amdal pelabuhan abud

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km 2 dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km 2 dari utara ke selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai 1,9 juta km 2 dan luas perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.791km 2 . Mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya pantai Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan ekonomi di negara ini. Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah didukung oleh pengelolaan pemenfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan ( environmental services ) yang terdapat di kawasan pesisir, dengan melakukan penilaian menyeluruh ( comprehensive assessment ) tentang kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan secara menyeluruh dan terpadu Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan dengan masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti dengan ketentuan seperti Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun pemanfaatan laut tidak semakin kacau. Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-

Upload: rhomadoni-alfi

Post on 20-Jan-2016

599 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: amdal pelabuhan abud

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508

buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km2 dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan

1.760 km2 dari utara ke selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai 1,9 juta km2 dan luas

perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.791km2.

Mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya

pantai Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan

ekonomi di negara ini.

Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah didukung oleh pengelolaan

pemenfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan ( environmental services ) yang terdapat di

kawasan pesisir, dengan melakukan penilaian menyeluruh ( comprehensive assessment ) tentang

kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya

menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap

kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan secara

menyeluruh dan terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang

(UU) No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan

dengan masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti dengan ketentuan seperti

Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun

pemanfaatan laut tidak semakin kacau. Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang

mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing, dan bertanggung jawab

memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU

22/1999) sehingga pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan ke pemerintah daerah, bisa

menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih baik. Sebaliknya tanpa

persiapan dan pembangunan institusi, UU itu bisa menjadi bencana karena akan terjadi eksploitasi

yang memperparah kerusakan.

Page 2: amdal pelabuhan abud

1.2 Rumusan Masalah

Peruntukan wilayah pesisir menjadi kawasan pelabuhan menjadikan pelabuhan tersebut

menjadi suatu kawasan yang multi fungsi dengan beragam aktivitas di dalamnya membutuhkan

adanya pengembangan kawasan sehingga peningkatan aktivitas dan pengembangan kawasan

pelabuhan seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.

Laporan dari Bapedalda menunjukkan terdapat beberapa masalah lingkungan yang terjadi di

kawasan Pelabuhan. Kegiatan diperairan berupa kegiatan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan

menghasilkan banyak limbah baik berupa buangan minyak, sampah dan limbah cair lainnya setiap

harinya.

Aktivitas industri dalam proses produksinya juga menghasilkan buangan baik cair maupun gas

yang dapat menyebabkan pencemaran kawasan di sekitarnya. Aktivitas darat lainnya berupa

pergudangan, docking atau perbaikan kapal, industri dan perkantoran juga menghasilkan banyak

limbah setiap harinya.

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui dampak cemaran dari aktivitas pelabuhan yang semakin meningkat.

b) Untuk mengetahui prosedur AMDAL yang ada di pelabuhan.

c) Untuk mengetahui usaha untuk mengurangi dampak pencemaran di pelabuhan

1.4 Sasaran

Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

Terutama di daerah sekitar pelabuhan.

1.5 Luaran

Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan informasi tentang Analisa Mengenai

Dampak Lingkungan, sehingga meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di

lapangan sehingga bisa menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang lingkungan

sekitar pelabuhan.

Page 3: amdal pelabuhan abud

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelabuhan

Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan Pemerintah RI no 69 Tahun 2001 tentang

Kepelabuhanan, adalah: “ Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-

batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai

tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat barang

yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta

sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”. Sedangkan Kepelabuhanan

meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan

lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan

ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda

transportasi.

Bila ditinjau dari segi pengusahaanya maka pelabuhan arti pelabuhan adalah :

a. Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang sengaja diselenggarakan untuk memberikan

fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan

kegiatan bongkar muat dan kegiatan lainnya.Pelabuhan semacam ini tentu saja dilengkapi

dengan fasilitas-fasilitas yang untuk pemakaian oleh kapal dan muatannya, dikenakan

pembayaran-pembayaran tertentu

b. Pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang sekedar hanya merupakan tempat

kapal/ perahu dan tanpa fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pelabuhan.

Sedangkan menurut UU No.21 Tahun 1992-PP. No. 70 Tahun 1996- Km No. 26 Tahun 1998,

Pengertian pelabuhan lebih diperluas yaitu :

c. Pelabuhan Umum, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh bermacam-macam kapal untuk

melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang campuran juga penumpang dan hewan serta

dikelola oleh instansi yang ditunjuk oleh pemerintah seperti PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia

II, sebagai contoh: Pelabuhan Teluk Bayur.

d. Pelabuhan Khusus, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh kapal- kapal yang bermuatan tertentu

untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang tertentu atau khusus serta dikelola

oleh instansi terkait, sebagai contoh : Pelabuhan Teluk Kabung ( milik PERTAMINA )

e. Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas untuk dimasuki oleh kapal-kapal yang berbendera

negara asing. Jadi kalau sebuah kapal asing hendak memasuki pelabuhan laut, dia boleh

Page 4: amdal pelabuhan abud

langsung masuk tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu, karena pelabuhan laut memang

disediakan untuk perdagangan internasional.

f. Pelabuhan Pantai, yaitu pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan luar

negeri dan oleh karena itu tidak terlalu bebas disinggahi oleh kapal yang berbendera asing.

Kapal asing tersebut masih dapat menyinggahi pelabuhan pantai, dengan cara terlebih dahulu

meminta izin kepihak pelabuhan terkait.

2.2 Konsep Pembangunan Wilayah Pelabuhan

Secara umum perencanaan pelabuhan agak berbeda dengan perencanaan prasarana

lainnya, mengingat peran dan fungsi pelabuhan itu sendiri. Mengingat hal diatas, perencanaan

pelabuhan harus dapat memenuhi dan merefleksikan fungsi dan perannya. Selain itu perencanaan

pelabuhan harus dikaitkan pada aktifitas dan prasarana lainnya yang menunjang keberlangsungan

pelabuhan itu. Perencanaan pelabuhan merupakan multi disiplin ilmu dan mempunyai kompleksitas

yang cukup besar, sehingga berbagai disiplin ilmu terkait pada perencanaan pelabuhan ini. Seorang

perencana pelabuhan (Port Planner) harus memimpin dan mengkoordinasikan berbagai keterkaitan

disiplin ilmu tersebut menjadi suatu output perencanaan sesuai dengan tolok ukur/acuannya.

Pembangunan di suatu wilayah/daerah pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi di daerah lain, dan kebijakan ekonomi makro dari negara bersangkutan. Dengan demikian,

terdapat ketergantungan antar daerah, sehingga pertumbuhan produksi perkapita di suatu daerah

tidak hanya ditentukan oleh lokasi daerah dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, akan tetapi

juga kondisi dan aktivitas yang ada di daerah lain. Kondisi ketergantungan ini telah melahirkan paling

tidak 2 (dua) teori yang berkaitan dengan kerangka konseptual pembangunan daerah, yaitu :

1. Konsep Basis Ekonomi

Teori ini beranggapan bahwa permintaan terhadap “input” hanya dapat meningkat melalui

perluasan permintaan terhadap “output” yang diproduksi oleh parkir basis (ekspor) dan parkir non

basis (local). Permintaan terhadap produksi parkir local hanya dapat meningkat apabila pendapatan

local meningkat. Sementara disisi lain, peningkatan pendapatan iini hanya akan terjadi apabila parkir

basis meningkat. Oleh karena itu, menurut konsep ini ekspor daerah adalah merupakan faktor

penentu dalam pembangunan ekonomi. Disinilah peranan mempromosikan daerah dan subsidi

langsung kepada investor menjadi sangat penting.

2. Konsep Perbedaan Tingkat Imbalan (Rate of Return)

Pemahaman dalam konsep perbedaan tingkat imbalan didasarkan pada pemikiran bahwa suatu

daerah terbelakang bukanlah disebabkan karena tidak beruntung atau kegagalan pasar, akan tetapi

disebabkan oleh produktivitasnya yang rendah. Oleh karena itu, investasi dalam prasarana adalah

Page 5: amdal pelabuhan abud

penting sebagai sarana pembangunan daerah. Kedua teori di atas nampaknya sangat relevan untuk

dipergunakan sebagai landasan didalam melihat proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah.

Oleh karena itu, dalam suatu proses pembangunan ada 3 (tiga) program yang dapt dikelompokkan

sebagai program prioritas, tanpa meninggalkan program-program penting lainnya. Ketiga program

prioritas tersebut adalah :

1. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas

2. Pembangunan Bidang Infrastruktur

Program ini dimaksudkan untuk memperlancar system transportasi antar daerah sampai ke daerah-

daerah yang masih terisolasi. Prioritas ini secara lebih rinci dijabarkan melaluiprogram-program

sebagai berikut,

a) Prasarana jalan dan jembatan

b) Perhubungan darat, danau, sungai dan penyebrangan

c) Perhubungan laut

d) Perhubungan udara

e) Pos dan Telekomunikasi

3. Pembangunan Perekonomian Dalam Arti Luas

Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan suatu parkir, apakah industri, pertanian atau parkir

lainnya, yang akan dijadikan tulang punggung perekonomian daerah (Muis, 2011).

2.3 Konsep Perencanaan Pelabuhan

Secara umum perencanaan/pengembangan pelabuhan dapat direfleksikan oleh sifat

kelembagaannya, ada yang berorientasi bisnis (bussiness oriented) dan ada yang berorientasi kepada

kepentingan umum. Pelabuhan yang berorientasi pada keuntungan, perencanaan pengembangan

dilakukan secara bertahap dan dikaitkan pada pengembangan yang memberikan keuntungan

langsung. Sebaliknya pelabuhan yang berorentasi pada kepentingan umum, perencanaan

pengembangan dilaksanakan dalam jangka panjang dan komprehensif serta diarahkan pada

pelabuhan sebagai prasarana umum yang menunjang perkembangan sosial ekonomi daerah dan

nasional, guna memperoleh keuntungan menyeluruh.

Menurut (Anonim, 2010) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

pelabuhan, diantaranya:

• Kebutuhan akan ruang dan lahan

• Perkembangan ekonomi daerah hinterland pelabuhan

• Perkembangan industri yang terkait pada pelabuhan

• Arus dan komposisi barang yang ada dan diperkirakan

Page 6: amdal pelabuhan abud

• Jenis dan ukuran kapal

• Hubungan transportasi darat dan perairan dengan hinterland

• Akses dari dan menuju laut

• Potensi pengembangan fisik

• Aspek nautis dan hidraulik

• Keamanan/keselamatan dan dampak lingkungan

• Analisis ekonomi dan finansial

• Fasilitas dan struktur yang ada.

2.4 Investasi dan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan

Keberhasilan proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya akan tetapi

lebih dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang kelancaran dan pertumbuhan arus

barang dalam pola perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional (Muis,

2010).

Secara umum investasi dapat berupa aktifitas:

Ekspansi/pengembangan, penilaian kelayakan atas perluasan lini produk yang ada seperti

investasi baru untuk dermaga, bangunan, gudang dan modal kerja.

Penghematan biaya, misalnya investasi di bidang teknologi baru harus dinilai dari

penghematan atau output yang lebih besar.

Penggantian (replacement), memutuskan perlu tidaknya dan waktunya penggantian

peralatan tua dengan peralatan baru, menghemat biaya operasi dan meningkatkan kualitas.

Pilihan alternatif, memutuskan diantara alternatif investasi untuk mencapai hasil yang sama,

sedangkan rasio antara modal dengan biaya investasi yang harus dikeluarkan berbeda.

2.5 Manajemen Sanitasi Pelabuhan

Penerapan manajemen pada usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) pada umumnya

dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Untuk melakukan pendekatan aspek sosial diperlukan

penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan

ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan motivasi (Depkes RI, 1996). Menurut Suparlan (1988) dalam

Adriyani (2005) pendekatan aspek sosial membutuhkan berbagai pertimbangan terhadap berbagai

macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya faktor:

1. Pengertian

Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta manfaat suatu usaha kesehatan

masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa adanya pengertian ini segala sesuatunya akan berjalan

Page 7: amdal pelabuhan abud

tanpa arah. Pengertian merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan

untuk bertindak secara aktif.

2. Pendekatan

Pendekatan yang baik perlu dilakukan terutama terhadap Pimpinan maupun karyawan perusahaan

Tempat-Tempat Umum (TTU), biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa bentuk motivasi.

Titik pangkal suksesnya usaha STTU banyak bergantung dari cara pendekatan ini, ada 2 macam

pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang dapat ditempuh yaitu:

a. Pendekatan formal

Pendekatan formal yaitu suatu pendekatan terhadap pimpinan secara resmi.

b. Pendekatan informal

Pendekatan informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja berada

dan dilakukan di tempat kerjanya.

Selain pendekatan di atas menurut Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (1996),

pendekatan yang biasa digunakan pada aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan kepada

masyarakat umum dan masyarakat pengunjung TTU khususnya perlu diberi pengertian dan

kesadaran tentang usaha STTU. Dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa TTU yang tidak

memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka

pengunjung/masyarakat akan berusaha untuk senantiasa memelihara STTU.

3. Kesadaran

Faktor kesadaran terutama karyawan pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan program,

tanpa kesadaran makan pelaksanaan program STTU akan mengalami hambatan dan kesulitan,

karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya serta manfaatnya baik bagi perusahaan maupun

bagi pribadi karyawan yang bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil pendekatan

edukatif melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

4. Partisipasi

Faktor partisipasi dari karyawan Pelabuhan secara total sangat dibutuhkan dalam rangka

memelihara, membina dan mengembangkan usaha Sanitasi. Partisipasi penuh dari karyawan dapat

diperoleh dan ditingkatkan dengan cara memberikan pengertian serta motivasi tentang pentingnya

Hygiene dan STTU dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis operasional.

5. Kerja sama

Usaha kesehatan masyarakat khususnya usaha Hygiene dan STTU dibutuhkan adanya kerjasama

dalam tim. Tanpa kerja sama yang baik maka usaha ini tidak akan berjalan dengan baik.

6. Keuangan

Page 8: amdal pelabuhan abud

Dimana terdapat suatu usaha terutama dalam usaha Hygiene dan STTU khususnya yang

berhubungan dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi biaya,

tanpa ditunjang biaya yang memadai ini maka kegiatan ini tidak akan berjalan semestinya. Kegiatan

ini sangat membutuhkan adanya anggaran khusus terutama guna pelaksanaan pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan sanitasi di lingkungan pelabuhan hendaknya menjadi komitmen bagi seluruh

pekerja di pelabuhan. Tentu saja hal ini diikuti dengan manajemen pemeliharaan sanitasi yang baik

antara lain berupa kecukupan personil kebersihan, alokasi dana yang mencukupi dari pihak

pengelola pelabuhan.

2.6 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup

setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak

atas imformasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan ataukegiatan dilarang

melanggar baku-mutu dan kreteria baku kerusakan lingkungan hidup, setiap rencana usaha dan atau

kegiatan yang kemungkinannya dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup *wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.*

Setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan

hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib memiliki analisis mengenai

dampak lingkungan hidup dalammenerbitkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib

diperhatikanrencana tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan rekomendasi pejabat

yang berwenang dan berkaitan dengan usaha atau kegiatan tersebut.

*Pelanggaran terhadap proses itu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha *dalam rangka

peningkatan kinerja usaha dan atau kegiatan,pemerintahmendorong penanggung jawab usaha atau

kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.

Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kepengadilan dan atau melaporkan ke penegak

hukum terhadap berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan pri kehidupan

masyarakat//bahkan Undang-undang pun meng-amanahkan sanksi pidana terhadap pelanggaran

dampak lingkungan hidup dimaksud. Permasalahan dan kendala penerapan AMDAL dalam

pengelolaan lingkungan hidup serta pra kondisi penerbitan berbagai perizinan suatu kegiatan usaha

akhirnya menjadi pertanyaan besar (Buana, 2010).

Page 9: amdal pelabuhan abud

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Proyeksi lalu lintas pelabuhan

Secara umum kebutuhan suatu rencana pengembangan pelabuhan laut dipengaruhi oleh

berbagai perkembangan social-ekonomi dan daerah layanannya, baik daerah layanan belakang

(hinterland) maupun daerah layanan depan (foreland). Yang menjadi daerah layanan belakang dari

pelabuhan yang direncanakan paling tidak mencakup wilayah satu Kabupaten atau bahkan bias juga

satu propinsi, sedangkan daerah layanan depannya adalah daerah-daerah lain di seluruh Indonesia

yang menjadi asal dan tujuan para penumpang/barang angkutan laut. Potensi pengguna dari

pelabuhan yang direncanakan terutama berkaitan dengan fungsi pelabuhan ini apakah akan

berfungsi sebagai pelabuhan Internasional, pelabuhan regional, atau pelabuhan local. Perkiraan arus

bongkar muat barang di Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan lalulintas barang

yang ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. Perkiraan pertumbuhan arus bongkar muat

barang ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan :

1. Metode Gravitasi (Bangkitan-tarikan). Proyeksi pertumbuhan bongkar muat barang dengan

metode Gravitasi didasarkan pada teori bahwa adanya aktivitas dalam suatu zona (daerah) akan

menyebabkan timbulnya kebutuhan perjalanan baik dalam zona itu sendiri atau perjalanan ke

zonalain. Berdasarkan besarnya bangkitan dan tarikan perjalanan dari dan ke suatu zona, dapat

dilakukan peramalan volume perjalanan beberapa tahun mendatang dengan menggunakan model

estimasi distribusi perjalanan (trip distribution). Ada banyak faktor yang mempengaruhi bangkitan

dan tarikan perjalanan, miasalnya jumlah penduduk, PDRB, jumlah rumah tangga, jumlah industri,

dan jumlah kendaraan bermotor. Penentuan model terbaik dilakukan dengan meninjau parameter-

parameter berikut ini :

Memiliki koefisien korelasi (r2) terbesar, yang menunjukkan kedekatan hubungan antara

model dengan data real.

Memiliki konstanta persamaan / intercept yang terkecil yang menunjukkan faktor-faktor

yang tidak diperhitungkan / faktor “pemaaf”. Makin kecil konstanta persamaan, berarti

pengaruhdari faktor-faktor yang tidak diperhitungkan semakin kecil.

Kesesuaian ekspektasi antara dugaan dan real.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan PDRB ini digunakan sebagai parameter

pertumbuhan arus bongkar muat barang yang patut dipertimbangkan. Angka pertumbuhan jumlah

bongkar muat barang di pelabuhan diasumsikan sesuai dengan rata-rata pertumbuhan PDRB di

Page 10: amdal pelabuhan abud

daerah yang bersangkutan. Angka pertumbuhan PDRB ini diambildari rata-rata pertumbuhan PDRB

beberapa tahun terakhir.

3. Perkiraan kompromi, yaitu laju pertumbuhan rata-rata dari proyeksi menggunakan model

matematis dengan proyeksi berdasarkan pertumbuhan PDRB. Skenario ini kita sebut Skenario

Moderat.

3.2 Sistematika Pelabuhan

Kinerja pelabuhan dapat ditunjukkan oleh kualitas pelayanan terhadap kapal maupun

barang di suatu pelabuhan. Variabel yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan atau kinerja

operasional pelabuhan antara lain produktifitas bongkar muat yang antara lain diukur melalui

variabel ship output, sedangkan kinerja operasional antara lain terdiri atas waiting time, berthing

time, turn round time. Ship output (TSHP) sendiri merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengukur besarnya produktifitas bongkar muat kapal. Peralatan bongkar muat sangat

mempengaruhi lamanya kapal di dermaga, apabila alat bongkar muat kurang memadai maka

produktifitas bongkar muat rendah, sebaliknya peralatan bongkar muat memadai serta SDM yang

profesional maka produktifitas bongkar muat akan tinggi, dengan sendirinya kapal akan cepat

meninggalkan dermaga atau berthing time dapat diperkecil. Peranan Pelabuhan sebagai salah satu

pelabuhan tujuan bagi pelayaran domestik dan pelayaran rakyat yang akan melakukan aktivitas

bongkar muat berjenis barang keperluan rumah tangga dan bangunan dari berbagai daerah di

seluruh pelosok nusantara, dan juga sekali merupakan tempat kegiatan ekonomi bagi suatu negara,

oleh sebab itu dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kepelabuhan.

3.3 Pelabuhan dan Fasilitas Utamanya

Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang

kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha di

pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu

sendiri. Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari :

• Alur pelayaran

• Kolam pelabuhan

• Penahan gelombang (breakwater)

• Dermaga

Page 11: amdal pelabuhan abud

Alur pelayaran: Alur pelayaran dalam istilah kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa daerah

yang dilalui kapal sebelum masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah pelabuhan sendiri

dibatasi oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua pelabuhan yang diusahakan ada

aturan bahwa setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayaran harus membayar Jasa Labuh (biaya

berlabuh di wilayah pelabuhan).

Kolam Pelabuhan: Kolam pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang digunakan

untuk bersandarnya kapal.

Penahan Gelombang: Penahan gelombang (breakwater) merupakan bagian fasilitas pelabuhan yang

dibangun dengan bahan batu kali dengan berat tertentu atau dengan bahan buatan yang berbentuk

tertentu seperti tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding tegak (caison).

Dermaga: Sarana-sarana tambahan adalah sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan

menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang-penumpang. Yang

dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga (quaywalls), pelampung tambatan (mooring piles),

piled piers, ponton-ponton, dermaga-dermaga ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel (slipways).

3.4 Persyaratan Sanitasi di Pelabuhan

Persyaratan sanitasi standar yang harus dimiliki oleh sebuah pelabuhan antara lain:

a. Bagian luar

1) Tempat parkir

Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air.

2) Tempat sampah

Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan kedap air serta dalam jumlah

yang cukup.

3) Pencahayaan

Penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar

tempat parkir.

b. Bagian dalam

1) Ruang tunggu

a) Ruangan harus bersih.

b) Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk.

c) Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan mata (minimal 10 fc) sehingga dapat digunakan

untuk membaca.

d) Penghawaan harus cukup, minimal 10% dari luas lantai.

e) Lantai tidak licin, kedap air, dan mudah dibersihkan.

Page 12: amdal pelabuhan abud

f) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang

cukup.

2) Pembuangan kotoran manusia

a) Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe leher angsa) minimal 1 jamban untuk 100 pengunjung,

atau minimal 2 buah jamban.

b)Tersedia peturasan (urinoir) yang baik, minimal 1 peturasan untuk 200 orang pengunjung dan

tersedia pasokan air yang mencukupi.

c) Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dengan jamban wanita.

d) Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau.

3) Pembuangan sampah

a) Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah

yang cukup.

b) Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah yang menumpuk.

4) Pembuangan air limbah

Air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke

saluran air kotor perkotaan.

5) Tempat cuci tangan

Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu, dilengkapi dengan sabun dan kain

serbet.

Lain-lain

1) Tersedia alat perlengkapan untuk P3K.

2) Terdapat alat pemadam kebakaran.

3) Bar atau restoran atau rumah makan yang ada ahrus memenuhi syarat higiene dan sanitasi

makanan dan minuman (Chandra, 2006).

Hubungan dengan Instansi Terkait

Instansi yang terkait dalam pembangunan konstruksi sebuah rumah sakit dibutuhkan

beberapa instansi yang dapat mendukung dari mulai proses pembangunan rumah sakit hingga

kegiatan-kegiatan rumah sakit sesuai dengan fungsinya. Instansi yang terkait dalam

pembangunan rumah sakit ini diantaranya yaitu:

Menteri pekerjaan umum

a. Menteri lingkungan hidup,

b. Menteri tenaga kerja,

c. Jaminan asuransi konstruksi,

Page 13: amdal pelabuhan abud

d. Menteri kesehatan.

e. Badan Pertanahan Nasional atau Kantor Pertanahan Setempat

f. Pemerintahan Daerah, meliputi :

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kota madya Jakarta pusat

Dinas Tata Ruang dan Tata kota madya Jakarta pusat

Dinas Pengawas Pembangunan daerah khusus Ibukota Jakarta

Lurah dan Camat

RT dan RW setempat (jalur penghubung terhadap warga).

g. Pihak Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi

h. Jaminan Pelayanan Kesehatan Jamsostek

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PELABUHAN

1). Ketataruangan

Pemgembangan pelabuhan merupakan suatu contoh pembangunan yang

dampaknya dapat mempengaruhi lingkungan yang cukup luas. Dampak yang ditimbulkan

oleh kegiatan pembangunan ini berasal dari konstruksi , tetapi dampak yang harus

diperhitungkan juga adalah justru saat operasional. Pada saat operasional ini, yang

dampaknya harus diperhitungkan dalam AMDAL adalah dampak lingkungan kaitan antara

lingkungan laut dan lingkungan daratan.

Adanya keterkaitan yang erat antara lingkungan laut dan daratan maka

penggunaan lahan yang ada dalam lokasi rencana bandara dan lokasi sekitarnya

memerlukan pencermatan. Penggunaan lahan pemukiman, pendidikan dan fasilitas

rumah sakit harus dihindari. Demikian pula areal rencana untuk kawasan industri yang

diperkirakan banyak mengemisikan pencemaran udara berupa asap atau sebab yang lain.

Lokasi yang dipilih untuk pengembangan pelabuhan harus memiliki saluran drainase yang

baik.

Permasalahan ketataruangan yang lain misalkan di sekitar pelabuhan terdapat

pasar yang berfungsi sebagai pusat aktivitas masyarakat sehingga di dalam kegiatan

pengembangan harus memperhatikan betul gangguan apa saja yang mungkin timbul

nantinya. Sementara itu, harus diperhatikan juga mengenai penggunaan lahan yang telah

ada di daerah tersebut yang sangat rentan akibat pengaruh dari kegiatan pelabuhan. Hal

ini misalnya pengaruh kebisingan dan limbah pelabuhan.

Page 14: amdal pelabuhan abud

Pada saat ini dengan banyaknya kapal-kapal besar yang singgah apalagi dengan

adanya kapal-kapal pesiar yang mewah maka dalam merencanakan suatu pelabuhan baru

pertimbangan ketataruangan semakin kompleks.

Dalam merancang perluasan pelabuhan perlu juga dipertimbangkan mengenai

ketataruangan yang berkait dengan kawasan kebisingan dan keselamatan pelayaran. Ada

beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu : adanya batas permukaan

horizontal yaitu kawasan yang terbentuk berupa area permukaan datar yang di dalamnya

ada landasan pelabuhan. Batas permukaan konikal ini berada pada ketinggian tertentu

yaitu bertemunya bidang dengan sudut 2,5 % yang kemudian bertemu dengan batas atas

permukaan konical. Sudut yang terbentuk dari ujung landasan adalah 2 % yang

membentuk bidang jalur keselamatan pelabuhan yang kemudian dipergunakan sebagai

bidang pendekatan untuk pendaratan.

2). Pemilihan lokasi

Pada umumnya, perencanaan pembangunan suatu pelabuhan mengalami

perencanaan yang bertahap. Pada umumnya pada awalnya, dilakukan pemilihan lokasi

yang paling sesuai dari berbagai faktor. Secara observasif dengan mempertimbangan

berbagai data awal yang tersedia dan masukan dari berbagai pihak ditetapkan calon

lokasi pelabuhan. Pada awalnya dipilih beberapa calon pelabuhan kemudian dianalisis

tingkat kesesuaiannya dengan mempertimbangkan berbagai faktor terkait.

Kriteria untuk menentukan kesesuaian lokasi calon pelabuhan antara lain : sosial,

ekonomi , tersedianya aksesibilitas dan lingkungan. Keempat faktor ini harus

dipertimbangkan dengan cermat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan

lokasi pengembangan pelabuhan.

Faktor sosial yang sangat menentukan adalah akan ada atau tidaknya persoalan

sosial dikemudian hari. Indikator yang paling mudah adalah dengan melakukan observasi

dan Focus Group Discussion (FGD) tanggapan penerimaan masyarakat terhadap rencana

kegiatan pembangunan pelabuhan. Social Acceptance Analysis ini dipergunakan untuk

menentukan skor kesesuaiannya kemudian faktor kedua adalah faktor ekonomi. Faktor

ekonomi ini utamanya berkait dengan perhitungan multiplier effects antara penggunaan

lahan yang lama dan penggunaan lahan untuk pelabuhan. Faktor ketiga merupakan

faktor ketersediaan akses dan kemungkinan pembangunan jalan dan fasilitas transportasi

Page 15: amdal pelabuhan abud

yang akan datang. Semakin tinggi aksesibilitas yang sekarang ada atau kemungkinan

berkembangnya aksesibilitas yang akan datang, kesesuaiannya semakin tinggi. Sementara

itu faktor lingkungan, utamanya faktor kesesuaian terhadap lanskap, pola angin

(kecepatan, arah, kekuatan), faktor visibilitas (tembus pandang), ketersediaan

sumberdaya (air, material untuk konstruksi), daerah yang sering terjadi banjir,

kegempaan dan pertimbangan dari adanya kawasan konservasi.

Berdasarkan penilaian terhadap empat kriteria tersebut maka semakin

sesuai, semakin besar skor untuk dapat dipilihnya lokasi tersebut

untuk pelabuhan. Keempat kriteria tersebut dipergunakan untuk menilai

kesesuaiannya menjadi lokasi pengembangan pelabuhan baru. Setiap faktor dinilai

dengan skor dengan rating dari angka 1 sampai 3. Angka skor 1 untuk tidak sesuai, angka

skor 2 untuk kurang sesuai, dan angka skor 3 untuk sesuai. Jumlah total untuk calon

terpilih adalah yang memiliki total skor tertinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Penetapan Lokasi Pelabuhan dari Beberapa Calon Lokasi Berdasar Beberapa

Kriteria

Kriteria Calon lokasi A

Calon lokasi B

Calon lokasi C

Calon lokasi D

Sosial Kurang sesuai

Sesuai Tidak sesuai Kurang sesuai

Ekonomi Tidak sesuai Kurang sesuai

Tidak sesuai Kurang sesuai

Aksesibilitas Sesuai Sesuai Kurang sesuai

Sesuai

Lingkungan Tidak sesuai Sesuai Kurang sesuai

Total 7 11 5 8

Berdasar atas penilaian dengan menggunakan ketiga rating tersebut maka calon

lokasi B yang paling sesuai dibanding dengan calon lokasi yang lain karena nilai totalnya

Page 16: amdal pelabuhan abud

tertinggi. Kemudian proses lebih lanjut adalah dikaji dampak lingkungan dari lokasi B ini.

Kajian ini menggunakan instrumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

3). Rintangan (Handicap)

Pembangunan pelabuhan mempunyai dampak lingkungan yang sangat komplek.

Pada areal terminal sekitar pelabuhan dan di sepanjang kiri dan kanan pelabuhan harus

diperhitungkan adanya rintangan yang mengganggu pelayaran. Kawasan dalam

pelabuhan maupun diluar pelabuhan harus bebas rintangan.

Lokasi yang dihindari untuk menjadi lokasi pelabuhan dengan

mempertimbangkan rintangan ini adalah : meander sungai, lokasi cekung, lembah,

intermountain, lebih rendah dibandingkan permukaan air laut, daerah yang sering terjadi

angin mati, berubah-ubah dan taifun. Disamping itu suatu daerah yang sering terjadi

kabut dan berdekatan dengan bukit yang akan menyebabkan terjadinya kesulitan

bagi nakhoda dalam melayarkan kapal.

4). Peraturan Perundangan Amdal Pembangunan Pelabuhan

Pedoman dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuhan berdasar pada ketentuan

bersifat internasional dan peraturan nasional. Sementara itu pedoman yang harus diacu

para penyusun dokumen AMDAL adalah :

Undang-undang RI No. 50 tahun 1990 tentang keanekaragaman hayati dan

ekosistemnya

Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolahan lingkungan hidup

Undang-undang RI No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, sekretariat Negara RI

Jakarta

Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1997 tentang pengendalian pencemaran air,

Bapedal Jakarta

Peraturan Pemerintah RI No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai dampak

Lingkungan

Page 17: amdal pelabuhan abud

Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.

Bapedal Jakarta

Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. KEP-48/MenLH/II/1996 tentang

kebisingan. Bapedal jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. KEP-49/MenLH/II/1996 tentang baku

mutu tingkat getaran. Bapedal Jakarta

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. KEP-50/MenLH/II/1996 tentang baku

mutu tingkat kebauan. Bapedal Jakarta

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. KEP-45/MenLH/I0/1997 tentang

indek standar pencemar udara. Bapedal Jakarta

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. KEP-49/MenLH/II/1996 tentang baku

mutu tingkat getaran. Bapedal Jakarta.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2008 tentang pelayaran

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 9 TAHUN 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2002 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Administrator Pelabuhan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 21 TAHUN 2007 tentang Sistem Dan

Prosedur Pelayanan Kapal, Barang Dan Penumpang Pada Pelabuhan Laut Yang

Diselenggarakan Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pelabuhan.

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI

PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KM 16 TAHUN 2007, NOMOR : 21/M-

DAG/PER/5/2007 tentang Pembentukan Forum Informasi Muatan Dan Ruang Kapal.

Page 18: amdal pelabuhan abud

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 71 TAHUN

2005 tentang Pengangkutan Barang/Muatan Antar Pelabuhan Laut di Dalam Negeri

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM.7 TAHUN 2005 tentang Sarana

bantu navigasi pelayaran

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM.8 TAHUN 2005 tentang

Telekomunikasi Pelayaran

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 3 TAHUN 2004 tentang Penunjukan

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Sebagai Designated Authority Pelaksanaan

Pengamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan (International Ships And Port Facility

Security / ISPS Code)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 33 TAHUN 2003 tentang

Pemberlakuan Amandemen Solas 1974 Tentang Pengamanan Kapal Dan Fasilitas

Pelabuhan (International Ships And Port Facility Security / ISPS Code) Di Wilayah

Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 tentang

perkapalan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 tentang

kepelabuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 tentang

Kepelautan

Sementara itu, mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

69 Tahun 2001 tentang kepelabuhan, tatanan kepelabuhan dalam kaitannya dengan

keselamatan operasi pelayaran, kawasan di sekitar pelabuhan dialokasikan agar tidak

membahayakan pelayaran, dapat dirinci menjadi beberapa kawasan, yaitu:

Kawasan pendekatan kapal. Kawasan ini adalah suatu kawasan perpanjangan

dermaga yang dibatasi oleh ukuran panjang dan lebar tertentu.

Page 19: amdal pelabuhan abud

Kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi pelayaran adalah kawasan di sekitar

penempatan alat bantu navigasi pelayaran di dalam dan / atau di luar daerah lingkungan

kerjayang penggunaannya harus memenuhi persyaratan tertentu guna menjamin

kinerja / efisiensi alat bantu navigasi pelayaran dan keselamatan pelayaran.

Batas kawasan keselamatan operasi pelayaran merupakan batas yang ditentukan

berdasarkan atas batas ruang di sekitar pelabuhan yang terbebas dari berbagai gangguan

untuk menjamin keselamatan operasi disekitar pelabuhan dan masyarakat sekitarnya.

Batas kawasan kebisingan dalah kawasan tertentu di sekitar pelabuhan yang terpengaruh

oleh gelombang suara mesin kapal udara yang dapat mengganggu lingkungan. Fungsi

penetapan batas kawasan kebisingan adalah agar masyarakat menyadari bahwa tinggal

disekitar pelabuhan itu tidak nyaman. Disamping itu dimasudkan pula untuk membatasi

atau mengendalikan pemanfaatan lahan dan ruang udara di sekitar kawasan pelabuhan.

Kawasan kebisingan pelabuhan digambarkan dengan ketetapan yang diberikan adalah

WECPNL (weighted equivalent continuous noise level). Formula yang diperkenalkan

untuk menentukan area kebisingan adalah sebagai berikut :

WECPNL = dBA + 10 Log N-27

Page 20: amdal pelabuhan abud

MASALAH UTAMA (MAIN ISSUES) DAN MASALAH KUNCI (KEY ISSUES) LINGKUNGAN DALAM

PEMBANGUNAN PELABUHAN

Dalam pembangunan pelabuhan banyak permasalahan lingkungan. Permasalahan yang

perlu diperhatikan adalah masalah utama dan masalah kunci bagi lingkungan. Adanya pengalaman

yang banyak terhadap aspek teknis pembangunan pelayaran laut serta permasalahan

pengoperasiannya maka identifikasi main issues dan key issues akan mudah ditetapkan.

Pada hakekatnya permasalahan lingkungan pada pembangunan pelabuhan terjadi ada

yang bersifat umum tetapi ada juga yang bersifat khusus. Permasalahan yang umum dimanapun

pengembangan pelabuhan dilakukan tersebut akan selalu muncul. Tetapi permasalahan yang khusus

akan berbeda-beda tergantung dari kondisi ekosistem dan lingkungannya.

Permasalahan utama (main issues) yang bersifat umum adalah pencemaran, kendaraan,

fungsi lahan, interaksi sosial dan perubahan norma sosial. Adapun masalah kuncinya dapat

dijabarkan sebagai berikut. Masalah umum pencemaran akan menimbulkan masalah kuncinya

kebisingan, masalah bangkitan kendaraan masalah kuncinya kemacetan lalu lintas, fungsi lahan

masalah kuncinya pemilik lahan kehilangan mata pencaharian (jobless), interaksi sosial masalah

kuncinya perubahan pola kekerabatan dan perubahan norma sosial masalah kuncinya adalah mulai

hilangnya kegotongroyongan yang ada di masyarakat. Kemudian dilakukan penelaahan terhadap

dampak besar dan penting dari kegiatan pembangunan Bandara pada berbagai tahapan.

Menetapkan adanya masalah (utama dan kunci) dan dampak (besar dan penting) dilakukan

dengan bermula dari suatu hipotesis. Tetapi kemudian ditetapkan dengan cara professional

judgment, melalui proses brainstorming (adu pendapat), rapat dan membentuk adhok. Metoda yang

sama untuk masalah (utama dan kunci) serta penetapan kedua hal tersebut masuk dalam proses

pelingkupan (Scoping). Dalam proses Scoping ini, beberapa aspek yang ditetapkan selain dampak

(besar dan penting), tetapi juga penetapan batas wilayah studi. Pada lokasi tertentu yang memiliki

ekosistem tertentu mempunyai permasalahan dan dampak yang spesifik.

Pada umumnya dampak yang signifikan untuk seluruh pembangunan Bandar Udara adalah

masalah dan dampak yang terkait dengan komponen-komponen fisik dan kimia serta biotis.

Sementara untuk lokasi bandara yang spesifik, permasalahan dan dampaknya berkait dengan

komponen biotis dan social ekonomi dan budaya.

Page 21: amdal pelabuhan abud

PELINGKUPAN ATAU SCOPING DALAM AMDAL PEMBANGUNAN PELABUHAN

Pengertian pelingkupan

Pelingkupan atau lingkup studi diterjemahkan dari kata scoping. Pelingkupan

merupakan istilah yang sangat popular didalam AMDAL. Pelingkupan ini memang sangat

penting, karena dengan pelingkupan akan dapat diperoleh arahan terhadap

permasalahan (utama dan kunci) dan dampak (besar dan penting) lingkungan dari suatu

rencana kegiatan pembangunan. Bahkan lebih jauh dari itu proses pelingkupan ini akan

dapat dipergunakan untuk menentukan batas wilayah studi. Atas dasar uraian diatas

maka pelingkupan adalah suatu proses untuk menentukan komponen lingkungan yang

terkena dampak (besar dan penting) dari suatu kegiatan pembangunan. Disamping itu

dari proses pelingkupan akan dapat dipergunakan untuk menentukan batas wilayah studi.

Untuk pengembangan Pelabuhan yang dampaknya mencakup pertimbangan

lingkungan darat dan udara, penetapan batas wilayah studi sangat dibutuhkan

ketelitiannya. Dengan demikian maka pelingkupan mempunyai tujuan untuk menghemat

tenaga, biaya dan waktu dalam penelitian dan penyusunan dokumen AMDAL.

Proses Pelingkupan

Pelingkupan hanya dapat dilakukan apabila tersedia data (hasil observasi dan

data sekunder) dan uraian kegiatan pembangunan yang lengkap. Proses yang harus

dilakukan merupakan langkah-langkah yang dimulai dan menentukan masalah yang

potensial. Masalah (utama) potensial yang akan timbul ini dibuat daftar. Dengan

menggunakan metodeCheck list (daftar uji). Daftar masalah (utama) kemudian di uji

untuk mendapat daftar masalah (utama) yang sudah teruji. Daftar masalah (utama) yang

sudah teruji ini merupakan masalah yang dihipotesiskan untuk di kaji lebih lanjut. Melalui

uji hipotesis ini maka setiap masalah (utama) yang sudah dikaji akan menjadi masalah

(kunci). Daftar masalah (kunci) lebih pendek dan masalah (utama) yang dihipotesiskan.

Proses yang harus dilakukan lebih lanjut adalah proses focusing (pemusatan).

Dengan menggunakan metoda Check list lagi di dapat daftar komponen laingkungan yang

diduga akan terkena dampak besar dan penting. Dampak besar dan penting dan proses

focusing inilah yang kemudian dikaji lebih lanjut terhadap sifat dampak dan perilaku

dampak (Fandeli , 2007).

Page 22: amdal pelabuhan abud

Pendekatan Dalam Pelingkupan.

Di dalam uji analogis, professional judgment dan brainstorming perlu melakukan

pendekatan. Pendekatan yang dipakai harus sesuai. Pada umumnya pendekatan yang

dipergunakan untuk pelingkupan adalah : pendekatan kebijakan dan perencanaan,

pendekatan ekologis, pendekatan sosial, pendekatan proyek dan pendekatan

administratf. Oleh karena masing masing pendekatan mempunyai konsekuensi

memperoleh batasan wilayah studi tersendiri. Namun batas wilayah studi yang berasal

dan kelima pendekatan dilakukan penampalan (Overlay). Penampalan peta dari lima

pendekatan tersebut ditetapkan dengan pendekatan teknis.

Batas wilayah studi dengan pendekatan teknis, inilah yang kemudian

dipergunakan untuk pelaksaanaan di lapangan. Pemilihan kelima pendekatan tersebut

dilakukan untuk komponen lingkungan yang sesuai. Pendekatan kebijakan dipergunakan

untuk menetapkan wilayah studi untuk komponen lingkungan ketataruangan,

pendekatan ekologis untuk komponen fisik dan biotis. Untuk komponen sosial, ekonomi

dan budaya dipergunakan pendekatan sosial. Berbagai aspek yang berkaitan dengan

administrasi menggunakan pedekatan administrasi. Pendekatan administrasi

dipergunakan untuk hal hal yang tidak memerlukan site tertentu. Pendekatan

administrasi ini dipergunakan untuk menetapkan pertimbangan dalam mengelola

lingkungan. Khususnya kelembagaan yang bertanggung jawab di bidang lingkungan.

Sementara pendekatan proyek untuk menetapkan sumber cemaran yang dapat

mengganggu lingkungan sekitar proyek pembangunan.

Di dalam AMDAL pembangunan PELABUHAN sebelum menetapkan batas wilayah

studi perlu ditetapkan pertimbangan batas keamanan pelayaran. Batas wilayah

keamanan pelayaran ini menjadi sangat penting karena faktor keamanan di pelabuhan

dan wilayah sekitarnya merupakan bekerjanya dua faktor yaitu faktor rintangan di laut

dan faktor rintangan di darat. Kedua faktor ini berperan penting dalam posisi kapal ketika

akan berlayar dan ketika kapal akan berlabuh.

Batas wilayah studi untuk AMDAL pembangunan pelabuhan pertama-tama harus

mempertimbangan batas kawasan keselamatan penerbangan seperti diterangkan di

depan. Langkah kedua berdasar atas peta batas keselamatan pelabuhan ini ditetapkanlah

Page 23: amdal pelabuhan abud

batas wilayah studi yang mempertimbangkan batas di terestrialnya yang lazim dalam

AMDAL.

Batas wilayah terluar ditetapkan berdasar pendekatan ekologis yang

mempertimbangkan ekosistem batas Daerah Aliran Sungai (DAS) atau landform (bentuk

lahan). Bentuk lahan dataran aluvial (Alluvial plain) atau daerah dataran pantai dapat

dipergunakan untuk pertimbangan dalam penetapan batas wilayah studi.

IZIN PEMBANGUNAN DERMAGA

DASAR HUKUM :a. Keputusan Menteri Perhubungan No.130-67 Th.2002b. Keputusan Menteri Perhubungan No.26 Th.1998c. Undang-undang No.21 Th.1992 tentang Pelayaran.d. Undang-undang No.23 Th.1997.e. Peraturan Pemerintah No.82 Th.1999.

UNIT KERJA/INSTANSI YANG MEMPROSES PERIZINAN : Kantor Perhubungan wilayah terkait

PROSEDUR PENGURUSAN IZIN :Mengajukan permohonan tertulis kepada pemimpin daerah terkait melalui Kepala Kantor Perhubungan dengan melampirkan syarat-syarat yang diperlukan

PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN IZIN :1. Gambar rencana pembangunan dermaga.2. Izin lokasi3. Izin Usaha4. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan5. Investasi penanaman modal

WAKTU PENGURUSAN IZIN : 14 (empat belas) hari kerja

BIAYA PENGURUSAN IZIN : Retribusi Leges IMB (sesuai peraturan daerah masing-masing)

JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IZIN : 3 (tiga) tahun

KETENTUAN PELAKSANAAN/ KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN :1. Tidak dibenarkan melakukan kegiatan dikeluarkan ketentuan izin yang diberikan.2. Izin tidak dapat dipindahtangankan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Bupati.3. Dermaga tersebut hanya untuk digunakan kegiatan bongkar/muat bahan baku milik sendiri.4. Tidak untuk melayani pihak lain.

Page 24: amdal pelabuhan abud

SANKSI ATAS PELANGGGARAN KETENTUAN IZIN :1. Peringatan tertulis2. Pembekuan izin3. Pencabutan izin

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan (Terminal) Khusus, maka syarat-syarat dan alur proses perijinan Pembangunan Terminal Khusus adalah sebagai berikut :A. ADMINISTRASI1. Surat permohonan.2. Akte pendirian perusahaan.3. NPWP.4. Ijin Usaha Pokok.5. Bukti penguasaan / pemilikan tanah.6. Ringkasan Rencana Kegiatan / Proposal.7. Persetujuan penetapan lokasi Pelsus.8. Rekomendasi Kepala Kantor Pelabuhan setempat.

B. TEKNIS1. Rencana Induk Pelsus.2. Perhitungan konstruksi, spesifikasi teknis, metode dan jadwal pelaksanaan.3. Tata letak fasilitas dermaga.4. Gambar konstruksi bangunan (denah, tampak dan potongan).5. Hasil survey Pelsus Kondisi Hidro-oceanografi (pasang surut, gelombang, kedalaman, arus,

kadar salinasi dan sedimen).6. Hasil survey Pelsus Topografi (garis kontur di sekitar dermaga).7. Hasil survey Pelsus Kondisi tanah (jenis dan karakteristik lap. Tanah).8. Hasil kajian keselamatan pelayaran (rencana penempatan SBNP, alur dan kolam pelabuhan).9. Batas-batas wilayah daratan dan perairan Pelsus.10. Studi lingkungan hidup kepelabuhanan yang telah disahkan oleh Pejabat yang berwenang.

C. DIAGRAM ALUR PROSES PERIJINAN