analisis framing berita debat pemilihan presiden 2019...
Post on 03-May-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN 2019
PADA SURAT KABAR JAWA POS
SKRIPSI
Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH
IDA FADILAH
NIM. 430-10-15-0041
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 4 (Empat) Eksemplar Salatiga, 11 Juli 2019
Hal : Naskah Skripsi
a.n Sdra. Ida Fadilah
Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya
kirimkan skripsi saudara:
Nama : Ida Fadilah
NIM : 43010-15-0041
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN
2019 PADA SURAT KABAR JAWA POS
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar
skripsi saudara tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami
ucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
vi
ABSTRAK
Fadilah, Ida. 2019. Analisis Framing Berita Debat Pemilihan Presiden 2019 Pada
Surat Kabar Jawa Pos. Skripsi. Salatiga : Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing : Drs. H. Bahroni, M.Pd.
Kata kunci : Framing, Berita Politik, Jawa Pos
Media berkuasa atas pengetahuan publik melalui framing teks dan gambar.
Media dan pemilihan Presiden di Indonesia tidak lepas dari narasi besar dimana
posisi media yang tidak netral terhadap politik. Seluruh surat kabar termasuk Jawa
Pos bersaing untuk memberikan informasi mengenai Pilpres 2019 secara kontinue.
Pemberitaan yang dilakukan oleh media nantinya akan berpengaruh besar
terhadap opini publik.
Penelitian ini membahas tentang: Analisis framing berita debat Pemilihan
Presiden (Pilpres) 2019 yang dikemas Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 di
Surat Kabar Jawa Pos. Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan
kualitatif dengan analisis framing model Zhongdang Pan dan M Gerald Kosicki.
Dalam analisis framing model ini memiliki empat struktur yaitu sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan empat
struktur analisis tersebut, maka dari lima berita debat Pilpres 2019 di surat kabar
Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 adalah Jawa Pos memiliki dua sikap,
netral dan memihak ke paslon 01, Jokowi-Ma‟ruf. Dilihat dari struktur sintaksis,
Jawa Pos dalam memuat judul dan lead berita didasarkan atas latar informasi
dalam debat tersebut. Struktur skrip, Jawa Pos tidak begitu menonjolkan unsur
berita, namun jelas dalam mengemas berita mengandung unsur 5W+1H. Dalam
struktur tematik, Jawa Pos selalu menyajikan subjudul untuk menjelaskan isi
berita sehingga lebih mudah dipahami. Koherensi yang terdapat dalam berita ini
juga sangat beragam, sehingga memperjelas maksud dari setiap berita. Dalam
struktur retoris, Jawa Pos menggunakan gambar di setiap berita berupa foto
maupun grafis pendukung seperti tabel.
vii
MOTTO
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah
penulis”
(Abu Hamid Al-Ghazali)
“Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman
bagaikan lentera di tangan pencuri”
(HAMKA)
“Orang sukses juga berasal dari keluarga miskin, seperti kita. Kuncinya, jangan
tinggalkan ibadah”
(Alm Abah dan Ibu)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan karunianya
hingga tugas akhir ini sudah di ujung mata. Skripsi ini adalah bentuk persembahan
untuk :
1. Alm abah saya tercinta, Achmad Bisri dan ibunda tercinta, Sutiyem
yang senantiasa memberikan support, doa dan membesarkan saya
dengan pendidikan luar biasa dengan segala kasih sayangnya.
2. Adik saya tercinta, Muhammad Mustofa yang senantiasa selalu
mendukung saya dan membantu saya.
3. Nenek saya tersayang, Sainem yang selalu memberi cinta dan sayang
dalam hidup.
4. Saudara tiri saya Tri Utami dan keluarga, Mas Antok dan keluarga,
serta Mas Fai dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada
saya.
5. Saudara-saudara saya Pakde Sukamto, Budhe Tini, Pakde Saroni, Pak
Yudi dan keluarga, Ibu Rus dan keluarga, Pakde Tamami dan keluarga,
Yuli Prasetyo, Anita Widiastuti yang memberikan semangat dan
bimbingan dalam hidup yang luar biasa.
6. Bapak Mukti Ali selaku dekan Fakultas Dakwah yang memberikan
bimbingan dan motivasi serta semangat sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
ix
7. Ibu Maryatin selaku dosen pembimbing akademik, yang selalu memberi
arahan, dukungan, dan motivasi selama saya menjadi anak didik beliau.
8. Bapak Bahroni selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah
menuntun dan membimbing skripsi hingga selesai.
9. Bapak Dhinar Sasongko dan keluarga, Bapak Arif Riyanto, Ibu Ida Nur
Laila yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa selama
belajar di Jawa Pos Radar Semarang.
10. Sahabat-sahabat „Love You‟, Dina Rahayu, Rizka Indah Anggraini,
Anita Anggraeni yang tak hentinya memberikan kasih sayang,
semangat, dan pengalaman selama 4 tahun ini.
11. Sahabat seperjuangan KPI angkatan 2015 dan teman seperjuangan
dalam menyelesaikan skripsi ini, Trisna, Diyani, Rita, Coro, Dilla,
Dany, Tiak, Alwins.
12. Sahabat „bedhes‟ saya, Dina Rahayu, Tri Wahyuni, Oki Wariati, Siti
Fatimah, Wawan Indarko, Muhammad Najmuzzaman, Muhammad
Bayu yang selalu memberi suntikan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Sahabat SMA saya, Erlina, Lisa, Eka, Intan, Avissa, Amrina, Annisa
yang memberi suntikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Organisasi LPM DinamikA beserta anggotanya tempat saya belajar
beroganisasi dan belajar jurnalistik.
15. Keluarga KKN Desa Garangan „Posko Pak Lurah‟ yang saya sayangi.
16. Adinda Fatma Fadhilah, Ita Fikyani, Murniyati dan Tiyas Utami yang
memberikan pinjaman laptop sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
17. Teman-teman lelaki yang sempat singgah, terimakasih telah mengisi
hari-hari saya menjadi berwarna.
18. Para staf perpustakaan kampus tiga IAIN Salatiga dan Monumen Pers
Nasional tempat saya mencari bahan skripsi.
19. Serta semua pihak yang telah mendukung terlaksananya tugas akhir ini
bak secara materi dan non-materi.
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Framing Berita Debat
Pemilihan Presiden 2019 Pada Surat kabar Jawa Pos”. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi
kita.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis
banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan
kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga,
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) sekaligus dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
xii
5. Segenap keluarga besar KPI, mahasiswa angkatan 2015, jajaran dosen dan
staf Fakultas Dakwah khususnya program studi KPI, serta para staf
perpustakaan IAIN Salatiga.
6. Serta pihak yang telah mendukung terlaksananya tugas akhir ini baik secara
materi maupun non-materi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah swt. Penulis memohon petunjuk dan
berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.
Salatiga, 11 Juli 2019
Penulis
Ida Fadilah
NIM. 43010150041
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LOGO INSTITUT ................................................................................................ ii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
xiv
E. Kerangka Berpikir ............................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 11
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 15
1. Berita ....................................................................................... 15
a. Definisi Berita .................................................................. 15
b. Nilai Berita ....................................................................... 17
c. Penempatan Berita ........................................................... 18
d. Narasumber Berita ........................................................... 19
e. Asal Berita ........................................................................ 21
2. Konstruksi Media .................................................................... 22
3. Analisis Framing ..................................................................... 28
a. Struktur Sintaksis ............................................................. 31
b. Struktur Skrip ................................................................... 33
c. Struktur Tematik .............................................................. 34
d. Struktur Retoris ................................................................ 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian .................................................................. 37
1. Jenis Penelitian ..................................................................... 37
2. Paradigma Penelitian ............................................................ 38
3. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 39
4. Tahapan Penelitian ................................................................ 39
xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Surat Kabar Jawa Pos ........................................................ 44
B. Debat Pemilihan Presiden ............................................................ 50
C. Analisis Berita ............................................................................... 58
1. Analisis Berita 1 ................................................................... 59
2. Analisis Berita 2 ................................................................... 68
3. Analisis Berita 3 ................................................................... 78
4. Analisis Berita 4 ................................................................... 84
5. Analisis Berita 5 ................................................................... 92
6. Pembahasan .......................................................................... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 103
B. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................... 9
Tabel 2.1 Perbedaan Positivis dan Konstruksionis ........................................... 26
Tabel 2.2 Skema Framing Model Pan dan Kosicki .......................................... 29
Tabel 4.1 Judul Berita Debat Pilpres 2019Surat Kabar Jawa Pos .................... 58
Tabel 4.2 Struktur Tematik Analisis Berita 1 .................................................... 65
Tabel 4.3 Struktur Tematik Analisis Berita 2 .................................................... 73
Tabel 4.4 Struktur Tematik Analisis Berita 3 .................................................... 81
Tabel 4.5 Struktur Tematik Analisis Berita 4 .................................................... 88
Tabel 4.6 Struktur Tematik Analisis Berita 5 .................................................... 95
Tabel 4.7 Jumlah Pengutipan Sumber Struktur Sintaksis .................................. 98
Tabel 4.8 Jumlah Lead Struktur Sintaksis ......................................................... 99
Tabel 4.9 Penempatan Foto Berita Debat Struktur Retoris .............................. 110
Tabel 4.10 Pembahasan Analisis Framing Jawa Pos ....................................... 111
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019 .......................... 67
Gambar 4.2 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019 .......................... 67
Gambar 4.3 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019 .......................... 76
Gambar 4.4 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019 .......................... 77
Gambar 4.5 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019 .............................. 84
Gambar 4.6 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019 .............................. 90
Gambar 4.7 Berita debat Pilpres 2019 edisi 31 Maret 2019 .............................. 90
Gambar 4.8 Berita debat Pilpres 2019 edisi 31 Maret 2019 .............................. 91
Gambar 4.9 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019 ............................... 96
Gambar 4.10 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019 ............................. 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurnalis merupakan profesi yang berhubungan dengan media, baik
cetak maupun elektronik bahkan online. Jurnalis menyajikan laporan lalu
dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film
dokumentasi dan internet. Jurnalis mencari sumber untuk ditulis dalam
laporannya. Juga diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan
tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
Tidak hanya seorang jurnalis dan tim redaksi, massa menjadi alat
penting dalam terbitnya sebuah berita. Komunikasi massa bekerja dengan
sistem yang apik dan masif. Setiap upaya komunikasi massa erat kaitannya
dengan propaganda atau upaya politisi untuk membentuk sebuah opini publik.
Ketika sebuah konten atau berita sudah diramu dalam sebuah komunikasi
masaa, maka semua orang akan menganggap penting dan wajib untuk disimak.
Khalayak komunikasi massa adalah sasaran penyebaran pesan-pesan
media massa. Khalayak media massa terdiri atas berbagai ragam individu dan
kelompok yang berbeda-beda dan tersebar luas. Khalayak media massa sangat
besar, memiliki beragam kondisi dan kepentingan. Media massa biasanya
menargetkan khalayak bagi produk yang dihasilkannya (pesan) dengan
segmentasi khalayak tertentu. Khalayak media massa dapat mengonsumsi
pesan-pesan media secara serempak dan terbuka (Halik, 2013:4).
2
Massa digiring untuk menyimak suatu berita yang dianggap penting.
Untuk itu, manajemen media mempunyai pendekatan khusus atau metodologi
khusus dalam menilai kualitas produk media baik untuk mengukur kualitas isi
media maupun untuk usaha media. Tentu saja, metode-metode yang relevan
dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja media, seperti pengukuran rating.
Media tidak hanya berperan dan berfungsi sebagai pemberi informasi,
pendidikan, hiburan dan sosial kontrol. Pada saat yang sama, media digunakan
untuk meraih tujuan komersil oleh pemilik dan pengelola media.
Media juga merupakan salah satu elemen demokrasi, kesuksesan
demokrasi tergantung bagaimana media mengemas suatu berita. Kualitas
berita juga menjadi taruhannya. Kepemilikan media menjadi ancaman berita
dan informasi objektif bagi publik. Apalagi jika pemilik media juga turut
menjadi pimpinan dalam suatu partai politik. Hal tersebut akan menjadikan
media mengarah ke kepentingan politik atau individu.
Pemberitaan pers dalam menyampaikan berita ke publik yang
terhambat kebijakan-kebijakan pemerintah dapat membatasi kebebasan pers
dengan alasan untuk stabilitas dan keamanan nasional. Hal tersebut telah
menggiring kemasan dan kontruksi pesan. Sebagai khalayak penerima
informasi, tentunya masyarakat dapat membandingkan satu media dengan
yang lain dalam hal menyikapi sebuah peristiwa atau berita.
Adanya UU No. 4 tahun 1999 tentang pers telah merubah sistem
komunikasi politik selama ini, hal terebut menyebabkan komunikasi politik
dapat berlangsung lebih seimbang, terutama relasi antara pemerintah dengan
3
pers, antara pemerintah dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat
maupun antar berbagai komponen masyarakat dengan menjadikan media
massa sebagai jembatan.
Pers sangatlah penting dalam membangun dan memelihara komunikasi
politik demokratik. Peran penting pers ditentukan oleh pers itu sendiri dengan
cara tidak menaruh keberpihakan dan indepensi media terhadap golongan atau
partai tertentu. Perkembangan dan pertumbuhan pers erat kaitannya dengan
sistem politik di Indonesia. Sistem pers juga menjadi subsistem politik yang
ada. Sebagai negara demokrasi, pers di Indonesia mempunyai kebebasan
untuk menyampaikan informasi maupun pandangan kepada pembaca.
Media berkuasa atas pengetahuan publik melalui framing teks dan
gambar. Hal itu bisa menjadi rujukan utama publik dalam membentuk opini
terhadap jalannya pemerintahan. Kecenderungan pemilih dalam pemilihan
umum (pemilu) bukan hanya ditentukan oleh seberapa besar kampanye
dilakukan oleh kandidat atau partai. Namun, dapat juga ditentukan oleh
seberapa besar informasi yang mereka dapatkan dari berbagai media.
Dalam hal ini media melakukan politik yang bersifat persuasif
terhadap pemilih dengan cara terus menerus atau kontinue menginformasikan
berita politik, sehingga akan menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, secara tidak langsung akan membentuk nilai terhadap
kandidat maupun partai dalam pemilu. Relasi media dan pemilihan presiden
(Pilpres) di Indonesia tidak lepas dari narasi besar dimana posisi media yang
4
tidak netral terhadap politik. Terlebih media yang kebetulan pemiliknya
adalah publik figur, tentu akan sangat memengaruhi isi berita.
Keterkaitan pemilik media massa dengan partai politik tentu
memengaruhi wacana pemberitaan. Partai politik akan memanfaatkan
kepemilikan untuk membentuk citra positif di mata masyarakat. Hal itu
menyebabkan proses kerja jurnalis tidak lagi bersandar pada prosedur kerja
standar, namun lebih ke usaha untuk membuat berita yang menguntungkan
bagi lembaga media. Wangs mengatakan bahwa penggunaan bahasa oleh
media masa memiliki hubungan dengan praktik sosial. Melalui bahasa,
seseorang atau kelompok ditampilkan atau didefinisikan (Badara, 2012:2).
Dalam arti yang luas, bahasa yang digunakan dalam pemberitaan sudah
dipengaruhi oleh ideologi dalam konteks kekuasaan tertentu.
Media massa hendaknya serius mempertimbangkan prinsip-prinsip dan
keutamaan objektivitas dan kebenaran laporannya. Jika telah dikonsumsi oleh
publik, berarti pengetahuan publik yang didasarkan atas informasi tersebut
akan mewarnai sikap dan tindakan publik secara nyata. Oleh karena itu, media
massa dalam performanya dituntut memiliki sikap dan tanggung jawab yang
besar dalam mengutamakan kepentingan publik, yakni untuk mengetahui
informasi yang benar. Allah SWT telah menggariskan pentingnya prinsip-
prinsip kebenaran komunikasi tersebut, seperti dalam ayat berikut:
ية ضعبفب خ بفىا عهيهم فهيتقىا للا ونيخش انزيه نىتشكىا مه خهفهم رس
ونيقىنىا قىال سذيذا
5
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa: 9).
Ayat tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu harus
berlandaskan kebenaran. Seperti halnya dalam memberitakan peristiwa,
seorang jurnalis dan media seyogyanya menginformasikan apa adanya tanpa
ditambah bumbu penyedap. Karena media menjadi tolak ukur kesuksesan
perkembangan demokrasi, untuk itulah kebenaran berita harus ditegakkan.
Dalam pandangan Islam, al-Quran merupakan berita yang disampaikan Allah
untuk hamba-hambaNya. Ayat yang terkandung dalam al-Quran memiliki
informasi seperti halnya surat kabar memberikan informasi kepada khalayak.
Terlebih pada saat masa kampanye, dimana menjadi waktu yang
penting bagi para partai politik untuk berlomba-lomba merebut hak pilih suara.
Fokus pemberitaan media massa (dalam hal ini surat kabar) akan merujuk
pada Pilpres 2019. Seluruh surat kabar bersaing untuk memberikan informasi
mengenai Pilpres 2019 secara kontinue, tak lain bertujuan agar pembaca
mengenal dan mengetahui siapa calon presiden yang akan mereka pilih nanti.
Saat ini penggunaan media massa untuk tayangan iklan politik
tampaknya juga semakin meningkat. Iklan-iklan partai politik dapat
disaksikan setiap harinya melalui media televisi, radio, cetak dan online.
Beberapa partai politik dan kandidat politik menggunakan iklan politik ini
untuk menawarkan program dan mengajak khalayak untuk memilih kandidat
atau partai politik yang dimaksud dalam pemilu. Pencitraan partai politik dan
6
tokoh politik melalui iklan semakin memperkuat fungsi media massa dalam
aktivitas politik, seperti pemilu. Terbukti, penggunaan media massa dalam
porsi yang lebih banyak dapat memperlancar jalannya kampanye politik.
Adanya kekuasaan tertentu erat kaitannya dengan kepentingan media
sehingga menyebabkan perbedaan pandang dan kebutuhan media dalam
memberikan informasi kepada publik. Oleh karena itu, akan banyak sekali
perbedaan antara media dalam memberitakan suatu peristiwa, terlebih
menjelang Pilpres 2019. Media memiliki kemasan masing-masing dalam
memandang sebuah berita.
Tidak jarang juga kita menemukan berbagai perilaku wartawan ketika
melakukan proses liputan jurnalistik dianggap melanggar kode etik jurnalistik
dan ketentuan yang berlaku di masyarakat. Apalagi mengingat bahwa media
bukanlah saluran yang bebas tetapi melalui jalur konstruksi, frame berita
sedemikian rupa. Sebuah peristiwa yang sama terkadang dapat diperlakukan
berbeda oleh media (Ishwara, 2005: 6).
Berkaca pada pemberitaan pemilu 2014 lalu, faktanya masih banyak
media yang menjadi pijakan partai dalam mengusung dan memperluas
jaringan untuk bersosialisasi. Seperti surat kabar Media Indonesia yang selalu
menyajikan dan menjadi tempat pencitraan bagi Partai Nasdem. Hal tersebut
dikarenakan pemilik media tersebut adalah Ketua Partai Nasdem, Surya Paloh.
Ada lagi, MNC GROUP yang juga memanfaatkan medianya untuk semakin
dikenali masyarakat. Hary Tanoesodibjo bersama Partai Perindo
memanfaatkan kepemilikan media untuk memunculkan citra positif. Dengan
7
begitu, melalui tempat yang dimiliki konglomerasi media, jurnalis dan media
dalam menyajikan pemberitaan Pilpres akan menjadi tidak berimbang atau
memihak. Hal tersebut patut dipertanyakan apakah media di Indonesia masih
independen atau tidak. Hal tersebut nantinya akan berpengaruh besar terhadap
opini publik. Dalam ajaran Islam, meski persoalan tersebut merupakan fakta
namun hal semacam itu tidak boleh dilakukan karena memiliki sikap tidak adil.
Tidak adil dalam artian, berita yang disampaikan tidak semuanya, hanya
menjadi wadah pencitraan.
Setelah mengetahui pemaparan di atas, peneliti berupaya mencari tahu
bagaimana pengemasan mengenai berita menjelang Pilpres pada 17 April
2019 pada surat kabar Jawa Pos dengan analisis framing. Setelah hasil didapat,
barulah dilihat seperti apa pandangan Islam dalam melihat berita tersebut.
Penelitian difokuskan pada berita debat Pilpres pada surat kabar Jawa Pos
sebagai media nasional dan media tertua di Indonesia. Media tersebut juga
menjadi media yang memiliki oplah terbesar dan masih bertahan hingga saat
ini di era yang sudah semakin modern. Peneliti juga ingin mengetahui apakah
media tersebut dalam menanggapi dan menyajikan informasi mengenai debat
Pilpres dilakukan secara objektif dan independen? Dimana hal tersebut
terdapat kekhawatiran bahwasanya berita akan tidak berimbang dikarenakan
media ada dibalik kesuksesan kampanye pasangan calon (paslon) presiden
2019. Selain itu, kandungan berita ini akan dilihat dari ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan pesan dakwah.
Analisis dilakukan terhadap teks, kalimat, gambar dan grafik yang
tersaji dalam surat kabar tersebut. Sebagai pendukung penelitian, maka
8
metode untuk menganalisis permasalahan tersebut yakni analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosichi. Selain itu, ayat-ayat Al-Quran
juga menjadi pendukung penelitian untuk menganalisis berita tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis
framing surat kabar Jawa Pos dalam mengemas berita debat Pemilihan
Presiden 2019?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis framing berita
debat Pemilihan Presiden 2019 pada surat kabar Jawa Pos.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian berdasarkan rumusan permasalahan diatas
yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih dan memberikan
karya ilmiah yang bermanfaat untuk dipersembahkan kepada para pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya, di antaranya :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pembelajaran dalam
kajian ilmu komunikasi, khususnya bagi program studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah, IAIN Salatiga.
Juga diharapkan bisa menjadi referensi mahasiwa khususnya KPI
lebih dalam pada konsentrasi jurnalistik terkait pembelajaran analisis
9
framing media terhadap pemberitaan media maupun disaring
menggunakan kajian dakwah.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan gambaran terhadap praktik penerbitan berita di
media massa.
b. Dapat menjadi rujukan dan panduan bagi praktisi media dalam
menyajikan berita yang bersifat independen.
E. Kerangka Berpikir
Untuk lebih mudah dalam memahami arah penelitian ini, kerangka
berpikir mejadi alat bantu yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian.
Kerangka berpikir ini dimulai dari berita debat Pilpres 2019 pada surat kabar
Jawa Pos yang dirangkai dalam penelitian yaitu melalui analisis framing model
Zhongdan Pan dan M Gerald Kosichi.
Tabel 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Berita Debat Pilpres 2019 surat kabar
Jawa Pos
Analisis Framing Model Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosichi dengan perangkat
sintaksis, skrip, tematik, retoris
Debat Pilpres 2019 dalam bingkai Surat
Kabar Jawa Pos
10
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun
penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab,
masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN. Berisi tentang bentuk dan penelitian, dimulai dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka berpikir dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Menjelaskan tentang kajian penelitian terdahulu
dan kajian pustaka yang meliputi berita, konstruksi media dan analisis framing.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menjelaskan tentang jenis penelitian,
paradigma penelitian, subjek dan objek penelitian serta tahapan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN. Menjelaskna tentang sejarah Jawa Pos,
gambaran umum debat pemililihan Presiden, analisis berita 1-5, dan
rangkuman analisis.
BAB V KESIMPULAN. Mencakup kesimpulan dan saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan
sehingga akan memudahkan penulis dalam menyusun penelitian. Penelitian
terdahulu akan mempermudah penulis dalam menentukan langkah menemukan
teori dan konseptual.
Penelitian terdahulu menjadi referensi dalam memilih sistematika
penulisan maupun langkah-langkah sistematis teori analisis framing. Selain itu,
untuk menambah wawasan mengenai hasil penelitian tersebut berikut
penelitian terdahulu yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti sebagai
salah satu referensi.
Pertama. Skripsi oleh Vichar Pratama Putra dengan judul “Analisis
Framing Pemberitaan Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi Atas Kritik
Media Massa Di Media Online Sindonews.com Dan Vivanews.co.id Edisi
Agustus 2015” Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia tahun 2018. Penelitian ini akan
melihat bagaimana framing yang dilakukan media online dalam melihat
sebuah peristiwa yang akan diberitakan. Serta melihat bagaimana
pengaruh kepemilikan dan upaya media online untuk menjaga posisi netral
dan objektifitas dalam pemberitaanya. Penelitian ini menganalisis 14 unit berita
dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis framing
model Zhong Pan dan Geral M. Kosichi serta menggunakan paradigma
12
konstruksionis. Dalam proses penelitian menunjukan bahwa framing dari
kedua media sangat berbeda. Seperti Sindonews.com melakukan framing
terhadap pemberitaan Jokowi kritik media terkesan kurang objektif dan
cenderung menggunakan narasumber yang kontra dengan Jokowi yang
dimana hal ini bagian dari kepentingan pemilik media, berbeda dengan
Sindo, Viva dalam framingnya cenderung berupaya menjaga objektifitas pada
pemberitaanya demi menghasilkan informasi yang sesuai dengan realitas sosial.
Kedua. Skripsi oleh Ricky Alkat Seftiano. Mahasiswa Program Studi
S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Pemilihan
Gubernur Kalimantan Timur 2013 Surat kabar Kaltim Post dan Tribun Kaltim
Pada Masa Kampanye.” Penelitian ini menggunakan teori agenda setting,
komunikasi massa ketika dalam proses penyampaian pesan tidak lagi dilakukan
oleh perorangan akan tetapi oleh sebuah lembaga dengan berbagai tujuan
komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas
dengan menggunakan agenda media. Jenis penelitian yang digunakan
peneliti bersifat kualitatif deskriptif dengan metode analisis framing
Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing dalam metode ini
adalah strategi kontruksi dan memproses berita. Fokus penelitian ini yaitu; (1)
sintaksis, (2) skrip, (3) tematik, (4) retoris. Teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan kliping berita tentang pemberitaan Pemilihan Gubernur
Kalimatan Timur 2013 pada masa kampanye pada 24 Agustus – 6
September 2013 di Kaltim Post dan Tribun Kaltim. Hasil penelitian ini
menunjukan framing Kaltim Post melalui pemberitaannya menunjukkan
13
masih ada penojolan-penojolan yang sifatnya masih dalam batas kewajaran
terhadap Awang Faroek Ishak dengan selalu memberikan pemberitaan
positif. Hal tersebut menunjukkan kekuasaan pemilik perusahaan media
sangat berpengaruh terhadap isi pemberitaan. Framing Tribun Kaltim
melalui pemberitaannya pada rubrik pemilihan Gubernur Kalimantan
Timur 2013 pada masa kampanye menunjukan tidak memihak dan tidak
condong terhadap salah satu kandidat calon Gubernur Kalimantan Timur 2013,
terlihat Tribun Kaltim berusaha membangun realitas yang sebenarnya.
Ketiga. Skripsi oleh Hajerimin dengan judul “ANALISIS FRAMING
MEDIA MASSA (Konstruksi Berita Politik Harian Amanah Tentang
Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar Jelang Pilgub Sul-Sel 2018: Studi
Analisis Framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki). Tujuan penelitian
ini adalah untuk: 1) untuk mengetahui analisis framing (bingkai/pengemasan)
berita politik harian Amanah tentang Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar
menjelang Pilgub Sul-Sel 2018, 2) untuk mengetahui analisis agenda setting
harian Amanah terhadap berita politik tentang Abdul Aziz Qahhar
Mudzakkar menjelang Pilgub Sul-Sel 2018. Dalam menjawab permasalahan
tersebut, penulis menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu analisis
yang melihat wacana sebagai hasil dari konstruksi realitas sosial. Penelitian
ini tergolong library research, data dikumpulkan dengan mengutip,
menyadur, dan menganalisis dengan menggunakan analisis framing
(framing analisis) dengan literatur representative dan mempunyai relevansi
dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya.
Setelah mengadakan pembahasan analisis framing tentang Abdul Aziz
14
Qahhar Mudzakkar jelang Pilgub 2018 dengan menggunakan metode
Zongdang Pan dan Gerald. M. Kosicki. Penulis menemukan, dari sisi
perangkat framing (sintaksis, skrip, tematik dan retoris), menunjukkan
harian amanah dalam mengkonstruksi realitas sosial utamanya berita tentang
AQM jelang Pilgub 2018 masih dominan pada keberpihakan medianya. Dari
segi agenda setting, Amanah terlihat sangat mengendalikan pemberitaan.
Sebagai media dakwah, harian Amanah perlu memegang teguh prinsip
ukhuwah yang berlandaskan Al-Qur‟an dan sunnah dalam memberitakan
setiap informasi kepada publik. Yaitu dengan memperbaiki cara menyusun
fakta, cara menulis fakta, cara mengisahkan fakta, dan cara menekankan
fakta. Kemudian sebaiknya melakukan peningkatan mutu terus menerus
agar mampu menghadapi tantangan zaman yang berubah.
Keempat. Skrispsi oleh Quartin Qonita Qurrotaa‟yun dengan judul
“Analisis Framing Model Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Terhadap
Kasus Bom Thamrin Pada Pemberitaan Media Asing Online Cnn (Cable News
Network) Cnn.Com Periode Januari 2016”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana media asing membingkai pemberitaan peristiwa
bom Thamrin di Jakarta dengan menggunakan analisis framing pada media
online asing CNN.com Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini menemukan framing dalam pemberitaan tentang kasus
serangan Jakarta di Jl. Thamrin oleh media asing online CNN.com
adalah „Indonesia sebagai sarang teroris‟ dan kedekatan orang Indonesia
dari kelompok radikal yang dekat dengan kelompok ISIS di Suriah.
15
Selain itu, pemberitaan serangan Jakarta mengacu pada peta idelogi
masuk ke dalam bidang penyimpangan (sphere of deviance).
Perbedaan penelitian terletak pada subjek penelitian dimana peneliti
sebelumnya meneliti berita-berita yang sedangkan peneliti melakukan
penelitian pada berita debat pemilihan presiden 2019 pada surat kabar Jawa
Pos. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan teori analisis framing
model Zhongdan Pan dan M Gerald Kosichi.
B. Kajian Pustaka
1. Berita
a. Definisi Berita
Berita berasal dari Bahasa Sangsakerta, yakni Vrit yang dalam
Bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi.
Berita menurut The New Groiler Wbester International Dictionary
yang dikutip kembali oleh Hikmat Kusumaningrat dan Purnama
Kusumaningrat dalam buku Jurnalistik dan Praktek menyebutkan
bahwa berita adalah :
“(1) Infromasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau
tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya; (2) Berita adalah
informasi seperti yang disajikan oleh media semisal surat kabar, radio
atau televisi; (3) Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang
oleh media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan.”
(Kusumaningrat, 2006:39).
16
Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De
Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang
kejadian yang baru, penting dan bermakna (significant), yang
berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak
dinikmati oleh mereka (Helena, 2007:25).
Berita merupakan isi dari sebuah media massa. Dalam hal ini,
berita juga menjadi isi dari surat kabar. Menurut Kamus Brsar bahasa
Indonesia (KBBI), berita adalah cerita atau keterangan mengenai
kejadian atau pristiswa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai
kabar, laporan dan pemberitahuan atau pengumuman. Berita juga
dikatakan sebagai informasi dari media massa yang merupakan
produk sosial yang dibutuhkan individu atau khalayak untuk
memaknai lingkungan sosialnya (Tamburaka, 2012:17).
Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik Baru,
berita adalah jalan cerita tentang peristiwa, disini setidaknya berita
mengandung dua hal yaitu peristiswa dan jalan ceritanya. Jalan cerita
tanpa peristiswa atau peristiswa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut
sebagai berita (Sudirman, 2005: 55). Berita saat ini digolongkan
menjadi berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Hard
news bisa juga disebut straight news, yaitu sebuah berita penting yang
harus segra disampaikan kepada masyarakat. Soft news juga bisa
disebut sebagai feature news yaitu peristiswa yang bisa jadi bukan
termasuk yang teramat penting untuk diketahui masyarakat, bahkan
peristiswanya telah terjadi beberapa waktu lalu.
17
Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas
realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa saja berbeda
dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda
pula. Karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bisa dipakai.
Jika ada perbedaan antara berita dan realitas yang sebenarnya, maka
tidak dianggap kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan
mereka atas realitas. Oleh karena itu, berita bersifat subjektif : opini
tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat
dengan perspektif dan pertimbangan positif (Eriyanto, 2012:29).
Sebuah berita di media massa bukan hanya rangkaian fakta
yang tersusun menjadi sebuah kalimat dan paragraf. Ia juga
merupakan representasi dari pikiran, sikap reporter, asisten redaktur
bahkan kebijakan redaksi yang dikemas melaui wacana berita.
Berita tidak dapat terlepas dari fakta, maka dari itu pembuatan
berita yang ditulis dengan apa adanya akan kering gaya dan tidak
memberikan variasi ketika dibaca atau didengarHal inilah yang
menjadikan berita lebih berwarna. Dengan begitu tidak ada teks berita
yang sepenuhnya objektif atau hanya kumpulan fakta yang dijadikan
data untuk sebuah tulisan.
b. Nilai Berita
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam
buku Jurnalistik dan Praktek menyebutkan bahwa nilai berita antara
lain:
18
1) Aktualitas (Timeliness). Semakin aktual berita, artinya semakin
baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Tetapi
adakalanya juga penemuan suatu pristiswa penting atau menarik
yang usianya sudah bertahun-tahun dapat menjadi berita utama.
Dalam hal ini seperti kecepatan adalah hal penyikapannya.
2) Kedekatan (Proximity). Peristiwa yang mengandung unsur
kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Kian dekat
dengan pembaca, kian menarik berita itu.
3) Keterkenalan (Promineace). Kejadian yang menyangkut tokoh
terkenal akan menarik banyak pembaca. Nama-nama terkenal ini
tidak harus diartikan orang saja. Tempat-tempat terkenal dan
situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita yang tinggi.
4) Dampak (Consequence). Peristiswa yang memiliki dampak luas
terhadap masyarakat.
5) Human Interest. Berita yang memiliki daya tarik secara universal
menarik minat orang memilki nilai berita tinggi. Beberapa unsur
human interest misalnya ketegangan, ketidakdzaliman, minat
pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, hewan dan humor.
c. Penempatan Berita
Penempatan berita menurut Eriyanto (2013:226) didefinisikan
sebagai dimana letak berita dalam halaman surat kabar yaitu :
19
1) Headline berita utama. Posisi atau letak berita berada di halaman
depan dan berada di posisi utama. Headline umumnya ditulis
dengan huruf lebih besar di bagian depan surat kabar dan panjang
berita lebih besar.
2) Halaman depan, tidak headline. Posisi atau letak berita di
halaman depan tetapi tidak berada di posisi berita utama
(headine).
3) Halaman belakang. Berita ditempatkan di halaman belakang surat
kabar. Misalya, jika surat kabar terdiri dari 24 halaman berita
ditempatkan di halaman 24.
4) Halaman dalam. posisi atau letak di halaman dalam surat-surat
kabar (di luar halaman 1 dan halaman belakang surat kabar).
5) Halaman khusus (suplemen). Posisi atau letak di halaman khusus
(suplemen) surat kabar. Ini adalah halaman khusus yang disediakan
oleh surat kabar dalam liputan.
d. Narasumber Berita
Bagian terpenting dalam wawancara adalah narasumber.
Narasumber yang paling baik adalah seorang yang berpengetahuan
dalam suatu bidang dan yang mengetahui apa yang sedang terjadi
sebenarnya. Macam-macam narasumber menurut Kusumaningrat,
2006: 250, yaitu:
20
1) Ilmuan. Ilmuan dianggap narasumber paling sensitif diantara
narasumber lainnya dalam hal memberikan keterangan kepada
pihak-pihak lain di luar disiplin ilmuannya. Para ilmuan, sama
seperti juga wartawan, sama mengejar kebenaran. Ilmuan mengejar
kebenaran baru, yang belum ditemukan, dan mempunyai
kepentingan dalam menyampaikan kebenaran baru yang ditemukan
dengan sikap sangat seksama dan akurat.
2) Birokrat. Dari sudut pandang wartawan, seorang birokrat adalah
orang yang untuk melaksanakan tugas-tugasnya harus memperoleh
kerjasama dari publik, dalam hal ini memperoleh kerjasama melaui
media. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
menjadi bagian institusi dan memiliki kompetensi untuk
menjalankan apa yang tengah terjadi terkait hal yang dinaungi oleh
institusi tersebut, seperti dimana pendapatan pajak untuk soal pajak,
atau pemerintahan daerah dalam soal pemilihan kepala daerah.
3) Politisi. Politisi memiliki motivasi yang sedikit berbeda dalam
mencari perhatian publik melalui media. Seorang politisi adalah
seorang yang berusaha meniti tangga kepemimpinan institusi sosial
atau mengubah institusi. Politisi berusaha “mengerahkan” segala
sesuatu (birokrat berusaha melaksanakan sesuatu yang sudah tetap).
4) Anggota yang tetap tidak puas. Anggota yang tidak puas dalam
sebuah organanisasi merupakan narasumber yang seringkali
digunakan dalam reporter investigatif. Sumber-sumber semacam
21
itu penting dalam reportase investigatif karena mereka memberikan
pandangan tentang kelemahan-kelemahan institusi yang tidak
mungkin diperoleh dengan cara lain.
5) Pengejar publisitas. Sementara narasumber juga bisa jadi
merupakan pengejar publisitas – publicity seeker. Mereka
seringkali memburu ruangan-ruangan redaksi surat kabar. Mereka
jarang memberitakan sumbangan pada interpretasi yang tajam
tentang suatu isu, tetapi informasinya bermanfaat.
6) Pejabat humas. Bagi seorang wartawan interpretatif, sumber resmi
yang benama pejabat humas (hubungan masyarakat) amat penting.
Pejabat humas merupakan narasumber yang dapat membawa ke
narasumber-narasumber lain. Ia juga dapat memberikan informasi
serta merespon intepretasi tentang isu-isu tertentu dengan
pemahaman mendalam.
e. Asal Berita
Asal berita menurut Eriyanto (2013: 226), merujuk kepada
darimana berita didapat oleh wartawan, apakah dari liputan langsung
ataukah dari sumber lain. Penjelasnnya sebagai berikut ;
1) Liputan wartawan surat kabar. Berita didapat dari liputan
langsung wartawan (liputan, wawancara).
2) Kantor berita Indonesia. Berita didapatkan dari kantor berita
Indonesia.
22
3) Kantor berita asing. Berita didapatkan dari kantor berita luar
negeri.
4) Mengutip media dari Indonesia. Berita mengutip dari berita lain,
baik surat kabar, radio, televisi ataupun dotcom.
5) Mengutip media asing. Berita mengutip dari berita media lain,
baik surat kabar, radio, televisi ataupun dotcom.
6) Lainnya. Asal berita tidak dapat diindentifikasi secara jelas atau
diluar yang telah disebut diatas.
2. Konstruksi Media
Selalu muncul pertanyaan dalam benak pembaca, mengapa
peristiwa yang sama diberitakan berbeda oleh berbagai media? Mengapa
sisi yang ini diberitakan sementara yang itu tidak? Framing, itulah
jawaban tepat dari pertanyaan tersebut. Media memiliki wewenang untuk
menebitkan berita satu dengan yang lain. Ada peristiwa yang diberitakan,
ada peristiwa yang tidak diberitakan. Beberapa hal tersebut menunjukkan
betapa subjektifnya suatu media. Inilah sedikit gambaran bahwa berita
yang disajikan oleh media telah dikonstruksi.
Realitas konstruksi media memperlihatkan cara dan teknik dalam
menekankan atau menonjolkan suatu peristiswa. Apakah terdapat fakta
berita yang dihilangkan bahkan di sembunyikan dalam pemberitaan?
Bagi Belger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga
sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan
dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas disebut berwajah
23
ganda atau pural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda
atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi,
pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan
menafsirkan realitas sosial itu dengan kosntruksinya masing-masing.
Hal tersebut yang mendasari bagaimana sebuah media
mengkonstruksi sebuah berita. Wartawan bisa memiliki pandangan dan
kosepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat
dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiswa tersebut, yang
kemudian diwujudkan dalam bentuk teks berita.
Dalam pandangan konstruksi sosial, berita bukan merupakan suatu
peristiswa atau fakta dalam arti yang riil. Realitas tidak langsung diberikan
begitu saja, berita adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.
Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan.
Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk melihat
realitas. Konsepsi tentang fakta di ekspresikan untuk melihat realitas. Hasil
dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut
(Eriyanto, 2002: 17).
Berbagai peristiswa yang muncul di media massa diinternalisasi
dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Sehingga, terjadi proses
dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang di
lihat oleh wartawan. Oleh karena itu, berita adalah hasil dari interaksi
antara kedua proses tersebut. Di luar realitas yang objektif, terdapat
realitas yang ada dalam benak individu wartawan. Hasil teks berita harus
dipandang sebagai produk dari kontruksi atas realitas.
24
Begitu pula ketika seorang wartawan melakukan wawancara
kepada narasumber, akan terjadi interaksi antar keduanya. Realitas yang
terbentuk dari wawancara tersebut adalah produk interaksi. Realitas hasil
wawancara bukan hasil operan antara apa yang dikatakan oleh narasumber
dan ditulis sedemikian rupa ke dalam berita. Dalam prosesnya, terdapat
eksternalisasi: pertanyaan yang dibuat oleh pewawancara yang membatasi
pandangan narasumber.
Pendekatan konstruskionis mempunyai penilaian tersendiri
bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Fakta atau peristiswa
adalah hasil dari konstruksi. Realitas hadir karena terdapat sisi subjektif
dari wartawan. Realitas tercipta karena konstruksi yakni sudut pandang
tertentu dari wartawan. Disini, tidak ada realitas yang bersifat objektif,
karena realitas tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas
bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu
dipahami oleh wartawan yang memiliki pandangan berbeda.
Media memiliki agenda dalam memberikan informasi opini publik,
meski opini yang diberikan berbentuk konstruksi realitas yang dibangun
dari sebuah ideologi. Ideologi memengaruhi pemberitaan suatu media. Hal
tersebut menimbulkan perbedaan dalam produksi berita yang disampaikan
ke publik. Media mengkonstruksikan realitas berdasarkan kepentingan
pemilik dan ideologi, sehingga menjadi frame berita. Seperti halnya
wartawan dalam menulis berita interpretasi mereka terhadap peristiwa.
Dimana hal tersebut, secara subjektif mewakili institusi tempatnya bekerja.
25
Berikut perbedaan antara positivis dan konstruksionis. (Eriyanto, 2002:20-
35).
Isi media berita selalu mencerminkan kepentingan mereka yang
membiayai media tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pemilik organisasi
media komersil memiliki kekuasaan besar terhadap isi media, dan dapat
meminta para profesional mesia untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan
suatu isi media. Berbagai penelitian menunjukkan bagaimana pemilik
menggunakan kekuasaannya untuk ikut serta menentukan isi media
meskipun tetap ada ketentuan yang cukup kuat terkait dengan kegiatan
jurnalistik yang melindungi kebebasan jurnalis dalam pengambilan
kebebasan jurnalis. Mereka yang memiliki kekuasaan cenderung
menampilkan lebih banyak pandangan politik atau arah pemberitaan (Amir
Efendi dkk, 2010).
Seperti dalam buku Burton (2008) yang dikutip Muhammad Fahmi
(2018: 179), dalam pandangan umum, media dianggap sebagai institusi
netral yang menyampaikan informasi kepada khalayak secara apa adanya.
Padahal, media justru memiliki kepentingan untuk memproduksi makna-
makna tertentu sesuai dengan keinginan dan tujuan media. Khalayak
penting untuk menyadari bahwa apa yang disampaikan oleh media
bukanlah realitas sebenarnya tetapi realitas yang sudah melewati sejumlah
proses seperti: penyuntingan, edit dan penyesuaian dengan agenda-seting
serta kepentingan media.
Untuk itu, media massa independen, yang tidak didominasi oleh
pihak manapun, baik pemeritah maupun swasta sangat dibutuhkan demi
26
terciptanya keberimbangan dalam pemberitaan. Kondisi seperti ini dapat
dihindari dengan memperbanyak media massa dan mengurangi konsentrasi
kepemilikan media massa, ditambah dengan memperkuat independensi
dan profesionalisme para wartawan.
Tabel 2.1 Perbedaan Positivis dan Kosntruksionis
Positivis Konstruksionis
1. Ada fakta yang “riil” yang
diatur oleh kaidah-kaidah
tertentu yang berlaku
universal
2. Media sebagai saluran
pesan
3. Berita adalah cermin dan
refleksi dari kenyataan.
Karena itu, berita haruslah
sama dan sebangun
dengan fakta yang hendak
diliput
4. Berita bersifat objektif :
menyingkirkan opini dan
pandangan subjektif dari
pembuat berita
5. Wartawan sebagai pelapor
6. Nilai, etika, opini dan
1. Fakta merupakan konstruksi
atas realitas. Kebenaran
suatu fakta bersifat relatif,
berlaku sesuai konteks
tertentu
2. Media sebagai agen
konstruksi pesan
3. Berita tidak mungkin
merupakan cermin dan
refleksi dari realitas. Karena
berita yang terbentuk
merupakan konstruksi atas
realitas
4. Berita bersifat subjektif :
opini tidak dapat
dihilangkan karena ketika
meliput, wartawan melihat
dengan perspektif dan
27
pilihan moral berada di
luar proses peliputan berita
7. Nilai, etika, opini dan
pilihan moral berada di
luar proses penelitian
8. Berita diterima sama
dengan apa yang
dimasukkan oleh pembuat
berita
pertimbangan subjektif
5. Wartawan sebagai
partisipan yang
menjembatani keragaman
subjektifitas pelaku sosial
6. Nilai, etika atau
keberpihakan wartawan
tidak dapat dipisahkan dari
proses peliputan dan
pelaporan suatu peristiwa
7. Nilai, etika dan pilihan
moral bagian tak
terpisahkan dari suatu
penelitian
8. Khalayak mempunyai
penafsiran sendiri yang bisa
jadi berbeda dari pembuat
berita
(Panjaitan, 2013: 92).
Dilihat dari tabel tersebut sangat jelas bahwa berita dapat dikemas
melalui dua pandangan, bersifat positivis atau sesuai fakta tanpa campur
tangan serta bumbu tambahan, dan bersifat konstruksionis berdasarkan
subjektifitas. Seperti dalam buku Stephen D. Reese (1991) yang dikutip
oleh Gede Moenanto Soekowati (2018: 6) mengemukakan bahwa isi pesan
28
media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam
dan luar organisasi media. Dengan kata lain, isi atau konten media
merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan
editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber non
media, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat
pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.
3. Analisis Framing
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media.
Pembingkaian tersebut jelas melalui konstruksi. Hasilnya, pemberitaan
media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang tertentu. Pusat
perhatian analisis framing terletak pada bagaimana media memahami dan
memaknai realitas, dan dengan cara apa realitas itu diberi tanda
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun
1995 (Sobur, 2012: 161). Dalam perspektif komunikasi, analisis framing
dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksikan fakta (Sobur, 2012: 162). Menurut Baran (2010),
framing merupakan pernyataan bahwa orang menggunakan seperangkat
pengharapan untuk memaknai dunia sosialnya dan media turut
berkontribusi membantu proses pengharapan tersebut (Tamburaka, 2013:
57).
29
Framing, kata Entman (Siahaan dalam Sobur, 2012: 164), memiliki
implikasi penting bagi komunikasi politik. Frames, menurutnya, menuntut
perhatian terhadap beberapa aspek realitas dengan mengabaikan elemen-
elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda.
Pan dan Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi
konstruksi dalam proses pemberitaan. Perangkat kognisi yang digunakan
dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan
dengan rutinitas, dan konversi pembentukan berita (Eriyanto, 2002: 68).
Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka
“Framing Analysis: An Approach to News Discourse”
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai
perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi
struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-
elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global (Sobur, 2012:
175).
Ada empat perangkat yang terdapat pada struktur framing, yaitu
sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Dari ke-empat struktur framing yang
ada saat ini, masing-masing mempunyai hubungan langsung kepada teks-
teks yang akan diinterpretasikan, yang nantinya menghasilkan makna yang
disusun oleh wartawan dalam artikel berita, yang secara keseluruhan
menimbulkan makna dibalik teks yang ada berikut (Eriyanto, 2002: 254-
266). Keempat struktur tersebut dapat digambar dalam bentuk skema
sebagai
30
Tabel 2.2 Skema Framing Model Pan dan Kosicki
Struktur Perangkat Framing Unit Yang Diamati
Sintaksis
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Sistem Berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan sumber,
pernyataan, penutup
Skrip
Cara wartawan
mengisahkan fakta
2. Kelengkapan Berita 5W+1H
Tematik
Cara wartawan
menulis fakta
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
Paragraf, proporsi,
kalimat, hubungan antar
kalimat
Retoris
Cara wartawan
menekankan fakta
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
Kata, idiom, gambar/foto,
Grafik
(Sobur, 2012: 176)
Untuk lebih jelasnya, perangkat analisis framing model Zhongdan
Pan dan Kosichi tersebut memiliki penjelasan sebagai berikut :
31
a. Struktur Sintaksis
Dalam hal ini bangunan naskah berita terdiri atas headline,
lead, latar informasi, kutipan sumber dan penutup. Unsur yang paling
populer adalah headline, lead dan kutipan sumber. Struktur ini biasnya
menjadi penentu bagaimana sebuah berita dikonstruksi oleh media
dengan begitu kentara. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Headline (Judul berita)
Pada hakikatnya, headline merupakan intisari dari berita.
Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek namun dapat
menggambarkan isi dari peristiwa yang akan diberitakan. Headline
memiliki struktir framing yang kuat, Headline memngaruhi kisah
dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian
isu atau peristiwa. Dengan headline, wartawan mengkonstruksi
suatu isu, seringkali menggunakan makna tertentu untuk
menonjolkan suatu isu.
Variasi penyajian headline diusahakan agar khalayak
tertarik pada berita. Menurut kepentingan berita ada empat jenis
headline, yaitu :
a) Banner headline, untuk berita yang sangat atau terpenting.
Headline dibuat dengan jenis dan ukuran huruf yang
mencerminkan sifat gagah dan kuat, dalam arti hurufnya
terbesar dan lebih tebal ketimbang jenis headline lainnya, serta
menduduki tempat lebih dari empat kolom surat kabar.
32
b) Spread headline, untuk berita penting. Headline dimaksud
tampak lebih kecil ketimbang jenis banner headline. Besar dan
tebal hurufnya lebih kecil, namun lebih besar dari secondary
headline. Tempat yang diperlukan pun hanya tiga kolom saja.
c) Secondary headline, untuk berita kurang penting. Headline
jenis ini tampak lebih kecil daripada spread headline. Tempat
yang diperlukan pun hanya dua kolom saja.
d) Subcoordinate headline, untuk berita yang dianggap tidak
penting. Kehadirannya kadang dibutuhkan untuk menutup
tempat kosong pada halaman yang bersangkutan.
e) Khusus bagi headline dari berita yang harus menempati bagian
teratas (biasanya sebelah kanan) dari halaman surat kabarnya,
disebut dengan Top headline.
2) Lead, merupakan sudut pandang dari berita, menunjukkan
perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.
3) Latar Informasi, merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi
makna yang ingin disampaikan wartawan. Seorang wartawan
biasanya menuliskan latar belakang peristiwa yang kemudian dapat
menentukan arah kemana wartawan menulis. Latar umumnya
ditulis dibagian depan sebelum pendapat wartawan yang
sebenarnya muncul dengan maksud memengaruhi dan memberi
kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Untuk itu, latar
33
membantu menyelidiki bagaimana seorang wartawan memberi
pemaknaan atas suatu peristiwa.
4) Pengutipan Sumber, merupakan maksud untuk membangun
objektivitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Pengutipan
sumber menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama,
mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat
dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Wartawan
biasanya memiliki pendapat tersendiri atas suatu peristiswa,
pengutipan itu digunakan hanya untuk memberi bobot atas
pendapat yang dibuat. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari
pendapat atau pandangannya kepada pejabat yang berwenang.
Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan mayoritas sehingga
pandangan tersebut tampak menyimpang.
b. Struktur Skrip
Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini
karena dua hal, pertama, banyak laporan berita yang berusaha
menunjukkan hubungan peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan
dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai
orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan
komunal pembaca. Menulis berita dapat disamakan dalam taraf
tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah fiksi lainnya.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1H
(what, who, when, where, why, how). Meskipun pola ini tidak selalu
34
dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori
informasi ini diambil oleh wartawan sebagai unsur kelengkpan berita,
hal ini dapat menjadi penanda framing.
Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam
mengkonstruksi berita. Bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui
cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.
Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagaimana
yang bisa digunakan sebagai strategi untuk menyembunyikan
informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan
menempatkan dibagian akhir agar terkesan kurang menonjol.
c. Struktur Tematik
Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip dan pernyataan yang
diungkapkan semua perangkat itu digunakan untuk membuat
dukungan yang logis. Dalam menulis berita, seorang wartawan
mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa.
Ada beberapa elemen yang dapat diamati, di antaranya adalah
koherensi: pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat.
Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta berbeda
dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi, sehingga kata
yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika
seseorang menghubungkannya. Ada beberapa macam koherensi.
Pertama, koherensi sebab-akibat, biasnya ditandai dengan kata
35
hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas, biasanya
ditandai dengan kata hubung “dan” atau “lalu”. Ketiga, koherensi
pembeda, biasanya ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau
“sedangkan”.
d. Struktur Retoris
Struktur retoris terdiri dari wacana berita yang
menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan
menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Wartawan menggunakan
perangkat ini untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada
sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu
berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan
kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu
kebenaran.
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh
wartawan, biasanya leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata
tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiswa. Selain lewat
kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan
menggunakan unsur grafis.
Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian
tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian hruuf
tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan
ukuran lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption,
36
raster, grafik, gambar dan tabel untuk mendukung arti penting suatu
pesan.
Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada
khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda
adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, dimana ia
menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tesebut.
Elemen garfis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar dan
tabel, untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak
ingin ditonjolkan, misalnya ingin menonjolkan keberhasilan yang
telah dicapai. Bentuk ekspresi lain adalah dengan menampilkan huruf
yang berbeda dibandingkan huruf yang lain, misalnya dengan dicetak
tebal, huruf miring, huruf besar, pemberian warna, foto, atau efek lain.
Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan
ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi
itu dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dimana sebuah
penelitian yang dilakukan dengan menelusuri berbagai sumber dan
literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Peneliti
melakukan penelitian mengenai susunan dalam pemberitaan dan melihat
kecenderungan media dalam memberitakan debat Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2019. Penelitian ini juga menggambarkan dan menjelaskan
bagaimana surat kabar Jawa Pos mewacanakan berita sebagai pokok
permasalahan guna mengetahui framing yang dilihat dari sudut pandang
media nasional yang bersifat netral.
1. Jenis Penelitian
Seperti dalam buku karya Sutopo (2002) sebagaimana dikutip
oleh Bahroni (2016: 125), penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatifdeskriptif, yakni bertujuan untuk mengungkapkan berbagai
informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa
untuk menggambarkan secara cermat sifatsifat suatu hal, keadaan,
fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi
analisis dan interpretasi data tersebut.
Dalam penelitian ini juga digunakan metode yang bersifat
deskriptif, hanya bertujuan untuk menggambarkan sebuah peristiwa
yang berlaku saat ini dan mencoba menganalisis kondisi yang sedang
38
terjadi. Pada penelitian ini, peneliti tidak menguji hipotesis, melainkan
hanya menggambarkan informasi apa adanya.
2. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis.
Paradigma konstruksionis menganggap pembuat teks berita sebagai
penentu yang akan mengarahkan pola pikir khalayak. Konsep mengenai
kostruksionisme diperkenalkan oleh Peter L. Berger. Menurutnya,
realitas tidak dibentuk secara alamiah tetapi realitas dibentuk dan
dikonstruksikan. Melalui pemahaman ini, setiap orang mempunyai
konstruksinya masing-masing atas sebuah realitas sosial (Eriyanto,
2002: 15). Pertanyaan utama dari paradigma konstruksionis adalah
bagaimana peristiwa atau realitas dikonstruksi, dan dengan cara apa
konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2012:37). Pendekatan konstrusionis
mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita
dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Pada
sisi ini, di antaranya, fakta-fakta berita jurnalis mengartibusi nilai yang
disebut objektifitas pemaknaan wartawan terhadap setiap peristiwa,
berbagai objek yang diamati dan ditafsirkan.
Metode analisis framing digunakan sebagai metode
menginterpretasi suatu realitas dalam konteks tertentu. Dalam dunia
kewartawanan, fakta berita merupakan pemaknaan (hasil interpretasi)
wartawan terhadap berbagai objek di dalam peristiwa (Santana, 2017:
112). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
39
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 2014: 4).
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah surat kabar nasional dan media
tua di Indonesia, yakni Jawa Pos. Sedangkan objek dari penelitian ini
adalah berita-berita edisi debat Pilpres 2019 pada 18 Januari-14 April
2019. Peneliti memilih berita tersebut karena memberitakan mengenai
debat Pilpres dalam menandingkan dua pasangan calon (paslon)
presiden Indonesia periode 2019-2024. Konstruksi berita notebene
didasari oleh konglomerasi media, untuk itu peneliti ingin mengetahui
apakah dalam pemberitaan media tersebut terdapat kecenderungan
kepada salah satu paslon atau bersifat netral. Selain itu, peneliti juga
ingin mengetahui bagaimana Islam memandang berita debat Pilpres
tersebut.
4. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam
penelitiannya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara melakukan kliping berita tentang debat Pilpres 2019
pada tanggal 18 Januari 2019 - 14 April 2019. Kliping berita yang
telah dipilih tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti dimana berita
tersebut sudah memenuhi kriteria perangkat framing dan penalaran
berdasarkan metode analisis framing model Pan dan Kosicki.
40
Penelitian ini akan menggunakan unit analisis yaitu berupa berita
dari dua surat kabar nasional yakni Jawa Pos mengenai pemberitaan
debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari - 14 April 2019.
Oleh sebab itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan penelitian skripsi, yaitu :
1) Library research, yaitu penelitian kepustakaan. Dimana di dalam
penelitian, peneliti menggunakan data dari litelatur dan
mempelajari buku-buku petunjuk teknis serta teori-teori yang
dapat di gunakan sebagai bahan penelitian skripsi.
2) Field work research, yaitu penelitian langsung ke lapangan
dengan cara dokumentasi. Merupakan kegiatan pengumpulan data
yang dilakukan untuk mendapat data sekunder berupa arsip atau
dokumen, dan karya ilmiah yang relevan dengan penelitian.
Peneliti menggunakan sumber data utama pada surat kabar Jawa
Pos yang memuat berita debat Pilpres 2019.
b. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu
menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki. Konsep framing dalam model ini adalah strategi konstruksi
dalam proses pembentukan berita. Perangkat kognisi yang digunakan
dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan
dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto,
2012:289).
41
Model tersebut salah satu model yang paling populer dan
banyak digunakan yang memfokuskan pada cara wartawan dalam
memaknai suatu peristiwa. Sehingga perangkat wacana yang
digunakan oleh wartawan menjadi perhatiannya. Melalui perangkat
wacana seperti kata, kalimat, lead, foto atau gambar, merupakan alat
untuk memahami media dalam mengemas berita.
Dalam model ini struktur analisis dan perangkat analisisnya
relatif lebih lengkap sehingga memungkinkan peneliti melakukan
analisis secara mendetail. Kelengkapan itu nampak dari perangkat
framing yang digunakan antara lain seperti yang di jabarkan Sobur
(2012) sebagai berikut:
1) Sintaksis, yang berhubungan dengan lead yang dipakai, latar,
headline dan sumber kutipan yang memberi petunjuk. Elemen-
elemen struktur ini meliputi:
a) Headline, aspek yang dimiliki adalah tingkat penonjolan
paling tinggi yang menunjukan kecenderungan suatu berita.
Headline mempengaruhi bagaimana kisah itu dimengerti dan
dibuat untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian
isu atau peristiwa.
b) Lead, memberikan sudut pandang dari berita yang
menunjukan perspektif tertentu dari peristiwa yang
diberitakan.
c) Latar, adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi arti
kata yang ingin ditampilkan. Latar belakang yang ditulisakan
42
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak
dibawa.
d) Pengutipan Sumber, dimaksudkan untuk membangun
objektifitas dari prinsip keseimbangan dan tidak memihak.
Untuk menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan
bukan pendapat wartawan semata tetapi pendapat dari orang
yang mempunyai prioritas tertentu.
2) Struktur Skrip, berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk
berita. Bentuk dalam skrip ini adalah pola 5W+1H (who, what,
when, where, why, dan how).
Penonjolan unsur-unsur tertentu dari kelengkapan berita
inilah yang akan memberi makna lain pada suatu berita. Skrip
adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita,
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.
3) Tematik, berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam
proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang
membentuk teks secara keseluruhan.
4) Retoris, berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan
arti tertentu dalam berita. Struktur retoris dari wacana berita
menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh
43
wartawan. Elemen struktur yang digunakan ialah leksikon,
metafora, dan grafis (Sobur, 2012: 176).
Setelah melihat uraian di atas, tahapan analisis data
metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pemeriksaan data dengan membaca berita yang
dimuat surat kabar Jawa Pos. Dalam tahap ini peneliti memeriksa
kembali semua data yang telah diperoleh dari segi
kelengkapannya, kejelasan maknanya, dan relevansinya dengan
pokok masalah yang akan dibahas serta menyusun dan
mensistematiskan data yang diperoleh dengan menjadi data ini
sebagai unit analisis.
2) Interpretasi temuan data. Penelitian ini berakhir pada upaya
penafsiran atau interpretasi terhadap hasil analisis data
menggunakan struktur analisis metode model Zhongdiang Pan
dan Gerald M. Kosichi.
3) Melakukan analisis jurnalisme Islam dengan menggunakan ayat
Al-Quran.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Surat Kabar Jawa Pos
Peneliti akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan objek
penelitian. Gambaran umum objek penelitian yaitu surat kabar Jawa Pos
yang memuat sejarah atau profil, visi dan misi serta rubrik media tersebut.
Selain itu peneliti juga akan menjabarkan acara “Debat Pemilihan Presiden”
yang dilaksanakan menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden Indonesia
periode 2019-2024. Peneliti juga akan menjelaskan profil peserta debat
pilpres 2019.
1. Sejarah Jawa Pos
Jawa Pos berdiri pada 1 Juni 1949 oleh The Chung Sen (Soeseno
Tedjo). Berawal menjadi seorang pebisnis yang bergerak di bidang
perfilman, Soeseno Tedjo menjalin hubungan baik dengan beberapa
penerbitan pers yang ada di Jawa Timur. Bisnisnya semakin berkembang,
ia memanfaatkan peluang di bidang media untuk menjadi simbiosis
mutualisme atau kerjasama dengan perusahaan perfilmnya.
Soeseno mendirikan PT. Perusahaan Penerbitan dan Percetakan
Djaya Post Concern Limited yang menjadi perusahaan pertama kali
menerbitkan surat kabar harian Java Post. Cikal bakal Jawa Pos didasari
Java Post yang sempat mengalami perubahan nama seperti Java Post,
JAVA POST, Djawa POST dan yang terakhir menjadi Jawa Pos hingga
sekarang.
45
Pada tahun 1982, Jawa Pos berpindah kepemilikan menjadi milik
PT. Grafitti yang merupakan penerbit Majalah Tempo. Saat itu, Dahlan
Iskan adalah orang yang ditunjuk untuk memegang Jawa Pos secara
keseluruhan dari managemen perusahaan hingga di bidang keredaksian.
Alhasil, Dahlan Iskan mampu menunjukkan perkembangan yang begitu
pesat. Ia menciptakan beberapa terobosan, di antaranya adalah strategi
membuat koran untuk mendukung perluasan Jawa Pos ke berbagai
daerah di Indonesia. Pada tahun 2005, kepemimpinan Jawa Pos beralih
kepada Azrul Ananda, putra dari Dahlan Iskan. (Hill, 2011).
Nama Jawa Pos semakin berkibar seiring dengan keberhasilannya
dalam membalikkan sebuah teori surat kabar. Berdasarkan penelitian
seorang akademisi Amerika, ia menyimpulkan bahwa surat kabar lokal
tidak akan pernah mampu untuk bersaing dalam kompetisi media massa
nasional. Namun, justru Jawa Pos membuktikan bahwa teori tersebut
keliru, ia membalikkan teori tersebut melaui pembentukan koran-koran
lokal di berbagai daerah yang menjadi batu loncatan untuk menjadi surat
kabar nasional.
Jawa Pos kini menjadi salah satu media cetak terbesar di
Indonesia. Namanya ini digunakan sebagai surat kabar andalan kelompok
Jawa Pos Group. Gedung Graha Pena, Surabaya menjadi kantor pusat
surat kabar nasional ini. Tak hanya bergerak dalam bidang surat kabar,
kelompook usaha Jawa Pos juga bergerak di bidang percetakan serta
media elektronik dengan membuat televisi lokal di Surabaya. Semua unit
46
usaha tersebut bersinergi dengan bisnis utama yaitu sebagai sebuah
penerbit surat kabar.
Di tangan Dahlan Iskan, kelompok Jawa Pos mampu
membalikkan prediksi yang banyak diramalkan banyak ahli media.
Sebagai surat kabar yang awalnya hanya terbit di kawasan Jawa Timur,
Jawa Pos kemudian mampu tumbuh dan berkembang menjadi sebuah
surat kabar nasional. Radar menjadi nama dari koran-koran lokal di
berbagai daerah Indonesia, yang mana merupakan singkatan dari berita
daerah (dikutip dari http://sobatbidin.blogspot.com/2015/02/sejarah-
jawa-pos.html?m=1 )
Dalam penerbitannya, koran Radar tersebut akan digabungkan
dengan harian utamanya yaitu Jawa Pos. Dengan konsep semacam ini,
Jawa Pos kemudian mampu bersaing di setiap daerah dan menjadi salah
satu surat kabar nasional. Bagusnya, strategi ini banyak ditiru oleh surat
kabar nasional lainnya dengan menciptakan koran lokal yang sesuai
dengan kewajiban dari peraturan Menteri Penerangan saat itu.
Selama ini, masyarakat Indonesia menyebut Kompas sebagai
media massa yang berkuasa. Namun, Jawa Pos telah menjadi saingan
barunya, dimana Jawa Pos memiliki 80 anak usaha media cetak. Tak
hanya itu, Jawa Pos memiliki belasan televisi lokal, percetakan, pabrik
kertas koran dan mendirikan perusahaan penyuplai tenaga listrik.
Sayangnya, Jawa Pos tidak berada di ibukota yang notabene menjadi
47
pusat kekuasaan, melainkan berada di wilayah timur, Surabaya, Jawa
Timur.
Melalui koran Radar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos besar.
Setelah berada di tangannya, belasan tahun kemudian Jawa Pos menjadi
gurita bisnis media massa. Yang semula hanya memiliki oplah 6.000
eksemplar dalam sehari, berkat kerja kerasnya Jawa Pos mampu
menyebarkan 300.000 eksemplar setiap hari. Sayangnya hanya bertahan
selama lima tahun.
Dahlan Iskan dan Jawa Pos baru diakui setelah mampu merambah
Jakarta pada awal 2000 melalui Indo Pos dan Graha Pena. Indo Pos
merupakan koran Jawa Pos versi Jakarta Raya. Sedangkan Graha Pena
merupakan simbol dari konglomerasi media Jawa Pos dalam bentuk
gedung yang megah miliknya sendiri. (dikutip dari
http://tokoh.id/biografi/2-direktori/pendiri-jawa-pos/ ).
Selain itu, Jawa Pos Group merambah usaha lain yang masih
berkaitan dengan berita, yakni mendirikan beberapa stasiun televisi lokal
hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Tak hanya itu, Jawa Pos
Group juga mendirikan Independent Powe Plant. Sebuah perusahaan
pembangkit listrik.
2. Visi Misi Jawa Pos
PT. Jawa Pos memiliki visi dan misi sebagai news paper of the
year. Jawa Pos menggunakan reputasinya sebagai usaha untuk
mendukung pondasi bagi industri media cetak. PT. Jawa Pos bekerja
48
keras untuk menjadi media penyalur informasi, pengetahuan, berita
aktual dan teknologi untuk masyarakat luas dari berbagai kalangan.
Usaha ini erat kaitannya sebagai pemegang kunci guna meningkatkkan
industri media cetak nasional. Pengenalan lebih luas ke pasaran global
yang telah menjadi inspirasi PT. Jawa Pos untuk memelihara berita-berita
yang berkualitas dan informasi yang aktual dan terpercaya.
Dengan begitu, tujuan media cetak Jawa Pos yaitu: 1)
Menginformasikan suatu berita dan kejadian yang aktual berdasarkan
narasumber dan tempat kejadian, 2) Memproduksi surat kabar, 3)
Memberikan space iklan untuk perusahaan-perusahaan di luar Jawa Pos.
Adapun visi dari Jawa Pos yaitu: “Menjadi perusahaan media
cetak maupun online dunia yang dihormati disegani dan patut dicontoh.”
Sedangkan misi dari Jawa Pos yaitu:
a) Meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui pemuasan
pelangganan dan mencerdaskan bangsa dengan adanya informasi
yang aktual.
b) Menjadi bagian penting dalam mendukung perkembangan
nasional melaui media pokok PT. Jawa Pos.
3. Rubrik Surat Kabar Jawa Pos
Setiap media cetak memiliki karakteristik dalam menyajikan
berbagai olahan rubrik dan konten berita, yaitu:
a. Berita Utama
49
Berisi mengenai berita terhangat. Berita umum yang disajikan
mengandung unsur aktual dan memiliki daya tarik yang besar bagi
pembaca.
b. Opini
Rubrik ini berisikan agenda redaksi atau disebut editorial. Tak
hanya itu, masyarakat dapat pula berpartisipasi untuk berpendapat
sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
c. Politik
Rubrik ini menyajikan berita yang berkaitan dengan politik dan
demokrasi di Indonesia. Berita yang dimuat berupa kejadian, pendapat
pengamat partai politik maupun pejabat partai politik.
d. Ekonomi dan Bisnis
Rubrik ini menyajikan berita yang berkaitan dengan ekonomi
dan bisnis baik lokal maupun mancanegara. Biasanya, berita yang
dimuat sekitar kenaikan dóllar, bursa saham, harga bahan pokok dan
penjualan.
e. Internasional
Berita yang disajikan merupakan berita internasional yang perlu
diketahui publik.
50
f. Jawa Timur
Merupakan rubrik yang fokus mengkaji berita atas peristiwa
yang terjadi di wilayah Jawa Timur.
g. For Her
Rubrik ini berisi kolom artikel yang bersifat ringan dan lebih
cenderung ditujukan untuk perempuan seperti tren busana terkini,
model dan sebagainya.
h. Show & Selebriti
Rubrik ini berisi infromasi seputar artis, film maupun musik.
i. Sportainment
Sekumpulan berita olahraga baik lokal maupun internasional.
j. Traveling
Rubrik ini menginformasikan lokasi yang dapat menjadi
destinasi wisata.
B. Debat Pemilihan Presiden
Debat pemilihan presiden (Pilpres) di Indonesia dimulai sejak 27
April 1999 yang bertempat di Aula Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FK UI), Salemba, Jakarta. Saat itu, peserta debat adalah Dr.
Amien Rais (Ketua Umum PAN), KH. Didin Hafidhuddin (Partai Keadilan),
51
Dr. Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dan Dr Yusril Ihza
Mahendra (Ketua Umum PBB).
Namun, pada saat itu penyelenggara bukan lembaga formal seperti
Komisi Pemilihan Umum (KPU), melainkan diselenggarakan oleh
mahasiswa UI dalam wadah “Forum Salemba”. Untuk itu, para peserta
debat belum pula layak disebut sebagai calon presiden Republik Indonesia.
Jadi, debat ini bisa dikatakan eksperimen karena penyelenggara bukan
lembaga secara resmi.
Meski sederhana, namun banyak harapan dan cita-cita yang besar
untuk menciptakan demokrasi yang baik bagi Indonesia. Debat dilaksankan
semata-mata sebagai rintisan untuk membuka jalan baru bagi perkembangan
budaya politik baru yang transparan dan akuntabel. Karena saat itu sistem
pemilihan presiden masih bersifat tak langsung atau melalui anggota Majelis
Permusyawartan Rakyat (MPR), debat calon presiden dianggap tak
berkaitan langsung dengan masyarakat pemilih. Selain itu, juga tak memiliki
fungsi dalam proses penentuan pilihan pemilih calon presiden yang berdebat.
Rencana adanya debat pemilihan presiden berlatar belakang adanya
gejolak selama reformasi tahun 1998-1999 oleh beberapa mahasiswa yang
tergabung dalam Forum Salemba yaitu Agus Haryadi (Ketua Senat
Mahasiswa FMIPA UI), Berlian Idriansyah Idris (Ketua Senat Mahasiswa
FK UI), Veldy Verdiansyah (Ketua Senat FKG UI), Arifin (Ketua Senat
Mahasiswa FIK UI) dan beberapa mahasiswa aktivis lainnya. Mereka
berdiskusi untuk mengisi erá reformasi yang tengah berlangsung dan
52
memikirkan cara terbaik untuk pemilihan presiden dan pejabat publik di
Indonesia.
Berlandaskan pedoman bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan
tertinggi sementara pemimpin dan pejabat adalah pelayan masyarakat, maka
seharusnya sistem demokrasi haruslah sesuai dengan Pembukaan UUD
1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan.
Gagasan semacam itulah yang melatarbelakangi diselenggarakannya
debat pemilihan presiden secara terbuka dimulai. Debat ini bertujuan agar
rakyat memilih pejabat untuk menciptakan pemimpin yang pantas, debat
juga bisa menjadi ladang pencitraan bagi pasangan calon (paslon) presiden.
Melalui debat, rakyat dapat menilai dan mengetahui kelebihan dan
kekurangan sehingga mereka dapat menentukan pemimpin seperti apa yang
diinginkan. Indonesia menciptakan sejarah baru dalam bidang demokrasi
yang lebih apik. Untuk itu, adanya debat ini akan menimbulkan dampak
positif demi memajukan Indonesia.
"Terselenggaranya debat capres ini setidaknya telah mengukir
sejarah baru dalam perpolitikan Indonesia. Babak baru itu telah dimulai.
Calon pemimpin, siapapun orangnya ataupun bapaknya tak boleh tabu untuk
didebat seputar persiapan diri yang dimiliki. Rakyat sebagai pemilik sah
kedaulatan negeri ini berhak bertanya dan tahu, sejauh mana kemampuan
yang dimiliki pemimpinnya. Jika tidak, ini sama saja mengulang kesalahan
masa lalu yang telah terukir Soekarno dan Soeharto. Soekarno yang
53
mendapat kepercayaan yang sedemikian besar dari rakyat dan hampir tanpa
kontrol justru membawa bangsa ini pada demokrasi terpimpin. Soeharto pun
sama saja. Cek kosong yang didapatnya justru diisi dengan membangun
struktur kekuasaan yang tak kalah otoriternya dengan Soekarno." (Eriyanto,
2002).
Untuk pertama kali debat Pilpres secara resmi diselenggarakan oleh
KPU pada 2004. Saat itu, lima paslon siap bertarung mendapatkan hati
rakyat Indonesia, di antaranya Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati
Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo
Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Debat kala itu dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, tahap
pertama oleh paslon Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-
Siswono Yudo Husodo pada Rabu, 30 Juni 2004 bertempat di Hotel
Borobudur, Jakarta. Sementara tahap kedua dilaksanakan oleh paslon
Wiranto-Salahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan
Hamzah Haz-Agum Gumelar pada Kamis, 1 Juli 2004.
Debat kedua terjadi pada tahun 2009. Dimana saat itu yang menjadi
peserta debat pilpres adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan
Megawati Soekarno Putri-Jusuf Kalla. Adapun topik penting yang menjadi
materi perdebatan adalah banyaknya peraturan-peraturan daerah yang
berbau syariah, akibatnya memunculkan masalah dalam kehidupan
bermasyarakat. Masalah ini dinilai tidak sesuai dengan prinsip keberagaman
dan bhineka tunggal ika.
54
Debat ketiga dilaksanakan pada 2014 dengan peserta debat Joko
Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Materi penting
yang disampaikan adalah persoalan hukum dengan tema debat
'Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih, dan Kepastian
Hukum'.
Pada debat keempat Pilpres 2019 di selenggarakan dalam 5 kali
putaran, yaitu dilaksanakan pada 17 Januari, 17 Februari, 17 Maret, 30
Maret dan 13 April 2019. Peserta debat ini adalah Joko Widodo-Ma‟ruf
Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salaudin Uno. Berikut profil singkat
perjalanan politik dari peserta debat pilpres 2019:
1. Joko Widodo
Joko Widodo (Jokowi) merupakan seorang politikus dari partai
PDIP. Berlatar belakang pengusaha mebel, alumni Fakultas Kehutanan
UGM ini mengawali karir di bidang politik dengan mencalonkan diri
sebagai Wali Kota Solo pada tahun 2005. Berhasil memerintah selama 5
tahun, Jokowi kembali terpilih untuk periode kedua, namun ia tak
menyelesaikan jabatannya dengan maju ke pilihan gubernur (Pilgub)
DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi memimpin dua tahun dan kembali tak menyelesaikan
jabatannya untuk maju pada Pilpres 2014. Ia menjadi presiden Indonesia
periode 2014-2019.
2. Ma‟ruf Amin
55
Ma‟aruf Amin memiliki pengalaman panjang dalam berpolitik.
Mulai dari menjadi anggota DPRD DKI, bergabung dengan PKB,
menjadi DPR, MPR, menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres) pada masa SBY dan pada masa Jokowi, Amin menjadi
anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Adapun visi misi dari paslon nomor urut satu, Jokowi-Amin
adalah :
Visi: “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.
Misi:
a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.
b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing.
c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.
d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat
dan terpercaya.
g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga.
h. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan
terpercaya.
i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
56
3. Prabowo Subianto
Prabowo sebelumnya menjabat sebagai Pangkostrad dan Danjen
Kopassus selama berkarir di dunia militer. Prabowo terjun ke dunia
politik dengan bergabung di Partai Golkar. Ia pernah mengikuti
konvensi capres pada tahun 2004, namun gagal. Pada tahun 2008,
Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Pada pemilu 2009, ia menjadi
pasangan Megawati Soekarnoputri yang akhirnya dikalahkan oleh
SBY-Boediono.
Prabowo kembali maju pada Pilpres 2014 bersama Hatta Rajasa,
namun kembali dikalahkan oleh Jokowi-Kalla. Pada Pilpres 2019,
Prabowo kembali maju bersama Sandiaga.
4. Sandiaga Salaudin Uno
Sandiaga merupakan politikus Gerindra dengan latar belakang
pengusaha. Alumni Washington University ini pernah menjabat
sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam masa jabatannya yang
baru 10 bulan, ia maju untuk mendampingi Anies Baswedan dan
memenagkan Pilgub DKI pada tahun 2017. Dalam putaran kedua,
pasangan tersebut berhasil mengalahkan petahana Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Adapun visi misi dari paslon nomor urut dua, Prabowo-Sandi
adalah:
57
Visi: “Terwujudnya Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil,
makmur bermartabat, religius, berdaulat di bidang politik, berdiri di
atas kaki sendiri di bidang ekonomi dan berkepribadian nasional yang
kuat di bidang budaya serta menjamin kehidupan yang rukun antar
warga negara tanpa memandang suku, agama, latar belakang sosial dan
rasnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.”
Misi:
a. Membangun perekonomian nasional yang adil, makmur, berkualitas,
dan berwawasan lingkungan dengan mengutamakan kepentingan
rakyat Indonesia melalui jalan politik-ekonomi sesuai Pasal 33 dan
34 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Membangun masyarakat Indonesia yang cerdas, sehat, berkualitas,
produktif dan berdaya saing dalam kehidupan yang aman, rukun,
damai, dan bermartabat serta terlindungi oleh jaminan sosial yang
berkeadilan tanpa diskriminasi.
c. Membangun keadilan dibidang hukum yang tidak tebang pilih dan
transparan, serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia melalui jalan demokrasi yang berkualitas sesuai dengan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d. Membangun kembali nilai-nilai luhur kepribadian bangsa untuk
mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, dan
bersahabat, yang diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
58
e. Membangun sistem pertahanan dan keamanan nasional secara
mandiri yang mampu menjaga keutuhan dan integritas wilayah
Indonesia.
C. Analisis Berita
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis framing terhadap berita-
berita debat pemilihan presiden (Pilpres) 2019 pada surat kabar Jawa Pos.
Berita yang dianalisis adalah berita yang muncul pasca diadakannya debat
Pilpres 2019 yaitu pada 18 Januari 2019-14 April 2019. Berita yang dipilih
untuk diteliti didasarkan pada aspek dalam análisis framing yang ada dalam
berita tersebut.
Tabel 4.1 Judul Berita Debat Pilpres 2019 Surat Kabar Jawa Pos
No. Judul Berita Tanggal Terbit
1. Ide Cawapres Tidak Optimal Jumat Pon, 18 Januari 2019
2. Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks Senin Wage, 18 Februari 2019
3. Debat Cawapres Tanpa Perdebatam Senin Pahing, 18 Maret 2019
4. Diawali Saling Curhat, Berakhir
Sejuk
Minggu Kliwon, 31 Maret
2019
5. Adu Gagasan Membangun Ekonomi Minggu Wage, 14 April 2019
59
1. Analisis Berita 1
Judul: Ide Cawapres Tidak Optimal
Dalam berita yang terbit pada 18 Januari 2019, Jawa Pos
memberikan judul „Ide Cawapres Tidak Optimal‟. Hal tersebut
dikarenakan kedua calon wakil presiden (cawapres) pada saat debat tidak
banyak berbicara, yang banyak dibahas dalam berita disini adalah capres,
namun judul yang tertera
a. Struktur Sintaksis
Melihat dari struktur sintaksis, fakta yang disusun oleh Jawa
Pos berdasarkan skema berita yaitu headline, lead dan penutup adalah
berita ini lebih mengarah ke keberlangsungan debat yang banyak
didominasi aksi saling sindir.
Headline yang diterbitkan Jawa Pos adalah “Ide Cawapres
Tidak Optimal”, dengan pemakaian judul tersebut, Jawa Pos ingin
menekankan bahwa ide atau gagasan yang dilontarkan oleh cawapres
pada saat debat tidak optimal.
Selain itu, Jawa Pos juga memberikan dua sub judul berita
tersebut, yaitu “Debat Perdana Paslon Saling Sindir, Lalu Berpelukan.”
dan “Mega, Puan, Prabowo dan Sandi berfoto bareng.” Dengan
memberikan dua sub judul, Jawa Pos ingin menyampaikan isi dari
berita tersebut dengan tujuan membuat pembaca berpikir lebih mudah
bahwa inti berita tersebut adalah dua sub judul di atas.
60
Namun, antara judul dan lead berita tersebut tidak ada
hubungan yang berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari lead yang
diberikan Jawa Pos:
Aksi saling sindir mewarnai debat perdana pasangan calon
(paslon) presiden-wakil presiden Joko Widodo-KH Ma’aruf
Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno tadi
malam. Meski demikian, debat yang diadakan di Hotel
Bidakara itu berlangsung lancar.
Lead ini menunjukkan bahwa antara judul dan lead tidak
sinkron. Judul ditujukan kepada cawapres yang memiliki ide tidak
optimal saat berdebat, namun lead yang disajikan aksi saling sindir
saat debat. Tidak menunjukkan kejelasan kalimat „ide cawapres tidak
optimal‟, padahal judul merupakan hal yang paling berhubungan
dengan lead. Karena, dengan lead, suatu media menjelaskan framing
sebuah berita.
Bahkan, di kalimat selanjutnya, penjelasan berita tidak banyak
membahas mengenai cawapres. Kalimat yang sesuai judul atau
headline justru terletak pada paragraf 8 di halaman sambungan,
kutipannya sebagai berikut.
Dalam debat tadi malam, penampilan dua cawapres memang
terkesan tidak dominan. Kesempatan menyatakan statemen
atau menjawab pertanyaan didominasi para capres. Ide-ide
dari cawapres pun tidak begitu terlihat, Sebab, mereka hanya
menambahi atau melangkapi statemen capres masing-masing.
Berita yang disajikan kebanyakan membahas keberlangsungan
debat yaitu komentar-komentar yang sesuai dengan berbagai
pertanyaan dari moderator terkait tema yaitu hukum, korupsi, hak
asasi manusia (HAM) dan terorisme. Kedua paslon sama-sama
memaparkan program unggulan dari masing-masing 4 bidang tersebut.
61
Jawa Pos menuliskan tidak adanya pembahasan yang sesuai
tema dari kedua paslon yang mendekati isu terkini. Seperti, kasus
penyiraman air keras yang dialami tokoh besar penyidik Komisi
Pemberantasan Korupi (KPK), Novel Baswedan. Selain kasus itu,
kasus besar serupa yang tak disebutkan adalah kasus korupsi bank
Century dan penculikan aktivis. Hal tersebut tampak pada paragraf 2.
Berita ini ditutup dengan fakta keakraban yang tampak dari
keduanya. Bahkan, Prabowo, Sandi, Megawati dan Puan berselfi,
tampak tak ada kesan persaingan meski beda kubu.
Dalam berita tersebut, Jawa Pos memiliki sikap bijaksana
dalam menginformasikan berita debat Pilpres 2019. Hal tersebut
terbukti dengan adanya pembahasan mengenai kedekatan Megwati
dan Prabowo meski berbeda kubu. Dalam penulisannya pun dibuat
seakan mereka tidak memiliki persaingan dan tetap bersahabat.
Kebijaksanaan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. An-Nahl:
125.
ة ن س ح ة ال ظ ع و م ال ة و م ك ح ال ك ب ب ل ر ب لى س ع إ اد
ن ضل م م ب ل ع و أ ك ه ب ن ر ن إ س ح أ ت ه ال م ب ه ل اد ج و
ن د ت ه م ال م ب ل ع و أ ه ه و ل ب ن س ع
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
62
b. Struktur Skrip
Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan
mengisahkan fakta pada berita. Berita dengan judul “Ide Cawapres
Tidak Optimal” memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini,
diantaranya yaitu :
1) Unsur what, unsur ini menjelaskan bahwa debat Pilpres perdana
dilakukan dengan lancar meski diwarnai dengan sindiran melalui
jawaban-jawaban kedua paslon.
2) Unsur who, dalam berita tersebut, Jawa Pos tidak menyertakan
narasumber di luar Jokowi-M‟aruf dan Prabowo-Sandi. Hanya saja
menyebutkan beberapa nama penting seperti Novel Baswedan
(Penyidik KPK), Megawati Soekarnoputri (Ketua PDIP) dan Puan
Maharani dalam berita, Najib (nelayan yang mengalami persekusi
dan kriminalisasi), Ira Koesno (moderator debat) dan Nur Asia
Uno.
3) Unsur when dan where, lokasi dan waktu berita terjadi adalah di
Hotel Bidakara, Jakarta pada Kamis, 17 Januari 2019. Keterangan
tersebut ada pada lead.
4) Unsur how, dalam berita tersebut Jawa Pos memberitahukan bahwa
debat pilpres perdana berlangsung lancar meski diisi dengan
berbagai aksi saling menyindir. Pemaparan visi, misi dan program
unggulan menjadi isi dari berita tersebut.
Selain elemen 5W+1H, elemen lain dalam struktur ini
adalah kelengkapan berita. Untuk menunjukkan data akurat, Jawa
63
Pos menyajikan kolom „cek fakta‟ yang bertujuan untuk mengecek
fakta atau pemaparan yang dilakukan oleh paslon. Namun dalam
hal ini, Jawa Pos hanya meng-kroscek 1 paslon saja, Jokowi-
Ma‟ruf.
CEK FAKTA
Debat pertama capres-cawapres dimanfaatkan kedua
pasangan calon untuk memaparkan data. Tim jawa Pos
Clearning House of Information melakukan pengecekan
terhadap beberapa paparan yang disampaikan kedua
paslon. Metode pengecekan fakta yang kami lakukan antara
lain, menelusuri melalui arsip berita. Selain itu, kami
meminta konfirmasi langsung kepada sumbernya sesuai
dengan yang disebut paslon.
Dalam kolom tersebut, Jawa Pos menyajikan cek fakta
persoalan Disabilitas oleh Jokowi, Terorisme oleh Ma‟ruf, ASN
oleh Jokowi dan Korupsi oleh Jokowi. Masing-masing persoalan
tersebut dikonfirmasi oleh narasumber terkait. Hal ini menunjukkan
keakuratan data Jawa Pos dalam melengkapi berita. Selain itu,
untuk menambah keakuratan fakta, Jawa Pos melakukan kroscek
langsung kepada sumber yang tertera pada kolom „cek fakta‟ berita
2. Alhasil, berita yang diciptakan pun dapat dipercaya oleh
pembaca.
Hal tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Al-Hujarat: 6
menjelaskan bahwa jurnalis sebagai pemegang amanah khalayak
untuk mencari informasi dan menyampaikannya kepada khalayak
haruslah bertindak adil, tidak boleh berat sebelah atau diskriminatif.
Sebab, tidak menutup kemungkinan informasi tersebut dapat
menjadi fitnah yang menyebabkan orang lain terdzalimi secara
sepihak. Pentingnya melakukan tabayyun adalah untuk
menghindari perbuatan keji seperti fitnah. Sangat diperlukan
64
seorang jurnalis memiliki sifat shiddiq, amanah, tabligh, dan
fathanah.
ىا ى ي ب ت ف إ ب ى بسق ب م ف ك بء ن ج ىا إ ى يه آم ز ب ان ه ي ب أ ي
ن تص ىاأ هى يب ىا ع ح ب ص ت ة ف بن ه ج ب ب م ى يه ق م بد م و ت ه ع ب ف م
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
c. Struktur Tematik
Pokok bahasan dalam berita ini terletak pada subjudul berita
yang tertera pada headline yaitu “Dua Paslon Saling Sindir, lalu
Berpelukan.” Penggambaran tersebut terletak pada paragraf 3-7.
Dalam teks, tema ini banyak memuat pernyataan kedua paslon saat
berdebat. Subjudul yang kedua adalah “Mega, Puan, Prabowo dan
Sandi berfoto bareng.” Penggambaran tersebut terletak pada paragraf
terakhir. Meski menjadi tema besar, namun berita yang dituliskan
hanya 1 paragraf saja di bagian paling akhir.
Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai
berikut:
1) Koherensi Sebab-Akibat
Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan
adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun
antarparagraf.
65
2) Koherensi Penjelas
Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan
penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.
3) Koherensi Pembeda
Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada
antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.
Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita
tersebut lihat tabel berikut.
Tabel 4.2 Struktur Tematik Analisis Berita 1
Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf
Sebab 8
Sebab-Akibat Karena itu 12
Padahal 16
Bahkan 1 & 8
Selain 10
Penjelas Dengan Begitu 14
Namun 2, 5 & 7
Sebaliknya 4
Bedanya 11
Pembeda Sementara itu 10, 12 & 15
66
Padahal 3 & 6
Sedangkan 15
d. Struktur Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan
gaya atau kosa kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan
arti. Wartawan menggunakan leksikon dalam retoris untuk membuat
citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dari suatu berita.
Leksikon dalam berita ini yaitu kata „menohok‟ dalam paragraf
6 “Mendapat pertanyaan menohok itu, Prabowo bermaksud menyela”.
Kalimat tersebut menjelaskan bahwa wartawan ingin menunjukkan
apa yang dikatakan Jokowi begitu dalam dan menyakitkan.
Selain itu, leksikon dalam berita ini yaitu „menyunggingkan‟
dalam paragraf 10 “Keduanya menyunggingkan senyum lebar,
bahkan tertawa.” Kalimat tersebut bermakna kedua paslon tersebut
melukiskan senyum saat debat usai. Meski senyuman namun dengan
kata menyunggingkan memiliki arti sikap yang canggung.
Elemen lain di struktur ini adalah foto. Dalam pemberian foto
pada berita menjadi data pelengkap. Jawa Pos menempatkan 2 foto
pada berita debat Pilpres. Pertama, foto yang terletak di halaman
utama dengan ukuran terbesar menunjukkan betapa pentingnya berita
ini layak menjadi perhatian. Adapun keterangan dalam foto tersebut
sebagai berikut.
67
Gambar 4.1 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019
HAPPY ENDING : Prabowo menyambut Jokowi yang
mengajak berpelukan setelah debat pertama berakhir di Hotel
Bidakara tadi malam. Pelukan tersebut langsung menghapus
kesan yang sempat muncul selama debat.
Kedua, foto yang terdapat pada halaman sambungan menjadi
subtema kedua dari berita tersebut. Adapun foto tersebut memiliki
keterangan sebagai berikut.
Gambar 4.2 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019
AKRAB: Puan Maharani berfoto bersama Megawati,
Prabowo, dan Sandi berserta istrinya, Nur Asia Uno,
68
sebelum debat dimulai. Foto ini menyebar di berbagai
media sosial.
Kedua foto tersebut sama sekali tidak ada hubungannya
dengan headline dan lead, seperti yang dijelaskan pada struktur
sintaksis. Namun selain foto, Jawa Pos juga menyertakan grafik
berupa perhitungan kata-kata kunci sebagai data yang lebih
kongkret atas pemberitaan debat pilpres. Adapun keterangannya
sebagai berikut.
DARI KRIMINALISASI SAMPAI INTEGRITAS : Dalam
debat perdana tadi malam, kasus Novel Baswedan dan
penculikan aktivis sama sekali tak disinggung kedua
pasangan calon.
2. Analisis Berita 2
Judul : Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks
a. Struktur Sintaksis
Dalam berita yang terbit pada 18 Februari 2019, Jawa Pos
memberikan judul „Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks. Subjudul
yang diberikan Jawa Pos adalah “KPU Ubah Format, Debat Kedua
Lebih Seru”. Hal tersebut seiring dengan lead berita tersebut yaitu
sebagai berikut.
Debat pilpres edisi kedua berakhir semalam. Penampilan
capres tampak lebih meyakinkan. Setidaknya, mereka terlihat
lebih rileks bila dibandingkan dengan debat pertama. Itu
terlihat dari gesture-gestur yang mereka tunjukkan selama
debat berlangsung.
Berita yang disajikan banyak yang membahas Jokowi dalam
menyampaikan data dan pengalaman. Hal tersebut dikarenakan
69
Jokowi merupakan petahana. Sesuai judul, berita tersebut mencoba
memaparkan keinginan Jokowi untuk memperbaiki sistem
pengurangan dalam menggunakan energi fosil.
“Kita ingin sebanyak-banyaknya mengurangi penggunaan
energi fosil.” Joko Widodo (Calon Presiden)
Sementara itu, Prabowo lebih fokus untuk menggarap
swasembada pangan, energi dan air.
“Kita harus swasembada pangan, energi, dan air agar kita
bisa suvive.” Prabowo Subianto (Calon Presiden)
Dari 30 paragraf, 9 paragraf diantaranya membahas Prabowo
dan 13 paragraf membahas Jokowi. Sisanya menjadi penghubung dan
gambaran suasana debat. Dalam berita tersebut, wartawan tampak
lebih menyoroti Jokowi sementara Prabowo dibuat seolah-olah hanya
dapat berangan-angan, berbeda dengan Jokowi yang sudah
berpengalaman dengan menunjukkan data-data. Beberapa kutipannya
sebagai berikut.
Paragraf 7 : Di bidang insfratruktur, dia menceritakan
pembangunan 191 ribu km jalan desa, 58 ribu unit irigasi, dan
sejumlah pembangunan lain. Dalam hal pangan, Jokowi
membanggakan keberhasilannya mengurangi impor jagung.
Paragraf 9 : Salah satu yang dibanggakan Jokowi adalah
pembangunan insfratruktur digital. “Kita sudah bangun
Palapa Ring. Indonesia Barat dan Tengah sudah 100 persen,
Indonesia Timur 90 persen,” lanjutnya.
Paragraf 15 : Jagung misalnya. Pada 2014 Indonesia
mengimpor 3,5 juta ton jagung. Empat tahun kemudian,
Indonesia hanya mengimpor 180 ribu ton jagung. “Tidak
mungkin seperti membalikkan (telapak) tangan, sehari dua
hari. Itu perlu waktu,” ucapnya.
Melihat judul, memang beberapa kalimat juga terlihat
menyudutkan Prabowo. Pembaca seolah dibawa untuk melihat
70
Prabowo tidak menguasai perdebatan dan sebaliknya. Beberapa
kutipannya sebagai berikut.
Paragraf 16 : Selama debat, Prabowo lebih banyak tersenyum
saat mendengarkan Jokowi berbicara. Namun sebaliknya,
Jokowi yang awalnya tak bereaksi raut wajahnya sempat
berubah.
Paragraf 17 : Selain itu, ada gaya yang berbeda hampir di
setiap jeda antarsegmen. Pantauan Jawa Pos,hampir di setiap
jeda, Prabowo selalu masuk ke belakang panggung. Alhasil,
aktivitasnya tidak bisa terpantau dengan jelas. Masuknya
Prabowo ke belakang panggung juga selalu diikuti para
petinggi partai koalisi pendukungnya.
Susunan terakhir dari artikel ini ialah skema penutup dalam
pemberitaan. Berita ini ditutup dengan tudingan Jokowi kepada
Prabowo yang menguasai lahan di Kalimantan Timur dan Aceh untuk
usaha. Sementara itu, Prabowo membela dirinya dengan alasan
daripada jatuh ke tangan asing lebih baik digunakan sebagai hak guna
usaha. Ditambah lagi, Prabowo siap mengembalikan jika memang
untuk negara.
Struktur sintaksis berita dengan judul “Jokowi Kaya Data,
Prabowo Rileks” terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 182 yang
menjelaskan bagaimana keadilan harus ditegakkan dengan tidak
menaruh keberpihakan. Hal ini tentu sangat erat dengan permasalahan
berita tersebut.
م ث ل إ م ف ىه ي ح ب ه ص أ ب ف م ث و إ ب أ ف ى ه مىص ج بف م ه خ م ف
ه ي ه يم ع ح ىس س ف غ ن للا إ
Artinya:
(Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang
berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia
71
mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
b. Struktur Skrip
Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan
mengisahkan fakta pada berita. Berita dengan judul “Jokowi Kaya
Data, Prabowo Rileks” memiliki beberapa unsur penting dalam berita
ini, di antaranya yaitu:
1) Unsur what, dalam berita tersebut, informasi yang akan
disampaikan adalah bahwa Jokowi memiliki segudang data untuk
menjadi bahan dalam debat. Sementara Prabowo rileks dengan
sumber data dan pengalaman Jokowi yang digunakan untuk
menyerang selama berdebat.
2) Unsur who, Jawa Pos dalam memberitakan tidak menyebutkan
narasumber lain selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
3) Unsur when dan where, berita tersebut terjadi pada 17 Februari
2019 dan bertempat di Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta.
4) Unsur why dan how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut
yang menginformasikan bahwa sebagai petahana Jokowi memiliki
banyak data dalam debat pilpres putaran kedua. Sementara
Prabowo merasa rileks dengan jalannya debat. Unsur ini
merupakan unsur yang menunjukkan kecenderungan wartawan
dalam memberitakan.
Selain elemen 5W+1H, elemen lain dalam struktur ini adalah
kelengkapan berita. Untuk menunjukkan data akurat, Jawa Pos menyajikan
72
kolom „cek fakta‟ pada halaman pertama. Kolom ini bertujuan untuk
mengecek fakta atas pemaparan yang dilakukan oleh kedua capres.
Dengan kolom ini, pembaca akan menjadi lebih percaya dengan berita
yang diterbitkan Jawa Pos.
c. Struktur Tematik
Secara tematik, elemen yang terdapat dalam berita ini adalah detail.
Kata “bangga” mendominasi berita yang ditujukan untuk Jokowi bahwa ia
memiliki banyak data dengan membanggakan apa yang telah dicapainya
selama ini. Sebagai petahana, pemaparan Jokowi pastinya tidak selalu
diterima dengan baik oleh lawan debat yaitu Prabowo. Sehingga dalam
debat, Jawa Pos memberikan gambaran yang lebih banyak kepada Jokowi.
Hal tersebut menjadi lazim lantaran Jokowi menyampaikan pencapaiinya
selama mempimpin Indonesia sejak 2014. Sedangkan Prabowo,
digambarkan hanya mendengarkan pemaparan Jokowi. Melalui rangkaian
paragraf, Jawa Pos banyak memberi penjelasan yang banyak
menguntungkan Jokowi saat debat.
Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:
1) Koherensi Sebab-Akibat
Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan
adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun
antarparagraf.
2) Koherensi Penjelas
73
Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan
penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.
3) Koherensi Pembeda
Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada
antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.
Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita
tersebut lihat tabel berikut.
Tabel 4.3 Struktur Tematik Analisis Berita 2
Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf
Sebab-Akibat Malah 28
Apalagi 3
Alhasil 24
Pula 7 & 9
Penjelas Selain itu 16
Terutama 19
Justru 21 & 24
Juga 11, 16, 17, 23 & 24
Lalu 28
Namun 22, 24 & 28
Pembeda Sebaliknya 15
74
Sementara itu 5, 17, 19, 21 & 27
Padahal 19
Dalam QS. Al-Baqarah: 27 dijelaskan bahwa barangsiapa
yang melanggar suatu perjanjian (peraturan) Allah demi
menciptakan suatu hal yang buruk adalah orang-orang yang rugi.
Dalam hal ini, ketika suatu berita tidak disajikan tidak berimbang
atau memihak, hal tersebut dapat menyebabkan hal buruk terjadi,
seperti perselisihan pendapat dan ditakutkan akan menimbulkan
fitnah.
بقه يث ذ م ع ه ب م ذ للا ه قضىن ع ى يه ي ز عىن ان ط ق ي و
سض ون في ال ذ س ف ي ىصم و ن ي به أ ش للا م ب أ م
ون ون أ ش بس خ م ان ئك ه
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah
sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi.
Mereka itulah orang-orang yang rugi.
Dalam berita ini, Jawa Pos menunjukkan dimana adanya
ketidakberimbangan dalam menggambarkan debat. Berita dengan
judul “Jokowi Kaya Data, prabowo Rileks” menggambarkan disatu
sisi, Jokowi terkesan lebih unggul. Disisi lain, Prabowo terlihat
lemah. Hal tersebut ditunjukkan Jawa Pos melalui koherensi atau
kalimat yang tertera dalam berita.
d. Struktur Retoris
75
Elemen leksikon dalam struktur ini adalah kata „antiklimaks‟
dalam paragraf 18. Kata „antiklimaks‟ mengandung arti menurunnya
debat dari segmen-segmen sebelumnya. Padahal, pada segmen ini
tidak ada batasan waktu, namun kedua capres tidak menggunakan
waktu untuk memaparkan pendapatnya masing-masing.
Selain itu, penekanan yang jelas atas struktur ini adalah foto
dan grafik. Pada foto yang menjadi headline, Jawa Pos memberi
keterangan atau caption “TUNJUKKAN SPORTIVITAS: Joko
Widodo (kiri) dan Prabowo Subianto bersalaman setelah debat capres
di Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, tadi malam.”
Dalam foto tersebut, Jawa Pos menampilkan ke-netral-an
dengan menggunakan kata „sportifitas‟. Kata tersebut memiliki makna
adil, damai. Kemudian kalimat „bersalaman setelah debat capres‟
menunjukkan adanya profesiolitas antar keduanya setelah perdebatan.
Hal tersebut tertuang dalam QS. Al-Ankabut: 46.
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa debat yang dilaksanakan
Jokowi-Ma‟ruf dan Prabowo-Sandi merupakan debat dengan cara
yang baik meski mereka berlawanan. Meski tetap membantah, namun
tidak menyatakan permusuhan secara langsung. Jawa Pos bersikap
bijaksana dalam memberikan informasi agar pembaca tidak salah
dalam menafsirkan berita-berita tersebut. adapun ayatnya sebagai
berikut:
وا م ل ين ظ لا الاذ ن إ س ح ي أ ي ه الات لا ب اب إ ت ك ل ال وا أ ه ل اد ج ول ت
76
ا ن ل ه إ م و ك ي ل زل إ ن ا وأ ن ي ل زل إ ن أ ي الاذ ناا ب وا آم ول وق م ه ن م
ون م ل س ه م ن ل ح د ون م واح ك ل ه إ و
Artinya:
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan
dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim
diantara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya
kepadaNya kami berserah diri.”
Gambar 4.3 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019
Foto tersebut tampak akrab namun dilihat dari mimik wajah
Prabowo yang tak memandang Jokowi meski dengan senyum,
menunjukkan adanya kesan yang tidak sedap atas perdebatan putaran
kedua tersebut. Sebagai pelengkap sebuah berita, foto yang
ditampilkan dapat menjadi gambaran umum nilai sebuah berita.
77
Gambar 4.4 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019
Layout dalam halaman sambungan, berita ini disajikan paling
besar di tengah halaman sebagai tanda bahwa berita ini penting.
Pada grafik yang disediakan, Jawa Pos bekerjasama dengan
tim riset data SPEAKTOGRAPH untuk membedah paparan capres.
Grafik tersebut menunjukkan hasil beberapa kata yang sering disebut
oleh capres pada setiap sesi. Tingkat keseringan ditunjukkan dengan
ukuran font. Kata dengan ukuran font terbesar merupakan kata yang
paling banyak diucapkan. Ada juga data tentang keaktifan
penyampaian konten oleh para capres. Melalui grafik tersebut, Jawa
Pos mencoba melengkapi berita.
Keakuratan data yang disajikan menunjukkan bahwa Jawa Pos
dalam menyuguhkan informasi ini sangat hati-hati agar tidak timbul
fitnah. Untuk itu, Jawa Pos bekerjasama dengan tim
78
SPEAKTOGRFAPH untuk lebih teliti dalam menyebarkan berita
debat ini.
Dalam ayat QS. Al-Ahzab: 60 ini, kabar bohong atau lebih
mudah disebut hoax akan menyebabkan rasa sakit karena merasa telah
dibohongi. Dengan begitu, hendaknya dalam memberikan informasi
haruslah secara benar disertai dengan data yang kongkret agar suatu
berita memiliki nilai tinggi dalam akurasi data. Dan melakukan
kroscek agar tidak menjadi hal yang tabu nantinya.
م بت خ و ىل للا ه سس ك ن م و ك بن ج ه س ذ م ح ب أ ب ذ أ م ح بن م ب ك م
ب يم ه ء ع ي م ش ك ب بن للا ك يه و ي ب انى
Artinya:
Sungguh, jika orang-orang munafik, orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang
menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari
menyakitimu), niscaya Kami perintahkan engkau (untuk
memerangi) mereka, kemudian mereka tidak lagi menjadi
tetanggamu (di Madinah) kecuali sebentar.
3. Analisis Berita 3
Judul: Debat Cawapres tanpa Perdebatan
a. Struktur Sintaksis
Dalam berita yang terbit pada 18 Maret 2019, Jawa Pos
memberikan judul „Debat Cawapres Tanpa Perdebatan‟. Subjudul
yang diberikan Jawa Pos adalah “Tak Ada Saling Sanggah, Hanya
Pamerkan Visi-Misi”. Hal tersebut seiring dengan lead berita tersebut
yaitu sebagai berikut.
Debat calon wakil presiden (cawapres) tadi malam (17/03)
lebih mirip paparan visi dan misi. Hampir tidak ada adu
argumen yang berarti antarkandidat. Cawapres 01 Ma’ruf
Amin tidak banyak mendebat paparan cawapres 02 Sandiaga
Uno. Begitu pula sebaiknya.
79
Lead tersebut menjelaskan bahwa isi berita tersebet tak banyak
mengalami perdebatan, hanya memaparkan visi misi dari kedua
cawapres. Dari 18 paragraf, 10 paragraf menerangkan headline.
Sisanya berada di subtema kedua berita yang sekaligus menjadi skema
penutup yaitu „Nobar Relawan Dua Kubu”. Dari kubu 01, Jawa Pos
menekankan pemberitaan pada latar belakang Amin. Hal tersebut
terletak pada paragraf 11 dan 12. Begitu pula dengan Sandi yang
menyukai olahraga dan melakukan aktivitas biasa sebelum debat.
b. Struktur Skrip
Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan
mengisahkan fakta pada berita ini dengan judul “Debat Cawapres
Tanpa Perdebatan”, memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini,
diantaranya yaitu:
1) Unsur what, berita tersebut menginformasikan dalam debat putaran
ketiga yang dilakukan oleh cawapres tidak se-seru debat putaran
kedua lalu. Selain itu, adanya nobar dari kedua kubu menjadi
pelengkap berita.
2) Unsur who, selain Ma‟ruf Amin dan Sandiaga Uno, Jawa Pos turut
menyertakan narasumber lain. Dari kubu 01 Hasto Krisyanto
(Sekretaris TKN Jokowi-Ma‟aruf) menjadi narasumber pada berita
subtema kedua. Sebagai partai pendukung kubu 02 Agus Harimurti
Yudhoyono (Ketua Komando Satgas Bersama Partai Demokrat)
menjadi narasumber.
80
3) Unsur when dan where, berita tersebut terjadi pada 17 Maret 2019
dan bertempat di Hotel Sultan, Jakarta.
4) Unsur why dan how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut
yang menginformasikan bahwa kedua cawapres hanya sibuk
memaparkan visi misi tanpa mendebat pemaparan satu sama lain.
b. Struktur Tematik
Secara tematik, ada dua tema yang diangkat dalam berita ini.
Pertama, berita ini menyoroti debat cawapres yang tidak seperti debat.
Kedua cawapres hanya memaparkan visi misi dan program unggulan tanpa
mempersoalkan atau mengkritisi satu sama lain. Dari pihak Ma‟ruf
maupun Sandiaga tidak saling menyerang atau menanggapi pemaparan
lawan.
Kedua, tema berita ini adalah nonton bareng relawan dua kubu.
Tema ini menjadi pelengkap berita yang tak berarti. Tidak ada konflik
atau klimaks dalam debat sehingga data tambahan ini dimasukkan ke
berita.
Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:
1) Koherensi Sebab-Akibat
Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan
adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun
antarparagraf.
81
2) Koherensi Penjelas
Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan
penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.
3) Koherensi Pembeda
Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada
antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.
Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita
tersebut lihat tabel berikut.
Tabel 4.4 Struktur Tematik Analisis Berita 3
Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf
Sebab-Akibat Karena itu 8
Demikian 6
Lantas 3
Penjelas Bahkan 4
Menambahkan 16
Menegaskan 2
Pembeda Sedangkan 4 & 14
Sementara itu 12
Namun 10 & 11
82
c. Struktur Retoris
Penekanan yang jelas atas struktur retoris pada berita dengan
judul “Debat Cawapres Tanpa Perdebatan” ini adalah foto dan grafik.
Pada foto yang menjadi headline, Jawa Pos memberikan keterangan pada
masing-masing cawapres pada saat debat dengan menunjukkan kartu
andalan sebagai pemikat kepada pemilih. Dalam foto Ma‟ruf Amin
tertera keterangan:
“Kami akan keluarkan tiga kartu, KIP kuliah, kartu sembako
murah, kartu prakerja. Supaya anak-anak miskin bisa kuliah,
supaya ibu-iu bisa belanja murah, dan supaya mudah
mendapatkan kerja.”
Sementara dalam foto Sandiaga Uno, tertera keterangan:
“Kita tidak ingin membebani negara dengan kartu-kartu. Kita
sudah memiliki KTP. Dengan big data dan single identificaion
number, semua fasilitas dan layanan bisa diberikan. Hanya butuh
KTP.”
Gambar 4.5 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019
83
Kedua foto tersebut Jawa Pos pilih dengan memiliki maksud
untuk menjelaskan bahwa kedua cawapres memiliki kartu andalan untuk
mengampanyekan diri. Sehingga pesan yang akan disampaikan dalam
berita tesebut jelas. Pembaca lebih bisa memahami apa yang akan
disampaikan oleh wartawan. Sementara itu, dibawah masing-masing foto,
Jawa Pos paparkan janji yang diberikan kedua cawapres. Grafik tersebut
menjadi penguat berita dan mempermudah pemahaman pembaca
mengenai visi misi pada bidang kesehatan, ketenagakerjaan dan
pendidikan.
Dalam berita tersebut, jurnalis dalam memberitakan melakukan
kebenaran fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kebenaran tersebut seperti
yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 22.
اء م ن الس ل م ز ن أ اء و ن اء ب م الس ا و اش ر ض ف ر م ال ك ل ل ع ي ج ذ ال
ا اد د ن أ وا لل ل ع ج ل ت م ف ك ا ل ق ز ات ر ر م ن الث ه م ج ب ر خ أ اء ف م
ون لم ع م ت ت ن أ و
Artinya:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutusekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.
Dalam ayat ini disebutkan argumentasi dan alasan-alasan manusia
diperintahkan untuk menyembah Allah dan senantiasa bersyukur kepadaNya.
Alasan-alasan itu antara lain karena Allah adalah pencipta manusia beserta
alam seisinya. Model ini menjadi pedoman dalam penyampaian berita,
84
dimana berita harus disertai fakta-fakta dan argumentasi, sehingga berita itu
tidak sekadar opini dan dugaan semata. Berita tersebut mengisahkan
bagaimana Jawa Pos dalam menyajikan foto kedua cawapres sama,
berimbang.
Gambar 4.6 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019
Kemudian dalam layout, Jawa Pos menata berita ini di halaman
sambungan dengan ukuran kolom terbesar daripada berita yang lain.
Berita debat putaran ke tiga yang dilakukan oleh cawapres ini menempati
kolom paling atas, hal ini menunjukkan bahwa berita ini menjadi sorotan
dan penting untuk disimak.
4. Analisis Berita 4
Judul : Diawali Saling Curhat, Berakhir Sejuk
a. Struktur Sintaksis
Dalam berita yang terbit pada 30 Maret 2019, Jawa Pos
memberikan judul „Diawali Saling Curhat, Berakhir Sejuk.” Headline
85
yang diberikan Jawa Pos adalah “Soal Pemerintahan, Jokowi-Prabowo
Beda Pendekatan” dan “Via Vallen dan Rossa Bikin Beda Saat Jeda”.
Headline pertama menjelaskan bahwa meski diawali dengan curhat, pada
saat debat masalah pemerintahan, kedua capres tersebut memiliki
pendekatan dalam menjalankan pemerintahan. Sehingga menjadi momen
debat yang saling sindir dan melontarkan berbagai keunggulan.
Sementara itu headline kedua menjelaskan kehadiran dua penyanyi
tersebut menjadikan suasana debat lebih cair dan rileks.
Adapun judul, seiring dengan lead berita yang menjelaskan bahwa
aksi saling curhat masalah pendukung masing-masing kubu lawan menjadi
persoalan yang mengawali proses debat putaran keempat, adapun
kutipannya yaitu sebagai berikut.
Saling curhat mewarnai pelaksanaan debat pilpres edisi keempat
tadi malam (30/03). Capres 01 Joko Widodo (Jokowi) maupun
capres 02 Prabowo Subianto sama-sama menyatakan telah
didzalimi kubu lawan. Itu terjadi saat keduanya menjawab
pertanaan ideologi.
Lead tersebut didukung dengan pernyataan dari kedua cawapres
pada paragraf 3, 4 dan 6. Adapun elemen penutup pada berita ini sesuai
dengan judul. Kata “sejuk” menjadi kejelasan pada penutup berita yaitu
penampilan dari dua penyanyi di sela jeda debat. Suasana yang beda
tersebut menjadikan KPU sebagai penyelenggara debat mendapatkan nilai
lebih dari publik.
Paragraf 16: Suasana dalam ruangan debat pun terasa lebih cair.
Bukan hanya hiburan dari penyelenggara debat, kedua capres
juga memberikan suguhan yang menyejukkan di segmen akhir.
Jokowi dan Prabowo saling lempar pujian.
86
b. Struktur Skrip
Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan mengisahkan
fakta pada berita. Berita dengan judul “Debat Cawapres tanpa Perdebatan”
memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini, diantaranya yaitu :
1) Unsur what, berita ini menginformasikan bahwa debat putaran
keempat diawali dengan saling curhat oleh cawapres. Adapun
curhatan yang dilontarkan pada saat menjawab persoalan ideologi,
keduanya sama-sama mendapat tudingan dan fitnah dari pendukung
masing-masing kubu. Selain itu, informasi menarik lain adalah
hadirnya dua penyanyi sebagai hiburan di sela jeda debat menjadi
subtema lain berita.
2) Unsur who, narasumber dalam berita ini adalah Jokowi dan Prabowo
sebagai peserta debat pilpres.
3) Unsur when dan where. Berita ini terjadi pada 30 Maret 2019 dan
bertempat di Hotel Shangri-La, Jakarta.
4) Unsur why and how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut yang
menginformasikan bahwa kedua capres saling curhat sebelum
akhirnya berbeda pedapat terkait sistem pemerintahan.
c. Struktur Tematik
Berita ini memilki dua tema. Pertama, „Soal Pemerintahan,
Jokowi-Prabowo Beda Pendekatan‟. Dalam tema ini, Jawa Pos ingin
menginfromasikan pada materi debat pemerintahan, kedua capres
tersebut memiliki pendekatan atau strategi yang berbeda. Kedua, „Via
Vallen dan Rossa Bikin Beda saat Jeda‟. Kehadiran dua penyanyi
87
menjadi penutup berita. Menurut peneliti, Jawa Pos ingin menampilkan
kesan yang tak biasa dari berita debat pada umumnya. KPU menjadi
sorotan karena menampilkan debat yang berbeda dari debat sebelumnya,
menjadi hiburan setelah sempat memanas ketika debat.
Elemen detail juga tampak pada berita ini. Kata “curhat”
seringkali dituliskan Jawa Pos sebagai penegasan judul dan isi berita.
Kata tersebut diulang 5 kali dalam beberapa paragraf.
Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:
1) Koherensi Sebab-Akibat
Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat
maupun antarparagraf.
2) Koherensi Penjelas
Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan
penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.
3) Koherensi Pembeda
Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan
pada antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu
teks.
Untuk memahami lebih mudah elemen koherensi yang ada pada
berita tersebut lihat tabel berikut.
88
Tabel 4.5 Struktur Tematik Analisis Berita 4
Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf
Sebab-Akibat Akibatnya 6
Karena itu 8 & 14
Selanjutnya 13
Penjelas Juga 13
Alhasil 11
Sedangkan 6 & 9
Pembeda Sementara itu 8 & 13
Melainkan 17
d. Struktur Retoris
Elemen leksikon „didzalimi‟ dalam berita ini menunjukkan bahwa
Prabowo merasa tersakiti atas perlakuan pendukung Jokowi. Disni Jawa
Pos membingkai seakan apa yang dilakukan pendukung Jokowi adalah
hal kejam yang tak patut ditiru.
Namun, pada kalimat selanjutnya, Jawa Pos juga mengungkapkan
apa yang dilakukan pendukung Prabowo terhadap Jokowi adalah
menyakitkan. Bedanya, Jawa Pos menggunakan kutipan Jokowi saat
debat “Empat setengah tahun saya dituduh PKI, saya biasa-biasa saja,”
dengan ungkapan seperti itu, Jawa Pos ingin menunjukkan bahwa meski
mendapatkan perlakuan buruk Jokowi tetap tenang. Berbeda dengan
Prabowo yang ditampilkan kesan tidak terima dengan pemfitnahan
89
tersebut dengan menggunakan kutipan dalam berita pada debat “Saya
lahir dari ibu Nasrani. Bagaimana saya dituduh tidak menghormati
Pancasila?”
Dalam berita tersebut, jurnalis dalam memberitakan melakukan
kebenaran fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kebenaran tersebut
seperti yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 22.
اء اء م م ن السا زل م ن اء وأ ن اء ب م ا والسا راش م الرض ف ك ل ل ع ي ج الاذ
م ت ن ا وأ اد د ن أ لاه وا ل ل ع ج ل ت ف م ك ا ل رات رزق ن الثام ه م رج ب خ أ ف
ون م ل ع ت
Artinya:
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah
Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-
sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Dalam ayat ini disebutkan argumentasi dan alasan-alasan manusia
diperintahkan untuk menyembah Allah dan senantiasa bersyukur
kepadaNya. Alasan-alasan itu antara lain karena Allah adalah pencipta
manusia beserta alam seisinya. Model ini menjadi pedoman dalam
penyampaian berita, dimana berita harus disertai fakta-fakta dan
argumentasi, sehingga berita itu tidak sekadar opini dan dugaan semata.
Dalam berita tersebut, meski kedua capres saat berdebat menunjukkan
saling sindir, namun hak yang disampaikan berimbang dan sesuai fakta.
Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan-kutipan langsung dalam berita.
90
Elemen lain yaitu kata ganti. Dalam berita ini, kata ganti Prabowo
menjadi mantan Danjen Kopassus memberikan gambaran bahwa
Prabowo akan mengatasi masalah ketahanan negara lebih baik dari
Jokowi. Hal tersebut menjelaskan untuk masalah ketahanan, keamanan
dan struktur militer ia lebih menguasai dengan alasan karena ia telah
bergelut dalam bidang militer.
Sementara kata ganti Jokowi menjadi mantan wali kota Solo
memberikan gambaran kepada pembaca bahwa Jokowi sudah sangat
berpengalaman dalam menjalankan pemerintahan. Sebelum menjabat
presiden, Joko Widodo lebih dulu menjadi Walikota Solo dan gubernur
DKI Jakarta.
Selain itu, foto yang diberikan Jawa Pos menunjukkan perbedaan
dari kedua capres saat debat. Meski memberikan keterangan foto “BEDA
PANDANGAN : Capres 01 Joko Widodo dan capres 02 Prabowo
Subianto memaparkan visi misi dalam debat tadi malam di Hotel Shangri-
La, Jakarta”, namun tak tampak demikian.
Gambar 4.7 Berita debat Pilpres 2019 edisi 30 Maret 2019
91
Terlihat, pada foto Jokowi, ia sedang memaparkan program-
programnya, atau menanggapi pernyataan curhat Prabowo dengan santai
meski dilanjut curhat juga, seperti kutipan pada paragraf 4 sebagai berikut.
. . Mantan gubernur DKI Jakarta itu mengaku selama ini sering
dituduh dan difitnah. “Empat setengah tahun ini saya dituduh PKI,
saya biasa-biasa saja,” ucap Jokowi yang lantas disambut sorakan
para pendukungnya.
Sementara foto Prabowo terlihat geram terhadap pendukung
Jokowi yang acap kali mengecap dirinya sebagai orang yang pro terhadap
khilafah Islamiyah di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan paragraf 4
sebagai berikut.
Telunjuk kanan Prabowo digerakkan mengikuti penekanan
pernyataan tersebut. Para pendukung 02 pun bersorak…
Dalam pemberian foto tersebut, Jawa Pos seakan memberikan
pengertian kepada pembaca bahwa Jokowi adalah orang yang santai dan
tidak memiki dendam meski telah dihina oleh pendukung paslon 02,
Prabowo-Sandi.
Gambar 4.8 Berita debat Pilpres 2019 edisi 30 Maret 2019
92
Kemudian dalam layout, Jawa Pos menata berita ini di halaman
sambungan dengan ukuran kolom terbesar daripada berita yang lain.
Berita debat putaran ke empat yang dilakukan oleh capres ini menempati
kolom paling atas, hal ini menunjukkan bahwa berita ini menjadi sorotan
dan penting untuk disimak.
5. Analisis Berita 5
Judul : Adu Gagasan Membangun Ekonomi
a. Struktur Sintaksis
Dalam berita yang terbit pada 14 April 2019, Jawa Pos
memberikan judul „Adu Gagasan Membangun Ekonomi‟. Subjudul yang
diberikan Jawa Pos adalah “Jokowi Fokus Pemerataan, Prabowo
Ciptakan Lapangan Kerja” dan “Dua Paslon Singgung Perluasan Basis
Pajak”.
Adapun lead berita tersebut menjelaskan bahwa isi berita banyak
membahas pemaparan program dalam membangun ekonomi Indonesia,
yaitu sebagai berikut.
Dua pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo-Ma’ruf Amin
dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno,
memaksimalkan debat edisi kelima tadi malam untuk meyakinkan
pemilih. Mereka mengunggulkan program masing-masing dalam
membangun ekonomi Indonesia.
Sementara elemen body atau isi pada berita ini yaitu kesempatan
terakhir dalam debat kali ini digunakan untuk memaparkan gagasan
kedua paslon dalam membangun ekonomi Indonesia. Kedua paslon
saling menyangkal dan menyerang pendapat dari lawan.
93
Penjelasan mengenai debat yang baik antara Jokowi-Ma‟ruf dan
Prabowo-Sandi oleh framing Jawa Pos tertuang dalam QS. Al-Ankabut:
46. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa debat yang dilaksanakan Jokowi-
Ma‟ruf dan Prabowo-Sandi merupakan debat dengan cara yang baik
meski mereka berlawanan. Meski tetap membantah, namun tidak
menyatakan permusuhan secara langsung. Jawa Pos bersikap bijaksana
dalam memberikan informasi agar pembaca tidak salah dalam
menafsirkan berita-berita tersebut. adapun ayatnya sebagai berikut:
ن ذ ل ال ن إ س ح أ ت ه ال ل ب اب إ ت ك ل ال ه وا أ ل اد ج ل ت و
م ك ل ل إ ز ن أ ا و ن ل ل إ ز ن ي أ ذ ال ا ب ن وا آم قول م و ه ن وا م لم ظ
ون م ل س ه م ن ل ح ن د و اح م و ك ه ل إ ا و ن ه
ل إ و
Artinya:
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan
dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim
diantara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya
kepadaNya kami berserah diri.”
b. Struktur Skrip
Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan mengisahkan
fakta pada berita. Berita dengan judul “Adu Gagasan Membangun
Ekonomi” memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini, diantaranya
yaitu :
1) Unsur what dalam berita ini adalah gagasan kedua paslon dengan tema
ekonomi pada debat terakhir.
94
2) Unsur who adalah peserta debat pilpres 2019, Joko Widodo, KH
Ma‟ruf Amin, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
3) Unsur when adalah 13 April 2019.
4) Unsur why dan how dalam berita ini adalah pentingnya debat terakhir
ini karena dapat menentukan pilihan para pemilih yang akan berjalan
4 hari lagi yaitu pada 17 April 2019. Terlebih dalam kampanye yang
semakin memanas ini tentu akan memancing perhatian para pembaca
untuk menyimak berita tersebut.
c. Struktur Tematik
Dalam struktur ini, elemen yang terdapat dalam berita adalah
koherensi. Koherensi merupakan uraian atau pandangan sehingga bagian-
bagiannya berkaitan satu dengan yang lain. Dalam berita ini, yang
dimaksud adalah hubungan antarkalimat dan antarparagraf.
1) Koherensi Sebab-Akibat
Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat
maupun antarparagraf.
2) Koherensi Penjelas
Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang
disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan
penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.
95
3) Koherensi Pembeda
Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan
pada antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu
teks.
Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita
tersebut lihat tabel berikut.
Tabel 4.6 Struktur Tematik Analisis Berita 5
Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf
Sebab-Akibat Karena itu 4
Dengan 3, 6 & 9
Juga 8, 12, 15 & 18
Penjelas Terutama 11
Tentu saja 12
Senada 13
Kemudian 17
Sedangkan 12
Pembeda Sementara itu 4
Namun 16
Justru 16
96
d. Struktur Retoris
Meski headline berita menginformasikan debat terakhir Pilpres
2019 dengan judul “Adu Gagasan Membangun Ekonomi”, namun
headline foto Jawa Pos memasang paslon 01 dengan judul berita “Ajak
Bersatu, Optimis Indonesia Maju”. Melihat foto tersebut, Jawa Pos
terlihat menunjukkan kecenderungan atau keberpihakan kepada paslon
01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dalam foto top headline, Jawa Pos
memberikan keterangan atau caption sebagai berikut.
PENUH: Masa pendukung capres Joko Widodo mengikuti
kampanye pemungkas di Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin.
Foto kanan, Jokowi ketika menyamaikan pidato politiknya.
Gambar 4.9 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019
Dalam foto tersebut Jawa Pos ingin menyampaikan informasi
Jokowi sedang berkampanye di sesi terakhir sebelum pemilu. Dengan
foto top headline, pembaca akan lebih mengingat berita kampanye
Jokowi daripada debat pilpres putaran terakhir.
97
Berita tersebut terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 182 juga
menjelaskan bagaimana keadilan harus ditegakkan dengna tidak menaruh
keberpihakan. Hal ini tentu sangat erta dengan permasalahan berita
tersebut dimana foto yang diberikan Jawa Pos memihak kepada paslon
01, Jokowi-Ma‟ruf.
ه ي ه م ع ث ل إ م ف ه ى ي ح ب ه ص أ ب ف م ث و إ ب أ ف ى ىص ج ه م بف م ه خ م ف
يم ح فىس س غ ن للا إ
Artinya:
(Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang
berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia
mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Gambar 4.10 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019
Pada halaman sambungan, Jawa Pos menempatkan berita ini
dibagian atas sebagai penanda informasi ini lebih penting untuk disimak.
Selain itu, font yang ditampilkan juga lebih besar dan tebal dibanding
98
berita lain seperti “Demi Massa. . .” dan “Ajak Bersatu, Optimis
Indonesia Maju”
D. Pembahasan
Analisis framing model Pan dan Kosicki dalam menganalisis lima
berita edisi debat Pilpres 2019 di surat kabar Jawa Pos adalah adanya
kecenderungan terhadap salah satu pasangan calon (paslon). Dalam
mengemas lima berita edisi 18 Januari-14 April 2019, Jawa Pos memiliki dua
sikap yaitu netral dan memihak ke paslon 01 Joko Widodo-Ma‟ruf Amin.
Dari struktur sintaksis, penyebutan nama atau sumber dapat menjadi
data media memiliki kecenderungan atau bersifat netral. Dalam berita ini,
Jawa Pos lebih banyak menyebutkan nama Jokowi di banding nama lain
seperti Ma‟aruf, Prabowo dan Sandi. Berdasarkan penghitungan yang
dilakukan peneliti dalam berita tersebut, Jawa Pos menyebutkan nama Jokowi
sebanyak 70 x.
Tabel 4.7 Jumlah Pengutipan Sumber Struktur Sintaksis
Nama Berita 1 Berita 2 Berita 3 Berita 4 Berita 5 Jumlah
Jokowi 15 x 25 x 1 x 19 x 10 x 70 x
Ma‟ruf 5 x - 13 x - 3 x 21 x
Prabowo 14 x 25 x 1 x 17 x 6 x 63 x
Sandiaga 10 x 25 x 14 x - 6 x 55 x
99
Selain elemen pengutipan sumber, elemen lain yang juga menjadi
penentu media memiliki kecenderungan adalah lead. Lead memiliki arti arah
wartawan akan membawa pembaca memahami berita. Dalam hal ini, Jawa Pos
menempatkan lead pada Prabowo. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Jumlah Lead Struktur Sintaksis
Nama Lead 1 Lead 2 Lead 3 Lead 4 Lead 5 Jumlah
Jokowi - - - - + 1 x
Ma‟ruf - - + - - 1 x
Prabowo + + - + - 3 x
Sandi - - - - - 0
Keterangan : Tanda (-) memiliki arti tidak ada.
Tanda (+) memiliki arti ada.
Kemudian dari struktur skrip, berita edisi 18 Januari-14 April 2019
memiliki kelengkapan berita dengan bentuk umum yaitu pola 5W (what, who,
when, where, why) + 1H (how).
Dari struktur tematik lima berita edisi debat pilpres 2019, Jawa Pos selalu
menggunakan subjudul untuk membuat memudahkan pembaca dalam memahami
berita. Berita-berita Jawa Pos ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang
perang simbolik antara paslon 01 dan paslon 02. Masing-masing paslon saling
100
mengedepankan pendapat, mengena dan menonjol untuk diterima khalayak.
Pendapat yang dilontarkan tersebut seringkali disertai dengan diksi atau pemilihan
kata yang terkesan setara. Ketika paragraf satu membahas Jokowi-Ma‟ruf,
paragraf berikutnya juga akan membahas Prabowo-Sandi. Kesetaraan yang dibuat
Jawa Pos menciptakan kesan media netral terhadap dua kubu tersebut.
Dari struktur retoris lima berita tersebut, Jawa Pos selalu menjadikan debat
pilpres sebagai headline atau berada di halaman pertama surat kabar. Adapun
penjelasan foto atau grafik sebagai kelengkapan berita lihat tabel berikut.
Tabel 4.9 Penempatan Foto Berita Debat Struktur Retoris
Elemen Foto Grafik
Berita 1 Top Headline Banner Headline
Berita 2 Top Headline Banner Headline
Berita 3 Banner Headline Spread Headline
Berita 4 Banner Headline Spread Headline
Berita 5 Top Headline Spread Headline
Dilihat dari tabel tersebut, berita edisi debat 2019 Jawa Pos menjunjukkan
berita-berita ini penting untuk disimak. Semua yang ditampilkan menduduki
peringkat atas. Di berita 5, posisi foto debat pilpres 2019 kalah dengan foto
kampanye Jokowi yang menduduki top headline. Hal tersebut menunjukkan
kecenderungan Jawa Pos untuk paslon 01 dalam hal menyuguhkan foto.
101
Tabel 4.10 Pembahasan Analisis Framing Jawa Pos
Frame : Debat Pilpres 2019, Sikap Jawa Pos Netral dan Condong
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Selain judul yang jelas, Jawa Pos menggunakan subjudul untuk
mempermudah pembaca memahami isi berita. Jawa Pos selalu
memberitakan keberlangsungan debat tanpa mencari narasumber lain
untuk diwawancarai. Jumlah sumber atau nama yang tertuang dalam
berita juga menjadi penentu sikap Jawa Pos, dalam hal ini nama yang
paling banyak disebut adalah Jokowi. Namun lead yang diberikan
Jawa Pos dalam setiap berita mengarah ke Prabowo. Dengan begitu,
meskipun berbeda elemen Jawa Pos bersikap netral karena setara
dalam memberitakan kedua paslon presiden 2019.
Skrip Kedua paslon ditempatkan saling melengkapi, saling menanggapi
dalam posisi yang setara. Pendapat satu tidak ditempatkan lebih
utama dibandingkan pendapat lain, kecuali di berita kedua yang lebih
memaparkan pendapat Jokowi yang memiliki banyak data dibanding
Prabowo dengan alasan Jokowi adalah petahana. Dalam berita
tersebut pun, Prabowo dibuat seolah tidak dapat menguasai tema
debat. Selain itu, dalam elemen kelengkapan data salah satu berita,
Jawa Pos hanya menyajikan cek fakta dari paslon 01. Sikap tersebut
menunjukkan Jawa Pos cenderung ke capres 01 Joko Widodo.
102
Tematik Jawa Pos selalu menggunakan subjudul untuk memudahkan pembaca
dalam memahami berita. Kesetaraan yang dibuat Jawa Pos melalui
pemilihan kata menciptakan kesan media netral terhadap dua kubu
tersebut.
Retoris Jawa Pos menyertakan foto dan grafik pada setiap berita. Dari lima
berita tersebut, semua menyuguhkan foto Jokowi-Ma'ruf dan
Prabowo-Sandi dalam masing-masing sesi debat. Namun, pada berita
ke empat, tersirat perbedaan foto. Pada foto Jokowi, Jawa Pos
membuat kesan tenang dan santai, sedangkan foto Prabowo terkesan
geram dan ambisius. Lalu, pada foto ke lima Jawa Pos menonjolkan
foto Jokowi saat kampanye dibandingkan foto debat pilpres 2019.
Sikap tersebut menunjukkan sifat kecenderungan Jawa Pos terhadap
paslon 01 Joko Widodo-Ma‟ruf Amin.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan empat struktur analisis tersebut, maka dari lima berita debat
Pilpres 2019 di surat kabar Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 adalah Jawa
Pos memiliki dua sikap, netral dan memihak ke paslon 01, Jokowi-Ma‟ruf. Dilihat
dari struktur sintaksis, Jawa Pos dalam memuat judul dan lead berita didasarkan
atas latar informasi dalam debat tersebut. Struktur skrip, Jawa Pos tidak begitu
menonjolkan unsur berita, namun jelas dalam mengemas berita mengandung
unsur 5W+1H. Dalam struktur tematik, Jawa Pos selalu menyajikan subjudul
untuk menjelaskan isi berita sehingga lebih mudah dipahami. Koherensi yang
terdapat dalam berita ini juga sangat beragam, sehingga memperjelas maksud dari
setiap berita. Dalam struktur retoris, Jawa Pos menggunakan gambar di setiap
berita berupa foto maupun grafis pendukung seperti tabel.
B. Saran-Saran
Berdasarkan penelitian konstruksi media dan pandangan jurnalisme Islam
terhadap berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari-14 April 2019 pada surat
kabar Jawa Pos, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Jawa Pos
a. Sebagai media penyalur informasi kepada khalayak, para wartawan
Jawa Pos menyajikan berita sesuai dengan fakta dengan tidak
menunjukkan sikap subjektif terhadap suatu peristiwa
104
b. Diharapkan dapat menyajikan berita yang berimbang, terlebih masalah
partai politik.
2. Bagi Peneliti
a. Diharapkan mampu memberikan informasi baru terhadap lembaga
maupun instansi tertentu serta pembaca mengenai pengemasan berita
yang tayang pada surat kabar dengan materi yang ada.
b. Diharapkan dapat menambah subjek penelitian untuk lebih
mengembangkan data dan mendapatkan analisis yang lebih baik lagi.
c. Hasil penelitian ini diharapakan dapat mengkaji topik yang sama
dengan lebih konprehensif dan mendalam.
105
DAFTAR PUSTAKA
Badara, A. (2012). Analisis Wacana : Teori, Metode, dan Penerapannya pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana.
Eriyanto. (2002). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Jogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Eriyanto. (2005). Analisis Wacana Pengantar Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS
Printing Cemerlang.
Halik. (2013). Komunikasi Massa. Makasar: Alauddin University Press.
Hamad, I. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Masa. Jakarta: Granit.
Kasman, S. (2004). Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah bi
Al-Qalam. Bandung: Mizan Media Tama.
Kusumaningrat, P. K. (2006). Jurnalistik : Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Luwi, I. (2005). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas.
Moleong, J. L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group.
Nuruddin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
106
Olii, H. (2007). Berita dan Informasi. Jakarta: PT. Indeks.
Panjaitan, M. (2013). Logika Demokrasi Menyongsong Pemilihan Umum 2014.
Jakarta: Permata Aksara.
Penyusun, T. (2000). 35 Tahun Kompas. Jakarta: Brosur Kompas.
Romli, A. S. (2000). Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: Rajawali
Rosdakarya.
Santana, S. K. (2009). Jurnalisme Investigasi Edisi Revisi. Jakrta: Yayasan Obor
Indonesia.
Siregar, A. E. (2010). Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta: Total
Media.
Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Tamburaka, A. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
Tebba, S. (2005). Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia.
Widarmanto, T. (2016). Pengantar Jurnalistik Panduan Awal Penulis dan
Jurnalis. Yogyakarta: Araska.
Bahroni. 2018 Analisis Wacana Retorika Dakwah K.H. Muhammad Arifin Ilham,
, http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index.( Vol. 3, No. 1(Online)
diakses tgl 23 Agustus 2019).
Representasi Berita Penistaaan Agama Muhammad Fahmi. 2018. Dalam Media
Massa Di Indonesia, (Online) Vol. 3, No. 2.
diakses tanggal 23 , http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index(
Agustus 2019).
107
Gede Moenanto Soekowati. 2018. Pengaruh Pemberitaan Media Masa Pada Kasus
Dugaan Korupsi Dan Partisipasi Warga Dalam Menggunakan Hak Pilih Di
Pemilukada Serentak Di Indonesia. (Online) Vol. 3, No. 1.
diakses tanggal 23 ,http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index
Agustus 2019.
“Sejarah Jawa Pos” Artikel diakses pada 16 Mei 2019
pos.html?m=1-jawa-http://sobatbidin.blogspot.com/2015/02/sejarah
“Pendiri jawa Pos-Tokoh Indonesia” Artikel diakses pada 16 Mei 2019
pos/-jawa-iridirektori/pend-http://tokoh.id/biografi/2
“Saat Debat Pertama Kali di Indonesia” Artikel diakses pada 20 Mei 2019.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/17/10354791/saat-debat-pilpres-
diadakan-untuk-kali-pertama-di-indonesia?page=all
Biografi Penulis
Ida Fadilah, lahir di Boyolali pada 20 November 2019 di desa
terpencil, Tegalrejo, Kembang, Ampel, Boyolali. Dalam menjalani
kehidupannya, penulis memiliki banyak pengalaman bekerja sejak SMP
yang kemudian mengantarannya sampai menuju jenjang perguruan tinggi
di IAIN Salatiga pada 2015. Meski tak di dampingi sang ayah, penulis
bersama ibunya memantapkan hati memilih jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah. Dengan itu, penulis telah membuka
pemahaman baru, utamanya dalam bidang jurnalistik.
Awalnya penulis hanya suka menulis cerpen, namun berkat rasa
ingin tahunya, kini lebih suka menulis berita. Hingga saat menginjak
semester 7, penulis bersama rekan-rekannya magang di media cetak Jawa
Pos Radar Semarang. Selesai magang selama 3 bulan, penulis berhasil
mencicipi pekerjaan sebagai wartawan wilayah Salatiga dan mengenal
narasumber-narasumber hebat. Hal inilah yang menjadikan penulis
meneliti tentang pembingkaian berita.
Memulai organisasi di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
DinamikA pada tahun 2015 menjadikan penulis menjadi anggota aktif.
Kemudian menjadi pengurus sebagai koordinator reporter dan redaktur
majalah. Selain itu, penulis juga membantu dosen dalam mengajar di
kelas-kelas jurnalistik di IAIN Salatiga hingga saat ini. Untuk informasi
lebih lanjut, penulis bisa dihubungi lewat no HP 085536905931 dan di
alamat email idafadilah.ku@gmail.com.
top related