agama dan konsep istikamah dalam pekerjaan...
TRANSCRIPT
AGAMA DAN KONSEP ISTIKAMAH DALAM PEKERJAAN BERISIKO
(Studi Kasus para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk
Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial
Oleh:
DIKY JUMHANA NIM: 101032221651
Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1429 H/2008 M
KATA PENGANTAR
Dimulai dengan bacaan basmallah penulis memulai mengerjakan skripsi ini,
dan diakhiri dengan bacaan hamdalah penulis mengakhiri penulisan skripsi ini. Puji
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat kepada penulis
sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, rasul terakhir yang memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan ilmu
pengetahuan.
Proses penulisan skripsi ini memang tidak semudah yang penulis bayangkan
sebelumnya. Dalam perjalanannya, begitu banyak hal yang penulis belum tahu
sebelumnya, penulis ketahui saat melakukan penulisan skripsi ini. Memang ilmu
Allah Maha Luas, manusia hanya mengetahui sedikit dari kemahaluasan ilmu
tersebut.
Rintangan dan cobaan yang ada saat penulis melakukan penulisan skripsi ini,
alhamdulillah dapat penulis lalui. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang berharga
yang penulis dapatkan.
Terdapat begitu banyak pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini. Dalam lembar ini, izinkan penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. M. Amin Nurdin, MA (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta), terima kasih atas bimbingan serta masukan
sehingga skripsi ini selesai.
2. Ibu Dra. Hj. Rosyidah, MA (ketua Jurusan Sosiologi Agama) dan Ibu Dra.
Joharatul Jamilah, M. Si (sekretaris Jurusan) yang memberikan pelayanan
akademik kepada penulis dalam memudahkan penyelesaian studi.
3. Ibu Dra. Marzuqoh, MA selaku pembimbing, yang tiada henti dan bosannya
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis hingga mampu
menyelesaikan skripsi ini di sela-sela kesibukan penulis dalam pekerjaan.
4. Petugas perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas Ushuluddin dan
Filsafat yang sudah melayani penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur.
5. Orang tua penulis, yang sering kali memberikan ceramah pagi agar penulis
segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih, semoga penulis dapat berbakti
kepada nusa, bangsa, agama dan orang tua.
6. Istri penulis, atas kesabarannya dalam memberikan semangat kepada penulis
dan melayani penulis saat pengetikan skripsi ini.
7. Para petugas pemadam kebakaran unit Jakarta Barat yang dengan senang hati
melayani pertanyaan penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Tetap jaga kekompakan dalam tugas, Pantang Pulang Sebelum Padam.
8. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama 2001 A: Ahmad Bajri “Paul”, Andi
Hasan “Kampleng”, Saipul Bahri “Icho”, Een, Nungki, Ridza, Syamsuddin,
Roni, Amin, terima kasih atas masukan yang kalian berikan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya
satu persatu di sini. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang
diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain itu,
semoga segalam aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi nilai
ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih.
Jakarta, 20 Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. ii
ABSTRAKSI ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 9
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 9
E. Sistematika Penulisan............................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 13
A. Agama ...................................................................................... 13
1. Pengertian Agama....................................................... 13
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan
Seseorang .................................................................... 17
B. Istikamah .............................................................................. 21
1. Pengertian Istikamah................................................... 21
2. Istikamah dalam Pandangan Islam.............................. 22
C. Pekerja ..................................................................................... 26
1. Definisi pekerja........................................................... 26
2. Islam dan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan ............. 29
BAB III SEKILAS TENTANG PEMADAM KEBAKARAN ............... 32
A. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia.............................. 32
B. Mengenal Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat................. 41
C. Kegiatan Sehari-hari Pemadam Kebakaran.............................. 51
D. Suka Duka Melaksanakan Tugas ............................................. 53
BAB IV APLIKASI AGAMA DAN ISTIKAMAH
DALAM PERSPEKTIF PEMADAM KEBAKARAN ............................ 55
A. Agama Menurut Perspektif Pemadam Kebakaran ................... 55
B. Keberagamaan Pemadam Kebakaran....................................... 57
1. Ritual Ibadah Keagamaan ....................................... 57
2. Pengaruh Agama dalam Kehidupan Sehari-hari..... 60
C. Konsep Istikamah dalam Perspektif Pemadam Kebakaran...... 61
1. Peran Agama Dalam Menjalankan Tugas
Sehari-hari............................................................... 61
2. Istikamah dan Usaha yang Dilakukan..................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN...................................... 66
A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran-saran ............................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada dua macam hubungan dalam diri manusia, yaitu hubungan manusia
dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan manusia lainya atau dalam istilah
yang lebih dikenal di kalangan muslim adalah hablum min allah dan hablum min an-
nas. Ibadah dan yang berkaitan dengan-Nya adalah suatu media untuk lebih
mempererat hubungan manusia dengan pencipta-Nya, sedangkan untuk mempererat
hubungan manusia dengan manusia itu sendiri melalui banyak cara atau dalam istilah
orang muslim muamalah.
Dalam hubungan manunusia dengan Sang Khlalik, hal tersebut diatur dalam
agama. Melalui agama manusia menjalin hubungan dengan Penciptanya. Sebagai
homo religious, manusia meyakini bahwa agama sanggup menghadirkan “Yang
Sakral” atau Tuhan Yang Maha Suci dalam atau melalui upacara keagamaan1.
Upacara keagamaan ini merupakan sarana manusia dalam memanipulasi makhluk
dengan kekuatan supranatural, oleh Wallace dipandang sebagai gejala agama yang
utama atau “Agama Sebagai Perbuatan” (religion in action). Fungsi utamanya adalah
untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan
yang penting memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapi realitas2.
Pada tataran ini agama menjadi bagian yang integral dalam kebutuhan hidup
manusia. Bahkan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa agama merupakan kebutuhan
1 Hendro Puspito, Sosiologi agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1983), h. 41 2 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000) h. 121
yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia oleh karena itu, masalah keagamaan
adalah masalah yang akan senantiasa menyertai kehidupan manusia sepanjang sejarah
kehidupannya, sebagaimana masalah-masalah sosial lainnya seperti masalah politik,
ekonomi dan sebagainya. Keberagamaan manjadi bagian dari kebudayaan manusia
yang telah dikembangkan sedemikian rupa baik itu berupa ritus, pranata sosial
maupun prilaku-prilaku lainnya dalam berbagai dimensi kehidupan.
Sedangkan dalam hubungan manusia dengan sesamanya dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Interaksi sosial tentu tidak dapat dielakkan karena manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup mereka.
Segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya
memang sudah diatur oleh agama. Namun manusia juga mempunyai peraturan atau
rambu-rambu yang harus ditaati oleh mereka. Para pelanggar tentu mendapat
hukuman sesuai dengan sanksi yang telah disepakati. Dalam masyarakat hal ini lazim
disebut sebagai norma.
Pekerjaan adalah salah satu cara manusia untuk dapat melangsungkan
hidupnya sekaligus untuk bersosialisasi. Dalam pekerjaan seorang manusia dituntut
untuk dapat bekerja sama sekaligus menjaga hubungan tetap baik dengan orientasi
agar dapat bertahan hidup. Masing-masing pekerjaan mempunyai risikonya entah itu
kecil maupun besar.
Menurut Abdul Aziz al-Khayyath, bahwa kerja adalah semua bentuk usaha
yang dilakukan manusia baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik
dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah dunia dan akhirat.3
3 Abdul Aziz al-Khayyath, Etika Bekerja Dalam Islam, ((Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 22
Kerja adalah usaha komersil yang dianggap sebagai suatu keharusan demi
hidup atau sesuatu yang imperatif dalam diri dan terikat pada identitas diri yang telah
diberikan oleh agama.4
Dunia kerja tidak bisa terlepas dari etos kerja. Karena etos kerja sangat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam pekerjaannya. Menurut Toto Tasmara, etos
kerja adalah totalitas kepribadian seseorang, cara seseorang mengekspresikan,
memandang, meyakini dan memberikan arti pada sesuatu yang mendorong dirinya
untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).5
Menjadi seorang petugas pemadam kebakaran adalah suatu pilihan. Karena
pekerjaan ini tidak saja membutuhkan fisik yang prima tetapi juga membutuhkan
keberanian bahkan sampai harus mempertahuruhkan nyawa.
Kita tentu akrab dengan istilah “blangwir” atau dalam beberapa daerah Jawa
“blambir”. Menurut sejarah, kata tersebut berasal dari kata brandweer dalam bahasa
Belanda. Urusan pemadam kebakaran di kota jakarta mulai diorganisir pada tahun
1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan pemadaman kebakaran ini secara
hukum dibentuk oleh resident op batavia melalui ketentuan yang disebut sebagai:
“Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden Van Batavia”6
Suatu kejadian penting yang patut dicatat adalah terjadinya kebakaran besar di
kampung Kramat-Kwitang. Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah
kota pada saat itu.
Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of de Brandweer, pada
tanggal 25 januari 1915 mengeluarakn "Reglement of de Brandweer (Peraturan
tentang Pemadam Kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni pada tanggal 4 4 Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta, LP3ES, 1993), h. 3.
5 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002), h. 20. 6 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com,
diakses hari Jum’at tanggal 26 Januari 2007
oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni melalui ketentuan yang
disebut staadsblad 1917 No. 602.7
Hal penting yang perlu dicatat dari kententuan ini adalah pembagian urusan
pemadam kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam
Kebakaran Militer.
Suatu Kejadian penting yang patut selalu diingat adalah peristiwa
diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia oleh mereka yang
mengatasnamakan kelompok orang betawi. Tanda penghargaan tersebut diberikan
dalam bentuk "Prasasti" pada tanggal 1 maret 1929. Tanda penghargaan tersebut
diberikan masyarakat betawi pada waktu itu adalah sebagai wujud rasa terimakasih
mereka atas darma bakti para petugas pemadam kebakaran. Tanda prasasti tersebut
sampai sekarang masih tersimpan baik di kantor Dinas Pemadam Kebakaran.8
Perubahan nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi
pada tahun 1980, yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1980, tentang
struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Perubahan penting
pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek pencegahan dan
pemberdayaan masyarakat melalui keberadaan Sudinas Pencegahan, Sudinas Peran
Serta masyarakat, Pusat Latihan Kebakaran, dan Unit Laboratorium, adalah juga
mengenai pembagian wilayah pelayanan Dinas kebakaran ke dalam 5 wilayah
asministratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Kemudian terjadi revisi
melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.11 tahun 1986, dengan judul
sama, hanya terdapat perubahan pada nomenklatur Markas Wilayah menjadi
Nomenklatur Suku Dinas.9
7 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com 8 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com 9 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com
Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15 Januari 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta. 10
Dalam melaksanakan tugas tersebut, para petugas pemadam kebakaran harus
mempunyai keberanian dan sikap pasrah terhadap nasib yang akan dialaminya nanti.
Tentu saja dengan berbekal berbagai pengetahuan tentang prosedur penyelamatan dan
juga pemadaman suatu kebakaran. Namun, pada akhirnya nanti, segala yang terjadi
diserahkan sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Dalam Islam sikap ini dikenal dengan
istilah isitqamah.
Istikamah adalalah keadaan atau upaya seseorang untuk tetap teguh mengikuti
jalan lurus (agama Islam) yang telah ditunjuk oleh Allah. Secara harfiah istilah ini
berarti lurus, teguh dan tetap.11
Dalam al-Qur’an disebutkan,
☺ ⌧
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. al-Ahqaf: 13).
Sebagai petugas pemadam kebarakan, tentu saja risiko yang ditanggung
tidaklah kecil. Dalam upaya memadamkan kobaran api dan juga menyelamatkan para
korban, mereka harus mempunyai keberanian dan juga pengorbanan yang tinggi.
10 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com 11 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), jilid II, h. 282.
Dalam menjalankan tugas, para petugas pemadam kebakaran tentu mempunyai
keyakinan akan nasib mereka. Takdir yang akan mereka jalani, serta kejadian apa saja
yang menimpa mereka. Agama sebagai jalan hidup, memberikan beberapa penjelasan
mengenai hal tersebut. Manusia hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang
menentukan segalanya.
Sebelum menyerahkan segala sesuatunya, manusia diharuskan untuk berusaha
terlebih dahulu atau dalam istilah ikhtiyar. Setelah semua persyaratan terpenuhi dalam
melaksanakan sesuatu, baru kemudian manusia menyerahkannya kepada Yang Maha
Tahu. Sebagai petugas pemadam kebakaran, prosedur standar yang telah mereka ikuti
selama pendidikan dan latihan di antaranya:
a. Bidang Pencegahan Kebakaran
1. Inspektur Tingkat I
2. Inspektur Tingkat II
3. Bahan-bahan berbahaya (B3)
4. Tenaga PPL
5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran
b. Bidang Pemadaman Kebakaran
1. Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III
2. Pengemudi / Operator tingkat I, II
3. Montir kendaraan Operasional
4. Perwira kebakaran tingkat I, II, III
5. Instruktur
6. Refreshing Ka. Sektor
7. Refreshing Ka. Danton
8. Refreshing Ka. Regu
9. Komandan BALAKAR
c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda
1. Penyelamat
2. Petugas pelayanan gawat darurat
3. Rescue Khusus (air, bangunan runtuh)
4. Breathung Apparatus
5. Landing Crafft Rubber
6. Cameramen
d. Kursus singkat pemadam kebakaran
1. Program 1 hari
2. Program 2 hari
3. Program 3 hari
4. Program 5 hari12
Melalui berbagai prosedur di atas, petugas pemadam kebakaran memadamkan
kebakaran di lokasi kebakaran. Mereka melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan
prosedur yang telah diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
Setelah melaksanakan prosedur yang ada, petugas pemadam kebakaran
menyerahkan segala sesuatunya kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal
ini, agama dipahami oleh petugas pemadam kebakaran sebagai panduan dan pegangan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta saat bertugas. Peran agama tersebut tentu
mempunyai pengaruh dalam diri petugas pemadam kebakaran saat melaksanakan
tugas.
12 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran, dalam www.jakarta-fire.com
Dalam agama Islam, dikenal istilah istikamah. Bagaimana istikamah tersebut
dipahami dan diyakini oleh petugas pemadam kebakaran saat mereka melaksanakan
tugas.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “Agama dan Konsep
Istikamah dalam Pekerjaan Berisiko (Studi Kasus Para Pemadam Kebakaran
Unit Jakarta Barat)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka untuk menghindari
pembahasan yang meluas, penulis membatasi penelitian ini tentang agama yang
penulis batasi pada ritual keagamaan serta konsep istikamah menurut para petugas
pemadam kebakaran, dan untuk itu penulis rumuskan dalam pertanyaan:
Bagaimanakah pandangan para petugas pemadam kebakaran tentang agama
dan konsep istikamah dalam pekerjaan berisiko mereka?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui keagamaan para petugas pemadam kebakaran.
b. Untuk mengetahui konsep istikamah dalam perspektif para petugas pemadam
kebakaran.
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan informasi yang dapat berguna dalam mengatasi kebakaran di
lingkungan sekitar.
b. Untuk menambah literatur yang berkenaan dengan pandangan para pekerja
pemadam kebakaran terhadap agama dan konsep istikamah dalam
melaksanakan tugas yang berisiko.
c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
D. Metodologi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Unit Pemadam Kebakaran
Jakarta Barat dengan alamat Jl. Tanjung Duren Raya No. 1 Jakarta Barat
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan, satu bulan pertama
untuk penelusuran dan naskan yang terkait dengan masalah yang dibahas. Satu
bulan berikutnya untuk penelitian lapangan, penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari – Maret 2007.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian sebanyak 100 orang, dengan rentang masa kerja
antara 2 tahun. Sedangkan paling lama sudah bekerja selama 30 tahun mulai dari
pejabat hingga pasukan. Dari seluruh populasi yang ada, penulis menargetkan
minimal 10 orang sebagai informan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh
data berkenaan dengan fokus penelitian di antaranya adalah mengenai praktek
keagamaan petugas pemadam kebakaran serta kinerja mereka saat jaga serta
saat melakukan pemadaman di lokasi kebakaran.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap petugas pemadam kebakaran mengenai
keagamaan mereka seperti praktik ibadah, pemahaman mereka tentang agama,
pemahaman mereka tentang istikamah serta bagaimana agama berperan saat
petugas menjalankan tugas mereka memadamkan kebakaran di lokasi
kebakaran.
5. Metode Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga menjadi sebuah
laporan penelitian, penulis akan memilih data yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Data yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan yang penulis jadikan
pedoman wawancara, kemudian diajukan ke informan dengan melakukan
wawancara, akan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif.
E. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab. Masing-masing bab
memaparkan informasi sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, membahas tentang agama, pengertian agama,
istikamah, pengertian istikamah, istikamah dalam pandangan Islam,
pekerja, definisi pekerja, Islam dan tanggung jawab dalam pekerjaan,
kerangka berpikir.
BAB III Sekilas Tentang Pemadam Kebakaran membahas tentang, sejarah
pemadam kebakaran di Indonesia, mengenal pemadam kebakaran unit
Jakarta Barat, kegiatan sehari-hari pemadam kebakaran, suka duka
melaksanakan tugas.
BAB IV Aplikasi agama dan istikamah dalam perspektif pemadam kebakaran,
membahas agama menurut perspektif pemadam kebakaran,
keberagamaan pemadam kebakaran dengan subjudul, ritual ibadah
keagamaan, pengaruh agama dalam menjalankan tugas, konsep
istikamah dalam perspektif pemadam kebakaran dengan sub judul,
peran agama dalam menjalankan tugas sehari-hari, istikamah dan usaha
yang dilakukan.
BAB V Penutup yaitu kesimpulan dan saran. Selain uraian substansi di atas,
pada bagian akhir skripsi ini disusun daftar kepustakaan dan sejumlah
lampiran yang dianggap relevan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Agama
1. Pengertian Agama
Berbicara mengenai agama, memang tidak bisa dilepaskan dari kajian-kajian
para ahli agama, baik yang mengkajinya dengan menggunakan sudut pandang
antropologi, maupun dengan menggunakan sudut pandangn teologi. Masing-masing
ahli mempunyai pendapat dan argumen sendiri-sendiri.
Secara etimologis istilah agama berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri
dari dua suku kata yaitu a artinya tidak dan gama artinya kacau. Dari pengertian
seperti ini, agama dapat diartikan sebagai suatu institusi penting yang mengatur
kehidupan manusia agar tidak terjadi kekacauan. Istilah agama juga dapat disamakan
dengan kata religi yang berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata
religare yang berarti mengikat.13
Sebagai suatu sistem keyakinan maka agama berbeda dengan sistem
keyakinan dan isme-isme lainnya karena landasan keyakinan agama adalah konsep
suci (sacred) dan ghaib (supranatural) yang dibedakan dari yang duniawi (profane)
dan hukum-hukum alamiah (natural). Selain itu, yang membedakan agama dengan
isme-isme lainnya adalah ajaran-ajaran agama selalu bersumber pada wahyu Tuhan
atau wangsit yang diturunkan kepada nabi sebagai pesuruh-Nya. Adapun ciri yang
mencolok dari agama yang berbeda dengan isme-isme adalah penyerahan diri secara
total kepada Tuhannya. 14
13 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000), h.13. 14 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.14
Agama dalam perspektif sosiologi adalah gejala yang umum dan dimiliki oleh
sebuah masyarakat yang ada di dunia ini. Dari pengertian ini agama merupakan salah
satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat
untuk membentuk memecahkan persoalan-persoalan yang tidak mampu dipecahkan
oleh masyrakat itu sendiri. Selain pengertian di atas ternyata masih banyak pengertian
agama yang diberikan oleh para ahli sosiologi yang satu sama lain saling berbeda-
beda, yaitu diantaranya :
Emile Durkheim mendefinisikan agama adalah sistem terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan hal yang suci. Kepercayaan dan
praktek tersebut mempersatukan semua orang yang beriman kedalam suatu komunitas
moral yang dinamakan umat.15 Sebagai tambahan Durkheim mengatakan bahwa
semua kepercayaan agama mengenal pembagian semua benda yang ada di bumi ini-
baik yang berwujud nyata maupun yang berwujud ideal-kedalam dua kelompok yang
saling bertentangan yaitu hal yang bersifat profan dan hal yang berfsifat suci (sacred).
Dari kedua pengertian agama tersebut diatas jelas tergambar terjadi kesulitan
bagi Durkheim dan ahli sosiologi sesudahnya didalam mendefinisikan agama. Maka
oleh sebab itu Anthony Giddens mengatakan bahwa agama lebih luas dari pada
monotheisme (kepercayaan kepada satu Tuhan) dan politheisme (kepercayaan pada
banyak Tuhan) sehingga menyebabkan ada agama yang tidak menetapkan aturan
moral bagi umatnya, ada agama yang tidak menjelaskan asal-usul alam semesta dan
ada pula agama yang tidak mengenal kekuatan adikodrati.
Menurut Quraish Shihab agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan
kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Karakteristik agama
diantaranya adalah hubungan makhluk dengan sang pencipta yang terwujud dalam
15Dyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gremedia, 1984), h. 19
sikap batinnya, tampak dalam ibadah yang dilakukannya serta tercermin dalam
perilaku kesehariaannya. Dengan demikian agama meliputi tiga persoalan pokok yaitu
tata keyakinan (atas adanya kekuatan supranatural) tata peribadatan (perbuatan yang
berkaitan dengan zat yang diyakini sebagai konsekwensi keyakinan) dan tata kaidah
(yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia dan dengan alam
sekitarnya. 16
Penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang agama tak akan pernah tuntas
tanpa mengikut sertakan aspek-aspek sosiologisnya karena agamanya menyangkut
kepercayaan serta berbagai prakteknya. Karena itu agama benar-benar merupakan
masalah sosial. Dalam kamus sosiologi pengertian agama ada 3 macam, kepercayaan
pada hal-hal yang spiritual, perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang
dianggap sebagai tujuan tersendiri dan idiologi mengenai hal-hal yang bersifat
supranatural17
Harun Nasution mengatakan bahwa setiap agama harus mengandung unsur-
unsur penting sebagai berikut:
a. Adanya kekuatan ghaib, kekuatan diluar diri manusia yang kepadanya
manusia meminta tolong dan berserah diri.
b. Adanya keyakinan dalam diri manusia bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan
hidupnya di dunia dan di akhirat tergantung pada adanya hubungan yang baik
dengan Tuhan.
c. Respon yang bersifat emosional, bisa berbentuk perasaan takut, perasaan cinta
yang membentuk penyembuhan, pemujaan dan cara hidup tertentu.
d. Pemahaman tentang adanya suatu yang kudus (sacred) suci dalam bentuk
kekuatan ghaib dan ajaran-ajaran yang terkandung dalam sedbuah kitab.
16 Fuad Nashori dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000). Cet. 1, h. 71.
17 Dadanng Kahmad, Sosiologi Agama, h. 129
Hal yang samapun diungkapkan oleh Emile Durkheim seorang sosiolog agama
di Prancis bahwa dalam agama mengandung beberapa unsur yang terdiri dari:
a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius
b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan.
c. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan
Tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendalami ilmu ghaib
d. Umat atau kelompok keagamaan, yaitu kesatuan yang menganut sistem
kepercayaan serta yang melakukan upacara-upacara keagaamaan.
Buku yang lain mendefinisikan agama sebagai suatu sistem sosial yang dibuat
penganutnya yang berporos pada perbuatan-perbuatan non-empiris yang
dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan
masyarakat luas umumnya.18
Dalam terminologi Arab, agama biasa disebut dengan kata al-Din/al-Millah.
Sebagaimana agama, kata al-Din itu sendiri mengandung berbagai arti. Al-Din/Al-
Millah yang berarti “mengikut” maksudnya adalah mempersatukan segala
pemeluknya dan mengikat mereka dalam satu ikatan yang erat.19 Al-Din juga berarti
undang-undang yang harus dipatuhi. Selain itu kata al-Din juga dapat diartikan al-
Mulk (kerajaan), Al-khidmat (pelayanan), al-Izzah (kemenangan), al-Dzul (kehinaan),
al-Ikrah (pemaksaan), al-Ikhsan (kebajikan). Sedangkan al-Din yang biasa
diterjemahkan dengan “Agama” menurut Guru Besar Al-Azhar Syaikh Muhammad
Abdullah Badran menggambarkan suatu hubungan antara dua pihak dimana pihak
yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua. Dengan
demikian, agama merupakan antara makhluk dan Khaliknya, hubungan ini kemudian
terwujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam praktek ibadah atau ritual yang
18 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h.34 19 Hasbi Ash-Shiddiqy, Al-Islam, (Jakarta: Bulan Bintang , 1952), h. 50
dilakukannya untuk kemudian tercermin pula dalam sikap dan perbuatan dalam
kesehariannya.20
Dalam kamus sosiologi pengertian agama (religion) mencakup tiga aspek
yakni : pertama menyangkut kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat speritual.
Kedua, merupakan perangkat kepercayaan dan praktek-praktek speritual yang
dianggap sebagai tujuan tersendiri. Ketiga, ideologi mengenai hal-hal yang bersifat
supranatural.21
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, penulis berkesimpulan
bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan yang menuntun manusia untuk dapat
melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan ajaran yang telah ditetapkan, sehingga
tujuan dari penerapan ajaran tersebut dapat tercapai.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Seseorang
Berbagai pendekatan yang digunakan oleh para ahli terhadap keberagamaan
seseorang mengisyaratkan bahwa jika jiwa keagamaan bukan merupakan aspek psikis
bersifat instinktif, yaitu unsur bawaan yang siap pakai. Jiwa keagamaan juga
mengalami proses perkembangan dalam mencapai tingkat kematangannya. Dengan
demikian, jiwa keagamaan tidak luput dari berbagai gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangannya. Dalam bukunya “Ilmu Jiwa Agama”, Jalaluddin
menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang,
yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Intern
a. Faktor Hereditas
20 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qu’ar: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Masyarakat,
(Bandung : Mizan, 1997), h. 210 21 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1993), h. 430
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan
yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur
kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan konatif. Tetapi, dalam
penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan dan perasaan ibu
berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.
Rasul saw. mengatakan bahwa daging dari makanan yang haram, maka
nerakalah yang lebih berhak atasnya. Rasul saw. juga menganjurkan untuk
memilih pasangan hidup yang baik dalam membina rumah tangga, sebab
menurut beliau keturunan berpengaruh.22
b. Tingkat Usia
hubungan antara perkembangan usia dengan perkembangan jiwa
keagamaan tampaknya tak dapat dihilangkan begitu saja. Bila konversi lebih
dipengaruhi oleh sugesti, maka tentunya konversi akan lebih banyak terjadi pada
anak-anak, mengingat di tingkat usia tersebut mereka lebih mudah menerima
sugesti. Namun, kenyataannya hingga usia baya pun masih terjadi konversi
agama. Bahkan, konversi yang terjadi pada Sidharta Gautama, Martin Luther
terjadi di usia sekiatr 40 tahunan. Kemudian Al-Ghazali mengalaminya pada usia
yang lebih tua lagi. Padahal Robert H. Thouless membagi konversi menjadi
konversi intelektual, moral, dan sosial.23
c. Kepribadian
Unsur bawaan merupakan faktor intern yang memberi ciri khas pada diri
seseorang. Dalam kaitan ini, kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati
diri) seseorang yang sedikit banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari
individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu
22 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 241-242 23 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 244
manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan
berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa
keagamaan.24
d. Kondisi Kejiwaan
Banyak jenis perilaku abnormal yang bersumber dari kondisi kejiwaan
yang tak wajar ini. Tetapi, yang penting dicermati adalah hubungannya dengan
perkembangan jiwa keagamaan. Sebagai bagaimanapun seorang pengidap
schiziprhenia akan mengisolasi diri dari kehidupan sosial serta persepsinya
tentang agama akan dipengaruhi oleh berbagai halusinasi.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak
dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu, sebagai intervensi
terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut, kedua orang tua diberikan
beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan yang dianjurkan
kepada orang tua, yaitu mengazankan ke telinga bayi yang baru lahir,
mengakikah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Al-Qur’an,
membiasakan salat serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama.
Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkand asark
bagi perkembangan jiwa keagamaan.25
b. Lingkungan Institusional
Lingkunga institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa
keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal
seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.
24 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 246 25 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 248
c. Lingkungan Masyarakat
Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur
pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengkita
sifatnya. Bahkan, terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan jiwa
keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif.26
3. Fanatisme dan Ketaatan
David Riesman, sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin melihat bahwa tradisi
kulutral sering dijadikan penentu di mana seseorang harus melakukan apa yang
dilakukan nenek moyang. Dalam menyikapi tradisi keagamaan juga tak jarang
munculnya kecenderungan seperti ini. Jika kecenderungan taklid keagamaan
tersebut dipengaruhi unsur emosional yang berlebihan, maka terbuka peluang bagi
pembenaran spesifik. Kondisi ini akan menjurus ke fanatisme. Sifat fanatisme
dinilai merugikan bagi kehidupan beragama. Sifat ini dibedakan dari ketaatan.
Sebab, ketaatan merupakan upaya untuk menampilkan arahan dalam (inner
directed) dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama.27
B. Istikamah
1. Pengertian Istikamah
Asal kata istikamah adalah dari bahasa Arab yangmengandung arti tegak lurus.
Kata tersebut dibentuk dari kata dasar qama (قام) yang berarti “berdiri”. Maka kata
istikamah dalam hal ini berkonotasi keadaan seseorang yang tegak lurus pada
26 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 250
27 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 250-251
pendirian, tidak condong atau menyeleweng ke kiri dan ke kanan, tetap berjalan pada
garis lurus yang telah diyakini.28
Istikamah dapat berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.29
Istiomah adalah teguh tidak beranjak, pantang bergeser, tidak ragu, tidak was-
was, tidak mundur maju oleh karena tarikan dari kiri dan kanan dari muka dan
belakang. Dia bukan menurut, melainkan diturutkan. Dia bukan menunggu tetapi
memulai. Dia mengeluarkan sinar, bukan padam, bagaimanapun sukar rimba yang
ditembus padang pasir yang kering tersang namun “Tuhan kami Allah” dan kami
tetap dalam pendirian itu.30
Istikamah adalah berdiri teguh di atas jalan yang lurus, berpegang kepada
aqidah Islam dan melaksanakan syariatnya dengan tekun, tidak berobah dan tidak
berpaling dalam keadaan bagaimanapun.
Istikamah meliputi keyakinan (aqidah) dan ketaan menjalankan syariat Islam
yang digariskan Allah dalam Al-Qur’an dan Rasul-Nya dalam Hadits. Tidak berubah
pendirian karena ancaman dan godaan, tidak mundur dan berpaling dari taat dan amal
karena hambatan dan tantangan.31
2. Istikamah dalam Pandangan Islam
Islam menjunjung tinggi sifat istikamah (teguh pendirian). Tanpa adanya
kehendak meneguhkan pendirian ini, dikhawatirkan seseorang akan lemah untuk
menerima kebaikan sehingga mudah terjerumus ke dalam dosa.
28 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Istikamah”, Ensiklopedi Islam Indonesia,
(Jakarta: Djambatan, 1992), h. 461. 29 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 34 30 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), jus XXV – XXVIII, h. 21 31 Hamzah Ya’qub, Tingkat Ketengan dan Kebahagiaan Mukmin, (Jakrata: CV. Atise, 2000),
h. 270-271
Bagaimana cara untuk mencapai istikamah ini? Tak lain adalah dengan
memperbaiki akhlak dan jiwa atau islah an-nafs. Karenanya, Allah SWT telah
menjanjikan bagi orang yang bersedia memperbaiki diri akan mendapatkan keridhaan
dan ampunan-Nya.
Akhlak yang baik dan terjaga merupakan syarat mutlak mewujudkan pribadi
beriman. Akhlak itu wajib ada pada diri seseorang, demi kebajikan diri dan
masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu, agama yang dibawa oleh Rasulullah
menekankan manusia agar berakhlak mulia.
Namun disadari bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan seperti itu,
bukan perkara mudah. Meski demikian, tidak berarti pula sangat sulit
mewujudkannya, asalkan dilandasi niat dan kemauan keras untuk berubah. Buku
berjudul Insan Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan,
Puncak Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi ini dapat menjadi pembimbing yang
bermanfaat.
Al-Qur’an sejatinya selalu meminta umat agar memelihara akhlak mulia demi
menjamin kejayaan di dunia dan akhirat. Sifat mulia yang dituntut oleh Alquran ialah
sifat manusia yang terus menerus melakukan penjernihan akal, penyucian jiwa,
perbaikan kondisi (ahwal) dan pemurnian amal. 32
Lebih jauh Ridlo Masduki dalam blogspot-nya menyatakan, memahamkan
akar-akar akhlak dan menampilkan metode pengobatan tidaklah mendekatkan
seseorang pada tujuan, tidak menerangi hati yang gelap dan tidak memperbaiki akhlak
yang fasid (rusak). Dengan mempelajari sejumlah kitab akhlak, seharusnya jiwa yang
keras menjadi lembut, dan yang gelap menjadi bercahaya.33
Allah SWT berfirman,
32 http://ridlomasduki.blogspot.com diakses tanggal 14 Februari 2007 33 http://ridlomasduki.blogspot.com
هود . (اريص بنولمعا تم بهنا إوغطا تمل وكع منم وترما أم آمقتاسف)11 :(112(
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud [11]:112).
Sasaran ayat ini bukan hanya kepada Rasulullah SAW, tetapi seluruh hamba-Nya. Sebab, istikamah adalah kunci pembuka kemuliaan. Bahkan sebagian ulama menempatkan istikamah pada tingkatan puncak dari tangga pendakian seorang hamba menuju kesempurnaan makrifat, kebeningan hati, dan kemurnian akidah.
Ibnu Qayyim membagi istikamah atas empat bentuk:
1. Isitikamah dalam perkataan (al-istiqâmah fî al-aqwâl), yakni berlaku tegas
dalam ucapan sesuai denga kebenaran yang diyakini tanpa mengubahnya
demi suatu keuntungan, yang bertentangan dengan kebenaran.
2. Istikamah dalm perbuatan (al-istiqâmah fî al-af’âl), yakni berlaku mantap
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tidak ragu, takut, dan cemas oleh
sesuatu.
3. Istikamah dalam sikap (al-istiqâmah fî al-alwâl), yakni tegus dalam sikap
yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
4. Istikamah dalam niat (al-istiqâmah fî an-niyyah), yakni mantap dalam
menuju suatu maksud yang benar. 34
Berbeda dengan pandangan Ibn Qayyim, Abu Said al-Khadimi (w. 1176), ahli
hadis dan fikih, membagi istikamah atas lima bentuk, yakni:
1. Istikamah perkataan dalma menyebut nama Allah SWT dan memuji-Nya(
istiqâmah al-lisân ‘alâ az-zikr wa as sanâ).
2. Istikamah jiwa dalam taat dan rasa malu (al-istiqâmah an-nafs ‘alâ at-
tâ’ah wa al-hayâ’)
34 Abdul Azis Dahlan (ed..), Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, , (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), h. 773
3. Istikamah hati dan takut terhadap azab dan harapn akan rahmat Allah SWT
(al-istiqâamah al-qalb ‘alâ al-khauf wa ar-rajâ’)
4. Istikamah roh dan kebenaran dan kesucian (al-istiqâmah ar-rûh ‘alâ as-
shidq wa as-shafâ)
5. Istikamah sirr (lubuk hati terdalam) dalam mengagungkan Tuhan dan
menepati janji (al-istiqâmah ‘alâ at-ta’zîm wa al-wafâ) 35
Islam mengajarkan agar setiap pemeluknya memiliki sifat istikamah supaya
mereka tidak terombang-ambing dalam hidup. Di dalam sebuah hadis diceritakan
Sufyan bin Abdillah (yang bergelar Abu Amrah), salah seorang sahabat asal suku
Tsaqafi berkata, ''Hai Rasulullah SAW, berilah saya pengajaran tentang Islam, yang
tidak akan saya tanyakan lagi kepada orang lain. Rasulullah bersabda:, ''Katakan aku
beriman kepada Allah SWT, kemudian istikamahlah.'' (HR Ahmad bin Hanbal,
Muslim, al-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Dengan sikap istikamah orang akan senantiasa optimis dan tegar dalam
menghadapi segala rintangan dan hambatan dan dalam hidup. Hamka (w.1981),
mantan ketua Umum Majlis Ulama Indonesia, mengatakan bahwa di dalam hidup
manusia akan menemui banyak suka dan duka, benar dan salah, yang indah dan yang
jelak, serta rasa putus asa dan kecewa. Karena situasi dankonisi yang silih berganti
itu, manusia dianjurkan oleh agama bersikap istikamah, yakni tetap pendirian atas
suatu keyakinan bahwa hidup ini bersumber dari Yang Maha Esa dan akan kembali
kepada-Nya. Dengan demikian, manusia akan mempunyai pegangan dalam menjalani
kehidupan, sehingga tidak goyah dalam menghadapi peristiwa apapun. 36
Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ulama, dapat dipahami
bahwa dalam beristikamah ada dua hal pokok yang harus dipenuhinya. Pertama,
35 Abdul Azis Dahlan (ed..), Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, , h. 773 36 Abdul Azis Dahlan (ed..), Ensiklopedi Hukum Islam, Istikamah, h. 774
beriman kepada Allah SWT. Kedua, mengikuti risalah yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, baik secara lahir maupun batin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
orang yang istikamah adalah orang yang bisa mengaktualisasikan nilai keimanan,
keislaman, dan keihsanan dalam dirinya secara total.
Meski untuk bisa mencapai tingkatan istikamah itu terasa amat sulit, namun
kita harus tetap berusaha dan ber-munajah semampu kita. Sebab, seperti dikatakan
Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat istikamah (QS Hud:112) ini, bahwa istikamah
merupakan media yang paling baik untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT
dalam menghadapi berbagai kesulitan duniawi. 37
Lebih khusus dalam masalah pekerjaan, sikap istikamah sangat dituntut agar
seorang muslim dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan sesuai
dengan aturan yang ada. Pekerjaan sebagai salah satu bentuk ibadah, akan dapat
memberikan rasa aman dan tenteram bila diikuti dengan sikap istikamah. Apalagi
pekerjaan yang digeluti adalah pekerjaan yang mempunyai resiko besar, yang bisa
merenggut nyawa seseorang.
C. Pekerja
1. Definisi Pekerja
Pekerja adalah 1. orang yang bekerja, 2. orang yang menerima upah atas hasil
kerjanya; buruh; karyawan.
Ada beberapa jenis pekerja. Diantaranya:
Pekerja harian : buruh atau karyawan yang upahnya diperhitungkan setiap hari
ia bekerja (jumlah hari kerjanya);
37 www.republika.co.id diakses tanggal 14 Februari 2007
Buruh kasar : buruh yang melakukan pekerjaannya dengan tenaga fisik
(seperti pemikul barang, kuli bangunan, pekerja perbaikan
jalan);
Pekerja mingguan : buruh atau karyawan yang upahnya dibayar seminggu sekali;
Pekerja musiman : pekerja yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu;
Pekerja pabrik : buruh atau karyawan pabrik yang tugasnya lebih banyak
bersifat pekerjaan tangan tanpa tanggung jawab penyeliaan.38
Pandangan bahwa orang kurang menyukai pekerjaan itu sudah banyak
ditinggalkan pada zaman modern sekarang. Kenyataan menunjukkan, bahwa banyak
buruh professional, ahli-ahli teknik, seniman-seniman, juru-juru dengan keahlian
tinggi dan pakar ilmu pengetahuan, semuanya bersungguh-sungguh dan mencintai
pekerjaannya. Maka pandangan modern melihat kerja/karya manusia itu sebagai
berikut:
1. Kerja itu merupakan aktivitas dasar dan bagian essensial dari kehidupan
manusia. Sama dengan kegiatan bermain bagi anak-anak, maka kerja
memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan. Sebab kerja itu
memberikan status kepada seseorang, dan mengikatkan diri sendiri dengan
individu-individu lain dalam masyarakat.
2. Kerja merupakan aktivitas social yang memberikan bobot dan isi kepada
kehidupannya. Karena itu baik wanita maupun pria pada umumnya menyukai
pekerjaan, dan suka bekerja. Jika ada orang yang tidak menyukai pekerjaan,
maka kesalahannya pada umumnya terletak pada kondisi psikologis dan
kondisi sosialnya, dan tidak pada kondisi orang yang bersangkutan.
38 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 488
3. Moral dari individu itu tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi
fisik/materiil dari pekerjaan. Sebab, pekerjaan yang betapapun berat, kotor dan
berbahanya, akan dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh oleh satu tim
yang memiliki semangat tinggi, solidaritas kelompok yang kuat, bermoral
tinggi, dan mempunyai pemimpin yang baik.
4. Insentif kerja itu banyak bentuknya, antar lain ialah: uang, jaminan social,
jaminan hari tua, status social, dan lain-lain. Berkaitan dengan hal ini,
pengangguran merupakan salah satu insentif negative paling besar, karena
orang yang menganggur itu pasti ada dalam kondisi marjinal; selanjutnya,
insentif immaterial dalam kerja kelompok adalah pemimpin yang baik.39
Sebagai makhluk Allah yang diberikan kesempurnaan fisik, manusia dapat
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan juga
keberlangsungan hidup mereka. Dalam rangka bertahan hidup, manusia perlu
makan, dan makan harus diperoleh melalui suatu usaha. Kalau dulu para nenek
moyang mendapatkannya makanan tersebut dari alam sekitar yang melimpah ruah,
sekarang manusia harus bekerja agar mendapatkan makanan dan juga kebutuhan
lainnya.
Seorang pekerja dituntut untuk profesional, dalam artian, harus konsentrasi
terhadap pekerjaannya tersebut. Hal ini bukan berarti manusia tidak boleh mempunyai
pekerjaan sambilan atau part time. Hanya saja untuk mendapatkan hasil yang lebih
memuaskan, seseorang harus mengerahkan kemampuannya dalam satu bidang yang
digelutinya.
2. Islam dan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan
39 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin itu Abnormal?, (Jakarta:
RafaGrafindo Persada, 2001), h. 16-17
Al-Qur’an menjelaskan bahwa bukanlah menghadapkan wajah ke arah timur
dan barat itu adalah kebaktian, tetapi kebaktian sesungguhnya adalah beriman kepada
Allah dan melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang bermanfaat, melakukan refleksi
sosial yang bermashlahat terhadap lingkungan di mana dia hidup dan berkembang.
Al-Qur’an mengutuk orang-orang yang kerjanya hanya shalat, tetapi tidak
mempunyai keprihatinan sosial, atau enggan melibatkan diri dalam memikul beban
dan tanggung jawab dalam masyarakat. Orang-orang yang demikian ini, dalam
perspektif Al-Qur’an, dianggap sebagai orang-orang yang menampilkan cara
keberagamaan yang semu.40
Setiap orang diharuskan bekerja. Karena dalam bekerja, manusia mensyukuri
apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Allah berfirman:
اهللارآاذ و اهللالض فنوا مغتاب وضرأي الوا فرشتان فاةل الصتيضا قذإف
)10: الجمعة. (نوحلف تمكلعا لريثآArtinya:
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah: 10) Namun, perlu digarisbawahi bahwa hal tersebut terikat dengan nilai-nilai
moral masyarakat. Karenanya, setiap individu dan setiap masyarakat harus berusaha
untuk menanggulangi problem-problem, baik yang bersifat kolektif maupun
peorangan.41
Ada beberapa pekerjaan yang memang didefinisikan tidak sesuai dengan
moral dan etika masyarakat. Seperti sebutan Pekerja Seks Komersial, istilah yang
menggantikan Wanita Tuna Susila terdapat perbedaan pendapat di kalangan
40 Umar Shihab, Kontektualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005), h. 42. 41 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung; Mizan, 1994), h. 304
masyarakat. Karena bagaimanapun juga, seorang wanita yang menjajakan dirinya,
menurut sebagian orang tidak bisa dikatakan bekerja. Pekerjaan yang dianggap layak
dan baik menurut masyarakat adalah pekerjaan yang tidak melenceng dari norma dan
ajaran agama yang ada.
Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa manusia harus
mempergunakan semua anugerah Allah, baik berupa kesehatan maupun kelengkapan
anggota badan. Bekerja adalah salah satu bentuk usaha manusia untuk menghargai
anugerah Allah tersebut. Apabila bekerja diniati dengan ikhlak karena Allah SWT,
maka pekerjaan tersebut adalah bernilai ibadah di sisi-Nya.
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian di atas, penulis menuangkan pendapat dan pengetahuan di
dalam kerangka berpikir dengan menyimpulkan bahwa:
Agama sebagai tuntunan bagi umat manusia dalam menjalani hidup di dunia,
juga memberikan petunjuk kepada manusia untuk dapat selamat di akhirat. Hal ini
berkenaan dengan berbagai kegiatan manusia di dunia dalam rangka untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan jalan bekerja.
Pemadam kebakaran merupakan salah satu profesi yang membutuhkan
keberanian serta keterampilan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan. Dalam
menjalankan tugasnya, seorang pemadam kebakaran dituntut untuk dapat
memadamkan kebakaran secepat mungkin untuk menghindari kerugian baik materiil
maupun kehilangan nyawa. Sebagai pemadam kebakaran, memang harus
mempersiapkan diri terhadap resiko yang dapat terjadi saat bertugas, seperti terkena
musibah hingga harus kehilangan nyawa.
Islam, sebagai salah satu agama yang ada di dunia, mempunyai konsep dan
ajaran istikamah dan tawakal. Dalam ajaran tersebut, seorang muslim diharapkan
berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapkan segala sesuatunya, baik berupa
prosedur yang berlaku maupun peralatan yang harus dikenakan dalam menghadapi
setiap resiko yang ada dalam pekerjaan.
Dengan berbekal pendidikan dan pelatihan serta ajaran istikamah dan tawakal,
para petugas pemadam kebakaran melaksanakan tugasnya.
BAB III
SEKILAS TENTANG PEMADAM KEBAKARAN
A. Sejarah Pemadam Kebakaran di Indonesia
Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta adalah unsur pelaksana
pemerintah daerah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas
penanganan masalah kebakaran. Dibentuknya organisasi Dinas Pemadam Kebakaran
ini merupakan perwujudan tanggung jawab Pemda dalam rangka memberikan
perlindungan kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Dalam mewujudkan rasa aman serta memberikan perlindungan kepada warga
kota tersebut, Dinas Pemadam Kebakaran, sesuai dengan yang diatur dalam SK Gub
Nomor 9 tahun 2002, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam
Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, Mempunyai 3 tugas pokok, yakni:
1. Pencegahan Kebakaran.
2. Pemadaman Kebakaran, dan
3. Penyelamatan Jiwa dan ancaman kebakaran dan bencana lain.42
Sejarah DPK
Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta
1. Masa sebelum kemerdekaan:
Menurut buku "DARI BRANDWEER BATAVIA KE DINAS KEBAKARAN
DKI JAKARTA" urusan pemadam kebakaran di kota jakarta mulai diorganisir pada
tahun 1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan pemadaman kebakaran ini
42 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com,
diakses hari Jum’at tanggal 26 Januari 2007
secara hukum dibentuk oleh resident op batavia melalui ketentuan yang disebut
sebagai: "Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden Van
Batavia"
Suatu kejadian penting yang patut dicatat adalah terjadinya kebakaran besar di
kampung Kramat-Kwitang. Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah
kota pada saat itu.
Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of de Brandweer, pada
tanggal 25 januari 1915 mengeluarakn "Reglement of de Brandweer (Peraturan
tentang Pemadam Kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni pada tanggal 4
oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni melalui ketentuan
yang disebut staadsblad 1917 No. 602"
Hal penting yang perlu dicatat dari kententuan ini adalah pembagian urusan
pemadam kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam
Kebakaran Militer.43
Suatu Kejadian penting yang patut selalu diingat adalah peristiwa
diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia oleh mereka
yang mengatasnamakan kelompok orang betawi. Tanda penghargaan tersebut
diberikan dalam bentuk "Prasasti" pada tanggal 1 maret 1929. Tanda penghargaan
tersebut diberikan masyarakat betawi pada waktu itu adalah sebagai wujud rasa
terimakasih mereka atas darma bakti para petugas pemadam kebakaran. Tanda
prasasti tersebut sampai sekarang masih tersimpan baik di kantor Dinas Pemadam
Kebakaran. Beikut ini salinan tulisan selengkapnya prasasti tersebut: Tanda
Peringatan Brandweer Batavia 1919-1929
43 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
Didalam masa jang soeda-soeda bahaja api djarang tertjega habis terbakar
langgar dan roema
Tidak memilih tinggi dan renda sepoeloeh tahoen sampai sekarang semendjak
Brandweer datang menentang bahaja api moedah terlarang mendjadikan kita
berhati girang. Tanda girang dan terima kassi kami semoea orang Betawi
menghoedjoekan pada hari jang ini tanda peringatan boekan seperti
Betawi, 1 Maret 1929
Dari bunyi prasasti diatas, terutama pada pencantuman angka 1919-1929
dan menunjuk pada paragraf kedua, pada baris pertama dan kedua dianggap sebagai
bukti otentik, maka kemudian tanggal 1 maret 1919 ditetapkan sebagai tahun
berdirinya organisasi Pemadam Kebakaran DKI Jakarta. Bukti diatas diperkuat lagi
dari data dalam buku DARI BRANDWEER BATAVIA KE DINAS
KEBAKARAN DKI JAKARTA, yang menyatakan bahwa berkaitan dengan
peristiwa kebakaran besar yang tak teratasi pada tahun 1913, maka pada tahun 1919
walikota batavia waktu itu mulai mereorganisir kegiatan pemadam kebakaran, yang
ditandai dengan didirikannya kantor Brandweer Batavia didaerah Gambir sekarang.
Perubahan berikutnya terjadi pada tanggal 31 juli 1922 melalui ketentuan yang
disebut "Bataviasch Brandweer Reglement", dan kemudian diikuti perubahan
berikutnya, yakni setelah masa pemerintahan Jepang, perubahan itu tercatat pada
tanggak 20 April 1943 melalui ketentuan yang dikenal dengan "Osamu seirei
No.II" tentang "Syoobootai" (pemadam kebakaran).44
a. Sebelum 1957 - 1969.
44 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
Masa ini adalah dimana masa organisasi pemadam kebakaran masih
menggunakan nomenklatur "barisan pemadam kebakaran (BPK)". Hal yang patut
dicatat dalam masa ini adalah bahwa orientasi tugas pokok BPK sesuai dengan
namanya masih terfokus pada upaya pemadam kebakaran. Hal lain, adalah pada
tahun 1957 telah dikeluarkan peraturan daerah yang dimuat dalam lembaran kota
praja Jakarta No. 22/1957, tanggal 14 Agustus 1957 yang disahkan oleh Menteri
Dalam Negeri tanggal 21 Desember 1957. Namun Walikota Praja Jakarta Raya,
Sudiro menetapkan masih memberlakukan Staadblad Van Nederlandsche Indie
No. 602, 4 Oktober 1917.
b. Masa 1969 - 1974
Pada tahun 1969, melalui Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta
No. ib.3/3/15/1969 nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran dirubah menjadi
Dinas Pemadam Kebakaran. Perubahan pada masa ini tidak saja merupakan
perubahan nomenklatur, tetapi juga perubahan pada tugas pokok dan fungsi
DPK, yakni dengan penambahan nomenklatur Bagian Pencegahan. Hal ini
menunjukkan bahwa tugas pokok dan fungsi DPK pada masa ini telah
bertambah, yakni mengatur tentang tugas-tugas di bidang pencegahan
kebakaran.45
c. Masa 1975 - 1980
Perubahan berikutnya terjadi dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Gubernur KDH DKI Jakarta No. BIII-b.3/1/5/1975, tenatng perubahan
nomenklatur Dinas Pemadam Kebakaran menjadi Dinas Kebakaran.
Penghapusan kata "Pemadam" bukan semata-mata ingin mempersingkat
nomenklatur organisasi, tetapi dimaksudkan untuk lebih menegaskan bahwa
45 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
tugas pokok Dinas Kebakaran tidak hanya pada bidang pemadaman saja tetapi
juga pada aspek pencegahan kebakaran dan penyelamatan korban jiwa dan akibat
kebakaran dan bencana lainnya. Pada masa ini, Dinas Kebakaran masih dibagi
menjadi 3 markas, yakni :
Jl. KH Zainul Arifin No. 71 (Jl. Ketapang), merupakan kantor Dinas Pusat
sekaligus Markas Jakarta Pusat.
Kebayoran Baru, sebagai markas Jakarta Selatan dan Jl. Matraman Raya sebagai
markas Jakarta Timur.
Untuk mempertegas pentingnya aspek pencegahan ini maka pada tahun
yang sama diterbitkan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1975, yakni tentang
Ketentuan penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah DKI
Jakarta.Diterbitkannya Perda tersebut sebagai langkah antisipasi Pemerintah DKI
Jakarta terhadap perkembangan kota Jakarta yang ditandai dengan semakin
cepatnya pertumbuhan bangunan baik secara horisontal maupun vertikal.46
2. Masa setelah kemerdekaan :
a. Masa 1980 - 2002
Perubahan nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi
pada tahun 1980, yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1980,
tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta.
Perubahan penting pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek
pencegahan dan pemberdayaan masyarakat melalui keberadaan Sudinas
Pencegahan, Sudinas Peran Serta masyarakat, Pusat Latihan Kebakaran, dan Unit
Laboratorium, adalah juga mengenai pembagian wilayah pelayanan Dinas
kebakaran ke dalam 5 wilayah asministratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan,
46 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
dan Timur. Kemudian terjadi revisi melalui Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No.11 tahun 1986, dengan judul sama, hanya terdapat perubahan pada
nomenklatur Markas Wilayah menjadi Nomenklatur Suku Dinas
b. Masa 2002 - sekarang
Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15 Januari 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta.
c. Nama-nama Pos Pemadam dan alamatnya
- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Timur
- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Selatan
- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Pusat
- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Barat
- Pos Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta Utara47
Sarana Dan Prasarana
a. Jumlah Armada
132 Mobil Pompa
8 Mobil Tangga
4 Mobil Snorkel
3 Mobil Breathing Apparatus
2 Mobil Submarine
10 Mobil Ambulan
6 Mobil Penerangan
1 Mobil Foam DC
3 Mobil Break Squart
47 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
4 Mobil Dapur
21 Mobil Komando
6 Mobil Resque Pemadam
14 Mobil Angkutan Petugas/ Peralatan
2 Mobil Derek
1 Mobil Foam Fancer
5 Mobil Storing
21 Mobil Truk Petugas/ Peralatan
16 Mobil Fire Ceef
26 Motor Petugas Pemadam (IFEK)48
b. Sumber Daya Manusia
1. Jumlah SDM DPK DKI
a. Petugas Pemadaman 2.351 Orang
b. Inspektur Kebakaran 230 Orang
c. Petugas Penyelamat 162 Orang
d. Instruktur Kebakaran 25 Orang
e. Petugas Penyuluh Lab 47 Orang
f. Petugas Pengemudi 387 Orang
g. Petugas Montir 85 Orang
h. Staff 493 orang
2. Kepangkatan
IV/d - Pembina Utama Madya
IV/c - Pembina Utama Muda
IV/b - Pembina Tingkat I
48 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
IV/a - Pembina
III/d - Penata Tingkat I
III/c - Penata
III/b - Penata Muda Tingkat I
III/a - Penata Muda
II/d - Pengatur Tingkat I
II/c - Pengatur
II/b - Pengatur Muda Tingkat I
II/a - Pengatur Muda
I /d - Juru Tingkat I
I /c - Juru
I /b - Juru Muda Tingkat I
I /a - Juru Muda49
3. Diklat
a. Bidang Pencegahan Kebakaran
1. Inspektur Tingkat I, 200 jam pelajaran
2. Inspektur Tingkat II, 200 jam pelajaran
3. Bahan-bahan berbahaya (B3), 200 jam pelajaran
4. Tenaga PPL, 200 jam pelajaran
5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran,
100 jam
b. Bidang Pemadaman Kebakaran
1. Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III, 200
jam pelajaran
49 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
2. Pengemudi / Operator tingkat I, II, 200 jam
pelajaran
3. Montir kendaraan Operasional, 100 jam pelajaran
4. Perwira kebakaran tingkat I, II, III, 100 jam
pelajaran
5. Instruktur, 200 jam pelajaran
6. Refreshing Ka. Sektor, 24 jam pelajaran
7. Refreshing Ka. Danton, 24 jam pelajaran
8. Refreshing Ka. Regu, 24 jam pelajaran
9. Komandan BALAKAR, 200 jam pelajaran.50
c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda
1. Penyelamat, 200 jam pelajaran
2. Petugas pelayanan gawat darurat, 100 jam pelajaran
3. Rescue Khusus (air, bangunan runtuh), 100 jam
pelajaran
4. Breathung Apparatus, 100 jam pelajaran
5. Landing Crafft Rubber, 100 jam pelajaran
6. Cameramen, 100 jam pelajaran
d. Kursus singkat pemadam kebakaran
1. Program 1 hari, 8 jam pelajaran
2. Program 2 hari, 16 jam pelajaran
3. Program 3 hari, 24 jam pelajaran
4. Program 5 hari, 45 jam pelajaran 51
50 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com 51 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
B. Mengenal Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat
1. Pos Pemadam Kebakaran Jakarta Barat.
Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat mempunyai bebarapa pos yang
tersebar di berbagai tempat. Yaitu:
1. Pos Kantor Suku Dinas, Jl. Tanjung Duren Raya No. 1 (tempat penulis
bertugas)
2. Pos Fatahilah, Jl. Kemukus Samping Kec. Tamansari
3. Pos Lokasari, Jl. Mangga
4. Pos Duta Mas, Jl. Jembatan Dua
5. Pos Jelambar, Jl. Perdana Raya
6. Pos Cengkareng, Jl. Raya Kamal
7. Pos Citra Garden, Jl. Peta Selatan
8. Pos Kebon Jeruk I, Jl. Kelapa Dua
9. Pos Kebon Jeruk II, Jl. Arjuna
10. Pos Joglo, Asrama Pemadam Kebakaran
11. Pos Rawa Buaya, Jl. Al-Hikmah
12. Pos Duri Kosambi, Jl. Raya Kresek
13. Pos Sam Sat, Jl. Daan Mogot
14. Pos Kembangan, Jl. Raya Kembangan
2. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas operasional Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Kotamadya Jakarta Barat menggunakan sumber daya manusia yang profesional
sehingga akan dicapai hasil kerja yang maksimal. Adapun struktur organisasi Suku
Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat, sesuai SK. Gubernur No:
9/2002 Tentang SOTK DPK DKI adalah sebagai berikut:
Tugas wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian diatur dalam
peran dan pelaksanaan Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat,
sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 9 Tahun 2002 adalah:
a. Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Suku Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai tugas melakukan usaha
pencegahan dan pemadaman kebakaran serta penyelematan akibat kebakaran
Kepala Suku Dinas
Sub. Bagian Tata Usaha
Seksi Pem. Tram
Seksi Pencegahan
Seksi Operasi
Seksi Sar. Operasi
Seksi Sektor Pemadaman
dan bencana lain di wilayahnya. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud Suku Dinas Pemadam Kebakaran mempunyai fungsi:52
1. Pendataan dan pemeriksaan kesiapan bangunan dan lingkungan
wilayahnya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lain, sesuai
kewenangannya.
2. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kegiatan lingkungan hunian terhadap
bahaya kebakaran dan bencana lain.
3. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat.
4. Pelaksanaan penanggulangan kebakaran, termasuk komando operasional
dan penyelamatan tingkat II.
5. Pemeliharaan sumber-sumber air dan bahan-bahan lain dalam rangka
penanggulangan bahaya kebakaran.
6. Pelaksanaan kegiatan pertolongan/penyelamatan jiwa akibat kebakaran
dan bencana lain, termasuk pertolongan darurat dan angkutan ambulan.
7. Pelaksanaan kegiatan penilaian dan pendataan kejadian kebakaran
termasuk bencana lain bekerja sama dengan instansi lain.
8. Pengadaan pemeliharaan perlengkapan/peralatan kantor, rumah
Dinas/Jabatan, pos pemadam kebakaran dan peralatan operasional.
9. Pemantauan dan pengevaluasian keterampilan tenaga penanggulangan
kebakaran dan bencana lain.
10. Pengkoordinasian operasional penanggulangan kebakaran dengan instansi
terkait.
52 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
11. Pengkoordinasian dan bimbingan teknis terhadap unit-unit operasional
penanggulangan bahaya kebakaran serta pertolongan/penyelamatan jiwa
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat di wilayahnya.
12. Pelaksanaan tugas bantuan sesuai dengan permintaan dari daerah/instansi
lain sesuai dengan perintah Kepala Dinas.53
b. Sub. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:
1. Melaksanakan urusan surat menyurat dan kearsipannya.
2. Melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan.
3. Melaksanakan administrasi keuangan dan kepegawaian.
4. Mendata dan melaporkan kinerja.
5. Mengusulkan rencana dan pelaksanaan kegiatan tahunan.
6. Memberikan pembinaan teknis terhadap kegiatan ketatausahaan Sektor.
7. Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan/peralatan
kantor, surat barang-barang inventaris milik Dinas.
c. Seksi Pemeliharaan Keterampilan mempunyai tugas:
1. Melaksanakan program pelatihan petugas operasional dalam usaha
pemeliharaan keterampilan dan peningkatan mutu kinerja operasional.
2. Menata dan mengevaluasi pelaksanaan latihan petugas pemadam dan
penyelamatan pada Suku Dinas dan Sektor.
3. Melaksanakan penilaian terhadap kesiapan fisik, keterampilan dan mental
petugas.
4. Mengusulkan pemberian penghargaan dan hukuman kepada petugas
sesuai ketentuan yang berlaku.
53 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
5. Membuat laporan atas pelaksanaan latihan secara berkala kepada Kepala
Suku Dinas dan satuan kerja terkait sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Seksi Sarana Operasi mempunyai tugas:
1. Menyusun rencana kebutuhan peralatan teknis dan seorang operasional
penanggulangan kebakaran dan bencana lain di wilayahnya.
2. Menyimpan, mendistribusikan, merawat peralatan teknis operasional
kebakaran dan bencana lain serta mempertanggungjawabkan
administrasinya sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Memelihara sarana operasional penaggulangan bahya kebakaran dan
bencana lain di wilayahnya.
4. Mendata, mengadakan survey/pemeriksanaan dan menginformasikan
kondisi peralatan teknis operasional, serta bahan pemadam baik secara
berkala maupun pada saat operasi kebakaran dan penyelamatan tingkat II.
5. Mengadakan dan menyiapkan peralatan teknis operasional kebakaran dan
bencana lain dari wilayahnya.
6. Mengurus dokumen peralatan teknis operasional kebakaran dan bencana
lain di wilayahnya.
7. Melakukan pemeliharaan terhadap persediaan barang-barang dan
mempertanggungjawabkan administrasi penggunaan.54
e. Seksi Operasi mempunyai tugas:
1. Membantu mengatur jaringan komunikasi dan mengamati,
mencatat/memanatu alur berita/informasi serta melayani komunikasi pos
komando Suku Dinas.
54 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
2. Menyusun rencana operasi untuk wilayahnya sesuai dengan fungsi dan
risiko.
3. Mengelola dan memelihara perangkat lunak dan perangkat keras
komunikasi ruang komando operasi dalam rangka menjamin efektifitas
kelancaran dankontinuitas jalur komunikasi pada Suku Dians.
4. Memberikan informasi operasi kepada Kepala Suku Dinas pada saat
operasi kebakaran dan operasi tingkat II.
5. Membina dan mendukung upaya memelihara kerja sama jalur informasi
dengan instansi terkait dalam rangka penanggulangan kebakaran dan
bencana lain.
6. Melakukan pengawasan kesiapan dan ketaatan petugas terhadap prosedur
kerja baku, kesiapan peralatan operasional serta menyampaikan laporan
dan atau rekomendasi kinerja pelaksanaan operasi.
7. Menghimpun data informasi atau laporan kejadian kebakaran berikut
kegiatan penanggulangan kebakaran dan penyelamatan, termasuk
menganalisa, mengevaluasi menyajikand an menjaga kemutahiran data
pengembangan operasi penanggulangan bahaya kebakaran dan bencana
lain di wilayahnya.
8. Menyelenggarakan kegiatan geladi rencana operasi penanggulangan
kebakaran.
9. Membantu melaksanakan penelitian dan penyelidikan sebab terjadinya
kebakaran dan bencana.
10. Mengevaluasi pelaksanaan operasi di wilayahnya.
11. Membantu mengumpulkan atau membuat peta-peta jaringan jalan, gas,
air, listrik, sumber air, denah-denah, objek vital, peta situasi dan lain-lain.
12. Menyajikan informasi kepada masyarakat saat kejadian kebakaran dan
bencana lain di wilayahnya.
13. Mengkoordinasikan dan melakukan bimbingan teknis terhadap unit-unit
operasi penanggulangan kebakaran instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat di wilayahnya, serta mengkoordinasikan kegiatan operasional
penanggulangan bahaya kebakaran dengan instansi terkait.
f. Seksi Pencegahan mempunyai tugas:
1. Melaksanakan pendataan bangunan/gedung diwilayahnya untuk
kepentingan pencegahan dan inpeksi.
2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesiapan sarana
proteksi aktif dan pasif bangunan/gedung dengan ketinggian menengah
ke bawah serta bangunan industri.
3. Mengadakan pemeriksaan dan pengawasan secara berkala dan atau
sewaktu-waktu pada bangunan dengan ketinggian menengah ke bawah,
bangunan industri dan lingkungan hunian terhadap potensi bahaya
kebakaran rendah dan sedang serta untuk sarana keselamatan jiwa,
kesiapan sarana pencegahan bahaya kebakaran, aksebilitas kendaraan dan
petugas pemadam kebakaran, termasuk manajemen sistem pengamanan
kebakaran.
4. Melakukan pendataan terhadap tata cara penyimpanan dan penggunaan
serta pengangkutan barang dan bahan-bahan berbahaya (B 3).
5. Mengusulkan rekomendasi dan sertifikat hasil pemeriksaan terhadap
bangunan dan lingkungan yang memenyi persyaratan.
6. Mengumpulkan dan menganalisa data yang ada hubungannya dengna
kebakaran dan penyelamatan, mendokumentasikan kegiatan
penanggulangan kebakaran dan penyelamatan, serta menyebarluaskan
informasi kegiatan penanggulangan kebakaran dan penyelamatan di
wilayahnya.
7. Melakukan kegiatan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan
penanggulangan kebakaran dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.
8. Memberikan layanan teknis pencegahan kebakaran kepada masyarakat.
9. Melaksanakan pembentukan sistem ketahanan kebakaran dan bencana
lain yang berbasis lingkungan, serta menyebarluaskan strategi-strategi
kebakaran dan bencana lain.
10. Membantu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan masalah
pengaduan masyarakat, keluhan, saran dan laporan dari masyarakat yang
berkaitan denga kinerja dinas baik lagnsung maupun tidak langsung.55
g. Sektor Pemadaman Kebakaran mempunyai tugas:
1. Melaksanakan opersi pemadaman dan penyelamatan tingkat I.
2. Mengkoordinasikan dna mengendalikan kegiatan unit-unit opersional
bantuan dan bekerjasama dengan instansi lain dalam pertolongan
kecelakana dan pelayanan ambulan.
3. Memelihara kesiapan peralatan teknis operasional.
4. Memantau kesiapan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di
wilayah sektornya, termasuk pengendalian medan.
5. Membantuu melaksanakan tugas pemadaman dan pertolongan ke wilayah
lain.
6. Memberikan informasi kekuatan kepada Suku Dinas pada saat operasi
kebakaran dan penyelematan tingkat II.
55 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
7. Membuat laporan insiden kebakaran penyelamtan jiwa dan harta benda
akibat kebakaran dan bencana lainnya.
4. Sumber Daya Manusia Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat
Untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul, Dinas Kebakaran
Provinsi DKI Jakarta memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para calon
petugas pemadam kebakaran yang meliputi:
a. Bidang Pencegahan Kebakaran
1. Inspektur Tingkat I, 200 jam pelajaran
2. Inspektur Tingkat II, 200 jam pelajaran
3. Bahan-bahan berbahaya (B3), 200 jam pelajaran
4. Tenaga PPL, 200 jam pelajaran
5. Manajemen penyelamatan sistem kebakaran, 100 jam
b. Bidang Pemadaman Kebakaran
1. Petugas pemadam kebakaran tingkat I, II, III, 200 jam pelajaran
2. Pengemudi / Operator tingkat I, II, 200 jam pelajaran
3. Montir kendaraan Operasional, 100 jam pelajaran
4. Perwira kebakaran tingkat I, II, III, 100 jam pelajaran
5. Instruktur, 200 jam pelajaran
6. Refreshing Ka. Sektor, 24 jam pelajaran
7. Refreshing Ka. Danton, 24 jam pelajaran
8. Refreshing Ka. Regu, 24 jam pelajaran
9. Komandan BALAKAR, 200 jam pelajaran.
c. Bidang Keselamatan Jiwa Dan Harta Benda
1. Penyelamat, 200 jam pelajaran
2. Petugas pelayanan gawat darurat, 100 jam pelajaran
3. Rescue Khusus (air, bangunan runtuh), 100 jam pelajaran
4. Breathung Apparatus, 100 jam pelajaran
5. Landing Crafft Rubber, 100 jam pelajaran
6. Cameramen, 100 jam pelajaran
d. Kursus singkat pemadam kebakaran
1. Program 1 hari, 8 jam pelajaran
2. Program 2 hari, 16 jam pelajaran
3. Program 3 hari, 24 jam pelajaran
4. Program 5 hari, 45 jam pelajaran
C. Kegiatan Sehari-hari Pemadam Kebakaran
Mengawali tahun 2007 data statistik Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
sampai akhir Januari, menunjukkan penyebab kebakaran masih banyak disebabkan
oleh Listrik.
Sedangkan areal yang terbakar lebih dominan menimpa bangunan perumahan.
Jumlah kerugian material diwilayah DKI Jakarta mencapai empat milyar lebih. Dari
lima wilayah Jakarta, berdasarkan data yang ada besar areal terbakar 42.623 meter
persegi.
Dinas Pemadam Kebakaran di tahun 2007 ini berusaha menekan tingkat
kebakaran dengan meningkatkan sosialisasi dan penerangan kepada masyarakat,
pengguna dan pengelola gedung bertingkat bahkan sampai ketingkat sekolah.
Selain mensosisialisasikan tentang bahaya kebakaran juga berupaya mendorong
kesadaran khususnya para pengelola gedung mengenai pentingnya sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung.
DPK berharap dengan partisipasi masyarakat frekwensi kebakaran dapat
ditekan khususnya diwilayah DKI Jakarta dapat dicapai ditahun 2007.56
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Pemadam Kebakaran
melaksanakan usaha penanggulangan kebakaran maupun usaha penyelamatan jiwa
harta benda dari akibat bahaya kebakaran dan bencana lain di wilayahnya (Keputusan
Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2002).
Suku Dinas Pemadam Kebakaran Kotamadya Jakarta Barat di dalam melaksanakan
tugasnya diatur ke dalam 3 (tigas) shift yaitu Pleton A, Pleton B dan Pleton C
melaksanakan tugas/bergantian dengan pengaturan Pleton A tugas menggantikan
Pleton C, Pleton B tugas menggantikan Pleton A dan Pleton C bertugas menggantikan
Pleton B secara terus menerus selama 1 X 24 jam.
Seiring dengan perkembangan pembangunan perumahan, perindustrian dan
perkantoran maka Suku Dinas Pemadam Kebakaran melakukan kegiatan-kegiatan
yang antara lain:
1. Pengadaan sarana penanggulangan bahaya kebakaran antara lain motor
pompa, Alat Pemadam Api Berat (APAB) dan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) yang diserahkan kepada Lurah dan RW di wilayah rawan kebakaran.
2. Pengadaan Sarana Informasi seperti Smart Alarm untuk memberikan
informasi kepada Kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran bila di wilayahnya
yang terpasang alat tersebut terjadi kebakaran, yang diserahkan kepada Lurah
dna RW wilayah rawan kebakaran.
D. Suka Duka Melaksanakan Tugas
56 Sejarah Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, dalam www.jakarta-fire.com
Dalam setiap pekerjaan selalu mengandung risiko, karena tidak ada pekerjaan
yang tidak mengandung risiko. Demikian halnya dengan menjadi petugas pemadam
kebakaran. Begitu banyak suka duka dalam menjalankan tugas memadamkan,
menyelamatkan korban jiwa dan harta benda dari amukan api.
Setiap petugas pemadam kebakaran harus selalu siap untuk sewaktu-waktu
dipanggil memadamkan kebakarn yang terjadi di wilayahnya. Dalam menjalankan
tugas tersebut, ada 3 shift penjagaan pos pemadam kebakaran. Hal ini untuk menjaga
bila terjadi kebakaran. Dalam 24 jam, pos pemadam kebakaran tidak boleh
ditinggalkan.
Namun bila tidak ada kejadian kebakaran, maka petugas pos pemadam
kebakaran dapat meluangkan waktunya. Ada yang mengisinya dengan membaca
buku, menonton televisi atau bercengkrama dengan rekan kerja. Mereka selalu
berharap bahwa kebakaran sebisa mungkin diminimalisir dengan menjalankan
prosedur standar keamanan dari kebakaran. Seperti misalnya ketersediaan tabung
pemadam kebakaran, alarm, hydrant, dan lain sebagainya.
BAB IV
APLIKASI AGAMA DAN ISTIKAMAH DALAM PERSPEKTIF PEMADAM
KEBAKARAN
A. Agama Menurut Perspektif Pemadam Kebakaran
Agama merupakan hubungan yang dihayati manusia dengan Yang Trasenden
yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan). Hubungan tersebut bersifat
lahir dan batin. Dilihat dari segi lahiriah, agama menyangkut kelakuan, perilaku, atau
tindak tanduk tertentu yang mengungkapkan segi batin dalam praktik kehidupan
sehari-hari. Dari segi batiniah, agama menyangkut perasaan, keinginan, harapan dan
keyakinan yang dipunyai manusia terhadap kekuasaan yang trasenden.57
Agama secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai tata aturan
dan peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan dunia lain (gaib),
khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya,
dan juga mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dan lebih
spesifik lagi, agama dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan (sistem) keyakinan yang
dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok masyarakat
dalam mengisi interpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan
diyakini sebagai yang gaib dan suci.58
Bagi para pemadam kebakaran yang melakukan pekerjaan penuh dengan
risiko, agama dalam pemahaman mereka beragam. Ada yang memahami agama
sebagai pedoman hidup, dengan harapan agar apa yang mereka lakukan dalam hidup
57 Nico Dister, Psikologi Agama ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1989), h. 9 58 Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (jakarta : CV
Rajawali, 1992), h. v-vi
mereka tidak hanya sebatas kegiatan belaka. Dengan meyakini agama sebagai
pedoman hidup, diharapkan dapat menuntun mereka selamat dalam kehidupan dunia
dan juga kehidupan akhirat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syukri Bahanan,
seorang staf di kantor, pemadam kebakaran Unit Jakarta Barat:
“Menurut saya, agama adalah pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Saya mendapatkan pengetahuan agama dari pendidikan formal di sekolah dan juga dari pendidikan non formal seperti saat mengaji, majlis taklim yang ada di mushalla, dan juga cerama-ceramah di berbagai media.59
Hal senada juga diungkpakan oleh Sutarno, seorang komandan pleton, dan
Saipulloh, pasukan pada suku dinas pemadam kebakaran Jakarta Barat. Bagi mereka
agama adalah pedoman hidup. Agama dipahami sebagai pegangan untuk
mendapatkan keselamatan dan di dunia dan akhirat.
Sedangkan bagi Taufik, seorang anggota pasukan pemadam kebakaran di Unit
Jakarta Barat, menganggap bahwa agama adalah kebutuhan. Seperti yang
dikatakannya:
“Agama bagi saya adalah kebutuhan yang saya maksud kebutuhan adalah bahwa harus ada yang disembah dan dijalani perintah-Nya serta dijauhi larangan-Nya. Karena bagaimanapun juga, segala yang ada di dunia ini ada Yang Mengatur dan pusat segala kekuasaan. Saya mendapatkan pengetahuan agama dari didikan keluarga, sekolah dan juga keyakinan dalam diri saya”.60
Agama memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Sehingga
setiap aktivitas manusia tidak bisa dilepaskan dari ajaran agama, meskipun ada yang
tidak mengakui keberadaan agama.
Yang agak berbeda adalah pendapat Paimin Supendi, seorang kepala sector. Baginya
agama harus diyakini dan dihayati. Sebagaimana yang dituturkannya kepada penulis:
“Bagi saya agama itu harus diyakini dan dihayati. Segala ketentuan yang datangnya dari Allah saya yakin bahwa itu semua adalah yang terbaik bagi saya. Begitu juga bila ada ketentuan yang menurut orang buruk, bagi saya ada hikmah di balik itu semua. Sedangkan agama harus dihayati, maksudnya
59 Wawancara pribadi dengan Syukri Bahanan, tanggal 19 Februari 2007. 60 Wawancara pribadi dengan Taufik, tanggal 19 Februari 2007
adalah segala perintah dan larangan yang ada harus dikerjakan dengan penuh penghayatan. Dengan begitu agama akan menjadi tuntutan dan penerang dalam hidup kita.” Sedangkan Imam Santosa memahami agama sebagaimana yang dituturkannya,
yaitu:
Agama merupakan sumber pengetahuan dan petuntuk untuk menuntun manusia menjalani hidup di dunia dan akhirat sesuai yang diinginkan oleh Allah SWT.61 Meski agama dipahami beragam oleh para petugas pemadam kebakaran, yang
dapat ditarik kesimpulannya adalah bahwa agama bagi mereka harus benar-benar
dihayati dan diamalkan segala ajaran yang terdapat di dalamnya. Karena hal tersebut
adalah kunci bahagia hidup di dunia dan di akhirat
B. Keberagamaan Pemadam Kebakaran
1. Ritual Ibadah Keagamaan
Agama Islam mewajibkan ibadah bagi pemeluknya untuk mengerjakan
amalan yang terangkum dalam rukun Islam yang terdiri dari mengucapkan dua
kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan menunaikan ibadah haji bagi yang
mampu. Ibadah-ibadah tersebut hukumnya wajib. Wajib menurut syara’ adalah bila
dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan mendapat dosa.
Berkaitan dengan ritual ibadah petugas pemadam kebakaran, dari beberapa
pengakuan yang diutarakan kepada penulis, kebanyakan mereka tidak sempat
melaksanakan ibadah shalat yang lima waktu; subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan
isya. Hal ini disebaban karena saat terjadi kebakaran, mereka akan menaklukkan
api hingga padam, sesuai dengan motto pemadama kebakaran “Pantang Pulang
Sebelum Padam”. Sehingga, saat memadamkan suatu kebakaran, dan di saat yang
61 Wawancara pribadi dengan Imam Santosa, tanggal 28 Februari 2007
sama telah masuk waktu shalat, mereka lebih meneruskan untuk memadamkan
kebakaran. Seperti yang diungkapkan oleh Saipulloh, yang menduduki jabatan
sebagai pasukan pemadam kebakaran.
“Dalam menjalankan ibadah wajib, saya kadang-kadang meninggalkannya. Hal tersebut sering terjadi bila ada kebakaran dan butuh waktu yang cukup lama untuk memadamkannya. Bila tidak terjadi, tentu saya menunaikan shalat lima waktu.”62
Hal senada juga diungkapkan oleh Taufik, yang mengaku sering tidak
sempat melaksanakan shalat saat menjalankan tugas.
Bila tidak ada kejadian kebakaran, kebanyakan para petugas pemadam
kebakaran melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Dalam menjalankan tugas,
mereka dibagi beberapa shift yang masing-masing mendapatkan jatah 3 hari. Saat
menjalani piket, mereka tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Di pos
pemadam kebakaran disediakan tempat tidur yang dipakai secara bergantian. Bila
salah seorang dari petugas piket sedang dalam kondisi jaga, maka yang lainnya
boleh istirahat atau tidur, tapi tetap di pos tersebut. Hal ini dilakukan secara
bergantian, dalam rangka untuk merespon laporan kebakaran yang terjadi.
Selain tidak diperkenankan untuk pulang ke rumah, saat piket, seorang
petugas pemadam kebakaran tidak boleh meninggalkan pos lebih dari radius 10
meter. Ketika ingin membeli sesuatu pun, tetap dilarang untuk melangkah lebih dari
batas yang ditentukan. Hal ini adalah standar dinas pemadam kebakaran untuk
secepatnya merespon jika terjadi kebakaran.
Justru karena keadaan seperti tersebut di ataslah, petugas pemadam
kebakaran sering terjaga di malam hari dan sering mengisi waktu tersebut dengan
ibadah sunnah seperti shalat tahajjud, atau shalat sunah lainnya. Meski setelah itu
mereka kembali berbincang-bincang dan untuk mengusir kantuk mereka
62 Wawancara pribadi dengan Saipulloh, tanggal 20 Februari 2007
memainkan kartu hanya sebagai permainan saja. Hal ini diungkapkan oleh M.
Nurul Hadi, seorang pasukan pemadam kebakaran:
“Untuk ibadah sunnah lainnya, yang saya lakukan adalah sedekah, shalat sunah, dan lain sebagainya. Yang sering saya lakukan adalah shalat malam, karena waktu tersebut saya sering terjaga. Sambil jaga-jaga kalau terjadi kebakaran, saya sempatkan untuk melakukan shalat malam.”63
Para petugas pemadam kebakaran tetap melakukan ritual keagamaan seperti
shalat, puasa, zakat, dan bagi yang sudah mampu menunaikan ibadah haji. Mereka
meninggalkan shalat saat sedang memadamkan api. Hal ini dilakukan karena
mereka lebih mengutamakan untuk menyelamatkan nyawa orang banyak dan juga
harta benda masyarakat yang terkena musibah tersebut. Dalam mengevakuasi para
korban kebakaran, sangat dibutuhkan ketepatan waktu. Sedikit saja mereka lengah,
maka akan jatuh korban nyawa.
2. Pengaruh Agama dalam kehidupan sehari-hari
Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini
lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan
individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk
melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang
keyakinan agama dinilai mempunyai unsur keseciaan, serta ketaatan. Keterkaitan
ini memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama
sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat
63 Wawancara Pribadi dengan M. Nurul Hadi, tanggal 28 Februari 2007
kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut
ajaran agama yang dianutnya.64
Agama, selain berperan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, juga
manusia dengan manusia itu sendiri. Hal ini seperti yang dipahami oleh Edy
Rosyadi, sebagaimana yang diungakpkannya:
“Agama dalam kehidupan sehari-hari bagi saya seperti pedoman bagaiman bertindak dan bertingkah laku terhadap sesama manusia. Karena agama selain mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Tuhan, juga memberikan ajaran bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, entah itu dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun manusia pada umumnya.”65
C. Konsep Istikamah dalam Perspektif Pemadam Kebakaran
1. Peran Agama Dalam Menjalankan Tugas Sehari-hari
Ajaran agam yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong
seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.
Pengamalan ajaran agama tercermin dari pribadi yang berpartisipasi dalam
meningkatkan mutu kehidupan tanpa mengharapkan imbalan yang berlebihan.
Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan
ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan
material. Balasan dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan hari akhirat lebih
didambakan oleh penganut agama yang taat.66
Dalam menjalankan tugas, peran agama menjadi penyemangat atau dengan
kata lain sebagai “garansi” bahwa apa yang mereka kerjakan adalah demi kebaikan
64 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 257. 65 Wawancara pribadi dengan Edy Rosyadi, tanggal 20 Februari 2007.
66 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 264
manusia dan kalaupun terjadi sesuatu saat menjalankan tugas tersebut, mereka
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Syukri Bahanan:
“Dalam melaksanakan tugas, saya dasari dengan ikhlas dan mengerjakannya dengan baik. Karena menurut saya, melaksanakan tugas tersebut adalah ibadah. Dengan demikian, pekerjaan yang terlihat oleh orang lain sangat berat dan penuh dengan risiko akan menjadi ringan dan tanpa beban”.67 Sedangkan bagi Paimin Supendi, fungsi agama dalam menjalankan tugas
adalah untuk mengendalikan diri. Seperti yang diungkapkannya:
“Fungsi agama dalam menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran adalah untuk mengendalikan diri. Hal ini perlu, karena dalam menjalankan tugas sering terdapat hal-hal yang bisa menggoda iman kita. Contohnya, saat terjadi kebakaran yang belum begitu besar, banyak benda-benda berharga yang terdapat dalam bangunan tersebut. Kalau kita tidak ingat agama, bisa jadi kita tidak memadamkan kebakaran tersebut, melainkan mengambil beberapa barang milik korban. Hal ini jangan sampai terjadi.68
Berdasarkan penuturan Paimin Supendi tersebut, memang terdapat banyak
godaan saat menjalankan tugas memadamkan kebakaran. Meski sudah mendapat
training dan doktrin bahwa mengambil sesuatu tidak diperbolehkan, hal tersebut
dapat saja dilanggar kalau agama hanya berperan sebagai ritual saja.
Sebagai petugas yang diandalkan untuk mengatasi bencana kebakaran,
petugas pemadam kebakaran dituntut untuk selalu dalam kondisi siaga jika
sewaktu-waktu ada informasi terjadi kebakaran. Kondisi badan terus dijaga dengan
memberi asupan gizi, protein, karbohidrat seimbang. Sedangkan untuk rohani, perlu
adanya ajaran agama yang membuat hati dan tekad mereka selalu siap menghadapi
segala risiko pekerjaan.
Sedangkan bagi Imam Santosa, agama memberikan arti bagi hidupnya.
Menurutnya, agama menjadikan hidup ini mempunyai arah dan tujuan, tidak hanya
67 Wawancara pribadi dengan Syukri Bahanan, tanggal 19 Februari 2007 68 Wawancara pribadi dengan Paimin Supendi, tanggal 24 Februari 2007
sekedar menjalani ritual sosial lalu kemudian meninggal dan selesai sudah. Seperti
yang diungkapkannya:
“Agama dalam menjalankan tugas sehari-hari ya menjaga kita dari hal-hal yang tidak baik. Dan agama juga menjadikan hidup saya mempunyai arah dan tujuan, bahwa hidup tidak hanya sekedar hidup. Jadi, semakin saya mengetahui agama, semakin semangat juga saya menjalani hidup. Dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, yaitu memberikan pertolongan bagi para korban kebakaran, adalah salah satu cara untuk menjadikan hidup ini lebih berarti dari waktu ke waktu.”69 Agama yang dijalankan dengan benar, akan memberikan dampak yang baik
terhadap ekonomi suatu negara. Agama, selama difungsikan sebagaimana mestinya
dapat memberikan motivasi untuk memperbaiki standar kehidupan yang layak juga
etos kerja yang positif bagi kemajuan suatu negara.
Max Weber, sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin, melihat ada
hubungan antara etos agama dengan pembangunan ekonomi. Ia melihat kemajuan
ekonomi liberal Eropa dan negara Barat, didukung oleh etika dari ajaran agam
Protestan. Pandangan seperti ini juga dikaitkan oleh sejumlah pengamat dengan
kemajuan bangsa Jepang. Keunggulan bangsa Jepang dinilai erat kaitannya dengan
nilai ajaran agama Shinto yang berintikan Bushido, yaitu ketundukan kepada
pemimpin.70
2. Istikamah dan Usaha yang Dilakukan
Dalam melakukan suatu pekerjaan, pasti ada resiko yang harus dihadapi.
Tidak ada pekerjaan yang tidak mengandung risiko. Hal yang terpenting adalah
bagaimana mengurangi risiko yang ada. Bisa dengan melakukan analisa terlebih
dahulu sebelum memulai sebuah pekerjaan, atau dengan melaksanakan prosedur
keselamatan yang telah dianjurkan. Seperti misalnya, orang-orang yang bekerja
sebagai pembersih kaca gedung pencakar langit, mereka diharuskan memakai
69 Wawancara pribadi dengan Imam Santosa, tanggal 28 Februari 2007 70 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 265
pelindung kepala dan juga tali pengaman. Juga seorang petugas PLN (Perusahaan
Listrik Negara) yang sering memperbaiki saluran listrik dengan memanjat tiang-
tiang listrik. Mereka juga memakai alat pengaman demi mengurangi risiko yang
ada.
Berkaitan dengan petugas pemadam kebakaran, dalam melaksanakan tugas
mereka diwajibkan menggunakan alat pengaman. Untuk kepala, mereka
menggunakan helm juga. Hal ini dilakukan untuk menghindari bila sesuatu yang
berada di atas gedung jatuh dan mengenai kepala petugas. Selain itu juga mereka
menggunakan baju yang terbuat dari bahan anti panas yang berfungsi untuk
mengurangi hawa panas saat memadamkan api. Sepatu mereka pun tahan panas,
hampir sama dengan yang dipakai oleh para pembalap sepeda motor. Sedangkan
untuk memadamkan kebakaran di dalam gedung, mereka memakai masker oksigen
untuk menghindari terjadinya kekurangan oksigen karena dalam gedung, oksigen
akan diperebutkan oleh api dan makhluk hidup seperti manusia. Maka tidak heran
bila seseorang yang terjebak dalam kobaran api sering mengalami kekurangan
oksigen dan akhirnya pingsan.
Resiko yang dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran di antaranya adalah:
menghirup asap yang beracun, tersengat aliran listrik yang terkelupas saat
terjadinya kebakaran, terkena reruntuhan tembok yang menjadi rapuh saat terbakar
api. Berbagai resiko yang ada sangat berbahaya bagi keselamatan petugas pemadam
kebakaran, dengan resiko paling fatal adalah kehilangan nyawa. Untuk itu seorang
petugas pemadam kebakaran harus mengenakan standar keamanan saat bertugas.
Setelah semua standar keamanan telah dilaksanakan, hal terakhir adalah
menyerahkan diri sepenuhnya nasib yang akan terjadi kepada Yang Maha Kuasa.
Menurut Paimin Supendi, usaha yang dilakukan agar selamat dalam menjalan tugas
adalah memenuhi standar keselamatan dan berdoa kepada Allah agar diselamatkan
dalam tugas serta berhati-hati. Seperti yang diungkapkannya:
“Sebelum menjalankan tugas, saya terlebih dahulu mengenakan standar keamaan yang telah disarankan dan selanjutnya saya berdoa kepada Allah serta berhati-hati. Jika ada apa-apa dalam tugas tersebut, itu semuanya adalah kehendak Allah.71 Hal senada juga diungkapkan oleh Syukri Bahanan, Taufik, Saipulloh,
Sutarno, dan hampir seluruh petugas pemadam kebakaran. Mereka melaksanakan
prosedur keselamatan dulu sebelum melaksankaan tugas. Jadi, harus ada upaya
untuk mencegah suatu bencana sebelum benar-benar memasrahkan diri sepenuhnya
kepada Allah SWT.
Dari hasil wawancara penulis dengan para informan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa para petugas pemadam kebakaran memahami betul pekerjaan
yang mereka lakukan mengandung resiko yang cukup tinggi. Resiko tersebut bisa
berupa tertimpa reruntuhan bangunan yang terbakar, tersengat aliran listrik,
menghirup gas beracun, bahkan yang lebih bahaya lagi, mereka juga bisa
kehilangan nyawa.
Namun demikian, para petugas pemadam kebakaran tersebut sudah
melakukan istikamah terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugas. Istikamah yang
dilakukan di antaranya adalah dengan mematuhi prosedur yang telah diajarkan,
memakai pengaman yang terdiri dari helm, fire jacket, masker, sepatu khusus.
Setelah melaksanakan istikamah sebagaimana tersebut di atas, para petugas
pemadam kebakaran menyerahkan sepenuhnya diri mereka kepada Tuhan Yang
Maha Esa saat memadamkan kebakaran.
71 Wawancara pribadi dengan Paimin Supendi, tanggal 24 Februari 2007
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian lapangan (field research) yang berangkat dari berbagai
literarut, penulis mencoba menganalisa dan mendeskripsikannya. Selanjutnya dari
uraian bab-bab di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan umum sebagai bab terakhir,
diantaranya sebagai berikut:
1. Peran petugas pemadam kebakaran sangat besar dalam memberikan
pertolongan terhadap masyarakat yang terkena korban kebakaran.
2. Sebagai pekerja yang mempunyai risiko cukup besar, yaitu kehilangan nyawa,
konsep istikamah dipahami oleh para petugas pemadam kebakaran sebagai
usaha untuk menghindari segala bentuk resiko yang ada saat memadamkan
kebakaran dengan mematuhi prosedur keselamatan serta memakai alat
pengaman. Setelah hal tersebut dilakuakn, para petugas pemadam kebakaran
menyerahkan sepenuhnya nasib mereka kepada kehendak Allah SWT.
3. Meskipun melakukan pekerjaan yang penuh risiko, ritual keberagamaan para
petugas pemadam kebakaran cukup baik. Ketika para petugas melaksanakan
ritual keagamaan seperti shalat jum’at dan berbarengan dengan adanya
panggilan tugas atau terjadi kebakaran, maka mereka meninggalkan shalat
tersebut dan menggantinya atau mengqadhanya saat selesai melaksanakan
tugas.
B. Saran-saran
Pada lembaran ini kiranya penulis perlu memberikan bebarapa saran, antara
lain sebagai berikut:
1. Perlu diadakan berbagai kegiatan keagamaan di lingkungan Suku Dinas
Pemadam Kebakaran dalam rangka untuk menambah wawasan keaagamaan.
2. Perlunya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para petugas pemadam
kebakaran, mengingat risiko yang harus mereka hadapi.
3. Perlunya perhatian dari berbagai instansi dan masyarakat umum untuk sama-
sama mencegah terjadinya bencana kebakaran dengan melakukan tindakan
pencegahan sesuai dengan yang telah dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta, LP3ES,
1993) Ali, Mukti, Agama dan Pembangunan di Indonesia (Jakarta : Depag-RI, 1972) Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994) http://ridlomasduki.blogspot.com Dister, Nico, Psikologi Agama ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1989) Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), jus XXV – XXVIII, Jalaluddin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) …………, Psikologi Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) Johnson, Dyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gremedia, 1984) Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000)
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin itu Abnormal?,
(Jakarta: RafaGrafindo Persada, 2001) Al-Khayyath, Abdul Aziz, Etika Bekerja Dalam Islam, ((Jakarta: Gema Insani Press,
1995) Meleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1997) Nashori, Fuad dan Bachtiar Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2000) Puspito, Hendro, Sosiologi agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1983)
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999)
Rasyad, Aminudin, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987)
Robertson, Roland, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (jakarta : CV Rajawali, 1992)
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Al-Islam, (Jakarta: Bulan Bintang , 1952) Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qu’ar : Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1997) Shihab, Umar, Kontektualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum
dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005) Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1993)
Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002) Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) Vredenberg, J., Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1984) www.jakarta-fire.com
www.republika.co.id Ya’qub, Hamzah, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin, (Jakrata: CV.
Atise, 2000)
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :____________________________________ Usia :____________________________________ Pendidikan :____________________________________ Agama :____________________________________ Jabatan :____________________________________ Lama bertugas :____________________________________ Alamat :____________________________________ _____________________________________
1. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
2. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
3. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
4. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
5. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
6. Bagaimana agama menurut anda?
7. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
8. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
9. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
10. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
11. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
12. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
13. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
14. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
15. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
16. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
17. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
18. Mengapa demikian?
Kepada yang terhormat, Ketua Jurusan Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dicky Jumhana NIM : 101032221648 Jurusan : Sosiologi Agama Semester : XI Bermaksud untuk mengajukan proposal skripsi dengan judul “Agama dan Konsep Istiqamah Dalam Pekerjaan Berisiko (Studi Kasus para Pemadam Kebakaran Unit Jakarta Barat”. Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan:
1. Outline 2. Abstraksi 3. Daftar Pustaka Sementara 4. Sertifikat Praktikum
Demikianlah proposal ini saya buat dan saya ajukan. Atas perhatian dan kerja samanya saya haturkan terima kasih. Wassalam
Jakarta, 29 Januari 2007 Pembimbing Akademik, Pemohon, Drs. Chaidir S. Bamualim, M. A Dicky Jumhana
Mengetahui, Kajur Sosiologi Agama,
Dra. Hj. Hermawati, MA
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Edy Rosyadi Usia : 26 Pendidikan : SLTA Agama : Islam Jabatan : PTT (Pasukan) Lama bertugas : 2,5 tahun Alamat : Bintaro Jakarta Selatan
19. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
Jawab: 2,5 tahun
20. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Karena tantangannya besar dan juga berisiko
21. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
Jawab: Justru karena berisiko itulah saya ingin menjadi seorang pemadam
22. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Sukanya kalau ada kebakaran terus kita berhasil mengalahkannya.
Dukanya bila ada korban jiwa atau salah satu dari pasukan terkena musibah juga.
23. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
Jawab: Sangat percaya adanya Tuhan.
24. Bagaimana agama menurut anda?
Jawab: Harus diyakini dan dihayati.
25. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
Jawab: Guru ngaji, ustadz, kyai dan media.
26. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
Jawab: ya.
27. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
Jawab: Ya, sedekah, shalat sunah, dan lain sebagainya.
28. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
Jawab: Bisa menjalankan tugas sesuai rencana dan mendapat dukungan dari
masyarakat yang dibantu.
29. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
Jawab: Untuk pengendalian diri.
30. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
Jawab: Agama dalam kehidupan sehari-hari bagi saya seperti pedoman bagaiman
bertindak dan bertingkah laku terhadap sesama manusia. Karena agama selain
mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Tuhan, juga memberikan ajaran
bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, entah itu dalam lingkup
keluarga, masyarakat, maupun manusia pada umumnya.
31. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
Jawab: Ya, dan berdoa untuk berhati-hati.
32. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
Jawab: Dengan niat ikhlas, sabar memohon kepada zat yang maha kuasa.
33. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
Jawab: Memohon kepada Allah dan berusaha agar sara yang ada baik.
34. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
Jawab: Ya.
35. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
Jawab: Ya.
36. Mengapa demikian?
Jawab: Membantu masyarakat secara sosial dengan tidak mengharapkan imbalan.
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : M. Nurul Hadi Usia : 31 Pendidikan : SLTA Agama : Islam Jabatan : PTT (Pasukan) Lama bertugas : 3,5 tahun Alamat : Asrama Pemadam Kebakaran Jagakarsa Jakarta Selatan
37. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
Jawab: 3,5 tahun
38. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Ingin menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
39. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
Jawab: saya tahu
40. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Sukanya dapat menyelamatkan hidup orang lain.
Dukanya bila terkena musibah dalam upaya penyelamatan atau pemadaman.
41. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
Jawab: Sangat percaya adanya Tuhan.
42. Bagaimana agama menurut anda?
Jawab: Adalah pedoman untuk menjalani hidup.
43. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
Jawab: Guru ngaji, sekolah.
44. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
Jawab: ya.
45. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
Jawab: Ya, sedekah, shalat sunah, dan lain sebagainya. Yang sering saya lakukan
adalah shalat malam, karena waktu tersebut saya sering terjaga. Sambil jaga-jaga
kalau terjadi kebakaran, saya sempatkan untuk melakukan shalat malam.
46. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
Jawab: Berhasil memadamkan kobaran api yang sangat besar, dimana saya hampir
terkena luka bakar.
47. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
Jawab: Agama menambah keyakinan saya bahwa takdir, jodoh, dan mati ada di
tangan Tuhan..
48. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
Jawab: Sebagai tempat kembali bila ada yang perlu kita tahu tentang ibadah.
49. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
Jawab: Ya, dan berdoa untuk berhati-hati.
50. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
Jawab: Pasrah.
51. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
Jawab: Memohon kepada Allah dan berusaha agar cara yang ada baik.
52. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
Jawab: Ya.
53. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
Jawab: Ya.
54. Mengapa demikian?
Jawab: Karena berbuat baik kepada manusia adalah bagian dari ibadah.
HASIL WAWANCARA
Nama : Paimin Supendi Usia : 53 Pendidikan : SLTA Agama : Islam Jabatan : KB Sektor Lama bertugas : 32 tahun Alamat : Asrama Pemadam Kebakaran Joglo RT 009/02 Joglo Jakarta Barat
55. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
Jawab: 32 tahun
56. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Ingin mengabdi kepada masyarakat
57. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
Jawab: saya tahu
58. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Sukanya dapat membantu masyarakat yang terkena musibah kebakaran.
Dukanya bila dalam tugas gagal dan menemui hambatan.
59. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
Jawab: Sangat percaya adanya Tuhan.
60. Bagaimana agama menurut anda?
Jawab: Harus diyakini dan dihayati.
61. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
Jawab: Guru ngaji, ustadz, kyai dan media.
62. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
Jawab: ya.
63. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
Jawab: Ya, sedekah, shalat sunah, dan lain sebagainya.
64. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
Jawab: Bisa menjalankan tugas sesuai rencana dan mendapat dukungan dari
masyarakat yang dibantu.
65. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
Jawab: Untuk pengendalian diri.
66. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
Jawab: Perannya sangat luas. Bisa membedakan yang hak dan yang batil.
67. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
Jawab: Ya, dan berdoa untuk berhati-hati.
68. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
Jawab: Dengan niat ikhlas, sabar memohon kepada zat yang maha kuasa.
69. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
Jawab: Memohon kepada Allah dan berusaha agar sara yang ada baik.
70. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
Jawab: Ya.
71. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
Jawab: Ya.
72. Mengapa demikian?
Jawab: Membantu masyarakat secara sosial dengan tidak mengharapkan imbalan.
HASIL WAWANCARA
Nama : Saipulloh Usia : 26 Pendidikan : SMK Agama : Islam Jabatan : PTT (Pasukan) Lama bertugas : 2 tahun Alamat : Jl. Pertanian V RT 06/04 No. 17 Jakarta Selatan
73. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
Jawab: 2 tahun
74. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Pemadam adalah pekerjaan yang mulia.
75. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
Jawab: saya tahu
76. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Sukanya saat berhasil menyelamatkan orang dan anggota keluarganya
bahagia saya juga ikut bahagia. Dukanya kalau tidak dapat memadamkan api
karena laporan dari masyarakat terlambat. Atau saat datang sudah habis terbakar
semua.
Dukanya bila dalam tugas gagal dan menemui hambatan.
77. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
Jawab: Ya.
78. Bagaimana agama menurut anda?
Jawab: Sebagai pedoman hidup.
79. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
Jawab: Dari orang tua.
80. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
Jawab: Kadang-kadang.
81. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
Jawab: Ya, shalat dhuha.
82. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
Jawab: Saat hendak memadamkan sebuah gedung, dan tiba-tiba gedung tersebut
runtuh. Alhamdulillah saya dan rekan-rekan selamat.
83. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
Jawab: Sangat berperan. Agama mencegah saya dari perbuatan yang tidak baik
seperti misalnya mengambil barang saat memadamkan suatu kebakaran.
84. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
Jawab: Sedangkan dalam kehidupan saya sehari-hari, dengan agama saya
terhindar dari perbuatan terkeji dan juga penggunaan narkoba.
85. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
Jawab: Ya.
86. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
Jawab: Menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.
87. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
Jawab: Berhati-hati dan selalu waspada.
88. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
Jawab: Ya.
89. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
Jawab: Ya.
90. Mengapa demikian?
Jawab: Karena dengan bekerja saya mencari nafkah sekaligus juga menolong
orang yang terkena musibah..
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Sutarno Usia : 50 Pendidikan : SLTA Agama : Islam Jabatan : Danton Lama bertugas : 30 tahun Alamat : Asrama Pemadam Kebakaran Joglo Joglo RT 012/02 Kembangan Jakarta Barat
91. Sudah berapa tahun anda menjadi petugas pemadam kebakaran?
Jawab: 30 tahun
92. Apa yang membuat anda ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: Bekerja
93. Tahukan anda bahwa risiko menjadi seorang petugas pemadam kebakaran sangat
besar?
Jawab: Jelas tahu.
94. Bagaimana suka duka anda menjadi seorang petugas pemadam kebakaran?
Jawab: sukanya kalau berhasil memadamkan kebakaran dan melihat para korban
selamat. Dukanya ya kalau ada korban jiwa.
95. Apakah anda seorang yang percaya kepada Tuhan?
Jawab: Percaya.
96. Bagaimana agama menurut anda?
Jawab: Pedoman hidup.
97. Darimana anda memperoleh pengetahuan tentang agama?
Jawab: Sekolah dan majlis taklim.
98. Apakah anda melakukan ritual ibadah sesuai dengan yang diajarkan?
Jawab: Tentu. Saya shalat puasa dan lain sebagainya.
99. Selain itu apakah anda melakukan ibadah sunah lainnya? Bisa berikan contoh!
Jawab: Ya, shalat sunah dan puasa sunah.
100. Pengalaman yang paling berkesan saat anda tugas?
Jawab: Berhasil memadamkan kobaran api yang sangat besar dan mengevakuasi
korban dengan selamat.
101. Bagaimana agama berperan saat anda sedang melaksanakan tugas?
Jawab: Berdoa sebelum tugas.
102. Bagaiamana peran agama dalam kehidupan anda sehari-hari?
Jawab: Perannya sangat luas. Bisa membedakan yang hak dan yang batil.
103. Apakah anda menyerahkan diri sepenuhnya nasib anda kepada Tuhan saat
melaksanakan tugas?
Jawab: Ya.
104. Bagaimana konsep istikomah menurut anda?
Jawab: tetap teguh pada pendirian bahwa semua sudah ada yang mengatur.
105. Bagaimana usaha anda agar dapat selamat dalam menjalankan tugas?
Jawab: Salah satunya dengan berdoa.
106. Apakah anda mengenal konsep istikomah sebelum anda menjadi petugas
pemadam kebakaran?
Jawab: ya.
107. Apakah anda mengganggap pekerjaan anda sebagai salah satu bentuk ibadah?
Jawab: Ya.
108. Mengapa demikian?
Jawab: Petugas pemadam kebakaran tugas utamanya adalam menolong orang
yang terkena musibah kebakaran.