abstraksi

15
USULAN JUDUL PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN PETANI SAYURAN SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PENINGKATAN JALAN RUAS WUASA - KADUWA’A DIDESA BANYUSARI KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO M.TAUFIK RUNA H10209035 PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS TADULAKO PALU

Upload: te-er

Post on 26-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

USULAN JUDUL PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN PETANI SAYURAN SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PENINGKATAN JALAN RUAS WUASA - KADUWAA DIDESA BANYUSARI KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO

M.TAUFIK RUNAH10209035

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAANPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS TADULAKOPALU2011

ABSTRAKSIANALISIS PENDAPATAN PETANI SAYURAN SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PENINGKATAN JALAN RUAS WUASA-KADUWAA DIDESA BANYUSARI KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat tak terkecuali di daerah perdesaan. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perdesaan. Dengan adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor lainnya di daerah perdesaan. Transportasi sangat penting bagi daerah perdesaan di negara-negara yang sedang berkembang, karena menyediakan akses bagi masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Akses terhadap informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta peluang-peluang baru kesemuanya merupakan kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan.Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan perdesaan pada kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana untuk pemasaran. Pemasaran yang baik dan inovasi teknologi hanya bisa diperoleh apabila akses ke daerah tersebut baik.Dewasa ini, sub sektor pertanian dan tanaman pangan adalah sebagai sektor yang dominan dalam menunjang pengembangan wilayah Kabupaten Poso, karena memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi. Kawasan Lore (Lembah Napu) merupakan daerah yang sangat subur, daerah ini merupakan pemasok hasil pertanian terutama tanaman hortiklutura dan sayur-sayuran terbesar di kabupaten Poso. Lahan pertanian yang tersedia di kawasan ini masih sangat luas dan memiliki potensi dalam produksi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan darat, dan kehutanan.Tersedianya prasarana jalan yang memadai memungkinkan akses pemasaran keluar daerah, maka diharapkan dapat mendorong penduduk lokal (petani) untuk mengelola lahannya secara intensif dan ekstensif, yang selanjutnya akan mendorong terjadinya peningkatan hasil produksi berupa komoditas pertanian. Dengan demikian pemasaran hasil produksi pertanian di daerah ini akan menjangkau wilayah yang lebih luas. Peningkatan produksi dalam jumlah besar berarti biaya produksi per unit lebih murah dan wilayah pemasaran yang lebih luas berarti harga pasarannya lebih tinggi. Pendapatan lebih tinggi berarti tingkat kesejahteraan petani menjadi lebih tinggi. Pembangunan prasarana jalan yang menghubungkan kawasan ini dengan daaerah-daerah lain mendorong berbagai kegiatan, seperti sektor pertanian, perdagangan, industri, pengelolaan pasca panen : (pabrik penggilingan padi), kredit usaha tani dan masih banyak usaha produksi lainnya yang mengalami peningkatan kegiatan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan di bangunnya prasarana jalan. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan peneliti sehingga merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian, sejauhmana pengaruh peningkatan jalan ruas Wuasa- Trans Kaduwaa terhadap pendapatan petani di desa Banyusari kecamatan Lore Utara. Dimana ruas jalan ini adalah satu-satunya sarana transportasi yang menghubungkan kawasan ini dengan ibukota kecamatan dan kota-kota lain untuk pemasaran hasil pertanian.

ABSTRAKSIANALISIS KELAYAKAN USAHATANI IKAN SISTEM KARAMBA DI KECAMATAN. POSO KOTA KABUPATEN POSO

Kabupaten Poso merupakan satu dari sepuluh wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Mempunyai wilayah daratan seluas 8.712, 25 Km2 dan laut seluas 3.758 Km2. Kabupaten Poso terdiri dari 18 kecamatan, meliputi 27 desa pesisir pantai dan 20 desa di pesisir danau. Posisi strategis kabupaten ini adalah perlintasan dari kawasan utara selatan serta timur - barat dari Pulau Sulawesi. Potensi terbesar perikanan adalah Danau Poso beserta Daerah Aliran Sungai (DAS). Danau Poso dengan luas 36.677 Ha, merupakan sumber cadangan air tawar yang sangat besar. Selain itu juga memiliki keanekaragaman hayati termasuk, ikan endemik yaitu Sidat Danau Poso (Anguilla sp). Sejalan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Poso melalui Dinas Kelautan dan Perikanan bertekad mengembangkan potensi tersebut untuk menjadi sentra produsen ikan air tawar di Provinsi Sulawesi Tengah , kegiatan pengembangan tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama pasca konflik, juga mewujudkan visi Kabupaten Poso sebagai daerah yang aman, damai, adil, bersatu, demokratis, sejahtera, mandiri dan handal dalam SDM dengan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan, kemerdekaan dan persatuan.Pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Poso dilakukan pada areal kolam seluas + 383 Ha dan serta potensi budidaya karamba (Karamba Jaring Apung KJA) seluas + 3.667 Ha. Perairan umum yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dan belum diusahakan secara maksimal oleh masyarakat salah satunya adalah sungai. Air sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan curah hujan, sehingga perairan cenderung tawar dan payau. Selain budidaya keramba apung atau dalam Keramba jaring Apung, budidaya perikanan di sungai juga dapat dilakukan dengan keramba jaring tancap (KJT).

Usaha kearah pembudidayaan ikan di perairan umum sangat diperlukan sebagai penyeimbang dan membantu pemenuhan produksi ikan yang selama ini diperoleh dari hasil penangkapan yang cenderung semakin menurun. Hal ini tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan (restocking) yang akan mengakibatkan terganggunya kelestarian sumber daya perairan. Seiring dengan berkembangnya zaman dan meningkatnya pertambahan penduduk yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan protein hewani oleh manusia setiap tahunnya, maka perlu adanya peningkatan produksi ikan sebagai salah satu sumber pangan dan sumber protein. Peningkatan produksi perikanan dapat dilakukan dengan kegiatan pembudidayaan ikan.Perairan umum yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dan belum diusahakan secara maksimal oleh masyarakat salah satunya adalah sungai. Air sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan curah hujan, sehingga perairan cenderung tawar dan payau. Selain budidaya keramba apung atau dalam Keramba jaring Apung, budidaya perikanan di sungai juga dapat dilakukan dengan keramba jaring tancap (KJT).Kabupaten Sambas memiliki 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total hamparan 516.200 ha, meliputi: DAS Paloh (64.375 ha), DAS Sambas (258.700 ha) dan DAS Sebangkau (193.125 ha). Berdasarkan Data Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sambas (2007), Disektor perikanan potensi keramba yang dapat di bangun pada daerah aliran ini sekitar 3.872 unit atau dapat memproduksi 406,56 ton/tahun sedangkan jumlah keramba yang ada 70 unit dengan jumlah produksi 15,80 ton/tahun atau 3,9% dari potensi produksi lestari. Potensi DAS yang baru dimanfaatkan untuk budidaya ikan dikeramba hanya 1,9%, sehingga diperlukan suatu usaha agar potensi lestari tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.Komoditas yang dapat dibudidayakan dalam keramba jaring tancap salah satunya Ikan nila (oreochromis niloticus). Ikan ini merupakan spesies penting dalam perikanan budi daya dan saat ini yang telah berkembang pesat. Selain sudah memasyarakat, budidaya ikan nila relatif mudah. Salah satu jenis yang sukses dikembangkan dalam berbagai prototipe adalah ikan nila Genetically Supermale Indonesian Tilapia (Gesit) karena lebih cocok di kembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Ikan nila Gesit merupakan nila yang berasal dari perkawinan nila jantan super YY dengan betina normal, ikan ini secara resmi diluncurkan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kab Purwakarta. Ikan nila gesit yang dikembangkan, yakni jenis jantan karena lebih menguntungkan secara ekonomis. Pertumbuhan ikan nila jantan 1,5 kali lebih cepat daripada yang betina. Ikan nila merupakan salah satu komoditas andalan untuk memproduksi ikan air tawar dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan, berupa fillet segar, fillet beku ataupun surimi yang memiliki potensi yang cukup besar di pasar internasional terutama Amerika Serikat dan Jepang.C. Perumusan MasalahSungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi yang mengalir menuju Samudera, sungai terbentuk secara alami oleh poses alam. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian atau perkebunan, bahan baku air minum, sarana transportasi, daerah penangkapan ikan, sebagai saluran pembuangan air dan sangat potensial untuk objek wisata sungai. Selain itu sungai juga dapat dijadikan sebagai lokasi untuk usaha budidaya perikanan.Pemahaman akan manfaat sungai untuk usaha budidaya ikan dalam keramba jaring tancap oleh masyarakat sangat minim, sehingga diperlukan suatu upaya untuk menggerakkan mereka dengan memberikan contoh bagaimana cara membudidayakan ikan dalam keramba jaring tancap.Usahatani ikan sistim karamba adalah usaha pembudidayaan ikan di sungai dalam wadahyang dibatasidengan jaring atau bambu dengan jumlah karamba minimal 3 unit. Penelitianini bertujuan untuk mengkajidan membandingkan kelayakan antara usahatani ikan nila dengan usahatani ikan mas yang dibudidayakan dalam karamba dilihat dari pendapatan, efisiensi dan manfaat. Metode dasar penelitian adalah deskriptifanalitis. Penelitian dilakukan di Kabupaten Poso. Kemudian dipilih kecamatan Poso Kota karena dikecamatan ini terdapat usahatani ikan nila dan usahatani ikan mas sistem karamba. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo, jumlah petani30 orang pada usahatani ikan nila sistim karamba dan 10 orang pada usahatani ikan patin sistim karamba.Namun data yang dapat dianalisis sebanyak 24 orang pada usahatani ikan nila dan 8 orang pada usahataniikan patin sistim karamba. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder dengan teknik observasi,wawancara dan pencatatan. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan kedua usahatani digunakan uji t .Untuk mengetahui efisiensi dipergunakan konsep pengukuran R/C .

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dan bertempat tinggal di pedesaan, dengan mata pencaharian adalah disektor pertanian, dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah serta hasil usaha tani yang belum mnampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari (Wiguna, 1981 : 12).Sehubungan dengan hal tersebut diatas pembangunan pertanian ditujukan untuk : (a) dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, (b) dapat menyediakan lapangan pekerjaan, (c) dapat menyediakan bahan baku industri dan (d) sebagai penghasil devisa bagi negara.Dengan adanya otonomi daerah yang memberikan peluang untuk mengembangkan wilayahnya secara luas dan demokratis dalam menbangun wilayah atau daerah sehingga pemerintahj daerah didalam melaksanakan pembangunan harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk bersusaha menggali potensi sumber daya yang ada atau yang dimiliki sebagai modal dalam pembangunan khususnya di pedesaan.Strategi pembagunan yang sesuai konsep diatas yaitu dengan mengembangkan kawasan sentra produksi untuk mengembangkan suatu kawasan komoditas unggulan. Dalam hal ini kesesuaian agroklimat dan agrekologi suatu wilayah terntentu, sumber daya berupa lahan, modal, tenaga kerja, teknologi serta sarana dan prasarana penunjang lainnya, untuk menghsilkan produk yang memiliki keunggulan komparatif.Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang termasuk dalam salah satu komoditas ekspor Indonesia. Tanaman ini tergolong tanaman sayuran rempah, komoditi ini banyak dibutuhkan oleh masyarakat baik didunia maupun di Indonesia karena merupakan pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan (Rahayu,2002 :89). Selanjutnya dikatakan bahwa hampir setiap masakan selalu menggunakan bawang merah sebagai pelengkap bumbu dan penyedap rasa, walaupun penambahannya tidak begitu banyak, tetapi jika belum memakai bawang merah masakan belum terasa nikmatnya.Bawang merah dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan (Rahayu,2002 :2) bawang merah tergolong tanaman semusim berbentuk rumpun, akar serabut, batangnya sangat pendek yang hampir tidak tampak, daunnya memanjang dan berbentuk silindris, pangkal daunnya berubah bentuk dan berfungsi yakni membengkak membentuk umbi lapis dan umbi tersebut membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa dan membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya sedemikian rupa maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari hasil peranakan umbi. (Berlin,2002:2). Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan atau dikembangkan mengingat permintaan konsumen dari waktu kewaktu terus meningkat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya, selain itu dengan semakin berkembangnya industri makanan jadi, maka akan mempengaruhi pula dengan peningkatan kebutuhan akan bawang merah, peluang pasar dan kebutuhan komoditi bawang merah yang harus diperhitungkan dalam hal ini adalah semua harus terlibat didalam kegiatan usaha tani yang dimulai dari perencanaan sampai pada pemasaran.Prospek pasar untuk komoditi bawang merah ini sangat berpeluang karena tidak ada komodiatas yang sifatnya bisa sama, dengan demikian kebutuhan bawang merah ini akan sangat diperlukan oleh manusia untuk setiap waktu di samping itu juga belum adanya bahan pengganti baik yang sintetis maupun alami (Rahayu,2002: 10). Bawang merah ini tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi di pasaran, keadaan ini akan berpengaruh terhadap pendapatan petani pengelolanya.Prospek dan peluang pasar terhadap produksi bawang merah sangat terbuka dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumen yang semakin berkembang serta ditujukan dalam peningkatan posisi tawar petani maka diperlukan upaya-upaya perbaikan teknologi yang berwawasan lingkungan serta efisiensi penggunanaan input produksi yang hasilnya kemungkinan tidak akan mengecewakan.Salah satu komoditi sayuran yang dikembangkan di kabupaten Poso adalah bawang merah, berdarkan data statistik hortikultura Dinas Pertanian, perkebunan dan peternakan propinsi Sulawesi tengah tahun 2009bahwa luas Panen bawang merah di kabupaaten Poso adalah seluas... ha, dengan produksi .... kw dan produktivitas..... kw/ha.Kecamatanm Lore Utara merupakan salah satu bagian dari wilayah kanbupaten Poso, yang mempunyai luas wilayah 864,61km2 terdiri dari tujuh desa, dengan jumlah penduduk 8.593 jiwa yang terdiri dari dari laki-laki 4.585 jiwa, perempuan 4.008 jiwa. Kecamatan Lore Utara mempunyai luas panen tanam bawang merah sebesar 5 ha dengan produksi 302 ton dengan produktivitas 62,32 kw/ha ( Kec. Lore Utara Dalam angka 2009).Kecamatan Lore Utara mempunyai sumber daya alam dan letaknya sangatlah strategis untuk pengembangan tanaman bawang merah. Ditinjau dari segi aspek produksi pertanian maka hasil produksi bawang merah,masih tersedia cukup. Serta masih tersedia lahan pertanianan yang belum terolah dan siap untuk dikembangkan dengan ditunjang oleh kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan berbagai komoditas pertanian khususnya tanaman bawng merah.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis bermaksud untuk meneliti seberapa besar produksi dan tingkat pendapatan usaha tani bawang merah varieatas lokal Napu. Yang dihasilkan oleh rumahtangga petani satu msuim tanam serta apakaah usaha tanai bawang merah varietas lokal Napu layak secara teknis dan ekonomis untuk dikembangkan dikecamatan Lore Utara. Sehingga melalui penelitian ini penulis akan memperoleh penjelasan-penjelasan deskriftif mengenai produksi, pendapatan dan kelayakan secara ekonomis usahatani bawang merah lokal Napu,