abstrak analisis perbandingan kinerja...
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK BUMN DAN
BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA
Oleh
SYAPUTRI NOVIYANI
Laporan keuangan perbankan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan
bank secara keseluruhan termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan bank BUMN jika dibandingkan dengan perbankan swasta nasional
di Indonesia pada tahun 2008-2011.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan masing-masing
perbankan tersebut yang mencerminkan kinerja bank, variabel yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming
Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
Dana Pihak Ketiga (DPK).
Dari hasil analisis yang dilakukan tingkat kinerja perbankan tidak menunjukan
adanya perbedaan tingkat kinerja keuangan pada rasio CAR, ROA, BOPO, NIM dan
LDR secara signifikan. Namun pada rasio NPL dan DPK menunjukkan terdapat
perbedaan antara bank BUMN dan bank swasta nasional.
Kata kunci : Kinerja Keuangan, Bank BUMN, Bank Swasta
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industi perbankan sangat penting peranannya dalam sistem perekonomian dan
sebagai alat dalam pelaksanaan kebijakan moneter pemerintah. Bank merupakan
salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan sangat penting di dalam
perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan, hal ini dikarenakan
perbankan merupakan salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai
Financial intermediary, yaitu suatu lembaga yang mempunyai peran untuk
mempertemukan antara pemilik dan pengguna dana, maka kegiatan bank harus
berjalan secara efisien.
Krisis keuangan global yang melanda Amerika Serikat telah merambat ke seluruh
dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami imbas dari krisis
keuangan global dan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian suatu negeri.
Kondisi krisis ekonomi global tentunya akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu
bank, dan masing-masing bank memiliki kondisi kinerja keuangan yang berbeda-
beda dalam menerima dampak dari krisis global tersebut, termasuk bank BUMN dan
bank swasta nasional. Melalui laporan kinerja keuangan dapat mengetahui kinerja
keuangan dan membantu dalam mengambil keputusan. Untuk mengetahui kondisi
keuangan sebuah bank dalam keadaan baik dalam arti sehat atau dalam keadaan
kesulitan keuangan, maka harus dilakukan penilaian terhadap kinerja bank tersebut.
Adanya penurunan kinerja bank-bank harus segera diperbaiki karena jika penurunan
kinerja tersebut terus berlanjut tentunya akan membuat kredibilitas perbankan dimata
masyarakat akan semakin menurun dan bagi bank-bank yang mengalami penurunan
kinerja secara tajam tentu tinggal menunggu waktu untuk dilikuidasi jika tidak ada
upaya untuk memperbaiki kinerjanya. Melalui penilaian kesehatan bank kita dapat
menilai kinerja bank tersebut. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa
indikator. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan aspek
penilaian yaitu CAMEL.
3
Pada peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian
tingkat kesehatan Bank Umum yang dilihat dari aspek-aspek permodalan, kualitas
aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap pasar dengan
metode CAMEL (Capital, Assets Quality, Manajemen, Earning and Liquidity),
Namun dalam praktiknya rasio CAMELS tidak dapat digunakan sepenuhnya
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam mengukur rasio manajemen dan
sensitivitas. Selain itu juga laporan keuangan perbankan tidak dapat digunakan untuk
menilai CAMELS secara penuh sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Pada
laporan keuangan perbankan tidak diketahui likuiditas manajemen dan pelanggaran
serta penyaluran kredit yang diberikan bank, dalam hal ini hanya bank yang
bersangkutan dan Bank Indonesia yang mengetahuinya, oleh sebab itu banyak dari
penelitian lain mengukur kinerja perbankan dengan menggunakan rasio permodalan,
rasio kualitas aktiva produktif, rasio rentabilitas, rasio efisiensi, rasio likuiditas.
Sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien sangatlah dipergunakan guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan. Salah satu contoh persaingan yang terjadi
adalah terjadinya tarik menarik nasabah. Banyak calon nasabah yang tertarik untuk
menginvestasikan dananya di bank pemerintah, karena para calon yakin bank
pemerintah dapat menjamin keamanan dana nasabah.
Menurut Muliaman seorang staf kementrian BUMN (Reza; 2009) mengatakan
bahwa “Bank Pemerintah justru memiliki kinerja yang lebih rendah dan tidak
optimal jika dibandingkan dengan bank swasta nasional”. Hadirnya bank-bank
swasta nasional di Indonesia tidak dapat dipungkiri lagi peran dan manfaat
kehadirannya. Karena bank-bank tersebut mampu menandingi bank BUMN yang
sudah ada. Bank-bank tersebut mampu memberikan pembanding mengenai kualitas
dan kinerja bank-bank milik pemerintah dan mampu mencetak tenaga-tenaga sumber
daya manusia yang handal dibidang perbankan.
Dengan adanya penilaian tersebut jadi kita dapat mengetahui apakah bank-bank
tersebut telah memiliki rasio pengukuran kinerja dengan standar yang sehat yang
telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Sehingga kita lebih percaya untuk menyimpan
uang di bank tersebut karena terhindar dari ancaman likuidasi.
4
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya (Reza: 2009)
yang juga membandingkan kinerja keuangan bank BUMN dan bank swasta.
Pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu sampel yang digunakan berupa
laporan keuangan dari masing-masing bank. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja keuangan
bank BUMN dan bank swasta, dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank BUMN Dan Bank Swasta Nasional Di Indonesia”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah
“Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN
jika dibandingkan dengan bank swasta nasional untuk masing-masing rasio
keuangan”
Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan Bank Indonesia.
2. Data yang digunakan berupa laporan keuangan desember periode 2008-2011.
3. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah rasio
keuangan model CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity)
dengan catatan manajemen diabaikan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada tingkat
kinerja keuangan antara bank BUMN dan bank swasta yang ada di Indonesia yang
diukur untuk masing-masing rasio keuangan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai
perbandingan kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional antara lain :
5
a. Bagi akademik diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap akademik
sebagai tambahan referensi dalam penelitian sejenis di masa mendatang.
b. Bagi managemen perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
managemen dalam mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja yang baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Jenis-jenis Bank
Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran
system pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas
sisitem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk pinjaman dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit dan bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan berdasarkan PSAK No.31, pengertian bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang
memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran
Dalam Undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan adalah
sebagai berikut :
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh
jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan
di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut juga dengan bank komersil
(commercial bank).
6
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih
sempit dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan.
Dari laporan keuangan akan terbaca bagaimana kondisi bank sesungguhnya,
termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan
kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan
keuangan pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta
mempertahankan kekuatan yang dimiliki (Kasmir, 2003).
Tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank menurut kasmir (2003) adalah
sebagai berikut :
a. memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva
yang dimiliki.
b. member informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban
bank jangka pendek maupun jangka panjang.
c. memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal
bank pada waktu tertentu.
d. memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah
pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.
e. memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan
berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
f. memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban
dan modal suatu bank.
g. memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil
laporan keuangan yang disajikan.
7
Dengan demikian laporan keuangan di samping menggambarkan kondisi keuangan
suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan.
Komponen Laporan Keuangan
- Neraca
- Laporan laba rugi
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan arus kas
- Catatan Atas laporan keuangan
Kinerja Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) kinerja adalah merupakan kata
benda (n) yang artinya : Sesuatu yang harus dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja (peralatan).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia kinerja perusahaan dapat diukur dengan
menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan
kinerja keuangan di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan
harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika
jatuh tempo.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standart prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa
kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Pencapaian tujuan dan kinerja bank tidak terlepas dari kinerja manajemen itu sendiri.
Untuk mengevaluasi kinerja perbankan, para pemegang saham, kreditor, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya membutuhkan informasi yang berkenaan dengan
proses-proses keputusan yang dilakukan oleh manajemen perbankan beserta hasil-
8
hasilnya. Oleh karena itu dibutuhkan sarana pertanggungjawaban manajemen berupa
laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Keadaan kinerja keuangan perbankan sangat penting untuk diketahui sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen di segala aspek. Dengan
adanya kinerja yang baik maka para pihak investor dan pihak lain diluar perbankan
tidak akan ragu-ragu untuk menanamkan investasinya kepada bank-bank yang
bersangkutan.
Kinerja keuangan perbankan adalah prestasi yang dicapai dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan suatu bank (kasmir : 2003).
Kinerja keuangan suatu bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi manajemen
bank tersebut dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Untuk
mengetahui kondisi keuangan suatu perbankan maka dapat dilihat dari laporan
keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik. Laporan ini juga
menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna
terutama bagi pemilik, pemerintah dan masyarakat sebagai nasabah bank guna
mengetahui kondisi suatu bank. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan
bagi direksi bank dalam satu periode serta pedoman hal-hal apa saja yang perlu
diperbaiki selama satu periode tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya.
Kinerja keuangan suatu bank dapat dinilai menggunakan laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh bank tersebut. Kinerja keuangan perbankan pada dasarnya
dinilai dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan dengan penilaian terhadap
faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, profitabilitas, dan
likuiditas. Dengan menganalisis rasio-rasio tersebut akan dapat diketahui tingkat
kesehatan suatu bank.
9
Tingkat Kesehatan Bank
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum bahwa bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank yang dalam hal ini tingkat kesehatan bank merupakan hasil
penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti
kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam menganalisa kinerja
bank digunakan enam faktor penilaian tingkat kesehatan bank yang disebut CAMEL.
Namun dalam penelitian ini tidak dapat digunakan rasio CAMEL (Capital, Asset
Quality, Managemen, Earning, Liquidity) sepenuhnya dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dalam mengukur rasio managemen. Selain itu juga laporan keuangan
perbankan tidak dapat digunakan menilai CAMEL secara penuh sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia. Pada laporan keuangan perbankan tidak diketahui kualitas
manajemen dan pelanggaran serta penyaluran kredit yang diberikan bank. Dalam hal
ini hanya bank yang bersangkutan dan Bank Indonesia yang mengetahuinya.
Rasio Keuangan
Munawir (2006: 24) mengemukakan pengertian rasio yaitu menggambarkan suatu
jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran analisator tentang baik atau buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama bila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Sedangkan Harahap (2006:297) adalah mengemukakan bahwa rasio keuangan adalah
10
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 maka rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Permodalan (Capital)
Aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada
Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu perbandingan
antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin besar proporsi
rasio ini, semakin baik posisi modal sebuah bank, dan sebaliknya. Berdasarkan
ketentuan BI, bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar
8%.
b. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)
Aktiva produktif atau productive assets atau sering disebut dengan earning assets
adalah semua aktiva yang dimiliki bank dengan maksud untuk dapat memperoleh
penghasilan sesuai dengan fungsinya. Penilaian aset sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Dalam
mengukur aspek ini akan digunakan rasio Non Performing Loans (NPL). Rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar kredit macet yang harus diantisipasi oleh
bank. Semakin besar rasio ini, berarti semakin buruk bank dalam pengelolaan
aktivanya. Berdasarkan ketentuan BI standar NPL yang baik adalah dibawah 5%.
c. Rentabilitas (Earning)
Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA
(Return On Assets), biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) dan
NIM (Net Interest Margin).
Return On Assets (ROA)
11
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan
efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Standar rasio ini adalah 1,5%.
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin kecil rasio ini menunjukan
manajemen bank semakin baik. Standar BOPO yang baik adalah 92%.
Net Interest Margin (NIM)
Rasio NIM digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam
mengendalikan biaya-biaya. Standar terbaik NIM menurut Bank Indonesia adalah
7%.
d. Likuiditas (Liquidity)
Aspek ini adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dikatakan
likuid apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya,
terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain ini juga bank harus mampu memenuhi
semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio
(LDR). LDR merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia standar LDR yang baik sebesar 85% - 110%.
Kerangka Pemikiran
Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan utama dari perusahaan terdiri dari
Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan pemilik Modal serta Laporan Arus Kas.
Dengan mengadakan analisis terdapat pos-pos neraca akan dapat diketahui gambaran
tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan
12
memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang
bersangkutan.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur sebuah perusahaan adalah rasio.
Rasio adalah lebih merupakan sebuah alat yang dinyatakan dalam bentuk prosentase
(%) yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data
keuangan. Dalam penelitian ini, penulis tidak hanya menggunakan angka-angka rasio
dalam mengambil kesimpulan, tetapi juga menggunakan alat-alat statistik untuk
menguji kebenaran hipotesis dari penelitian ini.
Pengembangan Hipotesis
Bank sebagai perusahan perlu dinilai kesehatannya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah dalam keadaan sehat
atau tidak. Apabila ternyata kondisi bank tersebut dalam kondisi sehat, maka ini
perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak
sehat maka segera perlu diambil tindakan untuk mengobatinya. Dari penilaian
kesehatan bank ini pada akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut.
Keadaan kinerja keuangan perbankan sangat penting untuk diketahui sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen disegala aspek. Dengan
adanya kinerja keuangan yang baik maka para investor dan pihak lain diluar
perbankan tidak akan ragu-ragu untuk menanamkan investasinya kepada bank-bank
yang bersangkutan. Untuk mengetahui keadaan kinerja keuangan perbankan, maka
rasio-rasio keuangan perbankan sangat diperlukan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Penggunaan analisis rasio dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada pihak
yang berkepentingan tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
entitas pelaporan.
Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan perbankan
dengan menggunakan indikator rasio keuangan adalah :
1. Erna Rindawati (2007), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja
keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Kriteria yang
13
digunakan dalam penelitian tersebut adalah CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan
LDR. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu 2 bank umum
syariah dan 6 bank umum konvensional. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan syariah lebih baik dan memiliki
perbedaan yang signifikan pada rasio NPL dan LDR dengan perbankan
konvensional. Sedangkan pada rasio-rasio yang lain perbankan syariah lebih
rendah kualitasnya.
2. Syamsu (2009), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan
bank pemerintah dan bank asing di Indonesia. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR dan
BOPO sedangkan pada rasio NPM, ROA, RORA dan LDR tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
3. Reza (2009), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan
perbankan BUMN dengan perbankan swasta. Kriteria yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Sampel
yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu 4 bank BUMN dan swasta. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan BUMN
memiliki perbedaan yang signifikan pada rasio NPL dengan hasil yang lebih
tinggi dengan perbankan swasta.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka hipotesis yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio NPL (Non Performing Loan).
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio ROA (Return On Assets).
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio BOPO (Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional).
14
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio NIM (Net Interst Margin).
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio).
H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank BUMN dan
bank swasta nasional, jika dilihat dari rasio DPK (Dana Pihak Ketiga).
METODE PENELITIAN
Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari berbagai
literatur, catatan, artikel, penelitian terdahulu dari dokumen, internet serta sumber
data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. Dalam
penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan laporan keuangan
yang dipublikasikan melalui situs www.bi.go.id dan situs bank masing-masing.
Laporan keuangan yang digunakan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi dalam penelitian berupa bank
BUMN dan bank Swasta yang terdaftar dalam data publikasi Bank Indonesia. Teknik
penarikan sample dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling.
Berdasarkan populasi yang diambil penulis, berikut adalah kriteria pengambilan
sampel yang digunakan yaitu :
a. Sampel yang dipilih adalah bank BUMN dan bank swasta nasional yang
beroperasi di Indonesia.
b. Penelitian dilakukan pada bank BUMN dan bank swasta nasional yang tersedia
laporan keuangannya tahun 2008 – 2011.
15
Tabel 1. Nama-nama bank yang menjadi objek penelitian berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.
No Bank BUMN No Bank Swasta
1 Bank Mandiri 1 Bank Central Asia
2 Bank Rakyat Indonesia 2 Bank Bukopin
3 Bank Negara Indonesia 3 Bank Danamon
4 Bank Tabungan Negara 4 Bank Panin
5 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
6 CIMB Niaga
Variabel Penelitian
Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
perbankan yang diwakili dengan beberapa rasio keuangan, yaitu : rasio permodalan,
rasio kualitas aktiva produktif, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas. Dalam
penelitian ini tidak dapat digunakan rasio CAMEL sepenuhnya dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dalam mengukur rasio manajemen.
Selain itu juga laporan keuangan perbankan tidak dapat digunakan untuk menilai
CAMEL secara penuh sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Pada laporan
keuangan perbankan tidak diketahui kualitas manajemen dan pelanggaran serta
penyaluran kredit yang diberikan bank. Dalam hal ini hanya bank yang bersangkutan
dan Bank Indonesia yang mengetahuinya. Maka rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Permodalan (Capital)
Aspek ini akan diukur menggunakan rasio Capital Adequancy Ratio (CAR).
Penilaian ini didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan Bank
Indonesia, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko. Semakin besar proporsi rasio ini, semakin baik posisi modal sebuah bank,
dan sebaliknya.
Berdasarkan ketentuan BI, bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling
sedikit sebesar 8%.
16
Modal
CAR = x 100%
Aktiva tertimbang menurut resiko
b. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)
Dalam mengukur aspek ini akan digunakan rasio Non Performing Loan (NPL).
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kredit macet yang harus
diantisipasi oleh bank. Semakin besar rasio ini, berarti semakin buruk bank dalam
pengelolaan aktivanya. Berdasarkan ketentuan BI standar NPL yang baik adalah di
bawah 5%.
Total Kredit Bermasalah
NPL = x 100%
Total Kredit
c. Rentabilitas (Earning)
Aspek ini diukur dengan dua rasio, sebagai berikut :
Return On Assets (ROA)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan
efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Standar rasio ini adalah 1,5%.
Laba Sebelum Pajak
ROA = x 100%
Rata-rata Total Aset
Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Standar BOPO yang baik adalah 92%
17
Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional
Net Interest Margin (NIM)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya-biaya.
Standar NIM yang baik adalah 7%.
Pendapatan Bersih
NIM = x 100%
Aktiva Produktif
d. Likuiditas (Liquidity)
Aspek ini akan diwakili rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan rasio
yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia standar LDR
yang baik sebesar 85% - 110%
Jumlah Kredit
LDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Alat Analisis
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisi
ini digunakan untuk mengukur rata-rata, nilai maksimum dan minimum, standar
deviasi dari masing-masing bank yang menjadi objek penelitian pada periode 2008-
2011.
18
b. Uji Beda Rata-rata
Pengujian dilakukan dengan statistik parametrik dengan menggunakan Independent
sample T-Test. Uji ini akan menghasilkan kesimpulan rasio CAMEL kinerja
keuangan kedua kelompok perbankan tersebut mempunyai perbedaan rata-rata yang
signifikan atau tidak.
Pengolahan data teknik tersebut menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS
(Statistical Package For The Social Science)
Pengujian Hipotesis
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda rata-rata pada penelitian ini adalah
untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada tingkat keyakinan 95% dan
tingkat kesalahan 5%. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan
pada kesimpulan dari pengujian hipotesis :
Ha diterima jika : Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05
Ha ditolak jika : Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05
Apabila hipotesis diterima, hal ini menunjukan bahwa perbandingan kinerja
keuangan bank BUMN dan bank swasta nasional memiliki perbedaan signifikan,
namun jika ditolak, berarti tidak ada perbedaan antara bank BUMN dan bank swasta
nasional.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 16 for
Windows ( Statistical Product and Service Solution).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Bab ini merupakan sesi dimana akan diuraikan hasil penelitian terhadap obyek
penelitian, yaitu kinerja keuangan perbankan BUMN dan swasta nasional. dimana
sampel perbankan BUMN diwakili oleh Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia
19
(BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), sedangkan
bank swasta diwakili oleh Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank
Bukopin, Bank Panin, Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan Bank CIMB Niaga.
Statistik deskriptif adalah yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana dilihat dari masing-masing variable penelitian.. Dengan menggunakan
uji deskriptif diperoleh mean , nilai minimum, nilai maksimum dari bank BUMN
seperti pada Tabel berikut :
Tabel 2. Minimum, Maksimum dan Mean Bank BUMN dan Bank Swasta Nasional
Rasio
Keuangan
Tahun
Bank BUMN Bank Swasta Nasional
Min Max Mean Min Max Mean
CAR 2008 13.18 16.14 14.61 11.20 20.31 15.79
2009 13.20 21.75 16.04 14.36 21.79 17.63
2010 13.36 18.63 15.62 11.82 23.40 15.70
2011 14.96 17.63 15.68 12.71 20.47 15.75
NPL 2008 0.85 2.66 1.55 0.14 4.14 1.84
2009 0.32 2.75 1.24 0.12 4.87 2.23
2010 0.54 2.26 1.16 0.24 3.02 1.90
2011 0.42 2.23 0.90 0.22 2.45 1.35
ROA 2008 1.12 4.18 2.44 1.52 3.42 2.27
2009 1.47 3.37 2.51 1.46 3.42 2.27
2010 2.05 4.64 3.20 1.62 3.99 2.90
2011 2.03 4.93 3.31 1.87 4.38 3.09
BOPO 2008 72.65 90.16 80.66 53.78 85.46 76.15
2009 70.72 87.87 80.27 50.27 86.93 78.97
2010 65.63 82.39 73.71 65.12 84.98 78.73
2011 66.69 81.75 72.06 60.87 82.05 75.95
20
NIM
2008 5.08 9.99 6.70 4.72 8.15 6.29
2009 4.65 8.97 6.20 4.07 12.18 7.09
2010 5.39 10.77 6.98 4.59 13.97 7.75
2011 5.29 9.58 6.66 4.55 12.96 7.20
LDR 2008 56.89 101.83 76.81 53.78 88.76 80.06
2009 59.15 101.29 76.34 50.27 90.22 76.85
2010 65.44 108.42 79.79 55.16 93.82 79.16
2011 70.37 102.57 80.19 61.67 98.33 83.80
Sumber: Olah data SPSS
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui perbandingan mean rasio keuangan bank BUMN
dan bank swasta nasional untuk masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dari tabel statistik deskriptif di atas diperoleh hasil bahwa nilai CAR bank BUMN
memiliki nilai minimum sebesar 13,18% dan nilai maksimum sebesar 21,75%
sedangkan bank swasta nasional memiliki nilai minimum sebesar 11,20% dan nilai
maksimum sebesar 21,79%
Berdasarkan tabel di atas mean CAR bank BUMN 2008 sebesar 14,61%, tahun 2009
sebesar 16,04%, tahun 2010 sebesar 15,62%, tahun 2011 sebesar 15,68%. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan CAR pada tahun 2009 dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2010 dan 2011 tetapi telah memenuhi standar yang ditentukan
Bank Indonesia, sedangkan CAR bank swasta nasional tahun 2008 sebesar 15,79%,
tahun 2009 sebesar 17,63%, tahun 2010 sebesar 15,70% dan tahun 2011 sebesar
15,75%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan CAR pada tahun 2009 dan
mengalami penurunan kembali pada tahun 2010, meskipun demikian bank swasta
nasional masih memenuhi standar minimum CAR yang telah ditentukan Bank
Indonesia sebesar 8%.
21
b. Non Performing Loan (NPL)
Dari tabel statistik di atas diperoleh hasil bahwa nilai NPL bank BUMN memiliki
nilai minimum sebesar 0,32% dan nilai maksimum sebesar 2,75% sedangkan untuk
bank swasta nasional nilai minimum sebesar 0,12% dan nilai maksimum sebesar
4,87%.
Berdasarkan tabel di atas mean NPL bank BUMN tahun 2008 sebesar 1,55%, tahun
2009 sebesar 1,24%, tahun 2010 sebesar 1,16% dan tahun 2011 sebesar 0,90%.
Sedangkan pada bank swasta nasional tahun 2008 sebesar 1,84%, tahun 2009 sebesar
2,23%, tahun 2010 sebesar 1,90% dan pada tahun 2011 sebesar 1,35%. Hal ini
menunjukan bahwa NPL bank BUMN dan bank swasta nasional telah memenuhi
standar yang ditentukan Bank Indonesia yaitu dibawah 5%.
c. Return On Assets (ROA)
Dari tabel statistik di atas diperoleh hasil bahwa nilai ROA bank BUMN memiliki
nilai minimum sebesar 1,12% dan nilai maksimum sebesar 4,93% sedangkan bank
swasta nasional memiliki nilai minimum sebesar 1,46% dan nilai maksimum sebesar
4,38%.
Berdasarkan tabel di atas mean ROA bank BUMN tahun 2008 sebesar 2,44%, tahun
2009 sebesar 2,51%, tahun 2010 sebesar 3,2% dan tahun 2011 sebesar 3,31%.
Sedangkan pada bank swasta nasional pada tahun 2008 sebesar 2,27%, tahun 2009
sebesar 2,27%, tahun 2010 sebesar 2,90% dan pada tahun 2011 sebesar 3,09%. Hal
ini menunjukan bahwa ROA bank BUMN dan bank swasta nasional telah memenuhi
standar yang ditentukan Bank Indonesia yaitu diatas 1,5%.
d. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dari tabel statistik di atas diperoleh hasil bahwa nilai BOPO bank BUMN memiliki
nilai minimum sebesar 65,63% dan nilai maksimum sebesar 90,16% sedangkan bank
swasta nasional memiliki nilai minimum sebesar 50,27% dan nilai maksimum
sebesar 86,93%.
Berdasarkan tabel di atas mean BOPO bank BUMN tahun 2008 sebesar 80,66%,
tahun 2009 sebesar 80,27%, tahun 2010 sebesar 73,71% dan pada tahun 2011
sebesar 72,06%. Sedangkan pada bank swasta nasional pada tahun 2008 sebesar
22
76,15%, tahun 2009 sebesar 78,97%, tahun 2010 sebesar 78,73% dan tahun 2011
sebesar 75,95%. Hal ini menunjukan bahwa bank BUMN dan bank swasta nasional
masih cukup baik karena memiliki rasio BOPO dibawah standar yang ditetapkan
Bank Indonesia yaitu 92%.
e. Net Interest Margin (NIM)
Dari tabel statistik di atas diperoleh hasil bahwa nilai NIM bank BUMN memiliki
nilai minimum sebesar 4,65% dan nilai maksimum sebesar 10,77% sedangkan bank
swasta nasional memiliki nilai minimum sebesar 4,07% dan nilai maksimum sebesar
13,97%.
Berdasarkan tabel di atas mean NIM bank BUMN tahun 2008 sebesar 6,70%, tahun
2009 sebesar 6,20%, tahun 2010 sebesar 6,98% dan tahun 2011 sebesar 6,66%. Hal
ini menunjukan bahwa mean bank BUMN berada dibawah standar Bank Indonesia.
Sedangkan mean NIM pada bank swasta nasional pada tahun 2008 sebesar 6,29%,
tahun 2009 sebesar 7,09%, tahun 2010 sebesar 7,75% dan pada tahun 2011 sebesar
7,20%. Hal ini menunjukan bahwa mean bank swasta nasional pada tahun 2008
berada dibawah standar Bank Indonesia. Namun pada tahun 2009, 2010, 2011 mean
NIM bank swasta nasional berada diatas standart yang ditetapkan Bank Indonesia
yaitu 7%.
f. Loan To Deposit Ratio (LDR)
Dari tabel statistik di atas diperoleh hasil bahwa nilai LDR bank BUMN memiliki
nilai minimum sebesar 56,89% dan nilai maksimum sebesar 108,42% sedangkan
bank swasta nasional memiliki nilai minimum sebesar 50,27% dan nilai maksimum
sebesar 98,33%.
Berdasarkan tabel di atas mean LDR bank BUMN tahun 2008 sebesar 76,81%, tahun
2009 sebesar 76,34%, tahun 2010 sebesar 79,79% dan tahun 2011 sebesar 80,19%.
Sedangkan pada bank swasta nasional pada tahun 2008 sebesar 80,06%, tahun 2009
sebesar 76,85%, tahun 2010 sebesar 79,16% dan tahun 2011 sebesar 81,34%. Hal ini
menunjukan bahwa LDR bank BUMN dan bank swasta nasional berada dibawah
standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu 85%-110%.
23
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan bank BUMN dan bank swasta nasional jika dilihat dari rasio CAMEL.
Dengan menggunakan Independent sample t-test, diperoleh rasio dari bank BUMN
dan bank swasta nasional seperti tampak pada Tabel berikut :
Tabel 3. Hasil pengujian rasio keuangan bank BUMN dan bank swasta nasional
Rasio
Bank
BUMN
Bank
Swasta Statiscal Test
Levene's Test for t-test for Equality of
Mean Mean
Equality of
Variance
Mean Confidience
Interval = 95%
F Sig T
Sig 2-
tailed
CAR 15.49 16.22 2.435 0.037 0.825 0.058
NPL 1.02 1.93 2.217 0.018 1.802 0.035
ROA 2.87 2.64 0.105 0.749 0.671 0.506
BOPO 76.67 77.45 0.297 0.589 0.254 0.801
NIM 6.63 7.08 2.646 0.112 0.534 0.596
LDR 78.28 79.97 1.032 0.316 0.358 0.722
Sumber: Olah data SPSS
a. Pengujian CAR (Capital Adequacy Ratio)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 15,49% lebih kecil
dibandingkan mean rasio CAR bank swasta nasional sebesar 16,22%. Hal ini berarti
bahwa bank swasta nasional memiliki CAR lebih baik dibanding dengan bank
BUMN, karena semakin tinggi nilai CAR lebih bagus kualitasnya. Namun, jika
mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar CAR adalah 8%, maka
dalam hal ini bank BUMN masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai
CAR diatas ketentuan Bank Indonesia.
24
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk CAR dengan Equal variance
assumed adalah 2,43 dengan probabilitas 0,037. Oleh karena probabilitas 0,037 >
0,05 maka dinyatakan bahwa varians tidak sama.
Bila kedua varians tidak sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance not assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
CAR dengan Equal variance not assumed adalah 0,825 dengan probabilitas 0,058.
Oleh karena 0,058 > 0,05 maka H1 tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa jika
dilihat dari rasio CAR maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Pengujian NPL (Non Performing Loan)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio NPL sebesar 1,02% lebih kecil
dibandingkan mean rasio NPL bank swasta nasional sebesar 1,93%. Hal ini berarti
bahwa bank BUMN memiliki NPL lebih baik dibanding dengan bank swasta
nasional, karena semakin tinggi nilai NPL semakin buruk kualitasnya. Namun, jika
mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar NPL adalah dibawah
5%, maka dalam hal ini bank swasta nasional masih berada pada kondisi ideal.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk NPL dengan Equal variance
assumed adalah 2,217 dengan probabilitas 0,018. Oleh karena probabilitas 0,018 <
0,05 maka dinyatakan bahwa varians tidak sama.
Bila kedua varians tidak sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance not assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
NPL dengan Equal variance assumed adalah 1,802 dengan probabilitas 0,035. Oleh
karena 0,035 < 0,05 maka H2 diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
rasio NPL maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional terdapat perbedaan
yang signifikan
c. Pengujian ROA (Return On Assets)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar 2,87% lebih besar
dibandingkan mean rasio ROA bank swasta nasional sebesar 2,64%. Secara umum
ROA dari kedua bank tersebut berada diatas standar yang ditetapkan oleh BI yang
menyatakan bahwa standar minimum ROA adalah 1,5%, maka dalam hal ini kedua
25
bank tersebut masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai ROA yang di
tentukan Bank Indonesia.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk ROA dengan Equal variance
assumed adalah 0,105 dengan probabilitas 0,749. Oleh karena probabilitas 0,749 >
0,05 maka dinyatakan bahwa varians sama.
Bila kedua varians sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
ROA dengan Equal variance assumed adalah 0,671 dengan probabilitas 0,506. Oleh
karena 0,506 > 0,05 maka H3 tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat
dari rasio ROA maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan
d. Pengujian BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio BOPO sebesar 76,67% lebih besar
dibandingkan mean rasio BOPO bank swasta nasional sebesar 77,45%. Hal ini
berarti bahwa bank BUMN memiliki BOPO lebih rendah kualitasnya dibanding
dengan bank swasta nasional, karena semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
buruk kualitasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan
bahwa standar BOPO adalah dibawah 92%, maka dalam hal ini bank BUMN masih
berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai BOPO di atas ketentuan Bank
Indonesia.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk BOPO dengan Equal variance
assumed adalah 0,297 dengan probabilitas 0,589. Oleh karena probabilitas 0,589 >
0,05 maka dinyatakan bahwa varians sama.
Bila kedua varians sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
BOPO dengan Equal variance assumed adalah 0,254 dengan probabilitas 0,801.
Oleh karena 0,801 > 0,05 maka H4 tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa jika
dilihat dari rasio BOPO maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
26
e. Pengujian NIM (Net Interst Margin)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio NIM sebesar 6,63%% lebih kecil
dibandingkan mean rasio NIM bank swasta nasional sebesar 7,08%. Hal ini berarti
bahwa bank swasta nasional memiliki NIM lebih baik dibanding dengan bank
BUMN. Selain itu, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar
NIM adalah dibawah 7%, maka dalam hal ini bank BUMN tidak memenuhi syarat
ideal yang ditentukan Bank Indonesia.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk NIM dengan Equal variance
assumed adalah 2.646 dengan probabilitas 0,112. Oleh karena probabilitas 0,112 >
0,05 maka dinyatakan bahwa varians sama.
Bila kedua varians sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
NIM dengan Equal variance assumed adalah 0,534 dengan probabilitas 0,596. Oleh
karena 0,596 > 0,05 maka H5 tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat
dari rasio NIM maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
f. Pengujian LDR (Loan To Deposit Ratio)
Bank BUMN mempunyai rata-rata (mean) rasio LDR sebesar 78,28% lebih besar
dibandingkan mean rasio LDR bank swasta nasional sebesar 79,97%. Hal ini berarti
bahwa bank swasta nasional memiliki LDR lebih baik dibanding dengan bank
BUMN. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar
LDR adalah 85% - 110%, maka dalam hal ini bank BUMN dan bank swasta nasional
tidak berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai LDR dibawah ketentuan Bank
Indonesia.
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa F hitung untuk LDR dengan Equal variance
assumed adalah 1.032 dengan probabilitas 0,316. Oleh karena probabilitas 0,316 >
0,05 maka dinyatakan bahwa varians sama.
Bila kedua varians sama, untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test
sebaiknya menggunakan Equal variance assumed. Terlihat bahwa t hitung untuk
LDR dengan Equal variance assumed adalah 0,358 dengan probabilitas 0,722. Oleh
27
karena 0,722 > 0,05 maka H5 tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat
dari rasio LDR maka kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan maka
simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio Capital Adequacy
Ratio (CAR) antara bank BUMN dan bank swasta nasional. Hal ini disebabkan
karena kedua jenis ini perbankan tersebut memiliki rata-rata permodalan yang
baik walaupun dengan asset yang berbeda tetapi dapat memenuhi kecukupan
modal untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio kualitas aktiva produktif
yang diproksikan rasio Non Performing Loan (NPL) antara bank BUMN dan
bank swasta nasional. Perbedaan ini terjadi karena rata-rata tingkat kredit
bermasalah yang dimiliki bank swasta lebih besar dibandingkan dengan bank
BUMN. Karena semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan kredit bermasalah semakin besar.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio rentabilitas yang
diproksikan rasio Return On Assets (ROA) antara bank BUMN dan bank swasta
nasional. Hal ini disebabkan karena keduanya mampu mengoptimalkan tingkat
asset yang dialokasikan kedalam kredit yang diberikan kepada masyarakat,
sehingga menghasilkan kontribusi baik terhadap laba masing-masing jenis
perbankan tersebut.
4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio rentabilitas yang
diproksikan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
antara bank BUMN dan bank swasta nasional. Hal ini menunjukkan baik bank
BUMN dan bank swasta nasional sama-sama memiliki tingkat efisiensi dan
kemampuan bank yang baik dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
28
5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio rentabilitas yang
diproksikan rasio Net Interst Margin (NIM) antara bank BUMN dan bank swasta
nasional. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki kemampuan yang baik
dalam menegndalikan biaya-biaya.
6. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja rasio likuiditas yang
diproksikan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) antara bank BUMN dan bank
swasta nasional. Hal ini disebabkan keduanya memiliki kemampuan yang baik
dalam memaksimalkan dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit,
serta memiliki kapasitas yang baik dalam menjaga likuiditas.
7. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio Dana Pihak Ketiga (DPK) antara
bank BUMN dan bank swasta nasional. Perbedaan ini terjadi karena rata-rata
tingkat dana pihak ketiga bank swasta lebih besar dibandingkan dengan bank
BUMN. Karena semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik dana berupa
simpanan dari masyarakat yang dimiliki bank.
Saran
Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, saran yang dapat diberikan dan
dipertimbangkan secara umum kinerja bank BUMN dan bank swasta nasional sudah
baik, namun baik bank BUMN dan bank swasta nasional diharapkan mampu
meningkatkan kinerja keuangan rasio masing-masing bank sehingga kedepannya
dapat lebih baik lagi rasio keuangan yang masih dibawah standar ketentuan yang
ditetapkan.
Bagi yang melakukan penelitian selanjutnya mengenai perbandingan kinerja
keuangan bank BUMN dan bank swasta nasional agar penelitian memperoleh hasil
yang lebih baik dan akurat yaitu dapat menambahkan jumlah sampel penelitian
berdasarkan total aset dan memperluas cangkupan tahun penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat secara statistik dan dapat menambahkan
rasio managemen dan rasio earning lainnya sehingga perhitungan kinerja dengan
metode CAMEL dapat diukur secara keseluruhan.
29
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini bank yang menjadi sampel hanya terbatas sepuluh bank saja
yaitu empat bank BUMN dan enam bank Swasta.
2. Dalam hal ini, peneliti tidak membahas mengenai metode CAMEL secara
keseluruhan. Peneliti tidak membahas rasio Managemen, hal ini dikarenakan
peneliti hanya memfokuskan pembahasan kinerja dalam bidang akuntansi saja.
Implikasi
Dalam berinvestasi sebaiknya mempertimbangkan dan menganalisa terlebih dahulu
berbagai faktor dalam mempengaruhi kinerja keuangan perbankan tersebut sehingga
dapat membantu mengurangi resiko pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2009. Institusi Perbankan Di Indonesia. Diambil 22 September
2012 dari http://www.bi.go.id/Home/Perbankan/IkhtisarPerbankan/
LembagaPerbankan.html
Ghifari, Reza. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Bank BUMN dan Swasta. Fakultas
Ekonomi Akuntansi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi Pertama. Badan Penerbitan Universitas Diponogoro. Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Edisi ke Lima.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1
Mengenai Penyajian Laporan Keuangan (revisi tahun 1998). Dewan
Standar Akuntansi Keuangan dan IAI. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31
Mengenai Akuntansi Perbankan (revisi tahun 2000). Dewan Standar
30
Akuntansi Keuangan dan IAI. Jakarta.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kasmir.2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Maharani, Kiki. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan
Perbankan Konvensional. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional. Jawa Timur
Munawir, S. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke Empat. Liberty.
Yogyakarta.
Nurhayati, Ika. 2008. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Swasta
Nasional dan Bank Swasta Asing Di Indonesia. Universitas Gunadarma
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan
www.bi.go.id
www.google.com
--------2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas
Lampung. Bandar Lampung