amdal konstruksi

Upload: christy-marcheline-valencya

Post on 06-Jul-2015

667 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANGLANDASAN HUKUMDASAR HUKUM NO KONTRAK KAJIAN : No 2439/-1.792.1 tanggal 20 April 2009 SK TRASE : No 1103/S/ PPSK/DTR/VI/10 PER GUB TENTANG TRASE : No 126/2010 tanggal 6 juli 2010

y y

y

NO KONTRAK AMDAL : No 2845/-1.774.151 tangggal 26 April 2010

PERIJINAN DAN PEMBEBASAN LAHAN

Daerah Perencanaan Jalan Layang non tol ini telah sesuai trace Jalan Layang yang dikeluarkan Dinas Tata Ruang No Pemeriksaan: 11 03/S/PPSK/DTR/VI/10. Surat Keputusan Gubernur Nomor 126 tahun 2010 tanggal 06 Juli 2010 PENINGKATAN JUMLAH KENDARAAN BARU di JAKARTA 236 MOBIL/HARI dan Peningkatan motor sebesar 891 motor/hari, TOTAL 1.127 kendaraan/hari Di JADETABEK 319 MOBIL/HARI dan Peningkatan motor sebesar 1.707 motor/hari, TOTAL 2.026 kendaraan/hari PENINGKATAN JALAN 0,01 % atau 401 m2/tahun KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN = 5,5 TRILIUN /tahun, akibat penurunan kualitas udara 2,8 triliun pertahun ALASAN PEMBANGUNAN

y SEBAGAI UPAYA MENGATASI AKSESIBILITAS PERGERAKAN KEDARAAN DARI/KE WILAYAH-WILAYAH DI SELATAN JAKARTA YANG MERUPAKAN SALAH SATU KAWASAN PENYANGGA IBUKOTA JAKARTA y MENGATASI KEPADATAN LALU LINTAS JL. PANGERAN ANTASARI YANG MERUPAKAN JALAN UTAMA BAGI MASYARAKAT DEPOK, BEKASI MAUPUN TANGERANG MENUJU BLOK M MAUPUN SENAYAN y PEMBANGUNAN JALAN LAYANG DAPAT MENDUKUNG RENCANA PEMBANGUNAN JALAN TOL ANTASARI DEPOK YANG DIRENCANAKAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Foto Kemacetan pada ruas Jl Patimura

Foto Antrian Pada Simpang Mabes Polri

Foto Antrian pada Simpang Wijaya

Foto Kemacetan pada ruas Iskandarsyah

Foto Antrian pada Simpang Prapanca

Foto Kemacetan Pada Ruas Antasari

Foto Panjang Antrian Pada Kaki simpang Pasar Inpre

PRAKONSTRUKSILOKASI KEGIATAN

Foto Lokasi Kegiatan

Foto Lokasi Pembagian Pekerjaan

Foto Detail Lokasi

Foto Detail Lokasi

Foto Detail Lokasi

Tabel Detail Lokasi Pekerjaan ySOSIALISASI AMDAL KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NO. 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANDAL SERTA KEPUTUSAN GUBERNUR DKI JAKARTA NO. 76 TAHUN 2001 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT

Foto Kegiatan Pra Sosialisasi Amdal

Foto Kegiatan Sosialisasi Amdal PELAKSANAAN PROYEK

PENGUKURAN DAN STACKING OUT

Foto Kegiatan Pengukuran

Foto Kegiatan Pengukuran

Foto Kegiatan Stacking Out

PELAKSANA PROYEK

Kontraktor Pelaksana Proyek

KONSULTAN

Konsultan Pelaksana Proyek

TENTANG AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan instrumen pengendalian dampak lingkungan yang tergolong tertua di Indonesia (1982).Bahkan hingga saat ini AMDAL masih dikenal meluas di berbagai lapisan dan golongan masyarakat.Instrumen ini dengan cepat dikenal karena disosialisasikan secara aktif melalui jalur pendidikan non-formal (Kursus Dasar, Penyusun dan Penilai AMDAL) maupun secara tidak langsung melalui jalur penilaian dokumen AMDAL.Dibentuknya Komisi Pusat dan Daerah untuk penilaian AMDAL, dan adanya persyaratan-persyaratan perijinan yang terkait dengan AMDAL, secara tidak langsung telah mendorong banyaknya pihak, khususnya aparatur pemerintah, yang mengenal istilah AMDAL. Namun setelah lebih 15 tahun AMDAL berjalan di Indonesia (terhitung sejak pertama kalinya ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang AMDAL, yakni PP Nomor 29 Tahun 1986), banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum menjadi instrumen yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan) dampak lingkungan. Bahkan akhirnya AMDAL banyak dipandang sebagai cost center ketimbang sebagai kontributor untuk cost saving. Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL boleh dikatakan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: (a) kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL; (b) integritas anggota Komisi Penilai; (c) tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL; (d) akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL. Dari empat faktor tersebut integritas penilai merupakan faktor moral yang sulit dioperasionalkan ketika menempatkan seseorang untuk duduk di dalam keanggotaan Komisi Penilai AMDAL. Namun demikian, faktor ini dapat efektif dikontrol dan ditegakkan melalui tiga faktor yang lainnya, yakni peningkatan terus menerus kompetensi teknis anggota, tersedianya panduan, prosedur dan kriteria penilaian dokumen AMDAL yang efektif untuk digunakan, dan akuntabilitas proses penilaian AMDAL. Tiga faktor ini merupakan faktor yang dapat terus ditingkatkan, dikembangkan dan difasilitasi oleh pemerintah agar mutu penilaian AMDAL meningkat secara bertahap. Berlatar-belakang dari konsideran tersebut, studi ini diselenggarakan dengan maksud untuk meningkatkan mutu penilaian AMDAL melalui pembuatan prosedur dan kriteria penilaian dokumen AMDAL. Tujuan studi ini adalah dihasilkannya seperangkat kriteria dan teknik penilaian dokumen AMDAL, sebagai pelengkap terhadap Kepmen LH Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.Adapun hasil pekerjaannya adalah laporan tentang kriteria dan teknik penilaian dokumen AMDAL.METODE PENGUMPULAN DATA AMDAL

Pada study AMDAL, pengumpulan dan analisis data terhadap parameter-parameter dari berbagai komponen lingkungan dilakukan untuk :

1. Menelaah, mengamati, dan mengukur rona lingkungan awal yang diprakirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan pembangunan/Industri. 2. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diprakirakan akan terkena dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.

1. Pengumpulan Data Geofisik-Kimia pada Study AMDAL Metode Pengumpulan Data Penentuan titik/lokasi pengambilan sampel didasarkan atas data sekunder arah dan kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan baik rencana lokasi penambangan, jalur pengangkutan, penimbunan dan pengapalan. Data kualitas udara dan kebisingan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, sedangkan data iklim merupakan data sekunder selama 5 tahun terakhir (time series), yang akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Parameter yang akan dikumpulkan untuk kualitas udara ambien, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, terutama yang akan terkena dampak. Parameter tersebut meliputi SO2, CO, NO2, Pb, PM10, dan TSP. Lokasi pengumpulan data akan berada dalam wilayah studi seperti tercantum pada gambar Rencana Lokasi Pengambilan Sampel. Parameter yang akan dikumpulkan untuk kebisingan, diukur secara langsung di lapangan dengan menggunakan sound level meter dibandingkan dengan Kep. Men.LH No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Lokasi pengumpulan data sama dengan lokasi pengumpulan data udara ambien. Metode Analisis Data1. Analisis data kualitas udara rona lingkungan awal akan dilakukan dengan membandingkan dengan Kep. Men.LH No. 45 tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan KepKa Bapedal 107/1997. Metode ini akan membagi kualitas udara menjadi 5 skala kualitas lingkungan udara ambien. 2. Analisis data kebisingan rona lingkungan awal akan dilakukan dengan mengacu pada Kep. Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Metode ini akan mendapatkan Leq (tingkat kebisingan sinambung setara), LTM5 (Leq dengan selang waktu 5 detik), Ls (Leq selama siang hari), Lm (Leq selama malam hari), Lsm (Leq selama siang dan malam).

Contoh kasus Suatu proyek akan dibangun di Jakarta yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, maka kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu kegiatan proyek dilakukan sesuai dengan hasil keputusan study AMDAL. Hasil dari study amdal tersebut tidak boleh diremehkan, tetapi harus diperhatikan dalam melakukan suatu kegiatan, dimana metode pelaksanaan harus tetap memperhatikan hasil dari keputusan study amdal. Sebagai contoh : dalam pemancangan pondasi, biasanya penggunaan metode dan alat harus

diperhatikan supaya tidak membuat tingkat kebisingan yang tinggi di area yang padat penduduk, karena akan sangat mengganggu. 2. Fisiografi/ Geomorfologi Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data komponen fisiografi dan geologi perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi fisiografi dan geologi tapak proyek dan sekitarnya, sehingga dampak yang akan ditimbulkan oleh rencana penambangan dapat diprakirakan. Topografi dan bentang lahan diobservasi dari foto udara dan pengamatan langsung ke lapangan. Metoda Analisis Data Analisis tiap parameter dilakukan dengan metode profesional judgement.Analisis data geologi dari suatu rencana kegiatan didapat dari data sekunder. Contoh kasus Pekerjaan konstruksi akan dibangun pada suatu lokasi pegunungan, maka yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi adalah mengetahui kondisi fisiografi dan geologi tapak proyek dan sekitarnya, yang berguna untuk melakukan pemilihan metode dalam pelaksanaan pekerjaan. Sebagai contoh : apabila tanah tempat lokasi tapak proyek tersebut terlalu tandus, maka sebelum pelaksanaan tanah tersebut harus dilakukan perkerasan supaya aman untuk dilakukan pekerjaan, tetapi sebelumnya harus memperhatikan hasil dari study amdal. 3. Hidrologi Metoda Pengumpulan Data Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi : Air Permukaan, diukur menggunakan air limpasan (surface run off), dengan menilai kualitas air sungai (fisik, kimia, dan mikrobiologi). Sedangkan parameter lain adalah Air Tanah, dengan mengukur kuantitas air tanah (sumur penduduk & mata air). Selain parameter tersebut juga digunakan parameter Erosi dan Sedimentasi. Metoda Analisis Data Parameter yang telah diukur/ diamati kemudian dianalisis dengan metode Persamaan matematik dari metoda studi hidrologi menggunakan rumus USLE (Erosi) dan rumus Rational Method (runoff). Contoh kasus Pada suatu pekerjaan saluran air (baik itu air bersih atau air kotor) yang akan dibangun, hal yang harus diperhatikan adalah tingginya curah hujan pada suatu lokasi yang dinamakan catchment

area, dimana tingkat curah hujan digunakan dalam mendesain suatu saluran. Tetapi bukan hanya itu saja, hasil study amdal berupa kualitas air tanah serta parameter erosi dan sedimentasi juga harus diperhatikan untuk melakukan analisa dampak dari suatu pekerjaan tersebut. Karena dampaknya apabila kualitas air tersebut kurang baik, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh masyarakat yang ada disekitarnya, karena akan menimbulkan suatu penyakit atau kesusahan bagi yang menggunakan air tersebut. Oleh karena itu hasil dari study amdal harus diperhatikan dalam penentuan metode suatu kegiatan supaya dampaknya dapat diketahui dan menghindari kemungkinan yang tidak diharapkan.