alih generasi pilihan karier pengusaha batik …eprints.uny.ac.id/43940/1/chalida ghrya...

193
ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (SUATU STUDI GENOGRAM KARIER) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Chalida Ghrya Wahyudi NIM 12104241045 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016

Upload: trantruc

Post on 18-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(SUATU STUDI GENOGRAM KARIER)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Chalida Ghrya Wahyudi

NIM 12104241045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OKTOBER 2016

Page 2: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

i

ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

(SUATU STUDI GENOGRAM KARIER)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chalida Ghrya Wahyudi

NIM 12104241045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Page 3: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara
Page 4: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara
Page 5: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara
Page 6: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

v

MOTTO

Dreaming is not enough. You have to go a step further and use your imagination

to visualize, with intent!

(Christine Anderson)

If you’re tired for what you fighting now, don’t stop. Just keep moving. Allah SWT

watching you, always.

(Penulis)

Stay educated, work harder, dress well, respect, and be nice to people.

(Penulis)

Page 7: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

A. Orangtua tercinta sekaligus sahabat yang luar biasa memberikan kasih

sayang, dukungan, nasihat-nasihat dan pelukan hangat selama ini. Skripsi

ini adalah bentuk tanggung jawab atas keputusan mengambil studi lanjutan

dan hadiah atas pengorbanan, doa, kerja keras serta bimbingan yang

diberikan.

B. Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan tempat menuntut ilmu

sekaligus kota budaya.

C. Para pembatik DIY yang senantiasa menceritakan, mengajarkan,

memberikan pengalaman unik pada peneliti selama proses penelitian.

D. Ryan Revinaldi yang menemani mengerjakan Skripsi ini tanpa mengenal

jarum jam.

E. Yolanda Fitra Lailly, Fafa Anggriawan, Irwan Syahli, Galih Wilarko,

Fauzan Akbar, Gilang, Annisa Nur Fathia, Gitta Nur Wulan, Gerry

Maulana Thiar yang saling menyemangati dalam segala kondisi.

F. Indian Geronimo FM, khususnya team Playground (Eman Aditya, Aditya

Wijang dan Tio Andito) serta Rizky Anjas yang telah membantu dan

mendukung penulis dalam membuat Skripsi.

G. Sahabat-sahabat yang setia menemani perjalanan penyusunan skripsi.

Page 8: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

vii

ALIH GENERASI PILIHAN KARIR PENGUSAHA BATIK DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA (SUATU STUDI GENOGRAM KARIR)

Oleh

Chalida Ghrya Wahyudi

NIM 12104241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memaparkan pilihan

karir melalui studi Genogram Karir pada keluarga pengusaha batik. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif interaktif studi kasus.

Subjek pada penelitian dipilih melalui metode snowball sampling yaitu

metode pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya dan

purposive sampling yaitu pengambilan sampling berdasarkan seleksi khusus dari

peneliti yang membuat kriteria tertentu mengenai siapa yang cocok dijadikan

subjek. Kedua subjek merupakan wirausaha batik yang sudah minimal pada

generasi ke tiga yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data

menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

mendalam.

Hasil penelitian ini menunjukan analisis genogram karir pada dua

pengusaha batik di DIY yang berinisial AP dan I. Plihan karier menjadi penerus

usaha batik keluarga pada kedua subjek dimulai dari pengaruh di dalam keluarga.

Pemahaman diri subjek mengenai nilai, bakat dan minat ditambah dengan

kedekatan kedua subjek dengan keluarga atau orang lain yang berarti (significant

others) kemudian turut mempengaruhi pilihan karier. Pengenalan lingkungan

kerja usaha batik turun-temurun milik keluarga terjadi setiap hari sejak kecil.

Kaderisasi sebagai penerus usaha batik keluarga juga sudah dilakukan keluarga

masing-masing subjek sejak kecil. Alur alih generasi usaha batik keluarganya

berawal dari generasi kakek dan nenek, kemudian beralih pada generasi orang

tuanya dan generasi subjek saat ini. Model karier kedua subjek merupakan sosok

yang muncul dari generasi sebelumnya, yaitu generasi yang lebih tua yang

memberikan contoh kepada anak-anaknya.

Kata kunci: genogram karir, pilihan karir, regenerasi, pengusaha, batik

Page 9: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehaditat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan kemudahannya-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan optimal.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dengan judul “Alih

Generasi Pilihan Karir Pengusaha Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta (Suatu

Studi Genogram Karir). Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kesih

kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memeberikan izin untuk

melakukan penelitian ini.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas

dukungan dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd selaku Penasehat Akademik (PA) atas

bimbingan dan arahan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Bimbingan dan Konseling.

5. Ibu Dra. Sri Iswanti, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, membimbing, memberikan ilmu, dan mengarahkan,

serta memberi masukan kepada penulis selama penyusunan Skripsi.

Page 10: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

ix

6. Seluruh jajaran Dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP

UNY atas ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani masa

pendidikan dan memberikan waktu untuk berdiskusi serta memberi saran.

7. Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi DIY yang telah

memberikan banyak masukan dan pengetahuan mengenai Batik dan

mengarahkan penulis.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang baik secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun

Skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati dan terbuka menerima

komentar, kritik, dan saran yang membangun. Besar harapan penulis agar

proposal skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 25 Oktober 2016

Penulis,

Chalida Ghrya Wahyudi

Page 11: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii

PENGESAHAN ........................................................................................ iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pilihan Karir dalam Genogram Karir ....................................................... 10

1. Pengertian Pilihan Karir ..................................................................... 10

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir ............................. 12

3. Teori – Teori Perkembangan dan Pilihan Karir ................................ 13

a. Teori Pilihan Karir Holland ........................................................... 13

b. Teori Pilihan Karir Ann Roe ......................................................... 17

c. Teori Pilihan Karir Trait and Factor .............................................. 24

B. Genogram Karir ...................................................................................... 28

Page 12: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

xi

1. Pengertian Genogram Karir .............................................................. 28

2. Aspek-aspek dalam Genogram Karir ................................................ 30

C. Kewirausahaan Menjadi Pilihan Karier yang Diwariskan ..................... 35

D. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................. 39

E. Alur Berpikir .......................................................................................... 41

F. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 46

B. Setting dan Waktu Penelitian ................................................................... 47

C. Subjek Penelitian ..................................................................................... 48

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 50

1. Konstruksi Genogram Karir ............................................................... 50

2. Wawancara Genogram Karir ............................................................. 51

3. Observasi ............................................................................................ 52

E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 53

1. Pedoman Konstruksi Genogram Karir ............................................... 53

2. Pedoman Wawancara Genogram Karir.............................................. 55

3. Pedoman Observasi ............................................................................ 58

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 58

G. UJi Keabsahan Data ................................................................................. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 62

1. Deskripsi Setting Penelitian ............................................................... 62

2. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 65

3. Hasil Penelitian .................................................................................. 65

a. Hasil Observasi Lingkungan ........................................................ 65

b. Hasil Konstruksi Genogram Karir ............................................... 67

c. Hasil Wawancara ......................................................................... 71

B. Pembahasan ............................................................................................. 99

1. Aspek Pemahaman Diri ..................................................................... 99

2. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ............................. 100

Page 13: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

xii

3. Aspek Proses Pembuatan Keputasan ................................................. 101

4. Aspek Model-Model Pola Hidup ....................................................... 102

5. Aspek Model-Model Karir ................................................................. 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 104

B. Saran ...................................................................................................... 105

1. Bagi Subjek Penelitian ....................................................................... 105

2. Bagi Pengusaha Batik Baru................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106

LAMPIRAN ................................................................................................... 109

Page 14: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Klasifikasi Karier Ann Roe ................................................ 23

Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 50

Tabel 3. Rambu-rambu Wawancara............................................................... 55

Tabel 4. Rambu-rambu Observasi ................................................................. 58

Tabel 5. Jumlah IKM Batik DIY ................................................................... 63

Tabel 6. Deskripsi Kesesuaian Kriteria Subjek Penelitian ............................ 65

Tabel 7. Aspek Pemahaman Diri ................................................................... 93

Tabel 8. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja .......................... 93

Tabel 9. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja .......................... 93

Tabel 10. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ........................ 94

Tabel 11. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ........................ 95

Tabel 12. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja ........................ 96

Tabel 13. Aspek Proses Pembuatan Keputusan ............................................. 97

Tabel 14. Aspek Proses Pembuatan Keputusan ............................................. 97

Tabel 15. Aspek Model-Model Pola Hidup ................................................... 98

Tabel 16. Aspek Model-Model Karir ............................................................. 99

Page 15: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hierarki Maslow ........................................................................... 19

Gambar 2. Skema Alur Berpikir .................................................................... 42

Gambar 3. Model Genogram Karier Okiishi.................................................. 54

Gambar 4. Simbol Genogram Karier ............................................................. 55

Gambar 5. Konstruksi Genogram Karier Keluarga AP ................................. 69

Gambar 6. Konstruksi Genogram Karier Keluarga I ..................................... 71

Page 16: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Catatan Pra-Observasi ............................................................... 109

Lampiran 2. Hasil Transkrip Wawancara & Observasi ................................. 122

Lampiran 3. Hasil Reduksi Data ................................................................... 123

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian .................................................................. 174

Page 17: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan berkembangnya zaman

dan pola kehidupan masyarakat. Bukan hanya kebutuhan pokok yang perlu

dipenuhi, tak jarang kita harus memenuhi sedikit banyak hal yang menjadi

keinginan. Karena hal tersebutlah manusia berusaha untuk mendapatkan

pemasukan finansial guna memenuhi semua kebutuhan dan keinginan tersebut.

Dewasa ini banyak orang beranggapan bahwa dengan seseorang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi maka akan mendapatkan perkerjaan disertai penghasilan

yang layak bahkan besar nilainya. Karena hal tersebut banyak orang yang mencari

pekerjaan agar sukses dan mendapatkan kebahagiaan. Untuk mencapai

kesuksesan tersebut, biasanya seseorang akan mencoba dengan mulai memahami

minat, bakat, peluang-peluang juga pengaruh dari lingkungan. Layanan

Bimbingan Karier merupakan layanan yang berusaha untuk mendekatkan antara

bakat, minat, peluang-peluang juga pengaruh dari lingkungan dengan pekerjaan

yang ada.

Bimbingan dan Konseling Karier menurut Mamat Supriatna (2010: 2)

sejatinya memiliki tujuan untuk membantu perkembangan individu agar memiliki

berbagai macam kemampuan, yaitu memahami dan menilai diri, menyadari dan

memahami nilai-nilai yang ada, mengetahui lingkungan pekerjaan yang

berhubungan dengan potensi diri, menemukan dan dapat mengatasi hambatan,

merencanakan masa depan serta membentuk pola-pola karier.

Page 18: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

2

Membuat pilihan karier merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan-

tujuan yang sudah dipaparkan tadi. Pilihan karier menurut Donald E. Super

(dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987:36) merupakan pernyataan kepribadian

seseorang. Dari pendapat tersebut bisa diartikan bahwa karier seseorang akan

merepresentasikan bagaimana kepribadiannya. Mereka yang memiliki minat pada

bidang kesehatan akan banyak mempelajari ilmu pada bidang tersebut dan

memiliki pekerjaan dalam bidang kesehatan. Atau bagi sebagian orang yang

memiliki minat pada bidang ekonomi, memiliki keinginan untuk menjadi ekonom

di masa depan.

Pilihan karier seseorang mendorong mereka untuk menjadi seorang karyawan

atau pegawai di perusahaan-perusahaan ternama yang sesuai dengan minatnya

juga untuk mendapatkan pengakuan di lingkungan sosial atau mendapatkan

penghasilan finansial yang tinggi bahkan kebahagiaan. Untuk itu, mereka

berlomba-lomba mengikuti seleksi pekerjaan agar dapat memasuki perusahaan

yang mereka inginkan.

Jumlah penduduk yang meningkat dan kesempatan lapangan pekerjaan yang

tidak seimbang, menyebabkan angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi

termasuk penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi. Dari Berita Resmi

Statistik No. 103/11/Th. XVIII yang dirilis 5 November 2015 oleh Badan Pusat

Statistik tentang keadaan ketenagakerjaan pada bulan Agustus 2015, menunjukan

bahwa Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 sebesar

6,18 persen angka tersebut mengalami peningkatan dari bulan Februari 2015 yaitu

5,81 persen atau mengalami peningkatan sebanya 110 ribu orang dibandingkan

Page 19: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

3

Februari 2015. Pada kenyataannya, memang masih banyak diantara mahasiswa

saat ini yang berorientasi melamar pekerjaan pada perusahaan untuk menjadi

karyawan/orang gajian bermodalkan keterangan lulus dan IPK dari perguruan

tinggi. Padahal, masih ada cara lain yang tidak menggantungkan nasib lewat gelar

yang didapat di perguruan tinggi. Menjadi wirausahawan atau pengusaha adalah

salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memiliki sebuah usaha, pekerjaan

bahkan penghasilan tanpa harus mengandalkan gelar. Dengan mewujudkan mimpi

dengan berusaha untuk menjadi wirausaha atau pengusaha sukses maka akan

menumbuhkan, mengembangkan serta mewariskan usaha yang digeluti kepada

anak bahkan cucu.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak potensi untuk

mengembangkan usaha. Dari berbagai macam sektor, satu diantaranya adalah

bidang industri pakaian serta kebudayaan. DIY dikenal sebagai kota dengan

budaya yang sangat kental. Bukan hanya situs bersejarah yang menarik perhatian,

dan menjadi destinasi liburan, namun ragam kuliner dan kegiatan berbelanja batik

selalu menjadi incaran para wisatawan.

Di tahun 2009 Indonesia bisa bernafas lega, karena meskipun banyak juga

negara yang memproduksi kain dan motif sejenis batik, namun di tahun tersebut

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)

menobatkan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia tinggi [Hal tersebut

dilansir dari m.tempo.com (1/2016)]. Daya tarik batik juga mendorong kesuksesan

para pengusaha batik. Usaha batik yang ditemukan saat ini banyak yang

Page 20: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

4

merupakan usaha turun-temurun. Tidak tanggung-tanggung, kesuksesan

pengusaha batik bahkan dirasakan tidak hanya pada generasi pertama.

Kesuksesan dalam berwirausaha batik dirasakan oleh Indri Herwahyuni yang

memulai usaha batik saat melanjutkan studi di perguruan tinggi. Galeri batik

bernama Luwes Putra yang terletak di Kota Yogyakarta merupakan usaha turun

temurun dari orang tuanya yang sudah dikelola sejak tahun 2000 sebelum

kelulusan studinya di perguruan tinggi [Hal tersebut dilansir dari mybussiness.id

(9/2016)]. Tidak hanya pengusaha batik asal Kota Yogyakarta, kesuksesan batik

turun-temurun juga dirasakan oleh pengusaha batik asal Cirebon kelahiran 12 Juni

1953 bernama Edi Baredi dan diketahui merupakan generasi ketiga dari usaha

batik turun temurun yang dijalaninya saat ini. Edi Baredi menuturkan bahwa

menjadi pengusaha batik sekedar meneruskan usaha orang tuanya. Galeri batik

bernama Kampoeng Batik Traditional Cirebon miliknya, diketahui sudah dijalani

keluarganya selama 36 tahun [Hal tersebut dilansir dari bandung.bisnis.com

(10/2013)]. Satu lagi yang juga pengusaha batik dari Kota Cirebon, merupakan

kakak beradik bernama Dina Rosdiana berusia 27 tahun beserta sang kakak

bernama Efi Utayati berusia 41 tahun. Keduanya diketahui merupakan generasi

ketiga dari turun temurun usaha batik keluarganya. Dari penuturan Dina diketahui

bahwa Dina dan kakaknya sudah terbaisa dan mengenal batik sejak kecil. Sejak

kecil, Dina dan Efi sudah dididik dan diajari bagaimana cara membuat batik tulis

khas Cirebon dari kerdua orang tuanya. Kesuksesan usaha batik turun temurunnya

dapat dilihat dari hasil ritel, jualan online shop serta dari hasil pameran-pameran

Page 21: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

5

yang dapat mencapai kurang lebih 100juta-an per bulannya [Hal tersebut dilansir

dari news.indotrading.com (8/2016)].

Dari cuplikan artikel-artikel tadi, usaha yang sudah dijalankan turun-temurun

menjadi kunci kesuksesan yang dicapai. Namun ternyata, terdapat juga para

pengusaha batik yang sukses meskipun tidak ada turunan dalam bidang usaha

batik. Seorang warga Papua asli yang bernama Jimmy Affar berhasil

mengembangkan “Batik Papua”. Pada tahun 2007, Jimmy mulai mempelajari seni

membatik. Jimmy menuturkan, pernah belajar ke Pekalongan selama empat bulan

untuk belajar menggunakan canting dan mengolah warna. Hasil belajarnya

kemudian ditularkan pada warga di Papua, hingga saat ini Jimmy sudah memiliki

15 tenaga kerja dan 40 orang masyarakat binaan dari pelatihan membatik. Dalam

satu bulan, Jimmy mengaku, usaha batiknya dapat mencapai omzet sektiar

Rp.13,5 juta [Hal tersebut dilansir dari finance.detik.com (03/2015)]. Kesuksesan

pengusaha batik lainnya juga dirasakan oleh Dea Valencia Budiarto, yang

memulai usaha batiknya sejak berumur 16 tahun. Usaha batiknya bukan turun

temurun usaha keluarga, melainkan benar-benar dipelajarinya dari mulai membuat

design dan juga memasarkan batiknya secara online. Pekerjanya selalu bertambah

seiring penghasilannya yang terbilang fantastis di usia muda yang mencapai Rp.

3,5 Milyar per tahun, atau sekitar Rp. 300 juta per bulannya [Hal tersebut dilansir

dari beritasatu.com (01/2014)]. Cuplikan kedua artikel tadi menunjukkan bahwa

terdapat juga pengusaha batik yang sukses bukan dari usaha turun temurun

keluarga.

Page 22: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

6

Diantara kesuksesan wirausaha batik turun temurun dan wirausaha batik yang

sukses tanpa ada keturunan, peneliti tertarik pada kesuksesan wirasuaha batik

turun temurun. Kuehl (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 45) menyatakan

bahwa:

“Genograms provide graphic annals of families’ membership, characteristics and

interpersonal relationship. They reflect the transmission of family patterns from

generation to generation”.

dari pernyataan tersebut terlihat bahwa dengan dengan menganalisa Genogram

sebuah keluarga maka memungkinkan untuk melihat influence yang diberikan

generasi ke generasi. Dengan melakukan analisa pada genogram tersebut, besar

kemungkinan dapat mengamati regenerasi pada sebuah keluarga sebagai bagian

dari pilihan karier generasinya. Seiring dengan hal tersebut, Okiisi menggunakan

Genogram dalam bidang Akademik dan Konseling Karier. Okiishi (dalam Jurnal

Magnuson & Shaw, 2003: 50) menggunakan Genogram untuk mengeksplorasi

pengaruh, nilai-nilai, life role, strategi pengambilan keputusan dan penghalang

atau rintangan menuju kesuksesan dalam konteks konseling karier. Masih

mengenai genogram McGoldric & Gerson (dalam Jurnal Magnuson & Shaw,

2003: 45) menyatakan“Genograms chronicle families and major elements of their

histories over a minimum of three generation”. Hal tersebut menyatakan bahwa

analisa Genogram pada sebuah keluarga yang dilakukan minimal pada tiga

generasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi regenerasi pada keluarga

tersebut.

Dari beberapa observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di

beberapa kawasan pengrajin batik di DIY, rata-rata perusahaan batik

Page 23: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

7

dikembangkan oleh keluarga dan saat ini masih berada pada generasi kedua dan

pada umumnya memiliki permasalahan yang sama, yaitu belum bisa atau

kesulitan mewariskan usaha tersebut pada generasi ketiga.

Berangkat dari paparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi

pilihan karier dengan menggunakan teknik genogram karier pada keluarga

pengusaha batik di DIY yang minimal sudah dikelola selama tiga generasi.

Tujuannya untuk melihat bagaimana pilihan karier dapat terbentuk sehingga alih

kenerasi usaha keluarga wirausaha batik tulis di DIY dapat terwujud.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan. Peneliti

menemukan beberpaa masalah secara lebih terperinci:

1. Masyarakat Indonesia banyak memiliki orientasi untuk menjadi pegawai,

karyawan atau orang kantoran yang dibayar perusahaan sehingga jumlah

wirausaha sangat rendah hanya 1,65 persen.

2. Jumlah penduduk Indonesia dengan kesempatan kerja tidak seimbang.

3. Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia pada bulan Agustus 2015 sebesar

6,18 persen meningkat dibanding Februari 2015 yaitu 5,81 persen atau mengalami

peningkatan sebanyak 110 orang.

4. Wirausaha batik yang tergolong berusia muda sekaligus terbilang pengusaha baru,

masih kesulitan menjadikan usahanya turun temurun atau melakukan regenerasi.

5. Genogram karier bagi pengusaha batik belum diteliti, padahal dapat menjadi

upaya dalam menemukan cara regenerasi sebagai piihan karier pada pengusaha

batik yang sudah turun temurun.

Page 24: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan, maka peneliti

melakukan batasan permasalahan pada regenerasi pengusaha batik di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian yaitu, bagaimana pilihan karier pengusaha batik DIY ditinjau dari

genogram karier?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memaparkan pilihan karier

melalui studi Genogram Karier pada keluarga pengusaha batik.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat pada penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

parktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu

khususnya bidang Bimbingan dan Konseling, terutama dalam Genogram Karier.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengusaha Batik

Sebagai pengetahuan mengenai Genogram Karier dalam keluarga yang penting

sebagai upaya melestarikan usaha keluarga.

Page 25: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

9

b. Bagi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Dengan mengetahui analisa genogram karier pada pengusaha batik di DIY

diharapkan menjadi masukan gambaran bagi pemerintah DIY mengenai

regenerasi pengrajin batik di DIY. Dengan gambaran tersebut dapat direncanakan

upaya penyuluhan agar pengusaha batik dapat lestari.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan dasar dan gambaran kepada pengembangan penelitian mendatang

dalam mengidentifikasi dan menganalisa Genogram Karier.

d. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dengan penelitian ini, diharpakan dapat menyumbangkan pengetahuan ilmiah

terhadap pengembangan ilmu psikologi pendidikan dan bimbingan dalam bidang

karier khususnya tentang Genogram Karier pada keluarga pengusaha batik.

Page 26: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pilihan Karier

Pilihan karier pada pengusaha batik DIY menjadi variabel yang dianalisis

pada genogram karier. Dengan demikian, teori pilihan karier akan lebih dalam

dibahas dalam sub-bab ini karena merupakan hal penting dalam melakukan

tinjauan pada genogram karier subjek.

1. Pengertian Pilihan Karier

Pilihan karier tentunya sudah tidak asing lagi dalam dunia bimbingan dan

konseling terutama bidang karier. Donald E. Super (dalam Dewa Ketut Sukardi,

1987:17) menjelaskan pengertian karier yaitu “.. the sequence of occupations,

jobs and positions occupied during the course of a person’s working life”. Dari

pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa karier merupakan serangkaian

pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan seseorang pada kehidupan

dalam dunia kerja.

Pengertian lain mengenai karier diungkapkan oleh Crites (dalam Mohamad.

Thayeb Manrihu, 1988: 15) yang mengungkapkan bahwa istilah karier merujuk

dan mencakup sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu

proses yang berlangsung seumur hidup (lifelong). Karier akan selalu berkembang

dari hasil pengambilan keputusan dan berlangsung seumur hidup manusia.

Diungkapkan pula oleh Hansen dan Keierleber (dalam Herr & Cramer, 1984:

14) bahwa “Career includes helping individuals make choices related to work,

education and family as interrelated phenomena affecting role integration”.

Page 27: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

11

Karier merupakan bagian dari menolong individu dalam membuat pilihan

mengenai pekerjaan, pendidikan dan juga keterlibatan peran keluarga.

Lebih jauh, Raynor dan Entin (dalam Herr & Cramer, 1984: 14) menjelaskan

mengenai pengertian karier, yaitu:

“A career is a both a phenomenological concept and a behavioral concept. It

is the link between what a person does and how that consists of time-linked

senses of self that are defines how one sees oneself in the context of one’s

social environtment – in terms of one’s future plans, one’s past

accomplishments or failures and one’s present competences and attributes”

Dijelaskan bahwa karier adalah hasil dari pengaruh alamiah dan tingkah laku serta

kebiasaan individu. Keduanya menghubungkan antara apa yang dimiliki dan

bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu dalam melihat dirinya sendiri

serta bagaimana individu tersebut melihat dirinya di lingkungan sekitarnya dalam

merencanakan masa depan, menyelesaikan kegagalan dan berkompetisi serta

bagaimana sifat atau atribut pada saat ini.

Brill (dalam Osipow: 1983: 37), seorang analysis yang memberikan

perhatian penuh terhadap pilihan karier mengungkapkan bahwa “Vocational

selection is one realm of behavior in which society permits an individuals to

combine the pleasure and reality principles”. Terlihat bahwa pilihan karier juga

merupakan salah satu bagian dari gabungan antara perilaku yang diakui oleh

lingkungan individu serta pengalaman dan keadaan individu masa kini.

Pilihan karier merupakan hasil dari perjalanan individu yang dipengaruhi oleh

lingkungan sosial sekitar termasuk juga kepribadian serta perilaku individu dalam

pemilihan pekerjaan atau karier untuk masa depan individu tersebut yang

merepresentasikan kepribadian dari individu.

Page 28: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

12

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier

Menurut Zunker (2012: 10) banyak faktor yang mempengaruhi pilihan karier,

yaitu sebagai berikut:

a. Values

b. Interests

c. Ability

d. Skills

e. Work-life Experiences

Dari lima faktor tersebut, Zunker (2012: 10) juga berpendapat bahwa masih

banyak faktor lain dan berbagai persoalan-persoalan yang berhubungan yang

tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi pilihan karier. Perubahan

keadaan ekonomi masyarakat juga akan memberikan dampak pada proses

pemilihan karier. Zunker (2012: 10) berpendapat “… career choice is considered

tentative from the standpoint that practically every choice involves some doubt

about the credibility of the chosen career and that possibility that workplace

changes may make it obsolete”. Dari pendapat Zunker, terlihat bahwa pilihan

karier sesungguhnya sangatlah tentative, dan setiap pilihan memiliki

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Menurut Zunker (2012: 10) “Career choice is also clouded by the search all

of us experiences for self-identity and meaning in a world society that is drawing

closer together”. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pilihan karier

semakin beragam, termasuk pengalaman dalam mencari identitas diri dan arti

kehidupan.

Pilihan karier adalah sebuah proses yang kompleks, banyak model yang

dapat dilakukan dalam mengidentifikasi proses pemilihan karier. Beberapa ahli

Page 29: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

13

memiliki pendapat tentang teori pemilihan karier tersebut sehingga ragam model

pilihan karier semakin berkembang.

3. Teori-teori Perkembangan dan Pilihan Karier

Sejak tahun 1950-an para teoritisi mulai memberi pandangan developmental

tentang pilihan karier. Berbagai macam pandangan mulai dikembangkan dan

mulai banyak dikemukakan, teori-teori yang akan dibahas kali ini adalah dari

beberapa ahli dan pada setiap teorinya mengemukakan berbagai macam faktor

yang mempengaruhi pilihan karier sesuai dengan aspek yang ditekankan pada

teori yang dimilikinya.

a. Teori pilihan karier Holland

Teori ini menjadi salah satu fokus peneliti karena pada pilihan karier sejatinya

diwarnai dengan pengaruh dari lingkungannya. Holland (dalam Mohamad.

Thayeb Manrihu, 1988: 56) berpendapat bahwa individu adalah produk bawaan

dari lingkungannya. Dewa Ketut Sukardi (1987: 72) mengemukakan asumsinya

bahwa teori Holland menganggap pemilihan pekerjaan yang terjadi pada subjek

adalah hasil interaksi antara faktor bawaan dengan pengaruh budaya, teman, orang

tua, serta orang lain yang dianggap memiliki peran yang penting.

Holland menyebutkan (dalam Mohamad Thayeb Manrihu, 1988: 57) perilaku

seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri

lingkungannya. Pendapatnya mengenai individu merupakan produk bawaan

lingkungannya, kemudian akan mendorong individu dalam preferensi-preferensi

untuk jenis-jenis aktivitas tertentu yang pada akhirnya akan mengarahkan individu

kepada tipe-tipe perilaku tertentu. Holland kemudian mengklasifikasikan enam

Page 30: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

14

jenis tipe kepribadian dan juga enam tipe lingkungan kerja yang kemudian

bersinergi menjadi orientasi individu dalam menentukan pilihan karier.

Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 75-76) mengungkapkan terdapat

enam tipe kepribadian yaitu:

1) Tipe kepribadian realistis

2) Tipe kepribadian intelektual

3) Tipe kepribadian sosial

4) Tipe kepribadian konvensional

5) Tipe kepribadian usaha

6) Tipe kepribadian artistik

Tipe realistis atau realistic, menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi,

1987: 75) memiliki kecenderungan untuk memiliki pekerjaan yang berorientasi

pada lapangan. Holland juga menyebutkan (dalam Osipow, 1983: 83) bahwa “The

realistic orientation is characterized by aggressive behavior, interest in activities

requiring motor coordination, skill and physical strength and masculinity”.

Diungkapkan bahwa, ciri-ciri individu dengan tipe kepribadian relistis yaitu

mengutamakan keterampilan fisik, memiliki keahlian dan koordinasi motorik

yang baik.

Tipe Intelektual atau Investigative diungkapkan oleh Holland (dalam Osipow,

1983: 83) bahwa “The investigative persons’ main characteristics are thinking

rather than acting, organizing and understanding rather than dominating or

persuading and asociability rather than sociability”. Tipe intelektual memiliki

kecenderungan untuk menjadi pemikir daripada melakukannya, lebih cenderung

untuk bernegosiasi dan bersikap asocial daripada bersosialisasi. Kegiatan individu

yang memiliki tipe kepribadian ini menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi,

1987: 75) membutuhkan pemahaman tinggi.

Page 31: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

15

Tipe sosial menurut Holland (dalam Mohamad Thayeb Manrihu, 1988: 58)

merupakan tipe yang menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang lain

serta memiliki kecenderungan untuk membantu, mengajar atau memberikan

bantuan. Beberapa ciri tipe sosial menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi,

1987: 75) adalah pintar bergaul dan berbicara, responsive, bertanggung jawab,

memiliki rasa kemanusiaan, serta memiliki kemampuan verbal.

Holland mengemukakan (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987:76), individu

dengan tipe kepribadian konvensional tergolong orang yang memiliki

kecenderungan terhadap kegiatan verbal, menyukai bahasa yang tersusun baik,

serta menyukai kejelasan dalam bekerja. Holland (dalam Osipow, 1983: 83)

mengatakan bahwa: “The kind of person prefers structure and order and thus

seeks interpersonal and work situations where structure is readily available”.

Orang dengan tipe tersebut, menurut Holland lebih menyukai sesuatu hal yang

sudah terstruktur dengan baik.

Tipe selanjutnya adalah tipe kepribadian usaha atau enterprising. Holland

(dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 58) berpendapat bahwa individu yang

termasuk kedalam tipe ini, cenderung seorang yang giat dan menyukai aktivitas-

aktivitas yang berhubungan dengan memanipulasi atau organizing orang lain

untuk memperoleh tujuan ekonomi serta tujuan-tujuan organisasi. Holland (dalam

Dewa Ketut Suakrdi, 1987: 76) memberikan contoh pekerjaan yang mungkin

diambil oleh tipe enterprising, yaitu sebagai seorang pedagang, manajer,

pimpinan eksklusif perusahaan, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.

Page 32: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

16

Tipe yang ke enam adalah tipe kepribadian artistic. Tipe ini menurut Holland

(dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 76) memiliki kecenderungan untuk

berhubungan dengan orang lain, namun secara tidak langsung. Tipe artistik lebih

menyukai menghadapi keadaan sektiarnya dengan cara mengeksprersikan diri,

menghindari keadaan yang bersifat interpersonal serta keterampilan fisik.

Sealin tipe kepribadian, Holland juga mengatakan (dalam Dewa Ketut Sukardi,

1987: 77) bahwa sejatinya perilaku yang ada pada diri individu tergantung kepada

dua hal, yaitu kepribadiannya serta lingkungan tertentu tempat individu tersebut

tinggal. Terdapat enam model lingkungan menurut Holland (dalam Dewa Ketut

Suakrdi, 1987: 77-79) yaitu:

1) Lingkungan realistis

2) Lingkungan intelektual

3) Lingkungan sosial

4) Lingkungan konvensional

5) Lingkungan usaha

6) Lingkungan artistic

Lingkungan realistis memiliki ciri tugas-tugas yang kongkrit, berkaitan

dengan fisik serta secara langsung memberikan tantangan terhadap orang yang

ada di lingkungan tersebut (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 77). Lingkungan

intelektual atau investigative menurut Holland (dalam Dewa Ketut Suakrdi: 78)

ditandai dengan berbagai tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstrak

dan kreatif. Holland mengatakan (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 60)

dalam lingkungan tersebut mendukung sifat-sifat analitis, rasa ingin tahu,

mandiri, teliti serta rasional. Lingkungan sosial dikemukakan oleh Holland

(dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) memiliki ciri membutuhkan kemampuan

dalam menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk

Page 33: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

17

berkomuniaksi dengan orang lain. Sedangkan lingkungan konvensional menurut

Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) ditandai dengan berbagai macam

tugas serta pemecahan amsalah yang memerlukan suatu proses informasi verbal

dan matematis secara berkala, konkrit dan sistematis. Beralih pada lingkungan

usaha atau enterprising, selain menuntut untuk memiliki kepribadian yang giat,

lingkungan ini menurut Holland (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) memiliki

berbagai macam tugas yang mengutamakan kemampuan verbal dan digunakan

untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Lingkungan selanjutnya

adalah lingkungan artistik, Holland (dalam Dewa Ketut sukardi, 1987: 78)

menandai lingkungan tersebut dengan berbagai macam tugas serta masalah yang

membutuhkan interprestasi atau kreasi dalam bentuk-bentuk yang artistik melalui

citarasa, perasaan serta imajinasi.

Dari enam tipe kepribadian serta enam tipe lingkungan menurut teori Holland

yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan

teori Holland untuk mengidentifikasi kepribadian serta lingkungan subjek dalam

melakukan pilihan karier.

b. Teori pilihan karier Anne Roe

Salah satu aspek pada pilihan karier yaitu pola hidup, dimana peneliti menaruh

perhatian pada pola asuh orang tua dalam berinteraksi dengan anak menurut teori

Anne Roe.

Lebih jauh, Anne Roe memiliki tiga asumsi tentang teori pilihan karier, yang

pertama, Roe mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman pada masa kanak-

kanak mungkin berhubungan dengan pilihan karier individu tersebut. Roe juga

Page 34: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

18

menyangkutkan teori kebutuhan yang dimiliki Maslow dalam teori pilihan

kariernya. Asumsinya yang ketiga adalah bahwa terdapat pengaruh genetik

terhadap keputusan-keputusan karier serta perkembangan hierarki-hierarki

kebutuhan.

Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 66) menyebutkan bahwa

genetik setiap individu mendasari kemampuan-kemampuan dan minat-minat

yang berhubungan dengan pilihan karier individu.

Maslow berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia bisa disusun dalam

satu hirarki dengan kebutuhan akan kepuasan berada dalam jenjang kebutuhan

lebih rendah, seperti rasa lapar, haus dan bernafas, serta kebutuhan yang levelnya

lebih tinggi lagi adalah cinta, afeksi, pengetahuan dan aktualisasi diri.

Gambar 1. Hierarki Maslow

Page 35: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

19

Dalam Osipow (1983; 16) disebutkan “Genetic factors and need hierarchies

combine to influence the selection of a vacation, as a part of their effect on the

total life pattern”. Faktor genetik dan hierarki kebutuhan-kebuthan secara

bersamaan mempengaruhi pilihan individu mengenai karier nya sebagai bagian

dari pola kehidupan mereka. Keterkaitan keduanya memunculkan tiga proposisi,

yaitu;

1) Kebutuhan yang selalu terpenuhi dan tidak menjadi unconscious

motivators.

2) Kebutuhan untuk tingkat yang lebih tinggi, dalam hal ini merupakan

kebutuhan aktualsiasi diri dalam hirarki kebutuhan Maslow, yang tidak

akan muncul sama sekali jika jarang terpuaskan. Kebutuhan dengan

tingkat rendah nantinya akan menjadi motivator yang dominan jika jarang

terpuaskan. Maka, jika pada tingkatan rendah belum terpenuhi, nantinya

akan menjadi motivator-motivator yang dominan dan akan menghalangi

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya.

3) Kebutuhan yang terpuaskan atau terpenuhi setelah tertunda agak lama

akan menjadi motivator yang tidak disadari dalam kondisi tertentu.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan bagian dari perjalanan kehidupan

sepanjang hayat individu sejak lahir hingga meninggal. Sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa perjalanan individu pada masa kanak-kanak dilihat dari

kepuasan kebutuhan-kebutuhannya memiliki pengaruh pada pemilihan karier

individu tersebut. Pada prakteknya Roe memberikan perhatiannya pada mengasuh

anak serta cara orangtua berinteraksi dengan anak. Dalam Mohammad Thayeb

Page 36: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

20

Manrihu (1988:68) penelitian yang dilakukan oleh Anne Roe tentang efek

pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak terhadap penyesuaian diri,

kreativitas, intelegensi, menyimpulkan bahwa iklim rumah tangga memiliki

signifikansi bagi pilihan karier.

Roe menegaskan (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 85) bahwa arah pilih

pekerjaan terutama ditentukan oleh kesan pertama (masa bayi dan kanak-kanak)

yang menimbulkan kesan puas dan tidak puas dan kemudian berkembang menjadi

kekuatan psikis yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan arah

minat karier anak. Dapat diartikan bahwa dalam menentukan pilihan karier juga

dipengaruhi oleh pengaruh eksternal dari anak dan tekanan sosial dari orang-orang

disekitar individu tersebut memiliki peranan penting dan hubungan yang erat

dengan pilihan karier.

Menurut Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu,1988: 69) kualitas interaksi

awal orang tua pada anak akan menghasilkan perkembangan berbagai minat-

minat serta berbagai pilihan karier. Kualitas interaksi yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1) dingin

Maksud dari kualitas interaksi orang tua ke anak yang dingin adalah

menjauhi anak (avoidance of the child), yang kemudian terbagi menjadi

dua macam, yaitu;

a) menolak: dingin dan bermusuhan. Orang tua menunjukkan

kekurangan-kekurangan dan mengabaikan preferensi-preferensi serta

pendapat dari anak (emotional rejection of the child).

Page 37: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

21

b) mengabaikan: memberikan perawatan fisik secara minimum. Orang

tua tidak memberikan afeksi, cenderung berperilaku dingin tetapi tidak

menghina (neglect of the child).

2) hangat atau dingin

Pola asuh hangat atau dingin adalah orang tua memiliki konsentrasi

emosional pada anak (emotional concentration on the child). Jenis pola

asuh ini terbagi menjadi dua macam:

a) orang tua memberikan perlindungan berlebih-lebihan (cenderung

hangat): terlalu baik, penuh kasih sayang, membolehkan sedikit

kebebasan pribadi, dan melindungi dari yang menyakitkan

(overprotecting).

b) Orang tua terlalu menuntut (cenderung dingin): menentukan standar-

standar tinggi juga cenderung memaksa anak untuk mendapatkan

prestasi akademik yang tinggi. Dalam bentuk lain yang lebih ekstrim,

bahkan orangtua cenderung menolak (overdemanding).

3) hangat

Pola asuh hangat yaitu orang tua melakukan penerimaan terhadap anak.

Menurut Roe (dalam Mohamad. Thayeb Manrihu, 1988: 70) pola asuh ini

terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) begitu saja (casual): sedikit kasih sayang berfikir responsif saat pikiran

tidak kacau, tidak ambil pusing tentang anak, membuat beberapa

peraturan tapi tidak melaksanakannya (casual acceptance of the child).

Page 38: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

22

b) penuh kasih (loving): memberikan perhatian hangat dan penuh kasih

sayang, membantu dengan rancangan-rancangan, menggunakan

penalaran bukan dengan hukuman dan mendorong independensi

(loving acceptance)

Pada implementasinya, cara orang tua mengasuh anak, berinteraksi dengan

anak, struktur kebutuhan yang dipenuhi, dan orientasi orang tua yang mendekat

atau menjauhi anak akan diterjemahkan kedalam berbagai bidang serta tingkat

klasifikasi dari karier tersebut .

Menurut Roe (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) berbagai bidang serta

tingkat klasifikasi karier adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Klasifikasi Karier Ann Roe

Dari bidang yang sudah dipaparkan tadi, Roe (dalam Herr and Cramer, 1984:

115) membagi keseluruhan bidang kedalam 2 grup, yaitu person orientation

(group I, II, III, VII, and VIII) dan things orientation or non person orientation

(groups IV, V, VI).

Fields Levels

I. Pemberi Layanan (Service)

II. Usaha/Dagang (Business

Contact)

III. Organisasi (Organizations)

IV. Teknologi (Technology)

V. Pekerjaan Lapangan (Outdoor)

VI. Pengetahuan (Science)

VII. Budaya (General culture)

VIII. Seni dan Pertunjukan (Arts and

Entertainment)

I. Professional and Managerial

(1)

II. Professional and Managerial

(2)

III. Semiprofessional, Small

Business

IV. Skilled

V. Semiskilled

VI. Unskilled

Page 39: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

23

Melihat kualitas-kualitas interaksi antara anak dan orang tua tersebut, terdapat

beberapa kemungkinan dari dampak pola interkasi yang berkaitan dengan bidang

yang akan diambil anak. Roe (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) menjelaskan

bahwa anak yang berasal dari orang tua dengan pola interaksi yang kurang

memberikan perhatian, menolak ataupun mengabaikan pendidikan anak maka

memiliki kecenderungan bersifat agresif dan memungkinkan akan membawa

pilihan karier anak pada things orientation or non person orientation. Sedangkan

anak yang datang dari orang tua dengan pola interaksi yang hangat dan menjadi

pusat perhatian orang tua, akan memiliki pola berpikir dan sikap yang cenderung

dapat membina posisi dirinya dengan orang lain. Sehingga, menurut Roe (dalam

Dewa Ketut Sukardi, 1987: 63) anak akan memiliki kecenderungan untuk

mengembangkan orientasi karier pada person orientation.

Dalam teorinya, Roe banyak membahas tentang peran keluarga dalam

mempengaruhi pilhan karier individu. Interaksi antara orang tua dan anak akan

sangat mempengaruhi pilihan karier anak di masa yang akan datang. Pola asuh

orang tua sangat diperhatikan oleh Roe khususnya dalam pengaruh pemilihan

karier anak tersebut di masa yang akan datang. Roe juga memperhatikan teori

kebutuhan dari Abraham Maslow, di mana orang tua sebagai agen primer dalam

memberi influence terhadap pemilihan karier anak, memiliki peran yang sangat

penting. Yang paling utama adalah orang tua dapat memenuhi setiap kebutuhan-

kebutuhan anak di tiap tahapanya sesuai dengan yang terdapat dalam teori

Maslow. Karena kepuasan dan ketuntasan setiap tingkatan dalam teori yang

Page 40: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

24

dicetuskan Maslow, menurut Roe juga akan mempengaruhi pemilihan karier

individu.

Berdasarkan paparan tadi, yang berhubungan dengan penelitian ini adalah

hubungan kualitas interaksi orang tua dengan anak dengan bidang pilihan karier

anak. Peneliti akan menggunakan klasifikasi kualitas interaksi orang tua yang

dingin, hangat atau dingin serta hangat.

c. Teori pilihan karier Trait and Factor

Menurut Herr & Cramer (1984; 90) dalam pendekatan Trait and Factor

melihat individu sebagai pola-pola dari sifat, seperti minat, bakat, prestasi/

pencapaian, dan juga karakter dari kepribadiannya yang bisa diidentifikasi melalui

alat-alat pengukuran objektif berupa tes-tes atau inventori-inventori psikologis

kemudian dibuat profilenya untuk menggambarkan potensi individu tersebut.

Dalam Herr & Cramer (1984; 92) mengatakan bahwa:

“… trait and factor approaches maintain that choice is primarily conscious

and cognitive. Choice occurs not only as a function of relating an individual’s

traits to the characteristics of alternatives but also as a function of complex

interaction between the person’s developmental history and environment.”

Dalam pendekatan trait and factor, pilihan merupakan bagian dari kesadaran dan

kognitif. Membuat sebuah pilihan tidak hanya hasil dari hubungan antara sifat

individu dan berbagai alternative yang tersedia, namun juga merupakan

hubungan antara hasil dari interaksi antara masa lalu serta lingkungan individu

tersebut. Dalam review yang dikemukakan oleh Herr & Cramer (1984; 92-97)

Berikut ini merupakan beberapa hal yang memiliki keterkaitan antara sifat dan

pilihan karier:

Page 41: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

25

1) ability

Bakat yang dimiliki individu memiliki korelasi yang tinggi pada success

training dari pada dengan success in work performance. Juga terdapat

hubungan antara kemampuan seseorang dan keahlian dalam memilih

pekerjaan.

2) need and interests

Dalam penelitian yang dilakukan pada kebutuhan, minat karier dan

curricula areas ditemukan bahwa jenis kepribadian dari siswa memiliki

keterkaitan dengan pilihan karier mereka.

3) stereotypes and expectations

Dalam membuat pilihan karier, individu mungkin harus melihat keadaan

lingkungan sekitar dan juga perasaan mereka terhadap kebutuhan serta

ekspektasi. Kedua hal tersebut sudah seperti stereotypes dari perkerjaan

dan merupakan dasar dalam memilih karier.

4) significant others

Orang dewasa, guru dan orang tua memiliki peran dalam mempengaruhi

rencanan karier bahkan pilihan karier individu. Karena dalam sebuah

penelitian yang dilakukan Day pada tahun 1966 (dalam Herr and Cramer,

1984: 94) menemukan bahwa sebagian siswa menjadikan gurunya sebagai

model dalam memilih karier, kemudian guru juga memberikan banyak

pengarahan sekaligus memiliki pengaruh dalam membantu membuat

rencana karier.

Page 42: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

26

5) values

Keterkaitan antara nilai yang dimiliki individu dengan pilihan kariernya

adalah cause-effect. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Underhill

tahun 1966 (dalam Herr and Cramer, 1984: 95) ditemukan hasil yang

sangat substansial, bahwa nilai yang dimiliki akan menentukan pilihan

karier atau bahkan sebaliknya

6) residence

Luasnya komunitas seorang individu akan mempengaruhi tipe pilihan

karier yang dibuat.

7) family

Pengaruh yang diberikan oleh keluarga termasuk dari pola asuh dan

tingkat sosial ekonomi individu akan memberikan efek terhadap pilihan

karier serta kematangan karier seseorang.

8) adjustment

Kemampuan penyesuaian psikologis individu secara umum mempengaruhi

pemilihan kariernya. Pola perkembangan karier dari individu yang

emosionalnya terganggu tidak akan sebaik individu yang memiliki

emosional yang terkontrol dengan baik. Dari penelitian yang dilakukan

pada tahun 1976 oleh Heath (dalam Herr and Cramer, 1984: 96)

menunjukan bahwa kedewasaan pada tahap adolescence and adulthood

memiliki pengaruh pada karier. Maka terlihat bahwa pilihan karier

individu akan lebih relaistis pada usia yang matang.

Page 43: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

27

9) risk Taking

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Burnstein, 1963; Mahone,

1960; dan Morris 1966, (dalam Herr and Cramer, 1984: 97) ditemukan

bahwa tingkat resiko yang diambil memiliki peran dalam pemilihan karier.

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Witmer dan Stewart di

tahun 1972 (dalam Herr and Cramer, 1984: 97) mengemukakan bahwa

mengambil resiko pada pilihan yang dibuatnya dapat memperlihatkan

bagaimana tingkat individu tersebut terbuka terhadap pengalaman-

pengalaman baru dan penolakan individu. Keduanya akan menunjukan

bagaiamana kepercayaan diri individu dalam menerima serta

menyesuaikan diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

10) Aspirations

Tingkat kemampuan menyampaikan aspirasi atau memiliki cita-cita pada

setiap individu memiliki pengaruh pada piihan kariernya. Tingkat

seseorang dalam memiliki cita-cita mempengaruhi juga pada tingkat harga

dirinya.

Pada teori trait and factor individu memiliki piihan karier adalah karena

kemampuan kognitif dan pengaruh interaksi dari luar. Selain dari lingkungan,

pengalaman terdahulu individu tersebut juga akan mempengaruhi pemilihan

kariernya. Berdasarkan faktor pilihan karier yang harus dimiliki menurut teori

trait and factor, yang memiiki hubungan dengan penelitian ini terdapat pada

point; (a) ability (b) need and interests (c) significat others (d) values dan (e)

family.

Page 44: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

28

Dari ketiga teori yang sudah dipaparkan oleh peneliti; Ginzberg, Roe dan Trait

and Factor, maka peneliti akan menggunakan ketiga sebagai pendukung dari hasil

analisis genogram karier. Pada teori Ginzberg, peneliti akan menggunakan

periode tentatif dan periode realistik pada subjek, sedangkan pada teori Roe,

peneliti akan menggunakan kualitas interaksi serta kemungkinan bidang karier

yang akan diambil oleh anak. Pada teori Trait and Factor, peneliti akan menilik

pada poin ability, need and interests, significant other, values dan family; peneliti

akan menggali bagaimana bakat, minat, orang-orang terdekat dan nilai-nilai yang

dimiliki oleh subjek serta pengaruh yang diberikan poin ketiga yaitu family.

B. Genogram Karier

1. Pengertian Genogram

Genogram secara istilah berasal dari dua kata, yaitu gen (unsur keturunan) dan

gram (gambar atau grafik). Dalam bahasa Indonesia, genogram dapat diartikan

secara singkat sebagai silsilah keluarga.

Istilah genogram sebelumnya banyak ditemukan dalam terapi keluarga. Muray

Bowen menempatkan metode genogram sebagai dasar dari sebuah teori untuk

membuat diagram dalam “underlying emotional processes in the family” namun

dalam perjalanannya juga digunakan sebagai diagnostic and therapeutic tool.

McGoldrick (dalam Abatemarco, Kairys, Gubernick & Hurle, 2012)

mengungkapkan “Genograms are assessment tools used to document familial

relationship and histories and to look for patterns of family interaction”.

Diungkapkan bahwa genogram merupakan sebuah alat untuk melakukan

Page 45: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

29

assessment dalam melihat hubungan antar anggota keluarga serta history dan

melihat bagaimana pola interaksi dalam keluarga tersebut.

Kuehl (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 45) menambahkan bahwa:

“Genograms provide graphic annals of families’ mempership,

characteristics, and interpersonal realtionships. They reflect the transmission

of family patterns from generation to generation.”

Genogram akan menujukan bagaimana catatan sejarah dari sebuah keanggotaan,

karakteristik dan hubungan antar anggota keluarga tersebut. Catatan tersebut juga

akan merefleksikan transmisi pola keluarga atau bagaimana tiap generasi dapat

memberikan pengaruh atau influence dari generasi ke generasi lainnya.

Thomas menambahkan (dalam Jurnal Magnuson & Shaw, 2003: 47) bahwa:

“Genograms potray and explicite recurring symptomps; relational patterns;

chronology and relationships of events; and responses to loss, change, or

developmental transitions. Broader inquiry can include additional

manifestations of cultural influence related to ethnicity, race, immigrations

and acculturation, social class, gender, religion and spirituality, and

worldview”

Lebih lengkap Thomas menyebutkan bahwa genogram akan memperlihatkan

banyak sekali pola, respon individu, bahkan manisfestasi-manifestasi pada

individu.

McGoldrick & Gerson (dalam Magnuson & Shaw, 2003: 45) juga

menyebutkan “Genograms chronicle families and major elements of their

histories over minimum of three generation”. Untuk melihat catatan atau sejarah

dari sebuah keluarga dan unsur-unsur utama yang ada dalam sejarah keluarga

tersebut, paling tidak harus dilakukan pada tiga generasi.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dengan melihat genogram keluarga,

maka akan memperlihatkan bagaimana interaksi antar anggota keluarga tersebut,

Page 46: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

30

serta melihat pola dalam keluarga yang dilakukan pada tiga generasi. Maka,

genogram dapat dikatakan sebuah alat untuk membantu proses konseling karier

dalam mengungkap historical tiga generasi sebuah keluarga dalam bidang karier.

2. Aspek-aspek dalam Genogram Karier

Dalam bidang kesehatan dan pendidikan, genogram digunakan dalam

memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi dasar pikiran atau alasan

terjadinya sesuatu hal terhadap individu dilihat dari pengaruh gaya hubungan

antar keluarganya dari generasi ke generasi.

Sudah diungkapkan juga sebelumya, bahwa anggota keluarga dari generasi ke

generasi menjadi peran yang penting dalam mempengaruhi berbagai hal dalam

kehidupan individu. Termasuk dalam membuat pilihan karier.

Menurut Mamat Supriatna (2010: 62), asumsi yang mendasar digunakanya

genogram karier dalam konseling adalah karena dalam identifikasi perencanaan

hingga pemilihan karier terdapat pengaruh dari orang lain yang sangat berarti

bagi individu.

Rae Wiemers Okiishi (dalam Mamat Supriatna dan Ilfiandra, 2006)

menyebutkan bahwa orang yang berarti bagi individu adalah guru, teman sebaya

dan orang tua yang berpengaruh terhadap perkembangan dan harapan atau

ekspektasi karier individu tersebut.

Okiishi (dalam Mamat Supriatna dan Ilfiandra, 2006) menggunakan genogram

karier sebagai salah satu cara untuk mengeksplorasi pengaruh, nilai, life roles,

strataegi pengambilan keputusan dan rintangan yang memungkinkan terjadi dalam

mencapai kesuksesan dalam konseling karier.

Page 47: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

31

Okiishi (dalam Magnuson & Shaw, 2003:50) menggunakan genogram karier

untuk melihat 3 hal yaitu;

a. Konstruksi dari genogram

b. Perjalanan karier setiap anggota keluarga

c. Eksplorasi dari pengaruh role model dalam sudut pandang, career values dan

related construct.

Moon, Coleman, McCollum, Nelson dan Hensen-Scott (dalam Magnuson &

Shaw, 2003: 50) mengadaptasi penggunaan genogram karier untuk menguji

keputusan karier dan antisipasi dalam perubahan karier. Jika dihubungkan dengan

hal tersebut, dapat dilihat dari teori Bowenian dan teori Super tentang life span

perspective of career development, bahwa keduanya mengilustrasikan

penggunaan genogram dalam menerangkan dan menguji gender roles, pola

pengambilan keputusan, career related values dan berbagai macam isu-isu karier

yang terjadi pada setiap generasi dalam sebuah keluarga.

Penggunaan genogram karier dirasa efektif dalam menganalisis bagaimana

pengaruh keluarga dan orang lain yang berarti dalam perkembangan karier

individu khususnya pilihan karier . Analisis genogram karier individu dapat

dilakukan dengan wawancara untuk melihat berbagai aspek. Hal-hal yang dapat

dianalisis menurut Mamat Supriatna (2010: 63) adalah sebagai berikut:

a. Isi pengamatan diri

b. Pemahaman lingkungan atau dunia kerja

c. Proses pembuatan keputusan

d. Model-model pola hidup dan

e. Model-model karier.

Mamat Supriatna (2010: 63) juga menjelaskan tentang berbagai macam

bidang yang dapat didiskusikan dalam penggunaan genogram karier, yaitu:

Page 48: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

32

a. Keberhasilan anggota keluarga sebagai pasangan, orang tua, karyawan, teman

dan saudara

b. Peningkatan atau penurunan mobilitas yang berkaitan sebagai anggota

keluarga yang telah memiliki karier

c. Waktu, ruang, uang dan hubungan yang dikelola di dalam serta di luar

keluarga dan

d. Integritas setiap orang dalam macam-macam peranan yang berbeda.

Berdasarkan pernyataan diatas, secara spesifik peneliti akan menggunakan

metode genogram karier melalui perspektif Mamat Supriatna (2010: 63).

Diungkapkan bahwa dengan melakukan analisis genogram karier dapat melihat

berbagai macam aspek yaitu:

a. Isi pengamatan diri

b. Pemahaman lingkungan atau dunia kerja

c. Proses pembuatan keputusan

d. Model-model pola hidup dan

e. Model-model karier.

Isi pengamatan diri atau pengetahuan dan pemahaman subjek terhadap dirinya

merupakan citra dari diri subjek (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 32). Aspek-

aspek yang dapat diamati untuk mengetahui gambaran tentang pribadi subjek

menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 32) adalah kemampuan kerja/ bakat, minat

kebutuhan hidup dan nilai-nilai. Nilai-nilai dalam kehidupan sangatlah beragam

menurut Sparanger (dalam Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi, 2010: 67) berbagai

macam nilai adalah sebagai berikut:

a. Nilai pengetahuan (terkait permasalahan edukasi/ empiris)

b. Nilai sosial (terkait hubungan antar manusia)

c. Nilai ekonomi (terkait keuangan, dagang dan ekonomi mqasyarakat)

d. Nilai kekuasaan (terkait kepemilikan)

e. Nilai estetis (terkait budaya;/ tradisi)

f. Nilai agama (terkait religiusitas pada Tuhan YME)

Page 49: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

33

Mamat Supriatna (2010: 63) juga menyebutkan, pemahaman lingkungan atau

dunia kerja menjadi aspek yang dapat diungkap dalam analisis genogram.

Pemahaman tentang dunia kerja menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 32) adalah

sebagai berikut:

a. Persyaratan penerimaan dalam dunia kerja

b. Sifat suatu lapangan kerja

c. Situasi pekerjaan (meliputi aspek sosial, fisik dan administrasi)

d. Masa depan suatu pekerjaan

e. Organisasinya

f. Gaya hidup dalam jabatan tersebut

g. Sosial ekonomi keluarga

h. Lingkungan hidup

i. Relasi

j. Kesempatan kerja

Aspek ketiga yang termasuk dalam analisa genogram yang diperhatikan oleh

Mamat Supriatna (2010) adalah pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan

menururt Sukardi (1987: 33) dilakukan dengan rasional dan realistis dengan

beberapa langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi, klarifikasi jabatan, analisa jabatan, pemahaman

mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi karier.

b. Memahami tentang porensi diri (bakat, minat, pengetahuan, keterampilan,

sikap-sikap dan nilai-nilai.

c. Melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat sementara

d. Merencanakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam memasuki

pekerjaan yang dipilihnya termasuk pada studi lanjutan

e. Berusaha menambah pengetahuan mengenai perkembangan dari dunia kerja,

kebutuhan masyarakat serta tenaga kerja.

Aspek keempat yang juga digaris bawahi adalah model pola hidup. Model

pola hidup yang diadaptasi oleh peneliti adalah dari orang tua, sehingga lebih jauh

mengenai pola interaksi orang tua dan pengaruhnya terhadap anak menurut teori

Ann Roe akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.

Page 50: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

34

Aspek terakhir yang diulas oleh Mamat Supriatna (2010: 63) adalah model

karier. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sebuah gagasan yang

dikemukakan oleh Gauntlett (2008: 4-5) mengenai enam jenis model karier yang

seluruhnya memiliki karakteristik berbeda. Keenam jenis tersebut menurut

peneliti termasuk pada model karier, lebih jauh dijelaskan sebagai berikut:

a. The ‘straight forward success’ role model

b. The ‘triumph over difficult circumtances’ role model

c. The ‘challenging stereotypes’ role model

d. The ‘wholesome’ role model

e. The ‘outside’ role model

f. The family role model

Keenamnya memiliki ciri yang berbeda, the ‘straight forward success’ role

mode merupakan orang yang sukses dalam pekerjaannya atas dasar pilihannya

sendiri. The triumph over difficult circumtances role model adalah orang-orang

yang dapat mengatasi kesengsaraan hidupnya agar mendapat kesuksesan. The

challenging stereotypes role model merupakan orang yang memiliki keterbatasan

atau disabilitas dan sukses dalam pekerjaannya. The wholesome role model

merupakan role model yang muncul dari generasi sebelumnya, yaitu dari generasi

yang lebih tua yang memberikan contoh kepada anak-anaknya. The outside role

model, merupakan seorang pahlawan bagi orang-orang yang juga mengalami

kondisi sosial yang konvensional. The family role model yaitu hasil melihat atau

mengamati anggota keluarga individu atau bahkan keluarga lain sehingga

menjadikannya model karier.

Dari aspek tersebut dan rinciannya, maka peneliti memutuskan untuk

menggunakan aspek genogram karier menurut Mamat Supriatna (2010: 63) yang

Page 51: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

35

juga sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta pada

pengusaha batik yang bertindak sebagai subjek penelitian.

C. Kewirausahaan Menjadi Pilihan Karier yang Diwariskan

Istilah kewirausahaan menurut Raymond W. Y (dalam Rambat Lupiyoadi,

2007:4) adalah suatu proses dalam menciptakan sesuatu yang baru (kreasi) dan

membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Kewirausahaan

tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan individu dan nilai

tambah bagi masyarakat.

John Kao (dalam Leunardus Saiman, 2009; 41) mendefinisikan kewirausahaan

atau entreprenurship sebagai berikut:

“Entrepreneurship is the attempt to create value through recognition of

business opportunity, the management of risk taking appropriate to the

opportunity and through the communicative and management skills to

mobilize human, financial and material resources necessary to bring a project

to fruition”

Dapat diartikan bahwa kewirausahaan adalah usaha dalam menciptakan nilai

melalui pengenalan kesempatan bisnis, menajamen pengambilan resiko yang tepat

melalui keterampilan komunikasi dan kemampuan manajemen dalam

memobilisasi manusia, uang dan bahan baku atau sumber daya lain yang memiliki

kemungkinan untuk menhasilkan proyek agar terlaksana dengan baik.

Seiring dengan pernyataan tersebut, dalam Instruksi Presiden RI No. 4 tahun

1995 yang diakses lewat situs Badan Pembinaan Hukum Nasional juga disebutkan

bahwa:

“Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang

dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan

Page 52: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

36

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik

dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.”

Menurut Coulter (dalam Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, 2010; 25) juga

mengungkapkan bahwa kewirausahaan sering dikaitkan dengan proses,

pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada

pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan produk atau jasa

baru yang unik dan inovatif.

Sejauh ini dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan atau entrepreneurship

merupakan sebuah proses dalam memberikan nilai lebih kepada sebuah barang

atau jasa bahkan mencuptakan kreasi baru dalam upaya memajukan kesejahteraa

masyarakat. Sedangkan wirausaha merupakan orang yang melakukan kegiatan

kewirausahaan tersebut dan memiliki sikap serta sifat yang mandiri, kreatif,

inovatif serta gigih dan mewujudkan setiap peikirannya menjadi bentuk yang

lebih rela atau kenyataan.

Kewirausahaan menjadi sebuah pekerjaan yang terbebas dari ketergantungan

terhadap banyak instrument termasuk birokrasi pada berbagai organisasi. Merujuk

pada definisi dari wirausaha, secara garis besar seorang wirausaha merupakan

orang yang mandiri dan memiliki cara berfikir kreatif dan inovatif dalam

menciptakan sebuah pekerjaan. Hal tersebut membuat wirausaha menjadi sebuah

pekerjaan yang tidak banyak bergantung, melainkan banyak mengandalkan diri

sendiri.

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi individu untuk menggeluti dunia

kewirausahaan kemudian menjadi seorang wirausaha atau entrepreneur. Menurut

Page 53: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

37

Hendro (2011; 61-63) faktor-faktor yang mendorong individu untuk menjadi

wirausaha adalah sebagai berikut:

1) Faktor individual/ personal

(a) pengaruh masa kanak-kanaknya

(b) perkembangan saat dewasa

(c) perspektif atau cita-citanya

2) Susunan kerja

3) Tingkat pendidikan

4) Personality

5) Prestasi pendidikan

6) Dorongan keluarga

7) Lingkungan dan pergaulan

8) Ingin lebih dihargai atau self esteem

9) Keterpaksaan dan keadaan

Pada faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi wirausaha

terlihat bahwa menjadi wirausaha tidak banyak bergantung pada sebuah sistem,

karena wirausaha juga bisa lahir dari ketidaknyamanan seseorang pada

lingkungan kerjanya.

Peneliti menaruh perhatian lebih pada beberapa faktor-faktor yang mendorong

menjadi wirausaha menurut Hendro (2011: 61-63). Menilik genogram karier yang

menjadi alat untuk meninjau pilihan karier, terdapat beberapa faktor yang

bersinergi. Faktor yang pertama, yaitu faktor individual, salah satunya terdiri dari

pengaruh masa kanak-kanak. Menurut Hendro (2011: 61) Faktor individual/

personal yang dimaksud adalah dorongan dari dalam diri yang merupakan hasil

dari pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa baik saat individu

tersebut berada di lingkungan atau dalam keluarga. Faktor individual menurut

Hendro (2011: 61) tersebut bersinergi dengan model-model pola asuh yang

terdapat dalam aspek genogram karier. Faktor kedua adalah dorongan keluarga,

menurut Hendro (2011: 62), keluarga merupakan bagian yang sangat penting,

Page 54: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

38

karena orang tua yang berada dalam konstelasi keluarga memiliki fungsi sebagai

konsultan pribadi, coach, dan juga mentor dalam membantu individu memilih dan

mengambil keputusan berkarier sebagai wirausaha. Faktor tersebut bersinergi

dengan konsep besar genogram karier, yang memperhatikan pengalaman individu

dalam sebuah keluarga yang mempengaruhi pilihan karier individu tersebut,

genogram karier juga dianalisis paling tidak pada minimal tiga generasi keluarga.

Faktor ketiga yang bersinergi pada genogram karier adalah dorongan menjadi

wirausaha timbul melalui lingkungan dan pergaulan, dalam konsep besar

genogram karier juga disebutkan sebelumnya, bahwa orang tua serta orang lain

yang terdekat dengan subjek menjadi pengaruh yang sangat berarti bagi pilihan

karier individu.

Sinergi antara faktor-faktor pendorong tersebut membuat pekerjaan sebagai

wirausaha sangat akrab dengan genogram karier pada sebuah keluarga. Sehingga,

meninjau genogram karier pada seorang wirausaha khususnya batik menjadi alat

yang efektif dalam mengungkap pilihan kariernya.

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sudah dilakukan mengenai

pemilihan karier. Seperti yang dilakukan oleh Darren Fizer (2013) dengan judul

Factors Affecting Career Choices of Collages Students Enrolled in Agriculture

yang dilakukan pada anggota dari Agriculture Clubs yaitu FFA (Future Farmers

of America) dan 4-H (organisasi yang bertidnak sebagai relawan untuk

mengajarkan anak-anak muda mengenai agriculture). Menemukan bahwa faktor

tertinggi sebanyak 27% yang mempengaruhi siswa dalam memilih jurusan

Page 55: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

39

agriculture adalah keluarga, kemudian tertinggi kedua sebanyak 20% adalah

faktor personally rewarding menjadi faktor yang mempengaruhi siswa. Dalam

penelitian Darren Fizer (2013) juga disebutkan bahwa, banyak sekali faktor yang

mempengaruhi siswa dalam membuat pilihan karier, namun faktor pengaruh

keluarga memiliki influence terbesar pada penelitiannya tersebut.

Adapula penelitian antara keterkaitan pilihan karier dengan nilai-nilai yang

dimiliki individun yang dilakukan oleh Asst. Prof. Erdogen KAYGIN dan Asst.

Prof. All Caglar GULLUCE (2013) dengan judul The Realtionship between

Career Choice and Individual Values: A Case Study of a Turkish Univerity.

Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubugan yang

signifikan positif antara pilihan karier dan nilai-nilai yang dimiliki individu. Nilai-

nilai individu tersebut diterjemahkan kedalam beberapa butir, yaitu private life,

respectability, achievement dan positivism. Butir yang relevan adalah pada butir

achievement. Pada penelitian yang dilakukan KAYGIN & GULLUCE (2013)

menjelaskan achievement merupakan nilai terpenting pada pilihan karier.

Penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa dengan achievement maka

partisipan akan memiliki penerimaan di lingkungan, dapat menjaga kepercayaan

diri serta dapat berkontribusi di masyarakat.

Adapula penelitian mengenai entrepreneur yang dilakukan oleh W.

Mukharomah (2008) dengan judul Sikap Pengusaha Dalam Alih Generasi

Wirausaha di Kota Surakarta. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa

banyak faktor yang mempengaruhi alih generasi sebuah usaha. Yang pertama

adalah faktor usia, hasil penelitian yang dilakukan W. Mukharomah (2008)

Page 56: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

40

menjelaskan bahwa wirausaha pada usia produktif masih belum memikirkan alih

generasi, sedangkan pelaku usaha di usia senja merasakan pentingnya ali generasi

usaha. Kemudiam W Mukharomah (2008) juga menjelaskan bahwa terdapat

hubungan antara pendidikan dengan sikap alih generasi sebuah usaha. Dalam

penelitiannya menunjukan, sebagian besar pengusaha berpendidikan tinggi akan

membebaskan keturunannya untuk memilih pekerjaan yang diinginkan. Pada

bagian simpulan penelitian W Mukharomah, dijelaskan bahwa alih generasi

sebuah usaha dapat dilakukan dengan cara; (1) dilakuakan jauh sebelum

pengusaha tidak mampu bekerja lagi, yaitu dengan membimbing serta mendidik

anak secara formal maupun non formal agar menjadi seorang wirausaha dimasa

depan yang tangguh, (2) memiliki pendidikan yang mumpuni, karena pendidikan

akan berpengaruh kepada kematangan penalaran dan pola pikir sehingga dapat

menjadi perubahan terhadap sikap yang tidak baik menjadi lebih baik, (3) menjadi

wirausaha bukan hanya bakat yang dibutuhkan, namun juga pendidikan serta

pengalaman.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa perbedaan

antara penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan kali ini akan

lebih mengungkap realitas pilihan karier wirausaha yang dapat bertahan selama

minimal tiga generasi, bagaimana pengaruh dorongan dalam diri, keluarga serta

orang terdekat dapat membuat sebuah perusahaan bertahan paling tidak tiga

generasi dengan mengunakan analisis genogram karier. Pembeda dalam penelitian

ini juga terletak pada subjek yang akan diteliti, yaitu wirausaha batik di Daerah

Page 57: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

41

Istimewa Yogyakarta yang merupakan bagian dari keragaman dari ciri khas

budaya di Indonesia.

E. Alur Berpikir

Pada pra-observasi di lapangan yang sudah dilakukan oleh peneliti,

ditemukan beberapa diantara memang sulit melakukan alih generasi. Padahal

terdapat pula beberapa wirausaha usaha yang sukses dengan suaha batik turun

temurunnya. Menjadi wirausaha batik dalam meneruskan serta mengembangkan

usaha keluarga merupakan sebuah pilihan karier.

Pilihan karier dibuat dengan menggunakan minat-minat, kemampuan-

kemampuan serta nilai nilai-nilai yang dimiliki individu. Hal tersebut tentunya

dipengaruhi oleh kepribadan serta lingkungan tempat individu tumbuh dan

berkembang.

Membuat pilihan karier untuk menjadi penerus wirausaha batik tidak luput

dipengaruhi oleh faktor keluarga dan orang terdekat. Keluarga menjadi faktor

yang berpengaruh terhadap pilihan karier dalam hal alih generasi usaha keluarga.

Pola asuh orang tua pada anak memperlihatkan kualitas interaksi antara anak dan

orang tua yang juga memiliki keterkaitan dengan pembentukan pilihan karier dan

bidang karier yang dipilih oleh anak. Bukan hanya pengaruh orang tua, pengaruh

orang terdekat juga dapat menjadi alasan pembuatan pilihan karier. Pengaruh-

pengaruh tersebut diberikan tidak hanya dalam kurun waktu yang singkat.

Pada usaha keluarga, silsilah keluarga menjadi sorotan dalam melakukan alih

generasi. Genogram karier sebagai alat untuk melihat history individu serta

Page 58: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

42

berbagai macam pengaruh yang menjadi pembuatan pilihan karier setidaknya

perlu dilakukan pada minimal tiga generasi. Penggunaan genogram karier akan

membantu identifikasi dari faktor pilihan karier individu mulai dari isi

pengamatan diri, pemahaman lingkungan dan dunia kerja, proses pembuatan

keputuasan, model-model pola hidup (melalui pola asuh orang tua pada anak) dan

model-model karier. Faktor-faktor tersebut juga termasuk pada faktor yang

mempengaruhi pembuatan pilihan karier dilihat dari periode usianya serta menjadi

hasil dari influence pola asuh orang tua dan pengaruh orang terdekatnya.

Bagi wirausaha batik yang sudah mencapai minimal tiga generasi, akan dapat

memperhatikan genogram karier sebagai metode untuk meninjau pilihan karier

yang dibuatnya. Dalam penelitian ini, hasil analisa genogram karier tersebut dapat

digunakan untuk memberikan sudut pandang baru pada wirausaha batik lain

dalam mempersiapkan generasi selanjutnya untuk membuat pilihan karier. Lebih

jauh, merupakan sebagai salah satu upaya regenerasi untuk melestarikan batik dan

mempertahankan gelar Yogyakarta sebagai kota batik dunia. Jika dituangkan ke

dalam sebuah skema, maka kerangka berpikir peneliti sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Alur Berpikir

Page 59: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

43

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengarahkan proses penelitian, serta mendapatkan informasi yang

akurat dalam pengumpulan data serta informasi-informasi mengenai aspek yang

akan diteliti, maka peneliti akan menguraikan beberapa pertanyaan penelitian

yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pilihan karier pengusaha

batik DIY ditinjau dari genogram karier?”. Berikut ini merupakan pertanyaan

penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah:

1) Bagaimana pemahaman diri subjek? Meliputi:

(a) Kemampuan kerja/ bakat

(b) Minat

(c) Nilai-nilai yang dimiliki, yaitu:

(1) Nilai edukasi

(2) Nilai sosial

(3) Nilai ekonomi

(4) Nilai kekuasaan

(5) Nilai estetis

(6) Nilai agama

2) Bagaimana pemahaman lingkungan dan dunia kerja subjek? Meliputi:

(a) Persyaratan penerimaan dunia kerja

(b) Sifat suatu lapangan pekerjaan

(c) Situasi pekerjaan

(d) Masa depan pekerjaan

(e) Organisasi

Page 60: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

44

(f) Gaya hidup

(g) Sosial ekonomi

(h) Lingkungan hidup

(i) Relasi

(j) Kesempatan kerja

3) Bagaimana proses pengambilan keputusan subjek menjadi wirausaha? Meliputi:

(a) Mengumpulkan informasi pekerjaan

(b) Pemahaman diri

(c) Melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat sementara

(d) Membuat career path

(e) Menambah knowledge pekerjaan

4) Bagaimana model-model pola hidup subjek? Meliputi:

(a) Orang tua yang lebih sering menunjukan kekurangan anak dan

mengabaikan pendapat anak

(b) Orang tua tidak banyak mengungkapkan rasa kasih sayang, namun tidak

menghina anak

(c) Orang tua memberikan perlindungan berlebihan, hanya memberi sedikit

kebabasan pribadi pada anak

(d) Orang tua menentukan standar-standar kepada anak dan memaksa

melakukan yang diharapkan orang tua

(e) Orang tua memberikan kasih sayang namun tidak terlalu banyak, cuek

terhadap anak

Page 61: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

45

(f) Orang tua memberi perhatian hangat pada anak dana membantu membuat

rencana masa depan serta mendorong anak agar mandiri

5) Bagaiamana model-model karier subjek? Meliputi:

(a) Orang yang sukses pada pilihan bidangnya

(b) Orang yang sukses karena dapat mengatasi kesengsaraan

(c) Orang dengan disabilitas yang sukses dalam pekerjaan

(d) Orang yang sukses pada generasi sebelumnya

(e) Orang yang sukses sebagai pahlawan dari kondisi sosial yang

konvensional

(f) Orang yang sukses dari hasil mengamati keluarga-keluarga sukses baik

individu tersebut maupun keluarga lain

Page 62: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pada

penelitian kualitatif tidak diberlakukan generalisasi, melainkan memahami sudut

pandang dan konteks subjek secara lebih mendalam. Nana Syaodih Sukmadinata

(2011: 94) berasumsi bahwa penelitian kualitatif dilakukan untuk dapat

memahami fenomena-fenomena yang terjadi di lingkup sosial dari sudut pandang

subjek. Lebih jauh, Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 64) berasumsi bahwa

penelitian kualitatif didedikasikan untuk mendeskripsikan, serta melakukan

analisa terhadap fenomena, peristiwa, aktivitas dalam lingkup sosial, sikap,

kepercayaan persepsi/sudut pandang, pola pikir individu maupun kelompok.

Secara garis besar, penelitian kualitatif dibedakan ke dalam dua macam, yaitu

kualitatif interaktif dan non interkatif (Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 61).

Kedua metode penelitian kualitatif tersebut memiliki berbagai macam metode

dalam pelaksanaannya. Metode kualitatif interaktif menurut Nana Syaodih

Sukmadinata (2011: 62-65) memiliki enam metode sebagai berikut:

1. Studi Etnografik

2. Studi Historis

3. Studi Fenomenologis

4. Studi Kasus

5. Teori Dasar

6. Studi Kritis

Sedangkan metode kualitatif non interaktif menurut Nana Syaodih

Sukmadinata (2011: 65-66) hanya memiliki tiga metode saja, yaitu adalah:

1. Analisis Konsep

2. Analisis Historis

3. Analisis Kebijakan

Page 63: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

47

Berbagai macam metode penelitian kualitatif yang sudah dijabarkan tadi,

maka penelitian kali ini menggunakan metode penelitian kualitatif interaktif studi

kasus. Metode penelitian studi kasus, merupakan sebuah penelitian yang

dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem” yang dapat berupa program, kegiatan,

peristiwa, atau sekelompok individu yang memiliki keterkaitan dengan waktu,

tempat atau ikatan tertentu. Kesimpulan yang didapatkan dari studi kasus tersebut

hanya berlaku pada kasus itu saja. Dengan menggunakan studi kasus maka

menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 99) penelitian difokuskan pada satu

fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan

mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Dengan dilakukannya studi kasus,

hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pada satu

fenomena yang dibahas oleh peneliti.

B. Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kota

Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul. Kedua daerah tersebut dipilih karena sudah

bukan rahasia umum bahwa Kota Yogyakarta diketahui sebagai kota penghasil

batik dan terdapat banyak penjual batik. Kemudian, Kecamatan Kraton menjadi

pilihan peneliti sebagai tempat penelitian karena pada masa pra observasi yang

dilakukan di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Daerah Istimewa

Yogyakarta diungkapkan oleh salah satu staf berinisial Y yang menjadi key

informan bahwa berdasarkan hasil pencarian lewat data yang dimiliki oleh Divisi

Sandang dan Kulit, diketahui di Kecamatan Kraton terdapat sebuah usaha Batik

bernama “Gajah Oya” yang saat ini dikelola oleh generasi ke empat keluarga.

Page 64: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

48

Setting penelitian kedua, yaitu adalah di Kabupaten Bantul. Key informan

berinisal H yang merupakan salah satu Staf di Lembaga Penelitian dan

Pengembangan kepada Masyarakat di Universitas Negeri Yogyakarta yang juga

merupakan warga di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul menuturkan bahwa

Kecamatan tersebut dan sekitarnya saat ini memang dikenal dengan desa wisata

batik. Penuturannya tertuju pada sebuah galeri batik bernama “Dirjo Sugito Batik”

yang saat ini dikelola oleh generasi ketiga keluarga.

Proses dalam melakukan penelitian ini tergolong tidak singkat, termasuk

dengan melakukan pra observasi hingga ditemukan hasil, penelitian ini dilakukan

selama bulan Januari – September 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek merupakan individu, benda atau hal-hal dimana terdapat informasi

yang melekat dan dibutuhkan oleh peneliti Subjek penelitian ditentukan dengan

menggunakan snowball sampling dan juga sample purposif atau purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2009: 85) snowball sampling adalah teknik

mengambil sumber data yang pada awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi

besar. Biernacki & Waldrof (1981: 142) juga menegaskan bahwa “… snowball

method entailed little more than to start it rolling through a personal contact or

through an informant and then simply to sit back and allow the resulting chain to

follow it’s own cause”. Inti dari penuturannya menjelaskan bahwa snowball

sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan penelusuran

sampel sebelumnya.

Page 65: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

49

Beralih pada purposeive sampling, menurut Sukardi (2006: 41) maksud dari

Purposive atau yang memiliki arti “bertujuan” adalah dalam memilih subjek,

peneliti menggunakan “alasan tertentu” yang sudah ditentukan. Pemilihan subjek

menggunakan purposive sampling dilakukan karena yang menjadi focus dalam

sample ini adalah informan–informan terpilih yang memiliki banyak informasi

mengenai fenomena yang terjadi. Bisa juga diartikan bahwa purposive sampling

merupakan pengambilan sampling berdasarkan seleksi khusus dari peneliti yang

membuat kriteria tertentu mengenai siapa yang masuk ke dalam kualifikasi atau

qualified sebagai subjek. Selanjutnya, subjek dalam penelitian kualitatif disebut

sebagai informan.

Subjek pada penelitian ini adalah dua wirausaha batik yang sudah minimal

pada generasi ke tiga. Subjek pertama penelitian ini berasal dari Kota Yogyakarta

yaitu seorang pria berinisial AP, lahir di Yogyakarta 56 tahun silam. Subjek AP

merupakan generasi ke empat dari usaha bati keluarga “Batik Gajah Oya”.

Pekerjaan yang digelutinya subjek AP saat ini adalah sebagai seorang Konsultan

di United Nation Development Program (UNDP), Pengurus Persatuan Olahraga

Selam Indonesia regional DIY dan pengusaha batik. Subjek yang kedua pada

penelitian ini adalah wanita berusia 38 tahun yang berinisial I. Lahir dan sejak

kecil sudah menetap di Kabupaten Bantul serta merupakan generasi ketiga dari

usaha batik keluarga “Dirjo Sugito Batik”. Pekerjaan yang digeluti oleh subjek I

adalah pengelola usaha batik keluarga. Secara singkat, subjek dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 66: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

50

Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian

Nama

Inisial Lokasi

Jenis

Kelamin Umur

Generasi

ke - Pekerjaan

AP

Kec. Kraton,

Kota

Yogykarta

L 56 thn 4

1. Konsultan United

Nation

Development

Program

2. Pengusaha Batik

“Gajah Oya”

I Kec. Pandak,

Kab. Bantul P 38 thn 3

1. Pengusaha batik

“Dirjo Sugito

Batik”

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mengkombinasikan metode pengumpulan data penelitian kualitatif pada

umumnya yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan metode

pengumpulan data dalam melakukan analisis genogram karier menurut Mamat

Supriatna (2010: 63). Metode tambahan tersebut berupa pembuatan konstruksi

genogram karier serta wawancara genogram karier. Maka, metode pengumpulan

data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan membuat konstruksi genogram

karier, wawancara genogram karier, observasi non partisipan dan studi

dokumenter. Selalin itu, agar penelitian yang dilakukan berjalan lancar dan

efektif, maka peneliti memutuskan untuk melakukan pra-observasi untuk

melakukan pendekatan lebih mendalam kepada subjek.

1. Konstruksi Genogram Karier

Membuat konstruksi genogram karier digunakan untuk mempermudah peneliti

melakukan bridging untuk melakukan wawancara mengenai genogram karier.

Page 67: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

51

Mamat Supriatna (2010: 64-66) menyebutkan terdapat tiga buah tahap untuk

menggunakan genogram karier, yaitu:

a. Konstruksi Genogram

b. Identifikasi Jabatan

c. Eksplorasi Subjek

Ketiga tahap tersebut akan digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi

dari subjek. Untuk melakukan Identifikasi Jabatan serta mengeksplorasi subjek,

maka perlu dilakukan wawancara mendalam.

2. Wawancara Genogram Karier

Sumbangan informasi dalam penelitian kualitatif salah satunya ada pada teknik

wawancara. Pada dasarnya, wawancara pada genogram karier sama dengan

wawancara pada umumnya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 216)

teknik pengumpulan data dengan wawancara sering digunakan dalam penelitain

yang berbentuk deskriptif kualitatif. Wawancara atau interview menurut Jogiyanto

(2010: 93) merupakan sebuah komunikasi dua arah untuk memperoleh data dari

informan. Wawancara dilakukan oleh dua orang antara pewawancara

(interviewer) dan terwawancara (interviewee). Menururt Yin (2014: 111),

wawancara menjadi teknik pengumpulan data yang esensial pada penelitiain

kualitatif, karena dengan menggunakannya, peneliti dapat melaporkan serta

menginterpretasikan informasi yang penting atas situasi yang berkaitan dengan

penelitian yang diberikan oleh subjek. Dalam penelitian kualitatif, wawancara

memang menjadi teknik yang utama dan sebagian besar data penelitian

didapatkan melalui teknik wawancara.

Page 68: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

52

Teknik menggunakan genogram karier dilakukan melalui wawancara.

Menururt Bowen dan Brooks (1991: 126) dua kegunaan penggunaan genogram,

adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi contoh yang mungkin mempengaruhi perspektif tentang

karier pada diri subjek

b. Mengidentifikasi sumber self pereception subjek sebagai seorang worker.

Mamat Supriatna (2010: 63) juga menjelaskan tentang berbagai macam

bidang yang dapat didiskusikan dalam penggunaan genogram karier, yaitu;

a. Keberhasilan anggota keluarga sebagai pasangan, orang tua, karyawan, teman

dan saudara

b. Peningkatan atau penurunan mobilitas yang berkaitan sebagai anggota

keluarga yang telah memiliki karier

c. Waktu, ruang, uang dan hubungan yang dikelola di dalam serta di luar

keluarga dan

d. Integritas setiap orang dalam macam-macam peranan yang berbeda.

Dengan melakukan wawancara mendalam, peneliti dapat melakukan

eksplorasi terhadap individu. Aspek-aspek lain juga diungkap oleh peneliti seperti

yang dijelskan pada pedoman wawancara.

3. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata,

2011: 220). Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi non participant,

karena dalam observasi ini peneliti tidak ikut ambil andil dalam kegiatan, hanya

sebatas mengamati saja. Yang diteliti melalui teknik observasi oleh peneliti

adalah:

a. Antusiasme dalam menggambarkan situasi subjek

b. Interaksi subjek dengan relasi kerja

Page 69: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

53

c. Interaksi subjek dengan pegawai

d. Keadaan lingkungan kerja

e. Kesesuaian pernyataan dengan realita lapangan

f. Hasil Produksi

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan dalam

penelitian. Pada penelitian kualitatif, yang menjadi focus dokument pengumpulan

pada adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2007: 222) peneliti dengan

jenis penelitian kualitatif merupakan human instrument, yang memiliki multi

fungsi, yaitu sebagai penentu focus penelitian, pemilih informan yang digunakan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, penilaian kualitas data,

menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam teknik

pengumpulan data ini, peneliti melakukan observasi, kemudian membuat

konstruksi genogram karier sebagai alat untuk menjembatani atau bridging pada

wawancara mendalam mengenai genogram karier, dan melakukan studi

dokumentasi.

1. Pedoman Konstruksi Genogram Karier

Penggunaan genogram karier digunakan untuk mengetahui silsilah keluarga

subjek dan pandangan mengenai karier dalam diri subjek. Pedoman genogram ini

erat kaitannya dengan alasan yang menjadi latar belakang pilihan karier yang

dibuat oleh subjek. Sebelum melakukan wawancara genogram karier, peneliti

memulai dengan membuat konstruksi genogram karier yang diadaptasi dari model

genogram karier Okiishi (dalam Brown dan Brooks, 1991: 128), sebagai berikut

Page 70: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

54

Gambar 3. Model Genogram Karier Okiishi

Dalam model genogram yang diadaptasi dari model Okiishi terdapat beberapa

simbol yang tidak digunakan oleh peneliti karena menyesuaikan dengan budaya

timur di Indonesia. Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk

mengkombinasikan penggunaan symbol yang dicanangkan oleh Brown and

Brooks (1991: 128) serta dalam Mamat Supriatna (2010: 64) serta menambahkan

keterangan dengan menggunakan warna. Sehingga, beberapa simbol yang dapat

mempermudah pembuatan genogram karier, permepuan disimbolkan dengan

lingkaran, laki-laki disimbolkang dengan persegi, anggota keluarga yang sudah

meninggal diberi warna kuning, anggota keluarga yang telah bercerai diberi garis

pemisah, anggota keluarga yang memiliki ikatan darah diberi garis warna hitam

sedangkan yang tidak sedarah atau menantu diberi warna merah, dan silang

menunjukan kedudukan subjek. Berikut merupakan simbol-simbol dalam

konstruksi genogram karier:

Page 71: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

55

Gambar 4. Simbol dalam Genogram Karier

Dengan konstruksi genogram karier yang sudah dibuat, dapat dijadikan awalan

dalam melakukan tindakan lanjutan yaitu berupa wawancara mendalam.

2. Pedoman Wawancara Genogram Karier

Pedoman wawancara bertujuan untuk mengungkapkan pilihan karier yang

dibuat interaksi pola asuh orang tua kepada anak. Penelitian ini dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan interaksi pola asuh

orang tua agar tidak menyimpang dari topik yang dikehendaki peneliti. Adapun

rambu-rambu wawancara yang dilakukan pada penelitian ini, adalah:

Tabel 3. Rambu-Rambu Wawancara

No Aspek Sub-Aspek Indikator

1. Pemahaman

Diri

a. Bakat

b. Minat

c. Nilai-nilai

a. Mengetahui

kemampuan bawaan

yang dimiliki

b. Mengetahui hasrat atau

dorongan untuk

melakukan keinginan

c. Memiliki dasar

kehidupan dalam

melakukan tindakan

2.

Pemahaman

Lingkungan

dan Dunia

Kerja

a. Persyaratan penerimaan

kerja

b. Sifat suatu lapangan

c. Situasi pekerjaan

d. Masa depan pekerjaan

a. Mengetahui persyaratan

dalam dunia kerja

b. Mengetahui sifat

lapangan kerja

c. Mengetahui situasi

Page 72: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

56

e. Organisasinya

f. Gaya hidup

g. Sosial ekonomi keluarga

h. Lingkungan hidup

i. Relasi

j. Kesempatan kerja

pekerjaan yang dipilih

d. Mengetahui masa depan

pekerjaan

e. Mengetahui organisasi

yang terkait dengan

pekerjaan

f. Mengetahui gaya hidup

yang akan dijalani pada

pekerjaan yang dipilih

g. Mengetahui dampak

sosial ekonomi keluarga

dalam pekerjaan yang

dipilih

h. Mengetahui dampak

pekerjaan terhadap

lingkungan hidup

i. Mengetahui relasi yang

terjalin pada pekerjaan

j. Mengetahui kesempatan

dalam mendapatkan

pekerjaan yang dipilih

3.

Proses

Pembuatan

Keputusan

a. Mengumpulkan informasi

b. Memamhami diri

c. Melakukan pilihan

pekerjaan sementara

d. Merencanakan career path

e. Berusaha menambah

knowledge tentang karier

yang digeluti

a. Memahami lingkungan

dan dunia kerja

b. Mengenali bakat, minat

dan nila-nilai dalam diri

c. Memiliki pekerjaan

sementara

d. Memiliki lagkah-langkah

dalam memasuki

pekerjaan yang dipilih

e. Memiliki upaya

menambah pengetahuan

tentang pekerjaan yang

dipilih termasuk

kebutuhan lingkungan

dan tenaga kerja

5. Model-model

Pola Hidup

a. Orang tua yang lebih

sering menunjukan

kekurangan anak dan

mengabaikan pendapat

anak

b. Orang tua tidak banyak

mengungkapkan rasa

kasih sayang, namun

tidak menghina anak

a. Memiliki pola berpikir

dan sikap yang

cenderung dapat

menjalin posisi dirinya

dengan orang lain

b. Memiliki kecenderungan

bersikap agresif dan

memiliki orientasi pada

kebendaan

c. Merasa diabaikan orang

Page 73: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

57

c. Orang tua memberikan

perlindungan berlebihan,

hanya memberi sedikit

kebabasan pribadi pada

anak

d. Orang tua menentukan

standar-standar kepada

anak dan memaksa

melakukan yang

diharapkan orang tua

e. Orang tua memberikan

kasih sayang namun

tidak terlalu banyak,

cuek terhadap anak

f. Orang tua memberi

perhatian hangat pada

anak dana membantu

membuat rencana masa

depan serta mendorong

anak agar mandiri

tua ketika berpendapat

d. Merasa orang tua lebih

banyak menunjukan

kekurangan kepada anak

e. Merasa orang tua acuh

terhadap anak tapi tidak

mengucilkan

f. Merasa orang tua tidak

banyak memberi afeksi

g. Merasa orang tua

berlebihan dalam

melindungi

h. Merasa orang tua hanya

memberikan sedikit

kebebasan pribadi

i. Merasa orang tua

mengatur piihan untuk

masa depan

j. Merasa orang tua

menuntut prestasi-

prestasi

k. Merasa orang tua hanya

memberi sedikit afeksi

l. Merasa orang tua

memperlakukan anak

bukan prioritas utama

m. Merasa orang tua

memberikan kasih

sayang

n. Merasa orang tua

kooperatif dalam

membantu membuat

rancangan hidup

o. Merasa orang tua

bijaksana

p. Merasa orang tua

mendorong anak untuk

mandiri

6 Model-model

Karier

a. Orang yang sukses pada

pilihan bidangnya

b. Orang yang sukses

karena dapat mengatasi

kesengsaraan

c. Orang disabilitas yang

sukses dalam pekerjaan

d. Orang yang sukses pada

generasi sebelumnya

a. Merasa terinspirasi

pada orang sukses

dalam bidang yang

dipilihnya

b. Merasa terinspirasi

dari orang yang

terbebas dari

kesengsaraan

c. Merasa terinspirasi

pada orang yang

Page 74: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

58

e. Orang yang sukses

sebagai pahlawan dari

kondisi sosial yang

konvensional

f. Orang yang sukses dari

hasil mengamati

keluarga-keluarga

sukses baik individu

tersebut maupun

keluarga lain .

berkebutuhan khusus

namun dapat sukses

d. Merasa terinspirasi

dari anggota keluarga

pafa generasi

sebelumnya

e. Merasa terinspirasi

pada sifat heroic

seseorang dalam

lingkngan

f. Merasa terinspirasi

pada keluarga-

keluarga orang lain

yang diamati

3. Pedoman Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran keadaan subjek serta

kehidupan sosial subjek bersama pegawai atau orang-orang di lingkungan

sekitarnya. Pedoman observasi ini memiliki relevansi dengan kegiatan alih

generasi. Berikut merupakan rambu-rambu observasi:

Tabel 4. Rambu-rambu Observasi

No Komponen Aspek yang diungkap

1 Keadaan

psikologis Perilaku yang tampak pada subjek

2. Kehidupan sosial a. Hubungan interaksi subjek di lingkungan sosial

b. Sikap dan perilaku subjek di lingkungan sosial

3 Keadaan Usaha c. Hasil produksi batik

F. Teknis Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (1982, 145) teknik analisis data adalah:

“… the process of systematically searching and arranging the interview

transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase

your own understanding of them and to enable you to present what you have

discovered to others.”

Page 75: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

59

Dapat dipahami bahwa teknik analisis data menjadi satu hal yang penting

dalam sebuah penelitian kualitatif, karena dengan berbagai teknik yang

digunakan, maka akan membantu untuk meningkatkan pemahaman terhadap

subjek yang diteliti serta dapat menjelaskan tentang yang menjadi temuan peneliti

di lapangan. Dalam menganalisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah selaras

dengan pendapat dari Nana Syaodih Sukmadinata (2011; 115) bahwa yang

pertama dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyusun fakta-fakta dari temuan

di lapangan. Setelah itu, peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-

gambar dan bentuk-bentuk lain yang menjelaskan fakta lainnya. Setelah

keseluruhannya terkumpul, maka akan diinterpretasikan kemudian dikembangkan

menjadi sebuah kesimpulan.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 337) analisis data yang

dilakukan dalam penelitian kualitatif dilakukan hingga jenuh dengan

menggunakan tiga buah cara yaitu, data reduction, data display dan conclusion

drawing/ verification. Secara singkat, Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,

2009: 338-345) menjelaskan ketiga cara tersebut, sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Ketika di lapangan, peneliti mendapatkan cukup banyak data. Data-data

tersebut perlu dicatat secara teliti dan terperinci. Semakin lama durasi penelitian

di lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks,

dan rumit sehingga dibutuhkan reduksi data. Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2009: 339) menjelaskan bahawa mereduksi data adalah sebuah proses

berfikir yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang

Page 76: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

60

tinggi. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam mereduksi data karena sejatinya

melakukan reduksi pada data yang diperoleh menurut Miles dan Huberman

(dalam Sugiyono, 2009: 338) berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, fokus

terhadap hal-hal yang dianggap penting, mencari tema serta polanya serta

membuang hal-hal yang dirasa tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah kedua dalam melakukan analisis data adalah mendisplaykan data.

Beberapa yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu dengan

melakukan uraian singkat, membuat bagan, membuat hubungan antar kategori,

mebuat flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:

341) mengungkapkan bahwa pada umumnya data yang disajikan pada penelitian

kualitatif yaitu dalam bentuk teks yang bersifat naratif

3. Conclusion Drawing/ Verification

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 209: 345) pembuatan

kesimpulan menjadi hal yang terakhir dilakukan dalam analisis data. Masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang tentatif karena

bersifat sementara dan akan berkembang setelah melakukan penelitian di

lapangan. Sehingga, kesimpulan dalam penelitian kualitatif memiliki

kemungkinan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal atau

juga tidak. Kesimpulan yang muncul diharapkan sebuah temuan baru yang belum

ada sebelumnya. Temuan tersebut (dalam Sugiyono, 2009: 345) dapat berupa

deskripsi atau gambaran dari subjek yang masih kabur menjadi jelas setelah

diteliti, dapat berupa hubungan kausal, hipotesis atau bahkan sebuah teori baru.

Page 77: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

61

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi data.

Triangulasi data merupakan gabungan atau kombinasi dari berbagai sumber data.

Multi sumber bukti tersebut menurut Yin (2014: 119) digunakan untuk memahami

sumber-sumber dengan lebih mudah. Seiring dengan pernyataan tersebut,

Moelong (dalam Sukardi, 2006: 106) berpendapat bahwa trianggulasi merupakan

sebuah teknik dalam melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data melalui

sebuah kejadian sebagai pembanding terhadap data-data yang ada guna

melakukan pengecekan terhadap data tersebut.

Tujuan dari triangulasi adalah untuk mencari kesamaan informasi dengan

menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal tersebut dilakukan karena setiap

metode memiliki beberapa kelemahan sehingga digunakan triangulasi guna

mendapatkan cross check informasi serta data yang akurat dan valid. Tiga buah

metode yang digunakan pada umumnya adalah wawancara, observasi dan analisis

dokumentasi. Trianggulasi yang digunakan oleh peneliti adalah trianggulasi

sumber dan trianggulasi metode.

Page 78: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa

disingkat dengan DIY. Keistimewaan Yogyakarta didasarkan karena

wilayah setingkat provinsi ini merupakan peleburan dari Negara Kesultanan

Yogyakarta dan Negara Kadipaten Pakualaman. Daerah Istimewa

Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km2 dan terdiri atas satu Kotamadya,

dan empat Kabupaten. Kini, Kotamadya lebih dikenal dengan Kota

Yogyakarta, kemudian Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten

Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan pra observasi pada data Industri Kecil dan Menengah

(IKM) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

DIY (Disperindagkop DIY) tentang jumlah unit usaha, tenaga kerja

pengrajin batik dan nilai produksi batik DIY, didapatkan hasil bahwa Kota

Yogyakarta memilki unit usaha sejumlah 160 unit, Kabupaten Sleman

memiliki 15 unit usaha, Kabupaten Bantul memiliki 334 unit usaha,

Kabupaten Kulon Progo memiliki 97 unit usaha dan Kabupaten Gunung

Kidul memiliki 85 unit usaha batik. Sedangkan dalam jumlah tenaga kerja,

Kota Yogyakarta memiliki 1399 orang tenaga kerja, Kabupaten Sleman

sebanyak 170 orang, Kabupaten Bantul 638 orang, Kabupaten Kulon Progo

300 orang dan Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 162 orang. Kemudian,

nilai produksi juga beragam, jumlah nilai produksi Kota Yogyakarta adalah

Page 79: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

63

sebesar Rp. 23.457.494.000, Kabupaten Sleman sebesar Rp.

15.979.626.000, Kabupaten Bantul sebesar Rp. 25.281.782.000, Kabupaten

Kulon Progo sebesar Rp. 1.605.890.000 dan Kabupaten Gunung Kidul

sebesar Rp. 845.313.000. JIka dijumlahkan dari setiap daerahnya, maka unit

usaha IKM Batik di DIY sebanyak 690 unit, tenaga kerja pengrajin batik

sebanyak 2.669 orang dan memiliki nilai produksi dengan jumlah fantastis

yaitu Rp. 67.170.105.000. Jika dituangkan kedalam table, maka sebagai

berikut:

Tabel 5. Jumlah IKM Batik DIY

Kab/Kota UU (Unit) TK

(Orang) NP (Rp.000)

Yogyakarta 160 1399 23.457.494

Sleman 15 170 15.979.626

Bantul 334 638 25.281.782

Kulonprogo 97 300 1.605.890

Gunungkidul 84 162 845.313

JUMLAH 690 2669 67.170.105

Dari data diatas, Kabupaten Bantul memiliki unit usaha paling banyak

sebanyak 334 unit, disusul oleh Kota Yogyakarta 160 unit, Kulon Progo 97

unit, Gunung Kidul 84 unit dan Sleman 15 unit. Dalam jumlah Tenaga

Kerja, Kota Yogyakarta merupakan yang terbanyak sebanyak 1.399 orang,

kemudian Kabupaten Bantul sebanyak 638 orang, disusul dengan

Kabupaten Kulon Progo sebanyak 300 orang, Kabupaten Sleman 170 orang

dan yang terakhir adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah 162

orang. Untuk nilai produksi yang dihasilkan tiap daerah, Kabupaten

merupakan yang tertinggi dengan nilai prosduksi sebesar Rp. 25.281.782.00,

Page 80: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

64

kemudian disusul Kota Yogyakarta dengan Rp. 23.457.494.000, Kabupaten

Sleman sebesar Rp. 15. 979.626.000, Kabupaten Kulon Progo sebesar

1.605.890.000 dan terakhir adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah

nilai produksi Rp.845.000.000.

Data tersebut melatarbelakangi pengambilan seting di Kota Yogyakarta

dan juga Kabupaten Bantul. Dilihat dari unit usaha, tenaga kerja dan nilai

produksi, kedua daerah tersebut berada dua teratas dibandingkan dengan

daerah lainnya.

Secara rinci, penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta dilaksanakan

Kecamatan Kraton. Hal tersebut didasarkan dari penuturan key informan

seorang Staf Divisi Sandang dan Kulit berinisal Y yang mengatakan bahwa

di kecamatan tersebut banyak yang memproduksi batik. Pernyataan

informan AP juga memperkuat hal tersebut, disebutkan bahwa Kecamatan

Kraton memang termasuk cagar budaya dan banyak pembatik sejak dulu,

namun seiring dengan berkembangnya zaman, memang sudah berkurang.

Tempat kedua yang dipilih oleh peneliti adalah Kabupaten Bantul, yaitu

di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak. Diketahui dari key informan seorang

Staf di Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat di

Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus penduduk asli dari desa tersebut,

mengatakan bahwa Desa Wijirejo terdapat banyak unit usaha dan tenaga

kerja batik. Pernyataan yang selaras juga diperkuat oleh pernyataan dari

informan I, bahwa Desa Wijirejo termasuk Desa Wisata Batik.

Page 81: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

65

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, semua data bersumber pada dua subjek penelitian. Subjek

penelitian harus diketahui memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Pelaku usaha batik paling tidak generasi ketiga.

b. Bertempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Subjek dalam penelitian ini sebagaiamana sudah dijelaskan pada bab 3, sudah

memenuhi kriteria subjek penelitian. Subjek yang pertama berinisial AP

bertempat tinggal di Kota Yogyakarta yaitu di Kecamatan Kraton dan merupakan

generasi ke empat dari usaha keluarga. Sedangkan subjek yang kedua, berinisial I

bertempat tinggal di Kabupaten Bantul yaitu di Kecamatan Pandak dan

merupakan generasi ke tiga dari usaha batik keluarga yang dijalankan. Berikut

merupakan tabel yang menunjukan kriteria subjek penelitian:

Tabel 6. Deskripsi Kesesuaian Kriteria Subjek Penelitian

Nama Lokasi Generasi

Ke- Kesesuaian dengan Kriteria

AP Kecamatan Kraton, Kota

Yogyakarta 3 √

I Kecamatan Pandak,

Kabupaten Bantul 4 √

Selain informan, dalam penelitian ini, juga terdapat key informan yang

beragam, mulai dari anggota keluarga, karyawan yang dimiliki subjek serta

tetangga sekitar tempat usaha yang dimiliki subjek.

3. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang sudah

dilakukan di lapangan oleh peneliti kepada subjek, maka berikut ini merupakan

sajian dari hasil reduksi data yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan

Page 82: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

66

berdasarkan pada tujuan peneliti yaitu untuk mengidentifikasi dan memaparkan

pilihan karier melalui studi Genogram Karier pada keluarga pengusaha batik.

a. Hasil Observasi Lingkungan

Pengamatan peneliti mengenai informan AP dan I memiliki perbedaan. Pada

pengamatan peneliti mengenai lingkungan AP yang berada di Kota Yogyakarta,

lokasi usaha batik yang ditekuni AP berada di rumahnya yaitu di kecamatan

Kraton. Suasana tradisional masih sangat terasa di lingkungan dan di dalam

rumahnya, bangunan rumah sudah berdiri kurang lebih sebelum tahun 1932 sejak

ayah dari informan AP masih kecil. Fungsi ruangan-ruangan yang ada di rumah

tidak berubah sejak bangunan tersebut berdiri. Di dalam rumah, selain ada fungsi

rumah utama, juga terdapat ruangan-ruangan khusus untuk memproduksi batik;

seperti tempat membuat pola, tempat melakukan pencelupan warna, tempat

pembuangan limbah, gudang bahan-bahan pewarna alami dan ruangan untuk para

pembatik mencanting. Rumah yang menjadi tempat tinggal informan AP dan istri

sekaligus dengan galeri batik yang dimilikinya. Galeri terebut terletak di ruangan

pertama setelah pintu utama.

Beralih pada informan I, dari hasil observasi mengenai lingkungan yang

dilakukan oleh peneliti, galeri batik yang dimiliki informan I terpisah dengan

bangunan rumah pribadi informan. Kondisi galeri batik masih sangat baik

meskipun dikatakan oleh informan, bangunan tersebut sudah berdiri sejak eyang

sebagai generasi pertama merintis usaha batik. Galeri batik yang dimilikinya tidak

hanya digunakan sebagai display dari hasil produksi, namun juga proses

pembuatannya terletak di tempat yang sama, tepatnya di bagian belakang galeri

Page 83: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

67

batik. Di tempat produksi terdapat beberapa bagian, ada tempat untuk para

pembatik mencanting untuk bati tulis, pewarnaan, menjemur hasil celupan warna,

dan penyimpanan kain-kain setengah jadi, terdapat pula lantai dua yang

digunakan untuk membuat batik cap. Selain itu, terdapat dapur dan keperluan

dasar memasak para pegawai untuk makan siang. Beralih ke bagian galeri, kain-

kain batik dan baju yang sudah jadi tidak secara spesifik dibuat terpisah

melainkan diletakkan secara menyebar namun tetap rapi.

b. Hasil Konstruksi Genogram Karier

Konstruksi genogram karier seperti dijelaskan pada bab tinjauan pustaka,

merupakan sebuah alat untuk melihat peta karier keluarga serta sebagai alat

pengantar wawancara lebih mendalam mengenai pilihan karier yang dibuat

oleh informan. Berikut merupakan display dari hasil konstruksi genogram

karier pada kedua informan:

1) Konstruksi Genogram Karier Keluarga AP

Dari hasil penuturan mengenai anggota kelurganya, AP merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. AP menyebutkan bahwa dia lahir ditengah

keluarganya yang mayoritas berlatar belakang pedagang serta pengusaha batik.

Ayah AP yang berinisial M merupakan seorang pengusaha batik, sedangkan

ibunya yang berinisial H merupakan seorang pedagang. Kakek dari ayah informan

diakuinya merupakan generasi kedua dari pengurus batik keluarga, begitupun

sang nenek. Sedangkan kakek dari keluarga ibunya diketahui merupakan seorang

banker dan Neneknya seorang pedagang. Informan AP mengungkapkan bahwa

Page 84: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

68

hubungannya dengan keluarga besar dari Ayah lebih dekat diandingkan dari

keluarga Ibunya.

Kakek dari Ayahnya yang berinisial A adalah generasi kedua pewaris usaha

batik. Pada masa Kakeknya, dituturkan oleh informan merupakan tahun gemilang

dari usaha batiknya. Hubungan sang Kakek dengan orang-orang di lingkungan

sekitarnya juga sangat baik, dituturkan oleh informan bahwa sang kakek memiliki

banyak relasi dan termasuk orang yang sangat ramah. Keberhasilan sang Kakek

bukan hanya dalam mengembangkan usaha batik keluarga saja, namun juga

sebagai seorang konseptor dalam memberikan kontribusi ide dalam pembangunan

kota Yogyakarta di zamannya. Menurut informan, sang Kakek dapat menjalankan

usaha batiknya dengan baik, bahkan cukup sering memperkenalkan informan

dengan batik serta kegiatan usahanya sejak kecil. Informan menuturkan bahwa

sang Kakek sering mengajaknya melihat proses pembuatan batik, serta

menceritakan filosofi mengenai batik. Bagi informan, informasi mengenai usaha

batik, banyak didapatkan dari sang kakek. Sebelum usaha batik jatuh di tangan

informan, usaha batik yang dimilikinya dikelola oleh sang Ayah sejak kakeknya

meninggal dunia.

Sang Ayah yang berinisial H meneruskan usaha batik keluarganya disertai

meneruskan relasi antara pelaku usaha batik yang lain. Dari penuturan informan

diketahui bahwa masa-masa sulit mulai terjadi di generasi ketiga usaha batik

keluarganya, di masa tersebut bertepatan dengan krisis moneter yang

mengakibatkan menurunnya omzet dagang batiknya. Sejak duduk bangku kuliah,

informan mengaku selalu dibujuk sang Ayah untuk mau meneruskan usaha batik

Page 85: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

69

kelurganya. Informan mengaku bahwa di masa Ayahnya, informan banyak

mengobservasi cara kerja pembuatan batik, pemasarannya serta relasi yang

terjalin antara Ayahnya dan organisasi yang terkait dengan batik.

Dijelaskan sebelumnya, informan AP memang merupakan generasi ke 4 dari

usaha keluarga batiknya, namun dalam konstruksi genogram, AP lebih

menghendaki 3 generasi saja yang diulas, dikarenakan banyak informasi

mengenai generasi pertama yang tidak diketahui oleh AP. Secara sederhana jika

divisualisasikan, maka alur genogram kariernya sebagai berikut:

Gambar 5. Konstruksi Genogram Karier Keluarga AP

2) Konstruksi Genogram Karier Keluarga I

Hasil pembuatan konstruksi genogram karier menunjukan bawa informan I

merupakan cucu pertama dari anak pertama sang Nenek yang tidak lain

pendiri pertama usaha batik keluarga.

Penuturannya mengenai jejak karier keluarga mengungkapkan bahwa

keluarga besar dari Ibunya memiliki mayoritas pekerjaan wirausaha dalam

Page 86: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

70

berdagang, usaha yang dimiliki keluarga dari Ibunya adalah toko klontong,

toko bangunan, pedagang kerajinan-kerajinan dan ada satu yang menajdi PNS.

Sedangkan keluarga dari ayahnya mayoritas adalah pegawai negeri dan hanya

ada satu yang menggeluti dunia usaha.

Pada pengakuannya, informan lebih dekat dengan keluarga dari ibunya

yang berinisial Sum. Nenek yang berinisial MU dan Kakek berinisial SU yang

berasal dari Ibunya, merupakan generasi pertama perintis usaha batik

keluarganya saat ini. Sang Nenek memiliki tujuh orang anak yang mayoritas

memiliki pekerjaan sebagai seorang pedagang. Sebagai anak pertama, Ibu

dari informan banyak membantu Neneknya dalam menjalankan usaha batik,

selain Ibunya, Tante dari informan yang berinisial Yul juga sering membantu

usaha batik keluarganya.

Sejak kecil, informan mengaku sudah sangat dekat dengan usaha batik

keluarganya, karena sebagai cucu pertama, Neneknya selalu menghendaki

untuk informan berada di galeri batiknya menemani sang Nenek. Informan

mengakui bahwa sejak kecil sudah diperkenalkan dengan situasi kerja di galeri

batik miliknya. Menginjak umur 18 tahun, informan sering diberi tanggung

jawab untuk membantu Neneknya dalam mempersiapkan bahan-bahan yang

dibutuhkan untuk membuat batik, mulai dari kain hingga pewarna. Kaderisasi

sudah dilakukan sejak informan I berusia 18 tahun tersebut.

Dari penuturannya, informan I melihat keberhasilan sang Nenek dalam

menjalankan usaha batik. Serta melihat tante-tantenya dalam menjalankan

kegiatan usaha. Meskipun tidak semua tantenya terjun dalam usaha batik,

Page 87: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

71

namun menurut penuturannya, semangat berwirausaha seluruh anggotanya

termasuk sang Nenek menjadi contoh dalam meneruskan usaha batik keluarga.

Berikut merupakan viusalisasi dari konstruksi genogram karier keluarga

informan I:

Gambar 6. Konstruksi Genogram Karier Keluarga I

c. Hasil Wawancara

Genogram karier memiliki lima aspek didalamnya, yaitu pemahaman diri,

pemahaman lingkungan dan dunia kerja, proses pengambilan keputusan, model-

model pola hidup serta model-model karier. Berikut merupakan hasil wawancara

dari kelima aspek tersebut:

1) Aspek Pemahaman Diri

Memilih karier sebagai pengusaha batik tidak luput dari pemahaman diri

informan. Dalam pemahaman diri yang diungkap oleh peneliti terdpat tiga sub-

aspek, yaitu bakat, minat serta nilai-nilai yang melandaskan pengambilan

keputusan informan dalam menjalankan usaha batik. Data mengenai pemahaman

diri diperoleh melalui proses wawancara yang dilakukan terhadap kedua

informan.

Page 88: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

72

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek AP, diketahui bahwa bakat yang

dimiliki adalah bekerja sebagai pendukung dan seorang pemikir atau konseptor.

Seperti yang disampaikan oleh AP sebagai berikut:

“Kalau saya itu lebih suka dibalik layar, bikin konsep gitu dan lebih suka

mengulik sesuatu sampai puas. Saya tuh pernah penasaran sama bunga

anggrek kenapa kalau berbunga sangat musiman, terus saya pelajari sampe

saya tau, sampe saya sekarang pelihara anggrek banyak banget. Tapi

setelah tau jawabannya, yaudah deh cukup” (Wawancara Rabu, 10 Agustus

2016)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, di halaman belakang rumah

informan terdapat banyak tanaman anggrek seperti yang dikatakan. Sedangkan

minat yang dimiki oleh informan tergolong cukup banyak, dari penuturannya,

informan sangat menyukai traveling, budaya jawa dan menyelam. Dari minatnya

yang sangat beragam, AP diketahui paling senang dengan kegiatan travelling.

Seperti yang disampaikan oleh AP berikut:

“Saya suka sekali jalan-jalan, dan relevan dengan pekerjaan saya sebagai

seorang Arkeolog. Jadi ketika saya jalan-jalan keliling Indonesia, saya bisa

menceritakan sejarah dari bangunan atau temuan saya. Saya ini juga kan

seorang Konsultan di UNDP, jadi ya gitu terus jalan-jalan. Saya suka itu,

selain itu saya juga seorang diver. Ada di kehidupan menyelam itu saya

sudah cukup lama. Tapi dari semuanya, saya harus selalu menjadi orang

jawa yang mengenal budayanya. Orang jawa itu gak boleh hilang jawanya.

Saya banyak belajar tentang budaya jawa juga. Termasuk batik ini.”

(Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Dari penuturan lainnya, peneliti menemukan bahwa nilai-nilai yang melekat

pada diri informan AP adalah nilai budaya. Banyak pengakuannya yang

menuturkan bahwa budaya menjadi landasan dalam melakukan berbagai hal.

Seperti beberapa pernyataan informan AP berikut:

“Bagi saya, batik itu warisan budaya yang semakin hari semakin langka.

Dalam selembar kain batik, terdapat arti dari setiap ukirannya, terdapat

keindanhan dan artistiknya juga” (Wawancara Sabtu, 6 Agustus 2016)

Page 89: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

73

“Saya tidak mengejar komersilnya, tapi batik itu kan warisan budaya yang

semakin langka. Harus menjaga originalitasnya juga. Maka dari itu saya

tidak pernah merubah apapun, selalu saya buat pakem batiknya. Sama

seperti jaman dulu sampai hari ini.” (Wawancara Sabtu, 6 Agustus 2016)

“Batik itu budaya, karena batik dibuat dengan rasa, pola-pola dan ragam

hias pada batik juga merupakan luapan rasa.” (Wawancara Rabu, 10

Agustus 2016)

“Untuk meneruskan usaha ini sebetulnya karena saya punya dasar dari

culture” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

“Saat ini saya mempertahankan batik karena amanah dari orang tua dan

batik itu merupakan filosofi orang jawa dan saya ingin menjadi orang jawa

yang seutuhnya karena saya lahir disini, di tanah jawa.” (Wawancara

Rabu, 17 Agustus 2016)

Informan AP diketahui tidak hanya sendirian meneruskan usaha batik

keluarga, melainkan bersama istrinya. Diketahui dari wawancara bersama

informan, job desk istrinya yang berinisal N adalah maintaining proses produksi

batik serta attend setiap kegiatan mengenai batik dari organisasi. Dari hasil

pengamatan, informan AP memang lebih sering di rumah membuat design untuk

batik yang akan dibuat sedangkan istrinya yang berinisal N lebih sering turun ke

lapangan dan berinteraksi dengan para pegawai serta organisasi Sekar jagad. Jika

dipresentasekan, AP menuturkan maka kegiatan yang dilakukan mengenai usaha

batik ini informan AP sebanyak 40% dan istrinya 60%. Hal tersebut disebabkan

karena informan AP sadar akan kebutuhan hidupnya tidak dapat tertutup hanya

dengan usaha batik selengkapnya akan dibahas pada proses pemilihan karier.

Beralih pada temuan dari informan I yang didapatkan oleh peneliti mengenai

pemahaman dirinya. Bakat yang dimiliki informan I diketahui adalah

berwirausha. Seperti yang dikatakan oleh informan I bahwa:

“Wah saya tuh kayanya ya bisanya dagang gini wirausaha, saya pernah

bikin tas kecil-kecil itu mbak terus dijualin dititipin ke tante saya di bali.

Laku banget itu lumayan, terus saya pernah bikin baju-baju gitu disablon

mbak sampe sekarang” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

Page 90: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

74

Minat yang dimilikinya juga nampak seiring dengan bakat yang dimiliki, sejak

SMA, informan I memang serius untuk meneruskan sekolah ke perguruan tinggi

dengan jurusan akuntansi. Dari percakapannya berikut:

“Saya dulu sekolah di Jogja kan SMA, terus ya milih sendiri pengen

nerusin sekola Akuntansi. Karena ya tertarik aja gitu, kalau selesai kuliah

juga bisa kepake kan” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

Sedangkan nilai-nilai yang banyak menjadi landasan dalam hidupnya adalah

nilai ekonomi. Terlihat dari percakapannya yang mengatakan bahwa saat ini

mengelola batik adalah bukan karena hobi atau hal apapun lainnya melainkan

untuk mendapatkan uang. Selain itu, informan I juga mengatakan bahwa sumber

penghasilannya adalah dari usaha batik dan memprioritaskan untuk menjual

barang-barang. Selain itu juga informan I mengungkapkan bahwa meskipun

usahanya memang terbuka bagi siapapun yang ingin melihat produksinya, namun

sampai saat ini, belum dapat memfasilitasi keinginan pendatang untuk mencoba

membuat batik, karena informan I menjelaskan bahwa dengan memberikan waktu

bagi pengunjung untuk mencoba batik, maka target pembuatan batik bagi

pegawainya akan berkurang yang kemungkinan dapat menimbulkan

keterlambatan pesanan batik.

“Ini itu bukan hobi atau kesukaan sih ya buat dapetin uang mbak”

(Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

“Sekarang ya nerusin ini tuh ya karena dapet uangnya dari sini, usaha aja

pokonya yang penting bisa jual, jual , jual gitu ada barang yang keluar”

(Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

“Tapi ya belum bisa memfasilitasi buat yang ingin mencoba membatik,

soalnya kan repot, yang kerja nanti jadi terganggu kan kerjanya. Misalnya

saya dapet pesenan berapa gitu, malah telat to produksinya harusnya

Page 91: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

75

sesuai entar malah jadi mundur waktunya” ( Wawancara Jumat 12 Agustus

2016)

Pemaparan diatas menunjukan pemahaman diri yang dimiliki informan.

Ketiganya memiliki pemahaman diri yang berbeda atas dirinya.

2) Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Dalam memahami lingkungan dan dunia kerja, informan memiliki berbagai

macam pengalaman yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, akan diungkap

beberapa sub aspek mengenai pemahaman lingkungan dan dunia kerja, yaitu

persyaratan penerimaan kerja, sifat suatu lapangan, situasi pekerjaan, masa depan

pekerjaan, organisasinya, gaya hidup, sosial ekonomi keluarga, lingkungan hidup,

relasi dan kesempatan kerja.

Persyaratan penerimaan kerja menjadi seorang pengusaha batik menurut

informan AP adalah memiliki pemahaman terhadap budaya dan paham mengenai

filosofi dari selembar kain batik sehingga bisa memproduksi sebuah kain batik

yang lebih bermakna. Seperti yang dalam pernyataannya berisi sebagai berikut:

“Membuat kain batik itu perlu keahlian dan harus memilki arti. Batik itu

dibuat dengan menggunakan perasaan, kalau dilihat, batik tulis itu seakan

hidup dan bercerita. Coba lihat batik printing, sekilas itu kalau dilihat

bagus dan rapi, tapi kalau diperhatikan batik itu pasti mati. Ga ada feel nya

di kain batik itu.” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Sedangkan mengenai pemahaman sifat suatu lapangan, AP menjelaskan

bahwa dia memahami lingkungan usaha batik sudah sejak kecil dengan cara

melihat dan mengobservasi. Seperti pada pernyataannya berikut ini:

“Saya paham ini karena otodidak. Karena saya sering melihat. Pada

dasarnya saya suka sekali mengamati jadi saya memang pengamat dari

kecil.” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Page 92: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

76

Cukup mirip dengan sebelumnya, AP kemudian mengemukakan

pemahamannya mengenai situasi pekerjaan sebagai pelaku usaha batik.

Pemahamannya dengan situasi kerja juga dikemukakan sebagai berikut:

“Saya melihat sebuah proses di dalam usaha batik ini. Akhirnya saya

membuat teori saya sendiri dari apa yang saya lihat di sekitar saya”

(Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Dari segi masa depan pekerjaan, informan AP mengatakan bahwa batik saat

ini merupakan hal yang tidak biasa. Batik merupakan sebuah kerajinan yang

memiliki nilai keindahan dan history. Namun, AP menyadari bahwa masa depan

batik tulis tidak bisa diandalkan untuk sumber financial keluarganya, terutama

batik yang dibuatnya yang merupakan batik tulis halus. Terpampang dalam hasil

wawancara berikut ini:

“Belum, ga ada bayangan. Karena begini, saya sudah nyaman dengan

pekerjaan saya dan itu saya anggap sebagai sesuatu yang menjanjikan.

Dulu itu batik kelasnya industry sampai sekarang kelasnya kerajinan. Itu

kan menyurut drastic. Saya pikir, prospek ekonomi batik semakin hari

semakin tidak menjanjikan apalagi saat bom Bali satu, hancur batik itu.

Smeuanya itu susah untuk kembali normal, kaya sakit jantung, gak akan

balik normal. Sama kaya batik juga, gak akan bisa balik normal”

(Wawancara Rabu, 17 Agustus 2016)

Mengenai organisasi dalam usaha yang dijalani, subjek memahami bahwa

subek akan mengikuti beberapa organisasi perkumpulan seperti GKBI dan juga

Sekar Jagad yang merupakan organisasi yang sebelumnya diikuti oleh orang

tuanya sebagai generasi ketiga. Pernyataannya yang mendukung hasil tersebut

adalah sebagai berikut:

“Pembatik itu diwadahi dalam Gabungan Koperasi Batik Indonesia yang

membawahi 5 koperasi. Tapi sekarang adanya Koperasi Batik Senopati.

Usaha batik ini juga dari dulu terdaftar disana dan sering ambil kain juga

kok kesana” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Page 93: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

77

Soal gaya hidup yang mungkin akan dijalani, informan AP menyadari bahwa

kehidupannya tidak akan tersokong dengan baik jika hanya dengan mengandalkan

produksi batik tulis. Seperti yang disampaikannya berikut ini:

“Saya anggap pekerjaan saya itu sebagai sesuatu yang lebih menjanjikan.

Dulu batik itu memang dimulai di kelas industri, tapi saat ini hanya

sebatas kerajinan saja. Sehingga saya selalu bertanya-tanya tentang

prospek batik ini bisa sampai sejauh mana” (Wawancara 17 Agustus 2016)

Mengenai sosial ekonomi keluarga, informan AP menuturkan bahwa secara

finansial memang pernah kacau disebabkan omset batik yang turun saat insiden

bom bali. Sedangkan secara sosial, diungkapkan hubungannya selalu baik dengan

relasi-relasi yang memang sudah dibangun. Dalam pernyataannya menyebutkan

sebagai berikut:

“Saat bom Bali, hubungan kita dengan luar negeri itu jadi jelek. Tapi

bapak tetap bersikeras tidak akan PHK perkerjanya, ini yang membuat

finance keluarga jadi kacau.” (Wawancara 17 Agustus 2016)\

Pemahaman informan AP mengenai lingkungan hidup dan dampaknya sudah

diketahuinya sejak kecil. Bahan pewarna dari alam yang digunakan untuk

memproduksi batik memang tidak menjadi kekhawatiran bagi AP untuk

meneruskan usaha batik keluarga dan tidak khawatir terhadap complain dari

masyarakat.

“Ini kulit kayu untuk membuat warna coklat batik, masih ada warna-warna

lainnya lagi. Nah ada tempat khusus pembuangan limbahnya dibelakang.

Semuanya aman karena tidka mengandung bahan kimia, karena warna

alam” (Wawancara Rabu, 17 Agustus 2016)

Mengenai relasi, informan AP juga paham tentang relasi yang harus terjalin saat

meneruskan usaha batik keluarga. Seperti pernyataanya sebagai berikut:

Page 94: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

78

“Sampai sekarang masih ambil kain mori di koperasi, kalau lilin sebagian

di koperasi sebgaian di koperasi sebagian saya beli diluar.” (Wawancara

Rabu, 10 Agustus 2016)

“Saya punya catatannya yang sudah ada sejak dulu, jadi tinggal say abaca

saja dan pesan di tempat yang sama, jadi tinggal diterusin aja”

(Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Yang terakhir adalah mengenai kesempatan kerja yang didapatkan untuk

menjadi penerus usaha batik keluarga menurut AP, merupakan amanah dari orang

tua berdasarkan penilaian dari sang ayah. Karena menururt sang ayah, informan

AP sudah dikader dari kecil untuk meneruskan usaha batik keluarga. Seperti

pernyataannya sebagai berikut:

“Jadi karena penilaian bapak saya yang suatu hari di tahun 90-an gitu

sudah bilang akan diteruskan ke saya, karena hanya saya yang bisa. Bapak

bilang, kalau adik saya gak akan bisa nerusin. Istilahnya ya kalau kerajaan,

saya itu udah dikader jadi pangeran untuk menjadi penerus” (Wawancara,

Rabu 17 Agustus 2016)

Beralih pada informan I yang banyak mengungkapkan mengenai

pemahamannya mengenai lingkungan dan dunia kerja. Beberapa sub yang juga

diungkap yang pertama adalah mengenai persyaratan penerimaan kerja. Bagi

informan I, untuk menjadi seorang pengusaha batik, syaratnya adalah diperlukan

kemampuan untuk meneruskan usaha keluarga dan mau konsisten untuk

mengerjakannya. Seperti yang disampaikan oleh informan I sebagai berikut:

“Dulu itu batik nenek saya pernah sepi, yang lain juga malah mati gitu

mbak. Sekitar di tahun 80an di jamannya Gusdur itu, tapi yang penting

kita tatap jalanin aja pokoknya harus tetap hidup meskipun sedikit-sedikit”

(Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

Pemahaman informan I mengenai sifat lapangannya juga diketahui nya sejak

kecil, informan I menuturkan bahwa bisnis keluarganya memang dirintis dan di

kerjakan dengan sangat kekeluargaan. Begitupun perlakuan terhadap pegawainya

Page 95: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

79

yang sangat luwes dan fleksibel. Saat bisnis batik keluarga masih dipegang oleh

Nenek, informan I menuturkan bahwa sang Nenek sering mengajak pegawainya

untuk makan bersama di tempat makan. Sejak dulu juga informan I sudah sangat

paham bahwa karyawan-karyawannya merupakan tetangga dekat, sehingga masih

sangat kental unsur gorong-royong di galeri batiknya. Selain itu, setiap kali makan

siang-pun seluruh karyawan difasilitasi makan siang dengan memasak untuk

bersama-sama. Berikut merupakan penuturan dari informan I mengenai sifat

lapangan:

“Dulu eyang sering makan-makan diluar bareng sama karyawan paling ya

makan di daerah sini” (Wawancara 31 Agustus 2016)

“Kerjanya ya kalau bantuin anak-anaknya, apa saya cucunya gitu

serabutan aja. Serabutan semua. Ya yang hari ini bisa pa gitu dikerjain. Ga

ada spesifikasi apa gitu yang khusus, kan ga ada manajemennya yang bisa

dikerjain. Soalnya lebih kekeluargaan” (Wawancara Jumat, 12 Agustus

2016)

“Karyawan sini yang ikut kerja ya tetangga- tetangga sini aja mbak,

lumayan kan malah pada seneng dapet kerjaan” (Wawancara Jumat 12

Agustus 2016)

“Nanti makan siang disini, pada masak gitu mbak, yang bisa masak ya

nanati siang ya masak terus yang lainnya jaga toko entar gantian aja gitu

sama yang bisa” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

Hal tersebut juga dinyatakan oleh pegawai berinisal P yang mengatakan

bahwa bekerja di galeri batik Dirjo Sugito memang fleksibel, bahkan untuk urusan

izin kerja. Seperti yang dituturkannya sebagai beirkut:

“Enak sih mbak kalau disini, boleh izin kalau mendadak, tapi ya entar

dikabari dulu. Kalau pas lagi masuk, terus pulang, ya izin dulu juga nanti

dihitungnya setengah hari gitu” (Wawnacara Kamis, 11 Agustus 2016)

“Makan siang disini mbak, nanti ada yang masak”, terus ya makan bareng-

bareng” (Wawancara Kamis, 11 Agustus 2016)

Page 96: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

80

Untuk mengetahui situasi khususnya pada usaha batik keluarga, informan I

mengaku sudah sangat dekat dengan usaha batik keluarga sejak kecil, apalagi saat

usianya 18 tahun dan mulai menginjak masa studi di perguruan tinggi, informan I

sudah terjun dalam bisnis keuarganya.

“Saya dari umur 18 tahun sudah ngurus-ngurus malah disuruh-suruh beli

obat batik juga, soalnya kan saya sekolah di Jogja. Sejak saya kuliah saya

juga diminta nenek untuk bantu dagang” (Wawancara Jumat, 12 Agustus

2016)

Dari penuturannya mengenai pemahaman masa depan usaha batik yang

dijalani, informan I mengatakan bahwa belum mengetahui sepenuhnya. Yang dia

yakini adalah yang penting menjalaninya.

“Saya ga pernah tau batik ini akan menjadi seperti apa, karena kan

memang eyang saya juga cari uangnya dari sini, dari dagang kelontongan

juga, jadi petani juga, jual sembako, jual pupuk buat sawah, jual minyak

tanah, pokonya jual jual jual gitu. Jadi yaudah yang penting yakin dan

jalani aja” (Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

Mengenai organisasi yang diikuti selama mengurus usaha batik keluarga,

informan I mengakui bahwa tidak secara khusus mengikuti organisasi apapun.

Karena menurut penuturannya, meskipun desa tempat tinggalnya saat ini

merupakan dewasa wisata batik, namun kemunculan usaha batik miliknya lebih

dulu dariapda organisasi batik di desa tersebut. Sehingga informan I dan keluarga

memang tidak mengikuti organisasi semacamnya. Sedangkan mengenai organisasi

secara internal keluarga, memang tidak diberlakukan karena merupakan usaha

yang kekeluargaan dan sangat fleksibel, berikut merupakan penuturan dari

informan I:

Page 97: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

81

“Kita sih dari dulu gak pernah ikut-ikut ya mbak, pernah dulu ditawarin

gabung tapi ah ya kita lebih milih buat mandiri aja to. Organsiasinya juga

itu baru muncul sejak ya rame batik disini. Pas Dirjo Sugito Batik rame,

terus mereka jual batik-batik juga jadi rame deh” (Wawancara Jumat, 12

Agustus 2016)

Secara gaya hidup, informan I memahami bahwa menjadi seorang wirausaha

batik memiliki waktu yang fleksibel sehingga, menururtnya sangat menyenangkan

karena ketika bosan, informan I bisa rehat dari pekerjaan untuk sekedar berlibur.

Dalam pernyatannya menjelaskan sebagai berikut:

“Lagian enak, kalau jadi pegawai malah ga fleksibel jam kerjanya. Malah

dimarahi to kalau minta libur, kalau usaha kan bebas bisa liburannya

kapan aja” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

Lain lagi dengan sosial ekonomi keluarga, informan I mengatakan bahwa

secara social, usaha keluarganya ini memang banyak memberikan manfaat positif

diantara tetangga-tetangga, karena karyawan yang ada di galeri batiknya

merupakan tetangganya. Secara ekonomi, diawal tanggung jawabnya mengurus

usaha keluarga, informan I belum menyadari akan seperti apa income yang

didapatkan, namun selalu berusaha untuk optimal dalam menjual barang-barang

dagangan. Seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“Ya ini, tetangga semua pegawainya mbak, bahkan ada yang dari sebelum

menikah sampe sekarang akhirnya punya anak dan anaknya malah kerja

disini juga” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

“Belum tau soalnya ya dijalani aja yang penting ada pemasukan gitu”

(Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

Selanjutnya mengenai lingkungan hidup, informan I menyadari bahwa

produksi batik miliknya menghasilkan limbah kimia yang harus dibuang. Menurut

penuturannya, limbah yang dihasilkan dari produksi batiknya diberikan obat

terlebih dahulu kemudian dibuang ke sungai. Itu juga yang sudah diketahui sejak

Page 98: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

82

lama oleh infroman I, selain itu terdapat izin HO atau izin gangguan kepada warga

sekitar. Namun, dampak positif yang memang dibangun oleh usaha kelaurga

informan adalah dengan mempersilahkan kepada siapa saja instansi atau lembaga

yang memang ingin melakukan tour untuk pembuatan batik. Terlihat dari

beberapa piagam yang tampak di dinding galeri batik berupa ucapan terimakasih

dari beberapa sekolah di DIY, Jawa Tengah dan beberapa dari Jawa Timur yang

sudah mempersilahkan lembaga terkait melakukan tour produksi batik dan

sharing. Dampak positif bagi lingkungan yang ditimbulkan juga pengadaan mesin

EDC bagi ttetangganya yang juga pelaku usaha batik kini menjadi lebih gampang

karena kredibilitas galeri batiknya yang baik di pihak Bank, terlebih kini desanya

dikenal sebagai desa wisata batik setelah tetangga-tetangganya termotivasi oleh

kesuksesan galeri batik miliknya dan kemudian membuka galeri batik sendiri”

“Dibuang ke sungai, tapi kan sebelumnya udah dikasih obat gitu biar ga

bahaya ga dibuang langsung begitu aja. Ada izin HO juga, udah ga

masalah gitu kok. Itu juga ada surat izinnya saya pasang disitu.”

(Wawancara Jumat 12 Agustus 2016)

“Kita memang open kalau ada yang mau penelitian atau berkunjung dari

sekolah-sekolah dan gratis mbak gausah bayar. Tapi ya belum bisa

memfasilitasi buat yang ingin mencoba membatik, soalnya kan repot, yang

kerja nanti jadi terganggu kan kerjanya. Misalnya saya dapet pesenan

berapa gitu, malah telat to produksinya harusnya sesuai entar malah jadi

mundur waktunya” ( Wawancara Jumat 12 Agustus 2016)

“Sekarang tetangga lebih enak mbak, bisa pake mesin EDC pengajuannya

gak ribet ya setelah toko saya rame ini akhirnya kan dipercaya sama Bank”

(Wawancara Jumat, 12Agustus 2016)

Dari pengamatan peneliti, memang terdapat izin HO yang tertera di dinding

galeri dan selalu diperbaharui selama lima tahun sekali.

Page 99: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

83

Beralih mengenai sub-aspek relasi, informan I membangun relasi yang baik

dengan pemasok kain, malam dan juga warna-warna yang digunakan untuk

memproduksi batik sejak masih dikelola oleh neneknya. Selain itu juga informan I

paham mengenai perkembangan pemasaran batik yang harus dilakukan dengan

memenuhi izin HO agar instansi-instansi dapat memesan batik ke tempatnya.

Diketahui, menurut informan I, jika sebuah instansi akan mengeluarkan anggaran

pembuatan seragam, harus kepada galeri yang berizin. Seperti yang diaktakannya

sebagai berikut:

“Izin HO juga jadi syarat kalau dari instansi atau pegawai negeri mau beli

seragam, kan harus beli ke toko yang berizin mbak” (Wawancara Jumat,

12 Agustus 2016)

“Kalau dulu order cat apa malam gitu tapi ya ga delivery kaya sekarang

ini, dulu ya ambil-ambil gitu. Kain itu ambilnya dari Solo, tapi sekarang

juga udah ada yang bagus ko, di pabrik Medari situ sih” (Wawancara

Jumat, 12 Agustus 2016)

Kesempatan kerja yang dimiliki informan I dapat dikatakan cukup terbuka

lebar. Seperti penuturannya, informan I merupakan cucu pertama, dan sudah

dikader sejak umur 18 tahun untuk terjun dalam bisnis usaha batik milik keluarga.

Penuturannya sebagai berikut:

“Jadi kan saya ini cucu pertama yang paling besar, terus ya disuruh bantui

juga sama tante-tante saya saya ibu juga. Tapi kan lama kelamana tante itu

ounya kesibukan sendiri karena ada suaminya kan. Jadi ya udha dijalani

aja ini saya kelola gitu tapi tetep bisnis usaha keluarga” (Wawancara

Jumat, 12 Agustus 2016)

3) Proses Pembuatan Keputusan

Pada aspek yang ketiga yaitu proses pembuatan keputusan, terdapat beberapa

sub-aspek yaitu mengumpulkan informasi, memahami diri, melakukan pilihan

Page 100: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

84

pekerjaan sementara, merencanakan career path dan terakhir adalah berusaha

menambah knowledge mengenai karier yang digeluti. Yang pertama kali akan

diungkap adalah hasil penelitian dari informan AP kemudian dilanjutkan dengan

informan I.

Pada sub-aspek yang pertama yaitu mengumpulkan informasi, informan AP

menyebutkan bahwa AP lebih banyak mengamati kegiatan produksi batik di

rumahnya sejak kecil. AP menuturkan bahwa sejak kecil dari mulai bangun tidur

hingga memasuki waktu tidur AP sangat dekat dengan batik. AP melihat

bagaimana kakek dan orang tuanya bekerja dan memproduksi batik dan melihat

bagaimana cara memandang selembar kain batik. AP mengaku tidak secara

langsung bertanya mengenai batik, melainkan sebatas menjadi pengamat. Untuk

mendapatkan informasi lebih banyak, AP lebih banyak mendapatkannya dari

orang lain. Pada penuturanya, AP menyampaikan sebagai berikut:

“Jadi sebetulnya kan saya ini suka mengamati, saya itu pengamat dari

kecil. Saya melihat proses di rumah dalam memproduksi batik”

(Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

“Saya dapet informasi yang secara langsung itu ya dari banyak orang.

Malah ga banyak dari keluarga, kalaau dari keluarga itu saya sebatas

mengamati” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

“Saya lihat, batik itu dulu ya garment, orang-orang banyak pake batik.

Tapi saya pikir 20-40 tahun kemudian mungkin akan beda. Ya saat ini

buktinya, batik jadi sesuatu hal yang tidak biasa” (Wawancara Rabu, 10

Agustus 2016)

Pada sub-aspek pemahaman diri, sebelumnya sudah dijelaskan pada aspek

yang pertama, sehingga pada sub-aspek tidak dibahas lebih jauh lagi. Beralih pada

sub-aspek yang ketiga yaitu melakukan pilihan pekerjaan sementara. Informan AP

Page 101: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

85

menuturkan, bahwa menjadi seorang pengusaha batik bukanlah menjadi mata

pencaharian yang utama. Sehingga, informan AP memutuskan untuk memiliki

pekerjaan yang lain yang menurut penuturannya lebih menjanjikan. Penuturannya

adalah sebagai berikut:

“Saat ini saya bekerja sebagai seorang konsultan di United Nation

Development Program dan juga pengurus POSI DIY. Kalau saya gak

ambil kerjaan lain hanya dari batik saja dengan keadaan pemasaran batik

yang seperti ini, wah saya gak yakin bisa hidup dari itu saja” (Wawancara

Rabu, 10 Agustus 2016)

“Diluar sana orang mikir 40 ribu udah dapet batik, ya batik printing itu gak

peduli bener apa engga batiknya. Segmen pasarnya akhirnya menyempit.

Batik saya gak ada yang harganya segitu, paling engga 800 ribu sampai 3

juta. Jadi yak arena itu, saya ga mampu kalau harus bergantung pada batik

saja, saya lebih yakin terhadap karier saya karena lebih menjanjikan”

(Wawancara Rabu, 17 Agustus 2016)

Selanjutnya, untuk sub-aspek merencanakan career path yaitu mengenai

rencana langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam memasuki pekerjaan yang

dipilihnya termasuk dengan studi lanjutannya. Informan AP mengungkapkan

bahwa menjadi seorang pengusaha batik memang sudah direncanakannya sejak

dulu karena merupakan amanah dari orang tuanya. Selain itu, bagi AP

meneruskan usaha batik merupakan sebuah cara untuk melestarikan budaya jawa

yang harus dipertahankan. Namun, AP memiliki career path lain yaitu berkarier

di bidang yang digelutinya sebagai seorang konsultan di UNDP. Saat masa

sekolah dan menentukan studi lanjutan perguruan tinggi, AP memilih program

studi Arkeologi sebagai ekspresi minat belajarnya yang menyukai traveling.

Baginya, menjadi seorang Arkeolog dapat memenuhi kegemarannya traveling.

Kegemarannya menyelam juga membuahkan hasil yang membuatnya kemudian

mendapatkan kesempatan untuk sekolah Federal Emergency Management Agency

Page 102: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

86

di USA yang kemudian mendorongnya menjadi seorang konsultan di UNDP. Dari

keseluruhan pekerjaan yang dimilikinya saat ini, AP merasa sangat menikmati

pekerjaannya sebagai seorang konsultan Berikut merupakan cuplikan hasil

wawacara bersama informan AP mengenai hal terkait:

“Sejak kecil saya sadar kalau saya hanya diam di rumah, saya pasti

disuruh-suruh ya ngurus batik juga. Makanya saya lebih suka ada di luar,

saya cari pengalaman baru di luar, biar pengetahuan saya ga hanya sebatas

batik saja. Saya banyak bersosialisasi di luar agar pengetahuan saya tidak

hanya sebatas pagar rumah saja” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

“Saya lulusan Gajah Mada fakultas Sastra jurusan Purbakala. Jadi saya ini

seorang arkeolog. Ya karena saya suka jalan-jalan. Pekerjaan Arkeolog

kan gitu, jalan-jalan terus meneliti sebuah bangunan atau prasasti dan

tinggalan-tinggalan lainnya. Jadi ya saya dulu sekolah ini biar bisa jalan-

jalan juga kan enak, kalau batik ya dulu mikirnya gimana ya. Lebih

menjanjikan kalau berkarier lain gitu rasanya.” (Wawancara Rabu, 10

Agustus 2016)

Pada sub-aspek yang terakhir yaitu berusaha menambah knowledge tentang

karier yang digeluti. Pada penyataan yang diberikan oleh informan, diketahui

bahwa diawal informan menggeluti usaha batik tidak dikhususkan belajar

mengenai batik kepada orang tua bahkan kakeknya, informan lebih banyak belajar

secara otodidak dengan melihat serta mengamati prosesnya. Namun, saat ini saat

sudah benar-benar tidak ada yang meneruskan usaha batik kecuali informan dan

istrinya, informan banyak menambah wawasan batik dengan mengikuti pertemuan

yang biasa dilaksanakan satu bulan sekali bersama sebuah organisasi pecinta batik

bernama Sekar Jagad, selain itu juga informan banyak membaca referensi

mengenai batik melalui buku-buku yang dimiliki ayah informan semasa hidupnya.

Berikut merupakan cuplikan hasil wawancara dengan informan:

Page 103: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

87

“Saya itu ga belajar khusus ke batik. Jadi saya sebetulnya tau batik itu ya

otodidak, saya sering melihat. Jadi sebetulya saya itu pengamat dari kecil”

(Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

“Ini buku saya dapatkan dari penulisnya langsung, ketuanya Sekar Jagad. Di

dalem sini juga ada batiknya bapak, dijadikan contoh batik-batik yang pakem dan

memang batik asli Jogja. Saya juga banyak kenal motif batik dari sini”

(Wawancara Rabu, 17 Agustus 2016)

Berlaih pada informan kedua, yaitu informan I mengungkapkan mengenai

aspek proses pengambilan keputusan. Pada sub-aspek yang pertama yaitu

mengenai pengumpulan informasi mengenai karier, informan I mengatakan

bahwa dia mendapatkan informasi mengenai karier yang akan digelutinya dengan

terjun langsung pada pekerjaan keluarganya sebagai pengusaha batik di umurnya

yang mulai menginjak 18 tahun hingga kuliah. Hal tersebut diakui oleh informan I

merupakan permintaan langsung dari sang nenek yang menginginkan cucu

pertamanya ikut terjun dalam usaha keluarga. Informan I mengakui bahwa

setelah menjadi pengurus dari usaha batik keluarga secara official, informan tidak

pernah membaca buku-buku tentang batik. Karena baginya, yang maish membaca

buku mengenai batik adalah pemula, sedangkan untuk teori dan praktek membuat

batik, informan I mengakui sudah dapat melakukannya. Berikut merupakan

penuturannya:

“Jadi saya memang diminta langsung oleh nenek saya untuk bantu-bantu

waktu umur 18 tahun itu, ya saya belajar secara langsung sejak saat itu”

(Wawancara Jumat 12 Agustus 2016)

Beralih pada sub-aspek memahami diri sendiri, sudah diungkapkan pada aspek

yang pertama kali sudah diungkapkan oleh peneliti. Beranjak pada sub-aspek

yang ketiga yaitu melakukan pilihan pekerjaan sementara, informan I

Page 104: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

88

mengungkapkan bahwa belum pernah mencoba bekerja di tempat lain, karena

sejak lulus kuliah benar-benar concern untuk membantu usaha keluarga.

“Wah, engga, saya dari kuliah udah bantu. Dari umur 18 malah sudah

ngurus-ngurus, malah disuruh beli obat, batik juga” (Wawancara Jumat, 12

Agustus 2016)

“Nenek itu dulu bilang ya daripada kerja di orang mending nerusin usaha

keluarga aja gausah pusing cari kerja” (Wawancara Jumat, 12 Agustus

2016)

Sedangkan penuturannya mengenai perencanaan career path yang akan

dijalaninya, diungkapkan bahwa dalam melakukan langkah-langkah yang

dijalaninya untuk menempuh karier yang dipilih sama sekali belum diketahui dan

terpikirkan sebelumnya. Informan I mengaku tidak memiliki program apapun,

sebatas menjalani usaha keluarganya saja saat memutuskan untuk mengurus usaha

tersebut dan menambah beberapa pengrajin agar dapat terpenuhi stok yang banyak

untuk kemudian dijual. Informan I juga belum memiliki gambaran mengenai cita-

cita galeri batiknya karena masih milik keluarga besar. Informan I juga

mengungkapkan bahwa belum akan memperbesar bisnis dengan memiliki cabang,

dikarenakan produksi yang manual. Berikut merupakan penuturannya:

“Sejak saya diminta untuk meneuruskan usaha ini, bahkan jauh sebelum

itu, dari awal saya bantu-bantu juga saya gak punya bayangan buat usaha

ini kedepannya. Karena memang gak ada program apapun. Ya dijalani

saja, eh ternyata makin rame, saya ya nambah-nambah pengrajin aja biar

bisa ngelembur sampe stok banyak gini” (Wawancara Jumat, 12 Agustus

2016)

“Wah saya ga ada cita-cita buat usaha ini, soalnya usaha punya keluarga

besar, jadi saya gaboleh ambil langkah sendiri” (Wawancara Jumat, 12

Agustus 2016)

“Saya belum ada ide buka cabang karena masih manual produksinya jadi

ga begitu banyak hasilnya” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

Page 105: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

89

Sub-aspek yang terakhir adalah berusaha menambah knowledge tentang karier

yang digeluti, pada pernyataan informan I, diungkapkan bahwa informan I tidak

membaca buku-buku pengetahuan mengenai batik karena baginya, yang membaca

buku mengenai pengetahuan batik adalah seorang pemula. Namun untuk motif,

memang banyak dipelajari dengan belajar dari motif kain batik lain dengan cara

diadopsi dan dikombnasikan. Selain itu, informan juga mempelajari cara transaksi

lain yang bisa dilakukan untuk membeli batik di galerinya dengan mengusahakan

mesin EDC. Penuturanya sebagai berikut:

“Duh saya malah gapenrah baca-baca buku kaya gitu, soalnya kan tiap hari

udah saya kerjakan, kalau baca-baca kaya gitu mah itu pemula gitu,

soalnya saya kan udah tau prosesnya. Ya paling kalau motif baru saya baru

ulik gitu” (Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

“Ada lagi motif-motif yang baru gitu, saya baisanya beli kain baru yang

motifnya emang belum ada di toko, terus nanti saya tanya ke pegawai saya

bisa ngerjain apa engga, paling nanti ya dicoba begitu” (Wawancara Jumat

12 Agustus 2016)

“Saya dulu benar-benar mengusahakan mesin EDC ini mbak, dulu susah

saya perjuanginnya ke BCA, awalnya saya harus bayar punya mesin EDC

ini, dulu ya ga dipercaya masa di desa punya mesin EDC, tapi sekarang

kan enak jadi udah dipercaya gitu” (Wawancara Jumat 12 Agustus 2016)

Dari aspek proses pengambilan keputusan yang ditelti, memang terdapat

kemiripan yaitu karena usaha keluarga yang dijalani memang dibutuhkan

regenerasi, dan mayoritas pengamilan keputusan memang diambil karena alasan

keluarga.

4) Model-model Pola Hidup

Pada model pola hidup, lebih diungkapkan mengenai bagaimana pola interkasi

orang tua kepada anak. Pola Interaksi orang tua kepada AP, tergolong

Page 106: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

90

memberikan perlindungan berlebihan, hanya memberi sedikit kebebasan pribadi

kepada AP namun tetap memenuhi kebutuhan anak. Seperti yang dungkapkan

oleh AP bahwa dia termamsuk sangat di-protect oleh orang tuanya. Bahkan untuk

sekedar berenang, dilarang oleh orang tuanya. Selain itu juga AP mengungkapkan

bahwa pernah mengalami stress tinggi yang menyebabkan sering mencuri waktu

untuk melakukan hal-hal yang disukainya. AP juga mengungkapkan bahwa

bapaknya sangat perhatian terhadap pendidikan dan pergaulannya. Bahkan untuk

urusan pendidikan, AP menuturkan ibunya sering menungguinya saat belajar yang

menyebabkan AP tertekan. Berikut merupakan penuturannya:

“Saya waktu kecil termasuk sangat di-protect. Saya bahkan dulu gak

dibolehin berenang, tapi saya curi-curi waktu buat berenang di sungai.

Saya pernah dibelii sepeda tanpa saya minta, terus saya pake buay

sepedaan sampe parangtritis waktu SD” (Wawancara Rabu, 10 Agustus

2016)

“Saya waktu kecil pernah punya stress tinggi. Gara-gara disuruh belajar

ditungguin juga itu kalau saya belajar, malah tambah stress kan saya.

Makanya ya saya suka nakal curi0-curi waktu. Saya gamau ada dirumah

terus, karena saya yakin tiap hari itu ada yang baru tapi bukan dirumah,

dan banyak yang bisa dipelajari” (Wawancara Rabu 10 Agustus 2016)

“Kalau secara kebutuhan ya sangat terpenuhi, meskipun saya keluar sampe

jam berapa, sepedahan kemana, tetep kalau baru sampai rumah yang

ditanya sudah makan atau belum, dan sepeda saya juga gak minta, ya ada

aja begitu” (Wawancara Rabu, 10 Agustus 2016)

Sedangkan informan I mengungkapkan bahwa, interaksi orang tua kepada

anak tergolong memberikan perhatian yang hangat pada anak dan membantu

membuat renacana masa depan serta mendorong anak agar menjadi mandiri.

Penuturannya mengungkapkan bahwa mengarahkan agar kenal dan mau

meneruskan keluarga dengan disuruh untuk membantu pekerjaan di galeri barik.

Selain itu juga sejak SMA, informan I memang sudah tinggal sendiri di kosan saat

Page 107: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

91

menempuh sekolah di Yogyakarta, sehingga menurut informan I hal tersebut

menjadi bekal yang membangunnya menjadi mandiri. Seperti yang diungkapkan

oleh informan I sebagai berikut:

“Dulu ya diarahin buat bantu-bantu di toko terus ya lulus kuliah mau cari

kerja malah suruh disini aja ngelanjutin kan, sampe akhirnya jadi mata

pencaharian” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

“Orang tua ya ngebebasin aja saya mau usaha apa yang penting usaha

sendiri. Dulu juga saya eprnah nyablon, tapi lagi libur karena tukangnya

meninggl itu loh” (Wawancara Jumat, 12 Agustus 2016)

“Ya jaman dulu dari SMA itu saya ngekos udah punyauang saku juga, beli

makan sendiri gitu. Ya belajar mandiri” (Wawancara Rabu, 31 Agustus

2016)

“Orang tua saya sih setuju-setuju aja. Paling nanya ke sekolah gitu terus

ngurus biayanya” (Wawancara Rabu, 31 Agustus 2016)

Dari keterangan kedua informan memang terdapat perbedaan interaksi orang

tua terhadap anak.

5) Model-model Karier

Pada model-model karier diungkap siapa orang yang menginspirasi informan

dalam berkarier. Informan AP mengatakan bahwa dalam berkarier banyak

terilhami dari eyangnya. Dalam penuturannya, AP mengatakan bahwa kakeknya

tidak pernah menyombongkan diri akan karya atau hasil kerjanya. Kakeknya juga

lebih menyukai bekerja dibalik layar sama seperti informan AP saat ini. Relasi

yang dimiliki sang kakek juga banyak diketahui dengan banyaknya teman yang

sering berkunjung ke rumah. Berikut merupakan penuturannya:

“Yang saya tauladani dari eyang saya itu dia adalah orang jawa dan

bertindak sebagai orang jawa. Dan eyang saya itu kalau mengerjakan

sesuatu tidak pernah menyombongkan diri dengan mengatakan banyak

karya atau hasil kerjanya. Maka dari itu saya jadi lebih suka bertindak

dibalik layar dalam beberapa hal penting. Eyang saya itu gak sombong,

Page 108: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

92

banyak sebenarnya sistem di Jogjakarta ini yang memiliki campur tangan

eyang, tapi beliau tidak pernah sombong. Itu yang paling saya tauladani”

(Wawancara Rabu, 17 Agustus 2016)

Berlaih pada informan I yang mengungkapkan mengenai modelnya dalam

berkarier. Informan I sebelumnya mengungkapkan bahwa menjalani usaha ini

dengan sangat kekeluargaan dan santai. Keputusannya menjadi seorang wirausaha

juga dikarenakan jam kerja yang memang fleksibel. Begitu juga dengan model

karier nya yang banyak terinspirasi dari sang ayah. Pada penuturannya, sang ayah

menginspirasinya bahwa kaya hati adalah yang terpenting dibanding dengan kaya

harta. Kaya sahabat dan keluarga juga lebih berarti daripada harta. Sehingga usaha

keluarga yang dijalaninya memang sangat kekeluargaan. Bagianya, jika hanya

mengejar harta maka selamanya tidak akan puas. Sedangkan kebahagiaan mutlak

adanya, sehingga menururtnya jika hanya mengumpulkan harta tanpa bisa

menikmatinya hanya akan muncul kesedihan belaka. Seperti apda penuturannya

sebagai berikut:

“Bapak saya pernah bilang, orang kaya itu gausah kaya harta, tapi kaya

hati itu yang terpenting, kaya saudara, kaya sahabat, itu harta sesunggunya

yang melebihi uang menurut saya. Kalau orang kaya uang itu ga pernah

puas, ya bapak saya ga terlalu matrealistis sih mbak. Yang penting itu

hidup bahagia dimanapun, malah sakit to kalau ngumpul-ngumpulin harta

tapi gak sempet nikmatin. Kan malah sedih” (Wawancara Rabu, 31

Agustus 2016)

Penuturan dari keduanya sama-sama model karier yang muncul adalah dari

keluarga generasi sebelumnya.

Dari hasil penelitian yang diasajikan oleh peneliti, jika dituangkan kedalam

tabel sesuai dengan aspek yang diungkap antara kedua informan adalah sebagai

berikut:

Page 109: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

93

Tabel 7. Aspek Pemahaman Diri

Nama

Inisial

Sub-Aspek Pemahaman Diri

Bakat Minat Nila-nilai

AP

Seorang pemikir atau

konseptor

Traveling, budaya

Jawa dan menyelam Nilai Budaya

I

Berwirausaha Bidang Ekonomi Nilai Ekonomi

Tabel 8. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Nama

Inisial

Sub-Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Persyaratan penerimaan kerja Sifat suatu lapangan

AP

Memiliki pemahaman terhadap

budaya and paham mengenai

filosofi dari selembar kain batik

sehingga dapat memproduksi

kain batik dengan lebih

bermakna

Mengetahui sifat lapangan

dengan cara melihat dan

mengobservasi sejak kecil.

Setiap kain dibuat dengan

ketelatenan dan detail yang baik

karena diutamakan keindahan

dari sebuah kain, sehingga

pekerjaannya membutuhkan

ketelitian tingkat tinggi.

I

Memiliki kemampuan untuk

meneruskan usaha keluarga

secara kekeluargaan dan mau

konsisten untuk

mengerjakannya

Mengetahui sifat suatu lapangan

dari mengamati sejak kecil.

Informan menuturkan sifat

lapangan pada usaha keluarganya

sangat fleksibel dan luwes.

Tabel 9. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Nama

Inisial

Sub-Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Situasi pekerjaan Masa depan pekerjaan

AP

Mengetahui situasi secara

langsung dengan mengamati

dan mengobservasi kegiatan

produksi di rumah.

Batik bukanlah hal yang biasa

karena merupakan kerajinan

yang memiliki nilai keindahan

dan history. Namun sadar akan

masa depan batik yang

diproduksinya tidak dapat

diandalkan sebagai sumber

penghasilan keluarganya,

Page 110: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

94

terutama batik yang dibuatnya

merupakan batik tulis halus yang

harga jualnya mahal dan

pemasarannya menyempit.

I

Mengetahui situasi pekerjaan

sejak kecil dan mulai

berkecimpung secara angsung

sejak usia 18 tahun. Situasi

pekerjaan di usaha batik

keluarganya diketahui sangat

santai dan kekeluargaan

Belum mengetahui sama sekali

mengenai masa depan dari usaha

batik keluarganya, yang

diketahuinya sat itu hanyalah

harus tetap menjalaninya.

Tabel 10. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Nama

Inisial

Sub-Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Organisasi Gaya hidup

AP

Mengetahui berbagai macam

organisasi dari mengamati dan

juga paham bahwa secara

otomatis akan mengikuti

beberapa organisasi yang

sebelumnya diikuti oleh

generasi sebelumnya, yaitu

organisasi Sekar Jagad dan

GKBI

Informan menyadari jika hanya

mengandalakan usaha batik tulis

miliknya, gaya hidupnya tidak

akan terpenuhi dan tersokong

dengan baik.

I

Informan mengakui tidak

mengetahui dan mengikuti

organisasi yang menaungi

pelaku usaha batik. Karena

menururtnya, meskipun desa

tempat tinggalnya adalah desa

wisata batik, namun

kemunculan usaha batik

miliknya lebih dulu daripada

organisasi di desa batik

tersebut.

Gaya hidup yang akan

dijalaninya saat mengurus usaha

batik keluarga sudah

dibayangkanya sejak lama.

Baginya, menjadi seorang

wirausaha berarti memiliki waktu

yang fleksibel sehingga sangat

menyenangkan. Karena ketika

informan merasa bosan dengan

pekerjaannya, informan bisa

mengambil waktu liburan

kapanpun dikehendakinya.

Tabel 11. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Nama Sub-Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Page 111: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

95

Inisial Sosial ekonomi keluarga Lingkungan hidup

AP

Secara financial, usaha yang

dijalani keluarganya kacau

disebabkan omset batik yang

turun. Namun secara sosial,

hubungannya selalu baik

dengan relasi-relasi yang

memang sudah dibangun

sebelumnya

Dampak lingkungan hidup sudah

diketahuinya sejak kecil. Batik

tulis produksinya memakai

warna alam yang tidak

menimbulkan limbah berbahaya

sehingga tidak ada kekhawatiran

dalam memproduksi batik

ataupun complain dari

masyarakat mengenai limbah.

I

Informan menyadari bahwa

secara sosial, usaha keluarganya

memang akan memberikan

banyak dampak positif terhadap

warga sekaitar karena banyak

pegawai yang direkrut dari

tetenagganya juga memiliki

image baik diantara warga

desanya. Sedangkan secara

ekonomi keluarga, informan

sama sekali tidak dapat

memperkirakaan berapa

keuntungan yang akan

didapatkan dengan meneruskan

usaha batik, namun informan

selalu berusaha optimal dalam

menjual abrang dagangan.

Sejak dulu, informan mengetahui

bahwa produksi batik miliknya

menghasilan limbah kima.

Namun menurut penuturannya,

limbah yang dihasilkan dari hasil

produksi kemudian beri obat agar

tidak berbahaya bagi lingkungan.

Selanjutnya juga selalu mengurus

izin gangguan kepada warga

sekitar yang selalu diperbaharui

setiap lima tahun sekali.

Selain itu juga informan bahkan

saat pengurus generasi

sebelumnya mengizinkan

kegiatan instansi ataupun

lembaga-lembaga yang memang

ingin melakukan tour di galeri

batik miliknya.

Tabel 12. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Nama

Inisial

Sub-Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Relasi Kesempatan Kerja

AP

Page 112: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

96

Informan sangat paham

menganai relasi yang terjalin,

sehinga tidak kebingungan saat

harus meneruskan usaha batik

keluarga. relasi yang dipahami

terutama dalam mengambil

berbagai bahan mentah untuk

pembuatan batik.

Bagi informan, kesempatan kerja

untuk meneruskan usaha batik

kelaurga tidak sulit karena

langsung diamanatkan oleh

generasi sebelumnya, menururt

AP amanah itu muncul

berdasarkan penilaian

terhadapnya dan diakuinya

bahwa informan memang sudah

dikader sejak kecil untuk

meneruskan usaha batik

keluarga.

I

Relasi usaha batik miliknya

dengan para pemasok barang

mentah untuk memproduksi

kain sudah diketahuinya sejak

membantu mengurus usaha

batik keluarga di umur 18

tahun. Hingga saat ini, menurut

penuturannya masih terjalin

dengan baik antara dia dan

relasi pemasok barang mentah

tersebut. Selain itu, informan

juga membangun koneksi

dengan instansi-instansi dan

lembaga-lembaga sebagai

upaya pemasaran batik

miliknya.

Kesempatan untuk meneruskan

usaha batik keluarga

diketahuinya memang sangat

terbuka, karena informan

merupakan cucu pertama dan

sudah dikader sejak kecil oleh

nenek dan ibunya. Selain itu, di

umur 18 tahun juga sudah terjun

langsung pada usaha batik milik

keluarganya.

Pada aspek proses pembuatan keputusan, terdapat sub-aspek memahami diri,

karena aspek tersebut sudah diulas sebelumnya, maka tidak akan diulas untuk

kedua kalinya guna efektivitas penulisan dan hasil penelitian ini. Berikut

merupakan hasil penelitian dari proses pembuatan keputusan:

Tabel 13. Aspek Proses Pembuatan Keputusan

Nama

Inisial

Sub-Aspek Proses Pembuatan Keputusan

Mengumpulkan Informasi Melakukan Pilihan Pekerjaan

Page 113: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

97

Sementara

AP

Infomasi mengenai

pekerjaannya sebaga penerus

usaha batik keluarga

diketahuinya dengan banyak

mengamati kegiatan produksi

batik di rumahnya sejak kecil.

AP banyak menjadi seorang

pengamat dan banyak bertanya

pada orang-orang

AP melakukan pepilihan

pekerjaan sementara menjadi

seorang konsultan yang

kemudian malah menjadikannya

sebagai pekerjaan utama yang

lebih menjanjikan secara

financial.

I

Infroman mendapatkan

informasi dengan terjun

langsung pada pekerjaan

keluarganya sebagai pengusaha

batik di umurnya yang

menginjak 18 tahun. Namun

diakui oleh informan, bahwa

tidka pernah membaca buku-

buku mengenai batik karena

menururtnya hal tersebut

hanyalah dilakukan oleh

pemula. Sedangkan dia sudah

mengetahui bagaiaman teori

dan praktek pembuatan batik.

Informan mengungkapkan bahwa

belum pernah mencoba untuk

bekerja di tempat lain, karena

sejak lulus kuliah benar-benar

konsentrasi untuk membantu

usaha keluarga dan diminta

secara langsung untuk mengurus

usaha tesebut. Adapun hal yang

dilakukan sebelum secara official

meneruskan usaha keluarga yaitu

membuat kreasi dompet dari kain

tradisional untuk kemudian

dijual, itupun menururt

penuturannya silakukan

bersamaan dengan meneruskan

usaha batik keluarganya.

Tabel 14. Aspek Proses Pembuatan Keputusan

Nama

Inisial

Sub-Aspek Proses Pembuatan Keputusan

Merencanakan Career Path Berusaha Menambah Knowledge

mengenai karier

AP

Meneruskan usaha batik

keluarga memang sudah

menjadi rencananya sejak dulu

karena merupakan amanah yang

sudah diberikan. Sedangkan

untuk karier yang

diutamakannya sebagai

konsultan juga sudah

Informan diketahui selalu meng-

update pengetahuan batuk dari

bartanya kepada orang-orang dan

juga membaca buku yang

diterbitkan oleh salah satu

pemrakarsa organisasi Sekar

Jagad mengenai berbagi motif

batik nusantara. Informasi baru

Page 114: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

98

dirancangny sejak dahulu. AP

memutuskan untuk mengambil

sekolah lanjutan dan kemudian

lebih concern pada bidang

yang digelutinya sambil

meneruskan usaha keluarganya

agar tidak mati termakan zaman

dan tetap bisa melestarikan

batik sebagai warisan budaya

Jawa.

yang didapatkan juga informan

gali melalui pertemuan bulanan

organisasi Sekar Jagad yang

banyak mendiskusikan mengenai

batik.

I

Dalam melakukan langkah-

langkah yang dijalaninya untuk

menempuh karier yang dipilih

sama sekali belum diketahui

dan tidak direncanakan bahkan

terpikirkan sebelumnya.

Informan I juga mengaku, saat

menjalani usaha keluarga tidak

memiliki program atau cita-cita

apapun untuk galeri batik

miliknya, sebatas menjalani

usaha keluarga saja. Namun ada

upaya untuk menambah

pengrajin demi memenuhi

pesanan batik.

Informan tidak secara khusus

membaca berbagai pengetahuan

tentang batik. Namun, informan

selalu meng-update

pengetahuannya mengenai motif.

Informan I banyak belajar motif

dari kain-kain batik yang baru

ditemukannya untuk kemudian

diadaptasi dan dikombinasikan

dengan motif-motif batik

miliknya. Sehingga, menurut

penuturannya, ragam motif yang

ada di galeri batiknya akan

banyak dan unik. Selain itu,

informan I banyak belajar

mengenai cara transaksi yang

bisa dilakukan untuk membeli

batik di galerinya menggunakan

mesin EDC.

Tabel 15. Aspek Model-Model Pola Hidup

Nama

Inisial Sub-Aspek Model-Model Pola Hidup

AP

Pola interaski orang tua kepada AP sesuai dengan penuturan

informan tergolong memberikan perlindungan berlebihan, hanya

memberi sedikit kebebasan pada AP namun juga tetap memenuhi

kebutuhan AP. Menurutnya, dia sangat di-protect oleh orang

tuanya. Bahkan saat belajar, orang tuanya sering menungguinya

sampai selesai.

I

Interaksi orang tua yang dirasakan oleh informan I sejak kecil

Page 115: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

99

diungkapkan sangat memberikan perhatian yang hangat, juga

memberikan masukan-masukan untuk masa depannya terutama

memberikan pengertian dalam meneruskan usaha batik keluarga.

Sejak SMA, informan I sudah diajari untuk menjadi seseorang yang

mandiri dengan memberikan izin sekolah di Jogja dan menjadi anak

kos

Tabel 16. Aspek Model-Model Karier

Nama

Inisial Sub-Aspek Model-Model Karier

AP

Informan AP banyak menceritakan bahwa kakeknya sangat dia

tauladani. Dalam penuturannya, AP mengatakan kakeknya tidak

pernah menyombongkan diri akan karya atau ahsil kerjanya.

Kakeknya memang lebih sering bekerja di balik layar namun tetap

memiliki relasi yang banyak.

I

Informan I mengungkapkan bahwa sang ayah banyak

mengilhaminya dalam bekerja. Teruatama bekerja secara santai dan

tidak terlalu ambisius akan uang, namun yang terpenting adalah

kebahagiaan dan bisa menikmati hasil kerja. Informan I melihat

ayahnya bersahaja dan sangat fleksibel.

B. Pembahasan

1. Aspek Pemahaman Diri

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada kedua informan, AP dan I,

minat dan bakatnya sangat mempengaruhi pekerjaan yang saat ini dipilih dan

dijalaninya. Nilai-nilai yang ada dalam hidupnya juga menjadi latar belakang

pengambilan pilihan kariernya saat ini.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Zunker (2012: 10) hal-hal yang

mempengaruhi pilihan karier adalah nilai-nilai, minat, bakat, kemampuan dan

work-life experience. Selain itu, menurut Zunker (2012: 10) “Career choice is

Page 116: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

100

also clouded by the search all of us experiences for self-identify and meaning in a

world society that is drawing closer together”. Diungkapkan bahwa terbentuknya

pilihan karier adalah dari pengalaman mencari identitas dan arti kehidupan.

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Herr & Cramer (1984;92-97), bahwa

beberapa hal yang mempengaruhi untuk dapat menentukan pilihan karier

diantaranya adalah bakat dan nilai-nilai. Bakat yang dimiliki individu memiliki

hubungan antara kemampuan seseorang dan keahlian dalam memilih sebuah

pekerjaan. Herr & Cramer (1984; 92-97) juga menyebutkan bahwa nilai yang

dimliki individu memiliki keterkaitan dengan pilihan kariernya adalah cause-

effect.

2. Aspek Pemahaman Lingkungan dan Dunia Kerja

Hasil wawancara bersama kedua informan menunjukan hasil yang mirip

bahwa pemahaman kedua informan mengenai lingkungan dunia kerja tentang

usaha batik keluarganya banyak didapatkan dari pengalaman masa kecil di

lingkungan keluarga.

Seiring dengan hasil penelitian tersebut, Hendro (2011; 61-63) menjelaskan

bahwa lingkungan dan keluarga menjadi salah satu pendorong menjadi seorang

wirausaha. Keluarga menjadi agen primer dalam memberikan pendidikan

terhadap anak tidak terkecuali pendidikan berwirausaha.

Keadaan lingkungan usaha batik yang diperkenalkan oleh orang tua,

membuat anak tertarik dalam keadaan lingkungan tersebut. Pendapat Holand

(dalam Dewa Ketut Sukardi, 1987: 78) memperkuat bahwa lingkungan usaha

atau enterprising juga turut berperan dalam pembentukan kepribadian individu.

Page 117: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

101

Holland menyebutkan (dalam Mohamad Thayeb Manrihu, 1988: 59) bahwa pada

lingkungan dapat menarik tipe kepribadian yang sama . Keadaan lingkungan

tersebut memiliki pengaruh terhadap pemilihan karier individu.

3. Aspek Proses Pembuatan Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian, informasi yang didapatkan oleh kedua informan

mengenai usaha keluarga sudah didapatkan sejak kecil. Selain itu, keluarga juga

menjadi faktor dalam mengambil keputusan dalam membuat pilihan karier untuk

meneruskan usaha batik keluarga. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan

oleh Hendro (2011: 61) mengenai pengaruh menjadi wirausaha adalah muncul

dari faktor individual/ personal yang berbentuk dorongan dari dalam diri yang

merupakan hasil dari pengaruh pengalaman hidup dari kecil hingga dewasa baik

saat individu tersebut berada di lingkungan atau dalam keluarga. Pernyataan

tersebut juga diperkuat oleh pendapat dari Mamat Supriatna (2010: 62) bahwa

orang lain yang penting atau significant other dalam kehiudupan individu, dapat

menjadi salah satu alat untuk pengembangan dan pemilihan karier.

4. Aspek Model-Model Pola Hidup

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memberikan efek

terhadap pilihan karier anak. Pada penuturan informan AP, diungkapkan bahwa

pola interaki orang tua kepada AP sesuai dengan penuturan informan tergolong

memberikan perlindungan berlebihan, hanya memberi sedikit kebebasan pada AP

namun juga tetap memenuhi kebutuhan AP. Menurutnya, dia sangat di-protect

Page 118: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

102

oleh orang tuanya. Pekerjaan utamanaya yang paling disenangi adalah menjadi

konsultan, karena banyak bekerja lapangan.

Seiring dengan pendapat Ann Roe (dalam Thayeb Mohammad Manrihu, 1988;

69) kualitas interaksi dimana orang tua memberikan perlindungan berlebih-

lebihan (cenderung hangat) memiliki ciri-ciri orang tua terlalu baik, penuh kasih

sayang, membolehkan sedikit kebebasan pribadi dan melindungi dari yang

menyakitkan (overprotecting). Pada klasifikasi bidang pekerjaan yang sesuai

dengan kualitas interkasi orang tua pada anak, maka dungkapkan oleh Roe (dalam

Herr and Cramer, 1984: 115) jika keadaan rumah tangga tergolong melindungi

berlebihan dan anak merasa dituntut serta dibatasi, maka ada kemungkinan anak

bersikap agresif dan mencari kepuasan sehingga muncul pilihan karier yang

bersifat non person orientation (technology, outdoor dan science).

Beralih pada hasil penelitian dari informan I yang mengatakan interaksi orang

tua yang dirasakan oleh informan I sejak kecil sangat memberikan perhatian yang

hangat, juga memberikan masukan-masukan untuk masa depannya terutama

memberikan pengertian dalam meneruskan usaha batik keluarga. Sejak SMA,

informan I sudah diajari untuk menjadi seseorang yang mandiri. Pekerjaan utama

yang digelutinya saat ini merupakan usaha batik turun temurun kelaurganya.

Berkaitan dengan yang dikatakan oleh Ann Roe (dalam Thayeb Mohammad

Manrihu, 1988; 69) bahwa orang tua yang memiliki kualitas interaksi loving

acceptance memiliki ciri-ciri memberikan perhatian hangat dan penuh kasih

sayang, membantu dengan rancangan-rancangan, menggunakan penalaran bukan

dengan hukuman serta mendorong anak agar mandiri. Pada klasifikasi bidang

Page 119: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

103

karier yang dikemukakan oleh Ann Roe (dalam Herr and Cramer, 1984: 115)

disebutkan rumah tangga yang memiliki sifat mengasihi dan melindungi dan

memiliki sifat menuntut maka akan memunculkan person orientation (service,

business contact, organizations, general culture dan art and entertainments).

5. Aspek Model-Model Karier

Dari pemaparan kedua informan, terdapat kesamaan dalam model-model

karier, yaitu karena banyak mencontoh dari generasi sebelumnya. Sejalan dengan

pendapat dari Gauntlett (2008, 4-5) yang menyebutkan bahwa jenis pola model

karier the ‘wholesome’ role model merupakan role model yang muncul dari

generasi sebelumnya, yaitu generasi yang lebih tua yang memberikan contoh

kepada anak-anaknya.

Hasil penelitian yang diungkapkan juga memiliki keterkaitan dengan pendapat

menurut Herr & Cramer, 1984: 92-97) yang menyebutkan bahwa significant oters

merupakan salah satu hal yang memiliki keterkaitan antara sifat dan pilihan karier.

Disebutkan bahwa orang dewasa, guru dan orang tua memiliki peran dalam

memilih rencana karier bahkan pilihan karier individu.

Page 120: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai alih generasi pilihan

karier melalui studi genogram karier, maka dapat disimpulkan bahwa pilihan

karier meneruskan usaha batik keluarga bagi kedua subjek berinisial AP dan I

dimulai dari pengaruh di dalam keluarga. Penanaman nilai, pemahaman bakat dan

minat sejak kecil dapat mempengaruhi pilihan karier kedua subjek. Kedekatan

subjek AP dan I dengan anggota keluarga atau orang lain yang penting dalam

kehidupan subjek (significat other) turut mempengaruhi arah pilihan karier

subjek.

Pengenalan lingkungan yang selalu terjadi setiap hari sejak subjek AP dan I

kecil memberikan pemahaman mengenai lingkungan kerja pada usaha turun-

temurun keluarganya.

Kaderisasi menjadi penerus usaha batik keluarga juga sudah dilakukan oleh

keluarga masing-masing subjek sejak subjek masih kecil. Pola asuh orang tua

yang diasakan subjek AP dan I juga mempengaruhi arah pilhan karier subjek

setelah dewasa. Alur alih generasi usaha batik keluarganya berawal dari generasi

kakek dan nenek, kemudian beralih pada generasi orang tuanya dan generasi

kedua subjek saat ini.

Model karier yang dijadikan contoh oleh subjek AP dan I merupakan sosok

yang muncul dari generasi sebelumnya, yaitu generasi yang lebih tua yang

memberikan contoh kepada anak-anaknya.

Page 121: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

105

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

1. Bagi Subjek Penelitian

Kedua subjek penelitian diharapkan dapat membuat design pendidikan yang

efektif untuk melakukan kaderisasi terhadap generasi penerus usaha batik

keluarga. Serta dalam perjalannya, dapat menyesuaikan cara yang dipakai dalam

mengkaderisasi dengan perubahan zaman.

2. Bagi Pengusaha Batik Baru

Disarankan bagi para pengusahan batik yang baru berkecimpung dalam dunia

usaha batik tidak perlu khawatir dalam melakukan usaha batik dan mencoba untuk

melakukan kaderisasi terhadap generasi penerus sebagai cara untuk melestarikan

usaha batik menjadi usaha yang turun-temurun. Cara, metode dan cerita para

pengusaha batik turun-temurun yang sukses melakukan kaderisasi pada generasi

penerusnya atau melakukan regenerasi dapat dijadikan contoh melakukan

regenerasi sebagai upaya melestarikan usaha batik keluarga.

Page 122: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

106

DAFTAR PUSTAKA

Abatermarco, Diane J. Kairys, Steven. Gubernick, Ruth, S. and Hurley, Tammy.

(2012). Using Genograms to Understand Pediatric Practices’ Readiness for

Change t Prevent Abuse and Neglect. Journal of Child Health Care. 16 (2).

Hlm 153-165.

Badan Pembinaan Hukum Nasional. (1995). Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 1995: Tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan

Membudayakan Kewirausahaan. Diakses dari www.bphn.go.id. pada tanggal

28 April 2016, pukul 22.54 WIB.

Badan Pusat Statistik Indonesia (2015). Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2015.

Diakses dari www.bps.go.id pada tanggal 14 Januari 2016, pukul 00.32 WIB.

Bernanda Rurit. (2009). UNESCO Putuskan Batik Tulis Indonesia sebagai Pusaka

Dunia. Diakses dari

https://m.tempo.co/read/news/2009/08/05/058190930/unesco-putuskan-batik-

tulis-indonesia-sebagai-pusaka-dunia. Diakses pada tanggal 5 Januari 2016,

pukul 15.03 WIB. Biernacki, Patrick & Waldrof, Dan. (1981). Sociological Methods & Research.

(Vol.2 No.2). Hlm 141-163.

Bogdan, Robert C and Biklen, Sari Knopp. (1982). Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods. United States of America:

Allyn and Bacon Inc

Brown. Duane and Brooks, Linda. (1991). Career Counseling Techniques. United

States of America: Allyn and Bacon.

Dewa Ketut Sukardi. (1987). Bimbingan Karir: Di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Fizer, Daren (2013). Factors Affecting Career Choices of College Students Enrolled

in Agriculture. Research Paper. The University of Tennessee, Martin.

Gauntlett, David. (2008.) Media, Gender and Identity. Oxon: Routledge.

Hen. (2015). Cerita Sukses Pengusaha Papua Berbisnis Batik Unik. Diakses dari

http://finance.detik.com/peluang-usaha/d-2848733/cerita-sukses-pengusaha-

papua-berbisnis-batik-unik. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016, pukul

22.50 WIB.

Page 123: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

107

Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan: Panduan Bagi Mahasiswa Untuk

Mengenal, Memahami dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Herr, Edwin L and Cramer, Stanley H. (1979). Career Guidance and Counseling

Through the Life Span: Systematic Approaches. Canada: Little, Brown

Company.

Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi. (2010).Civic Education: Antara Realitas Politik

dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

Pengalaman. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE –Yogyakarta.

Kaygin, Erdogan and Gulluce, Ali Caglar. (2013). The Relationship Between Career

Choice and Individual Values: A Case Study of A Turkish University.

International Journal of Humanitites and Social Science. (Vol. 3 No. 3). Hlm.

119-134.

Leunardus Saiman. (2014). Kewirausahaan: Teori, Praktik dan Kasus-kasus. Edisi

2. Jakarta: Salemba Empat.

Maman. (2013). Kisah Sukses Edi Baredi Jalankan Bisnis Batik Tradisional

Cirebon. Diakses http://bandung.bisnis.com/read/20131030/17/451998/kiat-

sukses-edi-baredi-jalankan-bisnis-batik-tradisional-cirebon. pada 17 Oktober

2016, pukul 23.40 WIB.

Mamat Supriatna. (2010). Layanan Bimbingan Karier di Sekolah. Bandung: Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Mamat Supriatna dan Ilfiandra. (2006). Workshop Bimbingan dan Konseling

Politeknik Kesehatan. Pedoman Workshop. Tasikmalaya, Jawa Barat.

Magnuson, Sandy and Shaw, Holly E. (2003). Adaptations of the Multifaceted

Genogram in Counseling, Training and Supervision. The Family Journal:

Counseling and Therapy for Couples and Families. (Vol. 11 No. 1). Hlm. 45-

53.

Mohammad Thayeb Manrihu. (1988). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir.

Jakarta: Depdikbud-Dikti.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Page 124: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

108

Osipow, Samuel H. (1983). Theories of Career Development. Third Edition. United

States of America: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.

Rambat Lupiyoadi. (2007). Entrepreneurship: From Mindset to Startegy. Edisi 2.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Redaksi. (2016). Indri Sukses Kembangkan Bisnis Batik Milik Orang Tua. Diakses

dari http://www.mybusiness.id/indri-sukses-kembangkan-bisnis-batik-milik-

orang-tua/. Diakses pada 17 Oktober 2016 pukul 22.23 WIB.

Shesar Andriawan. (2014). Dagang Batik, Gadis 19 Tahun Ini Hasilkan Rp 3,5

Miliar. Diakses dari http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/161573-dagang-

batik-gadis-19-tahun-ini-hasilkan-rp-35-miliar.html. pada 17 Oktober 2016

pukul 22.15 WIB.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2006). Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Usaha Keluarga.

W Mukharomah. (2008). Sikap Pengusaha dalam Alih Generasi Wirausaha di Kota

Surakarta. Jurnal Manajeman dan Bisnis. (Vol. 12 No. 2). Hlm. 103-108.

Wiji Nurhayat. (2016). Kakak Adik Ini Raup Omzet Ratusan Juta Dari Bisnis Batik

Adifta. Diakses dari http://news.indotrading.com/kakak-adik-ini-raup-omzet-

ratusan-juta-dari-bisnis-batik-adifta/. Diakses pada 17 Oktober 2016, pukul

22.30 WIB.

Yuyus Suryana dan Kartib Bayu. (2013). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik

Wirausahawan Sukses. Edisi 2. Jakarta: Kencana.

Yin, Robert. (2014). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Zunker, Vernon G. (2012). Career Counseling: A Holistic Approach. Eight Edition.

United States of America: Brooks/Cole.

Page 125: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

109

Lampiran 1. Catatan Pra-Observasi

A. Kampung Batik Ngasem

Kampung batik ngasem dipilih oleh peneliti untuk dilakukan observasi karena

dari hasil awal pencarian informasi melalu internet dan beberapa situs travel yang

merekomendasikan tempat tersebut sebagai tempat mencari batik yang dikenal

murah dan beragam modelnya, serta dari sejarah yang diketahui secara singkat,

bahwa kawasan kampung batik ngasem merupakan tempat tinggal pembatik

kraton pada sekitar tahun 1970-an.

Setelah melakukan observasi, ternyata wajah kampung batik ngasem yang

lebih tepatnya berada di sepanjang jalan Rotoyudan sudah sangat berbeda dengan

puluhan tahun silam. Menurut seorang sumber, bapak Eko yang berusia 39 tahun

(bukan sebenarnya), dahulu kampung tersebut dipenuhi dengan banyak

perusahaan batik yang memproduksi batik tulis. Namun saat ini, perusahaan batik

yang masih bertahan hanya ada satu, yaitu perusahaan Batik Luwes. Sedangkan

toko-toko di sepanjang jalan Kampung Batik tersebut saat ini hanya sebatas

menjual batik yang dikirim dari pemasok barang, bahkan beberapanya ada yang

dikirim dari kota Solo. Batik yang didagangkan-pun tidak lagi dimayoritaskan

dengan batik asli atau batik tulis. Melainkan batik printing dan juga cap. Dari

hasil wawancara singkat dengan beberapa pemilik toko, hal tersebut dikarenakan

perbandingan harga antara batik tulis dan cap atau printing yang cukup signifikan.

Sehingga penjual lebih memilih menjual batik printing yang lebih murah dan

banyak peminatnya.

Page 126: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

110

1. Perusahaan Batik Luwes

Hari/Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016

Hasil :Kenyataan yang sudah dipaparkan tadi membawa peneliti untuk

lebih mengenal perusahaan Batik Luwes yang merupakan satu-satunya

perusahaan yang masih bertahan memproduksi batik tulis.

Batik Luwes sudah berdiri sejak tahun 1980-an, diawali dengan memproduksi

batik tulis seperti kebanyakaan perusahaan lainnya, namun pada saat ini juga

memproduksi batik cap dan kombinasi. Dari wawancara singkat yang dilakukan

dengan karyawan perusahaan batik tersebut, diketahui bahwa saat ini pengelola

perusahaan Batik Luwes adalah anak dari pendiri perusahaan batik tersebut.

Melihat kenyataan di lapangan, maka Perusahaan Batik Luwes tidak memenuhi

kriteria untuk dilakukan penelitian karena pengurus perusahaan bukan dari

generasi ketiga melainkan generasi kedua.

B. Kampung Batik Tirtodipuran

Tidak banyak sebelumnya informasi yang didapat secara umum tentang

Kampung Batik Tirtodipuran sebelum peneliti darang ke lokasi tersebut. Namun,

alasan peneliti mendatangi kampung tersebut karena saat beberapa kali melewati

jalan Tirtodipuran, peneliti menemukan beberapa perusahaan batik di sepanjang

jalannya. Dari analisa sederhana peneliti tentang letak geografis jalan Tirtodipuran

yang ada di sisi selatan kota Yogyakarta yang tidak jauh dari kawasan Kraton

Yogyakarta, ada kemungkinan kawasan tersebut juga merupakan tempat pembatik

kraton.

Page 127: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

111

Terdapat tiga perusahaan batik yang menjadi perhatian peneliti, yaitu

perusahan Batik Raradjonggrang, Batik Plentong dan Batik Winotosastro. Dari

pemilik Batik Plentong, peneliti mengetahui beberapa informasi mengenai sejarah

singkat Kampung Batik Tirtodipuran. Beberapa puluh tahun silam, awalnya

sepanjang jalan Prawirotaman II dan jalan Tirtodipuran merupakan kawasan

produsen batik tulis yang terkenal di Yogyakarta. Namun seiring berjalannya

waktu, batik tulis mengalami penurut minat beli dari konsumen karena maraknya

batik cap dan batik printing yang harganya jauh lebih ekonomis. Juragan batik

(sebutan untuk perusahaan batik yang besar) di daerah Prawirotaman II banyak

yang mengalami kerugian dan kemudian gulung tikar. Kemudian mereka beralih

profesi menjadi pengusaha hotel.

Sedangkan Juragan Batik yang ada di kawasan Tirtodipuran masih bertahan

hingga saat ini, namun hanya ada beberapa yang masih memproduksi batik tulis

secara berkala. Beberapa diantaranya yaitu ketiga batik yang sudah disebutkan

tadi, perusahaan Batik Raradjongrang, Batik Plentong dan Batik Winotosastro.

Ketiganya memiliki beberapa persamaan, bangunannya yang bergaya jaman dulu

dan bangunan galeri yang cukup besar daripada galeri batik yang lain. Hal itulah

yang juga menjadi alasan peneliti untuk melakukan pendekatan dengan ketiga

perusahaan tersebut. Karena ada kemungkinan, perusahaan tersebut merupakan

Juragan Batik di jamannya dan sudah cukup lama berdiri.

1. Batik Raradjongrang

Hari/Tanggal : Minggu, 21 Februari 2016

Page 128: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

112

Hasil : Saat memasuki galeri batik, peneliti hanya menemukan karyawan

saja. Dari informasi yang didapat, perusahaan Batik Raradjongrang merupakan

perusahaan milik keluarga secara turun termurun. Hingga saat ini, masih

memproduksi batik tulis yang kemudian dipasarkan dalam bentuk kain atau dalam

bentuk baju. Namun sayang, pengurus perusahaan Batik Raradjongrang masih

pada generasi kedua, karena dari informasi yang didapat, generasi ketiga dari

pemilik perusahaan tersebut lebih memilih memiliki profesi lain daripada

meneruskan usaha batik.

2. Batik Winotosastro

Hari/ Tanggal : Kamis, 25 Februari 2016

Hasil : Peneliti berkesempatan bertemu dengan penerus perusahaan

tersebut, beliau merupakan generasi kedua dari keluarga Winotosastro. Sejak

berdirinya perusahaan, mekanisme kerja dan regulasi yang baku untuk operasional

sudah dibangun dengan sistematis. Sehingga, penerus perusahaan bisa

menjalankan sesuai dengan standar operasional yang sudah diciptakan sejak lama.

Keluarga Winotosastro memiliki banyak cabang usaha, beberapanya berupa hotel

dan juga café. Hotel Winotosastro dibangun pada masa kejayaan batik tulis sudah

mulai tergeser dengan keberadaan batik printing yang lebih ekonomis, sedangan

bidang usaha café, merupakan inisiatif bisnis yang muncul dari generasi ketiga

keluarga Winotosastro. Beberapa hal tersebutlah yang melatarnbelakangi alasan

sulitnya kaderisasi penerus usaha batik keluarga. Sehingga sampai saat ini,

perusahaan Batik Winotosastro masih pada penerus generasi kedua.

Page 129: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

113

3. Batik Plentong

Hari/ Tanggal : Jumat, 26 Februari 2016

Hasil : Dari wawancara yang dilakukan bersama pemilik perusahan Batik

Plentong, diketahui bahwa saat ini pengurus Batik Plentong tersebut merupakan

generasi kedua keluarga. Saat ini masih melakukan proses kaderisasi agar dapat

meneruskannya kepada generasi ketiga. Namun dari wawancara yang

berlangsung, kedua penerus Batik Plentong merasa keberatan untuk

diwanwancarai lebih lanjut mengenai usaha keluarga tersebut. Karena hal itulah

peneliti memutuskan untuk tidak melakukan observasi di tempat tersebut.

C. Kampung Batik Giriloyo

Batik Giriloyo terdapat di kawasan Imogiri Timur sekitar 14 kilometer dari

Kota Yogyakarta. Informasi umum secara awal didapatkan via internet dari

beberapa situs travel di Yogyakarta menunjukkan bahwa kawasan tersebut juga

merupakan tempat para pembatik kerajaan sejak abad ke-17 dan kerap dikunjungi

wisatawan domestik maupun mancanegara untuk belajar membatik dan berbelanja

kain batik. Mengantongi sedikit informasi tersebut, peneliti kemudian melakukan

wawancara dengan salah satu warga. Menurut Ibu Titi, pemilik Kelompok Batik

Bima Sakti, terdapat 15 kelompok pembatik di Kampung Batik Giriloyo dan yang

tertua adalah keompok batik yang dimilikinya. Masyarakat kampong Giriloyo

sejak dahulu memang melestarikan produksi batik tulis, namun batik yang

diproduksinya bukanlah batik tulis yang sudah jadi atau sudah dilakukan

pewarnaan melainkan batik setengah jadi yang masih sebatas pola. Kemudian

Page 130: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

114

batik setengah jadi tersebut akan dikirim ke kota Yogyakarta untuk dilakukan

pengisian warna. Kegiatan tersebut terus berlangsung sampai tahun 2006. Gempa

bumi Yogyakarta tahun 2006 menjadi musibah yang berat bagi masyarakat

Giriloyo yang mayoritas pembatik. Infrastruktur desa yang banyak mengalami

kerusakan juga rumah mereka yang rusak membuat mereka harus mendapatkan

penghasil lebih banyak demi memperbaiki kerusakan tersebut.

Di tahun 2007 terdapat pelatihan dari Pemerintah untuk memulai usaha batik.

Masyarakat banyak belajar mengenai pewarnaan batik menggunakan bahan

pewarna kimia maupun warna alam. Masyarakat juga dilatih bagaimana

memproduksi batik menjadi barang jadi siap pakai berupa kemeja, rok, kebaya dll.

Sehingga mulai tahun tersebut masyarakat Kampung Giriloyo mulai membuat

galeri batik milik pribadi untuk memperjual-belikan batik yang diproduksinya.

Tidak hanya memproduksi batik menjadi barang jadi, namun Kampung Batik

Giriloyo juga berkembang membuat pelatihan pembuatan batik untuk turis-turis

domestic maupun mancanegara. Beberapa kelompok batik membanderol biaya

pelatihan membuat batik sebesar Rp 25.000 – Rp 30.000, harga tersebut sudah

termasuk fasilitas kain ukuran 40cm x 40cm beserta warna dan canting untuk

peserta yang bisa dibawa pulang.

Namun jika dianalisa, kegiatan turun temurun di desa tersebut adalah kegiatan

membatik masyaraktnya, sednagkan usaha batik yang dilakukan oleh masyarakat

di Desa tersebut bukanlah murni karena pengaruh turun-temurun dari generasi ke

generasi, melainkan ada campur tangan dari pemerintah yang melakukan

pelatihan di Desa Giriloyo.

Page 131: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

115

Untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi, peneliti tetap mencoba

melakukan pendekatan khusus. Diantara 15 Kelompok batik, peneliti melakukan

pendekatan khusus yaitu kepada kelompok batik yang tertua di Desa Giriloyo

yaitu Kelompok Batik Bima Sakti dan kepada usaha batik yang menurut beberapa

warga merupakan usaha batik pribadi yang paling maju di Desa Giriloyo tersebut.

1. Kelompok Batik Bima Sakti

Hari/Tanggal : Selasa, 1 Maret 2016

Hasil : Kelompok Batik Bima Sakti sampai saat ini masih dikelola oleh

generasi pertamanya yaitu Eyang Hartanti yang juga dibantu anaknya bernama

Ibu Titi. Dari pengakuan Ibu Titi, peneliti mendapatkan informasi bahwa Ibu Titi

yang merupakan generasi kedua tidak banyak meneruskan usaha keluarga

memproduksi batik, karena lebih memilih wirausah bidang lain. Namun, Ibu Titi

tetap memiliki kemampuan membatik sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.

Begitupun dengan Ayu, cucu terbesar dari Eyang Hartanti yang merupakan anak

pertama dari Ibu Titi. Ayu lebih memilih meneruskan kuliah terlebih dahulu

darpiada meneruskan usaha batik, namun kemampuan membatik yang dimiliki

Ayu, sudah dikuasainya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah pertama. Dari

wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan turun-temurun keluarga tersebut

adalah menjadi seorang pembatik, bukan pada bidang usaha batik.

Page 132: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

116

2. Batik Sungsang

Hari/tanggal : 1 Maret 2016

Hasil : Tidak jauh dengan review sebelumnya, usaha Batik Sungsang

juga dimulai sejak tahun 2007. Beruntung, saat ini Batik Sungsang sudah

memiliki beberpa langganan di wilayah Kota Yogyakarta bahlan hingga

Mancanegara. Informasi yang didapat oleh peneliti dari mbak Dewi yang

merupakan penerus usaha batik Sungsang setelah Ibunya, terdapat konsumen asal

negara Jepang yang tiga bulan sekali selalu meminta kiriman batik tulis dengan

warna alam untuk di ekspor ke Jepang. Namun karena usaha batik yang dilakukan

juga masih pada generasi kedua, maka peneliti tidak bisa menjadikannya tempat

observasi.

D. Kampung Batik Pajangan, Bantul

Keputusan peneliti untuk mencoba melakukan observasi di daerah Pajangan,

Bantul adalah rekomendasi dari salah satu karyawan Radio Geronimo FM di

bagian teknisi bernama Andri. Tidak banyak informasi yang didapatkan, hanya

saja dari keterangan awal, kawasan tersebut memang mayoritas memproduksi dan

menjual batik. Peneliti juga mendapatkan key informan yaitu bapak Heru yang

merupakan ketua salah satu bidang di Universitas Negeri Yogyakarta. Dari

informasi yang diberikan pak Heru, Desa Pajangan, pantul memang merupakan

kawasan pembatik sejak lama. Beberpaa diantaranya merupakan pembatik Kraton

Yogyakarta yang kemudian pindah ke Desa Pajangan untuk meneruskan kegiatan

membatik dan kemudian mencoba untuk memproduksi sendiri. Ada juga Ibu

Page 133: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

117

Topo, yang merupakan pemilik batik Topo memberikan informasi bahwa alasan

lain yang menyebutkan bahwa produksi batik berpindah ke kawasan Pajangan,

Bantul adalah karena di wilayah Kota Yogyakarta harus bebas limbah bahan

kimia dari hasil pewarnaan batik. Sedangkan informasi dari key informan,

menuntun peneliti untuk melakukan pendekatan pada salah satu perusahaan batik

tertua yang ada di Desa tersebut yaitu Batik Dirjo Sugito. Menurut informasi dari

key informan, Batik Dirjo Sugito saat ini sudah dikelola oleh generasi ketiga

keluarga tersebut. Kegiatan kaderisasi yang dilakukan oleh generasi pertamanya

sudah dilakukan sejak lama. Key informan juga menunjukkan secara detail

dimana letak galeri dan rumah pengelola Batik Dirjo Sugito tersebut. Juga banyak

bercerita mengenai sejarah keluarga Dirjo Sugito yang sudah menjadi Juragan

Batik di Desa Pajangan, Bantul sejak lama. Menurut cerita key informan, batik

Dirjo Sugito adalah produsen bati terbesar sejak lama, meskipun orang kaya dan

terpandang, namun seluruh anggota keluarganya sangat ramah terhadap

masyarakat sekitar.

Mengantongi informasi tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan

pendekatan lanjutan terhadap Batik Dirjo Sugito. Sedangkan perusahaan batik lain

yang juga direkomendasikan adalah Batik Topo.

1. Batik Topo

Hari/Tanggal : 5 Maret 2016

Hasil : Batik Topo sudah berdiri sejak tahun 80-an, dimulai karena

pemilik batik tersebut, Pak Topo merupakan pembatik kraton di Kota Yogyakarta

Page 134: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

118

yang kemudian memulai usaha di Bantul karena alasan limbah pewarna kimia

yang harus berkurang di Kota Yogyakarta. Sampai saat ini usaha Batik Topo

masih menerima pesanan batik dari Kraton Yogyakarta. Saat peneliti pergi ke

lokasi, pembatik di Batik Topo sedang melakukan proses pembuatan 3000 kain

batik yang merupakan pesanan dari Kraton Yogyakarta. Sampai saat ini, usaha

Batik Topo masih dikelola oleh Ibu dan Bapak Topo yang juga founder dari usaha

tersebut. Sedangkan anak dari keduanya saat ini masih sekedar membantu, karena

memiliki pekerjaan di bidang lain.

2. Batik Dirjo Sugito

Hari/Tanggal : 7 & 9 Maret 2016

Hasil : Diawali dari informasi yang didapat peneliti dari dosen

pembimbing skripsi yang memberitahukan bahwa salah satu ketua bidang di

LPPMP Universitas Negeri Yogyakarta yaitu bapak Heru, berdomisili di daerah

Bantul, tepatnya di desa Pajangan. Diketahui bahwa desa tersebut aktif

memproduksi batik tulis sejak puluhan tahun silam. Pak Heru kemudian menjadi

key informan peneliti guna menggali informasi lebih banyak tentang Batik Dirjo

Sugito, yaitu salah satu produsen batik dan juga yang termasuk “Juragan” batik di

jamannya hingga sekarang. Pada puluhan tahun silam Batik Dirjo Sugito dikelola

oleh pendiri sekaligus pemiliknya yaitu bu Dirjo. Memiliki modal yang cukup

banyak untuk memproduksi bati secara berkala, Batik Dirjo Sugito sukses

bertahan di tengah persaingan dengan batik printing yang jauh lebih ekonomis

hingga saat ini. Dari keseluruhan anak Bu Dirjo, ada dua orang yang kemudian

Page 135: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

119

meneruskan usaha batik tersebut, yaitu Mirna dan Yuli. Tapi seiring berjalannya

waktu, kedua anak Bu Dirjo memiliki banyak kesibukan lain ditambah lagi

keduanya sudah berkeluarga. Kemudian, disetiap urusan produksi batik, Bu Dirjo

mengajak cucunya yang paling besar bernama Ika untuk membantunya dalam

mengurus usaha batik. Pada wawancara langsung bersama mbak Ika di galeri

Batik Dirjo Sugito, peneliti mendapatkan infromasi bahwa mbak Ika, cucu dari Bu

Dirjo merupakan generasi ketiga dan sudah sejak duduk di bangku kuliah

semester pertama membantu Bu Dirjo dalam mengelola usaha batik. Dari

keterangan yang disampaikan mbak Ika, sejak awal beliau membantu Bu Dirjo

dalam mengurus pesanan batik atau keperluan bahan produksi. Mulai dari

mengurus order pewarna, kain, bahkan membuat perhitungan biaya produksi.

Dari keterangan-keterangan tersebut, maka peneliti memutuskan akan melakukan

penelitian di tempat batik Dirjo Sugito karena sudah memenuhi kriteria yaitu

perusahaan batik yang dikelola selama tiga generasi.

E. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY

1. Divisi Sandang & Kulit

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2016

Hasil : Kedatangan peneliti mengunjungi Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY adalah untuk mengetahui pengusaha batik

yang sudah tergolong lama di DIY. Dari wawancara yang dilakukan bersama

salah satu staf di Divisi Sandang & Kulit berinisial Y, diketahui terdapat beberapa

tempat yang di rekomendasikan. Yaitu batik Sekar Kedaton di Giriloyo, kemudian

Page 136: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

120

batik Gajah Oya di jalan Panembahan Kota Yogyakarta, sedangkan untuk wilayah

Gunung Kidul, beliau merekomendasikan batik Ganis yang berada di dusun

Banteng Wareng Kecamatan Ngawen Kelurahan Tancep. Beralih ke wilayah

Kulon Progo, peneliti direkonedasikan untuk mendatangi Yoga Batik yang berada

di kelurahan Lendak dusun Mendiro. Beliau menuturkan bahwa batik di Giriloyo,

Kulon Progo dan Sleman, pada saat ini masih apda masa pengembangan. Daerah

yang sudah memiliki ciri khas batik yang kuat menurut beliau adalah Kota

Yogyakarta dan Bantul. Sedangkan Kulon Progo memang diketahui menyusul

dalam mengembangkan batik. Begitu juga dengan Sleman dan Gunung Kidul.

Selain merekomendasikan beberapa tempat usaha batik di Daerah Istimewa

Yogyakarta, staf divisi Sandang & Kulit tersebut juga menceritakan banyak hal.

Yaitu pengembangan batik tulis di DIY merupakan salah satu upaya pelestarian

yang dilakukan pemerintah daerah pada tahun 2013 melalui dana IS atau dana

Istimewa. Kegiatan tersebut digalakan dengan kegiatan promosi batik Jogja. Salah

satu rencana yang akan direalisasikan adalah Welcome Gate di 7 akses masuk

wilayah DIY yang akan dibuat bernuansa batik dan akan direalisaskian pada tahun

2018-2022. Dari keterangan beliau juga diketahui bahwa batik printing memang

tidak termasuk kategori batik, namun merupakan kain yang bermotif batik.

F. Kawasan Kraton Yogyakarta

1. Batik Gajah Oya

Hari/ Tanggal : Rabu, 30 Maret 2016

Page 137: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

121

Hasil : Informasi dari salah satu staf pada divisi Sandang Kulit di Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta

membawa peneliti untuk mencari Galeri Batik tersebut. Berbekal GPS dan

beberapa informasi tambahan dari Internet, peneliti mencari lokasi Batik Gajah

Oya. Setelah dua kali memutari jalan yang diyakini sebagai lokasi galeri Batik

Gajah Oya di sekitar Jalan Panembahan, Mangkurat yang masih termasuk

kawasan Kraton, peneliti memutuskan untuk mencari informasi lebih detail

kepada warga sekitar. Berbekal informasi dari tukang parkir salah satu swalayan

di daerah tersebut, akhirnya peneliti menemukan lokasi Batik Gajah Oya. Dari

penelusuran peneliti, Batik Gajah Oya memang tidak terlihat seperti galeri batik

kebanyakan. Lebih terlihat seperti rumah biasa dengan pagar dan cat rumah yang

didominasi warna biru. Namun, ketika amsuk ke bagian ruang tamu, peneliti

menemukan beberapa lemari dan displasy kain batik tulis. menurut Ibu Ninik,

yang merupakan menantu dari pemiliki galeri batik tersebut, saat ini batik Gajah

Oya dikelola olah generasi ke empat keluarga. Selain itu, Batik Gajah Oya sangat

konsisten dalam memproduksi jenis motif dan kain batik. Motif yang diproduksi

oleh Batik Gajah Oya adalah motif khas Yogyakarta dengan warna alam atau

banyak yang mengenal dengan istilah sogan. Selain itu, galeri Batik Gajah Oya

juga mengekspor kain batik ke Negara Jepang setiap tahunnya secara rutin.

Melihat kenyataan yang ada, Batik Gajah Oya yang saat ini sudah dikelola oleh

generasi ke empat akan dijadikan tempat penelitian oleh peneliti guna

menganalisis genogram karir keluarga penguasah batik tersebut.

Page 138: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

122

Lampiran 2. Hasil Transkrip Wawancara Subjek

Wawancara Subjek Pemilik Galeri di Kota Yogyakarta

Nama : AP

Usia : 56

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan :Pengurus POSI DIY (Persatuan Olahraga Selam

DIY), Konsultan UNDP (United Nation

Development Program)

Waktu : Pukul 13.28 WIB, Hari Sabtu, 6 Agustus 2016

Tempat :Rumah Subjek

1. Selamat siang pak, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan mengenai bapak

sebagai pelaku usaha batik. Boleh saya mulai pak?

Baik, tidak masalah. Tapi nampaknya tidak akan terlalu lama. Karena saya masih

ada urusan diluar jam 2 siang ini.

2. Tidak apa-apa pak, nanti mungkin kita bisa janjian di lain hari lagi. Hari ini saya

tanya yang lebih general dulu mungkin pak. Bagaiamana?

Ya tidak masalah. Jadi bagaimana?

3. Begini pak, dari yang pernah saya obrolkan dulu bersama mbak Ninik, batik ini

kan sudah ada sejak eyangnya bapak, apakah ada yang berubah pak dari

mekanisme pembuatan atau manajemennya?

Untuk semua bahan m ulai dari kain, warna sampai malamnya saya tidak pernah

mengubahnya mbak. Semua hitungannya masih sama. Sama sekali tidak ada yang

Page 139: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

123

diubah, karena ya ini itu idealisme-nya bapak saya. Beliau tidak akan membuat

perubahan terhadap model-modelnya yang sudah pakem. \

4. Apa yang membuat bapak juga mengikuti jejak orang tua dalam pembuatan batik

yang masih menggunakan pakem dari orang tua bapak?

Jadi begini, batik itu bagi saya merupakan warisan budaya yang semakin hari

semakin langka. Batik itu mbak saat ini bergeser hanya memiliki nilai artistic saja

tanpa memiliki arti. Padahal, seharusnya dalam selembaar kain batik itu

mengandung sebuah arti dan memiliki nilai artistic, nilai keindahan.

5. Nampaknya, bapak memiliki arti yang mendalam tentang batik ya pak. Apakah

selama memiliki usaha batik ini, bapak juga belajar mengenai sejarah asal mula

usaha ini pak?

Wah saya memang banyak mencari tahu dulu mbak. Dulu kan disini itu cagar

budaya mbak waktu jaman eyang saya. Eyang saya dulu itu tinggalnya di

Gamelan I situ mbak. Dan dari dulu memang selalu membuat batik lama, batik

klasik begitu yang warnanya dari alam. Terus begitu sampai saya ini mbak.

Karena bagaimana ya, tidak mengejar komersilnya sih, tapi ya itu batik kan

warisan budaya yang semakin langka. Harus menjaga originalitasnya juga mbak.

Ya saya banyak diceritakan oleh eyang dan bapak, tapi juga banyak mencari

sendiri mbak.

Page 140: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

124

Wawancara Subjek Pemilik Galeri di Kota Yogyakarta

Nama : AP

Usia : 56

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan :Pengurus POSI DIY (Persatuan Olahraga Selam

DIY), Konsultan UNDP (United Nation

Development Program)

Waktu : Pukul 10.13 WIB, Hari Rabu, 10 Agustus 2016

Tempat :Rumah Subjek

1. Pagi pak, kita langsung mulai saja ya pak dari membuat pohon keluarga pak. Jadi,

kita akan mulai dari eyang, bagaimana pak?

Boleh boleh, jadi dari Eyang ya?

2. Iya betul pak, boleh diceritakan?

Nah, jadi Eyang itu namanya Atmoredjo, kalau eyang putri namanya Soedjinah.

Sebetulnya itu punya putra lima. Tapi sisa satu aja, jadi empat saudara bapak itu

meninggal waktu kecil. Nah, bapak itu nomor tiga, nama bapak saya itu

Moechajat. Lainnya yang berempat itu belum bernama karena masih kecil

meninggalnya. Nah bapak kan jadi anak tunggal karena tinggal satu, bapak

punya anak dua. Saya dan adik saya, nama saya Amtono Prasutanto sama adik

saya namanya Baryandoko Fediwiranto. Saya nikah sama mbak Ninik, adik saya

sama Ida Priyanti. Saya sama Ninik belum punya anak, adik saya anaknya udah

dua.

Page 141: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

125

3. Kalau dulu mas, Eyang kerjanya pembatik?

Nah sebetulnya, eyang buyut itu punya putra dua. Eh tapi gausah diceritain ya?

4. Oh gak masalah pak, jadi bagaimana?

Nah jadi bapaknya eyang saya itu namanya Puspodigdoyo. Ini nih foto Eyang

nenek saya, Atmorejo sama Soedjinah. Bapaknya eyang saya, Puspodigdoyo itu

punya anak dua, anak pertama namanya Danudipuro, anak yang kedua ya eyang

putri saya itu, Soedjinah. Dari dulu semuanya sudah membatik, awalnya emang

diturunkan ke eyang Danudipuro karena serumah, lalu menyusul kemudian

eyang Soedjinah meneruskan.

5. Jadi eyang putri itu membatik karena turunan juga ya pak? Kalau eyang kakung,

dari dulu membatik juga atau berprofesi lain?

Nah, kan eyang putri Soedjinah itu terbilangnya udah juragan batik, jadi ya

eyang kakung saya juga otomatis jadi juragan batik. Tapi ya memang membatik

juga, soalnya dua-duanya kan dagang juga, usaha, ga ada yang jadi pegawai.

Wah udah lama sekali itu mba, ayah saya aja lahir than 1932 mbak.

6. Itu kan keluarga dari bapak ya, nah kalau dari keluarga ibu latar belakang

pekerjannya bagaimana?

Ya, ibu otimatis ikut sih karena kan istrinya. Tapi beliau juga dulunya berdagang,

ibu itu namanya Hartenee. Namanya kebelanda-belandaan itu.

7. Wah, memang ada keturunan Belanda?

wah bukan bukan, jadi dulu bapaknya ibu saya itu kerjanya Ajun Bank di bank

Belanda, jadi kalau sekarang itu istilahnya Banker, yaa dibilang Akuntan bisa.

Page 142: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

126

8. Eyang putri dari ibu juga usaha batik pak?

Tidak tidak, eyang putri itu pedagang, beliau punya toko, nama eyang putri itu

Dibyo Pranoto.

9. Jadi eyang putri itu pedagang dan eyang kakung banker, begitu pak?

Nah iya betul, jadi ibu saya juga ikut berdagang bersama bapak pada akhirnya.

10. Kalau saya perhatikan, menggeluti usaha batik keluarga ini berarti sudah sangat

lama ya, adakah penghargaan atau semacam apresiasi gitu pak dari pemerintah?

Kalua penghargaan-pengharagaan seperti itu malah tidak ada ya, soalnya kan

kalau batik itu ya produksi baju biasa, tiap hari kan orang-orang pake batik.

Yakalau semacam garment baju gitu lah. Jadi belum ada namanypenghargaan

buat pelaku usaha atau ekonomi gitu. Soalnya ya itu, batik itu ya pakaian hari-

hari biasa. Eyang saya kan mulainya dari usia Indonesia belum merdeka. Jadi ya

udah lawas banget, jadi ga mikir penghargaan ekonomi gitu kali ya, istilah UKM

itu jaman dlu belum ada. Jadi batik itu dianggap sebagai industry, ya kita jual

pakaian, ya sama kaya orang punya pabrik tekstil, kalau sekarang diidentikan

batik itu pabrik tekstil,

11. Berarti kan memang sudah sangat lama ya pak usaha nya, nah bapak kan pernah

cerita sama sama sekilas, bapak itu mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi

ketemunya batik. Apakah bapak belajar terus tentang batik pak selama itu? Atau

bagaimana?

Saya ga belajar khusus ke batik. Jadi saya sebetulnya tau batik itu kalau sekarang

istilahnya otodidak, karena ya saya sering melihat. Jadi sebetulnya saya kan

emang suka mengamati jadi ya saya pengamat dari kecil. Saya tuh punya sifat

Page 143: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

127

penasaran pengen tahu, sehingga segala sesuatu yang menarik bagi saya, akan

saya kejar samapai detail. Dan saya tidak bertanya, tapi melihat sebah proses

akhirnya saya membuat teori saya sendiri. Nah jadi setelah saya menemukan

teori saya sendiri baru lah saya cross check. Soalnya saya lebih suka pake istilah

saya sendiri pake bahasa saya sendiri.

12. Jadi menurut bapak, batik itu menarik ya? Soalnya bapak kan banyak belajar dan

mengamati, begitu pak?

Wah malah engga, karena dulu tuh batik ya garment, orang-orang banyak pake

batik. Ya sama aja kaya orang jaman sekarang pake kaos pake jeans. Kan

kelihatannya sama saja tidak ada yang istimewa. Jadi ya engga menarik sih kalau

jaman dulu, sama aja soalnya. Tapi kan 20 atau 40 taun mendatang mungkin atau

beda. Ya kaya sekarang ini, baru karena batik itu surut karena perubahan zaman

batik kan jadi unik, jadi hal yang tidak biasa.

13. Jadi otentik begitu pak?

Nah betul, orang tuh kan sadarnya terlambat. Tapi sekarang kan beda, jadi

international heritage, barulah jadi menarik. Sekarang jadi sesuatu yang

exclusive karena orang lain kan sekarang tiap hari ga pake kain batik. Orang kan

kalo jalan-jalan pake kain batik malah disangka mau ketoprak yah.

14. Tapi sebetulnya, bapak mulai tertarik batik itu dari kapan pak?

Sebetulnya saya merasa terarik sama batik ya dari kecil. Tapi saya ga langsung

terjun dari kecil saya gamau terjun langsung dari kecil. Soalnya saya pasti

disuruh ini itu sama bapak saya, terikat di rumah saja. Nanti pasti disuruh

belajar banyak juga sama bapak. Makanya saya mending main di luar, cari

Page 144: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

128

pengalaman baru diluar, biar pengetahuan saya ga hanya ada di batik saja. Saya

banyak bersosialisasi diluar. Karena saya berpikir saya kalau bergaul sama

temen-temen saya, saya akan dapat nilai lebih kalau saya dirumah ya udah

pengetahuan saya cuma sebatas pagar rumah.

15. Kalau begitu, banyak sekali pengalaman yang didapat ya? Hobi dan minat bapak

pasti banyak

Wah, minat saya itu banyak banget, karena ya rasa sama sifat saya yang

penasaran itu. Dulu saya belajar anggrek karena penasaran kenapa setelah dari

pameran kan bunganya banyak tapi ketika dirawat dirumah bunganya sedikit.

Nah itu saya belajar bertahun-tahun cari tahu. Ya itu saya tertarik penasaran

saya cari referensi banyak banget sampai saya dapet jawabannya, tapi ya kalau

saya udah tau jawabannya, saya stop aja. Saya juga suka mengkoleksi batu akik

jauh sebelum itu happening. Saya lihat sih batu akik itu indah, tiap daerah di

Indonesia pasti punya khasnya, perhiasan asli dari Indonesia kan. Jadi ciri khas

juga jadinya.

16. Kalau sejak dulu, bangunan rumah memang ada disini pak? Berarti sudah masuk

di dalam kawasan benteng ya pak? Bapak apakah masih ada turunan kraton juga

pak?

Oh, kalau itu kan gini.. jadi rumah-rumah yang ada di dalam benteng itu kan

hitungannya ada di kota. Eyang buyut bahkan bapaknya eyang buyut kan abdi

dalem Kraton, bahkan eyang-eyang terdahulu itu ada yang penari Kraton ada

yang prajurit nah kalo kakaknya eyang saya, eyang Danudipuro itu juga punya

pangkat tertinggi di kraton yang selain keluarga kraton, pangkatnya Kanjeng

Page 145: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

129

Raden Tumenggung, beliau itu ahli jam di Kraton. Saya tau juga diceritain sama

eyang saya dulu.

17. Jadi mas juga banyak cerita-cerita sama kelaurga ya? Kalau dulu yang sering

menceritakan tentang batik siapa mas?

Wah saya malah dapet informasi itu dari banyak orang. Malah ga banyak dari

keluarga. Kalau batik ya itu, saya tau karena saya mengamati.

18. Nah, bapak kan pernah cerita, ikut pameran batik di beberapa tempat, di Jogja

bahkan Jakarta. Selain itu, untuk kegiatan pemasaran batiknya, adalagi pak?

Kalau pameran, sebenernya saya penasaran aja, batik saya itu sampai mana sih,

tapi ternyata saya menemukan kalau di level Jogja, Ina craft atau pameran di

JEC gitu, gak masuk kelasnya. Batik saya lebih laku kalau pameran di Jogja, jadi

ya istilahnya lebih laku di kelas menengah ke atas.

19. Jadi batik yang bapak buat lebih cocok di kalangan high class begitu?

Ya kurang lebih begitu, soalnya orang itu kadang salah mengartikan. Mereka

banyak mengartikan batik tulis halus itu dengan, batik yang kainnya itu halus.

Padahal, batik tulis halus itu yang pembuatannya, atau waktu membatiknya itu,

yang disebut halus ya itu. Jadi ya polanya, ragam hiasnya, luwes, cecekannya

juga detail. Jadi disitulah keindahannya.

20. Lalu, menurut bapak, bagaimana esensi dari sebuah batik? Seperti apa batik tulis

halus di mata bapak? Apa syaratnya?

Batik itu sebetulnya proses, selama kain itu ada proses digambar pake lilin, pake

malam itu terus pewarnaannya dengan pencelupan, itu namanya baru batik. Dan

harus manual.

Page 146: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

130

21. Tempo hari saya melihat ada sebuah kampus mengembangkan robot batik tulis

pak, menurut bapak bagaimana?

Jadi ya mereka mungkin bisa bikin robot, tapi nanti pada akhirnya batik itu bukan

jadi sebuah hal yang artistic, karena batik itu dibuat harus dengan perasaan

22. Jadi menurut bapak, batik itu banyak nilai budaya?

Ya betul, batik itu budaya, karena batik dibuat dengan rasa, pola-pola dan ragam

hias pada batik itu juga merupakan luapan rasa. Batik sidomukti misalnya, itu

juga ada artinya, mukti kan artinya enak, nyaman, sido kan artinya jadi. Ya itu

artinya jadi nyaman. Itu kan punya arti filosofis. Jadi kalau saya bilang, batik itu

tidak akan terlepas dari manusia di belakangnya. Kita lihat aja hasilnya pasti

akan berbeda, karena dibuatnya dengan perasaan. Coba lihat batik printing,

sekilas bagus tapi kalau diperhatikan batik itu pasti mati. Ga ada feelnya disitu.

Sebenernya kalau batik bagus itu ya pas dilihat batiknya tuh hidup, ada daya

tarik tersendiri dari batik. Ya filosofinya kira-kira seperti itu. Karena batik itu

adalah salah satu filosofinya orang Jawa.

23. Kalau untuk pengusaha batik, ada perkumpulannya pak?

Ada, diwadahi di koperasi. Di Jogja sebenrnya ada 5 koperasi, tapi dulu.

Sekarang adanya Koperasi Batik Senopati. Bahkan dari eyang, udah ikut

tergabung. Jadi ada yang namnya GKBI singkatan dari Gabungan Koperasi

Batik Indonesia, itu tuh seluruh Indonesia, nah di Jogja punya 5 anggota

koperasi, saya lupa lainnya namanya apa, tapi salah satunya Koperasi Batik

Senopati sekarang yang masih ada.

Page 147: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

131

24. Kalau sudah tergabung, relasinya semakin banyak ya pak? Kalau dari dulu, untuk

keperluan membuat batik diambil dari mana saja pak?

Oh, kalau itu sejak dulu kain mori itu di supply dari koperasi, kalau lilin sebagian

di supply dari koperasi sebagian saya beli di luar. Saya ya sudah langganan

disana. Nah lilin itu beda beda, ada fungsinya masing-masing ada yang istilahnya

buat bikin draft namanya klowong, sifatnya ini mudah mendingin dan

menggumpal jadi gausah terlalu panas. Ada yang buat nembok nge-blok begitu

sifatnya elastis jadi kalau ditekuk ga pecah, suhunya dibuat lebih tinggi, karena

kalau ditransfer satu tempat ke tempat lain dan terkena sinar matahari, ga akan

meleleh. Nah lilin itu formulanya dari eyang saya, itu 4 formula yang dicampur

jadi satu.

25. Kalau begitu, sudah lama ya pak? Ada yang bapak ubah engga formulanya?

Itu sama sekali ga ada yang saya ubah, sebenerya kalau beli di luar gitu, asal

nyebut beli malam buat nembok, ya bakal dikasih. Tapi nanti formulanya ga sama

yang kita biasa pakai. Soalnya, tiap pengusaha batik, tiap pembatik itu punya

khas pemakaian malamnya sendiri. Nah ini campurannya itu dari lilin, kan lilin

itu terbuat dari limbah minyak tanah, terus dicampur paraffin, dicampur gam nah

yang terakhir dicampur rumah tawon. Ke empat itu jadi bahan utama pembuatan

lilin.

Page 148: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

132

26. Kalau bapak dulu, untuk meneruskan dan memesan semua ini dikenalkan atau

diajarkan oleh orang tua?

Wah tidak, disini kan sudah ada catatanya jadi saya tinggal baca aja dan pesan

di tempat yang sama, pegawai saya juga sudah hafal campuran buat bikinnya.

Saya meneruskan saja.

27. Kalau pewarnanya bapak ambil darimana?

Saya ambil dari solo, angkat telfon saja pasti langsung dikirim. Itu sudah sejak

jaman dulu saya pesan kesana.

28. Kalau untuk pembatik, ada yang sudah sejak jaman eyang pak?

Kalau sekarang ya generasi baru, tapi ya masih ada sih yang dari jaman orang

tua saya. Masih membatik di tempat saya.

29. Banyak yang bapak tau tentang batik ya pak, ada foto jaman dulu waktu bapak

membatik ga pak? Atau foto waktu ikut eyang atau orang tua bapak saat

mengurus usaha batik ini?

Wah saya malah ga punya, orang tua saya itu memang hobi fotografi, terutama

bapak saya. Tapi kalau foto saya lagu ngurus-ngurus batik gitu saya rasa ga

ada. Saya ya itu.. lebih banyak diluar, kalau foto saya lagi menyelam, baru

banyak. Soalnya saya kan salah satu pengurus POSI DIY, Persatuan Olahraga

Selam Indonesia.

30. Waw, bapak pengalamannya banyak ya pak. Dulu setelah selesai sekolah,

sebenernya orientasi bapak untuk meneruskan sekolah lagi atau langsung kerja

pak?

Page 149: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

133

Saya kuliah di Gadjah Mada fakultas saya Sastra jurusan saya Purbakala. Jadi

saya ini Arkeolog. Kalau jalan ke Prambanan atau Candi Borobudur saya bisa

ceritain semua sejarahnya. Nah sekarang ini kan saya kegiatannya jadi

konsultannya UNDP, itu United Nation Development Program, nah itu adalah

program untuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia, saya ini

konsultan di manajemen penanggulangan bencana. Saya pernah sekolah di

Amerika di FEMA Federal Emergency Management Agency. Tapi pulang ke

Indonesia ilmu saya ga banyak kepake. Saya bisa sih eksis gitu kan kesana-kesini

karena latar belakang sekolah saya. Tapi bukan itu yang saya mau, saya tuh ga

begitu suka jadi pemimpin yang eksis sana sini. Filosofi hidup saya itu saya mau

memimpin seorang pimpinan, jadi saya lebih suka ada di balik layar. Way of life

saya itu ada tiga, yang pertama saya harus berpenamilan bersahaja, low profile,

baby face ya seolah-olah ga berdosa gitu hehehe, yang kedua saya harus berhati

malaikat, jadi baik ke semua orang begitu, nah yang ketiga saya harus berotak

mafia, otaknya tuh strategic dan taktis.

31. Dari pembicaraan yang cukup panjang, nampaknya pandangan bapak banyak

dipengaruhi oleh nilai budaya, apakah begitu pak?

Ya mungkin karena saya banyak membaca, banyak berbicara dengan

budayawan, dengan filsuf-filsuf bahkan ada filsuf dari Tibet.

Page 150: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

134

32. Untuk punya pandangan seperti sekarang ini yang kooperatif begitu banyak

apakah juga dipengaruhi oleh orang tua pak?

Ga ada dari orang tua, saya cari sendiri karena ya saya itu tadi penasaran dan

banyak mencari sendiri. Gapernah saya diajarin ini itu. Saya cari sendiri dan

ambil kesimplan sendiri.

33. Dari dulu orang tua pernah melarang untuk rencana-rencana bapak engga?

Ah engga pernah, bahkan saya waktu kecil tuh termasuk sangat di protect. Saya

bahkan ga dibolehin berenang, tapi saya curi-curi waktu buat berenang di

sungai. Saya pernah dibeliin sepeda, sampe parangtritis saya sepedaan, waktu

SD itu.

34. Kalau orang tua pernah membantu membuat rencana dan mengarahkan amsa

depan?

Engga pernah, tapi waktu kecil saya pernah punya stress tinggi. Gara-gara aku

disuruh belajar, ditungguin itu kalau saya belajar, malah tambah stress saya.

Makanya ya saya nakal itu suka curi-curi waktu. Saya gamau ada dirumah terus,

karena saya yakin tiap hari itu ada yang baru tapi bukan di rumah. Dan banyak

yang bisa kita pelajari

35. Bapak pernah punya contoh di keluarga tentang karir, sifat begitu?

Ga ada, saya ga ada figure keluarga yang mau dicontoh, saya ya saya. Saya ga

pengen dari bapak apa eyang gitu.

36. Kalau untuk meneruskan usaha ini, bapak melihat contoh dari siapa kalau begitu?

Ya sebetulnya saya punya dasar dari culture, ya budaya itu yang mendasari saya

yang kedua kan ini sebenernya kalau saya matikan bisa saja, tapi rasanya kok

Page 151: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

135

sayang tapi ya ini makin sini kan makin jarang yang mengerjakan. Saya punya

harapan ya nanti kan daya saing makin kuat karena kan jarang apalagi di

kelasnya. Saya tidak akan meniru siapapun juga sih. Kalau seseorang menirukan

orang, mengidolakan orang, nanti dia tidak bisa hidup seperti dirinya sendiri,

nanti malah seperti orang yang idolakan itu.

Page 152: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

136

Wawancara Pegawai Subjek Pemilik Galeri di Kabupaten Bantul

Nama :P

Usia : 51

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pembatik dan Ibu Rumah Tangga

Waktu : Pukul 15.00 WIB, Hari Kamis , 11 Agustus 2016

Tempat : Galeri Batik Milik Subjek I

1. Ibu sudah sejak kapan kerja bersama mbak I?

Wah saya udah setahun ada sih mbak. Dulu gak disini, dulu itu saya ngebatik di

sekitar pasar ngasem, taman ituloh mbak, yag ada kolamnya, tengahnya ada

patung itu mbak. Saya ngebatik disana waktu masih muda, terus udahan dulu

karena punya anak, baru deh kerja disini mbak.

2. Dulu diminta langsung sama mbak I buat ngebatik disini bu?

Iya mbak I yang nyari, tapi ya ga langsung. Dia nyuruh pegawainya, terus

pegawainya nemuin saya gitu nanyain mau apa engga kerja disini. Jadi ya mbak I

nyuruh pegawainya gitu buat nyari.

3. Ibu rumahnya dimana?

Dekat sini saya, dekat makam sewu. Ya kerja disini karena deket aja dari rumah.

Kalau dulu kan pas muda itu ngelaju saya naik sepeda, masih muda masih kuat

dulu. Sekarang duuh bisa kering saya.

Page 153: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

137

4. Ibu memang sudah lama membatik?

Wah ada udah 20 tahun saya ngebatik mbak, tapi ya sempat berhenti dulu waktu

anak saya kecil-kecil.

5. Ibu membatik sendiri disini?

Engga, tiga orang disini, tapi lagi ke sawah satu, terus ada yang rewang bayi,

ngurus bayi.

6. Kalau ada keperluan gitu emang boleh izin ya bu?

Boleh, kalau mendadak gitu ya kabari dulu. Kalau pas lagi masuk, terus pulang,

ya izin dulu juga nanti dihitungnya setengah hari gitu.

7. Ibu, kalau malamnya habis waktu ibu lagi ngebatik, nanti bilang mbak I?

Langsung ambil saja sih mbak, dari yang nyetorin. Gak dikasih sama mbak I

langsung mbak.

8. Kalau setelah selesai membatik selembar gitu bu, dicek langsung sama mbak I?

Wah engga, kalau udah selesai, ya selesai aja gitu. Ga ada dicek kainnya mbak.

9. Ibu sampai jam berapa kerjanya?

Sampai jam 4, kalau datang jam 9 pagi.

10. Nanti makan siang dimana dong bu?

Disini juga mbak, nanti ada yang masak, terus ya makan bareng-bareng.

11. Memang begitu ya bu tiap hari?

Iya, disini kalau makan sang ya istirahat bareng gitu terus ada yang masak, yang

lain ya tinggal makan hahaha nanti giliran.

Page 154: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

138

12. Ibu, kalau nanti bayaranya itu per kain bu, dihitung perbulan gitu bu dari mbak I

atau gimana?

Borongan gitu mbak, nanti biasanya dibayar perminggu.

13. Bu, kalau lebaran gitu bu, suka dapet THR gitu bu?

Wah, ya dapet mbak, tapi ya cuma setahun sekali gitu.

Page 155: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

139

Wawancara Subjek Pemilik Galeri di Kabupaten Bantul

Nama : I

Usia :

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wirausaha Batik dan Ibu Rumah Tangga

Waktu : Pukul 13.12 WIB, Hari Jumat, 12 Agustus 2016

Tempat : Galeri Batik Miliknya

1. Siang mbak, setelah membuat pohon keluarga. Saya mulai bertanya ke bagian

usaha batiknya bagaimana mbak?

Oh ya boleh, bagaimana?

2. Galeri batik ini sudah sejak kapan mbak?

Wah sudah sejak jaman Nenek saya dan dari dulu disini. Cuma ya kalau dulu

lebih lebar lagi, tapi kena pelebaran jalan kan. Mau gamau ya tokonya jadi

mundur mbak.

3. Kalau produksi dari dulu ada dimana mbak?

Ya itu ada di belakang situ itu mbak dari dulu.

4. Saya perhatikan mbak, jarak beberapa meter dari galeri batik ini, ada banyak

galeri batik mbak. Sebetulnya daerah sini memang dari dulu banyak pembatik dan

desa wisata batik begitu mbak?

Sebenernya engga mbak, mereka tuh ya baru-baru. Ya gara-gara batik rame

mbak jadi pada jualan. Mereka juga kebanyakan ga produksi, cuma jualan gitu

aja mbak, ambil barang ya terus dijual.

Page 156: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

140

5. Semenjak Dirjo Sugito rame kah mbak?

Iya betul, sejak toko saya rame mereka banyak jual, ya syukur syukur malah

positif kan buat warga disini, jadi ya dikenal desa wisata batik juga.

6. Wah, malah Dirjo Sugito Batik ini ngasih dampak positif buat lingkungan, begitu

mbak?

Nah iya, mereka kan jadi dagang juga to, malah ya itu jadi terkenal desa wisata

batik.

7. Mbak, kalau ukuran kain batik disini berapa?

Dua meteran atau ya dua setengah meter gitu. Soalnya kan orang-orang beda

butuhnya mbak.

8. Pembuatannya pake warna apa mbak?

Pewarna tekstil sih itu.

9. Dulu dirintisnya memang dari eyang usaha ini mbak?

Iya, dulu kalau dagangnya di Pasar Bringharjo naik sepeda. Semua anaknya

terus bantui. Ibu saya kan anak pertama, dulu banyak dibantu ibu, tapi ya setelah

ibu menikah, ibu saya kan terus bikin toko klontong sendiri. Jadi usaha nenek

saya ya dibantu sama adek-adeknya ibu yang masih muda-muda itu mbak. Terus

pas saya kuliah, saya juga disuruh nenek buat bantuin juga.bantunya juga semua

ga bantu abtik jadi ya gampang bantu dagang gitu.

10. Wah, berarti yang bantuin banyak ya mbak, ada bagian-bagiannya engga mbak

kalau dulu saat membantu nenek?

Wah ga ada, serabutan semua. Ya yang hari ini bisa apa gitu ya dikerjain. Ga

ada spesifikasi apa, kan ga ada menejemennya, yang bisa ya dikerjain gitu.

Page 157: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

141

11. Nah kalau eyang dulu juga suka bantu-bantu gitu apa ya diserahin ke anaknya

mbak?

Wah dulu ya paling order cat apa malam gitu, tapi ya ga delivery kaya sekarang,

dulu ya ngambil-ngambil gitu. Kain itu ambil dari solo tapi sekarang di pabrik

medari situ sih.

12. Mbak ika dulu diminta khusus sama eyang untuk meneruskan?

Saya disuruh bantu sih dulu, tapi kan sekarang eyang putri udah ga ada, eyang

kakung juga udah sepuh terus ya dipercaya saya yang ngelola tapi ya amsih

punya keluarga gitu

13. Kalau semua tante-tante wirausaha semua?

Ada yang PNS tapi ya ga banyak mbak cuma dua orang itu yang PNS, rata-rata

ya punya toko banguna terus ada yang klontong juga, ada yang guru senam juga.

Ada yang wirausaha bikin kerajinan di bali juga.

14. Cukup banyak ya ternyata ya mbak yang wirausaha?

Ya itu hamper semua, yang PNS Cuma om saya dua sama bapak saya. Iya banyak

jaga toko dari dulu soalnya mbak, jadi banyak yang pada dagang juga.

15. Kalau eyang dulu memang focus wirausaha?

Oh engga, dulu punya sawah banyak, terus ya batik, sama jual sembako gitu kaya

klontong.

16. Buat jadi usaha batik, diarahin sama keluarga mbak?

Diarahin sih engga, tapi kan dulu disiruh buat bantu-bantu di toko terus ya lulus

kuliah mau cari kerja malah disuruh buat ngerewangi disini aja, udah lah disuruh

jadi mata pencaharian saja ini.

Page 158: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

142

17. Sebelumnya pernah mbak Ika pernah nyoba kerja dulu mbak?

Wah engga, saya dari kuliah udah bantu. Dari umur18 udah ngurus-ngurus

malah disuruh-suruh beli obat batik juga, kan saya sekolah di Jogja, ya sebelum

pulang itu saya disuruh beli obat apa cat atau ya apa gitu macem-macem.

18. Mbak Ika bisa membatik atau belajar membatik juga mbak?

Wah saya gabisa sama sekali malah, saya ya bisnisnya aja

19. Dulu ada yang mengajarkan secara langsung untuk mekanisme usaha ini mbak?

Wah engga, soalnya dulu kan disini juga ada toko bangunannya, tapi ya udah ada

produksi batik, terus kan ya batik rame, baru deh bangun bangunan baru, nah

sejak itu besar deh.

20. Mbak Ika pernah merasa tidak ingin meneruskan batik ga?

Dulu pernah pengen S2 tapi ko ya pusing, mending ngurus ini aja lah yang udah

di depan mata. Lagian kan enak, kalau jadi pegawai malah ga fleksibel jam

kerjanya. Malah dimarahi to kalo minta libur, kalo usaha kan bebas bisa

liburannya kapan aja

21. Kalau dulu pegawainya memang sudah banyak mbak?

Dulu ya kerja segitu-gitu aja. Yang kerja itu ya dari tetangga-tetangga sini aja

mbak malah lumayan jadi pada senang kana da kerjaan juga jadinya. Bahkan

sampe ada yang udha punya anak cucu masih kerja disini, dari jaman eyang saya

itu. Terus ada yang kerja dibelakang itu ngecap, bapaknya kan awalnya disini

kerja, terus pas anaknya lulus sekolah, ya susah kan mbak cari kerja jadi kerja

disini aja.

Page 159: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

143

22. Jam kerja pegawai sampai jam berapa mbak?

Sampai jam 4 ya sekitar jam setengah 5 tapi kadnag jam 5 juga ga mesti. Nanti

makan siang disini, pada masak gitu mbak, yang bisa masak nanti siang ya masak

terus lainnya jaga toko entar gentian aja gitu yang biasa masak umpamanya

siapa gitu.

23. Mbak produksinya kan disini juga, kalau limbahnya dibuang kemana mbak?

Dibuang ke sungai, tapi kan sebelumnya udah dikasih obat gitu biar ga bahaya

ga dibuang langsung. Ada izin HO. Duh saya juga kurang tau tapi udah ga

masalah gitu loh. Itu kan ya syarat juga kalo dari instansi gitu apa pegawai

negeri kan kalau mau beli seragam harus beli ke toko yang berizin gitu mbak.

24. Pernah ada tetangga yang protes ga mbak karena limbahnya?

Engga sih mbak, karena ya udah dikasih obat. Tapi ya semoga kedepannya ga

sampe gitu sih mbak.

25. Ada rencana untuk memeprbesar bisnis dengan membuka cabang ga mbak?

Wah belom ada ide kesitu, soalnya kan ini produksinya masih manual, jadi ga

begitu banyak kan.

26. Saya lihat ada penghargaan dari beberapa SMA yang kunjungan kesini mbak,

apakah memang sangat open ya mbak untuk sharing batik?

Oh iya, banyak. Gratis kita ga usah bayar. Tapi ya belum bisa memfasilitasi buat

yang ingin mencoba membatik soalnya kan repot, yang kerja nanti terganggu kan

kerjanya. Misalnya saya dapet pesenan berapa gitu, malah telat to produksinya

harusnya sesuai entar malah jadi mundur waktunya

Page 160: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

144

27. Kalau dari dulu yang membatik ada berapa orang?

Wah banyak tapi pada dibawa pulang, yang disini aja dikit. Biasanya pagi

banyak yang datang, kalau cuma 50an ada, lebih malah mbak. Tapi kan dibawa

pulang, nanti kerjanya borongan, kalau mengembalikan satu ya dibayar satu,

kalau beres dua ya dibayar dua. Banyak ko mbak yang ibu sama anaknya juga

membatik di saya. Kalau ga banyak pembatiknya saya ga bisa kejar orderan nanti

mbak.

28. Mbak Ika bikin batik tulis halus juga mbak?

Iya buat, tapi pesaannya banyak yang batik kombinasi sih jadi ya itu yang jadi

prioritasnya.

29. Mbak Ika memang hobi untuk me-manage suatu hal, bertemu dengan banyak

orang begitu kah mbak bisa bergelut dalam dunia uasa batik sampai begitu lama?

Wah bukan hobi mbak, ini sih pekerjaan. Ya dapet uangnya dari sini mbak.

30. Kalau dulu selain bantu eyang mbak Ika hobinya apa?

Waya hobinya bikin kerajinan, saya titipin ke tante saya di Bali untuk dijual itu.

Banyak kesukaan saya, sekarang kan cape jadi saya tinggal. Saya bikin dompet

gitu mbak, kan udah ada contohnya, saya tinggal beli kain terus saya kasih

penjahit saya suruh bikin kaya contohnya itu. Terus saya titipin tante saya gitu.

31. Apakah orangtua pernah melarang mbak Ika untuk melakukan berbagai hal mbak

ya terutama dalam usaha?

Ya bebas sih, jadi karena udah punya usaha sendiri jadi dibebasin. Dulu juga

saya pernah nyablon, tapi lagi libur karena tukangnya meninggal itu loh.

Page 161: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

145

32. Mbak kalau ada obat atau cat atau malam abis, itu siapa yang pesen?

Saya yang pesen nanti kan kalo habis ada laporan dari pegawai, udah otomatis

tu, nanti dia laporan jadi saya gaperlu ngecek, saya kan kasih kerjaan, kasih

orderan nanti pegawai saya ngasih tau apa yang habis, jadi ya saya tinggal beli

tinggal pesen.

33. Dulu mbak ika mencontoh untuk nerusin usaha ini ke siapa mbak?

Wah ga ada contoh, dulu tuh ya kalo kerja kan lumayan dapet gaji ya lumayan

200 ribu, lumayan to buat jajan, pas kuliah itu sektiar tahun 99. Terus ditambah

sama bikin kerajinan, jadi ada lagi tambahannya. Kerajinan itu kan di Bali, udah

gitu tante saya kan Supplier jadi kan banyak juga orderannya lumayan.

34. Keluarga mbak Ika membebaskan untuk membuat usaha?

Iya bebas kalau keluarga saya, yang penting dapat uang kan. Ya kalau usaha kan

mikir yang penting kan dapat uang dan halal kan.

35. Kalau eyang tergolong sensitive gitu mbak? Ya cenderung marah marah gitu

Wah eyang engga, eyang baik banget ga marah. Kalau ibu saya baru marah,

kalau saya salah, pasti suruh ngembaliin cat tuh kalau salah, kalau eyang saya

paling bilang besok hati-hati aja gitu

36. Ada inovasi baru apa aja yang mbak ciptakan selama mengurus usaha ini?

Nah, ini mesin EDC ini saya yang usahain, dulu susah saya perjuanginnya ke

BCA awalnya saya bayar tapi sekarang engga, dulu ya ga dipercaya masa di desa

punya mesin EDC. Sekarang tetangga saya malah enak jadi udah dipercaya gitu

to, malah enak tetangga saya. Ada lagi motif motif yang baru gitu, saya beli kain

baru yang motifnya belum ada di toko, nanti saya tanya ke pegawai saya, “iso ra

Page 162: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

146

le nggawe koyo ngene?” paling pegawai saya bilang iyo mbak dicoba. saya ya

panggil pegawai saya “le” kaya sodara gitu. Warnanya biasanya saya contoh

juga, kalau saya ya belajar terus. Sama punya AC mbak hahaha

37. Mbak ika belajar tentang batik juga?

Saya sih bagian idenya, saya update semuanya. Ya pas jalan-jalan gitu, lihat-

lihat. Terus nanti ta beli kalau aku belum punya.

38. Berarti pas dipegang mbak Ika, motifnya makin banyak?

Iya betul, kalau saya suka saya beli nanti saya contoh

39. Dulu sejak dikasih amanat untuk meneruskan bisnis keluarga, mbak ika sudah

punya rancangan atau bayangan masa depan untuk usaha ini mbak?

Wah ga ada sama sekali, saya ga punya program apapun. Ya dijalani aja. Makin

rame makin rame. Terus ya paling nambahin pengrajin, ngelembur-ngelembur

terus sampe saya punya stock sebanyak ini.

40. Mbak ika, tapi pernah belajar memproses batik engga?

Saya kalau caranya tau, tapi saya ga ngerjain. Saya tau teorinya, saya bisa

bilang ini bagus ini engga saya tau letak salahnya dimana-mananya. Walaupun

saya ga ngerjain tapi saya tau. Saya ngecek, tapi ya itu pegawai saya entar bilang

ada yang gagal gitu baru saya cek, paling ya entar saya tanya siapa yang

ngerjainnya terus ditanya kok ya bisa samapai kaya gitu, ya ditegur aja gitu. Saya

ga ngecek detail satu-satu sih ya keseluruhan aja.

41. Ide-ide baru itu dari dulu malah muncul dari mbak Ika ya?

Wah iya, eyang saya tuh manut sama saya, umpamanya ada uang, nanti apalah

dijadikan apa gitu dijadikan dagangan, saya nanti kasih ide beli canting gitu

Page 163: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

147

misalnya, eyang saya ya manut, misalnya ada tukang batik bagus, dicoba bisa ga,

terus nanti ikut saya dikasih kerjaan, ya gitu manut sama saya.

42. Ada cita-cita untuk toko ini di masa depan?

Wah gak tau, soalnya ini punya keluarga besar saya ga boleh ambil langkah

sendiri gitu.

43. Kalau cita-cita sebelum memegang usaha ini ada mbak?

Apa yah, dulu itu ya pengen S2 tapi design interior, karena ya saya tertarik sama

design interior.

Page 164: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

148

Wawancara Subjek Pemilik Galeri di Kota Yogyakarta

Nama : AP

Usia : 56

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan :Pengurus POSI DIY (Persatuan Olahraga Selam

DIY), Konsultan UNDP (United Nation

Development Program)

Waktu : Pukul 10.48 WIB, Hari Rabu, 17 Agustus 2016

Tempat :Rumah Subjek

1. Halo pak, selamat pagi. Kita ngobrol lagi tentang batik boleh pak?

Silahkan-silahkan, saya senang ngobrol-ngobrol apalagi tentang filosofi batik ini

haha kalau motif ya saya paham. Tapi mbak Ninik lebih expert lagi soalnya dia

belajar dari bapak dulu di tahun 2000-an.

2. Termasuk diajak ke pembatiknya orang tua bapak?

Iya, bapak kan sudah sepuh, jadi kemana-mana yang mengawal kan dia. Kalau

ada pelatihan gitu, nanti mbak Ninik yang berangkat. Dia kan tipe pekerja, nikah

dengan saya, dia ya gabisa diem di rumah pengen kerja, jadi ya mending dikasih

tanggung jawab ini juga kan. Kan sudah jelas usaha batik ini akan diturunkan ke

saya, jadi ya dia juga perlu belajar begitu.

3. Untuk meneruskan usaha, memang sengaja ke anak pertama pak?

Wah bukan, itu karena dari penilaian bapak itu. Bapak bilang akan diteruskan ke

saya karena hanya saya yang bisa. Sudah cukup lama itu, ya sektiar tahun 90-an.

Page 165: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

149

Bapak bilang, kalau adik saya ga akan bisa nerusin ini. Istilahnya kalau

kerajaan, saya sudah dikader jadi pangeran begitu, jadi saya sudah dipersiapkan

untuk meneruskan usaha ini. Ya kalau batik itu ya sebetulnya kan punya arti.

Kalau yang ditemukan di pasar, itu hanya sebatas kain yan dijual dan akan

dijadikan baju begitu. Kalau batik tulis yang sesungguhnya bisa dilhat dari

beberapa sisi, satu dari artistiknya, filosifinya sama dari sisi budaya baru deh

dari sisi pakaian begitu fungsinya. Karena motif batik kalau untuk orang jawa

tidak hanya sebatas kain panjang, orang jawa kan kalau berpakaian lengkap ada

iket kepala, keris sama kain batik. Tiga itu punya unsur motif batik dari

ketiganya.

4. Setelah orang tua bapak menyerahkan usaha batik ini? Apakah sudah tau masa

depan usaha ini akan dibawa kemana?

Belum, ga ada bayangan. Karena begini, saya sudah nyaman dengan pekerjaan

saya dan itu saya anggap itu sebagai sesuatu yang menjanjikan. Karena batik itu

mulai dari kelasnya industry karena kan pakaian sampai sekarang kan kelasnya

kerajinan, itu kan menyurut drastic saya bertanya pospek batk sampai mana sih?

Ya itu saya berfikir prospek ekonomi batik semakin tidak menjanjikan apalagi

saat bom Bali satu, hancur batik itu. Bom Bali dua juga begitu, hubungan kita

dengan luar negeri juga jelek. Tapi bapak tetap bersikeras tidak akan PHK

pekerjanya, ini yang bikin finance jadi agak kacau. Tapi ya smeuanya tidak akan

berbalik normal, kaya orang sakit jantung, gak akan balik normal. Sama kaya

batik juga, gak akan kembali normal.

Page 166: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

150

5. Jadi, sejak saat itu, bapak sudah sadar bahwa batik akan lebih memiliki nilai

budaya dari pada ekonomi?

Iya betul, jadi sifatnya hanya monumental saja bukan komersial. Saya lihat itu

karena dari semua aspek, yang pertama kalau kita lihat batik gak mungkin kita

kerjaan sendiri, kita akan dibantu oleh banyak orang yang punya berbagai skill.

Mereka join together, kan itu berhubungan. Saya kan ga mungkin dikerjain semua

sendiri. Pembatik sudah banyak berkurang ya karena bergesernya zaman,

awalnya pembatik, kemudian memilih untuk jadi pegawai atau buruh pabrik, atau

TKI begitu, itu lebih merangsang mereka mendapatkan uang. Tapi ya masih ada,

hanya tidak sebanyak dulu. Itu dari pembatik, apalagi pembatik halus, wah makin

sedikit lagi. Yang terkahir ya marketing, dengan adanya batik asal jadi atau batik

instant, itu yang membuat orang memiliki pergeseran paham. Orang ya mikir 40

ribu dapet batik, gak peduli itu batik bener apa engga. Segmen pasarnya akhirnya

menyempit, batik saya ga ada yang harga segitu kan, batik saya 800 ribu sampai

3 juta. Jadi sekarang saya ga mampu mengembangkan batik, karena ya mati itu.

Makanya saya bilang ga mampu kalau saya bergantung akan batik, saya lebih

yakin terhadap karir saya karena menjanjikan. Saat ini, saya masih

memepertahankan batik ini karena ya ini amanah orang tua dan batik merupakan

filosofi orang jawa dan saya ingin menjadi orang jawa seutuhnya karena saya

lahir di sini, di tanah jawa. Jangan sampai orang jawa itu hilang jawanya.

Page 167: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

151

6. Pak, kalau dulu orang tua bapak, ngasih bentuk perhatian pada anak bagaiamana

pak?

Kalau bapak itu perhatian banget sama anak-anaknya, saking perhatiannya anak-

anaknya jadi tertekan. Tentang pergaulannya, tentang pendidikannya, ya itu saya

pernah cerita tentang belajar itu

7. Hal apa yang ditanyakan pertama kali setelah pulang sekolah?

Wah itu pasti ditanya, udah makan apa belum. Kalau main kemana ga pernah

ditanyain. Mereka pasti tau saya main kemana-mana

8. Bapak pernah mengutarakan keinginan kepada orang tua?

Gak pernah, mengalir aja. Tapi bapak saya tau kalau saya gak mau jadi pegawai

negeri.

9. Bapak kan punya minat yang begitu banyak. Orang tua pernah komentar pak?

Ga ada sih kalau orang tua, Cuma kalau eyang saya pernah komentar, kata

eyang kalau mengerjakan sesuatu harus dikerjakan dengan tuntas, kalau kamu

pelihara sesuatu harus bertanggung jawab, dirawat begitu.

10. Dulu, orang tua atau eyang apakah memfasilitasi keinginan bapak?

Saya gak oernah minta, tau-tau ada aja gitu. Ya kaya sepeda dikasih.

11. Jadi kebutuhan sejak kecil bapak sudah merasa terpenuhi?

Ya betul, sangat perhatian sekali orang tua saya. Sampai saya suka stress sama

adik saya.

12. Filosofi atau arti sukses kata bapak apa?

Relative sih, tapi menurut saya sukses itu sebuah tanggung jawab, selama kita

bisa memeprtanggungjawabkan apa yang kita rencanakan dan kita lakukan itu

Page 168: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

152

namanya sukses. Orang kaya raya itu belum tentu sukses. Belum tentu orang yang

banyak harta itu hidupnya tenang.

13. Untuk mendapatkan filosofi tersebut, dari mana pengaruh terbanyaknya mas?

Pada siapa bapak banyak bercermin?

Kalau saya ga punya contoh, ga punya idola gitu karena nanti saya akan ajdi

orang lain. Saya mengidolakan diri sendiri

14. Apa yang membuat bapak begitu mengidolakan diri sendiri?

Mungkin saya terlalu percaya diri, saya punya pemikiran begini, diri saya ya diri

saya. Saya berjalan satu langkah kedepan, mau berlari mau merangkak, saya

akan melakukan dengan cara saya.

15. Apakah hal tersebut dikarenakan pengalaman yang banyak, sehingga bapak bisa

memaknai hidup seperti itu?

Sebenarnya saya dari dulu saya tidak mengidolakan siapapun. Kecuali,

menauladani orang dengan perbuatannya. Akhirnya saya memiliki 3 filosofi

hidup bagi saya itu. Dengan ketiganya itu ternyata saya bisa survive

16. Siapa yang bapak tauladani?

Yang saya tauladani itu Eyang saya, karena saya berfikir Eyang saya itu orang

jawa, dia bertindak seperti orang jawa. Dan Eyang saya itu kalau mengerjakan

sesuatu dia tidak pernah mengatakan “inilah hasil karyayku” dia tidak pernah

menyombongkan diri. Jadi saya juga lebih suka banyak bertindak di balik layar

dalam beberapa hal perting. Eyang itu ga suka sombong, tapi sebenarna banyak

sistem yang ada di Jogjakrta ini memiliki campur tangan Eyang. Salah satunya

Page 169: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

153

penataan Malioboro di jaman dulu. Itu yang saya tauladai dari Eyang. Itu yang

paling pokok yang saya tauladani dari Eyang.

17. Bagaimana kehidupan sosial Eyang dulu? Apakah teman-temannya banyak?

Wah banyak, Dulu kan tinggalnya di Mantrigawen, bahkan temen-temennya itu

kalau ngumpul ya dirumah, main kartu jawa begitu. Wah seru sekali bahkan suka

Mocopat di rumah, tembang Jawa begitu.

18. Semangat kerjanya Eyang ada yang bapak tauladani?

Engga sih, biasa aja kalau semangat kerjanya.

Page 170: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

154

Wawancara Informan Pemilik Galeri di Kota Yogyakarta

Nama : N

Usia : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Waktu : Pukul 10.48 WIB, Hari Rabu, 24 Agustus 2016

Tempat : Pasar Imogiri Baru

1. Mbak, kalau AP sekarang job desk untuk meneruskan usaha batik ini apa saja

mbak?

Sekarang saya suruh dia untuk membuat design batik, kan darah seni dari bapak

turun ke semua anaknya. Sekarang sih mas AP banyak membuat design dengan

cara yang lebih canggih, pake software gitu.

2. Sejak kapan AP concern untuk membuat design batik?

Ya sejak bapak meninggal itu, bapak kan meninggal November tahun lalu. Selang

beberapa bulan terus yam au gam au kan dia yang nerusin, jadi saya kasih tugan

buat design itu. Soalnya mas juga kan kesibukannya banyak.

3. Mengapa mbak mau ikut meneruskan usaha keluarga AP?

Ya, pertama saya kan dulunya pegawai, jadi gabisa kalau cuma diem di rumah.

Terus yak arena nikah sama mas AP, dan memang sudah diberi amanah ntuk

meneruskan ini, jadi ya saya juga ikut terjun. Lagian mas AP itu juga kan punya

kesibukan lain dari dulu, kalau ga sambal kerja yang lain juga repot mbak. Selain

itu juga kalau kita berhentikan usaha ini, kasian pembatik, kasian yang bikin

Page 171: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

155

pola, yang udah kerja sejak lama dari jaman bapak, nanti mata pencaharian

mereka juga jadi hilang. Kita ya manjangin usaha ini juga karena mereka mbak.

4. Daritadi, sudah ada pembatik yang nyetorin kain mbak. Sebelumnya memang

selalu Quality Control dulu?

Wah itu jelas harus mbak, dicek satu persatu, diterawang siapa tau ada yang

bolong kan. Soalnya kalau nanti ada yang bolong, harganya kita kurangi mbak,

harga jualnya juga dikuranngi. Nanti ya jujur aja sama pembelinya kalau

memang ada cacat, bapak yang ngajarin itu. Sama pembeli itu harus jujur, kalau

barang memang cacat, jual juga dengan harga cacat.

5. Maaf sebelumnya mbak, daritadi kan sudah ada pembatik yang stor kain, tapi ko

bayarannya beda-beda ya mbak? Penilaiannya berdasarkan apa?

Oh memang beda mbak, tergantung gampang atau sulitnya motif, paling tidak

rate harganya itu dari 300 ribu sampai 550 ribu. Tergantung halus apa

enggaknya motif yang dibuat. Nanti kalau harga “nembok” pake klowong itu,

harganya 250 ribu mbak, terus kalo mau”nembok´biar lebih halus lagi, harganya

segituan juga, 250 ribu. Coba, kalau dijumlahkan, untuk membuat batik tulis yang

halus biaya produksi untuk pembatiknya saja sudah berapa. Belum lagi ongkos

ngelorot sama ngasih warna, jadi ya ajar kalau setelah jadi, harganya bisa

jutaan.

Page 172: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

156

6. Wah, ternyata mahal ya mbak. Harga untuk ongkos membatik memang segitu ya

rata-rata?

Oh beda mbak, itu yang sebrang kios saya, dia bayar pembatik paling mahal 80

ribu, soalnya ya cuma batik kasar mbak. Ga pernah dicek juga hasil batikannya

itu. Tapi yak an kalau disini, sudah pernah kita ceritakan, kalau batik itu harus

benar, harus punya arti, karena ya itu budaya jawa ada disitu mbak.

Page 173: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

157

Wawancara Informan Pemilik Galeri di Kota Yogyakarta

Nama : N

Usia : 55 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Waktu : Pukul 11.22 WIB, Hari Sabtu, 27 Agustus 2016

Tempat : Monthly Meeting Organisasi Sekar Jagad, Jogja

Fashion Week 2016 (Jogja Expo Center)

Dari temuan-temuan ahsil observasi yang dilakukan peneliti, kemudian

peneliti melakukan konfirmasi dengan memberikan beberpaa pertanyaan terkait.

1. Mbak, kegiatan dari organisasi ini kaya gimana aja?

Wah, ya kalo tiap bulan kaya begini ini mbak. Tapi ada juga rekreasi ke

tempat-tempat yang ada batiknya juga, terus wisata gitu. Paling kalau

rekreasi ya di Pulau Jawa aja.

2. Wah, asik ya mbak. Mbak juga suka ikut rekreasinya juga dong?

Saya malah ga pernah ikut sama sekali kegiatan-kegiatan gitu. Kegiatan

bulanan aja saya jarang sampai selesai. Soalnya ya yang penting tuh udah

absen udah nongol gitu.

3. Kalau zaman bapak juga gitu mbak?

Bapak ya sering datang kalau pas pertemuan bulanan gini. Tapi kalau

rekreasi ga pernah. Kecuali kalau di luar kota pas kebetulan bapak emang

harus speech gitu, karena beliau kan Maestro Batik, beliau pasti berangkat.

Page 174: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

158

Sekarang kan Bapak udah ga ada, jadi yang speech biasanya sekarang dari

Kraton kalau engga dari UGM.

4. Mbak itu berarti dari dulu sama bapak ikut terus untuk datang ke pertemuan

kaya gini ya mbak?

Iya kalau bareng bapak kan saya yang temenin terus. Bapak kemana-mana itu

pasti sama saya. Tapi ada masanya ga pernah diundang sama Sekar Jagad

setelah bapak gak ada. Jadi kan dulu tiap bulan itu mesti ada pertemuan kaya

gini, tiba-tiba udah berapa bulan gitu ga pernah ada undangan dari Sekar

Jagad. Saya ya basa-basi setelah itu sama tetangga saya yang ngurusin

organisasi ini. Kok ya kenapa gitu ga pernah diundang lagi, mentang-

mentang bapak udah ga ada. Akhirnya setelah saya tanyain itu, terus bulan

depannya saya langsung diundang lagi deh mbak.

5. Mbak, kalau itu mbak kan beli banyak batik Madura, emang suka atau koleksi

mbak?

Saya dasarnya suka batik. Terus batik Madura tuh murah-murah. Tapi ya

saya juga cair yang rapi juga. Kainnya setelah saya beli biasanya entar

dijahit ke penjahit langganan. Solanya kalau batik bapak dipotong, sayang

banget rasanya, rapi benget kan karena tulis halus. Jadi mending motong

batik yang punya orang lain aja dibikin baju. Kalau batik bapak itu rasanua

mending dilihatin aja, dipandangin keindahannya gitu hehehhe.

Page 175: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

159

Wawancara Subjek Pemilik Galeri di Kabupaten Bantul

Nama : I

Usia : 38 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wirausaha Batik dan Ibu Rumah Tangga

Waktu : Pukul 14.04 WIB, Hari Rabu, 31 Agustus 2016

Tempat : Galeri Batik Miliknya

1. Mbak I, saya mau tanya-tanya lebih tentang keluarga sama detail tentang

nerusin usaha keluarga ini boleh mbak?

Oh iya boleh, saya ceritain deh

2. Mbak, tumpukan pesenan ini semua udah dicek mbak?

Udah sama pegawai saya itu, kalau udah dipalstik udah ready, nanti abis

proses terus dilihat kan terus dilipat rapi. Entar kalau ga dicek ternyata ada

yang cacat nanti ga akan dikasihin, wah pada protes entar mbak. Ini bikinnya

perih mbak. Kalau misal pesenannya 10, kadang ya saya bikinnya lebih,

soalnya kan di proses produksinya ada aja yang gagal. Terus konsumen

protes gitu mbak nanti. Ada yang protesnya tuh duh ribet, ada yang emang

enakan mbak. Bisa pada rewel gitu mbak, wah sering itu. Tapi yowes lah ya

orang namanya dagang.

3. Selalu pegawai mbak yang ngecek?

Iya udah pegawai saya itu yang ngecek

Page 176: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

160

4. Wah, strateginya tuh sebenernya jadi gimana mbak?

Ya inovasi sih motif ngikutin perkembangan kan, soalnya harus mengikuti

zaman sesuai pesenan juga.

5. Kalau batik menurut mbak masa depannya bagaimana?

Wah saya belum tahu ya, jalani aja gitu. Dulu batik pernah sepi mbak di

tahun 80an gitu batik turun. Jamannya Gusdur, tapi nenek saya ga berhenti

mbak. Kalau dulu pas sepi itu pada banyak yang vakum. Eyang saya mau

sepi mau rame ya jalanin aja pokonya.

6. Apa yang membuat terus bertahan dan berjalan mbak bisnisnya?

Ya karena kan eyang itu kan dapet uangnya tuh cuma dari itu, dari dari

jualan batik, terus jual klotong gitu, jadi petani juga, jual sembako juga, jual

pupuk buat sawah jual minyak tanah juga pokonya jual jual jual gitu. Ya

meskipun ga kaya semaju sekarang, tapi dulu itu udah alhamdulillah gitu ga

rugi, meskipun labanya emang ga banyak juga tapi ya yang penting karyawan

bisa jalan ada hasilnya gitu mbak. Yang penting bisa ual barang gitu.

7. Eyang sering ngajak rekreasi karyawan mbak?

Ya sering dulu makan diluar gitu dimana, nanti bareng-bareng paling daerah

sini gitu. Cuma kaya gitu.

8. Kalau sekarang sering mbak?

Wah sekarang engga, jarang banget. Lebih sering dulu. Cuma kalau disini,

karyawan disini juga enaknya ga pernah nuntut. Tapi hak mereka selalu

dipenuhi, waktunya gajian harus pas langsung dikasih. Mau nge-bon juga

Page 177: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

161

bisa gitu kalo aku emnag ga sempet ngitung nanti tinggal ditulis. Fleksibel

banget kan kekeluargaan pokoknya.

9. Mbak ika semakin yakin dengan usaha ini?

Yakin, apalagi ya sekarang juga rame. Jadi ya alhamdulillah.

10. Mbak ika suka baca-baca buku tentang batik gitu mbak?

Enggak, soalnya tiap hari ka udah ngerjakan kan, kalau bac abaca gitu mah

ah pemula gitu, soalnya saya udah tau proses gitunya udah tau. Ya paling

kalau ada motif baru saya ulik gitu gimana

11. Dulu pernah nolak untuk nerusin usaha batik ini mbak?

Wah engga sama sekali e, ya dijalanin aja malah seneng to dulu dapet uang

sendiri juga kan.

12. Mbak Ika kalau beli barang-barang gitu dulu beli sendiri dong mbak? Beli

handphone gitu?

Wah engga sih mbak, itu dulu saya diaksih. Mahal banget to kalau dulu tuh

bisa sampe satu jutaan handphone yang nokia apa siemens dulu itu.

13. Orang tua memang memenuhi semua kebutuhan mbak gitu ya?

Iya iya, saya juga ga pernah minta yang aneh-aneh juga sih jadi masih wajar

gitu. Jadi ya dibeliin apa gitu ya biasa aja mbak. Dulu kalau pake uang

sendiri ya paling jajan biasa aja sih di sekolah gitu mbak. Jaman dulu kan

ngekos saya tuh tapi ya di saudara di Jogja, sekloahnya kan dulu di Santa

Maria. Jadi dari dulu hidupnya tuh kaya ngekos aja gitu. Terus kuliah juga di

Jogja

Page 178: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

162

14. Wah, orang tua memang mengajarkan untuk mandiri mbak?

Ya kaya ngekos gitu ngajarinnya, dapat uang saku juga, kalau pagi beli

makan sendiri gitu.

15. Keinginan sendiri mbak sekolah di Jogja?

Iya semua maunya saya sih, orang tua sih setuju-setuju aja. Cuma ya orang

tua datang ke sekolah aja nanya-nanya terus udah aja gitu tentang biayanya

terus ya setuju sama tiap pilihan saya.

16. Termasuk soal memilih pekerjaan dibebaskan mbak?

Iya, bebas aja gitu kan saya pernah cerita itu, akhirnya ya santai aja nerusin

ini usaha keluarga juga bareng sama tante saya. Kalau dulu ya bareng tante

saya itu karena tante ekonominya ga begitu lancar gitu, jadi yaudah kan

disini aja malah dapat pemasukan.

17. Menurut mbak, sukses itu apa mbak?

Wah ga bisa diukur dengan uang kalau menurut saya. Sukses itu bahagia,

kalau banyak uang gak bisa nikmatin juga kan malah sia-sia. Kalau banyak

uang tapi ga berani ninggalin rumah malah takut gitu kan repot. Mending ya

hati tenang kalau ditinggalin juga.

18. Wah, dapet banyak pengaruh dari siapa mbak bisa punya pandangan begitu?

Gak nyontoh tapi dari bapak. Bapak saya itu pernah bilang orang kaya itu

gausah karya harta, kaya hati yang penting, kaya saudara, kaya sahabat. Itu

harta yang melebihi uang menururt saya. Kalau orang kaya uang tuh ga

pernah puas. Ya bapak saya ga terlalu matrealistis sih mbak, yang penting

Page 179: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

163

kita bahagia dimanapun, malah sakit to kalau ngumpul-ngumpulin harta tapi

ga sempet nikmatin. Malah sedih mbak hahaha

Page 180: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

164

Lampiran 3. Hasil Reduksi Data

Berikut ini merupakan hasil reduksi data yang dibuat peneliti menururt urutan

tanggal penelitian dari awal hingga akhir fase wawancara penelitian:

a. Wawancara Subjek AP, Sabtu 6 Agustus 2016.

Dari penuturan subjek, ditemukan bahwa subjek AP merupakan generasi ke

empat dari usaha keluarga. Selama meneruskan usaha keluarganya, AP tidak

pernah mengubah “aturan main” dari menjalankan usaha batik. AP menuturkan,

dari mulai kain, bahan pewarna, hingga malam yang digunakan untuk

memproduksi batik, tidak ada yang diubahnya sama sekali. AP juga tidak

mengubah model-model batik yang diproduksi usaha keluarganya, dengan kata

lain AP menyebut bahwa batiknya masih “pakem”. Menjadi generasi ke empat

penerus usaha batik keluarga memiliki alasan tersendiri bagi AP yaitu karena

menurutnya, batik merupakan warisan budaya yang semakin hari semakin langka.

Menurut AP selembar kain batik memiliki sebuah arti dan nilai artistic serta

keindahan. Saat dikonfrontosi mengenai nilai budaya yang mempengaruhi

keputusannya dalam meneruskan usaha batik, AP dengan lugas membenarkan hal

tersebut. AP juga diketahui belajar mengenai sejarah batik yang dia dapatkan dari

belajar otodidak serta belajar dari Eyang kakung dan bapaknya.

b. Wawancara Subjek AP, Rabu 10 Agustus 2016.

Dari hasil penuturan subjek, peneliti mendapatkan konstruksi genogram karir

dalam keluarga subjek AP. Jika dituangkan kedalam bagan, maka sebagai berikut:

Page 181: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

165

Penuturan yang diungkap subjek juga AP menunjukkan bahwa AP memang tidak

belajar batik secara khusus, karena semenjak kecil AP sudah bergelut dengan

batik dari bangun tidur hingga tidur lagi, sehingga cara tersebut juga merupakan

cara AP dalam mempelajari usaha keluarga, yaitu dengan mengamati. Hal yang

menjadi pendorong untuk terus belajar mengenai batik bahkan untuk melakukan

berbagai hal adalah rasa penasaran yang membelenggunya akan suatu hal, salah

satunya adalah batik. Batik memang bukanlah satu-satunya minat khusus yang

dimiliki oleh AP sejak kecil, namun setelah berjalannya waktu dan batik bergeser

menjadi sebuah kerajinan yang unik dan merupakan heritage serta menjadi barang

yang exclusive, barulah AP memiliki minat terhadap batik itu sendiri, khususnya

batik tulis halus. AP sendiri menyadari bahwa minatnya banyak terletak pada hal

yang berbau jalan-jalan. Sehingga, dari penuturannya, AP sangat menikmati

pekerjaannya sebagai Arkeolog dan semacam adventure.

Page 182: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

166

Dari penuturannya, AP menyadari bahwa menjadi seorang Arkeolog dan

meneruskan usaha batik memiliki relevansi. Menurut AP, motif pada kain batik

memiliki filosofi yang bercerita, begitupun seperti pekerjaannya sebagai Arkeolog

yang mengharuskan AP menceritakan perjalanan sebuah sejarah. Informasi

mengenai batik yang didapatkan AP banyak berasal dari luar keluarga, tapi Eyang

dan orang tua AP juga memiliki peran dalam mengedukasi AP mengenai batik.

Meneruskan usaha batik keluarga, membuat AP juga meneruskan relasi bisnis

yang sudah dibangun oleh generasi terdahulu. AP sangat mengerti bahwa dia juga

secara otomatis akan meneruskan relasi bisnis keluarganya saat diamanati untuk

meneruskan usaha tersebut. Supplier kain mori untuk membuat selembar kain

batik diketahui masih diambil dari sumber yang sama begitu juga dengan malam

dan pewarna yang digunakan, semua tempat pengambilan bahan pembuat kain

batik masih tetap sama dari generasi ke generasi. Begitupun dengan formula

untuk pembuatan batik, masih sama dari setiap generasinya. Karena, menurut

hasil penuturan AP, dia tidak mau menghilangkan nilai budaya dan filosofi yang

memang sudah ada pada kain batik.

Subjek AP menuturkan bahwa keterampilan yang dimilikinya memang

dijalani dengan mengalir, sehingga dia kesulitan untuk menentukan keterampilan

apa yang selama ini dimiliknya. Namun, AP mengungkapkan bahwa keahliannya

adalah bekerja “dibalik layar” dan “mengulik”sesuatu sampai dia merasa cukup.

Berbagai macam minat yang dimilikinya, AP merasa tidak pernah diberi larangan

orang tuanya untuk melakukan berbagai hal. AP menceritakan bahwa dia lebih

merasa banyak di protect oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya dirasa sangat

Page 183: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

167

menyayangi AP namun cenderung berlebihan, sehingga terkadang membuatnya

merasa stress. AP memberikan contoh, perlakukan orang tuanya dalam hal

akademik yang begitu diperhatikan sampai menunggui AP dalam belajar. Namun,

dalam hal membantu membuat rencana dan mengarahkan masa depan, menururt

AP, orang tuanya tidak pernah membantu untuk mengarahkan.

c. Wawancara P yaitu Pembatik di Galeri Subjek I, Kamis, 12 Agustus 2016

Penuturan P sebagai pembatik, menjelaskan mengenai perlakuan subjek I

terhadap karyawannya. Dalam penuturannya, diketahuibahwa subjek I tidak

melakukan Quality Control terhadap kain batik yang dikerjakan oleh

pembatiknya. Namun ibu P membenarkan bahwa subjek I memang setiap hari

berada di toko. Untuk permasalahan izin kerja, ibu P mengatakan bahwa

permohonan izin tergolong mudah, yang penting ada komunikasi terlebih dahulu,

jika ada keperluan mendadak, kawayawannya juga diizinkan untuk meninggalkan

pekerjaan, namundihitung setengah hari kerja. Apresiasi terhadap karyawan

dirasakan oleh ibu P selaku pembatik, yaitu dengan bentuk THR setiap tahun

sekali saat moment Lebaran. Selain itu, ibu P juga mengatakan bahwa kerja di

galeri batik milik subjek I terasa santai.

d. Wawancara Subjek I, Jumat 13 Agustus 2016.

Penuturan subjek diawali dengan pengakuannya mengenai penerus usaha

keluarga pada generasi ketiga. Subjek menjelaskan bahwa usaha batik miliknya

memang dirintis dari Eyangnya. Selain itu, subjek I juga menceritakan silsilah

keluarganya yang dituangkan menjadi sebuah konstruksi genogram karir sebagai

berikut:

Page 184: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

168

Dikelilingi oleh banyak pelaku usaha batik, subjek I menuturkan bahwa

galeri-galeri batik disektiarnya baru muncul setelah traffic pengunjung di

galerinya meningkat dan tergolong ramai. Subjek I menuturkan bahwa hal

tersebut merupakan dampak positif yang timbul akibat munculnya galeri batik

milik keluarganya. Subjek I yang merupakan cucu dari keluarga tersebut memang

sudah dikader secara khusus dalam meneruskan usaha batik, terbukti dari

pemaparannya, subjek I menceritakan sudah sejak duduk dibangku kuliah

semester awal, subjek I diberi tanggung jawab dalam menjalankan usaha tersebut

oleh sang Eyang putri. Subjek I menceritakan, bahwa sebenarnya sudah mengenal

dunia batik cukup lama, namun subjek I memang lebih akrab dengan kegiatan

berdagang. Pemaparannya kemudian mengerucut kepada keluarganya yang

memiliki banyak latar belakang sebagai seorang pedagang. Sehingga menurutnya,

kehadiran nilai ekonomi sangat kental dalam setiap karir keluarganya. Dari

pemaparan yang kemudian dikonfrontasi oleh peneliti, diketahui bahwa mayoritas

dalam menjalani usaha batik keluarga adalah profit. Pernyataan yang

menyebutkan bahwa pemesanan serta pengerjaan batik tulis tidak diutamakan

karena memakan waktu yang lama untuk memenuhi pesanan dari pelanggan

menjadi alasan batik cap dan tulis (kombinasi) lebih dipilih subjek I dalam

Page 185: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

169

memenuhi pesanan konsumen guna mendapatkan profit. Sehingga, lewat

pernyataan subjek I, nilai ekonomi memang diutamakan dalam melestarikan usaha

keluarga tersebut. Selain itu, dari penuturan subjek ditemukan bahwa subjek

memiliki berbagai macam usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan berupa

kerajinan. Kegiatan berdagang yang dilakukan oleh subjek I diketahui karena

dilandaskan kesenangan subjek I dalam menghasilkan profit mandiri.

Menjalani usaha batik, tentu diperlukan campur tangan berbagai keahlian dari

karyawan-karyawannya. Subjek I menuturkan, banyak karyawannya yang

memang bertahan sejak usaha tersebut dipegang oleh Eyangnya. Subjek I

menceritaan bahwa terdapat beberapa karyawan yang bekerja padanya sejak

masih bujangan, hingga memilki istri dan anak, bahkan anak dari karyawannya

tersebut kini bekerja padanya. Subjek I memaparkan bahwa bekerja di galerinya

sangat fleksibel, untuk makan siang saja, subjek I membuat kebijakan memasak

makan siang untuk bersama. Subjek I juga memaparkan bahwa pematik yangdia

miliki mencapai paling sedikit 50 orang yang berasal dari tentangganya, pembatik

sebanyak itu dia paparkan untuk menyikapi pesanan dari konsumen yang banyak,

agar dapat memenuhi orderan tepat waktu.

Hubungan subjek I dengan tetangga diakuinya sangat baik, semua karyawan

yang bekerja di tokonya adalah tetangganya, tak terkecuali tukang parkir. Limbah

yang dekat dengan dampak dari produksi batikpun bukan merupakan sebuah

masalah bagi tentangganya dan tidak pernah terjadi aksi protes, subjek I juga

menuturkan bahwa limbah yang dihasilkan dari produksi batik miliknya sudah

diberi obat terlebih dahulu agar tidak berbahaya dan mencemari lingkungan.

Page 186: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

170

Tidak hanya hubungan dengan karyawannya yang terjalin dengan baik,

pemaparan subjek I juga menjelaskan bahwa pengambilan bahan mentah untuk

membuat kain batik, cat dan malam, masih sama seperti generasi-generasi

sebelumya. Subjek I sangat menyadari bahwa hubungannya dengan tempat

pengambilan barang mentah harus selalu terjaga.

Kesadarannya mengenai relasi dengan berbagai pihak pendukung kesuksesan

usahanya memang disadari oleh subjek I. begitu juga dengan inovasi yang perlu

dilakukan dalam menjalani usaha batik keluarganya. Subjek I memaparkan bahwa

berbagai macam inovasi memang banyak muncul setelah dia memiliki wewenang

yang “ajeg” dalam usaha keluarga tersebut. Beberapa inovasi yang telah

dicanangkannya dan terealisasi adalah pengadaan Electronict Data Capture

Merchant atau lebih familiar dengan mesin EDC. Dnegan kestabilan usahanya

dan kepercayana pihak bank terhadap potensi usaha batik di desanya, khususnya

galeri batik yang dimiliki keluarga subjek I, maka menurut subjek I, tetangga

sekitar yang merupakan pemula dalam usaha batik juga terkena dampak

positifnya, yaitu mendapatkan kemudahan dalam pengajuan mesin EDC. Inovasi

lain yang dibuatnya adalah dalam hal pembuatan dan update motif batik yang ada

di galerinya. Semenjak dipercaya oleh Eyang dalam mengelola bisnis keluarga,

subjek I menuturkan bahwa motif yang dimiliki galerinya menjadi lebih banyak

karean kecenderungan subjek I yang memprioritaskan produksi motif batik yang

selalu update dengan mengobservasi berbagai motif baru di pasaran.

Inovasi yang dicanangkan oleh subjek I memang banyak diterima oleh

Eyangnya yang tergolong kooperatif. Subjek I menuturkan bahwa Eyang

Page 187: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

171

merupakan seseorang yang penyabar. Subjek I menggambarkan, jika dirinya

membuat sebuah kesalahan dalam membeli bahan utama pembuatan batik, Eyang

hanya akan menasihatinya agar tidak diulangi lagi. Berbeda dengan orang tua dari

subjek I khususnya Ibunya. Subjek I menuturkan, pada kasus yang sama, ibu

subjek akan marah karena kesalahan yang diperbuat oleh subjek, dan memintanya

untuk mengembalikan barang pesanan yang salah.

e. Wawancara Subjek AP, Rabu 17 Agustus 2016

Dalam penuturan subjek, diketahui ternyata usaha batik yang dijalankan

sebagai generasi ke empat ternyata tidak dijalankannya sendirian. Menururtnya,

sejak menikah dengan sang istri, key informan N, usaha batik keluarganya

kemudian dikerjakan bersama dengan sang istri, N , tepatnya pada tahun 2000.

Dari penuturan AP, istrinya diberi wewenang untuk lebih detail mengurus usaha

batik, mulai dari mengurus pembatik di Pasar Imogiri Barat hingga proses sampai

terbuatnya selembar kain batik.

Orang tua AP memiliki dua orang anak, namun lebih memilih AP dalam

memberikan tanggung jawab sebagai penerus usaha keluarga. AP menuturkan,

bahwa alasan orang tua memberinya tanggung jawab adalah karena penilaian

bapak terhadap dirinya yang dipercaya bisa meneruskan usaha batik tersebut.

Ketika diberi mandat untuk meneruskan usaha keluarga, AP tidak belum

mengetahui masa depan usaha tersebut. Bagi AP, pekerjaan yang digelutinya saat

itu lebih menjanjikan daripada usaha batik. Sehingga, AP menjelaskan bahwa dia

sudah menyadari bahwa batik bukanlah sebuah usaha yang akan banyak

Page 188: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

172

memberikannya profit atau nilai ekonomi yang tinggi, melainkan batik lebih

memiliki nilai budaya karena sifatnya yang monumental bukan komersil.

Sejak kecil, AP mengatakan bahwa dia lebih dekat dengan Eyang. Sehingga,

way of live atau filosofi tentang hidupnya banyak terinspirasi dari Eyangnya yaitu

berpenampilan bersahaja/ low profile, baby face dan berotak mafia. Dari

penuturan AP, diketahui bahwa AP melihat eyang sebagai orang yang low profile

dan tidak sombong terhadap apa yang sudah dikerjakan, AP juga melihat

Eyangnya sebagai orang yang memiliki jiwa sosial yang baik, terbukti dengan

teman-teman Eyang yang menururtnya sangat banyak. Selain itu, prinsip kerja AP

sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan dan professional juga

dimilikinya karena hasil menauladani sifat sang kakek.

f. Observasi Subjek AP dan N 24 Agustus 2016

Observasi dilakukan di Pasar Imogiri Baru, peneliti awalnya mengira bahwa

AP dan N yang merupaka sepasang suami istri dan meneruskan usaha keluarga

sebagai generasi ke empat, akan turun secara langsung. Namun, ternyata sesuai

dengan wawnacara yang sudah dilakukan sebelunya, bahwa memang benasr

hanya subjek N saja selaku istri AP yang pergi ke Pasar Imogiri Baru untuk

menemui para pembatik dan melakukan proses pembuatan kain yang tidak bisa

dilakukan di rumah.

Setelah dilakukan pengamatan dengan melakukan observasi, peneliti

menemukan bahwa subjek N mengerjakan kegiatannya dengan bahagia, terlihat

dari senyumnya yang tidak lepas setiap kali bertemu dengan para pembatiknya.

Namun juga bisa bersikap tegas pada pegawainya yang melakukan kekeliruan

Page 189: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

173

terhadap pekerjaan. Apresiasi subjek N khususnya usaha batik yang dilakukan

keluarga terhadap karya hasil pembatik memang besar. Upah yang diberikan oleh

subjek N terhadap para pembatik memang besar, meski tidak jarang ada pembatik

yang mengeluhkan harga alm. Bapak AP dan N serta AP yang meneruskan uusaha

keluarga tersebut cenderung terdapat perbedaan.

Interaksi N terhadap para karyawan memang tidak dibatasi secara ‘kelas’,

terlihat dari suasana makan siang yang hangat, pada satu meja, dengan ragam

pembicaraan bahkan diluar batik.

Page 190: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

174

Page 191: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

175

Page 192: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

176

Page 193: ALIH GENERASI PILIHAN KARIER PENGUSAHA BATIK …eprints.uny.ac.id/43940/1/Chalida Ghrya Wahyudi_12104241045.pdf · menggunakan observasi, membuat konstruksi genogram karir dan wawancara

177