ablatio retina

35
[ABLATIO RETINA] March 16, 2013 ABSTRAK Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti masuknya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 1

Upload: amiowkey659308130

Post on 13-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

ABSTRAK

Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina

(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia

berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.

Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini

serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina

yang diikuti masuknya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke

antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini

dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.

Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun

jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami

ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor,

peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera

dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang

menetap. Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri

dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam, berfungsi seperti

film pada kamera foto, cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina

yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak

melalui saraf optik.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 1

Page 2: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel

epitel pigmen retina. Pada keadaan ini pigamen masih melekat erat dengan membran brunch.

Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan

struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial

untuk lepas secara embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan

mengakibatkan gangguan nutrisi retin dari pembuluh retina darah koroid yang bila

berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Pada dasaranya abalatio retia adalah suatu kelainan mata bilateral, sehingga harus

diperiksa dan ditangani kedua mata. Biaanya ablatio retina ini adalah suatu kelainan yang

berhubungan dengan meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana akan terjadi perubahan

degeneratif pada retina dan vitreous.

Diperkirakan prevalensi ablatio retina adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.

Prevalensi meningkat pada beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afakia/pseudofakia dan

trauma. Pada penderita-penderita ablatio retina ditemukan adanya :

Miopi 55%

Gedenerasi Lattice 20-30%

Trauma 10-20%

Afakia/Pseudofakia 30-40%

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 2

Page 3: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

Tujuan

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dan sebagai

prasyarat ujian akhir stase Ilmu Kesehatan Mata Kepanitraan Klinik Senior.

Selain itu tujuan dari penulis menulis referat yang berjudul “Ablatio Retina” adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dan penjabaran kelainan retina khususnya “ablatio

retina”.

2. Untuk mengetauhi prevalensi dan insidensi terjadinya “ablatio retina” secara

keseluruhan yang terjadi di Indonesia.

3. Mengetahui jenis klasifikasi dari “ablatio retina”.

4. Mengtahui tanda gejala, diagnosis, dan pengobatan dari “ablatio retina”.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 3

Page 4: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

II.2 Anatomi dan Fisiologis Retina

Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus pandang,

yang terlihat merah pada fundus adalah warna dari koroid. Retina ini terdiri dari bermacam-

macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueler,

membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel glia. Membrana limitans interna letaknya

berdekatan dengan membrana hyaloidea dari badan kaca.

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multi lapis yang

melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir

sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serata. Permukaan luar retina

sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan

membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen

retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada

ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina dan epitelium pigmen retina

saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal

ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara koroid dan sklera, yang

meluas ke taji sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati ora serata, di bawah

pars plana dan pars plikata. Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus.

Pada kehidupan embrio dari optik vesicle terbentuk optic cup, dimana lapisan luar

membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila

terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam

celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka

terjadilah ablasi retina.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 4

Page 5: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

Retina terbagi atas 3 lapis utama yang membuat sinap saraf sretina : yaitu sel kerucut

dan batang, sel bipolar, dan sel ganglion.

Terdapat 10 lapisan yang dapat dibedakan secara histologik, yaitu dari luar ke dalam :

1.Lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid.

2.Lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif.

3.Membran limitan luar

4.Lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang.

5.Lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit.

6.Lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar.

7.Lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson.

8 .Lapis sel ganglion.

9. Lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik.

10.Membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.

1.1 Anatomi bola mata

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 5

Page 6: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

1.2 Anatomi Retina

Fisiologi

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi

sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transduser yang

efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan

cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui

saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk

ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya

adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor

kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan paling

tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan

diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itulah makula

terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan

bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan

terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 6

Page 7: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Terlepasnya sel-sel retina dari bagian belakang mata biasanya disebabkan oleh

robekan dalam retina, yang sering terjadi ketika gel vitreous yang mengisi rongga bola mata,

menarik dan memisahkan ikatannya pada retina. Kondisi tersebut biasanya terjadi akibat

volume cairan vitreous anda menjadi menyusut dan konsistensinya semakin cair dengan

bertambahnya usia. Pada akhirnya, vitreous tersebut mengendur dan terpisah permukaannya

dari retina, biasa disebut sebagai pelepasan vitreous posterior (PVD), atau vitreousyang

kolaps. Seiring memisahnya vitreous dari retina, retina bisa mengalami tarikan dengan

kekuatan tertentu, sehingga mampu merobek dan membuat retina terlepas dari lapisan di

bawahnya. Kadang-kadang robekan retina juga merobek pembuluh darah retina, sehingga

ditemukan pula perdarahan dalam rongga bola mata (perdarahan vitreus).

Cairan vitreous melintas melalui robekan dan terakumulasi di belakang retina. Adanya cairan

di balik retina ini semakin berpotensi bertambah, sehingga retina yang terlepas meluas, dan

penglihatan makin menurun.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 7

Page 8: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

KLASIFIKASI

Dikenal 3 bentuk ablatio retina, berdasarkan penyebab terjadinya , yaitu :

1. Ablatio Retina Regmatogenesa

Merupakan tipe ablatio retina yang sering terjadi. Timbul akibat robekan pada retina

sehingga cairan masuk ke belakang antara sel epitel berpigmen dengan sel batang dan

sel kerucut. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang

masuk melalui robekan pada retina menuju rongga subretina. Miopia, afakia, laticce

degeneration dan trauma okuli merupakan faktor resiko terjadinya ablatio retina

regmatogenosa.

Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda sering

terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan dialysis

retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel maka defek

biasanya terletak 90 satu sama lain.

Gambar Robekan tapal kuda

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 8

Page 9: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

2. Ablatio Retina Traksi

Ini merupakan tipe ablatio yang tersering kedua setelah regmatogenosa. Biasanya

timbulakibat retinopati diabetika, proliferasi vitreoretinopati, retinopati akibat

prematuritas, atau trauma okuli. Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat

tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan melepaskan tautan retina. Berbeda

dengan tipe regmatogenosa dengan kelainan berbentuk konveks, bentuk kelainan pada

tipe traksi biasanya konkav dan lebih terlokalisir.

Gambar Ablasio retina traksi

3. Ablatio Retina Eksudatif

Tipe ini terjadi tanpa adanya robekan atau traksi vitreoretina. Ablasi terjadi akibat

penimbunan cairan pada ruang subretina akibat penyakit primer pada epitel

berpigmen dan koroid. Kelainan ini terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor

retrobulber, uveitis, atau ideopatik.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 9

Page 10: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

Gambar ablatio eksudatif

Sedangkan menurut penyebabnya maka ablasi retina diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Ablasi primer.

Mata sebelumnya tidak sakit pada suatu waktu timbul ablasi retina.

1. Umur tua Proses sklerosis, menyebabkan retina menjadi degeneratif, menimbulkan

robekan dan ablasi retina pada orang tua dan miopia tinggi, di ora serata sering menimbulkan

degenerasi kistoid yang mudah pecah, yang juga dapat menimbulkan ablasi retina.

2. Miopia tinggi Miopia tinggi disertai degenerasi retina, menimbulkan robekan dan

menyebabkan ablasi retina.

3. Trauma Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadi

ablasi retina. Trauma hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada

mata yang berbakat. Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah matadengan

miopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer,

50 % ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 10

Page 11: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

B. Ablasi Sekunder

Disebabkan penyakit lain :

1. Tumor koroid atau retina yang tumbuh ke depan, menyebabkan lepasnya retina dari

lapisan epitel pigmen, kemudian disusul dengan timbulnya eksudasi oleh karena

rangsangan, cairan ini mengumpul di dalam celah potensial, menyebabkan ablasi

retina misalnya pada retinablastoma.

2. Transudat, pada hipertensi, retinopati nefritika, coat’s disease.

3. Eksudat, pada koroiditis.

4. Oleh karena retraksi dari jaringan organisasi pada retinitis proliferas akibat

perdarahan di badan kaca atau peradangan dari uvea atau retina yang masuk ke dalam

badan kaca, trauma perforata, dapat menimbulkan robekan dan disusul dengan ablasi

retina. Disini menutup robekan tidak ada gunanya, oleh karena jaringan fibrotik itu

akan menarik lagi dan menimbulkan robekan baru.

Ablasi retina, biasanya dihubungkan dengan pemisahan retina yang terjadi karena

adanya robekan pada retina. Robekan retina berbentuk ladam kuda sering terdapat di

temporal atas. Cairan badan kaca masuk melalui robekan ini ke dalam celah potensial yang

terletak dimulai dari temporal atas, lambat laun meluas kebawah oleh karena cairan selalu

mencari tempat yang terendah, yang disebabkan oleh daya tarik bumi. Ablasi makin lama

makin tinggi, karena cairan yang masuk makin lama makin banyak, juga makin luas dan

retinanya menjadi berlipat-lipat untuk akhirnya seluruh retina terlepas, terkecuali pada ora

serata dan papil saraf optik, ia masih melekat. Keadaan ini dinamakan ablasi total.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 11

Page 12: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

ETIOLOGI

Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan

atau lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogen (Rhegmatogenous

Retinal Detachment). Rhegmatogen retinal detachment terjadi karena lubang atropic pada

retina atau robekan pada retina yang disebabkan karena tekanan mekanik. Traksi detachment

terjadi karena kontraksi dari katan serabut vitreus yang menarik retina dari epitel pigmen.

Eksudat detachment terjadi sebagai hasil dari cairan yang terkumpul dalam lapisan

sub retinal yang terjadi karena terpisahnya retina dengan epitel pigmen.

Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi

tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada

retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi

bagian tengah bola mata. pigmen retina ( pada keadaan normal berfungsi sebagai outer

barrier) karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau

penimbunan cairan yang terjadi pada proses peradangan.

INSIDENSI

Bisanya terjadi pada usia 50 tahun dan pada penderita dengan myopi.

Rhegmatogenous detachment jarang terjadi pada kaum muda kecuali karena trauma. Angka

kejadiannya meningkat pada dekade ke – 4 dan puncaknya pada dekade 5 dan ke – 6. Tiga

faktor yang potensial menyebabkan terjadinya retinal detachment adalah : Aphakia,

degenerasi dari retina dan vitreuos dan myopi.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 12

Page 13: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

Perpindahan human lens (dihasilkan dalam apakia) dapat menjadikan vitreous

berpindah ke depan. Dalam beberapa kasus myopi, panjang anteroposterior dari mata

membesar, ukuran dari posterior chamber meningkat.

EPIDEMIOLOGI

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina sensorik

dari epitel pigmen retina. Terdapat tiga jenis utama ablasio retina, yaitu: ablasio retina

regmatogenosa, epitel retina traksi (tarikan), dan ablasio retina eksudatif.

Insiden  ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan prevalensi

0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio retina di Amerika Serikat adalah

12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.

Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia 40-50%,

operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan trauma okuler 10-20%. Ablasio retina

lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja

lebih banyak karena trauma.

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering terjadi.

Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina regmatogenosa.

Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang:

1. Memiliki miopia tinggi

2. Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini mengalami komplikasi

kehilangan vitreus

3. Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral

4. Baru mengalami trauma mata berat.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 13

Page 14: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal terdapat gaya yang menjaga agar bagian sensoris tetap

melekat pada epitel berpigmen. Gaya ini dibentuk oleh tekanan negatif pada ruang subretina

sebagai hasil metabolic pump metabolik berpigmendan tekanan onkotik yang realtif lebih

tinggi pada koroid, serta adanya lem yang terbuat dari mukopolisakarida yang melekatkan

epitel berpigmen dan sensoris retina (sel batang dan kerucut).

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga

vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat

berpisah :

1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio

regmatogenosa).

2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya

seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).

3.  Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat

proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina

eksudatif)

 

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina

atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia.

Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi

kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah

retina tertentu, cedera, dan sebagainya.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 14

Page 15: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di koroid. Sklerosis

dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan berkurangnya perdarahan ke

retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia karena teregangnya dan menipisnya

pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat

terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15

tahun lebih awal daripada mata emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada

mata miopia daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari

semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.12

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu dasawarsa lebih

awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan penurunan daya ikat air dari asam

hialuron sehingga kerangka badan kaca mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan

sebagian dan ablasi badan kaca posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi

dan struktur yang mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel

pigmen lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.

Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau daerah

sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan badan kaca pada

gerakan mata bahkan akan lebih kuat lagi. Sekali terjadi robekan retina, cairan akan

menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas dari epitel pigmen dan koroid.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 15

Page 16: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

GEJALA KLINIS

1. Fotopsia dan floaters

- Floaters (terlihat benda hitam melayang-layang), yang terjadi karena adanya

kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi

vitreus itu sendiri. Tibul mendadak dan terlihat ebagai bercak-bercak besar pada

tengah lapang penglihatan

- Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang

umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap.

2. Penurunan Visus.

Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama

semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam

penglihatan yang lebih berat. Gejala ini dapat terjadi jika ablasi melibatkan makula

dan kadang-kadang benda terlihat seperti bergetar atau disebut pula metamorphosia.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 16

Page 17: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

DIAGNOSIS

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan

pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1.        Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:

- Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan

di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu

sendiri.

- Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang

umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam

keadaan gelap.

- Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian

seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah

lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.

2 Pemeriksaan oftalmologi

- Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya

makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang

menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula

lutea ikut terangkat.

- Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup

tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina,

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 17

Page 18: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan

fotopsia.

- Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis

ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada

pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan

pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran

vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,

didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada

retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.

Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen

atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.

- Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat

dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna

merah.

3. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit

penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

- Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan

untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya

seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 18

Page 19: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan

ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.

- Scleral indentation

- Fundus drawing

- Goldmann triple-mirror

- Indirect slit lamp biomicroscopy

Diagnosis pasti di tegakkan dengan direct oftalmoscopy. Dapat mendeteksi

perdarahan vitreous dan ablasi retina yang luas, yang dimana daerah ablatio di tandai dengan

daerah abu-abu dengan waran pembuluh darah yang lebih gelap yang terletak pada daerah

yang melipat.

DIAGNOSIS BANDING

1. Retinoschisis degeneratif, yaitu degenerasi peripheral tipikal sering ditemukan pada

orang dewasa, berlanjut dan meninggi 2-3 mm posterior ke ora serrata. Daerah yang

degenerasi tampak adanya gelembung dan paling mudah diamati adanya depresi

skleral. Kavitas kistoid pada lapisan pleksiform luar mengandung hyalorinidase-

mukopolisakarida sensitif. Komplikasi yang diketahui dari degenerasi kistoid yang

tipikal adalah koalesensi dan ekstensi kavitas dan peningkatan kearah retinoskisis

degenerasi tipikal. Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang. 

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 19

Page 20: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

2.  Choroidal detachment, gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi

viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan detachment choroidal

yang luas.

PENATALAKSANAAN

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya dilakukan dengan

pembedahan,  pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara:6,10,11

1.       Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina

regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina. Teknik

pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus.

Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh

gelembung gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga

dilekatkan dengan kryopeksi sebelum balon disuntikkan. Pasien harus mempertahankan

posisi head precise selama 7-10 hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan

retina.

2.       Scleral buckle

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama

tanpa disertai komplikasi lainnya. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 20

Page 21: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau

silikon padat.Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan

antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga

terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.

Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam

waktu 1-2 hari.

Gambar Skleral buckling

3.        Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat

diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara

pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan

instrumen hingga ke cavum  melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan

pemotong vitreus. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab

ablasio. 

Keuntungan PPV:

1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 21

Page 22: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik ini dapat

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:

1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

2. Dapat menyebabkan katarak.

3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil

4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior yang

dapat meningkatkan tekanan iraokuler.

PROGNOSIS

1. Apabila ablasio retina meliputi daerah macula, kemungkinan pengembalian

penglihatan sangat rendah.

2. Ablasio retina mempunyai risiko berulang

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 22

Page 23: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina

(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia

berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.

Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan

wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti masuknya

cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke antara retina dan dinding bola

mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan hilangnya

penglihatan secara permanen

Menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi 3 : Ablatio Retina Regmantogenesa,

Ablatio Retina Traksi dan Ablatio Retina Eksudatif.

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali lapisan

neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 23

Page 24: Ablatio Retina

[ ] March 16, 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

2. Gregory Luke Larkin.Retinal Detachment.EMedicine [Online] Available from :

http://www.emedicine.com/emerg/byname/Retinal-Detachment.htm 

3.  James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed. Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003:

117-121.

4. Weng Sehu K. R.Lee William. Ophthalmic Pathology an Illustrated Guide for

Clinical. 2nd edition. Blackwel Publishing, USA : 2005.

KKS Ilmu Kesehatan Mata Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 2013. Page 24