web viewprogram studi pendidikan kimia. 2010. bab i . pendahuluan. latar belakang masalah. ... dari...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR BERBASIS KOMPUTER
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
SISWA KELAS XI IPA-4 SMAN-3 PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
OLEH:
YUSNAIMING SUANTRY
ACC 105 011
UNIVERSITAS PALANGKARAYAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting untuk membekali siswa
menghadapi masa depan. Untuk itu proses pembelajaran sangat menentukan
terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan dalam zaman globalisasi
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap dalam berbagai situasi yang
dapat membantu manusia dalam memanfaatkan lingkungan dan memberikan hasil
efisiensi yang tinggi.
Dampak dari proses globalisasi adalah perkembangan teknologi yang cepat
dan berpengaruh terhadap dunia pendidikan, sehingga pemerintah perlu
mengembangkan suatu kurikulum yang dapat memberikan keterampilan keahlian
bertahan hidup (life skills) di dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Salah
satunya adalah mata pelajaran kimia yang berfungsi untuk mengembangkan
keterampilan proses siswa dan untuk mengetahui sejauhmana siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
Ciri khas dari ilmu kimia adalah bersifat abstrak. Kenyataannya ilmu kimia
masih kurang disenangi oleh sebagian besar siswa karena dianggap sulit dan
membosankan, siswa merasa kesulitan dalam penggunaan kata-kata yang tidak lazim
setiap hari karena memiliki arti serta pengertian yang berbeda, serta keterbatasan
waktu. Menurut Middlecamp dan Kean (Nyoman, 2005) kesulitan mempelajari ilmu
kimia disebabkan oleh kemampuan menghafal, pemahaman konsep, kemampuan
2
matematika dan berfikir abstrak dari siswa. Dalam mempelajari ilmu kimia yang
pada umumnya konsep abstrak, sekarang dapat dengan mudah mempelajarinya.
Segala bentuk kemudahan yang tersedia tidak akan berjalan baik atau tidak maksimal
dalam konsep-konsep abstrak yang dipelajari di ilmu kimia, tanpa digunakan suatu
media pembelajaran yang bisa menjelaskan suatu topik yang sesuai dengan
kebutuhan materi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran
ilmu kimia harus dilakukan dengan metode yang tepat agar tujuan yang ingin dicapai
dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan penggunaan media
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tentang media pembelajaran,
menunjukkan bahwa penggunaan media dapat meningkatkan prestasi siswa
dibandingkan dengan tanpa mempergunakan media pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa apabila menggunakan media pembelajaran
berbasis komputer sebagai alternatif dari media yang digunakan guru saat mengajar
pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan mengadakan
penelitian dengan judul : “Penggunaan Sumber Belajar Berbasis Komputer Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Siswa Kelas XI IPA4 SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010”.
3
1.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep siswa kelas XI IPA4 SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang mempunyai kemampuan
berbeda setelah mengikuti pembelajaran menggunakan sumber belajar berbasis
komputer.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah pembelajaran faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan
menggunakan sumber belajar berbasis komputer dapat diikuti oleh semua siswa
dengan kemampuan berbeda di kelas XI IPA4 SMAN-3 Palangka Raya
Tahun Ajaran 2009/2010 ?
2. Bagaimana perubahan pemahaman konsep siswa kelas XI IPA4
SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010 tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi setelah mengikuti pembelajaran menggunakan sumber
belajar berbasis komputer ?
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pemahaman konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi siswa kelas XI IPA4 SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010
yang mempunyai kemampuan berbeda setelah mengikuti pembelajaran
menggunakan sumber belajar berbasis komputer.
2. Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa kelas XI IPA4
SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010 tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi setelah mengikuti pembelajaran menggunakan sumber
belajar berbasis komputer.
1.5 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Peneliti, dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan akademik yang
diperoleh selama kuliah.
2. Sekolah, sebagai masukan untuk mengembangkan penggunaan media
pembelajaran berbasis komputer untuk menghadapi zaman globalisasi
3. Siswa, dapat lebih menyenangi pelajaran kimia, mengatasi kejenuhan selama
proses belajar mengajar dan meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran
pada sub topik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi.
4. Guru, dapat mengembangkan variasi pembelajaran kimia di sekolah dan
mempermudah penyampaian materi pelajaran yang akan diajarkan.
5
1.6 Penjelasan Kata Kunci
1. Media adalah alat, metode ataupun teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam
pembelajaran.
2. Pemahaman konsep adalah penerapan konsep-konsep ke dalam suatu rangkaian
permasalahan dan tidak hanya untuk dihafal.
3. Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau
situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa
belajar secara individual.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi komunikasi antara siswa
dengan guru dalam kegiatan pendidikan yang tidak berlangsung sendiri-sendiri,
melainkan berlangsung secara bersama-sama (Mulyati Arifin, 2000).
Belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-
konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Keinginan belajar dari
setiap orang berbeda-beda tergantung ada tidaknya dorongan pada setiap diri
individu. Oleh sebab itu, siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Mengajar adalah proses aktif guru untuk membimbing siswa dalam
mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan
belajar-mengajar. Pembelajaran adalah kegiatan yang direncanakan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002).
Tanggung jawab tersebut dimanfaatkan seorang guru dengan
menyelenggarakan suatu proses pengajaran yang mampu menciptakan suasana
belajar yang baik. Syarat-syarat agar proses belajar berjalan dengan baik menurut
Septihartadi (2002) diantaranya:
1. Ada kemajuan dari siswa untuk belajar
2. Siswa merasa tertarik dengan materi yang disajikan
3. Siswa merasa tertarik dengan metode belajar yang dibawakan oleh guru
7
4. Siswa harus mengalami kemajuan
5. Siswa harus menghargai pelajaran yang disajikan
6. Pengajar harus memperoleh kepuasan karenanya
Secara keseluruhan dari pengalaman belajar, kita belajar 10 % dari yang kita
baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa
yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang
kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika kita mengajar dengan
banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa hanya
mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melaukan sesuatu dan
melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90 %.
Kerucut Pengalaman Belajar Yang kita ingat
10 % Baca
20 % Dengar
30 % Lihat
50 % Lihat dan dengar
70 % Katakan
90 % Katakan dan lakukan
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar (Sheal, Peter (1989).
8
Menurut Dahar (1989), belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan.
Melalui pembelajaran diharapkan akan memberikan sumbangan yang berarti
terhadap siswa bagaimana mempelajari sesuatu. Konsep yang dipelajari tersebut
merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-
prinsip dan generalisasi. Konsep-konsep materi pelajaran kimia yang abstrak, akan
menggiring siswa untuk mencari bagaimana dan seperti apa saja bentuk yang mereka
pelajari.
Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi
dalam pembelajaran, pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan, program,
layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi.
Faktor tunggal yang sangat penting dalam proses belajar dan pemebelajaran
adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah
dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan
sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi baru dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara
materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru.
Siswa yang dihadapi guru tentunya memiliki perbedaan yaitu perbedaan
kemampuan, cara belajar, personal dan lingkungan. Menurut Arifin
(Herlina, 2006) sebagian besar pelajaran yang diterima di pendidikan formal,
pelayanan yang diberikan pada siswa sifatnya umum. Sehingga sebagian siswa
mencapai prestasi belajar dibawah kemampuan yang sebenarnya. Hasil prestasi ini
merupakan salah satu indikasi adanya kesulitan belajar.
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua
menurut Arikunto (dalam Octarina, 2006), yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,
meliputi: faktor usia, kematangan, pengalaman, minat, motivasi, dan kebiasaan
belajar.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan siswa yang
meliputi: lingkungan sekolah, masyarakat, bahan pengajaran, metode pengajaran,
sarana, media, dan sumber belajar.
Menurut Middlecamp dan Kean (Nyoman, 2005) kesulitan mempelajari ilmu
kimia disebabkan oleh kemampuan menghafal, pemahaman konsep, kemampuan
matematika dan berfikir abstrak dari siswa. Untuk belajar dengan baik, seseorang
sangat memerlukan kondisi yang memungkinkan untuk dapat melihat, mendengar,
dan melakukan proses belajar dengan baik serta dapat berkonsentrasi dengan baik
untuk dapat mengingat.
2.2 Konsep Memahami
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan para siswa menuju
perubahan-perubahan tingkah laku baik itu intelektual, moral, maupun sosial agar
dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Menurut Sudjana dan
Rivai (1989), dalam mencapai tujuan pendidikan, siswa harus berinteraksi dengan
lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses belajar. Usaha untuk
meningkatkan kemampuan siswa adalah melalui proses kegiatan belajar mengajar.
Salah satu caranya adalah dengan mempelajari konsepnya.
10
Menurut Dahar (Harvelin, 2006), belajar konsep merupakan hasil utama yang
diperoleh dari suatu pendidikan. Melalui pembelajaran ini diharapkan akan
memberikan sumbangan yang berarti terhadap siswa bagaimana mempelajari sesuatu.
Konsep-konsep yang dipelajari tersebut merupakan landasan dasar dalam berpikir
dan bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi.
Oleh sebab itu, pemahaman konsep ini sangat penting bagi siswa yang sedang
belajar. Pemahaman konsep tidak hanya sekedar mengingat tetapi individu mampu
menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam suatu rangkaian permasalahan.
Konsep-konsep materi pelajaran kimia yang abstrak, akan menggiring siswa untuk
mencari bagaimana dan seperti apa saja bentuk yang mereka pelajari.
2.3 Sumber Belajar
Percival & Ellington (1988) mengatakan bahwa sumber belajar yang dipakai
dalam pendidikan atau latihan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan
bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan
siswa belajar secara individual. Sumber belajar inilah yang disebut media pendidikan
atau media instruksional. Untuk menjamin bahwa sumber belajar adalah sebagai
sumber belajar yang cocok, harus memenuhi 3 (tiga) persyaratan sebagai berikut:
- Harus dapat tersedia dengan cepat.
- Harus dapat memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri.
- Harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagi kebutuhan
para siswa dalam belajar mandiri.
11
Menurut Sudjana dan Rivai (1989), sumber belajar adalah sebagai berikut:
sumber belajar tercetak yaitu buku, majalah, brosur, koran, poster, denah,
ensiklopedi, kamus dan lain-lain. Sumber belajar noncetak yaitu film, slide,video,
model, audio, cassete, transparansi, realita obyek. Sumber belajar yang berbentuk
fasilitas yaitu perpustakaan, ruangan belajar, lapangan olah raga. Sumber belajar
berupa kegiatan yaitu wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan
dan lain-lain. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat yaitu taman, terminal,
pasar, toko, pabrik, dan museum.
2.4 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Hamalik Oemar (1982), media merupakan alat, metode ataupun
teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru
dengan siswa dalam pembelajaran. Sehingga efektifnya suatu pembelajaran juga
dipengaruhi oleh media pembelajaran yang digunakan. Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.
Media pembelajaran adalah salah satu sumber belajar yang dapat
menyalurkan pesan untuk membantu mengatasi hambatan baik dalam diri guru
ataupun siswa sehingga proses belajar-mengajar berlangsung efektif dan efisien.
Menurut Miarso (Primayuni, 2004) sebagai bagian dari sistem pembelajaran,
media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan atau keterampilan untuk:
a. Membuat konkrit konsep yang abstrak.
12
b. Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat dalam lingkungan belajar.
c. Menampilkan objek yang terlalu besar.
d. Menampilkan objek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang.
e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
f. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan.
g. Membangkitkan motivasi belajar.
h. Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
i. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan
waktu maupun ruang.
j. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
2.5 Komputer sebagai Media Pembelajaran
Pada mulanya penggunaan komputer di Lembaga Penelitian seperti
laboratorium adalah untuk belajar tentang cara memahami komputer dan
memprogram dengan komputer. Selama tahun 1970-an penggunaan komputer
meluas, sehingga pada zaman industrialisasi seperti sekarang amatlah sulit jika tidak
memiliki komputer atau memasukkan komputer programming ke dalam
kurikulumnya, yang diungkapkan oleh Melda (Samsul, 2006).
Komputer telah mulai diterapkan dalam bidang pendidikan semenjak awal
perkembangannya. Walaupun hanya bersifat administratif yaitu berupa pembuatan
aplikasi database dan komputerisasi, namun dalam bentuk awal tersebut sudah mulai
memasuki aspek pendidikan yang manual dan modul kerja sampai pada bentuk
13
simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya dalam kegiatan industri, penelitian,
dan administrasi.
Menurut Setiadi dan Agus (2001) hal-hal yang dipandang kurang
menguntungkan dari belajar terprogram adalah:
1. Jika ditulis dalam buku, untuk pengembangan suatu konsep diperlukan halaman
lebih tebal. Dengan media komputer, hal ini dapat diatasi.
2. Menuntut persiapan lebih banyak dalam mengontrol tingkat kesukaran antara
frame (bagian terkecil dari suatu materi) yang satu dengan frame berikutnya.
Dengan demikian, faktor dasar dalam menyusun program instruksional yang
baik adalah memperhatikan lingkup dan urutan program, model presentasi, urutan
penyajian frame, tingkat kesukaran antarframe, dan asumsi yang harus dibuat
mengenai pengetahuan awal siswa, motivasi, dan kapasitas mereka untuk bekerja
secara mandiri.
2.6 Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Materi yang dipelajari yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
yaitu konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan katalis.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi
dari sub topik faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk SMA kelas XI IPA
semester 1 adalah “memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan
industri”.
14
Kompetensi dasarnya adalah “mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi”.
Indikator yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya saling
bertumbukan. Tumbukan yang terjadi tersebut menghasilkan energi untuk memulai
terjadinya reaksi. Terjadinya tumbukan antarpartikel disebabkan oleh karena partikel-
partikel zat selalu bergerak dengan arah yang tidak teratur. Tumbukan antarpartikel
yang bereaksi tidak selalu menghasilkan reaksi, hanya tumbukan yang menghasilkan
energi cukup kuat yang dapat menghasilkan reaksi, disebut tumbukan efektif. Model
tumbukan antarpartikel digambarkan sebagai bola yang akan menggelinding dari
lekukan suatu bukit ke lereng bukit. Energi diperlukan supaya bola menggelinding
mencapai lekukan (keadaan transisi). Setelah mencapai keadaan transisi, energi
masih diperlukan agar bisa terlepas dari puncak lekukan dan menggelinding ke
lereng bukit. Jika energi tidak cukup, maka bola tersebut akan menggelinding
kembali ke lekukan tersebut. Energi yang diperlukan agar bola sampai ke puncak
bukit dan menggelinding dianalogikan sebagai energi pengaktifan. Dalam reaksi
kimia, energi pengaktifan (energi aktivasi) merupakan energi minimum agar suatu
reaksi dapat berlangsung. Tumbukan yang menghasilkan energi yang cukup untuk
menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Dengan menggunakan teori tumbukan
ini dapat dijelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2.1 Konsentrasi
15
Secara umum, konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.
Pada reaksi orde 0 (nol), perubahan konsentrasi pereaksi tidak berpengaruh terhadap
laju reaksi. Pada reaksi orde 1 (satu), setiap kenaikan konsentrasi dua kali akan
mempercepat laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat, sedangkan pada reaksi orde 2
(dua), apabila konsentrasi dinaikkan menjadi dua kali maka laju reaksi menjadi
empat kali lebih cepat.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat dijelaskan dengan teori
tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul
dalam setiap satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antarmolekul semakin
sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk
menghasilkan tumbukan efektif juga semakin besar, dan reaksi juga berlangsung
lebih cepat. Perhatikan gambar dibawah ini:
Konsentrasi Kecil Konsentrasi Besar
Gambar 2. Semakin besar konsentrasi, laju reaksi semakin cepat
2.2.2 Suhu
16
Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah apabila suhunya rendah. Kenaikan
sekitar 10°C akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua atau tiga kali
lebih besar. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan menjadi
lebih cepat. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu
apabila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul yang bereaksi akan bergerak
lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. Oleh karena energi kinetiknya tinggi,
maka energi yang dihasilkan pada tumbukan antarmolekul akan menghasilkan energi
yang besar dan cukup untuk melangsungkan reaksi. Dengan demikian, semakin
tinggi suhu berarti kemungkinan akan terjadi tumbukan yang menghasilkan energi
juga semakin banyak dan akibatnya reaksi berlangsung lebih cepat.
Jadi, kenaikan suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung
semakin cepat. Perhatikan gambar dibawah ini:
Suhu rendah Suhu tinggi
Gambar 4. Semakin tinggi suhu,tumbukan antarpartikel semakin cepat
2.2.3 Luas Permukaan
17
Laju reaksi yang terjadi pada sistem reaksi heterogen, bergantung pada luas
permukaan antara fase pereaksi yang bersentuhan. Reaksi antara padatan dan cairan
atau padatan dengan gas akan lebih cepat jika luas permukaan bidang sentuh zat
padat diperbanyak. Apabila luas permukaan zat pereaksi semakin besar maka laju
reaksinya juga akan semakin besar. Hal ini karena apabila luas permukaannya
semakin besar maka kemungkinan bersinggungan antarpereaksi akan semakin besar
pula. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Partikel batang Partikel serbuk
Gambar 6. Semakin luas permukaan partikel, laju reaksi semakin cepat
Berdasarkan gambar tersebut, reaksi yang melibatkan massa suatu zat, laju
reaksinya dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh reaktannya. Semakin luas
permukaan bidang sentuh reaktannya, waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin
cepat, berarti laju reaksinya juga akan semakin cepat. Luas permukaan bidang sentuh
antarpereaksi berpengaruh terhadap laju reaksi. Semakin luas permukaan bidang
sentuh antarpereaksi, laju reaksinya semakin besar.
2.2.4 Katalis
18
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak
mengalami perubahan kimia secara kekal atau permanen sehingga pada akhir reaksi
zat tersebut dapat diperoleh kembali. Adanya katalis akan menyebabkan
terbentuknya tahap-tahap reaksi tambahan, yaitu tahap-tahap pengikatan katalis dan
tahap pelepasan katalis pada akhir reaksi. Katalis ini bersifat spesifik, artinya hanya
berfungsi untuk suatu reaksi tertentu.
Reaksi yang berlangsung lambat akan dipercepat dengan menambahkan
katalis yang sesuai untuk reaksi tersebut. Katalis akan mempercepat reaksi karena
katalis akan mencari jaloan dengan energi aktivasi yang lebih rendah sehingga
reaksinya akan berlengsung lebih cepat. Katalis ikut dalam jalannya reaksi, tetapi
pada kondisi akhir, katalis akan keluar lagi dalam bentuk yang sama. Sifat-sifat kimia
katalis akan sama sebelum dan sesudah mengkatalis sutau reaksi.
2.7 Kerangka Berpikir
Menurut Mulyati Arifin (2000), belajar IPA apabila dilengkapi dengan media
pembelajaran yang dapat menjelaskan keabstrakan materi tersebut akan jauh lebih
baik daripada hanya belajar melalui metode ceramah saja. Salah satu pelajaran IPA
adalah pelajaran kimia yang sulit dipahami hanya dengan membaca karena sifatnya
yang abstrak. Oleh sebab itu, perlunya penggunaan suatu media pembelajaran berupa
sumber belajar berbasis komputer di dalam proses pembelajaran khususnya tentang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi untuk siswa kelas XI IPA4 SMAN-3
Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010. Tujuannya adalah untuk menelusuri
pemahaman konsep siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, serta
19
agar siswa dapat belajar mandiri, menjadi lebih bersemangat di dalam proses
pembelajaran karena ada hal baru yang mereka dapatkan dan siswa menjadi lebih
aktif dalam menggali informasi untuk menambah pengetahuannya.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha
mengungkap gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks melalui
pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen
utama. Kedudukan peneliti dalam pemanfaatan sumber belajar berbasis komputer
untuk belajar mandiri adalah sebagai partisipan yang terlibat dalam proses
pembelajaran.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA-4
SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010.
3.3 Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian secara garis besar dilakukan melalui beberapa tahapan
antara lain tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan data, tahap
analisis data dan penarikan kesimpulan. Penjelasan setiap tahap penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah, pembuatan sumber
belajar, dan pemanfaatan sumber belajar berbasis komputer tersebut.
21
Perizinan kegiatan penelitian diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP
UNPAR yang diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Ketua
Jurusan Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olah Raga Kota Palangka Raya dan keluar surat izin tertanggal
5 November 2009. Surat izin ini digunakan sebagai pengantar ke tempat
penelitian yaitu SMAN-3 Palangka Raya.
Tahapan berikutnya adalah observasi ke sekolah tempat dilakukannya penelitian.
Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, kurikulum yang
digunakan dan bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah
sasaran, terutama kelas XI IPA-4.
Setelah melakukan observasi sekolah, tahap selanjutnya adalah penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Laju Reaksi di kelas XI IPA-4. Langkah-langkah pembelajaran disesuaikan
dengan acuan atau karakteristik metode atau strategi pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan sumber belajar berbasis komputer untuk
belajar mandiri yang menggunakan program macromedia flash MX dan
divalidasi oleh validator mengenai kesesuaian konsep di dalam sumber belajar
serta instrumen penelitian. Instrumen penelitian pemanfaatan sumber belajar
berbasis komputer berupa tes pemahaman konsep (berupa pilihan ganda
beralasan), lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas
siswa, angket respon siswa dan angket respon guru terhadap pembelajaran.
22
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas XI IPA-4
dengan menggunakan sumber belajar berbasis komputer untuk belajar mandiri.
Proses pembelajaran dilakukan pada sub topik faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi. Sebelum pembelajaran dilakukan, siswa diberikan pretes untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki masing-masing siswa. Selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa diberikan LKS dan disuruh untuk
mengisinya dengan teman sebangkunya berdasarkan sumber belajar yang
ditayangkan dilakukan juga pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan
pembelajaran oleh guru.
Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan postes. Kegiatan ini bertujuan
untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan
pembelajaran menggunakan sumber belajar berbasis komputer untuk belajar
mandiri. Dimana jawaban siswa akan menunjukkan pemahaman konsepnya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Soal tes pemahaman
konsep yang digunakan untuk postes sama dengan yang dipergunakan dalam
pengumpulan data pretes.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Pengamatan proses pembelajaran dilakukan oleh 2 orang pengamat
(observer) yaitu satu orang guru bidang studi kimia di sekolah yang bersangkutan
dan satu orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
MIPA FKIP UNPAR.
23
Untuk memperoleh data pemanfaatan sumber belajar berbasis komputer
untuk belajar mandiri pada penelitian ini diperlukan alat pengumpulan data, yaitu:
1) Soal Tes Pemahaman Konsep
Tes Pemahaman Konsep ini berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda (PG)
beralasan yang akan diberikan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
berlangsung yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dan
setelah mengikuti pembelajarn menggunakan sumber belajar berbasis komputer.
2) Lembar pengamatan aktivitas siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
berbasis komputer, instrumen ini diisi oleh 2 orang pengamat yang duduk di
tempat yang memungkinkan sehingga dapat mengikuti dan mengamati seluruh
pembelajaran dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.
3) Angket
Angket yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan yang
disampaikan kepada responden secara tertulis. Angket yang dipergunakan adalah
angket tertutup, artinya alternatif jawaban sudah disediakan dan responden hanya
memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya.
Angket yang digunakan berupa angket respon siswa dan angket respon guru
terhadap pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
komputer.
24
3.5 Teknik Analisis data
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, data dianalisis secara deskriptif
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membagi siswa menjadi 30% kelompok atas, 30% kelompok tengah dan 30%
kelompok bawah berdasarkan nilai siswa pada materi pelajaran sebelumnya.
b) Mengolah data pretes dan postes siswa kelompok atas dan kelompok bawah
untuk mengetahui skor masing-masing siswa kemudian mendeskripsikan data
pretes dan postes tersebut.
c) Membandingkan skor (nilai) postes dengan SKBM untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa.
Untuk menjawab rumusan masalah kedua, data dianalisis secara deskriptif
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep siswa kelompok atas dan
kelompok bawah pada setiap indikator hasil belajar dengan membandingkan
persentase peningkatan penguasaan konsep pretes dengan postes.
b) Mendeskripsikan jawaban siswa kelompok atas dan kelompok bawah pada saat
pretes dan postes serta membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat
diketahui adanya peningkatan pemahaman konsep siswa.
c) Mendeskripsikan penyebab peningkatan penguasaan konsep yang di dapat oleh
siswa kelompok atas dan kelompok bawah pada setiap indikator. Rumus yang
digunakan untuk memperoleh peningkatan pemahaman konsep siswa adalah:
Pemahaman Konsep Siswa = setiap skor × ∑ siswa yang menjawab benar pada skor tersebutnilai maksimum × jumlah siswa
25
Setelah semua data di analisis dan berdasarkan data tersebut, peneliti
kemudian menyimpulkan hasil penelitiannya untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep siswa yang memiliki kemampuan berbeda setelah diberikan
suatu variasi pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis komputer
sebagai sumber belajar untuk belajar mandiri.
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk memanfaatkan sumber belajar berbasis
komputer pada siswa. Dengan menggunakan bantuan perangkat komputer,
diharapkan konsep kimia yang bersifat abstrak akan menjadi lebih mudah dipahami
oleh siswa karena di dalamnya terdapat gambar (sumber belajar) yang dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Pada pemanfaatannya, peneliti
menggunakan langsung media pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran
di kelas.
Subjek Penelitian
Pembelajaran menggunakan Pemberian pretes sumber belajar berbasis Pemberian postes
komputer
Subjek penelitian akan diajarkan dengan menggunakan sumber belajar
berbasis komputer untuk belajar mandiri. Kegiatan awal adalah memberikan pretes
kepada siswa sebelum memulai proses pembelajaran. Kegiatan inti adalah peneliti
memberikan konsep sub topik faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan
menggunakan sumber belajar berbasis komputer yang telah disediakan untuk belajar
26
mandiri siswa, sehingga siswa sendiri yang menemukan informasi apa saja yang
terdapat di dalam sumber belajar tersebut. Kegiatan penutupnya adalah setelah
mengikuti proses pembelajaran menggunakan sumber belajar berbasis komputer
untuk belajar mandiri, maka subjek penelitian diberikan postes dengan menggunakan
soal yang sama pada saat pretes. Hasil pretes dan postes dari siswa inilah yang
dianalisis oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa
setelah mengikuti pembelajaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
menggunakan sumber belajar berbasis komputer untuk belajar mandiri apakah dapat
diikuti oleh semua siswa yang memiliki kemampuan berbeda.
27