03-3 pompa jet
Post on 05-Nov-2015
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 1 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
PERENCANAAN DAN TROUBLESHOOTING POMPA JET
1. TUJUAN Memilih pompa jet, berdasarkan jenis pompa, merek dagang, kombinasi ukuran nozzel dan throat
serta konfigurasi instalasinya, agar diperoleh produksi maksimum tanpa membentuk kavitasi.
Catatan : Pompa yang digunakan pada saat ini yang ada hanya merk NATIONAL, sedang merk yang
lain tidak ada di catalog mulai tahun 2000.
2. METODE DAN PERSYARATAN 2. 1. Metode
Metode Analitis.
2. 2. Persyaratan
Tidak ada persyaratan khusus.
3. LANGKAH KERJA 1. Siapkan data pendukung :
Laju aliran di lubang masuk (Qs)
Tekanan di lubang masuk (Ps)
Gas-Oil Ratio (GOR)
Water cut (WC)
Gradien fluida produksi (Gs)
Panjang tubing (L)
Viskositas (d, o, w)
Gradien fluida (Gd, Go, Gs, Gw)
Diameter dalam casing atau tubing (D1)
Diameter luar tubing (D2)
Tekanan permukaan power fluid (Pt)
2. Dari data laju produksi Qs, tekanan isap Ps dan GOR, hitung luas anulus minimum Asm agar tak
terjadi kavitasi.
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 2 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
( ) ( ) ( )
+=
sss
ssm PGORWC
PGQA 24650
1691
1 (1)
3. Dari Tabel "Throat Annulus Area" Tabel 2, 3 atau 4 pilih suatu kombinasi nozzle dan throat yang
luas anulusnya lebih besar, yang terdekat dengan harga Asm.
4. Anggap tekanan kerja pompa di atas permukaan Pt, yang minimum besarnya antara 2000 - 4000
psi.
5. Hitung tekanan di nozzle (Pn)
Pn = Pt + Gn (D) Pfn (D) (2)
Menurut Coberly kehilangan tekanan di anulus atau tubing Pf dapat dihitung dengan persamaan :
( )( ) ( )79.1
21.0
21
22
21
1.0
211
222
2121
8
21.010202 QGGU
DDDD
DDDDDDD
LP no
of
=
(3)
dimana Q = Qn (ambil sembarang Qn) dan Pf = Pfn (D)
Selain dengan menggunakan persamaan (3), harga Pf dapat ditentukan dari Grafik 1.
6. Hitung laju power fluida Qn menggunakan persamaan (4). Apabila Qn tidak sama dengan
anggapan Qn di langkah 4, maka ulangi perhitungan Pfn sampai mendapat harga Qn yang sesuai.
n
snn G
PPAQn = 832 (4)
7. Hitung laju alir fluida (campuran fluida produksi dan power fluid) yang kembali ke permukaan,
Qd, dengan menggunakan persamaan berikut:
Qd = Qn + Qs (5)
8. Hitung gradien suction pompa (gradien fluida produksi)
Gs = (Gw x WC) + (1-WC)Go (6)
9. Hitung gradien fluida campuran yang kembali ke permukaan
Gd = (Gs X Qs + Gn x Qn)/Qd (7)
10. Hitung persen kadar air fluida campuran WCD.
WCD = Qs x WC / Qd (8)
Apabila power fluida adalah air, maka
WCD = (Qn + Qs x WC) / Qd (9)
11. Hitung GLR (gas liquid ratio, perbandingan gas-cairan) fluida yang kembali :
GLR = Qs (1 WC) GOR/Qd (10)
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 3 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
12. Jika GLR lebih besar dari 10 SCF/STB, tentukan kehilangan tekanan fluida yang kembali Pfd
dengan menggunakan korelasi aliran multifasa vertikal seperti pada buku The Technology of
Artificial Methods, Brown K.E. (Ref. 4) dan lanjutkan ke langkah 13.
13. Jika GLR kurang dari 10 SCF/STB, tentukan viskositas fluida campuran yang kembali ke
permukaan (d) menggunakan persamaan (11) dan selanjutnya hitung kehilangan tekanan fluida
yang kembali (Pfd) menggunakan persamaan (3). Dalam hal ini Pf = Pfd x D dan Q = Qd.
d = Wcd x w + (1 - Wcd) o (11)
Harga viskositas campuran (d) yang dihitung persamaan (11), dengan anggapan bahwa
campuran minyak - air tidak menghasilkan emulsi dan, bila power fluid digunakan adalah minyak
maka viskositasnya sama dengan viskositas minyak yang diproduksi.
14. Tentukan tekanan discharge pompa (Pd), yaitu jumlah dari tekanan hidrostatika di pipa balik,
kehilangan tekanan karena friksi (Pfd) dan tekanan kepala sumur (THP atau Pwh).
Pd = Gd (D) + Pfd (D) + Pwh (12)
15. Hitung M dengan menggunakan persamaan (13), berikut ini:
( ) ( )nnss GQGsWCWCP
GORQM
+
+= 18.21
2.1
(13)
16. Hitung N dari persamaan (14)
( )( )CKCN
n +=
1 (14)
( )( ) ( ) ( )222
22
111212
MKRRMRRC
td +++= (15)
Pada persamaan (14) dan (15) harga Ktd dan Kn didapat secara empiris. Guiberson menggunakan
angka Kn = 0,03, untuk National Kn = 0,06 dan untuk Kobe Kn = 0,07 dalam PK ini digunakan
angka Kn = 0,03 (dengan anggapan bahwa pipa nozzle sangat licin). Selain itu harga Ktd = 0,20.
Gambar 2 digunakan untuk mencari harga N untuk pompa National. Untuk pompa lain lakukan
interpolasi.
17. Hitung N dari persamaan (16) dan bandingkan dengan harga N dari langkah 14. Jika perbedaan
harga N kurang dari 0,5 %, lanjutkan ke langkah 18. Bila lebih dari 0,57 hitung tekanan di nozzle
Pn yang baru menggunakan persamaan (17) dan ulangi langkah 6 sampai dengan 17 hingga
didapat perbedaan harga N kurang dari 0,5 %.
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 4 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
dn
sd
PPPPN
= (16)
18. Hitung tekanan nozzle Pn yang baru.
NPPPP sddn
+= (17)
19. Tentukan tekanan pompa permukaan Pt yang baru.
( ) ( )DPDGPP fnnnt += (18)
20. Hitung laju aliran maksimum Qsc tanpa terjadi kavitasi:
( )sm
ntssc A
AAQQ = (19)
21. Hitung daya kuda pompa permukaan, HP, dengan menganggap bahwa efisiensi sebesar 90 %.
52910tn PQHP = (20)
4. DAFTAR PUSTAKA 1. ARCO Super School, Dallas, Texas, 1981.
2. ARMCO: Hydraulic Pumping System. California, 1979.
3. Bleakley, W.B., Design Consideration in Choosing a Hydraulic System. Pet. Eng. International,
Jul. 78.
4. Brown K.E.et al.: The Technology of Artificial Lift Methods Vol. 2b, Pet. Publ. Co., Tulsa, 1980.
5. Frick, T.C., Petroleum Production Handbook. Vol. 1, McGraw Hill Book Co., New York, 1962.
6. Personal Communication with Mr. R. B. Gaul, ARII.
7. Petrie, H., Wilson, P.M. & Smart, E, E.: Jet Pumping Oil Veils - Design Theory. Hardware
Options and Application Considerations, part 1-3, World Oil, Nov. 83-Jan. 84.
8. Petrie, H., Wilson, P.M. & Smart, E. E., The Theory, Hardware and Application of the Current
Generation of Oil Well Jet Pumps. Southwestern Petroleum Course, Dept. of P. E., Texas Tech.
Univ., Lubbock, 1983.
9. Wilson, P.M., Introduction to Hydraulic Pumping, Kobe Inc., 1976.
10. Winkler, H. W., Design of Artificial Lift for High Rate Production. OGCI, 1980.
11. Zaba, J. & Doherty, W. T., Practical Petroleum Engineers Handbook. 5th. Ed., Gulf Publ. Co.,
Houston, 1970.
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 5 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
5. DAFTAR SIMBOL An = Luas nozzle, in2
As = Luas annulus throat (At - An), in2
Asm = Luas annulus throat agar tak terjadi cavitasi, in2
At = Luas throat, in2
D = Kedalaman vertikal sumur, ft
D1 = Diameter dalam casing atau tubing, in
D2 = OD pipa tubing didalam pipa lain untuk aliran annulus
Eff = Effisiensi pompa jet
Gd = Gradient fluida campuran yang kembali, psi/ft
GLR = Gas liquid ratio pada aliran kembali, SCF/STB
Gn = Gradient power fluid, psi/ft
Go = Gradient minyak produksi, psi/ft
GOR = Gas-oil ratio, SCF/STB
Gs = Gradient fluida produksi (suction), psi/ft
Gw = Gradient air, psi/ft
HP = Daya kuda (horse power), hp
Kn = Koeffisien geser pada nozzle
Ktd = Koeffisien geser pada Throat-diffuser
L = Panjang tubing, ft
M = Dimensionless mass flow ratio
N = Dimensionless pressure recovery ratio
Pd = Tekanan discharge pompa, psi
Pf = Kehilangan tekanan karena friksi di anulus atau tubing, psi/ft
Pfn = Kehilangan tekanan karena friksi power fluid, psi/ft
Pf = Kehilangan tekanan karena friksi didischarge (pipa kembali), psi/ft
Pn = Tekanan pada lubang masuk nozzle, psi
Ps = Tekanan lubang masuk (suction) fluida produksi, psi
Pt = Tekanan pemukaan power fluid (triplex), psi
Pwh = WHP = THP = tekanan kepala sumur dipipa produksi, psi
Qd = Laju aliran pada discharge pompa, B/D
Qg = Laju aliran gas melalui pompa, B/D
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 6 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Qn = Laju aliran di nozzle, B/D
Qs = Laju aliran di suction (lubang masuk pompa, B/D)
Qsc = Laju aliran produksi maksimum tanpa kavitasi, B/D
R = perbandingan luas nozzle terhadap luas throat, tanpa dimensi
WC = Kadar air, fraksi
WCD = Water cut pada aliran balik kepermukaan, fraksi
d = Viskositas f luida campuran, cp
o = Viskositas minyak, cp
w = Viskositas air, cp
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 7 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
6. LAMPIRAN 6.1 LATAR BELAKANG
Pompa Jet (Jet Pump = JP) telah dikembangkan sejak tahun 1930-an. Jet Pump cukup
populer akhir-akhir ini untuk pompa air di rumah-rumah atau industri kecil maupun besar. Di
dalam industri perminyakan penggunaan pompa jet dimulai sejak tahun 70-an, yaitu setelah
dilakukan percobaan penggunaan secara serentak di California, West Texas dan New Mexico. Di
Indonesia pompa jet telah digunakan di Kalimantan. Ada tiga pabrik pembuat pompa jet untuk
industri perminyakan yaitu Armco Packed Pump (National), Kobe, dan Guiberson, namun yang
bertahan hingga kini adalah Armco Packed Pump (National).
Untuk operasi Jet Pump, tersedia 2 jenis sistem power fluid, yaitu:
a. CPF (close power fluid), di mana power fluid yang mengalir kembali ke permukaan terpisah
dari fluida produksi. Sistim ini hanya bisa dilakukan untuk pompa piston hidrolik.
b. OPF (open power fluid), di mana power fluid bercampur dengan fluida produksi dan
sebagian dari campuran ini akan diproses dan dibersihkan dan sebagian kembali ke tanki
penyimpan power fluid untuk diinjeksikan kembali ke sumur-sumur. Sistem OFF dapat
untuk pompa piston hidrolik maupun jet.
JP mempunyai waktu operasi yang cukup lama bila dirancang dengan tepat, selain itu
biaya operasinya rendah dan tidak mudah rusak karena tidak ada bagian-bagian yang bergerak.
Oleh karena itu dapat digunakan pada sumur-sumur yang sedikit mengalami masalah pasir. Pada
beberapa keadaan, pompa jet digunakan untuk sumur yang baru diproduksikan, dan setelah
produksi bersih dari padatan-padatan, pompa jet diganti ke pompa piston hidrolik. Pompa Jet
umumnya merupakan free pump sehingga mudah diangkat ke permukaan untuk perbaikan atau
penggantian.
Adanya gas bahkan dapat membantu aliran fluida ke permukaan, karena dapat
memperkecil kehilangan tekanan aliran pada waktu fluida kembali ke permukaan. GOR
maksimal yang diharapkan sekitar 400 - 500 SCF/STB, tanpa mengurangi efisiensi pompanya.
Laju produksi yang dihasilkan biasanya antara 100 - 600 B/D (Armco akhir-akhir ini telah
merancang pompa berukuran 12000 B/D). Daya kuda pompa di permukaan adalah 6 - 20 HP dan
kedalaman pemasangan pompa dibawah permukaan sampai kedalaman 8000 ft. Pada beberapa
instalasi jet pump, penggunaannya dapat dipertukarkan dengan PHP (pompa piston hidrolik).
Pompa jet mempunyai dua kekurangan, yaitu membutuhkan daya kuda yang relatif lebih
besar dari pada pompa lainnya, sehingga efisiensi rendah (hanya 25 - 35 %) dan untuk
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 8 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
menghindari terjadinya kavitasi dibutuhkan penenggelaman pompa yang cukup dalam atau
diupayakan tekanan isap cukup besar.
Prinsip kerja pompa ini adalah berdasarkan transfer momentum antara dua fluida, dimana
fluida bertekanan tinggi dipompakan (dengan menggunakan pompa di permukaan) melewati
nozzle, dan akan bercampur dengan fluida produksi di pipa pencampur, throat, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4, sehingga pada titik keluar nozzle dihasilkan kecepatan yang tinggi
(Jet), yang akan merubah energi potensial menjadi energi kinetis. Dengan bercampurnya power
fluid dengan fluida produksi maka momentum dipindahkan ke fluida produksi sehingga
energinya akan meningkat. Dengan melewatkan campuran tersebut melalui diffuser (pipa melebar
dengan sudut sekitar 6) maka akan terjadi penurunan kecepatan dan sebagian diubah kembali
menjadi energi potential (tekanan) yang cukup untuk mengalirkan campuran fluida tersebut ke
permukaan.
Ukuran dan bentuk nozzle dan throat mempengaruhi laju alir, sedangkan luas nozzle dan
luas throat mempengaruhi head yang terjadi. Makin besar perbandingan luas nozzle terhadap
throat maka makin besar head yang bisa didapat karena laju produksi yang didapat berkurang,
dan ini berarti makin besar energi (momentum) yang bisa diserap oleh sejumlah fluida produksi
tadi. Keadaan ini cocok untuk kedalaman pompa yang relatif dalam dengan laju produksi rendah.
Apabila perbandingan nozzle terhadap throat berkurang, maka luas daerah masuknya fluida
produksi lebih besar, dan ini berarti relatif lebih sedikit momentum yang bisa dipindahkan, yang
berarti pula laju produksi besar tetapi head kecll. Pompa jet ini sesuai untuk sumur dengan
dangkal dengan laju produksi relatif besar.
Memproduksikan dengan laju besar tetapi nozzle besar akan menyebabkan kehilangan
tekanan akibat geseran di lubang masuk sangat besar, dan sebaliknya memproduksikan dengan
laju kecil tetapi lubang masuk besar (suction besar, nozzle kecil) dapat menyebabkan turbulensi
pada throat karena jet yang sangat cepat, sehingga keadaan ini tidak effisien.
Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan pengangkatan buatan
menggunakan pompa jet. Selain hal tersebut di atas, faktor lain yang harus diperhatikan pula
adalah kavitasi (cavitation), yaitu keadaan di mana kecepatan fluida yang masuk terlalu cepat,
sehingga tekanan turun di bawah tekanan titik gelembung (bubble point pressure), sehingga
gelembung gas yang keluar dari larutan akan mengakibatkan getaran (shock wave) yang dapat
mengikis dinding throat. Kerusakan pompa dapat terjadi dalam waktu relatif singkat (beberapa
jam atau beberapa hari saja setelah kejadian tersebut).
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 9 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Karena ukuran throat dan nozzle bermacam-macam, maka diperlukan grafik ulah
(performance curves) pompa jet dalam jumlah yang banyak. Untuk mengatasi hal ini Gosline dan
O'Brien telah menurunkan beberapa persamaan untuk kelakuan jet pump, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Cunningham. Dengan persamaan-persamaan ini, dan dengan mengetahui
geometri pompanya, maka kelakuan jet pump tersebut dapat ditentukan. Persamaan-persamaan
yang diturunkan tanpa dimensi, dapat digunakan untuk setiap ukuran pompa. Oleh karena selama
operasi harga Reynold Number cukup besar, maka pengaruh viskositas dapat diabaikan.
Atas dasar persamaan energi dan momentum untuk nozzle, suction throat dan diffuser,
diturunkan persamaan-persamaan (13) dan (14). Gambar 2 menunjukkan suatu kurva
performance tak berdimensi N terhadap M, dimana M dari persamaan (13) dan N dari persamaan
(15). Grafik ini adalah untuk pompa National, dengan jumlah ratio untuk 6 kemungkinan,
sehingga terdapat 6 grafik. Untuk Kobe terdapat 6 grafik dan untuk Guiberson 50 grafik. Untuk
Kobe dan Guiberson grafik dapat digambarkan sendiri dengan bantuan persamaan-persamaan
tersebut di atas. Harga N dapat juga diperoleh dengan cara perhitungan, apabila diketahui harga
Ktd, Kn, M dan R. Pada grafik Gambar 2, harga harga Ktd sebesar 0,20 dan Kn 0,03.
Untuk effisiensi maksimum 33% pada gambar tersebut diperoleh produksi sekitar 700
B/D. Sesuai dengan gambar tersebut, setiap ukuran pompa atau setiap viskositas fluida dapat
menghasilkan efisiensi besar atau kecil. Harga N terhadap M pada gambar tersebut diberikan
bersama-sama efisiensinya, yaitu Ef terhadap M. Setiap harga R mempunyai efisiensi maksimum.
Setiap grafik menyatakan keadaan tanpa kavitasi untuk pompa National.
Jet pump mempunyai ukuran antara 4' - 20'. Kobe, National dan Guiberson mempunyai
banyak kombinasi ukuran nozzle dan throat. Kenaikan luas nozzle dan throat untuk pompa Kobe
dan National mengikuti perbandingan yang meningkat secara geometris.
Faktor peningkatan ini untuk pompa Kobe adalah 1,29155 dan untuk National adalah 4/
= 1,27324. Pada pompa Guiberson peningkatan ukuran luas nozzle dan throat mengikuti faktor
geometris tertentu sehingga mempunyai lebih banyak pilihan. Tabel 1 memperlihatkan
bermacam-macam ukuran luas nozzle dan throat untuk ketiga perusahan tersebut. Pada pompa
National dan Kobe kombinasi nozzle dan throat mempunyai perbandingan luas R yang tetap,
yaitu luas nozzle terhadap throat untuk pompa National adalah tetap 0,380 dan untuk pompa
Kobe 0,4. Perbandingan ini disebut 'A'. Untuk throat yang lebih besar berikutnya, perbandingan
ini disebut B, C, D dan E sedang yang lebih kecil dari A disebut X atau - A.
Misalnya kombinasi 11-B untuk National berarti luas nozzle 0,0271 in2 dan luas throat
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 10 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
0,0910 in2. Sedang kombinasi 6 - X berarti luas nozzle 0,0081 dan throat 0,0167. Perbandingan
luasnya adalah 0,483 (lihat Tabel 1).
Perbandingan luas untuk pompa Guiberson dapat dilihat pada Tabel 2. Perbandingan ini
tidak tetap yaitu, 0,20 - 0,40, 0,42, 0,44 - 0,48, 0,59, 0,61 - 0,63 - 0,66, 0,68 - 0,69, 0,71 - 0,72,
0,74, 0,77, 0,86, 0,92, sehingga sulit untuk mendapatkan rumus untuk k yang ringkas. Pada
Giuberson kombinasi E-10 berarti luas nozzle 0,0241 in2 dan throat 0,0962 in2 (lihat Tabel 1).
Selisih luas 0,0721 in* dan perbandingan luas R = 0,0241/0,0962 = 0,25 (lihat Tabel 2).
Untuk Kobe dan National, perbandingan luas R untuk bermacam-macam kombinasi luas
nozzle dan throat masing-masing ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4. Harga R yang paling umum
adalah antara 0,235 - 0,4. Pompa dengan R lebih besar dari 0,4 kadang-kadang digunakan untuk
sumur dalam dengan net lift besar atau untuk keadaan di mana tekanan kerja pompa atas tanah
(triplex) relatif kecil. Pompa dengan R lebih kecil dari 0,235 diperuntukan bagi sumur-sumur
dangkal atau untuk keadaan di mana tekanan dasar alir sumur, Pwf, kecil dan laju produksi besar.
Kombinasi dengan R kecil ini diperlukan agar tak terjadi kavitasi.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa grafik karakteristik untuk perbandingan luas R yang lebih
besar juga menunjukkan harga N, yang lebih besar pula daerah efisiensi maksimumnya. Karena N
adalah ukuran kenaikan tekanan fluida produksi, maka R yang lebih besar adalah untuk
kebutuhan net lift besar tetapi laju produksi lebih kecil dari laju alir power fluid (M < L) dan R
yang kecil untuk kebutuhan head kecil tetapi laju produksi lebih besar dari laju alir power
fluidanya (M > 1).
Konstruksi pompa dapat didisain sedemikian sehingga sebelum masuk ke suction, fluida
produksi dapat mengalir langsung masuk pompa (Type A) atau di luar pompa (Type B). Ukuran
type B lebih besar dari type A.
6.2 CONTOH PERHITUNGAN
Diketahui :
Dari suatu sumur diketahui data sebagai berikut:
Casing 7" (26 lb/ft)
Tubing 2 1/2 in nominal
Kedalaman pompa = 7000 ft
Tekanan statik = 1600 psi
Tekanan aliran (intake) pompa = 800 psig @ 7000 ft (dari IPR).
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 11 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Laju produksi = 800 STBPD
WC = 0 %
GOR = 7 SCF/STB
WHP = 100 psi
Tekanan triplex = 3500 psi
SG minyak produksi = SG minyak power fluid = 0,85
Viskositas minyak = 45 SSU
Pompa bawan permukaan yang diambil adalah pompa National dengan kombinasi 9-A
dan tekanan triplex 3500 psi.
Ditanyakan :
Lakukan perencanaan pompa jet untuk sumur tersebut (tentukan Pt, Qsc dan HP).
Jawab:
1. Hitung Asm (pers. 1)
368.085.0433.0433.0 === gs SftpsiG
( )s
c
s
sssm P
GORWPGQA
246501
6911
+=
in 243.0800368.0
6911
=
2. Untuk National 9-A, diperoleh. :
As = 0,0274 dari Tabel 4
An = 0,0167 dari Tabel 1
At = 0,0441
3. Pt = 3500 psi
4. Qn diandaikan = 0,0 yaitu untuk memudahkan memperkirakan harga Pn.
Pfn = 0
07000433.085.03500 +=+= DPDGPP fnntn
ftpsiPn 7000@6076=
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 12 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
5. BPDG
PPAQn
snnn 1663368.0
80060760167.0832832 ===
Tentukan Pfn, grafik A-l diperoleh Pfn = 12 psi/1000 ft
368.080059920167.0832 =nQ = 1650 BPD
(Dibandingkan dengan Qn = 1663 BPD harga Qn ini cukup dekat, sehingga langkah kerja
dapat diteruskan ke langkan 6).
6. Qd = Qn + Qs = 1650 + 800 = 2450 BPD
7. Gs = 0,433 X 0 + (1-0) 0.433 x 0,85
Gs = 0.368
8. Gd = 0,368 karena Gs = Gn = 0,368
9. WCD = 0 (data)
10. GLR = 800 (1-0) x 7/2450 = 2,2
11. Langkah ini tidak dilakukan karena GLR < 10
12. d = o = 45 SSU (anggap = 1 cp untuk memudahkan perhitungan).
GLR = 2,2 < 10
13. Pd = Gd x D + Pfd x D + Pwh
Pfd untuk anulus 7 x 2 adalah 0.5 psi/1000 (gambar 1).Pfd untuk anulus 7" x 21/2 adalah
0,5 psi /1000 ft (Gambar 1).
Pd = 0,368 (7000) + 0,5/1000 (7000) +100 = 2680 psi
14. ( )nn
s
ss GQ
GWCWCP
GORQM
+
+= 12.18.21
485.01650800
===
n
s
nn
ss
QQ
GQGQ
15. N dari grafik Gambar 2 = 0.632
16. 567.0=
=dn
sd
PPPPN tak sama dengan N = 0.632 (langkah 15)
Sehingga hitung Pn menggunakan persamaan 17 dan ulangi kembali langkah 5 sampai
dengan 16.
( ) ( ) psiPN
PPP dsdn 56552680632.08002680
=+
=+
=
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 13 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
- Ulangi langkah 5 sampai dengan 16:
5. ( ) 1595368.0
80056550167.0832832 ===n
snnn G
PPAQ
6. Qd = Qn + Qs = 1595 + 800 = 2395 BPD
Gambar 1. Pfd = 0.5 psi/1000 ft
13. Pd = Gd x D + Pfd + Pwh = 0, 369 x 7000 + 0, 5 x 7 + 100 = 2680 psi
14. 502.01595800
===n
s
QQM
15. Dari gambar 2 diperoleh N = 0.614
16. 632.0268056558002680
=
=
=dn
sd
PPPPN
Ternyata perbedaan harga N dari langkah 16 dan 17 masih jauh, sehingga perlu dihitung
kembali langkah 5 sampai dengan 16.
57412680614.0
8002680=+
=nP
- Ulangi langkah 5 sampai dengan 16.
5. 1610368.0
80057410167.0832 ==nQ
6. Qd = 1616 + 800 = 2410
13. Pd = 2680
14. M = 800/1610 = 0.496
15. Dari Gambar 2 diperoleh. N = 0,619
16. 614.0268057418002680
=
=N
Perbedaan antara N langkah 15 dan N langkah 16 adalah = 0,8 %, hitung kembali Pn dan
ulangi langkah 5 sampai dengan 16.
57172680619.0
8002680=+
=nP
- Ulangi langkah 5 sampai dengan 16:
5. 1606368.0
80057170167.0832 ==nQ
6. Qd = 1606 + 800 = 2406
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 14 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
13. Pd = 2680
14. M = 800 / 1606 = 0.498
15. Dari Gambar 2 diperoleli N = 0.618
16. 619.0268057418002680
=
=N
N langkah 15 dan 16 hanya brbeda 0.16 % yaitu < 0.5 %, lanjutkan ke langkan 17.
17. 57172680619.0
8002680=+
=nP
18. Pt = Pn - (Gn x D) + Pfn x D = 5717 - 0,386 x 7000 + 11,5 x 7 = 3222 psi (tekanan
pompa atas tanan (triplex) yang diperlukan < 3500 psi, dengan demikian pompa yang
dipilih telah sesuai dengan kebutuhan.
19. ( ) dbA
AAQQam
ntssc /8008840248.0
0167.00441.0800)( >===
Dengan demikian laju produksi masih di bawan laju kritis, seningga persyaratan terpenuni.
20. HPPRQHP n 7.9752910
3222160652910
=
=
=
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 15 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
6.3 GAMBAR DAN TABEL YANG DIGUNAKAN
Gambar 1. KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA DAN ANULUS
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 16 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Gambar 2. DIMENSIONLESS CHARACTERISTICS CURVES (pompa National)
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 17 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Gambar 3. INSTALASI PERMUKAAN POMPA JET
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 18 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Gambar 4. POMPA JET DAN ALAT BAWAH PERMUKAAN
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 19 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 1
NOZZLE dan THROAT
KOBE NATIONAL GUIBERSON
Nozzle Throat Nozzle Throat Nozzle Throat
# Area # Area # Area # Area # Area # Area
1. 0.0024. 1. 0. 0060 1. 0. 0024 1. 0. 0064 DD 0. 0016 000 0.0048
2. 0.0031 2. 0. 0077 2. 0. 0031 2. 0. 0081 CC 0. 0028 00 0.0071
3. 0.0040 3. 0. 0100 3. 0. 0039 3. 0. 0104 BB 0. 0038 0 0.0104
4. 0.0052 4. 0. 0129 4. 0. 0050 4. 0. 0131 A 0. 0055 1. 0.0143
5. 0.0067 5. 0. 0167 5. 0. 0064 5. 0. 0167 B 0. 0095 2. 0.0189
6. 0.0086 6. 0. 0215 6. 0. 0081 6. 0. 0212 C 0. 0123 3. 0.0241
7. 0.0111 7. 0. 0278 7. 0. 0103 7. 0. 0271 D 0. 0177 4. 0.0314
8. 0.0144 8. 0. 0359 8. 0. 0131 8. 0. 0346 E 0. 0241 5. 0.0380
9. 0.0186 9. 0. 0464 9. 0. 0167 9. 0. 0441 F 0. 0314 6. 0.0452
10. 0.0240 10. 0. 0599 10. 0. 0212 10. 0. 0562 G 0. 0452 7. 0.0531
11. 0.0310 11. 0. 0774 11. 0. 0271 11. 0. 0715 H 0. 0661 8. 0.0661
12. 0.0400 12. 0. 1000 12. 0. 0344 12. 0. 0910 I 0. 0855 9. 0.0804
13. 0.0517 13. 0. 1292 13. 0. 0441 13. 0. 1159 J 0. 1257 10. 0.0962
14. 0.0668 14. 0. 1668 14. 0. 0562 14. 0. 1476 K 0. 1590 11. 0.1195
15. 0.0863 15. 0. 2154 15. 0. 0715 15. 0. 1879 L 0. 1963 12. 0.1452
16. 0.1114 16. 0. 2783 16. 0. 0910 16. 0. 2392 M 0. 2463 13. 0.1772
17. 0.1439 17. 0. 3594 17. 0. 1159 17. 0. 3046 N 0. 3117 14. 0.2165
18. 0.1858 18. 0. 4642 18. 0. 1476 18. 0. 3878 P 0. 3848 15. 0.2606
19. 0.2400 19. 0. 5995 19. 0. 1879 19. 0. 4938 16. 0.3127
20. 0.3100 20. 0. 7743 20. 0. 2392 20. 0. 6287 17. 0.3750
21. 1. 0000 18. 0.4513
22. 1. 2916 19. 0.5424
23. 1. 6681 20. 0.6518
24. 2. 1544
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 20 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
Nozzle Throat R Nozzle Throat R
N N-l 0.517 A- N N-l 0.483 X
N N 0.400 A N N 0.380 A
N N+l 0.310 B N N+l 0.299 B
N N+2 0.240 C N N+2 0.235 C
N N+3 0.186 D N N+3 0.184 D
N N+4 0.144 E N N+4 0.145 E
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 21 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 2
GUIBERSON RATIOS THROAT ANNULUS AREAS (IN)
Nozzle DD Throats
R AS
000 0.36 0.0028
00 0.22 0.0056
CC Throats R AS
000 0.64 0.0016
00 0.40 0.0043
0 0.27 0.0076
1 0.20 0.0115
BB Throats R AS
00 0.54 0.0032
0 0.37 0.0065
1 0.27 0.0105
2 0.20 0.0150
A Throats R AS
0 0.53 0.0048
1 0.39 0.0088
2 0.29 0.133
3 0.23 0.0185
B Throats R AS
0 0.92 0.0009
1 0.66 0.0048
2 0.50 0.0094
3 0.40 0.0145
4 0.30 0.0219
5 0.25 0.0285
6 0.21 0.357
C Throats R AS
1 0.86 0.0020
2 0.65 0.0066
3 0.51 0.0118
4 0.39 0.191
5 0.32 0.0257
6 0.27 0.0330
7 0.23 0.0406
D Throats R AS
3 0.74 0.0064
4 0.56 0.0137
5 0.46 0.0203
6 0.39 0.0276
7 0.33 0.0354
8 0.27 0.0484
9 0.22 0.0628
E Throats R AS
4 0.77 0.0074
5 0.63 0.0140
6 0.53 0.0212
7 0.45 0.0290
8 0.36 0.0420
9 0.30 0.0564
10 0.25 0.0722
11 0.20 0.0954
F Throats R AS
6 0.69 0.0138
7 0.59 0.0217
8 0.46 0.0346
9 0.39 0.0490
10 0.33 0.648
11 0.26 0.0880
12 0.22 0.1138
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 22 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 2 (lanjutan)
GUIBERSON RATIOS THROAT ANNULUS AREAS (IN)
Nozzle G Throats
R AS
8 0.58 0.0208
9 0.56 0.0352
10 0.47 0.0510
11 0.38 0.0742
12 0.31 0.1000
13 0.26 0.1320
14 0.21 0.712
H Throats R AS
10 0.69 0.0302
11 0.55 0.0534
12 0.45 0.0792
13 0.37 0.1112
14 0.30 0.1504
15 0.25 0.1945
16 0.21 0.2467
I Throats R AS
11 0.72 0.0339
12 0.59 0.0597
13 0.48 0.0917
14 0.40 0.1309
15 0.33 0.1750
16 0.27 0.2271
17 0.23 0.2895
J Throats R AS
13 0.71 0.0515
14 0.58 0.0908
15 0.48 0.1349
16 0.40 0.1871
17 0.34 0.2493
18 0.28 0.3256
19 0.23 0.4167
K Throats R AS
15 0.61 0.1015
16 0.51 0.1537
17 0.42 0.2160
18 0.35 0.2922
19 0.29 0.3833
20 0.24 0.4928
L Throats R AS
16 0.63 0.1164
17 0.52 0.1787
18 0.44 0.2549
19 0.36 0.3460
20 0.30 0.4555
M Throats R AS
17 0.66 0.1287
18 0.55 0.2050
19 0.45 0.2961
20 0.38 0.4055
N Throats R AS
18 0.69 0.1395
19 0.57 0.2306
20 0.48 0.3401
P Throats R AS
19 0.71 0.1575
20 0.59 0.26703
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 23 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 3
KOBE
NOZZLE THROAT ANNULUS AREA (IN2)
A- A B C D E
1 0. 0036 0. 0053 0. 0076 0. 0105 0. 0143
2 0. 0029 0. 0046 0. 0069 0. 0098 0. 0136 0. 0184
3 0. 0037 0. 0060 0. 0089 0. 0127 0. 0175 0. 0231
4 0. 0048 0. 0077 0. 0115 0. 0164 0. 0227 0. 0308
5 0. 0062 0. 0100 0. 0149 0. 0211 0. 0293 0. 0397
6 0. 0080 0. 0129 0. 0192 0. 0273 0. 0378 0. 0515
7 0. 0104 0. 0167 0. 0248 0. 0353 0. 0488 0. 0663
8 0. 0134 0. 0216 0. 0320 0. 0456 0. 0631 0. 0856
9 0. 0174 0. 0278 0. 0414 0. 0589 0. 0814 0. 1106
10 0. 0224 0. 0360 0. 0534 0. 0760 0. 1051 0. 1428
11 0. 0289 0. 0464 0. 0690 0. 0981 0. 1358 0. 1840
12 0. 0374 0. 0599 0. 0891 0. 1268 0. 1749 0. 2382
13 0. 0483 0. 0774 0. 1151 0. 1633 0. 2265 0. 3076
14 0. 0624 0. 1001 0. 1482 0. 2115 0. 2926 0. 3974
15 0. 0806 0. 1287 0. 1920 0. 2731 0. 3780 0. 5133
16 0. 1036 0. 1668 0. 2479 0. 3528 0. 4881 0. 6629
17 0. 1344 0. 2155 0. 3203 0.4557 0. 6304 0. 8562
18 0. 1735 0. 2784 0. 4137 0. 5885 0. 8142 1. 1058
19 0. 2242 0. 3595 0. 5343 0. 7600 1. 0516 1. 4282
20 0. 2896 0. 4643 0. 6901 0. 9817 1. 3583 1. 8444
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 24 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 4
NATIONAL
NOZZLE THROAT ANNULUS AREA (IN2)
X A B C D E
1 0.0040 0.0057 0.0080 0.0108 0.0144
2 0.0033 0.0050 0.0073 0.0101 0.0137 0.0183
3 0.0042 0.0065 0.0093 0.0129 0.0175 0.0233
4 0.0054 0.0082 0.0118 0.0164 0.0222 0.0296
5 0.0068 0.0104 0.0150 0.0208 0.0282 0.0277
6 0.0087 0.0133 0.0191 0.0265 0.0360 0.0481
7 0.0111 0.0169 0.0243 0.0338 0.459 0.0612
8 0.0141 0.0215 0.0310 0.0431 0.0584 0.0779
9 0.0179 0.0274 0.0395 0.0543 0.743 0.0992
10 0.0229 0.0350 0.0503 0.0698 0.0947 0.1264
11 0.0291 0.0444 0.0639 0.0888 0.1205 0.1608
12 0.0369 0.0564 0.0813 0.1130 0.1533 0.2046
13 0.0469 0.0718 0.1035 0.1438 0.1951 0.2605
14 0.0597 0.0914 0.1317 0.1830 0.2484 0.3316
15 0.0761 0.1164 0.1677 0.2331 0.3163 0.4223
16 0.0969 0.1482 0.2136 0.2968 0.4028 0.5377
17 0.1234 0.1888 0.2720 0.3779 0.5128
18 0.1571 0.2403 0.3463 0.4812
19 0.2000 0.3060 0.4409
20 0.2546
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 25 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
TABEL 5
ANALISIS GEJALA KERUSAKAN DAN TINDAKAN TRIPLEX DI PERMUKAAN
GEJALA PENYEBAB
TINDAKAN
1. Triplek bekerja, getaran
atau pukulan di pipa dan
aliran bergelombang di
dalam pipa masuk ke
triplek.
a. Lubang masuk terhalang
oleh kotoran, endapan
scale dan lain-lain.
b. Klep masuk tertutup
sebagian.
c. Pengukur, filter, check
valve dan lain-lain tidak
terbuka penuh atau agak
buntu.
d. Pipa belok-90o atau aliran
bertelok-900 di cabang
pipa.
e. Udara masuk ke aliran
melalui gasket yang
bocor atau stem-klep.
f. Udara atau uap terjebak
di lubang masuk.
g. Aras cairan di tanki isap
a. Hilangkan halangan
tersebut.
b. Periksa dan buka lebar-
lebar.
c. Bersihkan/buka
sepenuhnya.
d. Usahakan perubahan bila
mungin.
e. Keraskan sambungan
atau ganti gasket dan
klep.
f. Usahakan untuk
menghilangkan pipa
bengkok menonjol ke
atas dan beris kesempatan
agar udara/gas bisa bebas
mengalir.
g. Tingkatnya suplai dan
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 26 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
triplex terlalu rendah.
h. Penahan getaran (suction
dampener) tidak bekerja.
i. Rusaknya klep triplex
dan putusnya pir.
j. Masuknya gas/udara di
lubang masuk.
k. Pipa isap tidak cukup
besar.
l. Bocor pada klep relief
(klep pengaman) ke arah
aliran balik ke lubang isap
triplex.
m. Adanya by pass ke pipa
masuk.
n. Plunger patah.
o. Rusaknya penyambung
pasang switch untuk
menghentikan pompa
secara otomatis.
h. Periksa dan betulkan.
i. Periksa dan
betulkan/ganti.
j. Pasang pemisah gas (gas
booth/scruber). Lubang
masuk Harus bertekanan
minimal 5 psi.
k. Ganti dengan pipa yang
lebih besar dari pada
lubang masuk triplex.
l. Aliran balik harus
dikembalikan ke bak
pengumpul, bukan ke
pipa lobang isap.
m. Pindahkan by pass ke
tanki suplai, bukan pipa
masuk.
n. Putar plunger pompa
dengan tangan dan ganti
bila terbukti patah.
o. Periksa dan ganti, cek
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 27 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
2. Triplex bekerja,
getaran/pukulan di lubang
keluar triplex.
3. Triplex bekerja, klep cepat
aus.
(cross -headpin) batang
isap triplex.
a. Rusaknya penyambung
batang isap triplex.
b. Rusaknya lager (bearing)
utama.
c. Sambungan ke plunger
terlepas baik di baik di
pipanya atau
crossheadpin.
a. Kavitasi (masuknya gas
dan gelembung pecah di
dalam triplex).
b. Fluida (power fluid)
membawa penyebab karat.
c. Fluida abrasif, sehingga
menggores dinding
minyak pelumas yang di
dipakai.
a. Periksa dan ganti
seperlunya isap triplex.
Cek minyak pelumas
yang dipakai dan aras
cairan.
b. Periksa dan ganti
seperlunya. Cek minyak
pelumas dan aras
cairannya.
c. Periksa dan
keraskan/ganti.
a. Perlu diberi suplai cukup
pada lubang masuk
triplex.
b. Beri zat kimia.
c. Hilangkan padatan di
cairan.
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 28 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
4. Triplex bekerja, gasket
(seal) di plunger rusak.
5. Triplex berhenti, ulir
pengikat dari plunger sle-
eve ke mandrel patah.
6. Triplex bekerja, turunnya
tekanan atau volune power
fluid yang nenuju sumur.
pipa/triplex.
a. Adanya cairan di power
fluid.
b. Salah pasang
Adanya beban berlebihan
karena kotoran, atau salah
ukuran dan salah pasang.
(Patahnya ulir adalah
otomatis agar tidak terjadi
kerusakan lebih jauh).
a. Tercemari fluida produksi
(Di By-pass).
b. Ada udara di pipa.
c. Meteran tidak teliti.
a. Periksa dan analisa kadar
padatan dan jenisnya.
(Maksimum padatan 15
mikron untuk minyak dan
10 mikron untuk air
sebagai power-fluid)
b. Perlu diikuti cara
pemasangan yang benar.
Plunger dan Liner Harus
pas untuk pelumasan dan
bebas udara.
Periksa dan betulkan, periksa
juga pelumasan dan padatan
di power fluid.
a. Perbaiki
b. Lepaskan udara
tersebut (bleed-off).
c. Periksa dan betulkan atau
-
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.03.03
JUDUL : SISTEM PENGANGKATAN BUATAN SUB JUDUL : Perencanaan Dan Troubleshooting Pompa Jet
Halaman : 29 / 29 Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Manajemen Produksi Hulu
d. Kavitasi karena
penyambung pipa masuk
tidak benar, penyempitan
pipa masuk dan
masuknya gas.
e. Klep rusak dan bocor.
f. Rusaknya plunger dan
liner.
g. Penurunan kecepatan
penggerak mula (prime-
mover).
ganti.
d. Periksa dan perbaiki.
e. Ganti
f. Ganti
g. Periksa apakah ada
kenaikan keperluan daya
atau persoalan di bahan
bakar atau naiknya
temperatur dan lain-lain,
Pertaiki kondisi di atas.
top related