aliran kebatinan dan kepercayaan

17
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai spiritual, pasti berhubungan dengan istilah kebatinan. Kebatinan sendiri memiliki arti samar atau tersembunyi. Dinamakan gerakan kebatinan karena gerakan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kemudian, gerakan ini juga mempelajari sisi tersembunyi dari suatu hal. Aliran-aliran kepercayaan ini, pertama kali muncul di tanah jawa. Pada masa-masa silam, kaum muslim di nusantara mengikuti madzhab Imam Syafi’i dalam hal amaliyah atau fiqih, madzhab Al-Asy’ari dalam hal aqidah, madzhab Al-Imam Al-Ghazali dan Imam Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dalam hal tasawuf. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab munculnya aliran-aliran kebatinan di Indonesia, khususnya di tanah jawa. Sedangkan dalam dunia Islam sendiri, aliran semacam ini pertama kali muncul pada masa Khalifah Al-Ma’mun pada masa Dinasti Abbasyiyah dan tersebar luas pada masa Khalifah Al-Mu’tashim pada dinasti yang sama. Menurut dunia islam sendiri, aliran kebatinan didirikan oleh beberapa orang, yaitu Maimun bin Daishan (pendiri Al-Qaddah), Muhammad bin Al-Husain (pendiri Dandan) dan Hamdan Qirmith. 1

Upload: mayora-ulfa

Post on 13-Feb-2016

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

TRANSCRIPT

Page 1: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai spiritual, pasti berhubungan dengan istilah

kebatinan. Kebatinan sendiri memiliki arti samar atau tersembunyi.

Dinamakan gerakan kebatinan karena gerakan ini dilakukan secara sembunyi-

sembunyi. Kemudian, gerakan ini juga mempelajari sisi tersembunyi dari

suatu hal.

Aliran-aliran kepercayaan ini, pertama kali muncul di tanah jawa. Pada

masa-masa silam, kaum muslim di nusantara mengikuti madzhab Imam

Syafi’i dalam hal amaliyah atau fiqih, madzhab Al-Asy’ari dalam hal aqidah,

madzhab Al-Imam Al-Ghazali dan Imam Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dalam

hal tasawuf. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab munculnya aliran-

aliran kebatinan di Indonesia, khususnya di tanah jawa.

Sedangkan dalam dunia Islam sendiri, aliran semacam ini pertama kali

muncul pada masa Khalifah Al-Ma’mun pada masa Dinasti Abbasyiyah dan

tersebar luas pada masa Khalifah Al-Mu’tashim pada dinasti yang sama.

Menurut dunia islam sendiri, aliran kebatinan didirikan oleh beberapa orang,

yaitu Maimun bin Daishan (pendiri Al-Qaddah), Muhammad bin Al-Husain

(pendiri Dandan) dan Hamdan Qirmith.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia selalu haus akan rasa ingin tahu

terhadap dzat yang menciptakan dan memberikan rasa aman. Berbagai macam

aktivitas ibadah dengan berbagai ritualnya dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan rohani dalam rangka mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan.

Mulai dari peribadatan terbuka hingga ritual secara sembunyi-sembunyi

dilakukan untuk mendapatkan tujuan tersebut. Di Indonesia, hal yang

demikian sudah tidak asing lagi. Gejala umum yang tampak antara lain

munculnya berbagai macam aliran kepercayaan, yang biasa disebut dengan

kebatinan, tasawuf, ilmu kesempurnaan, teosofi, mistik atau dengan sebutan

yang lain. Munculnya berbagai macam aliran kepercayaan di Indonesia

membuat sebagian pihak merasa resah. Kita tidak bisa dengan mudah merubah

1

Page 2: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

apa yang mereka yakini, karena tiap individu memiliki hak atas

lepercayaannya. Oleh karena itu penting adanya pengetahuan mengenai

keberadaan mereka serta hal-hal yang mendasari kepercayaan yang mereka

anut. Makalah ini akan menjelaskan tentang sejarah munculnya aliran

kepercayaan di Indonesia disertai dengan beberapa contoh aliran yang ada di

Indonesia saat ini. Sehingga diharapkan masyarakat dapat memahami serta

tidak mudah menyalahkan kepercayaan orang lain.

Di Indonesia sendiri, tokoh-tokoh aliran kebatinan datang dengan

sendirinya. Ada beberapa jenis aliran kebatinan. Pertama, mereka meniru

perbuatan sebagian orang yang mereka anggap orang shaleh. Hal ini terjadi

pada kasus Parangkusumo, dimana tempat tersebut menjadi pertemuan antara

Panembahan Senopati dan Ratu Penguasa Laut Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian kebudayaan dan kebatinan (spiritual)?

2. Bagaimana lahirnya aliran kebatinan?

3. Apa saja visi dan misi aliran kebatinan ?

4. Bagaimana sejarah aliran kebatinan di indonesia ?

5. Apa yang dimaksud dengan ajaran aliran kebatinan ?

6. Apa modus penyebaran kebatinan ?

7. Apa yang di maksud dengan kelompok kebatinan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian kebudayaan dan kebatinan

(spiritual)

2. Untuk mengetahui Bagaimana lahirnya aliran kebatinan

3. Untuk mengetahui Apa saja visi dan misi aliran kebatinan

4. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah aliran kebatinan di indonesia

5. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan ajaran aliran kebatinan

6. Untuk mengetahui Apa modus penyebaran kebatinan

7. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan kelompok kebatinan

2

Page 3: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan dan Kebatinan (Spiritual)

Kebudayaan berasal dari kata budaya, yang berarti cara hidup yang

berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarisi

dari generasi ke generasi.

Salah seorang tokoh sosiologi, Herskovits memandang bahwa kebudayaan

sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi yang lain.

Sedang menurut tokoh sosiologi yang lain, Andreas Eppink, kebudayaan

mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu

pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial religius dan lain-lain,

serta tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi

ciri khas suatu masyarakat1.

Lain lagi dengan Edward Burnett Taylor, kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-

kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai seorang masyarakat.

B. Lahirnya Aliran Kebatinan

Aliran Kebatinan diyakini sudah ada sejak zaman kekhalifahan Bani

Abbasyiyah. Aliran kebatinan tersebut memasuki agama islam melalui dua

pintu, Pertama melalui ajaran Syiah Rifadhah, dengan propaganda membela

ahlul bait (keluarga Nabi) yang telah didzalimi oleh penguasa Bani Umayyah

dan Bani Abbasyiyah, serta mengembalikan kekuasaan politik kepada ahlul

bait2.

Kedua, melalui ajaran tasawuf, dengan mengubah paradigma,

bahwasannya seseorang yang telah mencapai tingkatan ma’rifat dan tingkat

kesucian tertentu, tidak berkewajiban menjalankan syari’at, tetapi cukup

dengan mendalami ilmu hakikat. Padahal menurut ajaran tasawuf yang

1 Fadjri, M., Ilmu Sosial Dasar, Surabaya : Usaha Nasional, 1986, hal 692 Ya’cub, A Tasman, Problematika Aliran Kebathinan dan Kepercayaan di Indonesia,

Jakarta : The Minang Kabau Foundation, 2001, hal 59

3

Page 4: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

sebenarnya, ajaran diatas termasuk sesat. Tokoh tasawuf seperti Syeikh Abdul

Qadir Jaelani mengatakan, Hakikat tanpa Syari’at adalah hampa (sia-sia).

Hakikat tanpa Syari’at adalah batal, sedangkan pelaksanaannya dalam bentuk

amal ibadah disebut Thoriqot.

 

C. Visi dan Misi Aliran Kebatinan

Aliran Kebatinan memiliki beberapa visi dan misi khusus, antara lain :

1. Mengembalikan kejayaan agama Majusi (Penyembah Api)

2. Mengembalikan kejayaan Kerajaan Persia (sekarang Iran)

3. Menghancurkan agama Islam dari dalam

4. Meraup keuntungan materi dari pengikutnya

5. Memenuhi kebutuhan biologis

D. Sejarah Aliran Kebatinan di Indonesia

Pada masa penjajahan Belanda, perkembangan agama Islam begitu pesat

sehingga dikhawatirkan meruntuhkan budaya jawa. Oleh karena itu, pada

masa Raja Amangkurat 1, perseteruan antara Ummat Islam dan para pegawai

di kerajaan yang masih percaya akan kepercayaan jawa kuno semakin

meruncing. Ditambah lagi, provokasi dari pemerintahan kolonial bahwa

ummat islam akan melakukan pemberontakan, menyebabkan raja meluapkan

amarahnya.

Karena menyangka bahwa agama islam adalah adat dari arab dan

merupakan agama impor dari arab, Amangkurat 1 pun menangkap para santri

dan kyai yang ada di jawa. Merekapun dikumpulkan di alun-alun dan dibantai

secara kejam dan keji. Inilah sejarah terkelam ummat islam pada masa itu.

Menurut Hamka, ada sekitar 6 ribu ulama’ yang terbunuh3.

Pasca pembantaian tersebut, mengungsilah ummat islam ke pesisir utara

pantai jawa. Mereka menetap dan mengembangkan ajaran islam di wilayah

tersebut. Upaya islamisasi kerajaan jawa kembali mendapat kesempatan di

3 Santoso, Slamet, Teori-Teori Psikologi Sosial, Bandung : PT Refika Aditama, 2010 . hal 58

4

Page 5: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

tahun 1790. Kala itu, kerajaan Mataram telah runtuh, dan berganti menjadi

Keraton Surakarta. Pada masa itu, keraton Surakarta dipimpin oleh Sultan

Pakubuwono IV. Para muballigh tersebut, sebagian besar adalah pengikut

Muhammad bin Abdul Wahhab, atau yang lebih dikenal dengan madzhab

Wahhabi. Mereka terjun langsung ke jantung kekuasaan jawa dan

membersihkan segala hal yang dianggap sebagai kemusyrikan.

Pada masa itu, Sultan Pakubuwono IV memang tertarik dengan aliran

wahabi. Namun hubungan raja – ulama ini tak berlangsung lama. Khawatir

dengan perkembangan islam, Belanda kembali merusak hubungan ulama’ –

raja tersebut dengan politik pecah – belahnya. akibatnya para ulama’ tersebut

kembali diperangi dan tersingkir.

Kebencian penganut kebatinan dengan ummat islam, membuat pemerintah

kolonial menginginkan simbiosis mutualisme antara keduanya. Akhirnya,

pemerintah kolonial mulai menyusupkan ajaran-ajaran kebatinan dalam tubuh

ummat islam. Ketika ummat islam telah lemah imannya, banyak diantara

mereka yang terpengaruh dengan ajaran-ajaran tersebut. Akhirnya usaha

pemerintah kolonial untuk mendangkalkan akidah ummat muslim tercapai.

Ummat islam akhirnya hanya menganggap agama hanya dalam batin saja.

Agama Islam yang merupakan sebuah keyakinan yang meliputi segala aspek

kehidupan. Tidak hanya sebuah keyakinan yang diyakini di dalam hati.

Akhirnya sebagian besar ummat islam di Jawa khususnya, masih

mempercayai beberapa kepercayaan tradisional hingga sekarang. Hanya saja

kepercayaan tersebut sudah mulai hilang, seiring dengan majunya ilmu

pengetahuan dan teknologi.

E. Ajaran Aliran Kebatinan

Beberapa ajaran yang ada pada aliran kebatinan, antara lain4:

1. Mencintai Allah dengan sepenuh hati

2. Mensucikan diri dari ghaflah (lalai dari Allah)

4 Soelaeman, Munandar, Ilmu Sosial Dasar, Bandung : PT Refika Aditama, 2001 hal 48

5

Page 6: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

3. Memilih iman dari pada kufur

4. Apabila 3 kewajiban diatas telah tercapai, maka tidak wajib baginya untuk

menjalankan syariat dan menjauhi larangan Allah. Allah pun tak akan

memasukkannya ke dalam neraka disebabkan melakukan dosa besar.

5. Ia tidak wajib melaksanakan ibadah-ibadah dzahir, tetapi cukup dengan

tafakkur (merenung) dan memperbaiki akhlaq hati

F. Modus Penyebaran Kebatinan

Penyebaran aliran kebatinan dilakukan melalui beberapa cara, antara lain5:

1. Penyebaran isu bahwa ia seorang wali allah yang telah mencapai derajat

ma’rifat

2. Melayani pengobatan alternatif

3. Melayani konsultasi masalah sosial, politik, ekonomi dll.

4. Menyebarkan isu dan menampakkan dirinya mengetahui perkara-perkara

ghaib

5. Menyebarkan isu bahwasannya ia memiliki karomah seperti wali Allah

6. Meremehkan para Kyai dan Ulama’ yang konsisten dengan syari’at Allah

G. Beberapa Kelompok Kebatinan

1. Hardapusara

Aliran kebatinan ini didirikan pada tahun 1895 oleh Kyai

Kusumawicitra, seorang petani dari desa Kemanukan, yang terletak di

dekat kota Purworejo. Ia konon mendapatkan ilmu setelah menerima

wangsit. Pengikutnya mencapai ribuan orang, mencakup daerah Jawa

Timur, Jawa Tengah dan Jakarta. Aliran ini memiliki dua buku yang

dianggap keramat, yaitu buku Kawula Gusti dan Wigati.

2. Susila Budi (SUBUD)

Aliran kebatinan ini tak mau disebut dengan sebutan demikian,

melainkan dengan sebutan Pusat Latihan Kejiwaan. Anggotanya

5 Shoe’ib, Joesoef, Aliran Kebathinan dan Perkembangan, Medan: Rainbow, 1988, hal 58

6

Page 7: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

berjumlah ribuan orang dan tersebar di seluruh kota di Nusantara. Buku

yang mereka anggap keramat adalah Buku Susila Budhi Dharma, serta

menerbitkan Majalah Pewarta Kejiwaan Subud.

3. Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu)

Aliran ini lebih terkenal dengan nama Pangestu. Lahir di Surakarta

pada bulan Mei tahun 1949 oleh Soenarto. Ia mengaku menerima wangsit

pada tahun antara tahun 1932 dan 1933. Kemudian, wangsit tersebut

dicatat oleh kedua muridnya dan dibukukan dalam sebuah buku yang

berjudul Sasangka Djati

4. Paguyuban Sumarah

Aliran ini dipimpin oleh R. Ng. Sukirno Hartono dari Yogyakarta.

Ia mengaku menerima wahyu pada tahun 1935. Saat ini, jumlah

anggotanya mencapai 115 ribu orang6.

5. Sapta Dharma

Didirikan pada tahun 1955 oleh seorang guru agama bernama

Hardjosaputro. Kemudian, ia mengganti namanya menjadi Panuntun Sri

Gutomo. Ia berasal dari desa Keplakan, dekat Pare, Kediri. Ia mewariskan

kitab pusaka Ia mewariskan kitab pusaka yang berjudul Kitab Pewarah

Sapta Dharma.

BAB III

PENUTUP

6 Subagya, Rahmat, Kepercayaan, Kebathinan, Kerohanian, Kejiwaan dan Agama, Yogyakarta : Kanisius, 1976, hal 80

7

Page 8: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

A. Kesimpulan

Kebudayaan berasal dari kata budaya, yang berarti cara hidup yang

berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarisi

dari generasi ke generasi.

Salah seorang tokoh sosiologi, Herskovits memandang bahwa kebudayaan

sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi yang lain.

Aliran Kebatinan diyakini sudah ada sejak zaman kekhalifahan Bani

Abbasyiyah. Aliran kebatinan tersebut memasuki agama islam melalui dua

pintu, Pertama melalui ajaran Syiah Rifadhah, dengan propaganda membela

ahlul bait (keluarga Nabi) yang telah didzalimi oleh penguasa Bani Umayyah

dan Bani Abbasyiyah, serta mengembalikan kekuasaan politik kepada ahlul

bait.

Pada masa penjajahan Belanda, perkembangan agama Islam begitu pesat

sehingga dikhawatirkan meruntuhkan budaya jawa. Oleh karena itu, pada

masa Raja Amangkurat 1, perseteruan antara Ummat Islam dan para pegawai

di kerajaan yang masih percaya akan kepercayaan jawa kuno semakin

meruncing. Ditambah lagi, provokasi dari pemerintahan kolonial bahwa

ummat islam akan melakukan pemberontakan, menyebabkan raja meluapkan

amarahnya.

B. Saran

Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumber-

sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita

hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad

yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya

dalam kehidupan kita sehari-hari.

KATA PENGANTAR

8

Page 9: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah

memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

9

i

Page 10: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFATR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

C. Tujuan .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan dan Kebatinan (Spiritual)................................3

B. Lahirnya Aliran Kebatinan....................................................................3

C. Visi dan Misi Aliran Kebatinan ............................................................4

D. Sejarah Aliran Kebatinan di Indonesia .................................................4

E. Ajaran Aliran Kebatinan .......................................................................5

F. Modus Penyebaran Kebatinan ..............................................................6

G. Beberapa Kelompok Kebatinan.............................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................8

B. Kritik dan Saran ...................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................iii

MAKALAHMAKALAH

10

ii

Page 11: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

Aliran kepercayaan dan kebatilanAliran kepercayaan dan kebatilanDan persentuhannya dengan kebudayaan lokal indonesiaDan persentuhannya dengan kebudayaan lokal indonesia

Oleh : Despa Fenisuryani

Lidia SisfariniLina Nurhasanah

Dosen Pembimbing :Samsul

AKHLAK TASAWUFFAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU

2015

DAFTAR PUSTAKA

11

Page 12: Aliran Kebatinan Dan Kepercayaan

Fadjri, M., Ilmu Sosial Dasar, Surabaya : Usaha Nasional, 1986

Santoso, Slamet, Teori-Teori Psikologi Sosial, Bandung : PT Refika Aditama,

2010

Soelaeman, Munandar, Ilmu Sosial Dasar, Bandung : PT Refika Aditama, 2001

Shoe’ib, Joesoef, Aliran Kebathinan dan Perkembangan, Medan: Rainbow, 1988

Subagya, Rahmat, Kepercayaan, Kebathinan, Kerohanian, Kejiwaan dan Agama,

Yogyakarta : Kanisius, 1976

Ya’cub, A Tasman, Problematika Aliran Kebathinan dan Kepercayaan di

Indonesia, Jakarta : The Minang Kabau Foundation, 2001

12

iii