abstrak imunisasi hepatitis b 0-7 hari...
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMBERIANIMUNISASI HEPATITIS B 0-7 HARI DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS BAKONGAN TIMUR KABUPATENACEH SELATAN TAHUN 2013
Wahyu Sifa1, Ritawati2
Latar belakang : Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh“Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkanperadangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjutmenjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari 350 juta pasien karier virusHepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia dan Pasifik Barat.Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu DenganPemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan TimurKabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.Metode penelitian : jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan crosssectiona. Waktu penelitian dari tanggal 12-24 agustus 2013. Sampel yang diambilberjumlah 30 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-2 hari yang berada diwilayah kerjaPuskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Teknik pengambilan sampeldengan mengunakan metode total populasi. Sumber data primer diperoleh denganmengunakan kuisioner sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait.Analisa data : dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan CI 95 % dansignifikasi ditentukan apabila (p value < 0.05). pengolahan data dilakukan dengan SPSS.Hasil penelitian : persentase ibu yang memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebihbesar didapatkan pada ibu yang berpengetahuan baik 60 %. Hal ini menunjukan adanyahubungan (p value < 0.05) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberianimunisasi hepatitis B 0-7 hari. Persentase ibu yang memberikan imunisasi lebih besarpada ibu yang bersikap positif 63.3 %. Hal ini menunjukkan ada hubungan p value < 0.05yang signifikan sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.Kesimpulan : pengetahuan ( p value = 0.04) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( pvalue < 0.05 ) yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi hepatitisB 0-7 hari. Sikap ( p value = 0.02) hal ini menunjukkan adanya hubungan ( p value <0,05 ) yang signifikasi antara sikap dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.
Kata Kunci : Hubungan, Pengetahuan, Sikap, Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari
Sumber : 14 buku + 4 situs internet ( 2005-2013)
1. Mahasiswa jurusan prodi D IV kebidanan2. Dosen pembimbing jurusan D IV kebidanan
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional merupakan salah satu
bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan bidang
preventif merupakan prioritas utama dengan melakukan imunisasi terhadap
seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak
tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya, karena adanya pemberian
imunisasi secara umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap
berbagai penyakit sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat
(Ranuh, 2008).
Hepatitis B merupakan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
“Virus Hepatitis B” (VHB), Suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Saat ini lebih dari
350 juta pasien karier virus Hepatitis B di dunia, dimana (75%) berada di Asia
dan Pasifik Barat. Vaksinasi Hepatitis B yang efektif telah tersedia selama
lebih dari 20 tahun, tetapi transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada
awal kehidupan merupakan sumber penularan utama. Asia Tenggara
merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih
merupakan karier Hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi.
3
Transmisi vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar
70 persen terdapat diagnose kasus virus hepatitis B. Akibatnya, penyakit itu
berisiko menjadi penyakit hati menahun dan tidak mendapatkan pengobatan.
Virus Hepatitis B yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat menjadi
penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan
transplantasi hati dan kematian ( Growupclinic,2012).
Hepatitis B menjadi ancaman bagi bayi-bayi Indonesia mengingat
tingginya infeksi virus tersebut di masyarakat. Bayi yang terinfeksi virus
Hepatitis B berisiko mengalami penyakit hati kronis. Namun, penularan virus
dapat dicegah dengan imunisasi vaksin segera maksimal 12 jam atau 1-7 hari
setelah dilahirkan. Vaksin Hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC.
Vaksin yang mengalami pembekuan akan mengurangi efektivitas vaksin.
Vaksin Hepatitis B termasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan pada suhu
45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah
imunogenisitas dan reaktivitas vaksin (Permanasari, 2012) .
Bayi umumnya menerima imunisasi untuk memberikan kekebalan
tubuhnya dari berbagai penyakit terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B baik pada bayi, balita maupun pada orang dewasa. Memberikan
vaksin hepatitis B dalam waktu cepat setelah dilahirkan dapat membantu
melindungi bayi dari virus yang sampai saat ini sulit disembuhkan. Virus
hepatitis B ini biasanya menyebar melalui kontak darah atau cairan tubuh
lainnya. Virus ini sangat mudah menular dan dapat bertahan hidup selama I
minggu hingga berbulan-bulan didalam tubuh. Salah satunya penyebab
4
penularan melalui ibu penderita hepatitis B kepada bayinya saat dalam
kandungan atau dilahirkan ( Vera F, 2011).
World Health Organization (WHO) mengatakan infeksi virus hepatitis
B (HBV) merupakan masalah kesehatan yang serius dibelahan dunia. Virus
hepatitis B menginfeksi lebih dari 350 juta orang diseluruh dunia. Sekitar (5
%) dari populasi dunia mempunyai infeksi virus hepatitis B kronis dan
merupakan penyebab utama hepatitis kronis, serosis dan karsinoma
hepatoseluler diseluruh dunia. Diperkirakan 500.000 -1.000.000 orang
meninggal setiap tahun dengan penyakit hati yang terkait virus hepatitis B.
Daerah-daerah dengan prevalensi hepatitis tinggi, separti Asia Tenggara,
China, dan Afrika , lebih dari setengah populasi terenfeksi pada suatu saat
dalam kehidupan mereka, sekitar (10 %) adalah virus pembawa yang
merupakan hasil dari transmisi neonatal atau penularan satu orang ke orang
lain. Daerah dengan tingkat endemisitas rendah termasuk Amerika Utara,
Eropa Barat dan Australia dimana hanya sebagaian kecil mengalami kontak
dengan virus (Muttaqin dan sari, 2011).
Di Indonesia masalah kesehatan masih tinggi karena 460 bayi
meninggal setiap harinya disebab oleh penyakit yang sebagian besar dapat di
cegah melalui vaksinasi. Prevalensi kejadian penyakit Hepatitis B di Indonesia
mencapai tingkat menengah sampai tertinggi. Prevalensi dalam populasi
umum adalah (5-20%), prevalensi dikalangan donor darah adalah (2.5-36.1%),
prevalensi peningkatan HbsAg 45.7% mempunyai potensi penularan tinggi.
Pada penyakit infeksi hepatitis B terutama dalam bentuknya yang kronik
5
belum ada pengobatan yang memuaskan. Oleh karena itu perhatian difokuskan
kepada pencengahan sedini mungkin dengan pemberian imunisasi hepatitis B.
Resiko menjadi karier bila terkena infeksi hepatitis B adalah pada bayi baru
lahir sekitar (90%), bayi usia 1-6 bulan sekitar (80%), bayi usia 7-12 bulan
sekitar 60 %, balita usia 1-4 tahun (35%) dan dewasa (10%) karena besarnya
mamfaatan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir maka
pemerintah merecanakan program hepatitis B pada bayi baru lahir dengan
mengunakan uniject di D.I Yoyakarta oleh menteri kesehatan pada bulan
November tahun 2000 (AMI, 2012).
Prevalensi Hepatitis B di Indonesia masih tinggi disebabkan karena
keterlambatan dalam pemberian imunisasi. Masih banyaknya kasus penularan
hepatitis B dari ibu melahirkan ke bayi menjadi penyebab utama Indonesia
masih dikelompokan sebagai negara dengan prevalensi hepatitis B tinggi.
Tingginya trasmisi penularan pretikal dari ibu kebayi ini di akibatkan oleh
keterlambatan waktu pemberian vaksinasi Hepatitis B pada bayi mereka.
Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan Irsan hasan di Jakarta, ibu hamil
yang mengidap hepatitis B sebanyak 50% akan beresiko tinggi menularkan
penyakit tersebut pada bayi mereka. Mayoritas transmisi virus pada bayi
terjadi pada proses persalinan. Manusia yang sudah telah tertular virus
hepatitis B sejak bayi, mayoritas 90% akan menjadi hepatitis kronis. Sehingga
penyakit tersebut bakal ada ditubuh mereka sepanjang hidupnya dan hanya
sekitar (10%) dari kelompok ini yang bisa disembuhkan (Corneleus,2012).
6
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Yuhanadh (2012) di wilayah
Puskesmas Panteraja dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari dan besar sampel yang di
ambil sebanyak 50 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu
terhadap Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dengan kategori baik (80 %) dan
katagori kurang (50%), hal ini lebih besar mempengaruhi tindakan ibu dalam
membawa anaknya untuk di Imunisasi. Bagi ibu yang pengetahuannya kurang
tidak memberikan imunisasi pada anaknya dengan alasan yaitu anak sering
rewel, anak dengan BBLR dan anak yang sering sakit. Sementara hasil
penelitian menunjutkan persentase yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0-
7 hari didapatkan pada ibu yang bersikap positif sebanyak (48 %) dan ibu
yang bersikap negatif sebanyak (52%).
Laporan dinas kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 bahwa pencapaian
imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (69,3%), sedangkan target yang
diharapkan oleh Dinkes Provinsi (90%) ( Profil dinkes NAD, 2012). Menurut
laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan pada tahun yang sama
bahwa pencapaian imunisasi hepatitis B 0-7 hari adalah (7,1 %) (Profil Dinkes
Kabupaten Aceh Selatan). Sedangkan pada laporan Tahunan Puskesmas
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan periode Januari s/d Desember
Tahun 2012 dengan jumlah sasaran 106 orang bayi pencapaian imunisasi
Hepatitis B 0-7 hari adalah 96 orang (Data pencatatan dan pelaporan Tahun
2012 Puskesmas Bakongan Timur).
7
Survey awal yang penulis lakukan diwilayah kerja Puskesmas
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Maret tahun 2013
tentang pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada 8 orang ibu bayi,
terdapat 4 orang ibu mengatakan tidak tahu tentang manfaat pemberian
imunisasi tersebut, karena ibu tidak memperdulikan apa yang dilakukan oleh
bidan penolong karena ibu sedang menghadapi post partum. Jadi pada ibu-ibu
yang bayinya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dari bidan
penolong, sebanyak 2 orang pada saat bidan desa melakukan kunjungan
neonatal pertama, ibu bayi bersikap bahwa bayinya tidak perlu lagi diberikan
imunisasi karena anaknya masih kecil serta sering menanggis dan juga
suaminya tidak memberi izin.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja
Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka
dapat dirumuskan masalahnya yaitu “Apakah ada hubungan terhadap
pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di
Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2013 ? “
8
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan
Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan
Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”.
b) Untuk mengidenfikasi hubungan sikap ibu dengan pemberian
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan
Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”
c) Untuk mengidenfikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Wilayah Kerja Puskesmas
Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013”
C. Manfaat penulisan
1. Peneliti
Kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang masalah imunisasi Hepatitis B 0-7 hari serta
mengaplikasikan teori yang didapatkan kedalam praktek lapangan yang
sesungguhnya sehingga dapat menambah wawasan penulis khususnya
dalam bidang ilmu kebidanan dan metode penelitian.
9
2. Tempat penelitian
Sebagai sumber pikiran dan masukan bagi semua tenaga medis khususnya
bidan, agar dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat
dan memberikan masukan kepada puskesmas tentang manfaat pemberian
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada bayi sedini mungkin sehingga dapat
dicegah dengan imunisasi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dipendidikan dan menambah
literatur atau bacaan dipustakaan, sabagai bahan kajian dan menambah
informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkat kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak dia terpajan pada antigen
yang kekebalan serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang
10
sudah dilemahkan atau dimatikan. Memasukan kuman atau bibit penyakit
tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya
nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang
menyerang tubuh (Marimbi, 2010 hal 108).
B. Manfaat imunisasi
1. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian
2. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara
Memperbaiki tingkah kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Merimbi, 2010 hal
112).
C. Tujuan imunisasi
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.
Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan
11
kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan mengurangi
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
terjangkit.
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi
yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup
tinggi yaitu (67%) dalam upaya mencegah tetanus neonatorum maka
imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam
minggu-minggu pertama melalui ibu (Marimbi, 2010 hal 111) .
Jenis-jenis imunisasi sesuai dengan jenis vaksin yang saat ini
dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia, jenis-jenis imunisasi
tesebut adalah : imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine), indikasinya
untuk pemberian kekebalan aktif untuk Tuberkulosis. Imunisasi DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus) indikasi untuk pemberian secara simultan
terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus. Imunisasi polio dan campak
(Wahab,2002 hal 50).
Vaksin yang akan digunakan harus betul-betul efektif. Efektivitas
semua vaksin ditinjau kembali secara terus menerus. Vaksin yang efektif
harus memiliki hal-hal seperti berikut :
a. Merangsang timbulnya imunitas yang tepat
b. Stabil dalam penyimpanan
c. Mempunyai imunogenesitas yang cukup
12
Keamanan vaksin sangat penting untuk diperhatikan karena vaksin
diberikan kepada orang yang tidak sakit. Beberapa komplikasi yang serius
dapat berasal dari vaksin atau dari pasien (Wahab, 2002 hal 43-50).
D. Penyakit hepatitis B
Hepatitis adalan suatu penyakit hati yang disebabkan oleh ”virus Hepatitis
B” (VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati atau menahun yang sebagai kasus dapat berlanjut menjadi
sirosis hati. Sebagian besar virus hepatitis B pada anak-anak didapat dalam
usia perinatal. Bayi baru lahir menghadapi resiko terkena hepatitis jika ibunya
terinfeksi virus hepatitis B atau merupakan karier virus hepatitis B selama
kehamilannya. Kemungkinan jalur penularan maternal-fetal meliputi :
a. Kebocoran virus lewat plasenta yang terjadi pada akhir kehamilan atau
pada saat persalinan.
b. Terminumnya cairan ketuban atau darah ibu.
c. Pemberian ASI, khususnya jika ibu memiliki puting susu yang pecah-
pecah atau lecet (Wong, 2009).
Proses terjadinya hepatitis B pertama kali pada umumnya
disebabkan karena virus. Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka terjadi
respon imun tubuh terhadap virus yang merusak pada daerah hati sehingga
terjadi perubahan fungsi seluler yang dapat menimbulkan inflamasi,
nekrosis, atau autolisis hati yang pada akhirnya dapat menimbulkan
regenerasi sel. Pada pengkajian ditemukan adanya ikterus, mual, muntah,
13
nyeri perut, masa subklinik gejala sangat ringan, apabila tandanya sangat
hebat yang disertai adanya ganguan kesadaran dan adanya gejala serosis.
Diagnosis yang terjadi pada anak penyakit hepatitis B yaitu kurang nutrisi
(kurang dari kebutuhan), kurang volume cairan dan elektrolit, intoleransi
aktivitas dan risiko infeksi (Hidayat, 2006).
E. Imunisasi Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program
nasionalnya. Apalagi indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit
hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit
disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi Virus Hepatitis B ( VHB) dapat
menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat
mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat).
Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati (Marimbi,2010 hal
151).
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota
keluarga dicurigai kenak virus hepatitis B (VHB), biasanya dilakukan
sceening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus
atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala
sakit apapun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah
masuknya virus hepatitis B (VHB) (Marimbi, 2010 hal 152).
1. Jadwal pemberian imunisasi
14
Umur : saat lahir
Vaksin : Hepatitis B 0-7 hari
Keterangan : Hepatitis B 0-7 hari harus diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status surface
antigen hepatitis B (HBsAg) ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula
status surface antigen hepatitis B (HBsAg) ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu surface antigen
hepatitis B (HbsAg) positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari (Marimbi, 2010 hal 115).
2. Usia pemberian :
Bayi harus menerima vaksin virus hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir
dengan syarat kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan
jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan dan usia antara 3 sampai 6 bulan.
Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap virus hepatitis B (VHB) selain
imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan
imunisasi tambahan dengan Imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu
sebelum berusia 24 jam (Tietjen, 2004 hal k-6).
3. Lokasi penyuntikan :
Pada anak dilengan dengan cara inframuskuler. Sedangkan pada bayi
dipaha lewat anterolateral ( antero = otot-otot di bagian depan, lateral =
otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tak dianjurkan karena bisa
mengurangi efektifitas vaksin (Marimbi,2010 hal 152).
15
4. Efeksamping :
Umumnya tak terjadi, jika pun ada (kasusnya sangat jarang) berupa
keluhan nyeri pada bekas suntikan yang disusul demam ringan dan
pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
5. Tanda keberhasilan :
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat
dilakukan pengukuran keberhasialan melalui pemeriksaan darah dengan
mengecek kadar Hepatitis B nya setelah anak berusia setahun. Bila
kadarnya diatas 1000 berarti daya tahan nya 8 tahun, diatas 500 tahan 5
tahun, diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma seratus
maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti
sibayi harus disuntik ulang 3 kali lagi (Marimbi, 2010 hal 153).
6. Efektivitas :
a) Merangsang timbulnya imunitas yang tepat yaitu antibodi untuk toksin
dan organisme ekstraseluler seperti streptococcus pneumoniae,
imunitas seluler untuk organisme intraseluler seperti basil
tuberkulosis.
b) Stabil dalam penyimpan yaitu hal ini saat penting untuk vaksin hidup
yang biasanya perlu disimpan ditempat dingin atau memerlukan rantai
pendingin (cold chain) yang sempurna dari pabrik ke klinik.
c) Mempunyai imunogenesitas yang cukup yaitu imunogenesitas vaksin
bahan mati sering perlu dinaikkan dengan ajuvan (Wahab, 2002 hal
43)
16
F. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh memlalui mata dan tenlingga ( Notoatmodjo
,2003 hal 17-128 ).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang di cakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelum nya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang telah di
pelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat meginterpretasikan materi secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya dapat menjelas kan mengapa
harus makan makanan bergizi.
17
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya) misalnya
dapat megunakan prinsi-prinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan umtuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
mehubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya.
6. Evalusi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-
penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003 hal 128-130).
18
G. Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap sauatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya
kesesuaian reasi terhadap stimulasi tertenntu. Dalam kehidupan sehari-
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi
sosial (Notoatmodjo 2003).
Newcom salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan aktifitas akan tetapi adalah merupakan” Per-disposisi”
tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan
merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo 2003).
2. Komponen pokok sikap
Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
(tiga) komponen pokok :
a. Kepercayaan atau keyakian, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave ).
19
Ketiga komponen ini secara bersama -sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.
3. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan antara lain :
a. Menerima ( receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
simulasi yang berikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberika adalah suatu indikasi dari sikap,
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah adalah berarti bahwa oarng menerima ide tersebut.
c. Menghargai (value)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat 3.
d. Tanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi ( Notoatmodjo,2003 hal 130-132).
H. Kerangka Teori
20
Menurut Notoatmojdo (2003), Perilaku pada kesehatan dasarnya
adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif ( pengetahuan,
persepsi dan sikap ) maupun bersipat aktif ( tindakan yang nyata atau
practive). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok,
yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia berespons, baik secara pasif ( mengetahui, bersikap dan
menpersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar
dirinya, maupun aktif ( tindakan ) yang di lakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut. Ada pun tingkat pencegahannya adalah :
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan ( health promotion berhavior ).
b) Perilaku pencengahan penyakit (health prevention behavior)
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seekking behavior).
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabitation behavior).
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayana kesehatan
moderen maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap
21
fasilitas pelayanan kesehatan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan
obat-obatannya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
pengunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respons
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health
behavior) yakni respons seseorang terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan masyarakat. Lingkup perilaku ini seluas lingkup
kesehatan lingkungan itu sendiri (Notoatmojdo, 2003 hal 121-122).
Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari dari
beberapa landasan teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter
dalam Glanz (2005), mengemukankan 3 faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor
antesenden terhadap perilaku yanng menjadi dasar atau motivasi
perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah: pengetahuan, sikap,
keyakinan dan nilai-nilai serta persepsi individu untuk melakukan
tindakan.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), merupakan antesenden terhadap
perilaku yang memingkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan
yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah sasaran dan prasarana
kesehatan.
22
c. Faktor penggugat (enabling faktor), adalah konsenkuensi dari perilaku
yang di tentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif
atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku
dilakukan. Faktor pemguat mencakup: dukungan sosial dari tenaga
kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga pengaruh sebaya.
Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2005), dan Anderson (1995)
dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini :
Green and Kruiter dalam Glanz (2005) Andersom (1995)
Faktor predisposisiPengetahuanSikapKeyakinanNilaiSelf efficacyKapasitas
faktor yang memungkinkanprogramlayananSumber daya yang diperlukan-ForbehavioralAnenviromentalHasil untuk berealizedKeterampilan baru yangdiperlukan untuk-Aktifkan perilaku chang
Perdisposingkarakteristikdemografisstruktur sosialkeyakinan kesehatan
spesifikperilakudenganindividu atau
23
Gambar 1. Skema modifikasi teori green and Kruiter dalam Glans (2005)
Dan teori Andersen (1995)
I. Kerangka Konsep Penelitian
1. Kerangka konsep
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat
disusun skema kerangka konsep dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent
Reiforcing faktordukungan Sosialpengaruh teman sebayaorang lain yang signifikanyg mewakilipenguatan
Mengaktifkan SumberDayaPribadi / Keluargamasyarakat
perluDirasakan (PerihalAssesment)Dievaluasi (klinisdiagnosis)Baru!Klikbintang untuk menyimpanterjemahan ini ke dalamBuku Frasa Anda.
Tutup
Pengetahuan Ibu
24
Gambar 1. Kerangaka konsep penelitian
2. Hipotesis Penulisan
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur
Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan
imunisasi Hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja Puskesmas Timur
Bakongan Kabupaten Aceh Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik karena
bertujuan menganalisa, menjelaskan suatu hubungan, menguji berdasarkan
teori yang ada dan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
Pemberian Imunisasi
Hepatitis B 0-7 hari
Sikap Ibu
25
independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada
tindak lanjut (Arikunto, S, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi
0 – 2 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2013 berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini di ambil semua populasi yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan
Tahun 2013 berjumlah 30 orang.
No Nama Desa Jumlah Sampel1 Ujung pulo cut 32 Ujung pulo rayeuk 53 Seubadeh 84 Ladang rimba 35 Lhok jamin 36 Simpang 47 Seulekat 4
C. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Bakongan
Timur Kabupaten Aceh Selatan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 – 25 Agustus Tahun 2013.
n
26
D. Teknik Pengempulan Data
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara
mengedarkan kuesioner langsung dengan responden tentang pengetahuan
dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Wilayah
Kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari laporan cakupan Imunisasi Tahun
2013 Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.
E. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangaka teoritis dan kerangka konsep yang tekah
dikemukakan diatas, maka dapat disususn defenisi operasional. Defenisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1.Defenisi Operasioanal
No Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasilukur
Skalaukur
Variabel Dependen
1 PemberianImunisasiHepatitis B0-7 hari
PemberianimunisasiHepatitis Busia 0-7 haripada bayiibu
Observasidiberikan bilaada tanggalpemberian diKMS, tidakada diberikanapa bila tidak
cheek list Ada
Tidakada
Ordina
l
27
ada tanggalpemberian diKMS
Variabel Independen
2 Pengetahuan Pengetahuanibu tentangpemberianImunisasiHepatitis B0-7 hari
Kuisioner Wawancara BaikX > 5.03
KurangX < 5.03
Ordinal
3 Sikap Pernyataanibu terhadappemberianImunisasiHepatitis B0-7 hari
Kuisioner Wawancara PositifX > 27.6
NegatifX < 27.6
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian, instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner
( angkat). Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden ( Arikunto. 2006).
28
Kuisioner juga disusun berdasarkan Bagian pertama identitas
responden meliputi : nomor responden, tanggal, umur, perkerjaan, tempat
tinggal dan pendidikan.
1. Pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari
Ya : jika responden menjawab ada
Tidak ada : jika responden menjawab tidak diberikan
Selanjutnya Untuk memastikan apakah bayi ibu sudah atau belum
mendapatkan imunisasi hepatitis B 0-7 hari, lihat di KMS.
2. Pengetahuan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari terdiri
dari 8 pertanyaan. Kuesioner untuk pengetahuan mengunakan multiple
choice.
Baik : jika responden menjawab dengan tepat x > 5.03 dari pertanyaan
yang diberikan.
Kurang : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 5.03 dari
pertanyaan yang diberikan.
3. Sikap terhadap pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari yang terdiri
dari 8 pertanyaan menggunakan skala likert, berikan tanda cheek list
(v) pada salah satu jawaban.
a) Sangat setuju (SS)
b) Setuju (S)
c) Ragu-ragu (RR)
d) Tidak setuju (TS)
e) Sangat tidak setuju (STS)
29
a. Positif : jika responden menjawab dengan tepat x > 27.6 dari
pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan positif terdiri dari nomor
1, 2, 3, 4.
b. Negatif : jika responden menjawab dengan kurang tepat x < 27.6
dari pertanyaan yang diberikan dan pertanyaan negatif terdiri dari
nomor 5, 6, 7, 8.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut (Purwanto, 2004) :
a. Editing : Dilakukan pengecekan kelengkapan data, bila terdapat
kesalahan maka akan diperbaiki dengan pemeriksaan ulang.
b. Coding : Pemberian nilai pada hasil yang telah ditetapkan dan
menjumlahkannya.
c. Transfering : yaitu data yang telah diberi kode disusun secara
berurutan mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk
dimasukan dalam tabel.
d. Tabulating : Perhitungan sesuai variabel yang dibutuhkan lalu
dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah
analisa data dan pengambilan kesimpulan.
30
2. Analisa data dilakukan dengan cara :
1) Analisa univariat
Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, rata-rata (X) dan
standar deviasi. Dalam menentukan katagori setiap variabel maka peneliti
dapat berpedoman pada nilai rata-rata (X) setiap variabel tersebut yaitu:
x =
Keterangan :
x = Rata-rata sampel
= Total nilai
n = Jumlah sampel
Data yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi, kemudian dipresentasekan ketiap-tiap kategori dengan
menggunakan rumus sebagai berikut. (Notoadmodjo,2005).
%100xnfP
Ketrangan :
P = persentase
f = Frekwensi teramati
n = Jumlah sampel
1. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel
bebas yang di duga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa
yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan
x
nx
31
analisa statistik dengan menggunakan uji kategorik Chi Square Test (X2)
pada tingkat kemaknaannya adalah 95 % ( P ≤ 0,05 ) sehingga dapat
diketahui ada atau tidakanya perbedaan yang bermakna secara statistik,
dengan menggunakan program computer SPSS for windows Versi 17,0.
Melalui perhitungan uji Chi square ( x2 ) selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05)
maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan
bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Bakongan Timur
Kecamatan Bakongan Timur merupakan salah satu kecamatan yang
mempunyai 7 desa yaitu desa ujung pulo cut, desa ujung pulo rayeuk, desa
seubadeh, desa ladang rimba, desa simpang, desa sawah tingkeum, dan desa
seulekat dengan jumlah penduduknya sekitar 5235 orang. Adapun batas-batas
wilayah kecamatan bakongan timur adalah sebelah timur berbatasan dengan
laut, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kota bakongan, sebelah utara
berbatasan dengan kecamatan trumon, sebelah selatan berbatasan dengan
bukit barisan.
Kecamatan Bakongan Timur terletak antara pesisir pantai dan
pengunungan bukit barisan serta mata pencarian penduduk rata-rata nelayan
32
dan petani. Tingkat pendidikan dan pengetahuan pendudukan rata-rata masih
rendah serta pengaruh budaya atau adat istiadat yang masih tinggi terhadap
perubahan perilaku terutama perilaku kesehatan. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan dan sikap penduduk terhadap program-program
kesehatan yang di anggap oleh penduduk merupakan suatu hal yang baru.
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 HariDiwilayah Kerja Puskesmas Bakongan Timur Aceh Selatan
No Pemberian ImunisasiHepatitisB 0-7 hari
F (%)
1 Ada diberikan 24 80
2 Tidak ada diberikan 6 20
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa mayoritas responden yang ada
diberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari yaitu 80 % .
b. Pengetahuan
Tabel 2.
33
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang PemberianImunisasiHepatitis B 0-7 Hari Diwilayah KerjaPuskesmas
Bakongan Timur Aceh SelatanNo Pengetahuan F (%)
1 Baik 18 60
2 Kurang 12 40
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 2 diatas bahwa mayoritas responden yang memiliki
pengetahuan baik yaitu 60 % .
c. Sikap
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi
Hepatitis B 0-7 Hari Diwilayah Kerja PuskesmasBakongan Timur Aceh Selatan
No Sikap F (%)
1 Positif 19 63.3
2 Negatif 11 36.7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa mayoritas responden memilki sikap
positif yaitu sebesar 63.4 %.
2. Anilisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi
Hepatitis B 0-7 Hari
34
Tabel 4Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B
0-7 hari dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
No Pengetahuan
Pemberian imunisasi
Jml %Nilai
α
P
valueada diberikan %tidak ada
diberikan%
1 Baik 18 100 0 0 180,05 0,04
2 Kurang 6 50 6 50 12
Berdasarkan tabel 4 diatas responden yang memiliki pengetahuan baik
dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang
memiliki pengetahuan kurang dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari
sebesar 50%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,04 (P>0,05),
artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.
b. Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7
Hari
Tabel 5
Hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari
dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
No Sikap
Pemberian imunisasi
Jml %Nilai
α
P
valueada
diberikan%
tidak ada
diberikan%
35
1 Positif 19 100 0 0 190,05 0,02
2 Negatif 5 45,5 6 54,5 11
Berdasarkan tabel 5 diatas responden yang memiliki sikap positif dan
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar 100% dan responden yang
memiliki sikap negatif dan memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari sebesar
45,5%. Hasil uji statistik (uji chi-square) diperoleh nilai P = 0,02 (P>0,05),
artinya hipotesa alternatif peneliti diterima yaitu ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan pemberian imunisasi HB 0-7 hari.
C. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7
Hari
Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase ibu yang
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu
yang berpengetahuan baik sebanyak 18 orang atau 60 %, dibandingkan
dengan ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang atau 40 %.
Secara analisa statistik dengan mengunakan chi square test didapatkan
nilai p (0.04) < 0.05. Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 dapat
diterima.
Hasil penelitian yuhanadh ( 2012) menujukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberikan
36
imunisai hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas panteraja dengan
hasil persentase ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak yaitu 80 % di
bandingkan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 20 %. Hal ini
sependapat dengan penelitian yang penulis dapatkan menunjukan bahwa
ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-
7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur.
Menurut teori pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan tindakan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga ( Notoatmodjo ,2003).
Menurut asumsi penelitian pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi hepatitis B 0-7 hari dipuskesmas bakongan timur termasuk
dalam katagori baik hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu
dalam memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan
sebagian ibu-ibu yang berpengetahuan baik tetapi tidak mengizinkan
anaknya di imunisasikan hepatitis B 0-7 hari disebabkan karena adanya
faktor keluarga serta suami yang tidak setuju dengan alasan anaknya
masih sangat kecil serta sering menanggis.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari.
37
2. Hubungan Sikap Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari
Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase ibu yang
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari lebih besar didapatkan pada ibu
yang bersikap positif sebanyak 19 orang atau 63.4 %, dibandingkan
dengan ibu yang bersikap negatif sebanyak 11 orang atau 36.6 %. Secara
analisa statistik dengan mengunakan chi square test didapatkan nilai p
(0.02) < 0.05. Sehingga hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan sikap
ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 dapat diterima.
Hasil penelitian yuhanadh ( 2012) menujukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberikan imunisai
hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja puskesmas panteraja dengan hasil
persentase ibu yang bersikap negatif lebih banyak yaitu 52% di
bandingkan ibu yang bersikap positif yaitu sebanyak 48%. Hal ini tidak
sependapat dengan penelitian penulis yang menunjukan bahwa ada
hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari
diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.
Menurut teori sikap adalah merupakan reaksi atau responden
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek.
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup sikap secara nyata
menujukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi
tertenntu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulasi sosial (Notoatmodjo 2003).
38
Menurut asumsi penelitian sikap ibu dengan pemberian imunisasi
hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Bakongan Timur termasuk dalam
katagori positif hal ini secara langsung mempengaruhi tindakan ibu dalam
memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan sebagian ibu-
ibu yang bersikap negatif karena ibu berpendapat tidak perlu di
imunisasikan hepatitis B 0-7 hari karena mengakibatkan anaknya demam
dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti orang-orang yang
berpengaruh disekitarnya yaitu mertua, nenek, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap
ibu salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan pemberian imunisasi
hepatitis B 0-7 hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan pengetahuan
dan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari diwilayah kerja
puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan tahun 2013 sebanyak 30
responden maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-
7 hari diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan
( p value = 0,04 )
39
2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari
diwilayah kerja puskesmas bakongan timur kabupaten aceh selatan
( p value = 0.02 )
B. Saran
1. Bagi peneliti
Diharapkan kepada peneliti agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut
yang berkaitan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari, sehingga
semua factor yang mempengaruhi pencapaian cakupan imunisasi hepatitis
B 0-7 hari dapat diteliti dengan lengkap. Demi pencapaian target imunisasi
sesuai dengan target nasional yaitu 100 %.
2. Bagi tempat penelitian
Kepada petugas kesehatan dipuskesmas bakongan timur agar terus
mempertahankan pemberian informasi baik melalui penyuluhan peorangan
pada saat kunjungan rumah ataupun penyuluhan perkelompok pada saat
pelaksanan posyandu dan informasi yang diterima membawa angapan
positif bagi peningkatan promosi kesehatan dimasa yang akan datang.
3. Bagi intitusi pendidikan
Kepada intitusi pendidikan agar melaksanakan kegiatan ekstra kurikulum
bagi mahasiswa yang berhubungan dengan pelayanan imunisasi khususnya
tentang cara penberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari. Menyediakan lebih
banyak waktu untuk belajar dilahan preaktek sehingga pada saat selesai
40
kuliah nanti mahasiswa sudah mampu mengaplikasikan disiplin ilmu yang
mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Rhineka Cipta, Jakarta.
Aide Medicale International (AMI),2012, Kesehatan Anak-Anak,http://Majalahpembawapesankesehatan.com. (Diambil 30 maret 2013 jam10.25 wib).
Andersen, 1995. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta
Creen, 2005. Perubahan Perilaku Kesehatan. Jakarta
Grow up clinic, 2012. Hepatitis B dan Imunisasi Hepatitis B Pada Anak danRemaja, http:// chidrengrowup. Word press.com. (Di ambil 2 maret 2012jam 20.10 wib).
Hidayat, A, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Penerbit SalembaMedika Jakarta.
Notoatmodjo.S, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi : RhinekaCipta Jakarta.
Notoatmodjo. S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi : RhinekaCipta Jakarta.
Marimbi, H,2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar PadaBalita. Penerbit : Nahu Medika Yogyakarta
Muttaqin A dan Sari K, 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit : Salemba Medika.
Tietjen, L, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta.
Susanto, 2012. Prevalensi Penyakit Hepatitis B di Indonesia,http://www.mediaindonesia.com. (Di ambil 1 april 2013 jam 09.10 wib).
Permanasari, 2012. Imunisasi Bayi Sesaat Dilahirkan, http://ad56. Kompasads.com. (Diambil 2 april 2013 jam 10.20 wib).
Purwanto, 2004. Pengantar Statistik Keperawatan. EGC : Jakarta
Profil dinkes, 2012. Provinsi Aceh.
41
Profil dinkes, 2012. Kabupaten Aceh Selatan.
Ranuh. G.N, 2008, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Dokter AnakIndonesia ( IDAI), Jakarta.
Yuhanadh, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan PemberianImunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Puskesmas Pante Raja KabupatenPidie Jaya. http://www.skripsistikes.com. (Di ambil 29 ferbuari 2013 jam10.10wib).
Wahab dan Julia, 2002. Sistem Imun,Imunisasi dan Penyakit Imun. PenerbitWidya Medika
Wong, 2009. Keperawatan Pediatri. Penerbit EGC