8 gerakan mahasiswa antara idealitas dan realitas

22
KAMMI ADALAH WADAH PERJUANGAN PERMANEN YANG AKAN MELAHIRKAN PEMIMPIN MASA DEPAN YANG TANGGUH DALAM UPAYA MEWUJUDKAN MASYARAKAT ISLAMI DI INDONESIA Date: 10/09/2005 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas Disusun oleh : HTUEvyta A.R UTH

Upload: siti-qori-ah-sdm

Post on 11-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

TRANSCRIPT

Page 1: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

KAMMI ADALAH WADAH PERJUANGAN PERMANEN YANG AKAN MELAHIRKAN

PEMIMPIN MASA DEPAN YANG TANGGUH DALAM UPAYA MEWUJUDKAN MASYARAKAT ISLAMI DI

INDONESIA

Date: 10/09/2005

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas

Disusun oleh :

HTUEvyta A.RUTH

Page 2: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 1

Sekapur Sirih

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam

barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun

kokoh” (QS. As-Saff : 4)

“Katakanlah : ‘Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita)

yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.”

(Al-An’am : 135)

Ba’da tahmid dan shalawat. Sebuah tulisan yang sederhana dari penulis

dengan berbagai sumber yang ada telah mampu dirampungkan. Dilatarbelakangi

oleh tergeraknya sebuah kesadaran akan pentingnya peranan suatu kelompok yang

bernama “pemuda” , maka penulis berusaha memaparkan beberapa aspek yang

ada dalam sebuah gerakan mahasiswa. Negeri manapun tak terlepas dari

pemudanya. Sebuah proses kebangkitan dari keterpurukan selalu mengedepankan

pemuda dalam setiap sejarahnya.

Antara idealitas dan realitas yang terjadi dalam setiap gerakan mahasiswa

di negeri Indonesia ini menjadikan kita sebagai agen peubah dan kontrol sosial

perlu untuk mengkaji ulang dan mengevaluasi berbagai agenda dan sejarah yang

telah diukir oleh gerakan mahasiswa. Realitas yang terjadi di lapangan terkadang

cukup jauh keluar dari idealisme sebagai suatu gerakan mahasiswa. Sebuah

perenungan untuk gerakan mahasiswa yang ada agar menjadi sebuah pemikiran

baru untuk selalu komitmen pada korelasi antara idealitas dan relitasnya.

Akhir kata, semoga tulisan sederhana ini menjadi bermanfaat di tangan-

tangan para pemuda. Menyadarkan kembali sesuatu yang “telah hilang” dari

pergerakan tersebut. Tak ada gading yang tak retak. Berbagai kekurangan dan

ketidaksempurnaan agar kiranya menjadi sebuah bahan pemikiran untuk

disempurnakan.

Medan, 10 September 2005

Evyta A. R

Page 3: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 2

Mukaddimah

Pembicaraan tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi

pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir semua kalangan

masyarakat. Begitu banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan, telah

menghasilkan pula berbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang

diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam

pergulatan politik kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks

kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan

berkembang di tengah masyarakat. Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan

mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi

yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek-praktek

ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas

hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai

perpanjangan aspirasi rakyat dalam situasi yang demikian itu memang sangat

dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi

atas konflik-konflik yang terjadi pada penguasa. Secara umum, advokasi yang

dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun

tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam

memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak

mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap

lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas

hidup bangsanya.

Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh

gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau

kontrol atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami

distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan

bagi kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu

penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Karena begitu berartinya,

sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakan negara di dunia telah mencatat

bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu

dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.

Page 4: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 3

Alasan utama mengapa penulis menempatkan gerakan mahasiswa dalam

tulisan ini adalah tidak lain karena peran gerakan mahasiswa tersebut sebagai

pelopor dan penggerak dalam membela rakyat dari berbagai tirani dan segala

bentuk ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa dan gerakannya yang

senantiasa mengusung panji-panji keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan

ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor

pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik

mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari

kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam

masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar

dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa

memang tak bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat

intelektualitas dalam berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan

merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Sebuah konsep yang

cukup ideal bagi sebuah pergerakan mahasiswa walau tak jarang pemihakan-

pemihakan tersebut tidak pada tempatnya.

Pada mahasiswa kita mendapatkan potensi-potensi yang dapat

dikualifikasikan sebagai modernizing agents. Praduga bahwa dalam kalangan

mahasiswa kita semata-mata menemukan transforman sosial berupa label-label

penuh amarah, sebenarnya harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam

gerakan mahasiswa inilah terdapat pahlawan-pahlawan damai yang dalam

kegiatan pengabdiannya terutama didorong oleh aspirasi-aspirasi murni dan

semangat yang ikhlas. Kelompok ini bukan saja haus edukasi, akan tetapi

berhasrat sekali untuk meneruskan dan menerapkan segera hasil edukasinya itu,

sehingga pada gilirannya mereka itu sendiri berfungsi sebagai edukator-edukator

dengan cara-caranya yang khas.

Masa selama studi di kampus merupakan sarana penempaan diri yang

telah merubah pikiran, sikap, dan persepsi mereka dalam merumuskan kembali

masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam

memecahkan masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari

alternatif ideologi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tak jarang,

kajian-kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan

Page 5: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 4

ideologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala, mereka menemukan

kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya akomodatif dengan

keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang committed dengan mata

hatinya, mereka akan merasa "terpanggil" sehingga terangsang untuk bergerak.

Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa patriotik yang dapat

membius semangat juang lebih radikal. Mereka sedikit pun takkan ragu dalam

melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Berbagai senjata ada di

tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan

kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat

diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti petisi, unjuk rasa, boikot atau

pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-

senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa jika dibandingkan

dengan intelektual profesional, lebih punya keahlian dan efektif.

Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap

tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni pro-

rakyat tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain mengiringinya. Adanya

kedekatan dengan rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan

mahasiswa bisa bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka

yang aktif layaknya bola salju, semakin lama semakin besar. Oleh karena itu,

sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan

mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara.

Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa

penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez

Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan

di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di

Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan

Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa

penggulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai

akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-

aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang

sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani

untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.

Page 6: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 5

Bab I

Sejarah Gerakan Mahasiswa Indonesia dari Masa ke Masa

Sejarah Indonesia modern sering dipahami sebagai sebuah proses

perjuangan panjang dari sebuah keluarga. Sebagai sebuah proses perjuangan

panjang, sejarah modern Indonesia biasanya dianalogikan sebagai sebuah garis

atau jalan, yang sudah barang tentu tidak harus dibayangkan lurus, dan

pembentukannya dimungkinkan oleh keberadaan sejumlah titik atau tonggak.

Titik-titik atau tonggak-tonggak yang merupakan penanda penting dari garis atau

jalan adalah “angkatan-angkatan”. Dari awal sejarah modern Indonesia yang

berlangsung sejak tahun-tahun pertama abad 20 hingga tahun kini dikenal atau

dipahami terdapat empat angkatan. Masing-masing dengan karakteristiknya dan

masing-masing mempunyai peran pentingnya sendiri dalam proses perjuangan :

angkatan 1908, angkatan 1928, angkatan 45, dan angkatan 66.

Antara tahun 50 dan 60 perguruan tinggi di Indonesia mengalami

peledakan jumlah mahasiswa. Bila tahun 1946-1947 terdaftar 387 mahasiswa

maka di tahun 1965 ada sekitar 280 ribu mahasiswa. Sebuah keterangan yang

pada gilirannya akan memudahkan seseorang untuk memahami bahwa antara

akhir tahun 1940-an hingga tahun 1950-an muncul berbagai organisasi massa

(ormas) mahasiswa. Diawali dengan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI) (5 Februari 1947), Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) (25

Mei 1947), yang lain misalnya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

(23 Maret 1954), Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) (1956).

Meskipun terdapat sebuah catatan penting di sini, kemunculan ormas-ormas

tersebut tidaklah terjadi begitu saja atau semata-mata karena jumlah. Suatu

hubungan tertentu dengan partai politik tertentu, baik karena seideologi maupun

bersifat onderbouw, misalnya HMI dengan Masyumi, PMKI dengan Parkindo,

GMNI dengan PNI, CGMI dengan PKI, dapat diidentifikasi.

Melihat perjuangan anak-anak muda dalam konteks angkatan, dan

bukanlah dalan konteks mahasiswa, jelas bukan tanpa problematik. Angkatan

adalah sebuah istilah yang lebih dekat dengan pemuda, sementara pemuda,

sebagai sebuah kategori, merupakan turunan konsepsi generasi, suatu konsep yang

Page 7: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 6

menurut seorang penulis selalu dihubungkan dengan usia muda antara 15 sampai

dengan 30 tahun. Dalam konsepsi pemuda seperti ini mahasiswa jelas hanya salah

satu bagian atau unsur pembentuk. Akan tetapi, sementara pemuda dalam konteks

“angkatan” adalah sebuah kekuatan sosial yang sangat penting, tidak demikian

realitas mereka yang dikategorikan sebagai pemuda oleh rezim orde baru. Di

bawah rezim orde baru, pemuda tidak lagi berada baik dalam batas-batas

pengertian obyektifnya, misalnya mengacu pada batas usia tertentu maupun

signifikansi sosiologi dan histrotisnya. Suatu arti baru dari pemuda sebaliknya

mulai muncul. Di bawah orde baru, pemuda bukan hanya mempunyai konotasi

dengan pembangunan, sebuah slogan orde baru . Lewat Komite Nasional Pemuda

Indonesia (KNPI), yang didirikan Juli 1973, merupakan kategori sosial yang

sepenuhnya dapat kontrol. Lebih jauh, adalah lewat mesin politik KNPI inilah

tampak bahwa proses mahasiswa di-pemuda-kan.

Jauh sebelum gerakan reformasi dimulai, kesangsian terhadap sejarah orde

baru yang dibangun tahun 1966 itu mulai timbul, sehingga banyak disoroti, timbul

banyak kecurigaan, karena banyak sisi-sisi gelap dan berbagai peristiwa janggal

yang mengganggu ketenangan akal sehat masyarakat. Tetapi munculnya

interpretasi lain sejarah politik tahun 1960-an khususnya gerakan 30 September

1965, di luar sejarah resmi versi rezim orde baru yang sedang berkuasa saat itu

cenderung dilarang, karena dianggap memutarbalikkan fakta, menyesatkan dan

memojokkan pemerintah. Eksistensi orde baru memang dibangun di atas puing

sejarah 1965, mengungkit sejarah dasawarsa itu berarti mengungkit keberadaan

orde baru, sehingga selalu dianggap subversi. Di sini tidak hanya pemerintah dan

militer yang punya klaim tetapi gerakan mahasiswa angkatan 1966 juga punya

klaim besar atas sejarah ini, dengan dalih telah menyelamatkan republik dari

cengkeraman PKI.

Gerakan Mahasiswa Angkatan ‘66

Sistem politik nasional yang melatar belakangi gerakan mahasiswa

Indonesia tahun 1966 perlu dibeberkan kembali agar bisa menempatkan gerakan

mahasiswa era tersebut secara proporsional. Dengan pemaparan semacam itu akan

kelihatan di mana gerakan mahasiswa itu bersifat otentik sebagai cetusan dari

Page 8: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 7

tanggung jawab moral mereka terhadap keadaan, yang kemudian membentuk

moral force untuk mengontrol kekuasaan. Dan di mana gerakan mahasiswa

terjebak secara sadar atau tidak ke dalam permainan politik pihak lain, apakah itu

militer, Soekarno, partai-partai politik dan terutama PKI. Hal itu saat ini menjadi

persoalan krusial yang menyelubungi gerakan mahasiswa tahun 1966.

Politik Indonesia pasca kemerdekaan diwarnai oleh sengitnya persaingan

antara Soekarno dengan militer. Sebagai presiden dan proklamator Soekarno

memang memiliki kekuasaan secara de facto maupun de jure.Begitu pula militer,

sebagai angkatan perang mengklaim punya hak atas kekuasaan mengingat jasa

mereka terhadap terbentuknya republik ini. Karena itu militer menuntut hak-hak

istimewa dalam politik sehingga memiliki burgain politik yang kuat baik di

hadapan Soekarno maupun di hadapan partai politik. Ketidakstabilan kekuasaan

politik yang dipegang partai-partai politik membuat tentara sangat risau, apalagi

saat itu negara diguncang oleh berbagai pemberontakan daerah. Maka atas

desakan militer pada tahun 1957 Soekarno mengumumkan diberlakukannya

Undang-Undang darurat. Hal itu memungkinkan militer bisa berbuat banyak hal

tanpa dibatasi kewenangannya.

Sejak dikeluarkannya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dikeluarkan oleh

Soekarno, Indonesia yang seharusnya sebagai negara demokrasi pembagian

kekuasaannya terdiri atas tiga lembaga, legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Tetapi

dalam demokrasi terpimpin ini pembagian kekuasaan hanya ada antara Presiden

Soekarno dan militer. Lalu terbentuklah partai-partai besar seperti PMI, NU, dan

PKI. Kemudian situasi politik internasional semakin memanas dan mempengaruhi

situasi politik nasional sehingga Soekarno semakin menggandeng PKI yang

menjadi kekuatan politik yang sangat efektif.

Kondisi Indonesia yang semakin parah akibat adanya program pemerintah

yang menyita perhatian seluruh masyarakat dan biaya yang sangat besar di

antaranya adalah pembebasan Irian Barat 1962 dari kolonial Belanda, konfrontasi

dengan Malaysia, dan perekonomian yang merosot dengan kebijakan yang

semakin memberatkan rakyat sehingga menyebabkan inflasi dan ketegangan

politik yang semakin jauh. Akhirnya meletuslah Gerakan 30 September 1965.

Mengambil momentum ini mahasiswa kembali bergerak memanfaatkan situasi

Page 9: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 8

untuk mengkritik keadaan. Kemudian terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa

Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1965 yang akhirnya tersebar ke

mana-mana untuk melakukan koreksi terhadap rezim yang ada.

Mahasiswa menyampaikan tuntutan-tuntutan secara spontan, lalu

dirumuskan dalam sebuah konsep sederhana yaitu Tritura yang isinya menuntut

pembubaran PKI, Retool kabinet Dwikora, dan turunkan harga barang.

Dideklarasikan pada 10 Juni 1966 tepat hari kebangkitan mahasiswa Indonesia.

Berbagai aksi dilakukan dalam rangka merubah keadaan tersebut. Mahasiswa

mendapat dukungan dari militer yang dipimpin oleh Soeharto yang tentu saja

bukanlah sebuah keikhlasan militer itu sendiri tetapi sebagai bagian dari struggle

power (pertarungan kekuasaan) yang tidak disadari mahasiswa sendiri.

Pada tanggal 16 Februari 1966, Soekarno melakukan reshufle kabinet

dwikora dengan orang-orang yang punya cacat dan tidak kompeten dalam

menjalankan tugas. Lalu terjadilah aksi oleh KAMI beserta Kesatuan Pemuda dan

Pelajar Indonesia (KAPPI) dengan tuntutan segera melaksanakan Tritura.

Bentrokan terjadi dan mengakibatkan gugurnya Arief Rahman Hakim yang

semakin membuat gerakan mereka solid. Ketika KAMI dilarang 4 April 1966

mahasiswa membentuk Laskar Arief Rahman Hakim yang terdiri dari 42

universitas dan perguruan tinggi di Jakarta. Militer pun semakin memberikan

dukungannya dan akhirnya terjadilah aksi besar-besaran oleh mahasiswa.

Kondisi keamanan yang semakin buruk dan atas skenario yang diciptakan

militer, serta mahasiswa yang semakin menekan pemerintah untuk segera

melakukan perubahan, akhirnya Soekarno mengadakan sidang kabinet. Setelah

mengalami desakan dan tekanan dari berbagai pihak akhirnya Soekarno

melimpahkan kekuasaan keamanan negara kepada militer yang saat itu dipimpin

oleh Pangkostrad Soeharto. Militer mengambil alih pemerintahan dari Soekarno

melalui Supersemar .PKI pun dibubarkan dan mahasiswa merasa telah berhasil

dalam berbagai perjuangannya.

Dengan demikian, sejak saat itu gerakan mahasiswa telah nyaris berhenti.

Semuanya telah jatuh dan diserahkan kepada penguasa militer. Dengan penuh

kenangan dan heroisme perjuangan kembali ke kampus membawa mitos

kemenangan dan mengabadikan perjuangan mereka dalam sebuah monumen,

Page 10: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 9

angkatan 66 dan sebagainya. Angkatan 66 dimunculkan sebagai mitos dan

dijadikan rujukan sejarah bagi gerakan mahasiswa yang berhasil memperjuangkan

idealismenya. Selama Orde Baru berkuasa yang dipimpin oleh Soeharto, angkatan

66 mendapatkan fasilitas dan peran yang cukup memadai. Ketika dikukuhkannya

Dwifungsi ABRI sebagai kekuatan militer dan sekaligus sosial politik, gerakan

mahasiswa sepenuhnya terserap dalam kekuasaan militer dengan Golongan Karya

(Golkar) sebagai mesin untuk mobilisasi massa.

Gerakan mahasiswa angkatan 66 memang monumental dalam mobilisasi

mahasiswa, tetapi kemurnian gerakan mereka telah masuk ke dalam setting politik

yang dibangun militer sehingga ketika berbagai penyelewengan yang dilakukan

pemerintah orde baru tidak membuat mahasiswa bangkit untuk merubahnya

melainkan semakin mengikuti kehendak penguasa pada saat itu.

Gerakan Mahasiswa 1970-1993

Peristiwa Malari tahun 1974 merupakan puncak perpecahan antara

mahasiswa dengan penguasa Orba. Kritik dan protes terhadap hasil pembangunan

semakin gencar dilakukan mahasiswa. Berbagai konsep dan intrik dilakukan

penguasa Orba kepada rakyat umumnya baik dalam hal pembangunan maupun

Pemilu yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat dan ketidakbebasan demokrasi

Indonesia. Diprakarsai oleh mahasiswa ITB dan dilatarbelakangi oleh Pemilu

yang hanya digunakan untuk membodohi rakyat, akhirnya mahasiswa membentuk

Gerakan Anti Kebodohan (GAK). Berbagai universitas di Jawa seperti ITB,

UGM, UI, dan lain-lain memanfaatkan momentum peringatan Tritura dengan

melakukan aksi mengusung wacana “Matinya Demokrasi” atas pemerintah Orba

yang pada saat itu tokoh mahasiswa selaku ketua Dewan Mahasiswa (DM) adalah

Hery Akhmadi dan Lukman Hakim.

Penguasa Orba mengatakan bahwa secara sistematis melalui DM,

mahasiswa telah melawan hukum dan konstitusi, menggunakan diskusi untuk

membangun opini untuk mengganti kepemimpinan nasional. Kedatangan DM se-

Indonesia ke MPR menyatakan ketidakpercayaan kepada lembaga tersebut pada

tanggal 7 Januari 1978 dianggap merendahkan pemerintah. ABRI turun tangan,

hampir sebagian surat kabar yang secara tidak seimbang menyiarkan kegiatan

Page 11: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 10

mahasiswa itu dilarang terbit. Sejumlah kampus diduduki militer dan

membekukan DM semua universitas pada tanggal 21 Januari 1978.

Pada tanggal 19 April 1978, menteri P dan K mengeluarkan SK tentang

Netralisasi Kehidupan Kampus (NKK) dengan dibentuknya Badan Koordinasi

Kemahasiswaan yang segenap kegiatan kampus dipimpin oleh pimpinan

perguruan tinggi. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) secara intensif

mengakibatkan ketatnya kewajiban mahasiswa menyelesaikan beban studinya

dan ketatnya pembinaan non akademik menyebabkan keterbatasan untuk

melakukan aktivitas politik moral.

NKK/BKK terbukti ampuh menghancurkan infrastruktur fungsi

mahasiswa. Berubahnya orientasi mahasiswa terhadap pekerjaan menyebabkan

pasifnya gerakan mahasiswa terhadap sosial politik bangsa. NKK/BKK juga

menimbulkan fenomena militerisasi kampus yang memungkinkannya pengawasan

ABRI dan badan-badan intelijen di dalam universitas dan kehidupan mahasiswa.

Pada akhir 80-an mahasiswa yang berkiprah di luar kampus mulai

mengangkat tema-tema kerakyatan. Sebagai konsekuensi dari pilihan “bersama

rakyat” maka sebagian mahasiswa aktivis 80-an harus berhadapan dengan OB

dalam bentuk penangkapan, pengadilan, tuduhan subvertif, dan lain-lain.

Walaupun demikian, organisasi mahasiswa semakin banyak terbentuk meskipn

masih taraf manajemen yang belum memadai. Kecenderungan melakukan aliansi

atau koalisi sangat tinggi tahun 1989-1990, hal ini dikarenakan gerakan

mahasiswa kurang solid dan lebih condong kepada ideologi masing-masing.

Serangkaian aksi periode 1989-1993 tidak hanya sebatas test case, tetapi sekaligus

untuk mencari wacana baru mengenai gerakan itu sendiri. Gerakan mahasiswa

mulai membangun jaringan dan membentuk konsep yang lebih baik seperti

dengan kaum buruh, tani, kaum miskin dan lain sebagainya yang akhirnya mampu

menciptakan sebuah kekuatan yang meliputi semua lapisan masyarakat yang harus

diorganisir sebagai kekuatan peubah.

Page 12: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 11

Gerakan Mahasiswa ’98 dan Perjuangan Reformasi

Rezim orde baru yang berkuasa hampir selama 32 tahun dengan segala

program hanya bisa menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat dan mandulnya

demokrasi hingga timbul krisis ekonomi yang besar-besaran serta pemilu 1997

yang tidak lagi bersifat luber semakin memperburuk kondisi bangsa sehingga

semakin memperbesar semangat mahasiswa untuk melakukan perubahan terhadap

rezim Soeharto.

Era tahun 90-an dapat dikatakan sebagai renaisans bagi gerakan

mahasiswa. Menurut Eep Saefullah Fatah, ada beberapa hal yang

melatarbelakangi bergairahnya kembali gerakan mahasiswa yang sebelumnya

lama dalam keadaan tiarap akibat represi rezim. Hal tersebut dikarenakan :

1. Ekses dari karakter pendidikan yang tertutup dan kurang dialogis.

2. Ekses dari politik pembangunan Orde Baru

3. Kegelisahan mahasiswa melihat kehendak stabilisasi politik dan ekonomi

Orba yang begitu kuat dan menuntut biaya sosial yang besar

Ketiga faktor di atas mendorong munculnya berbagai kelompok studi,

kelompok aksi, dan berbagai LSM yang digerakkan oleh pemuda pro demokrasi.

Hal lain yang menjadi karakteristik gerakan mahasiswa ’98 adalah sifatnya yang

berawal dari aksi. Berbeda dengan fase-fase sebelumnya, di mana gerakan

mahasiswa Indonesia diwarnai oleh berbagai ormas kemahasiswaan, gerakan

mahasiswa 98 ini diwarnai dengan munculnya kelompok-kelompok aksi yang

memiliki beragam basis ideologi dan pengorganisasian gerakan.

Dalam sejarah politik Indonesia, gerakan mahasiswa tahun 1997/1998

adalah yang paling menonjol dalam menentang kekuasaan presiden Soeharto.

Bermula menuntut demokratisasi, penegakan HAM, pelaksanaan reformasi total,

hingga meningkat pada pengunduran diri Soeharto dari jabatan Presiden. Dari

penghujung 1997 sampai Mei 1998, hampir setiap pekan terjadi gelombang

demonstrasi dari berbagai elemen atau kelompok mahasiswa di berbagai kota

besar. Bentuk dan pola aksinya pun beragam, seperti demonstrasi, mimbar bebas,

dialog, audiensi, petisi, seminar, pawai, dan sebagainya. Salah satu unsur gerakan

mahasiswa yang muncul di tahun 1998 dan dikategorikan sebagai kelompok aksi

yang menggunakan terminologi Haynes adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Page 13: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 12

Indonesia (KAMMI) yang lahir pada tanggal 29 Maret 1998. KAMMI melakukan

gebrakan aksi perdananya yaitu “Rapat Umum Mahasiswa dan Rakyat Indonesia”

yang mampu memobilisasi massa sebanyak 20 ribu orang, dilaksanakan di luar

kampus, berlangsung secara tertib dan aman, isu utamanya adalah reformasi total.

Aksi-aksi berikutnya digulir oleh KAMMI dan berbagai organisasi

kemahasiswaan lainnya.

Akhirnya, setelah berbagai aksi demonstrasi yang dilakukan gerakan-

gerakan mahasiswa hingga menimbulkan korban jiwa yang cukup besar, serta

kondisi keamanan dan kehidupan negara yang sudah carut-marut, pada tanggal 21

Mei 1998 dalam pidatonya di Istana Negara, presiden Soeharto menyatakan

berhenti dari jabatan presiden Republik Indonesia. Masa transisi demokrasi

Indonesia pun baru dimulai untuk menata kembali kehidupan bangsa. Era

reformasi yang didengungkan mahasiswa akan segera dimulai.

Semangat untuk terus memperjuangkan reformasi total tetap dimiliki oleh

gerakan mahasiswa umumnya dan KAMMI khususnya. Semangat dan idealisme

semacam inilah yang membuat KAMMI terus bergerak mendobrak rezim

Habibie, lalu rezim Gus Dur, bahkan rezim Megawati dengan tuntutan yang tetap

sama, reformasi.

Page 14: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 13

Bab II

Idealisme Sebuah Gerakan Mahasiswa

Secara umum gerakan mahasiswa sampai saat ini tetap berada di garis

depan dalam setiap gerakan pembebasan tanah air di seluruh dunia menentang

kezaliman, dan juga merupakan markas utama yang melahirkan tokoh-tokoh

pemikiran dan revolusi di banyak negara. Demikian pula, gerakan mahasiswa

adalah target sasaran musuh-musuhnya, karena ia adalah kumpulan para

cendikiawan ummat, para aktivis, orang-orang yang berpikir terbuka, paling siap

berkorban dan terakhir paling siap melakukan perubahan-perubahan yang jika

belum terjadi di usia mereka pasti akan terjadi di masa depan.

Berangkat dari sejarah yang terjadi pada gerakan mahasiswa sejak dulu

hingga sekarang, sebuah idealitas memiliki pengaruh yang sangat besar untuk

mewujudkan suatu perubahan. Mahasiswa sebagai komponen menengah dalam

masyarakat memiliki sebuah idealitas yang cukup untuk mengakomodir terjadinya

sebuah perubahan. Gerakan mahasiswa adalah sebagai sebuah gerakan moral

demi menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh rakyat. Gerakan

mahasiswa muncul sebagai curahan perasaan rakyat yang mendambakan

perubahan untuk kemajuan. Generasi muda harus memupuk kekuatan diri sebagai

suatu gerakan moral dan senantiasa tampil sebagai alat koreksi dan sosial kontrol

terhadap penyelewengan, ketidakadilan, korupsi dan penindasan. Karena itu

mereka berusaha tetap bersih, bebas dari ekses-ekses, dan mampu menggalang

persatuan dan kesatuan pendapat serta mental di antara sesamanya dan mampu

melahirkan kesatuan dalam tindakan.

Idealisme Sebuah Gerakan Mahasiswa Islam

Tak dapat dipungkiri, Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah

muslim sudah sewajarnya memiliki distribusi pemuda dan mahasiswa muslim

yang besar pula. Sejarah mengatakan kepada masyarakat, bahwa hampir sebagian

besar perjuangan di kancah politik dan sosial sejak awal kemerdekaan dan hingga

saat ini tidak terlepas dari peran mahasiswa islam yang tergabung dalam berbagai

gerakan mahasiswa dengan landasan ideologi yang beragam pula. Maka sebuah

Page 15: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 14

gerakan mahasiswa islam tentu tidak terlepas dari idealitas religius. Selain dari

peranan politik mereka sebagai pelopor dari komunitas orang yang dirampas

haknya, gerakan mahasiswa islam juga mempunyai kepentingan moral dan sosial

masyarakat dan bangsa.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, di antara pola aktivitas baru

mahasiswa pasca NKK/BKK adalah merebaknya aktivitas keislaman berbasis

masjid kampus. Aktivitas keislaman berbasis masjid kampus ini dalam perjalanan

dan perkembangannya berhasil mengimbangi dan menggeser peran yang selama

ini didominasi oleh ormas islam kemahasiswaan yang terlibat dan kemudian

beralih aktivitasnya ke bentuk baru ini. Ada dua faktor yang mempengaruhi pola

baru aktivitas keislaman mahasiswa, yaitu pertama adalah munculnya kelompok

anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari dan mengamalkan

islam, sebagai respon dari tekanan politik pemerintahan orba terhadap umat islam.

Dan kedua adalah adanya sebuah ruang publik yang relatif lapang, yang bernama

masjid atau mushalla kampus, tempat di mana idealisme kaum muda islam itu

mengalami persemaian ideal dan pengecambahan secara cepat.

Secara normatif falam ajaran islam, pemuda dianggap memiliki peran

sangat penting untuk memobilisasi kesadaran masyarakatnya. Dalam catatan

sejarah, bagian terbesar dari kelompok pertama yang menerima ajaran islam

terdiri dari para pemuda. Dari sudut ini dapat dilihat betapa kehadiran pemuda

sebagai penggerak perubahan di dalam masyarakat merupakan hal yang sangat

mendasar dalam islam. Hal ini tidak hanya sekedar sebuah tuntutan yang semata-

mata bersifat sosiologis, melainkan lebih dari itu memiliki landasan ideologis

yang sangat kuat.

Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala

kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin

bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban

dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, iman, ikhlas, semangat, dan amal

merupakan karakter yang melekat kuat pada diri pemuda, karena sesungguhnya

dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan itu adalah hati

yang bertaqwa, dasar semangat itu adalah perasaan yang menggelora, dan dasar

amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para

Page 16: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 15

pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar

kebangkitan. Menurut Hasan Al-Bana, dalam setiap kebangkitan, pemuda

merupakan rahasia kekuatannya. Di dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar

panji-panjinya.

“...Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”(QS. Al-Kahfi : 13)

Berbicara tentang gerakan mahasiswa islam tidak terlepas dari sebuah

Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Mata rantai perjalanan sejarah yang panjang

dan dinamis, serta saling keterkaitan antara satu fase dengan lainnya menjadikan

LDK sebagai unsur kekuatan besar dakwah islam di Indonesia. Dakwah berupaya

merubah pikiran, perasaan, dan tingkah laku manusia dari jahiliyah kepada islam,

atau dari yang kurang islami menjadi lebih islami, sehingga terbentuk tatanan

masyarakat islami.

Berkenaan dengan mahasiswa dan kampus, secara struktural sosial

masyarakat, keduanya dipandang sebagai satu kesatuan sistem yang mempunyai

peran penting dalam perubahan sosial dan kepemimpinan masyarakat. LDK

berperan sebagai gerakan mahasiswa islam yang berfungsi sebagai wahana untuk

mencetak mahasiswa muslim sebagai kader islam yang tangguh dan agen

perubahan sosial.

KAMMI Sebagai Gerakan Mahasiswa Islam

KAMMI sebagai sebuah gerakan mahasiswa yang cukup memberikan

kontribusi besar dalam era reformasi, memiliki berbagai idealisme yang berpusat

pada satu kesatuan pemahaman islam sebagai landasan pergerakannya. Dalam

perspektif KAMMI, akar persoalan bangsa Indonesia adalah hancurnya moralitas

(agama) yang menjadi dasar bagi semua sikap perilaku anggota masyarakat dan

pada pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan atas hal ini,

KAMMI memiliki dua konsep yaitu perubahan sosok-sosok pemimpin baru yang

handal dan bermoral, dan perubahan moralitas dan budaya masyarakat yang

sejalan dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran universal. Sebagai gerakan

modern, KAMMI meletakkan konsep tersebut dalam tingkatan mikro. KAMMI

mendisain sistem organisasinya dengan sebuah idealisme prinsip organisasi

Page 17: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 16

modern yang rasional dan profesional. Pada saat yang bersamaan, KAMMI juga

menempatkan dasar-dasar moralitas dalam perilaku dan budaya organisasinya

melalui sistem alur kaderisasi yang komprehensif dan kontiniu. Proses kaderisasi

KAMMI yang tercermin dalam konsep Tauhid dan konsep Al-Haq wal-Bathil

yaitu dengan menanamkan keyakinan dan keberpihakan yang teguh terhadap

kebenaran dan pengingkaran dan permusuhan yang konsisten terhadap kebathilan.

Nilai ini menumbuhkan satu sikap kepribadian dasar pada aktivis KAMMI untuk

senantiasa mengkritisi kondisi kebenaran dan kebathilan dari perspektif keTuhan-

an (Ilahiyah) dan bukan aspek-aspek yang sifatnya simbolik belaka. Dalam

menjalankan agenda-agenda perubahannya, KAMMI juga mengedepankan prinsip

perbaikan, yaitu “kritis dalam sikap, moderat dalam cara”.

Berangkat dari berbagai landasan dan idealisme di atas, maka seluruh

agenda-agenda dan program-program KAMMI tidak terlepas dari langkah untuk

mencapai perubahan yang lebih baik.

Page 18: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 17

Bab III

Realitas yang Terjadi Dalam Gerakan Mahasiswa

Pada paparan sebelumnya telah dibahas tentang berbagai idealisme dalam

sebuah gerakan mahasiswa beserta komponen mahasiswa di dalamnya. Dengan

rujukan idealisme tersebut, sebuah gerakan mahasiswa dapat diketahui realitasnya

apakah sebuah gerakan itu sesuai dengan apa yang menjadi landasan ideologinya

atau hanya menjadi sebuah alat dari pihak-pihak tertentu dalam memenuhi

kepentingan individu dan golongan.

Terkadang sebuah idealitas harus teracuhkan dalam kerja-kerja nyata di

lapangan. Dalam aplikasi dan solusi yang ditawarkan secara tak sadar telah keluar

dari konsep dasar sebuah pergerakan mahasiswa. Hal ini bukanlah sesuatu yang

baru, bahkan pada angkatan 66 sudah terbukti bahwa gerakan mahasiswa akhirnya

menjadi sebuah mitos sejarah belaka yang diakibatkan karena berbagai

kepentingan dan keinginan yang melenakan dari pihak-pihak yang turut andil

dalam pergerakannya.

Zaman yang berubah cepat, kaum muda Islam di Indonesia sebagai yang

terbesar, diminta untuk mengambil tindakan-tindakan yang bertendensi ke masa

yang akan datang. Setiap kita terutama pemuda an mahasiswa diminta untuk

melibatkan diri dalam suatu kelompok entitas, apakah kita sebagai entitas bangsa

atau sebagai entitas kesadaran. Kesemuanya itu menandakan adanya suatu

persimpangan yang rumit dan juga suatu pertaruhan yang melibatkan tidak hanya

satu generasi saja dari bangsa ini, akan tetapi juga melibatkan mereka yang belum

lahir dalam kehidupan bangsa ini.

Dalam posisi ini, ketika gerakan mahasiswa memposisikan diri sebagai

pelaku dan bukan penonton, persoalannya bukanlah semata-mata optimisme atau

pesimisme. Lebih dari itu, mahasiswa harus mampu berfikir apa yang harus

dilakukan dan seberapa besar energi dan amunisi yang harus disiapkan. Sudah

saatnya pula gerakan mahasiswa menegaskan kembali untuk tidak terlarut dalam

romantisme sejarah, meskipun dengan tetap mengakui bahwa mereka adalah

“anak-anak yang tumbuh di bawah asuhan sejarah”. Disini, tugas gerakan

mahasiswa bukan sekedar menuju pada suatu benua makna, akan tetapi menerka-

Page 19: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 18

nerka maknanya, menaksir terkaan-terkaan itu dan menarik kesimpulan dan

terkaan terbaik.

Sebagai suatu gerakan mahasiswa, realitas yang terjadi saat ini biasanya

adalah sebuah pergeseran nilai-nilai idealisme yang sejak awal diusung oleh

mereka—mereka yang menyebut dirinya sebagi agen peubah. Bahkan lebih buruk

lagi, sebuah analisis yang dilakukan, reformasi jangan sampai mati, untuk itu

perlu peran gerakan mahasiswa yang ada sebagai bentuk kontrol sosial menjadi

wadah bagi terciptanya reformasi tersebut dalam tatanan mikro. Maka, dalam hal

aplikatif tidak hanya sekedar pemikiran sebelah pihak saja, tetapi perlu proses

aplikatif dalam tatanan yang lebih real dan sesuai dengan tuntutan zaman. Kalau

beberapa tokoh mengatakan “No action, talk only”, mungkin ada benarnya pada

sebagian gerakan mahasiswa. Berbagai diskusi yang dilakukan dalam setiap

elemen mahasiswa belum mampu merumuskan suatu konsep bersama yang solid

untuk melakukan sebuah perubahan yang lebih berarti. Aksi-aksi yang dilakukan

tidak hanya sekedar perhelatan tradisi pengulangan sejarah atas wacana yang ada

di dalam masyarakat, tetapi juga mampu menimbulkan efek yang cukup kuat bagi

terciptanya suatu solusi dalam rangka perbaikan.

Mulai saat ini mahasiswa harus menyadari bahwa perlawanan lewat aksi-

aksi demonstrasi jalanan saja tidaklah cukup, karena ia “hanya” berfungsi untuk

mereduksi kedzaliman, dan belum cukup tepat untuk disebut solusi. Lebih dari itu,

pemuda harus menyadari bahwa mereka, minimal, memiliki empat agenda.

Pertama mempersiapkan para tekno-birokrat, kedua mempersiapkan para

‘intelektual organik’. Ketiga mempersiapkan kader-kader ‘pemimpin politik’ dan

keempat mempersiapkan para pengusaha. Agenda ini harus dijalankan secara

serius untuk mengobati “cacat bawaan” kepemimpinan dan personal yang ada

pada bangsa ini. bijaksana.

Permasalahan yang menyibukkan masyarakat di Indonesia, juga

internasional, sesungguhnya terjadi di wilayah internal. Berbagai konflik antar

gerakan dan kelompok tertentu sudah bermetamorfosa kepada konflik antar

gerakan lain khususnya mahasiswa. Dalam gelombang perubahan ini, saatnya

sekarang para pemuda dalam arti mahasiswa secara khusus diberi ruang untuk

memainkan peranan yang menentukan. Kaum muda adalah mereka yang dipihaki

Page 20: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 19

oleh waktu, dan karena itu melawan kebangkitan pemuda berarti mengkhianati

proses hidup yag telah ditetapkan Allah Swt. Tentunya dalam konteks ini kita

teringat sebuah tulisan yang dibuat oleh Jane Foster, Kumi Naidoo, dan Marcus

Akhuta-Brown, judulnya “Youth Empowerment and Civil Society”. Tulisan yang

termuat dalam buku Civil Society at the Millenium (1999) ini menggariskan

pentingnya pemuda dalam proses perubahan politik melalui civil society dimana-

mana. society”.

Negara ini terus-menerus melakukan keterpurukan terhadap masa depan

generasi berikutnya. Kegagalan ini membuat sindrom pemalasan sosial (social

loafing) yang terjadi terus menerus tanpa henti. Semua orang berbicara atas nama

rakyat tetapi hakekatnya mereka lebih senang bekerja sendiri untuk memenuhi

ambisi politik mereka daripada bekerjasama dengan elemen bangsa yang lain

untuk kebutuhan bangsa yang lebih besar.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai kondisi pada saat ini

bukan dalam kondisi yang ideal. Masalah yang timbul bukan masalah hitam dan

putih untuk bisa dibedakan secara jelas. Tetapi masalah yang timbul adalah di

antara abu-abu dan sedikit abu-abu. Kecerdasan dan kejernihan pikiran

dibutuhkan dalam mengambil keputusan karena Islam mempunyai manhaj berfikir

sendiri. Maka gerakan mahasiswa harus mampu mewujudkan sebuah solusi yang

bijak sesuai dengan idelisme yang diusung dari beragam masa perjuangan

Indonesia.

Proses perbaikan umat (ishlahul ummah) diperlukan dalam kehidupan

berdemokrasi di Indonesia karena hanya melalui perbaikan itulah konflik dan

persaingan bisa menjadi rahmat bagi umat. Perbaikan ini memerlukan perjalanan

yang panjang dan melelahkan. Sehingga diperlukan keberanian dan sikap tegas

dalam mengambil keputusan untuk memulai memasuki babak baru perbaikan.

Page 21: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 20

Khatimah

Pemuda merupakan tonggak sejarah masa lalu dan masa depan sebuah

peradaban. Jika pemuda sebuah peradaban baik, maka baiklah peradaban itu, dan

sebaliknya. Yang paling bijak bagi gerakan kaum muda dengan kondisi

ketidakmenentuan seperti saat ini adalah mencegah agar gerakan pemuda tidak

terjebak dan larut hanya dengan problem kekinian yang kompleks, bahkan nyaris

tak terpecahkan. Gerakan kaum muda haruslah bernafas panjang, berfikir jauh ke

depan, dan justru tidak meninggalkan fokus utamanya yakni meyiapkan generasi

pengganti yang akan memimpin perubahan.

Pola kaderisasi yang matang akan menjamin kesetaraan kualitas personal

yang dihasilkan. Keyakinan ideologis, ruh perjuangan, dan jati diri hendaknya

selalu menjadi ciri khas dari pemuda. Kematangan ini meliputi pemahaman

politik, life skill, manajerial, leadership, dan wawasan. Selain tentu saja aqidah,

ibadah, akhlak, fikrah, dan manhaj. Terutama bagi sebuah gerakan mahasiswa

islam yang mengusung panji-panji islam. Lalu pemikiran yang menampilkan

secara tegas pokok-pokok pikiran yang menjadi ideologi gerakan. Dari sinilah ide-

ide fundamentalis dapat digariskan secara tegas.

Akhirul kalam, kita adalah pemuda, maka berdirilah tegak sebagai pemuda

layaknya, kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban kita sebagai khalifah di

muka bumi ini. Wallahu’alam.

Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya Kami akan

tunjukan kepada mereka jalan Kami dan sesungguhnya Allah SWT beserta orang-

orang yang berbuat kebaikan. (Al-Ankabut : 69)

Page 22: 8 Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas Dan Realitas

Gerakan Mahasiswa Antara Idealitas dan Realitas 21

Daftar Pustaka

Al-Banna, Hasan. 1998. “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin”. Era

Intermedia. Solo.

TAnonim. 2000. “ TGerakan Mahasiswa Sebagai Gerakan Pemberdayaan Dan

Identitas”.HTUhttp://www.transparansi.or.id/majalah/edisi20/20berita_4.ht

ml UTTH. Jakarta.

Bontas P, Bramastyo. 2005. “Transformasi Kaum Muda Indonesia”.

THTTUhttp://kammi.or.id/lihat.php?d=materi&do=view&id=929UTTH. Jakarta.

Departemen Agama RI. 2004. “Al-Qur’an dan Terjemahannya”. PT Syamil Cipta

Media. Jakarta.

Sidiq, Mahfudz. 2003. “KAMMI dan Pergulatan Reformasi”. Era Intermedia.

Solo.

Thahan, Musthafa Muhammad. 2002. “Risalah Pergerakan Pemuda Islam”. Visi

Publishing. Jakarta.T T

Widjojo, Muridan S..1999. “Penakluk Rezim Orde Baru Gerakan Mahasiswa

1998”. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.