96380778-askep-jiwa-lansia
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
1/34
Jumat, 11 November 2011
asuhan keperawatan gangguan jiwa pada usia lanjutBAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangKeperawatan geriatrik adalah cabang keperawatan yang memperhatikan pencegahan,
diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis pada lanjut usia dan dengan meningkatkan
umur panjang. Pelayanan/ asuhan keperawatan gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengetahuan khusus karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis, patogenesis, danpatofisiologi gangguan mental antara dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien
lanjut usia juga perlu dipertimbangkan; faktor-faktor tersebut adalah sering adanya penyakit dan
kecacatan medis penyerta, pemakaian banyak medikasi, dan peningkatan kerentanan terhadap
gangguan kognitif.Program Epoidiomological Catchment Area (ECA) dari National Institute of Mental
Health telah menemukan bahwa gangguan mkental yang paling sering pada lanjut usia adalah
gangguan depresif, gangguan kognitif, fobia, dan gangguan pemakaian alkohol. Lanjut usia jugamemiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyak gangguan
mental pada lanjut usia dapat dicegah, dihilangkan, atau bahkan dipulihkan. Sejumlah faktor
resiko psikososial juga mempredis[osisiskan lanjut usia kepada gangguan mental. Faktor resikotersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman, atau sanak
saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi
kognitif.
Saat ini sudah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami gangguankejiwaan seperti demensia, psikosis, Penggunaan alcohol kronik, atau kondisi lainnya. Hal ini
menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan professional yang lain memiliki tanggung jawab
yang lebih untuk merawat lansia dengan masalah kesehatan jiwa dan emosi. Kesehatan mentalpada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status fisiologi dan psikologi, kepribadian,
sosial support, sosial ekonomi dan pola hidup.
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut :
1. kelompok menjelang usia lanjut (4554 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (5564 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu :1. Usia lanjut : 6074 tahun
2. Usia Tua : 7589 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
1.2. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan umum
Untuk dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan klien dengan kehilangan dan berdukadisfungsional.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang Jenisjenis kehilanganb. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang konsep dan teori dari proses
berdukac. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
1.3. METODE PENULISAN
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
2/34
1. Metode penulisan.
Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi.
2. Tekhnik penulisan.a. Metode observasi
Yaitu bentuknya langsung yang diajukan pada narasumber terhadap permasalahan yang akan di
bahasb. Metode perpustakaanYaitu diambil dari buku :
Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition. United
State of America : Mosby.Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC, Jakarta,
2000.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.
1.4. SISTEMATIKA PENULISANAdapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini terdiri dari 4 bab, yang manadari perbab dan isi dalam bab tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan Keperawatan yang berisikan: latarbelakang, tujuan, metode penulisan, sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Teori-teori tentang Kehilangan : definisi, tipe kehilangan, jenis jenis kehilangan, rentan respon
kehilangan. Berduka : definisi, Teori dan proses berduka,
BAB III : ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONALAsuhan keperawatan berduka disfungsional terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa keperawatan,
batas karakteristik, sasaran, intervensi dengan rasional tertentu,serta hasil pasien yang diharapkan.
BAB IV : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
3/34
BAB II
KONSEP DASAR USIA LANJUT
2.1 Proses PenuaanPenuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar
adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban
bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang akan merawat lansiaharus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan tidak normal2.1.1 Penuaan Primer :
Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses
penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen,sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan
terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
2.1.2 Penuaan Skunder :
Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
terjadi dalam sel seperti:
.1.2.1
Perubahan Mikro Berkurangnya cairan dalam sel
Berkurangnya besarnya sel
Bekurangnya jumlah sel.1.2.2 Perubahan Makro adalah perubahan yang jelas terlihat seperti :
Mengecilnya mandibula
Menipisnya discus intervertebralis
Erosi permukaan sendi-sendi
Osteoporosis
Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya
menurun)
Emphysema Pulmonum Presbyopi
Arterosklerosis
Manopause pada wanita
Demintia senilis
Kulit tidak elastic
Rambut memutih2.2. Teori Penuaan
Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun dapat
memasukan semua variable yang menyebabkan penuaan dan respon individu terhadap hal itu.
Secara garis besar teori penuaan dibagi menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teorisosiokultural.
2.2.1 Teori Biologis
a. Biological Programming Theory
Teori program biologis merupakan suatu proses sepanjang kehidupan sel yang terjadi sesuaidengan sel itu sendiri. Teori waktu kehiduan makhluk memperlihatkan adanya kemunduran
biologis, kognitif, dan fungsi psikomotor yang tidak dapat dihindari dan diperbaiki, walaupun
perubahan diet atau hipotermi dalam waktu yang lama dapat menunda proses tersebut.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
4/34
b. Wear and Tear Theory
Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan struktur dan fungsi dapat dipercepat
oleh perlakuan kejam dan diprlambat oleh perawatan. Masalah-masalah yang berkaitan denganpenuaan merupakan hasil dari akumulasi stres, trauma, luka, infeksi, nutrisi yang tidak adekuat,
gangguan metabolik dan imunologi, dan perlakuan kasar yang lama.Konsep penuaan ini
memperlihatkan penerimaan terhadap mitos dan stereotif penuaan.c. Stress-Adaptasi TheoryTeori adaptasi stres ini menegaskan efek positif dan negatif dari stres pada perkembangan
biopsikososial. Sebagai efek positif, stres menstimulasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang
baru, jalan adaptasi yang lebih efektif. Efek negatif dari stres bisa menjadi ketidakmampuanfungsi karena perasaan yang terlalu berlebihan. Stres sering di asumsikan dapat mempercepat
proses penuaan. Stres dapat mempengaruhi kemampuan penerimaan seseorang, baik secara
fisiologi, psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini dapat berakibat sakit atau injuri.
2.2.2.Teori psikologis,a. Eriksons Stage of Ego Integrity
Teori Erikson tentang perkembangan manusia mengidentifikasi tugas yang harus dicapai
pada setiap tahap kehidupan. Tugas terakhir, berhubungan dengan refleksi tentang kehidupanseseorang dan pencapaiannya, ini diidentifikasi sebagai integritas ego. Jika ini tidak tercapai
maka akan mengakibatkan terjadinya gangguan.
b. Life Review TheoryPada lansia, melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan proses yang normal
berkaitan dengan pendekatan terhadap kematian. Reintegrasi yang sukses dapat memberikan arti
dalam kehidupan dan mempersiapkan seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan dan
rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang proses ini menemukan bahwa melihat kembalikehidupan sebelumnya merupakan salah satu strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa
pada lansia.
c. Stability of PersonalityPerubahan kepribadian secara radikal pada lansia dapat mengakibatkan penyakit otak. Para
peneliti menemukan bahwa periode krisis psikologis pada saat dewasa tidak akan terjadi pada
interval regular. Perubahan peran, perilaku dan situasi membutuhkan respon tingkah laku yang
baru. Mayoritas lansia pada studi ini memperlihatkan adaptasi yang efektif terhadap kebutuhanini.
2.2.3.Teori Sosiokultural
a. Disengagement TheoryPostulat pada teori ini menyatakan bahwa lansia dan penarikan diri dari lingkungan sosial
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Terdapat stereotype yang kuat dari teori ini
termasuk ide bahwa lansia merasa nyaman bila berhubungan dengan orang lain seusianya.
b. Activity Theory
Teori aktivitas berpendapat bahwa penuaan harus disertai dengan keaktifan beraktifitassebisa mungkin. Teori ini memperlihatkan efek positif dari aktivitas terhadap kepribadian lansia,
kesehatan jiwa, dan kepuasan dalam hidup.
c. The Family in Later Life
Teori keluarga berfokus pada keluarga sebagai unti dasar perkembangan emosi seseorang.
Teori ini berpendapat bahwa pusat proses siklus kehidupan adalah perubahan sistem hubungandengan orang lain untuk medukung fungsi masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
5/34
Gejala fisik, emosi, dan sosial dipercaya merupakan repleksi dari masalah negosiasi dan transisi
pada siklus kehidupan keluarga.
BAB III
JENIS-JENIS GANGGUAN JIWA PADA USIA LANJUT3.1 Skizofrenia
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapatdialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika munculpada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-
budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia
(lansia) (Dep.Kes.1992)Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan timbulnya
skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada lansia
bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia.
Parafrenia lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yangmemiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala waham dan
halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif.
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiransehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosisehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham dan
sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupunorang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas
seperti mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
6/34
atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga. Dalam
kasus ini sangat perlu dilakukan pemeriksaan tinggkat kesadaran pasien (penderita), melalui
pemeriksaan psikiatrik maupun pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguanparanoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa kondisi tersebut
termasuk dalam kondisi psikosis fungsional dan sering juga digolongkan menjadi senile psikosis.
Parafrenia merupkan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut usia(lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap sebagaikondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain. Lebih
sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan
ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikahatau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulit
mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan
pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih rendah.
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :1) Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
2) Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)
3)
Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)4) Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)
5) Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)
Pada umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid,
simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaantersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidak
menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadang-
kadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentukperkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).
3.2. Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi
(afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektifini antara lain:
1) Gangguan Afektif tipe Depresif
Gangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapatdisebabkan oleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau
oleh sebab penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.
Gangguan ini paling banyak dijumpai pada usia pertengahan, pada umur 40 - 50 tahun dankondisinya makin buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia perttangahan tersebut prosentase
wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun keadaan menjadi seimbang.
Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksual
mengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harusbegitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih memerlukan
tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu kesehatannya.
Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa
dirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandanganmenganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe
neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan
tersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
7/34
testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali
orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
2) Gangguan Afektif tipe ManikGangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan
afektif tipe depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik
Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderungberlebihan sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya,pembicaraan menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih
jarang terjadi dari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu
ketika pasien menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun taklama kemudia menjadi sedih, murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.
3.3. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar
untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan.Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya
lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasukitahap lanjut usia (lansia).
Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta
daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang
neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh :mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang
neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak
puas-puas untuk mandi.Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Neurosis cemas dan panic
2) Neurosis obsesif kompulsif
3) Neurosis fobik4) Neurosis histerik (konversi)
5) Gangguan somatoform
6) Hipokondriasis.Pasien dengan keadaan ini sering mengeluh bahwa dirinya sakit, serta tidak dapat diobati.
Keluhannya sering menyangkut alat tubuh seperti alat pencernaan, jantung dan pembuluh darah,
alat kemih/kelamin, dan lainnya. Pada lansia yang menderita hipokondriasis penyakit yangmenjadi keluhannya sering berganti-ganti, bila satu keluhannya diobati yang mungkin segera
hilang, ia mengeluh sakit yang lain. Kondisi ini jika dituruti terus maka ia akan terus-menerus
minta diperiksa dokter; belum habis obat untuk penyakit yang satu sudah minta diperiksa dokter
untuk penyakit yang lain.1) Gangguan disosiatif
2) Gangguan depersonalisasi
3) Gangguan distimik
4) Gangguan stres pasca trauma.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
8/34
BAB IVASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA USIA LANJUT
4.1. Pengkajian Pasien Lansia
Pengkajian pasien lansia menyangkut beberapa aspek yaitu biologis, psikologis, dansosiokultural yang beruhubungan dengan proses penuaan yang terkadang membuat kesulitan
dalam mengidentifikasi masalah keperawatan. Pengkajian perawatan total dapat mengidentifikasi
gangguan primer. Diagnosa keperawatan didasarkan pada hasil observasi pada perilaku pasien
dan berhubungan dengan kebutuhan.a. Wawancara
Hubungan yang penuh dengan dukungan dan rasa percaya sangat penting untuk
wawancara yang positif kepada pasien lansia. Lansia mungkin merasa kesulitan, merasaterancam dan bingung di tempat yang baru atau dengan tekanan. Lingkungan yang nyaman akanmembantu pasien tenang dan focus terhadap pembicaraan.
b. Keterampilan Komunikasi Terapeutik
Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan danlama wawancara. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien
sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas
karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak. Perawat dapat memperlihatkan dukungandan perhatian dengan memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk
dan menyentuk pasien.
Melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan sumber data yang baik untukmengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan sumber dukungan. Perawat harus cermat dalam
mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada. Perawat tidak boleh
berasumsi bahwa pasien memahami tujuan atau protocol wawancara pengkajian. Hal ini dapat
meningkatkan kecemasan dan stres pasien karena kekurangan informasi. Perawat harusmemperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
c. Setting wawancara
Tempat yang baru dan asing akan membuat pasien merasa cemas dan takut. Lingkunganharus dibuat nyaman. Kursi harus dibuat senyaman mungkin. Lingkuangan harus dimodifikasi
sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan
kemampuan penglihatan.Data yang dihasilkan dari wawancara pengkajian harus dievaluasi dengan cermat. Perawat
harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat
mengenal pasien. Perawat harus memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara dan
faktor lain yang dapat mempengaruhi status, seperti pengobatan media, nutrisi atau tingkatcemas.
d. Fungsi Kognitif
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
9/34
Status mental menjadi bagian dari pengkajian kesehatan jiwa lansia karena beberapa hal
termasuk :
1. Peningkatan prevalensi demensia dengan usia.2. Adanya gejala klinik confusion dan depresi.
3. Frekuensi adanya masalah kesehatan fisik dengan confusion.
4. Kebutuhan untuk mengidentifikasi area khusus kekuatan dan keterbatasan kognitif .e. Status AfektifStatus afektif merupakan pengkajian geropsikiatrik yang penting. Kebutuhan termasuk
skala depresi. Seseorang yang sedang sakit, khususnya pada leher, kepala, punggung atau perut
dengan sejarah penyebab fisik. Gejala lain pada lansia termasuk kehilangan berat badan,paranoia, kelelahan, distress gastrointestinal dan menolak untuk makan atau minum dengan
konsekuensi perawatan selama kehidupan.
Sakit fisik dapat menyebabkan depresi sekunder. Beberapa penyakit yang berhubungan
dengan depresi diantaranya gangguan tiroid, kanker, khususnya kanker lambung, pancreas, danotak, penyakit Parkinson, dan stroke. Beberapa pengobatan da[at meningkatkan angka kejadian
depresi, termasuk steroid, Phenothiazines, benzodiazepines, dan antihypertensive. Skala Depresi
Lansia merupakan ukuran yang sangat reliable dan valid untuk mengukur depresi.
f. Respon Perilaku
Pengkajian perilaku merupakan dasar yang paling penting dalam perencanaan keperawatan
pada lansia. Perubahan perilaku merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik danmental. Jika mungkin, pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah. Hal ini
menjadi modal pada faktor lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada lansia.
Pengkajian tingkah laku termasuk kedalam mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya,
durasi, dan faktor presipitasi atau triggers. Ketika terjadi perubahan perilaku, ini sangat pentinguntuk dianalisis.
g. Kemampuan fungsional
Pengkajian fungsional pada pasien lansia bukan batasan indokator dalam kesehatan jiwa.Dibawah ini merupakan aspek-aspek dalam pengkajian fungsional yang memiliki dampak kuat
pada status jiwa dan emosi.
h. Mobilisasi
Pergerakan dan kebebasan sangat penting untuk persepsi kesehatan pribadi lansia. Halyang harus dikaji adalah kemampuan lansia untuk berpindah di lingkungan, partisipasi dalam
aktifitas penting, dan mamalihara hubungan dengan orang lain. Dalam mengkaji ambulasi ,
perawat harus mengidentifikasi adanya kehilangan fungsi motorik, adaptasi yang dilakukan, sertajumlah dan tipe pertolongan yang dibutuhkan. Kemampuan fungsi
i. Activities of Daily Living
Pengkajian kebutuhan perawatan diri sehari-hari (ADL) sangat penting dalam menentukan
kemampuan pasien untuk bebas. ADL ( mandi, berpakaian, makan, hubungan seksual, dan
aktifitas toilet) merupakan tugas dasar. Hal ini sangat penting dalam untuk membantu pasienuntuk mandiri sebagaimana penampilan pasien dalam menjalankan ADL.
j. The Katz Indeks
Angka Katz indeks dependen dibandingkan dengan independen untuk setiap ADL sepertimandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat , dan makan. Salah satu keuntungan dari alat ini
adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi ADL setiap waktu, yang diakhiri evaluasi
dan aktivitas rehabilisasi.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
10/34
k. Fungsi Fisiologis
Pengkajian kesehatan fisik sangat penting pada pasien lansia karena interaksi dari beberapa
kondisi kronis, adanya deficit sensori, dan frekuensi tingkah laku dalam masalah kesehatan jiwa.Prosedur diagnostic yang dilakukan diantaranya EEG, lumbal; funksi, nilai kimia darah, CT Scan
dan MRI. Selain itu, nutrisi dan pengobatan medis juga harus dikaji.
l. NutrisiBeberapa pasien lansia membutuhkan bantuan untuk makan atau rencana nutrisi diet.
Pasien lansia yang memiliki masalah psikososial memiliki kebutuhan pertolongan dalam makan
dan monitor makan. Perawat harus secara rutin mengevaluasi kebutuhan diet pasien. Pengkajian
nutrisi harus dikaji lebih dalam secara perseorangan termasuk pola makan rutin, waktu dalamsehari untuk makan, ukuran porsi, makanan kesukaan dan yang tidak disukai.
m. Pengobatan Medis
Empat faktor lansia yang beresiko untuk keracunan obat dan harus dikaji yaitu usia,
polifarmasi, komplikasi pengobatan, komorbiditas.n. Penyalahgunaan Bahan-bahan Berbahaya
Seorang lansia yang memiliki sejarah penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya
beresiko mengalami peningkatan kecemasan dan gangguan kesehatan lainnya apabila mengalamikehilangan dan perubahan peran yang signifikan. Penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya
lainnya oleh seseorang akan menyebabkan jarak dari rasa sakit seperti kehilangan dan kesepian.
o. Dukungan SosialDukungan positif sangat penting untuk memelihara perasaan sejahtera sepanjang
kehidupan, khususnya untuk pasien lansia. Latar belakang budaya pasien merupakan faktor yang
sangat penting dalam mengidentifikasi support system. Perawat harus mengkaji dukungan sosial
pasien yang ada di lingkungan rumah, rumah sakit, atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya.Keluarga dan teman dapat membantu dalam mengurangi shock dan stres di rumah sakit.
p. Interaksi Pasien- Keluarga
Peningkatan harapan hidup, penurunan angka kelahiran, dan tingginya harapan hidup untuksemua wanita yang berakibat pada kemampuan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemberian
perawatan dan dukungan kepada lansia. Kebanyakan lansia memiliki waktu yang terbatas untuk
berhubungan dengn anaknya. Masalah perilaku pada lansia kemungkinan hasil dari
ketiakmampuan keluarga untuk menerima kehilangan dan peningkatan kemandirian padaanggota keluarga yang sudah dewasa.
4.2. Diagnosa
Diagnosa yang di gunakan ialah diagnose tunggal.4.3. Perencanaan dan intervensi
Hasil yang diharapkan berhubungan dengan perawatan lansia harus relistik berdasarkan
perubahan yang potensial. Contohnya tujuan yang ingin dicapai pada pasien dengan depresi yang
bermasalah dalam personal hygiene : Pasien dapat mandi, berpakaian, dan menyikat gigi secara
mandiri
4.3.1.Theurapheutic Milleu
Stimulasi kognitif
Aktivitas yang dilakukan harus direncanakan untuk menjaga atau meningkatkankemampuan kognitif pasien. Diskusi kelompok dapat membantu pasien fokus pada topik.
Meningkatkan rasa aman dan nyaman
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
11/34
Lansia sering melakukan yang terbaik pada situasi yang direncanakan untuk perawatan
mereka. Setting jiwa lansia harus dirancang dengan warna yang lembut. Jika ada musik harus
yang menenangkan dan disukai oleh lansia. Cahaya yang menyilaukan harus dihindari. Bagilansia yang tidak tinggal dirumah mereka barang-barang seperti foto-foto keluarga, objek
religius, afghan, atau benda-benda yang menenangkan. Kemananan harus dipertimbangkan
karena lansia sering terjatuh, lantai tidak boleh licin dan tidak ada rintangan. Consisten physical layout
Perubahan ruangan harus dihindari, barang-barang yang ada harus tetap, hal ini membantu
lansia yang disorientasi dan menjaga keselamatan lansia.
Structured routine
Jadwal sehari-hari harus direncanakan dengan pasti. Waktu tidur, waktu bangun, tidursiang dan waktu makan tidak boleh berubah-ubah.
Fokus pada kelebihan dan kemampuanSebagain besar lansia memiliki prestasi pada masa lalunya. Jika lansia tidak mampu
berkomunikasi, anggota keluarga dapat memberikan informasi mengenai kehidupan mereka danmemberi kegiatan yang dsukai lansia.
Minimize disruptive behaviorMemahami perilaku pasien dapat mengurangi agitasi dan krisis perilaku.
Minimal demand for compliant behaviorLansia yang mengalami kerusakan kognitif sering menentang permintaan dari orang lain.
Mereka tidak mengerti apa yang ditanyakan pada mereka atau mereka menjadi takut pada
perubahan aktivitas yang tidak dapat diprediksi.
4.3.2.Terapi somatic
Terapi elektro konfulsif
Terapi ini efektif untuk intevensi pada lansia yang mengalami depresi. Kontraindikasi pada lansia
yang memiliki lesi intracranial dengan peningkatan tekanan intracranial, aritmia, dan infark miokard lebih
dari 3 bulan.
Pengobatan psikotropika
Obat pada lansia harus hati-hati, karena obat dapat berpengaruh pada perilaku lansia dan system
saraf pusat.
4.4. Evaluasi
Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan
pada saat melakukan evaluasi dalam proses keperawatan, yaitu:
Kondisi perawat :
Supervisi, analisis diri, peer review, partisipasi pasien dan keluarga
Perilaku perawat ;
Membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan, mereview proses keperawatan, memodifikasi
proses keperawatan sesuai yang dibutuhkan, berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktifitas yang
dilakukan.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
12/34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Perawat yang bekerja dengan lansia yang memiliki gangguan kejiwaan harusmenggabungkan keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan fisiologis, proses
penuaan yang normal, dan sosiokultural pada lansia dan keluarganya. Sebagai pemberipelayanan perawatan primer, perawat jiwa lansia harus pandai dalam mengkaji kognitif, afektif,
fungsional, fisik, dan status perilaku. Perencanaan dan intervensi keperawatan mungkin
diberikan kepada pasien dan keluarganya atau pemberi pelayanan lain.
Perawat jiwa lansia mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untukmengidentifikasi aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien. Perawat jiwa lansia
harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan psikiatrik pada lansia. Mereka dapat
memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi, remotivasi, kehilangan dan kelompoksosialisasi dimana perawat dengan tingkat ahli dapat memberikan psikoterapi.
5.2 Saran
5.2.1 Diharapkan mahasiswa benar-benar mampu memahami tentang asuhan keperawatan kehilangan
disfungsional5.2.2 Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan
kehilangan
DAFTAR PUSTAKA
tuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition. United State of America : Mosby.
arpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC, Jakarta, 2000.
ugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
eeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.
Diposkan olehsatria dwi priangga di05:57
MASALAH MENTAL DAN PSIKIATRI PADA LANSIA
DISUSUN OLEH :
http://www.blogger.com/profile/00979703570146098558http://www.blogger.com/profile/00979703570146098558http://www.blogger.com/profile/00979703570146098558http://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-gangguan-jiwa-pada.htmlhttp://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-gangguan-jiwa-pada.htmlhttp://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-gangguan-jiwa-pada.htmlhttp://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-gangguan-jiwa-pada.htmlhttp://www.blogger.com/profile/00979703570146098558 -
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
13/34
RENY MADURATRI
NIM. 07.40.085
PEMBIMBING : ERFANDY
MASALAH MENTAL DAN PSIKIATRI PADA LANSIA
Pendahuluan
Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan,diagnosisi,dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia .Saat ini
disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri,analog dengan psikiatri
anak(Brocklehurst,Allen,1987).Diagnosisi dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengetahuan khusus,karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis,patogenesis dan patofisiologi
gangguan mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg,1995; Kolb-
Brodie,1982).Faktor penyulit pada pasien lanjut usi juga perlu dipertimbangkan,antara lain sering adanya
penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta,pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan
kerentanan terhadap gangguan kognitif ( Weinberg,1995;Gunadi,1984).
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (lihat tulisan mengenai demografi di bagian lain
buku ini),perlu mulai dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatri di rumah sakit yang cukup besar
.Bangsal akut,kronis dan day hospital,merupakan tiga layanan yang mungkin harus sudah,merupakan tiga
layanan yang mungkin harus sudah mulai difikirkan ( Brocklehurst,Allen,1987).Tentang bagaimana
kerjasama antara bidang psikogeriatri dan geriatri dapat dilihat pada bab mengenai pelayanan kesehatan
pada usia lanjut.
Pemeriksaan Psikiatrik pada usia lanjut
Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada penderita usi lanjut harus mengikuti
format yang sama dengan yang berlaku pada dewasa muda .Karena tingginya prevalensi gangguan kognitif
pada usi lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan apakah penderita mengerti sifat dan tujuan
pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan kognitif,riwayat pra-morbid dan riwayat sakit harus
didapatkan dari anggota keluarga atau mereka yang merawatnya.Namun,penderita juga tetap harus
diperiksa tersendiri(walaupun terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk mempertahankan privasi
hubungan dokter dan penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari
penderita yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang perawat (Kaplan
et al 1997;Hamilton,1985).
Riwayat psikiatrik
Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik lengkap termasuk identifikasi awal
(nama,usia,jenis kelamin,status perkawinan),keluhan utama,riwayat penyakit sekarang ,riwayat penyakit
dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita ),riwayat pribadi dan riwayat keluarga.Pemakainan
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
14/34
obat (termasuk obat yang dibeli bebas).yang sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk
diketahui.
Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia) sering memiliki keluhan subyektif
adanya gangguan daya ingat yang ringan,seperti tidak dapat mengingat kembali nama orang atau keliru
meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang berhubungan dengan usia tersebut perlu dibedakan
dengan adanya kecemasan pada saat dilakukanpemeriksaan/wawancara
(Weinberg,1995;Hamilton,1985).Riwayat medis penderita harus meliputi semua penyakit berat ,terutama
gangguan kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri kepala ,masalah penglihatan dan kehilangan
pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan pemakaian zat yang lama perlu diketahui karena bisa
menyebabkan kelainan saat ini (Kolb-Brodie,1982;Kaplan et al,1997;Dir Kes Wa,1982).
Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan adaptasi terhadap
ketuaan mereka.Jika mungkin informasi tentang kematian orang tua,riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus merawat penderita,apakah penderita
mempunyai anak.Bagaimana karakteristik hubungan orangtua-anak.Riwayat sosial ekonomi dipakai untukmenilai peran ekonomi dalam mengelola pemyakit penderita dalam membuat anjuran terapi yang realistik
(Gunadi,1982;Kaplan et al,1997)
Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup dan karakteristik hubungan.Jika
penderita adalah janda atau duda,harus digali bagaimana rasa duka citanya dulu saat ditinggal mati oleh
pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu tahun terakhir,penderita dalam keadaan
resiko tinggi mengalami peristiwa fisik atau psikologik yang merugikan (Dir Kes Wa,1982).
Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi libido,mastrubasi,hubungan gelap diluar
perkawinan dan gejala disfungsi seksual (Dir Kes Wa,!982).
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita berfikir(proses pikir),merasakan dan bertingkah
laku selama pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah termasuk penampilan ,aktivitas
psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara.
Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh membungkuk,gerakan jari seperti
memilin pil,tremor dan asimetris tubuh perlu dicatat (Kaplan et al,19917).Banyak penderita depresi
mungkin lambat dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti topeng terdapat pada penderita penyakit
parkison (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).
Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin tertekan.Keluar air mata dan menangis
ditemukan pada gangguan depresi dan gangguan kognitif,terutama si penderita merasa frustasi karena
tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (Weinberg,1995;Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).Adanya
alat bantu dengar atau indikasi lain bahwa penderita menderita gangguan pendengaran,misalnya selalu
minta pertanyaan diulang,harus dicatat (Gunadi,1984).
Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan dan tak berterima kasih dapat memberi
petunjuk tentang kemungkinan adanya reaksi transferensi.Penderita lanjut usia dapat bereaksi pada dokter
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
15/34
muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang lebih tua ,tidak peduli terhadap adanya perbedaan usia
(Weinberg,1995;Laitman,1990)
Penilaian fungsi. Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk mempertahankan
kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.Aktvitas tersebut adalah termasuk
ke toilet,menyiapkan makanan,berpakaian ,berdandan dan makan.Derajat kemampuan fungsional dari
perilaku sehari-hari adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi selanjutnya
(Weinberg,1995;Laitman,1990).
Mood,perasaan dan afek.Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada
golongan usia lanjut.Oleh karenanya pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita lanjut usi sangat
penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya adalah gejala depresi.Kesepian
merupakan alasan yang paling sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri .Depresi
merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri (Weinberg,1995;Kolb-Brodie,1982;Gunadi,1984;
Gangguan persepsi . Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh
penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan
terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologo
fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti
(Halmiton,1985).
Fungsi visuospasial.Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan lanjutnya usia.Meminta
penderita untuk mencotoh gambar atau menggambar mungkin membantu dalam penilaian.Pemeriksaan
neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi visuospasial sangat terganggu (Kaplan et al,
1997;Hamilton,1985).
Proses berpikir. Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-gado
kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of ideas,dan retardasi.Hilangnya kemampuan
untuk dapat mengerti pikiran abstrak mungkin tanda awal dementia..
Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi somatik,kompulsi atau waham.Gagasan tentang bunuh
diri atau pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus menentukan apakah terdapat waham dan bagaimana
waham tersebut mempengaruhi kehidupan penderita.Waham mungkin merupakan alasan untuk
dirawat.Pasien yang sulit mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan sebagai paranoid atau
pencuriga(Weinberg,1995;Kaplan et al,1997;Hamilton,1985;Laitman,!990).
Sensorium dan kognisi. Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu,sedangkan kognisi
mempermasalahkan inrformasi dan intelektual (Weinberg,1995;Hamilton,1985).
Kesadaran.Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran ,adanya
fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak letargik.Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan
somnolen atau stupor (Kaplan et al,1997;Hamilton,1995)
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
16/34
Orientasi.Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang berhubungan dengan gangguan
kognisi.Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,gangguan kecemasan,gangguan
buatan,gangguan konversi dan gangguan kepribadian,terutama selam periode stres fisik atau lingkungan
yang tidak mendukung (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).Pemeriksa harus menguji orientasi terhadap
tempat dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap orang mungkin dinilai
dengan dua cara :apakah penderita,mengenali namnya sendiri,dan apakah juga mengenali perawat dan
dokter.Orientasi waktu diuji dengan menanyakan tanggal,tahun,bulan dan hari.
Daya ingat.Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek dan segera.Tes yang diberikan
pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk mengulangi maju
mundur .Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya dapat mengingat enam angka maju dan
lima angka mundur .Daya ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir,nama
dan hari ulang tahun anak-anak penderita.Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan beberapa cara
,misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan meminta penderita mengingat kembali
benda tersebut akhir wawancara.Atau dengan memberikan cerita singkat pada penderita dan penderita
diminta untuk mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi (Hamilton,1985).
Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan.Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk
menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual.Menghitung dapat diujikan dengan meminta penderita
untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai
angka 2..Pemeriksa mencatat respons sebagai dasar untuk penguji selanjutnya.Pemeriksa juga dapat
meminta penderita intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan mencatat waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pemeriksaan tersebut (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).
Membaca dan menulis.Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca menulis dan menetukan
apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus.Pemeriksaan dapat meminta penderita membaca kisah
singkat dengan suara keras atau menulis kalimat sederhana untuk menguji gangguan membaca atau
menulis pada penderita .Apakah menulis dengan tangan kiri atau kanan juga perlu dicatat(Hamilton,1985).
Beberapa masalah di bidang psikogeriatris
Kesepian
Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup
atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami penurunan status
kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik,terutama gangguan pendengaran (Brocklehurst-Allen,1987)
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang hidup sendiri tidak
mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi dilain pihak terhadap lansia yang
walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup banyak ,mengalami kesepian.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
17/34
Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa bertindak
menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita,disamping memberikan
bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal
tersebut.
Depresi
Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater
Amerika,diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini (Van der Cammen,1991)
Tabel 1.Kriteria DSM-III R*(!987) untuk diagnosis depresi
1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari
2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau
hampir semua aktivitas.
3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata
4. Isomnia atau justru hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.
7. Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi)
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan
bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan
bunuh diri
Ditambah lagi
- Takdapat duibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik
- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya(Komplikasi duka-cita)
- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 minggu
tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata(misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau
setelah perasaan hati menjadi lebih baik).
- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia,gangguan skizofreniform,gangguan delusional atau
psikotik.
Tabel 2.Prognosis depresi pada usi lanjut
Prognosis baik
Prognosis buruk
Usia < 70 tahun
Riwayat keluarga adanya penderita depresi atau manik
Riwayat pernah depresi berat (sembuh sempurna)
sebelum usia 5 tahun
Kepribadian ekstrovert dan tempramen yang datar
(Tak berubah-ubah)
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
18/34
Usia>70 tahun dengan wajah tua
Terdapat penyakit fisik serius + disabilitas
Riwayat depresi terus menerus selama 2 tahun
Terbukti adanya kerusakan otak,misal gejala neurologik dadanya dementia
Diagnosis
Anamnesis merupakan hal yang sngat penting dalam diagnosis depresi dan harus diarahkan pada pencarian
terjadinya berbagai perubahan dari fungsi terdahulu dan terdapatnya 5 atau lebih gejala depresi mayor
seperti disebutkan pada defenisi depresi di atas.Aloanamnesis dengan keluarga atau informan lain bisa
sangat membantu.
Gejala depresi pada usi lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari aktifitas sosial,gangguan
memori,perhatian serta memburuknya kognitif secara nyata.Tanda disfori atau sedih yang jelas seringkali
tidak terdapat .Seringkali sukar untuk mengorek adanya penurunan perhatian dari hal-hal yang sebelumnya
disukai,penurunan nafsu makan,aktivitas atau sukar tidur.
Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena hal-hal berikut :
Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran depresi,antara lain mudah lelah dan
penurunan berat badan.
Golongan lanjut usia sering kali menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukan bahwa dia lebih aktif.
Kecemasan,obsesionalitas,histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi justru sering
menutupi depresinya.Penderita dengan hipokondria,misalnya justru sering dimasukkan ke bangsal Penyakit
Dalam atau Bedah (misalnya karena diperlukan penelitian untuk konstipasi dan lain sebagainya)
Masalah sosial yang juga di derita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit.
Mengingat hal-hal tersebut diatas,maka dalam setiap asesmen geriatri seringkali disertakan form
pemeriksaan untuk depresi,yang seringkali berupa skala depresi geriatrik (GDS) atau skala penilian
(depresi)Hamilton (Hamilton Rating Scale=HRS).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik,penatalaksanaan dan pencegahan sosial dan
penatalaksanaan farmakologik.Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita menunjukan gejala (Van
der Cammen,1991).
Masalah diagnostik yang serius
Risiko bunuh diri tinggi
Pengabaian diri (self neglect)yang serius
agitasi,delusi atau halusinasi berat
tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang diberikan
Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
19/34
Diantara obat-obat depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan dan gejala yang diderita.Untuk
penderita yang secara fisik aktif,sebaiknya tidak diberikan obat yang memberikan efek sedatif,sebaliknya
penderita yang agiant golongan obat tersebut mungkin diperlukan
Tabel 3.Berbagai pilihan obat antidepresan
Antidepresan trisiklik
Yang bersifat sedatif : Amitriptilin
Dotipin
Sedikit bersifat sedatif : Imipramin
Nortriptilin
Protriptilin
Antidepresan yang lebih baru
Bersifat sedatif : Trasodon
Mianserin
Kurang sedatif : Maprotilin
Lofepramin
Flukfosamin
Dari Van der Cammen,1991
Walaupun obat golongan litium mungkin bisa memberikan efek,terutama penderita dengan depresi
manik,obat ini sebaiknya hanya diberikan setelah berkonsultasi pada psikiater.Obat juga harus diberikan
dengan dosis awal rendah dan berhati-hati bila terdapat penurunan fungsi ginjal.
Gangguan cemas
Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu fobia,gangguan panik,gangguan cemas
umum,gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif.Puncak Insidensi antara usi 20-40
tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa muda.Pada usia lanjut seringkali
gangguan cemas ini merupakan kelanjutan dari dewasa muda.Awitan yang terjadi pada usia lanjut biasanya
berhubungan/sekunder akibat depresi,penyakit medis,efek samping obat atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat (Reuben et al,1996).
Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada usia dewasa muda,oleh karenanya
tidak akan disinggung lebih mendalam.
Psikologis pada usia lanjut
Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai kelanjutan keadaan pada dewasa muda
atau yang timbul pada usia lanjut.Pada dasarnya jenis dan Penatalaksanaanya hampir tidak berbeda dengan
yang terdapat pada populasi dewasa muda.Walaupun beberapa jenis khusus akan disinggung sedikit berikut
ini.
Parafrenia.Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada lanjut usia yang ditandai dengan
waham (Biasanya waham curiga dan menuduh),sering penderita merasa tetangga mencuri barang-
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
20/34
barangnya atau tetangga berniat membunuhnya (Brocklehurst-Allen,1987).Biasanya terjadi pada individu
yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan sosial.Apabila waham tersebut menimbulkan keributan antar
tetangga atau bahkan skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin sering bisa menenangkan
(Brocklehurst-Allen,1987).
Sindroma Diogenes.Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia menunjukkan penampakan perilaku
yang sangat terganggu .Rumah atau kamar sangat kotor,bercak dan bau urin dan feses dimana-
mana(karena sering penderita terlihat bermain-main dengan feses/urin).Tikus berkeliaran dan sebagainya
.Penderita menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (nyusuh).
Individu lanjut usi yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ yang tinggi,50% kasus
intelektualnya normal (Brocklehurs-Allen,1987).Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di
institusi.Upaya untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan gagal,karena
setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.
Kesimpulan
Bahwa pelayanan geriatri di Indonesia sudah saatnya diupayakan diseluruh jenjang pelayanan kesehatan di
Indonesia.Untuk itu pengetahuan mengenai geriatri harus sudah merupakan pengetahuan yang diajarkan
pada semua tenaga kesehatan.Dalam hal ini pengetahuan mengenai psikogeriatri atau kesehatan jiwa pada
usia lanjut merupakan salah satu diantara berbagai pengetahuan yang perlu diketahui .Tatacara
pemeriksaan dasar psikogeriatri oleh karena itu sering disertakan dalam pemeriksaan/asesmen
geriatri,antara lain mengenai pemeriksaan gangguan mental.Kognitif,depresi dan beberapa pemeriksaan
lain.
Daftar pustaka
1.American psychiatric Association.Diagnostic and statistical manual of mental disorder,3rd
edits,revised.Washington DC,1987.
2.Brocklehurs JC and Allen SC (1987).Sociological and psychological gerontology.In Brocklehurs JC and Allen
SC (eds).Geriatric Medicine for students,3rd eds.Churchill Livingstone.
3.Brocklehurs JC and Allen SC.Care of the dying.In Brocklehurst JC anf Allen SC (eds).Geriatric Medicine for
students,Churchill Livingstone.
4.Direktorat Kesehatan Jiwa.Pedoman Pengelolaan Jiwa dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia.Dep Kes
RI,1982
5.Gunadi H.Problematik usia lanjut ditinjau dari sudut kesehatan jiwa .Jiwa XVII (4): 89-97,1984
6.Hamilton M.Fishs clinical psychophysiology.Wright,bristol,1985
7.Hadi Martono.Socio cultural factors influencing the development of depression in elderly patients admited
to the acute geriatric wards in Indonesia.Word Congress of Gerontology,Adelaide,1997.
8.Kaplan HI,Sadock BJ and Greb.Geriatri.Sinpsi Psikiatri vol 1/7.Alih bahasa :Wijaya Kusuma,Bina Rupa
Aksara,Jakarta,867-881,1997.
9.Kolb LC,Brodie HK,Modern clinical psychiatry.WB Saunders Co.Philadelphia,1982
10.Laitman LR Paraphrenias and other psychoses.In Geriatric Medicine and Gerontology,2nd eds.McGraw Hill
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
21/34
New York,1019-1024,1990
11.Reuben DB,Yoshikawa TT and Besdine RW.Geriatric psychiatry.In Reuben DB,Yoshikawa TT and Besdine
RW (eds) .Geriatric Review Syllabus,Kendall-Hunt Publishing Coy,Debuque,Iowa,1996
12.Van der Cammen TJM,Rai TGS and Exton-Smith AN (eds).Manual of Geriatric Medicine.Chuchill
Livingstone,Edinburgh,1991
13.Weinberg J.Genatric psychiatry.In Freedman AN,Kaplan HI anf Sadock RJ (eds).Comprehensive Textbook
of Psychiatry,6th eds.The William-Wilkins Co.,2507-1527,1995
MASALAH MENTAL DAN PSIKIATRI PADA LANSIA By.RENY MADURATRI.doc
2011
|0 komentar
Proses menua yg dialami oleh lansia menyebabkan mrk malami berbagai mcm perasaan spt sedih, cemas
kesepian dan mudah tersinggung. Perasaan tsb mrpk mslh kes jiwa yg tjd pd lansia
Ada bbrp factor risiko yg mdukung tjdnya mslh kes jiwa pd lansia. Faktor2 resiko tsb adl ;
Kesehatan fisik yg mburuk
Perpisahan dg pasangan
Perumahan dan transportasi yg tdk memadai
Sumber financial kurang
Dukungan social kurang
Gangguan psikiatri yg srg tjd pd lansia ; sindroma otak organic, skizofrenia, ketergantungan obat, mkn
btahan sejak masa muda. Hampir semua gangguan jiwa pd masa muda dpt btahan sampai atau timbul lg
pd mada tua. Nerosa bs berupa nerosa cemas dan depresi. Gangguan psikosomatik dpt jg blangsung
sampai masa tua, ttp bbrp mjd lebih baik atau hilang sdr.
Penyakit fisik berupa DM, hipertensi dan glaucoma dpt diperhebat o/ depresi. Insomnia, anoreksia, dan
konstipasi srg didapati dan tdk jarang gejala ini bd depresi.
Pengobatan bagi usila dg gangguan jiwa mempunyai tujuan umum sbb ;
1. Mengurangi penderitaan pasien agar keluhanya mjd minimal
2. Mpbaiki prilakunya dan mengurangi pselisihan antar-manusia agar keluhan lingkungan mengenai
perlakunya mjd minimal
3. Mptinggi kmampuan mcr dan mptahank teman dr kedua sex dan mnunjukan perilaku sexual yg dpt
dterima oleh masyarakat
4. Mengembalikan klien ke suatu pekerjaan atau kesibukan dalm batas2 sumber dayanya dan ssi
intelegensinya, ketr dan peranan social yg biasa dlkk
http://stikeskabmalang.files.wordpress.com/2009/09/masalah-mental-dan-psikiatri-pada-lansia-by-reny-maduratri.dochttp://stikeskabmalang.files.wordpress.com/2009/09/masalah-mental-dan-psikiatri-pada-lansia-by-reny-maduratri.dochttp://ntennurse.blogspot.com/2011/10/askep-jiwa-pada-lansia.html#comment-formhttp://ntennurse.blogspot.com/2011/10/askep-jiwa-pada-lansia.html#comment-formhttp://ntennurse.blogspot.com/2011/10/askep-jiwa-pada-lansia.html#comment-formhttp://ntennurse.blogspot.com/2011/10/askep-jiwa-pada-lansia.html#comment-formhttp://stikeskabmalang.files.wordpress.com/2009/09/masalah-mental-dan-psikiatri-pada-lansia-by-reny-maduratri.doc -
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
22/34
5. Mbangkitk keinginan btindak atau berbuat sesuatu agar ia produktif dan kreatif scr optimal
Proses keperawatan
1. Pengkajian
Tujuan ; untuk menentukan kemampuan klien dalam memlihara diri sdr, melengkapi data dasar untuk
mbuat rencana keperawatan, serta mberi wkt pd klien untuk bkomunikasi.
Pengkajian meliputi aspek fisik, psikis, social dan spiritual.
2. Diagnosa kep
Lansia biasanya cendrung mengalami ketidakseimbangan emosi seperti ; marah, cemas, kehilangan,
depresi, sedih, kecewa, dll. Diagnosa ;
Gangguan penyesuaian
Ansietas
Hambatan komunikasi verbal
Konfusi akut Ketidakefektifan koping
Ketakutan
Kerusakan memori
Ketidakberdayaan
Hambatan interaksi social
Gangguan konsep diri
Anger
Berduka
dll
3. Intervensi
Kecemasan
a. Gejala cemas yg dialami o/ lansia ;
Perasaan khawatir / takut yg tdk rasional akan kejadian yg akan tjd
Sulit tidur sepanjang malam
Rasa tegang dan cepat marah
Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir thdp penyakit yg berat ; hipertensi,
kanker, yang sebenarnya tidak dialaminya
Sering mbayangk hal2 yg menakutkan
Rasa panic thdp masalah yg ringan
Bicara sembarangan
Menolak ikut serta dlm tind kep
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
23/34
Menolak makan minum
Mengacauj peralatan pengobatan
b. Tidakan u mengatasi kecemasan pd lansia ;
Cobalah u mdapatk dukungan klg dg rasa kasih sayang
Bicaralah ttg rasa khawatir lansia dan cobalah untuk mcari penyebab yg mdasar (dg memandang lansia
scr holistic)
Cobalah u mengalihk penyebab dan berikan rasa aman dg penuh empati
Bila penyebabnya tidak jelas dan mdasar, berikan alasan2 yg dpt dterima olehnya
Konsultasikan dg dokter bila penyebabnya tdk bs dit3k atau bila telah dcoba dg berbagai cara tetappi
gejala menetap
Depresi
a. Gejala 2 adalah ;
v Sering mengalami ggn tidurv Sering kelelahan, lemas dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari2
v Kebersihan dan kerapian diabaikan
v Mudah marah dan tersinggung
v Daya konsentrasi berkurang
v Pembicaraan ; srg bganti topic yg mengarah ke pesimis,putus asa dan bunuh diri.
v Berkurang / hilangnya nafsu makan
b. Intervensi
Disesuaikan dg masalah kep yg timbul
4. Evaluasi
a. Klien dapat menyesuaikan diri dg keadaan skr ( proses menua)
b. Bisa beradaptasi dg masalah yg ada
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA
DENGAN DEMENSIA
A. Mengkaji pasien lansia dengan demensia
Demensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran.
Demensia aatu kepikunan seringkali dianggap wajar tjd pd lansia krn mrpk bagian dr proses penuaan
yang normal.Faktor ketidaktahuan, baik dr pihak klg, masy, maupun pihak tenaga kes mengenai tanda
dan gejala demensia, dapat menyebabk demensi sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
24/34
Seiring dg meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, masalah ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yg
benar ttg penyakit ini ptg dimiliki agar penyakit demensia dpt dideteksi dan ditangani sedini mkn.
Dimensia ditandai dengan ;
Sukar melaksanak tugas sehari2
Pelupa
Sering mengulang kata2
Tidak mengenal waktu, ruang dan tempat ; lupa minum obat
Cepat marah dan sulit diatur
Daya ingat hilang
Sulit belajar dan mengingat informasi baru
Kurang konsentrasi
Kurang kebersihan diri
10. Resiko sidera ; jatuh
Tremor
Kurang koordinasi gerak
B. Membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia
Untuk mlkk pengkajian pada lansia denga dimensia, pertama2 saudara harus membina hubungan saling
percaya dengan melakukan hal2 sbb brk ;
a. Selalu mengucapkan salam kpd pasien spt; Assalammualikum
b. Perkenalkan nama saudara dan nama panggilan termasu menyampaikan bahwa saudara adl perawat
yang akan merawat pasien
c. Tanyakan pula nama pasien dan panggilan kesukaanya
d. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktv yg akan dilakukan
e. Jelask pula kapan aktv akan dlaksanakan dan brp lama aktv tsb
f. Bersikap empati
g. Gunakn kalimat yg singkat, jelas, sedrhana dan mudah dimengerti ( hindari istilah yg tdk umum)
h. Bicara lambt, ucapkan kata dan kalimat dg jelas dan jk mberik pertanyaan beri waktu kpd pasien u
memikirkan jawabanya
i. Tanya 1 pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dg kata2 yang sama
j. Volume suara ditingkatk dengan nada rendah jk ada ganggua pendengaran
k. Komunikasi verbal disertai dg nonverbal yang baik
l. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahank kontak mata, relaks dan terbuka
m. Ciptakan lingkungan yg teraupetik pd saat berkomunikasi dg pasien ; tidak berisik / rebut, ruang
nyaman, cahaya dan ventilasi cukup, jarak disesuaikan, untuk meminimalkan gangguan
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
25/34
Untuk mengkaji pasie lansia, dpt mgunakan tehnik mengobservasi perilaku pasien dan wawancara
langsung dengan pasiendan keluarganya. Observasi dapat disesuiak dg tanda dan gejala yang sudah
djelask sebelumnya.
Aspek psikososial yg perl dikaji adl ; apakah pasien mengalami kebingungan, kecemsan, menunjukan afek
yg albil/datar/tdk ssi.
Contoh pendokumentasian hsil pengkajian ;
Data :
Pasien sering mengulang pbicaraan, kadang thenti sejenak, tampak bingung, tdk mengenal wkt, orang
dan tempat, Tdk dpt mengingat kejadian masa lalu dan saat ini, kurang konsentrasi dlm pbicaraan, tdk
dpt bhitung, tdk dpt mlkk aktv sehari2, rentan tdpt kecelakaan dan kurang koordinasi gerak
Berdaasarkan tanda dan gejala yg ditemukan pd saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa kep
1. Gangguan proses pikir ; pikun
2. Resiko cidera ; jatuh
C. Tindakan keperawatan
1. Tindakan kep pasien lansia dimensia dg gangguan proses pikir; pikun / pelupa
a) Tindakan kep pd px
Tujuan :
b Pasien mengenal wkt, tempat dan org
c Psien dpt mlkk aktv sehari2 scr optimal
Tindakan :
a. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya missal ; pakaian, kacamata, dll
b. Beri kesempatan bg px untk mengenal wkt dengan mgunakan jam besar, kalender yg mempunyai
lembar perhari denga tulisan besar
c. Beri kesempatan pd pasien u msebutkan namanya dan anggota klg tdekat
d. Beri kesempatan bg px untk mkenal dmana dia berada
e. Berikan pujian jk pasien dpt mjawab dg benar
f. Obsv kemampuan pasien unk mlkk aktv sehari2
g. Berik kesempatan bg px unk memilih aktv yg dpt dlkk
h. Bantu px u mlkk kgt yg dipilihnya
i. Beri pujian jk px dpt mlkk kgt yg dipilihnya
j. Tanyak perasaa px jk mampu mlkk kgtnya
k. Bsama px mbuat jadwal kgt sehari2
b) Tindakan kep pd klg
Tujuan ;
a. Klg dpt mengorientasikan px wkt, tempat da org
b. Klg msedikan sarana yg dibutuhkan pasien unk mlkk orientasi realitas
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
26/34
c. Klg mbantu px dlm mlkk aktv sehari2
Tindakan kep ;
a. Diskusikan dg klg cara2 morientasik wkt, t4 dan org pd px
b. Anjurk klg u msediak jam besar dan kalender dg tulisan besar
c. Diskusik dg klg kmampuan yg pernah dimilki pasien
d. Bantu klg memilih kmampuan yg bs dlkk px saat ini
e. Anjurk klg u mbantu lansia mlkk kgt ssi kmampuan yg dimilikinya
f. Anjurk klg u memantau kgt sehari2 px ssi dg jadwal yg tlah dibuat
g. Anjrk klg u mberik pujian jk px mlkk kgt ssi dg jadwal kgt yg sdh dbuat
h. Apabila px mdapat obat2an, jelask pd klg ttg obat2 tsb mcakup ;
1) Prinsip lima benar minun obat
2) Pentingnya pgunaan obat pd lansia dg dimensia
3) Akbat bila obat tdk dgunak ssi program4) Efek samping obat dan hal2 u mhindari efek samping obat
5) Cra mdapatk obat atau berobat
D. Evaluasi
1. Pasien mampu msebutkan hari, tgl, dan tahun skr dg benar
2. Mampu menyebutkan nama org yg dikenal
3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasin berada saat ini
4. Mampu mlkk kgt harian ssi jadwal
5. Mampu mengungkapkan perasaanya stelah mlkk kgt
Berita: Mengenal gangguan jiwa pada lansia
Dipublikasikan oleh awan - Pada Wednesday, 04 November 2009
Ditulis Oleh Mugiono
Skizofrenia
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialamimanusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada
lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya.
Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)
(Dep.Kes.1992)
Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan timbulnya skizofrenia
pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada lansia bahwaterdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia
lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang memiliki
gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasi
yang berbeda dari gangguan afektif.
http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=categories&op=newindex&catid=1http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=categories&op=newindex&catid=1http://rehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=categories&op=newindex&catid=1 -
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
27/34
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran
sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosisehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham dan
sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupunorang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti
mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang ataulebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga. Dalam kasus
ini sangat perlu dilakukan pemeriksaan tinggkat kesadaran pasien (penderita), melalui
pemeriksaan psikiatrik maupun pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan
paranoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa kondisi tersebuttermasuk dalam kondisi psikosis fungsional dan sering juga digolongkan menjadi senile psikosis.
Parafrenia merupkan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut usia(lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap sebagai
kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain. Lebih
sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan
ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikahatau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulit
mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan
pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih rendah.
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
1).Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
2).Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)3).Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)
4).Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)
5).Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)
Pada umumya, gangguan skizof renia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid,
simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaantersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidak
menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadang-
kadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk
perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).
Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi
(afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektifini antara lain:
Gangguan Afektif tipe DepresifGangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
28/34
oleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh sebab
penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.
Gangguan ini paling banyak dijumpai pada usia pertengahan, pada umur 40 - 50 tahun dankondisinya makin buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia perttangahan tersebut prosentase
wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun keadaan menjadi seimbang.
Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksualmengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harusbegitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih memerlukan
tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu kesehatannya.
Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa
dirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan
menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe
neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dantersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality
testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali
orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
Gangguan Afektif tipe Manik
Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe
depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalamkeadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderung berlebihan
sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraan
menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadidari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien
menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia
menjadi sedih, murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.
Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk
mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampirseparuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi
adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasukitahap lanjut usia (lansia).
Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta
daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang
neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh :mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang
neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak
puas-puas untuk mandi.
Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:1).Neurosis cemas dan panik
2).Neurosis obsesif kompulsif
3).Neurosis fobik4).Neurosis histerik (konversi)
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
29/34
5).Gangguan somatoform
6).Hipokondriasis. Pasien dengan keadaan ini sering mengeluh bahwa dirinya sakit, serta tidak
dapat diobati. Keluhannya sering menyangkut alat tubuh seperti alat pencernaan, jantung danpembuluh darah, alat kemih/kelamin, dan lainnya. Pada lansia yang menderita hipokondriasis
penyakit yang menjadi keluhannya sering berganti-ganti, bila satu keluhannya diobati yang
mungkin segera hilang, ia mengeluh sakit yang lain. Kondisi ini jika dituruti terus maka ia akanterus-menerus minta diperiksa dokter; belum habis obat untuk penyakit yang satu sudah mintadiperiksa dokter untuk penyakit yang lain.
Gangguan disosiatif
Gangguan depersonalisasi Gangguan distimik
Gangguan stres pasca trauma.
Mengenal Gangguan Jiwa Pada Lansia
Sunday, January 15, 2012
Skizofrenia
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami
manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada
lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya.
Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)(Dep.Kes.1992)
Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan timbulnya skizofrenia
pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada lansia bahwaterdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia
lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang memiliki
gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasiyang berbeda dari gangguan afektif.
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran
sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosi
sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham dansebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun
orang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas sepertimendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang atau
lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga. Dalam kasusini sangat perlu dilakukan pemeriksaan tinggkat kesadaran pasien (penderita), melaluipemeriksaan psikiatrik maupun pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan
paranoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa kondisi tersebut
termasuk dalam kondisi psikosis fungsional dan sering juga digolongkan menjadisenile psikosis.
http://kti-akbid.blogspot.com/2012/01/mengenal-gangguan-jiwa-pada-lansia.htmlhttp://kti-akbid.blogspot.com/2012/01/mengenal-gangguan-jiwa-pada-lansia.htmlhttp://kti-akbid.blogspot.com/2012/01/mengenal-gangguan-jiwa-pada-lansia.html -
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
30/34
Parafrenia merupkan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut usia
(lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap sebagai
kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain. Lebihsering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan
ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikah
atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulitmengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguanpendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih rendah.
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)
Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)
Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)
Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)
Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)
Pada umumya, gangguan skizof renia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid,simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan
tersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidakmenyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadang-
kadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk
perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).
Gangguan Jiwa AfektifGangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi
(afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektifini antara lain:
Gangguan Afektif tipe DepresifGangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkanoleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh sebab
penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.
Gangguan ini paling banyak dijumpai pada usia pertengahan, pada umur 40 - 50 tahun dankondisinya makin buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia perttangahan tersebut prosentase
wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun keadaan menjadi seimbang.
Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksualmengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harus
begitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih memerlukan
tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu kesehatannya.
Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasadirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan
menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe
neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan
tersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (realitytesting ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali
orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
31/34
Gangguan Afektif tipe Manik
Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipedepresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalam
keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderung berlebihan
sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraanmenjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadidari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien
menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia
menjadi sedih, murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.
Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk
mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampirseparuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi
adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasukitahap lanjut usia (lansia).
Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta
daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang
neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh :mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang
neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak
puas-puas untuk mandi.Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
Neurosis cemas dan panik Neurosis obsesif kompulsif
Neurosis fobik
Neurosis histerik (konversi)
Gangguan somatoform
Hipokondriasis. Pasien dengan keadaan ini sering mengeluh bahwa dirinya sakit, serta
tidak dapat diobati. Keluhannya sering menyangkut alat tubuh seperti alat pencernaan,
jantung dan pembuluh darah, alat kemih/kelamin, dan lainnya. Pada lansia yangmenderita hipokondriasis penyakit yang menjadi keluhannya sering berganti-ganti, bila
satu keluhannya diobati yang mungkin segera hilang, ia mengeluh sakit yang lain.
Kondisi ini jika dituruti terus maka ia akan terus-menerus minta diperiksa dokter; belum
habis obat untuk penyakit yang satu sudah minta diperiksa dokter untuk penyakit yanglain.
Gangguan disosiatif
Gangguan depersonalisasi
Gangguan distimik
Gangguan stres pasca trauma.
-
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
32/34
Depresi Berat
Gangguan JiwaRingan- Berat
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorangsampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai
suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelahyang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas,
dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.
Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin
Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu
situasi sosial
Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan,paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV Text Revision (DSM IV-TR) (American
Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih)gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan
biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat
atau kemampuan menikmati sesuatu.
1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang
ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain
(misal: terlihat seperti ingin menangis).2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau
pengamatan orang lain)
3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat
badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya
dalam satu bulan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisamerupakan delusi) hampir setiap hari
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan,
hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul
pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang
spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri
http://jusmengkudunoni.com/tag/gangguan-jiwahttp://jusmengkudunoni.com/tag/gangguan-jiwahttp://jusmengkudunoni.com/tag/gangguan-jiwa -
7/22/2019 96380778-askep-jiwa-lansia
33/34
Gejala-gejala t