67737979 pengaruh pakan terhadap performa reproduksi kuda betina di peternakan kud1
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI KUDA BETINA DI PETERNAKAN KUDA “TOMBO ATI STABLE”
SALATIGA, JAWA TENGAH
Oleh
PUTRI RAHMAWATI08/272331/DKH/01453
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2011
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI KUDA BETINA DI PETERNAKAN KUDA “TOMBO ATI STABLE”
SALATIGA, JAWA TENGAH
Oleh
PUTRI RAHMAWATI08/272331/DKH/01453
TUGAS AKHIR
Diserahkan guna memenuhi sebagian syarat
yang diperlukan untuk memperoleh
sebutan
AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2011
PENGESAHAN
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI KUDA BETINA DI PETERNAKAN KUDA “TOMBO ATI STABLE”
SALATIGA, JAWA TENGAH
Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji pada tanggal 14 Juni 2011
dan diterima guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan
untuk memperoleh sebutan
AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN
Pada
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
Dosen pembimbing / penguji :
1. drh. Sri Gustari, MP.
2. drh. Aris Purwantoro, M.Si.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“I haven't failed, I've found 10,000 ways that don't work”“ The three great essentials to achieve anything worth while are, first, hard work; second, stick-to-itiveness; third, common sense.”(Thomas Alva Edison)
You don’t have to feel like a waste of spaceYou're original, cannot be replacedIf you only knew what the future holdsAfter a hurricane comes a rainbow(Katy Perry – Fireworks)
Loneliness is no excuseNothing else to be accusedDon't give up keep tryingDon't leave it up to nothing
Emptiness, it seems unfairBut lately maybe we don't careDon't give up keep tryingDon't leave it up to nothing(Lipstik Lipsing – Puerto Rico)
Dedicated with much love to my babeh, ibu, ade, dan keluarga besar atas doa dan dukungannya selama ini..
Sahabat dan teman-teman terbaik dalam hidupku, gilang, mami, pipit, tika, Bringgirls, Bainem, UBASA atas kenangan indah yang telah kalian berikan..
For someone in other other place, you are the best gift ever to me…
PRAKATA
Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Maksud penulisan Tugas Akhir ini yang berjudul Pengaruh Pakan terhadap
Performa Kuda Jantan di Peternakan Kuda “Tombo Ati Stable” Salatiga, Jawa
Tengah adalah untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh sebutan Ahli
Madya Kesehatann Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Pengelola Program Diploma Kesehatan Hewan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta,
2. drh. Sri Gustari, MP., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk selama menyusun tugas akhir ini,
3. drh. Aris Purwantoro, M.Si., selaku dosen penguji,
4. Mas Ibnu beserta anak kandang yang telah membantu penulisan tugas
akhir ini,
5. Semua pihak yang telah memberikan begitu banyak bantuan dan tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis mengharapkan karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian.
Yogyakarta, 14 Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN....................................................................................................... i
PERSEMBAHAN.................................................................................................... ii
PRAKATA............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
INTISARI................................................................................................................ v
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................. 1
Tujuan.......................................................................................................... 10
PELAKSANAAN
Materi........................................................................................................... 11
Metode......................................................................................................... 11
HASIL...................................................................................................................... 12
DISKUSI.................................................................................................................. 16
KESIMPULAN........................................................................................................ 20
SARAN.................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 21
LAMPIRAN
PENGARUH PAKAN TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI KUDA BETINA DI PETERNAKAN KUDA ”TOMBO ATI STABLE”
SALATIGA, JAWA TENGAH
Oleh
PUTRI RAHMAWATI08/272331/DKH/01453
INTISARI
Praktek kerja lapangan (PKL) pada peternakan kuda “Tombo Ati Stable” dilakukan untuk mempelajari pengaruh pakan terhadap performa reproduksi kuda betina. Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pakan dapat berpengaruh terhadap performa reproduksi kuda betina. Materi yang digunakan untuk penulisan tugas akhir ini adalah kegiatan PKL yang dilakukan di Peternakan Kuda ”Tombo Ati Stable” Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 28 Februari – 6 Maret 2011. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, interview dengan anak kandang serta kepala kandang, dan praktek langsung selama di “Tombo Ati Stable”. Kegiatan yang dilakukan adalah penimbangan pakan, pencatatan komposisi pakan, pengamatan dan pencatatan waktu perkawinan kuda.
Hasil pengamatan selama mengikuti praktek kerja lapangan diketahui bahwa pakan yang diberikan berupa rumput lapangan, konsentrat, kecambah kacang hijau serta garam secukupnya. Folactin Red diberikan sebagai tambahan mineral. Dewasa kelamin terjadi pada umur 1,5-2 tahun, lama estrus 5-6 hari, siklus estrus 21 hari sekali, dikawinkan pada umur 5-6 tahun secara alami, estrus post partum rata-rata 9 hari, calving interval rata-rata 1 tahun.
Berdasarkan diskusi dan hasil yang diperoleh dari pengamatan selama mengikuti praktek kerja lapangan maka dapat disimpulkan bahwa formulasi pakan yang diberikan untuk menunjang performa reproduksi kuda betina di ”Tombo Ati Stable” sudah cukup baik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak kuda adalah ternak besar pemakan rumput, bukan termasuk
ruminansia yang berasal dari daerah kering dan luas. Jenis kuda yang ada saat ini
adalah hasil dari suatu proses evolusi semenjak 58 juta tahun yang lalu, saat kuda
masih merupakan hewan buruan (Prakassi, 1985).
Kuda kemudian didomestikasi oleh manusia, kedua setelah anjing. Pada
zaman pra teknologi, kuda menduduki posisi penting sebagai alat transportasi, zaman
sekarang pun masih banyak daerah yang belum dapat dilalui oleh kendaraan bermotor
karena belum mempunyai jalan-jalan raya untuk kendaraan bermotor tersebut,
disamping itu kuda masih dianggap sebagai angkutan yang lebih praktis dan murah
dibandingkan dengan alat angkut yang ada (Tillman, 1991). Menurut Damron (1991),
ternak kuda memiliki sistematika seperti berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Perisodactyla
Familia : Equidae
Genus : Equus
Species : Equus cabalus
Parakkasi (1985) menyatakan bahwa di Indonesia dikenal beberapa jenis
kuda yang semuanya termasuk tipe kuda poni (tinggi pundak kurang dari 140 cm)
yang dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (parevalski) dan kuda Arab.
Kuda-kuda tersebut pada umumnya diberi nama sesuai dengan asalnya di Indonesia,
yaitu Sandel (Sumba), Sumbawa, Bima, Timor, Subu (dari Sawo), Flores, Lombok,
Bali, Batam, Sulawesi, Jawa dan Priangan.
Ternak kuda sendiri termasuk salah satu ternak kerja, penghasil daging dan
susu di Indonesia yang belum sepopuler ternak lainnya (Adikusuma, 2007), padahal
kuda memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yaitu sebagai sarana transportasi,
olahraga, dan pacuan. Kuda walaupun memberikan banyak manfaat, penelitian
tentang ternak tersebut sampai saat ini belum banyak dilakukan oleh pakar di bidang
peternakan bahkan publikasi ilmiah tentang ternak kuda di Indonesia masih langka,
pembahasan dan diskusi tentang perkembangannya hampir tidak mendapat perhatian
(Rakanti, 2007).
Masalah lainnya selain tentang kelangkaan penelitian dan sumber-sumber
pustaka, ternak kuda di Indonesia menunjukkan penurunan mutu yang diikuti
penurunan populasi. Indikasi ini menunjukkan bahwa pengelolaan/tata laksana ternak
kuda di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan. Pola breeding yang tidak
terarah, pemberian pakan yang seadanya/tidak rasional, perawatan yang tidak tepat,
masalah kandang, penyakit dan latihan yang tidak sesuai kemungkinan merupakan
faktor penyebab menurunnya produktivitas kuda serta rantai pemasaran yang tidak
jelas merupakan kendala bagi pengembangan ternak kuda (Rakanti, 2007).
Pengetahuan yang cukup mengenai performan reproduksi kuda beserta
pengaturan pakannya sangat diperlukan agar usaha tersebut berhasil. Menurut
Hardjosubroto (1994), performan atau penampilan individu ditentukan oleh faktor
genetik dan lingkungan, faktor genetik ditentukan oleh susunan dan kromosom yang
dimiliki oleh individu tadi. Faktor genetik bersifat baka, artinya tidak berubah selama
hidupnya, sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya. Berbeda
dengan pengaruh faktor genetik, pengaruh faktor lingkungan bersifat tidak baka dan
tidak dapat diwariskan kepada keturunannya. Faktor lingkungan ini bergantung kapan
dan dimana individu tadi berada.
Perkawinan dapat dilakukan bila kuda telah mencapai pubertas. Pubertas
dapat didefinisikan sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan perkembangbiakkan dapat terjadi. Pubertas tidak menandakan kapasitas
reproduksi yang normal dan sempurna, yang masih akan tercapai kemudian, pada
hewan betina pubertas dicerminkan dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Pubertas
atau dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai (Toelihere, 1993).
Menurut Tomaszewska dkk. (1991), nutrisi merupakan hal terpenting yang
mempengaruhi pubertas. Pada ternak muda yang sedang dalam masa pertumbuhan,
kekurangan nutrisi terutama energi akan menghambat perkembangan seksual dan
pubertas.
Sifat Umum Reproduksi Kuda
Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam
keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda dapat mencapai 90% atau lebih. Dalam
kondisi domestik dengan campur tangan manusia, tingkat efisiensi reproduksi itu
sangat menurun oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, banyaknya gangguan dan
penyakit serta faktor-faktor yang lain, menyebabkan rendahnya tingkat
konsepsi/kebuntingan serta rendahnya kelahiran. Seekor kuda betina dara akan
mencapai pubertas pada umur 12 sampai 15 bulan. Siklus estrus kuda betina rata-rata
21 hari dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari, periode birahinya rata-rata
adalah 4 sampai 6 hari, dengan kisaran yang sangat luas, yaitu dari hanya satu hari
sampai birahi yang berlangsung terus menerus (Blakely & Bade, 1991). Siklus birahi
pada kuda dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu: proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
Proestrus
Proestrus merupakan fase sebelum estrus, yaitu periode dimana folikel graaf
tumbuh dibawah pengaruh Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan menghasilkan
sejumlah estradiol yang makin bertambah. Sistem reproduksi memulai persiapan
untuk melepaskan ovum dari ovaria. Pada akhir proestrus terlihat mukus yang terang,
transparan dan menggantung. Proestrus pada kuda berlangsung selama 3 hari. Pada
fase ini dapat dipakai sebagai ukuran umum bahwa betina mulai menampakkan gejala
birahi walaupun belum mau menerima pejantan untuk kopulasi. Selama fase
proestrus, kadar estrogen meningkat sedang kadar progesteron menurun seiring
dengan regresi korpus luteum (Toelihere, 1981).
Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin mau menerima
hewan jantan oleh hewan betina. Selama periode ini umumnya hewan betina akan
mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Estrus pada kuda berlangsung 4
sampai 7 hari (Toelihere, 1981). Sedangkan menurut Blakely & Bade (1991), estrus
berlangsung 4 sampai 6 hari.
Tanda-tanda birahi kuda adalah kegelisahan, keinginan untuk ditemani oleh
kuda lain, urinasi yang berulang kali serta pembengkakkan dan pergerakkan klitoris
(Blakely & Bade, 1991). Permulaan estrus dapat terlihat lebih perlahan dibanding
hewan lain. Karakteristik estrus dapat diamati dengan adanya pejantan, sehingga kuda
betina akan memperlihatkan posisi urinasi, pelvis lebih rendah, membentangkan kaki
belakang dan mengangkat ekor. Penonjolan klitoris (winking) juga merupakan hasil
spesifik saat kuda betina estrus (Gordon, 1997).
Ovulasi terjadi pada saat-saat terakhir periode estrus, telur yang dihasilkan
dapat hidup selama 6 jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup sekitar 30
jam di dalam saluran reproduksi betina oleh karena itu, dianjurkan agar seekor kuda
betina dikawinkan setiap hari atau dua hari sekali mulai pada hari ke tiga timbulnya
estrus (Blakely & Bade, 1991).
Metestrus
Metestrus merupakan periode segera setelah estrus. Lama periode metestrus
pada kuda 3 sampai 5 hari (Toelihere, 1981). Dalam waktu 1 sampai 2 hari ovulasi,
sel granulose dari folikel yang ruptur akan membentuk korpus luteum yang berfungsi
menghasilkan progesterone. Konsentrasi progesterone meningkat cepat dan mencapai
puncaknya 6 hari sesudah ovulasi (Gordon, 1997).
Diestrus
Lama diestrus pada kuda sekitar 6 sampai 10 hari. Apabila tidak terjadi
ovulasi, lama diestrus umumnya 7 sampai 10 hari (Nishikawa & Hafez, 1986). Saat
diestrus, kuda betina tidak menerima pejantan dan akan tampak agresif bila pejantan
mencoba menaiki (Gordon, 1997).
Kebuntingan
Rata-rata kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315-
350 hari (Blakely & Bade, 1991). Jacoeb (1994) menjelaskan lama bunting adalah 11
bulan atau 340 hari. Kelahiran dapat terjadi pada waktunya atau 7 hari maju atau 7
hari mundur.
Estrus post partus dan kawin post partus
Kuda dapat memperlihatkan apa yang disebut foal heat atau nine day heat,
yaitu birahi pertama yang memungkinkan untuk dapat langsung di kawinkan.
Keadaan ini terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah melahirkan atau bisa lebih lama
lagi. Rata-rata 9 hari telah dipakai sebagai patokan asalkan tidak terjadi komplikasi
pada alat kelaminnya (Blakely & Bade, 1991).
Induk yang dapat mengeluarkan plasenta dalam waktu 3 jam proses
kelahirannya dan tidak menunjukkan adanya suatu kelainan atau infeksi, termasuk
kuda yang mengalami foal heat dan dapat dikawinkan. Bila birahi ini tidak
dimanfaatkan, maka dapat mengalami keterlambatan 50 sampai 60 hari untuk
mencapai saat birahi berikutnya (Blakely & Bade, 1991).
Pakan Kuda
Reproduksi yang baik sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan.
Kebutuhan gizi untuk kuda tidaklah sama dengan sapi. Hewan tersebut meskipun
makan jerami dan rumput namun kuda bukanlah termasuk ruminansia dan secara
fisiologis tidak dapat melakukan proses regurgitasi karena kuda kurang efisien dalam
memanfaatkan pakan berserat. Peternak perlu menyediakan pakan konsentrat atau
bijian yang mampu menyediakan energi yang cukup untuk diserap saluran
pencernaan. Apabila konsentrat tidak tersedia cukup, kuda akan cenderung
mengkonsumsi banyak jerami atau rumput untuk memenuhi kebutuhan energi.
Akibatnya caecum akan membesar. Pemberian ransum janganlah diubah atau diganti
secara mendadak, berikanlah waktu kira-kira 1 minggu untuk perubahan secara
bertahap sehingga mencegah timbulnya gangguan pencernaan (Blakely & Bade,
1991).
Pakan sebagai faktor yang menyebabkan gangguan reproduksi sering bersifat
majemuk, artinya kekurangan suatu zat makanan dalam ransum pakan dapat diikuti
oleh kekurangan zat pakan lain. Kekurangan pakan yang terjadi dalam waktu lama
akan menyebabkan gangguan reproduksi yang parah disertai dengan pertumbuhan
yang lambat pada ternak betina. Gangguan tersebut diantaranya tidak timbul birahi
(anestrus), atau hipofungsi ovarium, yaitu ovarium yang besarnya normal tetapi
permukaannya licin karena tidak adanya pertumbuhan folikel atau korpus luteum
(Hardjopranjoto, 1995). Kekurangan protein dalam makanan ternak selama periode
pertumbuhan dan perkembangan akan sangat menghambat pertumbuhan ternak,
namun kekurangan protein makanan ternak akan berakibat gejala yang tidak
selamanya disebabkan oleh kekurangan protein saja. Gejala yang terjadi akibat
kekurangan protein makanan adalah hewan ternak mengalami kekurangan semua zat-
zat makanan, apapun penyebab khususnya, kekurangan protein makanan yang sangat
akan menyebabkan kegagalan ternak dalam bereproduksi dan mengenai vitamin perlu
diingat bahwa tanda-tanda umum kekurangan vitamin akan timbul jauh sebelum
kekurangannya berakibat buruk terhadap reproduksi, sehingga defisiensi vitamin dan
mineral dapat segera diketahui dan diobati sebelum berakibat buruk terhadap
reproduksi (Tillman dkk., 1991).
Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa kelebihan pakan yang berlangsung
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan proses reproduksi pada ternak
betina. Gangguan proses reproduksi tersebut ditimbulkan oleh adanya timbunan
lemak di sekitar ovarium dan bursa ovari yang menyebabkan sel telur yang
diovulasikan terhalang masuk ke tuba fallopi sehingga tidak terjadi proses
pembuahan. Pakan sangat berpengaruh terhadap individu hewan maupun terhadap
produktivitas hewan yang berarti mempengaruhi reproduksi, oleh karena itu perlu
adanya manajemen yang baik dan ideal sesuai dengan kebutuhan kuda.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pakan terhadap performa reproduksi kuda betina di “Tombo Ati Stable”.
PELAKSANAAN
Materi
Materi yang digunakan untuk penulisan tugas akhir ini berasal dari data
reproduksi kuda betina dan data formulasi pakan di peternakan “Tombo Ati Stable”
Tengaran, Salatiga, Jawa Tengah. Data tersebut diperoleh selama mengikuti Praktek
Kerja Lapangan tanggal 28 Februari sampai 6 Maret 2011.
Metode
Metode yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan melakukan
wawancara terhadap petugas yang bertanggung jawab di kandang, pengamatan
langsung, dan buku-buku sebagai acuan dalam pembahasan.
HASIL
Komponen pakan kuda betina yang diberikan di peternakan kuda “Tombo Ati
Stable” adalah hijauan, pakan penguat (konsentrat), pakan tambahan dan air. Hijauan
yang diberikan secukupnya berupa rumput lapangan. Konsentrat yang diberikan
berupa jagung, bran, kecambah kacang hijau, susu bagi induk laktasi. Pakan
tambahan yang diberikan berupa Folactin Red dan garam dapur, sedangkan air
diberikan secara ad libitum.
Waktu pemberian pakan di “Tombo Ati Stable” dilaksanakan tiga kali sehari
yaitu pagi, sore, dan malam. Hijauan pada pagi hari diberikan pada pukul 08.30 WIB
sedang konsentrat pukul 09.00 WIB, sore hari hijauan diberikan pada pukul 15.30
WIB konsentrat pukul 16.30 WIB. Khusus untuk sore hari, konsentrat diberikan
setengahnya sedangkan sisanya diberikan malam hari pukul 21.30 WIB setelah
pemberian rumput pukul 19.00 WIB.
Di “Tombo Ati Stable” kuda-kuda betina mengalami dewasa kelamin pada
umur 1,5-2 tahun, dan dikawinkan pada umur 5-6 tahun. Siklus estrus yang dialami
kuda-kuda betina tersebut rata-rata 21 hari dengan lama estrus 5-6 hari, lama bunting
± 11 bulan. Estrus post partum rata-rata 9-14 hari, sedangkan selang beranak (calving
interval) rata-rata 1 tahun.
DISKUSI
Pakan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi reproduksi.
Kekurangan pakan dalam hal ini berarti bukan saja banyaknya pakan yang kurang
tetapi juga mutu pakan yang rendah. Kekurangan pakan pada ternak betina yang
masih muda akan ditandai dengan timbulnya masa remaja yang lambat. Gejala klinis
yang dapat dilihat pada ternak muda, birahi pertama yang tidak pernah muncul
(Hardjopranjoto, 1995).
Kelebihan pakan dalam ransum yang berlangsung dalam waktu lama dan
mengakibatkan kegemukan (obesitas) dapat juga menimbulkan gangguan reproduksi,
khususnya pada ternak betina. Ternak betina yang menderita obesitas ada timbunan
lemak diberbagai bagian dari alat tubuh, antara lain penimbunan lemak di sekitar
ovarium dan bursa uteri. Timbunan ini menyebabkan sel telur yang diovulasikan
terhalang masuk ke tuba falopi dan tetap bertahan pada bursa ovarium sehingga tidak
terjadi proses pembuahan (Hardjopranjoto, 1995).
Jenis pakan kuda dibagi menjadi 3 jenis bahan yaitu jenis hijauan atau
rumput-rumputan, makanan tambahan atau penguat dan suplemen vitamin dan
mineral. Beberapa zat nutrisi yang diperlukan berupa air, protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral (Boediman, 1993).
Pakan yang diberikan pada kuda di peternakan “Tombo Ati Stable” sudah
memenuhi standar kebutuhan kuda. Pakan yang diberikan berupa bran dan jagung
sebagai sumber karbohidrat. Karbohidrat dibutuhkan untuk membentuk energi.
Sumber protein didapatkan dari kecambah kacang hijau. Kecambah bermanfaat untuk
meningkatkan kesuburan. Menurut Parakkasi (1985), kecambah kacang hijau
memiliki protein tinggi dan sangat baik untuk kesuburan. Pakan ditambahkan pula
pelengkap berupa garam, susu khusus belo dan kuda laktasi, serta Folactin Red.
Hijauan diberikan secukupnya. Menurut Blakely & Bade (1991), karena kuda kurang
efisien dalam memanfaatkan pakan berserat, maka peternak perlu menyediakan pakan
konsentrat atau bijian yang mampu menyediakan energi yang cukup untuk diserap
saluran pencernaan, apabila konsentrat tidak tersedia cukup, kuda akan cenderung
mengkonsumsi banyak jerami atau rumput untuk memenuhi kebutuhan energi,
dengan demikian pemberian rumput di “Tombo Ati Stable” sudah sesuai dengan
literatur.
Penguapan yang berwujud peluh atau keringat merupakan salah satu cara
untuk mengurangi panas tubuh, sewaktu terjadi penguapan, ikut pula terbawa garam,
sehingga garam merupakan bagian vital dalam ransum kuda. Pemberian garam yang
beryodium perlu dilakukan untuk menggantikan yang hilang bersama keringat
(Boediman, 1993), dengan demikian pemberian garam bagi kuda-kuda di “Tombo Ati
Stable” sudah benar.
Air diberikan secara ad libitum. Hal ini sesuai dengan literatur seperti yang
dinyatakan oleh Parakkasi (1985), bahwa tubuh harus mendapatkan cukup air untuk
mengimbangi kehilangannya yang terus menerus, disamping untuk membentuk
jaringan baru atau produk lainnya. Kebutuhan air bervariasi meskipun dalam kondisi
lingkungan yang sama. Ternak lebih muda membutuhkan air yang relatif lebih
banyak dibanding ternak yang lebih tua pada spesies yang sama. Gangguan yang
terjadi akibat kekurangan air adalah menurunnya konsumsi, efisiensi penggunaan
makanan dan pertumbuhan ternak yang bersangkutan; akan tetapi jarang didapatkan
suatu pengaruh khusus yang negatif bila ternak mendapatkan air yang berlebihan,
oleh karena itu dalam praktek peternak sebaiknya menyediakan air untuk ternaknya
sedemikian rupa sehingga ternak tersebut dapat bebas memperoleh air sesuai
kebutuhannya.
Kuda-kuda betina di peternakan “Tombo Ati Stable” mempunyai siklus estrus
rata-rata 21 hari dengan lama estrus 5-6 hari, estrus post partus rata-rata 9 hari.
Menurut Blakely & Bade (1991), estrus ditandai dengan kegelisahan, keinginan untuk
ditemani kuda lain, urinasi yang berulang kali, serta pembengkakan dan pergerakan
vulva. Masih menurut Blakely & Bade (1991) kuda mengalami apa yang disebut foal
heat atau nine day heat pada hari ke 5 sampai 10 hari setelah melahirkan. Rata-
ratanya yaitu 9 hari telah dipakai sebagai patokan asalkan tidak terjadi sesuatu
komplikasi pada alat kelaminnya. Induk yang dapat mengeluarkan plasenta dalam
waktu 3 jam proses kelahirannya dan tidak menunjukkan adanya sesuatu kelainan
atau infeksi termasuk kuda yang mengalami foal heat dan dapat dikawinkan. Bila
birahi ini tidak dimanfaatkan, maka dapat mengalami keterlambatan 50-60 hari untuk
mencapai saat birahi berikutnya, dengan demikian dapat dikatakan siklus estrus, lama
estrus, dan estrus post partus yang terjadi di “Tombo Ati Stable” adalah normal.
Kuda betina di “Tombo Ati Stable” rata-rata dikawinkan pada umur 5-6
tahun, hal ini dikarenakan kuda-kuda tersebut digunakan sebagai kuda pacu. Setelah
pensiun barulah dijadikan indukan. Kuda betina bekas pacu diistirahatkan dulu
selama 6 bulan sebelum siap dikawinkan (Boediman, 1993).
Kuda hendaknya tidak dikawinkan sebelum mencapai umur 2 tahun dan
bahkan lebih baik lagi setelah umur 3 tahun. Kuda betina bila dikawinkan pada umur
yang lebih muda, biasanya tingkat kebuntingannya rendah. Namun jika kuda tersebut
dikawinkan pada umur 3 tahun dan kuda dirawat dengan sangat cermat maka selama
hidupnya dapat menghasilkan 10 sampai 12 ekor anak karena kuda betina masih
dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely & Bade,
1991).
Menurut Nursyirwan (1994) seperti yang dikutip oleh Restuaji, bahwa setelah
melebihi umur 4 tahun pada kuda dara, perkawinan cenderung menyebabkan
penurunan prestasi reproduksi. Kuda betina dara yang belum dikawinkan pada umur
4 tahun, cenderung mengalami siklus birahi yang tidak teratur atau terbentuknya kista
ovarium dan gangguan reproduksi yang lain. Jika dibandingkan dengan literatur,
perkawinan kuda di “Tombo Ati Stable” termasuk terlambat, namun hal tersebut
tidak masalah selama tidak terjadi gangguan reproduksi yang berarti.
Calving Interval adalah jumlah hari/bulan antara kelahiran yang satu dengan
kelahiran berikutnya. Selang beranak yang baik adalah satu tahun. Semakin kecil
angka/jarak semakin baik, sebaliknya jarak yang terlalu panjang akan mengakibatkan
kerugian bagi peternak (Santoso, 2011). Menurut Bath dkk. (1985) seperti yang
dikutip oleh Lestarini, bahwa calving interval yang ideal antara 12-13 bulan, dengan
demikian calving interval di “Tombo Ati Stable” sudah sesuai dengan literatur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Komposisi ransum yang diberikan di peternakan kuda “Tombo Ati Stable”
Tengaran, Jawa Tengah mempunyai tingkatan nutrisi yang tinggi, hal ini terlihat
dengan diperolehnya penampilan reproduksi yang baik dimana umur pubertas dicapai
pada umur 1,5-2 tahun, siklus estrus rata-rata 21 hari, lama estrus 5-6 hari, estrus post
partus rata-rata 9 hari, lama bunting sekitar 11 bulan atau 335 hari, calving interval
rata-rata 1 tahun, namun usia kuda tersebut dikawinkan agak terlambat karena kuda-
kuda tersebut dipakai sebagai kuda pacu terlebih dahulu.
Saran
1. Recording mengenai status reproduksi dan data asal-usul kuda sebaiknya
dibuat lebih serius dan tertata untuk memudahkan anak kandang sendiri.
2. Manajemen yang cukup baik dipertahankan dan lebih baik untuk ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and Bade, D. H. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 668-669, 674, 678-679, 689.
Boediman, S. 2003. Buku Petunjuk Budidaya Ternak Kuda. Direktorat Jendral Peternakan Direktorat Bina Produksi Peternakan, Jakarta Pusat. 25.
Damro, W. S. 1992. Introduction To Animal Science. Pearson, Ohio. 515.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. 10-12, 15.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak Di Lapangan. PT Gramedia Indonesia, Jakarta.1.
Kusuma, M. A. 2007. Skripsi; Potensi, Tata Laksana dan Pendapatan Peternak Kuda Tunggang di Kawasan Wisata Tawangmangu dan Telaga Sragen Jawa Timur, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2.
Lestarini, D. N. 2004. Tugas Akhir; Performans Reproduksi Kuda di Peternakan Kuda Kusuma Klaten. Program Diploma III Kesehatan Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Gadjah Mada Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik Vol. 1B. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1, 174.
Rakanti, P D. 2007. Skripsi; Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Kecepatan Lari Kuda. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6.
Restuaji, Y. 2009. Skripsi; Hubungan Antara Ukuran Tubuh Dengan Kecepatan Lari Kuda. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6.
Santoso, P. H. 2011. The Effects of Maintenance The Different Climate on Calving Interval of Dairy Cows Friesian Holstein. 2.
Tillman, A. D., Hartadi, H., Rekso, H. S., Prawirokusumo, S., Leboesoekojo, S., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 349-350.
Toelihere, M. R. 1995. Fisiologi Reprodusi Pada Ternak. Angkasa, Bandung. 180-184.
Tomaszewska. W. M., Sutama, J. K., Putu, I. G., dan Chaniago, T. D. 1991. Reproduksi Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia, Jakarta. 65.