documenta

18
A. Konsep dasar penyakit 1. Definisi Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat– alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2002 ) Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram. Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio sesarria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahaim (Marjoen, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan patologis 2. Periode fisiologis dan psikologis a. Perubahan Fisik 1. Uterus Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3

Upload: aulina

Post on 14-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

szdfghkjtf

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentA

A. Konsep dasar penyakit1. Definisi

Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat–alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2002 )

Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram. Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan. Seksio sesarria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahaim (Marjoen, 2001).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidakdilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akanterjadi keadaan patologis

2. Periode fisiologis dan psikologisa. Perubahan Fisik

1. UterusSecara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri  3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.

2. ServiksSetelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

3. Endometrium

Page 2: DocumentA

Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin

                                                                      4. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari

desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-

7 pasca persalinan.c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.

                                   5. Sistem Endokrin

Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post partum hari ke- 17.        

                 6. Pembuluh Darah Rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.

7. Dinding perut dan peritoneumSetelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya

akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan.

Page 3: DocumentA

8. Bekas Implantasi Placenta     Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan

diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

b.  Perubahan Psikologis Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu

sebagai berikut :1. Periode Taking In

a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkanb. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang

baik.c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru

kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnyae. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara

berulang-ulangf. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk

memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya

nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.

2. Periode Taking Holda. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkanb. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayic. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu

membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekatd. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan

dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya

e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya

3. Periode Letting Goa. Berlangsung 10 hari setelah melahirkanb. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumahc. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinyad. Keinginan untuk merawat bayi meningkat

Page 4: DocumentA

e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues

                                           3. Etiologi

1. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:a. Atonia Uterib. Retensi Plasentac. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).

d. Trauma jalan lahir Epiostomi yang lebar Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim. Rupture uteri.

e. Penyakit darahKelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia / hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai yaitu : Perdarahan yang banyak Solusio Plasenta Kematian janin yang lama dalam kandungan Pre eklampsia dan eklampsia Infeksi, hepatitis dan syok septic. Hematoma Inversi Uterus

2. Penyebab umum sasieo sesaria3. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).

4. Etiologi yang berasal dari janinFetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,

prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

4. Jenis-jenis sesio sesariaa. Abdomen (SC Abdominalis)

1. Sectio Caesarea Transperitonealis

Page 5: DocumentA

Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

2. Sectio caesarea ekstraperitonealisMerupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :a. Sayatan memanjang (longitudinal)b. Sayatan melintang (tranversal)c. Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm. Kelebihan :a. Mengeluarkan janin lebih memanjangb. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarikc. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distalKekurangan :

Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.

Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm.Kelebihan :a. Penjahitan luka lebih mudahb. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baikc. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke

rongga perineumd. Perdarahan kurange. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan

arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Page 6: DocumentA

b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

5. Manifestasi klinisGejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak

(> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.Gejala Klinis berdasarkan penyebab:a. Atonia Uteri

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Robekan jalan lahir        Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil

c. Retensio plasenta        Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)        Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e. Inversio Uterus        Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat.Komplikasi dari sasio sesariaa. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteriKomplikasi - komplikasi lain seperti : Luka kandung kemih Embolisme paru - paru

Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

6. Patofisiologi

Page 7: DocumentA

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.      Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

 Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

7. Patoflow

Page 8: DocumentA

8. Pemeriksaan medisSebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul

terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

pathway persalinan normal (Manuaba, 2010)

Page 9: DocumentA

c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.

d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.

e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah (bloody shoe).

9. KomplikasiPenyebab umum perdarahan postpartum adalah:a. Atonia Uterib. Retensi Plasentac. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

d. Trauma jalan lahir Episiotomi yang lebar Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim Rupture uteri

e. Penyakit darahKelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atauhipofibrinogenemia.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien sesio sesaria adalah seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Pengkajian

Identitas klien dan penanggung

Keluhan utama klien saat ini

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

Page 10: DocumentA

Riwayat penyakit keluargaKeadaan klien meliputi :a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b. Integritas egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.

c. Makanan dan cairanAbdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. NeurosensoriKerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamananMungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih, efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.

f. PernapasanBunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g. KeamananBalutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. SeksualitasFundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2.   Diagnosa

a. Nyeri berhubungan dengan bekas luka post op scb. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemihc. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan

ketahanan, ketidaknyamana fisikd. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap

bakteri pembedahan

3. Intervensia. Nyeri berhubungan dengan bekas luka

Tujuan:Nyeri hilang, berkurangKriteria hasil :- Klien mengungkapkan nyeri berkurang- Klien tampak tenang

Intervensi Rasional

Page 11: DocumentA

a. Kaji karakteristik, skala nyerib. Motivasi untuk mobilisasi sesuai

indikasic. Anjurkan penggunaaan teknik

relaksasi.d. Kolaborasi pemberian analgetik

a. Untuk mengetahui skala nyeri dan memberikan tindakan selanjutnya

b. Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan menguranginyeri secara bertahap.

c. Untuk mengatur rasa nyeri luka post op

d. Obat analgetik di berikan untuk menghilangkan rasa nyer

b. Gangguan eliminasi urineTujuan dan Kreteria Evaluasi:Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasionala. Kaji dan catat cairan masuk dan

keluar tiap 24 jam.b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post

partum.c. Berikan teknik merangsang

berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.

d. Kolaborasi pemasangan kateter.

a. mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.

b. melatih otot-otot perkemihan.c. agar kencing yang tidak dapat

keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.

d. mengurangi distensi kandung kemih.

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri, dengan kriteria hasil :- Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya- Kebutuhan ADL terpenuhi

Intervensi Rasionala. Bimbing dan demonstrasikan pada

ibu tentang bagaimana cara melakukan perawatan diri

b. Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya : perawatan

a. Bimbingan dan demonstrasi yang benar dapat memberi contoh bagi ibu untuk dapat melakukannya dengan baik bila telah pulang dari rumah sakit

Page 12: DocumentA

mulut, mandi dan vulva hygiene)c. Jelaskan kepada ibu tentang

pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu

b. Bantuan tindakan dapat membantu ibu dalam memenuhi perawatan dirinya yang tidak mampu dilakukan secara mandiri

c. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi

d. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,karakteristik payudara.Tujuan dan Kreteria Evaluasi:Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil: - ibu mengungkapkan proses situasi menyusui- bayi mendapat ASI yang cukup.

Intervensi Rasionala. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan

pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.

b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui

c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui

a. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan  intervensi yang tepat.

b. Posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.

c. Agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.