akuntansi manajemen bab 10 - stie-igi.ac.id...akuntansi manajemen bab 10 penggunaan informasi...
TRANSCRIPT
-
2020
AKUNTANSI MANAJEMEN BAB 10
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
-
1
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM
PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK
Perencanaan Laba Jangka Pendek
Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari proses
penyusunan anggaran perusahaan. Dalam perencanaan laba jangka pendek,
manajemen mempertimbangkan berbagai usulan yang berakibat pada :
· Harga Jual
· Volume Penjualan
· Biaya Variabel
· Biaya Tetap
· Laba bersih
Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan
informasi akuntansi differensial berupa :
(1) Taksiran pendapatan diferensial
(2) Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih
Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam
memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.
Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
proses penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk
perencanaan laba jangka pendek yaitu:
1. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya
sama dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen,
dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa
pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan
tidak mengalami kerugian.
-
2
2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau
pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha
tidak menderita rugi.
3. Shut – down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara
ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tunai saja.
4. Degree of operating leverage
Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan
pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.
5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan
sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup
biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas
biaya variabel)
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi
manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses
penyusunan anggaran perusahaan. Dalam proses perencanaan laba jangka
pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk
mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya
terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba
merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka
pendek.
Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek,
berikut ini diberikan Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian
(Projected Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:
-
3
PT. X
Laporan Laba Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X2
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R
yang disusun dengan metode variable costing yang membantu manajemen
puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh
manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut
penambahan / pengurangan volume kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing,
manajemen dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu
:
1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan
perusahaan Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan
informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk
tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas
impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka
tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues)
yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat
menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas,
perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti
semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan laba.
2. Margin Of Safety
Pendapatan Jumlah
Rp. 500.000.000
%
100%
penjualan
Biaya Variabel
Rp. 300.000.000
60%
Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%
Biaya tetap Rp. 150.000.000 30%
Laba bersih Rp. 50.000.000 10%
-
4
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi
berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi,
agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin
of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari
data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah
maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 –
Rp. 375.000.000) atau 25% (Rp.
125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan
memperoleh laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan
perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety
dan pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan
penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita
kerugian.
3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika
pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari
contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.
150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2,
titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini
berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan
secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan
dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu
membayar biaya tunainya.
4. Degree of Operating Leverage
Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai
dampak terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh
diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000)
-
5
yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan
4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan
sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan
mengalami kenaikan 20% (4X5%).
5. Laba kontribusi perunit
- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &
menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh
perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi
dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan
dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen
akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk
menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam
pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
A B C Total
Volume penjualan 500 300 200 1000
Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih Rp. 300.000
Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100
Produk Konsumsi Jam Jumlah Contribition Contribition Peringkat
-
6
mesin perunit produk yang margin perunit margin Per jam kemampuan
Produk dihasilkan
perjam mesin
1: (1)
produk mesin
(2) X (3)
produk dalam
memanfaatkan
sumberdaya yang
langka (1) (2) (3) (4) (5)
A 5 0,20 Rp. 800 160 1
B 10 0,10 1000 100 2 C 25 0,04 2000 80 3
Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi
perunit sebesar Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan
kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan
produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas
dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi
perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.
Ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan
memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap
& menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi
produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.
Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu
usaha tidak menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a. Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis
-
7
a. Pendekatan teknik persamaan
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan
mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah
laba.Atau laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya.
Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode
variable costing, persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan cx
Biaya variabel bx _ _
Laba kontribusi cx-bx
Biaya Tetap a _ _
Laba bersih y
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama
dengan jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb:
cx – bx = a
x(c-b) = a
x’ = a / (c-b)
Keterangan :
cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya
cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap
-
8
x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih
antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :
Impas dlm (Q) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan
Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara
mengalikan rumus impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan
produk.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution margin ratio
Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan
sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa
tersebut permalam Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan
dua orang, dengan upah Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif
sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan
yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda
semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke
tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:
JUMLAH %
Pendapatan penjualan
jasa titipan sepeda
Biaya variabel:
Upah insentif untuk
dua karyawan
500 X Rp.25 Rp. 12.500 100
500 X 2 X2.500 _ 20
Rp.2.50
Laba kontribusi Rp. 10.000 _ 80
Biaya tetap:
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang
karyawan
2.000 +
-
9
Rp. 3.500 28
-
10
Laba bersih Rp. 6.500 52
Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang
harus masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan
tersebut tidak mengalami kerugian.
Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat
dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :
Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – By Variabel persatuan
= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka
usaha pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam,
sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha
titipan sepeda sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution Margin ratio
= 3.500 _ = Rp.4.375
80%
Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa
titipan sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari
pendapatan penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya
yang dikeluarkan malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah
mendatangkan laba 80% (contribution margin ratio) dari uang pendapatan
penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya. Bukti bahwa pada pak Amat
menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak Rp.4.375 usahanya
belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam perhitungan
sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375
Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875
Laba kontribusi Rp. 3.500
-
11
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500
Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran
20X1 adalah sbb: Kg
Sediaan awal 100
Rencana produksi 1.100
1.200
Rencana penjualan 1.000
Sediaan akhir 200
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg
produk :
Biaya bahan baku Rp. 10.000
Biaya tenaga kerja variabel 7.000
Biaya overhead variabel 8.000
Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000
Biaya administrasi & umum
variabel
10.000
Biaya pemasaran variabel 8.000
Jumlah biaya variabel Rp.43.000
Biaya tetap pertahun terdiri
dari :
Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000
Biaya pemasaran tetap 15.000.000
Biaya administrasi & umum 25.000.000
Jumlah biaya tetap setahun Rp.77.400.000
Harga jual produk Rp. 172.000 per kg
PT. ELIONA
Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian Jumlah %
Pendapatan penjualan 1000XRp 72.000 Rp. 2.500.000 Rp.172.000.000 100%
-
12
Biaya variabel: 100 X Rp.25.000 Rp.27.500.000 Rp. 43.000.000 25%
Sediaan awal 1.100XRp.25.000 Rp.30.000.000 Rp 129.000.000 75%
Biaya produksi 200 X Rp. 25.00 5.000.000 Rp. 77.400.000
variabel X Rp.8.000 Rp.25.000.000 Rp. 51.600.000
Sediaan akhir 1.000XRp.10.000 8.000.000
Biaya non produksi 10.000.000
variabel: Rp.37.400.000
By. pemasaran 15.000.000
variabel 25.000.000
By. administrasi &
umum variabel
Jumlah biaya
variabel
Laba kontribusi
Biaya tetap:
Biaya overhead
pabrik tetap
Biaya pemasaran
tetap
Biaya administrasi
& umum tetap
Jumlah biaya tetap
Laba bersih
Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :
Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000
75 %
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn
20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar
Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk
minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka
:
-
13
Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg
Rp.172.000 – Rp. 43.000
Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan
memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap
seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada
volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun
anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000.
Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb:
Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan Contribution Margin
ratio
Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat
menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:
Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg
127.000 – 43.000
Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 =Rp. 223.200.000
75 %
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297
kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp.
90.000.000
b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis
Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya
merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat
grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu
tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual
sebesar X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk
volume penjualan sebesar X maka :
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap = a
-
14
Contoh 4
Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :
Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya
variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:
Volume
Pendapatan
Angka Rupiah Dalam Ribuan
Biaya Biaya tetap Total Biaya
Laba
Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai
dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya
proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan
peusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan
semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit
produk yang diproduksi (non unit related overhead costs).
Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead
costs) dengan proporsi yang berbeda-beda. Beda perhitungan impas
konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur biaya variabel
berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities
saja.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + bx
Penjualan
X
Penjualan
cx
Variabel
bx
a
a+bx
(Rugi)
cx-(a+bx)
1.000 Rp.172.000 Rp.43.000 Rp.77.400 Rp.120.400 Rp.51.600
800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800
600 103.200 25.800 77.400 103.200 0
400 68.800 17.200 77.400 94.600 (25.800) 200 34.400 8.600 77.400 86.000 (51.600)
-
15
Keterangan :
K = total biaya
a = total biaya tetap
b = biaya variabel perunit
x = unit level activities
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya
terdiri dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam
persamaan berikut ini :
K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = Total biaya
a = facility sustaining activity cost
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba
berdasarkan activity based costing adalah :
Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3
Keterangan :
Y = laba
cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual
yang ditunjukkan oleh unit level activities)
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
-
16
x3 = product sustaining activities
Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan
activity based costing :
X’ = a + b2x2 + b3x3
c-b1
Keterangan :
x’= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut
:
Biaya variabel perunit Rp. 12.000
Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional :
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional
yaitu :
Impas = Biaya tetap
= Harga jual perunit – biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing
-
17
Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih
lanjut seperti disajikan berikut:
Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit
Unit level activity costs
Biaya bahan baku Rp. 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500
Biaya pemasaran variabel Rp. 500
Unit yg dijual Rp. 12.000
Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000
Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :
Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000
Facility sustaining activity costs 50.000.000
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000
Impas =
Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs
Harga jual/unit – Unit level activity cost
= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)
Rp. 20.000 – Rp. 12.000
= 12.500 unit
2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume
penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka
impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan
atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume
penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun
agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang
-
18
dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of
safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun
anggaran 20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan,
impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin
Of Safety adalah sebesar Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000).
Atau jika dinyatakan dalam persentase dari angka volume penjualan yang
dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 / Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum
volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan
tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan
petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang
direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang
dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang
boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan
tidak menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila
dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )
Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio
Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan
Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :
M/S ratio = Profit ratio _
Profit-volume ratio
Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%
75%
3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )
-
19
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup
usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan
biaya tunai (cash cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari
saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera
dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus
diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out –of pocket cost )
dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada
masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati samapai sekarang). Contoh
biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak
dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan
berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari
perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam
grafik impas.
Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut
terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam(
sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan
laba akuntansi (accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi
dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya keluar dari saku
). Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Contribution margin ratio
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
-
20
172000 – 43.000
Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus
dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp.
86.000.000 atau 500 kg.
4. Degree Of Operating Leverage (DOL)
Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan
pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak
setiap usulan kegiatan yang menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba
bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersih
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan,
dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui
dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan
menggunakan degree of operating leverage .
PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000
Biaya variabel 43.000.000
Laba kontribusi Rp. 129.000.000
Biaya tetap 77.400.000
Laba bersih Rp. 51.600.000
Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp.
172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp.
129.000.000 / Rp. 51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran
mengusulkan promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan
mengakibatkan kenaikan volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat
-
21
manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X
5 %).
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan
impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas,
maka laporan laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000
Biaya variabel 27.090.000
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Biaya
tetap 77,400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000
Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada
tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami
penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba
rugi berikut:
Pendapatan penjualan Perubahan turun 2%
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %
Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
Biaya tetap 77.400.000 77.400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%
Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp.
1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000)
-
22