aaa bab iirepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“dua orang tua memb entuk keluarga,...

30
13 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG UPAYA ORANG TUA DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMAISLAM 1. Pengertian Orang Tua Pengertian orang tua di sini di kategorikan menjadi dua macam, yaitu orang tua dalam arti umum dan orang tua dalam arti khusus. Pengertian orang tua dalam arti umum adalah seperti yang terdapat dalam Ka mus Besar Bahasa Indonesia di mana Istilah orang tua diartikan sebagai “orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli,) dan lain sebagainya 1 .Jadi orang tua yang dimaksud di sini adalah orang tua (dewasa), yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak-anaknya, serta yang masuk kategori ini adalah ayah dan ibu, kakek dan nenek, paman dan bibi, kakak atau wali. Sedangkan dalam arti khusus bahwa yang disebut sebagai orang tua hanyalah ayah dan ibu. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan orang tua dalam pengertian khusus yaitu ayah dan ibu saja, sebagaimana yang digambarkan oleh Drs. Nashir Ali sebagai berikut: “Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi orang tua dalam arti menjadi seorang bapa k dan ibu dari anak-anak atau putra- putrinya, menjadi penanggung jawab dari lem baga keluarganya sebagai satu sel anggota masyarakat” 2 . 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hlm. 629. 2 M. Nashir Ali, Dasar- Dasar Ilmu Mendidik, Mutiara Sumber Widya, 1985 , hlm. 73-74.

Upload: others

Post on 12-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG UPAYA ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

PENDIDIKAN AGAMAISLAM

1. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua di sini di kategorikan menjadi dua macam, yaitu

orang tua dalam arti umum dan orang tua dalam arti khusus.

Pengertian orang tua dalam arti umum adalah seperti yang terdapat dalam

Ka mus Besar Bahasa Indonesia di mana Istilah orang tua diartikan sebagai “orang

yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli,) dan lain sebagainya1.Jadi orang tua yang

dimaksud di sini adalah orang tua (dewasa), yang bertanggung jawab terhadap

kelangsungan hidup anak-anaknya, serta yang masuk kategori ini adalah ayah dan

ibu, kakek dan nenek, paman dan bibi, kakak atau wali. Sedangkan dalam arti

khusus bahwa yang disebut sebagai orang tua hanyalah ayah dan ibu.

Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan orang tua dalam pengertian

khusus yaitu ayah dan ibu saja, sebagaimana yang digambarkan oleh Drs. Nashir

Ali sebagai berikut:

“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi orang tua dalam arti menjadi seorang bapa k dan ibu dari anak-anak atau putra-putrinya, menjadi penanggung jawab dari lem baga keluarganya sebagai satu sel anggota masyarakat”2.

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hlm. 629.

2 M. Nashir Ali, Dasar- Dasar Ilmu Mendidik, Mutiara Sumber Widya, 1985 , hlm. 73-74.

Page 2: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan kedua orang tua adalah seorang ayah dan seorang ibu yang ada dalam

sebuah keluarga.

2. Fungsi Orang Tua

Secara umum fungsi orang tua adalah merawat, memelihara serta

melindungi anggotanya, lebih spesifik lagi menurut Dr. H. Djuju Sudjana sebagaim

ana yang dikutip oleh Jalalludin Rahmad, orang tua mempunyai fungsi sebagai

berikut:

a. Fungsi Biologis

Keluarga sebagai suatu organismefungsi biologis, fungsi ini memberi

kesempatan hidup pada setiap anggotanya. Keluarga di sini menjadi tempat untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang pangan, dan papan dengan syarat

tetentu sehingga kelurga me mungkinkan makhluk seperti manusia ini dapat hidup.

Tugas biologis lain dan masih merupakan kebutuhan dasar adalah kebutuhan untuk

memenuhi hubungan seksual serta mendapatkan keturunan. Oleh karena itu untuk

me menuhi kebutuhan biologis atau seksual ini.

Dalam keluarga perlu diikat oleh suatu perkawinan yang me

mungkinkan suami istri memenuhi kebutuhan dasar tersebut dan bertanggung

jawab. Dan selanjutnya, kebutuhan dasar ini memberikan dasar pada fungsi

lain yaitu untuk mengembangkan keturunan. Sebagaimana firman Allah

dalam surat An-Nahl ayat 72:

14

Page 3: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu is teri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagim u dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,

dan memberimu rezk i dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka

beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah"

(QS. An-Nahl: 72)3.

b. Fungsi Edukatif

Fungsi pendidikan ini mempunyai hubungan erat dengan tanggung jawab

orang tua sebagai pendidik pertamadari anak-anaknya yang telah dilahirkan. Agar

anak tersebut dapat berkembang menjadi menusia matang yang dapat bertanggung

jawab oleh masyarakatnya. Oleh karena itu, upaya pendidikan merupakan tanggung

jawab keluarga.

Dalam fungsi edukatif, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang

pertamadan utama, dikatakan utamakarena dalam keluarga anak banyak

menghabiskan waktu bersamaanggota keluarga yang lain, dan dikatakan

pertamakarena sejak anak itu dilahirkan ke bumi ini, maka mulai itulah dia

mengenal dan mengaji sesuatu dari anggota keluarga.

c. Fungsi Religius

Fungsi ini sangat erat kaitannya dengan fungsi pendidikan. Sebab keluarga

mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan agamaanak. Oleh karena itu fungsi

3 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, CV Diponegoro. Bandung 2004, hlm. 219.

15

Page 4: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

keagamaan harus dijalankan melalui pendidikan yang bernafaskan Islam, dan

kehidupan keluarga tetap menganjurkan bahwa kehidupan harus menjadi tempat

yang menyenangkan bagi setiap anggotanya.

Pendidikan agamapada anak ini sangat penting, sebab akan menentukan

prospek masa depan anak dan keluarganya, sehingga tidak mengalami hidup

sengsara baik di dunia maupun di akhirat. Adapun nilai-nilai agamabanyak masuk

ke dalam pem bentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut

diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak pen tingnya

pengalaman dan pendidikan pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan

anak. Sebagaimana pendidikan yang diterapkan oleh Luqman yang beriman, beram

al shaleh, bersyukur kepada Allah dan bijaksana dalam segala hal. Sebagaimana

firm an Allah dalam surat Luqm an ayat 13:

)۱۳ : ن لقماا(

Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, diwaktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

memperseku tukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar".

(QS. Luqman: 13)4

d. Fungsi Protektif

4 Ibid ., hlm. 329.

16

Page 5: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Fungsi perlindungan ini sebenarnya juga mempunyai hubungan erat

dengan fungsi pendidikan, yakni untuk menjaga dan memilihara anak serta anggota

keluarga lainnya dari tindakan negative yang mungkin timbul. Di samping itu

perlindungan secara mental dan moral serta perlindungan yang bersifat fisik bagi

kelanjutan hidup orang-orang yang ada dalam keluarga itu.

Secara fisik keluarga harus mlind ungi supaya tidak kelaparan, kehausan,

kedinginan, kesakitan, dan sebagainya. Perlindungan mental dimaksudkan supaya

orang itu tidak kecewa (frustasi) karena mengalami konflik yang mendalam dan

berkelanjutan yang disebabkan kurang pandai mengatasi masalah kehidupannya. Se

dangkan perlindungan moral perlu dilakukan supaya anggota keluarga itu

menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan buruk. Dalam hal ini oran g tua harus

mendorong anaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, sesuai

dengan tuntutan masyarakat di mana mereka hidup.

e. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini berkaitan de ngan mempersiapkan anak untuk

menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini keluarga

berperan sebagai penghu bung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan

norma-normasosial sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak-

anak dan pada gilirannya anak dapat berfikir dan berbuat positif di dalam dan

terhadap lingkungannya.

Untuk mencapai kehidupan ini anak melalui orang tua harus dapat

memilih dan menafsirkan norma-norma yang ada dalam masyarakat . Anak harus

dapat melatih diri dalam percaturan kehidupan sosial. Dia harus bisa patuh, tetapi

17

Page 6: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

harus dapat mempertahankan diri dan kalau memang sangat dirasakan perlu, maka

ia harus bisa menyerang ini tergantung sistem normayang berlaku dalam

masyarakat di dalam kaitan ini bukan suatu pekerjaaan yang mudah. Hal ini

membutuhkan waktu dan ketekunan orang tua dalam memasyarakatkan anak nya.

Salah satu usaha yang dapat membantu kehidupan dalam masyarakat itu

adalah hidup beragama. Dengan melaksanakan kehidupan beragamayang baik dapat

memimpin seseorang untuk lebih mudah bergaul di antara sesamaumat manusia

yang banyak corak dan ragamnya.

f. Fungsi Rekreatif

Dalam menj alankan fungsi ini ke luarga harus menjadi lingkungan yang

nyaman, menyenangkan, cerah ceria, hangat dan penuh semangat, jauh dari

ketegangan batin, keadaan seperti ini dapat dibangun me lalui adanya kerja samadi

antara anggota keluarga yang disadari oleh adanya saling me mpercayai, saling

menghormati, saling mengerti serta adanya take and give.

Suasana kreatif dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila

dalam kehidupan keluarga itu te rdapat perasaan damai, dan pada saat-saat tertentu

memb erikan peras aan bebas dari kesibukan sahari-hari. Di samping itu, fungsi

rekreatif ini tidak hanya diciptakan seperti mengadakan kunjungan sewaktu-waktu

ke tempat-tempat yang bermakna bagi keluarga.

g. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi ini berkaitan dengan pencaharian nafkah. Pembinaan

usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaanan biaya keluarga, dalam

hal ini yang berkewajiban memberi nafkah adalah suami. Selain itu seorang suami

18

Page 7: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

juga harus memenuhi kebutuhan lainnya seperti makanan dan pakaian kepada

anggota keluarganya baik itu bagi kehidupan orang tua sendiri maupun kehidupan

masa depan anak. Oleh karena itu, seorang ayahlah yang mempunyai kewajiban

dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat vegetatif. Seperti kebutuhan makan,

minum , dan tempat tinggal5.

Dari beberapa fungsi yang tersebut di atas, fungsi orang tua dalam

kehidupan sehari-hari satu samalain saling melengkapi. Dengan dem i kian, fungsi

orang tua secara psikologis, ora ng tua harus tahu cara menghadapi anak dalam

masa pertum buhan dan perkembangan psikologis anak. Senada dengan uraian di

atas, p e ndapat lain juga mengatakan bahwa fungsi orang tua sangat luas dan urai

annya sangat tergantung dari sudut orientasi mana yang akan dilakukan. Dalam hal

ini fungsi orang tua dilihat dari sudut biologi, sudut pasikologi perkembanga n di

mana orang tua berfungsi untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak

sehingga dapat mencapai gambaran kepribadian yang matang, dewasa dan harmonis6

.

Dari pendapat di atas, nampaklah bahwasanya salah satu fungsi terpenting

orang tua adalah fungsi pendi dikan, di mana orang tua sebagai pendidik

utamabertanggung jawab untuk menciptakan situasi pendidikan dalam keluarga,

5 Jalaluddin Rahmat dan Mukhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung ,1993, hlm. 2 0- 21 .

6 Singgih D. Gunarsa & NY . Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak , Remaja dan Keluarga, Jakarta: BPK Gunu ng Mulia, 1986, hlm.

19

Page 8: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

sehingga dengan demikian anak dapat berkembang menjadi manusia sebagaimana

yang diharapkan oleh bangsa, Negara dan agamanya.

3. Tanggung Jawab Orang Tua

Dalam ajaran Islam, anak adalah am anat dari Allah SWT, maka orang tua

sangat berkewajiban menjaga dan mendidiknya dengan baik dan penuh perhatian.

Hal ini bisa dijadikan pedom an bagi yang lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT

dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

Artinya: “hai orang-orang yang berim an, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” .

(QS. At-Tahrim : 6)7.

Dengan ayat ini Allah S WT mengingatkan orang-orang yang beriman,

bahwa semata-mata beriman saja belu ml ah cukup. Im an harus dipelihara, dirawat

dan dipupuk dengan cara menjaga keselamatan diri dan seisi rumah tangga dari api

neraka. Dari ayat tersebut maka kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud

dengan orang-orang yang beriman adal ah orang tua, sebagai penananggung jawab

semua anggota keluarga termasuk anak-anaknya. Tanggung jawab orang tua

7 Departemen AgamaRI, Op. Cit., hlm. 448.

20

Page 9: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

yang,besar terhadap anak-ana knya tersebut yang nantinya wajib dipertanggung

jawabkan di hadapan Tuhan-Nya kelak di akhirat.

Senada dengan hal tersebut, menurut Sayyid Sabiq sebagaimana yang

dikutip oleh Drs. Yakhsyallah Mansur dalam bulletin mengungkapkan bahwa

memelihara diri dan keluarga termasuk anak dari neraka adalah dengan pendidikan

dan pengajaran, kemudian memperhatikan perkembangan mereka agar berakhlak

mulia dan menunjukkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat dan

membahagiakan. Dengan demikian jelaslah betapa pentingnya pendidikan

agamamenurut Islam . Oleh karena itu siapa saja yang mendidik anak sesuai dengan

petunjuk Allah da n Rasul-Nya, ia akan mendapatkan pahala sedang siapa saja yang

tidak memberikan pendidikan anak sebagaimana mestinya, ia akan mendapat siksa8.

Secara umum inti tanggung jawab dari orang tua adalah membina dan

mendidik anak-anaknya dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Betapapun

beratnya kewajiban orang tua dalam mendidik dan membesarkan seseorang anak

hingga tumbuh dewasa serta menjadi hamba Allah yang kuat, shaleh dan patuh atas

perintah Allah SWT. Anak yang seperti inilah yang merupakan dambaan setiap

orang tua. Tetapi pada dasarnya orang tua tidak akan merasakan keberatan dan

bahkan mempunyai kepuasan tersendiri bila dapat melaksanakan secara wajar

(alami) terhadap tanggung jawab tersebut, karena orang tua mempunyai sifat

mencintai anaknya. Di satu sisi, selain sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak

8 Unduh Google, http://www.jamaah muslim.com/keluarga/keluarga12 .htm. tanggal 28 Pebruari 2013

21

Page 10: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

yang shaleh juga merupakan perisai bagi orang tuanya dalam kehidupan dunia dan

akhirat.

Hal ini sesuai dengan f irman Allah SWT dala m Al-Quran surat Al-Kahfi

ayat 46:

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-

amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi

Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

(QS. Al-Kahfi: 46)9.

Dari ayat tersebut secara jelas menegaskan bahwa orang tua mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab membina dan mendidik anak-anaknya dalam rumah

tangga dan menyiapkan segala tenaga, kekuatan, fikiran, perasaan, dan kebutuhan-

kebut uhan bagi pendidikan anak-anaknya demi terwujudnya generasi penerus yang

ideal. Maka hal tersebut adalah merupakan kewajiban dan tanggung jawab orang

tua yang harus dilaksanakan dengan keikhlasan dan penuh kasih sayang.

Adapun pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua sebagai wujud

tanggung jawab terhadap keluarga menurut Drs. Yakhsyallah Mansur adalah

sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama

Pendidikan agamadan spiritual adalah pondasi utamabagi pendidikan

9 Departemen AgamaRI, Op.Cit., hlm. 238.

22

Page 11: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

keluarga. Pendidikan agamaini mel iputi pendidikan aqidah, mengenalkan hukum

halal-haram memerintahkan anak beribadah (shalat) sejak umur tujuh tahun,

mendidik anak untuk mencintai Rasulullah allallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya,

orang- orang yang shalih dan mengajar anak membaca Al-Qur’an. Al-Ghazali

berkata, “Hendaklah anak kecil diajari Al-Qur’an hadits dan sejarah orang-orang

shalih kemudian hukum Islam . ”

b. Pendidikan Akhlaq

Para ahli pendidikan Islam menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah

jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik

jiwa dan akhlak.

c. Pendidikan Jasmani

Islam memberi petunjuk kepada orang tua tentang pendidikan jasmani agar

anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan bersemangat. Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “ Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makanlah dan minumlah kamu tetapi jangan berlebih-lebihan,

sesungguhny a Allah tidak senang kepada orang yang berlebih-lebihan.”

(QS.Al-A’raf:31)10.

Ayat ini sesuai dengan hasil penelitian para ahli kesehatan bahwa agar tubuh

sehat dan kuat, dianju rkan untuk tidak makan dan minum secara berlebih-lebihan.

d. Pendidikan Akal

10 Ibid ., hlm. 122.

23

Page 12: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Yang dimaksud dengan pendidikan akal adalah meningkatkan

kemampuan intelektual anak, ilmu alam, teknologi dan sains modern sehingga

anak mampu menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka

menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun

dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Hal inilah yang

diisyaratkan oleh Allah dengan proses penciptaan nabi Adam AS dimana sebelum

ia diturunkan ke bumi, Allah mengajarkan nama-nama(asma) yang tidak diajarkan

kepada para malaikat.

e. Pendidikan Sosial

Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak

dini agar bergaul di tengah-tengah masyarakat dengan menerapkan prinsip - prinsip

syari’at Islam . Di antara prinsip syari’at Islam yang sangat erat berkaiatan dengan

pendidikan sosial ini adalah prinsip ukhuwwah Islamiyah. Rasa ukhuwwah yang

benar akan melahirkan perasaan luhur dan sikap positif untuk saling menolong dan

tidak mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu setiap orang tua harus

mengajarkan kehidupan berjam a’ah kepada anak-anaknya sejak dini11.

Tanggung jawab serta kewajiban keluarga , dalam hal ini, yakni orang tua

sebagai kepala keluarga terhadap anak-anak atau anggota keluarga mereka, secara

garis besar adalah mendidik dan membentu anak-anak dalam tiga hal yaitu:

a. Masalah jasmaniah (fisik)

Tanggung jawab jasmaniah ini dimaksudkn agar anak-anak

tumbudewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, jauh dari penyakit serta

11 http://www.jamaahmuslim.com/keluarga/keluarga12.htm, tanggal 28 Pebruari 2013,

24

Page 13: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

bergairah dan bersemangat. Hal ini hendaknya dilekukan sejak anak-anak masih

dalam usia dini, dengan cara memelihara makanannya, kebersihannya minumannya

dan lain sebagainya. Salah satu unsur yang penting adalah menanamkan kegemaran

berolah raga.

b. Masalah aqliyah (intelektual)

Maksud dari tanggung jawab ini adalah orang tua mengusahakan supaya

anak-anak memiliki kecerdasan, ilmu pengetahuan serta kemampuaberpikir. Hal

yang berkaitan dengan masalah aqliyah ialah kewajiban mengajar

(menyekolahkan), serta pemeliharaan kesehatan intelektual,sehingga anak memiliki

kecerdasan dan akal yang matang, Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab

orang tualah untuk untuk memasukkan anak-anaknya dalam lembaga pendidikan

formal dan non formal seperti Madrasah Diniyah. Sebab dalam lingkungan keluarga

pembinaan aqliyah tidak bisa dilakukan semaklsimal mungkin.

c. Masalah rohaniah (keagamaan).

Maksud dari tanggung jawab adalah keluarga sebagai lembaga pendidikanyang

pertama dan utama hendaknya menanamkan masalah keagamaan kepada anak

sebelum mereka mengenal masalah-masalah yang lain. Adapun bidang rohaniah

(keagamaan) ini meliputi masalah aqliyah, ibadah dan akhlak. Sejak pertamaanak

lahir orang tua sudah memiliki kewajiban mengenal kalimat tauhid (pendidikan

aqid ah). Setelah anak berusia tujuh tahun orang tua dianjurkn untuk mengajak

anak-anaknya melakukan sholat dan orang itu juga harus menasehati anaknya

supaya berakhlak mulia, baik terhadap kedua orang tuanya, lingkungan

(masyarakat) maupun terhadap dirinya sendiri12.

25

Page 14: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

4. Pembinaan pendidikan Islam

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan “pem” dan

akhiran “an” yang berarti bangun atau dapat diartikan sebagai akumulasi dan

akselerasi secara bertahap dalam tempo, intensitas, emosi, dan kelakuan untuk

mencapai titik klimaks13.Jadi “Pembinaan adalah tindakan atau kegiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang

lebih baik.”

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembinaan adalah upaya

yang dilaksanakan secara bertahap dan terstruktur oleh seorang yang

berkepentingan untuk mencapai nilai- nilai sesuai dengan tujuan dari pembinaan,

agar supaya lebih baik/lebih maju dan lebih sempurna.

Istilah pendidikan secara etimologi berasal dari kata “didik” dengan

memberinya awalan “pe: dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal,

cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

yaitu “pedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan

dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan14.

12 M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup 3 , Solo: Romadhani, 198 4 , hal : 54.

13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1999, hlm. 117.

14 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet 3, Kalam Mulia, Jakarta, , 200 2, hlm 1.

26

Page 15: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Jadi, yang dimaksud dengan pembinaan pendidikan agamapada anak

adalah usaha yang dilakukan secara berdaya guna untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dan yang dilakukan dalam hal ini oleh pendidik (orang tua) kepada anak

mereka dengan cara memberikan bimbingan dan pengarahan serta mengembangkan

rohani dan jasmani mereka sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam hingga akhirnya

terbentuk suatu kepribadian yang Islami .

5. Tujuan Pendidikan Agama Pada Anak

Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

perbuatan selesai. Karena mencapai tujuan merupakan suatu usaha dan kegiatan

yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuan bertahap dan

bertingkat. Sedangkan tujuan pendidikan secara umum adalah membantu

perkembangan anak didik untuk mencapai tingkat kedewasaan. Selain itu

pendidikan juga harus mampu memberikan bantuan terhadap perkembangan anak

seutuhnya. Dalam arti supaya dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap,

moral, pengetahuan dan ketrampilan semaksimal mungkin15.

Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan situasi,

tetapi ia merupakan sesutu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan

dengan seluruh aspek kehidupan. Demikian juga dengan tujuan pendidikan

agamaIslam pada dasarnya berkitan dengan tujuan manusia hidup di dunia ini.

Di samping itu ada beberapa pendapat dari para ahli pendidikan tentang

tujuan pendidikan agama, diantaranya:

15 Zahara Idris dan LismaJamal, Pengantar Pendidikan 1, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 99

27

Page 16: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

a. Imam Al- Qhozali Tujuan pendidikan agama yang hendak dicapai adalah

pertama kesempurnaan manusia, untuk mencapai puncaknya adalah dekat

kepada Allah. Kedua kesem patan manusia yang puncak kebahagiaan di dunia

dan di akhirat16.

b. Abdul Fattah Jalal, menurutnya pendidikan agamabertujuan untuk menjadikan

manusia (seluruh manusia) sebagai abdi atau hamba Allah SWT17.

c. Abdurrahman Al-Nahlawi, menurutnya tujuan pendidikan agama,

merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik

secara individual maupun secara visual18.

d. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, menurutnya tujuan pendidikan agama untuk

membentuk manusia supaya cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Allah

SWT serta menjauhi larangan-N ya, sehingga ia dapat berbahagia hidupnya

lahir batin, dunia akhirat19.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pada dasarnya tujuan pendidikan agamaadalah untuk membimbing anak agar

mereka menjadi seorang muslim yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh serta

16 Zuhairini, Op Cit., hlm. 16.

17 Abdul Fattah Jalal, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Penerjemah: Herry Noer Ali, cv. Diponegoro , 1988 , hl m. 119.

18 Abdurrahman Al -Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah , dan Masyarakat , GemaInsani Press, Jakarta, 1995 , hlm. 117.

19 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan , Jakarta: Rineka Cipta.1999 hlm. 99.

28

Page 17: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

taat beriba dah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam

Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

Artinya: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.

(QS. Adz-Dzariyat: 56)20

Oleh karena itu pendidikan agamaharus mengembangkan seluruh aspek

kehidupan manusia baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah,

keilmiahannya, bahasanya , baik secara kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu

kearah kebaikan atau kesempurnaan hidup. Jadi yang menjadi tujuan utamapendidikan

agamapada anak adalah menjadikan remaja seorang muslim yang beriman, bertaqwa

serta beramal shaleh yang mempunyai akhlak mulia sehingga menjadi orang yang

berguna baik bagi keluarganya, masyarakat sekitarnya maupun bagi Negaranya

B. TINJAUAN TENTANG MENGAJI

1. Pengertian Mengaji

Mengaji dalam kamus besar bahasa Indonesia maknanya secara

umum adalah mengaji dan atau mempelajari sesuatu. Mengaji merupakan

suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui

pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relatif

permanen berupa sikap, pengetahuan, informas, kemampuan, dan

keterampilan melalui pengalaman21.

20 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 417

29

Page 18: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Para ahli mengemukakan pengertian mengaji dapat didefinisikan

sebagai tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Dengan kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan

karena mengaji menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun

psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap22.

Untuk menangkap isi dan pesan mengaji, maka dalam mengaji

tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah, yaitu : ranah

kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Dapat disederhanakan bahwa

mengaji merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan

tersebut dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil mengaji terjadi melalui usaha

dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,

menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan

pengalaman atau latihan. Hal ini ditegaskan oleh Nana Sujana yang

berpendapat bahwa mengaji adalah “proses yang ditandai dengan adanya

perubahan di mana perubahan tersebut ditujukan dalam berbagai bentuk,

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya permainan dan lain-lain yang

ada pada individu”23.

21 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, , 2002, hlm. 80

22 Ibid.

30

Page 19: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Mengaji dalam prakteknya dilakukan di sekolah dan atau di luar

sekolah. Mengaji di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada

perubahan perilaku yang baik atau positif. Arifin menyatakan bahwa,

“Mengaji adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi

serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang

berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang

disampaikan”24.

Sedangkan menurut Surya menyatakan bahwa mengaji ialah suatu

proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya25.

Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali menyatakan bahwa

mengaji merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya26.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa

mengaji adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai

23 Nana Sujana, Dasar-dasar Mengaji Mengajar, Sinar Baru Aglesindo,, Bandung, 1988, hlm. 28

24 Ibid

25 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 7

26 Ibid. Hal 8

31

Page 20: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

sesuatu baik pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dapat

diketahui melalui perubahan tingkah laku yang baru.

2. Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Mengaji

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi mengaji, termasuk ke

dalam faktor internal atau intern, yakni faktor dari dalam diri santri.

Faktor ini terdiri atas dua aspek, yaitu aspek fisiologis (bersifat jasmaniah)

dan faktor psikologis (bersifat rohaniah), dan kelelahan (bersifat jasmaniah

dan rohaniah)27.

a. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis yang memengaruhi mengaji berkenaan dengan

keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut

kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada

fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh

yang kurang prima, akan mengalami putus mengaji28.

b. Aspek Psikologis

Faktor-faktor yang termasuk aspek psikologis yang dipandang

esensial adalah: tingkat kecerdasan, sikap santri, bakat santri, minat santri,

dan motivasi santri. Relevan dengan Syah, Slameto menyatakan bahwa faktor

psikologis yang memengaruhi mengaji adalah: intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan29.

27 Ibid Hal 127

28 Ibid Hal 128

32

Page 21: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

1) Intelegensi

Merupakan kecakapan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu (1)

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, (2) mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, (3) mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat30.

2) Perhatian

Gazali dan Slameto menyatakan bahwa perhatian merupakan

keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada

suatu objek atau benda-benda atau sekumpulan objek. Supaya timbul

perhatian santri terhadap bahan pelajaran, usahakanlah bahan pelajaran selalu

menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai denan hobi

atau bakatnya. Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan

sikap acuh (tidak mau memerhatikan) merupakan aktivitas yang tidak terpuji

dan merupakan tanda tidak bersyukur kepada Allah SWT31.

Ayat Al-Qur’an yang menegaskan tentang perhatian antara lain

adalah surat Al-A’raf ayat 204:

29 Ibid 129

30 Ibid Hal 130

31 Ibid Hal 132

33

Page 22: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik,

dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.

(Qs. al-A’raf: 204)32.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap mengaji,

karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

santri atau tidak diminati santri, maka santri yang bersangkutan tidak akan

mengaji sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya

bahan pelajaran yang diminati santri, akan lebih mudah dipahami dan

disimpan dalam memori kognitif santri karena minat dapat menambah

kegiatan mengaji33.

4) Bakat

Bakat merupakan kemampuan untuk mengaji. Secara umum bakat

merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan potensial itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah mengaji atau berlatih.

Setiap orang (santri) pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk

mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya

32 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 176

33 Tohirin, Op. Cit., hlm. 135

34

Page 23: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

masing-masing34. Contoh lain yang relevan, seorang santri yang berbakat

dalam seni baca Al-Qur’an akan lebih cepat menyerap informasi dan

menguasai teknik-teknik seni membaca Al-Qur’an dibanding anak-anak yang

kurang berbakat di bidang seni baca Al-Qur’an. Contoh di atas

mengisyaratkan bahwa bakat itu memengaruhi hasil mengaji. Apabila bahan

pelajaran yang dipelajari santri sesuai dengan bakatnya, hasil mengajinya

akan lebih baik karena ia senang mengaji dan selanjutnya ia lebih giat lagi

dalam mempelajarinya35.

5) Motivasi Santri

Motivasi merupakan pemberian dorongan atau semangat sehingga

dapat menimbulkan minat, perhatian dan kemauan santri dalam mengaji.

Menurut Woodwert dan Maarques motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang

mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan

tertentu terhadap situasi di sekitarnya36.

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan ke dalam

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi Intrinsik merupakan keadaan yang

berasal dari dalam diri santri sendiri yang dapat mendorongnya untuk

mengaji, misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap

materi tersebut. Motivasi Ekstrinsik merupakan keadaan yang datang dari

34 Ibid, hal 136

35 Ibid Hal 137

36 Ibid Hal 138

35

Page 24: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

luar individu santri yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

mengaji. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, keteladanan

orang tua, guru merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat

mendorong santri untuk mengaji37.

6) Sikap Santri

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif, berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek tertentu, seperti orang, barang dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif. Misalnya, santri yang bersikap acuh terhadap bahasa

Arab, Inggris dan lain-lain. Akan menyebabkan santri yang bersangkutan

kurang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga pada gilirannya

menyebabkan hasil mengajinya selalu rendah38.

7) Kematangan dan Kesiapan

Kematangan merupakan suatu tingkatan atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap

untuk melakukan kecakapan baru39. Kesiapan merupakan kesediaan untuk

memberi respons atau bereaksi. Kesediaan itu datang dari dalam diri santri

dan juga berhubungan dengan kematangan. Misalnya, santri yang gelisah,

ribut (tidak tenang) sebelum proses pemmengajian dimulai, bisa dijadikan

37 Ibid Hal 139

38 Ibid Hal 140

39 Ibid.

36

Page 25: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

sebagai salah satu indikasi bahwa santri yang bersangkutan belum siap untuk

mengaji.Dalam kondisi seperti itu, guru jangan sekali-kali melaksanakan

pengajaran, karena tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, bahkan

sangat mungkin untuk gagal40.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani (fisik) dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani

terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh (beristirahat). Kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat

sesuatu termasuk mengaji menjadi hilang. Kelelahan jenis ini biasanya

ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-

olah otak kehilangan untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi karena

memikirkan masalah yang berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang

selalu samatanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan

tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatiannya41.

d. Lupa

Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau

memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Gulo dan

Rebber menyatakan bahwa lupa adalah ketidakmampuan mengenal atau

mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa juga berarti

40 Ibid, hal 141

41 Ibid, hal 141

37

Page 26: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

ketidakmampuan untuk mengingat kembali sesuatu yang telah dialami atau

dipelajari untuk sementara waktu maupun jangka waktu lama42.

Berkenaan dengan lupa, Allah SWT. Telah menegaskan dalam Al-

Qur’an antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah”.

(Qs. al-Baqarah: 286)43.

e. Kejenuhan dalam Mengaji

Istilah kejenuhan akar katanya adalah “jenuh”. Kejenuhan bisa

berarti padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh

bisa berarti jemu atau bosan. Kejenuhan mengaji adalah rentang waktu

tertentu yang digunakan untuk mengaji, tetapi tidak mendatangkan hasil44.

42 Ibid, hal 142

43 Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 49

44 Tohirin, op. cit., hlm. 141

38

Page 27: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

Seorang santri yang mengalami kejenuhan dalam mengaji, sistem

akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses

item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan mengajinya

seakan-akan berhenti45.

Kejenuhan mengaji dapat melanda seorang santri yang kehilangan

motivasi sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan

juga dapat melanda santri karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab

umum kejenuhan adalah keletihan yang melanda santri. Keletihan dapat

menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada santri yang bersangkutan.

Apabila faktor penyebab kejenuhan adalah kelelahan, maka solusinya adalah

beristirahat. Apabila penyebab kejenuhan adalah teknik dan strategi mengajar

yang kurang tepat, sehingga terkesan pemmengajian monoton, maka

solusinya adalah memperbaiki pendekatan mengajar yang digunakan

sehingga lebih variatif. Dengan perkataan lain apabila munculnya kejenuhan

disebabkan oleh cara guru mengajar, maka solusinya adalah memperbaiki

cara mengajar46.

3. Faktor-faktor Putus mengaji

Fenomena kesulitan mengaji seorang santri biasanya tampak jelas

dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi mengajinya. Selain

itu,kesulitan mengaji juga dapat dibuktikan seperti santri suka berteriak

didalam kelas, mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah,

45 Ibid

46 Ibid Hal 142

39

Page 28: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

dan sering bolos. Secara umum, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan

mengaji adalah: (1) faktor intern santri yang mencakup segala keadaan yang

muncul dari dalam santri sendiri, dan (2) faktor ekstern, mencakup segala

keadaan yang berasal atau berada dari luar dari santri47.

Pertama, faktor intern santri. Faktor ini meliputi gangguan atau

kekurangmampuan psiko fisik santri, yakni: (1) yang bersifat kognitif seperti

rendahnya kapasitas intelektal (intelegensi santri), (2) yang bersifat afektif, antara

lain labilnya emosi dan sikap, (3) yang bersifat psikomotor, antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)48.

Kedua, faktor ekstern. Faktor ini meliputi semua situasi dan

kondisi lingkungan santri yang tidak kondusif bagi terwujudnya aktivitas-

aktivitas mengaji. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) lingkungan keluarga,

seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya

tingkat ekonomi, (2) lingkungan masyarakat, contohnya wilayah tempat

tinggal yang kumuh, teman sepermainan yang nakal, (3) lingkungan sekolah,

seperti kondisi dan letak gedung yang buruk, seperti dekat pasar, kondisi

guru serta alat-alat mengaji yang berkualitas rendah49.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, kesulitan mengaji

bisa juga disebabkan oleh faktor khusus. Termasuk ke dalam faktor ini adalah

sindrom psikologis berupa ketidakmampuan mengaji. Sindrom berarti satuan

47 Tohirin, Op. Cit., hlm. 143.

48 Ibid,.hal, 143

49 Ibid, hal, 143

40

Page 29: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis. Yang

termasuk ke dalam ketidakmampuan mengaji adalah: (1) disleksia, yakni

ketidakmampuan mengaji membaca, (2) disgrafia, yakni ketidakmampuan

mengaji menulis, (3) diskalkulia, yakni ketidakmampuan menghafal50.

C. KORELASI ANTARA UPAYA ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

PENDIDIKAN AGAMAISLAM TERHADAP MENGAJI DI

MADRASAH DINIYAH BAITUL HUDA KEDUNGGEDE DLANGGU

MOJOKERTO

Orang tua dalam kapasitasnya sebagai seorang pendidik yang pertamakali

dalam sebuah proses pendidikan anak berperan sangat dominan demi terwujudnya

keberhasilan pendidikan bagi anaknya tersebut. Pendidikan keagamaan dipandang

perlu dan urgen karena merupakan pendidikan yang mencakup beberapa aspek baik

aspek keduniaan dan akhirat kelak. Moralitas dan akhlak menjadi sasaran

utamabagi pendidikan seorang anak agar anak tersebut bisa berinteraksi dengan

sesamanya terlebih dengan sang pencipta.

Pendidikan agamaharus diberikan oleh kedua orang tua sebagai bentuk

tanggung jawab orang tua atas amanat yang telah diberikan oleh Alloh SWT kepada

mereka. Orang tua harus mampu dan menguasai ilmu-ilmu keagamaan serta

memeberikan contoh-contoh yang baik kepada putra-putri mereka.

Dalam beberapa sebab orang tua tidak mampu memberikan pendidikan

keagamaan kepada putra-putrinya yang disebabkan oleh minimnya ilmu

pengetahuan masalah keagamaan mereka maupun karena situasi dan kondisi yang

50 Ibid, hal, 143

41

Page 30: AAA BAB IIrepository.stitradenwijaya.ac.id/750/3/bab2.pdf“Dua orang tua memb entuk keluarga, segera bersiap mengemban (memperkembangkan) fungsinya, seba gai “orang tua! Menjadi

tidak memungkinkan, maka mereka wajib untuk mengajikan atau menyuruh putra-

putrinya belajar kepada orang lain yang dipandang mampu dan mumpuni untuk

melaksanakan transfer keilmuan agamakepada putra-putri mereka.

Pada waktu anak tersebut mengaji atau belajar di madrasah Baitul Huda

kedung gede maka akan banyak sekali ditemui kendala-kendala dan hambatan yang

mempengaruni anak tersebut untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Masalah

internal , pengaruh lingkungan dan masalah pendidikan di baitul huda kedung gede

menjadi masalah yang akan dihadaip oleh peserta didik tersebut.

Peran orang tua sangat diperlukan dengan memberikan wawasan serta

semangat dan motivasi aagr anak tersebut terus mengaji di lembaga tersebut. Sebab

hanya orang tualah yang berkepentingan kepada putra-putrinya untuk terus mengaji

demi tercapai segala maksud dan harapan yang dicita-citakan .

Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa ada korelasi yang signifikan

antara upaya orang tua terhadap anak dalam pembinaan pendidikan agama Islam

dengan anak yang putus mengaji di Madrasah diniyah baitul huda kedunggede

dlanggu mojokerto.

42