53184932 bab i skenario 1 konjungtivitis
DESCRIPTION
8888TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum muda dan orang dewasa
di seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferri's Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis,
bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang
baru lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa
bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga dapat mempengaruhi bayi yang
hanya beberapa minggu. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis
kelamin.
Ada kemungkinan morbiditas okular yang signifikan dalam hal kemerahan di mata,
okular pelepasan dan ketidaknyamanan bagi anak-anak yang menderita konjungtivitis bakteri.
Kebanyakan orang Amerika gagal untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Ini serius
dapat menyebabkan meningitis dan sepsis dan dapat mengancam nyawa.
1
BAB II
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
A. JUDUL BLOK
Indera Spesial
B. JUDUL SKENARIO
Konjungtivitis
C. NAMA TUTOR
dr. Bachtiar Panjaitan Sp. PD
D. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
1. Tutorial I
Hari/Tanggal : Jum’at / 14 januari 2011
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Ruang Tutorial R.36
2. Tutorial II
Hari/Tanggal : Senin / 17 Januari 2011
Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Tutorial R.36
3. Pleno
Hari/Tanggal : Kamis / 20 januari 2011
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Ruang Kuliah
2
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital,
ditujukan khusus untuk menerjemahkan citra visual. Lebih lanjut lagi, ada tujuh saraf otak
(SO) memiliki hubungan dengan mata: untuk penglihatan (SO II); gerakan mata (SO III, IV,
dan VI): reaksi pupil (SO III); pengangkatan kelopak mata (SO III); dan penutupan kelopak
mata (SO VII). Hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. (2)
3
a. Struktur Mata Eksternal
Struktur mata eksternal adalah kelopak mata dan bulu mata. Didepan mata ada kelopak
mata, dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan dapat dibuka dan ditutup untuk
melindungi dan meratakan air mata kepermukaan bola mata dan mengontrol banyaknya sinar
yang masuk. Kelopak mata tersusun oleh kulit tanpa lemak subkutis.orbita. Batas kelopak
mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas kelopak. Batas ini mengandung banyak
kelenjar kecil, duktus, batang rambut, dan bulu mata. (2)
Hubungan antara kelopak mata atas dan bawah dinamakan kantus. Pada bagian luar,
kantus lateral terletak di aspek temporal lateral mata. Bagian dalam, kantus medial
mengandung puncta, suatu muara yang memungkinkan air mata mengalir ke bagian atas
sistem lakrimal. Rongga elips antara kelopak mata terbuka dinamakan fisura palpebra. Sisi
bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva palpebra, suatu membrana mukosa transparan,
vaskuler, tipis yang melanjutkan diri dengan sklera anterior sampai ke batas luar
kornea.Posisi kelopak mata sebagian dikontrol oleh dua saraf otak: SO III yang bertanggung
jawab pada pembukaan kelopak mata: SO VII, untuk menutup kelopak mata. (2)
Bulu mata membantu fungsi kelopak dengan mendorong keluar debu dan debris, untuk
melindungi mata eksternal dari cedera. Aksi mekanis berkedip menghasilkan gaya isap dalam
sistem nasolakrimal atas, memudahkan pengaliran air mata. (2)
b. Sistem Lakrimal
Sistem lakrimal menjaga lingkungan lembab untuk mata bagian eksternal anterior.
Produksi airmata memberikan pelumas alami dan mengencerkan serta membasuh partikel
asing.
Airmata mengandung berbagai komponen yang dihasilkan oleh sejumlah kelenjar :
Kelenjar lakrimal, yang memproduksi airmata berair, terletak di bagian anterior
lateral atap orbita bagian atas. Lokasi ini memungkinkan airmata membasahi mata
secara diagonal ke arah kantus medial.
Kelenjar lakrimal asesorius menjaga mata bagian anterior tetap lembab.
4
Kelenjar dari Zeis (sebaseus) dan Moll (siliaris) yang terletak dalam batas
kelopak mata.
Kelenjar meibom tambahan (sebaseus) terletak pada satu barisan sepanjang tarsus
kelopak mata (kerangka lebar kelopak mata) dan berperan dalam komponen
minyak dalam air mata. Lapisan minyak ini melindungi lapisan airmata agar tidak
menguap atau membanjir. Juga menjamin penutupan kelopak mata yang kedap
udara, menjaga lapisan air mata, dan menjaga permukaan optikal yang lembut
dan regular.
Sel Goblet dalam konjungtiva menambahkan musin ke dalam lapisan airmata,
yang melekat pada epitel korneal. (2)
Airmata yang meninggalkan mata melalui sistem pengaliran lakrimal ke dalam sinus
nasalis, ke luar melalui puncta, dua lubang kecil pada aspek atas dan bawah kantus medialis.
Dari situ airmata mengalir melalui kanalikuli atas dan bawah, yang kemudian bergabung
menjadi sakus dan duktus lakrimalis, dan ke sinus nasalis. (2)
c. Otot Mata
Gerakan mata dikontrol oleh enam otot ekstraokuler yang masuk ke sklera dan
dipersarafi oleh SO III, dan VI. Otot rektus lateralis melakukan abduksi dan otot rektus
medial melakukan adduksi mata. Kedua otot ini harus bekerja sama untuk gerakan mata dari
satu sisi ke sisi lain. Otot rektus superior mengangkat dan melakukan adduksi dan otot rektus
inferior melakukan depresi dan adduksi. Otot oblik superior mengarahkan mata ke lateral dan
inferior, dan otot oblik inferior mengarahkan ke superior dan ke lateral. (2)
d. Suplai Darah
Suplai darah mata berasal dari cabang arteri karotis interna, cabang arteri oftalmik.
Arteri retina sentralis dan koriokapilaris lapisan koroid memberikan darah ke retina;
keduanya harus tetap utuh untuk mempertahankan fungsi retina. Sirkulasi vena perlu untuk
mengikuti pola arteri. Pada inspeksi dengan menggunakan oftalmoskop, vena terlihat lebih
besar dan lebih gelap daripada bagian-bagian arteri.Bagian-bagian dari mata yang seharusnya
avaskuler (kurang darah) ialah lensa dan kornea. (2)
5
e. Bola Mata
Bola mata dilapisi oleh tiga lapisan primer : sklera, uvea (yang mengandung koroid),
dan retina. Tiap lapisan mempunyai struktur dan fungsinya sendiri. Ketiga lapisan tersebut
berperan dalam bentuk mata yang bulat ketika terisi humor vitreus (subtansi seperti gelatin
antara lensa dan retina). (2)
Sklera
Lapisan paling luar dan kuat dinamakan sklera-bagian “putih” mata. Bila sklera
mengalami penipisan warnanya akan menjadi kebiruan. Di bagian posterior, sklera
mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentralis. Di bagian
anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar
dengan konjungtiva, suatu membran mukosa tipis yang mengandung berbagai kelenjar yang
bertanggung jawab untuk lapisan air mata. Konjungtiva palpebra melapisi sisi bawah
kelopak mata dan merupakan kelanjutan dari konjungtiva bulbaris yang menyelubungi
sklera anterior. (Hal ini sangat menguntungkan sehingga lensa kontak tidak mungkin
“terselip” ke dalam mata). Konjungtiva berakhir pada limbus korneosklera. Biasanya
mengandung jaringan pembuluh darah yang rapat. (2)
Uvea
Lapisan tengah yang mengandung pigmen adalah traktus uvea, yang tersusun atas
koroid, iris, dan badan silier.
Koroid merupakan lapisan vaskuler yang memberikan darah ke lapisan epitel
berpigmen retina dan retina sensoris perifer. Koroid melapisi kamera posterior mata dan
membentang dari badan silier, di bagian anterior dan saraf optikus di bagian posterior.
Iris merupakan struktur muskuler berpigmen yang memberikan warna khas mata. Iris
adalah bagian anterior traktus uvea dan membagi ruangan antara kornea dan lensa menjadi
kamera anterior dan posterior. Merupakan diafragma muskuler sirkuler tipis yang
ditengahnya terdapat lubang bulat, pupil. Pupil akan berubah ukurannya ketika iris secara
spontan beradaptasi terhadap cahaya dengan berdilatasi atau berkontraksi.Melingkar di
bagian belakang iris terdapat badan silier. (2)
6
Badan silier mengandung serbut otot yang dapat membuat kontraksi dan relaksasi
zonula lensa (struktur yang menggantung lensa). Badan silier berperan (penting dalam
menjaga tekanan intraokuler (TIO) dengan sekresi humor aqueus, cairan transparan berkadar
air tinggi yang mengisi kamera anterior dan posterior dan kemudian disalurkan melalui
kanalis Schlemm. Produksi dan pengaliran terus menerus cairan ini sangat penting untuk
menjaga TIO tetap konstan, normalnya terukur dalam kisaran 12 mm Hg. (2)
Retina
Lapisan dalam bola mata adalah retina, jaringan delapan lapis, semitransparan, tipis
yang melapisi bagian dalam bola mata. Bagian terdalam dalam retina mengandung sel
ganglionik dan fotosensitif retina sensoris. Lapisan luar, bagian satu lapis retina adalah
epitelium berpigmen. Bila dilihat melalui oftalmoskop, retina memperlihatkan “refleks
merah” khas, sebenarnya pendaran jingga. Retina mengandung arteri dan vena yang memberi
asupan darah. Terentang mulai dari saraf optikus, di bagian posterior sampai bagian batas
anterior berigi (ora serrata) dekat badan silier. (2)
Batang dan kerucut. Retina mengandung dua jenis sel fotosensitif dikenal sebagai
batang dan kerucut. Batang bertanggung jawab untuk penglihatan perifer, ketajaman
pandangan pencahayaan rendah, dan membedakan bentuk dan batas benda. Batang terletak
terutama di aspek perifer retina.Kerucut bertanggung jawab terhadap pembedaan warna dan
penglihatan tajam. Terletak lebih ke sentral dengan konsentrasi tertinggi pada makula lutea.
Makula sentral mempunyai cekungan dangkal yang dinamakan fovea sentralis, yang hanya
mengandung kerucut. Mata biasanya berusaha memfokuskan cahaya ke daerah ini. Bila
dilihat melalui oftalmoskop, makula nampak lebih gelap dibanding bagian lain retina. Asupan
darah ke makula secara ekslusif melalui koroid. (2)
Diskus Optikus. Terletak agak ke nasal, tetapi masih di sentral, di retina adalah diskus
optikus. Tempat inilah dimana retina sensoris berkonvergensi membentuk saraf optikus.
Karena diskus optikus tidak memiliki sel fotosensitif, maka merupakan titik buta dalam
medan penglihatan. Arteri dan vena retina sentralis bercabang dari pusat head-optik. (2)
7
Ketika impuls cahaya mencapai retina, terjadi urutan reaksi kimia dan hubungan
neurologis yang mengirmkan impuls ke epitel berpigmen, yang mentransfer ke saraf optikus
(SO II). Saraf optikus kemudian mentransmisi impuls melalui kiasma optik berbentu-X ke
korteks visual otak di lobus oksipital, dimana inpuls diterjemahkan. (2)
f. Struktur Ruang Anterior
Bagian anterior mata dibatasi oleh permukaan depan iris dan lensa di bagian posterior
dan oleh kornea di bagian anterior. Bagian ini merupakan langkah pertama alur cahaya
penglihatan. Ruang anterior berisi cairan dan sedikit mengembung, sehingga bentuknya
konveks. Tekanan intraokuler (TIO) terjaga oleh humor aqueus yang mengisi kamera. Untuk
menjaga agar tekanan dalam bola mata tetap konstan, pengaliran humor aqueus melalui
jaring-jaring trabekula dan kanalis Schlemm harus sesuai dengan produksinya oleh badan
silier. TIO normal berkisar antara 12 sampai 21 mmHg. (2)
Kornea
Kornea merupakan struktur konveks, jernih pada seperenam anterior mata. Posisinya
sentral di depan iris, kornea harus tetap basah agar permukaan epitelnya tetap sehat. Agar
dapat berfungsi sebagai lensa optis, permukaannya harus tetap halus. Lapisan airmata,
disebarkan secara merata dengan gerakan mengedipkan kelopak mata, untuk menjaga
kelembaban dan kenyamanan. Kornea tersusun atas lima lapis: epitel, membrana Bowman,
stroma, membrana Descement, dan endotel. Fungsi lain kornea adalah untuk perlindungan.
Kornea dipersarafi sangat tinggi oleh cabang sensoris saraf trigeminal (SO V) dan segera
menerima masukan sensoris sebagai rasa nyeri. (2)
Iris
Iris merupakan struktur yang sangat vaskuler dengan pigmen yang berbeda-beda
(ditentukan secara genetik). Warna mata bergantung pada jumlah melanin yang ada pada iris;
semakin cerah warnanya, semakin banyak jumlah cahaya yang dapat memasuki mata. Orang
yang mempunyai warna mata yang sangat cerah mengalami fotofobia (peka terhadap cahaya).
Kebalikannya adalah orang dengan mata yang sangat hitam. (2)
8
Tak ada dua iris yang benar-benar sama, termasuk mata kanan dan kiri orang yang
sama. Iris merupakan uvea, atau traktus berpigmen dan berhubungan dengan lapisan koroid
pada tepinya dan badan silier pada sisi bawahnya. Iris selalu menyesuaikan diri terhadap
berbagai keadaan, agar cahaya yang masuk ke mata memadai. (2)
Terdapat vaskuler oleh karena itu iris agak mudah berdarah ketika mengalami cedera,
dan terjadi hifema. Dilatasi pembuluh darah dapat terlihat pada permukaan iris (rubeosis)
pada keadaan tertentu. (2)
Pupil
Pupil adalah rongga yang terjadi di tengah cincin internal iris. Pupil berbentuk bulat,
reguler, dan mempunyai ukuran dan respons terhadap cahaya yang sama pada kedua mata.
Pupil terletak agak ke nasal dari pusat kornea. Konstraksi dan dilatasi pupil pada reaksi
terhadap cahaya terjadi sebagai akibat berbagai hubungan neuronal. Ketika cahaya memasuki
mata, sel fotosensitif akan mengirimkan pesan ke otot konstriktor pupil melalui SO III. Hal
ini akan mengurangi distorsi dan silau yang terjadi akibat berlebihnya cahaya yang masuk.
Tingkat cahaya yang rendah akan mengaktifkan otot dilator pupil, yang akan meretraksi iris
dan membuka pupil. Lima kali energi lebih besar yang masuk ke dalam mata ketika pupil
berdilatasi. Kerusakan sel fotosensitif dapat menurunkan fungsi pupil. Konstriksi pupil juga
terjadi ketika mata berkonvergensi melihat benda jarak dekat. Akomodasi lensa selalu
menyertai kontraksi pupil. (2)
Lensa kristalina
Lensa kristalina adalah struktur transparan, tak berwarna, avaskuler dan bikoveks yang
digantungkan di belakang iris oleh zonula badan silier. Kapsul anterior dan posterior
menyelimuti dan menyokong lensa. Lensa harus avaskuler agar transmisi cahaya tetap jernih.
Badan silier
Badan silier, suatu cincin jaringan yang merupakan kelanjutan dari iris, dengan
perjalanan sebesar 360 derajat pada sisi bawahnya. Badan silier merupakan sel berpigmen,
dan merupakan vaskuler dan muskuler. Badan silier mempunyai dua fungsi : membuat humor
aqueus dan menyesuaikan bentuk lensa untuk akomodasi atau pemfokusan. (2)
9
Badan silier mempunyai ligamentum suspensorium, dinamakan zonula, yang
menyokong lensa dan menggantungkan-nya ke badan silier di belakang iris.Otot badan silier
akan berkontraksi dan relaksasi untuk membentuk lensa agar refraksi cahaya menjadi tepat. (2)
Untuk melihat benda dalam jarak dekat, badan silier akan berkontraksi, membuat
zonula berelaksasi, dan lensa menjadi lebih cembung dan memungkinkan cahaya terfokus
pada retina. Proses ini dikenal sebagai akomodasi. Lensa yang tergantung di belakang iris
bekerja melakukan refraksi dan membelokkan cahaya agar terfokus ke retina. Bentuk lensa
ditentukan oleh traksi yang terjadi dari kontraksi dan relaksasi zonula silier. Lensa pada orang
muda sangat lentur dan mudah dibentuk untuk akomodasi. Bersama bertambahnya usia, lensa
menjadi kuning, kaku, dan kurang bisa berakomodasi. (2)
Humor aqueus
Humor aqueus yang diproduksi di kamera posterior oleh badan silier bersirkulasi
sekitar lensa dan iris ke kamera anterior. Cairan aqueus memberikan nutrisi esensial ke
jaringan avaskuler kamera anterior: kornea, lensa, dan jaring-jaring trabekula. Ia mengangkut
metabolit dari dan menyediakan bahan kimia yang diperlukan untuk lingkungan dalam mata.
Begitu berada di kamera anterior, humor aqueus akan difiltrasi ke jaring-jaring trabekula
menuju kanalis dari Schlemm. Jaring-jaring trabekula melingkari seluruh lingkaran kamera
anterior dan tertanam pada sudut yang terbentuk pada limbus korneosklera. (2)
Trabekulum dilingkari oleh kanalis Schlemm yang berbentuk oval, yang berhubungan
dengan jaring-jaring trabekula, dimana humor aqueus digabungkan dalam saluran vena mata.
Selama humor aqueus diproduksi dan disalurkan dengan jumlah yang seimbang, maka
tekanan intraokuler (TIO) dalam kamera anterior dapat dipertahankan. (2)
g. Struktur ruang posterior
Merupakan segmen kecil yang dibatasi di bagian depan oleh sisi posterior lensa dan di
bagian posterior oleh humor vitreus. Badan silier, zonula silier, aspek posterior lensa, dan
humor aqueus berada di kamera posterior. Daerah ini hanya bisa dilihat menggunakan
instrumen khusus. (2)
10
Badan vitreus
Badan vitreus adalah bagian dari kamera posterior yang paling besar dan paling
posterior. Dibatasi di bagian anterior oleh lensa dan badan silier dan dibagian posterior oleh
retina, badan vitreus tersusun atas jel kolagen dan cairan transparan, yang pada dasarnya
membentuk dan mencetak bola mata. Pada orang muda, vitreus berupa 80 % jel. Badan
vitreus harus avaskuler dan tidak mengandung partikel. (2)
B. PENYAKIT INFEKSI PADA MATA
KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis merupakan radang knjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak mata dan bola mata. (3)
Klasifikasi
Akut
Kronis
Etiologi
Bakteri
Virus
Klamidia
Alergi
Molluscum contagiosum(3)
11
Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret.
Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi di keluarkan oleh sel
goblet. Sekret konjungtiva bulbipada konjungtivitis dapat bersifat :
Air, kemungkinan disebabkan oleh virus atau alergi
Purulen, oleh bakterri atau klamidia
Hiperpurulen, di sebabkan gonokok atau meningokok
Lengket oleh alergi atau vermal
Seros, oleh adenovirus (3)
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaansitologik dengan pewarnaan
Giemsa maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya :
Limfosit – monosit – sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin di
sebabkan virus
Neutrofil oleh bakteri
Eosinofil oleh alergi
Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia
Sel raksasa multinuklear oleh herpes
Sel leber – makrofag raksasa oleh trakoma
Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye
Badan Guarneri eosinofilik oleh Vaksinia (3)
Manifestasi Klinis
Hiperemi konjungtiva bulbi ( injeksi konjungtiva )
Lakrimasi
Eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari
Pseudoptosis akibat kelopak membengkak
Kemosis
Hipertrofi papil, folikel, dan membran
12
Pseudomembran
Granulasi
Flikten
Mata merasa seperti adanya benda asing
Adenopati preaurikular
Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva, bilik mata dan pupil normal. (3)
Tanda Konjungtivitis Iritis Keratitis
Tajam penglihatan Normal Turun nyata Turun nyata
Silau Tidak ada Nyata Nyata
Sakit Pedes, rasa kelilipan Sakit Sakit
Mata merah Injeksi konjungtival Injeksi siliar Injeksi siliar
Sekret Serous, mukos,purulen Tidak ada Tidak ada
Lengket kelopak Terutama pagi hari Tidak ada Tidak ada
Pupil Normal Mengecil Mengecil (3)
Tensi Normal, tidak terkena Biasanya normal atau
rendah (pegal) normal
Diagnosa Banding Tipe Konjungtivitis yang lazim
Klinik&sitologi Viral Bakteri Klamidia Atopik (alergi)
Gatal Minim Minim Minim Hebat
Hiperemia Profuse Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minim Menguncur Menguncur Minim
Adenopati
preurikular
Lazim Jarang Lazim hanya
konjungtivitis
inklusi
Tidak ada
Pewarnaan
kerokan &
eksudat
Monosit Bakteri, PMN PMN, Plasma
sel
Eosinofil
13
Sakit
tenggorokan
Kadang Kadang Tidak pernah Tak pernah(3)
14
1. Konjungtivitis Bakteri
Suatu konjungtivitis yang di sebabkan oleh bakteri dapat saja akibat gonokok,
meningoko, staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae, dan
E.coli. Konjuntivitis bakteri ini mudah menular. (3)
Manifestasi klinis :
Sekret mukopurulen dan purulen
Kemosis konjungtiva
Edema kelopak mata
Kadang disertai keratitis dan blefaritis
Terdapat papil pada konjungtiva
Mata merah (3)
a. Konjungtivitis Bakteri Akut
Etiologi
Streptokokus
Corynebacterium diphterica
Pseudomonas
Neisseria
Hemophilus
Manifestasi klinis
Konjungtivitis mukopurulen dan purulen
Akut, dapat berubah kronis
Hiperemi konjungtiva
Edema kelopak,
Papil dengan kornea jernih(3)
15
b. Konjungtivitis Gonore
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen.
Pada neonatus, infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran. Pada
orang dewasa, penyakit ini di dapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri. (3)
Di klinik, kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk :
Oftalmia neonatorum ( bayi berusia 1-3 hari )
Konjungtivitis gonore infantum ( usia lebih dari 10 hari )
Konjungtivitis gonore adultorum
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi antara 12 jam – 5 hari
Sekret purulen padat
Perdarahan subkonjungtiva
Konjungtivitis kemotik (3)
Pada Orang dewasa terdapat 3 stadium :
1. Infiltratif
Kelopak dan kojungtiva kaku di sertai rasa sakit pada perabaan.
Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.
Pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior
Konjungtiva bulbi merah, Kemotik, menebal.
Pada umunya menyerang satu mata terlebih dahulu.
Biasanya pada laki – laki, di dahului mata kanan.
2. Supuratif
Sekret kental
Pada bayi biasanya mengenai kedua mata, sekret kuning kental dan
purulen.
Pada orang dewasa, sekret tidak kental sekali
Pseudomembran pada permukaan konjungtiva
3. Penyembuhan (3)
16
Pada orang dewasa, penyakit ini berlangsung 6 minggu dan tidak jarang di temukan
pembesaran disertai rasa sakit kelenjar preaurikular.
Diagnosa pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen blue
dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan gram akan
terdapat sel intraselular atau ekstraselular dengan sifat gram negatif.
Pemeriksaan sensitivitas di lakukan pada agar darah dan coklat. (3)
c. Konjungtivitis Angular
Konjungtivitis angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra, di sertai
ekskoriasi kulit di sekitar daerah yang meradang, sekret mukopurulen dan pasien
sering berkedip.
Disebabkan oleh Basil Moraxella axenfeld. (3)
d. Konjungtivitis Mukopurulen
Disebabkan oleh Staphylococcus atau Basil Koch Weeks.
Manifestasi klinis
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak melekat terutama pada
waktu bangun pagi.
Sering ada keluhan halo atau gambaran pelangi.
Gejala terberat pada hari ketiga, bila tidak di obati akan menjaddi kronis. (3)
Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya.
Untuk menghilangkan sekeret dapat dibilas dengan garam fisiologis.
17
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan
antibiotic tunggal seperti
Kloramfenikol
Gentamisin
Tobramisin
Eritromisin
Sulfa
Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan
dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung
(pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan
kumannya maka pengobatan disesuaikan.
Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic
spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari.
Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid
10-15 %)
Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan
resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atu kemungkinan obstruksi duktus
nasolakrimal. (3,6)
Komplikasi
a. Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis
b. Gonekuh menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis
c. Meaningkok dapat menyebabkan septikemla atau meningitis (6)
Prognosa
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat
berlangsung selama 10-14 hari. Jika diobati dengan memadai 1-3 hari. (4)
18
Pencegahan
Usahakan tangan tidak memegang mata
Ganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari
Hindari untuk berbagi handuk dan bantal
Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum. (6)
2. Konjungtivitis Virus
Definisi
Konjungtivitis viral adalah radang konjungtivitis yang disebabkan virus. (3)
Etiologi
Adenovirus
Herpes simpleks
Herpes zooster
Klamidia
New castle
Pikorna
Enterovirus (3)
Manifestasi Klinis
Terdapat sedikit kotoran pada mata
Lakrimasi
Sedikit gatal
Injeksi kunjungtiva
Nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak
Kadang disertai rasa sakit tenggorokan dan demam.
Disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai anak-anak dan
disebarkan melalui droplet atau kolam renang. (3)
19
Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, terjadi pada infeksi
primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler, memberikan gejala :
Injeksi konjungtiva unilateral
Iritasi
Sekret mukoid
Nyeri
Fotofobia ringan (3)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan Giemsa
Kultur virus
Sel inklusi intarnuklear (3)
Komplikasi
Keratitis
Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak
Neuralgia
Katarak
Glaukoma
Kelumpuhan saraf III, IV, VI
Atrofi saraf optik
Kebutaan (3)
Penatalaksanaan
Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya.
Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi
virus Herpes simpleks telah dieliminasi. (3)
20
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri
sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada
kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.
Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5
hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis,
tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan
analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin.
Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus
dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam. (3)
BLEFARITIS
Definisi
Blefaritis adalah suatu infeksi kronik pada
pinggir kelopak mata dengan kemerahan, edema
dan disertai pembentukan skuama dan krusta,
yang biasanya terdapat bilateral.(3,4)
Klasifikasi
Blefaritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam :
1. Blefaritis skuamosa (seboroika)
2. Blefaritis ulseratif (infeksi stafilokok).(4)
1. Blefaritis Skuamosa (seboroika)
Penyebab
Hampir selalu ada hubungan dengan adanya ketombe di kepala, alis mata dan
telinga dan biasanya terdapat Pityrosporum ovale, walaupun organisme ini tidak
terbukti sebagai faktor penyebabnya, faktor metabolik juga memegang peranan dalam
hal penyebabnya.(4)
21
Gejala
Iritasi
Panas / pedih dan gatal pada pinggir palpebra, berwarna kemerahan
Tampak sisik – sisik halus terlihat melekat pada bulu mata, sisik tersebut
berminyak. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan
Bulu mata cepat jatuh ( Madarosis ), tetapi diganti yang baru, karena tidak ada
dekstruksi dari folikel rambut.(4)
Komplikasi
Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis dan
konjungtivitis.(3)
2. Blefaritis Ulseratif
Penyebab
Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak yang biasanya
disebabkan Staphylococcus. Umumnya terdapat pada anak-anak retardasi mental.(4)
Gejala
Mata lengket pada waktu pagi hari
Mata terasa gatal dan Panas
Fotofobia
Mata Lekas capai kalau kerja dengan pandangan dekat
Palpebra merah, lebih merah dari yang terdapat pada blefaritis skuamosa.
Sisik – sisik kering
Daerah ulserasi yang kecil-kecil terdapat sepanjang pinggir kelopak mata,
biasanya ditutupi oleh krusta
Krusta warnanya kuning, kering, melengketkan bulu mata.
Madarosis, tidak diganti oleh yang baru, karena ada dekstruksi dari folikel
rambut.(4)
22
Komplikasi
Penyulit dari blefaritis ulseratif adalah konjungtivitis, keratitis superfisial (1/3
bagian bawah), hordeolum, kalazion, madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis dan meibomitis.(4)
Prognosis
Kalau tidak diobati dengan baik dapat berlangsung berbulan-bulan dan
menimbulkan bermacam-macam penyulit, juga dapat menimbulkan kerusakan pada
kornea karena terbentuknya trikiasis.(6)
Pencegahan
Menjaga kesehatan mata sehari-hari
Berusaha mencari pengobatan yang tepat (6)
Penatalaksanaan Blefaritis
Pada blefaritis sering diperlukan kompres hangat
Pada infeksi ringan, diberi antibiotik lokal 1x sehari pada kelopak dan
kompres basah dengan asam borat
Bila terjadi blefaritis menahun, maka dilakukan penekanan manual kelenjar
meibom untuk mengeluarkan nanah
Pada blefaritis seboroik, kelopak harus dibersihkan dengan kapas lidi hangat,
soda bikarbonat, atau nitras argenti 1%
Dapat digunakan salep sulfonamid untuk aksi keratolitiknya
Kompres hangat selama 5-10 menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan
dengan sampo bayi
Diberikan juga antibiotik lokal, prednisolon 0,125% 2x sehari
Antibiotik sistemik, tetrasiklin 2x 250 mg atau eritromisin 3x250 mg atau
sesuai dengan hasil kultur
23
Pengobatan pada infeksi virus bersifat simptomatik, antibiotik diberikan bila
terdapat infeksi sekunder
Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1
gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan samapai 1-2
minggu setelah gejala menurun
Bila disebabkan kandida diberikan nistatin topikal 100.000 unit per gram
Pada infeksi jamur sistemik, bila disebabkan aktinomises atau nokardia diobati
dengan sulfonamid, penisilin, atau antibiotik spektrum luas
Pada blefaritis akibat alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik
Untuk mengurangi gatal,berikan antihistamin (3,6)
KERATITIS
Keratitis adalah radang pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan
kornea yang terkena, yaitu :
Keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau Bowman
Keratitis profunda atau keratitis interstisialis (keratitis parenkimatosa) yang mengenai
lapisan stroma.
Adapun bentuk-bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain :
Keratitis pungtata superfisialis
Keratokonjungtivitis flikten
Keratokonjungtivitis sika
Keratitis lepra
Keratitis numularis (1)
24
Sedangkan bentuk keratitis profunda antara lain :
Keratitis interstisial luetik atau keratitis sifilis congenital
Keratitis sklerotikan.
Keratokonjungtivitis flikten adalah radang epitel kornea dan konjungtiva yang
merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated atau reaksi hipersensitivitas tipe lambat
pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen atau toksin endogen. (1)
Epidemiologi
Penyakit hipersensitivitas ini menyebar secara kosmopolitan dan sporadik. Lebih sering
ditemukan di Negara berkembang yang endemik tuberkulosis, malnutrisi, dan akses
pelayanan kesehatan yang kurang memadai. (1)
Sering ditemukan pada anak-anak dekade pertama dan kedua dengan puncaknya antara
usia 3 sampai 15 tahun. Insiden lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. (1)
Dahulu diduga disebabkan alergi terhadap tuberkuloprotein dan merupakan penyebab
utama kebutaan di Amerika Serikat, khususnya di kalangan orang Eskimo dan penduduk asli
Amerika. Sekarang diduga disebabkan hipersensitivitas tipe lambat terhadap S. aureus.
Antigen dibebaskan setempat oleh stafilokok yang berproliferasi di tepian kelopak mata pada
blefaritis stafilokok. Pada jenis tuberkulosa, serangan dapat dipicu oleh konjungtivitis bakteri
akut, namun secara khas terkait dengan peningkatan sementara aktivitas tuberkulosis masa
anak. (1)
Manifestasi Klinis
Lakrimasi
Fotofobia disertai rasa sakit.
Ditemukannya Infiltrat dan neovaskularisasi pada kornea
Terbentuknya papul atau pustula pada kornea ataupun konjungtiva
25
Terdapat flikten pada kornea berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan,
dengan atau tanpa neovaskularisasi yang menuju ke arah benjolan tersebut.
Biasanya bersifat bilateral yang dimulai dari daerah limbus. (1)
Prognosis
Flikten yang tidak diobati akan menyembuh dalam 10-14 hari.6 Bila terjadi penyembuhan
akan terjadi jaringan parut dengan neovaskularisasi pada kornea.3 Namun terapi topikal
dengan kortikosteroid secara dramatis memperpendek proses ini menjadi satu atau dua hari
dan sering mengurangi timbulnya parut dan vaskularisasi. Meskipun demikian, respons
kortikosteroid pada jenis stafilokokus kurang dramatis, dan terapi terutama ditujukan untuk
mengatasi infeksi bakteri penyebab. (1)
C. PEMERIKSAAN FAAL DAN PATOFISIOLOGI MATA
Pemeriksaan Dasar Mata
Tujuan pemeriksaan dasar mata adalah :
1. Mengetahui kondisi mata atau fungsi mata yang mencakup:
a. Tajam penglihatan
b. Lapang pandangan (visual field)
c. Penglihatan warna
d. Penglihatan binokular
e. Penglihatan stereoskopik (4)
2. Mengetahui anatomi mata yang mencakup 3 hal yaitu
a. Pada bagian adnexa ( palpebra)
b. Pada bagian bola mata
c. Pada bagian konjungtiva (4)
26
Urutan pemeriksaan pencatatan sistemik berkaitan dengan fungsi : penglihatan
1. Kelainan tajam penglihatan
Dipakai kartu snellen yang berisikan berbagai ukuran huruf atau angka. Kartu snellen
ini ditempatkan pada jarak 6 meter tetapi tidak menyilaukan.
Uji lubang kecil (pin- hole test)
Untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang disebabkan oleh
kelainan refraksi atau bukan. (4)
Uji Pengkabutan (fogging test)
Untuk pemeriksaan astigmat dengan menggunakan lensa positif untuk
mengistirahatkan akomodasi (4)
2. Posisi bola mata
3. Fungsi otot-otot penggerakan bola mata
4. Kelainan adneksa mata
5. Kelainan pada bola mata
6. Kelainan pada fungsi lapang penglihatan (4)
Pemeriksaan Dasar mata patologis
a. Kelopak mata = Kelainan palpebra superior
Pada kelopak mata dapat ditemukan kelainan
Bengkak bisa disebabkan karna ada kalazion, tumor
Ekimosis
Kulit kelopak yang berubah warna akibat ekstravaksasi darah sewaktu terjadi trauma
Lagoftalmos
Kelopak yang tidak dapat menutup sempurna, ini biasanya disebabkan hipertiroid
Merah
Disebabkan karna peradangan, tumor
27
Sikatriks
Jaringan parut pada kelopak
Ptosis
Kelopak sukar terangkat atau kelopak seperti jatuh. Biasanya terjadi pada usia lanjut
apalagi setelah pembedahan intraokular, miastenia gravis, palsi N.III (4)
b. Kelainan Refraksi
a) Pemeriksaan Miopia
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah
diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik.
1. Cara Subyektif
Cara ini, penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa. Dilakukan guna
mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan
sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik. Alat yang digunakan
adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba. (4)
Tehnik pemeriksaan :
Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan
sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi
lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan – lahan hingga dapat di baca huruf
pada baris terbawah.
Sampai terbaca basis 6/6.
Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama. (4)
28
2. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau
kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat – alat tertentu yaitu
retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan
bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat
pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi), pasien harus
menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata kanan dengan mata kanan dan
jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visuil mata. (4)
Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit divergen
berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil bergerak searah
dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai tampak hampir
diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR),
sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan
nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½
meter dikurangi 2 dioptri. (4)
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara ini
sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan
pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya
bisa dilakukan. (4)
b) Pemeriksaan Hipermetropia
Tujuan pemeriksaan hipermetrop untk memfokuskan bayangan dari jarak jauh tepat di
retina dengan memasangkan lensa sferis plus dengan atau tanpa lensa silinder. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan dengan dua cara. (4)
1. Secara subyektif
Dalam hal ini penderita aktif menyatakan lebih tegas atau lebih kabur huruf-huruf pada
kartu uji snellen, baik cara coba-coba atau pengabutan (fogging) (4)
29
2. Pemeriksaan obyektif
Dengan menggunakan alat-alat tertentu, ditentukan keadaan refraksi tanpa menanya
pasien. Cara ini baik digunakan pada pasien yang kurang kooperatif dan anak-anak. Alat
ini dapat juga dipakai untuk menilai ada atau tidaknya kekeruhan media dan ada tidaknya
astigmatisme. (4)
Salah satu alat yang dapat digunakan adalah oftalmoskop direk, gambar fundus yang
dihasilkan akan tampak kabur bila pasien mengalami kelainan refraksi. Dengan cara memutar
cakram yang berisi lensa dengan pelbagai ukuran pada oftalmoskop maka gambaran akan
terlihat jelas dan kekuatan lensa yang memberikan gambaran fundus yang paling jelas adalah
kelainan refraksi. (6)
c) Pemeriksaan Astigmatisma
Astigmat bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang
menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat.
Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu:
1. Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter,
2. Pada mata dipasang bingkai percobaan,
3. Satu mata ditutup,
4. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan
lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik,
5. Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk
membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus,
6. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat,
7. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat,
8. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00)
diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang
terjelas dan terkabur,
30
9. Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga
tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang
terjelas sebelumnya,
10. Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes
dengan kartu Snellen,
11. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang
diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-),
12. Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan
hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. (4)
Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang
dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.
Sedangkan untuk mengoreksi astigmat dapat dilakukan dengan “trial and error” untuk
menemukan lensa sferis yang cocok untuk mengoreksi pembiasan pada salah satu bidang.
Setelah itu lensa silindris tambahan digunakan untuk mengoreksi kelainan pada bidang yang
lain. Untuk hal terakhir ini, sumbu dan kekuatan lensa silindris yang diperlukan harus
ditetapkan. Ada beberapa cara untuk menentukan sumbu dari bidang yang abnormal pada
sistem lensa mata. (4)
Salah satu cara adalah dengan menggunakan alat yang bergambar garis-garis hitam paralel
secara vertikal maupun horizontal (kartu Snellen yang telah dijelaskan di atas). Setelah
mencoba mengoreksi dengan berbagai lensa sferis, diperoleh lensa yang sesuai sehingga
salah satu garis menjadi jelas terlihat oleh mata yang astigmat, tetapi garis yang tegak lurus
terhadap garis yang terlihat tegas ini malah menjadi kabur. (4)
Dari prinsip-prinsip fisika optik dapat terlihat bahwa sumbu bidang silindris mata yang
tidak terfokus adalah sejajar lensa silindris (+) atau (-) yang kekuatannya sesuai, dan
kemudian diletakkan pada sumbu lensa ini sejajar dengan garis yang tidak terfokus,sampai
semua garis sama jelasnya. Setelah ini tercapai, pemeriksa meminta ahli optik untuk
membuat lensa khusus yang mengalami koreksi sferis disertai koreksi silindris pada sumbu
yang tepat. (4)
31
BAB IV
PERMASALAHAN
SKENARIO 1
Ibu Shinta sudah 2 hari matanya merah dan lengket, terutama waktu bangun di pagi
hari. Awalnya mata ibu Shinta terasa risih, sedikit merah dan gatal pada mata kanannya. Pada
pemeriksaan, pada kedua mata di jumpai eritema dan secret purulen . Tidak ada demam,
TD = 120/80 mmHg dan tidak di jumpai kelainan lain. Apakah yang terjadi pada mata ibu
Shinta dan bagaimana penangannya ??
32
BAB V
PEMBAHASAN
I. KLARIFIKASI ISTILAH
Eritema
Kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler. (5)
Secret purulen
Produk sekresi berupa nanah(5)
II. MENETAPKAN PERMASALAHAN
1. Sudah 2 hari mata merah dan lengket, terutama waktu bangun di pagi hari.
2. Awalnya terasa risih, sedikit merah dan gatal pada mata kanan.
3. Pada pemeriksaan, pada kedua mata di jumpai eritema dan secret purulen, tidak
ada demam, TD = 120/80 mmHg, ttidak di jumpai kelainan lain.
III. ANALISIS MASALAH
33
2 hari Akut
Mata Merah dan lengket terutama waktu pagi hari
Gatal Tidak Demam TD normal
Manifestasi klinis Konjungtivitis
Secret PurulenKemungkinan Konjungtivitis Bakteri / chlamidya
EritemaMungkin yg di maksud :
1. Hiperemi konjungtiva2. Eritema palpebralis
Sedikit merah & gatal pada mata kanan
Karna masih sedikit
Infeksi masih bersifat ringan
IV. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Ibu Shinta mengalami infeksi mata akut
2. Kemungkinan ibu shinta mengalami konjungtivitis akut.
ANAMNESIS
Nama : Shinta
Umur : -
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :
Alamat : -
Keluhan utama : Mata merah dan lengket, terutama waktu bangun di pagi hari
Keluhan tambahan : Awalnya terasa risih, sedikit merah dan gatal pada mata kanan
Riwayat sosial : -
Riwayat penyakit keluarga : -
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Eritema dan Secret purulen pada kedua mata
Palpasi : Tidak ada Demam
Perkusi : -
Auskultasi : -
Vital Sign : Tidak ada demam, TD = 120/80 mmHg
34
DIAGNOSA AWAL
Konjungtivitis
DIAGNOSA BANDING
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Viral
Blefaritis
Keratitis
DIAGNOSA AKHIR
Konjungtivitis Bakteri
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami anatomi dan fisiologi mata
2. Memahami penyakit infeksi pada mata
3. Memahami pemeriksaan faal dan patofisiologi mata
4. Mengetahui komplikasi, pencegahan, penatalaksanaan, dan prognosis pada
penyakit infeksi mata
VI. BELAJAR MANDIRI
Sumber :
Text book
Internet
Jurnal
Kamus Dorland
VII. KESIMPULAN AKHIR
Berdasarkan dari gejala klinis, Ibu Shinta mengalami Konjungtivitis Bakterial Akut.
Tindakan yang harus kita ambil adalah :
Melakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Untuk menghilangkan secret, lakukan pembilasan dengan garam fisiologi.
Berikan antibiotik yg sesuai dengan temuan agen yang di dapat pada
pemeriksaan mikrobiologi.
35
BAB V
PENUTUP
Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan
bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis
dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
Pada konjungtivitis bakteri, Tindakan yang harus kita ambil adalah :
Melakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Untuk menghilangkan secret, lakukan pembilasan dengan garam fisiologi.
Berikan antibiotik yg sesuai dengan temuan agen yang di dapat pada pemeriksaan
mikrobiologi.
36