akulturasi islam dan budaya lokal dalam ritual keagamaan

Upload: bozen-truzz-begini

Post on 10-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    1/12

    Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam RItual Keagamaan

    di19.27

    LATARBELAKANG

    Sebelum masuknya agama-agama ke bumi Indonesia termasuk Islam, masyarakat

    Indonesia dikenal sebagai penganut animisme dan dinamisme. Selain itu, sebelum masuknya

    agama Islam masyarakat Indonesia telah menganut agama Hindu-Budha. Oleh karena itu, ketika

    masuk agama Islam komunikasi antara ketiga unsur antar kepercayaan animisme-dinamisme,

    Hindu-Budha dan ajaran agama Islam yang baru dalam kehidupan mereka tidak dapat

    dihindarkan. Dalam interaksi ini mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda akibat

    dari bedanya ajaran agama masing-masing. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara

    orang-orang yang berbeda kebudayaan,misalnya antara suku bangsa, ras, etnik dan lain-lain.

    Dengan demikian para pembawa agama Islam yang oleh para sejarahwan dikatakan sebagai

    pedagang dari Gujarat dalam menyebarkan agama islam telah mengalami komunikasi dan

    interaksi yang intensif dengan penduduk lokal yang telah memeluk agama Hindu-Budha, yang

    tentu saja karena ajaran agama ini menciptakan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan

    pembawa ajaran agama Islam tersebut.1[1]

    Unsur budaya Islam tersebar di Jawa seiring dengan masuknya islam di Indonesia.secara

    kelompok dalam masyarakat Jawa telah mengental unsur budaya Islam sejak mereka

    berhubungan dengan pedagang yang sekaligus menjadi mubaligh pada taraf penyiaran islam

    yang pertama kali.

    Pada awal interaksinya kebudayaan-kebudayaan ini akan saling mempengaruhi baik

    secara langsung atau tidak langsung.

    Pada akhirnya kebudayaan yang berbeda ini berbaur saling mempengaruhi antara budaya

    yang satu dan budaya yang lain. Sehingga, saat Islam sudah memiliki banyak pengikut dan

    legimitasi politik yang cukup besar, dengan sendirinya kebudayaan Islam-lah yang lebih

    dominan dan melebur dalam satu kebudayaan dalam satu wajah baru. Unsur kebudayaan islam

    itu di terima, diolah dan dipadukan dengan budaya Jawa. Karena budaya islam telah tersebar di

    masyarakat dan tidak dapat di elakkan terjadinya pertemuan dengan unsur budaya Jawa, maka

    1[1] Jafar shodiq,Pertemuan antara tarekat dan NU,(Yogyakarta,2008).halaman 84

    http://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.htmlhttp://cintaberbatik.blogspot.com/2013/01/Akulturasi-Islam-Budaya-Lokal-ritual-keagamaan-berkualitas.html
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    2/12

    perubahan kebudayaan yang terjadi selama ini adalyang masih dapat menjaga identitas budaya

    Jawa yakni dengan akulturasi.2[2]

    2[2]Sri Suhandjati Sukri,ijtihad Progresif Yadasipura II, (Yogyakarta:2004) halaman 327

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    3/12

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Akulturasi dan Ritual

    Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul mana kala ada sebuah kebudayaan

    asing yang masuk dan kebudayaan itu diterima serta diolah oleh suatu kelompok masyarakat

    tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri.3[3]Akulturasi merupakan

    sebuah istilah dalam ilmu sosiologi yang berarti pengambilalihan unsur-unsur kebudayaan lain.

    Akulturasi terjadi karena adanya keterbukaan suatu masyarakat. Selain itu perkawinan dua

    kebudayaan bisa terjadi karena pemaksaan dari kebudayaan asing yang memasukkan unsur

    kebudayaan mereka. Selain kedua hal itu, akulturasi dapat juga terjaadi karena beberapa hal,

    antara lain; kontak dengan budaya lain, sistem pendidikan yang maju yang mengajarkan

    seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk maju, sikap mudah menerima

    hal-hal baru dan toleransi terhadap perubahan. Contoh akulturasi budaya adalah bangunan masjid

    Kudus merupakan hasil akulturasi antar Islam dan Hindu, serta perwayangan di daerah jawa dan

    sekitarnya yang mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata merupakan wujud akulturasi

    kebudayaan antara Hindu-Budha di bidang kesenian.

    Ritual adalah suatu teknik atau cara yang membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci

    (sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial, dan agama. Ritual

    bisa bersifat pribadi ataupun berkelompok. Wujudnya bisa berupa tarian,drama,doa,dan

    sebagainya. Ritual pertamanya bersifat sosial kemudian bersifat ekonomis lalu berkembangmenjadi tata cara suci agama. Salah satu contoh ritual yang paling kuno adalah ziarah yang

    kemudian berkembang menjadi upacara penyucian, pembersihan dan upacara inisiasi (misalnya;

    masuk menjadi anggota, hamil 7 bulan, masuk akil baligh) kemudian bentuk lebih modern

    adalah doa, bacaan bersahutan, dan sebagainya.

    Dampak negatif dari ritual adalah:

    Ritual cenderung untuk pengganti agama. Orang hanya mengikuti ritual tanpa tahu dan

    menghayati keimanan dan perkembangan kerohanian dengan baik.

    Menghambat perkembangan kerohanian. Sulit mengembangkan kerohanian dan perbaikan

    doktrin, apabila agama dipenuhi oleh ritual dan dikuasai para imam ritual.

    Menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Ini telah terbukti sepanjang sejarah manusia.

    3[3]http://dickaerlangga.blogspot.com

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    4/12

    Ritual bisa berpotensi menolak pembaharuan dan pembenaran.

    Dampak positif Ritual adalah:

    Stabilasasi peradaban. Misalnya di bangsa-bangsa yang memeluk islam, terlihat lebih stabil

    dengan adanya keseragaman ritual.

    Peningkatan jenis budaya tertentu. Misalnya di Bali, ritualnya bermanfaat bagi tourisme dan

    pengembangan seni.

    Membantu pengendalian diri manusia.4[4]

    B. Budaya Lokal Jawa

    Kejawen adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama, yang

    terutama yang dianut di pulau jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa.

    Kejawen sebenarnya adalah nama sebuah kelompok kepercayaan-kepercayaan yang mirip

    satu sama lain dan bukan sebuah agama yang terorganisir seperti agama Islam atau agama

    Kristen.

    Ciri khas dari Kejawen adalah adanya perpaduan antara animisme, agama Hindu dan

    agama Budha. Nampak bahwa ini adalah sebuah kepercayaan sinkretisme. Pengamatan Geetz

    tentang Mojokuto terkait profesi penduduk setempat. Penggolongan penduduk menurut

    pandangan masyarakat Mojokuto berdasarkan kepercayaan, profesi, etnis dan pandangan politik

    dan di temukannya tiga inti struktur sosial yakni desa, pasar dan birokrasi pemerintah yang

    mencerminkan tiga tipe kebudayaan abangan, santri dan priyayi.

    1. Varian Abangan

    Struktur sosial desa biasanya diasosiasikan kepada para petani, pengrajin dan buruh kecil

    yang penuh dengan tradisi animisme upacara slametan, kepercayaan terhadap makhluk halus,

    tradisi pengobatan, sihir dan menunjuk kepada seluruh tradisi keagamaan abangan.

    Bagi sistem keagamaan Jawa, slametan merupakan hasil tradisi yang menjadi perlambang

    kesatuan mistis dan sosial di mana mereka berkumpul dalam satu meja menghadirkan semua

    yang hadir dan ruh yang gaib untuk memenuhi setiap hajat orang atas suatu kejadian yang ingin

    diperingati, ditebus atau dikuduskan.

    Dalam tradisi slametan dikenal adanya siklus slametan :

    1) yang berkisar krisis kehidupan,

    4[4] Urantia-indonesia.tripod.com

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    5/12

    2) yang berhubungan dengan pola hari besar Islam namun mengikuti penanggalan Jawa,

    3) yang terkait dengan intregasi desa,

    4) slametan untuk kejadian yang luar biasa yang ingin dislameti.

    Kesemuanya, betapa slametan menempati setiap proses kehidupan dunia abangan.

    Slametan berimplikasi pada tingkah laku sosial dan memunculkan keseimbangan emosional

    individu karena telah dislameti.

    2. Varian Santri

    Mojokuto yang berdiri pada pertengahan akhir abad ke-19, jamaah muslimnya terkristal

    dalam latar abangan yang umum. Sementara mereka yang terdiri dari kelas pedagang dan banyak

    petani muncul dari utara Jawa memunculkan varian santri. Perbedaan yang mencolok antara

    abangan dan santri adalah jika abangan tidak acuh terhadap doktrin dan terpesona pada upacara.

    Sementara santri lebih memiliki perhatian terhadap doktrin dan mengalahkan aspek ritual islam

    yang menipis.

    Untuk mempertahankan doktrin santri, mereka mengembangkan pola pendidikan yang

    khusus dan terus menerus. Di antaranya pondok (pola santri tradisional), langgar dan masjid

    (komunitas santri lokal), kelompok tarekat (mistik Islam tradisional) dan sistem sekolah yang

    diperkenalkan oleh gerakan modernis.

    Kemudian memunculkan varian pendidikan baru dan upaya santri memasukan pelajaran

    doktrin pada sekolah negeri.

    3. Varian Priyayi

    Dalam kebudayaan Jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan satu kelas sosial

    yang mengacu kepada golongan bangsawan. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena

    memiliki keturunan dari keluarga kerajaan.

    Kelompok ini menunjuk pada elemen Hinduisme lanjutan dari tradisi keraton Hindu-

    Jawa. Sebagai halnya keraton, maka priyayi lebih menekankan pada kekuatan sopan santun yang

    halus, seni tinggi dan mistisme intuitif dan potensi sosialnya yang memenuhi kebutuhan kolonial

    Belanda untuk mengisi birokrasi pemerintahannya.

    Kepercayaan-kepercayaan religius para abangan merupakan campuran khas

    penyembahan unsur-unsur alamiah secara animis yang berakar dalam agama-agama Hinduisme

    yang semuanya telah ditumpangi oleh ajaran islam.5[5]

    5[5] Waro Muhammad,http://waromuhammad.blogspot.com, (2012)

    http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    6/12

    C. Peran Wali dalam Akulturasi Islam dan Budaya Lokal

    Dalam penyebaran Islam di Jawa, walisongo memiliki peranan yang cukup besar dalam

    proses akulturasi Islam dengan budaya Jawa. Mereka menghasilkan karya-karya kebudayaan

    sebagai media penyebaran Islam. Untuk memperkenalkan unsur-unsur budaya baru hasil

    akulturasi Islam dengan budaya Jawa itu, para wali melakukan pengenalan nilai-nilai baru secara

    persuasif. Dalam hal-hal yang sensitif, seperti bidang kepercayaan, para wali membiarkan

    penghormatan terhadap leluhur sebagaimana yang biasa dilakukan oleh masyarakat jawa. Namun

    perlengkapan dalam upacara diganti seperti sesaji diganti dengan pemberian makan kepada

    tetangga dan sanak saudara, yang dikenal dengan hajatan. Sementara itu mantra-mantra diganti

    dengan kalimat thayyibah (puji-pujian kepada Allah). Beberapa karya lain yang menunjukkan

    perpaduan Islam dengan budaya Jawa yang telah dihasilkan para wali antara lain gamelan dan

    wayang. Dalam bidang sastra, kitab Ambiya yang berisi tentang kisah-kisah nabi adalah wali.

    Kitab tersebut menjadi rujukan kitab Ambiya yang disalin pada masa pemerintah Surakarta,

    upaya memadukan unsur Islam dan Budaya Jawa, dimasa selanjutnya dilakukan oleh Sultan

    Agung di Mataram. Media yang pernah digunakan oleh walisongo dalam menyebarkan agama

    Islam, seperti Grebeg Besar, digunakan pula oleh Sultan Agung dan keturunannya. Penguasa

    keraton Yogyakarta maupun Surakarta, dsampai sekarang masih melestarikan perayaan Sekaten

    untuk memperingati Maulud Nabi. Perayaan Sekaten itu merupakan salah satu bentuk perpaduan

    unsur Islam dan Budaya Jawa. Sedangkan unsur yang tidak dapat disatukan, seperti pemujaan

    arwah leluhur dibiarkan tetap berada dalam bentuknya masing-masing.

    Kepercayaan merupakan suatu kebudayaan (covert culture), dan sulit diganti dengan

    unsur asing. Jika dapat diganti, maka akan memakan waktu yang lama, dikarenakan

    perubahannya lambat. Untuk beradaptasi dengan syariat Islam, dipergunakan cara-cara lunak,

    persuasif, dan perlahan-lahan. Mengingat adanya kepercayaan Jawa yang tidak dapat dipadukan

    dengan syariat Islam, seperti dalam masalah akidah. Karena itu, konsep pengitegrasian unsur

    Islam kedalam budaya Jawa tanpa menghilangkan identitas budaya Jawa itu sendiri. Terutama

    dalam hal kepercayaan dan adat istiadat yang sulit diubah.

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    7/12

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    8/12

    Kehidupan iman dari suatu umat adalah suatu kehidupan yang berlangsung secara penuh

    dan terus menerus dengan kehadiran Allah. Dalam permulaan penegakan hukum Allah dalam

    kehidupan manusia, Nabi mengatakan waktu telah berpaling dan telah kembali ke bentuk

    aslinya, bentuk sebagaimana yang Allah inginkan saat Dia menciptakan makhluk.7[7]

    E. Jenis-jenis Akulturasi dalam Ritual keagamaan

    a) Selametan atau Kewilujengan

    Selametan berasal dari bahasa Arab salamah yang berarti selamat. Upacara selamatan

    ditujukan untuk meminta keselamatan bagi seseorang atau salah satu anggota keluarga. Upacara

    selametan biasanya diadakan di rumah suatu keluarga dan dihadiri anggota keluarga dan

    tetangga, kerabat dan kenalan. Selametan mengundang modin atau tokoh agama untuk

    memberikan doa.

    Koentjaraningrat berpendapat bahwa: upacara slametan yang bersifat keramat adalah

    upacara slametan yang diadakan oleh orang-orang yang dapat merasakan getaran emosi keramat,

    terutama pada waktu menentukan diadakannya slametan itu, tetapi juga pada waktu upacara

    sedang berjalan.8[8]

    b) Upacara Daur Hidup

    Daur hidup adalah upacara yang terkait dengan upacara-upacara sepanjang lingkaran

    hidup manusia. A Van Gannep yang pendapatnya dikutip oleh Koentjaraningrat mengemukakan

    bahwa rangkaian upacara sepanjang lingkaran hidup merupakan bentuk tertua dari semua

    aktivitas keagamaan dan kebudayaan manusia. Dalam daur hidup terdapat suatu tradisi upacara

    yaitu sedekah untuk menghormati arwah keluarga yang sudah meninggal dunia.

    Macam-macam upacara daur hidup adalah:

    1. Tingkeban : upacara yang diadakan saat usia kandungan mencapai 7 bulan.

    2. Melahirkan : orang tua mengumandangkan azan pada telinga anak yang baru lahir dan

    diikuti dengan upacara lek-lekan selama beberapa hari tertentu.

    3. Slametan Brokohan : upacara memberi nama pada bayi. Nama diberikan pada hari kelahiran.

    4. Kekah : inti upacara ini adalah pemotongan rambut bayi pada hari ke-7.

    7[7] Mahmoud M Ayoub, Islam, Antara Keyakinan dan Praktik Ritual. (Yogyakarta,2004)

    8[8] 8[8] Mundzirin Yusuf, dkk, Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. (Yogyakarta,2005 )

  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    9/12

    5. Tedhak Siten : slametan pada saat bayi berumur 35 hari atau upacara menyentuh tanah.

    6. Khitanan : upacara sunatan atau mengislamkan.

    7. Pemakaman : upacara menyemayamkan mayit.

    8.Nyekar : mengunjungi, membersihkan dan berdoa.9[9]

    9. Sedekah Surtanah atau Geblag : diadakan pada saat meninggalnya seseorang.

    10. Sedekah nelung dina : upacara slametan yang diadakan pada hari ketiga sesudah saat

    meninggalnya seseorang.

    11. Sedekah mitung dina : upacara slametan yang diadakan pada hari ketujuh setelah meninggalnya

    seseorang.

    12. Sedekah matang puluh dina : upacara slametan yang diadakan pada hari keempatpuluh setelah

    meninggalnya seseorang.

    13. Sedekah nyatus : upacara slametan yang diadakan pada hari keseratus setelah meninggalnya

    seseorang.

    14. Sedekah mendhak sepisan dan mendhak pindo : upacara slametan yang diadakan pada waktu

    sesudah satu tahun dan dua tahun dari saat meninggalnya seseorang.

    15. Sedekah nyewu atau nguwis-nguwisi : upacara slametan yang diadakan pada hari keseribu

    setelah meninggalnya seseorang atau upacara slametan yang terakhir kali.10[10]

    c) Upacara Tahunan

    1. Mauludan : Upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

    2. Suranan : Peringatan tahun baru Hijriyah.

    3. Syawalan : Peringatan Hari Raya Idul Fitri.9

    d) Ziarah Kubur

    Kebiasaan yang sering kita lihat dan dipertahankan oleh masyarakat Islam Jawa khususnya

    adalah pada hari Kamis sore atau Jumat pagi melakukan ziarah kubur. Yaitu dengan

    mengunjungi dan membersihkan makam serta mendoakan jenazah keluarganya.

    e) Haul

    Kata haul berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan

    genap satu tahun seseorang meninggal. Biasanya peringatan-peringatan seperti ini kebanyakan

    9[9]http://wongkidoel.wordpress.com(2011)

    10[10] Mundzirin Yusuf, dkk, Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. (Yogyakarta,2005)

    http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/http://wongkidoel.wordpress.com/
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    10/12

    dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa. Gema Haul akan lebih terasa dahsyat apabila yang

    meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama besar atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian

    acaranya biasanya dapat bervariasi , ada pengajian, tahlil akbar, mujahadah, atau musyawarah.

    f) Tahlilan

    Tahlilan berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan artinya membaca kalimah La illa ha

    illallah. Di masyarakat Jawa sendiri terdapat pemahaman bahwa tahlilan adalah pertemuan yang

    didalamnya dibacakan kalimat thayyibah. Biasanya dilaksanakan di masjid, muhola, atau

    rumah.11[11]

    11[11] Waro Muhammad,http://waromuhammad.blogspot.com(2012)

    http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/http://waromuhammad.blogspot.com/
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    11/12

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul mana kala ada sebuah kebudayaan

    asing yang masuk dan kebudayaan itu diterima serta diolah oleh suatu kelompok masyarakat

    tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri. Ritual sendiri adalah suatu

    teknik atau cara yang membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctify the custom). Ritual

    menciptakan dan memelihara mitos, adat sosial, dan agama. Ritual bisa bersifat pribadi ataupun

    berkelompok. Wujudnya bisa berupa tarian,drama,doa,dan sebagainya.

    Jenis-jenis akulturasi dalam bidang keagamaan , yaitu: slametan atau wilujengan, Daur

    hidup, ( Tingkeban, Melahirkan, Upacara memberi nama, Upacara kekah, Tedhak sinten,

    Pemakaman dan ritus kematian, Nyekar ), PerayaanTahunan, Siyam, Tirakat, Bertapa.

    B. Saran

    Islam telah mengalami akulturasi dengan budaya lokal yang ada di Indonesia, khususnya

    pada daerah di jawa. Pada akulturasi tersebut sebaiknya masyakarat mengambil hal positif dari

    akulturasi tersebut. Untuk mengkaji terlebih lanjut, sebaiknya masyarakat juga menggali lebih

    lanjut inti atau ajaran apa yang di ambil dari ritual-ritual keagamaan yang selama ini telah

    dilakukan.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proses_sosial&action=edit&redlink=1
  • 7/22/2019 Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Dalam RItual Keagamaan

    12/12

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2012.Akulturasi Budaya. dickaerlangga.blogspot.com

    Anonim. Akulturasi. id.wikipedia.org

    Anonim. 2011.Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Bidang Ritual Keagamaan.

    wongkidoel.wordpress.com

    Ayoub, Mahmoud M. 2004.Islam, Antara Keyakinan dan Praktik Ritual. Yogyakarta: AK Group

    Muhammad, Waro. 2012.Kepercayaan, Ritual dan Pandangan Hidup. waromuhammad.blogspot.com

    Shodiq, Jafar. 2008.Pertemuan antara Tarekat dan NU. Yogyakarta: Pustaka Belajar

    Sukri, Sri Suhandjati. 2004.Ijtihad Progresif Yasadipura II. Yogyakarta: Gama Media

    Yusuf, Mundzirin,dkk. 2005.Pokja Akademik Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan

    Kalijaga