abs trak
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Produksi kapal dengan metode produksi yang dikenal dengan
product work breakdown structure (PWBS). Pelaksanaan metode ini
secara maksimal harus ditunjang dengan suatu sistem accuracy control
(A/C). Sistem ini perlu dikembangkan menjadi standard galangan dalam
memproduksi kapal, yang dimaksudkan untuk mempersingkat waktu,
menekan biaya, dan meningkatkan mutu produksi.
Siklus sistem accuracy control yang dianalogikan sama dengan
siklus dasar manajemen untuk setiap proses industri. Siklus ini mencakup
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan mempelajari
fungsi-fungsi tersebut mahasiswa dapat memahami sistem operasi
accuracy control dan memahami pentingya peran accuracy control dalam
pembangunan kapal khususnya yang berorientasi produk (PWBS).
Pada saat proses penyambungan blok pada building berth (landasan
luncur) kapal LCT Adinda Cellina di PT. Dok Perkapalan Surabaya masih
banyak terjadi kesalahan teknis antara lain deformasi atau pembengkokan.
Karena adanya kesalahan-kesalahan teknis tersebut maka diperlukan
perbaikan sehingga proses produksi sedikit menjadi terhambat dan
mengeluarkan tambahan biaya dan waktu untuk proses penyelesaiannya.
Dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian mengenai penyebab deformasi,
toleransi galangan terhadap kelurusan dan cara pelurusan blok yang
terdeformasi. Akibat pengelasan akan timbul penarikan (deformasi) biasanya
deformasi ini yang diukur adalah antara stiffener dengan stiffener atau antara
penguat satu dengan penguat lainnya misal jarak antara deck girder jarak
perubahan maksimum 0,6 cm harus dilakukan perbaikan (biasanya
pemanasan). Tanda untuk margin (cadangan), Margin/cadangan adalah
kelebihan pelat yang diberikan pada setiap sambungan block atau
sambungan-sambungan lain yang dianggap perlu, umumnya ditulis + 20 + 30
+ 10 dan sebagainya.
ABSTRACT
Production of ships by the method of production known as the
product work breakdown structure (PWBS). Implementation of this method
should be supported with a maximum accuracy control system (A / C). This
system needs to be developed into shipbuilding standart in the production
vessel, wihch is intended to shorten the time, reduce costs and improve the
quality of production.
Cycle control system is analogous to the same accuracy with the basis
cycle management for any industrial process. This cycle includes the
planning, implementation and evaluation, by studying the function of these
student can understand the operating system accuracy control and understand
the importance of the role of accuracy control in the construction of ships,
especially the product-oriented (PWBS).
At the time of the block switching process in building berth (the pad)
LCT ship Adina Cellina in PT. Shipping dock Surabaya is still a lot of
technical errors such as deformation or bending. Because of technical errors
is then necessary improvements so that the production process becomes
stunted and spend a little extra cost and time for its completion. In this final
duty conducted research on the causes of deformation, straightness tolerance
and the shipyard to block the way of straightening deformed. Withdrawal will
occur due to welding (deformation) usually this deformation is measured
between the stiffener or stiffener between other booster amplifier with such a
distance between the deck girder the maximum change of 0.6 cm spacing
must be repaired (usually heating). Mark for margin (reserves), margin /
reserve is the excess plate provided on each block connections or other
connections that are considered necessary, generally written + 20 + 30 + 10
and so on.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan efisiensi kedalam atau pendayagunaan potensi
sumber daya galangan secara maksimal banyak bertumpu kepada potensi
sumber daya manusia, khususnya mengenai tingkat keterampilan,
motivasi, tanggung jawab, disiplin, rasa memiliki, kreativitas, dan
kemampuan manajerial. Faktor-faktor ini membutuhkan proses dan sulit
dibeli seperti halnya fasilitas/ peralatan-peralatan dari segi SDM, hal yang
lebih mudah diperoleh/dibeli adalah menambah jumlah tenaga kerja dan
mengadakan pelatihan keterampilan.
Pelaksanaan sistem A/C secara jangka panjang akan sangat
menunjang faktor-faktor tersebut di atas, terutama melalui self-checking
oleh pekerja terhadap hasil pekerjaannya. Hal ini akan membangkitkan rasa
tanggung jawab, ras memiliki, kepuasan, dan kreativitas mereka. Konsep
sistem A/C juga mensyaratkan pelaksanaan self checking, sehingga
konsep sistem A/C dan teknis pelaksanaannya perlu disebarluaskan ke
seluruh tenaga kerja terkait, melalui program-program pelatihan formal
dan non formal. Untuk pelaksanaan sistem A/C, tenaga kerja
dikelompokkan dan dialokasikan menurut kualifikasi/
tingkat keterampilan, pengalaman kerja, sikap/ karakter dan kebutuhan
akan tingkat ketepatan dimensi yang diterapkan.
Selain tenaga kerja produksi langsung, tenaga kerja tak langsung
yang terkait dengan A/C perlu memiliki kualifikasi tinggi, terutama
perencanaan A/C pada tahap desain, dan personel yang ditunjuk untuk
mengevaluasi dan menganalisis data hasil pengukuran untuk
menyempurnakan detail desain dan petunjuk kerjanya. Bidang- bidang
disiplin ilmu yang diperlukan di sini meliputi teknik perkapalan, teknik
mesin, teknik industri, dan teknik statistik.
Kesempurnaan gambar-gambar kerja dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaannya sangat diperlukan, agar pelaksana produksi dapat bekerja
seoptimal mungkin dan sesuai dengan gambar dan standar-standar kerjanya.
Pengertian A/C masih sering simpang siur dan dicampuradukkan
dengan QA dan QC, seperti dikatakan beberapa ahli teknologi produksi
kapal. Namun para ahli tersebut memeliki kesamaan persepsi mengenai
ketiga hal tersebut diatas.
Salah satu metode pelaksanaan konsep tersebut adalah statistical
quality control (SQC), atau dalam indusri kapal dikenal dengan accuracy
control (A/C) sistem ini dapat dikatakan sebagai bagian dari Quality
Control, yang lingkup pekerjaanya dititikberatkan pada proses pekerjaan
desain dan produksi, khususnya untuk mencapai tingkat ketepatan
ukuran yang tinggi terhadap pembuatan komponen- komponen produksi
disetiap proses pekerjaan. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan
metode-metode statistik dalam rangka peningkatan detail-detail disain dan
metode-metode pelaksanaan produksi secara terus menerus melalui
mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mekanisme ini
dikembangkan dari teori W. Deming (ahli statistik Amerika).
Accuracy control adalah penggunaan metode statistik dan
analisa oleh pelaksanaan produksi untuk memonitor dan mengontrol
ketepatan dari proses-proses pekerjaan produksi yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan dan pekerjaan ulang yang pada akhirnya dapat
mempertinggi produktivitas. A/C juga dapat didefinisikan sebagai suatu
penggunaan teknik-teknik statistik untuk memonitor, mengontrol, dan
menyempurnakan detail-detail desain dan metode-metode kerja secara
terus menerus dalam rangka terus meningkatkan produktivitas.
Untuk menyamakan persepsi mengenai sistem accuracy control
(A/C), maka prinsip dasar mengenai sistem ini perlu diketahui secara jelas.
Sistem A/C bukan memperbaiki kerusakan atau penyimpangan yang
terjadi, melainkan mempelajari penyebab-penyebab penyimpangan
tersebut untuk menghindari atau memperkecil terjadinya penyimpangan
dimensi pada proses yang sama. Usaha-usaha preventif tersebut dilakukan
dengan mempelajari variabel-variabel utama yang terkait yaitu: 4M meliputi:
man, machine, material, method. Dari hasil evaluasi dan analisa data atau
variasi-variasi penyimpangan yang terjadi pada setiap proses
produksi, akan diberikan rekomendasi penyempurnaan yang
diperlukan untuk menghindari terjadinya hal yang sama pada
proses-proses produksi berikutnya, misalnya penyempurnaan gambar-
gambar kerja dan standar-standar kerjanya, kalibrasi mesin- mesin produksi
dan alat-alat ukur, training/retraining tenaga kerja, atau rekomendasi
mengenai penanganan material.
Hal ini sama dengan JSQS (Japanese Ship Building Quality
Standard) yang juga sudah dipakai di beberapa galangan besar di
Indonesia, dimana berisi ketentuan-ketentuan batas toleransi yang
diperkenankan, agar mutu end-product yang disyaratkan dapat tercapai.
Sistem A/C di sini berfungsi secara preventif, yaitu usaha-usaha yang
diperlukan untuk menghindari sekecil mungkin terjadinya kesalahan
atau produk-produk diluar batas toleransi yang ditentukan.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian deformasi ?
2. Jelaskan penyebab-penyebab dan cara pencegahan terjadinya deformasi ?
3. Bila terjadi pembengkokan plat lambung, bagaimana cara meluruskan plat
tersebut agar di terima oleh klas ?
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tentang toleransi kelurusan
sambungan ?
I.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Jangka Pendek : Memonitor pekerjaan-pekerjaan konstruksi pada
proses produksi untuk memperkecil kesalahan dan pekerjaan ulang pada
proses erection in building berth.
2. Jangka Panjang : Menetapkan suatu sistem manajemen yang dapat
memberikan perkembangan informasi secara kualitatif yang dapat
digunakan untuk terus meningkatkan produktifitas.
I.4 Batasan Masalah
1. Penyebab terjadinya deformasi yang sering terjadi di galangan kapal
2. Cara pelurusan plat yang mengalami deformasi di PT. Dok Perkapalan
Surabaya
3. Hanya sebatas membahas blok CR pada kapal LCT Adinda Cellina
I.4 Manfaat Penulisan
Implementasi sistem A/C secara langsung memberikan beberapa
kegunaan / manfaat sebagai berikut :
1. Mempersingkat waktu produksi
2. Meningkatkan kualitas hasil produksi
3. Memperkecil penggunaan jam-orang
4. Meningkatkan utilitas peralatan-peralatan
5. Memperkecil material yang terbuang
6. Mempermudah manajemen dalam mengontrol dan memonitor
pekerjaan
I.6 Metode Penulisan
KATA PENGANTAR ABSTRAK
DAFTAR ISI
TABEL DAFTAR
KEGIATAN BAB BAB I.
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaska tentang dasar- dasar penelitian yang didapat
dari referensi- referensi dari luar, berupa hal-hal yang berkaitan dengan tugas
akhir ini.
BAB III. METODOLOGI
Pada bab ini menjelaskan tentang proses pengerjaan tugas akhir dan
secara terperinci mulai dari studi pustaka, analisa, pengambilan data,
perhitungan, desain baru, serta perbandingan hasil antara unmodifikasi dan
modifikasi.
BAB IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dari perhitungan secara
umum mulai dari unmodifikasi dan modifikasi, beserta pembahasannya.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pengujian serta
saran yang mungkin dilakukan untuk menyempurnakan tugas akhir ini.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Akurasi kontrol dalam proses pembuatan kapal sangat penting untuk
memberikan kualitas yang baik, pengiriman tepat waktu dan mengurangi keluarnya
dana. Oleh karena itu perhatian dari semua pihak production drawing, mould loft,
fabrication, sub assembly, assembly, dan erection sangat diperlukan demi
tercapainya tujuan awal.
Akurasi kontrol dapat diterapkan dengan lancar jika semua pihak sadar dan
menjamin bahwa proses pembangunan kapal tidak berarti tanpa akurasi kontrol.
Untuk mencapai tujuan keakurasian, semua pekerjaan harus direncanakan dengan
benar, dilakukan sesuai job order, diamati dengan teliti dan dikontrol secara terus
menerus.
Laporan ini terdiri dari subyek akurasi kontrol yang menjadi perhatian setiap
ada kasus yang perlu dipecahkan di PT. Dok Perkapalan Surabaya. Subyek yang
perlu melapor terdiri dari :
1. Tim akurasi kontrol
2. Gambar produksi
3. Mould Loft
4. Fabrikasi
5. Sub assembly
6. Assembly
7. Erection
8. Prosedur produksi pada konstruksi lambung
II.1 Tim Akurasi Kontrol
Tim akurasi kontrol mengoordinir dan mengatur bagaimana akurasi kontrol
diterapkan. Tim ini terdiri dari beberapa pihak desain, produksi dan anggota quality
assurance. Tugas-tugas tim akurasi kontrol yang harus dijaga adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan dan meninjau beberapa check sheet yang akan digunakan di
bagian Hull Construction.
2. Memecahkan beberapa masalah jika di lapangan terdapat beberapa
penyimpangan antara data dari desain dan data fakta pada saat produksi.
3. Mempersiapkan rekomendasi mengenai kualitas devisiasi.
Untuk menerapkan tugas dari tim akurasi kontrol, tanggung jawab yang perlu
dikoordinasikan oleh semua pihak adalah pengumpulan data dan analisis data.
II.1.1 Tujuan
Tujuan utama pengumpulan data dan analisis pada aktivitas
akurasi kontrol adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjaga akurasi produk dalam batas toleransi, jika terjadi
penyimpangan akan diperbaiki segera
2. Untuk menyesuaikan kondisi pada faktanya dilapangan.
Data-data yang telah berlalu dari proses produksi sebelumnya sangat
berguna untuk proses produksi dikemudian hari, tetapi tentu saja akan
dianalisis sebelum di proses produksi.
II.1.2 Waktu Pelaksanaan
Pengumpulan data akan dilakukan hari ke hari secara terus
menerus pada setiap proses produksi oleh asisten kepala.
II.1.3 Pelaksanaan
Pengumpulan data dari akurasi kontrol pada Hull Construction
dilakukan pada proses produksi, dimulai dari menerima bahan sampai
tahap erection. Ada banyak peralatan yang digunakan dalam proses
pengumpulan data antara lain QC check sheet,dll.
Mengacu pada cara diatas, suatu cara yang akan dilakukan
pada setiap bengkel secara terus menerus setiap hari adalah quality
control check sheet. Berdasarkan pada QC check sheet, kami dapat
mengontrol kualitas produksi, kami dapat menggunakannya untuk
meningkatkan proses produksi.
II.2 Gambar Produksi
II.2.1 Tujuan
Gambar produksi direncanakan untuk melakukan kualitas yang
tinggi dan mengurangi dana produksi juga melakukan pekerjaan yang
aman pada setiap bidang.
II.2.2 Metode
Gambar produksi terdiri dari 4 bidang yaitu gambar sub
assembly, gambar asembly, daftar material sub assembly dan
assembly, dan mempersiapkan material dasar serta konstruksi dasar
masing-masing.
Nama-nama bagian yang menunjukkan gambar produksi
ditandai sesuai tahapan produksi untuk memperjelas tahap selanjutnya.
Semua material yang dibutuhkan sudah ditunjukkan dalam daftar
material pada dasar gambar produksi. Daftar material digunakan untuk
mengecek bagian-bagian setelah proses sub assembly dan assembly,
untuk menghindari bagian yang hilang. Perhitungan dan jumlah berat
dan panjang pengelasan dilakukan dan digunakan untuk mengontrol
data.
II.3 Mould Loft
Umumnya, kapal-kapal yang mempunyai panjang lebih dari 100 m dan
seterusnya terdir lengkungan yang rumit pada bagian depan dan belakang, kemudian
kerumitan tersebut langsung dibuat desain rencana. Mould Loft adalah pekerjaan
pertengahan antara rencana desain dan fabrikasi di lapangan. Isi-isi pekerjaan mould
loft adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan sebuah bentuk lambung dari gambar rencana garis, kemudian
menggambar frame line.
2. Untuk menggembangkan plat kulit yang terdiri dari lengkungan yang rumit
pada bagian haluan dan buritan.
3. Mengecek apakah tidak ada ukuran yang salah pada pekerjaan Hull
Construction dan memberi instruksi kerja atau contoh dan skala untuk
mempermudah pada proses fabrikasi
4. Membuat contoh bagian lengkungan kapal untuk dilakukan proses
pembengkokan dari plat melengkung.
5. Menyiapkan rencana pemotongan yang menyebutkan bagian-bagian yang
akan dipotong dan diberi tanda di atas plat baja, semua ini untuk
mengoptimalkan jumlah penggunaan plat baja.
Pada umumnya pekerjaan di mould loft tidak hanya memperbesar gambar
menjadi skala 1:1 tetapi juga mengecek ulang pekerjaan konstruksi lambung,
menunjukkan dan membimbing metode fabrikasi.
II.4 Fabrikasi
Tahapan produksi pertama kali yang dilakukan dalam proses pembangunan
kapal adalah fabrikasi. Pada bagian konstruksi lambung material yang akan di
fabrikasi adalah plat baja dan profil. Setelah menerima data nesting, gambar kerja
dari gambar produksi, maka proses fabrikasi dapat dimulai.
II.4.1 Tujuan
Proses fabrikasi yang telah dijelaskan seperti yang diatas
disebutkan untuk proses persiapan awal, penandaan, pemotongan dan
pembengkokan plat baja.
II.4.2 Metode
Pada umumnya, proses fabrikasi dalam pembangunan kapal
baru terdri dari beberapa tahapan dengan urutan sebagai berikut :
1. Penerimaan material atau bahan
2. Persiapan awal
3. Penandaan
4. Pemotongan
5. Pembengkokan
6. Pemasangan
II.4.2.1 Penerimaan Material atau bahan
Pada tahapan ini, setiap material akan diidentifikasi
menurut daftar kebutuhan setiap blok dan setelah itu siap untuk
dilakukan persiapan proses awal. Klas, tingkatan, ukuran akan
diinspeksi dan dicatat dan kemudian data ini akan digunakan
pada tahapan produksi selanjutnya dan yang asli akan dikirim
di departement QA.
II.4.2.2 Persiapan Awal
Proses persiapan awal terdiri dari shot blasting dan
pengecatan dasar untuk mencegah material dasar dari serangan
korosi selama proses fabrikasi dan assembly.
Setelah dilakukan pengecatan dasar, setiap material
akan ditandai dengan rencana tanggal pemotongan, nesting,
dan dimensi yang akan dipotong. Dan juga setiap material
dicatat pada daftar kebutuhan yang terdiri dari :
1. No. Project
2. Nama blok
3. Klas
4. Ukuran
5. Cat dasar yang digunakan
6. Berat
7. Surface area
8. No. Nesting
9. Nama bagian atau komponen
II.4.2.3 Penandaan
Garis pemotongan dan ketepatan garis ditandai diatas
material. Di bengkel fabrikasi PT. Dok Perkapalan Surabaya
terdapat NC cutting dan marking, NC frame marker dan
manual marking. Mesin NC marking dan cutting digunakan
untuk membuat floor, tanktop, plat kulit, frame, dan penegar.
Sedangkan untuk bagian lainnya menggunakan penandaan
manual.
II.4.2.4 Pemotongan
Plat baja dan profil dipotong dengan pemotongan api
yang disesuaikan dengan garis pemotongan. Proses
pemotongan menggunakan beberapa macam peralatan, antara
lain :
1. NC plasma cutting
2. NC gas cutting
3. Flame planer
4. Manual cutting.
Setelah dipotong, setiap bagian akan diurutkan menurut
daftar pemotongan dan gambar kerja.
II.4.2.5 Pembengkokan atau Pembentukan
Plat lengkung pada konstruksi lambung seperti bagian
haluan, bagian buritan dan bagian bilga dapat dibengkokkan
dengan 2 tipe pembentukan yaitu pembentukan dengan dingin
dan pembentukan dengan panas. Semua material yang perlu di
bentuk dapat menggunakan mesin press atau menggunakan
cara pemanasan.
II.4.2.6 Pemasangan
Setelah semua material dan profil selesai difabrikasi,
maka akan dilakukan proses pemasangan dan setiap bagian
akan dikumpulkan sesuai kebutuhan blok untuk dilakukan
proses selanjutnya (sub assembly, assembly atau proses
erection).
II.5 Sub-Assembly
Pada tahapan ini, bagian-bagian yang telah difabrikasi akan dirakit menjadi
seksi kecil dan melakukan pekerjaan perbaikan, akan terjadi proses pengelasan pada
posisi datar. Terdapat 3 lokasi untuk melakukan proses sub-assembly :
1. Pembuatan Block A dan B
Pencocokan bagian dan seksi untuk dirakit pada tahap ini adalah
penegar, gading besar, bulwark dan lain-lain.
2. Pembuatan Panel Kecil
Pada bagian ini yang dirakit adalah plat lambung, plat deck yang akan
dikirim pada tahap perakitan.
Pada tahap sub-assembly, disana terdapat beberapa beberapa proses yang
dianggap untuk memeriksa keakuratan pada blok dan seksi. Proses itu terdiri dari :
1. Penegasan ketepatan bagian-bagian
Ketepatan garis pada setiap bagian untuk dirakit akan dicek dan
ditegaskan dengan gambar produksi. Selain itu komponen yang akan
dipasang juga akan dilengkapi dengan garis referensi (jika diperlukan).
2. Batas akhir
Selain ketepatan garis, batas akhir penandaan juga akan dijelaskan
pada setiap bagian. Penandaan ini sangatlah penting untuk mengatur
proses pemotongan setelah itu dilakukan proses perakitan dan
pemasangan.
3. Pengukuran ukuran setelah proses sub-assembly
Untuk menjaga keakuratan pada tahap sub-assembly, perlu
pengukuran ukuran setelah dilakukan proses perbandingan antara
tahap sub-assembly dengan ukuran pada gambar. Pengecekan
keakuratan ukuran akan dilakukan dengan metode sample pada 3 seksi
per hari.
II.6 Assembly
Tahap perakitan adalah proses perakitan beberapa tipe plat, profil dan seksi.
Semua itu diterima dari tahap fabrikasi dan tahap sub-assembly. Pada proses ini
terdapat 2 bidang perakitan yaitu :
1. Bidang Panel
2. Bidang blok yang melengkung.
Pada tahap ini, perlengkapan kerja juga dipersiapkan dan dikoordinasikan
antara assembly dan bagian perlengkapan. Item-item yang dibandingkan antara
sebelum dan sesudah proses assembly di PT. Dok Perkapalan Surabaya adalah :
II.6.1 Menggunakan gambar kerja
Sebelum dimulai proses pekerjaan perakitan, yang perlu dicek
dan dipelajari adalah gambar kerja dan prosedur produksi. Kadang-
kadang jika terjadi sesuatu yang membingungkan seperti terbatasnya
fasilitas, maka akan dikomunikasikan dengan grup teknik produksi.
II.6.2 Menggunakan standart kerja
Menggunakan standart bekerja akan dilakukan pada setiap
tahap pekerjaan perakitan.
II.6.3 Mengatur jig perakitan
Memeriksa dan mempelajari informasi data jig yang dikirim
dari divisi mould loft.
II.6.4 Mengatur plat kulit pada plat kulit
Menempatkan plat kulit pada jig dan menegaskan penandaan
kapur pada jig bertemu persis dengan posisi jig yang direncanakan.
II.6.5 Menegaskan garis referensi pada proses perakitan
Sebelum melengkapi bagian dan seksi pada tahap assembly,
yakinkan bahwa garis referensi telah disiapkan untuk informasi dasar
pada prosedur produksi.
II.6.6 Ketidaklurusan antara plat kulit dan gading besar pada batas
akhir blok
II.6.7 Pengukuran ukuran blok
Agar kondisi ukuran blok tetap dalam kondisi bagus dan akurat,
setelah proses perakitan blok selesai, maka akan dilakukan
pengukuran ulang.
II.7 Erection
Tahap pemasangan adalah proses akhir dari pembangunan kapal di bagian
konstruksi lambung. Macam-macam pekerjaan pada tahapan ini adalah :
1. Perakitan blok akomodasi dan blok lainnya yang mempunyai berat lebih
dari 200 ton.
2. Menyiapkan keel block pada building berth.
3. Pengangkatan dan pemasangan blok di building berth.
4. Mengatur blok, mengepaskan dan menyambung dengan las.
Tahap pemasangan adalah poin pokok pada urutan proses pembangunan kapal
karena pada umumnya fasilitas yang terbatas sangat mempengaruhi dalam proses
pembangunan kapal pada building berth. Pekerjaan pemasangan itu sendiri harus
dipersiapkan dan dilakukan sempurna, item-item khusus yang dilakukan adalah :
II.7.1 Mengecek level dasar blok
a) Menyiapkan blok dasar adalah poin awal pada proses akurasi
kontrol di tahap pemasangan.
b) Mencatat penyimpangan sebelum dan sesudah loading blok.
II.7.2 Mengepaskan plat dasar dari center line dan side line pada kapal di
atas building berth
a) Menyiapkan dan menandai center line dan side line kapal pada
center line di building berth.
b) Bidang yang ditandai akan digambar di atas lantai dok untuk
menghindari kesalahan selama proses pemasangan.
II.7.3 Mengatur blok
a) Untuk menjaga akurasi kontrol selama proses pemasangan
blok, garis referensi akan digunakan.
b) Garis referensi pada tahap fabrikasi akan dipertahankan hingga
tahap pemasangan.
c) Mengatur blok pertama pada blok keel menurut penandaan
center line pada dok.
II.7.4 Mencatat data pengaturan blok
a) Pencatatan data ini seperti posisi blok, kelurusan blok, batas
akhir, penyusutan las dan lain sebagainya.
b) Pencatatan data mempunyai pengaruh besar untuk
mengembangkan proses pemasangan pada proses produksi
selanjutnya. Juga untuk menjaga keakuratan agar mempunyai
kualitas yang tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Metodologi
Metodologi yang dilakukan dalam percobaan ini berdasarkan pada flow chart
dibawah ini :
Analisa Masalah
Pembahasan
Start
Studi Pustaka Apakah ada deformasi ?
Kalau ada, Apakah saja yang dibahas ?
Penyebab deformasi
Toleransi galangan terhadap deformasi
Cara mencegah deformasi
III.1.1 Studi Pustaka
Pengumpulan data atau referensi yang dijadikan patokan untuk
penyelesaian tugas akhir. Patokan dalam studi pustaka ini adalah :
a) Sebab-sebab deformasi
b) Standart galangan tentang toleransi deformasi
III.1.2 Analisa Masalah
Analisa dilakukan bersamaan dengan melihat secara langsung masalah
deformasi yang terjadi pada pembuatan blok kapal LCT. Adinda Bella untuk
memonitor pekerjaan-pekerjaan konstruksi pada proses produksi untuk
memperkecil kesalahan dan pekerjaan ulang pada proses erection in building
berth.
III.1.3 Pembahasan
Pembahasan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
proses pembuatan blok kapal LCT. Adinda Cellina terjadi sebuah atau
beberapa deformasi ?. Jika ada maka akan dibahas tentang beberapa
penyebab deformasi, standart galangan tentang toleransi dalam deformasi dan
bagaimana cara mencegah terjadinya deformasi
Kesimpulan
End
Penyebab deformasi
Toleransi galangan terhadap deformasi
Cara mencegah deformasi
III.1.4 Kesimpulan
Mengetahui penyebab dan cara menanggulangi sebuah deformasi.
Kesimpulan dibuat bertujuan sebagai data yang kuat untuk membahas tentang cara
menanggulangi sebuah kejadian deformasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri
dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan
tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam:
1. Sistem seksi
2. Sistem block seksi
3. Sistem block
IV.1 Pengertian seksi, block seksi dan block.
IV.1.1 Sistem seksi
S i s t e m s e k s i adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-
bagian konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi. (perbagian)
contoh: seksi bulkhead (sekat kedap air)
Gambar IV.1: Seksi
bulkhead
Keuntungan:
a. Tiap seksi dapat dibangun dalam waktu yang bersamaan tergantung
kapasitas kerja bengkel.
b. Waktu pembangunannya lebih pendek.
c. Kualitas produksi lebih unggul disbanding sistem konfrensional.
d. Mutu dari tiap seksi dapat dikontrol secara rinci
Kerugian/kekurangan sistem seksi:
a. Kekuatan pada kapal tergantung pada perencanaan pembagian badan
kapal menjadi beberapa seksi dan juga teknik penyambungan antara dua
buah seksi.
b. Pengerjaan lebih sulit karena dalam proses penggabungan antara seksi
memerlukan ketepatan ukuran yang prima.
IV.1.2 Sistem block seksi
Sistem block seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana
bagianbagian konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan
seksiseksi sehingga membentuk block seksi, contoh bagian dari seksi-seksi
geladak, seksi lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu block seksi.
IV.1.3 Sistem block
Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal
terbagi beberapa block, dimana tiap-tiap block sudah siap pakai. (lengkap
dengan sistem perpipaannya).
Pada bagian desain mencakup pekerjaan-pekerjaan antara lain
penggambaran bagian-bagian konstruksi dan perhitungan atau perancangan–
perancangan, selanjutnya gambar rencana gading- gading skala 1 : 1 di mould
Loft, penandaan dalam proses pembuatan kapal dilakukan di bengkel.
Berdasarkan tempatnya, pembuatan kapal dibagi menjadi dua macam:
a. Fabrication adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan
diluar tempat peluncuran dimana badan kapal dimasukkan dalam air.
b. Erection adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan di
tempat dimana kapal akan diluncurkan. Dalam hal ini pembuatan baik
berupa seksi, block seksi, dan block semuanya dilakukan/dikerjakan di
tempat tersebut.
IV.2 Tahap-Tahap Pembuatan Kapal
Dalam pembangunan kapal selalu mengikuti pentahapan sabagai berikut:
IV.2.1 Tahap Pembuatan Awal
Dalam tahap ini pekerjaan yang utama adalah pembentukan pelat yang
dilakukan dengan pembersihan, penandaan, pemotongan, pembengkokkan,
dan lain sebagainya.
IV.2.2 Tahap Perakitan Awal
Sebagian dari pelat dinding setelah dibuat biasanya langsung
dikirimkan ke tempat perakitan. Tetapi konstruksi dalam seperti kerangka
geladak atau dasar biasanya dirakit tersendiri lebih dahulu dalam tahap
perakitan mula atau awal. Dalam tahap ini biasanya digunakan cara
pengelasan tangan, pengelasan gaya berat, pengelasan rendam dan
sebagianya. Apabila kapal kayu maka dilakukan proses penyambungan atau
pengeleman.
IV.2.3 Tahap Perakitan
Ada tahap perakitan semua komponen baik yang datang dari pembuatan
maupun dari perakitan awal dirakit menjadi kotak-kotak perakitan
(dilas/dilem atau penyambungan). Pada kapal baja penyambungan
antara kotak-kotak perakitan dilakukan dengan menggunakan las
busur rendam otomatis. Dalam hal mengikat kerangka dan pelat
dinding digunakan las tangan atau las gaya berat dengan elektroda
khusus untuk pengelasan datar. Disamping cara pengelasan diatas
digunakan juga cara lain tergantung dari bagian-bagian yang disambung
dan posisi pengelasannya.
IV.2.4 Tahap Pembangunan
Kotak-kotak yang sudah dirakit kemudian disusun diatas galangan dengan
bantuan mesin angkat (crane). Setelah diatur kotakkotak tersebut kamudian
dilas dengan menggunakan dua macam cara pengelasan baik dengan las
biasa maupun dengan las otomatik khusus.
Berdasarkan pengamatan di PT. Dok Perkapalan Surabaya pada proses
pembuatan blok kapal LCT. Adinda Cellina banyak ditemukan beberapa
penyimpangan, sebut saja penyimpangan itu deformasi. Gambar di bawah ini adalah
salah satu contoh deformasi pada proses pembuatan blok CR (Center Right) LCT.
Adinda Cellina.
Gambar IV.1 Deformasi pada blok CR kapal LCT. Adinda Cellina
Penyimpangan deformasi sering di jumpai pada bagian assembly. Pekerjaan
yang dilakukan oleh bagian assembly adalah sebagai berikut:
1. Penggabungan beberapa wrang.
2. Penggabungan seksi menjadi sebuah blok.
3. Penggabungan dua block (grand assembly).
Dari seluruh pekerjaan dibagian assembly akan diadakan pemeriksaan
oleh badan yang berwenang di perusahaan galangan maupun oleh Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI).
Bengkel -----QC-------- QA------ BKI------ Ship Owner
Prosedur pemeriksaan sendiri
Akibat pengelasan akan timbul penarikan (deformasi) biasanya deformasi ini
yang diukur adalah antara stiffener dengan stiffener atau antara penguat satu dengan
penguat lainnya misal jarak antara deck girder jarak perubahan maksimum 0,6 cm
harus dilakukan perbaikan (biasanya pemanasan). Tanda untuk margin (cadangan),
Margin/cadangan adalah kelebihan pelat yang diberikan pada setiap sambungan block
atau sambungan-sambungan lain yang dianggap perlu, umumnya ditulis + 20 + 30 +
10 dan sebagainya. Dimana pada rambunya sendiri (dari mould loft) hanya ditulis
sebagai berikut :
Gambar IV.2 contoh rambu
Sedangkan pada markingnya diberi kelebihan + 20 mm
Gambar IV.3 rambu yang telah diberi kelebihan
Adapun langkah-langkah pemeriksaan untuk mengetahui apakah terjadi
deformasi atau tidak pada blok dengan cara :
1. Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian ukur jarak antar
pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat besarnya deformasi pelat.
2. Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi sebagai berikut :
(a) Deformasi pelat antar gading-gading
(b) Deformasi gading antara gading besar
(c) Deformasi antara komponen-komponen lain
(d) Deformasi pada joint plate.
3. Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang melebihi standar.
IV.3 Cara Mencegah Terjadinya Deformasi
Deformasi disebabkan oleh masukan panas pada proses pengelasan yang
mengubah bentuk awal komponen yang dilas. Deformasi mengakibatkan perubahan
pada penyetelan semula sehingga disebut sebagai salah satu musuh dari proses
pengelasan. Makin besar masukan panas, makin besar pula pengkerutan metal
sewaktu las mendingin, jika metal tidak diikat akan terdistorsi, sebaliknya jika diikat
justru akan menimbulkan tegangan thermal.
Kekuatan tegangan ini dapat meretakkan metal apabila di awali dengan takik
(notch), penggetasan, atau serangan karat.
Deformasi dapat dicegah dengan :
1. mengatur heat input yg proporsional sesuai kebutuhan, tidak kurang dan tidak lebih
sesuai WPS.
2. penyetelan material yg akan dilas setepat mungkin..
3. pengikatan penyetelan dgn clammping kemudian di tack dgn welding
4. urut-urutan pengelasan yang baik
5. penggunaan metal dengan koefisiensi muai rendah.
Dari sekian banyak cara pencegahan deformasi, yang paling sering dilupakan
oleh orang adalah urut-urutan pengelasan. Oleh karena itu urut-urutan pengelasan
menjadi faktor yang paling utama terjadinya deformasi.
IV.4 Toleransi Kelurusan Sambungan
IV.4.1 Kelurusan Sambungan Fillet
Bagian-bagian yang menerima beban, dengan batas toleransi a d 1/3 t2.
Bila batas toleransi 1/3 t2 d a d 1/2 t2, maka dipasang ulang.
Length leg Ditambah 10% a ½ t2
Gambar IV.4 Penambahan length leg
Bagian-bagian lainnya dengan standar toleransi a d 1/3 t2
Bila batas toleransi batas toleransi a d 1/2 t2, maka dipasang kembali.a : perbedaan t : tebalt1 > t2
t1
a t2
Gambar IV. 5 Toleransi perbedaan dan tebal
IV.4.2 Kelurusan antara Balok dan Gading
Standar toleransi a d 2
a
balok
gading
Gambar IV.6 Kelurusan antara balok dan gading
IV.4.3 Kelurusan Penegar / Stiffener dengan Balok
Standar toleransi d d L / 50
penega
rL
’
d
balok
Gambar IV.7 Toleransi kelurusan penegar dengan balok
IV.5 Pelurusan Akibat Deformasi
Pengelasan yang terjadi pada konstruksi dapat mengakibatkan permukan pelat
menjadi tidak datar, hal ini diakibatkan terjadinya deformasi akibat pemanasan
dari pengelasan. Untuk dapat diterima oleh kelas atau pemilik kapal konstruksi
tersebut perlu mendapatkan perlakuan khusus agar permukaan dapat rata seperti
semula, proses pelurusan ini dinamakan Firing. Pelurusan akibat deformasi
dapat diselesaikan dengan methode pemanasan maupun methode penarikan (proses
panas dan proses dingin), proses panas dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa pemanasan secara garis lurus, pemanasan menyilang, pemanasan arah
melintang dan membujur , pemanasan titik, pemanasan segi tiga, pemanasan
melingkar, dan pemanasan model panah ganda. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti
penjelasan dibawah ini.
IV.5.1. Pelurusan dengan Metode Pemanasan Garis
Pelurusan dengan pemanasan garis ( line heating )
dilakukan hampir 90 % perbaikan deformasi menggunakan
methode ini, karena hasilnya memuaskan. Pemanasan garis
digunakan pada daerah gading- gading atau pada pelat yang tebal
dengan deformasi yang besar dsan arah deformasi keluar. Pemanasan
dan pendinginan dilakukan pada pelat sisi luar dengan urutan
pemanasan garis seperti gambar IV.8
Gambar IV.8 Pemanasan Garis
IV.5.2 Pelurusan dengan Sistim Melintang.
Pelurusan dengan pemanasan melintang (Cross Heating)
digunakan untuk memperbaiki deformasi yang kecil dan hasilnya
sangat baik. Cara ini tidak tergantung dari arah deformasi, namun
perlu mengikuti urutan proses yang tertera pada gambar : IV.9
sedangkan proses pendinginan mengikuti urutan proses pemanasan.
Gambar IV.9 Pemanasan Sistem Melintang
IV.5.3 Pelurusan dengan Pemanasan Melintang dan Membujur
Pelurusan dengan pemanasan melintang dan membujur (lattice
heating) ditujukan untuk memperbaiki deformasi yang besar dan tidak
tergantung dari arah deformasi yang terjadi . Hasil yang terjadi kurang
bagus dan biasanya terjadi pemanasan lebih. Angka pada gambar
menunjukan urutan pemenasan dan pendinginan.
Gambar IV.10 Pemanasan melintang dan membujur
IV.5.4 Pelurusan dengan Pemanasan Titik
Pelurusan dengan pemanasan titik (spot heating)
diterapkan bersamaan dengan pelurusan dengan menggunakan
methode garis lurus karena bila tidak akan menyebabkan
pengkerutan yang besar. Methode ini diterapkan pada pelat tipis
yaitu untuk memperbaiki deformasi diantara dua gading yang
berdekatan.
Urutan pemanasan, ukuran dan jarak titik- titik tidak ada
ketentuannya, metode pemanasan titik dapat dilihat pada gambar
IV.11.
Gambar IV.11 Pelurusan dengan pemanasan titik
IV.5.5 Pelurusan dengan Pemanasan SegitigaPelurusan dengan pemanasan segitiga ( triangle heating
) diterapkan untuk memperbaiki deformasi curve (memanjang),
model pemanasan ini dapat dipergunakan pada profil yang sifatnya
memanjang.
IV.5.6 Pelurusan dengan Pemanasaan Melingkar
Pelurusan dengan pemanasan melingkar (ring heating)
dipergunakan bersamaan dengan metode pemanasan lurus dan
merupakan pemanasan akhir. Hasil dari pemanasan ini sangat
baik, biasanya digunakan untuk memperbaiki deformasi yang
besar. Model dari pemanasan melingkar dapat dilihat pada gambar
I V . 1 2 dengan urutan pengelasan tidak ditentukan.
Gambar IV.12 Pelurusan dengan pemanasan
melingkar
IV.5.7 Pelurusan dengan Dua Anak Panah
Pelurusan dengan dua anak panah (pine needle
heating) digunakan untuk memperbaiki deformasi yang kecil dan
hasilnya cukup baik, cara ini tidak tergantung dari arah defrormasi.
Model pemanasan ini dapat dilihat pada gambar IV.13 Pelurusan
dengan dua anak panah dibawah ini.
Gambar : IV.13 Pelurusan dengan dua anak panah
Jarak pemanasan nyala api dari brander terhadap permukaan pelat dapat
dilihat dalam tabel tebal pelat terhadap jarak pemanasan dibawah ini.
Tabel IV.2 Jarak Pemanasan
Tebal plat (mm) Jarak Pemanasan : x (mm)
3 – 4,5
6 – 8
10 – 14
16 – 22
24 – 28
30 – ....
-2 – 0
0
0 – 3
3 – 4
4 – 5
6 – 10
1. Brander pemanas 3. Nyala api2. Nyala api inti 4. Plat
Gambar : IV.14 Pelurusan dengan pemanasan
Kecepatan pemanasan dan nomor brander dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel IV.3 Kecepatan pemanasan
Tebal Plat (mm) Nomor Brander Kecepatan pemanasan (mm/mt)
3 – 4,5
5 – 8
9 – 12,7
13 – 16
17 – 22
23 – 28
29 – .....
0,500
1,000
1,600
2,000
2,500
3,150
3,500
0,800 – 1,500
0,700 – 1,000
0,500 – 1,000
0,400 – 0,800
0,350 – 0,800
0,300 – 0,600
0,250 – 0,500
IV.5.8 Pelurusan dengan Bantuan Gaya Luar
Pelurusan dengan bantuan gaya luar digunakan untuk
memperbaiki deformasi setempat saja atau bila cara pemanasan
dan pendinginan tidak dapat dilakukan. Misalnya untuk deformasi
yang tajam pada pelat yang tebal maka perbaikan dengan cara thermal
tidak mampu lagi, sehingga harus dilakukan dengan gaya dari luar.
Lihat gambar IV.15
Ditarik
Gambar IV.15 Pelurusan pelat dengan proses penarikan
Dari sekian banyak cara pelurusan plat yang terdeformasi, hanya 1 cara yang
sering digunakan di PT. Dok Perkapalan Surabaya yakni pelurusan dengan
pemanasan titik.
Gambar IV.16 Pelurusan dengan pemanasan titik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan pada Bab VI, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Salah satu penyebab deformasi adalah proses pengelasan yang tidak sesuai
dengan urut-urutan yang baik.
2. Blok CR LCT Adinda Cellina yang terkena deformasi diluruskan dengan cara
pemanasan titik dan proses penarikan.
3. Deformasi yang diukur pada blok CR Adinda Cellina adalah antara stiffener
dengan stiffener atau antara penguat satu dengan penguat lainnya misal jarak
antara deck girder jarak perubahan maksimum 0,6 cm harus dilakukan
perbaikan (biasanya pemanasan).
4. Tanda untuk margin atau cadangan biasanya diberi +10, +20, +30. Tetapi
pada kenyataan di PT. Dok Perkapalan Surabaya margin diberi kelebihan
+30.
5. Cara-cara mencegah terjadinya kesalahan sebagai contoh deformasi pada
blok CR LCT Adinda Cellina adalah melakukan urutan pengelasan yang baik,
penyetelan material yang akan dilas setempat mungkin, pengikatan
penyetelan dengan clamping kemudian ditack dengan las.
V.2 Saran
Dari analisa dan pembahasan pada tugas akhir ini, penulis
menyarankan :
1. Sebelum dilakukan proses erection perlu pembicaraan singkat antara pihak
galangan dengan pihak kontraktor untuk menghindari terjadinya misaligment
yang terlalu banyak. Karena dilapangan pihak kontrakor miss komunikasi
dengan pihak galangan yang menyebabkan welder melakukan pengelasan
yang tidak sesuai prosedur.