amfetamin pucpa.doc

11
Shabu [amfetamin] Apa itu shabu? Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirup asapnya. Nama-nama lain: Shabu, SS, Ubas, Ice dll. Stimulan-stimulan seperti amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak. Contoh stimulan lain misalnya kafein dan kokain. Apa saja pengaruh langsung pemakaian amfetamin? Nafsu makan berkurang. Kecepatan pernafasan dan denyut jantung meningkat. Pupil mata membesar. Merasa nyaman; energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal. Susah tidur. Hiperaktif dan banyak bicara. Mudah panik. Mudah tersinggung, marah dan agresif. Apa saja pengaruh jangka panjang pemakaian amfetamin? Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Pemakai beresiko menderita kekurangan gizi.

Upload: aprilini-fitrisia

Post on 28-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

amfetamin obat

TRANSCRIPT

Page 1: amfetamin pucpa.doc

Shabu [amfetamin]

Apa itu shabu?

Amfetamin adalah kelompok narkoba  yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirup asapnya.

Nama-nama lain: Shabu, SS, Ubas, Ice dll.

Stimulan-stimulan seperti amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak. Contoh stimulan lain misalnya kafein dan kokain.

Apa saja pengaruh langsung pemakaian amfetamin?

Nafsu makan berkurang. Kecepatan pernafasan dan denyut

jantung meningkat. Pupil mata membesar. Merasa nyaman; energi dan

kepercayaan diri meningkat secara tidak normal.

Susah tidur. Hiperaktif dan banyak bicara. Mudah panik. Mudah tersinggung, marah dan agresif.

Apa saja pengaruh jangka panjang pemakaian amfetamin?

Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

Pemakai beresiko menderita kekurangan gizi.

Mengalami gangguan kejiwaan akibat amfetamin, termasuk diantaranya delusi, halusinasi, paranoid dan tingkah laku yang aneh.

Perlu meminum obat-obatan lain untuk menutupi pengaruh-pengaruh amfetamin.

Ketergantungan; tubuh pemakai menyesuaikan diri dengan amfetamin.

Page 2: amfetamin pucpa.doc

Bahaya dan akibat lain Toleransi dan ketergantunganToleransi terhadap amfetamin berarti pengguna ampetamin akan tergantung dengan obat ini, dengan dosis yang semakin lama semakin tinggi untuk mendapatkan pengaruh yang sama. Narkoba ini juga menjadi kebutuhan yang utama, dalam pikiran, perasaan dan kegiatan pemakai, sehingga akan sulit untuk berhenti atau mengurangi pemakaian. Inilah yang disebut ketergantungan.

Kelebihan dosisAmfetamin seringkali dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya, sehingga sulit untuk mengetahui bagaimana tubuh akan bereaksi. Juga sukar untuk mengetahui dosis dari obat yang sedang dipakai. Hal ini dapat menyebabkan over dosis (OD).

Over dosis amfetamin menyebabkan:

Denyut jantung yang tidak beraturan. Serangan jantung. Demam tinggi. Pecahnya pembuluh-pembuluh darah di

otak. Kematian.

Tindak kejahatanPemakai seringkali terpaksa melakukan tindak kejahatan untuk menyokong ketagihan mereka pada amfetamin. Mereka mungkin mencuri uang dan barang-barang lain yang dapat mereka jual dari orangtua atau saudara-saudara mereka. Mereka juga mungkin terlibat dalam tindak kejahatan yang lebih berat yang dapat membuat mereka dipenjara atau menempatkan mereka ke dalam keadaan yang sangat berbahaya.

Narkoba dan hukumMemiliki, memakai atau menjual amfetamin secara bebas, di Indonesia merupakan pelanggaran hukum dan dapat dikenakan hukuman pidana berupa penjara dan/atau denda yang berat. Barangsiapa dihukum atas tuduhan yang berkenaan dengan narkoba akan memiliki catatan kriminal. Hal ini dapat menimbulkan masalah-masalah lain dalam

Page 3: amfetamin pucpa.doc

hidup; dari kesulitan mendapatkan pekerjaan atau visa perjalanan sampai kesulitan mendapat kesempatan pendidikan, di dalam dan di luar negeri.

Gejala-gejala awal over dosis:

Kulit pucat atau membiru. Hilang kesadaran. Melemahnya denyut jantung. Sawan. Kesulitan bernapas.

Apabila Anda menemukan salah satu dari gejala  diatas, carilah pertolongan secepatnya. Meninggalkan seseorang dalam kondisi ini dapat berakibat fatal.

Langkah-langkah yang dapat diambil sebelum adanya bantuan:

Bebaskan jalan pernafasannya (pada hidung dan mulut).

Baringkan dia pada sisi tubuhnya - jika terlentang, dia dapat tercekik bila muntah.

Periksa pernafasannya. Periksa detak jantungnya.

Pada saat bantuan datang, informasikan kepada petugas medis tentang kecanduan yang dideritanya. Informasi ini dapat menyelamatkan nyawa korban.

 

Contact Us

Help Us

Sitemap

Merchandise

Download

Page 4: amfetamin pucpa.doc

Amphetamines

Provided by Psychology Today

Definition Symptoms Causes Treatment

Definition

Addiction is defined as a chronic, relapsing disease, characterized by compulsive drug-seeking and drug use and by neurochemical and molecular changes in the brain.

Amphetamines are substances taken to boost energy, mood, confidence and to suppress appetite (Morrison, 1995). Amphetamine is a collective term given to amphetamines, dextroamphetamines and methamphetamines, all of which act similarly in the body. Out of these, methamphetamines are the strongest (according to NIDA). In the 1930s, it was used in nasal decongestants, and was used to treat narcolepsy, ADHD and minimal brain dysfunction (MBD). Methamphetamine is a powerfully addictive stimulant that dramatically affects the central nervous system. The drug is made easily in clandestine laboratories with relatively inexpensive over-the-counter ingredients. These factors combine to make methamphetamine a drug with high potential for widespread abuse.

Methamphetamine is commonly known as "speed," "meth," and "chalk." In its smoked form, it is often referred to as "ice," "crystal," "crank," and "glass." It is a white, odorless, bitter-tasting crystalline powder that easily dissolves in water or alcohol. The drug was developed early in this century from its parent drug, amphetamine, and was used originally in nasal decongestants and bronchial inhalers. Methamphetamine's chemical structure is similar to that of amphetamine, but it has more pronounced effects on the central nervous system. Like amphetamine, it causes increased activity, decreased appetite, and a general sense of well-being. The effects of methamphetamine can last 6 to 8 hours. After the initial "rush," there is typically a state of high agitation that in some individuals can lead to violent behavior.

Methamphetamine is classified as a psychostimulant, as are other drugs of abuse such as amphetamine and cocaine. We know that methamphetamine is structurally similar to amphetamine and the neurotransmitter dopamine, but it is quite different from cocaine. Although these stimulants have similar behavioral and physiological effects, there are some major differences in the basic mechanisms of how they work at the level of the nerve cell. However, the bottom line is that methamphetamine, like cocaine, results in an accumulation of the neurotransmitter dopamine, and this excessive dopamine concentration appears to produce the stimulation and feelings of euphoria experienced by the user. In contrast to cocaine, which is quickly removed and almost completely metabolized in the body, methamphetamine has a much longer

Page 5: amfetamin pucpa.doc

duration of action and a larger percentage of the drug remains unchanged in the body. This results in methamphetamine being present in the brain longer, which ultimately leads to prolonged stimulant effects.

Methamphetamine comes in many forms and can be smoked, snorted, orally ingested, or injected. The drug alters moods in different ways, depending on how it is taken. People often ingest amphetamines by snorting them through the nostril initially. However, the level of absorption through this form of intake is not as predictable and rapid as injection or smoking (Morrison, 1995).

Immediately after smoking the drug or injecting it intravenously, the user experiences an intense rush or "flash" that lasts only a few minutes and is described as extremely pleasurable. Snorting or oral ingestion produces euphoria—a high but not an intense rush. Snorting produces effects within 3 to 5 minutes, and oral ingestion produces effects within 15 to 20 minutes.

As with similar stimulants, methamphetamine most often is used in a "binge and crash" pattern. Because tolerance for methamphetamine occurs within minutes—meaning that the pleasurable effects disappear even before the drug concentration in the blood falls significantly—users try to maintain the high by binging on the drug.

In the 1980s, "ice," a smokable form of methamphetamine, came into use. Ice is a large, usually clear crystal of high purity that is smoked in a glass pipe like crack cocaine. The smoke is odorless, leaves a residue that can be resmoked, and produces effects that may continue for 12 hours or more.

Symptoms

 1  2  | Next

Amphetamines (cont.)

Using amphetamines once is sufficient to induce some of these symptoms:

Short Term Effects:

← Enhanced mood and body movement ← Increased wakefulness, physical activity ← Increased respiration ← Euphoria ← Insomnia ← Increased heart rate ← Increased blood pressure ← Reduced appetite ← Cardiovascular collapse – death ← Dilated pupils

Long Term Effects:

← Damage to brain cells containing serotonin

Page 6: amfetamin pucpa.doc

← Over time, reduced level of dopamine resulting in Parkinson's-like symptoms ← Weight loss ← Confusion ← Tremors ← Convulsion ← Paranoia ← Hallucinations ← Damage to nerve cells—causing strokes ← Cardiovascular collapse—death

Effects from Withdrawal:

← Irritability ← Anxiety ← Paranoia ← Aggressiveness ← Fatigue and long periods of sleep ← Depression

Behaviors resulting from amphetamine intoxication such as withdrawal from others, experiencing hallucinations, paranoia, delirium perhaps occurring with violence and stereotyped behaviors such as repeatedly assembling and dissembling electronic equipment may resemble symptoms of schizophrenia (Morrison, 1995). But a skilled clinician should be able to make the proper diagnosis.

Complications

← According to the National Institute on Drug Abuse website, a study in Seattle showed that methamphetamine use was widespread in the homosexual and bisexual community and they reported using the drug when engaging in unsafe-sex and unsafe needle-use behaviors, leaving them at risk for contracting and transmitting HIV and AIDS

← Meth can be injected with a needle, increasing the chance of contracting HIV/AIDS, hepatitis and other infectious diseases

← Often pure amphetamines are mixed with other substances such as sugar, glucose, bi-carb soda and ephedrine that can be poisonous, causing collapsed veins, tetanus, abscesses and damage to the heart, lungs, liver and brain

← Incessant use might result in addictions to other drugs such as benzodiazepines (a kind of anti-anxiety agent) taken to calm down so the individual can sleep

Causes

While this class of drugs was initially unregulated, today legal uses are limited to prescription to treat attentional disorders, obesity, narcolepsy and depressive disorders (Morrison, 1995). Causes of amphetamine addiction are largely related to features of the drugs. While the effects are almost immediate, tolerance is built up quickly thus increasing the amount needed to produce the desired effect (Morrison, 1995). During periods of nonuse, the user will recall the feeling of euphoria produced by the drug and desire to intake it again. According to the DEA, abuse of amphetamines began when they were used as a “cure-all” to keep people awake, train longer, treat depression and for weight control.

A 1997 study showed 4.4% of high school seniors had used the drug. Its use is increasing in the homosexual and bisexual communities. Its use during raves is also increasing. Increasingly used in the homeless youth community as well as among members in the sex trade.

Treatment

Page 7: amfetamin pucpa.doc

At this time the most effective treatments for methamphetamine addiction are cognitive behavioral interventions. These approaches are designed to help modify the patient's thinking, expectancies, and behaviors and to increase skills in coping with various life stressors. Methamphetamine recovery support groups also appear to be effective adjuncts to behavioral interventions that can lead to long-term drug-free recovery.

There are currently no particular pharmacological treatments for dependence on amphetamine or amphetamine-like drugs such as methamphetamine. The current pharmacological approach is borrowed from experience with treatment of cocaine dependence. Unfortunately, this approach has not met with much success since no single agent has proven efficacious in controlled clinical studies. Antidepressant medications are helpful in combating the depressive symptoms frequently seen in methamphetamine users who recently have become abstinent.

There are some established protocols that emergency room physicians use to treat individuals who have had a methamphetamine overdose. Because hyperthermia and convulsions are common and often fatal complications of such overdoses, emergency room treatment focuses on the immediate physical symptoms. Overdose patients are cooled off in ice baths, and anticonvulsant drugs may be administered also.

Acute methamphetamine intoxication can often be handled by observation in a safe, quiet environment. In cases of extreme excitement or panic, treatment with antianxiety agents such as benzodiazepines has been helpful, and in cases of methamphetamine-induced psychoses, short-term use of neuroleptics has proven successful.

Published date: 20021010Author: Psychology Today StaffSource: Psychology Today

AMFETAMIN  

Page 8: amfetamin pucpa.doc

Amfetamin adalah stimulansia susunan saraf pusat seperti kokain, kafein, nikotin dan katin (cathine, yang berasal dari tanaman khat di Afrika dan mempunyai nama genetik D-pseudonorepinefrin).

Pada akhir abad ke-19, para ahli kimia farmasi berhasil menentukan stuktur kimiawi epinefrin, yaitu suatu zat yang secara alamiah terdapat dalam tubuh untuk menghadapi stres dalam hidup. Setelah penemuan tersebut para ahli kemudian berhasil membuat senyawa yang mirip khasiatnya. Amfetamin berhasil disintesis pada tahun 1887, tetapi baru dipasarkan sebagai obat pada tahun 1932. Sejak itu, ratusan zat yang mirip amfetamin dapat disintesis. Beberapa di antarannya dipakai dalam bidang kedokteran tetapi kebanyakan menjadi zat yang sering disalahgunakan. Beberapa yang sering disalahgunakan ialah amfetamin sulfas (benzedrine), dekstroamfetamin (dexedrine), met-amfetamin, fentermin, fenmetrasin, metilfenidat (ritalin), dan fenfluramin.

Amfetamin sering digunakan untuk mengurangi berat badan karena dapat menghilangkan rasa lapar. Amfetamin juga dapat menghilangkan rasa mengantuk sehingga sering digunakan oleh pengemudi truk jarak jauh untuk meningkatkan ketahanan fisik dalam bekerja, misalnya dipakai oleh Brigade Pnzer negara tertentu dalam masa Perang Dunia II. Akhirnya, amfetamin juga sering dipakai oleh olahragawan (doping) untuk meningkatkan prestasinya dalam pertandingan olahraga-secara tidak sah tentunya.

Dalam bidang pengobatan, dulu amfetammin dipaki untuk mengobati banyak macam penyakit antara lain depresi ringan, parkinsonisme, skizofnia, penyakit maniere, buta malam, kolon irritable, dan hipotensi. Pada masa sekarang, hanya ada tiga indikasi medis penggunaan amfetamin, yaitu untuk mengobati narkolepsi, gangguan hiperkinetik pada anak-anak, dan obesitas. Terapi untuk obesitas hanya efektif untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang hasilnya tidak lebih baik daripada terapi diit saja. Sementara itu, terbukti penyalahgunaan amfetamin sebagian besar berasal dari pemakaian amfetamin dalam usaha untuk mengurangi berat badan.

Amfetamin dapat dipakai secara oral atau parenteral dan dimetabolisir di dalam hepar. Sebagian kecil amfetamin diekskresi melalui urine. ekskresi amfetamin melalui urine bertambah dalam keadaan asidosis. Toleransi terhadap amfetamin terjadi sebagai akibat adanya toleransi metabolik, toleransi farmakodinamik, dan toleransi behavioral. Amfetamin bekerja pada otak melalui neuron dopaminergik.

Dosis oral sebanyak 10-30 mg dapat meningkatkan kesiagaan seseorang, euforia, meningkatkan rasa percaya pada diri sendiri, meningktkan konsentrasi pikiran dan penampilan diri, banyak bicara, dan nyeri kepala. Pada dosis yang lebih tinggi, dapat terjadi aritmia jantung. Pada dosis toksik terjadi hiper refleksi, muka berubah menjadi merah, lalu pucat dan akhirnya sianosis. Timbul demam, mual, muntah, dan keadaan sulit bernafas, gelisah, mudah tersinggung, tremor, ataksia, kesadaran berkabut, kejang, dan koma. Kematian biasanya disebabkan hiperpireksia atau syok kardiovaskuler.

Sebelum penelitian yang dilakukan oleh Connell sekitar tahun 1939, amfetamin dianggap hanya dapat mencetuskan psikosis pada orang yang sebelumnya sudah menderita skizofrenia laten atau kondisi prapsikotik lainnya. Penelitian Connell mengungkapkan bahwa amfetamin menimbulkan psikosis amfetamin dengan gejala mirip skizofrenia, serangan psikotik dapat timbul pada dosis 110-140 mg per hari dengan gejala waham kejaran, ideas of reference, gelish, kadang-kadang dijumpai halusinasi penglihatan dan pendengaran, halusinasi taktil yang disebut formikasi yaitu adanya sensasi seperti ada serangga yang merayap tepat di bawah kulit.

Orientasi jarang terganggu. Begitu pula afek tidak begitu terganggu-yang sangat berbeda dengan skizofrenia. Ditemui juga adanya hipersensitivitas terhadap rangsang dalam bentuk fobia. Kadang-kadang pasien menjadi hiperaktif. Halusinasi pada psikosis amfetamin lebih sering berubah-ubah bila dibandingkan dengan halusinasi pada skizofrenia. Serangan penggunaan amfetamin menghilang beberapa hari atau beberapa minggu setelah penggunaan amfetamin dihentikan.

Page 9: amfetamin pucpa.doc

Bila dipakai secara terus-menerus, amfetamin dapat menimbulkan ketergantungan fisik dengan gejala putus zat berupa rasa lelah, apatis, depresi, rasa nyeri pada seluruh badan, gerakan motorik lamban, hiperfagia, hipersomnia dengan tidur REM yang meningkat jumlahnya, banyak mimpi, kongesti pada hidung. Pada pemeriksaan EEG pada waktu pasien tidur dijumpai adanya abnormalitas.