8.bab i pre revisi 1

Upload: ovienandaa

Post on 05-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    1/72

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) menurut DSM-V

    mendefinisikan ADHD sebagai gangguan pemusatan perhatian terhadap

    lingkungan sekitar dan/atau hiperaktif-impulsif yang mengganggu

     perkembangan hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik serta

    konsentrasi dari neruotransmitter. Menurut Brent dkk menyebutkan bahwa

    seseorang yang mengalami gangguan ADHD terdapat keabnormalan pola

    EEG (electroencephalography)  dimana terjadi ketidak seimbangan antara

    gelombang beta dan theta yang berhubungan dengan manifestasi klinis

    ADHD yakni inatensi, hiperaktif, dan impulsif Prevalensi ADHD diseluruh

    dunia kira- kira sebesar 5-10% pada usia sekolah. Angka kejadian ADHD di

    Eropa, Amerika dan Timur Tengah diperkirakan 3,4%, sementara di

    Indonesia, dalam populasi anak sekolah berkisar 2-4% anak menderita ADHD

    (Brent et al , 2013).

    Tanpa penanganan yang tepat, ADHD dapat menimbulkan

    konsekuensi yang serius seperti mal-prestasi (under-achievement), kegagalan

    di sekolah atau pekerjaan, susah menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    2/72

    2

    tidak percaya diri yang tinggi, kecelakaan mengemudi, kriminalitas dan juga

    depresi kronis (Brent et al , 2013).

    Terapi utama dalam pengobatan anak ADHD ini ialah manajemen

     prilaku dan terapi farmakologi. Namun manajemen prilaku terlihat kurang

    efektif dibandingkan dengan terapi farmakologi, sehingga baku emas untuk

     pengobatan ADHD ialah terapi farmakologi seperti atomoxetine,

    methylphenidate.  Namun, meskipun efek obat tersebut cukup kuat untuk

    mengobati ADHD, sebanyak 15-30% anak tidak dapat merespon pengobatan

    dengan baik karena mengalami efek samping seperti nafsu makan yang

     buruk, menghambat pertumbuhan fisik, dan kematian mendadak.

     Atomoxetine sebagai salah satu terapi farmakologi juga kurang efektif dalam

     pengobatan ADHD dikarenakan menjadi penyebab keinginan bunuh diri pada

    anak ADHD. Meskipun dengan pengobatan gabungan antara pengobatan

    farmakologi dan manajemen prilaku yang intensif, tingkat keberhasilan

     pengobatan hanya sekitar 68%. Oleh sebab itu masyarakat dan orang tua

    susah untuk menentukan sehubungan dengan pemberian obat atau risiko

     pengalihan penggunaan obat lainnya (Choon et al , 2010).

    Anak adalah amanat dari Allah SWT bagi para orang tuanya. Selain itu,

    dalam kefitriannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan. Hadits

    di bawah ini mengandung pengertian bahwa setiap anak itu “Tiada satu anak

     pun yang terlahir ke dunia ini kecuali dengan keadaan fitrah. Maka kedua

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    3/72

    3

    orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau Majusi” (HR.

    Muslim) (Farmawi, 2002).

    Dalam Islam, anak berkebutuhan khusus salah satunya ialah ADHD yang

    merupakan gangguan perkembangan anak dimana dalam Q.S. At- Tin: 4

    disampaikan bahwa “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam

    bentuk yang sebaik-baiknya.” Allah Swt. pun menjadikan manusia dengan

     perawakan (fisik) yang tegak, sehingga mampu membuahkan berbagai hasil

    karya yang menakjubkan. Akan tetapi manusia tidak menyadari

    keistimewaannya itu, dan menyangka bahwa dirinya sama dengan makhluk

    yang lain. Karenannya mereka mengerjakan apa yang sesungguhnya tidak

    dibenarkan oleh akal sehatnya dan tidak disukai oleh fitrahnya. Selain itu,

    dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa, “ Allah tidak

    melihat seseorang dari wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah melihat

     seseorang dari hatinya” (H.R. Muslim). Dari hadits di atas jelas bahwa Islam

    tidak mendiskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap manusia

    sama di hadapan Allah kecuali amal perbuatan dan ketaqwaannya (Teungku,

    2003).

    Menurut Muhadi (2009) di dalam upaya pengobatan atau terapi dari

    suatu penyakit, Islam memerintahkan agar bertanya kepada ahlinya atau orang

    yang megetahui. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang

    kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    4/72

    4

    lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien. Semakin

     berkemabangnya ilmu pengetahuan banyak pengobatan yang dapat

    menyembuhkan suatu penyakit seperti ADHD, dimana Islam mendorong

    manusia untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam penemuan- penemuan

    khususnya dalam bidang kesehatan. Allah SWT menyuruh manusia untuk

    tidak berhenti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai

    dengan surat yang diturunkan Allah yakni surat Al-Alaq. Berdasarkan hal

    tersebut, dalam skr ipsi ini penulis tertarik untuk membahas “Pengaruh

    Terapi Neurofeedback   terhadap Perkembangan Anak dengan ADHD

    Ditinjau dari Kedokteran Islam”

    1.2 Permasalahan

    1. Apa pengaruh neurofeedback   terhadap pekembangan anak dengan

    ADHD?

    2. Bagaimana kesenjangan keefektifan terapi anak ADHD dengan

    menggunakan neurofeedback dan terapi farmakologi?

    2. Bagaimana pandangan Islam mengenai terapi neurofeedback

    terhadap perkembangan anak dengan ADHD?

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    5/72

    5

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Umum

    Untuk mengetahui pengaruh terapi neurofeedback   terhadap

     perkembangan anak dengan ADHD.

    1.3.2 Khusus

    1.3.2.1 Mengetahui pengaruh terapi neurofeedback   terhadap

     perkembangan anak dengan ADHD.

    1.3.2.2 Mengetahui kesenjangan keefektifan terapi anak ADHD dengan

    menggunakan neurofeedback dan terapi farmakologi.

    1.3.2.3 Mengetahui pandangan Islam mengenai terapi neurofeedback

    terhadap perkembangan anak dengan ADHD.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Bagi penulis diharapkan akan menambah pengetahuan mengenai

     pengaruh terapi neurofeedback   terhadap perkembangan anak dengan

    ADHD ditinjau dari kedokteran dan Islam serta cara penulisan ilmiah

    yang baik dan benar.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    6/72

    6

    1.4.2 Bagi Universitas YARSI, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat sebagai

    masukan bagi civitas akademika Universitas YARSI khususnya Fakultas

    Kedokteran.

    1.4.3 Bagi masyarakat, diharapkan skripsi ini dapat menambah pengetahuan

    masyarakat mengenai pengaruh dari terapi neurofeedback  terhadap anak

    dengan ADHD ditinjau dari kedokteran dan Islam.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    7/72

    7

    BAB II

    PENGARUH TERAPI NEUROFEEDBACK  TERHADAP

    PERKEMBANGAN ANAK DENGAN ADHD DITINJAU DARI

    KEDOKTERAN

    2.1. ADHD

    2.1.1. Definisi

    ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) adalah kumpulan

    gejala yang ditandai dengan kurangnya pemusatan perhatian secara terus-

    menerus, hiperaktif, dan impulsif dibandingkan dengan tingkat

     perkembangan anak pada usia tertentu. Diagnosis ADHD memiliki gejala

    yang menetap, dimana gejala tersebut muncul sebelum berusia 7 tahun, dan

    gejala tersebut terjadi tidak hanya di rumah atau sekolah. Beberapa kondisi

    dikaitkan dengan kejadian timbulnya ADHD seperti, genetik, neurologis,

    keracunan dan psikososial, serta dapat juga ditemukan pada anak yang lahir

     prematur dan anak dengan cacat intelektual. Anak dengan ADHD memiliki

    kesulitan mendefinisikan karakteristik, perhatian, dan bertahan untuk

    menyelesaikan tugas mereka. Sehingga mereka sering gagal untuk mengatur

    dan merencanakan tugas yang akan mereka kerjakan. Impulsivitas pada anak

    sering dikaitkan dengan kesulitan menunggu giliran, seperti memotong

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    8/72

    8

     pembicaraan, kesulitan dalam menunda respon dalam melontarkan jawaban,

    mengganggu orang lain, dan umumnya bertindak sebelum berpikir (Zitelli et

    al , 2012).

    Gambar 1. Anak dengan ADHD, tipe inatensi. Pada gambar terlihat

    anak perempuan sedang melamun saat teman sekelasnya memperhatikan

    guru.

    Sumber: Atlas of Pediatric Physical Diagnosis

    ADHD menurut DSM-V yang diterbitkan oleh  American Psychiatric

     Associationdan digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia

    mendefinisikan ADHD sebagai gangguan pemusatan perhatian terhadap

    lingkungan sekitar dan/atau hiperaktif-impulsif yang mengganggu

     perkembangan, gejala yang muncul biasanya lebih dari 2 tempat (misalnya di

    rumah, sekolah, atau bekerja), dan berpengaruh negatif pada sosial, akademik

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    9/72

    9

    atau fungsi kerja. Gejala-gejala harus muncul sebelum usia 12 tahun (ADHD

     Institute, 2015).

    Menurut Brent et al dalam jurnalnya yang berjudul  Neurofeedback

    Training Aimed to Improve Focused Attention and Alertness in Children with

     ADHD menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami gangguan ADHD

    terdapat keabnormalan pola EEG (electroencephalography)  yang

     berhubungan dengan manifestasi klinis ADHD yakni inatensi, hiperaktif, dan

    impulsif. Beberapa jurnal ilmiah juga melaporkan bahwa anak dengan ADHD

    mengalami gangguan pada gelombang otak, dimana terjadi peningkatan pada

    gelombang theta dan penurunan pada gelombang beta saat dilakukan

     pemeriksaan menggunakan EEG (Arns, Heinrich, & Strehl, 2014).

    2.1.2. Epidemiologi

    Studi prevalensi anak dengan ADHD diseluruh dunia dilaporkan

     berkisar antara 5- 10% pada usia sekolah. Tingkat prevalensi ADHD pada

    remaja berkisar antara 2-6% sedangkan untuk orang dewasa sekitar 2%.

    ADHD sulit untuk terdiagnosis pada anak-anak dan remaja. Anak-anak

    dengan ADHD juga memiliki diagnosa komorbiditas psikiatri, termasuk

    gangguan perilaku, kesulitan belajar, dan gangguan kecemasan (Natoshia et

    al , 2011).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    10/72

    10

    Angka kejadian ADHD menjadi menurun pada saat anak mulai

    remaja. Meskipun demikian jumlah laki- laki tetap lebih banyak daripada

     perempuan dengan estimasi 6-9% untuk anak laki- laki dan 2-4% untuk anak

     perempuan atau dengan rasio 3:1. Jadi, dapatlah dikatakan jika ADHD

    merupakan gangguan perkembangan yang dapat terjadi pada masa kanak-

    kanak dan dapat berlangsung hingga mereka remaja. Anak laki- laki akan

    lebih rentan mengalami gangguan ini dibandingkan dengan anak perempuan

    (Natoshia et al , 2011).

    Tabel 1. Prevalensi ADHD menurut usia ( ADHD Institute, 2015)

    Meskipun angka kejadian ADHD dapat menurun dengan

     bertambahnya usia, sekitar 50-66% dari orang dewasa yang menderita

    ADHD, saat remaja akan terus mengalami gejala gangguan ADHD.

    Prevalensi ADHD diseluruh dunia pada orang dewasa muda (usia ≥19tahun)

    diperkirakan mencapai 5%, sedangkan prevalensi rata-rata ADHD dari

     berbagai negara di Eropa, Amerika dan Timur Tengah diperkirakan 3,4% dan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    11/72

    11

    ini didukung oleh hasil dari penelitian tentang ADHD, sementara di

    Indonesia, dalam populasi anak sekolah berkisar 2-4% anak menderita

    ADHD ( ADHD Institute, 2015).

    2.1.3. Etiologi

    Pada umumnya penyebab gangguan perilaku ADHD adalah kondisi

    fisik- biologis yang disebabkan karena faktor bawaan fisik, dan dapat muncul

    akibat intervensi lingkungan. Beberapa faktor penyebab ADHD dijelaskan

    sebagai berikut (Aini, 2013).

    1.  Faktor Bawaan Fisik

    a.  Hereditas atau Genetik

    Faktor genetik menjadi penyebab utama ADHD, dimana

    membawa peranan sekitar 80%. Anak dengan orang tua

     penyandang ADHD memiliki delapan kali kemungkinan

    memiliki risiko mendapatkan anak ADHD. Fokus perhatian

    adalah pada gen yang mengatur kerja unsur kimiawi saraf

    (neurochemical ) dopamine  pada otak. Faktor hereditas atau

    genetik juga berupa disfungsi wilayah atau daerah otak yang

     berhubungan dengan fungsi pelaksana aktivitas dan

     pengaturan diri (Aini, 2013).

     b.  Metabolisme Biologis

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    12/72

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    13/72

    13

    Struktur otak anak dengan ADHD memiliki volume lebih kecil

    sekitar 3% sampai 4% dari anak normal. Anak dengan ADHD

     juga mengalami keterlambatan dibeberapa area otak terutama

    di area cortex (Aini, 2013).

    e.  Komplikasi Pranatal, Natal, dan Postnatal

    Kondisi kehamilan, kelahiran, dan pasca lahir anak juga

    mempengaruhi munculnya ADHD. Pada saat hamil, ibu yang

    mengkonsumsi alkohol, nikotin dari rokok, dan kontaminasi

    logam berat atau timah akan berpotensi melahirkan anak

    dengan risiko ADHD. Pada saat lahir, risiko ADHD ada pada

     bayi yang mengalami keracunan lahir, prematur, dan pada bayi

     berat badan di bawah normal, mengalami trauma pada bagian

    frontal otak, serta sakit yang berefek pada otak seperti

    ensefalitis (Aini, 2013).

    2.  Faktor Lingkungan

    Faktor lingkungan dikatakan menjadi pemicu munculnya beberapa

    gejala ADHD pada anak yang telah memiliki faktor bawaan fisik

    ADHD. Hubungan antara faktor lingkungan sangat erat dengan

    faktor kondisi fisik anak ADHD, sehingga seringkali terlihat

    overlapping . Beberapa faktor lingkungan yang mencetuskan

    ADHD adalah: pola asuh yang berisiko terhadap penyebab

    timbulnya gejala ADHD, seperti ibu perokok sehingga anak

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    14/72

    14

    menghirup racun pada rokok; anak terlalu banyak makan makanan

    yang mengandung zat aditif seperti penyedap, pewarna, dan

     pengawet; serta keracunan logam berat pada anak yang sudah

    tidak dapat ditolerir. Selain itu secara psikologis dan sosial,

     perlakuan lingkungan terhadap anak ADHD akan memperdalam

    kondisi ADHD, seperti respon negatif lingkungan dan pemberian

    label anak nakal pada mereka (Aini, 2013).

    2.1.4. Patofisiologi

    Epigenetik adalah modifikasi kimia DNA yang tidak mengubah

    urutan gen, tetapi berdampak pada ekspresi gen dan dapat diwariskan. Proses

    epigenetik sangat penting untuk perkembangan dan diferensiasi sel normal,

    dan memungkinkan pengaturan fungsi gen melalui mekanisme non

    mutegenik.. Proses ini secara instrintsik terkait dengan regulasi ekspresi gen,

    dengan banyak gen menunjukkan korelasi terbalik antara tingkat metilasi dan

    tingkat ekspresi. Modifikasi histon, mekanisme epigenetik yang memediasi

    ekspresi gen, mempengaruhi struktur kromatin melalui proses asetilasi histon,

    metilasi histon, dan fosforilasi histon. Epegenetika mengacu pada pewarisan,

    namun reversibel, regulasi berbagai fungsi genom terutama melalui

     perubahan metilasi DNA dan struktur kromatin. Aspek epigenetik untuk

    ADHD melibatkan banyaknya faktor seperti lingkungan dan endofenotip

    yang berinteraksi untuk mengekspresikan gen. Paparan sejumlah bahan kimia

    http://kamuskesehatan.com/arti/ekspresi-gen/http://kamuskesehatan.com/arti/ekspresi-gen/

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    15/72

    15

    dan lingkungan sosial pada awal pertumbuhan, melalui interaksi dengan

     berbagai faktor genetik, tampaknya meningkatkan risiko anak ADHD.

    Memahami proses epigenetik yang berhubungan dengan patogen lingkungan

    spesifik dengan peningkatan risiko untuk ADHD mungkin menawarkan

    kemungkinan baru untuk pencegahan dan intervensi terapeutik. Faktor- faktor

    epigenetik membuat kontribusi penting terhadap kerentanan penyakit dalam

    sejumlah fenotipe kejiwaan (Mill & Petronis, 2011).

    Gambar 2. Epigenetik

    Sumber: The Journal of Child Psychology and Psychiatry 

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    16/72

    16

    Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui, namun dikatakan bahwa

    hampir semua paparan faktor lingkungan untuk ADHD terjadi pada tahap

    awal perkembangan, baik dalam rahim maupun selama periode neonatal.

    Sehingga hal ini dapat menunjukkan adanya kemungkinan antara lingkungan

    yang buruk akibat prilaku orang tua dan ADHD. Pengamatan faktor

    lingkungan prenatal dapat meningkatkan risiko ADHD sepakat dengan

    temuan dari banyak jenis penyakit, baik jiwa dan fisiologi. Berdasarkan ilmu

     biomedis bahwa paparan lingkungan yang merugikan, terutama selama dalam

    rahim dan periode perkembangan post natal akan meningkatkan risiko

    timbulnya penyakit di kemudian hari. Lingkungan yang merugikan sela pra

    maupun post natal menyebabkan perubahan permanen dalam berbagai

    metabolisme dalam tubuh yang menyebabkan risiko penyakit kronis di

    kemudian hari, seperti mengurangi berat badan lahir sangat berkorelari

    dengan janin kurang gizi dan berbagai penyakit kardiovaskular maupun

    metabolik. Contoh faktor risiko lain yang terkait dengan ADHD meliputi

     paparan nikotin, alkohol dan narkoba saat prenatal. Selain itu paparan pra

    ADHD

    Genetik

    LingkunganNeurotransmitter

    epigenetik epigenetik

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    17/72

    17

    maupun neonatal terhadap racun seperti polychlorinated biphenyls (PCB) dan

    heksaklorobenzena, paparan pranatal terhadap glukokortikoid, stress ibu

    selama kehamilan, dan gizi ibu kurang, ukuran bayi kecil saat lahir. Dampak

    lingkungan prenatal pada ADHD stidaknya sebagian dimediasi oleh faktor

    genetik. Misalnya, gen transporter dopamin (DAT1) berinteraksi dengan

    nikotin dan alkohol yang telah terpapar pada periode prenatal sehingga dapat

    meningkatkan risiko ADHD. Racun- racun kimia yang telah disebutkan di

    atas, bisa melewati plasenta janin secara cepat dan langsung, lalu racun

    tersebut akan sangat terkonsentrasi dan memiliki efek pada perkembangan

    sistem saraf. Paparan nikotin misalnya, mengganggu pertemuan jalan saraf,

    yang mengakibatkan kelainan proliferasi sel dan diferensiasi sel serta

    menghambat perkembangan sistem kolinergik dan katekolamin. Paparan

    alkohol selama dalam rahim akan mengganggu perkembangan otak, dan

    dapat menyebabkan hilangnya neuron, perubahan sirkuit, dan

    neurodegenerasi, sedangkan PCB dikenal memiliki efek neurotoksik kuat

     pada perkembangan otak, mengubah fungsi tiroid, neurotransmitter, dan

    metabolisme dopamin. Paparan Pb (timbal / timah hitam) yang merupakan

    neurotoxin dapat menyebabkan penurunan fungsi sel saraf pada tubuh

    sehingga menyebabkan gangguan pada kesehatan khususnya otak.

    Kandungan Pb ditemukan pada mainan anak- anak, udara, air minum yang

    tercemar Pb, baterai, cat, crayon, kosmetik, tinta cetak, tanah,  furniture, dan

    lain- lain. Pada dewasa ini sering dikaitkan antara kejadian anak ADHD

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    18/72

    18

    dengan keracunan Pb. Anak dan bayi mudah terpapar Pb akibat kebiasaan

    memasukkan barang- barang ke dalam mulutnya, dan terjadi perubahan

     prilaku atau perubahan pengendalian emosi terhadap anak tersebut. Faktor

    lainnya yakni stress ibu saat periode prenatal akan berefek pada prilaku

    anaknya melalui peningkatan kadar hormon kortikotropin (CRH) dan

    gangguan fungsi normal dari axis hipotalamus-ptuitari-adrenal (HPA axis).

    Data terakhir mendukung peran umum dari axis HPA dalam menengahi efek

    dari pemrograman janis pada kerentanan terhadap penyakit kronis setelah

    lahir melalui aksi glukokortikoid adrenal. Pada penyakit neuropsikiatri

    terdapat hubungan yang kuat antara disfungsi HPA axis, pengembangan

    neurobiologis, dan risiko gangguan jiwa. Dalam hal ini banyaknya toksin

    lingkungan telah terbukti menyebabkan perubahan epigenetik jangka lama

    terhadap genom, yang secara langsung mengubah ekspresi gen dan hasil

    fenotipik (Mill & Petronis, 2011).

    Selama embriogenesis atau prenatal terjadi peningkatan sintesis DNA

    dan faktor epigenetik dapat membentuk diferensiasi jaringan normal dan

     perkembangan yang sedang dibangun, misalnya saat mitosis dapat

    menyebabkan perubahan jangka panjang dalam ekspresi gen dan fenotipe,

    dan berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap gangguan seperti ADHD

    setelah lahir. Kemudian dalam perkembangan ketika ketika tanda epigenetik

    sudah dibentuk dan tingkat sintesis DNA menurun, faktor lingkungan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    19/72

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    20/72

    20

    Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui, namun dikatakan bahwa

    selain penyebab genetik terdapat gangguan neurobiologi yaitu gangguan

    fungsi dopamin dan noradrenalin. Pompa yang mengatur keseimbangan

     pengeluaran dan penarikan kembali dopamin (DAT1 atau SLC6A3 dopamine 

    transporter ) mengalami gangguan. Pompa tersebut bekerja terlalu cepat

    sehingga ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan

    lobus prefrontal meningkat. Perubahan secara genetik jalur katekolamin dapat

    memblok reseptor alfa 2 noradrenalin dengan memproduksi yohimbin juga

    menimbulkan gejala ADHD, seperti hiperaktivitas, impulsivitas dan

    kemampuan memori yang lemah. Selain gangguan neurobiologi, pada anak

    dengan ADHD terdapat pengecilan lobus prefrontal kanan pada bagian

    korteks, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan serta vermis. Lobus

     prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses pengaturan

     perilaku dan emosi, mengurangi distrakbilitas, membantu kesadaran diri dan

    waktu seseorang. Hasil imaging atau pencitraan pasien ADHD didapatkan

     bahwa bagian korteks lobus prefrontal kanan kurang aktif dan memiliki

    korteks yang lemah dengan bagian otak yang lain. Nukleus kaudatus dan

    globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatis yang datang

     pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal

    (Tririni, 2013)

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    21/72

    21

    Gambar 4. Dopamin

    Sumber: ADHD Institute, 2015

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    22/72

    22

    Gambar 5. Dopamin, noradrenalin, serotonin

    Sumber: ADHD Institute, 2015

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    23/72

    23

    2.1.5. Manifestasi Klinis

     Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V  

    (DSM-V) mengklasifikasikan tiga tipe pada ADHD, yakni: ADHD

    gangguan pemusatan perhatian ( predominantly inattention type),

    hiperaktif-impulsif ( predominantly hyperactive-impulsive type), dan

    gabungan dari keduanya (combined type).

    Anak ADHD memiliki beberapa tanda atau gejala yang harus

    diperhatikan, dimana ADHD dengan gangguan inatensi atau gangguan

     pemusatan perhatian sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba- tiba

    diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu.

    Jadi, mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugasnya

    dalam jangka waktu yang pendek. Hal tersebut akan dapat mempengaruhi

     proses penerimaan informasi dari lingkungannya. Kemudian ADHD dengan

    gangguan impulsivitas adalah suatu gangguan prilaku berupa tindakan yang

    tidak disertai dengan pemikiran. Anak dengan gangguan ADHD sangat

    dikuasai oleh perasaannya sehingga cepat bereaksi. Mereka sulit untuk

    memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan

    terlebih dahulu prilaku yang akan dilakukannya. Sementara hiperaktif adalah

    suatu gerakan yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan anak

    seusianya pada umumnya. Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan

    sulit untuk ditenangkan. Bila dibandingkan dengan individu yang aktif tetapi

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    24/72

    24

     produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak memiliki tujuan. Mereka kurang

    mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya

    sehingga tidak dapat dibedakan mana gerakan yang penting dan mana

    gerakan yang tidak penting. Gerakannya pun dilakukan secara terus- menerus

    tanpa lelah sehinnga mereka kesulitan untuk memusatkan perhatiannya

    ( ADHD Institute, 2015).

    Gejala seorang anak dengan ADHD di sekolah menurut CDC

    (Centers for Disease Control and Prevention) diantaranya, sekolah seperti

     pensil, buku, dan lainnya.

    ADHD sebagai gangguan perkembangan yang berawal dari masa

    kanak- kanak dengan manifestasi gangguan perilaku yang kadang justru

    semakin jelas pada usia- usia sesudahnya. Gangguan ADHD akan

    mengganggu kapasitas untuk mengatur dan mencegah perilaku yang tidak

    semestinya, serta mengganggu atensi dalam melaksanakan tugas

     perkembangan secara semestinya, dimana mengalami hambatan dalam

     prinsip sekuensial yang diartikan sebagai kemampuan yang dicapai pada fase

    sebelumnya yang akan menjadi pijakan perkembangan pada masa sesudahnya

    dengan tidak menghilangkan kemampuan sebelumnya (Aini, 2013).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    25/72

    25

    2.1.6. Diagnosis

    Pemeriksaan dan penilaian anak pra sekolah, anak usia sekolah, dan

    remaja untuk ADHD wawancara klinis dengan orang tua atau pengasuh untuk

    memperoleh keterangan lengkap tentang pasien, yaitu tentang keadaan pasien

    dalam melaksanakan tugasnya di sekolah maupun di rumah, menilai adanya

    kondisi komorbid, dan memperoleh riwayat keluarga, sosial dan kesehatan

    (Menkes, 2011).

    Susunan urutan pemeriksaan ADHD:

    a.  Anamnesis

    Sebelum anamnesis tentunya adanya laporan datang dari sekolah atau

    keluarga (orang tua). Kemudian dilakukan penilaian atau observasi

     perilaku anak berdasarkan questionnaire untuk orang tua atau guru.

    Untuk mengetahui secara jelas anak tersebut menderita ADHD, biasanya

    ditanyakan pertanyaan penting antara lain:

    1. Apakah perilakunya nyata, jelas, sudah sejak lama dan pervasif

    (dominan)?

    2. Apakah berlangsung terus menerus atau hanya sebagai respon

    sementara terhadap situasi tertentu?

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    26/72

    26

    3. Di mana sajakah terjadi gangguan perilaku anak ini? Hanya pada

    satu tempat atau pada banyak situasi seperti di rumah, tempat bermain,

    sekolah?

    4. Adakah kiranya kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan

    menimpa si anak? (cth: ortu meninggal)

    5. Adakah terjadi benturan? Epilepsi? Penyakit sebelumnya? Riwayat

    kelahiran ada tidaknya kejang dan tics?

    6. Berat lahir - biasanya under weight

     b.  Dirujuk kepada psikiater anak atau dokter spesialis anak atau keduanya

    untuk dilakukan pemeriksaan:

    1)  Permeriksaan fisik:

    -  Skrining terhadap keracunan timah hitam (Pb), anemia defisiensi Fe,

    dan defisiensi nutrisional lainnya.

    -  Pemeriksaan neurologik lengkap, termasuk tes perseptual motorik

    untuk menyingkirkan defisit neurologik fokal

    -  Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok

    2)  Wawancara riwayat penyakit:

    Riwayat antenatal dan perinatal.

    -  Riwayat perkembangan psikomotorik.

    -  Riwayat ritme tidur.

    -  Riwayat keluarga.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    27/72

    27

    -  Riwayat sekolah (rapor, skrining potensi- prestasi).

    Riwayat medik terutama trauma kepala, infeksi, alergi dan

    neurologik.

    3)  Pemeriksaan intelegensi, kesulitan belajar dan sindrom otak organik:

    -  Tes Intelegensi (Weschler Intellegence Scale for Children).

    -  Tes Woodcock- Johnson

    4)  Pemeriksaan psikometrik/ kognitif- peseptual:

    Continous Perfomance Test  (Test of Variable of Attention/TOVA)

    -  Wisconsin Card Sort

    -  Stroop Color Word Test

    5)  Evaluasi situasi rumah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

    faktor lingkungan seperti polusi udara, keadaan tempat tinggal.

    6) 

    Apabila hasil pemeriksaan sesuai dengan kriteria diagnosis ADHD

    segera dimulai pengobatan.

    7)  Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan, efektifitas

     pengobatan setiap 3 bulan.

    Diagnosis ADHD menurut  Diagnostic and Statistical Manual of

     Mental Disorders-V (DSM V) dibuat menggunakan bukti akumulasi dari

     penilaian klinis dan sistem klasifikasi medis. Penilaian untuk diagnosis hanya

    dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional, seperti psikiater, dokter

    spesialis anak atau tenaga kesehatan yang berkualitas lainnya, yang memiliki

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    28/72

    28

     pelatihan dan keahlian dalam diagnosis ADHD. Anak dengan gangguan

    ADHD dibedakan menjadi 3 tipe berdasarkan gejala- gejala untuk

    menetapkan diagnosis.

    A.  Tipe ADHD Gangguan Pemusatan Perhatian

    Pada tipe ini anak dengan gangguan ADHD paling sedikit

    mengalami 6 atau lebih dari gejala- gejala yang berlangsung

     paling sedikit selama 6 bulan pada anak- anak hingga usia 16

    tahun, atau lebih dari lima gejala untuk remaja usia 17 tahun

    sampai pada suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten

    dengan tingkat perkembangan. Gejala- gejala tersebut sebagai

     berikut.

    1)  Sering kali gagal memerhatikan dengan baik terhadap sesuatu

    yang detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan

    sekolah serta kegiatan lainnya.

    2)  Sering kali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian

    terhadap tugas- tugas atau kegiatan bermain.

    3)  Sering kali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara

    langsung.

    4)  Sering kali tidak mengikuti dengan baik instruksi dari orang

    lain dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolahnya

    (kehilangan fokus).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    29/72

    29

    5)  Sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-

    tugas atau kegiatannya.

    6)  Sering kali kehilangan benda- benda yang diperlukan untuk

    tugas- tugas dan kegiatan, misalnya penggaris, pensil, buku,

    dan lainnya.

    7)  Sering kali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk

    melaksanakan berbagai tugas yang membutuhkan usaha

    mental dan juga menghindari tugas- tugas yang rumit atau

    detail.

    8)  Sering kali mudah kebingungan atau terganggu oleh

    rangsangan dari luar.

    9)  Seringlupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari- harinya.

    B.  Tipe ADHD Hiperaktif-Impulsif

    Paling sedikit ada enam atau lebih dari gejala tipe ADHD

    hiperaktif-impulsif yang bertahan selama paling sedikit 6 bulan

     pada anak- anak usia hingga 16 tahun atau lebih dari lima gejala

     pada remaja usia 17 tahun sampai dengan tingkatan yang

    maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan. Gejala

    hiperaktif antara lain sebagai berikut.

    1)  Sering kali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering

    menggeliat di kursi.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    30/72

    30

    2)  Sering kali meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di

    dalam situasi lainnya, yang mengharapkan ia tetap duduk.

    3)  Sering kali berlarian atau memanjat secara berlebihan dalam

    situasi yang tidak tepat.

    4)  Sering kali mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat

    dalam kegiatan senggang secara tenang.

    5)  Sering kali bergerak atau bertindak seolah- olah dikendalikan

    oleh “mesin”. 

    6)  Sering kali berbicara berlebihan.

    Sementara gejala- gejala impulsivitas amtara lain sebagai berikut.

    1)  Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai disampaikan.

    2)  Sering mengganggu atau menyela percakapan orang lain.

    3)  Sering mengalami kesulitan menunggu giliran.

    C.  Tipe ADHD Gabungan

    Tipe ini dapat diketahui dengan mendiagnosis atau mendeteksi

    adanya paling sedikit enam di antara Sembilan gejala tipe ADHD

    gangguan pemusatan perhatian ditambah paling sedikit enam di

    antara Sembilan gejala tipe ADHD hiperaktif-impulsif.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    31/72

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    32/72

    32

     periode enam bulan terakhir. Pada setiap butir, tanyakan pada diri

    anda “BErapa banyak masalah ini terjadidalam enam bulan

    terakhir?” dan beri tanda (√) pada saah satu kolom yang paling

    tepat. Jika sama sekali tidak atau sangat jarang, anda dapat memberi

    tanda (√) pada kolom 1. Jika selalu demikian, anda dapat memberi

    tanda (√) pada kolom 4. Anda dapat memberi tanda (√) kolom 2 untuk

    kadang- kadang, dan kolom 3 untuk seringkali. Mohon semua butr

    diisi. 

    Tabel 2. Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (Menkes,

    2011).

    Tidak

    Pernah

    sama

    sekali(1)

    Kadang-

    kadang(2)

    Sering(3)

    Sangat

    Sering(4)

    1 Sering sulit mempertahankan

     perhatian pada waktu

    melaksanakan tugas atau

    kegiatan bermain

    2 Sering berlari- lari atau

    memanjat secara berlebihan

     pada situasi yang tidak sesuai

    untuk hal tersebut

    3 Gagal menyelesaikan sesuatu

    yang telah dimulai

    4 Gagal menyelesaikan sesuatu

    yang telah dimulai

    5 Sering seolah- olah tidak

    memperhatikan orang pada

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    33/72

    33

    waktu diajak berbicara

    6 Sering lambat dalam

    menyelasaikan tugas di sekolah(mencatat, menyalin,

    mengerjakan soal)

    7 Kemampuan sosialisasi buruk

    8 Sering lupa tentang segala

    sesuatu yang telah dipelajari

    9 Menghindari, enggan atau

    mengalami kesulitan

    melaksanakan tugas- tugas yang

    membutuhkan

    10 Membutuhkan bimbingan

     penuh untuk dapat

    menyelesaikan tugas

    11 Mengalami kesulitan

     bermainatau melaksanakan

    kegiatan dengan tenang diwaktu

    senggang

    12 Mudah terangsang dan

    impulsive (bertindak tanpa berpikir)

    13 Sering melontarkan jawaban

    secara terburu- buru terhadap

     pertanyaan yang belum selesai

    ditanyakan

    14 Meninggalkan tempat duduk di

    kelas atau situasi lain dimana

    diharapkan untuk tetap duduk

    diam

    15 Mengalami kesulitan untuk

    antri atau menunggi giliran

    dalam bermain atau situasi

    kelompok

    16 Sering perhatiannya mudah

    terpecah atau terbagi

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    34/72

    34

    17 Mudah tersinggung dan

    terganggu oleh orang lain

    18 Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa

     bantuan orang lain

    19 Tidak dapat menyelesaikan

    tugas sesuai dengan waktunya

    20 Tidak dapat mengikuti perintah

    secara berurutan

    21 Perhatiannya mudah beralih

    ketika diberi petunjuk untuk

    mengerjakan sesuatu

    22 Perhatiannya sering mudah

    dialihkan oleh rangsangan dari

    luar

    23 Sering ceroboh atau tidak teliti

    dalam menyelesaikan tugas

    24 Tidak pernah bisa diam, tidak

    mengenal lelah

    25 Sering menghilangkan benda-

     benda yang diperlukan untuk

    menyelesaikan tugas ataukegiatan lain

    26 Sering seperti tidak

    mendengarkan pada waktu

    diajak berbicara secara

    langsung

    27 Sering gagal menyelesaikan

    tugas

    28 Selalu dalam keadaan “siap

    gerak” atau aktivitasnya seperti

    digerakkan oleh mesin

    29 Sulit dikendalikan pada saat

     berada di Mall atau sedang

     berbelanja

    30 Sering menyela atau

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    35/72

    35

    memaksakan diri terhadap

    orang lain (misalnya

    memotong, menyelak percakapan atau mengganggu

     permainan)

    31 Sering usil, mengganggu anak

    lain di dalam kelas

    32 Terlalu aktif atau aktivitas

     berlebihan

    33 Tidak mampu mengikuti

     petunjuk dan gagal

    menyelesaikan tugas sekolah

    (tidak disebabkan oleh tingkah

    laku atau sikap menentang atau

    kegagalan untuk memahami

     petunjuk)

    34 Tidak bisa duduk diam (kaki

    dan tangannya tidak bisa diam

    atau selalu bergerak)

    35 Sering “bengong”, pada waktu

    melaksanakan tugas

    Penilaian SPPAHI:

    Jawaban setiap butir pertanyaan diberi nilai 0-3

    -   Nilai 0 = jawaban pada kolom 1 (sama sekali tidak atau sangat

     jarang)

    -   Nilai 1 = jawaban pada kolom 2 (kadang- kadang)

     Nilai 2 = jawaban pada kolom 3 (sering)

    -   Nilai 3 = jawaban pada kolom 4 (selalu)

    Total nilai = 0-15

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    36/72

    36

    Cut off Score

    Pemeriksa Orang Tua >30

    -  Pemeriksa Guru >29

    -  Pemeriksa Dokter >22

    Anak dengan skor SPPAHI lebih besar dari cut off score dinyatakan

     berisiko tinggi mengalami ADHD. Anak yang berisiko tinggi dianjurkan

    untuk segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan prosedur

     pemeriksaan anak dengan ADHD (Menkes, 2011).

    2.2. Neurofeedback

    2.2.1. Definisi

     Neurofeedback  juga dikenal sebagai  EEG-biofeedback , adalah suatu

     proses dimana sensor atau elektroda diletakkan pada kulit kepala dan alat-

    alat lain dihubungkan ke monitor untuk melihat informasi dari waktu ke

    waktu tentang aktivitas fisiologis otak pasienyang bertujuan untuk

    meningkatkan fungsi otak. (Kouijzer, 2011).

     Neurofeedback berawal pada tahun 1960 oleh Joseph Kamiya, dimana

    ia berhasil melakukan percobaan untuk mengontrol gelombang alpha pada

    manusia. Gelombang alpha memiliki frekuensi 8-12 Hz, gelombang ini

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    37/72

    37

    dihasilkan pada daerah oksipital dan daerah parietal serta dapat direkam

    selama dalam keadaan relaksasi terjaga dengan mata yang tertutup. Pada saat

    itulah otak memproduksi gelombang alpha sebagai frekuensi yang dominan,

    dengan penemuan itulah semakin banyaknya pemenuan- penemuan baru

    tentang gelombang otak. Joe Lubar menggunakan gelombang SMR

    ( sensorimotor rhythm) dengan frekuensi 12- 15 Hz pada pasien ADHD untuk

    menurunkan hiperaktivitas.Lubar melaporkan hasil terapi neurofeedback pada

    anak laki- laki berumur 11 tahun dengan gangguan ADHD yang dilatih untuk

    meningkatan SMR dan menurunkan gelombang theta. Setelah beberapa

     bulan, anak tersebut menunjukkan peningkatan dalam hal bekerjasama dan

     peningktan prestasi di sekolah (Kouijzer, 2011).

    2.2.2. Cara Kerja Neurofeedback

    Pada saat dilakukan sesi pelatihan neurofeedback,  pasien diharapkan

    duduk di depan layar komputer dan aktivitas otak akan direkam

    menggunakan EEG menggunakan satu atau lebih elektroda. Sebelum pasien

    mulai melakukan terapi neurofeedback , terlebih dahulu ditentukan frekuensi

    manakah yang akan diubah dan lokasi yang akan dipasang elektroda pada

    kulit kepala. Frekuensi dan lokasi biasanya ditetapkan dengan

    membandingkan rekaman EEG pada anak normal dengan usia yang sama

    terhadap pasien.  Raw EEG dibentuk dari beberapa gelombang otak dengan

    efek dan amplitudo yang berbeda, dimana rentang masing- masing frekuensi

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    38/72

    38

    delta (1-3 Hz), theta (4-7 Hz), alpha (8-12 Hz), beta (13-30 Hz) dan gamma

    (lebih dari 30 Hz) (Mirjam, 2011). Menurut Tais dkk dalam jurnalnya yang

     berjudul Evidence- Based Information on the Clinical Use of Neurofeedback

     for ADHD  menyebutkan bahwa gelombang frekuensi lambat berkaitan

    dengan keadaan istirahat, sedangkan gelombang cepat akan memunculkan

    respon tantangan pada otak seperti, saat melakukan tes matematika.

    Gelombang dengan frekuensi lebih rendah dari 4 Hz (gelombang delta)

     berhubngan dengan keadaan tidur; frekuensi 4-7 Hz (gelombang theta)

     berhubungan dengan keadaan tidur dan penurunan keadaan terjaga;

    gelombang alpha (8-12 Hz) berkaitan dengan keadaan rileks atau keadaan

    terjaga, dan gelombang cepat 13-30 Hz (gelombang beta) berkaitan dengan

    konsentrasi dan rangsangan saraf. Gelombang SMR termasuk gelombang low

    beta dimana rentang gelombang SMR yakni 12-15 Hz dan berkorelasi dengan

    imobilitas (Kouijzer, 2011).

    Gambar 6. Gelombang Delta

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    39/72

    39

    Gambar 7. Gelombang Theta

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

    Gambar 8. Gelombang Alpha

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

    Gambar 9. Gelombang SMR / low beta

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

    Gambar 10. Gelombang Beta

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    40/72

    40

    Gambar 11. Gelombang Gamma

    Sumber: Buku Ada Apa dengan Otak Tengah (Kouijzer, 2011)

    Penempatan elektroda EEG untuk anak ADHD yakni di Cz, C3, C4,

    dan ada juga yang menempatkan elektroda di prefrontal (FPz), di atas telinga

    kiri, dan di lobulus auriculae. Pada terapi neurofeedback ini protokol yang

     biasa digunakan ialah protokol theta/ beta. Pada protokol ini theta diturunkan

    frekuensinya sedangkan gelombang beta ditingkatkan di daerah frontal atau

    central dari verteks. Protokol ini dikembangkan setelah ditemukan fakta

     bahwa 85-95% anak dengan ADHD mengalami peningkatan pada gelombang

    theta dan penurunan gelombang beta di daerah frontal dan central. Setelah

    dilakukan rencana pengobatan, selanjutnya neurofeedback (NF) akan

    dilakukakan, dimana setiap sesi pelatihan NF akan dipasang elektroda di

    lokasi tertentu dengan menggunakan elektroda gel.  Refference electrode

    ditempatkan dilokasi dimana terdapat sedikit atau tidak sama sekali

    gelombang yang ingin diubah misalnya pada mastoid atau lobulus auriculae

    (Kouijzer, 2011).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    41/72

    41

    Gambar 12. Contoh sesi pelatihan neurofeedback

    Sumber: Neurofeedback Treatment in Children and Adolescent with

     Autism (Kouijzer, 2011) 

    Elektroda lain (the groud electrode) dipasang pada tubuh. Biasanya

    dokter menggunakan grafik batang di layar komputer untuk memperlihatkan

     perubahan pada EEG. Semakin besar amplitudo yang terekam oleh EEG

    maka bar   akan semakin tinggi (Kouijzer, 2011). EEG yang dianalisis pada

    anak ADHD yakni gelombang theta dan gelombang beta. Pelatih memberikan

     permainan di layar komputer seperti teka- teki, balap, pac- man dan lainnya

    kepada anak dimana ia harus berkonsentrasi untuk menang dalam permainan

    tersebut dan setiap sesi pelatihan NF ini akan dicatat nilai dari permainan

    ( games) anak tersebut sehingga anak akan termotivasi untuk mendapatkan

    nilai yang lebih tinggi (Victoria, 2013). Pelatihan NF ini dilakukan secara

    intensif dua sampai tiga kali bahkan lebih dalam seminggu dengan 30 kali

    sesi pelatihan. Setiap sesi pelatihan NF dilakukan berlangsung selama 30

    sampai 60 menit (Duric, Assmus, Gundersen, & Elgen, 2012).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    42/72

    42

    Gambar 13. Contoh layar computer

    Sumber: Neurofeedback Treatment in Children and Adolescent with

     Autism (Kouijzer, 2011)

    2.2.2.1. Mekanisme Kognitif yang Mendasari Neurofeedback

    Selama sesi pelatihan NF dilakukan, pasien diharapkan untuk

    mengatur gerakan grafik batang yang ada pada layar komputer. Kemudian

    film, musik, dan alat pengukur gelombang dinyalakan. NF adalah suatu

     pengaturan diri sendiri, dimana pasien mengatur dan mengembangkan dengan

    sengaja kontrol atas aktifitas EEG mereka, yang memungkinkan mereka

    untuk menaikkan atau menurunkan ketinggian dari grafik batang (Kouijzer,

    2011).

    Mekanisme fungsional yang digunakan untuk mengatur diri sendiri

    ( self regulate) aktifitas listrik pada otak tidak begitu berbeda dengan

    mekanisme fungsional yang kita gunakan untuk mengendalikan tubuh kita.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    43/72

    43

    Dalam studi yang dilakukan oleh Kamiya, pasien pertama- tama dilatih untuk

    mengenali gelombang alpha dan beberapa dari mereka berhasil menghasilkan

    gelombang alpha tersebut. Dewasa ini, aktifitas pengontrolan EEG sering

    digunakan untuk pasien dengan gangguan neuromuskular dan LIS (loscked-

    in syndrome) menggunakan otak dan komputer ( Brain Computer Interface)

    untuk mengontrol layar di computer (Kouijzer, 2011).

    Mekanisme fungsional yang digunakan untuk mengatur sendiri

    aktifitas elektrik otak tidak sangat berbeda dari mekanisme fungsional yang

    kita gunakan untuk mengontrol tubuh kita seperti, saat kita menggenggam

    gelas untuk minum sistem motorik kita mencoba untuk mencocokan antara

     penglihatan dan taktil atau sentuhan dengan perintah motorik yang sesuai.

    Kemampuan untuk mengontrol gelombang otaknya sendiri dapat beroperasi

    dengan baik pada prinsip yang serupa, dimana otak pasien selalu membuat

    hubungan antara EEG dan sensoriknya yang memungkinkan untuk

    membentuk dan mengontrol efek sensorik dengan neurofeedback . NF dapat

    membentuk sinyal biologis yang tidak disadari oleh pasien dan pasien belajar

    untuk mengontrolnya (Kouijzer, 2011).

    2.2.2.2. Mekanisme Neuronal yang Mendasari Neurofeedback  

    Pada satu studi fMRI yang meneliti efek NF pada saraf anak dengan

    ADHD, dimana 15 anak dilatih untuk menurunkan gelombang theta (4-7 Hz)

    dan meningkatkan kekuatan pada gelombang SMR (12-15 Hz) dan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    44/72

    44

    gelombang beta (15-18 Hz). Setelah pelatihan NF, pasien menunjukkan

    aktivasi yang signifikan pada lokus dalam sistem otak terutama yang

     bertindak sebagai pusat pehatian dibandingkan dengan kelompok lain yang

    tidak mengikuti pelatihan NF. Hasil studi ini menunjukkan bahwa NF

    memiliki kapasitas untuk menormalkan fungsi sistem otak pada anak ADHD,

    dalam hal ini NF membantu untuk menstabilkan kadar dopamin dengan

    menghambat aktivitas transporter dopamin dan meningkatkan tingkat

    ekstrasinaps dari dopamin dengan cara meningkatkan frekuensi gelombang

     beta (SMR). Gelombang SMR (12-15 Hz) adalah ritme maksimal yang

    ditemukan pada korteks sensorimotor otak. SMR berhubungan dengan

    kontrol atas rangsangan di somatosensori dan somatomotor pada jalur saraf

    talamokortikal otak. Pada ADHD, penurunan rangsangan hiper kortikal dan

    talamokortikal akan membuat anak kecenderungan menjadi impulsif

    (Kouijzer, 2011).

    2.2.3.  Pengaruh Terapi Neurofeedback Terhadap Perkembangan Anak dengan

    ADHD

     Neurofeedback adalah suatu pelatihan untuk meningkatkan

    kemampuan pengaturan diri atas pola aktivitas otak, dimana NF ini efektif

    untuk mengubah pola aktifitas otak. Sampai saat ini, cukup banyak penelitian

    yang telah meneliti efek dari NF sebagai pengobatan ADHD, dimana NF atau

    biofeedback dapat meningkatkan harapan orang tua dan anak tentang hasil

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    45/72

    45

    yang positif untuk pengobatan ADHD. Beberapa penelitian menemukan

    hubungan antara ADHD dan perbandingan theta dan beta yakni suatu

    gelombang otak atau pola aktifitas otak. NF bertujuan untuk pengobatan

    ADHD, dimana dapat meningkatkan frekuensi gelombang beta khususnya

    SMR dan menurunkan gelombang theta. Meskipun pengobatan NF tidak

    menyebabkan efek samping, namun ada beberapa jurnal menyebutkan efek

    samping dari NF seperti sakit kepala, perasaan gelisah dan mual, namun hal

    tersebut tidak mengakibatkan penghentian pelatihan NF. Pelatihan NF ini

     juga efektif dalam jangka panjang, dimana dua tahun setelah pelatihan

    dihentikan, perilaku dan perbaikan atensi tetap terpelihara dan pasien

    menunjukkan peningkatan perbaikan yang terus- menerus setelah akhir

     pengobatan. Berbeda dengan medikasi, pemberian obat- obatan untuk anak

    dengan ADHD dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan

     peningkatan risiko kejadian penyakit jantung atau kardiovaskuler seperti,

    infark miokard, serangan jantung mendadak (SCD), maupun stroke saat

    muda. Berikut beberapa jenis obat untuk ADHD (Moriyama et al., 2012).

    Tabel 3. Obat yang digunakan sebagai pengobatan ADHD ( Nelsontextbook of Pediatric)

     Nama Generik DurasiObat

    Dosis Efek Samping

    Golongan

    Methylphenidate

    3-4 jam 5,10,20mg

    Penurunan

    nafsu makan,

    gangguantidur ringan,

     penurunan

    Immediate release

    (Ritalin, Methylin)

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    46/72

    46

     berat badan,

    mudah marah,

    munculnyatics.

    Extended release

    (Metadate ER) 

    4-6 jam 10,20mg Penurunan

    nafsu makan,

    gangguantidur ringan,

     penurunan

     berat badan,

    mudah marah,munculnya

    tics.

    Sustained release(Ritalin SR,

     Methylphenidate) 

    4-6 jam 20mg Penurunannafsu makan,

    gangguantidur ringan,

     penurunan

     berat badan,

    mudah marah,munculnya

    tics.

    Golongan

    Atomoxethine

    12 jam 10,18,25,40,60mg

    Gugup,

    gangguan

    tidur, lelah,sakit kepala,

    mulut kering,

    gangguanintestinal

    Extended release(Strattera) 

    Buspiron(Wellbutri) 

    4-5 jam 100,150mg Gangguantidur, sakit

    kepala, kejang

    Golongan

    Dextroamphetamin

    4-6 jam 5,10,15mg

    Penurunan

    nafsu makan,

    gangguan

    tidur ringan, penurunan

     berat badan,

    mudah marah,munculnya

    tics.

    Short acting

    (Dexedrine) 

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    47/72

    47

    Intermediate-

    acting

    (Dexedrine spansule) 

    6-8 jam 5,10,20mg Penurunan

    nafsu makan,

    gangguantidur ringan,

     penurunan berat badan,

    mudah marah,

    munculnya

    tics.

    Grafik 1. Penilaian ADHD sebelum dan setelah pelatihan NF dan

    medikasi

    Sumber: Neurofeedback and Standard Pharmacological Intervention

    in ADHD (Victoria, 2013)

    Tujuan pelatihan NF ialah untuk mengajarkan individu atau pasien

    guna mendapatkan kontrol atas kondisi mental dan mengembangkan akal atau

     pikiran untuk memahami dan mengubahnya sesuai dengan kontrol diri.

    Bagian penting dari pelatihan NF yang dipantau melalui EEG adalah

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    48/72

    48

    ‘pelatihan transfer’ yang artinya pelatihan ini untuk mentransfer atau

    memindahkan keterampilan atau cara kerja otak yang diperoleh saat sesi

     pelatihan NF untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Dalam beberapa

     penelitian dilaporkan bahwa saat dilakukan sesi pelatihan NF yang ke- 8 dan

    seterusnya, pasien harus berlatih untuk tetap aktif dalam mengerjakan

    kegiatan sehari- harinya selama 10 menit dalam sehari yang mengharuskan

    mereka untuk perhatian atau fokus seperti, melakukan pekerjaan rumah atau

     bermain  game. Anak- anak dengan ADHD diminta untuk mengidentifikasi

    situasi yang ada di sekitar mereka, dimana strategi ini akan menjadi sangat

     penting untuk mengingatkan mereka dalam pengendalian diri. Hal ini

    menunjukkan bahwa pelatihan NF efektif memberi pengaruh positif dalam

     jangka waktu yang panjang (Moriyama et al., 2012).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    49/72

    49

    Gambar 14. Populasi Klinis pada anak dengan ADHD yang mengikuti pelatihan

    neurofeedback  

    Sumber: Neurofeedback for the treatment of children and adolescents with ADHD: a

    randomized and controlled clinical trial using parental reports (Duric et al., 2012).

    Pengaruh NF pada anak dengan ADHD terbukti efektif. Berdasarkan

     penelitian, NF dan medikasi menghasilkan perbaikan yang serupa. NF

    mampu memperbaiki gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif

     pada anak- anak maupun remaja dengan ADHD. Oleh sebab itu NF dapat

    disarankan untuk pasien ADHD, karena NF dan medikasi memiliki

    keefektifan yang sama. Hal ini membuktikan NF sebagai pengobatan non

    farmakologi alternatif untuk anak dengan ADHD yang tidak dapat merespon

    obat- obatan atau medikasi dengan baik. Selain itu medikasi dapat dikurangi

    apabila pasien mengikuti pelatihan NF (Duric et al., 2012).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    50/72

    50

    BAB III

    PENGARUH TERAPI NEUROFEEDBACK TERHADAP PERKEMBANGAN

    ANAK DENGAN ADHD DITINJAU DARI ISLAM

    3.1. Anak Menurut Pandangan Islam

    Kedudukan anak bagi orang tua salah satunya adalah sebagai qurrota

    a’yun  (penyejuk jiwa), anak yang taat pada Allah SWT akan menyenangkan

    orang tua dengan bakti dan pelayanannya. Selain sebagai qurrota a’yun anak

    merupakan amanah dari Allah SWT kepada orang tua untuk selalu dijaga

    kesehatannya, diberikan kasih sayang, diberikan perhatian (Ferdinata, 2013).

    Dimana ada harapan orang tua untuk memperoleh keturunan yang baik

    sebagaimana diajarkan Allah SWT untuk menjadi doa harian terutama bagi

    orang tua. Sebagai mana Allah SWT berfirman:

    Artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kamidan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan

     jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS Al Furqan (25):74)

    Anak merupakan amanah Allah SWT untuk dijaga dan dirawat dengan

    kasih sayang. Salah satunya dengan cara menjaga kesehatan anak, kesehatan

    sangat penting untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu Allah

    SWT mewajibkan manusia untuk selalu menjaga kesehatannya baik kesehatan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    51/72

    51

     jasmani maupun kesehatan rohani. Untuk itu orang tua harus selalu

    memperhatikan kesehatan anaknya jangan sampai menelantarakan

    keturunannya (Ferdinata, 2013).

    Sebagaimana Allah SWT berfirman:

    Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di

    belakang mereka yang mereka khawatir terhadap(kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

    bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara

    dengan tutur kata yang benar”. (QS An-Nisa(4):9)

    Berdasarkan dari ayat di atas dzurriyyatan dhi’aafan yang artinya

    keturunan yang lemah dalam hal ini ialah kelemahan ekonomi, seperti faqir

    miskin dan anak yatim. Ayat ini mengandung pengertian tentang harta waris

    dimana hendaknya kita bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-

    hal yang dimurkai Allah dan kita juga hendaknya takut apabila mengabaikan

    keturunan yang lemah dan tak memiliki apa- apa, sehingga mereka tidak bisa

    memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta- lunta (Ferdinata, 2013).  

    Anak adalah amanat dari Allah SWT bagi para orang tuanya. Ia

     bagaikan kertas putih yang siap diwarnai dan dibentuk sesuai keinginan

    kedua orang tuanya. Selain itu, dalam kefitriannya, anak membawa potensi

    yang siap dikembangkan, baik melalui tangan orang tuanya, pendidik ataupun

    masyarakat. Oleh karenanya, orang tua harus pandai dan bijak dalam

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    52/72

    52

     pemberian arahan, bimbingan dan pendidikan bagi anak- anaknya (Farmawi,

    2002).

    Sebagaimana sabda Nabi SAW:

    Artinya: “Tiada satu anak pun yang terlahir ke dunia ini kecuali

    dengan keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yangmenjadikan Yahudi atau Nasrani atau Majusi. Seperti

    hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian

    melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR. Muslim).

    Hadits ini mengandung pengertian bahwa setiap anak itu terlahirkan

    dalam keadaan suci (fitrah). Kedua orang tua yang membuat anak memeluk

    suatu agama. Apabila keduanya mengarahkan kepada Islam, ia akan menjadi

    muslim, dan apabila keduanya mengarahkan kepada pandangan hidup lain

    maka ia akan menjadi apa yang diinginkan kedua orang tuanya (Shabir, 2001).

    3.2. Anak dengan ADHD Menurut Islam

    ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kumpulan

    gejala yang ditandai dengan kurangnya pemusatan perhatian secara terus-

    menerus, hiperaktif, dan impulsif dibandingkan dengan tingkat

     perkembangan anak pada usia tertentu. Diagnosis ADHD memiliki gejala

    yang menetap, dimana gejala tersebut muncul sebelum berusia 7 tahun, dan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    53/72

    53

    gejala tersebut terjadi tidak hanya di rumah atau sekolah. Beberapa kondisi

    dikaitkan dengan kejadian timbulnya ADHD seperti, genetik, neurologis,

    keracunan dan psikososial, serta dapat juga ditemukan pada anak yang lahir

     prematur dan anak dengan cacat intelektual (Zitelli et al , 2012).

    Seorang anak tidak hanya karunia yang Allah berikan kepada orang

    tua tetapi juga sebagai ujian sekaligus penyejuk hati. Dalam Islam, anak

     berkebutuhan khusus salah satunya ialah ADHD yang merupakan gangguan

     perkembangan anak dimana dalam Q.S. At- Tin: 4 disampaikan bahwa

    “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik -

    baiknya.” Allah Swt pun menjadikan manusia dengan perawakan (fisik) yang

    tegak, sehingga mampu membuahkan berbagai hasil karya yang

    menakjubkan. Akan tetapi manusia tidak menyadari keistimewaannya itu,

    dan menyangka bahwa dirinya sama dengan makhluk yang lain. Karenannya

    mereka mengerjakan apa yang sesungguhnya tidak dibenarkan oleh akal

    sehatnya dan tidak disukai oleh fitrahnya. Selain itu, dalam sebuah hadits

    Rasulullah Saw menyatakan bahwa, “ Allah tidak melihat seseorang dari

    wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah melihat seseorang dari hatinya” (H.R.

    Muslim). Dari hadits di atas jelas bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi

    terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap manusia sama di hadapan Allah

    kecuali amal perbuatan dan ketaqwaannya (Teungku, 2003).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    54/72

    54

    Dilihat statusnya maka anak mempunyai tiga status yaitu (Uddin,

    2002):

    1.  Anak sebagai makhluk individu

    Anak memiliki sebagian sifat bapak dan sifat ibu.

    2.  Anak sebagai makhluk sosial

    Anak yang lahir adalah makhluk sosial karena bayi merupakan

    anggota keluarga dan masyarakat dimana dia dilahirkan, dan harus

    didaftarkan pada kantor kelahiran baik lahir hidup maupun mati.

    3.  Anak sebagai makhluk Allah

    Anak adalah sebagai makhluk Allah karena ia dijadikan Allah sejak

     pertemuan sperma dan ovum sampai menjadi manusia yang sanggup hidup

    sendiri di luar tubuh ibunya. Dalam rahim ibu, ovum yang telah dibuahi

     bernidasi dan dengan memperoleh makanan melalui darah ibunya bayi

     berkembang sampai menjadi bayi lengkap. Allah mengutus Malaikat untuk

    meniupkan ruh dan jadilah integrasi antara ruh dengan tubuh fisik sampai

    dilahirkan.

    Sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    55/72

    55

    Artinya: “Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari suatu saripati tanah. Kemudian Kami jadikan satipati itu nutfah

    (konsepsi sperma dan ovum) dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian nutfah itu kami jadikan alaqah kemudian Kami jadikan mudhghah (segumpal daging) dan Kami

     jadikanlah mudhgah tulangh belulang. Kami bungkus

    dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang(berbentuk) lain, maka Maha Suci Allah Pencipta Yang

    Terbaik”. (Qs. Al - Mu’minun (23):12-14). 

    Islam telah menyiapkan sejumlah ketentuan, sunah- sunah dan etika,

    untuk menyambut kelahiran anak diantaranya adalah sebagai berikut: (Al-

    Arifi, 2002)

    1.  Pemberian kabar gembira tentang kelahiran bayi

    Al-qur’an menyebutkan k abar gembira bagi sejumlah nabi

    yang diberi anugerah anak. Sebagaimana firman Allah:

    Artinya: ”Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, ketika Ia tengah berdiri shalat di mihrab, “sesungguhnya Allahmenyampaikan berita gembira kepadamu dengan kelahiran

    Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dan hawa nafsu) dan

     seorang nabi termasuk keturunan orang- orang shaleh”.(QS. Ali Imran (3):39).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    56/72

    56

    2.  Memberi ucapan selamat atas kelahiran bayi dan

    mendoakannya

    Jika ada bayi lahir Rasulullah SAW menggendongnya, lalu

    mendoakan kebaikan dan keberkahan baginya (Al- Arifi, 2002).

    ا 

    ه

    يع مي

    ه

    ار  ه

     

    ن

    ه

     ف    كم  

    ه

     ا  عذوا ب

    ه

     كن   ذ ب ،

    ه

    ي  

     حق

    ه

    و

     يل

    ه

    سع

    ه

     

    Artinya: ”Jadikanlah kalimat ini untuk memohon perlindungan dari gangguan setan bagi anak kalian. Karena Ibrahim ‘alaihis salam, beliau memohon perlindungan untuk Ismail dan Ishaq dengan kalimat doa tersebut.” (HR. Abdur Razaq).

    3.3.  Mendidik Anak ADHD dalam Islam

    Peranan keluarga khususnya orang tua sangatlah dibutuhkan untuk

    mendidik dan memperkenalkan agama kepada anak, dimana telah tercantum

    dalam Al-Qur'an dan Hadits. Hal yang perlu diingat sebagaimana dikatakan

    Hatta dkk, bahwa masa kanak- kanak bukanlah masa pembebanan atau

     pemberian kewajiban melainkan masa persiapan untuk pemberian kewajiban

    setelah baligh nanti. Berikut ini ialah beberapa cara mendidik anak dengan

    ADHD: 

    3.3.1.  Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak

    Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila tauhidnya selamat, maka

    dia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Sebaliknya jika

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    57/72

    57

    seseorang terjatuh ke dalam kesyirikan, maka ia akan mendapatkan celaka di

    dunia serta kekekalan di dalam azab neraka (Hatta dkk, 2013).

    Sebagaimana Allah berfirman :

    Artinya: “ Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “H ai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnyamempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Q.S.31:13)

    3.3.2.  Mengajari anak untuk melaksanakan ibadah

    Mengajarkan anak cara beribadah yang benar sejak kecil. Mulai dari

    tata cara bersuci, shalat, puasa, serta ibadah-ibadah lainnya. Bila mereka telah

    menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri

    shalat berjamaah di masjid. Dengan melatih mereka pada usia dini, insya

    Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut

    (Hatta dkk, 2013).

    Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:

    و

     

     

    هب

     

    واض

     

    س

     

    سع

     

      بأ

     

    هو

     

    بصة

     

    ك

    َ

    د وأ

     

    هروا

     

    ا

     

    في

     

    ب

     

    ا

    وف

     

    س

     

    َ

     

      بأعج  

    Artinya: “Suruhlah anak -anakmu untuk melaksanakan shalat padausia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    58/72

    58

    melaksanakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud). 

    3.3.3.  Mengajarkan Al-Quran, hadits serta doa-doa ringan

    Dimulai dengan surat Al-fathihah dan surat-surat pendek serta doa

    tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang

    mengajari tajwid, menghafal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa

    dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghafalkannya, seperti

    doa ketika makan, masuk toilet, dan lain-lain (Hatta dkk, 2013).

    Rasulullah SAW bersabda:

    ه

     

     

    ع

     

    و

     رآن ا

     م

     

     

    ت

     ن

     

      خيركم

    Artinya: “Sebaik -baiknya kamu adalah orang yang belajar al Qur’andan mengajarkannya.” (Hr. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah). 

    3.3.4. 

    Mendidik anak dengan adab-adab dan akhlak mulia

    Ajarilah anak dengan adab-adab Islami, seperti makan dengan tangan

    kanan, membaca basmalah sebelum makan atau minum, menjga kebersihan,

    menggucapkan salam dan lain-lain. Menanamkan akhlak yang mulia, seperti

     berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan,

    menghormati orang yang lebih besar, menyayangi orang yang lebih kecil, dan

    lain-lain (Hatta dkk, 2013).

     Nabi Muhammad SAW bersabda:

    ح ق   خ   شي  أثل في زان اؤ م ا

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    59/72

    59

    Artinya: “ Tidak ada sesuatupun yang paling berat dalam timbangan

     seorang Mukmin pada hari Kiamat nanti daripada akhlakmulia.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

    3.3.5.  Melarang perbuatan yang diharamkan

    Anak sedini mungkin harus diajarkan apa saja perkara yang tidak baik

    atau diharamkan seperti merokok, judi, minum khamar, mencuri, mengambil

    hak orang lain, berbuat dzalim, durhaka kepada orang tua, dan lain-lain. Hal

    ini diajarkan agar tidak menjadi orang yang toleran terhadap perkara-perkara

    seperti itu (Hatta dkk, 2013).

    Sabda nabi :

    Artinya: “Sungguh akan ada golongan-golongan dari umatku yangmenghalalkan: perzinaaan, memakai sutra (bagi laki-laki),

    meminum khamar, dan memakai al-ma’azif (alat -alatmusik)” (H.R. Bukhari).

    3.3.6.  Menanamkan cinta jihad serta keberanian

    Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian nabi dan para

    sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam. Dan didiklah mereka

    agar berani melakukan amar ma’ruf nahi munkar , hanya takut kepada Allah,

    dan tidak menakuti-nakuti mereka dengan cerita bohong, horor, atau menakut-

    nakuti mereka dengan gelap, dan lain-lain (Hatta dkk, 2013).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    60/72

    60

    3.3.7.  Membiasakan anak dengan pakaian syar’i 

    Biasakanlah anak-anak menggunakn pakaian sesuai dengan jenis

    kelaminnya. Jauhkan anak-anak dari model pakaian barat yang tidak  syar’i,

    ketat atau memperlihatkan aurat (Hatta dkk, 2013).

    Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mengenakan kerudung

     penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk

    mengenakan jilbab yang sesuai dengan syariat Islam (Hatta dkk, 2013).

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

     

    و

     

    ف

     

    و

     

    بق

     

    ه

     

    ش

     

    ت

     

    ن

     

     

    Artinya: “Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasukmereka.” (Shahih, HR. Abu Daud).

    3.3.8. 

    Kesabaran dalam mendidik anak

    Sabar menurut Ath-thabari adalah menahan jiwa terhadap yang

    disukainya dan mengekangnya dari hawa nafsu. Menurut Ibrahim al-

    Khawwash sabar yaitu berpegang teguh di atas Al-Quran dan sunah. Dan

    Ibnul Jauzi mengatakan bahwa sabar adalah menahan jiwa dari apapun yang

    disukainya dan menekannya dengan melakukan yang tidak disukainya di

    dunia, yang jika seseorang melakukannya atau meninggalkannya niscaya ia

    merasakan akibat buruknya di akhirat (Al-Khazandar, 2009).

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    61/72

    61

    Menjadi orang tua dari anak ADHD harus mempertinggi ambang batas

    kesabaran. Orang tua harus sabar pada sikap yang ditampilkan anak, saat

     bekerja sama dengan guru dan pihak sekolah, saat menerima keluhan-keluhan

    (jika ada) dari orang lain karena kesalahan sikap anak ADHD, dan saat

    mengasuh serta mendidik anak sehari-hari (Priyatna, 2010).

    Mengingat anak dengan ADHD memiliki emosi yang tinggi, orang tua

     juga harus mengajarkan sabar kepada anak. Nabi Muhammad SAW dapat

    dijadikan sebagai contoh bersikap sabar. Anak-anak diharapkan bersabar jika

    ada yang menggangunya, mengambil mainannya, atau memukulnya.

    Sebagaimana firman Allah :

    Artinya:  “ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dankuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di

     perbatasan negerimu) dan bertaqwslah kepada Allah

     supaya kamu beruntung ” (Q.S.3:200). 

    3.4.  Pandangan Islam Mengenai Terapi Neurofeedback   Terhadap

    Perkembangan Anak dengan ADHD

     Neurofeedback (NF)  juga dikenal sebagai  EEG-biofeedback , adalah

    suatu proses dimana sensor atau elektroda diletakkan pada kulit kepala dan

    alat- alat lain dihubungkan ke monitor untuk melihat informasi dari waktu ke

    waktu tentang aktivitas fisiologis otak pasien yang bertujuan untuk

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    62/72

    62

    meningkatkan fungsi otak.  Biofeedback  merupakan salah satu perkembangan

    teknologi di bidang kedokteran yang digunakan untuk menyembuhkan

     berbagai penyakit, seperti sakit kepala, insomnia, ADHD, autis dan lain-lain.

     NF adalah suatu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pengaturan diri

    atas pola aktivitas otak, dimana NF ini efektif untuk mengubah pola aktifitas

    otak. Mekanisme fungsional yang digunakan pada terapi ini untuk mengatur

    diri sendiri ( self regulate) aktifitas listrik pada otak tidak begitu berbeda

    dengan mekanisme fungsional yang kita gunakan untuk mengendalikan tubuh

    kita.Sampai saat ini, cukup banyak penelitian yang telah meneliti efek dari

     NF sebagai pengobatan ADHD, dimana NF atau biofeedback dapat

    meningkatkan harapan orang tua dan anak tentang hasil yang positif untuk

     pengobatan atau terapi pada anak dengan ADHD (Kouijzer, 2011). 

    Dalam Islam berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam

     berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya

    sendiri, serta menyuruh keluarga dan sahabatnya untuk berobat saat sakit.

    Setiap muslim, apabila sakit dianjurkan untuk berobat dan menyakini bahwah

    Allah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya,

    seperti yang diucapkan Nabi dalam hadits berikut (Zuhroni, 2010):

    ما 

    ر

     

    بح

     ن

     

     الدا

     ا

     

    الدو

     

    و

     وا

     

    او

     

    د

     

    ت

     

    ف

     

     

    و

     وا

     

    او

     

    د

     

    ت

     ق

     

    خ

     

    Artinya: “Sesungguhnya Allah menci ptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    63/72

    63

     sesuatu yang haram” (HR. Abu Dawud 387, dan disahihkanoleh al- Albani dalam Shahih wa Dha’if al - Jami’ 2643) 

    Menurut Muhadi (2009) di dalam upaya pengobatan atau terapi dari

    suatu penyakit, Islam memerintahkan agar bertanya kepada ahlinya atau orang

    yang megetahui. Di bidang kesehatan apabila sakit maka berobat kepada

    dokter atau yang ahli di bidang pengobatan, agar pengobatan dapat dilakukan

    dengan tepat. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang

    kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang

    lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien.

    Di mana sesuai dengan kaidah cabang dlarar ketujuh yaitu:

    ر ندـــسفم ضرات  رذ  اظع فهوعي      رتــــاArtinya: “ Apabila ada dua bahaya (risiko) yang berlawanan, maka

    harus dipelihara yang lebih berat kadar mudaratnya dengan

    melaksanakan yang lebih ringan kadar mudaratnya” 

    Dalam hal ini NF diyakini dan telah dibuktikan sebagai terapi non

    farmakologi yang efektif dan memiliki efek samping yang minimal untuk

    anak dengan ADHD sehingga Islam menyarankan dan memperbolehkan

    melakukan pengobatan atau terapi NF untuk anak dengan ADHD, karena NF

    mampu untuk mengobati dan mencegah gejala yang berulang pada anak

    dengan ADHD. NF juga merupakan suatu bentuk kemajuan teknologi

    khususnya dalam bidang kedokteran dan sejalan dengan perkembangan

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    64/72

    64

    teknologi menurut syariat Islam, dimana Islam mendorong manusia untuk

    mencari ilmu dan kemajuan dalam penemuan- penemuan khususnya dalam

     bidang kesehatan, menjanjikan ganjaran yang besar dan upaya- upaya ini

    dianggap bagian dari pengabdian kepada Allah SWT. Allah SWT menyuruh

    manusia untuk tidak berhenti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, sesuai dengan surat yang diturunkan Allah yakni surat Al-Alaq,

    dimana di dalamnya Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya dengan mengajar

    manusia apa yang tidak mereka ketahui,  Iqra’ yang berarti bacalah, telitilah,

    dalamilah, ketahuilah. Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat yang diperoleh

    manusia (ilmuan) tidak lain kecuali bentuk pengajaran Allah SWT.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    65/72

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    66/72

    66

    memiliki efek rusak bagi pasien. Dalam hal ini terapi neurofeedback

    dilakukan sebagai terapi non farmakologi yang efektif dan memiliki efek

    samping yang minimal dibandingkan dengan penggunaan medikasi atau obat

    untuk anak dengan ADHD sehingga Islam memperbolehkan melakukan

     pengobatan atau terapi NF untuk anak dengan ADHD, karena NF memiliki

    mudharat yang lebih kecil. Sehingga Islam menekankan kepada orang tua

    agar memberikan pengobatan yang terbaik kepada anak mereka khususnya

    anak dengan ADHD. Orang tua juga diharapkan tetap sabar dalam mendidik

    dan menjaga anak dengan ADHD sesuai dengan syariat Islam, karena

    sesungguhnya anak ialah amanah dari Allah SWT. Jadi menurut kedokteran

    dan Islam sependapat bahwa terapi NF ini dapat memberikan manfaat bagi

     perkembangan anak dengan ADHD.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    67/72

    67

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    1.   NF mampu memperbaiki gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif

     pada anak- anak maupun remaja dengan ADHD. Oleh sebab itu NF dapat

    disarankan untuk pasien ADHD.

    2.   NF dan terapi farmakologi menghasilkan perbaikan yang serupa pada anak

    dengan ADHD. Pemberian obat- obatan untuk anak dengan ADHD dalam

     jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan peningkatan risiko kejadian

     penyakit jantung seperti, infark miokard, serangan jantung mendadak (SCD),

    maupun stroke saat muda, sedangkan pelatihan NF dalam jangka waktu yang

    sudah ditentukan tidak membuktikan adanya efek samping yang nyata.  Hal ini

    membuktikan NF sebagai pengobatan non farmakologi alternatif untuk anak

    dengan ADHD yang tidak dapat merespon obat- obatan dengan baik.

    3.   Neurofeedback  bagi anak dengan ADHD diperbolehkan dan diajurkan, karena

    terapi tersebut ialah terapi non farmakologi dimana tidak memiliki efek

    samping yang ditimbulkan akan tetapi memiliki manfaat yang baik untuk anak

    dengan ADHD.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    68/72

    68

    5.2. Saran

    1. 

    Bagi Individu

    Disarankan kepada masing-masing orang tua anak dengan ADHD selalu

    memperhatikan tumbuh kembang anak, jika terdapat gejala klinis seperti yang

    telah dijelaskan diatas sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis

    anak atau psikiatri.

    2. 

    Bagi Dokter Muslim

    Disarankan untuk para dokter khususnya yang bekerja di bidang penelitian

    agar lebih memperbanyak lagi penelitian tentang pengobatan berbagai macam

     penyakit menggunakanterapi NF sehingga dapat memberikan ilmu

     pengetahuan yang lebih luas lagi tentang manfaat dari terapi NF tersebut.

    3. 

    Bagi Masyarakat

    Disarankan bagi masyarakat agar mengetahui informasi secara umum tentang

    anak dengan ADHD. Kepada para mubaligh dalam dakwahnya agar

    menyampaikan bagi umat Islam yang mengalami ADHD atau orang tua yang

    memiliki anak dengan ADHD, dianjurkan tetap berobat karena sesungguhnya

    Allah menurunkan suatu penyakit bersama dengan obatnya. 

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    69/72

    69

    Daftar Pustaka

    Al Qur’an Dan Terjemahannya. 2011. Departement Agama RI. Bandung: Pt SygmaExamedia Arkanlee.

    [Online] Available at: www.ADHD-Institute.com di akses pada 27 Januari 2015.

    [Online] Available at: www. CDC.gov di akses pada 27 Januari 2015. 

    A. Kilincaslan, M. Deniz Tutkunkardas, N. Motavalii. 2011. Complimentary and Alternative Treatments of Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Archieves of

     Neuropsychiatry 48:94-102.

    A. Reza, S. Hansch, et al. 2011. Neurofeedback in ADHD: a single-blind randomizedcontrolled trial. Eur Child Adolesc Psyciatry 20:481-491.

    AL- Khazandar. 2009. Sabar dan Teguh. Tersedia Dihttp://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_sabar_and_mosabarh.pdf . 

    Diakses pada 6 Februari 2015. 

    Al-Arifi. 2002. Tips Islami Menyambut Kelahiran Bayi. Halaman 34-123. Jakarta.

    Ammiruddin. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Halaman

    24-26. Jakarta. Departemen Agama.

    B. Hillard, et al. 2013. Neurofeedback Training Aimed to Improve Focused Attention

    and Alertness in Children With ADHD: A Study of Relative Power of EEG RhythmsUsing Custom-Made Software Application. Clinical EEG and Neuroscience

    44:193-202.

    B. Rubik. 2011.  Neurofeedback- Enhanced Gamma Brainwaves from the PrefrontalCortical Region of Meditators and Non-Mediators and Associated Subjective

     Experiences. Alternative and Complementary Medicine 17:109-115.

    C. Guan Lim, et al. 2010.  Effectiveness of a Brain-Computer Interface Based Programme for the Treatment of ADHD: A Pilot Study. General Psychiatry 43:73-

    82.

    Farmawi. 2002.  Manfaatkan Waktu Anak, Bagaimana Caranya?. Jakarta. Gema

    Insani.

    http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_sabar_and_mosabarh.pdfhttp://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_sabar_and_mosabarh.pdfhttp://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_sabar_and_mosabarh.pdf

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    70/72

    70

    Ferdinata. 2013. Qurota A’yun Impian Keluargaku. Tersedia Di

    http://Santriopojare.Blogspot.Com//2014/01/Qurrota-Ayu-Impian-

    Keluargaku.Html. Diakses Tanggal 20 Februari 2015.

    H. Gevensleben, et al. 2009. Is Neurofeedback An Efficacious Treatment For ADHD?

     A Randomised Controlled Clinical Trial. Child Psychology and Psychiatry 50:780-

    789.

    H. Gevensleben, et al. 2010.  Neurofeedback Training In Children With ADHD: 6-

     Month Follow-Up Of A Randomised Controlled Trial. Eur Child Adolesc

    Psychiatry 19:715-724.

    Hatta, Tamam, Alim. 2013.  Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslim. Jakarta Timur.

    Maghfirah Pustaka.

    J. H. Gruzelier, et al. 2014. Beneficial outcome from EEG-neurofeedback on creative

    music performance, attention and well-being in school children. Biological

    Psychology 95:86-95.

    J. Mill, A. Petronis. 2011.  Pre- And Peri-Natal Environmental Risk For Attention-

     Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD):The Potential Role Of Epigenetic Processes In Mediating Susceptibility. Child Psychology and Psychiatry 49:1020-

    1030.

    K. J. Rutledge. 2012. Training Cognition in ADHD:  Current Findings, BorrowedConcepts, and Future Directions. Neurotherapeutics 9:542-558.

    L. Arnold, et al. 2012.  EEG Neurofeedback for ADHD: Double-Blind Sham-

    Controlled Randomized Pilot Feasibility Trial.  New York, USA. Journal of

    Attention Disorder 17(5) 410-419.

    M. A. Nazari, et al. 2011.  Effectiveness of EEG Biofeedback as Compared with Methylphenidate in the Treatment of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder : A

    Clinical Outcome Study. Neuroscience and Medicine 2:78-86.

    M. Aini. 2013.  Mengenali Gangguan Attention Deficit Hyperactive Disorder(ADHD) pada Anak. Yogyakarta. Wuny Majalah Ilmiah Populer.

    M. Arns, H . Heinrich, Ute Strehl. 2014. Evaluation of neurofeedback in ADHD: Thelong and winding road. Biological Psychology 95:108-115.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    71/72

    71

    M. Arns, W. Drinkenburg, Leon Kenemans, J. 2012. The effects of QEEG-informedneurofeedback in ADHD: An open-label pilot study. Appl Psychophysol

    Biofeedback 37:171-180.

    M. D. Liechti, et al. 2012.  First clinical trial of tomographic neurofeedback in

    attention-deficit/hyperactivity disorder :  Evaluation of voluntary cortical control.

    Clinical Neurophysiology 123:1989-2005.

    M. Kouijer. 2011. Neurofeedback Treatment in Children and Adolescent with Autism.

    Fonds NutsOhra.

    Muhadi. 2009. Semua Penyakit Ada Obatnya dalam Menyembuhkan Penyakit Ala

     Rasulullah. Jakarta. Mutiara Media.

     N. Lofthouse, L. E. Arnold, E.Hurt. 2012. Current Status of Neurofeedback for

     Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Curt Psychiatry 14:536-542.

     N. S. Duric, et al. 2012.  Neurofeedback For The Treatment Of Children And Adolescents With ADHD: A Randomized And Controlled Clinical Trial Using

     Parental Reports. BMC Psychiatry 12-107.

     N. Skokauskas, et al. 2011. Complementary Medicine for Children and Young People

    who have Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Current Opinion in Psychiatry

    24:291-300.

    Priyatna. 2010.  Not a Little Monster! (Memahami, Mendidik, dan Mengasuh Anak

     Hiperaktif). Jakarta: Gramedia.

    Robert, et al. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Elsevier Saunders.

    S. Cortese, et al. 2013. Practitioner Review: Current best practice in the managamentof adverse events during treatment with ADHD medications in children and

    adolescents. Child Psychology and Psychiatry 54:227-246.

    S. Endang. 2011. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH).Jakarta: Menteri Kesehatan.

    S. Maurizio, et al. 2013.  Differential EMG Biofeedback for Children with ADHD: A

    control Method for Neurofeedback Training with a Case Illustration.Psychophysiol Biofeedback 38:109-119.

  • 8/15/2019 8.BAB I Pre Revisi 1

    72/72

    S. Wangler, et al. 2011.  Neurofeedback in Children with ADHD: Specific Event- Related Potential Findings of a Randomized Controlled Trial. Clinical

     Neurophsiology 122:942-950.

    Shabir. 2001. Peran Ibu dalam Mendidik Generasi Muslim. Halaman 47-48. Jakarta.

    Gramedia.

    T. S. Moriyama, et al 2012.  Evidence-Based Information on the Clinical Use of

     Neurofeedback for ADHD. Neurotherapeutics 9:588-598.

    Teungku. 2003.  Pandangan Islam Terhadap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus.Jakarta.

    V. Meisel, et al. 2013. Neurofeedback and Standrad Pharmacological Intervention in ADHD: A randomized Controlled Trial With Six- Month Follow-Up. Biological

    Psychology 94:12-21.

    Zitelli, Sara, Nowalk. 2012.  Atlas of Pediatric Physical Diagnosis Sixth Edition.Philadelphia: Elsevier Saunders. 

    Zuhroni. 2010.  Pandangan Islam Terhadap Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:Universitas Yarsi.