33.penatalaksanaa ppok eksaserbasi akut
Post on 21-Oct-2015
88 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
P a g e | 1
Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut
Dr. Anna Uyainah ZN, Sp.PD, K-P, FINASIM
Divisi Pulmonologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
I. PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik yang
cukup tinggi prevalensinya dan merupakan penyebab keempat kematian terbesar di
dunia, kematian umumnya disebabkan karena komplikasinya.
Dalam meningkatkan kecepatan diagnosis dan menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas, maka the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
membuat konsensus mengenai PPOK mulai dari Diagnosis, faktor risiko, manajemen dan
pencegahannya.
Definisi PPOK menurut GOLD 2010 yaitu PPOK merupakan suatu penyakit
yang dapat dicegah dan diobati, dapat mempengaruhi organ di luar paru yang dapat
memperberat kondisi pasien, ditandai dengan terbatasnya aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversible. Keterbatasan aliran udara pada umumnya progresif dan
dihubungkan dengan renspon inflamasi yang abnormal pada paru yang disebabkan oleh
partikel gas di udara .
PPOK eksaserbasi akut didefinisikan sebagai kondisi pasien PPOK yang
mengalami perubahan diantaranya sesak (yang bertambah) , batuk yang semakin berat ,
sputum yang bertambah atau berubah warna. Dalam kondisi ini pengobatan boleh
ditingkatkan dari pengobatan PPOK stabil.
Kejadian eksaserbasi pada PPOK menyebabkan perburukan fungsi paru dan klinis
umumnya, namun apabila dapat ditatalaksana dengan tepat fungsi paru dapat kembali
seperti kondisi sebelum eksaserbasi, walaupun sering tidak sepenuhnya. Eksaserbasi
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan prognosisnya.
P a g e | 2
Pencegahan terjadinya eksaserbasi akut, deteksi dini dan pengobatan sesegera
mungkin apabila terjadi eksaserbasi akut perlu dilakukan untuk mencegah progresifitas
PPOK.
II. FAKTOR RISIKO
Identifikasi faktor risiko merupakan langkah penting untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengobatannya. Identifikasi merokok merupakan hal yang utama, namun
masih banyak faktor risiko lain yang menyebabkan timbulnya PPOK. Banyak pula
ditemukan pasien PPOK yang bukan perokok.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan PPOK :
Gen
Paparan partikel :
Asap rokok
Debu organik dan anorganik
Polusi udara ruangan yang berasal dari asap alat memasak
Polusi udara
Perkembangan Paru
Oxidative stress
Gender
Umur
Infeksi saluran pernafasan
Riwayat Tuberkulosis
Status Sosioekonomi
Nutrisi
Penyakit penyerta
III. DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis PPOK diperlukan adanya faktor risiko dan gejala kilnis
serta adanya kelainan obstruksi jalan nafas berdasarkan pemeriksaan spirometri.
P a g e | 3
Gejala klinik yang umum didapatkan :
Sesak nafas
Batu kronik, produktif ataupun nonproduktif
Riwayat terpapar polutan
Riwayat Tuberkulosis
Berdasarkan spirometri, kelainan obstruksi jalan nafas apabila pada pemeriksaan
spirometri post bronkhodilator ditemukan FEV1/FVC < 0.70 dan FEV1 < 80% nilai
prediksi yang tidak sepenuhnya reversibel.
Berdasarkan pemeriksaan spirometri, PPOK diklasifikasikan sebagai berikut :
STADIUM PPOK HASIL PEMERIKSAAN SPIROMETRI POST BRONKHODILATOR
I : RINGAN FEV1/FVC < 0,70 FEV1 > 80% prediksi
II : SEDANG FEV1/FVC < 0,70 50% < FEV1 < 80% prediksi
III : BERAT FEV1/FVC < 0,70 30% < FEV1 <50% prediksi
IV : SANGAT BERAT FEV1/FVC < 0,70 FEV1 < 30% prediksi atau FEV1 < 50% prediksi + gagal nafas kronik
IV. MANAJEMEN PPOK
Tujuan dari manajemen PPOK adalah sebagai berikut :
1. Membebaskan gejala
2. Mencegah progresifitas penyakit
3. Meningkatkan toleransi latihan
4. Meningkatkan status kesehatan
5. Mencegah dan mengobati komplikasi
6. Mencegah dan mengobati eksaserbasi
7. Mengurangi angka kematian
P a g e | 4
Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen PPOK berdasarkan GOLD 2010 update,
dibagi dalam 4 komponen :
1. Penilaian dan Evaluasi Penyakit
2. Pengurangan Faktor Resiko
3. Manajemen PPOK Stabil
4. Manajemen Eksaserbasi
1. Penilaian dan Evaluasi Penyakit
Diagnosis klinik PPOK perlu dipikirkan pada pasien dengan sesak, batuk kronik
atau adanya sputum yang produktif, dan atau adanya paparan faktor risiko. Diagnosis
harus dengan konfirmasi pemeriksaan spirometri.
Diagnosis PPOK eksaserbasi akut perlu dipertimbangkan pada pasien PPOK yang
mengalami perubahan diantaranya sesak (yang bertambah) , batuk yang semakin berat ,
sputum yang bertambah atau berubah warna. Dalam kondisi ini pengobatan boleh
ditingkatkan dari pengobatan PPOK stabil.
Pemeriksaan Analisis Gas Darah (AGD) perlu dilakukan pada pasien dengan
FEV1<50% prediksi atau secara klinis memperlihatkan adanya gejala gagal nafas kronik
atau gagal jantung kanan.
2. Pengurangan Faktor Resiko
Pengurangan paparan terhadap asap rokok, bahan kimia, polusi udara ruangan
ataupun lingkungan luar merupakan hal yang penting dalam mengurangi faktor risiko.
Berhenti merokok merupakan satu tindakan yang paling efektif dan cost effective
dalam mengurangi faktor risiko terhadap kejadian PPOK.
3. Manajemen PPOK Stabil
Manajemen PPOK stabil selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada topik
tersendiri, silahkan untuk merujuk pada publikasi CME Online tentang hal tersebut.
P a g e | 5
4. Manajemen Eksaserbasi
PPOK eksaserbasi akut didefinisikan sebagai kondisi pasien PPOK yang mengalami perubahan diantaranya sesak (yang bertambah) , batuk yang semakin berat , sputum yang bertambah atau berubah warna. Dalam kondisi ini pengobatan boleh ditingkatkan dari pengobatan PPOK stabil.
Penyebab umum eksaserbasi adalah infeksi trakheobronkial dan polusi udara, namun kira-kira sepertiga dari penyebab eksaserbasi yang berat belum dapat diidentifikasi.
Gejala eksaserbasi perlu segera diketahui agar lebih cepat ditatalaksana sehingga dapat menurunkan mortalitas. Langkah diagnostik dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pulse oximetri, foto toraks, EKG, sputum gram dan sputum kultur MOR. Pemeriksaan darah rutin, elektrolit darah, dan gula darah sebaiknya dilakukan yang juga bermanfa’at untuk melihat komorbiditas. Pemeriksaan spirometri pada PPOK eksaserbasi akut tidak direkomendasi, karena selain penilaian tidak akurat, juga pasien PPOK eksaserbasi akut dalam keadaan kondisi sulit.
Perawatan pasien PPOK lanjut dapat dilakukan di rumah atau di rumah sakit.
A. MANAJEMEN PERAWATAN DI RUMAH
Perawatan di rumah dapat dilakukan selama tidak didapatkan gagal napas dengan asidosis.
Pengobatan pasien PPOK Eksaserbasi akut yang dirawat di rumah :
1. Bronkodilator
Pemberian bronkodilator (short acting bronchodilator therapy) dapat dengan meningkatkan dosis dari dosis sebelumnya, lebih dianjurkan menggunakan B2 Agonis.
2. Glukokortikoid
Pemberian kortikosteroid sistemik bermanfaat untuk tatalaksana eksaserbasi PPOK, diantaranya : mengurangi waktu penyembuhan, memperbaiki nilai FEV1 dan hipoksemia, mengurangi risiko eksaserbasi akut selanjutnya dan mengurangi kegagalan pengobatan. Kortikosteroid dapat diberikan dalam bentuk prednisolon oral 30-40 mg per hari selama 7-10 hari. Pemberian budesonide tunggal atau kombinasi dengan formoterol merupakan alternatif.
P a g e | 6
3. Antibiotik.
Antibiotik dapat diberikan secara empirik pada awal pengobatan dan disesuaikan setelah ada hasil biakan dan resistensi kuman.
B. MANAJEMEN PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Pasien PPOK eksaserbasi dengan kondisi berat perlu dilakukan perawatan di rumah sakit .
Adapun indikasi perawatan dirumah sakit adalah sebagai berikut :
- Adanya perburukan gejala, seperti sesak yang bertambah berat
- PPOK yang sudah lanjut
- Bertambah beratnya kondisi fisik ( sianosis, edema perifer)
- Gagal pengobatan eksaserbasi
- Adanya komorbiditas yang memperburuk eksaserbasi
- Riwayat seringnya eksaserbasi
- Adanya arhytmia
- Usia lanjut
- Perawatan dirumah kurang memenuhi persyaratan
TATALAKSANA PPOK EKSASERBASI DI RUMAH SAKIT
Saat pasien tiba di unit gawat darurat, pertolongan yang diberikan pertama adalah pemberian oksigen, dan penilaian apakah pasien membutuhkan perawatan ICU.
Tatalaksana di unit gawat darurat :
1. Penilaian beratnya eksaserbasi dan tempat perawatan yang tepat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, analisis gas darah dan foto toraks.
2. Pemberian Oksigen dan penilaian analisis gas darah setelah 30-60 menit.
3. Pemberian bronkodilator, sebaiknya diberikan short acting bronkodilator, bila belum
respon dapat dikombinasi dengan antikolinergik.
P a g e | 7
4. Pemberian steroid oral atau intravena.
5. Antibiotik oral atau injeksi bila ada tanda-tanda infeksi, diberikan sesuai beratnya
eksaserbasi.
6. Pertimbangkan kebutuhan ventilasi mekanik non invasive.
Ventilasi mekanik non invasive pada PPOK eksaserbasi dapat memperbaiki asidosis
respiratorik, peningkatan PH, penurunan kebutuhan intubasi endotrakeal ,
menurunkan PaCO2, frekuensi pernafasan, sesak nafas yang berat, lama perawatan,
dan mortalitas.
7. Perhatikan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan eksaserbasi, usia, dan komorbiditas.
Setelah tatalaksana di unit gawat darurat, dipertimbangkan kebutuhan ruang rawat
selanjutnya, apakah perawatan di ruang rawat atau di ICU.
Setelah eksaserbasi akut menjadi tenang, selanjutnya penatalaksanaan dilanjutkan sesuai
PPOK stabil, dan penilaian waktu pemulangan pasien dengan terapi yang adekuat.
Pendidikan kepada pasien dan keluarga sangat diperlukan untuk membantu pencegahan eksaserbasi berulang, karena eksaserbasi akan memperburuk prognosis dan kualitas hidup.
top related