aaann aalliississ sss s tttaattiisttiiikkk ... sesuai dengan keunikan dan tahap -tahap perkembangan...
TRANSCRIPT
1
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012
A. Pengantar
Madrasah (RA, MI, MTs
dan MA) disebutkan dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Nomor 20 Tahun
2003 merupakan lembaga
pendidikan formal yang tidak
terpisahkan dari Sistem
Pendidikan Nasional. Secara yuridis, kedudukan madrasah
disetarakan dengan sekolah umum walaupun dalam beberapa hal
madrasah memiliki keunikan. Pembelajaran keagamaan yang
lebih intensif menjadi ciri khas tersendiri yang membedakan
madrasah dan sekolah umum.
Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) adalah satuan
pendidikan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam yang secara teknis pembinaannya dilakukan oleh Direktorat
Pendidikan Madrasah.
RA merupakan satuan pendidikan yang menangani
Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), yaitu salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
2
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Sedangkan Madrasah adalah satuan pendidikan pada
pendidikan dasar (MI, MTs) dan menengah (MA) dimana untuk
Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) serta Madrasah Aliyah (MA) setara dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dapat menentukan standard
kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mampu
melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas,
menguasai iptek serta berlandaskan iman dan takwa kepada Allah
SWT.
B. Analisis Deskriptif Data
1. Lembaga
Pendataan Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah (MI,
MTs,MA) mencakup 33 provinsi. Jumlah lembaga yang berhasil
didata oleh bagian Perencanaan dan Sistem Informasi pada
Tahun Pelajaran 2011-2012 secara nasional terdapat sebanyak
25.435 Raudhatul Athfal, 23.071 Madrasah Ibtidaiyah, 15.244
Madrasah Tsanawiyah, 6.664 Madrasah Aliyah. Persentase
3
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.1. Jumlah Lembaga RA, MI, MTs, dan MA TP. 2011-2012
Gambar 1.2. Jumlah MI, MTs, dan MA Berdasarkan Status TP. 2011-2012
sebaran lembaga yang berhasil didata adalah 36,13% - RA,
32,77% - MI, 21,65% - MTs, 9,45% - MA.
Jumlah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) pada Tahun
Pelajaran 2011-2012 sebanyak 1.686 lembaga (7,31%),
sedangkan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) sebanyak 21.385
lembaga (92,69%).
Jumlah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) sebanyak 1.437
lembaga (9,43%), sedangkan Madrasah Tsanawiyah Tsanawiyah
Swasta (MTsS) sebanyak 13.807 lembaga (90,57%).
4
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.3. Jumlah RA Berdasarkan Status Akreditasi TP. 2011-2012
Sedangkan Jumlah Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
sebanyak 758 lembaga (11,37%), dan jumlah Madrasah Aliyah
Swasta (MAS) sebanyak 5.906 lembaga (88,63%).
Bila dilihat dari komposisi jumlah madrasah antara negeri
dan swasta, lebih dari 90% madrasah diselenggarakan oleh
swasta, yang pembinaannya dilakukan oleh lembaga/yayasan
ataupun secara perorangan. Hal ini menunjukkan besarnya
perhatian dan tanggung-jawab masyarakat sejak dahulu kala
akan pentingnya pendidikan pada anak-anak terutama pendidikan
berbasis agama, selain itu kondisi tersebut juga menunjukkan
bahwa pendidikan itu tidak harus terus menerus menjadi
tanggung jawab pemerintah melainkan juga seharusnya menjadi
tanggung-jawab masyarakat.
Berdasarkan data lembaga yang masuk ke Bagian
perencanaan dan Sistem Informasi, tercatat tingkat akreditasi
untuk jenjang RA adalah sebagai berikut; Akreditasi A sebanyak
1.196 lembaga (4,70%), 4.673 lembaga (18,37%) akreditasi B,
5
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.4. Jumlah MI Berdasarkan Status Akreditasi TP. 2011-2012
Gambar 1.5. Jumlah MTs Berdasarkan Status Akreditasi TP. 2011-2012
2.353 lembaga (9,25%) akreditasi C, dan belum terakreditasi
sebanyak 17.213 lembaga (67,67%).
Jumlah MI berdasarkan status akreditasi adalah sebagai
berikut; Akreditasi A sebanyak 1.765 lembaga (7,65%), 9.427
lembaga (40,86%) akreditasi B, dan 6.011 lembaga (26,05%)
akreditasi C, serta 5.868 lembaga (25,43%) belum terakreditasi.
Sementara angka untuk akreditasi pada jenjang MTs,
sebanyak 1.278 lembaga (8,38%) berakreditasi A, 5.708 lembaga
(37,44%) akreditasi B, 3.451 lembaga (22,64%) akreditasi C dan
sebanyak 4.807 lembaga (31,53%) belum terakeditasi.
6
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.6. Jumlah MA Berdasarkan Status Akreditasi TP. 2011-2012
Untuk akreditasi pada jenjang MA, sebanyak 804 lembaga
(12,06%) akreditasi A, 2.174 lembaga (32,62%) akreditasi B,
1.504 lembaga (22,57%) akreditasi C dan sebanyak 2.182
lembaga (32,74%) belum terakreditasi.
Bila dibandingkan dengan MI, MTs dan MA prosentase RA
yang belum terakreditasi menempati posisi yang paling atas
dengan 67,67%, hal ini dapat diartikan bahwa saat ini tata kelola
RA belum baik sehingga masih perlu mendapat perhatian yang
lebih besar dari Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Kedepan diharapkan manajemen dan mutu pendidikan RA
menjadi lebih baik. Sedangkan pada MI, MTs dan MA hanya
tinggal 1/3 nya yang belum terakreditasi.
Ternyata pada semua jenjang (RA, MI, MTs, MA), yang
memiliki akreditasi A hanya dibawah 10%. Ini artinya bahwa
manajemen dan pengelolaan madrasah selama ini masih perlu
ditingkatkan, sehingga kedepan pembinaan terhadap manajemen
dan tata kelola yang baik terhadap madrasah masih perlu
dilakukan sehingga nantinya akan lebih banyak madrasah yang
7
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.7. Jumlah Siswa RA, MI, MTs, dan MA TP. 2011-2012
bermutu dengan lebih banyaknya madrasah yang berstatus A. Ini
semua pada akhirnya akan meningkatkan citra dan kepercayaan
terhadap madrasah dikalangan masyarakat.
2. Peserta Didik atau Siswa
Jumlah Keseluruhan peserta didik atau siswa madrasah
Tahun Pelajaran 2011-2012 sebanyak 8.079.426 orang yang
tersebar mulai dari tingkat RA sampai dengan tingkat MA. Dari
jumlah tersebut sebanyak 1.074.131 orang (13,29%) merupakan
siswa RA, kemudian sebanyak 3.200.459 orang (39,61%) adalah
siswa MI, dimana dari jumlah tersebut sebanyak 412.577 orang
siswa MIN, dan sebanyak 2.787.882 orang merupakan siswa MIS.
Siswa MTs sebanyak 2.745.022 orang (33,98%), yang terdiri dari
651.444 orang adalah siswa MTsN, dan sebanyak 2.093.578
orang adalah siswa MTsS. Sedangkan pada jenjang MA, jumlah
siswanya adalah 1.059.814 orang (13,12%), yang terdiri dari
354.740 orang siswa MAN, dan sebanyak 705.074 orang adalah
siswa MAS.
8
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Pada gambar 1.7 jelas terlihat jumlah siswa madrasah
swasta berbanding lurus dengan jumlah lembaga yang berstatus
swasta. Hal ini menyatakan banwa kontribusi lembaga swasta
sangat berarti didalam dunia pendidikan Islam khususnya dalam
peningkatan akses pendidikan. Oleh karena itu, lembaga swasta
perlu mendapat perhatian dan perlakuan yang sama dengan
negeri agar kwalitas atau mutu lembaga tersebut dapat
diandalkan dalam pelayanan pendidikan pada masyarakat.
Komposisi siswa berdasarkan jenis kelamin dari RA
sampai MA adalah sebagai berikut : pada jenjang RA sebanyak
538.822 orang (50,16%) berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak
535.309 orang (49,84%) berjenis kelamin perempuan. Dapat
disimpulkan bahwa pada jenjang RA perbandingan jumlah laki-
laki dan perempuan hampir seimbang. Pada jenjang MI sebanyak
1.644.120 orang (51,37%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan
sebanyak 1.556.339 orang (48,63%) berjenis kelamin
perempuan. Perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan
untuk jenjang MI, siswa laki-laki sedikit lebih banyak dibanding
dengan siswa perempuan. Pada jenjang MTs sebanyak 1.330.220
orang (48,46%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sebanyak
1.414.802 orang (51,54%) berjenis kelamin perempuan. Dapat
disimpulkan bahwa untuk jenjang MTs, siswa perempuan lebih
banyak dibanding dengan siswa laki-laki. Untuk jenjang MA
sebanyak 413.219 orang (38,99%) berjenis kelamin laki-laki
sedangkan sebanyak 646.595 orang (61,01%) berjenis kelamin
perempuan, jadi pada jenjang MA lebih banyak siswa perempuan.
9
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.8. Jumlah Siswa RA, MI, MTs, dan MA Berdasarkan Jenis Kelamin TP. 2011-2012
Secara keseluruhan komposisi siswa madrash berdasarkan jenis
kelamin pada jenjang RA sampai dengan jenjang MTs hampir
berimbang, kondisi agak berbeda terdapat pada jenjang MA,
dimana jumlah siswa perempuan lebih banyak dibanding dengan
jumlah siswa laki-laki. Perlu diteliti dan dilakukan pembahasan
lebih mendalam, dengan makin meningkat jenjang madrasah
siswanya lebih banyak perempuan.
3. Rombongan Belajar (Rombel) dan APK
Indikator lain yang tak kalah pentingnya untuk memantau
perkembangan lembaga pendidikan adalah rombongan belajar
(rombel) dan Angka partisipasi Kasar (APK).
Jumlah rombel untuk jenjang RA sebanyak 53.720,
sementara jumlah siswa sebanyak 1.074.131 orang, sehingga
diketahui rasio rombel:siswa RA sebesar 1:20, bahwa 1 rombel
dapat menampung siswa sebanyak 20 siswa. Jumlah rombel
untuk jenjang MI sebanyak 141.720 dengan jumlah siswa
sebanyak 3.200.459 siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa
MI sebesar 1:23, dengan demikian untuk jenjang MI, bahwa 1
10
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
rombel dapat menampung siswa sebanyak 23 siswa. Jumlah
rombel untuk jenjang MTs sebanyak 76.061 dengan jumlah siswa
sebanyak 2.745.022 siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa
sebesar MTs 1:36, dengan demikian untuk jenjang MTs, bahwa 1
rombel dapat menampung siswa sebanyak 36 siswa. Jumlah
rombel untuk jenjang MA sebanyak 35.286 dengan jumlah
siswa sebanyak 1.059.814 siswa, sehingga diketahui rasio
rombel:siswa MA sebesar 1:30, dengan demikian untuk jenjang
MA, bahwa 1 rombel dapat menampung siswa sebanyak 30
siswa.
Komposisi rasio rombel:siswa berdasarkan status
madrasah negeri maupun swasta adalah sebagai berikut : Jumlah
rombel untuk MIN sebanyak 17.468 dengan jumlah siswa
sebanyak 412.577 siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa
MIN sebesar 1:24, dengan demikian untuk MIN, bahwa 1 rombel
dapat menampung sebanyak 24 siswa. Jumlah rombel untuk MIS
sebanyak 124.252 dengan jumlah siswa sebanyak 2.787.882
siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa MIS sebesar 1:22,
dengan demikian untuk MIS, bahwa 1 rombel dapat menampung
sebanyak 22 siswa. Jumlah rombel untuk MTsN sebanyak 17.463
dengan jumlah siswa sebanyak 651.444 siswa, sehingga diketahui
rasio rombel:siswa MTsN sebesar 1:37, dengan demikian untuk
MTsN, 1 rombel dapat menampung sebanyak 37 siswa. Jumlah
rombel untuk MTsS sebanyak 58.598 dengan jumlah siswa
sebanyak 2.093.578 siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa
MTsS sebesar 1:36, dengan demikian untuk MTsS, bahwa 1
rombel dapat menampung sebanyak 36 siswa. Jumlah rombel
11
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.9. Rasio Rombel - Siswa RA, MI, MTs, dan MA TP. 2011-2012
untuk MAN sebanyak 11.812 dengan jumlah siswa sebanyak
354.740 siswa, sehingga diketahui rasio rombel:siswa MAN
sebesar 1:30, dengan demikian untuk MAN, bahwa 1 rombel
dapat menampung sebanyak 30 siswa. Jumlah rombel untuk MAS
sebanyak 23.474 dengan jumlah siswa sebanyak 705.074 siswa,
sehingga diketahui rasio rombel:siswa MAS sebesar 1:30, dengan
demikian untuk MAS, bahwa 1 rombel dapat menampung
sebanyak 30 siswa.
Dari paparan mengenai rasio rombel:siswa diatas dapat
dilihat bahwa :
• Semakin naik jenjang pendidikan pada madrasah, makin
besar rasio. Ini berindikasi bahwa kepadatan pada tingkat
yang lebih tinggi disebabkan minat yang banyak tapi
daya tampung yang masih kurang. Ini dapat disimpulkan
bahwa makin tinggi jenjang pendidikan, keberadaan
lembaga semakin dirasakan kurang. Kementerian Agama
12
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.10. Provinsi dengan Nilai APK Terbesar pada RA TP. 2011-2012
perlu menambah ruang belajar baru atau mendirikan
lembaga baru.
• Rasio rombel:siswa untuk jenjang madrasah yang
berstatus swasta memiliki perbandingan lebih kecil
dibanding dengan madrasah yang berstatus negeri. Jadi
daya tampung pada madrasah negeri lebih padat dari
madrasah swasta. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
masyarakat masih tetap memilih lembaga yang berstatus
negeri dari pada swasta dalam menempatkan anaknya
untuk bersekolah. Hal ini dimungkinkan karena alasan,
bahwa secara kualitas lembaga negeri lebih baik
dibandingkan dengan lembaga swasta. Faktor lainnya
mungkin bersekolah di lembaga negeri membutuhkan
biaya relatif sedikit dibandingkan dengan bersekolah
dilembaga swasta.
Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk RA secara nasional
adalah 3,30%, dengan daerah yang memiliki nilai APK terbesar
13
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.11. Provinsi dengan Nilai APK Terbesar pada MIN dan MIS TP. 2011-2012
adalah Provinsi Jawa Timur yaitu 7,56%, selanjutnya diikuti oleh
Provinsi Nusa Tenggara Barat (5,30%), Jawa Tengah (3,89%),
Sumatera Utara (3,57%) dan Jawa Barat (3,54%). Sedangkan
daerah yang nilai APK-nya terkecil adalah Provinsi Papua yaitu
0,36%.
APK untuk MI secara nasional adalah 12,33%, dengan
nilai APK untuk MIN adalah 1,59% dan MIS 10,74%. Daerah yang
memiliki nilai APK terbesar untuk MI adalah Provinsi Jawa Timur
yaitu 24,92%, Aceh 21,01% dan Kalimantan Selatan (16,67%)
sedangkan yang terkecil Provinsi Papua (1,74%), Nusa Tenggara
Timur (3,03%) dan Sumatera Barat (3,08%).
APK MIN 1,59% secara nasional mendapat kontribusi
terbesar dari Provinsi Aceh yaitu 17,78%, selanjutnya diikuti oleh
Provinsi Kalimantan Selatan (6,04%), Kalimantan Tengah
(3,61%), Bengkulu (3,55%) dan Maluku Utara (3,22%).
Sedangkan daerah yang nilai APK-nya terkecil adalah Provinsi
Papua yaitu 0,19%.
14
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.12. Provinsi dengan Nilai APK Terbesar pada MTsN dan MTsS TP. 2011-2012
Sedangkan APK untuk MIS 10,74%, mendapat kontribusi
terbesar dari Provinsi Jawa Timur yaitu 23,85%, selanjutnya
diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah (15,34%), Nusa Tenggara Barat
(14,13%), Jawa Barat (12,30%) dan Banten (11,67%).
Sedangkan daerah yang nilai APK-nya terkecil adalah Provinsi
Sumatera Barat yaitu 1,11%.
APK untuk MTs secara nasional adalah 21,19%, dengan
nilai APK untuk MTsN adalah 5,03% dan MTsS 16,16%. Daerah
yang memiliki nilai APK terbesar untuk MTs adalah Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu 33,81%, Kalimantan Selatan (33,55%) dan
Jawa Timur (31,39%) sedangkan yang terkecil Provinsi Papua
(1,50%), Nusa Tenggara Timur (2,87%) dan Bali (2,96%).
APK MTsN 5,03% secara nasional mendapat kontribusi
terbesar dari Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,24%,
selanjutnya diikuti oleh Provinsi Sumatera Barat (16,03%), Aceh
(15,45%), DIY (10,21%) dan Jambi (9,66%). Sedangkan daerah
yang nilai APK-nya terkecil adalah Provinsi Papua yaitu 0,08%.
15
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.13. Provinsi dengan Nilai APK Terbesar pada MAN dan MAS TP. 2011-2012
Sedangkan APK untuk MTsS 16,16%, dengan daerah
yang memiliki nilai APK terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu 29,88%, selanjutnya diikuti oleh Provinsi Banten
(25,31%), Jawa Timur (24,99%), Jawa Tengah (19,10%) dan
Jawa Barat (18,12%). Sedangkan daerah yang nilai APK-nya
terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu 1,28%.
APK untuk MA secara nasional adalah 7,88%, dengan
nilai APK untuk MAN adalah 2,64% dan MAS 5,24%. Daerah yang
memiliki nilai APK terbesar untuk MA adalah Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu 19,53%, Kalimantan Selatan (14,09%) dan
Jawa Timur (13,72%) sedangkan yang terkecil Provinsi Papua
(0,64%), Bali (1,48%) dan Nusa Tenggara Timur (1,92%).
APK MAN 2,64% secara nasional mendapat kontribusi
terbesar dari Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 7,77%,
selanjutnya diikuti oleh Provinsi Aceh (7,61%), Sumatera Barat
(6,26%), Bengkulu (4,65%) dan Jambi (4,63%). Sedangkan
daerah yang nilai APK-nya terkecil adalah Provinsi Papua yaitu
0,21%.
16
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Sedangkan APK untuk MAS adalah 5,24%, daerah yang
memiliki nilai APK terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat
yaitu 15,94%, selanjutnya diikuti oleh Provinsi Jawa Timur
(10,39%), Sulawesi Tengah (6,49%), Kalimantan Selatan
(6,33%) dan Maluku Utara (6,16%). Sedangkan daerah yang nilai
APK-nya terkecil adalah Provinsi Papua yaitu 0,43%.
Dari nilai APK diatas dapat disimpulkan bahwa APK pada
RA dan Madrasah (MI, MTs, MA) mendapat kontribusi yang
sangat besar dari swasta. Perlu dicatat bahwa pada tahun
pelajaran 2010/2011, APK RA menurun drastis dari 8,20%
menjadi 2,98% dikarenakan ada perubahan pada angka pembagi.
Pada TP. 2010/2011 pembagi usia penduduk adalah 4 – 6 tahun
sedangkan TP. 2011/2012 dengan pembagi usia penduduk 0 – 6
tahun dikarenakan RA sudah masuk kategori pendidikan PAUD.
4. Siswa Peserta UN dan Tingkat Kelulusan
Berdasarkan data dari Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (PUSPENDIK BALITBANG KEMDIKBUD) bahwa
Jumlah siswa MTs yang mengikuti Ujian Nasional tahun 2012
sebanyak 756.407 orang, dari jumlah tersebut 194.574 orang
adalah siswa peserta dari MTsN sedangkan 561.833 orang siswa
peserta dari MTsS.
Jumlah Siswa MTs peserta UN yang berhasil lulus adalah
674.956 orang (89,23%) siswa, dengan rincian 172.239 orang
(88,52%) siswa dari MTsN, dan 502.717 orang (89,48%) siswa
17
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.14. Jumlah Siswa MTsN dan MTsS Peserta UN dan Tingkat Kelulusan TP. 2011-2012
dari MTsS. Untuk UN-MTs, % kelulusan terbesar pada Provinsi
Bali (99,57%), DKI Jakarta (99,48%), Papua Barat (98,92%) dan
Sumatera Selatan (98,72%). Sedangkan % kelulusan terkecil dari
Provinsi DIY (56,54%) dan Kep. Babel (62,64%).
Bila dilihat dari hasil UN diatas, ternyata pada jenjang
MTs tingkat kelulusannya masih dibawah 90% atau yang tidak
lulus lebih dari 10%. Ini artinya bahwa Sistem dan kaidah
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah selama ini masih sangat
kurang memadai, siswa yang tidak lulus bisa disebabkan oleh
masih buruknya manajemen dan strategi pembelajaran, masih
rendahnya tingkat kualifikasi tenaga pengajar, atau minimnya
fasilitas atau sarana penunjang belajar. Sehingga kedepan
dibutuhkan peningkatan dan pengembangan program untuk
perbaikan kualitas guru, perbaikan strategi pembelajaran dan
ditambah perbaikan sarana dan prasarana belajar. yang pada
akhirnya akan meningkatkan citra MTs dikalangan masyarakat.
18
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.15. Jumlah Siswa MA Peserta UN dan Tingkat Kelulusan TP. 2011-2012
Jumlah Siswa MA yang menjadi peserta UN sebanyak
308.355, dari jumlah tersebut 86.989 (28,21%) siswa peserta
jurusan IPA, 189.673 (61,51%) siswa peserta jurusan IPS,
18.300 (5,93%) siswa peserta jurusan Bahasa, dan 13.393
(4,34%) adalah siswa peserta jurusan Keagamaan. Jumlah siswa
peserta UN yang lulus sebanyak 282.218 (91,52%) dari jumlah
peserta UN, sehingga tingkat kelulusan dari masing masing
jurusan adalah sebagai berikut : Siswa lulus UN jurusan IPA
sebesar 81.531 (93,73%), siswa lulus UN jurusan IPS sebesar
174.571 (92,04%), siswa lulus UN jurusan Bahasa sebesar
14.795 (80,85%), dan siswa lulus UN jurusan Keagamaan
sebesar 11.321 (84,53%).
Untuk UN-MA, % kelulusan terbesar pada Provinsi
Bengkulu (98,42%), Sumatera Selatan (97,53%), Papua Barat
(96,95%) dan Sulawesi Utara (96,52%). Sedangkan % kelulusan
terkecil dari Provinsi NTT (59,18%) dan Gorontalo (66,38%).
19
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Berdasarkan program, % kelulusan pada program IPA
dan IPS sudah cukup baik diatas 90% tetapi untuk jurusan
Bahasa dan Keagamaan masih sekitar 80%, sehingga kedepan
harus ditingkatkan. % kelulusan IPA terbesar pada Provinsi Bali
(99,40%), Bengkulu (99,13%), Sumatera Selatan (98,01%) dan
Papua Barat (97,65%). Sedangkan % kelulusan terkecil dari
Provinsi DIY (54,43%) dan Kep. Riau (59,32%).
% kelulusan UN untuk Program IPS terbesar pada
Provinsi Bengkulu (98,24%), Papua Barat (97,75%), Sumatera
Selatan (97,38%) dan Lampung (95,97%). Sedangkan %
kelulusan terkecil dari Provinsi Papua (46,15%) dan Nusa
Tenggara Timur (59,10%).
Pada Program Bahasa, % kelulusan UN terbesar pada
Provinsi Kep. Riau (100,00%), Sulawesi Utara (97,95%), Papua
Barat (97,42%) dan Bengkulu (97,03%). Sedangkan % kelulusan
terkecil dari Provinsi Kalimantan Barat (15,38%) dan Riau
(27,27%).
Sedangkan untuk Program Agama, % kelulusan UN
terbesar pada Provinsi Maluku Utara (100,00%), Sumatera Utara
(98,14%), Bali (97,87%) dan Sumatera Selatan (97,23%).
Sedangkan % kelulusan terkecil dari Provinsi Kep. Bangka
Belitung (33,33%) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (49,18%).
Jumlah Siswa MAN yang menjadi peserta UN sebanyak
112.272, dari jumlah tersebut 44.112 (39,29%) siswa peserta
jurusan IPA, 48.877 (43,53%) siswa peserta jurusan IPS, 12.726
(11,33%) siswa peserta jurusan Bahasa, dan 6.557 (5,84%)
20
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.16. Jumlah Siswa MAN Peserta UN dan Tingkat Kelulusan TP. 2011-2012
adalah siswa peserta jurusan Keagamaan. Jumlah peserta UN
yang lulus sebanyak 105.763 (94,20%), sehingga tingkat
kelulusan dari masing masing jurusan adalah sebagai berikut :
Siswa lulus UN jurusan IPA sebesar 41.638 (94,39%), siswa lulus
UN jurusan IPS sebesar 48.523 (99,28%), siswa lulus UN jurusan
Bahasa sebesar 10.204 (80,18%), dan siswa lulus UN jurusan
Keagamaan sebesar 5.398 (82,32%).
Jumlah Siswa MAS yang menjadi peserta UN sebanyak
196.083, dari jumlah tersebut 42.877 (21,87%) siswa peserta
dari jurusan IPA, 140.796 (71.80%) siswa peserta dari jurusan
IPS, 5.574 (2,84%) siswa peserta dari jurusan Bahasa, dan 6.836
(3,49%) siswa peserta dari jurusan Keagamaan. Jumlah peserta
UN yang lulus sebanyak 176.455, sehingga tingkat kelulusan dari
masing masing jurusan adalah sebagai berikut : Siswa lulus UN
jurusan IPA sebesar 39.893 (93,04%), siswa lulus UN jurusan IPS
sebesar 126.048 (89,53%), siswa lulus UN jurusan Bahasa
21
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.17. Jumlah Siswa MAS Peserta UN dan Tingkat Kelulusan TP. 2011-2012
sebesar 4.591 (82,36%), dan siswa lulus UN jurusan Keagamaan
sebesar 5.923 (86,64%).
Dilihat dari hasil UN Madrasah Aliyah diatas, % kelulusan
yang rendah adalah pada program Bahasa dan Keagamaan. Hal
ini berarti perlu perhatian khusus pada kedua program tersebut
agar hasil UN tahun berikutnya dapat lebih baik. Sedangkan nilai
rata-rata tertinggi terdapat pada program IPA dan IPS. Sejumlah
elemen penting menjadi prasyarat untuk meningkatkan angka
kelulusan siswa madrasah di antaranya pemberian pelayanan
yang baik, motivasi yang tinggi, kepala madrasah yang
bertanggung jawab, serta semangat tinggi para guru untuk
mengantarkan anak didiknya dengan baik. Jika sejumlah
komponen tersebut dipenuhi, Insya Allah angka kelulusan bisa
mencapai target.
Berdasarkan Nilai UN MTs dan MA pada lembaga swasta
terlihat nilai pada tingkat MTsS tidak signifikan, tetapi untuk
tingkat MA lembaga swasta relatif lebih rendah. Oleh karena itu
22
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.18. Kualifiaksi Pendidikan Kepala RA TP. 2011-2012
pembelajaran di MA perlu ditingkatkan, sarana dan prasarana
perlu perbaikan dan manajemen pembelajaran perlu ditingkatkan.
5. Kepala Lembaga Pendidikan
Jumlah Kepala RA sebanyak 25.435 orang yang
memimpin sebanyak 25.435 lembaga RA. Dari jumlah tersebut
bila dilihat dari latar belakang pendidikan atau kualifikasi
pendidikan sebanyak (60,06%) atau 15.275 orang memiliki
jenjang pendidikan belum S1, sebanyak (38,94%) atau 9.904
orang berpendidikan S1, sebanyak (1,00%) atau 255 orang
berpendidikan S2 dan sisanya sebanyak 1 orang (0.00%)
berpendidikan S3.
Dari grafik diatas terlihat bahwa masih banyak sekali
Kepala RA yang berlatar belakang pendidikan < S1, hal ini perlu
perhatian dan dorongan dari pemerintah agar para Kepala RA
tersebut minimal memiliki pendidikan minimal S1, dikarenakan hal
ini berkaitan dengan skill individu tersebut untuk manajemen tata
kelola lembaga agar lebih baik.
23
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.19. Kualifiaksi Pendidikan Kepala MI TP. 2011-2012
Jumlah Kepala MI sebanyak 23.071 orang dengan Latar
Belakang Pendidikan Kepala MI sebanyak 8.908 orang (38,61%)
berpendidikan < S1, sebanyak 835 orang (3,62%) berpendidikan
S2 dan sebanyak 1 orang (0,00%) berpendidikan S3. Sementara
sebagian besar Kepala MI berpendidikan S1, yaitu sebanyak
13.327 orang (57,77%).
Latar Belakang Pendidikan dari 1.686 orang Kepala MIN
sebanyak 262 orang (15,54%) berpendidikan < S1, sebanyak 230
orang (13,64%) berpendidikan S2 dan tidak ada Kepala MIN yang
berpendidikan S3. Sementara sebagian besar Kepala MIN
berpendidikan S1, yaitu sebanyak 1.194 orang (70,82%).
Sementara dari 21.385 orang Kepala MIS sebagian besar
berpendidikan S1, yaitu sebanyak 12.133 orang (56,74%),
sebanyak 8.646 orang (40,43%) berpendidikan < S1, sebanyak
605 orang (2,83%) berpendidikan S2 dan sisanya sebanyak 1
orang (0,00%) berpendidikan S3.
Dari data diatas terlihat bahwa, kualitas Kepala MIS
masih sangat memprihatinkan, yang berpendidikan < S1 pada
24
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.20. Kualifiaksi Pendidikan Kepala MTs TP. 2011-2012
MIS sebanyak 40,43% sedangkan pada MIN hanya tinggal
15,54%. Ini berarti bahwa pemerintah harus lebih banyak
memberikan perhatian kepada swasta dalam hal peningkatan
kompetensi Kepala MI, padahal kontribusi swasta pada dunia
Pendidikan Islam sangat besar dan harus diperhitungkan.
Untuk jenjang MTs, dari sebanyak 15.244 orang kepala
MTs, 3.788 orang atau (24,85%) masih berlatar belakang < S1,
1.629 orang (10,69%) berpendidikan S2 dan sebanyak 15 orang
(0,10%) berpendidikan S3. Sementara sebagian besar Kepala
MTs berpendidikan S1, yaitu sebanyak 9.812 orang (64,37%).
Latar Belakang Pendidikan dari 1.437 orang Kepala MTsN,
hanya sebanyak 145 orang (10,09%) berpendidikan < S1, 501
orang (34,86%) berpendidikan S2 dan 3 orang (0,21%)
berpendidikan S3. Namun yang berpendidikan S1 sebanyak 788
orang (54,84%). Sementara dari 13.807 orang Kepala MTsS,
sebagian besar berpendidikan S1 yaitu sebanyak 9.024 orang
(65,36%), sebanyak 3.643 orang (26,39%) berpendidikan < S1,
25
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.21. Kualifiaksi Pendidikan Kepala MA TP. 2011-2012
1.128 orang (8,17%) berpendidikan S2 dan sisanya sebanyak 12
orang (0,09%) berpendidikan S3.
Untuk tingkat kompetensi Kepala MTs tampaknya cukup
baik karena kepala MTs baik negeri maupun swasta sudah diatas
50% berpendidikan S1. Namun tetap harus ada dorongan dari
pemerintah agar para Kepala MTs yang belum berpendidikan
minimal S1, agar segera meningkatkan kualifikasinya mengingat
tantangan dunia pendidikan ke depan jauh lebih besar, sehingga
harus dipimpin oleh seorang individu yang mumpuni secara skill.
Untuk jenjang MA, dari sebanyak 6.664 orang kepala MA,
sebanyak 930 orang atau (13,96%) masih berlatar belakang <
S1, sebanyak 1.110 orang (16,66%) telah berpendidikan S2 dan
sebanyak 18 orang (0,27%) berpendidikan S3. Sedangkan yang
berpendidikan S1 sebanyak 4.606 orang (69,12%).
Latar Belakang Pendidikan dari 758 orang Kepala MAN
sebanyak 43 orang (5,68%) berpendidikan < S1, 379 orang
(50,00%) berpendidikan S1 dan 330 orang (43,54%)
26
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
berpendidikan S2. Sedangkan hanya sebagian kecil saja Kepala
MAN berpendidikan S3, yaitu sebanyak 6 orang (0,79%).
Sementara dari 5.906 orang Kepala MAS, berpendidikan S1
sebanyak 4.227 orang (71,57%), 887 orang (15,02%)
berpendidikan < S1, 780 orang (13,21%) berpendidikan S2 dan
sisanya sebanyak 12 orang (0,20%) berpendidikan S3.
Berdasarkan data diatas, untuk Kepala MA kondisi lebih
baik lagi dari MTs. Dimana hanya berkisar 5% – 15% masih
berpendidikan < S1, sisanya sudah S1, S2 dan S3. Sehingga pada
tingkat MA, tugas pemerintah harus memperbaiki kualifikasi
pendidikan Kepala MA untuk minimal berpendidikan S1 hanya
pada sekitar 15%. Sedangkan untuk yang telah berpendidikan ≥
S1 perlu ditingkatkan kemampuan mereka dalam hal manajemen
dan pengelolaan madrasah.
6. Pendidik (Guru)
Jumlah Pendidik di jenjang RA sebanyak 117.544 orang
dengan komposisi berdasarkan kualifikasi pendidikan, sebanyak
72.496 orang (61,68%) berpendidikan < S1, 44.576 orang
(37,92%) berpendidikan S1 dan sisanya sebanyak 472 orang
(0,40%) berpendidikan ≥ S2. Mayoritas Pendidik RA
berpendidikan < S1 (61,68%) cukup memprihatinkan, mengingat
pertumbuhan teknologi semakin kompetitif dan masukan
informasi semakin komplek maka disaat ini sangat diperlukan
pendidik yang mempunyai kognitif dan wawasan yang tinggi
serta bijak dalam menghadapi pengaruh era global kepada anak
27
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.22. Pendidik RA TP. 2011-2012
didiknya mengingat anak RA termasuk anak didik pada umur
PAUD, yang sangat riskan terhadap hal tersebut. Kedepan
diharapkan semua Pendidik RA berpendidikan minimal S1.
Dilihat dari status kepegawaian, mayoritas Pendidik RA
berstatus Non PNS yakni sebanyak 107.465 orang (91,43%).
Sementara hanya sebagian kecil saja yang berstatus sebagai
PNS, yakni sebanyak 10.079 orang (8,57%). Oleh karena itu
perlu diberi peluang kepada Pendidik RA untuk menjadi PNS agar
kesejahteraan dan jenjang karir mereka lebih baik lagi. Hal ini
sejalan dengan kebijakan Pemerintah terhadap PAUD sudah
cukup baik.
Jika ditinjau dari kategori jenis kelamin, maka sebanyak
11.203 orang (9,53%) berjenis kelamin laki-laki, sementara
106.341 orang (90,47%) berjenis kelamin perempuan. Tampak
terlihat Pendidik RA lebih didominasi oleh kaum perempuan, hal
ini dapat dipahami karena secara psikologis perempuan lebih
dekat dengan anak-anak usia dini disebabkan sifat keibuannya.
28
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Jumlah Guru di jenjang MI sebanyak 306.054 orang
dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 135.067
orang (44,13%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 170.987 orang (55,87%).
Jika dilihat dari status kepegawaian, mayoritas berstatus Non PNS
yakni sebanyak 184.672 orang (60,34%), sedangkan yang
berstatus PNS, sebanyak 121.382 orang (39,66%). Jika dilihat
berdasarkan kualifikasi pendidikan sebanyak 105.477 orang
(34,46%) berpendidikan kurang dari S1, 196.415 orang (64,18%)
berpendidikan S1, dan yang berpendidikan S2 atau lebih hanya
4.162 orang (1,36%).
Sama dengan tingkat RA, untuk Guru MI didominasi
kaum perempuan. Hal ini dimaklumi karena pada Pendidikan
Dasar dibutuhkan kesabaran dan ketekunan yang lebih untuk
mendidik mereka. Untuk status kepegawaian demikian pula, pada
tingkat ini Non PNS masih banyak. Sedangkan untuk kualifikasi
pendidikan sudah cukup baik sekitar 65% sudah berpendidikan ≥
S1. Perbaikan kompetensi pada guru tingkat ini tetap harus
dilaksanakan dan peningkatan kualifikasi harus dilakukan pada
Guru MI tersebut sekitar 35% yaitu yang masih berpendidikan <
S1.
Pada MIN jumlah guru sebanyak 34.157 orang atau
11,16% dari total guru di Madrasah Ibtidaiyah, komposisi
berdasarkan jenis kelamin sebanyak 12.501 orang (36,60%)
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 21.656 orang
(63,40%). Jika dilihat dari status kepegawaian, guru yang
29
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.23. Pendidik MI TP. 2011-2012
berstatus Non PNS sebesar 12.303 orang (36,02%). Sedangkan
yang berstatus sebagai PNS, sebanyak 21.854 orang (63,98%).
Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan sebanyak 11.071
orang (32,41%) berpendidikan < S1, berpendidikan S1 sebanyak
22.150 orang (64,85%), dan guru yang berpendidikan ≥ S2
sebanyak 936 orang (2,74%).
Untuk guru MIN berdasarkan status kepegawaian masih
63,98% PNS, angka ini masih sangat kecil karena seharusnya
pada Madrasah Negeri paling tidak guru Pemerintah (PNS)
mencapai 80-90%. Demikian pula masih adanya guru MIN yang
berpendidikan < S1 (32,41%) pada Madrasah Negeri perlu
menjadi perhatian.
Pada MIS jumlah guru sebanyak 271.897 orang atau
88,84% dari total guru di MI dengan komposisi berdasarkan jenis
kelamin, sebanyak 122.566 orang (45,08%) laki-laki sedangkan
perempuan sebanyak 149.331 orang (54,92%). Jika dilihat dari
status kepegawaian, mayoritas guru MIS berstatus Non PNS yakni
30
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
sebesar 172.369 orang (63,39%). Sedangkan yang berstatus
PNS, sebanyak 99.528 orang (36,61%). Jika dilihat berdasarkan
kualifikasi pendidikan sebanyak 94.406 orang (34,72%)
berpendidikan < S1, berpendidikan S1 sebanyak 174.265 orang
(64,09%), dan berpendidikan ≥ S2 sebanyak 3.226 orang
(1,19%).
Untuk Madrasah Ibtidaiyah Swasta, perimbangan guru
laki-laki dan perempuan cukup berimbang sedangkan
berdasarkan kualifikasi pendidikan hampir sama dengan dengan
MIN, masih cukup banyak guru yang berpendidikan < S1 yaitu
sekitar 35%.
Jumlah Guru di jenjang MTs sebanyak 311.201 orang
dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin sebanyak 162.431
orang (52,19%) laki-laki sedangkan yang perempuan 148.770
orang (47,81%). Jika dilihat dari status kepegawaian, mayoritas
berstatus Non PNS yakni sebesar 221.642 orang (71,22%).
Sedangkan yang berstatus PNS, sebanyak 89.559 orang
(28,78%). Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan
sebanyak 79.014 orang (25,40%) berpendidikan < S1,
berpendidikan S1 sebanyak 224.742 orang (72,22%), dan
berpendidikan ≥ S2 sebanyak 7.445 orang (2,39%).
Tidak berbeda dengan tingkat MI, pada tingkat MTs guru
PNS relative kecil, 1/3 bagian saja. Namun tingkat pendidikan
guru MTs relative lebih baik karena sekitar 75% berpendidikan ≥
S1. Bahwa perbaikan tingkat pendidikan pada guru MTs masih
terletak pada sekitar 25% guru yang masih Belum S1. Pada
31
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.24. Pendidik MTs TP. 2011-2012
tingkat MTs ternyata guru laki-laki lebih banyak dari guru
perempuan. Ini terbukti minat laki-laki sebagai guru lebih kearah
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini perlu diteliti lebih dalam lagi
penyebabnya.
Pada MTsN jumlah guru sebanyak 48.866 orang atau
15,70% dari total guru di Madrasah Tsanawiyah, mempunyai
komposisi berdasarkan jenis kelamin sebanyak 20.912 orang
(42,79%) laki-laki sedangkan yang perempuan sebanyak 27.954
orang (57,21%). Jika dilihat dari status kepegawaian, guru yang
berstatus Non PNS sebesar 15.277 orang (31,26%), dan yang
berstatus sebagai PNS, sebanyak 33.589 orang (68,74%). Jika
dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan, sebanyak 5.595 orang
(11,45%) berpendidikan < S1, berpendidikan S1 40.533 orang
(82,95%), dan berpendidikan ≥ S2 sebanyak 2.738 orang
(5,60%).
Pada MTsN, guru perempuan lebih banyak dari guru laki-
laki. Dan belum semua guru berstatus PNS, masih ada 1/3-nya
yang masih Non PNS. Padahal sebagai Madrasah Negeri
32
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
setidaknya 80-90% guru sebaiknya sudah PNS. Untuk tingkat
pendidikan guru pada MTsN sudah cukup baik, sudah hampir
90% guru MTsN berpendidikan ≥ S1.
Pada MTsS jumlah guru sebanyak 262.335 orang atau
84,30% dari total guru di Madrasah Tsanawiyah. Mempunyai
komposisi berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 141.519 orang
(53,95%) laki-laki dan sebanyak 120.816 orang (46,05%)
perempuan. Jika dilihat dari status kepegawaian, mayoritas guru
MTsS berstatus Non PNS yakni sebesar 206.365 orang (78,66%).
Hanya sedikit yang berstatus sebagai PNS, sebanyak 55.970
orang (21,34%). Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan
sebanyak 73.419 orang (27,99%) berpendidikan < S1,
berpendidikan S1 sebanyak 184.209 orang (70,22%), dan
berpendidikan ≥ S2 sebanyak 4.707 orang (1,79%).
Pada MTsS, guru laki-laki lebih banyak dari guru
perempuan. Madrasah Tsanawiyah Swasta memiliki guru
mayoritas guru Non PNS (guru tetap yayasan, guru honorer, dll).
Sedangkan tingkat pendidikan guru MTsS sudah lebih dari 70%
berpendidikan ≥ S1.
Jumlah Guru di jenjang MA sebanyak 144.988 orang,
dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin sebanyak 80.088
orang (55,24%) laki-laki dan sebanyak 64.900 orang (44,76%)
perempuan. Jika dilihat dari status kepegawaian, mayoritas
berstatus Non PNS sebesar 102.367 orang (70,60%) dan
berstatus PNS sebanyak 42.621 orang (29,40%). Jika dilihat
berdasarkan kualifikasi pendidikan sebanyak 25.920 orang
33
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.25. Pendidik MA TP. 2011-2012
(17,88%) berpendidikan < S1, 113.020 orang (77,95%)
berpendidikan S1, dan berpendidikan ≥ S2 sebanyak 6.048 orang
(4,17%).
Guru MA relative lebih banyak guru laki-laki (55,24%),
yang berstatus PNS lebih banyak secara % dari guru MTs, yakni
sekitar 29% sudah PNS. Tingkat pendidikan guru MA relative
sudah cukup baik, sekitar 82% sudah ≥ S1.
Pada MAN jumlah guru sebanyak 29.821 orang atau
20,57% dari total guru di Madrasah Aliyah, dengan komposisi
berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 14.000 orang (46,95%) laki-
laki sedangkan sebanyak 15.821 orang (53,05%) berjenis
kelamin perempuan. Jika dilihat dari status kepegawaian, guru
MAN yang berstatus Non PNS sebesar 9.443 orang (31,67%).
Sedangkan yang berstatus sebagai PNS, yakni sebanyak 20.378
orang (68,33%). Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan
sebanyak 2.396 orang (8,03%) berpendidikan < S1,
berpendidikan S1 sebanyak 24.850 orang (83,33%), dan
berpendidikan ≥ S2 sebanyak 2.575 orang (8,63%).
34
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Pada MAN, guru perempuan lebih banyak dari laki-laki,
dan status kepegawaian masih 68% PNS, berarti masih 32%
yang berstatus Non PNS. Sedangkan tingkat pendidikan guru
MAN sudah baik, 92% sudah berpendidikan ≥ S1. Sehingga
beban Pemerintah yang mutlak harus ditingkatkan sekitar 8%
guru, yaitu guru yang harus ditingkatkan menjadi S1. Namun
karena tuntutan dunia pendidikan sekarang ini sudah tidak dapat
dielakkan lagi bahwa guru MA setidaknya harus S2. Oleh karena
itu paling tidak untuk guru MAN, harus dipenuhi prasyaratan
tersebut.
Pada MAS jumlah guru sebanyak 115.167 orang atau
79,43% dari total guru di Madrasah Aliyah, dengan komposisi
berdasarkan jenis kelamin sebanyak 66.088 orang (57,38%) laki-
laki dan sebanyak 49.079 orang (42,62%) berjenis kelamin
perempuan. Jika dilihat dari status kepegawaian, mayoritas guru
MAS berstatus Non PNS yakni sebesar 92.924 orang (80,69%).
Sedangkan yang berstatus sebagai PNS, hanya 22.243 orang
(19,31%). Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan
sebanyak 23.524 orang (20,43%) berpendidikan < S1, sebanyak
88.170 orang (76,56%) berpendidikan S1, dan berpendidikan ≥
S2 sebanyak 3.473 orang (3,02%).
Untuk guru pada Madrasah Aliyah Swasta dibandingkan
dengan tingkat MTs dan MI relatif cukup baik. Tingkat pendidikan
guru MAS sudah sekitar 80% berpendidikan ≥ S1.
35
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.26. Pendidik RA, MI, MTs dan MA yang bersertifikat TP. 2011-2012
Berdasarkan data diatas, tampaknya banyak tugas yang
harus diemban pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama
terhadap peningkatan mutu guru diantaranya :
• Mengkondisikan agar para Pendidik mulai dari jenjang RA
sampai dengan MA, paling tidak harus memiliki pendidikan
minimal S1. Hal ini berkaitan dengan persyaratan pemberian
tunjangan profesi, yaitu untuk mendapatkan tunjangan
profesi pendidikan, pendidik harus berpendidikan minimal S1
atau D4 dan mengikuti pendidikan profesi agar mendapatkan
sertifikat pendidikan (Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pasal 9).
• Memenuhi kebutuhan guru madrasah negeri pada tingkat
pendidikan RA, MI sebaiknya berpendidikan S1. Untuk MTs
dan MA sebaiknya berpendidikan S2.
• Memenuhi pengangkatan guru madrasah negeri menjadi
PNS.
36
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.27. Pendidik RA yang Bersertifikat TP. 2011-2012
Berdasarkan data yang ada, jumlah guru RA yang sudah
bersertifikat sebanyak 14.740 orang atau (12,54%) dari jumlah
guru RA keseluruhan 117.544 orang. Pada jenjang MI, guru yang
sudah bersertifikat sebanyak 80.757 orang atau (26,39%) dari
jumlah guru MI seluruhnya 306.054 orang. Untuk jenjang MTs,
guru yang bersertifikat sebanyak 108.842 orang atau (34,97%)
dari jumlah guru MTs seluruhnya 311.201 orang. Sedangkan
jumlah guru MA yang sudah bersertifikat sebanyak 48.204 orang
atau (33,25%) dari jumlah guru MA seluruhnya 144.988 orang.
Sehingga secara total guru yang sudah bersertifikat sebanyak
252.543 orang atau (28,71%) dari total guru RA, MI, MTs dan MA
sebanyak 879.787 orang. Dari data diatas menunjukkan bahwa
jumlah guru yang sudah bersertifikat ternyata masih kurang dari
50%. Untuk mensukseskan apa yang diamanahkan dalam
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
masih diperlukan pengembangan program-program Pendidikan
Islam yang mendukung program Sertifikasi Guru.
37
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.28. Pendidik MI yang Bersertifikat TP. 2011-2012
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru RA yang
sudah bersertifikat, sebanyak 912 orang (6,19%) berstatus PNS,
dan 13.828 orang (93,81%) berstatus Non PNS. Jika dilihat dari
kualifikasi pendidikan, guru RA yang berstatus PNS dan sudah
bersertifikat sebanyak 143 orang (15,68%) berpendidikan < S1,
26 orang (2,85%) berpendidikan ≥ S2, dan paling banyak guru
yang berpendidikan S1 yaitu 743 orang (81,47%). Sedangkan
guru RA yang berstatus Non PNS dan sudah bersertifikat
sebanyak 223 orang (1,61%) berpendidikan < S1, 4.782 orang
(34,58%) berpendidikan S1, dan sebagian besar guru
berpendidikan ≥ S2 yaitu 8.823 orang (63,81%).
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MI yang
sudah bersertifikat, sebanyak 45.786 orang (56,70%) berstatus
PNS, dan sebanyak 34.971 orang (43,30%) berstatus Non PNS.
Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan, guru MI yang berstatus
PNS dan sudah bersertifikat sebanyak 7.580 orang (16,56%)
berpendidikan < S1, 620 orang (1,35%) berpendidikan ≥ S2,
38
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.29. Pendidik MIN dan MIS yang Bersertifikat TP. 2011-2012
dan paling banyak guru yang berpendidikan S1 yaitu 37.586
orang (82,09%). Sedangkan guru MI yang berstatus Non PNS
dan sudah bersertifikat sebanyak 8.124 orang (23,23%)
berpendidikan < S1, 426 orang (1,22%) berpendidikan ≥ S2,
dan sebagian besar guru berpendidikan S1 yaitu 26.421 orang
(75,55%).
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MIN yang
sudah bersertifikat, sebanyak 6.189 orang (83,21%) berstatus
PNS, dan 1.249 orang (16,79%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MIN yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 599 orang (9,68%) berpendidikan <
S1, 255 orang (4,12%) berpendidikan ≥ S2, dan paling banyak
guru yang berpendidikan S1 yaitu 5.335 orang (86,20%).
Sedangkan guru MIN yang berstatus Non PNS dan sudah
bersertifikat sebanyak 160 orang (12,81%) berpendidikan < S1,
117 orang (9,37%) berpendidikan ≥ S2, dan sebagian besar
guru berpendidikan S1 yaitu 972 orang (77,82%).
39
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.30. Pendidik MTs yang Bersertifikat TP. 2011-2012
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MIS yang
sudah bersertifikat, sebanyak 39.597 orang (54,01%) berstatus
PNS, dan 33.722 orang (45,99%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MIS yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 6.981 orang (17,63%)
berpendidikan < S1, 365 orang (0,92%) berpendidikan ≥ S2,
dan paling banyak guru yang berpendidikan S1 yaitu 32.251
orang (81,45%). Sedangkan guru MIS yang berstatus Non PNS
dan sudah bersertifikat sebanyak 7.964 orang (23,62%)
berpendidikan < S1, 309 orang (0,92%) berpendidikan ≥ S2,
dan sebagian besar guru berpendidikan S1 yaitu 25.449 orang
(75,47%).
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MTs yang
sudah bersertifikat, sebanyak 52.376 orang (48,12%) berstatus
PNS, dan 56.466 orang (51,88%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MTs yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 6.334 orang (12,09%)
40
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.31. Pendidik MTsN dan MTsS yang Bersertifikat TP. 2011-2012
berpendidikan < S1, 1.705 orang (3,26%) berpendidikan ≥ S2,
dan paling banyak guru yang berpendidikan S1 yaitu 44.337
orang (84,65%). Sedangkan guru MTs yang berstatus Non PNS
dan sudah bersertifikat sebanyak 12.489 orang (22,12%)
berpendidikan < S1, 883 orang (1,56%) berpendidikan ≥ S2,
dan sebagian besar guru berpendidikan S1 yaitu 43.094 orang
(76,32%).
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MTsN yang
sudah bersertifikat, sebanyak 18.442 orang (83,71%) berstatus
PNS, dan 3.588 orang (16,29%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MTsN yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 952 orang (5,16%) berpendidikan <
S1, 1.060 orang (5,75%) berpendidikan ≥ S2, dan paling banyak
guru yang berpendidikan S1 yaitu 16.430 orang (89,09%).
Sedangkan guru MTsN yang berstatus Non PNS dan sudah
bersertifikat sebanyak 664 orang (18,51%) berpendidikan < S1,
60 orang (1,67%) berpendidikan ≥ S2, dan sebagian besar guru
berpendidikan S1 yaitu 2.864 orang (79,82%).
41
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.32. Pendidik MA yang Bersertifikat TP. 2011-2012
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MTsS yang
sudah bersertifikat, sebanyak 33.934 orang (39,09%) berstatus
PNS, dan 52.878 orang (60,91%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MTsS yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 5.382 orang (15,86%)
berpendidikan < S1, 645 orang (1,90%) berpendidikan ≥ S2,
dan paling banyak guru yang berpendidikan S1 yaitu 27.907
orang (82,24%). Sedangkan guru MTsS yang berstatus Non PNS
dan sudah bersertifikat sebanyak 11.825 orang (22,36%)
berpendidikan < S1, 823 orang (1,56%) berpendidikan ≥ S2,
dan sebagian besar guru berpendidikan S1 yaitu 40.230 orang
(76,08%).
Berdasarkan status kepegawaian, dari guru MA yang
sudah bersertifikat, sebanyak 26.310 orang (54,58%) berstatus
PNS, dan 21.894 orang (45,42%) berstatus Non PNS. Jika dilihat
dari kualifikasi pendidikan, guru MA yang berstatus PNS dan
sudah bersertifikat sebanyak 3.068 orang (11,66%)
berpendidikan < S1, 1.764 orang (6,71%) berpendidikan ≥ S2,
42
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
dan paling banyak guru yang berpendidikan S1 yaitu 21.478
orang (81,63%). Sedangkan guru MA yang berstatus Non PNS
dan sudah bersertifikat sebanyak 4.047 orang (18,48%)
berpendidikan < S1, 659 orang (3,01%) berpendidikan ≥ S2,
dan sebagian besar guru berpendidikan S1 yaitu 17.188 orang
(78,51%).
Jumlah guru MAN yang sudah bersertifikat sebanyak
14.175 orang (47,53%) dari jumlah guru MAN. Berdasarkan
status kepegawaian, dari guru MAN yang sudah bersertifikat,
sebanyak 12.366 orang (87,24%) berstatus PNS, dan 1.809
orang (12,76%) berstatus Non PNS. Jika dilihat dari kualifikasi
pendidikan, guru MAN yang berstatus PNS dan sudah bersertifikat
sebanyak 613 orang (4,96%) berpendidikan < S1, 1.437 orang
(11,62%) berpendidikan ≥ S2, dan paling banyak guru yang
berpendidikan S1 yaitu 10.316 orang (83,42%). Sedangkan guru
MAN yang berstatus Non PNS dan sudah bersertifikat sebanyak
327 orang (18,08%) berpendidikan < S1, 36 orang (1,99%)
berpendidikan ≥ S2, dan sebagian besar guru berpendidikan S1
yaitu 1.446 orang (79,93%).
Jumlah guru MAS yang sudah bersertifikat sebanyak
34.029 orang (29,55%) dari jumlah guru MAS. Berdasarkan
status kepegawaian, dari guru MAS yang sudah bersertifikat,
sebanyak 13.944 orang (40,98%) berstatus PNS, dan 20.085
orang (59,02%) berstatus Non PNS. Jika dilihat dari kualifikasi
pendidikan, guru MAS yang berstatus PNS dan sudah bersertifikat
sebanyak 2.455 orang (17,61%) berpendidikan < S1, 327 orang
43
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.33. Pendidik MAN dan MAS yang Bersertifikat TP. 2011-2012
Tabel 1. Ketersediaan Ruang Kelas pada RA/BA, MI, MTs dan MA TP. 2011-2012
(2,35%) berpendidikan ≥ S2, dan paling banyak guru yang
berpendidikan S1 yaitu 11.162 orang (80,05%). Sedangkan guru
MAS yang berstatus Non PNS dan sudah bersertifikat sebanyak
3.720 orang (18,52%) berpendidikan < S1, 623 orang (3,10%)
berpendidikan ≥ S2, dan sebagian besar guru berpendidikan S1
yaitu 15.742 orang (78,38%).
7. Kondisi Sarana Pendidikan
A. Kondisi Ruang Kelas
Jumlah ruang kelas yang ada dari tingkat RA hingga MA
sebanyak 286.625 ruangan. Dengan kondisi ruang kelas, baik
44
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.34. Ruang Kelas tingkat RA TP. 2011-2012
sebanyak 159.504 ruangan (55,64%), rusak ringan sebanyak
72.273 ruangan (25,22%), dan rusak berat sebanyak 54.848
ruangan (19,14%). Ruang kelas dengan kondisi baik (layak untuk
digunakan) hanya 55,64% atau sebanyak 159.504 ruangan
belajar dari tingkat RA hingga MA. Jumlah ini sangat tidak sesuai
dibandingkan dengan jumlah rombongan belajar yang harus
dilayani berjumlah 306.787 rombel. Dari angka tersebut jelaslah
bahwa hanya 51,99% atau 159.504 rombongan belajar yang
dapat dilayani dengan ruang kelas yang memadai. Sekitar
122.021 rombel (39,77%) belajar pada ruang kelas yang kurang
memadai dan 25.262 rombel (8,23%) yang belum mendapat
ruang kelas akibat kurang ruangan.
Untuk mengatasi kondisi yang demikian, maka perlu
peran pemerintah dalam memberikan bantuan kepada madrasah
untuk mendirikan ruang kelas baru atau memperbaiki ruang kelas
yang rusak.
Jumlah ruang kelas yang ada di RA sebanyak 46.966
ruangan. Dengan kondisi ruang kelas, baik sebanyak 31.043
45
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.35. Ruang Kelas tingkat MI TP. 2011-2012
ruangan (66,10%), rusak ringan 12.033 ruangan (25,62%), dan
rusak berat 3.890 ruangan (8,28%).
Dengan jumlah rombel RA sebanyak 53.720, maka masih
kekurangan ruang kelas baru sekitar 6.754 ruangan. Dari rombel
tersebut hanya 31.043 rombel (57,79%) yang dapat belajar pada
ruang kelas yang memadai. Sekitar 15.923 rombel (29,64%)
belajar pada ruang kelas yang kurang memadai dan 6.754 rombel
(12,57%) yang belum mendapat ruang kelas akibat kurang
ruangan.
Jumlah ruang kelas yang ada di MI sebanyak 126.051
ruangan. Dengan kondisi ruang kelas, baik sebanyak 58.918
ruangan (46,74%), rusak ringan 32.995 ruangan (26,18%), dan
rusak berat 34.138 ruangan (27,08%).
Dengan jumlah rombel MI sebanyak 141.720, maka
masih kekurangan ruang kelas baru sekitar 15.669 ruangan. Dari
rombel tersebut hanya 58.918 rombel (41,57%) yang dapat
belajar pada ruang kelas yang memadai. Sekitar 67.133 rombel
(47,37%) belajar pada ruang kelas yang kurang memadai dan
46
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.36. Ruang Kelas tingkat MTs TP. 2011-2012
15.669 rombel (11,06%) yang belum mendapat ruang kelas
akibat kurang ruangan.
Jumlah ruang kelas yang ada di MTs sebanyak 79.405
ruangan. Dengan kondisi ruang kelas, baik sebanyak 47.442
ruangan (59,75%), rusak ringan 19.511 ruangan (24,57%), dan
rusak berat 12.452 ruangan (15,68%).
Dengan jumlah rombel MTs sebanyak 76.061, maka
masih kekurangan ruang kelas baru sekitar 743 ruangan. Dari
rombel tersebut hanya 47.442 rombel (62,37%) yang dapat
belajar pada ruang kelas yang memadai. Sekitar 27.876 rombel
(36,65%) belajar pada ruang kelas yang kurang memadai dan
743 rombel (0,98%) yang belum mendapat ruang kelas akibat
kurang ruangan.
Jumlah ruang kelas yang ada di MA sebanyak 34.203
ruangan. Dengan kondisi ruang kelas, baik sebanyak 22.101
ruangan (64,62%), rusak ringan 7.734 ruangan (22,61%), dan
rusak berat 4.368 ruangan (12,77%).
47
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.37. Ruang Kelas tingkat MA TP. 2011-2012
Dengan jumlah rombel MA sebanyak 35.286, maka masih
kekurangan ruang kelas baru sekitar 2.096 ruangan. Dari rombel
tersebut hanya 22.101 rombel (62,63%) yang dapat belajar pada
ruang kelas yang memadai. Sekitar 11.089 rombel (31,43%)
belajar pada ruang kelas yang kurang memadai dan 2.096 rombel
(5,94%) yang belum mendapat ruang kelas akibat kurang
ruangan.
B. Kondisi Ruang UKS
Salah satu kategori sebuah madrasah dikatakan sebagai
sekolah sehat adalah memiliki fasilitas kesehatan berupa ruang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Fasilitas ini menjadi penunjang
kesehatan warga madrasah yang ada di dalamnya, atau dengan
istilah lain UKS sebagai suatu langkah pertolongan pertama
terhadap siswa yang sakit atau kecelakaan dalam lingkungan
madrasah. Mengingat keberadaannya begitu penting dalam
lingkungan madrasah, maka sebuah madrasah harus memiliki
ruang UKS ini.
48
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.38. Ruang UKS tingkat MI TP. 2011-2012
Tabel 2. Ketersediaan Ruang UKS pada MI, MTs dan MA TP. 2011-2012
Jumlah ruang UKS yang ada dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 17.969 ruangan. Dengan kondisi ruang UKS, baik
sebanyak 6.916 ruangan (38,49%), rusak ringan 6.051 ruangan
(33,67%), dan rusak berat 5.002 ruangan (27,84%).
Dengan jumlah lembaga dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 44.979, maka masih kekurangan ruang UKS baru
sekitar 27.010 ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya
6.916 lembaga (15,38%) yang memiliki ruang UKS yang
memadai. Sekitar 11.053 lembaga (24,57%) memiliki ruang UKS
yang kurang memadai dan 27.010 lembaga (60,05%) yang
belum memiliki ruang UKS.
49
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.39. Ruang UKS tingkat MTs TP. 2011-2012
Jumlah ruang UKS yang ada di MI sebanyak 8.860
ruangan. Dengan kondisi ruang UKS, baik sebanyak 2.860
ruangan (32,28%), rusak ringan 2.973 ruangan (33,56%), dan
rusak berat 3.027 ruangan (34,16%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI sebanyak 23.071,
maka masih kekurangan ruang UKS baru sekitar 14.211 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.860 MI (12,40%) yang
memiliki ruang UKS yang memadai. Sekitar 6.000 MI (26,01%)
memiliki ruang UKS yang kurang memadai dan 14.211 MI
(61,60%) yang belum memiliki ruang UKS.
Jumlah ruang UKS yang ada di MTs sebanyak 6.118
ruangan. Dengan kondisi ruang UKS, baik sebanyak 2.611
ruangan (42,68%), rusak ringan 2.166 ruangan (35,40%), dan
rusak berat 1.341 ruangan (21,92%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MTs sebanyak 15.244,
maka masih kekurangan ruang UKS baru sekitar 9.126 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.611 MTs (17,13%) yang
memiliki ruang UKS yang memadai. Sekitar 3.507 MTs (23,01%)
50
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.40. Ruang UKS tingkat MA TP. 2011-2012
memiliki ruang UKS yang kurang memadai dan 9.126 MTs
(59,87%) yang belum memiliki ruang UKS.
Jumlah ruang UKS yang ada di MA sebanyak 2.991
ruangan. Dengan kondisi ruang UKS, baik sebanyak 1.445
ruangan (48,31%), rusak ringan 912 ruangan (30,49%), dan
rusak berat 634 ruangan (21,20%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang UKS baru sekitar 3.673 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 1.445 MA (21,68%) yang
memiliki ruang UKS yang memadai. Sekitar 1.546 MA (23,20%)
memiliki ruang UKS yang kurang memadai dan 3.673 MA
(55,12%) yang belum memiliki ruang UKS.
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang maksimal
dalam suatu lembaga pendidikan, peran pemerintah sangat
penting guna membangun dan menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan yang memadai.
51
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tabel 3. Ketersediaan Ruang Perpustakaan pada MI, MTs dan MA TP. 2011-2012
C. Kondisi Ruang Perpustakaan
Dalam Undang Undang tentang Perpustakaan (UU No.
43/2007) dinyatakan bahwa Pemerintah berkewajiban
menggalakkan promosi gemar membaca dan memanfaatkan
perpustakaan. Untuk itu perlu ditumbuhkan budaya gemar
membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan
perpustakaan sebagai sumber informasi. Dimana fungsi
perpustakaan adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi yang akan memperluas
wawasan, meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Perpustakaan sekolah dewasa ini tidak saja merupakan unit kerja
yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan
wawasan bagi murid, tapi juga merupakan bagian yang integral
dari kegiatan pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan
perpustakaan sekolah termasuk madrasah harus sejalan dengan
visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu
yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang
berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain.
52
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.41. Ruang Perpustakaan tingkat MI TP. 2011-2012
Jumlah ruang perpustakaan yang ada dari tingkat MI
hingga MA sebanyak 23.396 ruangan. Dengan kondisi ruang
perpustakaan, baik sebanyak 9.513 ruangan (40,66%), rusak
ringan 8.369 ruangan (35,77%), dan rusak berat 5.514 ruangan
(23,57%).
Dengan jumlah lembaga dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 44.979, maka masih kekurangan ruang perpustakaan
baru sekitar 21.583 ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut
hanya 9.513 lembaga (21,15%) yang memiliki ruang
perpustakaan yang memadai. Sekitar 13.883 lembaga (30,87%)
memiliki ruang perpustakaan yang kurang memadai dan 21.583
lembaga (47,98%) yang belum memiliki ruang perpustakaan.
Jumlah ruang perpustakaan yang ada di MI sebanyak
11.204 ruangan. Dengan kondisi ruang perpustakaan, baik
sebanyak 3.747 ruangan (33,44%), rusak ringan 4.071 ruangan
(36,34%), dan rusak berat 3.386 ruangan (30,22%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI sebanyak 23.071,
maka masih kekurangan ruang perpustakaan baru sekitar 11.867
53
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.42. Ruang Perpustakaan tingkat MTs TP. 2011-2012
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 3.747 MI (16,24%)
yang memiliki ruang perpustakaan yang memadai. Sekitar 7.457
MI (32,32%) memiliki ruang perpustakaan yang kurang memadai
dan 11.867 MI (51,44%) yang belum memiliki ruang
perpustakaan.
Jumlah ruang perpustakaan yang ada di MTs sebanyak
8.215 ruangan. Dengan kondisi ruang perpustakaan, baik
sebanyak 3.769 ruangan (45,88%), rusak ringan 2.967 ruangan
(36,12%), dan rusak berat 1.479 ruangan (18,00%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MTs sebanyak 15.244,
maka masih kekurangan ruang perpustakaan baru sekitar 7.029
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 3.769 MTs
(24,72%) yang memiliki ruang perpustakaan yang memadai.
Sekitar 4.446 MTs (29,17%) memiliki ruang perpustakaan yang
kurang memadai dan 7.029 MTs (46,11%) yang belum memiliki
ruang perpustakaan.
Jumlah ruang perpustakaan yang ada di MA sebanyak
3.977 ruangan. Dengan kondisi ruang perpustakaan, baik
54
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.43. Ruang Perpustakaan tingkat MA TP. 2011-2012
sebanyak 1.997 ruangan (50,21%), rusak ringan 1.331 ruangan
(33,47%), dan rusak berat 649 ruangan (16,32%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang perpustakaan baru sekitar 2.687
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 1.997 MA
(29,97%) yang memiliki ruang perpustakaan yang memadai.
Sekitar 1.980 MA (29,71%) memiliki ruang perpustakaan yang
kurang memadai dan 2.687 MA (40,32%) yang belum memiliki
ruang perpustakaan.
Dari data diatas, tampaknya kondisi sebagian besar
perpustakaan sekolah/madrasah di Indonesia saat ini masih jauh
dari yang diharapkan. Bahkan ada sekolah yang tidak mempunyai
perpustakaan. Kalaupun ada, kebanyakan belum memadai
sebagai ruang perpustakaan. Disamping itu masih banyak
dijumpai pemangku jabatan, kepala sekolah, dan guru belum
menyadari pentingnya fungsi dan peran perpustakaan sekolah
bagi peserta didik maupun para pendidik sendiri. Misalnya ada
anggapan bahwa perpustakaan hanya sebagai pelengkap di
55
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tabel 3. Ketersediaan Ruang Lab. Komputer pada MI, MTs dan MA TP. 2011-2012
sekolah. Padahal ia merupakan bagian integral dari sistem
pembelajaran. Sebab keberhasilan jalannya proses pendidikan
tidak hanya ditentukan oleh kompetensi guru dan tersedianya
gedung sekolah serta fasilitasnya, tetapi juga perlu didukung oleh
tersedianya buku-buku pada perpustakaan yang representatif.
Oleh karena itu perlu terus menerus didukung pengembangan
perpustakaan dengan memperbanyak koleksi, meningkatkan
fasilitas dan layanannya, agar peran dan fungsi perpustakaan
sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya.
D. Kondisi Ruang Lab. Komputer
Lab. Komputer merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi madrasah sekarang ini. Masuknya mata pelajaran
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) didalam kurikulum,
maka mengharuskan siswa untuk bisa mengetahui dan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya
komputer dan internet.
Jumlah ruang lab. komputer yang ada dari tingkat MI
hingga MA sebanyak 16.675 ruangan. Dengan kondisi ruang lab.
komputer, baik sebanyak 7.239 ruangan (43,41%), rusak ringan
56
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.44. Ruang Lab. Komputer tingkat MI TP. 2011-2012
sebanyak 5.275 ruangan (31,63%), dan rusak berat sebanyak
4.161 ruangan (24,95%).
Dengan jumlah lembaga dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 44.979, maka masih kekurangan ruang lab. komputer
baru sekitar 28.304 ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut
hanya 7.239 lembaga (16,09%) yang memiliki ruang lab.
komputer yang memadai. Sekitar 9.436 lembaga (20,98%)
memiliki ruang lab. komputer yang kurang memadai dan 28.304
lembaga (62,93%) yang belum memiliki ruang lab. komputer.
Jumlah ruang lab. komputer yang ada di MI sebanyak
6.522 ruangan. Dengan kondisi ruang lab. komputer, baik
sebanyak 2.214 ruangan (33,95%), rusak ringan 2.084 ruangan
(31,95%), dan rusak berat 2.224 ruangan (34,10%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI sebanyak 23.071,
maka masih kekurangan ruang lab. komputer baru sekitar 16.549
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.214 MI (9,60%)
yang memiliki ruang lab. komputer yang memadai. Sekitar 4.308
MI (18,67%) memiliki ruang lab. komputer yang kurang memadai
57
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.45. Ruang Lab. Komputer tingkat MTs TP. 2011-2012
dan 16.549 MI (71,73%) yang belum memiliki ruang lab.
komputer.
Jumlah ruang lab. komputer yang ada di MTs sebanyak
6.546 ruangan. Dengan kondisi ruang lab. komputer, baik
sebanyak 2.951 ruangan (45,08%), rusak ringan 2.288 ruangan
(34,95%), dan rusak berat 1.307 ruangan (19,97%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MTs sebanyak 15.244,
maka masih kekurangan ruang lab. komputer baru sekitar 8.698
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.951 MTs
(19,36%) yang memiliki ruang lab. komputer yang memadai.
Sekitar 3.595 MTs (23,58%) memiliki ruang lab. komputer yang
kurang memadai dan 8.698 MTs (57,06%) yang belum memiliki
ruang lab. komputer.
Jumlah ruang lab. komputer yang ada di MA sebanyak
3.607 ruangan. Dengan kondisi ruang lab. komputer, baik
sebanyak 2.074 ruangan (57,50%), rusak ringan 903 ruangan
(25,03%), dan rusak berat 630 ruangan (17,47%).
58
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.46. Ruang Lab. Komputer tingkat MA TP. 2011-2012
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang lab. komputer baru sekitar 3.057
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.074 MA
(31,13%) yang memiliki ruang lab. komputer yang memadai.
Sekitar 1.533 MA (23,00%) memiliki ruang lab. komputer yang
kurang memadai dan 3.057 MA (45,87%) yang belum memiliki
ruang lab. komputer.
Kebutuhan untuk pelajaran TIK bukan hanya
ruangan/laboratorium komputer saja, tetapi juga terhadap
fasilitas didalamnya yaitu Komputer dan internet.
Dengan kurang tersedianya ruangan lab. komputer
beserta isinya pada madrasah, maka siswa kurang bersemangat
untuk belajar mata pelajaran TIK, dan juga tidak bisa
mengimplementasikan kemampuannya dibidang komputerisasi
dan informasi. Disamping itu pelajaran TIK merupakan salah satu
mata pelajaran bersifat praktisi, tidak hanya sekedar teoritis.
Sehingga peran laboratorium/ruang praktek amat diperlukan.
Perlu menjadi perhatian pula bahwa dalam pelaksanaan
59
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tabel 4. Ketersediaan Ruang Lab. IPA pada MI dan MTs TP. 2011-2012
kurikulum 2013, peran sarana TIK (komputer dan internet)
menjadi penting. Karena pada implementasi kurikulum 2013
sumber belajar bukan saja dari guru, tetapi harus didukung
sarana TIK.
E. Kondisi Ruang Lab. IPA
Jumlah ruang lab. IPA yang ada pada tingkat MI dan MTs
sebanyak 9.722 ruangan. Dengan kondisi ruang lab. IPA, baik
sebanyak 3.063 ruangan (31,51%), rusak ringan 3.764 ruangan
(38,72%), dan rusak berat 2.895 ruangan (29,78%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI dan MTs sebanyak
38.315, maka masih kekurangan ruang lab. IPA baru sekitar
28.593 ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 3.063
lembaga (7,99%) yang memiliki ruang lab. IPA yang memadai.
Sekitar 6.659 lembaga (17,38%) memiliki ruang lab. IPA yang
kurang memadai dan 28.593 lembaga (74,63%) yang belum
memiliki ruang lab. IPA.
Jumlah ruang lab. IPA yang ada di MI sebanyak 4.389
ruangan. Dengan kondisi ruang lab. IPA, baik sebanyak 748
60
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.47. Ruang Lab. IPA tingkat MI TP. 2011-2012
Gambar 1.48. Ruang Lab. IPA tingkat MTs TP. 2011-2012
ruangan (17,04%), rusak ringan 1.989 ruangan (45,32%), dan
rusak berat 1.652 ruangan (37,64%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI sebanyak 23.071,
maka masih kekurangan ruang lab. IPA baru sekitar 18.682
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 748 MI (3,24%)
yang memiliki ruang lab. IPA yang memadai. Sekitar 3.641 MI
(15,78%) memiliki ruang lab. IPA yang kurang memadai dan
18.682 MI (80,98%) yang belum memiliki ruang lab. IPA.
Jumlah ruang lab. IPA yang ada di MTs sebanyak 5.333
ruangan. Dengan kondisi ruang lab. IPA, baik sebanyak 2.315
61
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tabel 5. Ketersediaan Ruang Lab. IPA pada MA TP. 2011-2012
ruangan (43,41%), rusak ringan 1.775 ruangan (33,28%), dan
rusak berat 1.243 ruangan (23,31%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MTs sebanyak 15.244,
maka masih kekurangan ruang lab. IPA baru sekitar 9.911
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 2.315 MTs
(15,19%) yang memiliki ruang lab. IPA yang memadai. Sekitar
3.018 MTs (19,80%) memiliki ruang lab. IPA yang kurang
memadai dan 9.911 MTs (65,02%) yang belum memiliki ruang
lab. IPA.
Dilihat dari data diatas, pada MI dan MTs banyak yang
belum memiliki laboratorium IPA, masih sekitar 75% yang belum
memiliki laboratorium IPA. Sedangkan sisanya sekitar 8%
memiliki Lab. IPA dengan kondisi memadai dan sekitar 17%
memiliki laboratorium IPA dengan kondisi yang kurang memadai.
Keberadaan Lab. IPA sangat dibutuhkan, karena dalam pelajaran
IPA, siswa tidak hanya sekedar mendengarkan keterangan guru
dari pelajaran yang telah diberikan, tetapi harus melakukan
kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang
ilmu yang dipelajarinya.
62
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.49. Ruang Lab. Fisika tingkat MA TP. 2011-2012
Laboratorium IPA pada tingkat MA terdiri dari 3 jenis
laboratorium yaitu Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi. Jumlah
ruang Lab. Fisika sebanyak 1.860 ruangan. Dengan kondisi ruang
Lab. Fisika, baik sebanyak 990 ruangan (53,23%), rusak ringan
407 ruangan (21,88%), dan rusak berat 463 ruangan (24,89%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang Lab. Fisika baru sekitar 4.804
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 990 MA (14,86%)
yang memiliki ruang Lab. Fisika yang memadai. Sekitar 870 MA
(13,06%) memiliki ruang Lab. Fisika yang kurang memadai dan
4.804 MA (72,09%) yang belum memiliki ruang Lab. Fisika.
Jumlah ruang Lab. Kimia sebanyak 1.640 ruangan.
Dengan kondisi ruang Lab. Kimia, baik sebanyak 758 ruangan
(46,22%), rusak ringan 470 ruangan (28,66%), dan rusak berat
412 ruangan (25,12%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang Lab. Kimia baru sekitar 5.024
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 758 MA (11,37%)
63
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.50. Ruang Lab. Kimia tingkat MA TP. 2011-2012
Gambar 1.51. Ruang Lab. Biologi tingkat MA TP. 2011-2012
yang memiliki ruang Lab. Kimia yang memadai. Sekitar 882 MA
(13,24%) memiliki ruang Lab. Kimia yang kurang memadai dan
5.024 MA (75,39%) yang belum memiliki ruang Lab. Kimia.
Jumlah ruang Lab. Biologi sebanyak 1.882 ruangan.
Dengan kondisi ruang Lab. Biologi, baik sebanyak 908 ruangan
(48,25%), rusak ringan 550 ruangan (29,22%), dan rusak berat
424 ruangan (22,53%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang Lab. Biologi baru sekitar 4.782
ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya 908 MA (13,63%)
64
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Tabel 5. Ketersediaan Ruang Guru pada MI, MTs dan MA TP. 2011-2012
yang memiliki ruang Lab. Biologi yang memadai. Sekitar 974 MA
(14,62%) memiliki ruang Lab. Biologi yang kurang memadai dan
4.782 MA (71,76%) yang belum memiliki ruang Lab. Biologi.
Dari data diatas terlihat banyak MA yang belum memiliki
Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi, masih sekitar 73% yang
belum memiliki laboratorium tersebut. Sedangkan sisanya sekitar
13% memiliki Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi dengan
kondisi memadai dan sekitar 14% memiliki laboratorium dengan
kondisi yang kurang memadai.
F. Kondisi Ruang Guru
Jumlah ruang guru yang ada dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 33.136 ruangan. Dengan kondisi ruang guru, baik
sebanyak 15.388 ruangan (46,44%), rusak ringan 10.313
ruangan (31,12%), dan rusak berat 7.435 ruangan (22,44%).
Dengan jumlah lembaga dari tingkat MI hingga MA
sebanyak 44.979, maka masih kekurangan ruang guru baru
sekitar 11.843 ruangan. Dari jumlah lembaga tersebut hanya
15.388 lembaga (34,21%) yang memiliki ruang guru yang
65
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.52. Ruang Guru tingkat MI TP. 2011-2012
memadai. Sekitar 17.748 lembaga (39,46%) memiliki ruang guru
yang kurang memadai dan 11.843 lembaga (26,33%) yang
belum memiliki ruang guru.
Jumlah ruang guru yang ada di MI sebanyak 16.531
ruangan. Dengan kondisi ruang guru, baik sebanyak 6.194
ruangan (37,47%), rusak ringan 5.453 ruangan (32,99%), dan
rusak berat 4.884 ruangan (29,54%).
Dengan jumlah lembaga tingkat MI sebanyak 23.071,
maka masih kekurangan ruang guru baru sekitar 6.540 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 6.194 MI (26,85%) yang
memiliki ruang guru yang memadai. Sekitar 10.337 MI (44,81%)
memiliki ruang guru yang kurang memadai dan 6.540 MI
(28,35%) yang belum memiliki ruang guru.
Jumlah ruang guru yang ada di MTs sebanyak 11.499
ruangan. Dengan kondisi ruang guru, baik sebanyak 5.987
ruangan (52,07%), rusak ringan 3.563 ruangan (30,99%), dan
rusak berat 1.949 ruangan (16,95%).
66
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Gambar 1.53. Ruang Guru tingkat MTs TP. 2011-2012
Gambar 1.54. Ruang Guru tingkat MA TP. 2011-2012
Dengan jumlah lembaga tingkat MTs sebanyak 15.244,
maka masih kekurangan ruang guru baru sekitar 3.745 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 5.987 MTs (39,27%) yang
memiliki ruang guru yang memadai. Sekitar 5.512 MTs (36,16%)
memiliki ruang guru yang kurang memadai dan 3.745 MTs
(24,57%) yang belum memiliki ruang guru.
Jumlah ruang guru yang ada di MA sebanyak 5.106
ruangan. Dengan kondisi ruang guru, baik sebanyak 3.207
ruangan (62,81%), rusak ringan 1.297 ruangan (25,40%), dan
rusak berat 602 ruangan (11,79%).
67
AAAnnnaaalll iiisssiiisss SSStttaaatttiiissstttiiikkk PPPeeennndddiiidddiiikkkaaannn IIIssslllaaammm 222000111111///222000111222
Dengan jumlah lembaga tingkat MA sebanyak 6.664,
maka masih kekurangan ruang guru baru sekitar 1.558 ruangan.
Dari jumlah lembaga tersebut hanya 3.207 MA (48,12%) yang
memiliki ruang guru yang memadai. Sekitar 1.899 MA (28,50%)
memiliki ruang guru yang kurang memadai dan 1.558 MA
(23,38%) yang belum memiliki ruang guru.
Dilihat dari data diatas, masih sekitar 26% madrasah
yang belum memiliki ruang guru. Keberadaan ruang guru sangat
penting, karena ruang guru merupakan fasilitas yang disediakan
sekolah khusus untuk guru sekolah. Ruangan ini merupakan
pusat mobilitas guru di sekolah, selain itu digunakan pula untuk
tempat istirahat dan tempat berinteraksi antara guru dengan
guru lainnya ataupun guru dengan siswa. Oleh karena itu,
fasilitas ruang guru ini mutlak harus tersedia di setiap madrasah.