analisis fonetik dan fonemik bahasa dayak sawai desa sekonau kecamatan rawak kabupaten sekadau
Post on 17-Jun-2015
2.670 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
NAMA: DEONESIA DESI
KELAS: B PAGI
NIM: 511100028
BAGIAN 1
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia
untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan baik
dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai makhluk sosial, manusia
memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya
sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan
bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesui dengan perkembangan
dan pertumbuhan pemikiran penggunanya. Bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu
tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat
terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja yaitu fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja ada
kosa kata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak
digunakan lagi. Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang
2
sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh seseorang yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam.
(Wibowo, 2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,
yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan perasaan dan pikiran.
Bahasa sebagai alat untuk eskpresi diri dan sebagai alat komunikasi adalah
fungsi bahasa secara sempit. Secara luas fungsi bahasa adalah untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial, dan untuk mengadakan kontrol sosial. Secara garis
besar sarana komunikasi dibedakan menjadi dua macam yaitu komunikasi bahasa
lisan dan bahasa tulis. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Bahasa
tidak terlepas dari kehidupan manusia karena bahasa sebagai alat komunikasi
yang sangat penting dalam kehidupan oleh karena itu dengan bahasa manusia
dapat berbicara mengenai apaun, baik yang disenagi maupun yang tidak disenagi.
Aktivitas manusia tidak dapat berlangsung tanpa bahasa. Pada era sekarang ini,
semakin tinggi peradaban manusia maka semakin tinggi pula intensitas
pengguanan bahasa yang didukung kemajuan teknologi.
3
Bahasa Indonesia memiliki keberagaman suku dan bahasa, dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Satu di anataranya adalah suku dayak yang
mempunyai bahasanya sendiri. Suku dayak terbagi lagi ke dalam sub-sub dengan
bahasa yang berbeda seperti sub suku Dayak Sawai. Suku ini tinggal selain di
sepanjang Sungai Sekadau, juga bermukim disepanjang Sungai Mentrap. Bahasa
yang dituturkan oleh masyarakat Dayak Sawai sepintas lalu tidak memperlihat
perbedaan dengan bahasa Jawantn, Taman Melayu, yang hidup berdampingan
dengan suku Dayak Sawai. Oleh karena itu, suku-suku tersebut hampir semuanya
dapat berkomunikasi dengan baik atau menimal dapat saling paham. Tetapi tidak
semuanya kosakata yang diucapkan oleh masyarakat Dayak Sawai dapat
dipahami oleh suku Jawantn,
Tamn Melayu, tentunya kosakata yang tidak dipahami tersebut adanya
kesalah paham dalam berkomunikasi. Maka dari itu penulis tertarik menganalisis
fonetik dan fonemik bahasa dayak sawai di desa Sekonau. Secara umum, bahasa
Dayak Sawai memperlihatkan ciri-ciri bahasa Dayak yang dapat dikelompokan
dalam kelompok melayik. Salah satu ciri bahasa Dayak Sawai ini adalah
pengucapan konsonan [ r] uvular menjadi [v ] frikatif misalnya /kuRang/ „
kurang‟. Gejala ini muncul baik posisi awal kata, tengah kata, maupun pada posisi
akhir (Surjani Alloy dkk. 2008: 274).
Surjani Alloy dkk (2008: 274) menyatakan bahawa wilayah penyebaran
Dayak Sawai sebagaimana disinggung di atas umumnya terdapat di Kecamatan
Sekadau Hulu bagian timur dan bagian selatan. Suku ini bermukim disepanjang
4
dua sungai besar, yaitu Sungai Sekadau dan Sungai Mentrap, yang tersebar di 14
kampung. Kampung-kampung ini tidaklah semuanya dihuni oleh suku Dayak
Sawai. Kelompok ini juga berasimilasi dengan berbagai subsuku Dayak yang ada
di sekitarnya, terutama dayak taman dan jawantn meskipun jumlahnya sangat
kecil. Adapun jumlah populasi Dayak Sawai pada saat penelitian ini dilakukan
berjumlah 4.825 jiwa. Untuk mempermudah pengambilan data, penulis
membatasi lokasi penelitian di Desa Sekonau. Desa Sekonau Kecamatan Rawak,
Kabupaten Sekadau. Berdasarkan pengamatan penulis memilih Desa Sekonau
sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa
yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi
masyarakat yang masih asli. Fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil
dari ujaran beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau
suku kata (Abdul Chaer, 2009: 5). Dalam studi linguistik terdapat empat
subdisiplin ilmu lingustik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Fonologi mendeskripsikan masalah bunyi. Morfologi mendeskripsikan bentuk
kata. Sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik mendeskripsikan
bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini dibatasi
tentang fonologi bahasa Dayak Sawai. Penulis tertarik mengkaji mengenai
fonologi karena fonologi merupakan subdisiplin ilmu yang paling mendasar
dalam tataran lingustik. Bidang kajian mencakup dua aspek yaitu aspek fonetik
dan fonemik. Dalam bidang fonetik dan fonemik memiliki banyak bagian maka
5
dari itu penulis mengkaji mengenai vokal, konsonan dan deretan pada bagaian
fonetik dan pada bagian fonemik penulis mengkaji mengenai fonem.
Alasan penulis dalam mengambil penelitian “Analisis Fonetik dan Fonemik
Bahasa Dayak Sawai Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau”.
Pertama berdasarkan kajian kepustakaan, belum ada penelitian ilmiah mengenai
fonologi bahasa Dayak Sawai. Kedua sebagai usaha penulis untuk
mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestrian penggunaan bahasa
Dayak Sawai. Ketiga penelitian ini juga sebagai upaya menambah literatur
kebahasaan khususnya literatur bahasa daerah.
Harapan penulis dalam penelitian ini, dari berbagai kalangan masyarakt akan
lebih menghargai bahasa daerah serta sebagai sarana untuk saling mempelajari
dan mengenal berbagai bentuk kebahasaan dalam meningkatkan persaudaraan
antarsuku bangsa. Dalam penelitian analisis fonetik dan fonemik bahasa dayak
Sawai dapat memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran dan penelitian
ini dapat dimenfaatkan sebagai bahan pengajaran bahasa dan sasatra Indonesia,
khususnya di bidang pembelajaran kebahasaan sebagai bahan perbandingan
dalam proses pembelajaran di sekolah.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, masalah umum pada penelitian
ini adalah “Bagaimanakah Analisis Fonetik dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai
6
Desa Sekonau Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau”. Masalah penelitian ini
terbagi menjadi dua submasalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah fonetik dalam bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau
Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau?
2. Bagaimanakah fonemik dalam bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau
Kecamatan Rawak Kabupaten Sekadau?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Fonetik
dan Fonemik Bahasa Dayak Sawai di desa Sekonau Kabupaten Sekadau.
Penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan fonetik bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten
Sekadau yang berkaitan dengan inventarisasi bunyi dan mendeskripsi bunyi.
2. Mendeskripsikan fonemik bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten
Sekadau yang berkaitan dengan pembuktian status fonem dan alofonnya dan
struktur fonem dalam suku kata.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun
prktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan
pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan
7
fonologinya, khususnya fonetik dan fonemik. Manfaat praktisnya antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mempu meberi sumbangan serta menambah
wawasan tentang bahasa khususnya mengenai fonetik dan fonemik bahasa
Dayak Sawai.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan
penelitian dalam pengumpulan data sehingga arah penelitian ini menjadi lebih
jelas. Berdasarkan masalah penelitian, perincian bahwa aspek Fonetik dan
Fonemik bahasa Dayak Sawai di Desa Sekonau Kecamatan Rawak
Kabupaten Sekadau. Dengan demikian, ruang lingkup penelitian ini akan
mengamati bunyi vokal, bunyi konsonan dan fonem bahasa Dayak Sawai.
Objek kajian fonetik adalah cabang fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa
menurut cara pelafalan, sifat-sifat akuistiknya, dan cara penerimaannya oleh
8
telinga manusia, sedangkan fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai
pembeda makna kata.
a. Definisi Oprasional
1. Pengertian Fonologi
Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai stuan terkecil dari ujaran
beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau suku
kata. Serta juga dengan unsure-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan,
nada, hentian dan durasi.
2. Fonetik
Fonetik adalah cabang kajian lingustik yang meneliti bunyi-bunyi
bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna
kata atau tidak.
3. Fonemik
Fonemik adalah bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai
pembedaan makna.
4. Pengertian Dayak Sawai
Dayak Sawai atau yang terkadang disebut juga Dayak Sawai adalah
kelompok masyarakat suku Dayak di Kabupaten Sanggau yang bermukim
di Kecamatan Sekadau Hulu.
F. Metodologi Penelitian
9
1. Metode Penelitian dan Bentuk Penelitian
a. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:6) menyatakan
bahwa, metode penelitian pendidikan merupkan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian
adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman,
narbuko dan achmadi, (2011:3). Moh. Nasir (dalam Mahmud, 2011:98)
mengemukakan bahwa ada 4 jenis metode yang dapat digunakan dalam
sebuah penelitian, antara lain:
a. Metode historik studi,
b. Metode deskripstif,
c. Metode eksperi mental,
d. Metode grounded research,
Penelitian ini mengkaji fonologi bahasa Dayak Sawai didesa
Sekonau Kabupaten Sekadau, meliputi: fonetik dan fonemiknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif artinya data yang diperoleh dari menulis
karangan dan diuraikan mengunakan kata-kata atau kalimat. Mahmud
10
(2011:101) berpendapat metode deskriptif tepat digunakan apabila
penelitian ditunjukan untuk mengambarkan kondisi faktual
penyelengaraan pendidikan atau hal-hal lain yang berkenaan dengan
dunia pendidikan. Mahmud (2011:100) menyatakan bahwa, penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati
permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan objek
tertentu.
Alasan mengambil metode deskriptif karena penelitian ini
dilakukan yang berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang
memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga
yang dihasilkan atau dicatat berupa pemberian bahasa yang dikatakan
sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya. Dalam hal ini,
metode deskriptif memberikan gambaran yang objektif tentang
Fonologi Bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif
merupakan suatu strategi pemecahan masalah dalam penelitian tanpa
menggunakan analisis statistik, tetapi dengan menggunakan cara
berfikir logis berdasarkan data kualitatif yang dikumpulkan melalui
studi dokumentasi observasi atau wawancara secara mendalam
terhadap objek atau subjek penelitian (Zuldafrial, 2010: 3). Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk
11
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 60).
Dapat disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian untuk mendeskripsikan fenomena baik individu maupun
kelompok dan tanpa menggunakan analisis statistik.
b. Bentuk Penelitian
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni
metode deskriptif, maka akan disertai juga dengan bentuk penelitian yang
tepat. Mahmud (2011:101-105) menjelaskan,beberapa bentuk penelitian
deskriptif, yaitu:
a) Studi survei, merupakan penyelidikan dengan gerak kearah luas
dan merata yang digunakan untuk melakukan penarikan
kesimpulan secara umum dari sampel yang ditentukan;
b) Studi kasus, yaitu peneliti yang dilakukan untuk mengungkap
suatu keadaan secara mendalam, intensif, baik mengenai
perseorangan, secara individual, maupun kelompok, lembaga
masyarakat;
c) Studi komparatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta
tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu;
d) Studi korelasi, yakni pengumpulan data atau menentukan ada atau
tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan tingkat
hubungan;
12
e) Studi kausal komparatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan
untuk mengambarkan skema hubungan dan pengaruh yang lebih
dalam dari dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti;
f) Analisis isi (content analysis). Ricard Budd (dalam mahmud,
2011: 104) mengatakan bahwa, analisis isi adalah teknik sistematis
untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis perilaku komunikasi yang
terbuka dari komunikator yang terpilih;
g) Studi filsafat, yaitu metode penelitian yang fokusnya pada subtansi
pemikiran.
Berdasarkan bentuk penelitian di atas maka bentuk penelitian
yang dianggap relevan dangan penelitian ini adalah bentuk
penelitian menggunakan studi survey. Studi survei, seperti yang
diungkapkan, (Mahmud, 2011, 101-105) adalah penyelidikan
dengan gerak kearah luas dan merata yang digunakan untuk
melakukan penarikan kesimpulan secara umum dari sampel yang
ditentukan. Dengan demikian penelitian ini untuk mendapatkan
informasi tentang “Fonologi Bahasa Dayak Sawai”. Dengan
melakukan observasi secara langsung guna mendapatkan data yang
lebih objektik dan mendeskripsikannya sesui dengan keadaan atau
kenyatan yang ada dilapangan penelitian.
2. Data dan Sumber
a. Data dalam penelitian ini adalah yang berupa bunyi-bunyi bahasa dalam
bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.
b. Sumber data
13
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan asli
bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau yang diperoleh
melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung. Subjek
penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur
bahasa Dayak Sawai didesa Sekonau Kabupaten Sekadau.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam suatu
penelitian terlebih dulu harus diketahui jenis data yang akan dikumpulkan.
Teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam suatu
penelitian terlebih dulu harus diketahui jenis data yang akan dikumpulkan.
Hadari Nawawi (1983: 94) mengatakan bahwa ada 6 macam teknik
penelitian pengumpulan data, yaitu:
1. Teknik observasi langsung,
2. Teknik observasi tidak langsung,
3. Teknik komunikasi langsung,
4. Teknik komunikasi tidak langsung,
5. Teknik studi dokumenter,
6. Teknik pengukuran.
Dari keenam teknik tersebut, penelitian ini menggunakan teknik
komunikasi langsung yaitu dengan wawancara dan perekaman, dan
teknik observasi langsung yaitu simak dan catatan. Teknik komunikasi
langsung adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang
14
peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka
dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Teknik
komunikasi langsung merupakan teknik penjaringan data melalui
percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini
dilakukan dengan cara tanya jawab langsung sesuai dengan korpus
data yang telah dipersiapkan. Teknik perekaman dalam penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya
dalam bentuk pita rekaman yang akan ditranskripsikan dalam bentuk
tulisan. Dan teknik observasi langsung adalah suatu metode
pengumpulan data secara langsung, dimana penelitian langsung
mengamati gejala-gejala yang diteliti dari suatu objek penelitian
b. Alat Pengumpul Data
Instrument penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu
alat perekam, kartu data atau catatan lapangan. Alat perekam
digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan
digunakan untuk mencatat konteks tuturan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukan oleh
(Sugiyono, 2013: 330). Dalam teknik penggumpulan data, triangulasi
diaartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari
15
berbagai teknik penggumpulan data dan sumebr data yang telah ada. Bila
penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenrnya
penelitian mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti penelitian menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2013: 330) menyatakan
bahawa, triangulasi “the aim is not to determine the truth about some social
phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one‟s
understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triagulasi
bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada
peningkatan pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan.
Bogdan (dalam Sugiyono, 2013:330) menyatakan bahawa, “what the
qualitative researcher is interested in is not truth per se, but rather
perspectives. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people‟s
perceptions, the purpose of corroboration is to help researchers increase their
understanding and the probability that their finding will be seen as credible or
worthy of concideration by others”.
Dapat disintesiskan triangulasi adalah teknik untuk menguji kradibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
16
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara lalu dicek observasi, dokumentasi. Dalam penelitian ini,
trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan data
sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian ini.
G. Jadwal Penelitian
H. TABEL 1.2
I. JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
Bulan
Kegiatan
Maret
2014
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
Agustus
2014
Sept
2014
Okt
2014
Mengajukan outline
penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi BAB I dan
BAB II
Seminar Skripsi
17
Persiapan Penelitian
Pelaksanan Penelitian
Pengolahan dan Analisis
data
Konsultasi BAB I s/d
BAB V
Sidang Skripsi
Keterangan :
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan perminggu dalam bulan
BAGIAN II
FONETIK DAN FONEMIK BAHASA DAYAK SAWAI DI DESA
SEKONAU
A. Fonologi
1. Pengertian Fonologi
Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran
beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau suku
kata. Serta juga dengan unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada,
18
hentian dan durasi. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik,
fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244),
fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang
mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi. Menurut Abdul Chaer
(2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon”
yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa
fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-
bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya untuk membedakan
makna leksikal dalam suatu bahasa.
Dapat disintesiskan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau
bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
a. Fonetik
Fonetik adalah cabang kajian lingustik yang meneliti bunyi-bunyi
bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna
kata atau tidak (Chaer, 2009: 10). Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta
mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat
ucap manusia (Keraf, 1984: 30). Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu
19
interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi
(Kridalaksana, 1995: 56).
Jadi dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem
sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa.
1) Jenis- Jenis Fonetik
(1). Fonetik Artikulatoris
Fonetik artikulatoris adalah juga fonetik organis atau fonetik
fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi
oleh alat-alat ucap manusia.
(2). Fonetik Akustik
Fonetik akustik adalah bunyi bahasa ketika merambat di
udara, anatara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta
frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum,
tekanan dan intensitas bunyi.
(3). Fonetik Auditori
Fonetik auditori adalah meneliti bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu “diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu
didengar dan dapat dipahami.
2) Transkripsi Fonetik
20
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara
akurat atau aecra tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan
fonetik.
3) Alat Ucap
Sebenarnya alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-
bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologi.
Misalnya, paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mencecap, dan gigi
untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu secara lingustik digunakan
untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar.
4) Proses Pembunyian
Alat ucapa atau alat bicara yang membicarakan dalam proses
memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen yaitu:
(1). Komponen subglotal
Komponen subglotas terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan)
saluran bronchial, dan salauran pernafasan (trakea). Fungsi utama
komponen subglotal ini adalah “ member” arus udara yang
merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
(2). Komponen Laring
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk
dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat
pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara
antara paru-paru, mulut, dan hidung.
21
(3). Komponen Supraglotal
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucapa yang berbeda di
dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi
articulator aktif maupun yang menjadi articulator pasif.
5) Jenis- Jenis Bunyi Bahasa
(1). Bunyi Vokal, Kononan dan Semi Vokal
Bunyi-bunyi vocal, konsonan dan semi vocal dibedakan
berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Vokal adalah
bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara, setelah arus udara
keluar dari glottis (celah pita suara), alau arus ujar hanya
“digangu” atau diubaha oleh posisi lidah dan bentuk mulut.
Misalnya bunyi [i], bunyi [a], dan bunyi [u]. sedangkan bunyi
konsonan terjadi setelah arus ujar hambatan dari articulator
aktif artikulator pasif. Misalnya bunyi [b] yang mendapatkan
hambatan pada kedua bibir , bunyi [d] yang mendapatkan
hambatan pada ujung lidah (apeks) dan gigi atas, atau bunyi
[g] yang mendapatkan hambatan pada belakang lidah
(dorsum) dan langit-langit lunak (velum). Sedangkan bunyi
semi vokal adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-
mula secara vocal lalu diakhir secara konsonan.
(2). Bunyi Oral dan Bunyi Nasal
22
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan keluarnya arus
ujar. Bila arus ujar ke luar melalui rongga mulut maka disebut
bunyi oral. Bila ke luar melalui rongga hidung disebut bunyi
nasal. Bunyi nasal yang ada hanyalah bunyi [m] yang
merupakan nasala bilabial bunyi [n] yang merupakan nasal
laminopalatal, dan bunyi [ή ] yang merupakan nasal
laminopalatal, dan bunyi [ŋ] yang merupakan nasal
dorsovelar.
(3). Bunyi Bersuara dan Bunyi tidak Bersuara
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya
getaran pada pita suara sewaktu buyi itu diproduksi. Bila pita
suara turut bergetar pada proses pembunyian itu, maka
disebut bunyi bersuara. Yang termasuk bunyi bersuara antara
lain bunyi [b], bunyi [d] dan bunyi [g]. bila pita suara tidak
bergetar disebut bunyi tidak bersuara. Hal ini terjadi karena
glottis pada pita suara itu terbuka agak lebar. Dalam bahasa
Indonesia hanya ada emapat buah bunyi tidak bersuara yaitu:
bunyi [s], bunyi [k], bunyi [p] dan bunyi [t].
(4). Bunyi Keras dan Bunyi Lunak
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan ada tidaknya
ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi ini di
artikulasikan. Sebuah bunyi disebut keras (fortis) apabila
23
terjadi karena pernafasan yang kuat dan otot yang tegang.
Bunyi [t], [k], dan [s] adalah forrtis. Sebaliknya sebuah bunyi
disebut lunak (lenis) apabila terjadi karena pernafasan lembut
dan otot kendur. Bunyi seperti [d], [g] dan [z] adalah lenis.
(5). Bunyi Panjang dan Bunyi Pendek
Perbedaan kedua bunyi ini didasarkan pada lama dan
tidaknya bunyi itu diartikulasi. Baik bunyi vocal maupun
bunyi konsonan dapat dibagi atas bunyi panang dan bnuyi
pendek.
(6). Bunyi Tunggal dan Bunyi Rangkap
Perbedaan ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi
yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel
(suku kata). Bunyi rangkap vocal disebut diftong dan bunyi
tunggal vocal disebut monoftong. Bunyi rangkap konsonan
disebut klaster.
(7). Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan derajat
kenyaringan (sonoritas) bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh
besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu di
ujarkan. Bunyi vocal pada umumnya mempunyai sonoritas
yang lebih tinggi dari pada konsonan.
(8). Bunyi Egresif dan Bunyi Ingresif
24
Perbedaan kedua bunyi ini berdasrkan dari mana
datangnya arus udara dalam pembentukan bunyi itu. Kalau
araus uadar dating dari dalam (seperti dari paru-paru), maka
bunyi tersebut disebut bunyi egresif, bila datangnya dari luar
disebut bunyi ingresif.
(9). Bunyi Segmental dan Bunyi Suprasegmental
Perbedaan kedua bunyi ini didasarkan pada dapat
tidaknya bunyi itu disegmentasikan. Bunyi yang dapat
disegmentasikan seperti semu bunyi vokal dan bunyi
konsonan adalah bunyisegmental , sedangkan bunyi atau
unsure yang tidak dapat disegmentasikan, yang menyertai
bunyi segmental itu, seperti tekanan, nada, jeda, dan durasi
(pemanjangan) disebut bunyi atau unsure suprasegmental atau
nonsegmental.
(10). Bunyi Utama dan Bunyi Seretaan
Dalam pertuturan bunyi-bunyi bahasa itu tidak berdiri
sendiri-sendiri, melainkan saling pengaruh-mempengaruhi
baik dari bunyi yang ada sebelumnya maupun dari bunyi
sesudahnya.
6) Bunyi Vokal
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau
diproduksi, setelah arus udara ke luar dari glottis tidak
25
mendapatkan hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu
oleh posisi lidah, baik vertical maupun horizontal dan bentuk
mulut. Bunyi-bunyi vokal dapat diklasifikasi yaitu:
(1). Tinggi rendahnya posisi lidah
(2). Maju mundurnya lidah
(3). Striktur
(4). Bentuk mulut
7) Bunyi Diftong
Konsep diftong berkaitan dengan dua buah vocal dan yang
merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Namum posisi lidah
ketika mengucap bergeser ke atas atau ke bawah. Karena itu
dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu diftong naik, difong
turun, dan diftong memusat.
8) Bunyi Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang produksi dengan cara,
setelah arus ujar keluar dari glottis, lalu mendapatkan hambatan
pada alat-alata ucap tertentu dalam rongga mulut atau rongga
hidung.bunyi konsonan dapat diklasifikasi berdasarkan:
(1). Tempat artikulasi,
(2). Cara artikulasi,
(3). Bergetar tidaknya pita suara,
(4). Striktur.
26
9) Unsur Suprasegmental
Unsur suprasegmental ini “bekerja” atau berlangsung sewaktu
bunyi segmental diproduksikan. Unsur suprassegmental yang
disebut juga cirri-ciri prosodi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
(1). Tekanan,
(2). Nada,
(3). Jeda atau persendian,
(4). Durasi
10) Silabel atau Suku Kata
Suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam satuan araus
ujaran. Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vocal, atau satu
vocal dan satu konsonan atau lebih. Silabel sebagai satuan ritmis
terkecil mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang biasanya
jatuh pada sebuah bunyi vokal. Kenyaringan atau sonoritas, yang
menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang resonansi
berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga-rongga lain di
dalam kepala atau dada.
b. Fonemik
Fonemik adalah bunyi bahasa atau fon; sedangkan objek kajian
fonemik adalah fonem. Fonetik yaitu mengkaji bunyi-bunyi bahasa
dengan tidak memperhatikan status bunyi itu bisa membedakan makna
27
kata atau tidak (Chaer, 2009: 62). Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u];
dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada
bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang
berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran
menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Dalam kajiannya, fonetik
akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta
menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b]
yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi
contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu
menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer,
1994: 102).
a) Fonem dan Alofon
Fonem merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, baik
vokal maupun konsonan atau satu kesatuan bunyi terkecil yang
dapat membedakan makna kata. Sedangkan alofon membicarakan
tentang vokal. Bunyi vokal depan tinggi ada dua yaitu vokal depan
tinggi atas [i] dan vocal depan tinggi bawah [l]. begitu juga vokal
belakang tinggi ada dua, yaitu vokal belakang tinggi atas [u] dan
vocal belakang tinggi bawah [U].
b) Fonem Bahasa Indonesia
28
(a). Fonem vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa
Indonesia adalah /i/ vokal depan, tinggi, tidak bundar. /e/ vokal
depan, sedang, atas, tidak budar. /a/ vokal depan, rendah, tidak
bundar. / ə/ vocal tengah, sedang, tidak baik. /u/ vokal
belakang, atas, bundar. /o/ vokal belakang, sedang, bundar.
(b). Fonem diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah
fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/.
(c). Fonem konsonan
Nama-namanya fonem konsonan bahasa Indonesia
adalah /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuar. /p/ konsonan
bilabial, hambat, tidak bersuar. /m/ konsonan bilabial, nasal.
/w/ Konsonan bilabial, semi vokal. /f/ Konsonan labiodentals,
geseran, tak bersuara. /d/ Konsonan apikoalveolar, hambat,
bersuara. /t/ Konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
/n/Konsonan apikoalveolar, nasal. /l/Konsonan apikoalveolar,
sampingan. /r/ Konsonan apikoalveolar, getar. /z/ konsonan
laminoalveolar, geseran, bersuara. /s/ konsonan
laminoalveolar, geseran, tak bersuara. /ᶴ/ konsonan
laminopalatal, geseran, bersuara. /ñ/ konsonan laminopalatal,
nasal. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara. /c/
29
konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara. /y/ konsonan
laminopalatal, semivokal. /g/ konsonan dorsovelar, hambat,
bersuara. /k/ konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara. /ŋ/
konsonan dorsovelar, nasal. /x/ konsonan dorsovelar, geseran,
bersuara. /h/ konsonan laringal, geseran, bersuara. /?/ konsonan
glotal, hambat.
B. Bahasa Dayak Sawai
1. Pengertian Dayak Sawai
Dayak Sawai atau yang terkadang disebut juga Dayak Sawai adalah
kelompok masyarakat suku Dayak di Kabupaten Sanggau yang bermukim
di Kecamatan Sekadau Hulu. Suku ini tinggal selain di sepanjang Sungai
Sekadau, juga bermukim disepanjang Sungai Mentrap. Bahasa yang
dituturkan oleh masyarakat Dayak Sawai sepintas lalu tidak memperlihat
perbedaan dengan bahasa Jawantn, Taman Melayu, yang hidup
berdampingan dengan suku Dayak Sawai. Oleh karena itu, suku-suku
tersebut hampir semuanya dapat berkomunikasi dengan baik atau menimal
dapat saling paham. Disepanjang dua sungai besar, yaitu Sungai Sekadau
dan Sungai Mentrap, yang tersebar di 14 kampung. Kampung-kampung
30
ini tidaklah semuanya dihuni oleh suku Dayak Sawai. Kelompok ini juga
berasimilasi dengan berbagai subsuku Dayak yang ada di sekitarnya,
terutama dayak taman dan jawantn meskipun jumlahnya sangat kecil.
Adapun jumlah populasi Dayak Sawai pada saat penelitian ini dilakukan
berjumlah 4.825 jiwa. bahasa Dayak Sawai memperlihatkan ciri-ciri
bahasa Dayak yang dapat dikelompokan dalam kelompok melayik. Salah
satu ciri bahasa Dayak Sawai ini adalah pengucapan konsonan [ r] uvular
menjadi [v ] frikatif k. Gejala ini muncul baik posisi awal kata, tengah
kata, maupun pada posisi akhir (Surjani Alloy dkk. 2008: 274).
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Narbuko. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Alloy, Sujarni dkk. 2008. Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan
Bahasa Dayak di Kalimatan Barat. Pontianak: Institut
Dayakkologi.
Chaer, abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Nawawi, Hadari. (2003). Metodologi Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantiatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuldafrial. 2010. Penelitian Kuantatif. Pontianak: Stain Pontianak Press.
top related