4sk2 kel. 4 determinants of unmet need for family planning among currently married women in dangila...
DESCRIPTION
review jurnalTRANSCRIPT
REVIEW JURNAL FERTILITAS DAN MORTALITAS
Determinants of Unmet Need for Family Planning
Among Currently Married Women in Dangila Town
Administration, Awi Zone, Amhara Regional State;
a Cross Sectional Study
Ewnetu Genet, Gedefaw Abeje and Tadese Ejigu (2014)
Kelompok 4
M. Nurul Alam Hasyim 12.7268
Yuland Rante Pala’langan 12.7444
4SK2
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program Keluarga Berencana memiliki banyak manfaat potensial, yaitu mengurangi
kemiskinan, angka kematian ibu dan anak; memberdayakan perempuan dengan meringankan
beban melahirkan berlebihan dan mengurangi degradasi lingkungan dengan menstabilkan
populasi.
Kelahiran yang tidak diinginkn dan kaitannya dengan unmet need merupakan problem
di seluruh dunia yang mempengaruhi perempuan dan keluarga mereka dan masyarakat pada
umumnya. Sekitar 40% dari seluruh kelahiran yang terjadi secara global pada tahun 2012
merupkan kelahiran yang tidak diinginkan dimana akhirnya menimbulkan kesulitan bagi
keluarga tersebut dan membahayakan kesehatan jutaan wanita dan anak-anak. Pelayanan
metode modern bagi wanita di negara berkembang yang mengalami unmet need dapat
mencegah penambahan 54 juta kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk didalamnya 21
juta kelahiran yang tidak direncakan dan 26 juta aborsi (dimana 16 juta merupakan aborsi
yang tidak aman) dan 7 juta keguguran; hal ini dapat mencegah 79 ribu kematian maternal
dan 1,1 juta kematian bayi. Di Afrika sub- Sahara, 25% wanita pada umur reproduktif yang
menikah atau tinggal bersama mengalami unmet need KB.
Angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Ethiopia sekitar 29% di tahun 2011. Beberapa
survei yang dilakukan atas isu-isu yang berkaitan dengan unmet need KB menyatakan bahwa
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman merupakan penyebab utama
terjadinya kematian maternal di Ethiopia. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan
Ethiopia pada tahun 2011, tingkat unmet need KB di wilyh Amhara sebesar 22%.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Harar, 33,3% wanita hamil melaporkan
bahwa kehamilan terbaru mereka merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah
tersebut, 50% dilakukan persalinan dan 50% berakhir aborsi. Sebuah penelitian yang
dilakukan di Butajira dalam Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan KB
menunjukkan unmet need KB untuk membatasi jumlah anak sangat rendah di daerah
perkotaan Butajira dan sangat tinggi di daerah pedesaan. Sedangkan unmet need KB untuk
menjarangkan kelahiran lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan
perkotaan.
Penjelasan masalah yang berkaitan dengan bukti-bukti unmet need KB dan faktor-
faktor yang mempengaruhi unmet need KB harus di lakukan. Namun, bukti-bukti ini belum
cukup di kota Dangila. Oleh karena itu, penelitian ini menentukan tingkat unmet need KB dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan wanita kawin usia subur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa tingkat kejadian unmet need KB yang terjadi di Kota Dangila?
2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya unmet need KB di Kota Dangila?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kejadian unmet need KB yang terjadi di Kota Dangila
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya unmet need KB di
Kota Dangila
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Unmet Need KB
Konsep unmet need menunjukan suatu keadaan dimana seorang wanita berharap
untuk mencegah atau menunda kehamilan, tetapi disaat yang sama dia tidak menggunakan
alat kontrasepsi apapun, sehingga konsep ini juga merupakan pengukuran yang bersifat saat
ini (current) (Westoff dan Bankole, 1995).
Informasi tentang kejadian unmet need KB diperoleh dengan mengindentifikasi Wanita
Usia Subur (WUS) menurut beberapa kategori. Menurut Rindang Ekawati dan Samijo (1992)
dari James A Palmore dan kawan-kawan (1990) menetapkan beberapa tahapan kategori
WUS, seperti :
1. WUS yang memakai alat kontrasepsi dan WUS yang tidak memakai alat kontrasepsi
2. WUS yang tidak memakai alat kontrasepsi dikategorikan hamil (aminore) dan WUS
yang tidak hamil (tidak aminore)
3. WUS hamil (aminore) dikategorikan menjadi kehamilan yang diinginkan (intended),
kehamilan diinginkan kemudian (mistimed) dan kehamilan yang tidak diinginkan
(unwanted). WUS yang tidak hamil (tidak aminore) dikategorikan menjadi subur
(fecund) dan tidak subur (infecund)
4. WUS fecund yang tidak hamil (tidak aminore) dikategorikan menjadi ingin anak
segera, ingin anak kemudian, dan tidak ingin anak lagi.
5. WUS fecund, mistimed, dan ingin anak kemudian merupakan unmet need KB untuk
tujuan penjarangan kehamilan, sedangkan WUS hamil (aminore) dengan unwanted
pregnancy dan WUS fecund tidak ingin anak lagi merupakan unmet need KB untuk
tujuan pembatasan kelahiran.
6. Unmet need KB untuk tujuan penjarangan kelahiran dan unmet need KB untuk tujuan
pembatasan kelahiran adalah total unmet need,
Jumlah wanita dengan unmet need KB terdiri dari:
1. Mereka dengan unmet need untuk membatasi kelahiran
Bila kehamilan itu tidak diinginkan lagi (not wanted) karena sebenarnya mereka tidak
menginginkan kehamilan tersebut dengan berbagai alasan (misalnya anak sudah cukup,
faktor usia, faktor kesehatan dan lain-lain), maka kelompok ini disebut dengan PUS yang
memiliki limitting need yaitu sudah ingin mengakhiri kehamilan/kesuburan (tidak ingin
punya anak lagi)
2. Mereka dengan unmet need untuk menjarangkan kelahiran
Bila kehamilan itu merupakan kehamilan yang diinginkan tapi bukan untuk saat itu
(misalnya untuk beberapa tahun lagi), hal ini disebut dengan mistimed pregnancy dan mereka
ini tergolong kedalam kelompok PUS yang memiliki spacing need yaitu ingin menjarangkan
kehamilan. Wanita dengan unmet need untuk menjarangkan kelahiran adalah mereka yang
ingin menunda kelahiran berikutnya beberapa waktu lamanya (misal 2 tahun sejak tanggal
survei) dan tidak sedang menggunakan alat/cara KB.
2.2 Kerangka Pikir
Unmet Need KB
Informasi KB
Konsultasi KB
Pekerjaan
Tempat Tinggal
Pendidikan
Sikap Pasangan
BAB III
METODOLOGI
3.1 Sumber Data
Studi cross section dilakukan di Kota Dangila dari Februari Maret 2014. Pemerintah
kota dibagi menjadi lima kebele pedesaan desa dan lima kebele perkotaan (Unit administrasi
terkecil di Ethiopia). Semua wanita berstatus kawin berusia subur (15-49 tahun) yang tinggal
di Kota Dangila dimasukkan dalam penelitian ini.
Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan formula proporsi populasi tunggal.
Dengan asumsi 22,1% kebutuhan yang belum terpenuhi (unmet need KB), 5% margin of
error, tingkat kepercayaan 95% dan desain efek 2, total ukuran sampel adalah 556. Data
Rumah Tangga dengan wanita kawin usia reproduksi diambil dari data Health Extension
Workers/Penyuluh Kesehatan Keluarga (HEW). Jumlah Responden dialokasikan secara
proporsional ke setiap kebele berdasarkan jumlah wanita kawin berusia subur di setiap kebele
terpilih. Kemudian rumah tangga dengan wanita kawin berusia subur dipilih dengan
menggunakan simple random sampling. Akhirnya, wanita usia reproduksi di rumah tangga
terpilih diwawancarai. Metode lotre dilakukan untuk memilih salah satu wanita usia
reproduksi ketika ada lebih dari satu wanita usia reproduksi di rumah tangga yang dipilih.
Lima perawat mengumpulkan data dengan terstruktur, pewawancara diberikan
kuesioner dalam bahasa Amharic (bahasa lokal). Dua hari pelatihan diberikan untuk pencacah
dan pengawas.
Dalam studi ini, seorang wanita dikatakan mengalami unmet need KB jika dia subur
tapi tidak ingin mempunyai anak lagi atau jika dia ingin menunggu setidaknya dua tahun lagi
untuk memiliki anak lagi tapi tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Seorang wanita yang
hamil yang kehamilannya tidak diinginkan atau kehamilannya tidak tepat waktu karena dia
tidak menggunakan kontrasepsi juga diklasifikasikan sebagai wanita dengan kebutuhan KB
yang belum terpenuhi (unmet need KB).
Izin diperoleh dari Bahir Dar University, Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Surat izin untuk melakukan studi ini diberikan dari Biro Kesehatan Regional Amhara
(ARHB) dan Dinas Kesehatan Administrasi Kota Dangila. Di situ tertulis informasi mengenai
persetujuan yang diperoleh dari peserta penelitian (responden) setelah menjelaskan tujuan
penelitian.
3.2 Metode Analisis
Data yang dikumpulkan setiap hari diperiksa secara visual untuk kelengkapan oleh
pengawas dan peneliti utama. Kemudian, para peneliti memasukkan data ke SPSS versi 16.0
untuk cleaning dan analisis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
inferensia. Metode analisis inferensia yang digunakan adalah analisis bivariat dan
multivariabel regresi logistik untuk mengidentifikasi faktor-faktor terkait dengan kebutuhan
KB yang belum terpenuhi (unmet need KB). Odds Rasio dengan tingkat kepercayaan 95%
dan p-value yang digunakan untuk menyatakan pengaruhnya secara statistik.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini diggunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai karakteristik
sosial dan demografis reponden di Kota Dangila. Variabel yang digunakan adalah umur
responden, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendidikan pasangan, agama pasangan, dan
pekerjaan pasangan.
3.2.2 Analisis Regresi Logistik
Regresi Logistik adalah suatu metode analisis statistika untuk mendeskripsikan
hubungan antara peubah respon (dependent variable) yang memiliki dua kategori atau lebih
dengan satu atau lebih peubah penjelas (independent variable) berskala kategori atau interval
(Hosmer dan Lemeshow, 2000). Regresi Logistik merupakan regresi non linear, digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara X dan Y yang bersifat tidak linear, ketidak normalan
sebaran Y, keragaman respon tidak konstan yang tidak dapat dijelaskan dengan model regresi
linear biasa (Agresti, 1996).
Bentuk umum model peluang regresi logistik dengan p variabel penjelas,
diformulasikan sebagai berikut:
dengan π(x) adalah peluang kejadian sukses dengan nilai probabilita 0≤π(x)≥1 dan βj adalah
nilai parameter dengan j = 1,2,......,p. π(x) merupakan fungsi yang non linier, sehingga perlu
dilakukan transformasi ke dalam bentuk logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar dapat
dilihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Dengan melakukan
transformasi dari logit π(x), maka didapat persamaan yang lebih sederhana, yaitu:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik sosioal-demografis
Sebanyak 551 wanita (423 dari kebele perkotaan & 128 dari kebele pedesaan) yang
bersedia menjadi responden atau sekitar 99,1% dari total responden yang ditargetkan. Sekitar
lima puluh lima persen responden berusia 25-34 tahun. Usia rata-rata adalah 29,96 tahun
dengan standar deviasi 6,7 tahun. Sebagian besar responden merupakan kelompok suku
Amhara (95,6%) dan Agama Kristen Ortodoks (96,0%). Sekitar 35% dari responden tidak
dapat membaca dan menulis (Tabel 1).
4.2 Penggunaan Metode Keluarga Berencana
79%
21%
Persentase Responden Pengguna KB
Menggunakan KBTidak Menggunakan KB
Dari 551 wanita kawin, 402 (79%) menggunakan kontrasepsi pada saat wawancara. Di
antara wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi, alasan utamanya adalah merasa
beresiko rendah untuk hamil karena sedang menyusui (32,9%), takut efek samping (31,8%),
(23,5%) dan larangan agama (11,8%).
Dalam studi ini, 393 (71,3%) perempuan melaporkan bahwa mereka telah mendengar
informasi tentang keluarga berencana dari berbagai sumber dalam 12 bulan terakhir. Paling
sering informasi Keluarga Berencana didapatkan dari televisi dan radio di kalangan penduduk
perkotaan dan pemimpin kebele, sedangkan bagi penduduk pedesaan informasi didapat dari
penyuluh kesehatan dan pemimpin agama. Dalam studi ini, sekitar 95,1% menyebutkan
setidaknya satu metode kontrasepsi.
4.3 Faktor yang memengaruhi unmet need KB
Setelah memasukkan variabel bebas yang mungkin; tempat tinggal, pekerjaan,
konsultasi tentang KB kepada petugas kesehatan dan sikap pasangan terhadap KB terbukti
signifikan mempengaruhi unmet need KB. Dalam penelitian ini wanita pedesaan 17,65 kali
(AOR = 17,65, 95% CI: 4,35-71,67) lebih mungkin untuk mengalami unmet need KB
dibandingkan dengan wanita urban. Ibu Rumah Tangga / petani 6.81 (AOR = 6,81, 95% CI:
1,91-24,29) kali lebih mungkin untuk mengalami unmet need KB dibandingkan untuk mereka
yang bekerja sebagai pegawai. Demikian pula, wanita yang tidak berkonsultasi mengenai
penggunaan dan efek samping dari kontrasepsi kedapa petugas kesehatan dan satuan
pembangunan kesehatan 6,76 (AOR = 6,76, 95% CI: 3.17- 14,42) kali lebih mungkin untuk
mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita yang berkonsultasi. Pasangan
wanita yang tidak mendukung untuk penggunaan kontrasepsi 3,34 (AOR = 3,34, 95% CI:
1,26-8,90) kali lebih cenderung mengalami unmet need KB dibandingkan dengan mereka
yang pasangannya mendukung (Tabel 2).
4.4 Diskusi
Penurunan proporsi unmet need KB memiliki peran penting dalam usaha pencegahan
masalah kesehatan ibu dan anak. Untuk mengurangi proporsi unmet need KB, pengetahuan
mengenai tingkat unmet need KB saat ini dan faktor-faktor penentunya sangat penting.
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki besarnya dan penentu unmet need KB di kalangan
wanita kawin. Tingkat unmet need KB dalam penelitian ini (17,4%), lebih rendah dari tingkat
nasional (25%) dan wilayah Amhara (22,1%) tapi sedikit lebih tinggi dari tingkat perkotaan
nasional. Temuan ini memiliki perbedaan besar dengan studi yang sama yang dilakukan di
distrik Bahir dari India, di Kabupaten Butajira (Ethiopia Kobo) dan Enemay woreda dari
wilayah Amhara.
Variasi yang besar ini mungkin karena perluasan fasilitas kesehatan dan peningkatan
akses pelayanan kesehatan di Ethiopia sekarang. Pelaksanaan program penyuluhan kesehatan
mungkin menjadi alasan lainnya. Di sisi lain, proporsi dari unmet need KB dalam penelitian
ini masih lebih tinggi dibandingkan untuk penelitian serupa yang dilakukan di Bangladesh
dan di Iran. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena perbedaan kesadaran orang mengenai
kontrasepsi di berbagai negara dan perbedaan ketersediaan pilihan metode.
Dalam penelitian ini wanita pedesaan 17,65 (AOR = 17,65, 95% CI: 4,35-71,67) kali
lebih mungkin untuk mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita urban.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tingkat unmet need KB antara warga pedesaan
adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan warga perkotaan (masing-masing 28,1% dan
14,2%). Perbedaan ini hampir mirip dengan angka nasional yaitu 15% dan 27,5% pada
wanita perkotaan dan pedesaan. Namun tingkat unmet need KB wanita perkotaan dalam
penelitian ini sedikit lebih rendah dari penelitian yang dilakukan di Enemay woreda, zona
Timur Gojam (18,4%). Perbedaan dua kali lipat tingkat unmet need KB di daerah pedesaan
mencerminkan tingkat kesadaran dan pendidikan yang lebih rendah wanita pedesaan di
daerah penelitian.
Di sisi lain ibu rumah tangga/petani 6.81 (AOR = 6,81, 95% CI: 1,26-8,90) kali lebih
cenderung mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita yang bekerja sebagai
pegawai. Alasannya adalah wanita yang bekerja sebagai pegawai lebih mungkin untuk
memiliki akses yang lebih baik untuk mendapatkan informasi tentang KB. Dukungan
pasangan untuk KB sangat penting. Penelitian ini mengungkapkan bahwa perempuan yang
pasangannya tidak mendukung tentang penggunaan kontrasepsi lebih mungkin untuk
mengalami unmet need KB dibandingkan dengan perempuan yang pasangannya mendukung.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perempuan yang tidak konsultasi tentang kontrasepsi
lebih mungkin untuk mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita-wanita yang
berkonsultasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di kota Mekele, Tigray.
Kesamaan ini mungkin disebabkan menggunakan strategi yang sama untuk
menginformasikan masyarakat tentang KB.
Dalam studi ini, sekitar 32% wanita melaporkan bahwa mereka tidak menggunakan
kontrasepsi karena takut efek samping. Temuan ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
di Enemay, Mojo kota dan kota Mekele Ethiopia. Alasan lain yang disebutkan untuk tidak
menggunakan FP dalam penelitian ini adalah kurang dirasakan berisiko hamil selama
menyusui. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Iran. Dalam studi ini,
penolakan pasangan dan larangan agama disebutkan sebagai alasan untuk tidak menggunakan
KB dengan persentase 23,5% dan 11,8%. Temuan ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan di Enemay, dan India.
Penelitian ini memungkinkan para pembuat kebijakan untuk mengetahui faktor-faktor
penentu unmet need KB. Hal ini juga dapat menunjukkan fokus para peneliti ketika
mempelajari unmet need KB. Temuan ini sangat penting untuk organisasi/lembaga yang
bekerja pada Perencanaan Keluarga di Kota Dangila. Keterbatasan penelitian ini adalah
bahwa penelitian ini hanya mencakup daerah kecil dari wilayah Amhara. Mungkin memiliki
efek ketika digeneralisasi ke wilayah tersebut. Karakteristik Sosio-demografis responden
yang sama juga membuat interval kepercayaan melebar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Proporsi wanita yang mengalami unmet need KB di Kota Dangila masih tinggi.
Dalam penelitian ini, wanita pedesaan, ibu rumah tangga atau petani wanita, wanita yang
tidak berkonsultasi tentang penggunaan dan efek samping dari kontrasepsi dan wanita yang
pasangannya menolak untuk menggunakan KB lebih mungkin untuk mengalami unmet need
KB. Alasan utama yang disebutkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah takut efek
samping, merasa kurang beresiko hamil karena sedang menyusui, penolakan pasangan dan
larangan agama.
5.2 Saran
Penelitian berikutnya diharapkan dapat dilakukan dengan menambah jumlah sampel,
sehingga hasil penelitiannya menjadi lebih baik. Selain itu, cakupan wilayah penelitian
mungkin bisa dikembangkan lagi supaya dapat melihat gambaran unmet need KB di wilayah dengan populasi yang lebih heterogen.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, Rachmat. (2012). Penerapan Metode Regresi Logistik dalam Menganalisis Adopsi Teknologi Pertanian. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Hermawan, Doni. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Provinsi NTT Tahun 2003. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Isa, Muhammad. (2009). Determinan Unmet need Keluarga Berencana di Indonesia: Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Depok: Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban Fermor kel 4
1. Jika suami yang memakai alat kontrasepsi, apakah itu termasuk unmet need atau
tidak?
Tidak, meskipun yang memakai alat kontrasepsi adalah laki-laki, hal tersebut masih
termasuk memakai alat/cara KB ketika pasangan tersebut behubungan seksual.
Sehingga tidak termasuk kategori unmet need KB
2. Dalam jurnal tersebut, disebutkan bahwa jarak untuk memiliki anak kembali minimal
2 tahun, 2 tahun tersebut berdasarkan apa?
Karena jarak 2 tahun adalah jarak aman untuk memiliki anak lagi setelah melahirkan.
Jika jarak antar fertilitas kurang dari 2 tahun, dapat meningkatkan resiko bayi lahir
cacat atau berat badan bayi yang kurang dari rata-rata.
3. Perbedaan tabel COR/AOR?
COR (Crude Odds Ratio)= Odds ratio yang dihasilkan tidak memperhitungkan
variabel bebas lainnya
AOR (Adjusted Odds Ratio)= Odds ratio yang dihasilkan dengan memperhitungkan
variabel bebas lainnya
4. Kenapa variabel petani dan rumah tangga digabung?
Penggabungan tersebut dapat dikarenakan karakteristik dari wanita petani dan ibu
rumah tangga pada penelitian tersebut dianggap sama. Atau dikarenakan jumlah
petani wanita di lokasi penelitian terlalu sedikit, sehingga perlu digabung dengan
kategori ibu rumah tangga.
5. Pembagian 550 orang untuk sampel urban dan rural, apakah ada tambahan informasi
tentang kebele. Dan kenapa sampelnya timpang?
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
proporsi wanita usia reproduksi yang berstatus kawin di setiap kebele terpilih.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel di daerah perkotaan lebih tinggi
daripada daerah pedesan dapat dikarenakan proporsi jumlah wanita usia reproduksi
yang berstatus kawin di daerah perkotaan lebih tinggi.
6. Kenapa Confident Intervalnya lebar?
Pelebaran Confident Interval tersebut dapat dikarenakan tingginya error yang
dihasilkan dari analisis tersebut, atau dikarenakan jumlah sampel yang sedikit
7. Efek samping KB ?
Sakit kepala, pusing, Mual, pendarahan (seperti mengalami Menstruasi dalam waktu
lama)
8. Kenapa agama pasangannya yg menjadi acuan? Kenapa gak agama respondenya?
Alasannya apa?
Pada umunya dalam sebuah rumah tangga, suami merupakan seorang penentu suatu
kebijakan yang berlaku untuk rumah tangga tersebut. Sehingga, yang menjadi fokus
peneliti untuk melihat pengaruh agama terhadap penggunaan KB, yang ditanyakan
adalah agama dari sang suami
9. Efek samping dari pemakaian kontrasepsi tradaisional ? apakah swiching method itu
masuk unmed need?
Efek samping dari kontrasepsi tradisional dapat terjadi jika pemakaian dosisnya tidak
terkontrol. Misalnya pada pria dapat mengakibatkan kemandulan (sterilitas) atau
ketidakmampuan membuahi pada sperma, impotensi (disfungsi ereksi), dan kualitas
sperma yang kurang baik atau cacat. Selama dia memakai alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual, maka dia tidak termasuk dalam kategori unmet need
10. Apakah ada standar untuk CPR internasional?
Tidak ada, namun untuk Indonesia sendiri menargetkan tingkat CPR pada tahun 2015
adalah 65%
11. Hubungan odds dan p value?
Untuk data kategorik, p-value menjadi tidak signifikan (p-value > α) ketika confident
intervalnya melalui angka 1
12. Religus prohibition itu siapa?
Agama dari pasangannya (suami)
13. Definisi dari patner attitude ? definisi pasangan yang mendukung/tidak mendukung
penggunaan KB seperti apa?
Mendukung tidaknya dilihat dari izin yang diberikannya terhadap pemakaian alat/cara
KB saat berhubungan seksual
14. Kenapa CPR di Ethiopia timpang?
Karena di Ethiopia kesadaran untuk menggunakan kontrasepsi masih rendah
walaupun mereka telah mendengar informasi tentang penggunaan kontrasepsi lewat
media massa, petugas kesehatan, dan juga pemuka agama. Hal ini dikarenakan
mereka beranggapan bahwa resiko untuk hamil pada saat menyusui itu kecil, takut
akan efek samping, larangan dari pasangan, dan juga larangan agama.
15. Di Ethiopia CPR rendah, apakah itu karna keterbatasan akses untuk pemberian
kontrasepsi atau karna petugasnya yg kurang memadai?
CPR di Ethiopia rendah dikarenakan kesadaran dan pengetahuan tentang kontrasepsi
pada Ethiopia masih kurang. Dan juga di daerah pedesaan akses untuk kontrasepsinya
kurang dan petugasnya kurang memadai, masih sedikit petugas kesehatan yang
bertugas di daerah pedesaan.
16. Apakah sosialisasi petugas kesehatan belum sepenuhnya sehingga tingkat unmed need
masih tinggi?
Petugas kesehatan di Ethiopia memang masih kurang memadai, hal ini dikarenakan
daerah pedesaan yang sulit di jangkau. Daerah pedesaan di Ethiopia kesadaran untuk
penggunaan kontrasepsi masih sangat kurang. Namun untuk daerah perkotaan
sosialisasi petugas kesehatan mengenai kontrasepsi sudah terlaksana sepenuhnya.