repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · web view...

13
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TERPADU : PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE * Oleh : Dr. Ery Iswary, M.Hum Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, Indonesia ABSTRAK Paper ini akan mendeskripsikan tentang penggunaan dan penerapan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan (fun learning) secara utuh dan terpadu dengan pendekatan whole Language. Masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah bagaimana strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Whole Language?; dan komponen-komponen apa saja yang dipelajari untuk mengaplikasikan strategi whole language sebagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu. Strategi pembelajaran whole language mengajarkan 4 keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) yang terpadu secara bertahap sehingga dapat menjadi strategi pembelajaranbahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan. Aplikasi strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan whole language meliputi 8 komponen yang dapat diterapkan secara variatif dan menyenangkan (fun learning), dan dilakukan secara bertahap, yaitu 1) reading aloud (guru membaca teks/buku dengan suara keras untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan memperkaya kosakata anak didik); 2)Jurnal writing (anak didik dilatih untuk mengekspresikan dan merefleksikan perasaan, kejadian yang dilihat/dialami dalam bentuk tulisan dengan kalimat sederhana); 3) sustained silent reading (melatih konsentrasi dan comprehension); 4) shared reading (guru dan anak didik bergantian membaca, di mana guru memberi modeling membaca yang baik); 5) guided reading (membaca terbimbing untuk comprehension); 6) guided writing (mengarahkan anak didik untuk menemukan apa yang ingin ditulis dan cara menulis sistematis); 7) independent

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TERPADU :

PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE *

Oleh : Dr. Ery Iswary, M.HumFakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, Indonesia

ABSTRAK

Paper ini akan mendeskripsikan tentang penggunaan dan penerapan strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan (fun learning) secara utuh dan terpadu dengan pendekatan whole Language. Masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah bagaimana strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Whole Language?; dan komponen-komponen apa saja yang dipelajari untuk mengaplikasikan strategi whole language sebagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu. Strategi pembelajaran whole language mengajarkan 4 keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) yang terpadu secara bertahap sehingga dapat menjadi strategi pembelajaranbahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan. Aplikasi strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan whole language meliputi 8 komponen yang dapat diterapkan secara variatif dan menyenangkan (fun learning), dan dilakukan secara bertahap, yaitu 1) reading aloud (guru membaca teks/buku dengan suara keras untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan memperkaya kosakata anak didik); 2)Jurnal writing (anak didik dilatih untuk mengekspresikan dan merefleksikan perasaan, kejadian yang dilihat/dialami dalam bentuk tulisan dengan kalimat sederhana); 3) sustained silent reading (melatih konsentrasi dan comprehension); 4) shared reading (guru dan anak didik bergantian membaca, di mana guru memberi modeling membaca yang baik); 5) guided reading (membaca terbimbing untuk comprehension); 6) guided writing (mengarahkan anak didik untuk menemukan apa yang ingin ditulis dan cara menulis sistematis); 7) independent reading (anak didik diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri materi bacaan yang menarik baginya); 8) independent writing (melatih anak didik menulis berdasarkan hal yang menarik baginya tanpa intervensi pengajar). Strategi pembelajaran dengan pendekatan whole language telah diaplikasikan pada beberapa negara dan telah dibuktikan sebagai strategi pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) baik untuk pengajaran bahasa maupun sastra.

*) untuk dipresentasikan pada International Conference at Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), pada tgl. 14 September 2012.

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

PENDAHULUAN

“Bahasa memasang perangkap yang sama bagi semua orang; ia adalah jaringan yang sangat luas berupa kelokan-kelokan yang keliru. Dan demikianlah kita melihat manusia demi manusia berjalan di jalur yang sama, dan kita sudah tahu sebelumnya kemana ia akan berbelok, kemana bila ia berjalan lurus tanpa memerhatikan belokan di kanan kirinya, dan sebagainya. Jadi yang aku harus lakukan adalah memasang papan penunjuk jalan pada setiap persimpangan yang menyesatkan sehingga bisa membantu orang-orang melintasi titik-titik yang berbahaya”.(Ludwig Wittgenstein).

Bahasa merupakan instrumen yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi serta dapat memberikan arah untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Bahasa ibarat papan penunjuk arah (seperti pendapat Wittgenstein di atas) sehingga membantu manusia untuk menghindari kesesatan dan kebisuan dalam berinteraksi sehari-hari.

Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi; bahasa merupakan gambaran realitas, sistem simbol yang memiliki makna. Bahasa merupakan sistem simbol yang berupa bunyi-bunyi empiris dan memiliki makna yang bersifat non empiris. Sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi (Djojosuroto,2007:45).

Bahasa digunakan untuk memperoleh pengetahuan melalui belajar, baik secara formal maupun informal. Belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, , integratif, dan tujuan yang jelas. Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan (Jauhari, 2000:75).

Belajar dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidaklah tanpa arah, tetapi mempunyai tujuan tertentu yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajarannya. Adapun tujuan belajar dapat diklasifikasi atas 3 jenis, seperti berikut.

(1) UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN(2) PENANAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN(3) PEMBENTUKAN SIKAP

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

Tujuan belajar (1) untuk mendapatkan pengetahuan haruslah dilandasi dengan kemampuan berpikir secara kreatif dan logis. Setiap individu akan mempunyai cara tersendiri untuk memperkaya pengetahuannya seperti proses kreativitas dalam pembuatan sutera yang harus mampu mngombinasikan warna dan corak sehinga tampak menarik. Tujuan belajar (2) penanaman konsep dan keterampilan, juga membutuhkan proses tersendiri untuk meraihnya melalui repetisi dan penghayatan berbagai ragam fenomena,bukan sekedar menghafal dan tindakan imitasi. (3) pembentukan sikap dan perilaku anak didik dilakukan dengan penanaman nilai-nilai etika positif (transfer of value), sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk senantiasa berperilaku baik, dan konsisten memegang nilai-nilai tersebut sehingga tidak mudah terpengaruh dalam kondisi apapun.

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk mencapai sasaran belajar yang dinginkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan khusus untuk pembelajaran bahasa adalah pendekatan whole Language. Whole Language adalah satu pedekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (weaver, 1992).

Pendekatan whole language adalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dari si subjek untuk merekonstruksi makna, sesuatu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghububngkan pengalaman atau materi yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga membuat pemahamannya lebih berkembang (Sardiman, 1986:37).

Pengajaran keterampilan berbahasa dengan menggunakan pendekatan whole Language dianggap lebih efektif karena mengajarkan keterampilan berbahasa berbicara, membaca, menulis, dan menyimak secara terpadu (holistik), namun dapat dioperasionalkan secara bertahap sesuai dengan kondisi anak didik (pembelajar). Penerapan strategi ini dinilai efektif dan efisien karena pada saat mengajarkan sebuah materi bacaan Cerita rakyat (folktale) untuk pelajaran bahasa Indonesia, maka sekaligus dapat menerapkan beberapa keterampilan berbahasa secara simultan (membaca, menyimak, berbicara). Dengan demikian pembelajaran tentang kosakata baru,diksi, tanda baca, intonasi, pelafalan/pengucapan, pengetahuan umum, serta pola kalimat bahasa Indonesia yang benar dapat dipelajari secara tidak langsung dalam bacaan tanpa terkesan dipaksakan dan membosankan.

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan Whole Language?

2. Komponen-komponen apa saja yang dipelajari untuk mengaplikasikan strategi whole language sebagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu ?

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA “WHOLE LANGUAGE”

Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan whole language merupakan pembelajaran bahasa secara kontekstual, logis, kronologis, dan komunikatif. Para anak didik dapat belajar tentang hal-hal yang menarik perhatiannya secara interaktif melalui proses pembelajaran dan tugas yang diberikan.

Ciri-ciri pendekatan whole language menurut Hartati. T, dkk (2006:124) dapat diformulasi sebagai berikut :

1. Menyeluruh (whole language)Mempelajari keterampilan berbahasa secara menyeluruh seperti berbicara, membaca, menyimak dan menulis; juga mempelajari unsur-unsur kebahasaan secara holistik seperti sistem bunyi, bentuk , makna, dan pola kalimat. Pembelajaran ini dapat dilakukan secara manual aau dengan penggunaan multimedia.

2. Bermakna (meaningful)Pembelajar dapat belajar dari berbagai pengalaman dan sumber belajar sehingga materi yang diajarkan terasa bermakna.

3. Berfungsi (function)Penggunaan literatur berbasis pengalaman nyata dalam kehidupan dan juga tulisan berupa bacaan.

4. Alamiah (natural)Pembelajaran dimulai dengan percakapan natural sesuai dengan kondisi anak didik , dan selama proses berlangsung sekaligus mempraktikkan keterampilan berbahasa secara bergradasi dan holistik.

Kelebihan dari pendekatan whole language dalam pembelajaran bahasa karena bukan hanya mempelajari tata bahasa (aspek linguistik) semata tetapi sekaligus mempelajari sastra (cerita rakyat, sejarah) sebagai sumber belajar.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

KOMPONEN-KOMPONEN “WHOLE LANGUAGE”

Routmen (dalam Santosa, 2007) berpendapat bahwa ada 8 komponen yang dapat diterapkan. Adapun komponen-komponen tersebut seperti berikut:

1. Reading Aloud (membaca nyaring) Komponen ini dapat diartikan sebagai membaca nyaring yaitu kegiatan membaca teks atau cerita yang dilakukan oleh guru kepada siswanya. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dengan suara nyaring bertujuan untuk memberikan modeling membaca yang baik kepada siswa, khususnya untuk mengajari cara pelafalan atau artikulasi bunyi-bunyi tertentu,intonasi, cara membaca ekspresif dengan mimik yang sesuai khususnya dalam membacakan dongeng. Kegiatan membaca ini sangat berguna untuk pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), dan pembelajaran bahasa kedua (bahasa asing, bahasa daerah). Di samping itu, kegiatan membaca nyaring dapat melatih aspek penyimakan di kalangan anak didik dan menambah perbendaharaan leksikal.

2. Jurnal writing (menulis jurnal)Tugas menulis jurnal dengan berbagai bentuknya seperti buku harian (catatan harian) atau refleksi perasaan bukanlah tugas yang harus dinilai oleh guru, tetapi cukup dengan pemberian respons atau komentar terhadap hasil tulisan dari anak didik. Tulisan berupa jurnal ini merupakan media pengekspresian perasaan, menceritakan pengalaman dan kejadian yang dialami dalam keseharian, curahan hati hasil belajar yang diperoleh dengan bahasa yang lugas dan mengalir apa adanya.

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan jurnal ini (Routman,1991) antara lain:

MANFAAT PENULISAN JURNAL PENJELASAN

Meningkatkan kemampuan menulis Pelatihan menulis jurnal diawali dengan menggunakan kata-kata sedehana dan lugas sesuai kemampuan dan gaya penceritaan masing-masing individu

Meningkatkan kemampuan membaca Hasil tulisan jurnal harus dibaca oleh penulisnya setelah hasil jurnal rampung.

Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko

Latihan mengeksplorasi ide dan perasaan tanpa takut berbuat salah.

Kesempatan membuat refleksi Berlatih merefleksi tentang hal-hal yang telah dipelajari atau telah dilakukan.

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

Memvalidasi pengalaman dan perasaan Ungkapan perasaan tentang apa yang telah dialami dalam keseharian ( misalnya : di rumah, di sekolah).

Media yang aman untuk menulis Membuat diari atau buku harian

Meningkatkan kemampuan berpikir Berlatih menyusun informasi yang akan ditulis dan memilih peristiwa yang impresif dalam kehidupan.

Meningkatkan tata tertib menulis Pengorganisasian struktur kalimat, tanda baca, atau tata bahasa secara benar; Struktur topik, subtopik, judul.

Alat evaluasi Evaluasi terhadap respons /komentar tulisan dari guru.

Dokumentasi tertulis Tulisan yang terdokumentasi dapat menjadi bukti perkembangan kemampuan menulis.

3. Sustained Silent Reading (Membaca dalam hati)Kegiatan ini menerapkan kegiatan membaca dalam hati oleh anak didik dan mereka diberikan kesempatan memilih sendiri materi atau buku bacaan yang diminati untuk dibacanya. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Agar dapat mengukur keseriusan anak didik terhadap bacaan yang dipilihnya, maka guru dapat meminta agar hasil bacaan masing-masing anak didik diceritakan dalam bentuk parafrase (pengungkapan kembali isi cerita secara singkat dan jelas).

4. Shared Reading (membaca begiliran)Kegiatan ini dilakukan dengan membaca secara bergiliran antara guru dan anak didik, dan setiap anak didik mempunyai bacaan yang sama. Cara ini dapat ditempuh secara variatif , seperti : guru membaca kemudian anak didik mengikutinya (biasa untuk kelas rendah di Sekolah Dasar), guru membaca dan anak didik menyimak bacaan sesuai apa yang dibaca oleh guru, anak didik membaca secara bergiliran dengan menyimak bacaan sambil menunggu giliran membaca. Kegiatan membaca bergiliran ini menjadikan guru sebagai modeling dalam cara membaca. Di samping itu, memberikan kesempatan kepada anak didik tentang kemampuan dan keterampilannya membaca teks dengan cara yang sempurna, dan jika masih ada anak yang belum terampil membaca maka dapat memperoleh contoh dari teman-teman lainnya. Hal yang paling penting dalam kegiaan ini adalah anak didik dilatih untuk memperhatikan setiap teks yang dibaca (konsentrasi) sambil menunggu giliran membaca.

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

5. Guided Reading (membaca terbimbing/pemahaman) Peran guru dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator atau pengamat. Penekanan kegiatan membaca adalah pada aspek pemahaman sehingga hasil bacaan dan pemahaman anak didik dicek dengan mengajukan pertanyaan dan meminta mereka menjawabnya secara kritis dengan kemampuan daya penalaran masing-masing. Tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan dapat dilihat indikatornya berdasarkan jawaban yang diberikan.

6. Guided Writing (menulis terbimbing) Dalam kegiatan menulis terbimbing guru juga bertindak sebagai fasilitator dan mengarahkan anak didiknya untuk menemukan ide yang ingin ditulisnya, serta cara menuliskannya secara sistematis dan jelas, dengan penggunaan pola kalimat yang benar. Pada saat proses penulisan berlangsung, anak didik mengerjakannya sendiri mulai dari memilih topik , pembuatan draft, revisi, dan mengedit tulisan.

7. Independent Reading (Membaca mandiri/bebas) Kegiatan membaca mandiri atau bebas adalah kegiatan membaca yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi bacaannya, baik bacaan fiksi maupun non-fiksi. Adapun penekanan dari kegiatan membaca ini adalah meningkatkan kemampuan pemahaman anak didik terhadap buku bacaan, mengembangkan wawasan dan kosakata, dan agar mereka cinta membaca dan cinta buku.

8. Independent Writing (Menulis mandiri/bebas) Kegiatan menulis mandiri diberikan kepada anak didik sesuai dengan hal-hal atau peristiwa yang dianggap menarik bagi setiap individu. Tujuan utamanya adalah membiasakan anak didik menulis untuk mengekpresikan ide, gagasan, perasaan; dan juga sebagai sarana berpikir kritis. Misalnya, kegiatan menulis jurnal atau menulis respons.

Adapun ciri-ciri dari pendekatan Whole Language dapat dideksripsikan sebagai berikut.

CIRI-CIRI KELAS WHOLE LANGUAGE PENJELASAN

Kelas ramai dengan bahan bacaan yang tergantung di dinding dan sudut-sudut kelas

Poster hasil kerja siswa ditempel di dinding dan bulletin board.

Anak didik belajar melalui modeling Guru dan murid melakukan kegiatan membaca, berbicara, menulis, menyimak secara bersama-sama, dengan peralatan

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

yang telah disiapkan (LCD, Tape recorder).

Anak didik belajar sesuai tingkat kemampuannya Guru menyediakan bahan bacaan yang variatif dan anak didik dapat memilih sesuai dengan kemampuannya. Panduan menulis ditempel didinding sebagai panduan untuk siswa untuk tugas menulis.

Anak didik bertanggungjawab dalam proses pembelajaran

Guru sebagai fasilitator. Anak didik mengumpulkan fakta berdasarkan pengamatan, brainstorming, membuat kumpulan kata (word banks) untuk kepentingan bahan tugas.

Melatih kemadirian dan rasa bertanggung jawab anak didik

Anak didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru bertugas mengawasi jalnnya proses.

Kebebasan bereksperimen dan menghadapi resiko

Hasil kerja anak didik direspons atau dikomentari tanpa ada koreksi.

Pemberian feedback dengan spontan Feedback secara positif bersumber dari guru dan teman sekelas dari hasil evaluasi perkembangan diri.

Pendekatan whole language melakukan evaluasi untuk anak didik berdasarkan hasil observasi guru terhadap seluruh rangkaian kegiatan yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, penilaian dilakukan terhadap seluruh hasil kerja anak didik selama kegiatan pembelajaran (evaluasi berdasarkan portofolio).

PENUTUP

Pendekatan pembelajaran bahasa dengan “whole language” merupakan pendekatan yang didasari oleh teori konstruktivisme yang telah banyak diterapkan di berbagai negara di dunia karena keunggulan yang dimilikinya untuk menerapkan pembelajaran bahasa secara holistik dan terpadu. Pendekatan ini dapat digunakan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (Elementary School) hingga Perguruan Tinggi. Khusus di tingkat Universitas (Perguruan tinggi) dapat diterapkan untuk mempelajari bahasa kedua (second language) atau pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA).

Pembelajaran bahasa ini membuat suasana kelas tidak monoton tetapi selalu diusahakan dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (fun learning), karena setiap pertemuan guru diharapkan dapat menciptakan pemberian tugas/latihan bukan sebagai beban tetapi menjadikannya seperti game atau permainan. Aspek penilaian untuk hasil evaluasi juga tidak membutuhkan tes tetapi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan berdasarkan portofolio (kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan pembelajaran).

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1913... · Web view repository.unhas.ac.idadalah pendekatan pembelajaran bahasa yang berbasis pada pandangan dan

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudeen, Hafriza. 2006. Language and Social Behaviour. Voices from the Malay World. Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Dharma, Lala Herawati (Penerjemah). 2007. Brain-Based Teaching: Merancang Kegiatan Belajar-Mengajar yang melibatkan Otak emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif.Bandung: Kaifa.

Djojosuroto, Kinayati. 2007. Filsafat Bahasa. Yogjakarta : Pustaka Book Publisher.

Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Jalaluddin, Nor Hashimah, dkk. (Ed). 2009. Lnguistik Teori dan Aplikasi. Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Lim Kiat Boey. 1980. Language Learning and Language Use Among Some Singaporean Students. Regional English Language Center Journal 11:2.

Nasution, S. 2011. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Weaver, C. 1992. A Whole Language Belief System and Its Implications for Teacher and Institutional Change. In C. Weaver dan L.Henke Supporting Whole Language : Stories of Teacher and Institutional Change. Porstmouth, NH: Heinemann.