4311409066identifikasi zadirachtin dari daun mimba (azadirachta indica) sebagai bio insektisida
Post on 29-Jul-2015
696 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1. Judul penelitian
IDENTIFIKASI AZADIRACHTIN DARI DAUN MIMBA
(Azadirachta indica) SEBAGAI BIO INSEKTISIDA
2. Latarbelakang masalah
Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida
sintetik telah menimbulkan banyak efek yang membahayakan bagi kesehatan.
Salah satunya adalah timbulnya efek residu pada tanaman objek. Hal ini
memberikan transfer pengaruh residu toksik baik pada manusia secara langsung
atau hewan-hewan lain.
Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk
beberapa jenis pestisida memiliki residu yang dapat bertahan hingga puluhan
tahun. Dari beberapa hasil monitoring yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat
ini residu pestisida yang sulit terurai hampir ditemukan di setiap lingkungan
sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh
negatif terhadap organisme yang tidak pada sasaran. Oleh karena sifatnya yang
beracun serta relatif resisten di lingkungan, residu yang tertinggal di lingkungan
menjadi masalah. Menurut WHO (world Health Organisation) paling tidak
20.000 orang meninggal akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000–10.000 orang
per tahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh,
kemandulan, dan penyakit liver (Barus, 2007).
Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetis, maka
para peneliti tertarik untuk mencari pestisida alternatif yang berasal dari
tumbuhan. Pestisida ini lebih selektif terhadap serangga sasaran dan lebih
bersahabat dengan lingkungan. Untuk itu para peneliti memulai lagi melakukan
pengujian terhadap tumbuhan yang telah diketahui bersifat pestisida seperti daun
mimba dan akar tuba (Nursal, 2004).
Penggunaan insektisida alami nabati (botani) relatif tidak meracuni
manusia, hewan, dan tanaman lainnya karena sifatnya yang mudah terurai
sehingga residu yang ditimbulkan juga mudah terurai, insektisida alami nabati
juga tidak menimbulkan efek samping pada lingkungan, bahan bakunya dapat
diperoleh dengan mudah dan murah, serta dapat dibuat dengan cara yang
sederhana sehingga mudah untuk diadopsi oleh petani (Setiawan, 2010)
1
Tanaman mimba (Azadirachta indica), terutama dalam biji dan daunnya
mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder seperti
azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin yang diduga sangat
bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi
(kosmetik dan obat-obatan), (Aradilla, 2009). Dzakiya,(2010) menggunakan
ekstrak daun mimba sebagai pestisida alam yang aman bagi mahkluk hidup dan
lingkungan yang diaplikasikan pada tanaman terong (Solanum melongena L)
untuk mengatasi dari hewan penggangu seperti belalang dan ulat. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa mimba tidak membunuh serangga secara langsung tetapi
mekanisme kerjanya menurunkan nafsu makan dan menghambat pertumbuhan
dan reproduksi. Di dalam ekstrak daun mimba terdapat senyawa azadirachtin yang
merupakan penurun nafsu makan dan ecdyson blocker (penghambat hormone
pertumbuhan serangga). Pengembangan bio insektisida memang sangat perlu
dilakukan kususnya pengunaan daun mimba karena di dalam daun mimba terdapat
beberapa senyawa sehingga tidak menimbulkan resisten terhadap hama tanaman.
3. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada alasan pemilihan judul maka permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut :
a. Berapakah kadar Azadirachtin yang terdapat di dalam daun Mimba
(Azadirachta indica)?
b. Bagaimana toksisitas ekstrak daun Mimba (Azadirachta indica) sebagai
bioinsektisida?
4. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Menentukan kadar Azadirachtin yang terdapat di dalam daun Mimba
(Azadirachta indica).
b. Mengetahui toksisitas ekstrak daun Mimba(Azadirachta indica) sebagai
bioinsektisid.
5. Luaran penelitian
Luaran dari penelitian ini adalah sebagi berikut
a. Mengetahui informasi tentang Azadirachtin yang dapat dikembangkan
pemanfaatannya untuk biopestisida dan penelitian lebih lanjut.
2
b. Dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alternative dalam
pemberantasan hama kususnya aleh jenis insekta (belalang dan
sejenisnya).
6. Kontribusi penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
c. Menambah informasi tentang Azadirachtin yang dapat dikembangkan
pemanfaatannya untuk pestisida dan penelitian lebih lanjut.
d. Memberikan informasi tentang toksisitas ekstrak daun Mimba
(Azadirachta indica) sebagai bioinsektisida pada walang sangit
7. Tinjaun pustaka
7.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
Mimba mempunyai nama lain Antelaea azadirachta (L.) Adelb.,
Azedarach fraxinifolia Moench, Melia azadirachta L., M. Fraxinifolia Adelb., M.
indica (A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes. Nama umum/dagang: Mimba. Nama
daerah/lokal : Mimba, Nimba (sunda), Intaran (Bali, Nusa Tenggara), Imbau
(Jawa Timur), Mempheuh, Membha (Madura). (Aradilla, 2009)
Pohon dan daun mimba dapat dilihat pada gambar (1.a) dan (1.b)
(1.a) (1.b)
Gambar (1.a) Pohon mimba dan (1.b) daun mimba
(Aradilla, 2009)
Mimba merupakan tanaman yang berasal dari India. Berdasarkan
sistematik tumbuhan, tanaman ini dalam taksonomi digolongkan sebagai domain
Eukaryota, kingdom Plantae,subkingdom Viridaeplantae, phylum Tracheophyta,
subphylum Euphyllophytina, infraphylum Radiatopses, kelas Magnoliopsida,
subclass Rosidae, superorder Rutanae, order Rutales, suborder Meliineae, family
Meliaceae, subfamily Clusioideae, genus Azadirachta, specific epithet indica –
A.Juss, Botanical name Azadirachta indica Adr. Juss (Aradilla, 2009).
3
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan bahwa pohon mimba
mempunyai aktivitas biologis sebagai insektisida. Menurut penelitian (Barus,
2007) minyak biji dan daun, ekstrak daun, ekstrak biji, dan ekstrak buah bersifat
aktif sebagai insektisida. Beberapa serangga yang mati dengan penyemprotan
bioinsektisida mimba adalah hama gudang (Setiawan, 2010), larva Aedes
aegypti, ulat kubis (Aradilla, 2009).
Semua bagian pohon mimba dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
kayu mimba kuat dan awet dapat digunakan untuk pembangunan rumah dan
perabot rumah tangga. Rebusan daun mimba dapat digunakan sebagai pembangkit
selera makanan dan obat malaria. Minyak yang diperoleh dari biji dapat
digunakan untuk pembuatan sabun, ampas bijinya dapat digunakan sebagai
campuran makanan ternak ( Nining,1999).
7.2 Kandungan kimia tanaman mimba
Isolasi dan identifikasi kandungan tanaman mimba yang pertamakali
dilakukan di India pada tahun 1942. Dalam Nining (1999) melaporkan bahwa
daun mimba mengandung serat kasar 11-24%, karbohidrat 48-51%, protein kasar
14-18%, lemak 2,3-6,9%, kalsium 0,8-2,4% ,dan fosfor 0,13-0,24%. Metabolit
yang ditemukan dari Azadirachta indica antara lain disetil vilasinin, nimbandiol,
3-desasetil salanin, salanol, azadirachtin. Biji mengandung azadirahtin, azadiron,
azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin, 17-epiazadiradion, 17-hidroksi
azadiradion dan alkaloid. Kulit batang dan kulit akar mengandung nimbin,
nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin (suatu
senyawa alkaloid). Buah mimba mengandung alkaloid (azaridin). Daun
mengandung azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin, dan paraisin
(suatu alkaloid dan komponen minyak atsiri mengandung senyawa sulfide).
Tangkai dan ranting hijau mengandung 2 tetranortriterpenoidhidroksibutenolida
yaitu desasetilnimbinolida dan desasetilisonimbinolida yang berhasil diisolasi
bersama dengan desasetilnimbin.(Aradilla, 2009)
7.3 Azadirachtin
Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk
4
dalam kelompok triterpenoid. Struktur senyawa azadirachtin di tunjukan dalam
gambar 2.
Gambar 2. Struktur Molekul Azadirachtin
(Nining, 1999)
Efek primer azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan
menghasilkan stimulan deteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor)
pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor
kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant).
Efek sekunder azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson
blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon
yang berfungsi dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada
proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larv, larva
menjadi kepompong ,dan dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan
dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga (Aradilla,
2009)
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang
mengakibatkan daya rusak srangga sangat menurun, walupun serangganya sendiri
belum mati. Oleh karena itu, dalam menggunakan pestisida nabati dari mimba,
seringkali hamanya tidak mati seketika setelah diaplikasi (knock down), namun
memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama
yang telah terpapar tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam
keadaan sakit (Kardiman, 2006)
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan
hama serangga enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus menarik di Afrika,
ketika belalang menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang
5
Cl CH
CCl3
Cl
belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba. Mimba pun dapat merubah
tingkah laku serangga, khususnya belalang yang tadinya bersifat migrasi dan
bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak.
Nimbin dan Nimbidin berperan sebagai antibiotik, antimikroorganisme, dan
antivirus (Kardiman, 2006). Menurut Nining (1999) dalam penelitian
azadirachitin dari biji mimba dibutuhkan waktu 48 jam ekstraksi dengan
mengunakan pelarut etanol pada suhu 400 C untuk mendapatkan kandungan
senyawa azadirachitin.
7.4 Insektisida
Insektisida adalah obat pemberantas serangga. Menurut bahannya
digolongkan menjadi insektisida organik dan insektisida anorganik. Contoh
insektisida organik adalah rotenon yang didapati dalam derris, sedangkan
insektisida anorganik misalnya arsenat. Berdasarkan efektivitasnya mekanisme
pembunuhan serangga digolongkan atas insektisida yang meracuni perut, kontak
dengan badan serangga, dan merusak pernafasannya. Berdasarkan bentuknya,
insektisida digolongkan menjadi insektisida cairan dan insektisida tepung
(powder). Insektisida sistemik adalah insektisida yang masuk ke dalam seluruh
bagian tanaman melalui jaringan dalam tanaman (Sadjad, 1993).
Senyawa insektisida terdiri beberapa golongan berdasarkan susunan rumus
bangunnya yaitu :
a) Organoklorin
Organoklorin adalah senyawa insektisida yang mengandung atom
karbon, klor, hidrogen, dan kadangkala oksigen. Berikut ini ini adalah
struktur DDT (dikloro difenil triklorida etana)
b) Organophosphat
Senyawa organophosphat merupakan golongan insektisida yang
cukup besar, lebih dari 100.000 senyawa organophosphat mempunyai sifat
insektisida. Senyawa organophosphat tidak stabil, tetapi organophosphat
6
CCl2O Cl
O
P
H3CO
H3CO
Br Br
S
Cl
Cl
Cl
Cl
O
O
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
Cl
lebih toksik terhadap hewan bertulang belakang jika dibandingkan dengan
senyawa organoklorin. Senyawa organophosphat mempengaruhi sistem
syaraf dan mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzim asetilkolin
esterase. Contoh senyawa organophosphat yaitu naled (1,2-dibromo-2,2-
dikloro dimetil phosphat). Berikut ini adalah struktur dari senyawa naled.
c) Organosulfur
Senyawa ini mempunyai rumus bangun dengan atom sulfur di
tengah–tengahnya. Hampir menyerupai DDT karena terdiri dari dua gugus
fenil. Organosulfur mempunyai toksisitas yang sangat rendah terhadap
serangga dan sangat baik digunakan untuk membunuh telur serangga.
Contoh senyawa organosulfur adalah tetradifon. Struktuturnya sebagai
berikut
d) Organotin
Senyawa organotin merupakan senyawa akarisida dan sering juga
digunakan sebagai fungisida. Senyawa ini sangat cocok untuk
mengendalikan kutu pada buah–buahan, jeruk, dan tanaman hias.
e) Turunan Benzena
Contoh turunan benzena adalah BHC ( Benzen Heksaklorin). BHC
mempunyai lima buah isomer, tetapi yang berfungsi sebagai insektisida
hanya isomer yang baunya menyengat. Berikut ini adalah struktur
1,2,3,4,5,6-heksaklorosikloheksana.
7
CH3 Cl Cl
O
O
f) Karbamat
Sifat senyawa golongan karbamat hampir sama dengan senyawa
organophosphat baik dari segi aktivitas maupun daya racunnya. Senyawa
karbamat merupakan turunan dari asam karbamat HOCO-NH2. Senyawa
karbamat menghambat enzim kolinesterase.
Contoh senyawa karbamat adalah karbaril. Strukturnya adalah sebgai
berikut :
g) Formamidin
Senyawa formamidin efektif digunakan untuk mengendalikan telur
dan larva ngengat, kutu, dan tungau. Aktivitasnya dengan cara
menghambat enzim monoaminooksidase. Contoh senyawa ini adalah
Klordimeform dan Amitraz.
7.5 Bioinsektisida
Tanaman merupakan sumber bahan kimia yang kaya akan kandungan
berbagai jenis bahan aktif, di antaranya bisa dijadikan sebagai pestisida nabati.
Mimba (Azadirachta indica), terutama dalam daunnya mengandung beberapa
bahan pestisida. Beberapa di antaranya adalah Azadirachtin, Salanin, Mehantriol,
Nimbin dan Nimbidin (Kardiman, 2006).
Racun Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu
hama pada proses metamorfosis, makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya.
Pestisida nabati mimba adalah pestisida yang ramah lingkungan, sehingga
diperbolehkan penggunakannya dalam pertanian organik (tercantum dalam SNI
Pangan Organik), serta telah dipergunakan di berbagai negara, termasuk Amerika
8
yang dikenal sangat ketat peraturannya dalam penggunaan pestisida, yaitu diawasi
oleh suatu badan yang disebut EPA (Environmental Protection Agency).
(Kardiman, 2006)
Menurut Fikri (2010) dalam penelitian bioinsektisida dari tembakau dapat
mematika walang sangit dalam waktu 1 jam, 1,5 jam dan 2 jam setelah
disemprotkan ekstrak tembakau. Variasi ekstrak tembakau yang digunakan dalam
penelitian 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml dan 5 ml yang di encerkan sampai volume 10 ml.
Dalam penelitian yang dilakukan Nining (1999) untuk mematikan larva ulat S.
litura dibutuhkan waktu selama 5 hari hal ini karena racun dari daun mimba
bersifat penghalau (repellent) sehingga racunya berkerja secara langsung. Ekstrak
dalam penelitian ini digunakan ekstrak mimba yang dilarutkan dalam etanol 0,5 %
dengan kosentrasi 10,100.dan 1000 ppm.
7.6 Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan dua atau lebih suatu zat
berdasarkan atas penggunaan pelarut yang tepat. Pelarut yang digunakan dapat
berupa pelarut organik maupun anorganik, hal ini tergantung dari bahan yang
diinginkan, apabila zat yang diinginkan zat organik maka pelarut yang digunakan
harus organik dan sebaliknya apabila yang diinginkan zat anorganik maka
pelarutnya juga anorganik. Ekstraksi meliputi distribusi zat pelarut diantara dua
pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang umum digunakan adalah air dan
pelarut organik seperti kloroform, eter dan alcohol (Winarni,2007).
Dalam prosedur ekstraksi, zat-zat terlarut akan terdistribusi diantara
lapisan air dan lapisan organik sesuai perbedaan kelarutannya. Pemisahan secara
ekstraksi ada dua macam yaitu ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair atau dikenal
sebagai ekstraksi pelarut (Winarni,2007).
Ekstraksi padat cair adalah salah satu metode pemisahan campuran terlarut
yang terdapat dalam sampel padat dengan pelarut organik. Alat yang biasa di
gunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah soklet sehingga ekstraksi ini dikenal
juga dengan metode sokletasi. Soklet merupakan suatu rangkaian alat ekstraksi
dari bahan gelas yang terdiri dari bahan labu, tempat sampel dan pendingin balik
(Winarni,2007).
9
Ekstraksi cair-cair adalah suatu peristiwa pemindahan suatu zat terlarut
diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Metode ini biasanya
menggunakan alat yaitu corong pisah (Winarni,2007).
7.7 Spektrofotometer Infra Merah (IR)
Senyawa senyawa yang belum diketahui gugus fungsionalnya dapat diuji
dengan data korelasi untuk mendeteksi gugus fungsional apa yang terdapat di
dalamya. Spektrofotometer Infra Merah (IR) adalah suatu instrumen yang
digunakan untuk mengukur radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang
(Fessenden, 1991).
Spektrum IR mengandung banyak campuran yang di hubungkan dengan
sistem vibrasi yang berinteraksi dengan molekul dan karena mempunyai
karakteristik yang unik untuk setiap molekul maka dalam spektrum ini juga akan
memberikan pita serapan yang khas (Sastrohamidojo, 2001).
Seperti pada metode Spektroskopi ultraviolet dan tampak, bila sinar
inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah
frekwensi diserap sedang frekwensi yang lain akan diteruskan karena atom atom
dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi maka penyerapan frekwensi
(energi) ini mengakibatkan terjadinya transisi diantara tingkat vibrasi tereksitasi.
Metode ini juga digunakan untuk mendeteksi gugus fungsional pada suatu
senyawa.
Senyawa tumbuhan dapat diukur dengan spektrofotometer IR yang
merekam secara otomatis dalam bentuk larutan (dalam kloroform, karbon
tetraklorida 1-5%), bentuk gerusan/ bentuk padat yang dicampur dengan kalium
bromide. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak gugus fungsi dapat di
identifikasi dengan menggunakan IR. Spektrofotometer IR merupakan cara yang
paling sederhana dan sering pula digunakan dalam fitokimia (Harborne, 1987)
10
Secara skematis komponen alat spektrofotometer infra merah ditunjukkan
pada gambar 4.
Gambar 5. Skema Peralatan Spektrofotometer Infra Merah
7.8 Kromatografi gas
Kromatografi gas merupakan metode pemisahan campuran menjadi
komponen-komponennya diantara fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak berupa
gas yang stabil sedangkan fasa diamnya berupa zat padat atau zat cair yang mudah
menguap. Cuplikan yang dapat dipisahkan dengan metode ini harus mudah
menguap. Metode ini sangat cepat bekerjanya, dalam waktu beberapa detik dapat
memisahkan secara sempurna, selain itu konsentrasi cuplikan sangat rendah
dengan konsentrasi cuplikan sampai mg/l. Kromatografi gas dapat juga digunakan
untuk analisis kualitatif atau kuantitatif senyawa organik. Cuplikan dalam bentuk
uap di bawa oleh aliran gas kedalam kolom pemisah, hasil pemisahan dapat
dianalisis dari kromatografi. Kromatogram adalah kurva yang diperoleh dari
pengukuran kromatografi. Alat yang digunakan untuk percobaan ini disebut
kromatograf (Hendayana, 1994).
7.9 Kromatografi Gas - spektrometer massa (GC - MS)
GC - MS merupakan gabungan antara kromatografi gas dengan
spektrometer massa. Sampel yang di analisis menggunakan GC - MS akan
menunjukkan berat molekul senyawa yang di analisis.
Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan campuran menjadi
komponen - komponen penyusunnya. Kromatografi gas dapat digunakan untuk
analisis kuantitati secara organik. Cuplikan dalam bentuk uap dapat di bawa oleh
aliran gas ke dalam kolom pemisahan, hasil pemisahan dapat di analisis dengan
kromatografi ini. Jumlah puncak menunjukkan senyawa yang terdapat dalam
cuplikan sedangkan luas permukaan menunjukkan konsentrasi senyawa.
11
Sumber cahaya
detektormonokromator
Tempat sampel
amplifierrekorder
Spektrometer massa merupakan alat untuk menentukan massa (berat)
molekul. Hasil - hasil yang di bentuk, ion - ion tidak bermuatan, yang massa -
massa limpahan relatifnya ditunjukkan dalam spektrum massa (Sastrohamidjojo,
2001). Dalam sebuah spektrometer di gambarkan keadaan gas dibombardir
dengan elektron yang berenergi cukup untuk mengalahkan potensial ionisasi
(sekitar 185 – 300 kkal/mol). Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah
satu elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah electron dari
molekul itu dan terbentuknya ion organik. Ion organik yang di hasilkan ini tidak
stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-
ion lain. Suatu molekul atau ion pecah menjadi fargmen-fargmen bergantung pada
kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur dan
massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur molekul induknya. Juga
sering kali untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa dari spektrum
massanya.
8. Metode penelitian
8.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kimia Organik Universitas
Negeri Semarang dan laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Penelitian di laboratorium Kimia Organik Unnes meliputi: preparasi
bahan sedangkan penelitian di laboratorium Universitas Gajah Mada Yogyakarta
meliputi analisis dengan instrumen IR, GC dan GC-MS.
8.2 Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah daun mimba kering. Sampel adalah
sebagian diambil dari populasi, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 500
gram daun mimba kering yang di ambil dari daerah Gunungpati Semarang.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah waktu yang di gunakan untuk maserasi
62 jam dan volume ekstrak daun mimba untuk uji tosisitas 0 ml, 100ml, 200ml,
300ml, dan 400ml yang dilarutkan masing-masing dalam 500ml aquades . Untuk
variabel terikat pada percobaan ini adalah toksisitas azadirachtin sebagai bio
insektisida. Untuk variabel terkontrol adalah lamanya ekstraksi,cara kerja, suhu
pemanasan dan alat – alat yang digunakan.
12
8.3 Alat dan Bahan
1. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Spektrofotometer IR Shimadzhu FTIR 820 IPC
b. Seperangkat alat kromatografi Gas–Spektrum Massa (GC–MS)
Shimadzu QP-2010s
c. Kromatografi gas (GC) (shimadzu)
d. Pipet volume
e. Neraca analitik
f. Erlenmeyer 250 ml (pyirec)
g. Corong pisah, Glastronic
h. Kolom kromatografi gelas
i. Blender
j. Beker gelas
k. Gelas ukur
l. evaporator
2. Bahan - bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Akuades
b. Serbuk daun mimba kering dari Kecamatan Gunungpati Semarang
c. Etanol teknis
d. Metanol 95% (pa, merck)
e. Etil asetat
f. petroleum benzene (pa, merck)
g. n-heksana teknis
h. Silika Gel GF265
8.4 Prosedur Kerja
7.4.1 Ekstraksi Azadirachtin dari daun mimba
1.Daun mimba yang sudah dikeringkan lalu diserbukkan dan disaring dengan
saringan 60 mesh. Sekitar 500 gram serbuk daun mimba dimaserasi
dengan n-heksana sebanyak 1,5 L
2.Hasil residu diekstraksi dengan etanol,
13
3.Ekstrak etanol kemudian dipartisi dengan petroleum benzene - metanol
dengan perbandingan 1:1
4.Dilanjutkan dengan partisi kedua dengan mengunakan etil asetat - air dengan
perbandingan 1:1
5.Selanjutnya isolat di murnikan dengan kromatografi kolom dengan silika gel
10 gram sebagai fase diam, panjang kolom 30 cm, diameter kolom 2 cm
dan dengan eluen etil asetat.
6.Hasil kromatografi kolom diuji menggunakan spektrofotometer IR, GC dan
yang paling baik di uji dengan GC-MS.
7.4.2 Uji efektivitas ekstrak daun mimba sebagai insektisida pada
jangkrik.
1. Disiapkan jangkrik dalam setiap toples sebanyak 10 ekor dan toples di
lubangi kecil kecil sebagai pernapasan untuk walang sangit.
2. Ekstrak mimba yang diambil setelah meserasi dengan etanol sebanyak 0,
200,400 mL diencerkan dengan air sampai volume 500 mL.
3. Ekstrak mimba berbagai kosentrasi disemprotkan ke dalam toples yang
terisi jangkrik.
4. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 7 hari
5. Dihitung jumlah jangkrik yang mati di setiap toplesnya.
8.5 Metode analisis data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang dipakai yaitu dengan
membaca spektrum dan kromatogram yang dihasilkan dari analisis menggunakan
instumentasi kimia antara lain spektrofotometer inframerah (IR), kromatografi gas
(GC) dan kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS).
Dari hasil spektrum IR yang dapat dianalisis adalah gugus fungsi yang
terdapat pada senyawa yang diamati. Dari hasil kromatogram GC-MS yang dapat
diamati adalah kemungkinan banyaknya senyawa dan kadar yang terkandung
dalam sampel.
14
Uji efektivitas ekstrak daun mimba sebagai insektisida jangkrik, dihitung
jumlah jangkrik yang mati selama pengamatan. Jumlah jangkrik yang mati dapat
ditulis seperti tabel 3.
Tabel 3. Jumlah jangkrik yang mati dalam konsentrasi ekstrak daun
mimba yang berbeda–beda.
Kosentrasi ekstrak mimba
(dalam 50 ml larutan)
Jangkrik yang mati
0mL Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
200mL Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
400mL Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Untuk uji efektivitas ekstrak mimba sebagai jangkrik digunakan uji F.
Rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ry= J 2
∑ n1Ry = Jumlah kuadrat rata -
rata
J = J1 + J2 + J3 + J4 + ….Jn J = Jumlah dalam kelompok
Ay=∑( J2
n1)−Ry Ay = Jumlah kuadrat antar kelompok
D y=∑ Y 2−Ry−A y Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompok
15
F=A y /(k−1)
D y /∑ (n−1)F = F hitung
∑Y 2=¿ Jumlah kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan
D y=∑ Y 2−Ry−A y
Dalam hal ini kita menggunakan statistik terdistribusi F dengan dk
pembilang v1 = (k-1) dan dk penyebut v2 = (n1+...+nk-k)
Jika harga Fh > Ft dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut Σ(ni-
1) untuk α=0,05, maka hipotesis nol Ho ditolak
Jika Ft > Fh sehingga Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Ft < Fh sehingga Ho ditolak dan Ha diterim
9. Jadwal penelitian
Jadwal kegiatan Program Penelitian Inovatif Mahasiswa JATENG
dilaksanakan dalam jangka waktu maksimal 3 (tiga) bulan, berikut ini rincian
kegiatan tersebut :
No Jenis KegiatanBulan
I II III IV V
1 Perencanaan
Mempersiapkan
administrasi.
Mempersiapkan peralatan
dan bahan
Menentukan tempat
pelatihan
√ √ √
√ √
√
2 Proses Penelitian √ √ √ √ √ √ √ √
3 Monitoring dan Evaluasi
(Monev) Melakukan
monitoring dan evaluasi
terhadap hasil penelitian
√ √ √ √
4 Pembuatan laporan
penelitian
√ √ √ √
16
10. Personil penelitian
a. Ketua Pelaksana
1. Nama Lengkap : Ika Amalia Firdos
2. NIM : 4311409066
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : kimia/kimia/MIPA/unnes
4. Alamat asal : Jl. Praja Muda 42/19 Tembok Luwung,kec.
Adiwerna,kab.tegal
5. Email : alia_firdaus@ymail.com
b. Anggota I
1. Nama Lengkap : Rina Mulyaningsih
2. NIM 4311409043
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT kimia/kimia/MIPA/unnes
4. Alamat Kos : Gang setanjung,sekaran, gunung pati,
semarang
5. Alamat Rumah : Desa Sampora 02/06 dusun manis,
kec.cilimus, kab.kuningan
c. Anggota II
1. Nama Lengkap : Yusuf Imam Maulana
2. NIM : 4401411065
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : biologi/biologi/MIPA/unnes
4. Alamat Kos : gang widdengsari sekaran gunung pati
semarang
5. Alamat asal : bandarsari bumijawa Rt 01 Rw 01 no 19
kec bumijawa kab tegal
d. Anggota III
1. Nama Lengkap : Sumaryono
2. NIM : 4350407058
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : Kimia/kimia/FMIPA/Unnes
17
4. Alamat Kos : Gang kantil,banaran, gunung pati,
semarang
5. Alamat asal : kedunggalar ngawi jatim
11. Nama dan biodata dosen pendamping
Nama lengkap dan gelar : Dra. Latifah, M.Si.
Golongan pangkat dan NIP : 196512281991022001
Jabatan fungsional :-
Jabatan structural :-
Fakultas/program studi : FMIPA/KIMIA
Peguruan tinggi :Universitas Negeri Semarang (unnes)
Bidang keahlihan :Kimia Anorganik
Waktu untuk kegiatan : 2 jam/minggu
12. Biaya penelitian
a. Bahan habis pakai
No Nama Bahan Harga Total
1 Daun mimba Rp 200.000,00
2 Etil asetat Rp 200.000,00
3 Uji sampel IR, GC, GCMS Rp 1.000.000,00
4 Petrolium benzen Rp 150.000,00
5 Etanol 70 % Rp 200.000,00
6 Metanol 70% Rp 200.000,00
7 Silika gel Rp 50.000,00
8 Sewa tempat penelitian dan peralatan
laboratorium
Rp 200.000,00
9 Aquades Rp 25.000,00
Jumlah Biaya Rp 2.225.000,00
b. Lain-lain:
No Jenis Biaya Frekuensi Harga Total
1 Biaya administrasi proposal
dan laporan penelitian
Rp 150.000,00
18
2 Pembelian peralatan, 5 toples,
saringan,
Rp 125.00000
4 Dokumentasi 1 kali Rp 100.000,00
6 Transportasi tempat penelitian
ke jogja
- Rp 400.000,00
Jumlah Biaya Rp 775.000,00
Jumlah Total Biaya Program Penelitian Mahasiswa: Rp 3.000.000,00
13. Lampiran
Daftar pustaka
Aradilla, Ashry Sikka. 2009. Uji efektivitas larvasida ekstrak ethanol daun mimba
(azadirachta indica). Tehadap larva aedes aegypti. sekripsi Semarang :
Universitas Diponegoro
Barus, Alfredo. 2007. Uji Efektifitas Beberapa Pertisida Nabati Untuk
Mengendalikan Penyakit Pada Tanaman Kacang Kedelain. Sekripsi.
Medan: Universitas Negeri Medan, 15
Dzakiya, Nurul. 2010. Pemanfaatan daun mimba (azadirachta indica Juss)
Sebagai pestisida alami yang aman Bagi makhluk hidup dan ramah
lingkungan. Jurnal. Malang: Universitas Negeri Malang.
Fikri. 2010. Uji efektivitas bioinsektisida tembakau terhadap walang sangit.
Jurnal. Semaang : Universitas Negeri Semarang
Fessenden, R.J and J.S Fessenden. 1981. Organic Chemistry. Diterjemahkan oleh
A.H Pudjatmaka. 1992. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Harborne, J.B. 1996. Phytochemical methods. Diterjemahkan oleh kosasih
padmawinata dan iwang soediro. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit
ITB.
Hendayana, S. 1996. Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatuan. Semarang: IKIP
Semarang Press.
19
Kardiman, Agus. 2006. Mimba (azadirachta indica) biasa merubah prilaku hama.
Bulletin Sinar Tani edisi 29 maret – 4 april 2006
Nining,eulis. 1999. Analisis azadiachitin dari kalus dan tanaman mimba. Tesis.
Jakarta: Universitas Indonesia
Nursal. 2004. Jurnal Komunikasi Penelitian. 16
Sadjad, Sjamsoe’oed. 1993. Kamus Pertanian. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sastrohamidjojo. 2001. Dasar-dasar Spektroskopi. Yogyakarta. Liberty
Setiawan,Doni. 2010. Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta
indica A. Juss) Terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang
Sitophilus oryzae Linn. Jurnal penelitian sains. Sriwijaya: Universitas
sriwijaya, 1006-12-47
Winarni. 2007. Dasr – Dasar Pemisahan Analitik. Semarang: unnes
Daftar riwayat hidup
a. Ketua Pelaksana
1. Nama Lengkap : Ika Amalia Firdos
2. NIM : 4311409066
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : Kimia/Kimia/FMIPA/Unnes
4. Alamat asal : Jl. Praja Muda 42/19 Tembok Luwung,kec.
Adiwerna,kab.tegal
5. Pengalaman Organisasi :
a. BEM FMIPA
b. SKI
6. Prestasi : PKM didanai Dikti tahun 2012
b. Anggota I
1. Nama Lengkap : Rina Mulyaningsih
2. NIM : 4311409043
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : Kimia/kimia/FMIPA/Unnes
4. Alamat Kos : Gang setanjung,sekaran, gunung pati, semarang
20
5. Alamat asal : Desa Sampora 02/06 dusun manis,kec.cilimus,
kab.kuningan
6. prestasi : PKM didanai DIKTI tahun 2011
PKM didanai DIKTI tahun 2012
c. Anggota II
1. Nama Lengkap : Yusuf Imam Maulana
2. NIM : 4401411065
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : pen biologi/biologi/FMIPA/Unnes
4. Alamat Kos : gang widdengsari sekaran gunung pati semarang
5. Alamat asal : bandarsari bumijawa Rt 01 Rw 01 no 19 kec
bumijawa kab tegal
d. Anggota III
1. Nama Lengkap : Sumaryono
2. NIM : 4350407058
3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : Kimia/kimia/FMIPA/Unnes
4. Alamat Kos : Gang kantil,banaran, gunung pati, semarang
5. Alamat asal : kedunggalar ngawi jatim
6. prestasi : PKM didanai DIKTI tahun 2010
PKM didanai DIKTI tahun 2011
PKM didanai DIKTI tahun 2012
21
top related