a. judul_: peranan penduduk lanjut usia pada usaha tani ... web viewthe average total cost was rp....

24
STUDY OF OYSTER MUSHROOMS AS FOOD IN TOWN JAMBI (Review Aspects of Farming and Marketing) Emy Kernalis 1) , Elwamendri 1) , Rozaina Ningsih 1) Abstract The research was conducted in Jambi City as one of the oyster mushroom developers, the largest population area, and center of economic activity in Jambi Province. The research aimed to identify the farmer of oyster mushrooms characteristics , to know the oyster mushrooms farm costs and revenue, as well as the oyster mushrooms marketing system in Jambi City. The results showed that the age of oyster mushroom farmers were between 39 - 45 years and most of them are male (72%). Most of them was graduated from high school and built their farm in private property based. It was found that the average production was 826,4 kg fresh oyster mushrooms per days which equal to 0,297 kg per baglog. The average total cost was Rp. 9.341,8 million, and average revenue was Rp.12.749.699,20. The average income was Rp. 3.367.899,20 per production period. The marketing system analysis shows that no farmer held product quality standards , no storage function, trade transaction was made either at home or on the market with the pricing depend on the bargaining agreement . Keyword: Oyster mushrooms , Farming , Marketing . PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penganekaragaman pangan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui 1

Upload: vubao

Post on 31-Jan-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

STUDY OF OYSTER MUSHROOMS AS FOOD IN TOWN JAMBI(Review Aspects of Farming and Marketing)

Emy Kernalis1), Elwamendri1), Rozaina Ningsih1)

Abstract

The research was conducted in Jambi City as one of the oyster mushroom developers, the largest population area, and center of economic activity  in Jambi Province. The research aimed to identify the farmer of oyster mushrooms characteristics , to know the oyster mushrooms farm costs and revenue, as well as the oyster mushrooms  marketing system in Jambi City. The results showed that the age of oyster mushroom farmers  were between 39 - 45 years and most of them are male  (72%). Most of them was graduated from high school and built their farm in private property based.  It was found that the average production was 826,4 kg fresh oyster mushrooms per days which equal to 0,297 kg per baglog. The average total cost was Rp. 9.341,8 million, and average revenue was Rp.12.749.699,20. The average income was Rp. 3.367.899,20 per production period.The marketing system analysis shows that no farmer held product quality standards, no storage function, trade transaction was made either at home or on the market with the pricing depend on the bargaining agreement.

Keyword: Oyster mushrooms, Farming, Marketing.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penganekaragaman pangan adalah salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan mutu gizi makanan

dengan pola konsumsi yang lebih beragam. Meningkatnya pertambahan

penduduk di Indonesia yang cepat menyebabkan kebutuhan produk bahan

pangan juga meningkat. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut

adalah dengan mengusahakan penganekaragaman bahan pangan. Komoditi

bahan

1) Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

1

Page 2: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

pangan yang selain dapat meningkatkan nilai ekonomis, juga meningkatkan

kalori dan gizi serta protein tetapi kandungan kol1esterolnya rendah adalah

jamur (Sukmonowati, 2001 dalam Maria Ulfah d.k.k 2008).

Keberadaan jamur sebagai salah satu jenis bahan pangan telah cukup

lama dikenal oleh masyarakat di Indonesia, yakni sebagai salah satu bahan

pangan yang memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Jamur juga dapat

dikategorikan sebagai salah satu komoditas pertanian organik, karena dalam

proses penanaman jamur tidak menggunakan pupuk buatan atau bahan kimia

lainnya. Keunggulan tersebut menjadikan jamur menjadi salah satu pilihan

makanan yang semakin populer di masyarakat. Saat ini ada lima macam jenis

jamur yang sudah mulai dibudidayakan di Indonesia, diantaranya jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus)

Propinsi Jambi khususnya di Kota Jambi sejak tahun 2006 sudah ada

kegiatan pembudidayaan jamur tiram oleh petani dengan cara membeli

baglog, sedangkan petani yang mengembangkan jamur tiram dengan membuat

baglog dimulai tahun 2008. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan

salah satu petani yang melakukan budidaya jamur tiram, bahwa jumlah petani

jamur tiram relatif belum banyak yaitu berjumlah sekitar 17 orang. Jamur

tiram cukup diminati untuk dikembangkan dan harga jual ditingkat petani

cukup tinggi yaitu berkisar Rp. 15.000,- per kg. dan pemasarannya sudah

merata di pasar-pasar yang ada di Kota Jambi.

Kebutuhan akan jamur tiram di Kota Jambi semakin meningkat dengan

bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam

peningkatan mutu gizi makanan dengan pola konsumsi yang lebih beragam.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Studi

Pengembangan Jamur Tiram Sebagai Bahan Pangan di Kota Jambi ( Tinjauan

aspek Usahatani dan Pemasaran)”.

1

2

Page 3: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

2. Perumusan Masalah

Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahan Pangan Kota Jambi

melaporkan bahwa kesediaan sayuran untuk konsumsi penduduk Kota tahun

2009 tercatat sebesar 171,27 gram/kapita/hari sedangkan target nasional

berkisar 200 gram/kapita/hari. Data tersebut menunjukan bahwa konsumsi

sayur masyarakat Kota Jambi masih berada dibawah standar Nasional. Salah

satu peluang dalam memenuhi kebutuhan sayur, usaha jamur tiram merupakan

peluang sebagai pangan alternatif.

Pengembangan jamur tiram di Kota Jambi akan berdampak positip

terhadap perekonomian dan dapat memberikan nilai tambah bagi keluarga

petani. Jamur tiram semakin populer sebagai bahan makanan yang bergizi dan

lezat rasanya, selain itu jamur tiram juga dijadikan produk olahan seperti

keripik jamur, bakso jamur dan lain-lain. Oleh karena itu permintaan terhadap

jamur tiram semakin meningkat, sebaliknya dari sisi penawaran

petani/produsen yang relatif sedikit harus bisa mengimbangi permintaan

masyarakat. Untuk itu permasalahan yang diamati dalam memenuhi

permintaan konsumen adalah bagaimana kegiatan usahatani (biaya, penerimaan

dan pendapatan) dan bagaimana sistem pemasaran jamur tiram di Kota Jambi.

Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi petani/produsen

jamur tiram di Kota Jambi, untuk mengetahui usahatani (biaya. penerimaan

dan pendapatan) jamur tiram di Kota Jambi dan untuk mengetahui sistem

pemasaran jamur tiram di kota Jambi.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Usahatani

Usahatani menurut Kartasapoetra (1987) adalah merupakan usaha

produksi dimana berlangsungnya pendayagunaan tanah, tenaga kerja, modal

dan manajemen. Keberhasilan pendayagunaan ini akan mendatangkan hasil

yang akan diambil berupa pendapatan yang maksimum.

Usahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan

yang ada pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang akan dikeluarkan untuk

3

Page 4: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi usahataninya dan

penerimaan yang diperoleh dari usahatani.

Biaya Usahatani

Menurut Hernanto (1996) biaya merupakan korbanan yang

dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik kemudian diberikan nilai

rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat

dihitung secara kuantitatif dan secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan

berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu.

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu

menentukan besarnya harga pokok dari produk yang akan dihasilkan. Biaya

produksi akan berbeda besarnya menurut cabang usaha yang dipilih. Secara

umum pengeluarkan usahatani atau biaya usahatani meliputi fixed cost atau

biaya tetap dan variable cost atau biaya variabel.

Penerimaan Usahatani

Secara umum petani mengharapkan penerimaan yang diperoleh dari

kegiatan usahataninya lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan dalam

kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar penerimaan yang diperoleh maka

petani akan termotivasi untuk mempertahankan bahkan meningkatkan

produksinya (Hernanto, 1996).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani merupakan

perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual.

Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah penerimaan dikurangi dengan

pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produlsi yang

diperoleh dengan harga satuan yang berlaku. Pengeluaran adalah semua biaya

operasional dengan memperhitungkan bunga modal dari usahatani dan nilai

kerja pengelola usahatani.

Menurut Hernanto (1996) tujuan dari usahatani adalah mencapai

produksi yang tinggi dan akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari

nilai produksi setelah dihitung dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan

dengan pendapat Soekartawi (1995).

Pendapatan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

4

Page 5: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Pd = (Px.X) - (FC+VC)

Pd = TR – TC

Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani

Px = Harga jual

X = Jumlah produksi

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa pendapatan selain

diukur dengan nilai mutlak juga dianalisis nilai efisiensinya. Salah satu ukuran

efisiensi adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C ratio.

Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai

dalam kegiatan bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan

sebagai manfaatnya. Selanjutnya usahatani dikatakan menguntungkan apabila

nilai R/C lebih besar dari I dan sebaliknya dikatakan belum menguntungkan

apabila R/C ratio kurang dari I.

2. Konsep Sistem Pemasaran

Menurut Swastha (2002), mendefinisikan sistem pemasaran sebagai

kumpulan lembaga- lembaga yang melakukan pemasaran barang, jasa, ide

orang dan faktor- faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan

membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.

Untuk menggambarkan keadaan suatu sistem pemasaran suatu

komoditi dapat dilakukan melalui pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Serba Barang

Pendekatan serba barang merupakan suatu pendekatan pada

pemasaran yang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang tertentu

berpindah dari titik produksi ke konsumen akhir.

2. Pendekatan Serba Fungsi

5

Page 6: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Pendekatan serba fungsi ini merupakan metoda untuk mempelajari

sistem pemasaran berdasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

fungsinya. Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan

untuk menyelesaikan proses pemasaran (Anindita, 2003). Adapun fungsi-

fungsi pemasaran terdiri atas:

a. Fungsi pertukaran

b. Fungsi fisik

c. Fungsi fasilitas

3. Pendekatan Serba Lembaga

Pendekatan serba lembaga merupakan pendekatan pemasaran yang

mempelajari masalah-masalah pemasaran melalui lembaga-lembaga pemasaran

yang turut serta dalam proses penyaluran barang dan jasa mulai dari titik

produsen hingga konsumen. Lembaga pemasaran adalah badan yang

menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari

produsen ke konsumen serta mempunyai hubungan organisasi antara satu

dengan yang lainnya.

3. Jamur Tiram.

Jamur tiram (Pleurotus spp.) telah dibudidayakan di Cina daratan sejak

200 – 300 tahun lalu. Jamur ini kemudian menyebar ke negara tetangga,

khususnya ke Korea, Myanmar, Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Indonesia, Malaysia, dan negara tetangga lainnya. Di Indonesia, budidaya

jamur dikenal pada awal tahun 1950-an untuk jenis jamur merang, kemudian

pada awal 1970-an untuk jenis jamur tiram, jamur shiitake, dan jamur kuping

( Suriawiria, 2001).

Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah

dibudidayakan karena dapat tumbuh diberbagai macam jenis substrat dan

mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi.

Kemampuan produksi jamur tiram pun relatif lebih tinggi, 50-70 % jamur segar

dapat dihasilkan dari 1000 gram substrat kering, bahkan saat in produktivitas

panen sudah dapat ditingkatkan menjadi 120-150 % . Beberapa kelemahan

6

Page 7: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

pada jamur tiram adalah: (1) tangkai yang cukup panjang sehingga

mempersulit pengemasan bila akan dikirim ke tempat lain atau dipasarkan

tanpa mengalami kerusakan. (2) menghasilkan banyak spora sehingga menjadi

permasalahan yang serius bagi kesehatan petani dan lingkungan, (3) belum

semua konsumen menyukai jamur ini terutama di Eropa, Amerika dan

Australia. (Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI) Bandung Raya,

2000 dalam Satria Poernama 2005).

Jenis jamur tiram yang telah dibudidayakan adalah tiram putih

(Pleurotus ostreatus var florida), tiram abu-abu (Pleurotus sajor-caju), tiram

merah muda (Pleurotus flabellatus, Pleurotus djamor), tiram coklat (Pleurotus

cystidiosus), tiram hitam (Pleurotus sapidus) dan tiram kuning terang

(Pleurotus citrinopileatus, Pleurotus cornucopiae).

Lokasi ideal jamur yaitu 800 m dpl dan RH 60-90 %. Walaupun

kebanyakan jamur kuping dan jamur tiram dapat tumbuh dengan baik pada

kisaran suhu 25-300 C, kondisi pertumbuhan optimum dicapai pada kisaran

suhu 16-220 C (Daryanti, 1999). Kemungkinan budidaya jamur di dataran

rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan

disesuaikan dengan keperluan jamur tiram. Media tanam diusahakan

mengandung kadar air sebesar 50-65 %, PH 6-7. Bahan yang digunakan selain

serbuk gergaji ditambah bekatul, kapur (CaCO3), gips (CaSO4), dan tepung

biji-bijian pada proses pembuatan media tanam.

METODE PENELITIAN

1. Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini dilaksanakan di Kota Jambi. Pemilihan daerah

penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Kota Jambi merupakan terbanyak penduduknya diantara Kabupaten yang ada

di Propinsi Jambi, selain itu Kota Jambi merupakan sentra kegiatan ekonomi

dan salah satu daerah pengembang jamur tiram.

2. Sumber Dan Metode Pengumpulan Data

7

Page 8: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer bersumber dari pengusaha/petani jamur tiram, meliputi

harga jamur tiram, harga input, biaya produksi, jumlah produksi, sistem

pemasaran serta data lain yang dibutuhkan. Data sekunder yang dikumpulkan

untuk mendukung dalam penelitian ini antara lain didapatkan dari BPS Kota

Jambi, Dinas pertanian Kota Jambi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan,

laporan-laporan hasil penelitian terdahulu, dan publikasi ilmiah lainnya yang

ada kaitannya dengan penelitian.

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain dengan

metode Observasi dan wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara

mengamati langsung serta tanya jawab dari berbagai kegiatan usaha jamur

tiram yang diobservasi.

3. Metode Penentuan Responden

Responden penelitian ini adalah petani yang membudidayakan jamur tiram

dan pedagang atau penjual jamur tiram yang berada di Kota Jambi. Penentuan

responden dilakukan secara snowball.

4. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang

diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tujuan pertama penelitian ini mencoba

menggambarkan tentang hal-hal yang ditemukan dilapangan mencakup

perkembangan usahatani jamur tiram dan menggambarkann frofil

petani/produsen jamur tiram, dan lain-lain secara kualitatif yang merupakan

data pelengkap dalam penelitian ini. Tujuan kedua menghitung penerimaan,

biaya –biaya yang dikeluarkan dan menghitung pendapatan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Pd = (Py.Y) – (FC + VC)

Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Penerimaan total (Total Revenue)

TC= Biaya total (Total Cost)

Py = Harga produk

Y = jumlah produk

FC= Biaya tetap (Fixed Cost)

8

Page 9: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

VC= Biaya variabel (Variabel Cost)

Untuk tujuan ketiga, data yang dikumpulkan dari pengamatan dilapangan

dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan sistem pemasaran yaitu dengan

pendekatan serba barang, serba fungsi dan serba lembaga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Karakteristik Petani Responden

1.1. Umur dan Jenis kelamin

Sebagian besar petani jamur tiram berusia antara 39 - 45 tahun yaitu

sebanyak 9 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.

Petani jamur tiram di Kota Jambi sebagian besar berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 18 orang (72%), sedangkan perempuan sebanyak 7 orang

(28%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis kelamin

Umur responden Frekuensi ( % ) Laki2 ( % ) Perp. ( % )25 - 31 tahun 3 3 -

32 - 38 tahun 5 3 2

39 - 45 tahun 9 7 2

46 – 52 tahun 5 4 1

53 – 59 tahun 2 1 1

60 – 66 tahun 1 - 1

T o t a l 25 (100%) 18 (72%) 7 (28%) Sumber: Hasil Olahan Data Primer

2.2. Pendidikan

Sebagian besar responden/petani mempunyai latar belakang pendidikan

SMA/sederajat yaitu sebanyak 18 orang. Untuk mengetahui karakteristik

responden berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dapat dilihat pada

tabel 2 berikut.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase

9

Page 10: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

SMP/sederajatSMA/sederajatSarjana/magister

318 4

127216

Total 25 100Sumber: Hasil Olahan Data Primer

2.3. Sumber Pemilikan Modal dan jenis produk yang dijual.

Dari hasil wawancara dan data yang terkumpul, pada umumnya petani

jamur memulai usahanya dengan sumber modal milik sendiri yaitu sebanyak

23 orang (92%) dan l orang dari orang tua serta dari kerja sama l orang. Untuk

produk yang dijual sebagian besar masih memproduksi jamur segar dan hanya

3 orang selain memproduksi jamur segar juga memproduksi baglog.

2.4. Alasan menjalani usaha jamur tiram.

Dari beberapa pertanyaan, alasan mengapa petani responden

mengusahakan jamur tiram antara lain ; harga jamur tiram yang baik,

pemasarannya sudah terjamin, perawatannya mudah, iklimnya cocok,

pengetahuan/ketrampilan yang telah dikuasai, sebagian besar menyatakan

alasan mereka mengusahakan jamur tiram adalah mengisi waktu luang dan

sekaligus untuk menambah pendapatan selain itu juga sebagai hobbi.

3. Hasil Produksi Jamur Tiram

3.1. Produksi jamur tiram

Jamur tiram memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam

proses budidayanya sehingga dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun

usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar (industri).

Pembudidayaan jamur tiram di Kota Jambi umumnya masih dalam skala

kecil. Ini tergambarkan dari jawaban responden yang menyatakan kegiatan

usaha jamur tiram merupakan kegiatan mengisi waktu luang dan juga sebagai

tambahan pendapatan/penghasilan.

Dari 25 petani responden menghasilkan rata-rata produksi jamur tiram

segar sebanyak 826,4 kg per masa produksi dan sebagian besar petani (20

orang) menghasilkan produksi jamur tiram dibawah 1000 kg. Masa produksi

berkisar 4 bulan. Jelasnya dapat dilihat Tabel 3.

Tabel 3. Produksi dan Jumlah Responden/Petani Jamur Tiram Di Kota Jambi

10

Page 11: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

No Produksi Jamur tiram(kg/4 bulan)

Jumlah petani(pengusaha)

Persentase (%)

12345

200 - 599 600 - 9991000 - 13991400 - 17991800 - 2199

8 12

041

3248 016 4

J um l a h 25 100Sumber: Hasil Olahan Data Primer

3.2. Penerimaan Usahatani.

Menurut Soekartawi ( 1995) penerimaan usahatani merupakan hasil kali

dari jumlah produksi total dan harga jual persatuan.

Tabel 4 menunjukkan rata-rata produksi jamur tiram yang dihasilkan oleh

petani responden adalah 826,4 kg dengan jumlah penggunaan rata-rata baglog

sebanyak 3.040. Harga jual rata-rata jamur tiram adalah Rp. 15.428,- per kg,

sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh petani responden di daerah

penelitian selama masa produksi adalah sebesar Rp. 12.749.699,20

Produktivitas rata-rata jamur tiram adalah sebesar 0,297 kg per baglog. Hasil

yang diperoleh masih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian

(Anonim, 2011) yang menyatakan bahwa rata-rata setiap baglog menghasilkan

produksi 40% x bobot baglog. Jadi setiap baglog dengan bobot 1,5 kg akan

menghasilkan jamur tiram sebanyak 0,6 kg. Hal ini menunjukan produktivitas

masih dibawah rata-rata. Berdasarkan pengamatan dilapangan bahwa

bangunan tempat pembudidayaan dan pemeliharaan sudah sesuai dengan

standar yang dianjurkan. Hanya saja petani masih kurang trampil dalam

mengatur suhu bangunan, kelembaban dan cahaya yang cukup. Selain itu untuk

mendapatkan hasil yang optimal, ketrampilan dan kesabaran petani sangat

diperlukan.

Tabel 4. Penerimaan Petani Jamur Tiram per masa produksi di Kota Jambi.

No Skala Usaha (log)

Produktivitas(kg/log)

Produk yangDihasilkan

(Kg)

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

11

Page 12: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

12345678910111213141516171819202122232425

2000150010002500100030001000150040002500150020003000350030006000600025003500600060003000500

80001500

0.300.240.600.380.300.270.350.320.240.240.330.250.280.250.280.270.230.320.240.230.260.280.400.240.32

60036060090030082035048096060049050084088084016001400800840140016008402001920480

15000140001400015000140001800015000150001500015000150001600015000150001600016000160001500013700170001700014000160002000014000

900000050400008400000

144000004200000

1476000052500007200000

14400000900000073500008000000

126000001320000013440000256000002240000012000000115080002380000027200000117600003200000

384000006720000

Total 76000 7.435 20660 385700 7968562000

Rata-rata 3040 0.297 826,4 15428 12749666Sumber: Hasil Olahan Data Primer

3.3. Biaya Usahatani

Menurut Hernanto (1996) biaya merupakan korbanan yang

dicurahkan dalam proses produksi yang semula fisik kemudian diberikan nilai

rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat

dihitung secara kuantitatif dan secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan

berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu.

Biaya-biaya yang dikeluarkan petani jamur tiram baik biaya langsung

maupun biaya tidak langsung yang terdiri biaya pembelian baglog, biaya

trasportasi, biaya listrik dan upah tenaga kerja.

12

Page 13: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Rata-rata biaya pembelian baglog jamur tiram adalah sebesar

Rp.8.130.000,- rata-rata biaya trasportasi sebesar Rp. 511.200,- rata-rata biaya

listrik sebesar Rp. 105.200,- sedangkan upah tenaga yang harus dikeluarkan

rata-rata adalah sebesar Rp. 202.800,- Untuk rata-rata total biaya yang

dikeluarkan sebesar Rp. 9.341.800,-

3.4. Pendapatan usahatani

Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara

penerimaan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara

penerimaan dengan pengeluaran maka semakin menguntungkan suatu

usahatani. Pendapatan total usahatani diperoleh dari selisih antar penerimaan

hasil produksi dengan pengeluaran total biaya usaha tani.

Pendapatan rata-rata petani jamur tiram yang diperoleh adalah sebesar

Rp.12.749.699,20 - Rp. 9.341.800,- = Rp. 3.467.899,20 per masa produksi.

Dari nilai mutlak tersebut dapat dianalisis keuntungan melalui R/C ratio.

Jelasnya dapat dilihat tabel 5 berikut.

Tabel 5. Nilai R/C ratio Usaha Jamur Tiram

No.

U r a i a n Nilai

1 Penerimaan (Rp) 12.749.699,202 Pengeluaran (Rp) 9.341.800,003 Pendapatan (Rp) 3.467.899,204 R/C ratio 1.36

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

Dari tabel 5 diatas, usaha jamur tiram di kota Jambi sudah memberikan

keuntungan dan dapat terus dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C

ratio sebesar 1.36 yang artinya jika pengeluaran sebesar Rp.1.000.- akan

memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.360,-

Dari hasil wawancara dengan responden, usul maupun harapan petani

dalam pengembangan jamur tiram antara lain : adanya lembaga yang

memberikan penyuluhan tentang jamur tiram sehingga usaha jamur tiram

dapat lebih baik, mengembangkan wisata kuliner dari bahan jamur, lebih

mudah dan cepat dalam mendapatkan bibit jamur (baglog) serta adanya

bantuan modal dari pihak swasta maupun pemerintah.

13

Page 14: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

3. Sistem Pemasaran Jamur Tiram

Sistem pemasaran yang ada pada usaha jamur tiram adalah

orang/lembaga-lembaga yang terlibat dalam memasarkan jamur tiram dan

faktor-faktor yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta

mempengaruhi hubungan petani dengan pasar.

Pendekatan-pendekatan dalam sistem pemasaran jamur tiram adalah

sebagai berikut :

1. Pendekatan serba barang

Jamur yang sudah siap dipanen langsung dijual ke pasar – pasar yang ada di

Kota Jambi antara lain Pasar angso Duo, Pasar Keluarga, pasar Talang Banjar

dan warung-warung di sekitar tempat tinggal petani jamur. Tidak ada standar

mutu yang ditetapkan, hanya kebersihan dan kesegaran yang diperhatikan

sehingga akan mempengaruhi harga. Penetapan harga sesuai keadaan pasar

atau harga kesepakatan antara penjual dan pembeli. Rata-rata harga jual petani

Rp. 15.428,- per kg dan harga dipedagang eceran Rp. 20.000,- per kg.

2. Pendekatan serba fungsi

Fungsi-fungsi yang dilakukan yaitu :

1. Fungsi pertukaran meliputi fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

Petani jamur tiram dalam pelaksanaan serba fungsi ini dilakukan baik di

rumah maupun pasar-pasar terdekat.

2. Fungsi fisik yang dilakukan hanya fungsi pengangkutan yaitu petani

mengantar jamur tiram ke pasar-pasar terdekat, dan tidak melakukan

fungsi penyimpanan. Hal ini sesuai dengan sifat fisik jamur tiram yang

tidak tahan lama dan mudah busuk.

3. Fungsi fasilitas hanya merupakan informasi pasar sedang fungsi

penanggungan resiko dan standardisasi tidak ada.

3. Pendekatan serba lembaga

Pendekatan lembaga merupakan pendekatan yang mempelajari

masalah-masalah pemasaran melalui lembaga pemasaran yang turut dalam

proses penyaluran barang dari titik produsen sampai ke titik konsumen. Pada

14

Page 15: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

pemasaran jamur tiram umumnya petani langsung membawa ke pedagang

pengecer/warung dan atau melalui pedagang perantara.

KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan usaha jamur tiram di Kota Jambi relatif masih baru dan

seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan peningkatan

mutu gizi makanan.

2. Rata-rata petani jamur tiram dalam usia produktif (39 - 45 tahun),

dengan jumlah laki-laki 72% dan perempuan 28 % serta pendidikan

rata-rata petani jamur SMA/sederajat (72%).

3. Usaha budidaya jamur tiram masih dalam skala kecil, dengan rata-rata

produksi sebesar 826,4 kg per masa produksi atau produktivitas per

baglog sebesar 0,297 kg. Penerimaan petani sebesar Rp. 12.749.699,20

dan biaya sebesar Rp. 9.341.800,-. rata-rata pendapatan sebesar Rp.

3.467.899,20

2. Saran

1. Produksi jamur tiram masih dapat dikembangkan, untuk itu perlu

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan membudidayakan jamur

tiram melalui penyuluhan-penyuluhan.

2. Untuk lebih memperkenalkan keunggulan dan manfaat jamur tiram di

masyarakat perlu digalakkan kuliner yang menggunakan bahan baku

jamur tiram.

3. Membentuk model kemitraan dengan pelaku usaha produksi dan

pembibitan jamur maupun pihak-pihak swasta sebagai bapak angkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Ratya. 2003. Dasar-Dasar Hasil Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya

Anonim, 2011. Peluang Usaha Budidaya Jamur tiram. Agrojamur Bogor. http://Agrojamur bogor blogspot.com

15

Page 16: A. JUDUL_: Peranan Penduduk Lanjut Usia pada Usaha Tani ... Web viewThe average total cost was Rp. 9.341,8 million, and ... 1. Konsep Usahatani. ... Jepang, Taiwan, Filipina, Singapura,Vietnam,

Daryanti, Sri. 1999. Pertumbuhan jamur kuping dan jamur tiram dalam rumah tanaman dengan suhu terkendali. Skripsi. Tehnik Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Kartasapoetra, A.G. 1987. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara Jakarta, Jakarta.

Maria Ulfa, Sugiarto, Siti Muslikah, 2008. Tehnologi Budidaya dan pembibitan Jamur Edible. Prodi Agrotehnologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNISMA

Suriawiria, Unus. 2001. Sukses Beragrobisnis jamur kayu : Shiitake, Kuping, Tiram. Penebar Swadaya jakarta

Soeharjo dan Patong. 1983. Sendi-Sendi pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan aplikasinya. Penerbit PT Raja Grafindo. Jakarta

Swastha, B .2002. Azaz - Azaz Marketing Edisi Ke Tiga. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.

16