addison
DESCRIPTION
atlanticrimbd72atlanticrimbd72.Ganool.com.Ganool.comatlanticatlanticrimbd72.Ganool.comrimbd72.Ganool.coatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.comatlanticrimbd72.Ganool.commTRANSCRIPT
1. Definisi
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s
Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara
spontan dan berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal,
dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa.
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari
kerusakan pada kelenjar adrenal (juga dikenal sebagai kekurangan
adrenalin kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit
endokrin langka dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon
steroid yang tidak cukup. Penyakit ini juga dapat terjadi pada anak-
anak. Nama penyakit ini dinamai dari Dr Thomas Addison, dokter
Britania Raya yang pertama kali mendeskripsikan penyakit ini tahun
1855.
Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/ destruksi
(kerusakan) jaringan adrenal (misalnya respon autoimun, TB, infark
hemoragik, tumor ganas) atau tindakan pembedahan
Bentuk sekunder adalah gangguan pada kelenjar hipofisis yang
menyebabkan penurunan sekresi/ kadar ACTH, tetapi biasanya sekresi
aldosteron normal. Keadaan seperti ini terlihat pada hipoado tironisme
yang hanya mengenal zona glomeruluna dan sakresi aldosteron
pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat
sekresi steoid
2. Epidemiologi
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di
dunia. Di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi
pada laki-laki dan wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44%
penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih
banyak ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun . 50% pasien dengan
penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan
manifestasi dari proses atoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjdai pada 40-60 kasus per satu
juta penduduk.
Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya negara-
negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini.
Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan
di Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi.
Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena
kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau
kegagalan untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan
mineralokortikoid yang adekuat.
Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat
mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de
novo, seperti oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang
menjadi penyerta pada insufisiensi adenokortikal kronis atau yang
tidak terobati secara adekuat.
Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah
signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi.
Bahkan setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali
lipat lebih tinggi dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler,
keganasan dan penyakit infeksi bertanggung jawab atas tingginya
angka kematian.
Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu.
Sedangkan penyakit addison idiopatik autoimun cenderung lebih sering
pada wanita dan anak-anak.
Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang
dewasa antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih
awal pada pasien dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital
adrenal hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan
metabolisme rantai panjang asam lemak.
3. Etiologi
1.Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada
75% dari penderita. Secara histologik tidak didapatkan 3 lapisan
korteks adrenal, tampak bercak-bercak fibrosis dan infiltrasi
limfosit korteks adrenal . Pada serum penderita didapatkan antibodi
adrenal yang dapat diperiksa dengan cara Coons test, ANA
test, serta terdapat peningkatanimunoglobulin G.
2.Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21%
dari penderita . Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan
ikat dengan serbukan sel-sel limfosit, kadang kadang dapat dijumpai
tuberkel serta kalsifikasi Seringkali didapatkan proses tuberkulosis
yang aktif pada organ-organ lain, misalnya tuberkulosis paru,
tuberkulosis genito-urinari, tuberkulosis vertebrata(Pott s
disease), hati, limpa serta kelenjar limpa.
3.Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang
ialah karena : histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta septikemi
karena kuman stafilokok atau meningokok yang sering menyebabkan
perdarahan dan nekrosis.
4.Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal
dengan menghalangi biosintesis yaitu metirapon; sedang yang
membloking enzim misalnya amfenon, amino- glutetimid dll.
5.Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks
adrenal, walaupun hal ini jarang terjadi.
6.Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis tumor,
sarkoidosis, penyakit amiloid dan hemokromatosis.
7.Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan antikoagulan, pasca operasi tumor
adrenal.
8.Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan kelainan
kongenital.
4. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dari ketidakcukupan adrenal biasanya
mulainya secara berangsur-angsur. Karakteristik-karakteristik dari
penyakit adalah:
· kelelahan yang memburuk kronis
· kelemahan otot
· kehilangan nafsu makan
· kehilangan berat badan
Gejala-gejala lain yaitu:
· Tensi yang jatuh lebih lanjut, ketika berdiri menyebabkan
kepeningan atau membuat pingsan
· perubahan-perubahan kulit pada penyakit Addison, dengan
area-area dari hyperpigmentation, atau penggelapan, yang mencakup
bagian-bagian tubuh yang tertutup dan tidak tertutup. Penggelapan
kulit biasanya paling terlihat pada luka-luka parut (scars), lipatan-
lipatan kulit, titik-titik penekanan : seperti siku-siku, lutut-lutut, sendi-
sendi engsel, dan jari-jari kaki, bibir, dan selaput-selaput berlendir
5. Patofisiologi
Hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level
mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen.
Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit. Secara normal, aldosteron mendorong
penyerapan Sodium (Na+) dan mengeluarkan potassium (K+).
Penurunan aldosteron menyebabkan peningkatan ekskresi sodium,
sehingga hasil dari rantai dari peristiwa tersebut antara lain: ekskresi
air meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis (dehidrasi),
hipotensi, penurunan kardiak output, dan jantung menjadi mengecil
sebagai hasil berkurangnya beban kerja. Akhirnya, hipotensi menjadi
memberat dan aktivitas kardiovaskular melemah, mengawali kolaps
sirkulasi, shock, dan kematian. Meskipun tubuh mengeluarkan sodium
berlebih, ini mempertahankan kelebihan potassium. Level potassium
lebih dari 7 mEq/L hasil pada aritmia, memungkinkan terjadinya
kardiak arrest.
Penurunan glukokortikoid menyebabkan meluasnya gangguan
metabolic. Ingat bahwa glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan
memiliki efek anti-insulin. Sehingga, ketika glukokortikoid menurun,
glukoneogenesis menurun, sehingga hasilnya hipoglikemia dan
penurunan glikogen hati. Klien menjadi lemah, lelah, anorexia,
penurunan BB, mual, dan muntah. Gangguan emosional dapat terjadi,
mulai dari gejala neurosis ringan hingga depresi berat. Di samping itu,
penurunan glukokortikoid mengurangi resistensi terhadap stress.
Pembedahan, kehamilan, luka, infeksi, atau kehilangan garam karena
diaphoresis berlebih dapat menyebabkan krisi Addison (insufisiensi
adrenal akut). Akhirnya, penurunan kortisol menghasilkan kegagalan
unruk menghambat sekresi ACTH dari pituitary anterior.
MSH menstimulasi melanosit epidermal, yang menghasilkan melanin,
pigmen warna gelap. Penurunan sekresi ACTH menyebabkan
peningkatan pigmentasi kulit dan membrane mukosa. Sehingga klien
dengan penyakit Addison memiliki peningkatan level ACTH dan warna
keperakan atau kecokelatan pun muncul.
Defisiensi androgen gagal untuk menghasilkan beberapa macam gejala
pada laki-laki karena testes menyuplai adekuat jumlah hormone
seksual. Namun, pada perempuan tergantung pada korteks adrenal
untuk mensekresi androgen secara adekuat.
Hormone-hormon tersebut disekresi oleh korteks adrenal yang penting
bagi kehidupan. Orang dengan penyakit Addison yang tidak diobati
akan berakhir fatal.
Penyakit addison, atau insufisiensi adrenokortikal, terjadi bila
fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi otoimun atau
idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus
penyakit Addison. Penyebab lainnya mencakup operasi pengangkatan
kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut.
Tuberkolosis(TB) dan histoplamosis merupakan infeksi yang paling
sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar
adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses otoimun telah
menggantikan tuberkolosis sebagai penyebab penyakit Addison,
namun peningkatan insidens tuberkolosis yang terjadi akhir-akhir ini
harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi ini ke dalam
daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar
hipopisis juga akan menimbulkan insufiensi adrenal akibat penurunan
stimulasi korteks adrenal.
Gejala Addison dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh
terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme umpan balik
normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2
hingga 4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal, oleh sebab itu
kemungkinan penyakit Addison harus diantifasi pada pasien yang
mendapat pengobatan kostikosteroid.
7. Klasifikasi
Penyakit Addison datang dalam tiga bentuk: primer,
sekunder danatipikal. bentuk sekunder dan atipikal cenderung sangat
dekat di alam, sehingga mereka berbagi pengobatan umum
· Gejala umum Penyakit Addison’s Canine
Seekor anjing dengan penyakit Addison umumnya tidak lebih dari lima
tahun. gejala Original meliputi kelesuan, muntah dan diare. Akhirnya,
perubahan kimia darah anjing dan kadar gula drop menyebabkan
hewan runtuh. anjing yang tidak diobati dapat mengembangkan
aritmia jantung.
· Addison’s Disease Primer
Dengan’s Addison penyakit utama,’s adrenal kelenjar anjing gagal
menghasilkan cukup dari kedua hormon. Penelitian membuktikan
penyakit ini dimulai setelah sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan kelenjar adrenal ini. Jika anjing anda memiliki bentuk utama
penyakit Addison, dokter hewan Anda akan resep baik Florinef atau
Percoten-V.
· Addison sekunder dan Atypical’s Disease
Bentuk sekunder dan atipikal penyakit Addison anjing’s menemukan
kelenjar adrenal anjing menghasilkan tingkat memadai aldosteron,
tetapi tidak cukup kortisol. Biasanya, bentuk-bentuk terjadi akibat
kerusakan kelenjar pituitari. Anjing didiagnosis dengan bentuk
sekunder atau atipikal mengelola penyakit mereka dengan resep dosis
rendah untuk glukokortikoid.
8. Manifestasi Klinik
Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot, anoreksia, gejala
gastrointestinal, keluhan mudah lelah, emasiasi (tubuh kurus kering);
Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu jari, lutut, siku serta membran
mukosa, hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah,
dan kadar kalium serum yang tinggi. Pada kasus yang berat, gangguan
metabolisme natrium dan kalium yang dapat ditandai oleh penurunan
natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat. Dengan
berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut akibat dari
hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang
ditandai oleh sianosis, panas dan tanda-tanda syok, pucat, perasaan
cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat serta tekanan
darah rendah. Di samping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala,
mual, nyeri abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-tanda
kebingungan serta kegelisahan. Bahkan aktivitas jasmani ynag sedikit
berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut atau penurunan
asupan garam
Keluhan pasien biasanya sesuai dengan gambaran keadaan
kekurangan glukokortikoid dan mineralokortikoid. Gejala sering
bervariasi tergantung durasi penyakit.
Pasien dapat datang dengan gejala klinik penyakit addison kronik atau
krisis addison akut yang dipercepat dengan faktor stress seperti
infeksi, trauma, pembedahan, muntah, diare atau ketidakpatuhan
terhadap terapi pengganti steroid.
Gejala klinik penyakit addison kronik
1. Onset keluhan biasanya samar dan tidak khas
2. Hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa sering mendahului
seluruh gejala lain selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
3. Penemuan kulit yang lain seperti vitiligo, di mana paling sering
tampak berkaitan dengan keadaan hiperpigmentasi addison
disease idiopatik autoimun. Hal ini karena terjadi destruksi
autoimun terhadap melanosit.
4. Hampir seluruh pasien mengeluhkan kelemahan progresif, lelah,
nafsu makan kurang, dan kehilangan berat badan.
5. Gejala gastrointestinal prominent dapat berupa pening, mual
muntah, dan kadang-kadang diare. Steatorrhea yang responsif
terhadap glukokortikoid telah dilaporkan.
6. Pusing dengan ortostatis karena hipotensi adakalanya dapat
memicu sinkop. Hal ini karena efek kombinasi deplesi volume,
kehilangan efek mineralokortikoid aldosteron, dan kehilangan efek
permisif (membolehkan) kortisol dalam meningkatkan efek
vasopresor katekolamin.
7. Mialgia dan paralisis flasid otot dapat terjadi karena hiperkalemia.
8. Pasien dapat memiliki riwayat menggunakan obat yang diketahui
untuk mempengaruhi fungsi adrenokortikal atau untuk
meningkatkan metabolisme kortisol.
9. Gejala lain yang dilaporkan meliputi nyeri otot dan sendi,
kemampuan indra pembau , mengecap, dan mendengar
meningkat; dan merasa kurang garam (menjadi lebih suka garam).
10.Pasien dengan diabetes yang sebelumnya terkontrol dengan baik,
tiba-tiba mengalami penurunan yang tajam dalam kebutuhan
insulin dan mengalami hipoglikemi karena peningkatan
sensitivitas terhadap insulin.
11.Impoten dan penurunan libido dapat terjadi pada pasien laki-laki,
terutama pada mereka dengan fungsi testis terganggu atau
berada pada batas minimal.
12.Pasien perempuan yang dapat memiliki riwayat amenore karena
efek kombinasi dari kehilangan berat badan dan sakit kronik atau
kegagalan ovarium prematur autoimun sekunder.
Hiperprolaktinemia yang responsif terhadap steroid dapat
berperan terhadap penurunan fungsi gonad dan amenore
tersebut.
Gejala klinik penyakit addison akut
1. Pasien pada krisis adrenal akut sering mengalami mual, muntah
dan kolaps pembuluh darah. Mereka dapat menjadi syok dan
tampak sianotik dan kebingungan.
2. Gejala abdominal dapat menyerupai gejala akut abdomen.
3. Pasien dapat mengalami hiperpireksia, dengan temperatur dapat
mencapai 105o F atau lebih, dan mungkin pingsan.
4. Pada perdarahan adrenal akut, pasien, biasanya pada pengaturan
perawatan akut, memburuk dengan tiba-tiba pingsan, nyeri
abdomen atau pinggang, dan muntah dengan atau tanpa
hiperpireksia.
9. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah
dan urin. Tes diagnostic fungsi adrenalkortikal meliputi:
1. Uji ACTH: meningkat secara mencolok (primer) atau menurun
(sekunder). Tes skrining ini paling akurat untuk penyakit Addison.
Prosedurnya sebagai berikut: batas dasar plasma cortisol ditarik
(waktu ‘0’). Kortisol plasma merespon ACTH secara intravena, 45 menit
kemudian sampel darah diambil. Konsentrasi kortisol seharusnya lebih
besar dari pada 20 µg/dl.
2. Plasma ACTH: jika gagal menggunakan tes skrining, plasma
ACTH dengan akurat akan mengkategorisasikan dengan insufisiensi
adrenal primer (tinggi), atau sekunder (normal atau rendah).
3. Serum elektrolit: serum sodium biasanya menurun, sementara
potassium dan kalsium biasanya meningkat. Walau pun demikian,
natrium dan kalium yang abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak
adanya aldosteron dan kekurangan kortisol.
4. ADH meningkat, aldosteron menurun, kortisol plasma menurun
dengan tanpa respons pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau
secara IV.
5. Glukosa: hipoglikemia
6. Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi
penurunan perfusi ginjal).
7. Analisa gas darah: asidosis metabolic
8. Sel darah merah (eritrosit): normositik, anemia normokromik
(mungkin tidak nyata/ terselubung dengan penurunan volume cairan)
dan hematokrit (Ht) meningkat (karena hemokonsentrasi). Jumlah
limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
9. Urine (24 jam): 17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-
ketogenik steroid menurun. Kadar kortisol bebas menurun. Kegagalan
dalam pencapaian atau peningkatan kadar steroid urin setelah
pemeriksaan dengan pemberian ACTH merupakan indikasi dari
penyakit Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang permanen),
walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan kesan penyebab
supresi hormone sekunder. Natrium urin meningkat.
10. Sinar X: jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal, atau TB (paru,
ginjal) mungkin akan ditemukan.
11. CT Scan: Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang
sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi,
jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik
adrenal.
12. Gambaran EKG: Tegangan rendah aksis QRS vertical dan
gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya
abnormalitas elektrolik.
10. Penatalaksanaan
- Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan
sirkulasi, memberikan caiaran, pergantian kortikosteroid.
a. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2
sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr
b. Hidrokortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
c. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol
d. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
e. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
- Pantau tanda-tanda vital.
- Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan kedua
tungkai ditinggikan.
- Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam larutan
normal saline.
- Kaji stress/keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut.
- Bila asupan oral (+), IVFD perlahan dikurangi
- Bila kortek.adrenal tidak berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi
penggantian preparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur
hidup.
10. Prognosis
Kesehatan dan usia hidup pasien biasanya normal, kecuali bila
terjadi
krisi adrenal biasanya prognosanya akan menjadi lebih buruk.
Sedangkan
pigmentasi bisa menetap. Dengan terapi hormon pengganti, sebagian
besar orang dengan penyakit Addison dapat hidup normal.