akibat hukum bagi nasabah yang melakukan...
TRANSCRIPT
i
AKIBAT HUKUM BAGI NASABAH YANG MELAKUKAN
WANPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN GUGATAN SEDERHANA
DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO TBK UNIT SEBERANG
ULU PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Program Studi Hukum Program Sarjana
Oleh
Siti Hanna Mardiyah
Nim. 502016201
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
ii
iii
iv
MOTTO
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia
akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri”
(HR. Ibnu Majah)
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini di Persembahkan Kepada:
Papa Ir. H. Muhammad Soleh dan
Mami Hj. Ira Santi, SH yang selalu
mendoakan, dan memberikan
dukungan baik moril maupun materil.
Almamater yang dibanggakan
v
ABSTRAK
AKIBAT HUKUM BAGI NASABAH YANG MELAKUKAN
WANPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN GUGATAN SEDERHANA
DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO TBK UNIT
SEBERANG ULU PALEMBANG
SITI HANNA MARDIYAH
Salah satu perbuatan yang bertentangan dengan hukum terutama dengan
ketentuan-ketentuan hukum perdata adalah tindak pelanggaran dalam perjanjian atau mengingkari suatu perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
Pelanggaran perjanjian atau ingkar dalam suatu perjanjian atau sering disebut dengan wanprtestasi dalam bahasa hukum. Untuk mengatasi wanprestasi yang dapat merugikan hak para pihak yang dirugikan, Mahkamah Agung (MA)
mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Perma No. 2 Tahun 2015 yang telah diubah menjadi Perma No. 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Sederhana. Untuk mewujudkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan, tujuan lain dengan adanya Perma Gugatan Sederhana merupakan salah satu cara mengurangi volume perkara di pengadilan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan akibat hukum bagi nasabah yang melakukan wanprestasi dengan menggunakan gugatan
sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit Seberang Ulu Palembang dan langkah pihak bank pada saat nasabah wanprestasi dengan menggunakan gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit
Seberang Ulu Palembang. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif, yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dan juga wawancara sebagai penunjang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa akibat hukum bagi
nasabah yang melakukan wanprestasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit Seberang Ulu Palembang yaitu membayar denda atau penalty, dan agunan
nasabah yang dapat dijual dengan persetujuan nasabah terlebih dahulu dikarenakan perjanjian di bawah tangan. Dan langkah pihak bank pada saat nasabah wanprestasi dengan menggunakan gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat
Indonesia Persero Tbk Unit Seberang Ulu Palembang adalah melakukan penagihan secara rutin; memberikan surat peringatan 1 sampai surat peringatan 3;
memberikan surat somasi 1 sampai surat somasi 3; dan mendaftarkan gugatan sederhana di Pengadilan Negeri Palembang
Kata kunci: Akibat Hukum, Wanprestasi, Gugatan Sederhana
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah Segala puji bаgі Allаh SWT yang tеlаh memberikan
rahmat dаn karunia-Nya kераdа реnulіѕ, ѕеhіnggа реnulіѕ dараt mеnуеlеѕаіkаn
ѕkrірѕі ini dengan baik yang berjudul :
AKIBAT HUKUM BAGI NASABAH YANG MELAKUKAN
WANPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN GUGATAN SEDERHANA
DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO TBK UNIT SEBERANG
ULU PALEMBANG.
Shаlаwаt dаn salam ѕеnаntіаѕа tеrсurаh kepada Rаѕulullаh SAW уаng
mеngаntаrkаn mаnuѕіа dаrі zаmаn kegelapan ke zаmаn уаng tеrаng benderang
іnі. Penyusunan ѕkrірѕі іnі dіmаkѕudkаn untuk memenuhi sebagian ѕуаrаt-ѕуаrаt
guna mencapai gelar Sarjana Hukum di Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa penulisan іnі tidak dараt terselesaikan tanpa
dukungan dаrі bеrbаgаі ріhаk bаіk mоrіl mаuрun mаtеrіl. Oleh karena іtu, реnulіѕ
ingin mеnуаmраіkаn ucapan terima kаѕіh kераdа ѕеmuа ріhаk yang telah
membantu dаlаm реnуuѕunаn ѕkrірѕі іnі tеrutаmа kераdа:
vii
1. Bapak Dr. H. Abid Djazuli, SE., MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Bapak Nur Husni Emilson, SH., Sp.N., MH selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Zulfikri Nawawi, SH., MH selaku Wakil Dekan I dan III, Ibu Dr.
Khalisah Hayatuddin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Ani
Aryati, S.Ag., M.PdI selaku Wakil Dekan IV Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH selaku Ketua Program Studi Hukum
Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Palembang.
5. Bapak/Ibu Pimpinan dan staf Bank BRI yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan penelitian, terutama kepada Bapak Kms.
Muhammad Agus Wahyudi selaku staf Bank BRI Unit Seberang Ulu yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam
memberikan informasi sebagai bahan skripsi penulis.
6. Bapak Helmi Ibrahim, SH., M. Hum selaku Penasehat Akademik.
7. Ibu Dr. Khalisah Hayatuddin, SH., M. Hum selaku pembimbing I dan Ibu
Nursimah, SE., SH., MH selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan juga
memberikan banyak ilmu.
8. Sеluruh Bapak/Ibu dosen Fаkultаs Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang yang tеlаh mеmbеrіkаn ilmu pengetahuan уаng ѕаngаt
bermanfaat ѕеlаmа masa реrkulіаhаn.
viii
9. Sеluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang angkatan 2016 уаng ѕеlаlu mengisi hаrі-hаrі mеnjаdі sangat
menyenangkan.
10. Sеluruh staf dan kаrуаwаn di lingkungan Fakultas Hukum dan Universitas
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan bаntuаn pelayanan
administrasi kepada реnulіѕ.
Penulis mеnуаdаrі bahwa ѕkrірѕі іnі mаѕіh jаuh dаrі ѕеmрurnа dikarenakan
tеrbаtаѕnуа pengalaman dаn реngеtаhuаn yang dimiliki реnulіѕ. Olеh kаrеnа іtu,
реnulіѕ mеnghаrарkаn segala bеntuk saran serta mаѕukаn bahkan krіtіk yang
membangun dаrі bеrbаgаі ріhаk. Sеmоgа skripsi іnі dapat bermanfaat bаgі раrа
реmbаса dаn ѕеmuа ріhаk khuѕuѕnуа dalam bidang Hukum
Palembang, 14 Februari 2020
Penulis,
(Siti Hanna Mardiyah)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN .................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL SKRIPSI....................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Ruang Lingkup dan Tujuan ............................................................... 9
D. Kerangka Koseptual .......................................................................... 10
E. Metode Penelitian .............................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Nasabah ............................................................................................. 15
1. Pengertian Nasabah ..................................................................... 15
2. Jenis-Jenis Nasabah ..................................................................... 16
B. Wanprestasi ....................................................................................... 17
1. Pengertian Wanprestasi ............................................................... 17
2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi ........................................................ 18
x
3. Jenis-Jenis Wanprestasi ............................................................... 19
4. Sebab Terjadinya Wanprestasi .................................................... 20
C. Gugatan Sederhana ............................................................................. 21
1. Pengertian Gugatan Sederhana ..................................................... 21
2. Syarat-Syarat Gugatan Sederhana ............................................... 22
3. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana ................................. 24
4. Perbedaan Gugatan Sedehana dan Gugatan Biasa........................ 24
BAB III : PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Bagi Nasabah yang Melakukan Wanprestasi ............. 27
B. Langkah-Langkah Pihak Bank Saat Ada Nasabah Melakukan
Wanprestasi Menggunakan Gugatan Sederhana................................. 30
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 39
B. Saran .................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan merupakan suatu lembaga kepercayaan (agent of
trust), yaitu lembaga yang dalam menjalankan usahanya sangat bergantung
pada kepercayaan dari pihak masyarakat. 1 Maka dari itu pemberian kredit
oleh bank merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, yang juga sebagai
aset serta sekaligus menentukan maju mundurnya bank dalam menjalankan
fungsi dan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Dengan kehadiran kredit juga sangat berperan bagi masyarakat, sebagaimana
kita ketahui bahwa tidak semua orang dalam masyarakat mempunyai cukup
dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia semakin
lama semakin kompleks tidak lagi hanya sandang dan pangan. Tetapi juga
kebutuhan akan aksesori-aksesori akibat perkembangan teknologi dan
informasi, tidak bisa lagi mengandalkan pada pengaturan tradisi, kebiasaan,
kepercayaan, atau budaya. 2 Oleh karena itu kredit sangatlah membantu
menjalankan roda perekonomian negara ini.
1 M. Arfah Arif Putra, et al. 2019. Upaya Hukum PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Dalam
Menyelesaikan Wanprestasi Nasabah Kartu Kredit. Jurnal Allaudin Law Develompent (ALDEV).
Volume 1 Nomor 1, hlm 2. 2 Peter Baringin Marpaung, et al. 2016. Tinjauan Yuridis Akibat Hukum Terhadap
Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum. Volume. 3 Nomor 2, hlm
106.
2
Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi dan
bahkan dapat dikatakan populer (dan merakyat), sehingga dalam bahasa
sehari-hari sudah dicampurbaurkan begitu saja dengan istilah utang. Dalam
bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya, maksudnya si
pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit sedangkan bagi si penerima
kredit berarti menerima kepercayaan. 3 Pengertian kredit disebutkan dalam
ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
yaitu: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian pinjam-meminjam (uang)
itu dibuat atas dasar kepercayaan bahwa nasabah peminjam dana dalam
tenggang waktu yang telah ditentukan, akan melunasi atau mengembalikan
pinjaman uang atau tagihan itu kepada bank disertai pembayaran sejumlah
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbal jasanya.
Maka sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu mengadakan analisis
kredit. Analisis kredit mencakup, latar belakang nasabah atau perusahaan,
prospek usahanya, jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor lainnya.
3 Kasmir. 2018. Dasar-Dasar Perbankan. Depok: PT RajaGrafindo Persada, hlm 112.
3
Akibatnya jika salah menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit
ditagih (macet). 4
Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ada ketentuan
tentang bagaimana seharusnya bentuk suatu perjanjian. Di dalam perjanjian
kredit juga tidak ada ketentuan bahwa perjanjian kredit harus dalam bentuk
tertentu. 5 Sedangkan didalam praktik perbankan, perjanjian kredit pada
umumnya dibuat secara tertulis, karena perjanjian tertulis lebih aman bagi
para pihak dibandingkan dalam bentuk lisan. Dengan bentuk tertulis para
pihak tidak dapat mengingkari apa yang telah diperjanjikan, dan ini
merupakan bukti yang jelas. Selain itu juga dasar hukum perjanjian kredit
juga dapat dijumpai dalam:
1. Instruksi Presidium Kabinet Nomor 15/IN/10/66 tentang pedoman Kebijakan dibidang Perkreditan tanggal 3 Oktober 1966 juncto Surat
Edaran Bank Negara Indonesia Unit I Nomor 2/539/UPK/Pemb. Tanggal 8 Oktober 1966, Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit I Nomor
2/649/UPK/Pemb. Tanggal 20 Oktober 1966 dan Instruksi Preidium Kabinet Nomor 10/EK/2/1967 tanggal 6 Februari 1967, yang menyatakan bahwa bank dilarang melakukan pemberian kredit dalam berbagai bentuk
tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara bank dan nasabah atau Bank Sentral dan bank-bank lainnya. Dari sini jelaslah bahwa dalam
memberikan kredit dalam berbagai bentuk wajib dibuatkan perjanjian atau akad kreditnya.
2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/DIR dan
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan
Bank bagi Bank Umum, yang menyatakan bahwa setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. 6
4 Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman. 2012. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika,
hlm 264. 5 Ibid., hlm 267.
6 Ibid., hlm 320.
4
Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum antara dua
pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan. Sedangkan pengertian
Perikatan adalah suatu hubungan hukum di bidang hukum kekayaan di mana
satu pihak berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya berkewajiban
untuk melaksanakan suatu prestasi. 7 Manusia sebagai mahluk yang lebih
mulia dari mahluk lainnya, mempunyai hasrat patuh, hasrat sosial dan hasrat
untuk meniru, hal inilah yang mendorong manusia untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain. 8
Di dalam prakteknya sering debitur mengalami kegagalan dalam
menjalankan usahanya. Ini menjadikan debitur tidak dapat mengembalikan
pinjaman kredit yang telah diperolehnya dengan tepat pada waktunya. 9
Beberapa faktor penting yang mengakibatkan kegagalan pelaksanaan
pemenuhan kontraktual meliputi:
1. Wanprestasi
2. Overmacht (force majeure, daya paksa)
3. Keadaan Sulit (hardship) 10
Di dalam hukum perjanjian perbuatan merugikan orang lain ini
dinamakan juga dengan wanprestasi yaitu jika pihak dan nasabah debitur
tidak memenuhi isi perjanjian, maka salah satu pihak dapat menuntut pihak
7 Sedyo Prayogo. 2016. Penerapan Batas-Batas Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan
Hukum Dalam Perjanjian. Jurnal Pembaharuan Hukum. Volume 3 Nomor 2, hlm 282. 8 Dermina Dsalimunthe. 2017. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Jurnal Al-Maqasid. Volume 3 Nomor 1, hlm 12. 9 Pitono, Weppy Susetiyo. 2019. Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank
Perkreditan Rakyat Berkah Pakto Kediri, Jawa Timur. Jurnal Supremasi. Volume 9 Nomor 2, hlm
52. 10
Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad. 2017. Hukum Perbankan. Depok: Kencana, hlm.
193
5
lainnya sesuai dengan jenis prestasinya. Kondisi ini dinamakan wanprestasi
(ingkar janji). Istilah Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti
prestasi buruk. Mengenai pengertian wanprestasi sendiri, masih belum
mendapat keseragaman atau masih terdapat bermacam-macam istilah maupun
pengertian yang digunakan untuk menggambarkan wanprestasi. Terjadinya
wanprestasi senantiasa diawali dengan hubungan kontraktual (characteristics
of default is always by a preceded contractual relationship). 11 Menurut R.
Soebekti, wanprestasi artinya apabila si berutang tidak melakukan apa yang
dijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan wanprestasi. Ia alpa lalai atau
juga ingkar janji atau juga ia melanggar perjanjian bila ia lakukan atau
berbuat sesuatu yang tidak boleh ia lakukan. 12 Tindakan wanprestasi ini akan
membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk
menuntut pihak yang melakukan wanprestasi agar melakukan ganti rugi.
Wanprestasi dapat berupa tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan,
melaksanakan yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana mestinya,
melaksanakan apa yang diperjanjikan tapi terlambat, melakukan yang
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. 13 Oleh karena itu masalah kredit
bermasalah memerlukan penyelesaian yang bijaksana dimana para pihak
tidak merasa dirugikan.
Penumpukan perkara di Mahkamah Agung mencapai ± 30 ribu berkas
perkara dan diperiksa oleh 49 orang Hakim Agung sehingga banyak Putusan
11
Yahman. 2014. Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan . Jakarta:
Prenadamedia Group, hlm. 51. 12
Dermina Dsalimunthe, Op. Cit. hlm 13. 13
Evalina Yessica. 2014. Karakteristik Dan Kaitan Antara Perbuatan Melawan Hukum
Dan Wanprestasi. Jurnal Repertorium. Volume 1 Nomor 2, hlm 52.
6
Mahkamah Agung yang terkesan “seadanya” tanpa didukung oleh
pertimbangan hukum yang komprehensif. Hal ini disebabkan oleh tingginya
work load para Hakim Agung kita sehingga para Hakim Agung kurang fokus
dalam memeriksa setiap perkara. 14 Secara logika, hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi kualitas putusan dari Mahkamah Agung itu sendiri. Di dalam
prakteknya, waktu persidangan untuk memeriksa gugatan di Pengadilan
Tingkat pertama bisa memakan waktu ± 6 bulan. Waktu ini belum termasuk
pemeriksaan Banding (± 1 tahun) dan Kasasi (± 2-3 tahun). 15 Hal ini belum
juga dihitung dengan lamanya proses eksekusi yang berbelit-belit. Penerapan
asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah “hanyalah” slogan belaka
tanpa adanya realisasi nyata. Inilah yang harus dihadapi oleh masyarakat
pencari keadilan. Berdasarkan penelitian Bank Dunia, salah satu faktor
penghambat dalam penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia adalah:
1. Penyelesaian sengketa pada pengadilan tingkat pertama yang tidak efisien.
2. Jangka waktu penyelesaian yang lama.
3. Biaya perkara yang tinggi.
4. Serta biaya pengacara yang tinggi. 16
Menghadapi permasalahan tersebut, maka ada terobosan yang dilakukan oleh
Mahkamah Agung untuk masyarakat pencari keadilan.
14
Arman Tjoneng. 2017. Gugatan Sederhana sebagai Terobosan Mahkamah Agung
dalam Menyelesaikan Penumpukan Perkara di Pengadilan dan Permasalahannya. Jurnal Hukum
Bisnis dan Investasi. Volume 8 Nomor 2, hlm 97. 15
Ibid. 16
Nevey Varida Ariani. 2018. Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia.
Jurnal Penelitian Hukum De Jure. Volume 18 Nomor 3, hlm 383.
7
Pada tanggal 07 Agustus 2015, Mahkamah Agung RI mengeluarkan
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2015 yang telah diubah
menjadi Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Gugatan Sederhana atau Small Claim
Court adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata
dengan nilai gugatan materil paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya
sederhana. Dalam perma tersebut, sengketa yang bisa diselesaikan adalah
sengketa wanprestasi atau cidera janji. Diselesaikan dengan tenggang waktu
maksimal 1 bulan (25 hari kerja). Setiap persidangan yang berlangsung harus
dihadiri kedua belah pihak dan atau kuasanya yang bersengketa. Hakim yang
memeriksa perkara adalah hakim tunggal bukan majelis. Hal ini dimaksudkan
agar tujuan dari penyelesaian sengketa sederhana bisa terlaksana dengan baik
dan tepat waktu. Selain itu, pertimbangan hukum hakim dalam memutus
perkara juga diharapkan lebih obyektif, sederhana, dan tidak banyak, karena
hanya hakim tunggal. 17
Secara teori yang dimaksud dengan “sederhana” adalah acara yang
jelas, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit. Pemeriksaan dan
penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif. 18 Makin
sedikit dan sederhana formalitas-formalitas yang diwajibkan atau diperlukan
17
Christel Billy Pitoy. 2018. Perspektif Perubahan Perundang-Undangan Oleh
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kajian Terhadap Terbitnya Peraturan Mahkamah Agung
No 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Jurnal Lex
Administratum. Volume 6 Nomor 3, hlm 183. 18
Anita Afriana, dan An An Chandrawulan. 2019. Menakar Penyelesaian Gugatan
Sederhana di Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum. Volume 4 Nomor 1, hlm 54.
8
dalam beracara di muka pengadilan, makin baik. Terlalu banyak formalitas
yang sukar dipahami atau peraturan-peraturan yang berwayuh arti, sehingga
memungkinkan timbulnya berbagai penafsiran, kurang menjamin adanya
kepastian hukum dan menyebabkan keengganan atau ketakutan untuk
beracara di muka pengadilan. 19
Hal ini dimaksudkan agar para pencari keadilan dalam ruang lingkup
keperdataan tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama untuk
mendapatkan kepastian hukum dari sengketa yang tengah dihadapi karena
proses penyelesaiannnya cukup disidangkan dan berakhir di pengadilan
tingkat pertama. Pada sisi yang bersamaan, Mahkamah Agung secara tidak
langsung juga mendapatkan manfaat atas pembatasan tersebut karena dengan
dipangkasnya upaya hukum yang berjalan dipastikan akan menekan jumlah
tumpukan perkara perdata yang masuk untuk disidangkan. 20
Terkait dengan hal diatas PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
Unit Seberang Ulu Palembang pernah menggunakan gugatan sederhana
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“AKIBAT HUKUM BAGI NASABAH YANG MELAKUKAN
WANPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN GUGATAN
SEDERHANA DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO TBK
UNIT SEBERANG ULU PALEMBANG”.
19
Ibid. 20
Salman Alfarasi. 2018. Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2
Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana . Jurnal Komunikasi Hukum
(JKH). Volume 4 Nomor 2, hlm 198.
9
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah akibat hukum bagi nasabah yang melakukan wanprestasi dengan
menggunakan gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero
Tbk Unit Seberang Ulu Palembang?
2. Apakah langkah pihak bank pada saat nasabah wanprestasi dengan
menggunakan gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero
Tbk Unit Seberang Ulu Palembang?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan dalam
pembahasan masalah dengan menitikberatkan pada masalah Akibat Hukum
Bagi Nasabah Yang Melakukan Wanprestasi Dengan Menggunakan Gugatan
Sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit Seberang Ulu
Palembang dan Langkah Pihak Bank Pada Saat Nasabah Wanprestasi Dengan
Menggunakan Gugatan Sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
Unit Seberang Ulu Palembang serta tidak menutup kemungkinan untuk juga
membahas hal-hal lain yang berhubungan dengan permasalahan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan:
1. Akibat hukum bagi nasabah yang melakukan wanprestasi dengan
menggunakan gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero
Tbk Unit Seberang Ulu Palembang.
10
2. Langkah pihak bank pada saat nasabah wanprestasi dengan menggunakan
gugatan sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit
Seberang Ulu Palembang.
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan
hubungan antara definisi-definisi atau konsep-konsep khusus yang akan
diteliti. Definisi-definisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Akibat Hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan
hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau
akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh
hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat
hukum. 21
2. Nasabah adalah pelanggan (costumer) yaitu individu atau perusahaan yang
mendapatkan manfaat atau produk dan jasa dari sebuah perusahaan
perbankan, meliputi kegiatan pembelian, penyewaan serta layanan jasa. 22
3. Wanprestasi adalah kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati
kewajibannya dalam perjanjian. 23
4. Gugatan Sederhana atau Small Claim Court adalah tata cara pemeriksaan
di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materil
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang
21
Pipin Syarifin. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV. Pustaka Setia, hlm. 71 22
Mislah Hayati Nasution, Sutisna.2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Nasabah Terhadap Internet Banking . Jurnal Nisbah. Volume 1 Nomor 1, hlm 65 23
Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 578.
11
diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana (Ketentuan
Pasal 1 Angka 1 Perma No. 4 Tahun 2019)
E. Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai beberapa pengertian, yaitu (a) logika
dari penelitian ilmiah, (b) studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan
(c) suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Berdasarkan hal ini,
dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu sarana pokok
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena
itu, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis, dan konsisten. 24 Metode penelitian penulisan skripsi ini terdiri
dari :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang bersifat deskriptif.
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari kepustakaan dan juga data lapangan sebagai penunjang.
2. Sumber Data
a. Bahan Hukum Primer
Berasal dari peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang lain
berlaku. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan ini antara
lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun
24
Zainuddin Ali. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, hlm 17.
12
1998 tentang Perbankan, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun
2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana yang telah
diubah menjadi Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2019,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
buku buku tentang perbankan dan mediasi, buku-buku mengenai hukum
perdata, buku-buku mengenai pengantar hukum perdata tertulis (bw),
artikel-artikel hukum jurnal hukum, serta sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan tulisan ini.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat Pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Dengan menggunakan buku dan jurnal dan juga data yang digunakan
adalah data primer, cara memperolehnya maka alat pengumpulan data dapat
diperoleh dengan melakukan tekhnik wawancara,
4. Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan kesatuan uraian
dasar. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul
dilakukan dengan menggunakan metode analisis normatif. Disebut dengan
13
normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada
dan berlaku sebagai hukum positif.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika
penulisan, maka penulisan menyiapkan suatu sistematika penulisan. Adapun
penulisan sistematika ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang tiap-tiap bab terdiri
dari sub yang dimaksud untuk memudahkan pemhaman terhadap keseluruhan
hasil dari penelitian ini. Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan
Yang menguraikan latar belakang, permasalahan, ruang
lingkup dan tujuan, kerangka konseptual, metode penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Yang berisi paparan tentang kerangka teori yang erat
kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
BAB III : Pembahasan
Yang berisikan tentang akibat hukum bagi nasabah yang
melakukan wanprestasi dengan menggunakan gugatan
sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit
Seberang Ulu Palembang dan langkah pihak bank pada saat
nasabah wanprestasi dengan menggunakan gugatan
14
sederhana di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Unit
Seberang Ulu Palembang.
BAB IV : Penutup
Bab ini penulis menarik kesimpulan dari uraian-uraian yang
dijabarkan pada skripsi ini, serta memberikan saran.
DAFTAR PUSTAKA
L A M P I R A N
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Ali, Zainuddin. 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Gazali S, Djoni., Rachmadi Usman. 2012, Hukum Perbankan, Cetakan II,
Sinar Grafika, Jakarta.
I Ketut Oka Setiawan, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta.
Kasmir. 2018, Dasar-Dasar Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Depok.
M. Yahya Harahap. 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung.
Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta.
Sudarsono. 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
Trisadini P. Usanti., Abd. Shomad. 2017, Hukum Perbankan, Kencana, Depok
Trisadini P. Usanti., Nurwahjuni, 2014, Model Penyelesaian Kredit Bermasalah, Revka Pertra Media, Surabaya.
Trisadini P. Usanti., Leonora Bakarbessy. 2014, Hukum Jaminan, Revka Petra Media, Surabaya.
Yahman. 2014, Karakteristik Wanprestasi Dan Tindak Pidana Penipuan,
Cetakan I, Prenadamedia Group, Jakarta.
B. Jurnal/Karya Ilmiah/Artikel
Afriana, A., Chandrawulan, A.A, 2019, Menakar Penyelesaian Gugatan Sederhana di Indonesia, Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 4, Nomor 1.
Alfarasi, S, 2018, Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), Volume 4, Nomor 2.
Ariani, N.V, 2018, Gugatan Sederhana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Volume 18, Nomor 3.
Christel Billy Pitoy, 2018, Perspektif Perubahan Perundang-Undangan Oleh
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kajian Terhadap Terbitnya Peraturan Mahkamah Agung No 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana, Jurnal Lex Administratum, Volume 6, Nomor 3.
Dsalimunthe, D, 2017, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Jurnal Al-Maqasid, Volume
3, Nomor 1.
Dwi, P.W, 2016, Pengaruh Keputusan Nasabah Dalam Pengambilan Kredit Pada Bank Kredit Desa Kabupaten Jember, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Growth, Volume 14, Nomor 2.
Eddhie, P., Soesi, I., Khamdani, H, 2019, Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Gugatan Sederhana Berdasarkan Perma Nomor. 2 Tahun 2015, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 2.
Evi, Y., Raina, L.S, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non
Muslim Menjadi Nasabah Bank Syariah Mandiri di Medan, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Volume 1, Nomor 1.
Ismiyanto. 2018. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Gugatan
Sederhana Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) NO. 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Jurnal Spektrum Hukum, Volume 15, Nomor 2.
Marpaung, P.B., Arifin, S., Hidayani, S, 2016, Tinjauan Yuridis Akibat
Hukum Terhadap Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit , Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, Volume 3, Nomor 2.
Mislah H.N., Sutisna, 2015, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Nasabah Terhadap Internet Banking, Jurnal Nisbah, Volume 1, Nomor 1.
Olyvia Darussalam, 2013, Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalah di PT.
Bank Sulut Cabang Utama Manado, Jurnal Emba, Volume 1, Nomor 4.
Pitono., Susetiyo, W, 2019, Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Perkreditan Rakyat Berkah Pakto Kediri, Jawa Timur,
Jurnal Supremasi, Volume 9, Nomor 2.
Prayogo, S, 2016, Penerapan Batas-Batas Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Perjanjian, Jurnal Pembaharuan Hukum,
Volume 3, Nomor 2.
Putra, A.A.M., Marilang., Sinilele, A, 2019, Upaya Hukum PT. Bank Negara
Indonesia Tbk. Dalam Menyelesaikan Wanprestasi Nasabah Kartu
Kredit, Jurnal Allaudin Law Develompent (ALDEV), Volume 1,
Nomor 1.
Shanti Riskawati, 2018, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana Sebagai
Instrumen Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan,
Jurnal VeJ, Volume 4, Nomor 1.
Sonny, K., Muslimah, 2013, Analisis Besarnya Pengaruh Kinerja Pelayanan
(Service Performance) Frontliner dan Kepuasan Nasabah Terhadap
Loyalitas Nasabah Prioritas PT. BCA Tbk Cabang Permata Buana
Dengan Pendekatan Metode Regresi Linear Multiple, Jurnal Pasti.
Volume 8, Nomor 1.
Tjoneng, A, 2017, Gugatan Sederhana sebagai Terobosan Mahkamah Agung
dalam Menyelesaikan Penumpukan Perkara di Pengadilan dan Permasalahannya, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, Volume 8,
Nomor 2.
Yessica, E, 2014, Karakteristik Dan Kaitan Antara Perbuatan Melawan Hukum
Dan Wanprestasi, Jurnal Repertorium, Volume 1, Nomor 2