5.isi fix 2

28
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan buah-buahan di Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 12 – 15 persen per tahun, sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kesadaran akan faktor kesehatan dimana buah-buahan merupakan sumber utama vitamin dan mineral. Berdasarkan data bahwa secara keseluruhan kebutuhan buah nasional mencapai 19,03 juta ton dan 667 ribu ton berasal dari impor (Krisnamurthi, 2011). Peningkatan kebutuhan ini mengakibatkan tidak adanya keseimbangan antara permintaan (demand) dan suplai yang harus dipenuhi oleh pasar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan buah-buahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) melalui peningkatan produksi atau (2) melakukan penambahan impor. Menurut Krisnamurthi (2011), upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan permintaan buah-buahan 1

Upload: setiawan-dwi-sulistio

Post on 15-Feb-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yeah

TRANSCRIPT

Page 1: 5.ISI fix 2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan buah-buahan di Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu

sebesar 12 – 15 persen per tahun, sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan

kesadaran akan faktor kesehatan dimana buah-buahan merupakan sumber utama

vitamin dan mineral. Berdasarkan data bahwa secara keseluruhan kebutuhan buah

nasional mencapai 19,03 juta ton dan 667 ribu ton berasal dari impor

(Krisnamurthi, 2011). Peningkatan kebutuhan ini mengakibatkan tidak adanya

keseimbangan antara permintaan (demand) dan suplai yang harus dipenuhi oleh

pasar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan buah-buahan dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu: (1) melalui peningkatan produksi atau (2) melakukan penambahan

impor.

Menurut Krisnamurthi (2011), upaya pemerintah untuk meningkatkan

pertumbuhan permintaan buah-buahan terutama untuk memenuhi pasar

internasional masih terkendala oleh faktor musim sehingga tak mampu

memproduksi secara kontinyu. Padahal, permintaan buah-buahan di pasar dunia

tidak mengenal musim dan menuntut pasokan yang stabil. Permintaan buah

lengkeng juga terus mengalami peningkatan dimana untuk pemenuhan kebutuhan

buah lengkeng pada tahun 2003 telah diimpor sebanyak 350 ton, tahun 2011

sebanyak 53,78 ribu ton dengan nilai US $62,94 juta (BPS, 2011)

.

1

Page 2: 5.ISI fix 2

Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus

meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari

Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan

produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat

secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai

buah minor (Rukmana, 2003).

Budidaya lengkeng banyak diminati masyarakat karena mampu memberikan

keuntungan yang tinggi baik dari hasil buah maupun hasil dari perbanyakan

tanaman itu sendiri. Namun demikian, untuk meraih keberhasilan berkebun

lengkeng tidaklah mudah jika tidak dibekali pengetahuan teknik budidaya

lengkeng yang memadai. Hal ini karena tanaman lengkeng menuntut

pembudidayaan yang lebih intensif agar tumbuh dengan baik dan berbuah lebat.

Budidaya tanaman lengkeng apabila syarat lingkungan tempat tumbuhnya

telah terpenuhi dan tanaman dapat berbuah dengan baik, maka dalam

pengembangan selanjutnya adalah penyediaan bibit unggul dalam jumlah cukup.

Upaya perbanyakan lengkeng dapat dilakukan dengan cangkokan dan sambungan

serta dari benih. Kebanyakan petani memperbanyak lengkeng melalui cangkokan.

Oleh karena diameter cabang yang dicangkok berukuran besar, maka metode

perbanyakan ini menyebabkan gangguan pada pohon induknya sehingga

produktivitas buah menjadi sangat menurun bahkan tidak berbuah pada tahun

berikutnya (Siswandono et al., 1997). Teknik sambung merupakan pengganti

yang sangat cocok dikarenakan perbanyakan menghasilkan bibit yang cukup

banyak.

2

Page 3: 5.ISI fix 2

UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi adalah salah satu balai benih

pembibitan tanaman Hortikultura yang dikelola oleh Dinas Pertanian Kabupaten

Banjarnegara. Perbanyakan tanaman lengkeng di UPTD Balai Benih Hortikultura

Kalimandi dilakukan dengan cara penyambungan (grafting). UPTD Balai Benih

Hortikultura Kalimandi merupakan salah satu pemasok bibit unggul untuk

beberapa petani disekitar Kalimandi. Petani mempercayakan pasokan bibit

lengkeng kepada UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi dikarenakan bibit

yang mereka terima merupakan bibit unggul. Pembibitan di Balai Benih ini

menggunakan batang bawah yang diproduksi sendiri dan juga batang atas

digunakan dari tanaman lengkeng unggul yang terdapat di kebun Balai Benih ini.

Kondisi permintaan buah lengkeng yang sangat tinggi dan pasokan bibit

unggul yang kurang sehingga penulis memilih tempat praktik kerja lapangan di

UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi. UPTD Balai Benih Hortikultura

Kalimandi aktif dalam kegiatan pembibitan lengkeng dan merupakan pemasok

bibit unggul yang dipercaya oleh petani Kalimandi dan sekitarnya. Penulis juga

ingin mengetahui kendala dalam perbanyakan lengkeng melalui sambung pucuk

jika dikemudian hari penulis ingin melakukan bisnis perbanyakan lengkeng.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

1. Mengetahui dan mempelajari bagaimana teknik sambung pucuk lengkeng

(Dimocarpus longan).

2. Mengetahui secara langsung kondisi organisasi dan kegiatan utama UPTD

Balai Benih Hortikultura Kalimandi.

3

Page 4: 5.ISI fix 2

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat praktik kerja lapangan:

1. Memperoleh cara pembibitan lengkeng dengan teknik sambung pucuk secara

benar dan tepat yang dilakukan di Unit Pelaksana Tingkat Daerah Balai Benih

Hortikultura Banjarnegara sebagai acuan usaha pembudidayaan tanaman

lengkeng.

2. Memperoleh informasi dan wawasan tentang struktur kelembagaan dan cara

kerja yang dilakukan di Unit Pelaksana Tingkat Daerah Balai Benih

Hortikultura Banjarnegara.

3. Hasil praktik kerja lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melaksanakan penelitian dan informasi bagi yang membutuhkan.

4

Page 5: 5.ISI fix 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman

Lengkeng (Dimocarpus longan) yang termasuk dalam family Sapindaceae

kerabat dekat dengan leci dan rambutan merupakan tanaman yang sudah dikenal

2000 tahun yang lalu. Asal-usulnya dari daerah Cina Selatan dan pemanfaatannya

lebih kepada khasiatnya sebagai obat, bukan buah meja, yang dikenal sebagai

Dragon Eye (Menzel et al., 1989 dalam Sugiyatno dan Mariana 2006).

Dalam tata nama atau sistematik (taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkeng

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup )

Ordo : Spindales

Famili : Spindaceae

Genus : Dimocarpus

Spesies : Dimocarpus longan

B. Morfologi Tanaman Lengkeng

Tanaman lengkeng memiliki perakaran yang dalam terutama tanaman yang

berasal dari biji sehingga tahan terhadap kekeringan. Akar tunggang lebih dari 3

m, dan akar lateral memencar sampai di batas proyeksi tajuk, dengan akar-akar

penyerap hara. Akar penyerap ini mempunyai fungsi menyerap air maupun zat

5

Page 6: 5.ISI fix 2

makanan. Pada akar ini mempunyai jaringan pengangkut berupa floem dan xylem.

Floem terbagi menjadi 2 macam yakni floem primer dan floem sekunder, masing-

masing floem primer mengandung kanal tunggal. Pada floem sekunder kanal ini

berukuran lebih kecil. (Gunawan, 2014)

Batang tanaman lengkeng berkayu keras dan kuat. Tinggi pohon dapat

mencapai 15 m atau lebih dan memiliki banyak percabangan. Kulit batang agak

tebal dan berwarna hijau sampai kecokelatan. Daun lengkeng termasuk daun

majemuk. Tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang helai daun. Daun

lengkeng berbentuk bulat panjang dengan ujung agak runcing dan permukaan

daun lengkeng mempunyai lapisan lilin. Kuncup daun berwarna kuning kehijauan

atau berwarna merah. (Gunawan, 2014)

Bunga tanaman lengkeng dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: a). Bunga jantan

(dalam satu bunga hanya terdapat serbuk sari saja), b). Bunga betina (dalam satu

bunga hanya terdapat putik saja), c). Bunga hermaprodit (dalam satu bunga

terdapat putik/betina dan serbuk sari/jantan). Bunga lengkeng berbentuk malai

yang terletak di ujung ranting dengan warna kuning muda atau putih kekuningan

serta ukuran bunga sangat kecil sehingga hanya dilihat dengan jelas bila memakai

alat pembesar (Rukmana, 2007).

Buah lengkeng berbentuk bulat bundar sampai bulat pesek, terdiri atas kulit

buah, daging buah, dan biji. Kulit buah yang matang dapat ditunjukkan dengan

warna agak gelap, cerah, dan agak cerah. Daging buah dari lengkeng tipis, tebal,

dan kurang tebal dengan rasa yang terdiri dari kurang manis, manis segar, dan

manis. Buah lengkeng memiliki aroma yang berbedda-beda yakni beraroma langu,

6

Page 7: 5.ISI fix 2

agak harum, dan kurang harum. Biji lengkeng berbentuk bulat berukuran kecil

berwarna cokelat tua sampai hitam mengkilat. (Rukmana, 2007)

C. Pembibitan Tanaman Lengkeng

a. Teknik Sambung Pucuk

Perbanyakan tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai

dengan yang sederhana sampai yang rumit. Tingkat keberhasilannya pun

bervariasi dari tinggi sampai rendah. Keberhasilan perbanyakan tanaman

tergantung pada beberapa faktor antara lain: cara perbanyakan yang digunakan,

jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja dan sebagainya.

Perbanyakan tanaman bisa digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu

perbanyakan secara generatif dan vegetatif.

Perbanyakan generatif sudah sangat umum dijumpai, bahan yang digunakan

adalah biji. Biji-biji ini biasanya sengaja disemaikan untuk dijadikan tanaman

baru, tapi bisa juga tanpa disengaja biji-biji yang dibuang begitu saja dan oleh

alam ditumbuhkan untuk menjadi tanaman baru. Tentu saja tanaman baru hasil

buangan ini bisa dijadikan bibit, apabila diketahui segala sifat-sifat kelebihannya.

Ini untuk menghindari agar tidak kecewa nantinya, setelah tanaman berbuah

misalnya.

7

Page 8: 5.ISI fix 2

Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang-kadang

sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman yang

tidak menghasilkan biji atau jumlah bijinya sedikit. Untuk menghindari

kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif maka orang

mulai memindahkan perhatiannya ke perbanyakan vegetatif.

Pemanfaatan tanaman hasil buangan sebagai tanaman batang bawah dapat

digunakan untuk menghindari rasa buah yang mengecewakan. Batang atas dapat

menggunakan tanaman sejenis yang diketahui sifat-sifat unggulnya. Perbanyakan

dengan cara ini kita sebut dengan perbanyakan Sambungan (Grafting).

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan

batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa

sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk

tanaman baru. (Wudianto, 2002)

Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan

suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain,

melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak

variasinya. Sharock’s (1672 dalam Wudianto, 2002) menyatakan bahwa seni

grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15. Dia

menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Thouin

dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Grafting

digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :

8

Page 9: 5.ISI fix 2

1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi

2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk

atau enten

3. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung dua

tanaman yang batang atas dan batang bawah masing-masing tanaman masih

berhubungan dengan akarnya.

Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa

belandanya onder stam. Ciri dari batang bawah adalah batang masih dilengkapi

dengan akar. Batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion.

Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk,

kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-

Stock). (Suwandi, 2004)

b. Teknik Sambung Pucuk Pada Tanaman Lengkeng

Teknik perbanyakan tanaman lengkeng secara vegetatif yang

direkomendasikan adalah teknik penyambungan (grafting) yaitu: sambung pucuk

dan sambung susuan. Menurut Sugiyanto (2006) pada perbanyakan bibit dengan

sambung pucuk dan sambung susuan digunakan batang bawah (stock) berupa bibit

lengkeng Kopyor yang memiliki perakaran kuat. Batang atas (entres) dipilih dari

ranting pohon lengkeng varietas Batu yang menghasilkan buah berkualitas baik

(A Super) dan buahnya lebat atau varietas introduksi contohnya Ping pong,

Diamond River, Itoh. Bibit batang bawah (stock) berumur minimal 1 tahun atau

sebesar ukuran pensil, sedangkan batang atas diambil dengan ukuran sama dengan

batang bawah (stock). (Mercy, 2007)

9

Page 10: 5.ISI fix 2

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan grafting yaitu

batang bawah (rootstock), batang atas (Scion) dan pengumpulan Scion. (Suwandi,

2004)

1. Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel

dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai

jenis dalam satu genus.

b. Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan

penyakit yang ada di dalam tanah.

c. Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan

demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang

atas.

d. Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun

kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada

tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.

e. Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.

2. Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari

serangan hama dan penyakit.

b. Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawah, yaitu

sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah. Diameter paling besar ± 1

cm.

10

Page 11: 5.ISI fix 2

c. Cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar seperti yang

dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk tanaman

buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter cepat

(jika jenis tanaman kehutanan).

d. Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah sehingga sambungan

kompatibel.

3. Pemilihan Scion

a. Scion sebaiknya berasal dari pohon yang sehat dan sudah produktif baik

berasal dari biji ataupun hasil perbanyakan vegetatif.

b. Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata tunas yang dorman,

lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock) yang

umum digunakan berdiameter ± 1 cm.

c. Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan.

d. Pilih cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat

karena serangan hama.

e. Usahakan pengambilan scion pada pagi hari sebelum tengah hari.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sambung Pucuk

Terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam perbanyakan

tanaman melalui sambung pucuk. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yakni

faktor tanaman, lingkungan dan perlakuan.

11

Page 12: 5.ISI fix 2

a. Faktor tanaman

1. Kompatibilitas stock dan scion.

Kombinasi bagian dari tanaman (stock dan scion) harus harus

kompatibel satu dengan yang lain. Tanaman yang kekerabatannya sangat

dekat mempunyai kemungkinan keberhasilan yang tinggi, sebaliknya

tanaman yang kekerabatannya jauh mempunyai keberhasilannya sangat kecil

bahkan sama sekali tidak berhasil. (Kumar, 2011)

Gambar 1. Piramida kompatibilitas. (Kumar, 2011)

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa tanaman rerumputan dan

tanaman monokotil lainnya tidak dapat dilakukan grafting. Keberhasilan

grafting tertinggi yakni pada perlakuan grafting antara tanaman sejenis atau

antara tanaman klon.

2.Umur dari bagian tanaman.

Scions yang digunakan harus berumur satu sampai dua tahun dan

rootstocks berkisar umur dua tahun atau kurang. (Kumar, 2011).

12

Page 13: 5.ISI fix 2

3. Panjang entris

Panjang entris berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi

untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan. Makin panjang entris

diharapkan makin banyak pula cadangan energinya. Tambing dan Hadid

(2008) menyatakan bahwa makin panjang entris yang disambungkan (hingga

12,5cm) makin baik pertautan dan pertumbuhan bibit jadi. Hal ini mungkin

berkaitan dengan jumlah air yang masih banyak tersisa dalam entris panjang

dibanding entris pendek. Entris panjang memiliki cadangan makanan yang

lebih banyak daripada entris pendek, dengan mempunyai cadangan makanan

yang cukup banyak dapat dirubah menjadi energi untuk penyembuhan luka

dan pertumbuhan sel/jaringan.

b. Faktor lingkungan

1.Temperatur dan kelembaban

Temperatur yang optimum yang dikehendaki dalam penyambungan

adalah 15-25oC dan kelembaban dipertahankan tetap tinggi ± 80%

(Sunarjono, 2003). Menurut Gunawan (2014) suhu optimum saat

penyambungan berkisar antara 26-29oC dan kelembaban lebih dari 80%.

Artinya, penyambungan sebaiknya dilakukan dalam keadaan lembab.

Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kelembaban udara

rendah dan akan mengakibatkan kekeringan serta menghambat pembentukan

kalus karena sel-sel dalam jaringan tanaman banyak yang mati. (Titus et al.,

2012)

13

Page 14: 5.ISI fix 2

2.Curah hujan

Ketersediaan air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan kalus untuk keberhasilan terbentuknya graf union. Salisbury

dan Ross (1992 dalam Tambing dan Hadid, 2008) menyatakan bahwa

tanaman pada kondisi cukup air (tekanan turgor) tinggi, pertumbuhan sel

berlangsung lebih baik; sebaliknya pada tekanan turgor rendah karena

kekurangan air mengakibatkan terhentinya pertumbuhan sel.

Air juga dapat memberikan pengaruh negatif pada sambungan yang

belum menyatu sempurna. Air masuk menembus sungkup dan lilitan plastik

sehingga secara langsung membasahi sambungan yang menyebabkan

kebusukan pada sayatan. Curah hujan yang cukup tinggi membuat

ketersediaan air berlebihan, kondisi ini terjadi terutama pada saat hujan turun

dengan waktu yang cukup lama. (Titus et al., 2012)

c. Faktor perlakuan

1. Zat pengatur tumbuh (ZPT)

Keberhasilan grafting dapat ditingkatkan dengan menggunakan zat

pengatur tumbuh dari golongan auksin sintetis seperti IBA dan NAA.

Penelitian yang dilakukan oleh Heryana dan Supriadi (2011) menunjukkan

bawha tingkat keberhasilan grafting pala dipengaruhi oleh pemberian IBA

dan NAA. Pemberian IBA dan NAA masing-masing dengan dosis 500 ppm

menghasilkan keberhasilan grafting tertinggi masing-masing sebesar

37,33% dan 43,03%.

14

Page 15: 5.ISI fix 2

Auksin berperan mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

termasuk inisiasi akar lateral dan respon gaya gravitasi. Menurut Wattimena

(1992) dan Sandra (2010) dalam Heryana dan Supriadi (2011) fungsi auksin

(IBA dan NAA) adalah menginduksi kalus, mendorong perpanjangan sel,

pembelahan sel, differensiasi jaringan xilem dan floem, penghambatan mata

tunas samping, absisi (pengguguran daun), aktivitas kambium, dan

pembentukan akar atau tunas.

2.Tempat perlakuan.

Penyambungan sebaiknya dilakukan di tempat yang ternaungi atau

tempat yang tidak terlalu panas. Menurut Rivard dan Louws (2006) tanaman

yang telah dilakukan grafting diletakkan dalam tempat atau ruangan yang

tidak terkena cahaya matahari atau terkena sebagian cahaya matahari selama

7 hari. Rivard dan Louws (2006) juga mengatakan bahwa penggunaan

plastik hitam sangat disarankan karena dapat melindungi tanaman dari sinar

matahari sehingga daun terlihat normal.

15

Page 16: 5.ISI fix 2

3.Alat-alat perlakuan.

Alat-alat yang biasa digunakan yaitu pisau atau gunting. Pisau dan

gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak

berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit. Alat tambahan lain

adalah batu asah dan plastik. Batu asah digunakan untuk menajamkan pisau

agar proses pemotongan atau penyanyatan berhasil dengan baik. (Kumar,

2011). Plastik digunakan untuk mengikat sambungan. Bagian sambungan

yang diikat plastik, diusahakan kambiumnya harus menempel seerat

mungkin.

16

Page 17: 5.ISI fix 2

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan dilaksanakan di UPTD Balai Benih Hortikultura

Kalimandi kabupaten Banjarnegara. Waktu pelaksanaan Praktik kerja lapangan

pada bulan Agustus 2014.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dipelajari dalam praktik kerja lapangan ini adalah teknik

sambung pucuk lengkeng (Dimocarpus longan) di UPTD Balai Benih

Hortikultura Kalimandi, Banjarnegara.

C. Metode Praktik Kerja Lapangan

Metode pelaksanaan praktik ini dengan ikut aktif dalam proses kegiatan

yang dilaksanakan oleh UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi khususnya

pembibitan lengkeng dan melakukan wawancara untuk memperoleh data sekunder

dan primer. Kegiatan khusus yang dilaksanakan adalah teknik sambung pucuk

lengkeng (Dimocarpus longan) di UPTD Balai Benih Hortikultura Kalimandi.

D. Teknik Pengambilan Data

Praktik kerja lapangan dilaksanakan dengan praktik langsung di screen

house, observasi ke lapangan, serta survei melalui wawancara. Jenis dan teknik

pengambilan data adalah sebagai berikut.

17

Page 18: 5.ISI fix 2

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara observasi di lapang dan mengikuti semua

kegiatan tentang teknik sambung pucuk tanaman lengkeng (Dimocarpus longan).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil catatan dan studi pustaka serta informasi

lain yang mendukung materi praktik kerja lapangan. Catatan atau dokumen yang

ada di Unit Pelaksana Tingkat Daerah Balai Benih Hortikultura Banjarnegara atau

sumber-sumber lain yang dipelajari dan dikaji untuk mendukung dalam

pembahasan terkait materi praktik kerja lapangan.

18