karakter Umar."Lalu Ia terbangun dalam
keadaan bingung. "Siapakah orang Bani Umayah dalam mimpiku
ini? Ternyata Umar memimpikan itu pada empat puluh tahun
sebelum sosok dalam mimpi itu lahir. Dialah Umar ibn Abdul
Aziz, sang cicit.
Para sejarawan menyebut Umar ibn al-Khathab sebagai Umar
I dan Umar ibn Abdul Aziz sebagai Umar II. Penomoran semacam
itu bukan semata karena keduanya bernama Umar dan sama-sama
1 Fuad Abdurrahman, The Great of Two Umars, (Bandung: Zaman,
2017)
48
menjadi khalifah.Namun lebih penting daripada itu, Pada masa
kepemimpinan Umar ibn Abdul Aziz, ia berhasil mereformasi dan
menata pemerintahan dengan baikdan mengeluarkan kebijakan
yang adil dan merakyat. Umar Bin Khatab menjadi sosok inspirasi
bagi Umar Bin Abdul Aziz.Ia ingin menjalankan pemerintahan
sebagaimana Umar ibn al-Khathab lakukan pada masa
pemerintahannya. Iasering menyamar jadi orang biasa demi
mendekati dan mengetahui kondisi rakyat secara langsung,
sebagaimanaapa yang dilakukan olehUmar ibn al-Khathab.
Buku ini menceritakan tentang kisah-kisah teladan dan
kepemimpinan dua khalifah paling berpengaruh dalam sejarah
Islamsaatitu. Penokohan dua Umar yang menakjubkan,
menyentuh, dan terkadang tak terduga hadir di buku ini. Jika saat
ini ada pemimpin yang mencitrakan diri mereka merakyat dan
membuat Anda kagum, ingatlah Umar ibn al-Khathab dan Umar
ibn Abdul Aziz.
C. Profil Buku
Judul Buku : THE GREAT OF TWO UMARS
Penulis : Fuad Abdurrahman
Penerbit : ZAMAN
Proofreader : Moh. Sidik Nugraha
Pewajah Isi : Aniza Pujiati
Desainer Sampul : AM. Wantoro & Tim Zaman
49
Tahun Cetak ke-1 : 2016
Tahun Cetak ke-2 : 2017
ISBN : 978-602-8417-43-3
Tebal : 134 hlm
Genre : Agama Islam, Kisah dan Hikmah
Isi Buku
BAGIAN PERTAMA
SEKILAS SOSOK
UMAR IBN AL-KHATAB
UMAR IBN AL-KHATAB
SEBELUM MENJADI KHALIFAH
KEADILAN DAN KETEGASAN
UMAR IBN AL-KHATAB
KETAKWAAN DAN KEZUHUDAN
UMAR IBN AL-KHATAB
SIKAP PEDULI DAN RENDAH HATI
UMAR IBN AL-KHATAB
UMAR IBN AL-KHATAB MENINGGAL DUNIA
50
BAGIAN KEDUA
SEKILAS SOSOK
UMAR IBN ABDUL AZIZ
UMAR IBN ABDUL AZIZ
SEBELUM MENJADI KHALIFAH
KEADILAN DAN KETEGASAN
UMAR IBN ABDUL AZIZ
KEZUHUDAN
UMAR IBN ABDUL AZIZ
KEPEDULIAN DAN KERENDAHANHATI
UMAR IBN ABDUL AZIZ
UMAR IBN ABDUL AZIZ MENINGGAL DUNIA
KEPUSTAKAAN
PROFIL PENULIS
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pesan Dakwah dalam Buku The Great of Two Umars
Pesan dakwah dalam buku The Great of Two Umars
mencakup beberapa aspek. Di antaranya adalah akidah, syariah,
dan akhlak. Ketiga aspek ini menjadi poin yang dijadikan rujukan
dalam penelitian, karena menyangkut komponen penting dari
dakwah itu sendiri.
1. Keadilan moral
Keadilan legal atau keadilan moral adalah menyangkut
hubungan antara hubungan individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok
masyarakat diperlakukan sama oleh negara dihadapan hukum.
• Suatu hari, Amirul Mukminin,Umar ibn al-Khatab sedang
duduk. Tiba-tiba datang seorang lelaki dari Mesir
menemuinya dan bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, ini
tempat orang yang mencari perlindungan kepadamu
• Umar menjawab, “Engkau telah mencari perlindungan
pada orang yang akan memberimu perlindungan.” Apa
masalahmu?”
• Mendengar pengaduan warga mesir itu, Khalifah Umar
menulis surat kepada Gubernur Mesir, Amr ibn al-‘Ash,
“Apabila suratku ini telah sampai ketanganmu, pergilah
engkau dan anakmu si fulan pada musim haji mendatang.”
Sementara kepada warga mesir itu, “Tinggallah engkau
disini hingga mereka datang.”
52
• Amr ibn al-Ash benar-benar datang dengan memenuhi
permintaan Umar untuk menunaikan ibadah haji. Ketika
Khalifah Umar selesai mengerjakan haji, ia duduk bersama
orang-orang, sementara Amr ibn al-‘Ash dan putranya
duduk di sisinya. Lalu, lelaki warga mesir itu diminta untuk
berdiri dan diberi cambuk oleh Khalifah Umar. Putra
gubernur itu juga diminta berdiri. Setelah dijelaskan
perkaranya dan yang bersangkutan mengakui
perbuatannya, Umar mempersilahkan warga mesir itu
untuk membalas cambuk yang dulu di terimanya.
• Lelaki warga mesir itu pun terus mencambuk putra
Gubernur itu hingga orang-orang yang hadir merasa bahwa
keadilan ditegakkan dengan hukuman itu. Akan tetapi,
karena warga Mesir itu terus memberi cambukan, mereka
lalu merasa iba dan bermaksud menghentikan hukuman itu.
Sementara Khalifah Umar berkata, “Cambuk putra
bangsawan itu!” Lelaki Mesir itu menjawab, “Wahai
Amitul Mukminin, aku telah mencambuk orang yang
mencambukku!”
• “Ketahuilah,” lanjut Umar, “demi Allah, Seandainya
engkau lakukan, maka tidak seorang pun dapat
mencegahmu hingga engkau sendiri yang menghentikan
cambukan.”
• Si yahudi pemilik tanah dan gunuk reyot itu tidak bisa
berbuat banyaj atas kebijakan gubernur. Namun, ia tidak
putus asa, dan bertekad hendak mengadukan sang
53
Gubernur, Amr ibn al-Ash’ kepada atasan nya, Khalifah
Umar ib al-Khatab, di Madinah.
• “ Apa keperluanmu datang jauh-jauh dari Mesir?” tanya
Khalifah Umar seusai mengetahui tamunya itu berasal dari
negeri jauh. Si Yahudi itu pun mengutarakan maksudnya
menghadap sang Khalifah. Tak lupa, ia membeberkan
pristiwa yang menumpa dirinya serta kesewenang-
wenangan Gubernut Mesir atas tanah dan gunuk satu-
satunya yang sudah reyot.
• Khalifah Umar lalu menyutuh si Yahudi itu untuk
mengambil sepotong tulang dari tempat sampah yang
teronggok tak jauh dari situ. Tent saja, si Yahudi itu
menjadi bingung dan ragu dengan titah sang Khalifah yang
dianggapnya ganjil dan tak ada hubungannya dengan
pengaduannya. Namun, akhirnya ia pun mengambil tulang
itu dan diserahkan kepada Umar.
• Sang Khalifah menggores huruf alif dari atas ke bawah,
lalu memalang di tengah-tengahnya dengan ujung pedang
pada tulang tersebbut. Kemudian, tulang itu diserahkannya
kepada si yahudi yang masih bengong tak mengerti maksud
Khalifah. Sang Khalifah hanya berpesan, “ Bawalah tulang
ini dan berkan kepada Gunernur Amr ibn al-‘Ash!.”
• Setibanya di Mesir, ia menyerahkan tualang tersebut
kepada sang Gubernur, Amr ibn al-‘Ash. Anehnya, begitu
sang Gubernur menerima tulang itu, mendadak tubuhnya
menggigil dan wajahnya pucat ketakutan. Dan, lagi-lagi si
Yahudi itu tak mengerti dibuatnya. Sejurus kemudian, sang
54
Gubernur memerintahkan pada bawahannya untuk
membongkar mesjid yang baru siap itu, dan supaya
dibangun kembali gubuk lelaki yahudi tersebut serta
menyerahkannya kembali kepadanya.
• Wahai orang yahudi, “jelas Amr, “ketahuilah, tulang itu
hanyalah tulang biasa. Namun, karena dikirimkan oleh
Khalifah, tulang itu menjadi peringatan keras bagiku.”
• “ya, tulang itu berisi ancaman Khalifah. Seolah-olah beliu
berkata,’Hai Amr ibn al-‘Ash ingatlah, siapa pun kamu
sekarang dan betapa tinggi pangkat dan kekuasaanmu,
suatu saat nanti kamu pasti berubah menjadi tulang busuk.
Karena itu, bertindaklah adil seperti huruf alif yang lurus,
adil keatas dan adil kebawah. Sebab, jika kamu tidak
bertindak lurus, pedangku yang akan bertindak dan
memenggal lehermu.
• Akhirnya, si Yahudi itu menyatakan memeluk islam, lalu
menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf.
• Suatu hari, Umar menjatuhkan vonis hukuman kepada
seorang gubernur yang dinilai telah melakukan
pelanggaran dan kesalahan. Atas vonis nukuman itu, pada
hari berikutnya, istri Umar yang bernama atikah mendekati
suaminya yang sedang istirahat sambil tiduran. Atikah
bermaksud memohonkan keringanan bagi si terhukum.
• Itulah Umar. Sungguh, ia tak terpengaruh oleh orang-orang
terdekat untuk menegakan keadilan. Ia marah kepada siapa
saja yang mencoba campur tangan dalam masalah
55
pemerintahan. Namun, di lain pihak ia pasti mendengar
orang yang memberi nasihat atau ide kepadanya.
• Dalam sebuah peradilan, Umar ibn al-Khatab dihadapkan
pada dua orang pelauan yang masih kevil. Mereka dituduh
melakukan pencurian seekor unta milik lelaki Bani
Muzayyinah. Para pelauan cilik itu terlihat sangat kurus
dan mukanya pucat. Tampak sekali penyesalan dan
kekhawatiran terbayang dari wajah – wajah lusuh mereka
mengingat hukum pencurian dalam Islam sangat berat:
potong tangan. Mungkinkah dirinya akan kehilangan salah
satu tangan, pikir mereka. Padahal, buruh kasar seperti
mereka, tangan menjadi modal utama dalam mencari
penghidupan.
• “Kenapa kalian mencuri?” tanya Umar menmecah
keheningan.
• Di antara yang hadir menjawab bahwa majikan mereka
adalah Hathib ibn Abi Balta’ah. Kemudian, Umar meminta
agar Hathib dihadapkan dalam persidangan. Usai
menghadap, Umar bertanya kepadanya, “Wahai Hathib,
apakah benar engkau majikan para pembantu ini?”
• Umar juga memberi keputusan kepada para pelayan itu,
“Kalian pergilah dan jangan ulangi lagi perbuatan seperti
itu!”
• Mendengar putusan vonis tersebut, tentu saja para pelayan
itu menarik napas lega. Mereka menganggap keputusan
seperti itu sangat bijaksana bagi mereka.
56
• Suatu ketika, Abdurrahman, anak Umar, sedang berada di
Mesir. Dia minum khamr dengan temannya hingga
keduanya mabuk. Keduanya menghadap Gubernur Mesir,
‘Amr ibn al-‘Ash, meminta agar mereka dibersihkan
dengan menjatuhkan hukuman kepada mereka. Dan, ‘Amr
tidak melaksanakan hukuman kepada Abdurrahman
dimuka Umum, tetapi ia didera di tengah rumahnya.
• Kejadian ini diketahui oleh Umar dan memang tidak ada
berita mengenai para pejabat itu yang tak diketahuinya.
Lalu, ia menulis kepada ‘Amr dengan nada marah sekali
serta memerintahkan anaknya itu dikirim kepadanya dalam
keadaan membungkuk supaya ia merasakan sulitnya
selama dalam perjalanan.
• ‘Amr pun patuh. Ia menulis surat balasan kepada Khalifah
Umar yang isinya meminta maaf dan menegaskan bahwa
sudah melaksanakan hukuman itu kepada anaknya di ruang
tenah rumahnya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Namun Umar tidak menerima cara seperti itu. Ia tidak
mengakui hukuman yang sudah dijalankan itu.
Ditunggunya anak itu sampai tiba di Madinah.
• Akhitnya, Abdurrahman tiba di Madinah. Ia diantar oleh
kakanya sendiri, Abdullah ibn Umar, menuju tempat
penghukuman untuk didera dengan cemeti. Abdurrahman
ibn ‘Amr menyampaikan keberatan, “Wahai Amirul
Mukminin, Abdurrahman telah menerima hukuman had di
Mesir. Apakah perlu diulangi lagi?”
57
• Umar tidak menjawab, hanya matanya yang menyala –
nyala. Kepada sang algojo, ia memerintahkan agar
hukuman cambuk segera dilaksanakan dan ia sendiri yang
akan mencambuknya. Lalu kepada yang hadir, ia
mengingatkan ucapan Rasulullah, “Sesungguhnya Allah
telah membinasakan umat sebelum kalian karena apabila
ada diantara kalangan terhormat bersalah, hukum tidak
ditegakkan. Tetapi, jika orang kecil yang bersalah, ia
dijatuhi hukuman seberat – beratnya.”
• Lalu, Abdurrahman dibawa dalam keadaan sakit dan
tampak letih sekali. Tanpa memedulikan sakit dan letihnya
perjalanan, langsung hukuman dijatuhkan kepadanya
didepan kaum muslim. Abdurrahman meminta tolong,
tetapi Umar tidak menghiraukannya. Sang anak berkata,
“Rupanya ayah ingin membunuh saya.” Umar bergeming,
tidak menggubris ucapan sang anak. Ia terus saja
mencambuk anaknya dengan telak.
• Tidak cukup melaksanakan hukuman terhadap mereka
yang meminum minuman keras, Umar juga melacak
mereka yang menjualnya. Mereka dijatuhi hukuman berat.
Konon, ia pernah membakar rumah seorang dari Tsaqif
yang bernama Rasyid dan mengusirnya ke Khaibar. Tetapi,
ia melarikan diri ke romawi dan disana ia memeluk
Nasrani.
• Lalu, Khalifah Umar mengambil Mushaf Al-Quran dan
mengambil sumpah wanita itu mulai dari lembar surah al-
Baqarah hingga surah Yasin. Disetiap lembarnya, si wanita
58
bersumpah, “Ya Amirul Mukminin, bayi ini adalah milik
Abu Syahmah!”
• Begitu sampai surah Yasin, Umar berkata, “Wahai Wanita,
sekarang aku yakin bahwa engkau benar, tidak berdusta!”
Kemudian, sang Khalifah berpaling ke arah hadirin,
“Wahai para sahabat Rasul, tetaplah kalian di sini hingga
aku kembali!”
• “Anakku, yang mengajarkan demikian hanyalah tumpukan
dosa yang melumuri tubuhmu dan perbuatan maksiatmu
yang tak terkirakan,” ujar Umar
• Abu syahmah heran, “Demi Allah, aku tak pernah berbuat
maksiat sedikitpun dan tak pernah melakukan dosa apa
pun” selama ini aku tidak pernah merahasiakan apapun
kepada Ayahanda. Maka, apabila Ayahanda mendengar
suatu berita tentangku, kumohon ceritakanlah kepadaku!”
• “Putraku, sesal kemudian tiada berguna, kau adalah putra
Amirul Mukminin. Tidak seorangpun berani menegur
keteledoranmu itu. Tetapi, kini aku hendak
mempermalukanmu di depan para sahabat Rasulullah!”
• Tuanku, bagaimana aku mencambuknya? Seandainya aku
mencambuk unta pasti ia akan mati. Bila aku mencambuk
rembok, pastilah ia akan roboh!” “Sudahlah, ambil
cambukmu dan dera punggungnya sampai rasa sakit terasa
diperutnya! Jika ia mati maka ia mati karena dicambuk, jika
ia tetap hidup maka ia tidak akan mengulanginya lagi untuk
selama-lamanya!”
59
• Umar hanya menimpali, “Anaku, api ada dalam tubuh
ayahmu, tetapi haram dalam tubuhmu. Muflih, cambuk dua
puluh kali!” sang bbudak itu lalu melanjutkan mencambuk
abu syahmah sepuluh kali lagi. Ia lalu berhenti. Abu
syahmah menahan sakit seraya berkata, “Ayah, biarkan aku
bersitirahat dulu.”
• Umar bergeming. Ia lalu berkata, “Anakku, seandainya
penghuni neraka ingin beristirahat dari siksaan dan
memperolehnya, pastilah aku akan memberi istirahat
kepadamu. Abu Syahmah memohon lagi, “Ayah, demi
Allah, biarkanlah aku, aku bertobat!”
• “Anakku, bila aku mengambil hak Allah darimu dan
engkau mau, bertobatlah! Bila engkau mau, kembalilah.
Jika engkau mengulaingi berbuat maksiat maka yang
demikian itu sama saja. Muflih, cambuk sampai empat
puluh kali!” pinta Umar.
• Muflih mencambuk sepuluh kali lagi,. Abu Syahmah
kembali memohon, “Ayah, aku mohon, demi Allah,
kasihanilah aku!” Umar kembali menimpali, “Anaku jika
aku kasihan kepadamu di dunia ini, engkau tidak akan
dikasihani di akhirat. Ia pun kembali menyuruh budaknya
untuk menambah cambuknya, hingga total enam puluh
kali.
• Usai dicambuk, lagi-lagi Abu Syahmah memohon, “Ayah,
demi Allah dekatkanlah dirimu kepadaku, rangkullah aku,
aku akan memelukmu sebelum aku mati.” Umarpun
menimpalingya, “Anakku, bila engkau hidup, aku akan
60
memelukmu. Namun, jika engkau mati, aku akan bertemu
denganmu besok di akhirat.” Lalu, ia memerintahkan untuk
melanjutkan cambukannya hingga tujuh pupuh kali.
• Abu Syahmah kembali memohon, “Ayah, maut telah
mendekatiku.” Umar hanya menimpali, “Anakku, jika
engkau bertemu dengan Rasulullah katakan kepada beliau
bahwa Umar ibn al Khatab mencambukmu sampai mati!
Muflih, cambuk dia sampai delapan puluh kali.
• Khalifah Umar menjawab, “Wahai para sahabat Rasul,
tidakkah kalian membaca firman Allah:’... Dan janganlah
rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah’(an-Nur [24]:
2).
• Abu Syahmah mengangkat kepalanya seraya menjerit,
“Assalamualaikum, wahai para sahabat Rasulullah. Salam
perpisahan dariku yang tidak akan kembali lagi sampai hari
kiamat.”
• Mendengar rintihan Abu Syahmah, banyak para sahabat
Rasul menagis haru. Alih-alih kasihan, Umar malah
menyuruh budaknya untuk menjatukan cambukannya
hingga ke 100 kali.
• Ternyata Abu Syahmah sudah wafat. Umar bangkit berdiri
seraya berkata, “Wahai kaum muslim, ketahuilah bahwa
anakku. Abu Syahmah, telah mati, demi Tuhan Ka’bah!”
adapun sang ibu yang dating kemudian, hanya berkata,
“Gembiralah wahai Anakku. Aku titipkan engkau kepada
Dzat yang tidak akan mengabaikan titipan.”
61
• Mendengar pengaduan tersebut, Umar segera menulis surat
kepada sang gubernur. Surat itu dibawa sendiri oleh lelaki
Persia agar diserahkan langsung kepada gubernur. Dalam
perjalanan pulang ia berpikir terus, “Apa mungkin
Gubernur mau mematuhi sang Khalifah yang tempat
tinggalnya sangat sederhana, Sedangkan gubernurnya
sangat mewah seperti istana. Apakah tidak menambah sulit
diriku sendiri?”
• Akhirnya, lelaki Persia ini memberanikan diri menemui
sang gubernur. Ia pun menyerahkan surat dari Khalifah
Umar. Usai membaca surat dari Umar, sang Gubernur di
luar dugaan lelaki Persia ini, dengan sopan meminta maaf
dan mengembalikan hak-haknya. Ia pulang dengan
gembira dan melaporkan hasilnya kepada sang istri.
“sungguh, nasihatmu berhasil,” ujar si lelaki itu. Istrinya
menimpali, “Tidak boleh menaruh curiga kepada orang lain
sebelum kita ketahui siapa orang itu sebenarnya.”
• Khalifah Umar senantiasa menegakkan keadilan tanpa
pandang bulu. Maka, tak heran berduyun-duyunlah orang-
orang miskin dan tertindas memeluk islam. Juga banyak
para pembesar, kepala suku, dan raja yang memeluk agama
lurus ini.
62
2. Keadilan distributif
Keadilan distributif adalah distribusi ekonomi yang merata
atau yang dianggap merata bagi semua warga negara. Menyangkut
pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.
• “Wahai orang Yahudi, aku berencana membangun masjid
diatas lahan yang kau tempati sekarang. Berapa engkau
mau menjual tanah dan gubukmu itu?”
• “Ya, wahai Amirul Mukminin,” jawab Hathib agak gugup.
Umar melanjutkan, “Hampir saja aku menimpakan
hukuman kepada mereka, kalau saja aku tidak dapat kabar
bahwa engkau telah mempekerjakan mereka, tetapi
membiarkan mereka kelaparan sehingga mereka terpaksa
mencuri. Dan, aku tidak akan menimpakan hukuman
kecuali kepadamu.”
• Selanjutnya, Umar memanggil budaknya, Muflih, seraya
berkat, “Wahai Muflih, sesungguhnya berbahagia engkau
hari ini, orang yang menginginkan derajat tinggi! Cambuk
ia dan engkau bebas karena Allah!”
• Muflilh mengambil cemeti dan mendekati Abu Syahmah
seraya berkata padanya, “Tuanku, janganlah engkau
memusuhiku. Allah memerintahkan demikian. Dan Amirul
Mukminin memerintahkan aku untuk mencambukmu
dengan cemeti ini.”
63
• Lakukan saja apa yang diperintahkan kepadamu, ujar abu
Syahmah. Lalu, Muflih berkata dengan keras, “Inilah
balasan bagi orang yang bermaksiat kepada Tuhannya dan
dihinakan oleh dosanya!”
• Selanjutnya, Muflih mencambuk Abu Syahmah sepuluh
kali. Abu Syahmah menahan sakit dan berkata, “Ayah, aku
sakan ada api di tubuhku!”
• Muflih kembali mencambuk sepulih kali lagi, dan Abu
Syahmah kembali memohon, “Ayah, aku mohon, demi
Allah berilah aku minum untuk mendinginkan hatiku yang
panas ini!” Umar hanya menimpali, “Anakku, seandainya
orang yang disiksa di neraka itu ingin mendapatkan
kesejukan dan kemudian memperolehnya, pastilah aku
akan memberimu minum. Muflih, pukullah sampai lima
puluh kali!”
3. Keadilan komunikatif
Keadilan Komunitatif ini bertujuan memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Mengatur hubungan yang
adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau warga
Negara satu dengan Warga Negara yang lainnya. Menuntut agar
dalam interaksi sosial antara warga negara satu dengan yang
lainnya tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya.
• Warga Mesir itu bercerita, “Suatu hari, aku ikut dalam
lomba pacuan kuda. Kudaku berhasil menyalip salah
64
seorang putra Amr ibn al-‘Ash, Gubernur Mesir. Lalu, ia
mencambuku dengan cemeti sambil berkata sombong
bahwa dirinya putra bangsawan! Peristiwa ini sampai
ketelinga ayahnya, sang Gubernur. Lalu, ia takut aku akan
melaporkan kepada emgkau. Oleh karena itu, aku
dipenjarakan. Namun Allah berkehendak lain, aku dapat
meloloskan diri dari penjara dan pergi ke sini untuk
menemuimu.”
• Kemudian, kepada sang Gubernur, Khalifah Umar berkata,
“Sejak kapankah engkau memperbudak manusia, padahal
mereka dilahirkan oleh ibu mereka merdeka?!”
• Sang khalifah tersenyum, tidak marah. Ia menegaskan,
“Wahai orang yang menuntut keadilan, pada tulang itulah
terletak keadilan yang kau inginkan.”
• Si Yahudi itu tertunduk dan begitu terharu mendengar
penuturan sang gubernur. Ia kagum atas sikap Khalifah
yang tegas dan adil, dan sikap gubernur yang patuh dan taat
kepada atasannya, hanya dengan menerima sepotong
tulang kering. Sungguh mulia dan mengagumkan.
• Umar kembali menatap tajam Hathib, seolah hendak
menghujam dalam hati majikan mereka. Hathib
menunduk. Kemudian, Umar mengeluarkan keputusan
yang sangat bijaksana, “Pergilah kamu dan berilah kepada
pemilik unta delapan ratus dirham, dua kali lipat dari harga
semestinya.”
• Akhirnya, setelah sembilan bulan berlalu, lahirlahseorang
bayi lelaki. Si wanita menggendong bayinya menuji
65
mesjid Nabawi. Kebetulan, saat itu ia bisa beretemu
langsung dengan Khalifah Umar ibn al-Khatab. Maka,
diletakan bayi itu dihadapan Umar seraya berkata, “Wahai
Amirul Mukminin, sungguh engkau lebih berhak atas bayi
ini!”
• “Wahai Amirul Mukminin, ini adalah bayi dari putra
anda!”
• Si wanita diam sejenak, lalu berkata, “Demi Allah bayi ini
halal bagiku dan haram bagi putra Anda!”
• Mendengar penuturannya, kontan saja tangisan Khalifah
Umar pecah, hingga membasahi seluruh janggutnya.
Sambil terisak, sang Khalifah berujar, “alangkah malunya
aku dihadapan Allah di akhirat kelak! Wahai wanita,
sekiranya pernyataanmu itu benar maka aku pin ikut
bertanggung jawab atas penderitaanmu selama ini!”
• Si wanita melanjutkan, “Wahai Amirul Mukninin, apa
yang kuharapkan dari perbuatan dusta? Demi Allah,
seluruh pernyataan itu benar! Aku tak mengurangi atau
menambahnya sedikit pun. Sekiranya Anda masih belum
percaya, aku siap disumpah dibawah lembar-lembar
mushaf Al-Quran!”
• Umar pergi sebentar dan datang lagi dengan membawa
30dinar dan sepuluh helai pakaian, lalu berkata, “Wahai
wanita, ambilah pemberianku ini! Halalkanlah prilaku
anaku, Abu Syahmah, di dunia ini! Jika engkau akan
menuntut balas maka tuntutlah kelak dihadapan Allah saat
kita semua berkumoul dipadang Mashsyar!” Si wanita pun
66
menerima pemberian sang Khalifah, lalu membawa
bayinya pulang.
• Wahai putraku, demi Dzat Yang Maha Melihat dan yang
tak terlihat oleh mata kita, aku bertanya kepadamu,
“Bukankah suatu hari engkau bertamu ke rumah seorang
Yahudi, lalu disuguhi minuman keras dari anggur?
Bukankah engkau meminumnya sampai mabuk? Bukankah
engkau keluar melintas tembok Nani Najjar dan
menjumpai seorang wanita tertidur disitu, lalu engkau
memerkosaya? Dia meronta dengan segala daya upaya. Dia
mengelak tapi tak mampu, dia hanya mampu merobek
bajumu dan memaki-makimu sambil pergi
meninggalkanmu?” papar Umar.
• Abu Syahmah tertunduk malu dan diam seribu bahasa.
Umar melanjutkan, “Hai putraku, berbicaralah jika kau
membenarkan ucapan tadi, niscaya kau akan selamat.
Namun, jika kau berani berdusta maka kau akan celaka!”
• sahabat Rasulullah!”
• Umar pun membawa dan menuntun tangan sang anak
menuju tempat semula. Tentu saja Abu Syahmah
menolaknya dan meminta ia dihukum dirumahnya, tidak di
depan kahlayak ramai. Umar dengan tagas menjawab,
“Wahai Putraku, kau telah mencoreng nama baikmu
sendiri, dan sekaligus nama baik ayahmu. Kau harus
bertanggung jawab atas apa yang telah kaulakukan.”
• Sang Khalifah menjawab, “wahai kaum muslim, ketahuilah
bahwa putraku ini, Abu Syahmah, telah mengakui dosa-
67
dosanya. Maka, benarlah semua pernyataan wanita tadi,
dan ia sama sekali tidak berdusta.
• Muflih melanjutkan cambuknya, lalu berhenti. Abu
Syahmah sudah tidak kuat menahan sakit, lalu ia
mengangkat kepalanya dan berkata lantang, “Wahai para
sahabat Rasul, mengapa kalian tidak memohon ayahku,
Umar, untuk memaafkanku?”
• Maka, para sahabat Nabi mendekati Umar dan berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, hentikanlah cambukan yang
masih tersisa!”
• Kemudian, Umar membawa jenazah sang anak ke
rumahnya, memandikan, mengafani, menshalati, bersama
para sahabat, dan menguburkannya.”
• Seorang pengusaha asal Persia menghadap khalifah Umar.
Ia mengaduan bahwa tanahnya diambil oleh gubernur yang
ditunjuk sang Khalifah. Lelaki Persia itu sudah berusaha
meminta kembali haknya, tetapi sang gubernur tidak mau
memberikannya, bahkan marah-marah.
• Suatu hari, Jabalah ingin menunaikan ibadah haji. Lalu, ia
menulis surat kepada Khalifah Umar Ibn al Khatab, bahwa
ia akan berkunjung ke Madinah, untuk bersilaturahmi
sebelum melaksanakan haji. Tentu saja, Umar senang
mendengarnya dan berjanji akan melayaninya sebagai
tamu kehormatannya.
• Ketika Jabalah melakukan tawaf, tiba-tiba kain ihramnya
tanpa disadari terinjak oleh kaki seorang lelaki dari Bani
Fazaroh, hingga terlepas dari tubuhnya. Betapa terkejut dan
68
malunya Jabalah dengan hal itu. Dengan perasaan dongkol,
ia pukul muka lelaki itu hingga berdarah. Kontan saja,
lelaki tersebut tidak menerima perlakuan Jabalah yang
kasar. Alasannya sederhana, ia tidak sengaja menginjak
kain ihramnya itu.
• Kemudian, lelaki itu mengadu kepada Khalifah Umar
tentang perlakuan raja Jabalah. Umar seorang Khalifah
yang arif dan bijaksana menerima keluhan si lelaki Bani
Fazaroh. Umar pun mengutus seseorang untuk memanggil
Jabalah ibn Ayham agar menghadapnya.
• Wahai Jabalah, benarka anda telah memukul seorang lelaki
Bani Fazaroh kerika ia sedang bertawaf di ka’bah?” selidik
Khalifah Umar.
• Dengan angkuh Jabalah menjawab, “Benar, hai Amirul
Mukmini. Aku telah memukul hidung lelaki itu karena ia
telah sengaja menginjak kain ihramku, hingga akhirnya
terlepas dari tubuhku. Seandainya saja bukan karena
kemuliaan Ka’bah baitullah, tentu sudah ku tebas batang
lehernya!”
• “Baiklah,” ujar Umar, “karena Anda telah melakukan
perbuatan yang menyakitkan orang lain maka sebaiknya
anda meminta maaf kepadanya, dan kalau tidak, aku akan
memrintahkan kepadanya untuk menuntut balas atas
perbuatan anda itu. Karena, bagaimanapun anda tidak
boleh berlaku sewenang wenang terhadap sesama
muslim!”
69
• “Saya akan menyuruh lelaki yang anda pukul itu untuk
memukul anda sebagai qhisas!” tegas Umar.
• Tentu saja, Raja Jabalah terkejut mendengar penjelasan
sang Khalifah. Ia tidak bisa diperlakukan seperti itu dan
berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana mungkin
hal itu dapat terjadi? Anda sendiri tau bahwa aku ini
seorang pembesar dari Syam, sedangkan lelaki itu hanyalah
rakyat jelata.”
• Sang Khalifah dengan tegas menjawab, “Ketahuilah
olehmu hai Jabalah, sesungguhnya Islam itu telah
mempersatukan Anda menjadi seorang raja dan pembesar
suatu kaum dengan lelaki tersebut yang hanya rakyat jelata.
Sebenarnya, antara anda dengannya tidak ada
keistimewaan apa-apa, kecuali keimanan dan ketakwaan.”
• “Sudahlah,” tukas Umar, “Anda jangan banyak bicara!
Kalau Anda tetap bersikeras untuk tidak meminta maaf
kepada lelaki itu maka saya akan suruh dia untuk menuntut
balas kepada anda.” Tentu saja, Jabalah tidak mau
menuruti perintah Umar, bahkan ia mengancam, “Kalau
anda tetap memaksaku untuk minta maaf kepadanya, aku
akan pindah memeluk agama Nasrani.”
• “Kalau Anda berpindah keagama Nasrani maka dengan
sangat terpaksa aku akan tebas batang leher anda karena
sebelumnya Anda beragama Islam. Dan, seandainya Anda
akan berpindah agama (Murtad), hukum nya adalah hukum
mati,” tegas Umar dengan jelas.
70
B. Pesan Dakwah yang Paling Dominan dalam buku The
Great of Two Umars
Pada penelitian buku The Great of Two Umars terdapat 44
pertanyaan yang dimasukan kedalam lembar koding untuk
diujikan kepada juri/koder. Berikut adalah tabel dari hasil
kesepakatan antar juri pada pesan dakwah dalam buku The Great
of Two Umars:
Tabel 2.2
Hasil Kategori Pesan Penilaian Juri
Antar
Juri
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 dan 2 18 16 2 0,88
1 dan 3 18 14 4 0,77
2 dan 3 18 15 3 0,83
Komposit Reliabilitas = #(%,'()*+(#,*)(%,-.)
= 0,93
Dari tabel diatas menunjukkan kesepakatan antara juri 1
dan 2 sebesar 0,88 (hal ini menunjukan kesepakatan yang sangat
baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1dan 3 sebesar 0,77
(menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri).
Kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,83 (menunjukkan
kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri). Kemudian untuk
71
menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri
tersebut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil
yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri
untuk kategori-kategori yang dibuat yaitu sebesar 0,93. Hal ini
menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri.
Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas
kategori-kategori tersebut, kategori dapat dianggap reliabel
sebagai sebuah kategori penelitian.
Untuk mengetahui pesan yang paling dominan dalam buku The
Great of Two Umars, maka dilakukan perhitungan prosentase dan
frekuensi berdasarkan kategori yang sudah dibuat peneliti, yang
menggunakan rumus:
𝑷 =𝑭𝑵𝒙𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
a. Pesan Keadilan Legal
𝐏 = 𝟓𝟒𝟖𝟐𝐱𝟏𝟎𝟎% = 𝟔%
Berdasarkan keseluruhan pesan Keadilan Legal yang diteliti,
didapatkan prosentase sebesar 66%
72
b. Pesan Keadilan Distributif
𝐏 =𝟕𝟖𝟐𝐱𝟏𝟎𝟎% = 𝟖%
Berdasarkan keseluruhan pesan Keadilan Distributif yang diteliti,
didapatkan prosentase sebesar 8%
c. Pesan Keadilan Komunikatif
𝐏 =𝟐𝟏𝟖𝟐𝐱𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟔%
Berdasarkan keseluruhan pesan Keadilan Komunikatif yang
diteliti, didapatkan prosentase sebesar 26%
Tabel 2.1
Jumlah Isi Pesan Keadilan
No Kategori Isi Pesan
Keadilan
Frekuensi Presentase
1 Legal 54 66%
2 Distributif 7 8%
3 Komunikatif 21 26%
Jumlah 82 100 %
Dari tabel perhitungan di atas menunjukan pesan Keadilan
Legal dalam buku The Great of Two Umars sebanyak 66%,
73
dilanjutkan dengan pesan Keadilan Distributif 8%, dan pesan
Keadilan Komunikatif mendapat hasil yaitu 26%.
Sedangkan Pesan Ddakwah tentang keadilan berdasarkan
Dominasi dan Rangking yaitu:
Tabel 2.2
Pesan Dakwah Yang Paling Dominan Berdasarkan Rangking
No Kategori Isi Pesan keadilan Frekuensi Ranking
1 Legal 54 1
2 Komunikatif 21 2
3 Distributif 7 3
Dengan demikian, pesan dakwah tentang keadilan yang paling
dominan yang terdapat pada buku The Great of Two Umars adalah
pesan keadilan Legal sebanyak 66%. Didalam buku ini, penulis
ingin menyampaikan pesan bahwa hablumminannaas itu juga
penting. Karena di dunia ini kita hidup bersosialisasi dan kita hidup
bergantung pada orang lain.
C. Pesan Dakwah tentang Keadilan dalam Buku The
Great of Two Umars
Pesan dakwah yang digambarkan dalam buku The Great of
Two Umar adalah sosok Pemimpin-Islam yang gemar blusukan
untuk memantau rakyatnya secara langsung ditengah-tengah
74
blusukan yang kurang tepat sasaran. Kalau blusukan baru menjadi
perhatian pemimpin kita saat ini, sebaliknya kegiatan blusukan
sudah lama dilakukan oleh pemimpin Islam ini. Selama menjabat
khalifah, Umar kerap menyamar menjadi orang biasa untuk
mengetahui keadaan rakyatnya. Ia bahkan tak sungkan turun
langsung membantu kesulitan rakyatnya. Seringkali rakyat yang
dibantunya bahkan tak mengenali bahwa sosok yang membantu
mereka itu adalah raja mereka sendiri. Umar akan merasa sangat
bersalah dan bersedih hati jika mengetahui ada rakyatnya yang
masih hidup dalam kesulitan.
Diceritakan dalam buku bahwa Umar adalah sosok yang adil
dalam menentukan hukum. Umar sangat menjunjung tinggi nilai
keadilan dalam kepemimpinan nya, ia tak segan segan untuk
menghukum mereka yang berbuat salah.1 Ditegaskan dalam kisah
Raja Jabalah yang menganiaya seseorang saat menunaikan ibadah
haji. Mendengar pengaduan rakyatnya, lantas Khalifah Umar
langsung memanggil sang Raja dan memerintahkan nya untuk
meminta maaf, jika tidak ia akan memerintahkan lelaki itu untuk
melakukan qisash. Ini menggambarkan bahwa Khalifah Umar
tidak pandang bulu dalam menentukan hukum, keputusan nya
sangat adil.
Umar yang pernah di doakan Nabi agar Allah memuliakan
Islam di tangannya. Doa Nabi pun terbukti Umar menjadi Khalifah
ke-2 yang pemberani dan Islam pun tersebar luas karena
1Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Azas Pandangan Dunia
Islam, 1995, Bandung: Mizan, h 53-58.
75
kepemimpinannya. Di bawah kepemimpinannya,
Islamberkembang pesat dan menjadi Negara adikuasa yang
menaklukkan imperium Persia dan Bizantium. Bahkan Umar
dijuluki salah satu penakluk terhebat dalam sejarah dunia.
Ketegasan Umar dibuktikan pada suatu ketika sang Gubernur
Mesir Amr Ibn ‘Ash membangun masjid di depan istananya
dengan menggusur rumah salah seorang Yahudi tua miskin. Tak
terima dengan kebijakan sang Gubernur, orang Yahudi tua tersebut
mengadu pada khalifah Umar Ibn Khattab. Ketika mengadu pada
khalifah Umar, Umar pun memerintahkannya untuk mencari
tulang busuk, setelah orang Yahudi mendapatkan tulang yang
dimaksud, Umar menulis huruf alif di atasnya dan menggores
menyilang pada tulang itu dengan pedang.2 Setelah itu Umar
menyuruh Yahudi tua itu pulang dan berpesan menyampaikan
tulang tersebut kepada Amr Ibn ‘Ash.
Betapa terkejutnya Amr Ibn ‘Ash ketika menerima peringatan
dari Umar. Dengan tubuhnya yang gemetar ia segera
memerintahkan utusan untuk merobohkan masjid dan
mengembalikan rumah Yahudi tua seperti semula.
Sang Yahudi tua itu pun tidak mengerti apa yang terjadi pada
sang Gubernur dan bertanya padanya. Amr Ibn ‘Ash menjelaskan
pada orang Yahudi bahwa tulang busuk sebagai tanda hidup di
dunia tidak lama dan manusia akan segera menjadi tulang busuk.
2Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi: Azas Pandangan Dunia Islam,
h 53-58.
76
Arti dari huruf alif yang ditulis itu supaya berlaku adil, sedang
tanda silang, artinya jika tidak berlaku adil maka Umar sendiri
yang akan memenggal kepala bawahannya. Seketika Yahudi tua
itu memeluk Islam memperoleh hidayah lewat keadilan pemimpin-
pemimpin Islam.
Sangat jelas pribadi yang digambarkan dalam kisah ini,
Khalifah Umar adalah pribadi yang sederhana, bahkan tempat
tinggalnya tidak mencerminkan seorang pemimpin yang identik
dengan kemewahan seperti bawahan-bawahannya, Umar lebih
memilih hidup sederhana agar bisa merasakan apa yang dirasa olah
rakyatnya. Dalam menegakan hukum Umar tak rasis, walaupun
yang mengadu adalah seorang Yahudi yang jelas berbeda
keyakinan dengan nya namun, Umar tetap melayani dan
memberikan keadilan yang lelaki Yahudi itu inginkan.
Dalam kisahnya Khalifah Umar pernah menghukum anaknya yang
berbuat kesalahan hingga wafat. Anak nya dihukum di tanah
lapang dan rakyat bisa menyaksikan hukuman itu. Walaupun sang
anak meminta hukuman di rumah nya saja, namun Umar menolak
permintaan itu, dan terus membawa anaknya ke tengah lapangan
untuk menerima hukuman atas perbuatan nya.3 Umar memberi
pesan kepada rakyatnya yang hadir disana agar selalu menegakan
hukum dan berlaku adil, karena Allah telah membinasahkan kaum
sebalum kita karena melalaikan hukum-hukum Allah.
3Madjid Khadduri, Teologi Keadilan (Perspektf Islam), 1999,
Surabaya: Risalah Gusti, hlm.119-201
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisis data yang di paparkan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pesan dakwah tentang keadilan dalam buku The Greaat of
Two Umars meliputi Keadilan Legal, Distributif dan Komunikatif
2. Pesan dakwah yang paling dominan dalam buku The Great
of Two Umars adalah pesan keadilan legal 66% diikuti Pesan
keadilan komunikatif dengan 26% dan Pesan keadilan Distributif
dengan 8%.
3. Pesan keadilan yang digambarkan dalam buku adalah
sosok seorang pemimpin negara yang suka blusukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya.Pemimpin yang
adil, tak pandang bulu dalam menjalankan hukum Allah. Tajam ke
atas dan kebawah dalam menegakan keadilan. Walaupun Umar
adalah pemimpin negara, ia hidup sederhana dan jauh dari
kemewahan dunia.
B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini penulis
memberikan beberapa saran kepada Mahasiswa, Pembaca dan
Penulis Buku The Great of Two Umars:
1. Kepada para mahasiswa yang mempunyai ketertarikan
dalam pembuatan karya tulis sangat dianjurkan untuk mulai
78
menulis konten konten dakwah dengan kemasan yang menarik,
karena pada saat ini banyak media cetak yang di manfaatkan kaum
muda untuk memberikan dakwahnya selain lebih efektif dakwah
melalui media cetak juga digemari dan biasanya dibaca secara
berulang tak lekang oleh waktu juga memiliki nilai komersil.
2. Kepada para pembaca disarankan membaca buku sejarah
nabi karena dalam buku yang mengisahkan tentang nabi sangat erat
dengan konten-konten dakwah yang sering kita temui di kehidupan
sehari-hari. Selain untuk mengisi waaktu luang, membaca buku ini
bisa membantu kita dalam mencontoh bertingkah laku yang baik.
3. Kepada Fuad Abdurrahman, tetap konsisten dalam
membuat karya tulis bertemakan Sejarah Nabi, agar generasi
selanjutnya tetap bisa mengenang para pendahulu nya yang telah
menyiarkan Islam hingga saat ini.
79
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdurrahman,Fuad.The Great of Two Umars. 2016.Jakarta:
Serambi.
Abdurrahman,Soejono.Metode Penelitian, 1999Jakarta: PT.
Rhineka Cipta.
Al-Bahy,Muhammad.Islam Agama Dakwah Bukan Revolusi.1997
Jakarta: Kalam Mulia,.
Amin, H.M.Masykur. Dakwah Islam dan Pesan Moral,1997
Yogyakarta: Alamin Press.
Anshari,Endang Saefudin.Kuliah Al Islam: Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi. 1992. Jakarta: Rajawali. cet.
Ke-3 ed.2.
Arifin , M. Ilmu Pengetahuan Islam.1991Jakarta: Bumi Aksara, cet
1.
Arifin,Tatang M.Menyusun Rencana Penelitian, 1995 Jakarta:
Rajawali Press.
Asmaran,As.Pengantar Studi Akhlak. 1992. Jakarta: PT
RajaGrafindo Perdada. cet. Ke-2.
Azis,Moh. Ali.Ilmu Dakwah. 2004. Jakarta: Pranada Media.
80
Basit, Abdul.Filsafat Dakwah. 2013.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Buleang, Andi.Metodologi Penelitian Kontemporer. 2004.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Departemen Agama R.I.Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:
PT Madina Raihan Makmur
Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa.Jakarta:Gramedia.
Efendi,Onong Uchjana.Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik 1994
Bandung: Remaja Rosdakarya.cet. Ke 8.
Eriyanto.Analisis Isi Pengantar Metedologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Lainya.2011.Jakarta: Kencana.
Fad’aq,Asma Umar Hasan.Mengungkap Makna dan Hikmah
Sabar. 1999. Jakarta: Penerbit Lentera.
Ghazali,Bahri.Dakwah komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da’wah. 1997. Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya. Cet. 1.
Hamka.Tafsir Al-azhar Jus V.1983. Jakarta: Putaka Panji Mas.
Hasanudi.Manajemen Dakwah. 2005.Ciputat: UIN Jakarta Press.
cet.1.
81
Helmy,Irfan.Dakwah Bilhikmah. 2002. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. cet, 1.
Ismail,A.Ilyas, dan Hotman,Prio. Filsafat Dakwah :Rekayasa
Membangun Agama dan Peradaban Islam. 2011. Jakarta :
Kencana. Cet Ke-1.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,
2006 Jakarta: UIN Press.
Khadduri,Madjid. Teologi Keadilan (Perspektf Islam), 1999 Surabaya:
Risalah Gusti
Masy’ari,Anwar.Akhlak Al Qur’an. 1990.Surabaya: Bina Ilmu.
cet. Ke-1.
Mujieb, M. Abdul.Kamus Istilah Fiqih, 1994 Jakarta: Pustaka
Firdaus, cet. Ke-1.
Munir, Samsul Amir.Ilmu Dakwah, 2009 Jakarta: Amzah.
Muthahhari,Murtadha. Keadilan Ilahi: Azas Pandangan Dunia
Islam, 1995, Bandung: Mizan.
Nugroho,Burhan.Teori Pengkajian Fiksi. 1995.Jogjakarta: Gajah
Mada University Press.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,2017 UIN Jakarta Berdasarkan
Kepututsan Rektor.
Rakhmat, Jalaludin.Islam Aktual, 1998 Bandung: Mizan, 1998.
82
Rawls John, Theory Of Justice Teori Keadilan, Dasar-Dasar
Filsapat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahtraan Sosial
Dalam Negara ( Jakarta: Pustaka Pelajar)
Saleh,Syekh Thahir Ibn.Al-Jawahirul Kalamiyah, 1386 H Al-
Qahirah T.pn.
Saputra,Wahidin. M.A., Pengantar Ilmu dakwah, 2011 Jakarta:
Rajawali Pers, cet.ke-1.
Setiawan,Bambang.Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi.
1995. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soehartono, Irwan.Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahtreaan Sosial dan Ilmu lainnya,
1995 Bandung: Remaja Rosdakarya. cet ke-1.
Stokes, Jane.How To Do Media And Cultural Studies. 2006
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. cet ke 1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, 2004
Bandung: Alfabeta.
Tasmara, Toto.Komunikasi Dakwah,1997 Jakarta: Gaya Media
Pratama, cet. Ke-2.
83
INTERNET
http://www.cahaya-
Islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&
id=286, diakses pada tanngal 19 Juli 2018, pada pukul
14:13 WIB
http://www.cahaya-
islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&
id=286, diakses pada tanngal 19 Juli 2018, pada pukul
14:13 WIB
http://kbbi.web.id/adil. Mengacu pada KBBI Daring (Dalam Jaringan) Edisi III Hak
LAMPIRAN
Tabel Penilaina Antar Juri
Paragraf/dialog Keadilan Legal Keadilan Komuinikatif Keadilan Distributif
Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III1 √ √ √2 √ √ √3 √ √ √4 √ √ √5 √ √ √6 √ √ √7 √ √ √8 √ √ √9 √ √ √
10 √ √ √11 √ √ √12 √ √ √13 √ √ √14 √ √ √15 √ √ √16 √ √ √ √17 √ √ √18 √ √ √
top related