98500249-lemari-asam

21
TUGAS K3 BAHAN KIMIA DALAM LEMARI ASAM UCI CAHYANDANI ALAMI P07134011078 POLTEKKES KEMENKES MATARAM ANALIS KESEHATAN 2012

Upload: herles123

Post on 02-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS K3

BAHAN KIMIA DALAM LEMARI ASAM

UCI CAHYANDANI ALAMI

P07134011078

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

ANALIS KESEHATAN

2012

Bahan-bahan kimia di dalam labolatorium yang berbahaya

a. Bahan-bahan kimia yang menguap dan beracun

1. Uap H2S

2. Uap SO2 dari asam belerang pekat atau hasil pemanasan asam sulfat

(H2SO4)

3. Uap brom yang warnanya coklat

4. Uap klor

5. Uap nitroneus dari asam nitrit dan nitrat

6. Uap dari zat-zat kimia yang mudah menguap seperti methanol, etanol, eter,

dan acetin

7. Uap formadehid

8. Uap karbon monoksida (CO2)

Uap-uap zat tersebut sangat mengganggu pernafasan jika terhirup

Jika kena mata → Menyebabkan iritasi pada mata, kalau zatnya sangat pekat dapat

Menyebabkan kebutaan

Cara mengatasinya :

1. Apabila mulai terasa sakit sedikit saja di paru-paru atau sesak napas karena

menghirup uap kimia, cepat-cepatlah menjauh dan duduk istirahat sambil

menghisap udara yang segar.

Bernafaslah mula-mula perlahan kemudian cepat.

Minum susu → cara yang paling baik untuk menghilangkan pengaruh zat-

zat kimia

2. Apabila berkerja dengan bahan-bahan kimia yang mengeluarkan banyak uap

beracun, bukalah ventilasi sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik atau

melakukan percobaan di dalam lemari asam. Jika dalam praktikum harus

melakukan penciuman, cara penciuman yang benar → hanya melewatkan zat dekat

hidung dan melakukan sebentar saja.

b. Bahan-bahan yang mudah terbakar

Ex. Alcohol, methanol, aseton eter, akali, nitro selulosa.

Bahan-bahan yang mempunyai sifat mudah terbakar :

Harus diletakkan di tempat yang lembab

Jauhkan dari api.

Jangan sekali-kali menggunakan pemanas api, tetapi gunakan pemanas

listrik, karena uap bahan yang mudah terbakar dapat menjilat api sehingga

menimbulkan kebakaran

c. Bahan-bahan asam dan basa keras

Umumnya merusak badan, pakaian, lantai dan barang-barang lainnya

Dapat mengeluarkan uap yang beracun.

Beberapa bahan bersifat eksoterm → menimbulkan panas jika

diencerkan atau diberi perlakuan (dicampur) dengan bahan lain.

Ex. Asam sulfat

Asam sulfat ketika diencerkan akan menimbulakan panas yang cukup

besar karenanya, pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan asam sulfat

sedikit demi sedikit ke dalam air. Jangan melakukan sebaliknya, → karena jika

air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat, maka dapat mendidihkan air yang

baru dimaksukkan, akibatnya akan timbul percikan asam sulfat.

Pemindahan cairan asam dan basa keras harus dulakukan dengan

menggunakan corong jangan memakai pipet tetes, karena→ uapnya

keras→ bahaya sekali kalau terhisap ke dalam mulut atau terpercik ke

muka atau mata.

Jika menggunakan sendok, pakailah sendok dari bahan porselen atau

gelas jangan menggunakan sendok atau pengaduk dari bahan logam→

karena asam atau basa keras akan bereaksi dengan bahan dari logam

(sendok atau pengaduk akan rusak)

Keracunan Bahan Kimia

Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan

kelangsungan hidup. Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh

terpenting sehingga menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya. Beberapa

jaringan tubuh yang rentan terhadap keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf,

sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan. Jika organ tersebut terganggu,

terjadilah penurunan tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa manusia,

terutama bila pertolongan terlambat diberikan.

Berikut ini beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya :

NO

BAHAN

KIMIA PENJELASAN

POTENSI BAHAYA

KESEHATAN

1 AgNO3

Senyawa ini beracun dan

korosif. Simpanlah

dalam botol berwarna

dan ruang yang gelap

serta jauhkan dari bahan-

bahan yang mudah

terbakar.

Dapat menyebabkan luka bakar dan

kulit melepuh. Gas/uapnya juga

menebabkan hal yang sama.

2 HCl

Senyawa ini beracun dan

bersifat korosif terutama

Dapat menyebabkan luka bakar dan

kulit melepuh. Gas/uapnya juga

dengan kepekatan tinggi.

menebabkan hal yang sama.

3 H2S

Senyawa ini mudah

terbakar dan beracun

Menghirup bahan ini dapat

menyebabkan pingsan, gangguan

pernafasan, bahkan kematian.

4

H2SO4

(BJ : 1,84 )

Senyawa ini sangat

korosif, higroskopis,

bersifat membakar bahan

organik dan dapat

merusak jaringan tubuh

Gunakan ruang asam untuk proses

pengenceran dan hidupkan kipas

penghisapnya. Jangan menghirup

uap asam sulfat pekat karena dapat

menyebabkan kerusakan paru-paru,

kontak dengan kulit menyebabkan

dermatitis, sedangkan kontak

dengan mata menyebabkan

kebutaan.

5 NaOH

Senyawa ini bersifat

higroskopis dan

menyerap gas CO2. Dapat merusak jaringan tubuh.

6 NH3

Senyawa ini mempunyai

bau yang khas.

Menghirup senyawa ini pada

konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan pembengkakan

saluran pernafasan dan sesak nafas.

Terkena amonia pada konsentrasi

0.5% (v/v) selama 30 menit dapat

menyebabkan kebutaan.

7 HCN

Senyawa ini sangat

beracun.

Hindarkan

kontak dengan kulit.

Jangan menghirup gas ini karena

dapat menyebabkan pingsan dan

kematian.

8 HF

Gas/uap maupun

larutannya sangat

beracun.

Dapat menyebabkan iritasi kulit,

mata, dan saluran pernafasan.

9 HNO3

Senyawa ini bersifat

korosif.

Dapat menyebabkan luka bakar,

menghirup uapnya dapat

menyebabkan kematian.

A. Asam sulfat

Berat Molekul : 98.01

SIFAT-SIFAT FISIK

Cairan kental, bening kekuningan

Titik leleh : 10 oC

Titik didih : 330 oC

Larut dalam air dalam segala perbandingan Tekanan uap : 1 mmHg (146oC)

Berat jenis : 1.84 (100%)

Berat jenis uap : 3.4 (udara = 1)

SIFAT-SIFAT BAHAYA

a) KESEHATAN:

Efek Jangka Pendek (Akut)

Menghirup uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta

mengganggu paru-paru. Cairan asam dapat menimbulkan luka yang parah dan

dapat menimbulkan kebutaan jika terkena mata.

Efek Jangka Panjang (Kronis)

Menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung,

tenggorokan dan paru-paru.

Nilai Ambang Batas : 1 mg/m3 (ACGIH 1987-88)

Toksisitas : LD50 = 2.14 g/kg (tikus)

LC50 = 510 mg/m3 (tikus)

IDLH : 80 mg/m3

b) KEBAKARAN :

Tidak terbakar, bersifat oksidator dan dapat terbakar jika kontak dengan zat

organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat reaktif dengan bubuk zat

organik.

c) REAKTIVITAS :

Mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2. Asam encer

bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif bila kena api

atau panas dan bereaksi hebat jika kena air.

d) PENANGANAN DAN PENYIMPANAN

Hindari kontak langsung dengan asam, menghirup uap atau kabut. Bekerja

dalam lemari asam atau dengan ventilasi yang baik. Pengenceran dilakukan

dengan menambah asam sedikit demi sedikit ke dalam air dan bukan sebaliknya

karena sangat eksotermik. Simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat

berventilasi dan dingin, jauhkan dari air, zat organik mudah terbakar dan logam.

e) TUMPAHAN DAN BOCORAN

Jangan sentuh tumpahan asam karena dapat merusak kulit atau pakaian. Dapat

merusak lantai. Netralkan tumpahan dengan larutan soda atau kapur, sebelum

disiram dengan air. Hati-hati terhadap tempat rendah karena uap lebih berat dari

udara. Gunakan alat pelindung diri dalam menangani tumpahan asam.

ALAT PELINDUNG DIRI

Paru-paru : Filter penyerap asam atau respirator udara

Mata : Safety goggles dan pelindung muka

Kulit : Gloves (CPE, neoprene, PE), pakaian kerja

PERTOLONGAN PERTAMA

Terhirup : Bawa korban ke tempat segar, segera lakukan pengobatan.

Terkena mata : Cuci dengan air bersih (hangat) dan mengalir selama 20 menit dan

segera bawa ke dokter.

Terkena kulit : Cuci dengan air bersih dan mengalir selama 20 menit dan segera diobati.

Tertelan : Bila sadar, beri minum 1-2 gelas air, bawa ke dokter.

PEMADAM API

Kebakaran dapat dipadamkan dengan bubuk kimia atau CO2. Kebakaran besar

dipadamkan dengan air tetapi harus hati-hati karena dapat menimbulkan panas

(pemadaman dari jarak jauh).

INFORMASI LINGKUNGAN

Asam dalam air limbah dapat mengganggu kehidupan tanaman dan hewan baik di darat

maupun di dalam air sehingga ekosistem pada lingkungan dapat terganggu. Penetralan

menggunakan soda atau air kapur harus dilakukan untuk menjaga pH 6-9 sebelum

dibuang ke lingkungan. Residu netralisasi dapat dicampur dengan tanah atau pasir.

B. Hidrogen klorida (HCl)

Adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan

satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul

air membentuk ion hidronium, H3O+:[8][9]

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya

dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam

klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air.

Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan

tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup

besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai

Ka HCl.[10] Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak

akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl−

adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam

larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+

sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit

angka bermakna.

Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam

monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat

yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat

lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak

beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan

terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida

merupakan reagen pengasam yang sangat baik.

Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah

basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik

akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai

standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada

tekanan atmosfernya ketika dibuat.

Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-

sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan

menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa

dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida

terlarut yang dapat dianalisa.

SIFAT-SIFAT FISIKA

Ciri-ciri fisika asam klorida, seperti titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH

tergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-

sifat ini berkisar dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan

asam klorida berasap 40% HCl

Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl dan H2O mempunyai

titik didih-konstan azeotrop pada 20,2% HCl dan 108,6 °C (227 °F). Asam klorida

memiliki empat titik eutektik kristalisasi-konstan, berada di antara kristal HCl·H2O

(68% HCl), HCl·2H2O (51% HCl), HCl·3H2O (41% HCl), HCl·6H2O (25% HCl),

dan es (0% HCl). Terdapat pula titik eutektik metastabil pada 24,8% antara es dan

kristalisasi dari HCl·3H2O.

Keselamatan Tanda bahaya

Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik

kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi

kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida

bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit

(pemutih NaClO) atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan

terbentuk.

NaClO + 2 HCl → H2O + NaCl + Cl2

2 KMnO4 + 16 HCl → 2 MnCl2 + 8H2O + 2 KCl + 5 Cl2

Alat-alat pelindung seperti sarung tangan PVC atau karet, pelindung mata, dan

pakaian pelindung haruslah digunakan ketika menangani asam klorida

Bahaya larutan asam klorida bergantung pada konsentrasi larutannya. Tabel di bawah

ini merupakan klasifikasi bahaya larutan asam klorida Uni Eropa

NO

berdasarkan

berat Klasifikasi Frasa R

1 10–25% Iritan (Xi) R36/37/38

2 > 25%

Korosif

(C) R34 R37

C. NaOH

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium

hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari

oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk

larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai

macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi

bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida

adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,

serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan

menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan

melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun

kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak

larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan

meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Nama IUPAC : Natrium Hidroksida

Nama lain[sembunyikan] : Soda kaustik

Identifikasi : Nomor CAS [1310-73-2]

Rumus molekul : NaOH

Massa molar : 39,9971 g/mol

Penampilan : zat padat putih

Densitas : 2,1 g/cm³, padat

Titik lebur : 318 °C (591 K)

Titik didih : 1390 °C (1663 K)

Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 °C)

Kebasaan (pKb) : -2,43

Titik nyala : Tidak mudah terbakar.

D. Kloroform

Adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena

sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai

pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan,

namun mudah menguap.

Bahan-bahan kimia diatas, jika kita amati adalah bahan-bahan kimia yang

umumnya kita gunakan dalam laboratorium. Ternyata bahan-bahan kimia tersebut

menyimpan potensi untuk meracuni tubuh.

Keracunan bahan kimia diatas, dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai dengan

sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia dalam saluran

pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas, saluran pernafasan merupakan jalan masuk

utama ke dalam tubuh seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau

langsung merusak jaringan kulit apabila terjadi persinggungan dengannya. Selaput

lendir (mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu tempat masuknya bahan kimia yang

kemudian meracuni jaringan setempat.

Pertolongan pada Korban Keracunan

Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya mengikuti satu

pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan khusus seperti sianida, yang

memerlukan pertolongan secara khusus. Pedoman utama dalam memberikan

pertolongan adalah dengan cara menghilangkan atau membuang bahan beracun dari

korban.

Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak sadar

atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan kepala menghadap ke

samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban

agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan

berilah bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena

dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir segeralah

meminta pertolongan dari petugas kesehatan.

Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis keracunan

bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut :

1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan

Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan memberikan air

minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui

mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal

lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu

gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan jangan

dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila

korban tidak sadar.

Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu sendok

antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat dari dua

bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of

magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau

alkohol kecuali untuk racun tertentu.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan

pertama terhadap korban keracunan bahan kimia :

NO BAHAN KIMIA PENANGANAN

1

Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4),

fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%,

hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming

37%, sulfur dioksida, dan lain-lain.

Bila tertelan berilah bubur

aluminium hidroksida atau

milk of magnesia diikuti

dengan susu atau putih

telur yang dikocok dengan

air.Jangan diberi dengan

karbonat atau soda kue.

2

Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium

hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH),

Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain.

Bila tertelan berilah asam

asetat encer (1%), cuka

(1:4), asam sitrat (1%), atau

air jeruk. Lanjutkan dengan

memberi susu atau putih

telur.

3

Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan

lain-lain

Berikan antidote umum,

susu, minum air kelapa,

norit, suntikan BAL, atau

putih telur.

4 Pestisida

Minum air kelapa, susu,

vegeta, norit, suntikan

PAM

5 Garam Arsen Bila tertelan usahakan

pemuntahan dan berikan

milk of magnesia.

2. Keracunan melalui Pernafasan

Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan

masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat

memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara

sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami

kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan

datang.

3. Keracunan melalui Kulit

Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan

lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh,

siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit

15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu,

perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak,

mentega atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali

diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ.

4. Keracunan melalui Mata

Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah

melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak

(disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan

bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini

memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata

dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.

E. Eter

Adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R

dapat berupa alkil maupun aril.[1]

Contoh senyawa eter yang paling umum adalah

pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat

umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan

gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.

Sifat-sifat fisika

Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga

mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan

dengan alkohol.

Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga

dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena,

namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua

pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan

hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.

Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom

oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik

lainnya.

Beberapa alkil eter

Eter Struktur

Titik

lebur

(°C)

Titidk

didih (°C)

Kelarutan dalam 1

L H2O

Momen

dipol (D)

Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30

Dietil eter

CH3CH2-O-

CH2CH3 -116,3 34,4 69 g 1,14

Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 Larut pada semua

perbandingan 1,74

Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 Larut pada semua

perbandingan 0,45

Reaksi

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif

daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.

Pembelahan eter

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi

asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat.

Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:

ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH

Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br

-.

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam

beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil

bromida.[3]

Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan

berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

Pembentukan peroksida

Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk

peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun

udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang

dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang

digunakan sebagai pelarut.

F. Larutan penyangga

larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai

pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas

dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian

sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa

lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini

disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

Komponen Larutan Penyangga

Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri

dari:

Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan

larutan bersifat asam.

Basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan

larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan

larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi

dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan

suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran

akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang

bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium,

barium, kalsium, dan lain-lain.

Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan

ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat.

Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam

kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa

konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga

penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.

Berikut ini cara kerja larutan penyangga:

Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung

CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai

berikut:

Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang

ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi

dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke

kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa

menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang

ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan

air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan

NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal

tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH-

dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya

komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan

basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri,

sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi

dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

Fungsi Larutan Penyangga

Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada

obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat

fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan

tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana

sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang

dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat

menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan

penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata.

Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak

menimbulkan efek samping.

G. Heksana

Adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer

utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada enam

karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang

merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh

isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang

inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.

Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut

dalam air.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN KETIKA MELAKUKAN

PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KIMIA

A. TEKNIK PREPARASI

Preparasi merupakan teknik laboratorium yang sangat penting dikuasai oleh

setiap kimiawan. Tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi dalam teknik

preparasi ini, maka akan sangat sulit untuk menjalankan eksperimen/percobaan kimia

secara baik dan benar di laboratorium. Menjalankan eksperimen dengan baik dan benar

juga menyangkut efisiensi dan tidak membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain

baik yang ada disekitarnya maupun yang berada di tempat lain. Bagai mahasiswa

pemula agar mereka kelak dapat melakukan eksperimen kimia secara baik dan benar

maka perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan teknik preparasi. Tulisan ini

akan memaparkan beberapa penegetahuan penting yang harus dikuasai oleh para

pemula dalam disiplin ilmu kimia.

1. Konsentrasi Larutan.

Beberapa jenis konsentrasi yang perlu diketahui dan yang sering digunakan di

laboratorium antara lain:

1. Molaritas (M).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat di dalam

satu liter larutan.

Misal akan di buat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL.

Diketahui bahwa Mr NaOH = 40

Maka ini berarti bahwa 1 mol NaOH massanya adalah 40 g.

Sehingga untuk 0,1 mol NaOH massanya adalah 4 g. Untuk membuat

larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL, maka sebanyak 4 gram kristal

NaOH dilarutkan ke dalam akuades sedemikian rupa sehingga volume

larutannya adalam 1000 mL atau 1 L.

2. Normalitas (N).

Normalitas menyatakan banyaknya gram ekuivaleen (grek) zat terlarut

yang terdapat dalam satu liter larutan.

3. Molalitas (m).

Molalitas adalah menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat

dalam satu kilogram pelarut.

4. Fraksi mol (X).

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dalam

larutan terhadap jumlah mol total zat-zat yang ada dalam larutan (pelarut

dan zat terlarut)..

5. Persen (%).

Ada beberapa macam penyataan persentase yang sering digunakan di

laboratorium, antara lain:

a. persen volume/volume (v/v), menyatakan banyaknya spesies kimia

yang ada di dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan mL per 100

mL larutan.

b. Persen berat/volume (b/v), menyatakan banyaknya spesien kimia yang

ada di dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan berat (gram) per

100 gram larutan.

c. Persen berat/berat, menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada di

dalam larutan atau campuran/padatan yang dinyatakan dalam satuan

gram per 100 gram larutan atau campuran atau padatan.

2. Penyiapan Alat.

Alat yang akan digunakan dalam eksperimen atau percobaan kimia harus

disesuaikan dengan jenis dari bahan yang akan ditangani. Bahan-bahan tersebut dapat

berupa cairan, padatan, atau gas.

a. Bahan-bahan berupa cairan.

Untuk menangani bahan berupa cairan diperlukan alat-alat gelas seperti

Gelas Ukur, Pipet Gondok, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong, dan lain-

lainnya.

b. Bahan-bahan berupa padatan.

Untuk menangani bahan berupa padatan, terutama padatan dalam bentuk

serbuk dibutuhkan alat-alat sebagai berikut: Alat Timbang, Gelas Arloji,

Spatula/Sendok Sungu, Corong, dan Erlenmeyer.

c. Bahan-bahan berupa gas.

Untuk menangani bahan-bahan berupa gas diperlukan alat-alat dengan

spesifikasi standar yang telah ditentukan untuk setiap jenis gas. Hal ini

dikarenakan setiap jenis gas mempuynyai karakteristik dan resiko yang

dihadapi oleh pengguna lebih tinggi daripada bila menangani bahan-bahan

cair maupun padatan.

B. PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

Bahan kimia harus disimpan dalam kemasan asli dari produsen, jika

memungkinkan, mengingat label kemasan memberikan informasi yang berharga terkait

dengan simbol bahaya dan frase R & S. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah

digunakan pelabelan yang sama. Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia

dan menjaga supaya melekat baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik

transparan. Label ini harus terlihat jelas dan ditulis dengan pencil atau tinta yang

permanen.

Wadah dan botol untuk penyimpanan bahan kimia harus dibuat dari bahan yang

kuat. Wadah plastik atau gelas sering digunakan untuk keperluan ini. Untuk

penyimpanan bahan kimia yang sangat sensitif seperti dietil eter yang cenderung

berubah membentuk peroksida yang berbahaya maka gelas berwarna gelap harus

digunakan. Jika botol plastik digunakan harus diperkirakan bahwa bahan sangat

mungkin akan rusak akibat pengaruh cahaya matahari dan dapat pecah. Botol seperti ini

harus berulang kali dicek dan bahan kimia dipindahkan pada wadah yang lain, jika

diperlukan. Perhatian khusus harus dilakukan pada kemungkinan perpindahan pelarut

organil melalui dinding botol plastik.

Pembuangan stock bahan kimia yang sudah tidak terpakai perlu dilakukan

secara berulang. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode

tertentu, minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun,

bersifat korosif atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya

dalam jumlah kecil di lemari asam.

C. PEMINDAHAN DAN TRANSFER BAHAN KIMIA KE WADAH LAIN

Selama pemindahan bahan kimia, perhatian perlu ditekankan untuk menghindari

wadah jatuh atau kehilangan bahan. Wadah gelas yang terisi penuh biasanya merupakan

hal yang sangat mudah pecah. Wadah seperti ini tidak boleh dibawa dengan memegang

leher wadah, tetapi harus dipindahkan dengan menggunakan kantong, rak, perangkat

bergerak atau keranjang.

Pemindahan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lain selalu

memperhitungkan risiko tercecer dan dengan demikian sangat mungkin terjadi kontak

dengan kulit dan terkontaminasi pada baju. Sebagai tambahan, gas dan debu dapat

terhirup. Debu juga dapat menyebabkan api jika tidak penanganan tidak diambil

terhadap peralatan elektrostatik.

Supaya menurunkan risiko yang mungkin terjadi, suatu kain alas untuk cairan

atau bubuk harus selalu digunakan, bahkan untuk pengguna yang memiliki kemampuan

cukup untuk menangani bahan kimia tanpa peralatan umum. Selama pengisian cairan,

baik bahan yang toksik atau korosif, pengisian ke dalam tangki seperti ini harus

digunakan. Hal yang sama harus dikerjakan pada pengisian padatan atau serbuk, lembar

alas seperti kertas haruslah digunakan.

Pada kondisi tidak ada pengaruh lain, tidak diijinkan untuk memipet cairan

dengan menghisap menggunakan mulut karena diketahui banyak kecelakaan kerja

terjadi karena hal ini termasuk kasus keracunan dan kerusakan jaringan mulut.

Kebiasaan ini juga akan diikuti pada kasus cairan yang berbahaya untuk menghindari

budaya yang salah dalam aktivitas kerja harian di laboratorium. Untuk pengisian cairan

di pipet dapat dibantu menggunakan pipet bola.

D. ASPEK PENTING PENGERJAAN EKSPERIMEN YANG AMAN

Kami meminta penurunan eksperimen-eksperimen laboratorium yang berisiko

untuk dikaji ulang dan diatur dengan baik. Untuk keperluan ini, petunjuk kerja

sangatlah berguna. Petunjuk ini tidak hanya berisikan spesifikasi reaksi tetapi juga

memberi label dari setiap senyawa yang digunakan. Informasi penting lebih lanjut

dibutuhkan berupa risiko yang mungkin terjadi bagi orang dan lingkungan, taksiran

perlindungan diri dan instruksi tentang pertolongan pertama pada kasus darurat, dan

informasi tentang taksiran pemusnahan dari limbah yang dihasilkan.

Sebelum memulai eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu

untuk menyusun eksperimen sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan

jika suatu eksperimen dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu tanpa

memberikan kerugian yang berpengaruh.

Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan untuk suatu unjuk kerja yang

aman harus diperhatikan dari awal. Beberapa hal perlu dianjurkan bekerja dengan bahan

kimia di lemari asam. Eksperimen harus dilaksanakan di lemari asam jika melibatkan

bahan-bahan yang bersifat toksik atau korosif dan / atau gas, uap atau aerosol yang

mungkin terlepas dalam konsentrasi yang membahayakan. Sebagai contoh untuk hal ini

adalah penguapan atau pemanasan senyawa menggunakan pemanas minyak terbuka.

Untuk memastikan unjuk kerja lemari asam tetap baik maka pintu depan dan

jendela samping harus ditutup selama melakukan eksperimen. Tenaga maksimum hanya

dimungkinkan jika aliran udara tidak terganggu. Yang terbaik hal ini dapat dicapai

dengan jalan memindahkan semua tabung dan gelas dari tempat kerja di lemari asam

jika barang-barang tersebut tidak diperlukan. Gangguan aliran dapat juga meningkat

akibat sumber panas. Biasanya nyala api terbuka seperti kompor Bunsen memiliki

pengaruh yang sangat nyata terhadap unjuk kerja lemari asam dan hal ini jelas harus

dihindari.

Mengingat bahan-bahan kimi biasanya bersifat berbahaya maka bahan ini tidak

boleh terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya

harus ditangani hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman

harus dikenakan.

Pada praktikum laboratorium untuk mahasiswa, bahan-bahan karsinogenik,

mutagenik dan teratogenik dilarang diterapkan. Bahan-bahan seperti ini secara prinsip

dapat digantikan dengan bahan lain yang efeknya lebih rendah jika tujuan pembelajaran

dapat dicapai melalui pendekatan didaktik, metodologi dan saintifik. Perkecualian untuk

pergantian fungsi bahan ini hanya dapat dibuat jika eksperimen sangat penting

berpengaruh sangat besar pada aspek harian dari ilmu yang terkait. Pada praktikum

laboratorium dasar untuk mahasiswa tingkat sarjana, eksperimen seperti ini akan

diselenggarkan pada akhir praktikum jika mahasiswa telah memiliki keterampilan kerja

yang memadai dan praktikum secara umum telah dikenalkan terlebih dahulu.

Selama pemanasan bahan cairan tertentu, perhatian harus dijaga supaya tidak

terjadi prose mendidih yang berlebihan dan terjadi percikan keluar dari wadah dengan

menggunakan batu pendidih atau pengaduk magnet. Saat pemanasan cairan dalam

tabung reaksi, tabung harus digoyang secara terus-menerus supaya menghindari

pendidihan yang mendadak yang dapat memungkinkan seluruh cairan keluar dari

tabung reaksi. Untuk alasan keamanan, tabung yang terbuka tidak boleh dihadapkan

pada diri sendiri atau orang lain yang di dekatnya. Jika diperlukan bahan yang terpercik

harus segera dibersihkan misal pertama kali dengan jalan netralisasi asam atau basa dan

kemudian cairan dilap dengan menggunakan sarung tangan pelindung.

PENUTUP

Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-bahan kimia

di Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena laboratorium-

laboratorium kimia di Indonesia sering mengabaikan standar minimal operasional

terutama dalam ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga diperparah oleh para

pengunanya yang lalai terhadap perlindungan diri. Banyak terjadi kasus keracunan

bahan kimia yang disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna

mengenai potensi bahaya dari suatu bahan kimia.

Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut

adalah beberapa hal yang harus diperhatikan penguna :

Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum

melakukan analisis.

Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan

label yang sesuai dan peringatan bahayanya.

Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas

makanan/minuman, gunakanlah botol reagen.

Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium.

Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun.

Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium.

Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia

di laboratorium.

SUMBER REFRENSI :

http://Wikipedia-lemari asam 0bebas.htm

http://Wikipedi kimia-dalam lemari asam dan penanganannyabahan

TUGAS K3

BAHAN KIMIA DALAM LEMARI ASAM

NI MADE NITA SARI DEWI

P07134011069

POLTEKKES KEMENKES MATARAM

ANALIS KESEHATAN

2012