61435857-amen-ore

18
1 PENDAHULUAN Amenore adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Berdasarkan mekanisme terjadinya amenore dapat dibagi menjadi 2, yaitu amenore fisiologis yang mencakup amenore pada pra puberitas, kehamilan dan post menopause, dan amenore patologis yang terdiri atas amenore primer dan amenore sekunder. 1 Jika menstruasi tidak pernah terjadi pada wanita berusia 18 tahun ke atas maka disebut sebagai amenore primer. 1,2 Pada beberapa literature mengambil batasan usia pada amenore primer adalah 16 tahun. Dimana diperlukan pemeriksaan ada tidaknya tanda-tanda seksual sekunder. Jika hingga umur 16 tahun terjadi amenore namun didapatkan tanda seksual sekunder maka batasan ini dapat ditunggu hingga berumur 18 tahun. 3 Jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. 2 Amenore bisa terjadi akibat kelainan di hipothalamus, kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya. Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang terletak diatas kelenjar hipofisis) mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon-hormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium. Penyebab amenore primer ini dapat diklasifikasikan atas 3, yaitu (1) kelainan pada hypothalamus dimana tidak terdapat gonadotrophic releasing hormone, GnRH, atau kelainan pada hipofisis berupa hipogonadotropik dimana tidak terdapat LH atau FSH, (2) kelainan kromosom, dan (3) kelainan congenital. 3 Penyebab amenore sekunder paling baik diklasifikasikan berdasarkan organ dan dapat dibagi kedalam kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan penyakit sistemik. 4

Upload: riani-dwi-hastuti

Post on 02-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

amenore

TRANSCRIPT

Page 1: 61435857-Amen-Ore

1

PENDAHULUAN

Amenore adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan

berturut-turut. Berdasarkan mekanisme terjadinya amenore dapat dibagi menjadi 2,

yaitu amenore fisiologis yang mencakup amenore pada pra puberitas, kehamilan dan

post menopause, dan amenore patologis yang terdiri atas amenore primer dan

amenore sekunder.1

Jika menstruasi tidak pernah terjadi pada wanita berusia 18 tahun ke atas

maka disebut sebagai amenore primer.1,2 Pada beberapa literature mengambil batasan

usia pada amenore primer adalah 16 tahun. Dimana diperlukan pemeriksaan ada

tidaknya tanda-tanda seksual sekunder. Jika hingga umur 16 tahun terjadi amenore

namun didapatkan tanda seksual sekunder maka batasan ini dapat ditunggu hingga

berumur 18 tahun.3 Jika menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6

bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. 2

Amenore bisa terjadi akibat kelainan di hipothalamus, kelenjar hipofisis,

kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem

reproduksi lainnya. Dalam keadaan normal, hipotalamus (bagian dari otak yang

terletak diatas kelenjar hipofisis) mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisis untuk

melepaskan hormon-hormon yang merangsang dilepaskannya sel telur oleh ovarium.

Penyebab amenore primer ini dapat diklasifikasikan atas 3, yaitu (1) kelainan

pada hypothalamus dimana tidak terdapat gonadotrophic releasing hormone, GnRH,

atau kelainan pada hipofisis berupa hipogonadotropik dimana tidak terdapat LH atau

FSH, (2) kelainan kromosom, dan (3) kelainan congenital. 3

Penyebab amenore sekunder paling baik diklasifikasikan berdasarkan organ

dan dapat dibagi kedalam kelainan pada poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan

penyakit sistemik.4

Page 2: 61435857-Amen-Ore

2

Penyebab tersering terjadinya amenore sekunder adalah hiperprolaktinemia

yakni sekitar 18,8 %. Hiperprolaktinemia merupakan keadaan dimana prolaktin

meningkat secara abnormal (kadar normal prolaktin adalah 10-28 µg/L). Sekitar 0,4-

10 % hiperprolaktinemia terjadi pada orang normal, 9-15 % menyebabkan

oligominore dan amenore sekunder, galaktore 25%, dan sekitar 43-70% mengalami

amenore dan galaktore. Berbagai keadaan dapat menyebabkan peningkatan ringan

konsentrasi prolakatin serum, seperti stress, dan stimulasi payudara.4,5

Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino

dengan berat molekul 23 kD.5 Rantai polipeptida prolaktin dihubungkan oleh dua

jembatan disulfida. Pembentukan prolaktin dikode oleh gen yang terletak pada

kromosom 6 p22.2, p21.3. Pit-1 merupakan faktor transkripsi yang berikatan dengan

gen prolaktin sehingga memicu produksi prolaktin di hipofisis anterior.6 Struktur

prolaktin menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta laktogen.7

Table 1. Penyebab Amenore Sekunder

Kelainan pada uterus Kelainan pada ovarium Kelainan pada hipofisis (hipogonadism) Kelainan pada hipotalamus (hipogonadotropik hipogonadime) Penyakit sistemik

Asherman`s syndrome Stenosis serviks Syndrom polikistik ovarium Ovarium premature (genetic, autoimun, infeksi, radio/kemoterapi) Hiperprolaktinemia Sheehan syndrome Tumor (kraniopharingoma, glioma, germinoma, kista dermoid), Penurunan berat badan Latihan Penyakit kronik Idiopatik Penyakit endokrin seperti penyakit tiroid, cushing sindrom

Page 3: 61435857-Amen-Ore

3

Gambar 1. Struktur prolaktin

Prolaktin merupakan hasil produksi utama kelenjar hipofisis yang disintesa

dan disekresi oleh sel-sel laktotrof dari kelenjar hipofisis anterior.2-8 Prolaktin juga

dihasilkan di luar hipofisis, yaitu oleh kelenjar mammae, plasenta, uterus dan limfosit

T.8 Pada kehamilan, prolaktin juga disekresi oleh sel stroma endometrium desidualis.7

Fungsi utama prolaktin adalah untuk memicu perkembangan payudara saat hamil

serta merangsang dan mempertahankan proses laktasi.5,9 Secara tidak langsung

prolaktin turut mengatur sekresi hormon hipofisis yang berperan pada fungsi gonad,

termasuk luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).10 Hal ini

adalah karena prolaktin dapat berikatan dengan reseptor spesifik di gonad selain dari

sel limfoid, dan hepar. 5, 10-12

Sekresi prolaktin bersifat pulsatil, dalam 24 jam terjadi 40 kali

pengeluaran.4,10 Prolaktin akan meningkat pada saat tidur, stress, kehamilan, dan saat

dilakukan stimulasi pada dinding dada. Nilai prolaktin puasa normal umumnya

adalah kurang dari 30 ng/mL.5 Hormon prolaktin dikatakan berhubungan dengan

hormon pertumbuhan karena susunan asam aminonya mirip dengan hormon

pertumbuhan dan laktogen plasenta. Hormon-hormon ini mempunyai persamaan

genom, struktur dan ciri biologi protein.7,8,12

Page 4: 61435857-Amen-Ore

4

Prolaktin merupakan hormon hipofisis yang unik, hal ini karena regulasi oleh

hipotalamus adalah melalui kontrol inhibitorik oleh dopamin hipotalamus. Tidak

seperti hormon hipofisis anterior lainnya, pengaruh hipotalamus dominan adalah

berupa inhibitori tonik. Hipotalamus mensekresi prolactin-release-inhibiting factor

(PIF) dan prolactin-releasing factor (PRF) yang mengatur keseimbangan prolaktin

dalam darah. Jika keseimbangan ini terganggu, maka terjadilah hiperprolaktinemia

yang seringkali ditemukan sebagai bagian dari permasalahan endokrinologi, obstetri

dan ginekologi.6-9

HIPERPROLAKTINEMIA

ETIOLOGI

Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan sebelum

mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis. Penyebab

tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme, pemakaian obat

antagonis dopamin (termasuk fenotiazin dan metoklopramid). Hiperprolaktinemia

juga merupakan manifestasi utama dari sindrom ovarium polikistik. Penyebab

tersering hiperprolaktinemia yang berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan

hiperprolaktinemia idiopatik.7

Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia adalah :

1. Gangguan pada hypothalamus, misalnya hipotiroid primer, dan insufisiensi

adrenal. Mekanisme terjadinya hiperprolaktinemia dalam hal ini adalah oleh

karena terjadinya peningkatan thyrotropin releasing hormone (TRH) di

hipotalamus dan penurunan metabolismenya.2,6

Tiroksin mempunyai efek hambatan terhadap sekresi prolaktin.

Kekurangan hormone tiroid (hipotiroid), khususnya hipotiroid primer

menyebabkan kadar TRH endogen dan TSH meningkat. Hal ini disebabkan oleh

bertambahnya kepekaan hipofisis pada keadaan hipotiroid. TRH merangsang

Page 5: 61435857-Amen-Ore

5

laktotrof untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan, sedangkan biosintesis

Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga wanita dengan hipotiroid

akan mengalami hiperprolaktinemia.2

Meningkatnya kadar prolaktin plasma menyebabkan wanita dengan

hipotiroid akan mengalami gangguan fertilitas yang berat. Hal ini akan

menyebabkan gangguan siklus haid, dari oligomenore sampai amenore dan

anovulasi. Pada hipotiroidisme pula, jaringan payudara akan menjadi lebih peka

terhadap prolaktin, meski pada kadar yang normal sekalipun. Sehingga

hiperprolaktinemia pada keadaan hipotiroidisme hampir selalu menampilkan

galaktore. Pada keadaan ini sering dijumpai hingga sella tursika melebar. Selain

itu pada keadaan-keadaan seperti nyeri prahaid, galaktore atau kadar PRL yang

tinggi harus dipikirkan adanya tiroid.2

Hubungan tingginya kadar prolaktin dengan hipotiroid dapat dijelaskan

sebagai berikut. Akibat tidak adanya reaksi umpan balik negative dari T3 dan T4

terhadap hipofisis anterior, maka hipofisis tersebut akan melepaskan hormone

pelepas tiroid dalam jumlah yang banyak, dan ini akan memicu T3 dan T4 dan

juga sekresi prolaktin. Dengan demikian hipotiroid hampir selalu menimbulkan

hiperprolaktinemia, yang akhirnya akan mengganggu fungsi ovarium. Kadar

prolaktin yang tinggi akan menekan FSH dan LH sehingga menyebabkan

gangguan pematangan folikel. Di samping itu prolaktin yang tinggi juga

menyebabkan peningkatan sekresi androgen dari kelenjar adrenal yaitu

dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAs). Kadar androgen yang tinggi ini

selanjutnya akan menghambat pematangan folikel.2

2. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa mikro

ataupun makroprolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap hipofisis seperti

tuberculosis, dan sarcoidosis, hypothalamic stalk Interruption6. Hal ini dapat

terjadi karena adanya gangguan atau hambatan dari transport dopamine di

hypothalamus dan atau terjadinya sekresi growth hormone dan prolaktin. Suplai

Page 6: 61435857-Amen-Ore

6

pendarahan abnormal pada tumor hipofisis atau tangkainya, dapat mengganggu

sirkulasi hipotalamus ke tangkai hipofisis dan ke sel laktotrof.6

3. Obat-obatan. Misalnya Dopamine-receptor antagonists (phenothiazines,

butyrophenones, thioxanthenes, risperidone, metoclopramide, sulpiride,

pimozide), Dopamine-depleting agents (methyldopa, reserpine), Anti histamin2

(AH2) seperti cimetidine, anti hypertensi (verapamil), dan anti depresan golongan

trisiklik, estrogen dan opiate. Estrogen dapat menyebabkan hiperprolaktinemia

oleh karena estrogen memiliki sifat positif terhadap laktotrof. Dan obat-obat

opiate menyebabkan hiperprolaktinemia karena dapat menstimulasi reseptor

opiod pada hipotalamus.5

4. Neurogenik, seperti adanya luka pada dinding dada misalnya luka operasi, luka

bakar, dan herpes zoster. hal ini adalah akibat refleks abnormal dari stimulasi

cedera tersebut sehingga terjadi peningkatan prolaktin. Refleks tersebut berawal

pada saraf intercostalis yang menjalar ke spinal cord lalu menuju mesensefalon

hingga sampai pada hipotalamus yang pada akhirnya mengurangi pelepaskan

dopamine.6

5. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh. Misalnya pada gagal ginjal, dan

insufisiensi hepar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya bersihan prolaktin dalam

sirkulasi sistemik tubuh dan stimulasi prolaktin langsung pada pusat. 6. Molekul abnormal, misalnya makroprolaktinemia. Molekul abnormal ini

merupakan bentuk polimerik prolaktin yang berikatan dengan IgG sehingga

prolaktin tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan tidak dapat dieliminasi

7. Idiopatik

Sekresi dan pelepasan prolaktin dimediasi oleh dopamin, dan semua proses

yang mengganggu sekresi dopamin atau mengganggu transpor dopamin ke pembuluh

darah portal dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. Terdapat 10 kali lipat

peningkatan prolaktin selama kehamilan, setelah senam, makan, dan pada stimulasi

dinding dada.5,11 Stress fisik dan psikologik juga dapat meningkatkan kadar prolaktin.

Page 7: 61435857-Amen-Ore

7

Metoklopramid, fenotiazin, dan antagonis butirofenon dapat menyebabkan

peningkatan prolaktin sampai melebihi 100 µg/L.8,11 Begitu juga dengan risperidon,

inhibitor oksidase monoamine dan antidepresan trisiklik dapat meningkatkan kadar

prolaktin melalui efeknya terhadap transpor dopamin ke pembuluh portal. Obat-

obatan lainnya yang dapat meningkatkan kadar prolaktin adalah verapamil, estrogen,

serotonin-reuptake inhibitor, reserpin dan metildopa, walaupun peningkatannya tidak

signifikan (antara 25-100 µg/L).11

Akromegali merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan

hiperprolaktinemia. Pada penderita akromegali, hormon prolaktin juga disekresi

bersama dengan hormon pertumbuhan. Tumor hipofisis non fungsional juga dapat

menekan tangkai hipofisis sehingga terjadi peningkatan prolaktin dalam kadar antara

25-100 µg/L.10,11 Beberapa pasien hipotiroidisme primer dapat menderita

hiperprolaktinemia ringan akibat meningkatnya sintesa TRH (thyrotropin-releasing

hormone). Sedang pada penderita gagal ginjal kronik, prolaktin meningkat karena

terjadi penurunan klirens hormon tersebut. Bila tidak ditemukan penyebab yang

spesifik, maka ditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia idiopatik.11

PATOFISIOLOGI

Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara untuk

berproliferasi dan merangsang produksi air susu.5,9 Estrogen menstimulasi proliferasi

sel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas sel ini pada wanita usia

premenopause, terutama saat kehamilan. Namun, laktasi dihambat oleh kadar

estrogen dan progesteron yang tinggi saat kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan

progesteron yang cepat pada periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya

laktasi. Saat laktasi dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin

oleh prolaktin.5

Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin diregulasi

oleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis. Pada

Page 8: 61435857-Amen-Ore

8

umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik, yang menghalangi

pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neurotransmitter dopamin, yang bekerja

pada reseptor tipe-D2 yang terdapat pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik

dimediasi oleh hormon hipotalamus, yaitu TRH (thyrotropin-releasing hormone) dan

VIP (vasoactive intestinal peptide).5,11 Keseimbangan antara kedua sinyal tersebut

menentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior. Jumlah

yang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan konsentrasi prolaktin di dalam

darah.10 Maka pada hipotiroidisme (keadaan di mana kadar TRHnya tinggi) dapat

terjadi hiperprolaktinemia. VIP meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari

menyusui dengan meningkatkan kadar adenosine 3’,5’-cyclic phosphate (cAMP).5

Menurunnya kadar dopamin dapat menyebabkan sekresi prolaktin yang

berlebihan.5 Proses yang dapat mengganggu sintesis dopamin, transpor dopamin ke

kelenjar hipofisis, atau efeknya terhadap sel laktotrof, dapat mengakibatkan

hiperprolaktinemia.5,9

Secara praktis, dapat diingat 3P – Physiological, Pharmacological dan

Pathological. Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari

kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan

hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopa blockers, antidepressan, dan

estrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit hipotalamo-hipofisis, cedera

tangkai hipofisis, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis dan sirosis hati. Manifestasi

klinis pada hiperprolaktinemia adalah akibat pengaruh hormon terhadap jaringan

target prolaktin, yaitu sistem reproduksi dan jaringan payudara dari kedua jenis

kelamin.9

Page 9: 61435857-Amen-Ore

9

Gambar 2. Bagan penyebab hiperprolaktinemia.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang terkait dengan hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh beberapa

faktor: efek langsung dari prolaktin yang berlebihan, seperti induksi galaktorea atau

Page 10: 61435857-Amen-Ore

10

hipogonadisme; efek dari lesi struktural (seperti tumor hipofisis), yang menyebabkan

gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait disfungsi sekresi

hormon hipofisis anterior.6 Pasien biasanya datang dengan keluhan gangguan

menstruasi – amenorea atau oligomenorea – atau siklus regular tetapi dengan

infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh menoragia atau galaktorea. Galaktorea

jarang terjadi pada wanita postmenopause akibat kurangnya estrogen.5,6 Pada fase

lanjut dapat timbul gejala akibat perluasan tumor (mis. nyeri kepala, gangguan visus,

dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala akibat kegagalan kelenjar adrenal atau

gangguan tiroid sekunder.6

Manifestasi klinis hiperprolaktinemia umumnya berasal dari efek prolaktin

pada payudara dan fungsi gonad. Kurang lebih 90% penderita wanita dengan

hiperprolaktinemia mengalami galaktorea7 Galaktorea dapat terjadi unilateral atau

bilateral, klinis atau sub-klinis, spontan atau dirangsang, dan dapat bersifat encer atau

kental. Namun galaktorea bukan ciri khas dari hiperprolaktinemia karena ia dapat

terjadi tanpa adanya hiperprolaktinemia.9

Gejala tersering pada wanita premenopause adalah amenorea dan

infertilitas.5,6,11 Wanita amenore karena hiperprolaktinemia tidak mengalami atrofi

payudara seperti pada wanita postmenopause lainnya. Pada pemeriksaan, didapatkan

payudara dan areola terbentuk sempurna dengan tuberkel Montgomery yang

hiperplastik. Bila dilakukan pemijatan dari arah perifer menuju areola untuk

mengosongkan duktus laktaris, diikuti dengan penekanan areola untuk

mengosongkan sinus laktaris, dapat ditemukan galaktorea.6 Efek prolaktin terhadap

gonad kemungkinan disebabkan oleh gangguan pulsatilitas normal dari

gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan perubahan sekresi luteinizing

hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini akan berakibat pada

anovulasi, dengan gejala amenorea atau oligomenorea dan infertilitas.7 Biasanya

penderita mengalami oligomenorea, namun dapat juga mengalami menstruasi

teratur.7,9

Page 11: 61435857-Amen-Ore

11

Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder yaitu

penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah nilai prolaktin

kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat kembali tetapi tidak

mencapai nilai normal.5,7,11

Manifestasi klinis akibat peningkatan kadar prolaktin dapat dibagi dalam 2

kelompok, yakni yang diakibatkan secara langsung oleh kadar prolaktin yang

berlebihan dan manifestasi klinis akibat hipogonadisme.10

DIAGNOSIS

Kemungkinan kehamilan harus selalu disingkirkan, kecuali pada pasien

pascamenopause atau pada pasien yang telah menjalani histerektomi.

Hiperprolaktinemia merupakan hal normal pada pasca persalinan. Sampel sebaiknya

tidak diambil pada saat tidak puasa, setelah aktivitas olahraga yang berlebihan, pada

penderita sindroma ovarium polikistik, setelah riwayat operasi atau trauma pada

dinding dada, atau pada penderita dengan gagal ginjal atau sirosis hati. Namun,

kondisi-kondisi tersebut biasanya menunjukkan kadar prolaktin kurang dari 50

ng/mL.5,7 Hal serupa dapat ditemukan pada penderita hipotiroidisme dan pemakai

obat yang menekan kadar dopamin atau memblokir reseptor dopamin sentral.

Pemeriksaan hormone prolaktin sebaiknya dilakukan pada saat puasa, istirahat, dan

pada jam 10 malam.

Anamnesis terarah mengenai riwayat pemakaian obat-obatan juga sebaiknya

dilakukan karena banyak obat dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia, dengan kadar

prolaktin kurang dari 100 ng/mL.5,6 Obat-obat tersebut antara lain adalah: 5

• Antagonis reseptor dopamin (fenotiazin, butirofenon, risperidon,

metoklopramid, sulpiride)

• Dopamine-depleting agents (metildopa, reserpin)

• Lain-lain (isoniazid, antidepresan trisiklik, verapamil, estrogen, opiat)

Page 12: 61435857-Amen-Ore

12

Setelah menyingkirkan kemungkinan tersebut di atas dan menyingkirkan suatu

lesi hipotalamus, tiga kemungkinan diagnosis harus dipertimbangkan: mikro-

adenoma (lebih sering pada wanita premenopause), makro-adenoma (lebih sering

wanita postmenopause), atau tidak ada tumor sama sekali. Jika tidak dapat ditegakkan

adanya suatu lesi tumor, maka didiagnosis sebagai hiperprolaktinemia idiopatik.

Dikatakan suatu mikoradenoma adalah bila diameter terbesar tumor kurang dari 10

mm (diameter maksimal suatu kelenjar hipofisis yang normal adalah 10 mm) dan

dikatakan makroadenoma jika ukurannya lebih atau sama dengan 10 mm. Kadar

normal prolaktin adalah di bawah nilai 18 ng/mL (360 mU/L).5,6,8 Prolaktinoma

biasanya disertai dengan kadar prolaktin lebih dari 250 ng/mL, kecil kemungkinan

terjadi prolaktinoma bila kadar prolaktin kurang dari 100 ng/mL.5 Nilai prolaktin

serum pada pasien mikroadenoma biasanya kurang dari 200 ng/mL dan pada pasien

makroadenoma biasanya nilainya lebih dari 200 ng/mL. Jika kadar prolaktin adalah

lebih dari 100 ng/mL atau kurang dari 250 ng/mL, harus dilakukan pemeriksaan

radiologi, khususnya MRI. Jika dengan MRI, diagnosis adenoma masih tidak dapat

ditegakkan, maka didiagnosis sebagai hiperprolaktinemia idiopatik.5,6

Derajat peningkatan prolaktin serum dapat membantu membedakan

penyebabnya: minimal (hingga 1000 mU/l) mungkin terkait dengan stress,

hipotirodisme dan sindrom ovarium polikistik; sedang (hingga 5000 mU/l) terkait

dengan mikroprolaktinoma dan sindrom gangguan tangkai hipofisis, peningkatan di

atas 10000 mU/l umumnya indikasi akan suatu makroadenoma hipofisis.7

Secara umum, hiperprolaktinemia ditemukan pada pasien dengan keluhan

utama seperti amenorea, galaktorea, dan infertilitas. Kadang dibutuhkan pengukuran

kadar prolaktin puasa. Untuk mendeteksi hipotiroid, dilakukan pengukuran hormon

TSH. Perlu dilakukan pengukuran kadar ureum kreatinin untuk mendeteksi gagal

ginjal. Tes kehamilan perlu dilakukan, kecuali pada pasien yang telah menopause

atau pada pasien yang telah dilakukan histerektomi. Pasien dengan makroadenoma

perlu dievaluasi untuk mencari suatu hipohipofisisme.6

Page 13: 61435857-Amen-Ore

13

MRI merupakan pemeriksaan penunjang gold standard bagi penderita

hiperprolaktinemia yang telah dipastikan penyebabnya bukan proses fisiologis,

kehamilan, obat obatan atau hipotiroidisme. MRI dapat mendeteksi adenoma sampai

ukuran sekecil 3-5 mm.5,9,10

Anatomi kelenjar hipofisis paling baik dilihat dengan pemeriksaan MRI.

Dengan MRI dapat dilihat kiasma optik, sinus kavernosus, dan hipofisis itu sendiri

(baik kelenjar normal atau suatu tumor), dan tangkainya. Maka dapat diketahui

hubungan antara struktur-struktur tersebut.6 Jika tidak ada fasilitas MRI, dapat

dipakai CT scan namun resolusinya kurang bagus dibanding MRI sendiri, CT scan

tidak dapat mendeteksi mikroadenoma.6,9,10

Gambar 3. Alur diagnosis hiperprolaktinemia

Page 14: 61435857-Amen-Ore

14

Pengukuran tunggal kadar prolaktin dalam satu sampel darah cukup untuk

menunjukkan suatu hiperprolaktinemia. Namun karena sifat alami sekresi prolaktin

yang pulsatil dan sekresi prolaktin dapat dipengaruhi stress, maka hasil 25-40 µg/L

perlu diulang sebelum ditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia. Kebanyakan

penyebab hiperprolaktinemia dapat disingkirkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisis, tes kehamilan, penilaian fungsi tiroid dan fungsi ginjal. Dalam kasus

prolaktinoma, diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan MRI atau CT scan sebagai

alternatif.11

Gambar 4. Gambaran pemeriksaan MRI yang menunjukkan mikroadenoma dan

makroadenoma. Mikroadenoma (anak panah, Gambar 3A) merupakan suatu massa

intrasellar hipodens, dengan diameter 4 mm. Makroadenoma (anak panah, Gambar

4B) merupakan massa, dengan diameter 1 cm, dengan perluasan ke kiasma optik.

PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia atau mengurangi

ukuran tumor. Penatalaksanaan sebaiknya memperhatikan penyebab terjadinya

hiperprolaktinemia, seperti dengan menghentikan obat obatan yang mengakibatkan

Page 15: 61435857-Amen-Ore

15

hiperprolaktinemia dan pada penderita dengan hipotiroidisme dengan memberikan

terapi hormone replacement.6

Medikamentosa

• Dopamine agonist, bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama

Bromocriptine dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan

memulihkan proses ovulasi pada wanita usia premenopause. Pada pasien

dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap obat tersebut, dapat

diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24 bulan dan dihentikan

jika kadar prolaktin telah kembali ke nilai normal. Bromocriptine juga dapat

digunakan untuk mengecilkan ukuran makroadenoma. Jika pengobatan

medikamentosa gagal, maka indikasi untuk dilakukan operasi.5,10

Operasi

• Indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain adalah pasien dengan

intoleransi obat, tumor yang resisten terhadap terapi medikamentosa, atau

pada pasien dengan gangguan lapangan pandang yang persisten meskipun

telah diberikan terapi medikamentosa (manifestasi akibat penekanan

tumor).6,10

• Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati

dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.6

Page 16: 61435857-Amen-Ore

16

KOMPLIKASI

Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari kondisi tersebut;

komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan, pendarahan, osteoporosis,

dan infertilitas.5

PROGNOSIS

• Sebanyak 90–95 % pasien dengan mikroadenoma mengalami penurunan

sekresi prolaktin secara gradual, jika konsisten dengan pengobatan minimal

selama 7 tahun.5

Gambar 5. Penanganan Hiperprolaktinemia

Page 17: 61435857-Amen-Ore

17

• Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami resolusi tanpa

pengobatan.5,6

• Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi maka pasien

memerlukan terapi medis jangka panjang.6

Page 18: 61435857-Amen-Ore

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Pitkin J., Peattie A., Magowan B., 2003, Obstetrics and Ginaecology an

Illustrated Colour text, London, Churchill Livingstone.

2. Prawirohardjo, 1999, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

3. Hamilton-Fairley D., 2004., Lecture Notes Obstetrics and Ginaecology Second

Edition, Blackwell Publising.

4. Edmonds D.K., 2007, Dewhurst`s Textbook of Obstetrics and Ginaecology.

Blackwell Publising

5. Shenenberger D., Hyperprolactinemia, [August] 2001, [cited 2009 May],

Available from : http://www.emedicine.com

6. Thorner M.O., Hyperprolactinemia, [October] 2003, [cited 2009 May], Available

from : http://www.endotext.com

7. Davis J.R.E., Prolactin and Reproductive Medicine. In: Current Opinion in

Obstetrics and Gynecology, Lippincott, Manchester, UK; 2004:331-7.

8. Bachelot A., Binart N., Reproductive Role of Prolactin. In Reproduction Review,

[December] 2006, [cited 2009 May], Available from: http://www.reproduction-online.org

9. Rajasoorya C., Hyperprolactinaemia and its Clinical Significance. In: Singapore

Medical Journal 2001, 61(9):398-401.

10. Serri O., Chik C.L., Ur E., Ezzat S., Diagnosis and management of

hyperprolactinemia. In: Canadian Medical Association Journal 2003, 169(6):575-

81.

11. Schlechte J.A., Prolactinoma. In: The New England of Journal of Medicine 2003,

349:2035-41.

12. Goffin V., Bernichtein S., Touraine P., Kelly P.A., Development and potential

clinical uses of human prolactin receptor antagonists, [September] 2005, [cited

2009 May], Available from: http://edrv.endojournals.org