akulturasi islam dan budaya lokal dalam ritual keagamaan
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
1/12
Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam RItual Keagamaan
di19.27
LATARBELAKANG
Sebelum masuknya agama-agama ke bumi Indonesia termasuk Islam, masyarakat
Indonesia dikenal sebagai penganut animisme dan dinamisme. Selain itu, sebelum masuknya
agama Islam masyarakat Indonesia telah menganut agama Hindu-Budha. Oleh karena itu, ketika
masuk agama Islam komunikasi antara ketiga unsur antar kepercayaan animisme-dinamisme,
Hindu-Budha dan ajaran agama Islam yang baru dalam kehidupan mereka tidak dapat
dihindarkan. Dalam interaksi ini mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda akibat
dari bedanya ajaran agama masing-masing. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara
orang-orang yang berbeda kebudayaan,misalnya antara suku bangsa, ras, etnik dan lain-lain.
Dengan demikian para pembawa agama Islam yang oleh para sejarahwan dikatakan sebagai
pedagang dari Gujarat dalam menyebarkan agama islam telah mengalami komunikasi dan
interaksi yang intensif dengan penduduk lokal yang telah memeluk agama Hindu-Budha, yang
tentu saja karena ajaran agama ini menciptakan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan
pembawa ajaran agama Islam tersebut.1[1]
Unsur budaya Islam tersebar di Jawa seiring dengan masuknya islam di Indonesia.secara
kelompok dalam masyarakat Jawa telah mengental unsur budaya Islam sejak mereka
berhubungan dengan pedagang yang sekaligus menjadi mubaligh pada taraf penyiaran islam
yang pertama kali.
Pada awal interaksinya kebudayaan-kebudayaan ini akan saling mempengaruhi baik
secara langsung atau tidak langsung.
Pada akhirnya kebudayaan yang berbeda ini berbaur saling mempengaruhi antara budaya
yang satu dan budaya yang lain. Sehingga, saat Islam sudah memiliki banyak pengikut dan
legimitasi politik yang cukup besar, dengan sendirinya kebudayaan Islam-lah yang lebih
dominan dan melebur dalam satu kebudayaan dalam satu wajah baru. Unsur kebudayaan islam
itu di terima, diolah dan dipadukan dengan budaya Jawa. Karena budaya islam telah tersebar di
masyarakat dan tidak dapat di elakkan terjadinya pertemuan dengan unsur budaya Jawa, maka
1[1] Jafar shodiq,Pertemuan antara tarekat dan NU,(Yogyakarta,2008).halaman 84
http://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.html -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
2/12
perubahan kebudayaan yang terjadi selama ini adalyang masih dapat menjaga identitas budaya
Jawa yakni dengan akulturasi.2[2]
2[2]Sri Suhandjati Sukri,ijtihad Progresif Yadasipura II, (Yogyakarta:2004) halaman 327
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
3/12
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akulturasi dan Ritual
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul mana kala ada sebuah kebudayaan
asing yang masuk dan kebudayaan itu diterima serta diolah oleh suatu kelompok masyarakat
tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri.3[3]Akulturasi merupakan
sebuah istilah dalam ilmu sosiologi yang berarti pengambilalihan unsur-unsur kebudayaan lain.
Akulturasi terjadi karena adanya keterbukaan suatu masyarakat. Selain itu perkawinan dua
kebudayaan bisa terjadi karena pemaksaan dari kebudayaan asing yang memasukkan unsur
kebudayaan mereka. Selain kedua hal itu, akulturasi dapat juga terjaadi karena beberapa hal,
antara lain; kontak dengan budaya lain, sistem pendidikan yang maju yang mengajarkan
seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima
hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. Contoh akulturasi budaya adalah bangunan masjid
Kudus merupakan hasil akulturasi antar Islam dan Hindu, serta perwayangan di daerah jawa dan
sekitarnya yang mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata merupakan wujud akulturasi
kebudayaan antara Hindu-Budha di bidang kesenian.
Ritual adalah suatu teknik atau cara yang membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci
(sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial, dan agama. Ritual
bisa bersifat pribadi ataupun berkelompok. Wujudnya bisa berupa tarian,drama,doa,dan
sebagainya. Ritual pertamanya bersifat sosial kemudian bersifat ekonomis lalu berkembangmenjadi tata cara suci agama. Salah satu contoh ritual yang paling kuno adalah ziarah yang
kemudian berkembang menjadi upacara penyucian, pembersihan dan upacara inisiasi (misalnya;
masuk menjadi anggota, hamil 7 bulan, masuk akil baligh) kemudian bentuk lebih modern
adalah doa, bacaan bersahutan, dan sebagainya.
Dampak negatif dari ritual adalah:
Ritual cenderung untuk pengganti agama. Orang hanya mengikuti ritual tanpa tahu dan
menghayati keimanan dan perkembangan kerohanian dengan baik.
Menghambat perkembangan kerohanian. Sulit mengembangkan kerohanian dan perbaikan
doktrin, apabila agama dipenuhi oleh ritual dan dikuasai para imam ritual.
Menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Ini telah terbukti sepanjang sejarah manusia.
3[3]http://dickaerlangga.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1 -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
4/12
Ritual bisa berpotensi menolak pembaharuan dan pembenaran.
Dampak positif Ritual adalah:
Stabilasasi peradaban. Misalnya di bangsa-bangsa yang memeluk islam, terlihat lebih stabil
dengan adanya keseragaman ritual.
Peningkatan jenis budaya tertentu. Misalnya di Bali, ritualnya bermanfaat bagi tourisme dan
pengembangan seni.
Membantu pengendalian diri manusia.4[4]
B. Budaya Lokal Jawa
Kejawen adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama, yang
terutama yang dianut di pulau jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa.
Kejawen sebenarnya adalah nama sebuah kelompok kepercayaan-kepercayaan yang mirip
satu sama lain dan bukan sebuah agama yang terorganisir seperti agama Islam atau agama
Kristen.
Ciri khas dari Kejawen adalah adanya perpaduan antara animisme, agama Hindu dan
agama Budha. Nampak bahwa ini adalah sebuah kepercayaan sinkretisme. Pengamatan Geetz
tentang Mojokuto terkait profesi penduduk setempat. Penggolongan penduduk menurut
pandangan masyarakat Mojokuto berdasarkan kepercayaan, profesi, etnis dan pandangan politik
dan di temukannya tiga inti struktur sosial yakni desa, pasar dan birokrasi pemerintah yang
mencerminkan tiga tipe kebudayaan abangan, santri dan priyayi.
1. Varian Abangan
Struktur sosial desa biasanya diasosiasikan kepada para petani, pengrajin dan buruh kecil
yang penuh dengan tradisi animisme upacara slametan, kepercayaan terhadap makhluk halus,
tradisi pengobatan, sihir dan menunjuk kepada seluruh tradisi keagamaan abangan.
Bagi sistem keagamaan Jawa, slametan merupakan hasil tradisi yang menjadi perlambang
kesatuan mistis dan sosial di mana mereka berkumpul dalam satu meja menghadirkan semua
yang hadir dan ruh yang gaib untuk memenuhi setiap hajat orang atas suatu kejadian yang ingin
diperingati, ditebus atau dikuduskan.
Dalam tradisi slametan dikenal adanya siklus slametan :
1) yang berkisar krisis kehidupan,
4[4] Urantia-indonesia.tripod.com
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
5/12
2) yang berhubungan dengan pola hari besar Islam namun mengikuti penanggalan Jawa,
3) yang terkait dengan intregasi desa,
4) slametan untuk kejadian yang luar biasa yang ingin dislameti.
Kesemuanya, betapa slametan menempati setiap proses kehidupan dunia abangan.
Slametan berimplikasi pada tingkah laku sosial dan memunculkan keseimbangan emosional
individu karena telah dislameti.
2. Varian Santri
Mojokuto yang berdiri pada pertengahan akhir abad ke-19, jamaah muslimnya terkristal
dalam latar abangan yang umum. Sementara mereka yang terdiri dari kelas pedagang dan banyak
petani muncul dari utara Jawa memunculkan varian santri. Perbedaan yang mencolok antara
abangan dan santri adalah jika abangan tidak acuh terhadap doktrin dan terpesona pada upacara.
Sementara santri lebih memiliki perhatian terhadap doktrin dan mengalahkan aspek ritual islam
yang menipis.
Untuk mempertahankan doktrin santri, mereka mengembangkan pola pendidikan yang
khusus dan terus menerus. Di antaranya pondok (pola santri tradisional), langgar dan masjid
(komunitas santri lokal), kelompok tarekat (mistik Islam tradisional) dan sistem sekolah yang
diperkenalkan oleh gerakan modernis.
Kemudian memunculkan varian pendidikan baru dan upaya santri memasukan pelajaran
doktrin pada sekolah negeri.
3. Varian Priyayi
Dalam kebudayaan Jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan satu kelas sosial
yang mengacu kepada golongan bangsawan. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena
memiliki keturunan dari keluarga kerajaan.
Kelompok ini menunjuk pada elemen Hinduisme lanjutan dari tradisi keraton Hindu-
Jawa. Sebagai halnya keraton, maka priyayi lebih menekankan pada kekuatan sopan santun yang
halus, seni tinggi dan mistisme intuitif dan potensi sosialnya yang memenuhi kebutuhan kolonial
Belanda untuk mengisi birokrasi pemerintahannya.
Kepercayaan-kepercayaan religius para abangan merupakan campuran khas
penyembahan unsur-unsur alamiah secara animis yang berakar dalam agama-agama Hinduisme
yang semuanya telah ditumpangi oleh ajaran islam.5[5]
5[5] Waro Muhammad,http://waromuhammad.blogspot.com, (2012)
http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/ -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
6/12
C. Peran Wali dalam Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
Dalam penyebaran Islam di Jawa, walisongo memiliki peranan yang cukup besar dalam
proses akulturasi Islam dengan budaya Jawa. Mereka menghasilkan karya-karya kebudayaan
sebagai media penyebaran Islam. Untuk memperkenalkan unsur-unsur budaya baru hasil
akulturasi Islam dengan budaya Jawa itu, para wali melakukan pengenalan nilai-nilai baru secara
persuasif. Dalam hal-hal yang sensitif, seperti bidang kepercayaan, para wali membiarkan
penghormatan terhadap leluhur sebagaimana yang biasa dilakukan oleh masyarakat jawa. Namun
perlengkapan dalam upacara diganti seperti sesaji diganti dengan pemberian makan kepada
tetangga dan sanak saudara, yang dikenal dengan hajatan. Sementara itu mantra-mantra diganti
dengan kalimat thayyibah (puji-pujian kepada Allah). Beberapa karya lain yang menunjukkan
perpaduan Islam dengan budaya Jawa yang telah dihasilkan para wali antara lain gamelan dan
wayang. Dalam bidang sastra, kitab Ambiya yang berisi tentang kisah-kisah nabi adalah wali.
Kitab tersebut menjadi rujukan kitab Ambiya yang disalin pada masa pemerintah Surakarta,
upaya memadukan unsur Islam dan Budaya Jawa, dimasa selanjutnya dilakukan oleh Sultan
Agung di Mataram. Media yang pernah digunakan oleh walisongo dalam menyebarkan agama
Islam, seperti Grebeg Besar, digunakan pula oleh Sultan Agung dan keturunannya. Penguasa
keraton Yogyakarta maupun Surakarta, dsampai sekarang masih melestarikan perayaan Sekaten
untuk memperingati Maulud Nabi. Perayaan Sekaten itu merupakan salah satu bentuk perpaduan
unsur Islam dan Budaya Jawa. Sedangkan unsur yang tidak dapat disatukan, seperti pemujaan
arwah leluhur dibiarkan tetap berada dalam bentuknya masing-masing.
Kepercayaan merupakan suatu kebudayaan (covert culture), dan sulit diganti dengan
unsur asing. Jika dapat diganti, maka akan memakan waktu yang lama, dikarenakan
perubahannya lambat. Untuk beradaptasi dengan syariat Islam, dipergunakan cara-cara lunak,
persuasif, dan perlahan-lahan. Mengingat adanya kepercayaan Jawa yang tidak dapat dipadukan
dengan syariat Islam, seperti dalam masalah akidah. Karena itu, konsep pengitegrasian unsur
Islam kedalam budaya Jawa tanpa menghilangkan identitas budaya Jawa itu sendiri. Terutama
dalam hal kepercayaan dan adat istiadat yang sulit diubah.
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
7/12
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
8/12
Kehidupan iman dari suatu umat adalah suatu kehidupan yang berlangsung secara penuh
dan terus menerus dengan kehadiran Allah. Dalam permulaan penegakan hukum Allah dalam
kehidupan manusia, Nabi mengatakan waktu telah berpaling dan telah kembali ke bentuk
aslinya, bentuk sebagaimana yang Allah inginkan saat Dia menciptakan makhluk.7[7]
E. Jenis-jenis Akulturasi dalam Ritual keagamaan
a) Selametan atau Kewilujengan
Selametan berasal dari bahasa Arab salamah yang berarti selamat. Upacara selamatan
ditujukan untuk meminta keselamatan bagi seseorang atau salah satu anggota keluarga. Upacara
selametan biasanya diadakan di rumah suatu keluarga dan dihadiri anggota keluarga dan
tetangga, kerabat dan kenalan. Selametan mengundang modin atau tokoh agama untuk
memberikan doa.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa: upacara slametan yang bersifat keramat adalah
upacara slametan yang diadakan oleh orang-orang yang dapat merasakan getaran emosi keramat,
terutama pada waktu menentukan diadakannya slametan itu, tetapi juga pada waktu upacara
sedang berjalan.8[8]
b) Upacara Daur Hidup
Daur hidup adalah upacara yang terkait dengan upacara-upacara sepanjang lingkaran
hidup manusia. A Van Gannep yang pendapatnya dikutip oleh Koentjaraningrat mengemukakan
bahwa rangkaian upacara sepanjang lingkaran hidup merupakan bentuk tertua dari semua
aktivitas keagamaan dan kebudayaan manusia. Dalam daur hidup terdapat suatu tradisi upacara
yaitu sedekah untuk menghormati arwah keluarga yang sudah meninggal dunia.
Macam-macam upacara daur hidup adalah:
1. Tingkeban : upacara yang diadakan saat usia kandungan mencapai 7 bulan.
2. Melahirkan : orang tua mengumandangkan azan pada telinga anak yang baru lahir dan
diikuti dengan upacara lek-lekan selama beberapa hari tertentu.
3. Slametan Brokohan : upacara memberi nama pada bayi. Nama diberikan pada hari kelahiran.
4. Kekah : inti upacara ini adalah pemotongan rambut bayi pada hari ke-7.
7[7] Mahmoud M Ayoub, Islam, Antara Keyakinan dan Praktik Ritual. (Yogyakarta,2004)
8[8] 8[8] Mundzirin Yusuf, dkk, Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. (Yogyakarta,2005 )
-
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
9/12
5. Tedhak Siten : slametan pada saat bayi berumur 35 hari atau upacara menyentuh tanah.
6. Khitanan : upacara sunatan atau mengislamkan.
7. Pemakaman : upacara menyemayamkan mayit.
8.Nyekar : mengunjungi, membersihkan dan berdoa.9[9]
9. Sedekah Surtanah atau Geblag : diadakan pada saat meninggalnya seseorang.
10. Sedekah nelung dina : upacara slametan yang diadakan pada hari ketiga sesudah saat
meninggalnya seseorang.
11. Sedekah mitung dina : upacara slametan yang diadakan pada hari ketujuh setelah meninggalnya
seseorang.
12. Sedekah matang puluh dina : upacara slametan yang diadakan pada hari keempatpuluh setelah
meninggalnya seseorang.
13. Sedekah nyatus : upacara slametan yang diadakan pada hari keseratus setelah meninggalnya
seseorang.
14. Sedekah mendhak sepisan dan mendhak pindo : upacara slametan yang diadakan pada waktu
sesudah satu tahun dan dua tahun dari saat meninggalnya seseorang.
15. Sedekah nyewu atau nguwis-nguwisi : upacara slametan yang diadakan pada hari keseribu
setelah meninggalnya seseorang atau upacara slametan yang terakhir kali.10[10]
c) Upacara Tahunan
1. Mauludan : Upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
2. Suranan : Peringatan tahun baru Hijriyah.
3. Syawalan : Peringatan Hari Raya Idul Fitri.9
d) Ziarah Kubur
Kebiasaan yang sering kita lihat dan dipertahankan oleh masyarakat Islam Jawa khususnya
adalah pada hari Kamis sore atau Jumat pagi melakukan ziarah kubur. Yaitu dengan
mengunjungi dan membersihkan makam serta mendoakan jenazah keluarganya.
e) Haul
Kata haul berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan
genap satu tahun seseorang meninggal. Biasanya peringatan-peringatan seperti ini kebanyakan
9[9]http://wongkidoel.wordpress.com(2011)
10[10] Mundzirin Yusuf, dkk, Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. (Yogyakarta,2005)
http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/ -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
10/12
dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa. Gema Haul akan lebih terasa dahsyat apabila yang
meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama besar atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian
acaranya biasanya dapat bervariasi , ada pengajian, tahlil akbar, mujahadah, atau musyawarah.
f) Tahlilan
Tahlilan berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca kalimah La illa ha
illallah. Di masyarakat Jawa sendiri terdapat pemahaman bahwa tahlilan adalah pertemuan yang
didalamnya dibacakan kalimat thayyibah. Biasanya dilaksanakan di masjid, muhola, atau
rumah.11[11]
11[11] Waro Muhammad,http://waromuhammad.blogspot.com(2012)
http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/ -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
11/12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul mana kala ada sebuah kebudayaan
asing yang masuk dan kebudayaan itu diterima serta diolah oleh suatu kelompok masyarakat
tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri. Ritual sendiri adalah suatu
teknik atau cara yang membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctify the custom). Ritual
menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial, dan agama. Ritual bisa bersifat pribadi ataupun
berkelompok. Wujudnya bisa berupa tarian,drama,doa,dan sebagainya.
Jenis-jenis akulturasi dalam bidang keagamaan , yaitu: slametan atau wilujengan, Daur
hidup, ( Tingkeban, Melahirkan, Upacara memberi nama, Upacara kekah, Tedhak sinten,
Pemakaman dan ritus kematian, Nyekar ), PerayaanTahunan, Siyam, Tirakat, Bertapa.
B. Saran
Islam telah mengalami akulturasi dengan budaya lokal yang ada di Indonesia, khususnya
pada daerah di jawa. Pada akulturasi tersebut sebaiknya masyakarat mengambil hal positif dari
akulturasi tersebut. Untuk mengkaji terlebih lanjut, sebaiknya masyarakat juga menggali lebih
lanjut inti atau ajaran apa yang di ambil dari ritual-ritual keagamaan yang selama ini telah
dilakukan.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1 -
7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan
12/12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.Akulturasi Budaya. dickaerlangga.blogspot.com
Anonim. Akulturasi. id.wikipedia.org
Anonim. 2011.Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Bidang Ritual Keagamaan.
wongkidoel.wordpress.com
Ayoub, Mahmoud M. 2004.Islam, Antara Keyakinan dan Praktik Ritual. Yogyakarta: AK Group
Muhammad, Waro. 2012.Kepercayaan, Ritual dan Pandangan Hidup. waromuhammad.blogspot.com
Shodiq, Jafar. 2008.Pertemuan antara Tarekat dan NU. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sukri, Sri Suhandjati. 2004.Ijtihad Progresif Yasadipura II. Yogyakarta: Gama Media
Yusuf, Mundzirin,dkk. 2005.Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga