978 -979 16609 5 2
TRANSCRIPT
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/330775129
Pembentukan Dsm Menggunakan Unmanned Aircraft System (UAS) Dan
Kamera Digital Non Metrik
Conference Paper · March 2018
CITATIONS
2READS
651
2 authors:
Agung Syetiawan
Badan Informasi Geospasial
24 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE
Herjuno Gularso
Badan Informasi Geospasial
7 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Agung Syetiawan on 01 February 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
i
r
978-979-16609-5-2
978-979-16609-5-2
978-979-16609-5-2
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUN 2018
GEOGRAFI & PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
ISBN:
Editor:
Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, M.S.
Penyunting:
Lady Hafidaty Rahma Kautsar, Nugraheni Setyaningrum, Kurniawan, Ira Mega, Mentari
Pratami
Reviewer:
Dr. Supriatna, MT, Dra. Astrid Damayanti, M.Si, Kuswantoro, M.Sc, Revi Hernina S.Si, MT
Desain Sampul dan Tata Letak:
Retno Wulandari & Yoanna Ritsya
978-979-16609-5-2
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
iii
Penerbit:
Departemen Geografi, FMIPA UI, Depok
Redaksi:
Departemen Geografi, FMIPA UI, Depok
Gedung H, Kampus UI Depok 16424
Telp: +62-21 78886680
Fax: +62-21 7270030
Email: [email protected]
Website: http://www.sci.ui.ac.id/geografi
Distribusi Tunggal:
Departemen Geografi FMIPA UI
Gedung H, Kampus UI Depok 16424
Telp: +62-21 78886680
Fax: +62-21 7270030
Email: [email protected]
Website: http://www.sci.ui.ac.id/geografi
Cetakan Pertama: April 2018
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
DIlarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin
tertulis dari penerbit
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izin-Nya, kegiatan
Seminar Nasional Tahun 2018 dengan tema “Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan”
dapat diselenggarakan sesuai jadwal dan tempat yang direncanakan serta menghasilkan buku
kumpulan abstrak yang akan dipresentasikan. Seminar yang menekankan kepada peran
geografi dalam menawarkan ide dan solusi pembangunan wilayah yang berkelanjutan,
memerlukan kajian kritis, kreatif, efektif dan efisien dengan didukung perkembangan
teknologi guna melahirkan paradigma yang berorientasi keruangan.
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah perlu ditinjau secara kompleks keruangan untuk
mendapatkan mendapatkan solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah tersebut.
Dengan segala kerendahan hati panitia menyampaikan selamat datang dan selamat mengikuti
rangkaian kegiatan Seminar Nasioanl Tahun 2018, yang diselenggarakan oleh Program Studi
Magister Ilmu Geografi, Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia dengan
diidukung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Seminar yang diselenggarakan ini
merupakan media edukasi dan wajah dalam bertukar ide, temuan maupun solusi dari berbagai
hasil pemikiran maupun penelitian yang dilakukan para pakar geografi, akademisi, swasta
maupun sektor pemerintah.
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada para
narasumber, pemakalah, penyunting, peserta, pelaksana dan seluruh pihak yang telah
mensukseskan kegiatan seminar ini. Semoga semua kebaikan yang telah dicurahkan menjadi
amal soleh yang akan mendapat balasan kebaiakan yang berlimpah dari-Nya. Akhirnya,
semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan berdampak positif bagi kita semua. Atas segala
kekhilafan pada penyelenggaraan kegiatan ini, kami sampaikan permohonan maaf, dan demi
perbaikan untuk penyelenggaraan selanjutnya, kami sangat mengharapkan sumbang saran
dan masukan.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Depok, 4 April 2018
Penulis
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ v
GEOGRAFI MARITIM ..................................................................................................................... 1
Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dalam Menentukan Lokasi Potensi Budidaya Rumput Laut
Berdasarkan Parameter Oceanografi di Perairan Laut Cirebonjawabarat .............................................. 2
Kebijakan, Isu dan Tantangan Konservasi Hutan Mangrove (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kabupaten
Pesawaran, Lampung) ......................................................................................................................... 20
MITIGASI BENCANA .................................................................................................................... 31
Deteksi Distribusi Habitat Oncomelania Hupensis menggunakan Landsat TM di Kecamatan Lindu,
Sulawesi Tengah ................................................................................................................................. 32
Peningkatan Pengetahuan Bencana Menggunakan Buku Panduan Pembelajaran Kebencanaan Di
Kabupaten Klaten ............................................................................................................................... 41
Keterkaitan Perubahan Musim Terhadap Jumlah Pengunjung Hotel Di Kawasan Pantai Kuta,
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010 Dan 2012 ................................................ 54
Persebaran Daerah Rawan Longsor Di Kabupaten Bojonegoro Dengan Metode Overlay .................. 63
Pemanfaatan Peta Rupabumi Skala Besar Dalam Pembuatan Peta Kerawanan Tanah Longsor
Kota Bogor ......................................................................................................................................... 75
Potensi Bahaya Longsor Dengan Metode Geolistrik, Interpretasi Citra Dan Struktur Geologi Di
Gunung Pawinihan, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara ........................................... 90
Keterpaparan Lahan Kritis Terhadap Perubahan Iklim di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah .......... 99
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal Di Desa Tieng, Kabupaten Wonosobo (Disaster Mitigation
Based Local Wisdom In Tieng Village, Wonosobo District) ........................................................... 108
Pertimbangan Teknis Pertanahan Sebagai Upaya Pendukung Pengurangan Risiko Bencana ........... 117
Kajian Kesipsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Gempa Bumi Di Desa Bobanehena Kecamatan
Jailolo ............................................................................................................................................... 127
Penelusuran Banjir Sungai Pedolo Di Kota Bima ............................................................................. 135
Analisis Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Erupsi Gunung Merapi Di Sma Muhammadiyah 1 Klaten
.......................................................................................................................................................... 148
Evaluasi Sekolah Di Daerah Patahan Opak Untuk Mitigasi Bencana Gempabumi Di Sekolah
(Sekolah Aman) Di Kabupaten Bantul .............................................................................................. 158
Persepsi Dan Pengetahuan Masyarakat Cotnga Dalam Menanggulangi Risiko Bencana ................. 170
Relokasi Permukiman Sebagai Solusi Mitigasi Terhadap Ancaman Bencana Tanah Longsor di
Kabupaten Bantul ............................................................................................................................. 181
Konstruksi Sosial Citra Jepang Sebagai Negara Rawan Bencana Melalui Kizuna Bond Project ...... 196
Model Pengendalian Degradasi Lahan Secara Vegetatif Berbasis Integrasi Erosi Dan Longsorlahan
.......................................................................................................................................................... 205
Dampak Keterpaparan Dan Sensitivitas Pantai Terhadap Keberlanjutan Wisata Pantai Di Pantai Barat
Banten ............................................................................................................................................... 219
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
vi
Pemilihan Parameter Untuk Penilaian Kualitas Daerah Aliran Sungai, Mana Yang Lebih Dapat
Diandalkan: Koefisien Regim Aliran Atau Koefisien Aliran Tahunan?............................................ 230
Pola Keterpaparan Wilayah Terhadap Bencana Longsor Akibat Hujan Lebat Di Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur .................................................................................................................. 241
PEMBANGUNAN INFORMASI GEOSPASIAL ........................................................................ 256
Review Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) dalammendukung Pembangunan di Wilayah Timur
IndonesiaStudi Kasus : Kabupaten Merauke ..................................................................................... 257
Struktur Kawasan Perkotaan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung .................................................. 271
Kajian Perubahan Penutup Lahan Peta Rupabumi pada Skala yang Berbeda ................................... 285
Pemodelan Spasial Kualitas Udara Di Kota Bekasi .......................................................................... 294
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN GEOGRAFI ....................................................................... 306
Perbedaan Pemberlakuan Peraturan HOME-BASED SCHOOL di Kawasan Perbatasan (Studi Kasus:
SMAN 112 dan SMAN 65) .............................................................................................................. 307
Strategi Pembelajaran Geografi Berbasis Kewilayahan di Sekolah Menengah Atas ......................... 319
Internalisasi Program Adiwiyata Oleh Sekolah Adiwiyata Mandiri Ke Sekolah Binaan Di Kota
Tangerang ......................................................................................................................................... 331
Pentingnya Pembelajaran Luar Ruangan (Fieldstudy) Dalam Geografi ............................................ 345
Model Ekstrakulikuler Pendidikan Kebencanaan melalui Media Disaster Blind Maps bagi Siswa
Tunanetra .......................................................................................................................................... 359
Internalisasi Nilai-nilai Kearifan Lokal Pada Peserta Didik di SMA (Sekolah Menengah Atas) Kota
Sabang .............................................................................................................................................. 368
Mitigasi Bencana Longsor Sampah Melalui Pembelajaran Geografi ................................................ 384
Peningkatan Pengetahuan Bencana Menggunakan Buku Panduan Pembelajaran Kebencanaan Di
Kabupaten Klaten ............................................................................................................................. 396
TEKNOLOGI DAN INFORMASI GEOSPASIAL ...................................................................... 409
Pembentukan Dsm Menggunakan Unmanned Aircraft System (UAS) Dan Kamera Digital Non Metrik
.......................................................................................................................................................... 410
Pola Persebaran Fasilitas Kesehatan Masyakarat Di Kecamatan Tanjungpandan Dan Kecamatan Sijuk
Kabupaten Belitung .......................................................................................................................... 425
Pengembangan Monitoring Tinggi muka air Lahan Gambut Waktu Nyata untuk Mendukung Restorasi
Gambut Indonesia ............................................................................................................................. 432
Penggunaan data spasial dan temporal dalam menganalisis degradasi mangrove di Kabupaten
Tangerang Banten ............................................................................................................................. 438
Potensi dan Pengembangan Pengolahan Sampah di Kecamatan Sukasari, Kota Bandung ................ 447
Analisa Penentuan Prioritas Lokasi Pemasangan Alat Ukur Tinggi Muka Air Tanah Di Ekosistem
Gambut Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus Provinsi Kalimantan Tengah) 458
Estimasi kecepatan rambat gelombang geser tanah (VS30) berdasarkan topografi dan geologi di kota
Padang Sumatra Barat ....................................................................................................................... 469
Perubahan Ruang Hijau Kabupaten Bojonegoro Menggunakan Data Penginderaan Jauh Multi-
Temporal........................................................................................................................................... 478
PEMBANGUNAN SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA INDONESIA .................................. 487
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
vii
Distribusi Sektor Tradable Unggulan: Studi Kasus Provinsi Jawa Timur ......................................... 488
Upaya Perum Jasa Tirta I dalam Memberdayakan Masyarakat Sekitar Taman Wisata Waduk Selorejo
(TWWS) Melalui Pembangunan Wisata Malam dan Taman Cinta ................................................... 497
Wilayah Penduduk Balita Kurang Gizi di Kabupaten Lebak Provinsi Banten ................................. 504
Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung Terhadap Perekonomian
Masyarakat Kabupaten Pandeglang, Banten ..................................................................................... 513
Pola Perilaku Masyarakat Padat Perkotaan Terhadap Pembangunan Sanitasi Masyarakat (Sanimas) di
Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara ................................................................................................ 526
Menjadi TKW melepaskan Wanita dari Bencana Perkawinan Dini (Kasus Resistensi Budaya Kawin
Anom Suku Banjar) .......................................................................................................................... 536
Pola Keruangan Tradisi Nirok Nanggok di Desa Kembiri, Kecamatan Membalong, Kabupaten
Belitung ............................................................................................................................................ 548
Keberlanjutan Bank Sampah Sebagai Salah Satu Upaya Mengurangi Sampah Rumah Tangga di
Kelurahan Mojosongo ....................................................................................................................... 558
Tradisi Remaja Menikah (Studi Kasus di Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh) ................................................................................................................................................ 569
Analisis Faktor Penentu Nilai Tanah diKota Palembang, Sumatera Selatan ..................................... 582
Pola Spasial Pemilihan Lokasi Hangout Oleh Para Remaja Di Kota Depok ..................................... 593
Pembangunan Sumberdaya Manusia dalam Perspektif Pembangunan Kependudukan ..................... 605
Perkembangan Pola Konsumsi Penduduk di Kecamatan Citeureup .................................................. 617
Analisis Spatial Sebaran dan Prevalensi Schistosomiasis Japonicum di Kecamatan Lindu, Sulawesi
Tengah .............................................................................................................................................. 630
Pemanfaatan Energi Panas Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan dalam Perspektif Spasial dan
Utilitarianisme .................................................................................................................................. 637
Orientasi Ulang Pemanfaatan Ruang Pulau Sebatik Sebagai Pulau Kecil Terluar ............................ 646
Jangkauan Pusat Pertumbuhan Industri Ikan Asin di Sibolga Terhadap Hinterlandnya .................... 658
Dinamika Perkembangan Delta Sungai Bengawan Solo terhadap kajian sosial ekonomi masyarakat
Kecamatan Ujungpangkah, Gresik Tahun 1989-2017 ...................................................................... 666
Pola Sebaran Outlet Penjualan Barang Mode di Kota Bandung ........................................................ 673
Analisis Daya Dukung Fisik Ekowisata Kebun Kopi Robusta Dampit Di Kabupaten Malang ......... 688
Faktor Independen Utama dalam Pendirian Industri Pengolahan Kayu Jati di Kabupaten Bojonegoro
.......................................................................................................................................................... 694
PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR.............................................................. 704
Analisis Spasial Ukuran Butir Sedimen Di Pesisir Selatan Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur
.......................................................................................................................................................... 705
Persepsi Sosial Ekonomi dan Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Terhadap Keberadaan Hutan
Mangrove di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat ................................ 716
Karakteristik Spasial Urban Heat Island (UHI) dengan Karakteristik Lahan di Kota Depok ........... 731
Aplikasi Agrobacteriumsp. I30 Dan Pupuk Organik Dalam Bioremidiasi Untuk Mendukung Kesehatan
Tanah Berkelanjutan ......................................................................................................................... 749
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
viii
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Lahan Tahun 2016 Di Kabupaten Bojonegoro
.......................................................................................................................................................... 759
Penataan Ruang Berbasis Land Management: Mengintegrasikan Status Tanah Dan Fungsi Ruang . 769
Proyeksi Kebutuhan Air Baku Pada Pengguna Pdam Dan Pengguna Non – Pdam Di Danau Toba . 779
Analisis Kandungan Caco3 Air Tanah Di Daerah Sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang
Menggunakan Metode Kompleksometri ........................................................................................... 788
Evaluasi Pemenuhan Serta Efektivitas Dan Efisiensi Air Irigasi Di Daerah Irigasi Cikeusik Provinsi
Banten ............................................................................................................................................... 793
Prioritas Pengembangan Kawasan Agroindustri Guna SwasembadaPangan..................................... 804
Pengaruh Pertambangan Emas Tradisional Terhadap Kualitas Perairan Sungai Topo Di Kabupaten
Banggai Sulawesi Tengah ................................................................................................................. 817
Rasionalisasi Penggunaan Pupuk Kocor Sebagai Alternatif Pengelolaan Pertanian Berkelanjutan .. 827
Kajian Spatial dan Temporal Fase Tumbuh Padi Sawah dengan Aplikasi Citra Sentinel-1 SAR di
Kabupaten Karawang 2017 ............................................................................................................... 838
Analisis Spatial Ukuran Butir Sedimen di Pesisir Selatan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur 847
Perubahan Bentuk Alur Sungai Balingara, Provinsi Sulawesi Tengah .............................................. 855
Wilayah Potensi Konservasi Air Tanah di Bengkulu ........................................................................ 872
Sebaran Spasial Kesuburan Tanah di DAS Bone Provinsi Gorontalo ............................................... 880
Variasi Spasial dan Temporal Suhu di TPST Bantar Gebang dan Daerah Sekitarnya ....................... 887
Evaluasi Pemenuhan Serta Efektivitas dan Efisiensi Air Irigasi di Daerah Irigasi Cikeusik Provinsi
Banten ............................................................................................................................................... 898
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
409 Teknologi dan Informasi Geospasial
TEKNOLOGI DAN INFORMASI GEOSPASIAL
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
410 Teknologi dan Informasi Geospasial
Pembentukan Dsm Menggunakan Unmanned
Aircraft System (UAS) Dan Kamera Digital Non
Metrik
Agung Syetiawan dan Herjuno Gularso
Badan Informasi Geospasial
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911
Email: [email protected]
Abstrak. Penggunaan UAS (Unmanned Aerial Systems) untuk pemetaan saat ini semakin populer
dengan semakin berkembangnya teknologi drone dan kamera. UAS digunakan untuk keperluan
inspeksi, monitoring atau bahkan digunakan untuk pembentukan model 3 dimensi. Salah satu
model 3 dimensi yang sering digunakan untuk menghasilkan peta skala besar adalah DSM. Peta
skala besar membutuhkan DSM dengan ketelitian tinggi, sementara teknologi UAS memiliki
keuntungan besar dalam hal menghemat waktu pekerjaan dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji hasil pembentukan DSM dari data foto hasil pemotretan menggunakan UAS. Proses
pengumpulan data UAS menggunaan wahana Multi rotor DJI Matrice 600 dan kamera Zenmuse
X3. Tinggi terbang UAS pada saat misi pemotretan udara berada pada ketinggian 100 m diatas
permukaan tanah dengan sidelap dan overlap sebesar 80% sehingga menghasilkan foto sebanyak
151 foto. Proses georeferencing menggunakan 5 titik GCP yang tersebar secara merata untuk
seluruh area yang dipetakan. Hasil Ground Sample Distance pada misi penerbangan ini adalah 3,2
cm/pixel dengan cakupan area yang dipetakan yaitu 20,8 hektar. Uji akurasi dilakukan dengan
membandingkan hasil pembentukan DSM terhadap hasil pengukuran GPS di lapangan sesuai
dengan SNI ketelitian peta dasar. Ada sekitar 13 titik yang digunakan untuk check point. Hasil
pengolahan mendapat nilai akurasi horisontal sebesar 0,510 meter dan nilai akurasi vertikal
sebesar 0,435 meter. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa data pemotretan
menggunakan UAS memenuhi ketelitian geometri baik horizontal maupun vertikal pada skala
1:5000 kelas I. Pemotretan udara harus dilakukan dengan kondisi ideal (tingkat kecerahan,
resolusi dan kondisi lingkungan) sehingga akan didapatkan DSM terbaik.
Kata kunci:UAS, Kamera Digital Non Metrik, DSM, Pemetaan Skala Besar
Abstract.UAS (Unmanned Aerial Systems) for mapping is currently increasingly popular with the
growing development of drone and camera technology. UAS is used for inspection, monitoring or
even use for 3 dimensional modeling. DSM is one of the 3 dimensional models often used to
produce large-scale maps. Large-scale maps require DSM with high accuracy, while UAS
technology has a great advantage in terms of saving time and costs. This study aims to test the
results of DSM generation of photo data acquisition using UAS. The UAS data collection uses the
Multi rotor DJI Matrice 600 and Zenmuse X3 cameras. Altitude the UAS when flying is at 100 m
above ground level with sidelap and overlap by 80% produce 151 photos. The georeferencing
process uses 5 GCP points spread evenly across the mapped area. Ground Sample Distance
results on this flight mission is 3.2 cm / pixel with a mapped area coverage of 20.8 hectares.
Accuracy test is done by comparing result of DSM generation to result of GPS measurement in
fieldaccording to the Indonesian National Standard of accuracy of base map. There are about 13
points used for check points. The processing results get a horizontal accuracy value of 0.510
meters and a vertical accuracy of 0.435 meters. From the calculation results can be concluded
that aerial photographs using UAS meet geometry accuracy both horizontally and vertically on a
scale of 1: 5000 class 1. Aerial photograph should be done with ideal conditions (brightness level,
resolution and environmental conditions) so that will get the best DSM.
Keywords: UAS, Non Metric Digital Camera, DSM, Large Scale Mapping
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
411 Teknologi dan Informasi Geospasial
1. Pendahuluan
Penggunaan UAS (Unmanned Aerial Systems) untuk pemetaan saat ini semakin populer dengan
semakin berkembangnya teknologi drone dan kamera. UAS digunakan untuk keperluan inspeksi,
monitoring atau bahkan digunakan untuk pembentukan model 3 dimensi. Perlu disadari bahwa
kebanyakan kamera yang digunakan perangkat UAS adalah kamera standar non metrik. Keunggulan
menggunakan sistem wahana udara tak berawak ini adalah UAS dapat menghasilkan tampilan
permukaan bumi secara lebih detail dengan resolusi sangat bagus. Selain itu penggunaan teknologi
UAS menghemat dalam segi biaya dan waktu pengumpulan data di lapangan menjadi lebih efektif
dan efesien.Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan menggunakan kamera metrik
menjadi tidak optimal, karena biaya operasional yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kecilnya
volume pekerjaan (Gularso, Rianasari, & Silalahi, 2015).
Sejak awal kamera non-metrik dibuat tidak digunakan untuk pemetaan, akan tetapi karena kualitas
gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik maka kamera dipasang di wahana UAS. Kamera
ini didesain untuk keperluan praktis, beda dengan jenis kamera metrik yang didesain untuk keperluan
fotogrametri. Semua aspek terkait dengan ketelitian pemotretan harus diperhitungkan termasuk
dengan kualitas geometriknya karena kamera merupakan salah satu instrumen penting dalam sebuah
misi pemotretan uadara. Kamera non-metrik memiliki kualitas gambar yang baik namun kualitas
geometriknya kurang. Hal ini mengakibatkan penentuan posisi pada foto udara yang dihasilkan
menjadi kurang akurat. Kualitas geometrik dari foto udara format kecil dapat ditingkatkan dengan
cara melakukan kalibrasi pada kamera yang digunakan. Kalibrasi kamera merupakan proses
penentuan parameter internal kamera udara, untuk selanjutnya parameter-parameter ini akan dijadikan
input dalam orientasi dalam.
Hasil foto menggunakan wahana UAS dan kamera non metrik menghasilkan tampilan permukaan
bumi dengan resolusi tinggi untuk tujuan rekonstruksi 3 dimensi (Irschara, Kaufmann, Klopschitz,
Bischof, & Leberl, 2010; Wang & Li, 2007), termasuk dapat digunakan untuk keperluan pembuatan
DSM (Digital Surface Model). Pembangunan model rekonstruksi permukaan 3D dengan
menggunakan aplikasi UAV merupakan alternatif baru untuk survey dan pemetaan (Purwono &
Syetiawan, 2016). Teknologi otomatisasi image matching sudah bisa digunakan untuk melakukan
pemodelan tiga dimensi suatu objek, mempermudah pengambilan titik sampel yang akan digunakan
untuk pembuatan model DSM (Mulia & Hapsari, 2014). Hasil DSM bervariasi bergantung dengan
jenis tutupan lahan yang berada di atasnya. Penutup lahan jenis vegetasi akan menghasilkan kualitas
yang rendah dibandingkan dengan daerah datar (Susetyo & Perdana, 2015).
Gambar 1. Salah satu daerah topografi datar pada DSM dan DTM(Susetyo & Perdana, 2015)
Pembentukan DSM menggunakan wahana UAS dan kamera non metrik merupakan sebuah
tantangan, mengingat kamera yang digunakan sebetulnya bukan untuk keperluan pemetaan. Untuk itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pembentukan DSM menggunakan wahana UAS dan
kamera non metrik. Hasil pembentukan DSMakan diuji kualitas geometriknya dibandingkan dengan
titik-titik yang diukur menggunakan GPS Geodetik. Hasil pembentukan DSM akan diuji
menggunakan perka BIG tentang Ketelitian Peta Dasar(Peraturan Kepala Badan Informasi Geopasial
No. 15, 2014). Perka tersebut mengatur ketentuan dalam standar ketelitian pembuatan peta dasar,
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
412 Teknologi dan Informasi Geospasial
termasuk ketelitian vertikal. Harapannya hasil DSM menggunakan wahana UAS dan kamera non
metrik ini bisa digunakan untuk pemetaan skala besar.
2. Metode Penelitian
2.1 Akuisisi data
Pengambilan data dilakukan di area sekitar Badan Informasi Geospasial, Cibinong. Foto diambil pada
ketinggian rata-rata 100 meter di atas permukaan tanah dengan luas area cakupan yaitu 20,8 hektar.
Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang penguasaan UAV yang dikeluarkan oleh Kementerian
Perhubungan, dinyatakan bahwa titik terbang tertinggi UAV adalah ± 150 m di atas tanah (Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 180, 2015). Penentuan sidelap dan overlap foto
sebesar 80% menghasilkan foto sebanyak 151 foto dengan lama durasi terbang selama 20
menit.Untuk menghasilkan output DSM dan orthophoto yang baik diperlukan foto yang baik pula
baik dari segi kualitas foto (kecerahan, ketajaman, bebas awan, dll) maupun sudut pengambilan
datanya (tilt).
2.2 Pengukuran GCP dan ICP
Setelah proses akuisisi selesai tahap selanjutnya adalah pemasangan marking untuk GCP dan
pengukuran ICP (Independent Check Point) di lapangan. Pengukuran GCP dilakukan pada 5 titik
perimeter di dalam AoI (Area of Interest) menggunakan premarking, sementara pengukuran ICP
dilakukan secara postmarking pada objek-objek yang terlihat pada foto udara. Total ICP yang diukur
berjumlah 13 titik. Lokasi pengukuran ICP dilakukan pada pojok lapangan dan pojok atap bangunan
untuk memverifikasi DSM yang dihasilkan. Visualisasi letak titik GCP dan ICP bisa dilihat pada
gambar 2.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
413 Teknologi dan Informasi Geospasial
Gambar 2. Sebaran titik GCP dan ICP
Pengukuran titik GCP dan ICP menggunakan metode pengukuran rapid statik dengan lama
pengamatan sekitar 5 - 15 menit di setiap titik. Interval perekaman data setiap 1 detik dengan cut off
angle satelit sebesar 10°. Segment satelit yang digunakan adalah GPS dan GLONASS menggunakan
perangkat yang dapat menerima sinyal dual frekuensi (L1 dan L2). Parameter pengolahan data yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Pengolahan titik GCP dan ICP dilakukan secara diferensial
terikat dengan stasiun CORS BAKO milik Badan Informasi Geospasial.
Tabel 1. Parameter Processing Data.
Parameter Keterangan
Titik Ikat Stasiun Tetap CORS Bakosurtanal
(BAKO)
Frequency used Dual Frequency (L1, L2)
Ephemeris Broadcast
Interval data 1 second
Satellite Segment GPS dan GLONASS
Datum WGS 1984
Zone 48 South
Geoid EGM 2008 1'
2.3 Pengolahan foto
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
414 Teknologi dan Informasi Geospasial
Pembentukan DSM melalui beberapa tahap sebelum DSM itu bisa digunakan, tahapan proses
pekerjaan bisa dilihat pada gambar 3. Tahapan pertama adalah menentukan rencana terbang sesuai
dengan Area of Interest (AoI) daerah yang akan dipetakan, kemudian tahap selanjutnya adalah
pengambilan foto udara (akuisisi data). Proses awal pengolahan foto yaitu proses alignment foto.
Proses ini melakukan identifikasi tie point secara otomatis menggunakan algoritma SIFT invariant
(Gularso et al., 2015). Algoritma ini akan mengenali titik-titik yang mempunyai kesamaan nilai pixel
dan akan membentuknya menjadi model tiga dimensi. Hasil dari proses alignment diantaranya adalah
parameter kalibrasi kamera atau internal orientation (IO), bentuk kumpulan tie point terdeteksi dalam
model 3D, dan posisi kamera saat pemotretan atau external oreintation (EO) yang melibatkan
hitungan bundle adjustment. Proses kalibrasi kamera bisa dilakukan sebelum terbang atau setelah
dilakukan proses alignment(Ajayi, Salubi, Angbas, & Odigure, 2017). Kalibrasi hasil dari perhitungan
alignment ini sering disebut dengan self calibration.
Proses selanjutnya adalah memasukkan koordinat GCP dan kemudian dilakukan optimalisasi
posisi kamera. Gunanya adalah meletakkan posisi kamera pada posisi yang sebenarnya saat terbang,
sehingga akan didapatkan posisi foto sesuai dengan kondisi di lapangan. Proses pencocokan ini akan
menggunakan foto-foto yang terdapat premark didalamnya. Proses pembentukan DSM dilakukan
dengan otomatisasi image processing. Hasil rekonstruksi model 3 dimensi akan difilter untuk
mendapatkan tampilan DSM sesuai dengan real world. Titik-titik point cloud yang dianggap sebagai
noise akan dihapus kemudian dibentuk kembali DSM baru dari hasil filtering manual tersebut.
Gambar 3. Alur proses pembentukan data DSM menggunakan wahana UAS dan kamera non metrik.
2.4 Wahana dan sensor
Proses pengumpulan data UAS menggunaan wahana Multi rotor DJI Matrice 600. Drone yang
dilengkapi 6 motor dan baling-baling ini didesain untuk pemotretan udara. Wahana menggunakan 6
baterai sehingga memungkinkan melakukan pengumpulan data dengan durasi yang relatif lama. DJI
Matrice 600 juga dilengkapi dengan Gimbal yang berfungsi untuk menstabilkan posisi kamera saat
pengambilan foto, sehingga guncangan dari propeler ataupun angin tidak membuat foto menjadi
miring atau blur.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
415 Teknologi dan Informasi Geospasial
Tabel 2. Wahana UAS DJI Matrice 600.
STRUCTURE
Dimension
1668 mm x 1518 mm x 759 mm
(Propellers, frame arms and GPS
mount unfolded)
640 mm x 582 mm x 623 mm
(Frame arms and GPS mount
folded)
Max Takeoff Weight 15,1 kg
Motor Model DJI 6010
Propeller Model DJI 2170
Operating
Temperature -10° to 40° C
BATTERY
Capacity 5700 mAh
Voltage 22,8 V
Type LiPo 6S
Net Weight 680 g
PERFORMANCE
Hovering Accuracy
(P-Mode, with GPS)
Vertical: ±0,5 m, Horizontal: ±1,5
m
Max Angular
Velocity Pitch: 300°/s, Yaw: 150°/s
Max Pitch Angle 25°
Max Speed of Ascent 5 m/s
Max Speed of
Descent 3 m/s
Max Wind
Resistance 8 m/s
Max Flight Altitude
above Sea Level 2500 m
Max Speed 18 m/s (No wind)
UAS jenis multi rotor lebih cocok digunakan untuk pemetaan yang tidak mempunyai area terbuka
luas untuk take-off dan landing. Berbeda dengan seri lain dari UAS yaitu fixed wing dimana
diperlukan lokasi terbuka untuk take off maupun landing (Uktoro, 2017). Pada misi penerbangan kali
ini Matrice 600 menggunakan tipe kamera Zenmuse X3 tipe CMOS dengan resolusi 12,4 Mega Pixel.
Tipe lensa yang digunakan pada Zenmuse X3 ini adalah lensa dengan panjang fokus tetap (fixed
lens). Kamera yang memiliki lensa tetap memiliki resolusi geometris yang lebih kecil dibanding
kamera yang memiliki lensa zoom (Fryskowska, Kedzierski, Grochala, & Braula, 2016). Spesifikasi
kamera Zenmuse X3 dapat dilihat pada tabel 3.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
416 Teknologi dan Informasi Geospasial
Tabel 3. Spesifikasi kamera Zenmuse X3
SENSOR
Size 6,17 x 4,55 mm
Type CMOS
Effective
Pixels 12,4M
ISO Range 100~3200
LENS MAX-PIXELS
Optics
20mm (35mm format
equivalent)f/2,8 focus at
∞ Max-Pixels 12,4M
Iris F/2,8 Burst Shooting Full pixels 7fps
Diagonal FOV 94 degree Shutter Speed 8~1/8000 sec
Equivalent 20mm EV Range -3~+3, 1/3
Distortion 0,90% AEB Support
Focus Range Infinite Interval Support
Auto-Focus N/A Time Lapsed Support,
5/7/10/20/30 sec
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengolahan data GCP dan ICP
Hasil pengolahan titik GCP dapat dilihat pada tabel 4 dan hasil pengolahan ICP bisa dilihat pada tabel
5. Solusi ambiguitas fase pengolahan data GPS untuk titik ICP dan GCP adalah FIXED. Total titik
GCP yang digunakan pada proses pengolahan foto berjumlah 5 titik, sedangkan titik ICP berjumlah
13 titik dengan sebaran merata pada seluruh AoI. Pengukuran GCP dilakukan di atas marking yang
dipasang sebelum foto udara diambil. Hasil nilai ketinggian GPS sudah dirubah ke dalam tinggi
orthometris menggunakan data geoid global EGM08.
Tabel 4. Koordinat titik GCP
ID Easting
(Meter)
Northing
(Meter)
Elevation
(Meter) Solusi
GCP1 704431,724 9282038,566 138,446 FIXED
GCP2 704594,885 9282024,275 136,387 FIXED
GCP3 704641,147 9282330,938 135,860 FIXED
GCP4 704464,773 9282347,822 138,650 FIXED
GCP5 704551,874 9282166,429 138,893 FIXED
Hasil pengolahan titik ICP mendapatkan hasil presisi horisontal berkisar pada 0,003-0,005 meter,
sementara presisi vertikal berada pada rentang 0,004-0,010 meter. Root mean square error hasil
pengolahan titik ICP bervariasi pada rentang 0,003 hingga 0,052. Titik ICP002 memiliki ketelitian
paling rendah dikarenakan lokasi titik ICP002 banyak terdapat obstruksi (halangan), sehingga satelit
yang diterima sedikit.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
417 Teknologi dan Informasi Geospasial
Tabel 5. Hasil pengolahan titik ICP
ID Easting
(Meter)
Northing
(Meter)
Elevation
(Meter)
H.
Prec.
V.
Prec
RMS Solusi
0001 704547,193 9282162,589 139,013 0,003 0,008 0,005 FIXED
0002 704496,691 9282174,686 138,911 0,005 0,010 0,052 FIXED
0003 704464,411 9282139,283 139,284 0,003 0,005 0,003 FIXED
0004 704464,015 9282058,255 139,292 0,005 0,008 0,008 FIXED
0005 704484,030 9282283,336 138,997 0,004 0,005 0,003 FIXED
0006 704491,027 9282291,607 142,679 0,004 0,004 0,006 FIXED
0007 704512,066 9282280,966 142,816 0,004 0,004 0,003 FIXED
0008 704511,912 9282290,402 142,611 0,004 0,004 0,002 FIXED
0009 704507,186 9282288,134 142,673 0,004 0,004 0,003 FIXED
0010 704463,069 9282218,256 146,921 0,004 0,005 0,003 FIXED
0011 704475,117 9282195,801 146,982 0,004 0,005 0,002 FIXED
0012 704457,362 9282197,939 143,104 0,004 0,006 0,006 FIXED
0013 704462,628 9282189,168 143,166 0,004 0,005 0,006 FIXED
3.2 Hasil Pemotretan Udara
Setelah proses pengumpulan data dilakukan dan proses pengolahan foto selesai diterapkan untuk
seluruh foto maka terbentuklah foto mozaik daerah yang dipetakan. Output akhir yaitu menghasilkan
foto udara dengan nilai GSD (Ground Sampling Distance) sebesar 3,2 cm/pix. Hasil pembentukan
dense cloud bisa dilihat pada gambar 4. Proses pembentukan point cloud yaitu dengan cara
mengidentifikasi titik-titik yang mempunyai nilai piksel yang sama. Hasil point cloud ini masih
terlihat kasar dan masih terdapat banyak sekali celah-celah kosong antar titik, berakibat pada objek
yang memiliki ketinggian seperti pohon, gedung atau bangunan belum terkonstruksi 3 dimensi secara
sempurna.Oleh karena itu, dilakukanlah pemodelan geometri dengan melakukan perapatan image di
sekitar tie point dan penggabungan antar titik berdasarkan nilai tingginya.
Gambar 4. Hasil pembentukan dense cloud
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
418 Teknologi dan Informasi Geospasial
Gambar 5. Hasil pembentukan build mesh
Rekonstruksi mesh 3 dimensi merupakan representasi permukaan objek yang dibentuk berdasarkan
dense point cloud. Pembentukan mesh dilakukan untuk membangun tekstur 3 dimensi foto. Setelah
geometri terbentuk, mesh digunakan untuk membuat orthophoto.
Gambar 6. Hasil pembentukan DEM
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
419 Teknologi dan Informasi Geospasial
3.3 Evaluasi geometrik mosaik foto udara dan DSM
Evaluasi hasil mozaik foto udara dilakukan dengan cara membandingkan koordinat foto udara dengan
koordinat hasil pengolahan data GPS. Persamaan 1 hingga 3 merupakaan persamaan untuk
menghitung ketelitian peta (Perka BIG No. 15 tahun 2014). Ketentuan ketelitian geometri peta
berdasarkan kelas yang sudah ada di BIG, bisa dilihat pada tabel 6.
....................................................................... 1
........................................................................... 2
................................................................................ 3
Standar pengukuran akurasi menurut NMAS (National Map Accuracy Standar) adalah sebagai
berikut:
Akurasi Horizontal NMAS = 1,5175 * RMSEr
= 0,510 meter
Akurasi Vertikal NMAS = 1,6499 * RMSEz
= 0,435 meter
Pada penelitian ini, akurasi horisontal yang diperoleh dari data pemetaan menggunakan wahana UAS
dan kamera non metrik adalah 0,510 meter. Apabila kita melihat tabel 6 mengenai kelas ketelitian
pembuatan peta dasar, maka hasil pemetaan menggunakan wahana UAS dan kamera non metrik bisa
digunakan untuk pemetaan skala 1:5.000 kelas 1.
Tabel 6. Kelas ketelitian pembuatan peta dasar
Ketelitian Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Horizontal 0,2 mm x bilangan
skala
0,3 mm x bilangan
skala 0,5 mm x bilangan skala
Vertikal 0,5 x interval kontur 1,5 x ketelitian kelas 1 2,5 x ketelitian kelas 1
Pengecekkan DSM dilakukan pada koordinat vertikalnya. Titik tinggi yang digunakan adalah titik
tinggi menggunakan DSM sebelum difilter. Setelah nilai RMSE diperoleh, dapat ditentukan nilai
LE90. Secara definisi, dalam Perka disebutkan bahwa LE90 adalah ukuran ketelitian geometrik
vertikal yaitu nilai jarak yang menunjukkan bahwa 90% kesalahan atau perbedaan nilai ketinggian
objek di peta dengan nilai ketinggian sebenarnya tidak lebih besar daripada nilai jarak tersebut. Dari
hasil evaluasi geometrik nilai ketinggian (vertikal) diperoleh akurasi sebesar 0,435 meter, nilai
tersebut lebih kecil dari nilai ambang batas terendah yakni 1 meter sehingga mengacu pada Perka BIG
No. 15 Tahun 2014 nilai tersebut telah memenuhi nilai ketelitian geometri dan dapat digunakan untuk
pembuatan DEM pada skala 1: 5.000 kelas 1. Tabel 7 menyajikan contoh perhitungan ketelitian
vertikal sesuai dengan Perka Ketelitian BIG.
Tabel 7. Hasil uji akurasi vertikal titik ICP
Nomor
Titik
Nama
Titik
Z Z
(D Z) (D Z)˄2 (Koordinat
ICP)
(Koordinat
DSM)
A B C D E F
1 0001 139,013 138,922 -0,091 0,008
2 0002 138,911 138,828 -0,083 0,007
3 0003 139,284 139,248 -0,036 0,001
4 0004 139,292 139,256 -0,036 0,001
5 0005 138,997 138,841 -0,156 0,024
6 0006 142,679 143,041 0,362 0,131
7 0007 142,816 143,057 0,241 0,058
8 0008 142,611 142,810 0,199 0,040
9 0009 142,673 142,781 0,108 0,012
10 0010 146,921 147,414 0,493 0,243
n
XlapanganXimageiRMSE
i
X
2)(
n
YlapanganYimageRMSE
ii
Y
2)(
22
YXrRMSERMSERMSE
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
420 Teknologi dan Informasi Geospasial
Nomor
Titik
Nama
Titik
Z Z
(D Z) (D Z)˄2 (Koordinat
ICP)
(Koordinat
DSM)
11 0011 146,982 147,445 0,463 0,214
12 0012 143,104 143,191 0,087 0,008
13 0013 143,166 143,562 0,396 0,157
Jumlah 0,904
Rata-Rata 0,070
RMSE 0,264
Akurasi 0,435
3.4 Filtering data DSM
Hasil pembentukan DSM dapat dilihat pada gambar 7a dan gambar 7b. Gambar 7a menunjukkan
DSM tanpa dilakukan filtering data sehingga secara visual masih terlihat kasar. Banyak sekali lekukan
di bagian atap bangunan yang seharusnya tidak ada. Meskipun demikian beberapa objek terbentuk
DSM dengan sempurna. Perlu dilakukan proses filtering lebih lanjut untuk menghilangkan titik-titik
point cloud yang dianggap sebagai noise kemudian dibentuk kembali DSM baru dari hasil filtering
manual tersebut. Proses filtering dilakukan pada gambar 7b untuk mendapatkan permukaan DSM
pada bangunan yang halus (smooth).
(a) (b)
Gambar 7. Hasil pembentukan DSM: (a) sebelum dilakukan filtering; (b) setelah dilakukan filtering
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
421 Teknologi dan Informasi Geospasial
Proses filtering data ini sangat berpengaruh terhadap jumlah point cloud yang sudah terbentuk.
Bentuk bangunan akan terkonstruksi dengan sempurna. Walaupun hanya bersumber dari FUFK yang
padadasarnya memiliki distorsi yang besar, namun ternyataDEM yang dihasilkan memiliki akurasi
yang cukup baik(Purwanto, 2017). Cara memperbaiki kualitas DSM yang dibentuk dengan cara
editing manual, bisa menggunakan editing manual pada point cloud atau editing data pada 3D model
yang sudah dibentuk hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi real di lapangan.
Gambar 8. Perbedaan hasil filtering pada bangunan
Gambar 9. Pembentukan DSM yang kurang sempurna
Pada penelitian ini filtering dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil DSM dengan
permukaan bangunan yang smooth. Proses filtering membuat objek 3 dimensi menjadi tampak sesuai
dengan kenyataannya. Seperti dapat dilihat pada gambar 8, atap gedung R Badan Informasi
Geospasial terbentuk sempurna seperti kondisi di lapangan. Efek dari filtering ini membuat
berkurangnya sebaran titik-titik point cloud yang ada, sehingga membuat beberapa titik tinggi hilang.
Kelemahan filtering membuat beberapa area menjadi kasar. Seperti dapat dilihat pada gambar 10,
segment jalan tidak bisa tergambarkan secara sempurna, akibat titik-titik DSM yang difilter.
Gambar 10. Pembentukan DSM pada segment jalan.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
422 Teknologi dan Informasi Geospasial
Gambar 11. Perbedaan pencahayaan saat proses akuisisi data di lapangan.
Pemetaan foto udara menggunakan UAS dan kamera non metrik tergolong pemetaan sensor pasif,
dimana hasil foto udara sangat bergantung pada faktor lingkungan di sekitarnya, misalnya seperti
cuaca, awan atau obstruksi(tutupan pohon, kanopi).Pada gambar 12 juga menunjukkan bahwa
perbedaan tingkat kecerahan pada foto yang saling bertampalan pada satu jalur penerbangan(gambar
11) akan mempengaruhi hasil DSM yang dilakukan. Perbedaan pencahayaan membuat proses image
matching menjadi kurang sempurna, berakibat pada point cloud yang terbentuk. Rona, warna dan
bayangan merupakan kunci interpretasi untuk mengenali suatu objek. Kegagalan identifikasi ini akan
berakibat pada kesalahan informasi yang diperoleh.
(a) (b)
Gambar 12. Pembentukan DSM pada bangunan(a) sebelum dilakukan filtering; (b) setelah dilakukan
filtering
Gambar 13. Residu DSM sebelum dilakukan filtering dan sesudah filtering.
resi
du
(m
)
Titik Uji
residu DTM-ICP
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
423 Teknologi dan Informasi Geospasial
Evaluasi akurasi DSM sebelum dan sesudah dilakukan filtering dapat dilihat pada gambar 13. Titik-
titik evaluasi menggunakan titik-titik ICP yang sudah diketahui koordinat tingginya hasil pengukuran
menggunakan GPS. Pada gambar 13 dapat dilihat bahwa residu tertinggi titik DSM setelah dilakukan
filtering dibandingkan dengan tinggi hasil pengamatan GPS memiliki selisih 3,5 meter. Residu
terkecil berada pada titik ICP4 dengan nilai 0,004 m. Melihat hasil residu pada gambar 13, secara
keseluruhan hasil filtering DSM bisa digunakan untuk melihat kondisi surface suatu area. Kesalahan
residu 3,5 meter ini akibat dari proses filtering yang kurang terkontrol dan data foto udara yang
berbeda pencahayaan. Titik DSM yang merepresentasikan bangunan tersebut hilang sehingga hanya
koordinat tanah saja yang berhasil diambil pada evaluasi tersebut. Gambar 14 menunjukkan lokasi
titik ICP6, dimana pengukuran dilakukan di atas atap gedung. Proses filtering data DSM harus tetap
memperhatikan sebaran point cloud pada suatu area. Artinya pembentukan DSM setelah di filtering
bisa digunakan dengan catatan point cloud masih proposional mewakili ketinggian suatu area.
Gambar 14. Lokasi titik yang memiliki nilai residu besar setelah difilter.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan evaluasi akurasi ICP sesuai dengan prosedur uji ketelitian geometri
yang mengacu pada Perka BIG mengenai Ketelitian Peta Dasar dengan tingkat kepercayaan 90%
untuk ketelitian horizontal (CE90) dan ketelitian vertikal (LE90) didapatkan nilai akurasi horizontal
0,510 meter dan nilai akurasi vertikal 0,435 meter. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa data pemotretan menggunakan UAS dan kamera non metrik ini memenuhi
ketelitian geometri baik horizontal maupun vertikal pada skala 1:5000 kelas I.
Perbedaan kualitas foto udara seperti tingkat kecerahan, rona warna dan cuaca juga mempengaruhi
kualitas DSM yang akan dibentuk. Misi pemotretan yang luas dan membutuhkan penerbangan UAS
yang berulang disarankan untuk terbang pada kondisi cuaca yang sama dan sensor kamera yang sama
karena pembentukan DSM dan orthomosaic sangat bergantung pada hasil image matching. Oleh
karena itu, diperlukan kualitas foto yang baik dan seragam. Apabila menemui kondisi pemotretan
yang kurang ideal (perbedaan tingkat kecerahan, resolusi, dll) maka DSM yang dihasilkan perlu
dilakukan editing manual. Pada penelitian ini penulis juga melakukan pemrosesan smoothing DSM
agar fasad bangunan dapat terlihat lebih jelas tetapi teknik ini memiliki kekurangan karena filtering
akan menghapus point cloud yang ada, sehingga untuk beberapa area kurang merepresentasikan
kondisi di lapangan.Proses filtering data DSM harus tetap memperhatikan sebaran point cloud pada
suatu area. Wahana UAS dan kamera non metrik bisa digunakan untuk membuat DSM dengan catatan
wilayah yang dipetakan luasannya tidak terlalu besar.
Seminar Nasional Geografi dan Pembangunan Berkelanjutan 2018 ISBN 978-979-16609-5-2
424 Teknologi dan Informasi Geospasial
5. Ucapan terima kasih
Penulis ucapkan terima kasih kepada Giri Iryan Kusnadi dan tim yang telah memberikan bimbingan
dan arahan penggunaan perangkat DJI Matrice 600. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan pelatihan UAV Balai diklat Geospasial yang sudah membantu mengumpulkan data lapangan
dan membantu pengukuran GCP.
Daftar Pustaka
Ajayi, O. G., Salubi, A. A., Angbas, A. F., & Odigure, M. G. (2017). Generation of accurate digital
elevation models from UAV acquired low percentage overlapping images. International Journal
of Remote Sensing, 38, 3113–3134
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1080/01431161.2017.1285085
Fryskowska, A., Kedzierski, M., Grochala, A., & Braula, A. (2016). CALIBRATION OF LOW
COST RGB AND NIR UAV CAMERAS. In The International Archives of the
Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences.
Gularso, H., Rianasari, H., & Silalahi, F. E. S. (2015). PENGGUNAAN FOTO UDARA FORMAT
KECIL MENGGUNAKAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DALAM PEMETAAN SKALA
BESAR. Jurnal Ilmiah Geomatika, 21(1), 37–44.
Irschara, A., Kaufmann, V., Klopschitz, M., Bischof, H., & Leberl, F. (2010). owards fully automatic
photogrammetric reconstruction using digital images taken from UAVs. In ISPRS Symposium,
100 Years ISPRS - Advancing Remote Sensing Science.
Mulia, D., & Hapsari, H. (2014). STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM
PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK. Geoid, 10(1), 32–39.
Peraturan Kepala Badan Informasi Geopasial No. 15 (2014). Indonesia.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 180 (2015). Indonesia.
Purwanto, T. H. (2017). Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil untuk Ekstraksi Digital Elevation
Model dengan Metode Stereoplotting. Majalah Geografi Indonesia, 31(1), 73–89.
Purwono, N., & Syetiawan, A. (2016). Application of UAV with Fisheye Lens Camera for 3D Surface
Model Reconstruction. In Geoproceed-Earth, Environment, and Spatial Sciences (Vol. 1, pp.
15–26). Retrieved from http://www.geoproceed.com/index.php/gic/article/view/3
Susetyo, D. B., & Perdana, A. P. (2015). Uji Ketelitian Digital Surface Model (DSM) sebagai Data
Dasar dalam Pembentukan Kontur Peta Rupabumi Indonesia (RBI). In SEMINAR NASIONAL
PENGINDERAAN JAUH (pp. 299–306).
Uktoro, A. I. (2017). ANALISIS CITRA DRONE UNTUK MONITORING KESEHATAN
TANAMAN KELAPA SAWIT. Jurnal Agroteknose, 8(2).
Wang, J., & Li, C. (2007). Acquisition of UAV images and the application in 3D city modeling. In
International Symposium on Photoelectronic Detection and Imaging.
View publication statsView publication stats