8.10.1. mid terbaru arymukti
TRANSCRIPT
ARYMUKTI WIBOWO
3225071897
TUGAS ARTIKEL ILMIAH
Tesis :
1. Uranium sebagai bahan baku nuklir memiliki energi terbesar daripada atom-atom lainnya.
2. Warga Bumi setiap tahunnya bertambah yang menyebabkan Kebutuhan energi untuk kehidupan semakin meningkat.
3. Efek penggunaan Nuklir yang berlebihan akan menyebabkan dampak yang sangat besar bagi seluruh manusia.
KRISIS SUMBER DAYA ENERGI
PENGGUNAAN ENERGI ALTERNATIF
CADANGAN ENERGI DIBUMI YANG
TERBATAS
PERTAMBAHAN PENDUDUK SEMAKIN
MENINGKAT
PEMANFAATAN URANIUM
PENANGANAN KRISIS SUMBER DAYA ENERGI
DAMPAK YANG AKAN TERJADI
DAMPAK PENGGUNAAN
ENERGI NUKLIR
SOLUSI PENGGUNAAN
URANIUM
Kerangka Karangan :
BAB I Pendahuluan
BAB II Uranium sebagai bahan baku Nuklir
II.1 Mengenal Uranium
II.2 Pengolahan Uranium
BAB III Aplikasi Penggunaan Uranium
BAB IV Dampak yang akan terjadi akibat penggunaan tenaga Nuklir
BAB V Pengendalian Penggunaan Energi Nuklir
Literatur :
ANS, 2001, World list of nuclear power plants, Nuclear News, March 2001.
Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc
Brown, M, E,. 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Science, New York : McGraw-Hill, Inc
Cunningham, W.P., Cunningham, M.A. & Saigo, B.W. (2003) Environmental Science. A Global Concern. New York:
McGraw Hill.
Fishbane, P, M., et all, 1993, Physics for Scientists and Engineers Extended Version, New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Gayo Iwan, 2003, Buku Pintar Seri Senior, Jakarta:Pustaka Warga Negara
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika (terjemahan), Jakarta: Erlangga
Kaningan Marthen, 2004, Fisika untuk SMA kelas x, Jakarta: Erlangga
Lasmi Ketut, 2004, Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung: Yrama Widya
Matsuura, S., 199, Future Perspective of Nuclear Energy in Japan and the OMEGA Program, Nucl. Phys. A654,
417c.
Meadows, D.H.,et. al., 1972, The Limits to Growth, New American Library, New York.
Nuclear Energy Agency and International Atomic Energy Agency, 2004, “Uranium 2003: Resources, Production
and Demand”. Paris: OECD.
Scheer, H. (2004) Nuclear Energy Belongs in the Technology Museum. WRCE Update September 19 2004,
West, J.M. and W.K. Davis, 2001, The creation and beyond: Evolutions in US nuclear power development, Nuclear
News, June 2001.
World Uranium Resources, by Kenneth S. Deffeyes and Ian D. MacGregor, Scientific American, January, 1980,
page 66. Argues that the supply of uranium is very large.
Kartu Informasi :
Uranium-235 merupakan material bahan galian atau bahan-bahan tambang yang digolongkan dalam bahan tambang golongan A.Yang termasuk bahan galian yang strategis atau golongan A adalah : minyak Bumi, Gas Alam, Batubara, Bitumen, Lilin Bumi, Nikel, Kobal, Timah, Uranium, Radium, Thorium, dan bahan-bahan Radioaktif lainnya.
Gayo Iwan, 2003, Buku Pintar Seri Senior, Jakarta:Pustaka Warga Negara
Dalam benak kita, nuklir sangat identik dengan senjata pemusnah massal layaknya bom atom, atau bahaya radiasi akibat kecelakaan instalasi seperti yang terjadi di Chernobyl (Ukraina) dan Three Mile Island, AS. Kini, hal tersebut sudah tidak relevan lagi.
ANS, 2001, World list of nuclear power plants, Nuclear News, March 2001.
Sifat Radioaktivitas pada unsur-unsur khususnya Uranium ditemukan pada tahun 1896 oleh seorang ilmuan bernama Henry Becquerrel. Dia melakukan percobaan dengan maksud mempelajari sifat fluorosensi pada zat. Ia meletakkan garam Uranium pada plat fotografik yang ditutupi kertas hitam, kemudian sistem itu disinari cahaya matahari. Ia mendapatkan bahwa plat fotografi itu seperti berkabut sesudah dicuci. Selanjutnya Becquerrel men-coba mengulangi eksperimen itu, tetapi menutupi matahari untuk beberapa hari. Namun ketika ia mencuci plat fo-tografi tersebut dengan harapan pelat itu bening, ternyata pelat itu tetap berkabut seperti semula. Dalam waktu singkat ia menemukan sumber radiasi yang mempunyai daya tembus itu ialah uranium yang terdapat dalam garam fluorosen. Ia juga dapat memperlihatkan bahwa radiasi itu dapat mengionisasi gas dan sebagian radiasi itu terdiri dari partikel bermuatan yang bergerak cepat. Gejala ini kemudian dinamakan gejala Radioaktivitas. Dua tahun kemudian ditemukan lagi sifat Radioaktivitas pada unsure polonium dan radium. Pierre dan Marie Curie menemukan bahwa gejala radioaktivitas ini terkait dengan kestabilan inti.
World Uranium Resources, by Kenneth S. Deffeyes and Ian D. MacGregor, Scientific American, January, 1980, page 66. Argues that the supply of uranium is very large.
Dalam 1 kg uranium dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50.000 kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai 3.500.000 kWh. Sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak bumi hanya dapat menghasilkan energi sebesar 3 kWh dan 4 kWh
Scheer, H. (2004) Nuclear Energy Belongs in the Technology Museum. WRCE Update September 19 2004,
Pada sebuah pembangkit listrik non-nuklir berkapasitas 1000 MWe diperlukan 2.600.000 ton batu bara atau 2,000,000 ton minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sementara pada pembangkit listrik tenaga nuklir dengan ka-pasitas listrik yang sama hanya memerlukan 30 ton uranium dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan bakarnya. Saat ini, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan kebutuhan energi primer dunia sekitar 6% dan pa-sokan kebutuhan energi listrik global sekitar 17%
Meadows, D.H.,et. al., 1972, The Limits to Growth, New American Library, New York.
Reaksi inti yang banyak digunakan oleh manusia sekarang ini untuk menghasilkan energi nuklir adalah reaksi yang terjadi antara partikel dengan inti atom yang digolongkan dalam kelompok heavy atom seperti aktinida.Berbeda dengan reaksi kimia biasa yang hanya mengubah komposisi molekul setiap unsurnya dan tidak mengubah struktur dasar unsur penyusun molekulnya, pada reaksi inti atom atau reaksi fisi, terjadi perubahan struktur inti atom menjadi unsur atom yang sama sekali berbeda
Nuclear Energy Agency and International Atomic Energy Agency, 2004, “Uranium 2003: Resources, Production and Demand”. Paris: OECD.
Pada umumnya, pembangkitan energi nuklir yang ada saat ini memanfaatkan reaksi inti antara neutron den-gan isotop uranium-235 (235U) atau menggunakan isotop plutonium-239 (239Pu). Hanya neutron dengan energi berkisar 0,025 eV atau sebanding dengan neutron berkecepatan 2200 m/ detik akan memiliki probabilitas yang sangat besar untuk bereaksi fisi dengan 235U atau dengan 239Pu
Kaningan Marthen, 2004, Fisika untuk SMA kelas x, Jakarta: Erlangga
Biji-biji uranium diambil/ dikeruk dari pertambangan, yang kemudian dihancurkan/ dihaluskan, dan kemudian diproses secara kimia (bertahap-tahap), hingga akhirnya dihasilkan/ didapatkan uranium murni (dalam bentuk U308 ).Kemudian diproses lagi (bertahap-tahap), dengan menggunakan bahan-bahan kimia, dari: U308 menjadi UO2(NO3)2 ,kemudian menjadi ADU ,lalu menjadi UO2 ,menjadi UF4 ,dan akhirnya menjadi UF6 ( Uranium hexafluoride ). UF6 , sudah bisa diproses secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238 . Dalam bentuk UF6 , untuk meningkatkan kandungan Uranium-235 dalam materi tersebut, yang mana kandungannya kurang dari 1% (sisanya 99% lebih adalah uranium-238), maka perlu dilakukan pengayaan uranium ( uranium enrichment ). Setelah kandungan Uranium-235 nya, mencapai lebih dari 90%, yang mana sudah sesuai untuk senjata nuklir, materi UF6 diproses lagi secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-235 .Sisanya, dalam bentuk UF6 ,yang mana kandungan Uranium-238 nya, lebih dari 99% ,diproses lagi secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238
Matsuura, S., 199, Future Perspective of Nuclear Energy in Japan and the OMEGA Program, Nucl. Phys. A654, 417c.
Secara garis besar reaksi fisi yang telah dibahas sebelumnya terjadi antara neutron dengan isotop
uranium (235U) dalam reaktor nuklir dapat digambarkan sebagai berikut. Neutron dengan energi berkisar
0,025 eV akan bereaksi dengan atom 235U menjadi 236U yang sangat tidak stabil, kemudian dalam waktu
sangat singkat 236U pecah (fision) menjadi dua buah produk fisi X1 dan X2 serta 2 atau 3 buah neutron dan
energi. Reaksi ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
N + 235U→236U→X1 + X2 + (2 atau 3) n + E
Lasmi Ketut, 2004, Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung: Yrama Widya
Terdapat beberapa jenis reaktor nuklir dalam skala komersial. Reaktor tersebut dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu reaktor nuklir dengan proses reaksi fisi yang diakibatkan oleh neutron thermal yang kemu-dian disebut dengan thermal reactor, dan reaktor nuklir dengan proses fisi yang terjadi pada energi neu-tron yang tinggi (fast neutron) disebut reaktor cepat (fast reactor).
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika (terjemahan), Jakarta: Erlangga
Menurut data yang dilansir oleh Badan Atom Nasional (BATAN), pada situsnya, disebutkan bahwa pada 2002 di seluruh dunia jumlah pembangkit listrik tenaga nuklir yang telah dioperasikan mencapai angka 438 unit dengan kapasitas listriknya sebesar 353.298 MWe. Sementara terdapat 32 unit berkapasitas hingga 28.438 MWe dalam proses konstruksi
Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc
Pada 2001, bumi yang sudah sangat tua ini dihuni oleh 6 milyar orang. Berdasarkan data dari United Nation Long-Range World Population Projections, populasi dunia pada 2015 akan bertambah menjadi 7.2 milyar, pada 2025 naik menjadi hampir 8 milyar jiwa dan akan menjadi 9.3 milyar di tahun 2050
Fishbane, P, M., et all, 1993, Physics for Scientists and Engineers Extended Version, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Cadangan global uranium diperkirakan sekitar 4.36 juta ton. Dalam reaktor nuklir, bahan bakar nuklir yang sudah dipergunakan dapat didaur ulang, jika hal ini dilakukan pada pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia, semua sisa uranium dapat menjadi suplai energi untuk ribuan tahun. Selaian itu di dunia juga diketahui terdapat 4 miliar ton uranium dalam konsentrasi rendah di lautan dan terdapat thorium, zat lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir, sebanyak tiga kali jumlah uranium. Oleh kare-nanya energi nuklir dapat digunakan jutaan tahun
West, J.M. and W.K. Davis, 2001, The creation and beyond: Evolutions in US nuclear power development, Nu-clear News, June 2001.
Nuklir tidak bisa diharapkan sebagai energi alternatif untuk mengurangi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Emisi gas rumah kaca disebabkan pada rantai proses tenaga nuklir, terjadi mulai dari pertambangan uranium, pengayaan, transportasi dan konstruksi. Hasilnya, secara langsung atau tidak langsung, per kWh listrik yang diproduksi mengeluarkan 73 hingga 230 gram CO2 yang diproduksi (WISE, Februari 2005). Emisi CO2 akan terus bertambang seiring dengan makin menipisnya sumber uranium dan penambangan yang makin dalam ke perut bumi, membuat tingkat emisi CO2 setara atau lebih dengan stasiun berbahan bakar batu bara
Brown, M, E,. 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Science, New York : McGraw-Hill, Inc
Skenario pertama, ketika industri nuklir tidak lagi bisa mendapatkan uranium alam maka reprosesing bahan bakar bekas pakai (spent fuel reprocessing) akan menjadi andalan pemenuhan bahan bakar nuklir. Pengawasan ma-terial plutonium juga bukan perkara mudah. Pengawasan yang paling ideal-pun hanya mampu mengawasi stok pluto-nium dengan keakuratan tidak lebih dari 99 persen. Jika volume reprosesing bahan bakar cukup besar, maka dengan memanfaatkan kebocoran sebesar 1 persen saja, dalam hitungan hari akan diperoleh jumlah bahan bahan yang cukup untuk membuat senjata nuklir tanpa sepengahuan operator atau inspektor IAEA (Oxford Research Group, 2007). Dari sisi ekonomi, reprosesing juga masih belum menguntungkan. Teknologi reprosesing diperkirakan 4 kali lebih mahal daripada teknologi once-through fuel cycle (MIT, 2003). Gambaran tingginya biaya reprosesing juga da-pat dilihat dari besarnya pembengkakan biaya dekomisioning instalasi reprosesing di Sellafield, Inggris, yang menca-pai 70 Milyar Poundsterling (sekitar 140 Milyar Dollar AS).
Skenario kedua, teknologi fast breeder reactor akan muncul sebagai pilihan.Teknologi ini dalam pengoperasiannya mampu menghasilkan bahan bakar lebih banyak dari yang dikonsumsi. Namun sekalipun riset reaktor breeder telah dilakukan kurang lebih setengah abad, hingga kini belum ada bukti bahwa reaktor ini layak secara teknis apalagi ekonomis. Hingga sekarang, baru ada tiga reaktor breeder di dunia yang bisa dikatakan pernah berhasil beroperasi yaitu Monju di Jepang, Beloyersk-3 di Rusia dan Phenix di Perancis. Hanya reaktor di Rusia yang hingga kini masih beroperasi itu pun dengan banyak riwayat kecelakaan selama pengoperasiannya. Patut diketahui bahwa sekalipun didesain sebagai reaktor breeder, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa ketiga reaktor tersebut mampu beroperasi sebagai breeder (memproduksi bahan bakar). Seandainya semua hambatan teknologi dan ekonomi bisa diatasi, kelihatannya masih diragukan bahwa teknologi ini akan siap secara komersial setidaknya hingga pertengahan abad ini. Sebuah perkiraan yang sangat optimistis berdasarkan road map yang disusun oleh departmen Energi AS bersama sembilan negara lain yang melakukan kerjasama riset dalam teknologi reaktor generasi IV (The Generation IV International Forum) memperkirakan jenis reaktor ini belum akan siap sebelum 2030
Skenario terakhir, jika reprosesing bahan bakar dan reaktor fast breeder tetap tidak bisa menjawab per-soalan kelangkaan uranium maka ini berarti akhir sejarah energi nuklir.
Cunningham, W.P., Cunningham, M.A. & Saigo, B.W. (2003) Environmental Science. A Global Concern. New York: McGraw Hill.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam benak kita, nuklir sangat identik dengan senjata pemusnah massal layaknya bom atom, atau bahaya radiasi akibat kecelakaan instalasi seperti yang terjadi di Chernobyl (Ukraina) dan Three Mile Island, AS.
Kini, hal tersebut sudah tidak relevan lagi. 1
Siapa sangka sebuah Uranium yang hanya sebongkah kepalan tangan anak kecil saja dapat
menggantikan kebutuhan energi sebuah industri besar untuk lebih dari satu tahun. Tetapi dengan melihat
pernyataan diatas, kita dapat bertanya-tanya apakah sebahaya itu sebuah Uranium yang diubah menjadi
sebuah energi sehingga dapat menghancurkan sekian massa dalam waktu singkat. Apakah nuklir terlalu
berbahaya untuk dijadikan sumber energi pengganti? yang mengancam dunia ini adalah pertumbuhan
manusia yang meningkat tidak sebanding dengan keberadaan cadangan energi dibumi ini. Apakah hanya
pemikiran orang trauma saja yang menyebabkan Uranium tidak dapat dikatakan sebagai sumber energi?
Apabila penggunaannya benar oleh orang-orang berpikiran saja mungkin itu tidak menjadi masalah dan
justru akan menjadikan solusi alternatif sumber daya energi yang terbatas ini.
NUKLIR sebagai pembangkit tenaga listrik (PLTN) adalah alternatif energi yang saat ini tengah
menjadi perdebatan panas di negara kita. Masyarakat Indonesia secara umum mengenal nuklir dari
peristiwa bom atom di Jepang pada tahun 1945 yang dilakukan oleh negara adikuasa Amerika Serikat.
Namun apa salahnya apabila mahasiswa Indonesia mempelajari reaksi yang ditimbulkan oleh sebuah
Uranium sehingga menjadi Nuklir sehingga mungkin nanti merekalah yang akan menolong dunia ini.
Untuk pembatasan masalah agar tidak mencakup terlalu luas, maka penulis membatasi masalah
hanya pada penggunaan Uranium sebagai bahan baku Nuklir dan Dampak penggunaannya serta
solusinya.
Artikel ini merupakan study pustaka untuk menuntaskan tugas artikel ilmiah studi Ilmu
Pengembangan Kepribadian Bahasa indonesia. Penulis menulis artikel ini berdasarkan beberapa referensi
dari buku dan beberapa website.
1 ANS, 2001, World list of nuclear power plants, Nuclear News, March 2001.
Dengan adanya artikel ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan menggugah hati para
pembaca agar lebih mengenali kegunaan energi dibumi ini dan juga agar dapat ikut bekerjasama untuk
mencegah dampak krisis sumber daya energi yang berlanjut.
BAB II
URANIUM SEBAGAI BAHAN BAKU NUKLIR
II.1. Mengenal Uranium
Uranium merupakan bahan tambang yang bersifat Radioaktif atau berdaya pengancur besar. Uranium
memiliki energi terbesar dibandingkan atom-atom lainnya yang ditemukan dibumi. Uranium-235
merupakan material bahan galian atau bahan-bahan tambang yang digolongkan dalam bahan tambang
golongan A. Penggolongan bahan tambang tersebut terdiri dari: Gabungan Bahan Strategis yaitu hasil
tambang yang tidak saja diperlukan untuk mencari devisa tetapi juga sebagai bahan “Politis-ekonomis”
bagi bangsa dan Negara. Golongan Bahan Vital yaitu hasil tambang yang diperlukan baik untuk
pembangunan ditanah air sendiri maupun bagi pemasukan devisa serta bahan galian lainnya. 2
Yang termasuk bahan galian yang strategis atau golongan A adalah : minyak Bumi, Gas Alam,
Batubara, Bitumen, Lilin Bumi, Nikel, Kobal, Timah, Uranium, Radium, Thorium, dan bahan-bahan
Radioaktif lainnya.
Sifat Radioaktivitas pada unsur-unsur khususnya Uranium ditemukan pada tahun 1896 oleh seorang
ilmuan bernama Henry Becquerrel. Dia melakukan percobaan dengan maksud mempelajari sifat
fluorosensi pada zat. Ia meletakkan garam Uranium pada plat fotografik yang ditutupi kertas hitam,
kemudian sistem itu disinari cahaya matahari. Ia mendapatkan bahwa plat fotografi itu seperti berkabut
sesudah dicuci. Selanjutnya Becquerrel mencoba mengulangi eksperimen itu, tetapi menutupi matahari
untuk beberapa hari. Namun ketika ia mencuci plat fotografi tersebut dengan harapan pelat itu bening,
ternyata pelat itu tetap berkabut seperti semula. Dalam waktu singkat ia menemukan sumber radiasi yang
mempunyai daya tembus itu ialah uranium yang terdapat dalam garam fluorosen. Ia juga dapat
memperlihatkan bahwa radiasi itu dapat mengionisasi gas dan sebagian radiasi itu terdiri dari partikel
bermuatan yang bergerak cepat. Gejala ini kemudian dinamakan gejala Radioaktivitas. Dua tahun
kemudian ditemukan lagi sifat Radioaktivitas pada unsure polonium dan radium. Pierre dan Marie Curie
menemukan bahwa gejala radioaktivitas ini terkait dengan kestabilan inti. 3
2 Gayo Iwan, 2003, Buku Pintar Seri Senior, Jakarta:Pustaka Warga Negara
3 World Uranium Resources, by Kenneth S. Deffeyes and Ian D. MacGregor, Scientific American, January, 1980, page 66. Argues that the supply of uranium is very large.
Perbandingan energi
Selain bersifat Radioaktif, Uranium juga ditemukan sebagai unsur yang memiliki energi terbesar diantara
unsur-unsur lainnya yang ada dibumi ini. Densitas energi nuklir yang dihasilkan dari Uranium ternyata sangat
tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara ataupun minyak bumi. Sebagai ilustrasi, dalam 1 kg uranium
dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50.000 kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai
3.500.000 kWh. Sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak bumi hanya dapat menghasilkan energi sebesar 3
kWh dan 4 kWh. 4
Aplikasinya, pada sebuah pembangkit listrik non-nuklir berkapasitas 1000 MWe diperlukan
2.600.000 ton batu bara atau 2,000,000 ton minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sementara pada
pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas listrik yang sama hanya memerlukan 30 ton uranium
dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan bakarnya. Saat ini, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan
kebutuhan energi primer dunia sekitar 6% dan pasokan kebutuhan energi listrik global sekitar 17%.5
Ternyata kalau ditelaah lagi, ternyata kita telah menyia-nyiakan keberadaan sebuah unsure kimia
ini yang selalu ditakuti akan bayangan Bom Atom dan kecelakaan radiasi nuklir. Pikiran negatif seperti
ini sudah selayaknya dibuang jauh-jauh dan dijadikan sebuah pelajaran berharga dalam penggunaan
energi nuklir agar tidak lagi dijadikan momok yang dapat menghambat pemanfaatan energi nuklir sebagai
alternatif pasokan kebutuhan energi listrik dunia.
II.2 Pengolahan Uranium
Energi nuklir merupakan hasil dari reaksi fisi yang terjadi pada inti atom. Dalam artikel ini akan
membahas bagaimana sebuah Uranium dapat diolah untuk dijadikan sebuah energi yang diperoleh dari
sebuah penembakan electron sehingga diperoleh sesuatu yang dinamakan nuklir. Energi nuklir yang biasa
diolah dari reaksi-reaksi fisi yang terjadi antara inti atom-atom dalam molekul. Reaksi inti yang banyak
4 Scheer, H. (2004) Nuclear Energy Belongs in the Technology Museum. WRCE Update September 19 2004,
5 Meadows, D.H.,et. al., 1972, The Limits to Growth, New American Library, New York.
digunakan oleh manusia sekarang ini untuk menghasilkan energi nuklir adalah reaksi yang terjadi antara
partikel dengan inti atom yang digolongkan dalam kelompok heavy atom seperti aktinida.6
Berbeda dengan reaksi kimia biasa yang hanya mengubah komposisi molekul setiap unsurnya dan
tidak mengubah struktur dasar unsur penyusun molekulnya, pada reaksi inti atom atau reaksi fisi, terjadi
perubahan struktur inti atom menjadi unsur atom yang sama sekali berbeda.
Pada umumnya, pembangkitan energi nuklir yang ada saat ini memanfaatkan reaksi inti antara
neutron dengan isotop uranium-235 (235U) atau menggunakan isotop plutonium-239 (239Pu). Hanya
neutron dengan energi berkisar 0,025 eV atau sebanding dengan neutron berkecepatan 2200 m/ detik akan
memiliki probabilitas yang sangat besar untuk bereaksi fisi dengan 235U atau dengan 239Pu.7
Neutron merupakan produk fisi yang memiliki energi dalam kisaran 2 MeV. Agar neutron tersebut
dapat beraksi fisi dengan uranium ataupun plutonium diperlukan suatu media untuk menurunkan energi
neutron ke kisaran 0,025 eV, media ini dinamakan moderator. Neutron yang melewati moderator akan
mendisipasikan energi yang dimilikinya kepada moderator, setelah neutron berinteraksi dengan atom-
atom moderator, energi neutron akan berkisar pada 0,025 eV.
Produksi Uranium-235 menjadi Uranium-238 (Plutonium) .
Uranium-235 adalah isotop uranium yang penting disamping uranium-238. Hanya 0,72% ura-
nium alami adalah uranium-235, yang memiliki waktu paruh 7,038 x 108 tahun. Uranium-235 juga digu-
nakan sebagai sumber utama penghasil neutron dalam reaksi nuklir, yang mana neutron-neutron ditem-
bakkan ke arah uranium-238, dalam hal ini untuk membuat/ memproduksi plutonium. Uranium-235 dan
plutonium-239 digunakan sebagai bahan bakar (fisi nuklir), dalam reaktor nuklir dan bom nuklir.
Biji-biji uranium diambil/ dikeruk dari pertambangan, yang kemudian dihancurkan/ dihaluskan,
dan kemudian diproses secara kimia (bertahap-tahap), hingga akhirnya dihasilkan/ didapatkan uranium
murni (dalam bentuk U308 ).Kemudian diproses lagi (bertahap-tahap), dengan menggunakan bahan-bahan
kimia, dari: U308 menjadi UO2(NO3)2 ,kemudian menjadi ADU ,lalu menjadi UO2 ,menjadi UF4 ,dan
akhirnya menjadi UF6 ( Uranium hexafluoride ). UF6 , sudah bisa diproses secara kimia, untuk didapatkan
uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238 . Dalam bentuk UF6 , untuk meningkatkan kandungan
6 Nuclear Energy Agency and International Atomic Energy Agency, 2004, “Uranium 2003: Resources, Production and Demand”. Paris: OECD.
7 Kaningan Marthen, 2004, Fisika untuk SMA kelas x, Jakarta: Erlangga
Uranium-235 dalam materi tersebut, yang mana kandungannya kurang dari 1% (sisanya 99% lebih adalah
uranium-238), maka perlu dilakukan pengayaan uranium ( uranium enrichment ). Setelah kandungan Ura-
nium-235 nya, mencapai lebih dari 90%, yang mana sudah sesuai untuk senjata nuklir, materi UF6
diproses lagi secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-235 .Sisanya,
dalam bentuk UF6 ,yang mana kandungan Uranium-238 nya, lebih dari 99% ,diproses lagi secara kimia,
untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238.8
Reaksi fisi
Secara garis besar reaksi fisi yang telah dibahas sebelumnya terjadi antara neutron dengan isotop
uranium (235U) dalam reaktor nuklir dapat digambarkan sebagai berikut. Neutron dengan energi berkisar
0,025 eV akan bereaksi dengan atom 235U menjadi 236U yang sangat tidak stabil, kemudian dalam waktu
sangat singkat 236U pecah (fision) menjadi dua buah produk fisi X1 dan X2 serta 2 atau 3 buah neutron
dan energi. Reaksi ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
N + 235U→236U→X1 + X2 + (2 atau 3) n + E
Energi dari reaksi fisi (E) sebagian besar akan dibawa oleh produk fisi dalam bentuk energi
kinetik yang terdeposisikan di dalam medium bahan bakar nuklir dalam bentuk panas akibat pergerakan
produk fisi. Energi panas ini kemudian diambil untuk pembangkitan energi listrik pada sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pengambilan panas dari inti reaktor bisa dengan
mempergunakan media air, seperti yang umum dipergunakan pada PLTN saat ini. 9
BAB III
APLIKASI PENGGUNAAN URANIUM
Penggunaan energi Nuklir yang diharapkan bisa mengganti pasokan sumber daya energi dibumi
ini yang semakin berkurang, sudah menjadi harapan bagi setiap ilmuan. Mereka menemukan bahwa
dengan 1kg Uranium dapat menggantikan energi 1000ton batu bara. Maka dengan bersamanya
perkembangan zaman dan intelektual manusia, telah diaplikasikan beberapa penggunaan Uranium untuk
dunia industri dan kebutuhan manusia umumnya. Salah satu contohnya yaitu listrik. Pasokan energi
8 Matsuura, S., 199, Future Perspective of Nuclear Energy in Japan and the OMEGA Program, Nucl. Phys. A654, 417c.
9 Lasmi Ketut, 2004, Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung: Yrama Widya
pembangkit listrik didunia telah terbagi beberapa cabang seperti dari energi uap, air, angin, batubara, dan
salah satunya yang paling komporehensif adalah nuklir. Dengan adanya pembangkit listrik tenaga Nuklir
diharapkan dunia tidak lagi menguras isi bumi yang terbatas itu dan juga diharapkan terhindar dari
kegelapan yang berkepanjangan.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pada prinsipnya sistem kerja pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN tidak ubahnya seperti
prinsip kerja dari sebuah pembangkit listrik yang memanfaatkan panas sebagai pembangkit uap. Uap air
yang bertekanan tinggi digunakan untuk menggerakkan turbin, kemudian turbin menggerakkan generator,
dan generator menghasilkan listrik.
Perbedaan utama antara PLTN dengan pembangkit listrik tenaga konvensional adalah terletak
pada pemanfaatan bahan bakar yang digunakan untuk menguapkan air. Pada pembangkit listrik
konvensinal untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar berupa minyak, gas alam, ataupun
batubara (energi fosil). Sementara pada PLTN menggunakan uranium ataupun plutonium yang
direaksikan dengan neutron dalam sebuah reaksi fisi yang akan menghasilkan panas untuk kemudian
membangkitkan uap bertekanan tinggi guna memutar turbin.
Menurut data yang dilansir oleh Badan Atom Nasional (BATAN), pada situsnya, disebutkan
bahwa pada 2002 di seluruh dunia jumlah pembangkit listrik tenaga nuklir yang telah dioperasikan
mencapai angka 438 unit dengan kapasitas listriknya sebesar 353.298 MWe. Sementara terdapat 32 unit
berkapasitas hingga 28.438 MWe dalam proses konstruksi.10
Jenis reaktor nuklir
Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir untuk pembangkit daya
listrik dimulai secara intensif setelah konferensi Genewa bertajuk "On the peaceful uses of atomic energy"
yang di sponsori oleh PBB tahun 1955.
Terdapat beberapa jenis reaktor nuklir dalam skala komersial. Reaktor tersebut dikategorikan
menjadi 2 jenis, yaitu reaktor nuklir dengan proses reaksi fisi yang diakibatkan oleh neutron thermal yang
10 Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc
kemudian disebut dengan thermal reactor, dan reaktor nuklir dengan proses fisi yang terjadi pada energi
neutron yang tinggi (fast neutron) disebut reaktor cepat (fast reactor). 11
Reaktor cepat tidak memerlukan moderator, sementara reaktor thermal membutuhkan moderator
untuk mengurangi energi neutron cepat menjadi neutron thermal. Tipe reaktor thermal yang ada banyak
sekali, seperti reaktor berpendingin air ringan (light water moderated reactor atau LWR), reaktor
berpendingin air berat (heavy water moderated reactor atau HWR), reaktor berpendingin gas (gas-cooled
reactor), dan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (high temperature gas-cooled reactor atau
HTGR).
Light water moderator reactor terbagi dalam dua tipe, yaitu presurrized water reactor (PWR) dan
boiling water reactor (BWR). Sementara itu heavy water moderated reactor (HWR) untuk tujuan
komersial terdapat dua tipe utama, tipe pertama dalah pressurized heavy water reactor (PHWR) dan tipe
keduanya adalah boiling light water reactors (BLWR). Reaktor Canadian Deuterium Uranium
(CANDU), reaktor nuklir yang dikembangkan oleh Kanada dengan mempergunakan air berat (D2O)
sebagai moderator termasuk di dalam kedua tipe ini. Sistem steam-generating heavy water reactor
(SGHWR) dapat dijumpai pada reaktor nuklir di Inggris dengan versi jenis BLWR. Reaktor FUGEN
Jepang bisa dikategorikan sebagai BLWR sejak dipergunakannya air berat (heavy water) sebagai
moderator dan air ringan (light water) sebagai pendinginnya.
Yang tergolong dalam gas cooled reactors adalah Magnox gas cooled reactor (GCR) dan
advanced gas cooled-reactor (AGR). Kelompok HTTR terdiri dari HTGR dengan bahan bakar uranium
disebut HTR, dan HTGR dengan berbahan bakar uranium dan thorium (THTR).
Jenis lainnya terdapat di Rusia yaitu graphite moderated light water reactor (RBMK). Reaktor
jenis satu ini tidak menggunakan moderator pada reaktor cepat atau fast breeder reactor (FBR), sehingga
ukuran reaktor menjadi lebih kecil, dengan laju transfer panas yang tinggi. Sebagai pendinginnya
digunakan logam cair (liquid metal) dan gas helium bertekanan tinggi (high-pressure helium gas).
11 Halliday dan Resnick, 1991, Fisika (terjemahan), Jakarta: Erlangga
BAB IV
DAMPAK YANG AKAN TERJADI AKIBAT PENGGUNAAN TENAGA NUKLIR
Pertumbuhan penduduk dan cadangan energi global
Pada 2001, bumi yang sudah sangat tua ini dihuni oleh 6 milyar orang. Berdasarkan data dari
United Nation Long-Range World Population Projections, populasi dunia pada 2015 akan bertambah
menjadi 7.2 milyar, pada 2025 naik menjadi hampir 8 milyar jiwa dan akan menjadi 9.3 milyar di tahun
2050.12
12 Fishbane, P, M., et all, 1993, Physics for Scientists and Engineers Extended Version, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Pertumbuhan penduduk dunia yang cepat ini akan berakibat pada penyusutan sumber daya alam
tak terbarukan secara cepat pula. Hal ini disebabkan pemenuhan kebutuhan energi dunia, di mana
kebutuhan energi primer global mencapai 87% dan energi listrik sebesar 63%, berasal dari bahan bakar
fosil. Oleh karenanya minyak bumi dengan kapasitas yang tersedia secara global sebesar 1.195 triliun
barel, dapat digunakan hingga 43 tahun. Batu bara, dengan cadangan global 1316 triliun ton akan habis
digunakan selama 231 tahun. Sementara gas alam mempunyai cadangan global 144 triliun m3, dapat
digunakan tidak lebih dari 62 tahun.
Cadangan global uranium diperkirakan sekitar 4.36 juta ton. Dalam reaktor nuklir, bahan bakar
nuklir yang sudah dipergunakan dapat didaur ulang, jika hal ini dilakukan pada pembangkit listrik tenaga
nuklir di dunia, semua sisa uranium dapat menjadi suplai energi untuk ribuan tahun. Selaian itu di dunia
juga diketahui terdapat 4 miliar ton uranium dalam konsentrasi rendah di lautan dan terdapat thorium, zat
lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir, sebanyak tiga kali jumlah uranium. Oleh
karenanya energi nuklir dapat digunakan jutaan tahun.13
Pertumbuhan kebutuhan energi, menipisnya cadangan energi fosil, dan dampak lingkungan yang
diakibatkan energi fosil adalah beberapa alasan yang dijadikan oleh kalangan pendukung energi nuklir
sebagai sumber listrik menggantikan bahan bakar fosil. Adanya upaya untuk menggantikan energi fosil
(batu bara, minyak, gas) adalah sebuah kebijakan yang layak diapresiasi. Namun, kontribusi energi
terbarukan di dalam kebijakan energi nasional masih sangat kecil. Dan nuklir bukanlah solusi yang tepat
untuk menjawab persoalan tersebut.
PLTN makin tidak menarik di pasar internasional
Nuklir bukan sumber daya energi yang murah. Teknologi reaktor dan persediaan uranium yang
tidak banyak dan uranium yang dekat dengan permukaan akan cepat menyusut seiring dengan
peningkatan jumlah listrik tenaga nuklir, sehingga akan makin membutuhkan biaya yang makin
tinggi.Nuklir bukan merupakan energi terbarukan, dan cadangan uranium di alam akan menyusut, sama
halnya dengan energi fosil.
13 West, J.M. and W.K. Davis, 2001, The creation and beyond: Evolutions in US nuclear power development, Nuclear News, June 2001.
Uranium yang ongkos produksinya rendah karena dekat dengan permukaan adalah terbatas, dan
akan habis dalam 50 tahun dengan tingkat konsumsi sekarang. Perkiraan total cadangan uranium
konvensional hanya akan mencukupi untuk produksi 200 tahun dengan tingkat konsumsi sekarang
(Nuclear Agency 2004). Cadangan tersebut akan lebih cepat berkurang jika terjadi ekspansi penggunaan
nuklir.
Keseluruhan biaya energi dari sumber terbarukan menurun dalam 10 tahun terakhir: biaya per kWh
listrik dari turbin angin turun 50%, dari sel tenaga surya (photovoltaic) turun 30%. Biaya dari energi dari
sumber terbarukan akan makin rendah seiring dengan makin banyaknya penelitian dan pengalaman yang
diperoleh (NEA, 2001).
Kecenderungan skala dunia, terjadi penurusan listrik dengan pembangkit tenaga nuklir, sementara
sumber energi terbarukan mengalami peningkatan. Kapasitas listrik bertenaga nuklir akan turun 25%
dalam 15 tahun mendatang. Pertumbuhan di Cina dan India tidak akan mengubah gambaran global
tersebut (FoE 2005).
Sampai saat ini, industri nuklir mendapatkan dukungan dana dari negara negara dunia sekitar US$
1 trilyun, sementara untuk keseluruhan energi terbarukan mendapatkan US$50 milyar (Scheer, 2004).
Jika investasi besar dilakukan ke dalam bidang sumber energi terbarukan, sumber-sumber energi tersebut
akan melimpah. Karena listrik tenaga nuklir hanya sementara, dan parsial sumbangannya terhadap emisi
gas rumah kaca, maka investasi pada sumber energi terbarukan akan lebih bersahabat terhadap
lingkungan dan memberikan manfaat yang lebih besar.
Dampak terhadap Lingkungan
Para pendukung listrik tenaga nuklir berpendapat bahwa limbah radioaktif bukan sebuah persoalan
besar karena jumlahnya yang kecil. Kendati hal tersebut benar dibanding dengan pembangkit yang
meggunakan bahan bakar batu bara, jumlahnya masih besar selama proses berlangsung. Sebanyak 1000
ton bahan bakar uranium akan menghasilkan 100.000 tailing dan 3,5 juta liter limbah cair (Cunningham,
et al 2003). Namun problem utama bagi limbah nuklir adalah radioaktif yang berbahaya yang terus
bertahan selama 240,000 tahun atau lebih (Greenpeace, 2004). Biaya pemantauan lingkungan yang
demikian lama adalah sangat tinggi dan beberapa generasi dari ribuan tahun mendatang harus membayar
demi pemenuhan listrik untuk generasi kita sekarang.
Penelitian yang dilakukan untuk mengurangi waktu peluruhan limbah nuklir, proses transmutasi,
dengan optimis digambarkan sebagai solusi. Limbah nuklir mengandung mengandung berbagai tipe
isotop radioaktif, yang harus dipisahkan dan di transmutasi secara terpisah untuk mengurangi waktu
peluruhannya. Hal tersebut adalah tidak mungkin karena tidak semua isotop dapat dipisahkan, sampai saat
ini hanya plutonium dan uranium yang bisa dipisah pada pemrosesan kembali (WISE, 1998). Solusi
membuang limbah ke laut yang dalam adalah tidak bisa dibenarkan, karena suatu sistem tidak ada yang
statis dalam skala waktu tertentu.
Indonesia negeri rawan bencana alam
Indonesia terletak disepanjang jajaran gunung api yang dikenal dengan ring of fire, membentang
dari ujung Sumatra, Jawa, Bali – Nusa tenggara, Sulawesi dan Kepulauan Maluku dan berada di
pertemuan tiga lempeng bumi membuat wilayahnya secara alamiah rawan bencana gempa dan tsunami.
Gempa bumi berkekuatan 7 SR yang berpusat di 75 kilometer Barat Laut Indramayu yang terjadi pada
tanggal 9 Agustus 2007 memperkuat argumentasi kalangan yang menolak nuklir, bahwa bahwa bagian
utara Pulau Jawa bukan daerah yang aman dari faktor seismik maupun vulkanik. Gempa sampai saat ini
adalah sebuah fenomena alam yang sulit untuk diprediksi secara pasti kapan terjadi dan skala
kekuatannya. Fasilitas PLTN Jepang di milik Tokyo Electrik Power Co,s (TEPCO) di Niigata dirancang
untuk mampu menahan kekuatan gempa pada skala 6 SR, namun terjadi gempa berkekuatan 6,8 SR pada
tanggal 16 Juli 2007 menimbulkan percikan api di salah satu unit penyaluran listrik dan menyebabkan
kebocoran air yang mengandung radioaktif dari salah satu pembangkit listrik bertenaga nuklir.
Tidak mampu menghentikan efek pemanasan global14
Nuklir tidak bisa diharapkan sebagai energi alternatif untuk mengurangi gas ruma kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Emisi gas rumah kaca disebabkan pada rantai proses tenaga nuklir,
terjadi mulai dari pertambangan uranium, pengayaan, transportasi dan konstruksi. Hasilnya, secara
langsung atau tidak langsung, per kWh listrik yang diproduksi mengeluarkan 73 hingga 230 gram CO2
yang diproduksi (WISE, Februari 2005). Emisi CO2 akan terus bertambang seiring dengan makin
menipisnya sumber uranium dan penambangan yang makin dalam ke perut bumi, membuat tingkat emisi
CO2 setara atau lebih dengan stasiun berbahan bakar batu bara (Pace University , 1990).
Berbagai studi yang dilakukan tentang kemungkinan pembangkit bertenaga nuklir untuk
menggantikan pembangkit menggunakan bahan fosil, diantaranya Massachusetts Institute of Technology
“The Future of Nuclear Power” memproyeksikan skenario pertumbuhan global sebanyak 1500 buah
reaktor berdaya 1000 Mwe agar bisa menghilangkan secara signifikan karbon yang dikeluarkan 14 Brown, M, E,. 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Science, New York : McGraw-Hill, Inc
pembangkit yang menggunakan tenaga fosil; skenario IAEA dimana 70% listrik dari tenaga nuklir dengan
rata-rata pertambahan 115 stasiun pembangkit per tahun berkapasitas 1000 MW, perkiraan International
Panel on Climate Change yang menganjurkan 1000 reaktors dibutuhkan di Eropa sendiri pada 2100,
sebanyak enam kali lipat dari sekarang. Rata-rata waktu konstruksi reaktor tenaga nuklir sekarang adalah
10 tahun. Membangun 115 stasiun per tahun hanya mengurangi CO2 16%. Ini adalah sebuah skenario
pertumbuhan tinggi namun tidak memadai untuk mengurangi tingkat emisi CO2, scenario, sebagaimana
disyaratkan oleh Protokol Kyoto untuk memangkas tingkat emisi CO2 menjadi 5,2 persend di bawah
tingkat 1990 dalam rentang waktu 2008-2012. Juru bicara IAEA mengakui bahwa “tenaga nuklir tidak
mampu menghentikan perubahan iklim”, bahkan dalam skenario yang paling baik (Independent 2004).
Perancis yang 75% pada tahun 2003, sumber energi listriknya berasal dari tenaga nuklir, oleh
pendukung tenaga nuklir dijadikan sebagai contoh yang berhasil dalam mengurangi emisi CO2. Namun,
emisi gas rumah kaca Perancis masih terus bertambah pada tahun
BAB V
PENGENDALIAN PENGGUNAAN ENERGI NUKLIR
Untuk mengolah Nuklir sebaik-baiknya agar dapat digunakan secara efektif dan efisien kita tidak
perlu jauh-jauh mencari dimana solusi untuk penanganannya. Apabila ditinjau dari awal lagi, sebenarnya
faktor utama penyebab kerusakan dibumi atas krisis sumber daya energi ini adalah dari diri kita sendiri.
Kita sendiri yang membuat sebuah solusi dengan membuat pengolahan sumber daya energi agar peerjaan
menjadi mudah, malah membalik menyerang kita. Dunia dan manusia terlalu berlebihan mengelola senu-
anya tanpa batas kesadaran. Maksudnya adalah mereka hanya berpikir penggunaannya tanpa ada pemiki-
ran akibatnya.
Faktor awal penyebab semua masalah ini adalah dari diri kita sendiri. Penggunaan sumber daya
alam yang telah kita atur sebaik mungkin agar tidak merugikan pihak lain merupakan syarat awal pembu-
atan sebuah teknologi yang kita damba-dambakan. Agar tidak melibatkan masalah tambahan kedepannya.
Mungkin dengan membuat teknologi nuklir akan menolong kita dari krisis sumber daya energi ini.
Mungkin juga akan menghambat kita. Malahan bisa menjadi masalah baru. Tergantung dari individunya
masing-masing saja yang mengatur segalanya agar berjalan sesuai aturan dan tidak berlebihan. Jangan
lupa agar faktor norma dan nilai akan kehidupan disertakan agar tidak seenaknya mengandalkan kecer-
dasannya untuk hal yang tidak ada gunanya.
Berikut merupakan langkah yang mungkin akan diambil orang-orang tertentu akan penggunaan
PLTN tepat guna atau berguna hanya untuk dirinya saja. Hanya dari kita sendirilah yang harus bersiap
menghadapi kemungkinan terjadinya ramalan-ramalan tersebut.
Skenario PLTN pasca uranium
Jika krisis kelangkaan uranium menjadi kenyataan maka masa depan PLTN akan berujung dalam
tiga skenario.
Skenario pertama, ketika industri nuklir tidak lagi bisa mendapatkan uranium alam maka repros-
esing bahan bakar bekas pakai (spent fuel reprocessing) akan menjadi andalan pemenuhan bahan bakar
nuklir. Dalam reprosesing, plutonium dipisahkan dari bahan bakar bekas pakai sebelum digunakan kem-
bali menjadi bahan bakar yang disebut MOX (mixed oxide fuel). Yang menjadi persoalan adalah karena
plutonium merupakan bahan utama pembuatan senjata nuklir maka akan berakibat pada meningkatnya
ancaman proliferasi senjata nuklir.
Pengawasan material plutonium juga bukan perkara mudah. Pengawasan yang paling ideal-pun
hanya mampu mengawasi stok plutonium dengan keakuratan tidak lebih dari 99 persen. Jika volume re-
prosesing bahan bakar cukup besar, maka dengan memanfaatkan kebocoran sebesar 1 persen saja, dalam
hitungan hari akan diperoleh jumlah bahan bahan yang cukup untuk membuat senjata nuklir tanpa sepen-
gahuan operator atau inspektor IAEA (Oxford Research Group, 2007). Dari sisi ekonomi, reprosesing
juga masih belum menguntungkan. Teknologi reprosesing diperkirakan 4 kali lebih mahal daripada
teknologi once-through fuel cycle (MIT, 2003). Gambaran tingginya biaya reprosesing juga dapat dilihat
dari besarnya pembengkakan biaya dekomisioning instalasi reprosesing di Sellafield, Inggris, yang men-
capai 70 Milyar Poundsterling (sekitar 140 Milyar Dollar AS).
Skenario kedua, teknologi fast breeder reactor akan muncul sebagai pilihan.Teknologi ini dalam pengoperasiannya
mampu menghasilkan bahan bakar lebih banyak dari yang dikonsumsi. Namun sekalipun riset reaktor breeder
telah dilakukan kurang lebih setengah abad, hingga kini belum ada bukti bahwa reaktor ini layak secara teknis
apalagi ekonomis. Hingga sekarang, baru ada tiga reaktor breeder di dunia yang bisa dikatakan pernah berhasil
beroperasi yaitu Monju di Jepang, Beloyersk-3 di Rusia dan Phenix di Perancis. Hanya reaktor di Rusia yang hingga
kini masih beroperasi itu pun dengan banyak riwayat kecelakaan selama pengoperasiannya. Patut diketahui
bahwa sekalipun didesain sebagai reaktor breeder, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa ketiga reaktor
tersebut mampu beroperasi sebagai breeder (memproduksi bahan bakar). Seandainya semua hambatan teknologi
dan ekonomi bisa diatasi, kelihatannya masih diragukan bahwa teknologi ini akan siap secara komersial
setidaknya hingga pertengahan abad ini. Sebuah perkiraan yang sangat optimistis berdasarkan road map yang
disusun oleh departmen Energi AS bersama sembilan negara lain yang melakukan kerjasama riset dalam teknologi
reaktor generasi IV (The Generation IV International Forum) memperkirakan jenis reaktor ini belum akan siap
sebelum 2030. 15
Skenario terakhir, jika reprosesing bahan bakar dan reaktor fast breeder tetap tidak bisa menjawab
persoalan kelangkaan uranium maka ini berarti akhir sejarah energi nuklir.
Sekenario mana yang akan terjadi? Semuanya tergantung dari cadangan uranium, kesiapan
teknologi fast breeder reactor serta perkembangan politik dunia dalam satu-dua dekade yang akan
datang.
15 Cunningham, W.P., Cunningham, M.A. & Saigo, B.W. (2003) Environmental Science. A Global Concern. New York: McGraw Hill.
DAFTAR PUSTAKA
ANS, 2001, World list of nuclear power plants, Nuclear News, March 2001.
Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc
Brown, M, E,. 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Science, New York : McGraw-Hill, Inc
Cunningham, W.P., Cunningham, M.A. & Saigo, B.W. (2003) Environmental Science. A Global Concern. New York:
McGraw Hill.
Fishbane, P, M., et all, 1993, Physics for Scientists and Engineers Extended Version, New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Gayo Iwan, 2003, Buku Pintar Seri Senior, Jakarta:Pustaka Warga Negara
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika (terjemahan), Jakarta: Erlangga
Kaningan Marthen, 2004, Fisika untuk SMA kelas x, Jakarta: Erlangga
Lasmi Ketut, 2004, Bimbingan Pemantapan Fisika, Bandung: Yrama Widya
Matsuura, S., 199, Future Perspective of Nuclear Energy in Japan and the OMEGA Program, Nucl. Phys. A654,
417c.
Meadows, D.H.,et. al., 1972, The Limits to Growth, New American Library, New York.
Nuclear Energy Agency and International Atomic Energy Agency, 2004, “Uranium 2003: Resources, Production
and Demand”. Paris: OECD.
Scheer, H. (2004) Nuclear Energy Belongs in the Technology Museum. WRCE Update September 19 2004,
West, J.M. and W.K. Davis, 2001, The creation and beyond: Evolutions in US nuclear power development, Nuclear
News, June 2001.
World Uranium Resources, by Kenneth S. Deffeyes and Ian D. MacGregor, Scientific American, January, 1980,
page 66. Argues that the supply of uranium is very large.