59352921-tugas-2

29
TUGAS MATA KULIAH EKSPLORASI BATUBARA Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan Oleh: AQUARISTA NUR ATWI H1F007014 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Upload: ansosry-osh

Post on 14-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

oooooooooooo

TRANSCRIPT

Page 1: 59352921-TUGAS-2

TUGAS MATA KULIAH EKSPLORASI BATUBARA

Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log

Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk

perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan

Oleh:

AQUARISTA NUR ATWI

H1F007014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PURBALINGGA

2010

Page 2: 59352921-TUGAS-2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah tugas mata kuliah eksplorasi batubara dengan baik.

Tugas ini berjudul : “ Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas,

Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian

AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan”. Tujuan

dibuatnya tugas ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah eksplorasi batubara,

serta sebagai bahan bacaan atau bahan referensi mahasiswa teknik geologi pada

umumnya.

Dalam Eksplorasi Batubara, sasaran yang ingin dicapai adalah nilai

ekonomis dari cadangan. Untuk menghitung cadangan ini diperlukan data

ketebalan lapisan batubara. Well Logging adalah salah satu metode geofisika yang

relatif akurat dalam penentuan kedalaman dan ketebalan suatu lapisan maupun

macam-macam lapisan interburdent diantara lapisan batubara secara teliti

dibandingkan dengan metode lainnya. Permasalahan dalam metode ini terutama

terletak pada teknik interpretasinya karena memerlukan orang yang

berpengalaman di bidang ini. Interpretasi data log tidak terlepas dari pemikiran

ahli geologi, tetapi dengan menyederhanakan prosedur interpretasi dalam bentuk

program, maka ketergantungan itu bisa dikurangi. Penentuan lapisan batubara

dengan menggunakan logging memiliki keuntungan yaitu hasil ketelitian yang

tinggi jika menggunakan resolusi yang tinggi.

Penggunaan logging ini juga dapat digunakan untuk mengetahui lapisan

overburdent dan interburdent yang nantinya akan digunakan untuk menghitung

striping ratio. Keuntungan lain dalam penggunaan data logging ini adalah

menghemat biaya pemboran dan efisiensi waktu. Penentuan lapisan overburdent,

interburdent maupun batubara menggunakan log Resistivitas, log Densitas, dan

log Sinar Gamma.

Penulis sangat menyadari, tugas ini mungkin masih jauh dari sempurna.

Untuk itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca sebagai penuntun

langkah menuju tujuan akhir kesempurnaan itu.

Page 3: 59352921-TUGAS-2

Purbalingga, 2 Juni 2010

Penulis

Page 4: 59352921-TUGAS-2

MAKSUD DAN TUJUAN

Tugas yang berjudul “Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas,

Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian

AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan” ini

dimaksudkan untuk menentukan lapisan batubara dengan menggunakan

kombinasi Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan

Log Caliper di sumur bor yang ada. Sedangkan tujuan laporan ini yaitu untuk

menentukan jumlah cadangan batubara yang ada di daerah/blok konsesi

penambangan.

menghitung Rasio pengupasan (stripping ratio) dan menentukan cara sistem

penambangan (tambang terbuka atau tertutup) berdasarkan SR.

Page 5: 59352921-TUGAS-2

PENYELESAIAN

Dalam Eksplorasi Batubara, sasaran yang ingin dicapai adalah nilai

ekonomis dari cadangan. Untuk menghitung cadangan ini diperlukan data

ketebalan lapisan batubara. Well Logging adalah salah satu metode geofisika yang

relatif akurat dalam penentuan kedalaman dan ketebalan suatu lapisan

dibandingkan dengan metode lainnya.

Interpretasi litologi dilakukan berdasarkan data log yang diambil dari log

sinar gamma, log resistivitas, dan log densitas, log neutron, dan log caliper.

Kedalaman lapisan batubara dihitung dengan memakai skala kedalaman yang

terdapat pada kolom sebelah kiri dari log caliper.

A. Log Gamma Ray

Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma

yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan

di sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan

tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dll. Unsur

radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali terdapat

dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu shale

akan memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan

dengan batuan yang lainnya.

Log sinar gamma merekam unsur radioaktif dalam skala API (American

Petroleum Institute). Log sinar gamma umumnya direkam dalam satu kolom

bersama log caliper. Log sinar gamma merekam pancaran radioaktif dari

formasi. Sinar radioaktif alami yang direkam berupa uranium, thorium, dan

potassium. Log sinar gamma sederhana memberikan rekaman kombinasi dari

tiga unsur radioaktif, sedangkan spectral gamma ray menunjukkan masing-

masing unsur radioaktif (Rider, 1996).

Page 6: 59352921-TUGAS-2

Log sinar gamma digunakan untuk membedakan lapisan-lapisa shale dan

non shale pada sumur-sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi

ada lumpur maupun tidak. Sinar gamma sangat efektif dalam membedakan

lapisan permeable dan non permeable karena unsur-unsur radioaktif cenderung

berpusat di dalam serpih yang non permeable dan tidak banyak terdapat dalam

batuan karbonat atau pasir yang secara umum besifat permeable. Kadangkala

lumpur bor mengandung sejumlah unsur Potasium karena zat Potassium

Chloride ditambahkan kedalam lumpur untuk mencegah pembengkakan serpih.

Radioaktivitas dari lumpur akan mempengaruhi pembacaan Log Gamma Ray

berupa tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi. Selain itu, log gamma ray

dapat digunakan sebagai pengganti SP Log untuk pendeteksian lapisan

permeable, karena untuk formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak

terlalu akurat. Penetuan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water

plugging) dapat pula ditentukan melalui log sinar gamma ini.

Unsur-unsur radioaktif yang ada dalam suatu batuan cenderung untuk

terkonsentrasi di dalam batuan yang memiliki kadar radio aktif tinggi, defleksi

kurva sinar gamma pada batuan jenis ini akan relatif besar seperti pada

batulempung. Potasium, Uranium dan Thorium (unsur radioaktif yang

memancarkan sinar gamma) banyak tedapat pada batulempung. Batuan yang

hanya mengandung sedikit unsur radioaktif dan akan memberikan defleksi

kurva sinar gamma yang relatif kecil,seperti pada batubara. Log Sinar Gamma

digunakan untuk identifikasi litologi, korelasi antar formasi, dan perhitungan

volume shale atau prosentase kandungan shale pada lapisan permeable.

Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada

bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada

hakikatnya besarnya energy dan intensitas setiap material radioaktif tersebut

berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan

dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif,

seperti mineralisasi uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium

yang mungkin terdapat pada coal dan dolomite.Gambar dibawah ini

menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk mendiskriminasi

sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray.

Page 7: 59352921-TUGAS-2

Gambar 2. Log Gamma Ray

Gamma ray log memiliki kegunaan lain diantaranya untuk melakukan well

to well correlation dan penentuan Sequence Boundary (SB), yakni dengan

mengidentifikasi Maximum Flooding Surface (MFS) sebagai spike dengan

nilai gamma ray yang tinggi. Well to well correlation ini biasanya dilakukan

dengan melibatkan log-log yang lainnya seperti sonic, density, porositas, dll.

Pada interpretasi lapisan batubara, nilai gamma raynya memperlihatkan

harga yang paling rendah, karena batubara sangat sedikit mengandung unsur

Kalium. Respon gamma dengan harga yang lebih besar daripada batubara

diperlihatkan oleh respon lapisan keras yang banyak mengandung silica, dan

kemudian oleh respon batupasir. Respon gamma yang tinggi diperlihatkan oleh

batulanau dan batulempung.

B. Log Densitas

Log density merupakan kurva yang menunjukan nilai densitas (bulk

density) batuan yang ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr / cc. Secara

geologi bulk density adalah fungsi dari densitas dari mineral-mineral

pembentuk batuan (misalnya matriks) dan volume dari fluida bebas yang

Page 8: 59352921-TUGAS-2

mengisi pori (Rider, 1996). Besaran densitas ini selanjutnya digunakan untuk

menentukan nilai porositas batuan tersebut. Log density bersama - sama

dengan log neutron digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon.

Prinsip pengukuran log densitas adalah menembakan sinar gamma yang

membawa partikel foton ke dalam formasi batuan, partikel-partikel foton akan

bertumbukan dengan elektron yang ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar

gamma yang hilang setiap kali bertumbukan menunjukkan densitas elektron

dalam formasi yang mengindikasikan densitas formasi.

Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect)

yang berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya

heavy minerals dan untuk mengevaluasi clay. Alat ini bekerja dari suatu

sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma denga intensitas

energi tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan. Batuan

terbentuk dari butiran mineral – mineral yang tersusun dari atom – atom yang

terdiri dari proton dan electron.

Partikel sinar gamma akan membentur electron – electron dsalam batuan,

sehingga mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali

(setelah mengalami benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam

sebuah protector berbentuk silinder sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada

dinding sumur. Intensitas energi yang diterima pada dasarnya berbanding

terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang lembali maka

makin banyak electron – electron dalam batuan, yang berarti makin banyak /

padat butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume. Besarkecilnya

energi yang diterima oleh detector tergantung dari :

• Densitas matriks batuan

• Porositas batuan

• Densitas kandungan yang ada dalam batuan

Prinsip ini digunakan untuk mengetahui berat isi batuan pada metode

geofisika lubang bor ini. Densitas batubara rendah, oleh karenanya tidak

banyak menyerap sinar gamma.

Kedua detector ’short’ dan ‘long space’ diamankan dari pengaruh sinar

gamma yang datang langsung dari sumber radiasi. Sehingga yang terekam oleh

Page 9: 59352921-TUGAS-2

kedua detector hanya sinar yang telah melewati formasi saja. Dalam hal ini

efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek pemendaran

Compton. Dimana menurutnya, jumlah sinar yang terpendarkan sebanding

dengan jumlah electron per satuan volume. Jumlah electron dalam suatu unsur

adalah equivalent dengan jumlah proton (nomor atom Z). Untuk kemudian

seperti kita ketahui bahwa nomor atom adalah proporsional dengan nomor

masa (A) yang untuk selanjutnya proporsional dengan rapat masa.

C. Log Resistivitas

Setiap batuan mempunyai tahanan jenis yang berbeda-beda. Log

resistivitas merekam tahanan jenis batuan terhadap arus listrik yang melaluinya

sehingga dapat ditentukan jenis-jenis litologi yang ada pada sumur bor. Metoda

resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan

hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Batubara pada

umumnya mempunyai sifat yang tidak dapat melewatkan aliran listrik.

Sedangkan batulempung mempunyai sifat sebaliknya. Berikut contoh nilai

resistivitas pada batuan :

Table. Nilai resistivitas batuan.

Di dalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis

‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan

deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan

untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena mud

invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat

mobilitas minyak.

Ada dua jenis log resistivitas, yaitu:

1. Lateralog

Page 10: 59352921-TUGAS-2

• Lateralog Deep (LLD)

• Lateralog Shallow (LLS)

• Micro Spherically Focused Log (MSFL)

2. Induction

• Induction Lateralog Deep (ILD)

• Induction Lateralog Medium (ILM)

• Spherically Focused Log (SFL)

Secara umum tahanan jenis gas akan lebih besar daripada tahanan jenis

minyak, dan tahanan jenis minyak akan lebih besar daripada air. Batuan yang

relatif tidak porous maka akan menunjukkan tahanan jenis yang rendah. Batuan

porous dengan kandungan fluida minyak atau gas akan menunjukkan nilai

resistivitas yang tinggi, kurva ILD/LLD akan berada di sebelah kanan kurva

MSFL/SFL dan LLS/LLD. Untuk batuan dengan fluida air kuva ILD/LLD

akan berada di sebelah kiri kurva MSFL/SFL dan ILM/ILS. Batugamping akan

memberikan respon defleksi lebih besar dibandingkan dengan batupasir dan

serpih, karena batugamping bersifat kurang dapat menghantarkan arus listrik.

D. Log Neutron

Log neutron merekam Hidrogen index (HI) dari formasi. HI merupakan

indikator kelimpahan kandungan hidrogen dalam formasi. Satuan pengukuran

dinyatakan dalam satuan PU (Porosity Unit) (Rider, 1996). Prinsip kerja dari

log ini adalah menembakan partikel neutron berenergi tinggi ke dalam formasi,

tumbukan neutron dengan atom H (dengan asumsi atom H berasal dari HC atau

air) akan menyebabkan energi neutron melemah, kemudian detektor akan

mengukur jumlah partikel neutron yang kembali dari formasi. Semakin banyak

atom H dalam formasi, maka partikel neutron yang kembali akan semakin

sedikit. Batubara pada log neutron biasanya akan memberikan respon defleksi

yang relatif lebih besar dibandingkan dengan batupasir, karena batubra lebih

kompak (densitas batuan besar) daripada batupasir.

Besarnya porositas batuan sama dengan jumlah energi netron yang hilang,

karena atom hidrogen berkonsentrasi pada pori yang terisi fluida (water atau

Page 11: 59352921-TUGAS-2

oil). Pori yang terisi oleh gas akan memiliki pola kurva log netron akan lebih

rendah dari yang seharusnya (gas effect). Hal ini terjadi karena konsentrasi

hidrogen dalam gas lebih kecil dibandingkan pada minyak dan air.

E. Log Caliper

Log caliper menunjukan besar diameter lubang sumur. Yang ideal : caliper

sama besar dengan bit size. Pada kondisi ini lubang sumur bagus, pengaruh

lumpur terhadap pembacaan pad tool tidak ada. Bila caliper < bit size, maka

ini menandakan adanya mud cake pada dinding lubang sumur. Bila caliper >

bit size, maka dinding lubang sumur mengalami kerusakan (runtuh, eroded,

dll). Ini akan mempengaruhi pembacaan pad tools, yaitu density log dan log

MSFL, dimana density dan MSFL akan membaca formasi dan mud.

Interpretasi harus dimulai dengan mempelajari kurva capiler.

Analisa Stripping Ratio

a. Faktor Volume

Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping

ratio. Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang

ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi

tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara.

Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan

penjumlahan total ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku

untuk seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan

batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan batas bawah

keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara

diasumsikan jelas.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan

cadangan yang digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan

kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada

daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup

dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan

persamaan berikut :

Volume = Average Thickness x Areas

Page 12: 59352921-TUGAS-2

b. Faktor Tonase

Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas

produksi dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini

berlawanan dengan industri perancangan sipil dimana pembayaran

dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari

volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan

pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan pengolahan.

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas

maupun batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat

(tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan

bantuan suatu faktor tonase. Faktor tonase yang dimaksud adalah density.

Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan

yang digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan

ton/meter3.

Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar

2300 lb/yd3 atau setara dengan 1,365 ton/m3 dan density batubara sebesar

1,3 ton/m3. Berat/tonase tanah penutup yang akan dikupas maupun

batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan volume

keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan

pada persamaan berikut :

Tonase = Volume x Density

c. Nisbah Pengupasan

Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi

penambangan berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan

(stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah

penutup dengan volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang.

Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan

ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton)

Page 13: 59352921-TUGAS-2

Perbandingan antara tanah penutup dengan batubara juga dapat

dinyatakan melalui perbandingan volume, akan tetapi perbandingan ini

hanya bisa diterapkan apabila density dari kedua material sama.

HASIL ANALISIS

Data Logging

Page 14: 59352921-TUGAS-2

Metoda perhitungan dengan menggunakan polygon

Page 15: 59352921-TUGAS-2

ANALISIS DATA

Jumlah dan kedalaman lapisan batubara (minus(-) dalam meter) di

Sumur bor no 1 Sumur no.2 Sumur no.3 Sumur No 4 Sumur No 5 Sumur no 6

Lihat data log untuk interpretasi

14 s.d 19 15-22 13-21 16-21 14-20

22 sd 24 23-25 22-25 22-24 22-24

36 sd 41 35-42 34-41 35-41 36-41

43 sd 49 45-50 44-49 43-50 43-50

Perhitungan luas Titik lokasi pemboran batubara di daerah konsesi

pertambangan :

• Luas Sumur 1 (AOI 1) = 307.500 m2

• Luas Sumur 2 (AOI 2) = 432.500 m2

• Luas Sumur 3 (AOI 3) = 335.000 m2

• Luas Sumur 4 (AOI 4) = 330.000 m2

• Luas Sumur 5 (AOI 5) = 360.000 m2

• Luas Sumur 6 (AOI 6) = 162.500 m2

Perhitungan data table :

Rumus mencari Overbuden (OB)

Rumus mencari Coal seam

Rumus mencari interbuden (IB)

Rumus

( jumlah kotak penuh pada AOI (X) x 10.000m2)

Overbuden (OB) = tebal lapisan OB x Luas sumur (x) (AOI(x))

Tebal lapisan (y) x luas sumur (x) (AOI(x))

Tebal lapisan IB (y) x luas sumur (x) (AOI (x))

Page 16: 59352921-TUGAS-2

Perhitungan Rasio pengupasan (stripping ratio) :

SR= (65297500) / 53994875

= 1.209327737

Jadi perbandingannya adalah 1 : 1.209327737maka sistem penambangannya

menggunakan sistem tambang terbuka.

SR = Volume (OB+IB) / Tonase batubara

Page 17: 59352921-TUGAS-2

INTERPRETASI

Data Log

Berdasarkan data log yang tersedia, bahwa Batubara memiliki sifat resistivitas

yang paling tinggi dibandingkan dengan batuan lainnya Karena sifat batubara

yang tidak mengalirkan arus listrik sehingga memiliki kemampuan untuk

menangkap arus listrik lebih besar di bandingkan dengan batuan lainnya. Batubara

juga memilki sifat Radioaktif yang sangat rendah sehingga nilai density dan nilai

Gamma rays yang sangat kecil di bandingkan dengan batuan lainnya.

Batu Lempung memiliki sifat yang cenderung berlawanan dengan sifat

Batubara. Batu Lempung memiliki sifat tahanan jenis yang sangat besar karena

memiliki porositas yang sangat besar, ini dapat dilihat dari hasil resistivitas batu

tersebut. Sedangkan pada density, Batu Lempung memiliki densitas yang sangat

besar di bandingkan dengan batuan lainnya. Pada sinar Gamma, Batu Lempung

memiliki nilai yang tertinggi di bandingkan dengan batuan lainnya karena batu

lempung banyak mengandung unsure radioaktif (Potassium) sehingga

menghasilkan nilai sinar gamma yang besar. Log neutron dipakai untuk

menentukan primary porosity batuan, yaitu ruang pori – pori batuan yang terisi

air, minyak bumi, atau gas, sehingga pada log neuton, Batu Lempung memiliki

nilai yang tinggi. Sedangkan pada log caliper, Batu Lempung menunjukan tingkat

caliper yang tinggi, sehingga Bila caliper > bit size, maka dinding lubang sumur

mengalami kerusakan (runtuh, eroded, dll). Dengan kata lain Batu Lempung

memiliki tingkat keruntuhan yang tinggi.

Dengan demikian dari data log yang ada tersebut kita dapat membedakan

mana lapisan yang merupakan lapisan Batubara dan mana lapisan overburden dan

interburden (Batu Lempung). Lalu langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah

menentukan seberapa tebal lapisan Batubara yang kita dapat dari data log yang

kita dapat, dari sinilah kita dapat menentukan seberapa besar potensi atau

cadangan batubara yang kita miliki.

Page 18: 59352921-TUGAS-2

Berikut ini merupakan tabel untuk menentukan litologi batuan dari data log:

Kedalaman (m) Tebal (m) Litologi

10-13 3 Lapisan Overburden

13-21 8 Lapisan Batubara

21-22 1 Lapisan Interburden

22-24 2 Lapisan Batubara

24-36 12 Lapisan Interburden

36-41 5 Lapisan Batubara

41-43 2 Lapisan Interburden

43-48 5 Lapisan Batubara

48-50 2 Lapisan Interburden

Metode polygon

Metode polygon merupakan suatu metode yang sering sekali digunakan

dalam eksplorasi batubara. Metode polygon merupakan metode perhitungan yang

konvensional. Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan relative

homogen dan mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan di

dalam polygon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah polygon,

sehingga metode ini sering disebut dengan metode polygon daerah pengaruh (area

of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik

conto dengan garis sumbu.

Dari metode polygon ini kita akan mendapatkan luasan daerah sebaran

batubara (cadangan) dan titik pemboran. Disini, setiap titik pemboran (antara titik

pemboran yang satu terhadap pemboran yang lain) memiliki luasan yang berbeda.

Dibawah ini merupakan luasan dari setiap titik pemboran :

Luas Sumur 1 (AOI 1) = 307.500 m2

Page 19: 59352921-TUGAS-2

Luas Sumur 2 (AOI 2) = 432.500 m2

Luas Sumur 3 (AOI 3) = 335.000 m2

Luas Sumur 4 (AOI 4) = 330.000 m2

Luas Sumur 5 (AOI 5) = 360.000 m2

Luas Sumur 6 (AOI 6) = 162.500 m2

TABEL

Data-data yang telah diperoleh dari data log dan data dari luasan sumur

yang didapat dari metode polygon akan dimasukkan kedalam tabel Dari table ini

akan diketahui seberapa besar volume dan ton yang kita dapat dari lapisan

Overburden, Interburden, dan lapisan Batubara. Kemudian dapat ditentukan

seberapa besar cadangan batubara yang tersedia dan system metode yang akan

digunakan untuk melakukan penambangan batubara tersebut. Sistem

penambangan dapat berupa penambangan terbuka atau tertutup, yang dapat

diketahui dari perhitungan stripping ratio.

Perhitungan data tabel :

Perhitungan Rasio pengupasan (stripping ratio) :

SR= (65297500) / 53994875

= 1.209327737

Jadi perbandingannya adalah 1 : 1.209327737maka sistem penambangannya

menggunakan sistem tambang terbuka.

SR = Volume (OB+IB) / Tonase batubara

Page 20: 59352921-TUGAS-2

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa jumlah

cadangan batubara yang dapat diketahui dengan menggunakan metode Poligon

pada kawasan ini adalah 53.994.875 ton, nilai ini didapatkan dari penjumlahan

hasil perkalian antara Volume batubara di setiap coal seam dengan berat jenis

coal seam.

Nilai Stripping Ratio yang dihasilkan dari hasil perbandingan antara

Volume total lapisan overburden dan interburden dengan Tonase total dari

batubara yaitu 1 : 1.209327737

Dengan memperhitungkan stripping ratio yang menunjukan angka 1 :

1.209327737 ini dapat direkomendasikan bahwa metode sistem penambangan

batubara pada kawasan ini adalah sistem tambang terbuka (open pit mining)

karena dari nilai stripping ratio yang telah disepakati bahwa nilai pada stripping

ratio yang menunjukan angka <7:1 harus menggunakan sistem tambang terbuka

untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan dan dapat merugikan

perusahaan.

Page 21: 59352921-TUGAS-2

LAMPIRAN