ablatio retina
TRANSCRIPT
[ ] March 16, 2013
ABSTRAK
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini
serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina
yang diikuti masuknya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke
antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun
jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami
ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor,
peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera
dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang
menetap. Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri
dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam, berfungsi seperti
film pada kamera foto, cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina
yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak
melalui saraf optik.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 1
[ ] March 16, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel
epitel pigmen retina. Pada keadaan ini pigamen masih melekat erat dengan membran brunch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan
struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retin dari pembuluh retina darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
Pada dasaranya abalatio retia adalah suatu kelainan mata bilateral, sehingga harus
diperiksa dan ditangani kedua mata. Biaanya ablatio retina ini adalah suatu kelainan yang
berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana akan terjadi perubahan
degeneratif pada retina dan vitreous.
Diperkirakan prevalensi ablatio retina adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.
Prevalensi meningkat pada beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afakia/pseudofakia dan
trauma. Pada penderita-penderita ablatio retina ditemukan adanya :
Miopi 55%
Gedenerasi Lattice 20-30%
Trauma 10-20%
Afakia/Pseudofakia 30-40%
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 2
[ ] March 16, 2013
Tujuan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dan sebagai
prasyarat ujian akhir stase Ilmu Kesehatan Mata Kepanitraan Klinik Senior.
Selain itu tujuan dari penulis menulis referat yang berjudul “Ablatio Retina” adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dan penjabaran kelainan retina khususnya “ablatio
retina”.
2. Untuk mengetauhi prevalensi dan insidensi terjadinya “ablatio retina” secara
keseluruhan yang terjadi di Indonesia.
3. Mengetahui jenis klasifikasi dari “ablatio retina”.
4. Mengtahui tanda gejala, diagnosis, dan pengobatan dari “ablatio retina”.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 3
[ ] March 16, 2013
II.2 Anatomi dan Fisiologis Retina
Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang,
yang terlihat merah pada fundus adalah warna dari koroid. Retina ini terdiri dari bermacam-
macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueler,
membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel glia. Membrana limitans interna letaknya
berdekatan dengan membrana hyaloidea dari badan kaca.
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multi lapis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir
sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serata. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan
membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen
retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada
ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina dan epitelium pigmen retina
saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal
ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara koroid dan sklera, yang
meluas ke taji sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serata, di bawah
pars plana dan pars plikata. Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus.
Pada kehidupan embrio dari optik vesicle terbentuk optic cup, dimana lapisan luar
membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila
terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam
celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka
terjadilah ablasi retina.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 4
[ ] March 16, 2013
Retina terbagi atas 3 lapis utama yang membuat sinap saraf sretina : yaitu sel kerucut
dan batang, sel bipolar, dan sel ganglion.
Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan secara histologik, yaitu dari luar ke dalam :
1.Lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid.
2.Lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif.
3.Membran limitan luar
4.Lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang.
5.Lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit.
6.Lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar.
7.Lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson.
8 .Lapis sel ganglion.
9. Lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik.
10.Membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.
1.1 Anatomi bola mata
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 5
[ ] March 16, 2013
1.2 Anatomi Retina
Fisiologi
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi
sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transduser yang
efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui
saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk
ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya
adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor
kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan paling
tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan
diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itulah makula
terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan
bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan
terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 6
[ ] March 16, 2013
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Terlepasnya sel-sel retina dari bagian belakang mata biasanya disebabkan oleh
robekan dalam retina, yang sering terjadi ketika gel vitreous yang mengisi rongga bola mata,
menarik dan memisahkan ikatannya pada retina. Kondisi tersebut biasanya terjadi akibat
volume cairan vitreous anda menjadi menyusut dan konsistensinya semakin cair dengan
bertambahnya usia. Pada akhirnya, vitreous tersebut mengendur dan terpisah permukaannya
dari retina, biasa disebut sebagai pelepasan vitreous posterior (PVD), atau vitreousyang
kolaps. Seiring memisahnya vitreous dari retina, retina bisa mengalami tarikan dengan
kekuatan tertentu, sehingga mampu merobek dan membuat retina terlepas dari lapisan di
bawahnya. Kadang-kadang robekan retina juga merobek pembuluh darah retina, sehingga
ditemukan pula perdarahan dalam rongga bola mata (perdarahan vitreus).
Cairan vitreous melintas melalui robekan dan terakumulasi di belakang retina. Adanya cairan
di balik retina ini semakin berpotensi bertambah, sehingga retina yang terlepas meluas, dan
penglihatan makin menurun.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 7
[ ] March 16, 2013
KLASIFIKASI
Dikenal 3 bentuk ablatio retina, berdasarkan penyebab terjadinya , yaitu :
1. Ablatio Retina Regmatogenesa
Merupakan tipe ablatio retina yang sering terjadi. Timbul akibat robekan pada retina
sehingga cairan masuk ke belakang antara sel epitel berpigmen dengan sel batang dan
sel kerucut. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang
masuk melalui robekan pada retina menuju rongga subretina. Miopia, afakia, laticce
degeneration dan trauma okuli merupakan faktor resiko terjadinya ablatio retina
regmatogenosa.
Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda sering
terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan dialysis
retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel maka defek
biasanya terletak 90 satu sama lain.
Gambar Robekan tapal kuda
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 8
[ ] March 16, 2013
2. Ablatio Retina Traksi
Ini merupakan tipe ablatio yang tersering kedua setelah regmatogenosa. Biasanya
timbulakibat retinopati diabetika, proliferasi vitreoretinopati, retinopati akibat
prematuritas, atau trauma okuli. Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat
tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan melepaskan tautan retina. Berbeda
dengan tipe regmatogenosa dengan kelainan berbentuk konveks, bentuk kelainan pada
tipe traksi biasanya konkav dan lebih terlokalisir.
Gambar Ablasio retina traksi
3. Ablatio Retina Eksudatif
Tipe ini terjadi tanpa adanya robekan atau traksi vitreoretina. Ablasi terjadi akibat
penimbunan cairan pada ruang subretina akibat penyakit primer pada epitel
berpigmen dan koroid. Kelainan ini terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor
retrobulber, uveitis, atau ideopatik.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 9
[ ] March 16, 2013
Gambar ablatio eksudatif
Sedangkan menurut penyebabnya maka ablasi retina diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Ablasi primer.
Mata sebelumnya tidak sakit pada suatu waktu timbul ablasi retina.
1. Umur tua Proses sklerosis, menyebabkan retina menjadi degeneratif, menimbulkan
robekan dan ablasi retina pada orang tua dan miopia tinggi, di ora serata sering menimbulkan
degenerasi kistoid yang mudah pecah, yang juga dapat menimbulkan ablasi retina.
2. Miopia tinggi Miopia tinggi disertai degenerasi retina, menimbulkan robekan dan
menyebabkan ablasi retina.
3. Trauma Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadi
ablasi retina. Trauma hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada
mata yang berbakat. Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah matadengan
miopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer,
50 % ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 10
[ ] March 16, 2013
B. Ablasi Sekunder
Disebabkan penyakit lain :
1. Tumor koroid atau retina yang tumbuh ke depan, menyebabkan lepasnya retina dari
lapisan epitel pigmen, kemudian disusul dengan timbulnya eksudasi oleh karena
rangsangan, cairan ini mengumpul di dalam celah potensial, menyebabkan ablasi
retina misalnya pada retinablastoma.
2. Transudat, pada hipertensi, retinopati nefritika, coat’s disease.
3. Eksudat, pada koroiditis.
4. Oleh karena retraksi dari jaringan organisasi pada retinitis proliferas akibat
perdarahan di badan kaca atau peradangan dari uvea atau retina yang masuk ke dalam
badan kaca, trauma perforata, dapat menimbulkan robekan dan disusul dengan ablasi
retina. Disini menutup robekan tidak ada gunanya, oleh karena jaringan fibrotik itu
akan menarik lagi dan menimbulkan robekan baru.
Ablasi retina, biasanya dihubungkan dengan pemisahan retina yang terjadi karena
adanya robekan pada retina. Robekan retina berbentuk ladam kuda sering terdapat di
temporal atas. Cairan badan kaca masuk melalui robekan ini ke dalam celah potensial yang
terletak dimulai dari temporal atas, lambat laun meluas kebawah oleh karena cairan selalu
mencari tempat yang terendah, yang disebabkan oleh daya tarik bumi. Ablasi makin lama
makin tinggi, karena cairan yang masuk makin lama makin banyak, juga makin luas dan
retinanya menjadi berlipat-lipat untuk akhirnya seluruh retina terlepas, terkecuali pada ora
serata dan papil saraf optik, ia masih melekat. Keadaan ini dinamakan ablasi total.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 11
[ ] March 16, 2013
ETIOLOGI
Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan
atau lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogen (Rhegmatogenous
Retinal Detachment). Rhegmatogen retinal detachment terjadi karena lubang atropic pada
retina atau robekan pada retina yang disebabkan karena tekanan mekanik. Traksi detachment
terjadi karena kontraksi dari katan serabut vitreus yang menarik retina dari epitel pigmen.
Eksudat detachment terjadi sebagai hasil dari cairan yang terkumpul dalam lapisan
sub retinal yang terjadi karena terpisahnya retina dengan epitel pigmen.
Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi
tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada
retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi
bagian tengah bola mata. pigmen retina ( pada keadaan normal berfungsi sebagai outer
barrier) karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau
penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan.
INSIDENSI
Bisanya terjadi pada usia 50 tahun dan pada penderita dengan myopi.
Rhegmatogenous detachment jarang terjadi pada kaum muda kecuali karena trauma. Angka
kejadiannya meningkat pada dekade ke – 4 dan puncaknya pada dekade 5 dan ke – 6. Tiga
faktor yang potensial menyebabkan terjadinya retinal detachment adalah : Aphakia,
degenerasi dari retina dan vitreuos dan myopi.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 12
[ ] March 16, 2013
Perpindahan human lens (dihasilkan dalam apakia) dapat menjadikan vitreous
berpindah ke depan. Dalam beberapa kasus myopi, panjang anteroposterior dari mata
membesar, ukuran dari posterior chamber meningkat.
EPIDEMIOLOGI
Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina sensorik
dari epitel pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina, yaitu: ablasio retina
regmatogenosa, epitel retina traksi (tarikan), dan ablasio retina eksudatif.
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi
0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio retina di Amerika Serikat adalah
12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.
Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia 40-50%,
operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina
lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja
lebih banyak karena trauma.
Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi.
Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.
Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang:
1. Memiliki miopia tinggi
2. Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi
kehilangan vitreus
3. Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral
4. Baru mengalami trauma mata berat.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 13
[ ] March 16, 2013
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal terdapat gaya yang menjaga agar bagian sensoris tetap
melekat pada epitel berpigmen. Gaya ini dibentuk oleh tekanan negatif pada ruang subretina
sebagai hasil metabolic pump metabolik berpigmendan tekanan onkotik yang realtif lebih
tinggi pada koroid, serta adanya lem yang terbuat dari mukopolisakarida yang melekatkan
epitel berpigmen dan sensoris retina (sel batang dan kerucut).
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga
vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat
berpisah :
1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat
proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina
eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina
atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.
Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi
kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah
retina tertentu, cedera, dan sebagainya.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 14
[ ] March 16, 2013
Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis
dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke
retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya
pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat
terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15
tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada
mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari
semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.12
Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih
awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam
hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan
sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi
dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel
pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.
Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah
sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada
gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan
menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 15
[ ] March 16, 2013
GEJALA KLINIS
1. Fotopsia dan floaters
- Floaters (terlihat benda hitam melayang-layang), yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi
vitreus itu sendiri. Tibul mendadak dan terlihat ebagai bercak-bercak besar pada
tengah lapang penglihatan
- Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
2. Penurunan Visus.
Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama
semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan yang lebih berat. Gejala ini dapat terjadi jika ablasi melibatkan makula
dan kadang-kadang benda terlihat seperti bergetar atau disebut pula metamorphosia.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 16
[ ] March 16, 2013
DIAGNOSIS
Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan
pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :
1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
- Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan
di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu
sendiri.
- Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
- Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah
lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
2 Pemeriksaan oftalmologi
- Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula
lutea ikut terangkat.
- Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina,
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 17
[ ] March 16, 2013
pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
- Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada
pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada
retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen
atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
- Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna
merah.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
- Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan
untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya
seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 18
[ ] March 16, 2013
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan
ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
- Scleral indentation
- Fundus drawing
- Goldmann triple-mirror
- Indirect slit lamp biomicroscopy
Diagnosis pasti di tegakkan dengan direct oftalmoscopy. Dapat mendeteksi
perdarahan vitreous dan ablasi retina yang luas, yang dimana daerah ablatio di tandai dengan
daerah abu-abu dengan waran pembuluh darah yang lebih gelap yang terletak pada daerah
yang melipat.
DIAGNOSIS BANDING
1. Retinoschisis degeneratif, yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan pada
orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke ora serrata. Daerah yang
degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya depresi
skleral. Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung hyalorinidase-
mukopolisakarida sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi kistoid yang
tipikal adalah koalesensi dan ekstensi kavitas dan peningkatan kearah retinoskisis
degenerasi tipikal. Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi
vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 19
[ ] March 16, 2013
2. Choroidal detachment, gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi
viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan detachment choroidal
yang luas.
PENATALAKSANAAN
Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan
neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan
pembedahan, pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:6,10,11
1. Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina
regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik
pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus.
Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh
gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga
dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan
posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan
retina.
2. Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama
tanpa disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 20
[ ] March 16, 2013
lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau
silikon padat.Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan
antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga
terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.
Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam
waktu 1-2 hari.
Gambar Skleral buckling
3. Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara
pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan
instrumen hingga ke cavum melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan
pemotong vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab
ablasio.
Keuntungan PPV:
1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 21
[ ] March 16, 2013
2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat
dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.
3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.
Kerugian PPV:
1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.
2. Dapat menyebabkan katarak.
3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil
4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang
dapat meningkatkan tekanan iraokuler.
PROGNOSIS
1. Apabila ablasio retina meliputi daerah macula, kemungkinan pengembalian
penglihatan sangat rendah.
2. Ablasio retina mempunyai risiko berulang
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 22
[ ] March 16, 2013
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan
wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti masuknya
cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke antara retina dan dinding bola
mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan hilangnya
penglihatan secara permanen
Menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi 3 : Ablatio Retina Regmantogenesa,
Ablatio Retina Traksi dan Ablatio Retina Eksudatif.
Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan
neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 23
[ ] March 16, 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.
2. Gregory Luke Larkin.Retinal Detachment.EMedicine [Online] Available from :
http://www.emedicine.com/emerg/byname/Retinal-Detachment.htm
3. James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003:
117-121.
4. Weng Sehu K. R.Lee William. Ophthalmic Pathology an Illustrated Guide for
Clinical. 2nd edition. Blackwel Publishing, USA : 2005.
KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 24