91198304 praktikum-3

24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN NON STERIL PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH Disusun oleh: Kelompok 2 (Selasa Siang) Rahadiansyah Wiguna D1E030508 Gamma Irma D1E030509 Indah Saraswati D1E030510 Nia Ismiyati D1E030512 Prima Setiawan D1E030514 M. Faisal Budiman D1E030525 Andri Adhitya D1E030532

Upload: yadis-nurlaura

Post on 21-Aug-2015

26 views

Category:

Health & Medicine


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 91198304 praktikum-3

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN

NON STERIL

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL DENGAN

METODE GRANULASI BASAH

Disusun oleh:

Kelompok 2 (Selasa Siang)

Rahadiansyah Wiguna D1E030508 Gamma Irma D1E030509 Indah Saraswati D1E030510 Nia Ismiyati D1E030512 Prima Setiawan D1E030514

M. Faisal Budiman D1E030525 Andri Adhitya D1E030532

LABORATORIUM FORMULASI NONSTERILJURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR2006

Page 2: 91198304 praktikum-3

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.

2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.

II. PRINSIP

1. Metode granulasi basah.

2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC):

Kekerasan tablet

Waktu hancur

Keseragaman bobot dan bentuk

Keseragaman ukuran

Friabilitas

Abrassion

Sifat alirans

Kadar air

III. FORMULA

Untuk 1 tablet dibuat 300 tabletNo. Bahan Jumlah per tablet1. Parasetamol 300 mg2. Amprotab 80 mg3. Laktosa 160 mg4. Cofein 25 mg5. CTM 1 mg6. Vit C 25 mg7. PVP ( jelly ) 4 % Q. S8. Starch rx 5 %9. Aerosil 1 %10. Mg Stearat 1 %11. Talkum 1 %12. Zat Warna Q,S

Page 3: 91198304 praktikum-3

IV. TEORI

Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling

utama untuk memperoleh efek sistemik, dan dari obat-obat yang diberikan

melalui mulut, maka sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi.

Tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam

peracikan obat karena terbukti sangat menguntungkan dari massanya yang

dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Selain itu, takarannya

tepat, dikemas dengan baik, praktis dalam transportasi dan

penyimpanannya, serta mudah ditelan. Bentuk tablet biasanya silinder,

kubus, cakram, telur, atau ada juga yang berbentuk peluru.

Bergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya,

tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,

ketebalan, daya hancur dan dalam aspek lainnya. Perbedaan ukuran dan

warna dari tablet dalam perdagangan memudahkan pengenalan tablet serta

bermanfaat sebagai tambahan perlindungan bagi kesehatan masyarakat.

Banyak keuntungan yang didapatkan dalam penggunaan tablet, yaitu

tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

terbaik untuk ketepatan ukuran, variabilitas kandungan yang paling rendah,

ongkos pembuatannya paling rendah, paling ringan dan paling kompak,

murah untuk dikemas serta dikirim, tidak memerlukan langkah tambahan

bila menggunakan permukaan pencetak bermonogram atau berhiasan

timbul, paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, merupakan bentuk sediaan oral yang paling banyak diproduksi

secara besar-besaran, memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan

stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Hal-hal yang menyebabkan tablet menjadi bentuk sediaan yang populer

seperti kekompakan, stabilitas kimia dan kemujarabannya, terutama

ditentukan oleh kualitas granulasinya. Pada dasarnya tiap bahan yang akan

Page 4: 91198304 praktikum-3

dibuat tablet harus memiliki 2 karakteristik, yaitu kemampuan mengalir dan

dapat dicetak.

Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat

pengembang, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah.

Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik.

Pengobatan lokal misalnya:

1.Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan untuk

antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal.

2.Lozenges, trochisi, digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan,

umumnya digunakan sebagai antiinfeksi.

Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang

ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti:

1.Tablet Bukal, digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi

dalam rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid; absorpsi terjadi

melalui mukosa mulut masuk peredaran darah.

2. Tablet Sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah,

biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut

masuk peredaran darah.

3.Tablet Implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan

secara implantasi dalam kulit badan. Sedangkan tablet Hipodermik

dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit.

Pembuatan Tablet

Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa:

1.Zat pengisi (diluent), dimasukkan untuk memperbesar volume tablet.

Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amilum Manihot, Calcii Phosphas,

Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok.

Page 5: 91198304 praktikum-3

2.Zat pengikat (binder), dimasukkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat

merekat. Biasanya digunakan mucilago Gummi Arabici 10-20 %, Solutio

Methylcellulosum 5 %.

3.Zat penghancur (disintegrator), dimaksudkan agar tablet dapat hancur

dalam perut. Biasanya digunakan Amilum Manihot kering, Gelatinum, agar-

agar, Natrium Alginat.

4.Zat pelicin (lubricant), dimasukkan agar tablet tidak lekat pada cetakan

(Matrys). Biasanya digunakan Talcum 5 %, Magnesii Stearas, Acidum

Stearicum.

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain, kecuali zat

pelicin, dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi

cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free

flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping).

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu, granulasi basah, granulasi

kering (mesin rol atau mesin slug) dan cetak langsung. Tujuan granulasi, baik

granulasi basah maupun granulasi kering adalah sama, yaitu untuk

meningkatkan daya alir dan atau kemampuan kempa.

Metode pembuatan tablet yaitu:

1. Granulasi Basah

Keuntungan:

a.Obat tersebar di dalam granul sehingga homogenitas umumnya baik.

b.Penampilan tablet umumnya bagus.

Kerugian:

a.waktu yang diperlukan banyak dan diperlukan peralatan yang mahal.

b.Zat pengikat mungkin mempengaruhi pelepasan obat.

c.Tidak untuk zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan terurai oleh air.

d.Pelarut yang digunakan mungkin dapat mempengaruhi stabilitas obat.

2. Granulasi Kering

Keuntungan:

Page 6: 91198304 praktikum-3

a.Tidak diperlukan pemanasan dan air sebagai pembantu pembuatan

granul.

b.Peralatan lebih sederhana.

c.Waktu yang diperlukan lebih singkat.

Kerugian:

a.Tablet sering penampilannya kurang bagus.

b.Variasi kadar mungkin menjadi masalah karena adanya fraksinasi

(pemisahan) obat dengan zat pembantu.

c.Lebih banyak pelincir yang dipakai dapat menimbulkan masalah

pelepasan obat.

3. Cetak langsung

Keuntungan:

a.Waktu dan peralatan yang diperlukan lebih singkat daripada kedua

proses sebelumnya.

b.Tidak diperlukan pemanasan dan air sebagai pembantu pembuatan

granul.

c.Tidak memerlukan bahan pengikat.

d.Obat biasanya dalam bentuk granular sehingga disolusi lebih cepat

daripada tablet-tablet yang dibuat dengan granulasi.

Kerugian:

a.Kapasitas zat pengisi untuk zat aktif yang halus dan kohensif sering

membatasi penggunaannya sampai 20 % atau bahkan kurang. Hanya

dapat digunakan untuk obat yang dosisnya lebih dari 200 mg bilamana

obatnya sendiri mempunyai daya alir yang baik dan kompresibilitasnya

baik, misalnya aspirin.

b.Segregasi obat dan zat pembantu dapat terjadi di dalam corong (hopper)

karena obatnya tidak terikat pada granul. Disini pencampuran sangat

penting.

Page 7: 91198304 praktikum-3

Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan metode yang terluas digunakan

dalam memproduksi tablet kompresi. Hal yang menarik pada granulasi basah

yaitu pembasahan bahan, penggilingan basah serta pengeringan.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan cara ini:

1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan

2. Pembuatan granul basah

3. Pengayakan adonan lembab menjadi granul

4. Pengeringan

Penimbangan dan pencampuran

Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam

formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk

membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik.

Pengisi yang digunakan diantaranya laktosa, kaolin, manitol, amilum, gula

bubuk, dan kalsium fosfat. Pemilihan bahan pengisi berdasarkan pengalaman,

biaya pembuatan dan kecocokan obat dengan bahan pembantu lainnya dalam

formula.

Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum

seperti natrium amilum glukonat, senyawa selulosa seperti CMC, resin

penukar kation dan bahan lain yang membesar atau mengembang dengan

adanya lembab dan mempunyai efek menghancurkan tablet setelah masuk ke

dalam cairan pencernaan.

Pembuatan granulasi basah

Supaya campuran serbuk mengalir merata dan bebas pada hopper ke

dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu

Page 8: 91198304 praktikum-3

mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam

cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan dengan baik dengan

menambahkan cairan pengikat atau perekat ke dalam campuran serbuk,

melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan yang ukurannya seperti yang

diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu

diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi

ukuran granul berikutnya. Unsur pengikat membantu merekatkan granul satu

dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Diantara

bahan pengikat yang digunakan ialah 10-20 % cairan berair dibuat dari tepung

jagung, 25-50 % larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam, derivat

selulosa, gelatin dan povidon. Jika bahan obat sangat dipengaruhi oleh

pengikat berair maka zat pengikat ini dapat tanpa air atau ditambahkan dalam

keadaan kering. Harus hati-hati, tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh

terlalu kering. Bila dibasahi secara berlebihan menghasilkan granul yang

terlalu keras, pembasahan yang kurang akan menghasilkan tablet yang terlalu

lunak dan cenderung mudah remuk. Bila diinginkan warna dan rasa yang

cocok dapat ditambahkan ke dalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi

dengan warna dan rasa yang diinginkan.

Penyaringan adonan lembab menjadi granul

Pada umumnya granulasi basah ditekan pada ayakan. Setelah semua bahan

berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan di atas selembar kertas yang

lebar dalam nampan yang dangkal dan dikeringkan.

Pengeringan granul

Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan sistem

sirkulasi udara dan pengendalian temperatur.

Page 9: 91198304 praktikum-3

Penyaringan kering

Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang

yang lebih kecil dari yang terbiasa dipakai untuk pembuatan granulasi asli.

Seberapa jauh granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan

dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Ayakan dengan ukuran 12-20

biasanya dipakai untuk waktu tersebut. Pengukuran granul diperlukan

sehingga rongga cetakan untuk memproduksi tablet-tablet kecil dapat diisi

penuh secara tepat oleh granul-granul tadi. Kekosongan atau rongga yang

disisakan oleh granul besar dalam cetakan kecil, akan menimbulkan hasil

tablet yang diproduksi tidak rata.

Lubrikasi atau pelinciran

Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan

ke dalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir. Dapat

juga dilapisi debu ketika granul menyebar melalui lubang kecil ayakan atau

pencampuran dalam pengadukan serbuk. Pelincir yang umum digunakan

adalah talc, Mg stearat dan Ca stearat. Jumlah pelincir yang digunakan

berbeda-beda. Manfaat pelincir adalah mempercepat aliran granul dalam

corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul pada punch

dan cetakan, selama pengeluaran tablet, mengurangi penggesekan antara tablet

dan dinding cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan

rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi.

Pencetakan tablet

Ada beberapa mesin pembuatan tablet yang dikempa, masing-masing

berbeda kapasitas produksinya, tetapi dasar kerjanya sama. Cara kerjanya

memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan

punch atas dan bawah.

Page 10: 91198304 praktikum-3

Hal-hal yang diperhatikan untuk granul

Kerapatan (Densitas)

Bobot per satuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan

sejati (). Kebanyakan serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika

ditempatkan memenuhi 1 cc pada gelas ukur maka diperoleh kerapatan

sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan hingga memadat, akan

didapatkan volume yang lebih kecil; kerapatannya dihitung dari volume

terkecil tersebut dan disebut kerapatan mampat. Partikulat dapat berupa

keadaan yang keras, lembut atau keadaan berpori. Kesukaran akan timbul bila

dilakukan percobaan untuk memeriksa volume partikel yang mengandung

retakan-retakan halus, pori internal dan rongga kapiler. Kerapatan curah

merupakan massa serbuk dibagi dengan volume ruah.

Keruahan (Bulkiness)

Keruahan diartikan sebagai kebalikan dari kerapatan. Umumnya keruahan

menjadi naik dengan berkurangnya ukuran partikel. Campuran pertikulat yang

ukurannya berbeda dapat menurunkan keruahan karena terjadinya pengisian

rongga yang kosong oleh partikel kecil.

Sifat alir

Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil

diamati, akan terlihat 2 kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat

alirnya, yaitu: jenis alir bebas dan jenis lengket (sticky; kohesif)

Jenis alir bebas memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan

kontinyu, sedangkan jenis kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir.

Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk,

porositas, kerapatan dan susunan (tekstur) permukaan. Kebalikan dari sifat

kohesif adalah dustibility yaitu kemudahan serbuk untuk bertabur.

Page 11: 91198304 praktikum-3

Sudut istirahat

Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lereng suatu timbunan

serbuk dengan bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi fraksi antar

partikel-partikel. Makin kasar dan tidak beraturan permukaan pertikel akan

semakin besar sudut istirahatnya.

Umumnya serbuk mempunyai sudut istirahat sekitar 34 - 48.serbuk yang

lebih mudah mengalir mempunyai sudut istirahat yang kecil. Pedoman empiris

mengalirnya serbuk diberikan melalui indeks kompresibilitas (konsolidasi)

Carr:

Kompresibilitas (%) = kerapatan mampat – kerapatan nyata x 100 %

Kerapatan mampat

Tabel penaksiran indeks Carr untuk aliran serbuk

Indeks Kosolidasi Carr

(%)

Aliran

5 - 15 Sangat baik

12 – 16 Baik

18 – 21 Cukup

23 – 25 Buruk

33 – 38 Sangat buruk

> 40 Sangat buruk sekali

Indeks yang serupa diberikan pula oleh Hausner.

Page 12: 91198304 praktikum-3

Rasio Hausner = b max / b min

Harga kurang dari 1,25 menunjukkan aliran yang baik (= 20 % Carr),

sedangkan lebih dari 1,5 menunjukkan aliran yang buruk (= 33 % Carr).

Suatu curah serbuk yang dibiarkan mengalir dari suatu lubang dan

ditampung dalam bidang datar akhirnya akan membentuk suatu gunungan.

Sudut antara lereng dengan horizontal disebut sudut istirahat (angle of repose,

).

Terdapat hubungan antara dengan aliran dan bentuk partikel.

Tabel Hubungan Sudut Istirahat dengan Aliran Serbuk

Sudut Istirahat

( )

Aliran

< 25 Sangat baik

25 – 30 Baik

30 – 40 Cukup

> 40 Sangat buruk

Kontrol kualitas tablet

1.Wujud tablet: warna dan bentuk

2.Keseragaman bobot

3.Keseragaman ukuran

4.Waktu hancur

5.Uji kestabilan

V. ALAT dan BAHAN

Alat :

Page 13: 91198304 praktikum-3

Alat : Alat penguji kadar air

Alat uji disintegrasi tipe ZT 2 – Erweka

Alat uji friabilitas tipe Fliabilator – Roche

Alat uji kekerasan tipe TBT – Tablet – Erweka

Ayakan

Baskom plastik

Batang pengaduk

Beaker glass

Corong alir

Gelas ukur penentu kerapatan

Granulator mesh 14

Granulator mesh 16

Heater

Lemari pengering

Mesin pencetak tablet

Mikrometer

Neraca analitis

Bahan :

Parasetamol

Amprotab

Starch Rx

Vit C

CTM

Laktosa

PVP ( jelly )

Cofein

Talkum

Aerosil

Mg Stearat

Page 14: 91198304 praktikum-3

Zat Warna (hijau)

VI. PROSEDUR

1. Partikel-partikel serbuk bahan obat diayak.

2. Masing-masing zat ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

3. Fasa dalam tablet terdiri dari Parasetamol, saccharum lactis dan

amprotab.

4. Pasta amylum 13% dibuat dengan cara 13 g amprotab disuspensikan

dalam air dingin, kemudian ditambahkan air mendidih ad 100 ml. Pasta

amylum + beaker glass ditimbang.

5. Dihitung berta tablet teoretis berdasarkan fasa dalam yang digunakan.

6. Seluruh bahan fasa dalam dicampurkan dalam plastik hingga homogen,

dikocok rata selama 5 menit.

7. Campuran fasa dalam yang sudah homogen dimasukkan ke dalam

wadah, lalu ditambahkan pasta amylum sedikit demi sedikit hingga

terbentuk massa yang dapat dikepal.

8. Sisa pasta amylum dalam beaker glass ditimbang, lalu dihitung jumlah

amylum yang digunakan.

9. Massa yang dapat dikepal tersebut dilalukan pada ayakan mesh no. 14

(granulasi basah).

10. Garnul basah ditebarkan di atas baki yang telah dilapisi kertas perkamen

secara merata.

11. Granul basah tersebut dikeringkan di dalam lemari pengering pada

temperatur 50oC selama 24 jam.

12. Granul kering ditimbang, lalu diayak dengan ayakan mesh no.16

(granulasi kering). Kemudian ditimbang berat granul kering setelah

diayak.

13. Ditimbang sejumlah granul kering (10 g) untuk dilakukan uji kadar air.

14. Dihitung kadar lines (serbuk halus) dengan cara 100 g granul ditimbang

lalu diayak hati-hati melalui ayakan mesh no.60, ditimbang berat serbuk

yang lolos ayakan dan dihitung persentasenya.

Page 15: 91198304 praktikum-3

15. Ditimbang Magnesium stearat, talk dan aerosil berdasarkan berat

amylum yang digunakan pada pasta amylum.

16. Granul paracetamol hasil granulasi kering dicampur dengan magnesium

stearat, talk dan aerosil di dalam plastik, diaduk hingga homogen.

17. Ditimbang 25 g granul yang sudah dicampur, dimasukkan ke dalam

gelas ukur dan dibaca volumenya. Dilakukan uji kompresibilitas.

18. Ditimbang 25 g granul yang sudah dicampur untuk uji kecepatan alir.

Dimasukkan ke dalam corong yang lubangnya ditutup, lalu tutup bagian

bawah corong dibuka kemudian diamati waktu yang diperlukan sampai

semua granul mengalir semuanya (kecepatan alir). Diameter timbunan

granul diukur (diambil harga rata-rata) dan diukur tinggi puncak

timbunan granul.

19. Tablet dicetak dengan range berat ± 5% dari berat teoretis dan kekerasan

± 70 N.

20. Tiap 20 tablet yang dicetak diambil 1 buah tablet untuk uji berat tablet

dan kekerasan. Jika tidak sesuai dengan rencana formulasi punch pada

alat pencetak tablet diatur lagi hingga diperoleh berat dan kekerasan

tablet yang sesuai.

21. Dilakukan sampling untuk 20 tablet kemudian dihitung berat tablet,

diukur diameter dan ketebalannya serta diuji kekerasannya. Dihitung

rata-ratanya.

22. Diambil 20 tablet lalu dilakukan uji freabilitas.

23. Diambil 6 tablet lalu dilakukan uji disolusi.

24. Tablet dikemas dalam botol plastik lalu diberi etiket yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: 91198304 praktikum-3

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Avis, KE.,Lachman L.,Lieberman HA. 1986. Pharmaceutical Dossage Forms: Tablet. Volume 1. New York: Marcel Dekker, INC.

Wade, Ainley., Weller., Paul J. 1994. Handbook Of Excipients. 2nd edition. London: The Pharmaceutical Press.