akumulasi kadar garam (nacl) pada akar dan daun …repository.ub.ac.id/6381/1/moch irvan firman...
TRANSCRIPT
1
AKUMULASI KADAR GARAM (NaCl) PADA AKAR DAN DAUN MANGROVE
(Avicennia alba DAN Sonneratia alba) DI KAWASAN MANGROVE KETAPANG, KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
Oleh: MOCHAMMAD IRVAN FIRMAN SYAH
NIM.135080100111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
2
AKUMULASI KADAR GARAM (NaCl) PADA AKAR DAN DAUN MANGROVE (Avicennia alba DAN Sonneratia alba) DI KAWASAN MANGROVE
KETAPANG, KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
Sebagai salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh: MOCHAMMAD IRVAN FIRMAN SYAH
NIM.135080100111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
i
SKRIPSI
AKUMULASI KADAR GARAM (NaCl) PADA AKAR DAN DAUN MANGROVE
(Avicennia alba DAN Sonneratia alba) DI KAWASAN MANGROVE
KETAPANG, KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
Oleh:
MOCHAMMAD IRVAN FIRMAN SYAH NIM.135080100111006
Telah dipertahankan di depan penguji Pada Tanggal 27 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Mulyanto, M.Si Dr. Ir. Muhammad Musa, MS NIP. 19600317 198602 1 001 NIP. 19570507 198602 1 002
Tanggal: Tanggal:
Mengetahui, Ketua Jurusan MSP
Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS NIP. 19620805 198603 2 001
Tanggal :
ii
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : AKUMULASI KADAR GARAM (Nacl) PADA AKAR DAN DAUN MANGROVE (Avicennia Alba Dan Sonneratia Alba) DI KAWASAN MANGROVE KETAPANG, KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : MOCHAMMAD IRVAN FIRMAN SYAH
NIM : 135080100111006
Program Study : Manajemen Sumber Daya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : DR. IR. MULYANTO, M.Si
Pembimbing 2 : DR. IR. MUHAMMAD MUSA, MS
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING
Penguji 1 : DR. UUN YANUAR, S.Pi, M.Si
Penguji 2 : PROF. IR. YENNY RISJANI, DEA, Ph.D
Tanggal Ujian : 27 Juli 2017
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Skripsi yang berjudul
Akumulasi Kadar Garam (Nacl) pada Akar dan Daun Mangrove (Avicennia
alba dan Sonneratia alba) di Kawasan Mangrove Ketapang, Kademangan
Kota Probolinggo benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan oleh orang kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa laporan
Skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia
Malang, Juli 2017
Mochammad Irvan Firman Syah
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam membantu kelancaran hingga penulisan laporan Skripsi ini
dapat terselesaikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelancaran, dan petunjuk
hingga laporan skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ayahanda Poniran dan Ibunda Mardiyah serta kedua kakakku atas
dorongan yang kuat, memberi semangat, serta restunya serta doa yang
tiada hentinya.
3. Bapak Dr. Ir. Mulyanto, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Musa, MS, selaku
dosen pembimbing atas kesediaan waktunya untuk membimbing penulis
hingga laporan skripsi ini selesai.
4. Ibu Dr. Uun Yanuar, S.Pi, M.Si dan Ibu Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA, Ph.D
selaku dosen penguji atas kesediaan waktunya untuk memberi arahan dan
masukan dalam pelaksanaan ujian skripsi ini.
5. Yuliant yang selalu memberikan semangat dan setia menemani dalam
menyelesaikan Laporan ini.
6. Teman-teman seperjuang yaitu Diaz, Sisil, Niken, Robby, Kokom dan Afrah
terima kasih atas segala bantuan selama ini.
7. Teman-teman Keluarga besar PESIAR atas segala bentuk supportnya.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung dan baik
sengaja maupun tidak sengaja telah berperan dalam terselesaikannya
laporan ini.
Malang, Juli 2017 Mochammad Irvan Firman Syah
v
RINGKASAN
MOCHAMMAD IRVAN FIRMAN SYAH. Akumulasi Kadar Garam (NaCl) pada
Akar dan Daun Mangrove (Avicennia alba dan Sonneratia alba) di Kawasan
Mangrove Ketapang, Kademangan Kota Probolinggo., Dosen Pembimbing. DR.
IR. MULYANTO, M.SI dan DR. IR. MUHAMMAD MUSA, MS
Kemampuan akumulasi kadar garam pada mangrove terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu mangrove secreter dan mangrove non-secreter. Mangrove secreter merupakan mangrove yang mempunyai kelenjar garam pada daunnya. Akumulasi garam dari akar akan dikeluarkan melalui kelenjar garam yang berada pada daunnya, sehingga daun tampak seperti ditaburi kristal garam dan terasa asin, seperti Avicennia alba. Mangrove non-secreter merupakan mangrove yang tidak mempunyai kelenjar garam pada daunnya. NaCl yang terserap oleh akar mangrove akan diendapkan pada batang dan daun. Mangrove non-secreter akan menggugurkan daun setelah daun tua dan batang secara alami untuk melepas kelebihan garam, seperti Sonneratia alba. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan akumulasi garam pada akar dan daun mangrove secreter (Avicennia alba) dan mangrove non-secreter (Sonneratia alba).
Penelitian menggunakan metode survey. Sampel berupa akar pada permukaan hingga kedalaman ± 10 cm disekitar pohon sebanyak 100 g dan daun tua dipangkal ranting sebanyak ± 100 g, serta sedimen yang berada disekeliling pohon serta pengukuran pH tanah dan salinitas. Analisis kadar garam dilakukan dengan menggunakan metode titrasi argentometri Volhard (Volhard titrimetri), serta menganalisa data menggunakan rumus BCF (Bio-concentration factor) dan TF (Translocation factor).
Kandungan garam pada sedimen 6,354 g/kg, pada Avicennia alba di akar 0,668 g/kg dan di daun 0,043 g/kg. Persentase nilai kadar garam yang masuk ke akar yaitu 10,5 %, sedangkan yang ditraslokasikan ke daun 6,5 %. Kandungan garam (NaCl) pada Sonneratia alba di akar 0,622 g/kg, dan di daun 0,036 g/kg. Persentase nilai kadar garam yang masuk ke akar yaitu 9,8 %, sedangkan yang ditraslokasikan ke daun 5,8 %. Nilai BCF Avicennia alba sebesar 0,105 (akumulkator sedang) sedangkan Sonneratia alba 0,098 (akumulkator rendah). Nilai TF pada Avicennia alba 0,065 dan Sonneratia alba 0,058 dan kedua mangrove termasuk fitostabilisasi karena nilai TF < 1. Nilai parameter pendukung didapatkan hasil untuk pH tanah berkisar antara 7,83 – 7,96 dan kadar salinitas perairan berkisar antara 4 - 5 ppt.
Kesimpulan dari penelitian ini yakni kemampuan penyerapan garam oleh Avicennia alba lebih tinggi dibandingkan Sonneratia alba. Saran untuk penelitian ini yakni perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan akumulasi garam (NaCl) pada jenis spesies yang berbeda dan pada bagian tubuh mangrove yang lain serta jenis garam lain yang terserap oleh mangrove.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan Judul “Akumulasi Kadar
Garam (NaCl) pada Akar dan Daun Mangrove (Avicennia alba dan Sonneratia
alba) di Kawasan Mangrove Ketapang, Kademangan Kota Probolinggo”. Laporan
skripsi dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih Sarjana
Perikanan program Strata Satu (S-1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari
ketelitian pada penulisan, kekurangtepatan ataupun kesalahan penyampaian
kata, karena semua itu tidak lepas dari keterbatasan kemampuan yang dimiliki
oleh penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar usulan skripsi ini untuk selanjutnya lebih sempurna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Mochammad Irvan Firman Syah
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
IDENTITAS TIM PENGUJI .................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... iv
RINGKASAN ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
1.4 Kegunaan .............................................................................................. 5
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 6
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7
2.1 Salinitas ................................................................................................. 7
2.2 Ekosistem Mangrove ............................................................................. 8
2.3 Adaptasi Mangrove pada Lingkungan Salin ........................................... 9
2.4 Akumulasi Garam (NaCl) pada Mangrove ........................................... 11
2.5 Mangrove Secreter (Avicennia alba) .................................................... 12
2.6 Mangrove Non-Secreter (Sonneratia alba) .......................................... 13
2.7 Mekanisme Garam (NaCl) Masuk pada Mangrove .............................. 14
2.8 Sedimen (Tanah) ................................................................................. 17
3. MATERI DAN METODE ............................................................................. 18
viii
3.1 Materi Penelitian .................................................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 18
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 19
3.4 Penentuan Lokasi Pengambilan Sample ............................................. 19
3.5 Metode Pengambilan Sample .............................................................. 20
3.5.1 Akar Mangrove ......................................................................... 21 3.5.2 Daun Mangrove ........................................................................ 21 3.5.3 Sedimen Mangrove ................................................................... 22
3.6 Analisis Sample ................................................................................... 22
3.6.1 Analisis Kadar Garam (NaCl) .................................................... 22 3.6.2 Derajad Keasaman (pH) Tanah ................................................ 23 3.6.3 Salinitas .................................................................................... 24
3.7 Analisis Data ....................................................................................... 24
3.7.1 Faktor Biokonsentrasi (BCF) ..................................................... 24 3.7.2 Faktor Translokasi (TF)............................................................. 25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 26
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 26
4.2 Deskripsi Titik Pengambilan Sample .................................................... 27
4.3 Kandungan Garam (NaCl) ................................................................... 27
4.3.1 Kandungan Garam (NaCl) pada Sedimen ................................ 28 4.3.2 Kandungan Garam (NaCl) pada Mangrove Secreter
(Avicennia alba) dan Mangrove Non-Secreter (Sonneratia alba) ...................................................................... 30
4.4 Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF) ................... 32
4.5 Parameter Pendukung ......................................................................... 34
4.5.1 pH Tanah .................................................................................. 34 4.5.2 Salinitas .................................................................................... 35
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 36
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 36
5.2 Saran ................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN ........................................................................................................ 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan Bahan ............................................................................................. 18
2. Nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF) Garam (NaCl) pada Mangrove Secreter dan Non-Secreter ....................................... 32
3. Data Pengukuran Parameter Pendukung ...................................................... 34
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Alir Rumusan Masalah .......................................................................... 4
2. Bentuk-bentuk akar pohon mangrove ............................................................ 10
3. Denah titik pengambilan sample .................................................................... 20
4. Grafik Kandungan Garam (NaCl) pada Sedimen ........................................... 28
5. Grafik Perbandingan Kandungan Garam (NaCl) pada akar dan daun Avicennia alba dan Sonneratia alba .............................................................. 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 41
2. Kandungan Garam (NaCl) pada Akar, Daun dan Sedimen Mangrove Secreter (Avicennia alba) dan mangrove Non-Secreter (Sonneratia alba). ............................................................................................................. 42
3. Contoh Perhitungan ....................................................................................... 43
4. Laporan Hasil Analisa Garam (NaCl) ............................................................. 45
5. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 48
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salinitas adalah jumlah garam yang terkandung didalam satu kilogram air
laut. Air laut sendiri merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5 %
garam. Artinya dalam 1 kilogram air laut terdapat 35 gram garam dan material
lainnya seperti gas-gas terlarut, bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut.
Air laut memiliki unsur-unsur pokok yang terlarut didalamnya, diperkirakan
hampir sebesar 48.000 triliun ton garam yang larut dalam air laut. Garam
tersebut terdiri dari sodium chloride 38.000 triliun ton, sulphates 3000 triliun ton,
magnesium 1600 triliun ton, potassium 480 triliun ton dan bromide 83 triliun ton.
Chlorida merupakan zat paling banyak terkandung dalam air laut, sedangkan zat
sodium (NaCl) atau garam dapur yang persentasenya paling besar (Lyman dan
Fleming, 1940 dalam Duedall dan Peter, 1997). Persentase kadar garam dalam
air laut sebagian besar berupa garam dapur (NaCl) sebanyak 85%, garam inggris
(MgSO4) sebanyak 10%, dan inilah yang membuat air laut terasa agak pahit.
Adapun 5% lainnya terdiri dari berbagai mineral antara lain Calsium, Kalium,
Bromida dan lain-lain (Rompas dan Rumampuk, 2014).
Mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan
khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau
kecil serta merupakan sumber daya alam yang sangat potensial (Dahuri et al.,
1996). Mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Secara
ekologis mangrove mempunyai nilai penting yakni sebagai stabilisator tepian
sungai dan pesisir serta memberikan dinamika pertumbuhan dikawasan pesisir,
seperti pengendalian erosi pantai, menjaga stabilitas sedimen dan bahkan turut
berperan dalam menambah perluasan daratan dan perlindungan garis pantai.
2
Selain itu mangrove juga mempunyai peran penting dalam memfungsikan
ekosistem disekitarnya termasuk tanah-tanah basah pesisir, terumbu karang dan
lamun (Saputro et al., 2009).
Menurut Saputro et al. (2009) Mangrove adalah sekelompok tumbuhan,
terutama golongan halopit yang terdiri dari beragam jenis, dari suku tumbuhan
yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan dalam hal adapasi morfologi
dan fisiologi terhadap habitat tumbuhnya dan genangan pasang-surut air laut
yang mempengaruhinya. Memperhatikan tempat tumbuhnya, dimana mangrove
berada di lingkungan laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang-surut air
laut sehingga mangrove mampu beradaptasi pada berbagai lingkungan ekstrim
diantaranya lingkungan salin, tanah jenuh air, radiasi matahari dan suhu yang
tinggi akan menyebabkan terganggunya metabolisme tumbuhan dan akan
menyebabkan rendahnya poduktivitas atau laju pertumbuhan tumbuhan.
Ekosistem mangrove yang berada pada lingkungan salin menyebabkan
terjadi 2 (dua) bentuk tekanan / tekanan pada mangrove diantaranya tekanan
osmotik (Osmotic stress) dan tekanan keracunan (Toxicity stress) (Jacoby, 1999
dalam Onrizal, 2005). Selain menyebabkan kedua hal diatas, akar tumbuhan
halopita, termasuk vegetasi mangrove, juga akan mengalami tekanan oksigen
yang sedikit (Low Oxygen Pressure Stress). Tekanan oksigen yang dialami akar
tumbuhan mangrove terjadi karena tanahnya secara periodik digenangi oleh
pasang surut air laut (Poljakoff-Mayber dan Lerner, 1999 dalam Onrizal, 2005).
Oleh karena itu mangrove memiliki daya adaptasi yang berbeda dalam
mengatasi kondisi ekstrim tersebut terutama dalam megorganisir masuknya
garam sehingga tidak mempengaruhi produktivitas dan laju pertumbuhan
mangrove (Onrizal, 2005).
Dari sifat halopit mangrove mempunyai cara untuk beradaptasi dengan
lingkungan salin yakni dengan cara mengakumulasi garam secara aktif dari akar
3
ke daun. Dalam kemampuan menyerap garam, mangrove dibagi menjadi dua
jenis yakni jenis pertama adalah mangrove yang memiliki struktur kelenjar garam
(Secreter), akumulasi garam (NaCl) dari akar dikeluarkan melalui kelenjar garam
yang berada pada daunnya. Garam yang tetap terserap ke dalam tubuh dengan
cepat disekresikan kedalam tubuh oleh kelenjar garam pada daun, sehingga
daun tampak seperti ditaburi oleh kristal garam, seperti Avicennia sp, Aegiceras
sp, dan Aegialitis sp. Dan jenis kedua adalah mangrove yang tidak memiliki
struktur kelenjar garam (non-secreter), NaCl diendapkan pada batang dan daun,
setelah daun tua maka akan menggugurkan daun dan batang serta kulit pohon
yang mati secara alami untuk melepaskan kelebihan garam, seperti Sonneratia
sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, dan Lumnitzera sp. (Scholander, 1968 dalam
Onrizal, 2005).
Ekosistem mangrove di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan
Kota Probolinggo, Jawa Timur dipengaruhi oleh adanya pasang surut air.
Dengan adanya percampuran antara air sungai dan air laut menyebabkan
perubahan tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi. Komposisi dan kerapatan
vegetasi mangrove juga menyumbang perbedaan kadar garam (NaCl) yang
tinggi pada mangrove. Sedimen juga dapat berpengaruh terhadap kadar garam
yang terakumulasi dalam akar dan daun mangrove. Hal ini dikarenakan sebagian
besar kadar garam berada pada sedimen dan secara langsung dapat diserap
oleh akar dan terakumulasi pada akar dan daun mangrove. Ekosistem mangrove
yang tumbuh di kelurahan Ketapang terdiri dari 4 jenis mangrove diantaranya
Aviccennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp. dan Bruguiera sp. Namun jenis
mangrove yang mendominasi dengan kategori tegakan jenis tiang yakni spesies
Avicennia alba dan Sonneratia alba. Selain itu Avicennia alba merupakan tipe
vegetasi mangrove terbuka yang mampu tumbuh di daerah yang paling dekat
4
dengan laut dengan substrat agak berpasir dan berasosiasi Sonneratia alba yang
dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organic (Bengen, 2009).
. 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Alir Rumusan Masalah
Keterangan :
Mangrove dapat hidup dan berkembang dengan baik di lingkungan
estuaria (payau) yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan dengan kadar
garam yang tinggi. Mangrove memiliki kemampuan adaptasi anatomi yang
mampu merespon berbagai kondisi ekstrim seperti kualitas air dan salinitas yang
Adaptasi Mangrove pada lingkungan
Perairan dengan kadar garam tinggi
Mangrove Secreter
(Avicennia alba)
Mangrove Non-Secreter
(Sonneratia alba)
Memiliki Kelenjar garam
pada bagian daun
Tidak memiliki Kelenjar
garam
Mengeluarkan garam
(NaCl) melalui permukaan
daun Mengakumulasi Garam (NaCl)
pada bagian akar dan daun
a
b
Mengeluarkan garam (NaCl)
dengan menggugurkan daun tua,
batang dan melepaskan kulit mati
5
berubah-ubah. Dalam mensekresi garam di lingkungan hidupnya, mangrove
terbagi menjadi dua golongan yakni :
a. Golongan pertama yaitu mangrove jenis secreter (Avicennia alba). Golongan
mangrove secreter mampu mengakumulasi garam pada tubuhnya karena
memiliki kelenjar garam pada bagian daun. Garam yang terserap / masuk
kedalam tubuh mangrove secreter diakumulasi didalam akar dan daun
menggunakan kelenjar garam. Kemudian disekresikan oleh kelenjar garam di
daun sehingga permukaan daun tampak ditaburi oleh kristal garam.
b. Dan golongan kedua yaitu mangrove jenis Non-secreter (Sonneratia alba).
Dimana golongan mangrove Non-secreter tidak memiliki kelenjar garam
karena tidak memiliki kelenjar garam pada bagian daun. Sehingga akumulasi
garam pada akar dan daun tidak menggunakan mekanisme seperti golongan
mangrove secreter. Garam yang terserap ke dalam tubuh akan diekskresikan
dengan mekanisme menggugurkan daun yang sudah tua dan melepaskan
kulit batang yang mati.
1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan kemampuan akumulasi garam pada akar dan daun mangrove
secreter (Avicennia alba) dan mangrove non-secreter (Sonneratia alba).
1.4 Kegunaan
Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
menambah pengetahuan yang lebih mengenai akumulasi kandungan garam
(NaCl) pada akar dan daun mangrove secreter dan non-secreter serta dapat
menjadi dasar untuk penulisan dan penelitian lebih lanjut.
6
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Kawasan
Mangrove Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Probolinggo Jawa
Timur dan untuk analisis kadar garam pada akar, daun dan sedimen dilakukan di
Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salinitas
Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan
gas. Satu contoh air laut sebesar 1000 gram terdapat kurang lebih 35 gram
senyawa-senyawa terlarut yang disebut garam. Dengan kata lain air laut
merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5 % zat terlarut / garam.
Banyaknya zat terlarut disebut dengan salinitas atau kadar garam yang
dinyatakan dalam satuan perseribu (‰) atau ppt (part per thousantd). Sebaran
salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yakni pola sirkulasi
air, penguapan, curah hujan dan air sungai (Nontji, 1987).
Zat yang terlarut dalam air laut meliputi garam-garam anorganik,
senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas
terlarut. Fraksi terbesar dari bahan-bahan terlarut atas garam-garam anorganik
berwujud ion-ion. Enam ion anorganik membentuk 99,29 % berat dari bahan
anorganik padat diantaranya yakni klor, natrium, belerang (sulfat), magnesium,
kalsium dan kalium. Lima ion berikutnya menambah berat yaitu bikarbonat,
bromida, asam borat, stronsium dan pottasium. Dan sisanya 0,01 % diantaranya
adalah nutrien yaitu fosfat dan nitrat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
mensintesiszat organik dalam proses fotosintesis serta silikon dioksida yang
dimanfaatkan oleh diatom dan radiolaria untuk pembentukan cangkangnya
(Kordi, 2008).
NaCl merupakan garam yang memiliki persentase paling besar di laut.
Persentase kadar garam dalam air laut sebagian besar berupa garam dapur
(NaCl) sebanyak 85%. Garam yang terserap oleh mangrove berupa ion Na+ dan
Cl-. Ion natrium dan clorida yang diambil oleh tanaman digunakan untuk proses
8
fisiologi. Ion clorida terlibat dalam proses fotosintesis, dan sebagai pengendalian
tekanan osmosis, sedangkan ion natrium terlibat didalam proses fotosintesis dan
pertukaran kation khususnya dengan kalium (Onrizal, 2005).
. 2.2 Ekosistem Mangrove
Mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial
dan mempunyai ekosistem yang unik. Karena terdapat unsur biologis yang
penting yakni daratan, air, flora dan fauna. Letak mangrove ini berada di
perbatasan antara darat dan laut, tepatnya didaerah muara sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Wilayah mangrove mempunyai ekosistem
yang rumit dimana mempunyai keterkaitan antara ekosistem darat dengan
ekosistem laut (Wibowo dan Handayani, 2006).
Menurut Saputro et. al. (2009) Mangrove adalah sekelompok tumbuhan,
terutama golongan halopit yang terdiri dari beragam jenis, dari suku tumbuhan
yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan dalam hal adapasi morfologi
dan fisiologi terhadap habitat tumbuhnya dan genangan pasang-surut air laut
yang mempengaruhinya. Memperhatikan tempat tumbuhnya, dimana mangrove
berada di lingkungan laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang-surut air
laut sehingga mangrove mampu beradaptasi pada lingkungan ekstrim.
Kemampuan toleransi pohon mangrove terhadap lingkungan yang ekstrim
sehingga mempengaruhi adanya zonasi pada kawasan hutan mangrove.
Berbagai pettnelitian ada waktu dan tempat yang berbeda menyebukan bahwa
komposisi penyusun mangrove berada pada zonasi yang berbeda-beda (Kolinug
et al., 2014). Menurut Begen (2003) dalam Kolinug et. al (2014) menyatakan
bahwa pohon-pohon mangrove dapat beradaptasi terhadap kadar oksigen
rendah, dapat mentolerir kadar garam yang tinggi, serat dapat beradaptasi
terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pengaruh pasang surut air laut.
9
Mangrove merupakan tumbuhan yang mempunyai tingkat adaptasi
terhadap lingkungan yang ekstrim, dimana mangrove mampu tumbuh didaerah
pasang surut yang dipengaruhi oleh kondisi salinintas yang tinggi. Tedapat
sedikit informasi menjelaskan bahwa tanaman mangrove dapat tumbuh
dilingkungan dengan salinitas tinggi, terutama mangrove di Indonesia. Menurut
karakteristik morfologi dalam memanjemen garam, mangrove dibagi menjadi dua
kelompok besar. Kelompok pertama adalah spesies mangrove yang dapat
mensekresi garam (secreting species) yang memiliki kelenjar garam didaun atau
rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam. Dan kelomopok kedua
yaitu spesies mangrove non-sekresi (non-secreting species) yang tidak memiliki
kemampuan morfologi untuk mensekresi kelebihan garam didalam tubuhnya
(Scholander et al., 1962 dalam Ramayani et al., 2012)
2.3 Adaptasi Mangrove pada Lingkungan Salin
Adaptasi merupakan suatu kemampuan organisme untuk mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk dapat bertahan hidup. Mangrove
merupakan organisme yang mamiliki kemampuan adaptasi yang khas untuk
dapat hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam
dan anoksik. Kemampuan adaptasi anatomi mangrove meliputi :
1) Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, dimana pohon mangrove memiliki
sistem perakaran yang khas dan berbeda-beda untuk mendapatkan oksigen.
Sistem perakaran pada mangrove bertipe cakar ayam, penyangga, papan
dan lutut. Bentuk akar pohon mangrove dapat dilihat pada Gambar 2.
10
Gambar 2. Bentuk-bentuk akar pohon mangrove (Bengen, 2009)
2) Adaptasi terhadap kadar garam tinggi, dengan memiliki daun yang tebal dan
kuat yang mengandung kelenjar-kelenjar garam untuk menyekresi garam
dengan jaringan internal penyimpanan air untuk mengatur keseimbangan
garam. Daunnya memiiki struktur stomata khusus untuk mengurangi laju
penguapan.
3) Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut,
dengan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan
membentuk jaringan horizontal yang lebar. Disamping itu untuk
memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur
hara dan menahan sedimen (Bengen, 2009).
Secara fisiologis mangrove sebagai kelompok khusus dari halofita dimana
mempunyai kapasitas dalam menahan air yang tinggi dari substrat yang
beragam. Mangrove juga dapat mempertahankan keseimbangan air yang baik
karena adanya mekanisme pengaturan yang beragam, seperti perilaku stomata,
penyesuaian osmotik, tingkat kesekulenan dan pengeluaran garam (Tomlinson,
1986 dalam Onrizal, 2005). Selain itu pada umumnya transpirasi dari jenis-jenis
mangrove rendah, sedangkan akarnya terus-menerus mengabsorbsi air garam.
11
Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk mengatasi
hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran garam
(excretion gland) pada daunnya, sedangkan jenis mangrove yang tidak memiliki
kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam ke daun-
daun muda yang baru terbentuk (Scholander, 1968 dalam Onrizal, 2005).
Mekanisme penting yang dilakukan oleh tumbuhan mangrove dalam pengaturan
mempertahankan keseimbangan garam meliputi : (1) kapasitas akar untuk
melawan NaCl yang berbeda, (2) pemilihan kelenjar-kelenjar khas sekresi garam
dari beberapa jenis daunnya, (3) akumulasi garam pada berbagai bagian
tumbuhan dan (4) hilangnya garam ketika daun dan bagian tumbuhan lainnya
gugur ( Clought et al., 1982).
2.4 Akumulasi Garam (NaCl) pada Mangrove
Tingginya kosentrasi garam dalam jaringan mangrove menyebabkan
adanya endapan atau akumulasi garam pada jaringan mangrove terutama pada
akar dan daun sebagai tempat penyerapan garam, mangrove yang hidup pada
lingkungan salin yang tinggi memiliki daya adaptasi yang pada penyerapan
garam yang masuk pada jaringan tubuhnya, garam yang terserap oleh akar di
bawa masuk melalui xylem menuju jaringan daun dan ditimbun dalam vacuola
sel daun, sedangkan dalam sitoplasma dan organel garam tetap rendah,
sehingga tidak mengganggu aktivitas enzim dan metabolisme (Shannon et al.,
1994).
Mangrove merupakan tumbuhan yang bersifat halophyt yaitu sifat
tumbuhan yang bisa beradaptasi dengan air asin, karena didalam cairan selnya
mempunyai tekanan osmosis yang tinggi. Dari sifat halophyt mangrove
mempunyai cara-cara untuk beradaptasi di lingkungan dengan kadar garam yang
tinggi yaitu :
12
1. Mangrove bisa memindahkan garam dengan cara menyimpan garam dalam
daun yang lebih tua. Oleh karena itu konsentrasi garam dalam daun yang
lebih tua relatif lebih tinggi.
2. Mangrove mereduksi akumulasi dari garam-garam internal dengan cara aktif
memproses sekresi garam dari akar ke daun.
Proses tersebut berfungsi untuk mereduksi konsentrasi garam dalam
keaktifan pertumbuhan yang cepat. Dari proses sekresi dan pengasinan garam
yang dilakukan oleh mangrove dibagi menjadi dua kelas yang berbeda yakni :
a. Jenis-jenis seperti Avicennia spp, Aegialitis spp dan Aegiceras spp
mengabsorbsi air kedalam akar dalam jumlah yang kecil dari garam-garam.
Garam ini kemudian berkumpul dan secara aktif berpindah karena sekresi
melalui kelenjar garam. Kelas ini disebut Salt-secretors (pengeluar garam)
dimana kelebihan garam dikeluarkan melalui sel-sel kelenjar.
b. Jenis-jenis Rhizophora dan Sonneratia membiarkan sedikit garam masuk
pada sistem perakaran mereka melalui akar karena garam yang masuk
sangat kecil disekresikan dan kelebihan garam dihubungkan dengan
penyimpanan dalam daun. Kelas ini disebut Salt-exludes dimana kelebihan
garam disimpan dalam daun yang sudah tua (Soeroyo, 1992)
2.5 Mangrove Secreter (Avicennia alba)
Avicennia alba memiliki nama lokal seperti api-api, mangi-mangi, boak,
koak, sia-sia. Mangrove jenis ini tumbuh menyebar dengan ketinggian yang
mencapai 25 m, dengan akar nafas tipis dan berbentuk jari yang ditutupi oleh
lentisel. Memiliki permukaan daun yang halus dan berwarna hijau mengkilat pada
bagian atas daun dan warna pucat pada bagian bawah daun dengan ukuran
16x5 cm. Dengan bentuk bunga seperti trisula yang memiliki gerombolan bunga
hampir di sepajang ruas tandan dan buah seperti kerucut berwarna hijau muda
13
kekuningan dengan ukuran 4x2 cm. Pohon ini dapat tumbuh pada daerah
dengan kadar salinitas yang tinggi yakni disepanjang pinggiran sungai dan garis
pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut (Noor et al., 1999).
Menurut Plantamor (2017), Klasifikasi taksonomi Avicennia alba adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionata
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia alba
Nama Lokal : Api-api Putih.
2.6 Mangrove Non-Secreter (Sonneratia alba)
Sonneratia alba memiliki nama lokal seperti bogem dan bidada. Pohon ini
selalu berwarna hijau tumbuh tersebar dengan ketinggian mencapai 15 m
dengan akar berbentuk kabel di bawah tanah dan akar nafas yang berbentuk
kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm. Memiliki daun berkulit dengan
kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal ganggang daun, dengan
ukuran daun 5-12,5 x 3-9 cm. Bunga pohon ini biseksual dengan ganggang
bunga tumpul panjangnya 1 cm. Buah berbentuk seperti bola dengan ujung
bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga yang memiliki
14
diameter buah 3,5-4,5 cm. Pohon ini tidak toleran terhadap air tawar dengan
periode yang lama dan biasanya hidup didaerah garis pantai (Noor et al., 1999).
Menurut Plantamor (2017), Klasifikasi taksonomi Sonneratia alba adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionata
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba
Nama Lokal : Bogem
2.7 Mekanisme Garam (NaCl) Masuk pada Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan halofita, dimana konsentrasi garam
(NaCl) yang tinggi pada jaringan mangrove dapat menghambat kinerja dari enzim
pada tumbuhan mangrove. Hampir sebagian besar NaCl pada jaringan
mangrove seolah-olah terbagi dalam sel vakuola. Sementara itu, ion-ion tersebut
tampak bersifat responsif untuk mengatur osmotik pada vakuola. Penyesuaian
pada sitoplasma sel-sel mangrove memungkinkan dikelola secara harmonis oleh
larutan organik, seperti kolina dan betania. Meskipun telah diketahui bahwa
kebutuhan tumbuhan mangrove akan garam (NaCl) dipergunakan untuk
mengatur osmosis, namun harus mengontrol pengambilan dan distribusi Na+ dan
15
Cl- serta ion lainnya untuk menghindari ion-ion toksik. Mekanisme penting dalam
pengaturan keseimbangan garam pada mangrove meliputi :
a) Kapasitas akar untuk melawan NaCl yang berbeda
b) Pemeliharaan kelenjar-kelenjar khas sekresi garam dari beberapa jenis pada
daunnya
c) Akumulasi garam pada berbagai bagian tumbuhan, dan
d) Hilangnya garam ketika daun dan bagian tumbuhan lainnya gugur (Clough et
al., 1982).
Proses penyerapan garam pada tanaman mangrove merupakan sistem
transport pasif. Sistem transport pasif merupakan transport yang oleh kekuatan
fisik, dalam hal ini dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang terdapat
dalam sel. Proses fisikokimiawi dalam transport materi dalam sel yakni difusi dan
osmosis. Sel-sel akar mempunyai isi yang berkonsentrasi tinggi. Semakin masuk
kedalam akar, konsentrasi sel-selnya semakin tinggi, hal ini berarti semakin
masuk kedalam akar defisit tekanan difusi semakin besar dan air berdifusi dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pemasukan air dari tanah ke dalam sel-
sel akar dengan jalan difusi dan osmosis berdasarkan hukum gas yang berlaku
juga untuk zat cair dan zat padat. Air berdifusi dari suatu larutan yang encer /
tekanan rendah ke larutan yang lebih pekat / tekanan tinggi. Pada umumnya
larutan tanah merupakan larutan yang konsentrasinya jauh lebih rendah dari
pada konsentrasi larutan yang ada dalam sel-sel akar. Hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa nilai osmosis sel-sel tanaman mengalami perubahan sesuai
dengan keadaan air didalam tanah (Dwidjiseputro, 1994).
Absorbsi air beserta ion-ion dilakukan terutama oleh ujung-ujung akar /
rambut akar yang memiliki permukaan yang luas. Proses pengangkutan /
penyerapan garam sebagian besar akan terjadi pada epidermis akar. Ion-ion
yang terserap oleh sel epidermis akan bergerak menuji xilem melalui implas,
16
kemudian menembus epidermis, eksodermis, beberapa sel korteks, endodermis
dan terakhir perisiklus. Walaupun lintasan ion menuju akar beragam, ion harus
selalu menerobos membran plasma sel akar yang hidup, bahkan juga saat
diserap pertama kali. Meskipun demikian, membran plasma merupakan
penghalang bagi penyerapan ion. Air tanah memiliki kepekatan larutan lebih
encer dibandingkan dengan cairan sel sehingga air tanah dapat masuk kedalam
akar. Air didorong keluar dari satu sel ke sel berikutnya sampai ke pembuluh
kayu. Selanjutnya, air diangkut oleh pembuluh kayu melalui batang sampai ke
daun. Naiknya air ke daun dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan
akar, kapilaritas batang dan daya isap daun (Salisbury dan Ross, 1995).
Kadar ion Na+ dan Cl- yang paling besar pada vakuola ditemukan dalam
hypodermis dan ada penurunan pada lapisan bagian dalam dari sel korteks akar.
Kadar ion pada daun yang aktif saat proses fotosintesis diatur oleh (a) filtrasi
ujung yang melingkar korteks akar, (b) pertukaran dari sel parenkim xylem, dan
(c) penyerapan Na+ dan Cl- didalam kantong air hipodermal dari daun. Dengan
adanya timbunan garam menyebabkan kadar ion didalam sel akan lebih banyak
dari pada di luar sel. Penimbunan garam dipengaruhi oleh oksigen, proses
transpirasi dan suhu. Kemampuan untuk menimbun garam tersebut berkurang
pada sel-sel yang telah mencapai dewasa (Onrizal, 2005).
Tumbuhan halofita seperti mangrove mempunyai mekanisme
pengeluaran garam yang kurang kuat pada sistem akar, seringkali terjadi proses
desalinasi pada parenkim daun melalui pengeluaran yang aktif. Pengeluaran
garam pada umumnya dalam jumlah kecil saja sudah dapat memeperbesar
kelangsungan hidup dari tumbuhan yang keberadaanya stress pada garam.
Sementara salt-excretion secara normal sangat selektif terhadap ion Na+ dan Cl-,
tetapi berlawanan dengan ion-ion hara (Shannon et al., 1994). Sedangkan pada
jenis mangrove non-secreter akan kehilangan garam terjadi ketika daun atau
17
bagian tumbuhan lain gugur. Selain itu jenis-jenis mangrove non-secreter
memiliki kulit luar yang mati jauh lebih tebal dibandingkan jenis-jenis mangrove
yang memiliki kelenjar garam (Clogh et al., 1982).
2.8 Sedimen (Tanah)
Jenis mangrove mampu tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur,
terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Karakteristik tanah mangrove
yang selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen, dan kaya
akan bahan organik, biasanya berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh
mangrove. Bahan organik tersebut berupa serasah yang dihancurkan oleh
mikroorgaisme, seperti bakteri dan jamur, sedimen halus, partikel pasir, bahan
kasar, potongan batu, koral, pecahan kulit kerang, dan siput. Tanah mangrove
yang berlempung menentukan warna yang bervariasi dari abu-abu muda dan
hitam. Jenis tanah yang mendekomposisi kawasan mengrove biasanya adalah
fraksi lempung berdebu. Akibat rapatnya bentuk perakaran yang ada, fraksi
lempung berpasir hanya terdapat di bagian depan ke arah pantai (Sianipar et al.,
1989).
Nilai pH tanah di kawasan mangrove berbeda-beda. Tergantung pada
tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh di kawasan tersebut. Jika kerapatan
tanah rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi (Arief, 2003).
Mangrove dapat tumbuh dengan baik pada tipe substrat lumpur yang relatif tebal,
dengan pH tanah berkisar antara 6,6 – 8,2 (Aksomkoae, 1993 dalam Talib,
2008). Selain itu salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Menurut
Kusmana (2005), tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan
salinitas 10-30 ppt,
18
3. MATERI DAN METODE
3.1 Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ekosistem mangrove
dengan fokus pembahasan yaitu mangrove jenis secreter (Avicennia alba) dan
non-secreter (Sonneratia alba) dalam mengakumulasi garam (NaCl) pada akar,
daun dan sedimen di kawasan mangrove kelurahan Ketapang kecamatan
Kademangan Probolinggo. Parameter pendukung yang digunakan meliputi pH
Tanah dan Salinitas.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan dalam penelitian merupakan sebagai sarana pendukung
yang digunakan dalam pengambilan sampel dan menganalisis sample. Sampel
yang diambil yaitu akar, daun dan sedimen mangrove jenis secreter (Avicennia
alba) dan non-secreter (Sonneratia alba), kemudian analisis sampel yaitu
pengukuran kadar garam (NaCl) dan parameter pendukung (pH tanah, Salinitas
dan sedimen). Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Variabel Alat Bahan
1. pH
pH meter
Beaker glass
Timbangan
Aquades
Tissue
Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
2. Salinitas Refraktometer Aquades
Tissue
3. Akar, daun dan sedimen
Pisau
Cetok
Timbangan digital
Coolbox
Pisau
Kertas label
Plastik
Alat tulis
19
No. Variabel Alat Bahan
4. NaCl
Timbangan digital
Oven
Cawan pengabuan
Gelas ukur
Labu takar
Bola hisap
Pipet volum
Erlenmeyer
Buret
Statif
Klem
Aquades
AgNO3 0,1 n
KSCN 0,1 n
HNO3 1:1
K2Cr2O7 5%
Indikator
aluminium ferri
Tissue
Kertas label
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu dalam
penelitian. Penelitian dilakukan secara meluas dan berusaha mencari hasil yang
segera dapat digunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu
melukiskan hal-hal yang mengandung fakta yang fungsinya merumuskan dan
melukiskan apa yang terjadi (Raharjo, 2010). Pada penelitian dengan metode
survei ini yaitu melakukan pengamatan akumulasi garam pada akar, daun dan
sedimen mangrove secreter (Avicennia alba) dan mangrove non-secreter
(Sonneratia alba) kategori tiang, kemudian dibuat kesimpulan berdasarkan hasil
yang di dapat.
3.4 Penentuan Lokasi Pengambilan Sample
Penentuan titik pengambilan sample dalam penelitian ini penelitian
dilakukan dengan mengetahui sifat adaptasi pada setiap jenis mangrove. Pada
penelitian ini mengambil 2 jenis mangrove yang berbeda yaitu mangrove secreter
(Avicennia alba) dan mangrove non-secreter (Sonneratia alba). Penentuan
mangrove yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan karakteristik dari
kedua jenis mangrove dalam mengakumuasi garam (NaCl) dan dominan dengan
21
melakukan penebangan pohon. Teknik ini memiliki efisiensi yang baik jika
dibandingkan dengan teknik sampling destruktif.
Jenis tegakan yang digunakan dalam peneltian ini yaitu kategori tiang
dengan diameter pohon antara 10 - 19 cm. Jenis Avicennia alba da Sonneratia
alba digunakan karena jenis mangrove tersebut dengan kategori tiang paling
mendominasi di kawasan ini. Pengambilan sample dilakukan pada saat kondisi
perairan di kawasan tersebut surut. Bagian-bagian yang digunakan untuk
pengukuran kadar garam (NaCl) pada penelitian ini yakni sebagai berikut :
3.5.1 Akar Mangrove
Akar mangrove berfungsi untuk menyaring garam yang terkandung dalam
air, dan menangkap partikel tanah yang tersuspensi dalam air serta meretensi
unsur hara dalam sedimen yang terakumulasi. Sample akar yang digunakan
adalah akar yang berada didekat batang mangrove. Pengambilan sample akar
mangrove diambil pada bagian yang berada di permukaan dan dalam sedimen
sampai dengan kedalaman ± 10 cm dari permukaan. Sampel akar diambil
sebanyak ±100 gram dan dimasukkan kedalam kantong plastik yang sudah
disiapkan dan diberi tanda lalu dimasukkan ke dalam coolbox kemudian sample
dibawa ke laboratorium untuk dioven, dihancurkan, dicampur, dan diambil 20
gram untuk selanjutnya dianalisis kadar garam (NaCl).
3.5.2 Daun Mangrove
Daun merupakan bagian organ tanaman yang memiliki peran
mengakumuasi garam (NaCl) yang diserap oleh akar. Sample daun mangrove
yang digunakan adalah daun tua / daun yang berada pada bagian pangkal dekat
dengan percabangan sebanyak ± 100 gram. Sample daun yang sudah diambil,
dimasukkan kedalam kantong plastik yang sudah disiapkan dan diberi tanda lalu
dimasukkan ke dalam coolbox kemudian sample dibawa ke laboratorium untuk
22
dioven, dihancurkan, dicampur, dan diambil 20 gram untuk selanjutnya
dianalisis kadar garam (NaCl).
3.5.3 Sedimen Mangrove
Sampel sedimen yang digunakan yaitu yang berada di dekat batang
pohon mangrove tersebut. Sampel sedimen diambil secara acak sebanyak 4 kali
(mengelilingi pohon) menggunakan cetok dengan kedalaman ± 10 cm dari
permukaan yang kemudian dimasukkan kedalam plastik klip untuk masing-
masing titik pengambilan sample. Selanjutnya sample dimasukkan ke dalam
coolbox, kemudian sample dibawa ke laboratorium untuk dioven, dihancurkan,
dicampur, dan diambil 10 gram untuk selanjutnya dianalisis kadar garam (NaCl).
3.6 Analisis Sample
Analisis sampel yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap meliputi
analisis kadar garam (NaCl), analisis nilai pH tanah dan analisis kadar saliitas air.
3.6.1 Analisis Kadar Garam (NaCl)
Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar garam (NaCl) pada
akar, daun dan sedimen mangrove secreter dan non-secreter adalah Titrasi
Argentometri dengan metode Volhard (Volhard titrimetri). Analisis kadar garam
(NaCl) pada akar, daun dan sedimen terdiri dari beberapa tahap meliputi
standarisasi larutan AgNO3, standarisasi larutan KSCN preparasi sampel dan
penentuan kadar garam (NaCl).
a) Standarisasi Larutan AgNO3
Timbang 0,25 g KCl, tempatkan pada erlenmeyer dan larutkan dengan
40 ml akuades
Tambahkan 1 ml indikator K2Cr2O7
23
( (
(
Lakukan titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna coklat
muda (warna salmon) sebagai titik akhir titrasi
Tentukan N AgNO3 sebenarnya dengan rumus
b) Standarisasi Larutan KSCN
Pipet 25 ml larutan AgNO3 dan letakkan pada labu erlenmeyer
Tambahkan 80 ml akuades
Tambahkan 15 ml HNO3 (1:1)
Tambahkan 2 ml indikator aluminium ferri
Titrasi dengan larutan KSCN sampai berwarna coklat muda. Rasio
volum KSCN dan volum AgNO3 seharusnya 1:1
c) Preparasi Sampel
Di timbang 10-20 gram bahan, bergantung estimasi kadar NaCl pada
sampel kemudian lakukan pengabuan sebelum analisis, hingga
didapatkan abu putih. Larutkan abu putih pada larutan HCl 0,1 N
sebanyak 50 ml aduk hingga homogen, larutan siap digunakan.
d) Penentuan Kadar Garam (NaCl)
Ambil larutan sebanyak 50 ml, tambahkan 25 ml larutan AgNO3, aduk
hingga homogen kemudian, tambahkan 15 ml HNO3 (1:1)
Tambahkan 2 ml indikator aluminium ferri
Titrasi dengan KSCN sampai terbentuk warna coklat permanen
Tentukan kadar NaCl dengan rumus :
3.6.2 Derajad Keasaman (pH) Tanah
Pengukuran nilai derajad keasaman (pH) tanah dilakukan dengan metode
sebagai berikut :
24
1) Menimbang 10 gram sample tanah dan dimasukkan kedalam botol kocok.
2) Menambahkan 50 ml aquades ke botol (pH H2O). Kocok dengan mesin
pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang
telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0 dan
didapatan hasil nilai pH Tanah.
3.6.3 Salinitas
Menurut Effendi (2003), pengukuran salinitas dapat dilakukan dengan
menggunakan refraktometer dengan cara refraktometer dikalibrasi menggunakan
aquades terlebih dahulu untuk menetapkan garis horizontal (pada lensa) pada
angka Nol. Penutup kaca prisma diangkat dan diletakkan 1-2 tetes air sample
yang akan diukur kadar salinitasnya, kemudian menutup kembali dengan hati-
hati agar tidak muncul gelembung udara dipermukaan kaca prisma. Melihat skala
melalui kaca pengintai dan akan terlihat pada lensa nilai salinitas dari sample air
yang diukur. Mencatat hasil pengukuran salinitas dengan satuan ppt.
3.7 Analisis Data
3.7.1 Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Faktor Biokonsentrasi ini biasa digunakan untuk mengetahui tingkat
akumulasi garam pada mangrove, namun dapat memungkinkan digunakan untuk
mengetahui konsentrasi akumulasi kadar garam (NaCl) pada akar dan daun
mangrove serta sedimen. Perbandingan antara konsentrasi garam diakar dengan
konsentrasi disedimen dikenal dengan bio-concentration factor (BCF). Menurut
Yoon et al., (2006) perhitungan nilai BCF dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
25
Dimana, jika nilai BCF > 1000 = kemampuan tinggi
1000 > BCF > 250 = Kemampuan sedang
BCF < 250 = Kemampuan rendah
BCF pada akar dihitung untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi
garam pada akar dan daun yang berasal dari lingkungan (MacFarlane et. al.,
2003)
3.7.2 Faktor Translokasi (TF)
Menurut Yoon et al., (2006), setelah nilai dari BCF diketahui maka perlu
menghitung nilai TF untuk menentukan kemampuan tanaman mangrove secreter
dan non-secreter dalam mengakumulasi garam sehingga dapat dikatakan
sebagai hyperaccumulator kadar garam, dan dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
Nilai TF dihitung untuk mengetahui perpindahan akumulasi garam (NaCl) dari
akar ke daun.
26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah kota di wilayah bagian
Utara Propinsi Jawa Timur. Kota Probolingo memiliki 5 kecamatan yakni
Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kademangan,
Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kedopok. Secara geografis daerah ini
terletak antara 7°43’41” – 7°49’04” LS dan 113°10’ – 113°15’ BT dan terletak
pada ketinggian 0 hingga kurang dari 50 meter diatas permukaan air laut.
Dengan batas wiayah sebelah Utara Selat Madura, sebelah Timur Kecapamatan
Dringu (Kabupaten Probolinggo), sebelah selatan Kecamatan Leces,
Wonomerto, Bantaran dan Sumberasih (Kabupaten Probolinggo) dan sebelah
Barat Kecamatasn Sumberasih (Kabupaten probolinggo). Lokasi penelitian ini
dilakukan di kawasan mangrove Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan
yang secara administratif memiliki luas wilayah 205,1 Ha (Bappeda Kota
Probolinggo, 2010).
Jenis mangrove yang berada di kawasan mangrove Kelurahan Ketapang
Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo yakni mangrove dari genus
Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Brugueira sp. Dari beberapa
genus tersebut, Rhizophora sp. merupakan genus yang mendominasi di wilayah
Ketapang. Namun yang banyak ditemukan pohon dengan ukuran diameter > 10
cm (ttegakan jenis tiang) yakni Avicennia alba. dan Sonneratia alba. Keberadaan
dari jenis Avicennia dan Sonneratia yang berdampingan dan berada disekitar
bibir pantai sehingga akan lebih sering digenangi dengan air laut yang dapat
mengakibatkan spesies dari jenis tersebut mampu hidup dengan kondisi ekstrim
dengan kandungan garam yang tinggi. Meskipun mangrove jenis tersebut
27
memiliki tipe yang berbeda dalam kemampuan mengakumulasi garam yang
berbeda yakni dengan jenis Avicennia alba memiliki kelenjar garam pada bagian
daun sedangkan jenis Sonneratia alba tidak memiliki kelenjar garam. Dalam
penelitian ini diambil 5 titik pengambilan sample yang masing-masing berjarak
kurang lebih 5 meter sebagai pengulangan. Jarak antara spesies Avicennia alba
dan Sonneratia alba masing-masing titik tidak terlalu jauh dikarenakan
keberadaan spesies ini yang berdampingan.
4.2 Deskripsi Titik Pengambilan Sample
Titik pengambilan sample mangrove secreter (Avicennia alba) dan
mangrove non-secreter (Sonneratia alba) diambil sesuai dengan kriteria yang
sudah ditentukan sebanyak 5 titik yang berbeda dengan dengan jarak kurang
lebih 5 meter dari antar titik pengambilan sample. Kondisi fisik pada setiap titik
pengambilan sample hampir sama dengan tipe sedimen substrat lumpur
berpasir. Pohon yang digunakan sebagai sample yakni dengan ukuran diameter
10 - 19 cm kriteria tegakan tiang dengan kerapatan 6-8 individu/m2.
4.3 Kandungan Garam (NaCl)
Hasil uji laboratorium mengenai kandungan garam NaCl pada mangrove
secreter Avicennia alba dan mangrove non-secreter Sonneratia alba, didapatkan
hasil yang dapat dilihat pada Lampiran 2, dan grafik perbandingan jumlah garam
dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Penelitian mengenai pengukuran kandungan garam pada mangrove
masih belum banyak dilakukan dan belum ada jurnal serta buku sebagai
pendukung penelitian yang mencantumkan secara jelas mengenai seberapa
besar kemampuan mangrove dalam mengakumulasi garam pada tubuhnya pada
masing-masing jenis mangrove. Avicennia alba dan Sonneratia alba memiliki
sistem perakaran yakni akar nafas dimana akar percabangannya tumbuh dengan
28
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Sedimen 6,720 6,544 6,374 6,217 5,912
5,400
5,600
5,800
6,000
6,200
6,400
6,600
6,800
Na
Cl (g
/g)
jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang terbenam di dalam tanah.
Sebagai tumbuhan halopita, mangrove mengandung konsentrasi garam yang
tinggi pada sistem jaringannya. Pada salinitas yang tinggi ion-ion Na+ dan Cl-
mendominasi komposisi ion yang ada pada jaringan mangrove. Namun tidak
semua jenis mangrove dapat mentolerir kondisi lingkungan yang ekstrim karena
mangrove memiliki dua tipe kemampuan dalam mengakumulasi garam pada
tubuhya yakni mangrove secreter merupakan mangrove yang dilengkapi kelenjar
garam pada daunnya sehingga mampu mengakumulasi garam lebih banyak
sedangkan mangrove non-secreter yang tidak memiliki kelenjar garam pada
daunnya sehingga kemampuan mengakumulasi garam pada tubuhnya lebih
rendah dari pada mangrove secreter.
4.3.1 Kandungan Garam (NaCl) pada Sedimen
Dari hasil pengukuran kadar garam (NaCl) pada sample sedimen
mangrove menunjukkan hasil bahwa kadar garam yang ada pada sedimen
mangrove secara bertahap menurun dari stasiun 1 hingga stasiun 5. Dengan
hasil masing-masing stasiun yakni antara 5,912 - 6,720 g/kg. Perbandingan
jumlah kandungan garam yang terakumulasi pada sedimen mangrove dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Kandungan Garam (NaCl) pada Sedimen
29
Penurunan kadar garam pada sedimen mangrove dari stasiun 1 hingga
stasiun 5 yakni dikarenakan kadar garam pada sedimen akan berturut-turut
terserap oleh akar mangrove dan terakumulasi pada daun mangrove sehingga
menggurangi kandungan garam yang ada pada sedimen. Selain itu adanya air
tawar yang masuk dari darat menuju ke laut mampu mempengaruhi penurunan
kadar garam (NaCl) pada sedimen pada wilayah mangrove yang mendekati
daratan.
Budiasih, et al (2015), menyatakan bahwa kisaran salinitas tanah saat
pasang yaitu 6,20 – 7,90 ‰ dan saat surut memiliki kisaran 6,29 – 8,33 ‰
sedangkan salinitas air laut saat pasan dan surut berkisar antara 20 – 29 ‰.
Kandungan salinitas tanah lebih rendah jika dibandingkan dengan salinitas
perairan, hal ini dikarenakan mangrove merupakan tumbuhan air tawar yang
mampu menyerap kadar garam yang terdapat dalam tanah menjadi tawar untuk
melakukan proses metabolismenya yang membutuhkan air tawar (Chrisyariati, et
al., 2014).
Salinitas tanah yang tinggi dapat menyebabkan tumbuhan terdehidrasi.
Kondisi ini menyebabkan tumbuhan akan mengalami hiperosmotik yang
ditandain dengan hilangnya air pada jaringan tumbuhan. Berlimpahnya Na dan
Cl dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ion sehingga aktivitas metabolisme
tumbuhan terganggu (Boudsocq dan Lauriere 2005 dalam Djukri, 2009).
Menurut Kushartono (2009), Kenaikan konsentrasi salinitas tanah dipengaruhi
oleh air yang masuk kedalam tanah yang berasal dari intrusi air laut yang datang
pada saat pasang surutdimana air laut meresap kedalam tanah.
30
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Akar Aa 0,714 0,692 0,659 0,643 0,633
Akar Sa 0,648 0,633 0,619 0,618 0,589
Daun Aa 0,050 0,047 0,042 0,040 0,038
Daun Sa 0,041 0,038 0,036 0,034 0,032
0,0000,1000,2000,3000,4000,5000,6000,7000,800
Na
Cl (g
/kg
)
4.3.2 Kandungan Garam (NaCl) pada Mangrove Secreter (Avicennia alba)
dan Mangrove Non-Secreter (Sonneratia alba)
Dari hasil uji laboratorium kadar garam yang terkandung pada akar dan
daun mangrove secreter (Avicennia alba) dan mangrove non-secreter
(Sonneratia alba) berturut-turut menurun dari stasiun 1 hingga stasiun 5. Hal ini
dikarenakan posisi dari stasiun 1 berturut-turut berada di dekat pantai yang lebih
banyak dipengaruhi oleh air laut hingga stasiun 5 yang lebih dekat dengan
daratan yang lebih banyak dipengaruhi oleh air darat, sehingga tingkat akumulasi
garam yang rendah terjadi pada wilayah yang lebih banyak dipengaruhi oleh air
darat. Perbandingan jumlah kandungan garam yang terakumulasi pada akar dan
daun dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Perbandingan Kandungan Garam (NaCl) pada akar dan daun
Avicennia alba dan Sonneratia alba
Keterangan :
Aa : Avicennia alba
Sa : Sonneratia alba
Kandungan garam mangrove secreter (Avicennia alba) pada sampel akar
di masing-masing stasiun berkisar antara 0,633 - 0,714 g/kg dengan prersentase
serapan garam dari sedimen ke akar sebesar 10,3 - 10,7 % dan pada sample
daun dari masing-masing stasiun yakni berkisar antara 0,038 - 0,050 g/kg
31
dengan prersentase serapan garam dari sedimen ke daun sebesar 0,5 – 0,7 %.
Sedangkan pada mangrove non-secreter (Sonneratia alba) kandungan garam
(NaCl) pada sample akar di masing-masing stasiun berkisar antara 0,589 - 0,648
g/kg dengan prersentase serapan garam dari sedimen ke akar sebesar 9,6 - 10
% dan pada sample daun di masing-masing stasiun berkisar antara 0,032 - 0,041
g/kg dengan prersentase serapan garam dari sedimen ke daun sebesar 0,5 - 0,6
%.
Penyerapan garam terbesar yakni pada bagian akar mangrove
dibandingkan dengan daunnya, hal ini dikarenakan bagian tumbuhan yang
berinteraksi secara langsung pada sedimen yakni akar kemudian diteruskan dan
diakumulasi pada daun. Scholander et al., (1962) dalam Onrizal (2005),
menyatakan bahwa pada umumnya kemampuan transpirasi dari jenis-jenis
mangrove rendah, sedangkan akar mangrove akan terus-menerus mengabsorbsi
air garam. Sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun.
Untuk mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar
pengeluaran garam pada daunnya seperti spesies Avicennia alba, sedangkan
bagi jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluaran garam seperti
spesies Sonneratia alba dilakukan dengan cara mengalirkan garam yang
terakumulasi ke daun-daun muda yang baru terbentuk serta menggugurkan daun
yang sudah tua dan bagian tubuh yang lain.
Pada jenis mangrove secreter atau mangrove yang mempunyai kelenjar
garam, akumulasi garam (NaCl) dari akar akan dikeluarkan melalui kelenjar
garam yang berada pada daun mangrove. Garam yang terserap kedalam tubuh
mangrove secara cepat akan disekresikan oleh kelenjar garam yang ada pada
daun, sehingga daun akan tampak seperti ditaburi kristal garam dan terasa asin
(Kalesaran, 2011). Sedangkan pada jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar
garam (non-secreter) kehilangan garam terjadi ketika daun atau bagian
32
tumbuhan lain gugur (Clough et al., 1982). Jenis-jenis mangrove non-secreter
memiliki kulit luar yang mati jauh lebih tebal dibandingkan jenis mangrove
secreter. Mekanisme hilangnya kulit yang mati pada jenis mangrove non-secreter
merupakan salah satu mekanisme hilangnya garam dari tumbuhan tersebut
(Onrizal, 2005).
4.4 Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF)
Tumbuhan seperti mangrove yang mempunyai tolesansi dalam menyerap
garam, hal ini berkaitan dengan tujuan fitostabilisasi. Bioconcentration factor
(BCF) dan Translocation factors (TF) bisa digunakan untuk menduga tumbuhan
yang bisa dijadikan sebagai fitoremidiasi (Hamzah dan Setiawan, 2010). Nilai
Bioconcentration factor (BCF) dan Translocation factors (TF) dari mangrove
Avicennia alba dan Sonneratia alba dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF) dan Faktor Translokasi (TF) Garam (NaCl) pada Mangrove Secreter dan Non-Secreter
Spesies BCF TF
Avicennia alba (Secreter)
0,105 0,065
Sonneratia alba (Non-Secreter)
0,098 0,058
Keterangan : BCF : Bioconcentration Factor yaitu perbandingan kandungan garam
(NaCl) antara akar dan sedimen. TF : Translocation Factor yaitu perbandingan kandungan garam
(NaCl) antara daun dan akar.
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh perbandingan nilai BCF dan TF pada
mangrove secreter (Avicennia alba) dan mangrove non-secreter (Sonneratia
alba). Nilai BCF dari mangrove Avicennia alba sebesar 0,105 dan pada
Sonneratia alba sebesar 0,098. Sedangkan nilai TF dari mangrove Avicennia
alba sebesar 0,065 dengan kemampuan translokasi kadar garam dari akar ke
daun yakni sebesar 6,1 – 7,0 % pada masing-masing stasiun dan pada
Sonneratia alba sebesar 0,058 dengan kemampuan translokasi kadar garam dari
33
akar ke daun yakni sebesar 5,4 – 6,3 % pada masing-masing stasiun. Hasil dan
contoh perhitungan persentase kemampuan translokasi dari akar ke daun dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Nilai BCF dan TF dari mangrove Secreter (Avicennia alba) lebih besar
dibandingkan dengan nilai BCF dari mangrove non-secreter (Sonneratia alba).
Hal ini dikarenakan mangrove secreter (Avicennia alba) memiliki kelenjar garam
pada bagian daun sedangkan mangrove non-secreter (Sonneratia alba) tidak
memiliki kelenjar garam pada bagian daunnya. Sesuai dengan pendapat Onrizal
(2005), bahwa akumulasi mangrove pada jenis secreter yang memiliki struktur
kelenjar garam (salt gland), salah satu jenisnya antara lain yaitu Avicennia alba.
Mangrove jenis ini dapat menyerap air dengan kadar salinitas yang tinggi dan
memiliki salt gland pada daunnya yang memungkinkan untuk mensekresi cairan
Na+ dan Cl-.
Nilai BCF digunakan untuk mengetahui perbandingan kandungan garam
pada akar dan sedimen mangrove, menurut Kr’bek et al. (2007), mangrove
merupakan hyperaccumulators yang baik, mangrove bukan saja mampu hidup
pada tanah yang mengandung bermacam-macam unsur didalamnya, namun
mangrove juga mengakumulasi unsur tersebut didalam organnya. Ekosistem
mangrove memainkan peranan penting sebagai filter dan pengendali polusi alami
karena kekhasan sistem akarnya yang berhasil mengendalikan kualitas air dan
merupakan perangkap sedimen serta partikel yang diangkut oleh arus kelautan.
Nilai BCF 1-10 menunjukan tumbuahan tergolong akumulator tinggi, 0,1- 1
menunjukan akumulator sedang, 0.01- 0.1 menunjukan tumbuhan tergolong
akumulator rendah, dan <0.01 tanaman tergolong non-akumulator (Malayeri et
al., 2008). Hal ini menunjukan bahwa nilai BCF mangrove Avicennia alba
termasuk kedalam golongan akumulator sedang dan Sonneratia alba termasuk
kedalam golongan akumulator rendah.
34
Nilai TF digunakan untuk mengetahui perbandingan kandungan garam
pada akar dan daun mangrove. Pada dasarnya faktor translokasi (TF)
merupakan indikator yang dapat membedakan mekanisme antara fitostabilisasi
dan fito ekstraksi. Jika nilai TF < 1 maka disebut mekanisme fitostabilisasi dan
sebaliknya, jika nilai TF > 1 disebut mekanisme fitoekstraksi (Hyperakumulator)
(Liong, 2010 dalam Sopyan et al., 2014). Menurut Fitriyah, et al (2013) dalam
Caroline dan Moa (2015), fitoekstraksi (Hyperakumulator) adalah penyerapan
senyawa kimia oleh akar tanaman dan mengakumulasi senyawa kimia tersebut
ke dalam bagian-bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. Sedangkan
fitostabilisasi adalah kemampuan tanaman dalam mensekresikan
(mengeluarkan) suatu senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi senyawa
kimia di daerah rizosfer (perakaran).
4.5 Parameter Pendukung
Pengamatan dan pengukuran parameter pendukung yang mempengaruhi
akumulasi garam pada mangrove yakni seperti pH tanah dan salinitas. Data hasil
pengukuran parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Pengukuran Parameter Pendukung
Stasiun Parameter
pH Tanah Salinitas (ppt)
Stasiun 1 7,96 5
Stasiun 2 7,87 5
Stasiun 3 7,94 5
Stasiun 4 7,84 5
Stasiun 5 7,83 4
4.5.1 pH Tanah
Nilai pH tanah pada stasiun pengambilan sample diperoleh hasil berkisar
antara 7,83 hingga 7,96 dengan kondisi substrat lumpur berpasir. Dengan nilai
35
pH tertinggi pada stasiun 1 dan nilai pH terendah pada stasiun 5. Menurut
Aksomkoae (1993) dalam Talib (2008) menyatakan bahwa mangrove dapat
tumbuh dengan baik pada tipe substrat lumpur yang relatif tebal, dengan pH
tanah berkisar antara 6,6 – 8,2. Sehingga dari hasil pengamatan maka dapat
dikatakan pH tanah dari seluruh stasiun pengambilan sample masih berada pada
nilai optimal sesuai pendapat Aksomkoae (1993) dalam Talib (2008).
4.5.2 Salinitas
Nilai Salinitas pada stasiun pengambilan sample diperoleh hasil berkisar
antara 4-5 ppt. Nilai tersebut termasuk kadar salinitas yang rendah, hal ini
dikarenakan pada saat pengambilan sample kondisi perairan tersebut surut.
Sebab air di kawasan mangrove dipengaruhi oleh masukan air tawar dari aliran
sungai sehingga kadar salinitas perairan tersebut rendah. Menurut Supriharyono
(2000) dalam Halidah dan Kama (2013), vegetasi mangrove dapat tumbuh subur
pada daerah intertidal dengan salinitas antara 10-30 ppt. Namun perbedaan
salinitas diperairan disebabkan karena adanya perbedaan musim dan aliran
sungai. Pramudji (2001) menyatakan bahwa spesies Avicennia sp. dan
Sonneratia sp mampu tumbuh pada salinitas rendah hingga pada salinitas tinggi
sesuai dengan habitatnya yakni berada disekitar muara sungai hingga pada bibir
pantai.
36
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penyerapan garam (NaCl) pada akar dan daun mangrove secreter (Avicennia
alba) lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan penyerapan garam (NaCl)
pada akar dan daun mangrove non-secreter (Sonneratia alba). Kandungan
garam pada Avicennia alba di akar 0,668 g/kg dan di daun 0,043 g/kg.
Persentase nilai kadar garam yang masuk ke akar yaitu 10,5 %, sedangkan
yang ditraslokasikan ke daun 6,5 %. Kandungan garam (NaCl) pada Sonneratia
alba di akar 0,622 g/kg, dan di daun 0,036 g/kg. Persentase nilai kadar garam
yang masuk ke akar yaitu 9,8 %, sedangkan yang ditraslokasikan ke daun 5,8
%. Berdasarkan nilai BCF mangrove Avicennia alba termasuk kedalam golongan
akumulator sedang dan Sonneratia alba termasuk kedalam golongan akumulator
rendah. Sedangkan dari nilai TF yang didapat < 1 dan dikatakan sebagai
fitostabilisator.
5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan
mangrove dalam mengakumulasi garam (NaCl) baik jenis mangrove secreter
maupun mangrove non-secreter pada spesies yang berbeda atau pada bagian
tubuh yang lain seperti daun mangrove yang masih muda atau kulit luar pohon
mangrove. Selain itu sebaiknya jangan hanya mengukur garam NaCl saja, tapi
garam-garam lain yang terserap oleh mangrove dan perlu adanya penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme mangrove untuk melepaskan /
mengeluarkan kelebihan garam pada jaringan tubuhnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove. Jakarta: Kanisius. Bappeda Kota Probolinggo. 2010. Buku Putih Sanitasi Kota Probolinggo. Bengen. D. G. 2009. Ekosistem Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta Pengelolaan
Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Budiasih, R., Supriharyono, dan M. R. Muskananfola. 2015. Analisis Kandungan
Bahan Organik, Nitrat, Fosfat Pada Sedimen di Kawasan Mangrove Jenis Rhizophora dan Avicennia di Desa Tumbulsloko, Demak. Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 4 (3) : 66 – 75.
Caroline, J dan G. A. Moa. 2015. Fitoremediasi Logam Timbal (Pb)
Menggunakan Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) Pada Limbah Industri Peleburan Tembaga dan Kuningan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III 2015 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Chrisyariati, I., B. Hendrarto, dan Suryanti. 2014. Kandungan Nitrogen Total dan
Fosfat Sedimen Mangrove Pada Umur Yang Berbeda di Lingkungan Pertambakan Mangunharjo, Semarang. Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 3 (3) : 65 – 72.
Clough, B. F. dan P. M. Attiwill. 1982. Primary Productivity of Mangroves. In B. F.
Clough (Ed.). Mangrove ecosystem in Australian : structure, fungtion and management. Australian University Press, Canberra. Pp. 213 – 222.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita : Jakarta.
Djukri. 2009. Cekaman Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Duedall I. W dan Peter K.W. 1997. The Partial Equivalent Volumes Of Salts In
Seawater1. Oregon State University. Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta. Effendi, H . 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta. Halidah dan Kama, H. 2013. Penyebaran Alami Avicennia marina (Forks) dan
Sonneratia alba (Smith) pada Substrat Pasir. Journal Indonesian Forest Rehabilitation. 1 (1) : 51-58
38
Hamzah, T dan Setiawan. 2010. Akumulasi Logam Berat pB, Cu, dan Zn, di Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara, Jurnal Utara, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2 (20): 41 – 52.
Karuniastuti, N. 2016. Peranan Hutan Mangrove Bagi Lingkungan Hidup. Forum
Manajemen. 8 (1). Kalesaran, P. 2011. Mangrove. Universitas Negeri Manado. Manado Kolinug, KH., M. A. Langi., S. P. Ratag, dan W. Nurmawan. 2014. Zonasi
Tumbuhan Utama Penyusun Mangrove Berdasarkan Tingkat Salinitas Air Laut di DesaTeling Kecamatan Tombariri. Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Sam Ratulangi : Manado.
Kordi K., M. G. H. 2008. Budi Daya Perairan Buku Kesatu. PT. Citra Aditya Bakti
: Bandung. Kr’bek, B, Mihaljevic, M, Sracek, O., Kne’sl. I., Ettler, V. dan Nyambe, I. 2011.
The Extent of Arsenic and of Metal Uptake by Aboveground Tissues of Pteris vittata and Cyperus involutracus Growing in Copper- and Cobalt- Rich Tailing of The Zambian Copperbelt. Arch Environ Contam Toxicol. 61:228-242.
Kushartono, E. W. 2009. Beberapa Aspek Bio-Fisik Kimia Tanah di Daerah
Mangrove Pada Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Ilmu Kelautan . 14 (3) : 76 – 83.
Malayeri, Rosalina dan B. Jack. 2008. Kosentrasi Logam Berat Hg dan Pb pada
Sedimen dan Tanaman. 32 (1): 21-39. MacFarlane, G. R., Pulkownik, and M. D. Burchett. 2003. Accumulation and
Distribution of Heavy Metals in Grey Mangrove, Avicennia marina (Forsk) Vierh : Biological Indication Potential. Environmental Pollution. 123 : 139-151.
Nontji, A. 1987. Laut nusantara. Djambatan : Jakarta. Noor, Y. R., M. Khazali, dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP : Bogor. Noor, L. F., A. D. Astika, dan A. Sanjaya. 2015. State of Forest And Community’s
in Aru Island, Maluku, Indonesia. Forest Watch Indonesia : Bogor. Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin dan Jenuh
Air. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara : Medan.
Plantamor. 2017. Api-api Putih (Avicennia alba blume) dan Bogem (Sonneratia
alba smith) www.plantamor.com. Diakses tanggal 17 Mei 2017. Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya Sebagai Habitat
Berbagai Fauna Aquatik. Jurnal Oseana. 26 (4).
39
Raharjo, W. T. 2010. Strategi Meningkatkan Metodologi. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia.
Ramayani., M. Basyuni, dan L. Agustina. 2012. Pengaruh Salinitas Terhadap
Pertumbuhan Dan Biomassa Semai dan Kandungan Lipida Pohon Non-Sekresi Ceriops tagal.
Rompas, R. M, dan N. D. C. Rumampuk. 2014. Geokimia Laut. Unsrat Press :
Manado. Rudyawan, A. P dan I. D. N. Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis. 4 (2): 1-20.
Salisbury, M. S. Dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan
Lukman, D. R dan Sumaryono. Penerbit ITB : Bandung. Saputro, G. B., S. Sukardjo., S. Hartini., Niendyawati., Al. Susanto., Al. Sumarso.,
I. N. Edrus., P. Maesarrah., D. Suhendra, dan C. Syah. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) : Cibinong.
Selviana, V. 2012. Pendugaan Potensi Volume, Biomassa, Dan Cadangan
Karbon Tegakan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Sianipar. 1989. Telaah Beberapa Faktor Ekologi Tambak Muara Angke Jakarta
Utara, DKI Jaya. Prosiding Temu Karya Ilmiah Dukungan Penelitian bagi Program Nasional Pengembang Udang. Jakarta : Pusat Penelitian Pengembangan Pertanian Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Shannon, M. C., C. M. Grieve dan L. E. Francois. 1994. Whole Plant Response
to Salinity. In. Wilkinson, R. E. (Ed.). Plant environment intgeraction. Marcel Dracker, Inc., New York. Pp. 199 – 228.
Soeroyo. 1992. Sifat, Fungsi dan Peranan Hutan Mangrove. Bahan Kursus
Pelatihan Dasar Metodologi Penelitian Sumberdaya Hayati dan Lingkungan Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sopyan., R. Sikanna, dan N. K. Sumarmi. 2014. Fitoakumulasi Merkuri Oleh Akar
Tanaman Bayam Duri (Aamarantus spinosus Linn) Pada Tanah Tercemar. Online Journal of Natural Science. 3 (1) : 31 – 39.
Talib, M. F. 2008. Struktur Dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta
Makrozoobenthos Berdasarkan Kerapatan Mngrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur. Tesis. Universitas Diponegoro : Semarang.
40
Wibowo, K dan T. Handayani. 2006. Pelestarian Hutan Mangrove Melalui Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). J.Tek.Ling. 7 (3) : 227-233.
Yoon, J., C. Xinde., Z Qixing, and L. Q. Ma. 2006. Accumulation of Pb, Cu, and
Zn in Native Plants Growing on a Contaminated Florida Site. Science of the Total Environment : 456-464.