46407058-referat-ikj

Upload: ester-sibarani

Post on 03-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    1/23

    Referat

    Gangguan Obsesif Kompulsif

    Disusun oleh:

    Citra Seftiani

    04061001066

    Dosen Pembimbing:

    dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ

    BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

    RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI

    2010

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    2/23

    HALAMAN PENGESAHAN

    Referat

    Judul

    Gangguan Obsesif Kompulsif

    Oleh:

    Citra Seftiani

    04061001066

    Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat

    dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian

    Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya

    Rumah Sakit Jiwa Daerah periode 25 Oktober - 22 November 2010.

    Jambi, Oktober 2010

    dr. Laila Sylvia Sari, SpKJ

    ii

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    3/23

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    4/23

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

    BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6

    BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 21

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

    4

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    5/23

    Bab I

    Pendahuluan

    Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai

    dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana

    membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan

    penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 3% dari populasi. 1,2,3,4

    Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat darigangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi

    berat. 3 Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif kompulsif datang ke

    beberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat

    terapi, baru kemudian mendapat diagnosis yang benar. 4 Hal ini menunjukkan

    bahwa dokter selain psikiater penting untuk mendapat diagnosis yang benar.

    5

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    6/23

    Bab II

    Tinjauan Pustaka

    A. Defiuisi

    Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang

    mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang

    disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau

    menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan

    melakukan kompulsi bmenurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jikaseseorang memaksa untuk melakukuan kompulsi, kecemasan meningkat.

    Seseorang dengan gangguan obsesif- kompulsif biasanya menyadari

    irrasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai

    ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang

    menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu

    dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang,

    fungsi pekerjaan, aktifitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman

    dan anggota keluarga. 1

    B. Epidemiologi

    Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi

    umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti

    memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak

    10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan

    gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat

    setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif

    berat. 1

    Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena,

    tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif

    dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.

    Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala

    sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala

    6

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    7/23

    setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena

    gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan

    obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam

    dibandingkan kulit putih. 1

    Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi

    oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif

    berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67

    persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik

    komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah

    gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan

    makan. 1

    C. Etiologi

    a. Faktor Biologis

    Neurotransmiter. Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan

    terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi

    serotonin adalah terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi

    dari gangguan. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif

    dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi

    apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif

    adalah tidak jelas pada saat ini. 1

    Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak

    fungsional, sebagai contoh PET ( positron emission tomography ), telah

    menemukan peningkatan aktifitas (sebagai contoh, metabolisme dan aliran

    darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum

    pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer

    (CT scan ) dan pencitraan resonansi magnetik ( MRI ) telah menemukan adanya

    penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan gangguan

    obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun

    struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur neurologis yang

    melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan

    7

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    8/23

    gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan

    peningkatan waktu relaksasi T 1 di korteks frontalis. 1

    Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan

    obsesif-kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka

    kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik

    dibandingkan kembar dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan

    obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat

    pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga menderita gangguan. 1

    Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian

    elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah

    menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan

    depresif dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG

    nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien

    gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan

    yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan

    latensi REM ( rapid eye movement ). Penelitian neuroendokrin juga telah

    menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi

    pada dexamethasone-supprssion test pada kira-kira sepertiga pasien dan

    penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres). 1,3

    b. Faktor Perilaku

    Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.

    Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan

    melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan

    peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan.

    Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang

    terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan. 1,3

    Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan

    bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan

    pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku

    kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan.

    8

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    9/23

    Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan

    dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar

    menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari. 1,3

    c. Faktor Psikososial

    Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda

    dari gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien

    gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid.

    Dengan demikian, sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup

    untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai

    35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional

    pramorbid. 1

    Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme

    pertahanan psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan

    sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan

    pembentukan reaksi. 1,3

    Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi

    seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi

    isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari

    komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil

    sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien

    secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang

    berhubungan dengannya. 1

    Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls

    mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas,

    operasi pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan

    menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan

    kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang

    ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar

    yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder

    yang cukup penting adal;ah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang

    9

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    10/23

    disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang

    dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara

    irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang

    menakutkan. 1

    Pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku

    yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas

    berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat

    adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai. 1

    Faktor psikodinamik lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik,

    gangguan obsesif-kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan

    merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual

    anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh

    kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang

    penting, mereka mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional

    yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan

    cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien

    dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat

    pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana

    mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi

    gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan

    demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada

    gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan

    fase perkembangan anal-sadistik. 1

    Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam

    karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak

    normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta

    dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut

    mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada

    seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan

    dengan pilihan. 1

    10

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    11/23

    Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara

    pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id,

    dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran

    kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa

    di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata

    hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut

    menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien

    gangguan obsesif-kompulsif. 1

    D. Diagnosis

    Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:

    1. Salah satu obsesi atau kompulsi

    Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

    Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang

    rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat dimana selama

    gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan

    kecemasan dan penderitaan yang jelas.

    Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak

    semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan

    yang nyata.

    Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan

    pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk

    mentralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

    Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau

    bayangan-bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya

    sendiri( tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).

    Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

    Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa)

    atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-

    kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk

    11

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    12/23

    melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut

    dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku.

    Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

    menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi

    yang menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak

    dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka dianggap

    untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.

    2. Pada suatu waktu selamaperjalanan gangguan, orang telah

    menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak

    beralasan. Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak

    3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang

    jelas, menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau

    secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan

    (atau akademik), atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.

    4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau

    kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan

    jika terdapat gangguan makan, menarik rambut jika terdapat

    trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan

    dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan

    penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika

    terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual

    jika terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan

    depresif berat).

    5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya

    obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

    Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian besar waktu

    selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan

    kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. 1

    Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

    12

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    13/23

    Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

    kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selamasedikitnya dua minggu berturut-turut.

    Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu

    aktivitas penderita.

    Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

    o Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

    o Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil

    dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.o Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan

    merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar

    perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai

    kesenangan seperti dimaksud di atas.

    o Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

    pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

    Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengandepresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga

    menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi

    berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode

    depresifnya.

    Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau

    menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan

    perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut,

    maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.

    Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada

    gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila

    dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi

    sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas

    diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain

    menghilang.

    13

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    14/23

    Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia,

    sindrom Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut. 2

    F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

    Pedoman Diagnostik

    Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls

    ( dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)

    Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu

    menyebabkan penderitaan (distress) 2

    F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)

    Pedoman Diagnostik

    Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya

    mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu

    situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan

    keteraturan.

    Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang

    mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual

    tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari

    bahaya tersebut.

    Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai

    beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan

    ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan. 2

    F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

    Pedoman Diagnostik

    Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran

    obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua

    hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

    14

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    15/23

    Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan

    dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif

    terhadap terapi perilaku. 2

    F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

    F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT 2

    E. Gambaran Klinis

    Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:

    Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi

    dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

    Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi

    sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan

    melawan gagasan atau impuls awal.

    Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami

    sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya

    sendiri sebagai makhluk psikologis.

    Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi

    tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk

    akal.

    Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan

    suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 1

    Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil

    terhadap kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa

    kompulsi adalah irasional. 1

    Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada

    anak-anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih

    dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif

    memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan

    adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai

    15

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    16/23

    penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi.

    Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses,

    urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit

    tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak

    mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan

    adaloah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti,

    rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan

    obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek

    ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan. 1

    Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh

    pengecekan yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya

    kekerasan, seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu.

    Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke

    rumah untuk memeiksa kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri

    sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan

    atau melakukan sesuatu. 1

    Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran

    obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Nobsesi tersebut biasanya

    berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela

    oleh pasien. 1 Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas

    atau ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara

    harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur

    wajahnya. Trikotilomania dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi

    yang beruhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. 1,4,5

    F. Diagnosis Bandimg

    Kondisi medis

    Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding

    adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis,

    dan kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik. Gejala

    16

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    17/23

    karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering

    dan hampir setiap hari terjadi. 1

    Kondisi psikiatrik

    Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif-

    kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,

    dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat

    dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh

    kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap gangguan

    mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat

    gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.

    Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan

    kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan

    obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak

    memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 1,3

    Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif-

    kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan

    kemungkinan gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi

    patologis. Pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang

    berulang, sebagai contoh permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang

    berulang sebagai contoh mencuri. 1

    G. Terapi

    Farmakoterapi

    Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk

    mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan

    dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat

    sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu

    delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik

    yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah

    masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

    yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya

    17

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    18/23

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    19/23

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    20/23

    Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien.

    Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif

    (ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak

    seefektif bedah psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan.

    Prosedur bedah psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif

    kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30

    persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang

    paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan kejang, yang hampir

    selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien

    yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau

    terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau

    terapi perilaku setelah bedah psiko. 1,4,6

    H. Perjalanan Penyakit dan Prognosis

    Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif

    memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien

    memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres, seperti

    kehamilan, masalah seksual, dan kematian seorang sanak saudara. Karena

    banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, mereka seringkali terlambat 5

    sampai 10 tahun sebelum pasien datang ke psikiater, walaupun keterlambatan

    tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan

    gangguan tersebut diantara orang awam dan profesional. Perjalanan penyakit

    biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien mengalami penyakit yang

    berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang konstan. 1,3

    Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif

    kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi

    semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis buruk

    dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada

    masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah

    sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya

    gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)-yaitu penerimaan obsesi dan

    20

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    21/23

    kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian

    skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan

    pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang

    episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis. 1

    Bab III

    Kesimpulan

    Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai

    dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana

    membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan

    penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif

    atau tindakan kompulsif, atau kedua duanya, harus ada hampir setiap hari

    selama sedikitnya 2 minggu berturut turut.

    Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif

    diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak,

    genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan

    faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk

    penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain terapi farmakologi

    (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila

    kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik

    21

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    22/23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of

    Psychiatry vol.2 6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.

    2. Gangguan obsesif kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis

    Gangguan Jiwa; rujukan ringkas dari PPDGJ III. Maslim R, penyunting.

    Jakarta; 2003.76

    3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th ed.

    DSM-IV Washington DC: American Psychiatry Association, 1994.

    4. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you

    recognize baffling behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.

    5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004;

    350 : 259-65

    22

  • 7/28/2019 46407058-Referat-IKJ

    23/23

    23