aids

21

Click here to load reader

Upload: ary-yanti

Post on 24-Jun-2015

195 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aids

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang

disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Manifestasi Klinis

Kondisi yang ditetapkan sebagai AIDS (CDC, 1993 revisi) :

1. Keganasan

- Sarkoma Kaposi

- Limfoma Burkitt

- Limfoma imunoblastik

- Limfoma primer pada otak

- Kanker leher rahim invasif

- Ensefalopati yang berhubungan dengan infeksi HIV.

- Sindrom kelelahan karena infeksi HIV

- Penurunan imunitas yang hebat (CD4 < 200/mm2)

2. Infeksi oportunistik :

- Kandidosis pada bronkus, trakea, atau paru

- Kandidosis pada esofagus

- Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner

- Kriptosporidiosis diseminata atau ekstrapulmoner

- Kriptokokis ekstrapulmoner

- Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)

- Infeksi cytomegalovirus (selain herpes, limpa, atau kelenjar limfe)

- Herpes simpleks (ulkus kronis lebih dari 1 bulan, bronkitis, pneumonitis,

atau esofagitis).

- Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmer)

- Isoporisiasis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)

- Myobacterium avium complex atau M. Kansasi diseminata atau

ekstrapulmoner

- Mycobacterium (spesies lain atau tidak dapat ditentukan) diseminata atau

ekstrapulmones.

- Myobacterium tuberculosis (pada paru atau ekstrapulmoner)

Page 2: Aids

- Pneumocystis carinii pneumonia

- Pneumonia rekurens

- Leukonsefalopati multifokal progresif

- Salmonella septikemia rekurens

- Toksoplasmosis pada otak.

Patogenesis

HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret

vagina serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai

berikut :

1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang

pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80 – 90% total

kasus sedunia.

2. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi

darah/ produk darah yang tercemar mempunyai risiko sampai > 90%,

ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau

pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko

0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan

tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko 0,5% dan mencakup

< 0,1% total kasus sedunia.

3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya

melalui placenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat <

0,1% total kasus sedunia.

Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel

dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom retroviral akut seperti

flu (serupa infeksi mononukleosis) disertai viremia hebat dengan keterlibatan

berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh timbul respons imun humoral maupun selular.

Sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar virus yang tinggi

dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini berlangsung

berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru

dan upaya eliminasi oleh respons imun. Titik keseimbangan yang disebut set point

ini penting karena menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi,

perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung lebih cepat.

Page 3: Aids

Serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan

setelah infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan. Kemudian pasien

akan memasuki masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap

jumlah CD4 (jumlah normal 800-1.000/mm) yang terjadi setelah replikasi peristen

HIV dengan kadar RNA virus relatif konstan.

CD4 adalah reseptor pada limfosit T4 yang menjadi target sel utama HIV.

Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/mm3/tahun, tapi pada 2 tahun

terakhir penurunan jumlah menjadi 50-100/mm3/tahun sehingga bila tanpa

pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 8-10 tahun,

dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm3.

Pohon Masalah :

HIV

Plasenta Darah Air liurSemen Sekret vagina

Ibu ke janin Transfusi darah

Oral Hubungan sex

Integumen

Diare

Eliminasi

Sistem imun menurun

AIDS

Kadar virus bertambah

Flu disertai viremia berat

Asupan makanan berkurang

Tubuh kelenjar limfe

Nyeri pada bagian kepala, dada dan kaki

Nafas pendekBising usus hiperaktif

Mengering

Nyeri kenyamanan

Pernafasan Berat badan menurun

Cara penularan

Page 4: Aids

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan

menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara

deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Penggunaan PCR antara lain untuk :

- Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga

menghambat pemeriksaan serologis.

- Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.

- Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.

- Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2

rendah.

2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik. Tes,

misalnya :

- ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1 – 100%). Biasanya memberikan hasil

positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif harus dikonfirmasi dengan

pemeriksaan Western blot.

- Western blot, spesifitas tinggi (99,6 – 100%). Namun, pemeriksaan ini

cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak

diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.

- Immunofluorescent assay (IFA)

- Radioimunopraecipitation assay (RIPA).

Page 5: Aids

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Kedoktera Universitas Indonesia,

1993

2. Fahmi S, Indriatmi W, Zubier F, Judanarso J, Editor. Penyakit Menular

Seksual. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

1997.

3. Budimulja, Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam : Djuanda

A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kedua. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 1987

4. Merati TP, Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam: Noer

HMS, Waspadji S, Rachman AM, et al, editor Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid 1 Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1996

5. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), http/ www.drkoop.com.

Diakses 16 Februari 2000.

Page 6: Aids

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

CDC merekomendasikan bahwa diagnosis AIDS ditujukan pada orang

yang mengalami infeksi oportunistik, dimana orang tersebut mengalami

penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan

memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan

meliputi kondisi dimensi progresif, “wasting sindrom”, atau sarkoma kaposi (SK)

(pada pasien berusia kurang dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya (yaitu

kanker serviks invasif), atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami

lokalisasi (misal : TB).

Orang-orang yang menderita AIDS umumnya dibagi ke dalam enam

kategori : laki-laki homoseksual, laki-laki biseksual, pemakai obat-obatan IV,

penerima darah ataupun produk darah yang terinfeksi, pasangan heterseksual dari

orang yang terinfeksi HIV, dan anak-anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi.

Kecepatan infeksi umumnya berkembang paling cepat pada wanita dan kaum

minoritas.

ASUHAN KEPERAWATAN

Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,

progresi kelelahan/ malaise. Perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respons fisiologis terhadap

aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan.

Sirkulasi

Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan

lama pada cedera (jarang terjadi).

Tanda : Takikardia, perubahan TD postural

Menurunnya volume nadi perifer

Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisian kapiler.

Page 7: Aids

Integritas Ego

Gejala : Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan

keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup

tertentu, dan distres spiritual.

Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya

berat badan

Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak

berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi.

Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri

Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata

yang kurang.

Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala

yang sama.

Eliminasi

Gejala : Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa

disertai kram abdominal

Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

Tanda : Feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah.

Diare pekat yang sering

Nyeri tekan abdominal

Lesi atau abses rektal, perianal

Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.

Makanan/ Cairan

Gejala : Tidak napsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali

makan, mual/ muntah.

Disfagia, nyeri restrosternal saat menelan.

Penurunan berat badan yang cepat/ progresif.

Tanda : Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif

Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak

subkutan/ massa otot.

Turgor kulit buruk

Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna

Page 8: Aids

Kesehatan gigi/ gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.

Edema (umum, dependen)

Higiene

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi

Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas

perawatan diri.

Neurosensori

Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala

Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri

untuk mengatasi masalah tidak mampu mengingat dan konsentrasi

menurun.

Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.

Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan

Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan

perubahan paling awal)

Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai

demensia, lupa konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis,

retardasi psikomotor/ respons melambat.

Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak

realistis.

Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya

berjalan ataksia.

Tremor pada motorik kasar/ halus, menurunnya motorik fokalis;

hemiparesis, kejang.

Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).

Nyeri/ Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki

Sakit kepala (keterlibatan SSP)

Nyeri dada pleuritis

Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan

Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/ pincang

Gerak otot melindungi bagian yang sakit.

Page 9: Aids

Pernapasan

Gejala : ISK sering, menetap

Napas pendek yang progresif

Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/ non produktif

sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat

napas dalam).

Bendungan atau sesak pada dada

Tanda : Takipnea, distres pernapasan

Perubahan pada bunyi napas/ bunyi napas adventisius

Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses

penyembuhannya.

Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (misal

hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)

Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut

Riwayat/ berulangnya infeksi dengan PHS.

Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/

memuncak; berkeringat malam

Tanda : Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, misal ekzema, eksantem,

psoriasis, perubahan warna perubahan ukuran/ warna mola; mudah

terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Rektum, luka-luka perianal atau abses.

Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh

atau lebih (misal leher, ketiak, paha)

Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya

berjalan

Seksualitas

Gejala : Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual

dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel,

aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal.

Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.

Page 10: Aids

Penggunaan kondom yang tidak konsisten.

Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan

terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena

peningkatan kekeringan/ friabilitas vagina).

Tanda : Kehamilan atau resiko terhadap hamil.

Genetalia : Manifestasi kulit (misal herpes, kutil); rabas

Interaksi sosial

Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, misal kehilangan kerabat/

orang terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk

mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/ kehilangan

pendapatan.

Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang

meninggal karena AIDS.

Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu

membuat rencana

Tanda : Perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat

Aktivitas yang terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

Penyuluhan/ Pembelajaran

Gejala : Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko

tinggi (misal seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)

Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,

penyalahgunaan alkohol.

Serologis:

Tes antibodi serum : Skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan

mengidentifikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.

Tes blot western : Mengkonfirmasikan diagnosa HIV.

Tes T-Limfosit : penurunan jumlah total

Sel T4-helper (indikator sistem imun yang menjadi media banyak proses sistem

imun dan menandai sel B untuk menghasilkan antibodi terhadap bakteri asing).

Jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.

T8 (sel supresor sitopatik) : Rasio terbalik (2:1 atau lebih besar) dari sel supresor

pada sel helper (T8 ke T4) mengindikasikan supresi imun.

Page 11: Aids

P24 (protein pembungkus HIV) : Peningkatan nilai kuantitatif protein ini dapat

mengindikasikan progresi infeksi. (Mungkin tidak dapat dideteksi pada stadium

awal dari infeksi HIV).

KADAR Ig : Umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang

normal ataupun mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk

menunjukkan bila proses penularan telah lengkap tetapi umumnya digunakan

karena faktor-faktor lain dapat mengubahnya, misalnya polutan lingkungan).

Reaksi rantai polimerase : Mendeteksi adanya DNA virus dalam jumlah yang

sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

Tes PHS : Pembungkus hepatitis B dan inti antibodi, sifilis, CMV mungkin positi.

Budaya : Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feses, cairan spinal, luka,

sputum, dan sekresi mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan

infeksi. Beberapa yang paling umum diidentifikasi sebagai berikut :

Infeksi parasit dan protozoa : PCP kriptosporidiosis, toksoplasmosis.

Infeksi jamur : Candida albicans (kandidiasis), Cryptococcus neoformans

(kriptokosis); histoplasma capsulatum (histoplasmosis).

Infeksi viral : CVM, herpes simpleks, herpes zoster.

Pemeriksaan neurologis, misalnya EEG, MRI, skan CT otak, EMG/ pemeriksaan

konduksi saraf. Diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak

diketahui asalnya dan atau perubahan fungsi sensori/ motor.

Sinar x dada : Mungkin normal pada awalnya atau menyatakan perkembangan

infiltrasi intertisial dari PCP tahap lanjut (penyakit yang paling umum terjadi)

ataupun komplikasi pulmonal lainnya.

Tes fungsi pulmonal : Digunakan pada deteksi awal pneumonia interstisial.

Skan gallium : Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk-bentuk

pneumonia lainnya.

Biopsis : mungkin dilakukan untuk diagnosis yang berbeda bagi KS atau lesi

neuplastik lainnya.

Brankoskopi/ pencucian trakeobronkial : Mungkin dilakukan dengan biopsi pada

waktu PCP ataupun diduga adanya kerusakan pada paru-paru.

Page 12: Aids

Menelan barium, endoskopi, kolonoskopi : Mungkin dilakukan untuk

mengidentifikasi kemungkinan infeksi (misal candida, CMV) atau menentukan

tahap KS pada sistem GI.

Diagnosa Keperawatan : Infeksi, risiko tinggi terhadap (progresi menjadi sepsis/

awitan infeksi oportunistik)

1. Diagnosa Keperawatan : Kekurangan volume cairan, risiko tinggi

terhadap kehilangan yang berlebihan, diare

berat, berkeringat, muntah.

Status hipermetabolisme, demam

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :

Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit

baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat secara pribadi.

Tindakan/ intervensi

Mandiri

- Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi,

termasuk perubahan postural.

- Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai

indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu

lingkungan.

- Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.

- Ukur haluaran urine dan berat jenis urine. Ukur/ kaji jumlah kehilangan

diarea. Catat kehilangan takkasatmata.

Rasional :

- Indikator dari volume cairan sirkulasi

- Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan

yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan

- Indikator tidak langsung dari status cairan

- Peningkatan berat jenis urine/ penurunan haluaran urin menunjukkan

perubahan perfusi ginjal/ volume sirkulasi.

Catatan pemantauan keseimbangan cairan sulit karena kehilangan melalui

gastrointestinal yang berlebihan.

Page 13: Aids

2. Diagnosa Keperawatan : Pola Napas tidak efektif/ perubahan pertukaran

gas, kerusakan, risiko tinggi

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi-pasien akan :

- Mempertahankan pola pernapasan efektif.

- Tidak mengalami sesak napas/ sianosis dengan bunyi napas dan sinar x

bagian dada yang bersih/ meningkat dan GDA dalam batas normal pasien.

Tindakan/ intervensi

Mandiri

Auskultasi bunyi napas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan/

kehilangan ventilasi dan munculnya bunyi adventisius misalnya krekels, mengi,

ronki.

Rasional :

- Memperkirakan adanya perkembangan komplikasi/ infeksi pernafasan

misal : atelektasis/ pneumonia. Catatan PCP umumnya berkembang

sebelum terjadinya perubahan pada suara nafas.

3. Diagnosa keperawatan : Cedera risiko tinggi terhadap perubahan faktor

pembekuan

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi/ pasien akan :

Menunjukkan homeostatis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan

mukosa dan bebas dari ekimosis.

Tindakan/ Intervensi

Mandiri

Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah

pada urine, feses, dan cairan muntah.

Amati/laporkan epitaksis, hemoptisis, hematuria, perdarahan vaginal non-

menstruasi atau pengeluaran darah melalui lesi/ orifisium tubuh/ darah penusukan

terapi intravena.

Rasional :

- Mempercepat deteksi adanya perubahan/ menentukan awal dari terapi

mungkin dapat mencegah perdarahan kritis.

- Perdarahan spontan mengindikasikan perkembangan anak atau

trombositopenia imun.

Page 14: Aids

4. Diagnosa keperawatan : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi – pasien akan :

- Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat

badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan.

- Mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari tanda-tanda

malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energi.

Tindakan/ intervensi :

Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan.

Auskultasi bising usus.

Kaji obat-obatan terhadap efek samping nutrisi.

Rasional :

- Lesi mulut, tenggorok, dan esofagus dapat menyebabkan disfagia,

penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi

keinginan untuk makan.

- Hipermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan

muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet/ cara makan.

Catatan : tidak mampu mentoleransi laktosa dan malabsorbsi berhubungan

dengan terjadinya diare dan mungkin membutuhkan perubahan pada diet/

formula tambahan.