3. revisi

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keracunan bukanlah sesuatu yang diharapkan. Namun, hal ini bukan tidak mungkin terjadi pada diri kita, orang yang dekat dengan kita, atau masyarakat luas. Umumnya yang terjadi di masyarakat adalah keracunan makanan, gigitan binatang, zat-zat kimia, dan obat-obatan. Kejadian keracunan ini ternyata kelazimannya masih terlalu tinggi. Dalam pengertian sederhana keracunan adalah kejadian masuknya racun kedalam tubuh manusia. Racun merupakan zat yang jika masuk kedalam tubuh dalam jumlah tertentu mengakibatkan organ tubuh terganggu, baik yang besifat sementara maupun permanen. Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan maupun kesengajaan. Racun adalah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung atau inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau menggangu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan. Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. 1

Upload: fadlanbakrie

Post on 27-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

obes

TRANSCRIPT

Page 1: 3. REVISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keracunan bukanlah sesuatu yang diharapkan. Namun, hal ini bukan

tidak mungkin terjadi pada diri kita, orang yang dekat dengan kita, atau

masyarakat luas. Umumnya yang terjadi di masyarakat adalah keracunan

makanan, gigitan binatang, zat-zat kimia, dan obat-obatan. Kejadian

keracunan ini ternyata kelazimannya masih terlalu tinggi.

Dalam pengertian sederhana keracunan adalah kejadian masuknya

racun kedalam tubuh manusia. Racun merupakan zat yang jika masuk kedalam

tubuh dalam jumlah tertentu mengakibatkan organ tubuh terganggu, baik yang

besifat sementara maupun permanen. Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat

disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan maupun kesengajaan.

Racun adalah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh

melalui mulut, hidung atau inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau

di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak

kehidupan atau menggangu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau

jaringan. Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan

telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16

November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya

yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya

dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang

dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.

Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya

mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :

1. Pertumbuhan Badan

2. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak

1

Page 2: 3. REVISI

3. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh

4. Di perlukan untuk berkembang biak

5. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas

Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan

makanan tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan

yang mengandung racun, makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya,

selain juga infeksi karena makanan yang mengandung mikroorganisme

pathogen (Food Infection).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum

Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan dapat

meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Asuhan Keperawatan

Keracunan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami macam-macam zat racun yang biasa

terdapat di masyarakat

b. Mampu terampil dalam menangani kasus-kasus keracunan akut

maupun kronik

c. Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita

keracunan akut

d. Dapat membicarakan dan membuat saran-saran tentang cara untuk

mencegah keracunan umum beserta sarana yang di perlukan

C. Ruang Lingkup Penulisan

Dalam makalah, penulis ini hanya membahas tentang keracunan

makanan dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus keracunan.

2

Page 3: 3. REVISI

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami mengunakan metode studi

kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lainnya untuk

mendapatkan dasar yang menjadi landasan dalam penulisan makalah ini.

E. Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu :

BAB I : Berupa bab pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang,

Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Berupa bab isi dan penjelasan materi, yang terdiri dari Masalah

Keracunan Makanan.

BAB III : Berupa bab penutup, berisi Kesimpulan, dan Saran.

Daftar Pustaka

3

Page 4: 3. REVISI

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Pengertian mengenai Keracunan Makanan banyak diungkapkan oleh

beberapa ahli, walaupun cara pandang para ahli berbeda tetapi mengandung

arti yang sama, diantaranya:

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui

mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di

gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak

kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau

jaringan (Sartono 2001).

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia

dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang

menggunakannya. Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan

mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang

terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

Menurut Gaman dan Sherington (1996 : 255-256) yang mengatakan

bahwa keracunan makanan adalah gejala yang disebabkan karena

mengkonsumsi makanan yang beracun atau terkontaminasi bakteri atau

mikroorganisme.

Dari tiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Racun

adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau

dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan

cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Intoksikasi atau keracunan

adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang

menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan

melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena

kesengajaan, merupakan kondisi bahaya bagi kesehatan.

4

Page 5: 3. REVISI

B. Faktor Resiko

1. Produsen makanan kurang atau tidak menyadari dan memahami

sepenuhnya arti kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan

antara lain oleh latar belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak

mendukung.

2. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi

yang berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang

di sebabkan, antara lain oleh faktor – faktor psikologi dan rahasia usaha.

3. Produsen kurang atau sama sekali tidak mendapat bimbingan dan petunjuk

dari instansi yang berwenang dengan masalah kesehatan dan keselamatan

makanan.

4. Kurang atau belum ada pengaturan yang tegas dari pemerintah yang

berhubungan dengan kontrol kualitas dan kontrol keselamatan setiap jenis

makanan yang di produksi, sebelum di edarkan untuk di pasarkan.

C. Jenis Keracunan

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai

yang ringan sampai yang berat. Secara umum jenis keracunan dibagi

berdasarkan sifatnya yakni :

1. Korosif

Keracunan korosif yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat

korosif yang meliputi produk alkalin (pembersih toilet, deterjen

nonposphat, pemberish oven, baterai) dan produk asam (pembersih kolam

berenang, pembersih logam, penghilang karat) (Bruner & Sudarth, 2001).

a. Bahan Kimia

1) Peptisida golongan organofosfat

Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten

dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga.

Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktivitas

enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa.

Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh

5

Page 6: 3. REVISI

asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus

menerus saraf muskarinik dan nikotinik. Gejala klinis keracunan

pestisida golongan organofosfat adalah :

a) Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur

b) Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat,

lakrimasi, salviasi dan juga sekresi bronchial.

c) Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut. 

d) Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.

e) Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.

f) Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas,

ataksia, demam, konvulsi dan koma.

g) Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.

h) Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru,

pernapasan berhenti, blockade atrioventrikuler dan konvulsi.

Selain itu ada beberapa penangan yang dapat dilakukan

pada kondisi keacunan akut adalah :

a) Buat saluran udara.

b) Pantau tanda-tanda vital.

c) Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.

d) Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8

menit sampai gejala keracunan parasimpatik terkendali.

e) Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-

lahan, ulangi setelah 30 menit jika pernapasan belum normal.

Dalam 24 jam dapat diulangi 2 kali. Selain pralidoksim, dapat

digunakan obidoksim (toksogonin). 

f) Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit

dan selaput lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan

dengan air dan sabun.

g) Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan

air dan berikan sirup ipeca supaya muntah.

6

Page 7: 3. REVISI

Selain itu beberapa tindakan umum yang dapat dilakukan

yakni lakukan Sekresi paru disedot dengan kateter dan hindari

penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan

fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan dan apabila

kondisi keracunan sudah kronik, jika keracunan melalui mulut dan

kadar enzim kolinesterase menurun, maka perlu dihindari kontak

lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.

2) Organofosfat dan Karbamat

Pestisida golongan organofosfat dan karbamat memiliki

aktivitas antikolinesterase seperti halnya fisostigmin, neostigmin,

piridostigmin, distigmin, ester asam folat, ester tiofosfat dan

karbamat. Cara kerja semua jenis pestisida organofosfat dan

karbamat sama yaitu menghambat penularan implus saraf dengan

cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi hidrolisis

asetilkolin.

Tanda dan gejala yang biasa muncul adalah lelah, sakit

kepala, hilang selera makan, mual, kejang perut, diare, penglihatan

kabur, keluar air mata, keringat, air liur berlebih, tremor, pupil

mengecil, denyut jantung lambat, kejang otot, tidak sanggup

berjalan, rasa tidak nyaman dan sesak, buang air besar dan kecil

tidak terkontrol, inkontinensi, tidak sadar dan kejang-kejang.

Gejala keracunan karbamat cepat muncul namun cepat

hilang jika dibandingkan dengan organofosfat. Pertolongan

pertama yang harus dilakukan adalah :

a) Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber

paparan, lepaskan pakaian korban dan cuci/ mandikan korban

b) Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan

buatan. Korban diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak

serius tidak terjadi segera, ada waktu menolong korban

7

Page 8: 3. REVISI

c) Orban harus segera dibawa kerumah sakit atau dokter terdekat.

Berikan informasi tentang pestisida yang memapari korban

dengan membawa lebel kemasan pestisida

d) Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/ penyuluhan tentang

pestisida sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat

memberikan pertolongan pertama.

2. Non-Korosif

Keracunan non korosif yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat

non korosif yang meliputi makanan, obat-obatan dan gas (Co2). Sedangkan

keracunan makanan merupakan keracunan yang disebabkan oleh

perubahan kimia (fermentasi) dan pembusukan karena kerja bakteri

(daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi ketela (singkong) yang

mengandung asam sianida (Hcn), jengkol, tempe bongkrak, dan racun

pada udang atau kepiting.

a. Mikroba

Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

1) Escherichia coli patogen

Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal

pada usus kebanyakan hewan berdarah panas. Bakteri ini tergolong

bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,

kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela,

ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan gas dari glukosa,

dan dapat memfermentasi laktosa.

Kebanyakan strain tidak bersifat membahayakan, tetapi ada

pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti

Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli

O157:H7 merupakan tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya

terkait dengan kesehatan masyarakat. E.coli dapat masuk ke dalam

tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar,

misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang,

susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan pangan.

8

Page 9: 3. REVISI

Gejala Keracunan yang disebabkan oleh EHEC adalah

kram perut, diare (pada beberapa kasus dapat timbul diare

berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8

hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari.

2) Staphilococus aureus

Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus

aureus merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan

keracunan pangan. Staphilococcus aureus merupakan bakteri

berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif,

bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin

yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak

mudah rusak pada suhu memasak normal.

Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal.

Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal

selama 30 menit. Pangan yang dapat tercemar bakteri ini adalah

produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan

daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi

dalam keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk

pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam;

pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh

atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis

dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.

Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6

jam, berupa mual, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya

nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal, demam ringan.

Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram

otot, dan perubahan tekanan darah.

Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan

dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau diare. Pengobatan

antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk menghindari dehidrasi

pada korban, berikan air minum dan larutan elektrolit yang banyak

9

Page 10: 3. REVISI

dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan. Untuk

penanganan lebih lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit

terdekat.

3) Salmonella

Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat

anaerob fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora.

Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur

dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses

pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri

Salmonella dinamakan salmonellosis.

Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri

dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi.

Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi,

binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang

akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain

juga dapat terjadi selama infeksi.

Gejala keracunan, pada kebanyakan orang yang terinfeksi

Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare, kram perut, dan

demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang

tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan

muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak

orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini

juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang

lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem

kekebalan tubuh. Untuk pertolongan dapat diberikan cairan untuk

menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban

ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

4) Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang,

tergolong bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat

membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang

10

Page 11: 3. REVISI

menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri

bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau

seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin

tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus,

yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang

menyebabkan muntah (emesis).

Gejala keracunan:

a) Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh

toksin penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan

dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri

perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah

mengkonsumsi pangan.

b) Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh

toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih

parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan

bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam

setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.

Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari

pangan berbahan beras, kentang tumbuk, pangan yang

mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil

toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging.

Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau

penjual makanan terkait bakteri ini adalah pengendalian suhu yang

efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan spora. Bila

tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan

dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang

berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas

dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan juga tidak

akan menghancurkan toksin tersebut.

11

Page 12: 3. REVISI

5) Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif

yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan

tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan

botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat

menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat termolabil.

Pemanasan pangan sampai suhu 800C selama 30 menit cukup

untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap

suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam

pengeringan dan pembekuan.

Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala,

pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri

perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada beberapa kasus dapat

menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah

toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai

14 hari.

Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali

mengganti cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan dapat

terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru (khususnya di

rumah atau industri rumah tangga), misalnya pengalengan,

fermentasi, pengawetan dengan garam, pengasapan, pengawetan

dengan asam atau minyak.

Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng

yang berkadar asam rendah, ikan asap, kentang matang yang

kurang baik penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi,

seafood, dan madu. Tindakan pengendalian khusus bagi industri

terkait bakteri ini adalah penerapan sterilisasi panas dan

penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi

rumah tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan

memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama

15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk

12

Page 13: 3. REVISI

pangan yang dikemas hampa udara dan pangan segar atau yang

diasap. Hindari pula mengkonsumsi pangan kaleng yang

kemasannnya telah menggembung.

b. Toksin Alam

1) Jamur

Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup

beberapa hal yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua

anggota kerajaan Fungi dan beberapa organisme berkaitan (jamur

lendir). Arti kedua berkaitan dengan sanitasi dan menjadi sinonim

bagi kapang. Arti terakhir, yang akan dibahas dalam artikel ini,

adalah tubuh buah yang lunak atau tebal dari sekelompok anggota

Fungi (Basidiomycetes) yang biasanya muncul dari permukaan

tanah atau substrat tumbuhnya. Bentuk umum jamur biasanya

adalah seperti payung, walaupun ada juga yang tampak seperti

piringan. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi

jamur sebagai bahan pangan manusia atau sumber obat-obatan.

Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa

dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela

volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia

polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris),

dan jamur shiitake (Lentinus edulis). Jamur yang beracun

contohnya adalah Amanita muscaria, dan jamur yang dikenal

sebagai "destroying angel". Ciri-ciri jamur beracun antara lain:

a) Jenis jamur beracun pada umumnya mempunyai warna yang

mencolok: merah-darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun warna-

warna lainnya. Walaupun ada pula jenis jamur beracun yang

mempunyai warna terang (kuning muda) atau putih, dan jamur

yang dapat dimakan berwarna gelap, misal coklat-tua.

b) Jenis jamur beracun dapat menghasilkan bau yang menusuk

hidung, seperti bau telur busuk ataupun bau ammoniak.

13

Page 14: 3. REVISI

c) Jenis jamur beracun mempunyai cincin atau cawan. Walaupun

ada yang sebaliknya, seperti jamur-merang mempunyai cawan

dan jamur kompos mempunyai cincin, tetapi tidak beracun.

d) Jenis jamur beracun umumnya tumbuh pada tempat yang kotor:

tempat pembuangan sampah, kotoran kandang, dan sebagainya.

Walaupun untuk penanaman dan pemeliharaan jamur kompos

justru dipakai kotoran kandang/kotoran kuda.

e) Kalau jenis jamur beracun dikerat oleh pisau yang terbuat dari

perak, atau dikerat oleh pisau biasa kemudian benda perak

didekatkan kepada keratan tadi, maka pada benda perak

terbentuk warna hitam atau biru, itu menandakan bahwa jamur

tersebut beracun.

f) Jenis jamur beracun cepat sekali berubah warna, misal dari

putih ke warna gelap, kalau dimasak atau dipanaskan.

g) Ada kebiasaan yang turun-temurun di antara petani di desa

untuk menentukan apakah jamur beracun atau tidak, dengan

jalan memepes jamur bersama nasi putih. Kalau kemudian

warna nasi berubah menjadi warna gelap, menandakan bahwa

jamur termasuk jenis beracun.

h) Di banyak negara Eropa dan Amerika, banyak "pemburu

jamur" yang sengaja membawa babi terlatih untuk

membedakan jenis beracun dan tidak.

Cara lain yang dianjurkan kalau menemukan jenis jamur

dan ingin mengetahui apakah termasuk jenis beracun atau tidak

adalah dengan menanyakan kepada penduduk setempat. Karena

biasanya, penduduk setempat sedikit banyak akan mengetahuinya,

atau dapat memberikan penjelasannya. Lain soal kalau penduduk

setempat tersebut adalah musuh.

Senyawa beracun yang umum didapatkan pada jenis-jenis

jamur, antara lain Adalah Kholin, yaitu racun yang paling

berbahaya dan besar sekali daya mematikannya. Semua jenis jamur

14

Page 15: 3. REVISI

yang disebut "supa upas" (upas = racun) mempunyai senyawa ini,

misal: Amanita, Lepoita, Russula, Collybia, dan Boletus.

Muskarin, juga racun jamur yang cukup berbahaya dan mematikan.

Dengan takaran antara 0,003-0,005 gram sudah dapat membunuh

manusia. Juga racun ini terdapat pada semua jenis jamur yang

tergolong "supa upas". Falin, sama seperti muskarin. Atropin

jamur, sama seperti muskarin. Asam helvelat, sama seperti

muskarin.Dapat pula jenis jamur tidak beracun menjadi beracun

kalau dibiarkan membusuk karena kemungkinan besar pada jamur

membusuk akan ditumbuhi bakteri penghasil racun, seperti

Clostridium, Pseudomonas, dan Salmonella.

Ada beberapa jenis racun atau toksin pada jamur beracun

dan menyebabkan bermacam-macam dampaknya pada kesehatan

manusia, yaitu :

a) Amatoxin/ Amanatin (Cyclopeptida)

Racun ini mengganggu transkripsi DNA dan

menyebabkan nekrosis pada sel-sel dengan sintesa protein

tingkat tinggi.

b) Gyromitrin

Gyromitrin merupakan salah satu grup hidrazin yang

mengikat protein, banyak ditemukan pada genus Gyromitra.

Toksin Gyromitrin (N-methyl-Nformylhydrazone) terurai

dengan cepat dalam lambung dan duodenum menjadi

asetaldehida dan N-methyl-N-formylhydrazine, melalui

hidrolisis lambat diubah menjadi monomethylhydrazine

(MMH) dan hidrazin lainnya.

c) Orellanine

Keracunan karena toksin Orellanine ditandai dengan

periode laten yang lama, gejala keracunan awal seperti mual,

muntah, nyeri pada abdomen, anoreksia dan diare akan tertunda

selama 12 – 14 jam setelah tertelan. Organ target utama dari

15

Page 16: 3. REVISI

racun orellanine adalah ginjal, fase ginjal karena keracunan

biasanya berkembang 4-15 hari setelah tertelan, terdiri dari

gejala haus berat, diuresis dan rasa sakit berkembang dalam

segitiga lumbal atas ginjal.

d) Ibotenic Acid

Timbulnya gejala umumnya terjadi dalam 30-180

menit. Efek toksik bisa berlangsung 12 jam. Pengaruh utama

dari Ibotenic Acid dan Muscimol adalah disfungsi sistem saraf

pusat, biasanya depresi SSP. Diawali dengan gejala mual,

muntah, pusing, vertigo, ketiadaan koordinasi, mengantuk.

e) Psilocybin

Racun utama pada jamur Psilocybe yaitu psilocybin,

psilocin, baeocystin, norbaeocystin yang dapat melepaskan

efek neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid) dengan

struktur kimia yang berkaitan erat dengan serotonin,

pengaruhnya terutama pada susunan saraf pusat (halusinasi)

selain itu juga melepaskan beberapa efek pada saraf periferal.

f) Coprine.

Efek dari jamur ini tidak seperti jamur pada umumnya,

efeknya akan terlihat jika dikonsumsi bersamaan dengan

alkohol (etanol) sedangkan jika dikonsumsi secara tunggal

tidak beracun. Keracunan juga dapat terjadi ketika alkohol

dikonsumsi sesaat sebelum mengkonsumsi coprine, bahkan

ketika alkohol dikonsumsi setelah 72 jam menelan coprine.

Gejala keracunan akan terus berlangsung selama alkohol masih

ada di lambung korban. Korban akan sembuh secara spontan

jika alkohol dibebaskan.

Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien adalah

dengan Emesis, bilas lambung dan beri pencahar, berikan

Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam, berikan Infus Glukosa

dan upayakan pasien untuk muntah.

16

Page 17: 3. REVISI

2) Keracunan Singkong

Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava

ialah umbi akarnya dan daunnya. Baik daun maupun umbinya,

mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan

organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida)

yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama

Linamarin.

Penyebab keracuan singkong karena singkong mengandung

asam syanida (HCN). Bergantung pada jenis singkong kadar asam

cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan

singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar

asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga

dipengaruhi oleh cara pengoahannya sampai di makan. Diketahui

bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air

dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam

singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.

Asam ini akan mengikat enzym cytochrom oxydase

sehingga pengangkutan oksigen terganggu. Jaringan kekurangan

oksigen dan terjadilah asfiksia.  Organ yang cepat terpengaruh oleh

asfiksia adalah otak,  sehingga timbul dahulu depresi otak, kejang

kemudian kematian. Tatalaksana kegawat daruratan yang dapat

dilakukan adalah dengan :

a) Bebaskan jalan nafas, perbaiki sirkulasi dan beri oksigen

b) Eliminasi racun (rangsang muntah, bilas lambung, dan

pemberian norit)

c) Pemberian antidotum seperti Sodium thiosulfat IV pelan pelan

dan berikan sodium nitrit IV pelan pelan sesuai dengan dosis.

3) Tempe Bongkrek

Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses

pembuatannya di campur dengan ampas kelapa dan kacang tanah.

Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan

17

Page 18: 3. REVISI

Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk

spora atau dan Bacterium cocovenenans yang mengubah

gliserinum menjadi racun toksoflavin.

Dengan seringnya terjadi keracunan yang bisa

menyebabkan korban jiwa, pemerintah melarang penjualan tempe

ini. Namun pembuatan secara diam-diam terus dilakukan karena

rasanya yang digemari. Biasanya penanda amannya tempe

bongkrek adalah bau, tekstur, dan rasa yang baik. Tempe bongkrek

yang berwarna kekuningan biasanya menjadi tanda keberadaan

racun toxoflavin. Namun tempe bongkrek dengan warna yang

normal masih menyimpan kemungkinan adanya bahaya.

Gejala timbul setelah 12-48 jam. Gejala intoksikasi ini

serupa dengan gejala yang ditumbulkan oleh kurare yaitu : pusing,

diplopia, anorexia, merasa lemah, ptosis, strabismos, kesukaran

bernafas, menelan atau berbicara. Kematian bisa timbul dari 1 -8

hari. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga terkena.

Lavase lambung, katarsis, dapat pula diberikan antitoxin

yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian

glukosa intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam

fisiologis dan plasma. Cairan ini harus diberikan secepat-cepatnya

bila ada persangkaan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah

dengan memberikan terapi simptomatik.

4) Bayam beracun

Kandungan zat yang terdapat dalam Sayur Bayam adalah:

zat besi yang berupa Fe2+ (ferro), jikalau bayam terlalu lama

berinteraksi dengan O2 (Oksigen), maka kandungan Fe2+ pada

bayam akan teroksidasi menjadi Fe3+ (ferri). Meski sama-sama zat

besi, yang bermanfaat untuk manusia adalah ferro, lain halnya

dengan ferri yang bersifat racun. Jadi jangan sekali-sekali untuk

memanaskan sayur bayam yang sudah melalui proses pemasakkan

dalam bentuk makanan.

18

Page 19: 3. REVISI

Jangan pernah mengkonsumsi bayam lebih dari 5 jam.

Selain mengandung zat tersebut, bayam juga mengandung zat

nitrat (NO3). Jika teroksidasi dengan udara, maka akan menjadi

NO2 (Nitrit). Nitrit adalah senyawa yang tidak berwarna, tidak

berbau dan bersifat racun bagi tubuh manusia.

Menurut John S Wishnok, bayam segar yang baru dicabut

dari persemaiannya telah mengandung senyawa nitrit kira-kira

sebanyak 5 mg/kg. Bila bayam disimpan di lemari es selama 2

minggu, kadar nitrit akan meningkat sampai 300 mg/kg. Dengan

kata lain, dalam 1 hari penyimpanan, senyawa nitrit akan

meningkat 21 mg/kg (7%).

Efek toxic (meracuni tubuh) yang ditimbulkan oleh Nitrit

bermula dari reaksi oksidasi Nitrit dengan zat besi dalam sel darah

merah, tepatnya di dalam Hemoglobin (Hb). Ikatan Nitrit dengan

hemoglobin, disebut Methemoglobin, mengakibatkan hemoglobin

tidak mampu mengikat oksigen. Jika jumlah methemoglobin

mencapai lebih dari 15% dari total hemoglobin. Maka akan terjadi

keadaan yang disebut Sianosis, yaitu suatu keadaan dimana seluruh

jaringan tubuh manusia kekurangan oksigen. Jika hal ini terjadi

pada bayi dikenal dengan nama “Blue Baby”.

Efek toxic lainnya adalah kemampuan nitrit bereaksi

dengan amino sekunder dapat membentuk senyawa yg dpt

menyebabkan kanker. Jangan memasak bayam menggunakan panci

aluminium karena bisa bereaksi dengan zat besi yg ada di bayam

dan jadi racun.

5) Kerang

Menurut para ahli, ternyata kerang memiliki sifat yang

statis, tidak seperti ikan. Kerang merupakan hewan yang

memperoleh makanannya mirip seperti penyedot debu. Kerang

akan menyantap atau menyedot apa saja yang ada didekatnya tanpa

adanya filter untuk memilah apakah makanan yang disedotnya itu

19

Page 20: 3. REVISI

mengandung zat berbahaya atau tidak. Makanya, berbagai zat yang

ada di dalam tubuh kerang sifatnya campur aduk, termasuk

didalamnya logam berat yang sangat berbahaya kalau sampai

masuk ke dalam tubuh manusia baik langsung ataupun tidak.

Tindakan kegawatdaruratan yang dapat dilakukan adalah

netralisikan keracunan dengan cairan dan upayan korban untuk

muntah.

6) Biji Jengkol

Biji jengkol mengandung asam jengkol yaitu asam amino

yang mengandung belerang yang dapat diisolasi dari biji jengkol

(Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung

dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu di

makan mentah atau di masak lebih dahulu. Demikian juga tidak

ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang di

makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya

gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap

asam jengkol.

Di saluran kemih, asam jengkol mengkristal dan

menyumbat saluran maka timbul nyeri perut, oligouria sampai

anuria dan kadang hematuria.  Begitu hebatnya  sumbatan dapat

terjadi  infiltrasi urin pada penis dan skrotum.

Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam

jengkol yang menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada

umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan jengkol.

Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah

makan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan setelah

memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut,

kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik pada waktu

berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi

anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Nafas dan urine berbau

jengkol.

20

Page 21: 3. REVISI

Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat

ditemukan hablur asam jengkol berupa jarum runcing yang

kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset.

Tindakan yang dapat diberikan pada pasien dengan

keracunan jengkol adalah :

a) Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perutjpinggang saja)

penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak

minum serta memberikan natrium bikarbonat saja.

b) Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak

dapat minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium

bikarbonat dalam larutan glukosa 5%.

c) Rangsang muntah, bilas lambung, beri norit,

d) Alkalinisasi : Nabic, Bila penderita masih bisa minum bisa

diberi Nabic peroral

e) Pemberian cairan, dan tidak ada antidotum spesifik

b. Keracunan Gas Co

Karbon monoksida adalah suatu gas tak berwarna dan tak

berbau, dengan afinitas terhadap hemoglobin 300 kali dari pada

oksigen, sebagai akibat perubahan hemoglobin terhadap karboksi-

hemoglobin, kemampuan mengangkut oksigen dari darah

arteri berkurang sehingga menimbulkan hipoksia. Juga ada bukti

bahwa karbon monoksida mungkin mempunyai efek toksik langsung

terhadap miokardium. Tanda dan gejala awal keracunan adalah

stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan reseptor eksokrin

muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare,

defekasi, eksitasi, dan salivasi . Efek yang terutama pada sistem

respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan

sekresi bronkus.

Dosis menengah sampai tinggi terutama terjadi stimulasi

nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya refleks,

bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne

21

Page 22: 3. REVISI

Stokes dan coma. Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam

waktu 6 – 8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan

kematian dalam beberapa menit. Kematian keracunan gas

akut umumnya berupa kegagalan pernafasan. Oedem paru,

bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang

kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan. Aritmia

jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai

penyebab kematian, melalui inhalasi gejala timbul dalam beberapa

menit. Ingesti atau pajanan subkutan umumnya membutuhkan waktu

lebih lama untuk menimbulkan tanda dan gejala.

Pajanan yang terbatas dapat menyebabkan akibat terlokalisir.

Absorbsi perkutan dapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan

kedutan (kejang) otot pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada

mata dapat menimbulkan hanya berupa miosis atau pandangan kabur

saja. Inhalasi dalam konsentrasi kecil dapat hanya menimbulkan sesak

nafas danbatuk. Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan

neurotoksisitas lama dan organophosphorus-induced delayed

neuropathy (OPIDN).

Sindrom ini berkembang dalam8-35 hari sesudah pajanan

terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai daritungkai

bawah bagian distal, kemudian berkembang kelemahan pada jari dan

kaki berupafoot drop. Kehilangan sensori sedikit terjadi.Demikian juga

refleks tendon dihambat.

c. Keracunan Obat-Obatan

1) Asetaminofen

Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:

a) Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampak gejala.

b) Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil

pemeriksaan menunjukan bahwa hati tidak berfungsi secara

normal.

22

Page 23: 3. REVISI

c) Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut;

pemeriksaan menunjukan bahwa hati hampir tidak berfungsi,

muncul gejaa kegagalan hati.

d) Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau

meninggal akibat gagal hati.

Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah

segera memberikan sirup ipekak untuk merangsang muntah dan

mengosongkan lambung. Di rumahs sakit dimasukan selang

kedalam lambung melalui hidung unruk menguras lambung dengan

air. Untuk menyerap asetaminoven yang tersisa bisa diberikan

arang aktif melalui selang ini. Kadar asetaminoven dalam darah

dapat diukur 4-6 jam kemudian. Jika anak telah menelan sejumlah

besar asetaminofen (terutama jikakadarnya dalam darah sangat

tinggi), biasanyadiserikan asetilsistein untuk mengurangi efek

racun dari asetaminoven, yang diberikan setelah aran dikeluarkan

Kegagalan hati bisa mempengaruhi kemampuan darah

untuk membeku, karena itu diberikan suntikan vitamin K1

(fitonadion). Mungkin perlu diberikan transfuse plasma segar atau

factor pembekuan. Prognosis tergantung kepada jumlah

asetaminofen yang tertelan dan tindakan pengobatan. Jika

pengobatan dimulai dalam waktu 8 jam setelah keracunan, atau

dosis yang tertelan masih di bawah dosis racun, maka prognosisnya

baik.

2) Aspirin

Overdosis aspirin (salisilisme) pada anak yang telah

meminum aspirin dosis tinggi selama beberapa hari biasanya lebih

berat. Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak

wintergreen (metilsalisilat), yang merupakan komponen dari obat

gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat meninggal

karena menelan kurang dari 1 sendok teh metilsalisilat murni.

Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah diikuti

23

Page 24: 3. REVISI

dengan pernafasan yang cepat, hipersensitivitas, peningkatan suhu

tubuh dan kadang kejang. Anak menjadi mengantuk, mengalami

kesulitan bernafas dan pingsan. Kadar aspirin yang tinggi dalam

darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa

menyebabkan dehidrasi. Tindakan darurat yang dapat dilakukan

adalah :

a) Dilakukan pengurasan lambung segera mungkin.

Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan arang aktif melalui

mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung.

b) Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan

minum banyak seperti susu maupun jus buah.

c) Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan

melalui infus.

d) Demam diatasi dengan kompres hangat,

e) Untuk mengatasi perdarahan bisa diberikan vitamin K1.

Prognosis tergantung kepada kadar salisilat dalam darah.

Kadar yang bisa menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg

berat badan

B. Patofisiologi

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu

faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat

mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ-

organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,

muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah

dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia).

Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL

dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun

(IFO) dapat menghambat (inktivasi) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).

Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid

(AKH) dengan jalan mengikat Akh- KhE yang bersifat inakttif. Bila

24

Page 25: 3. REVISI

konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi.

Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat- tempat tertentu, sehingga

timbul gejala- gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan

menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi

kemudian depresi SSP)

25

Page 26: 3. REVISI

Bahan non korosif (Co) Terhirup Alveolus

Terjadi difusi HB-CoCoHbMenghalangi ikatan o2 dengan HB

(OKSIHEMOGLOBIN)Hipoksia

kemoreseptor

Ansietas

otak s. kardio Saraf simpatis dan pemb.darah

Sistem pernafasan

O2 ↓

Pandngan buram

Resiko cedera

Aktvtas jantung ↑ Sianosis perifer

Perbhan perfusi Jar.perifer

Frekuensi nafas

Pola nafas tdk efektif

Perlu energi ↑

kelelahan

Intoleransi aktivitas

↓ perfusi jar. ke otak curah jantung ↑

Tensi ↑Nafas ↑Nadi ↑Sakit kepala

Nyeri akut

Bahan korosif (Asam Hipoklosit)

Tertelan Iritatis Toxin Perdarahan

Ulseratif Sal.cerna

malabsorbsiPenyerapan melalui usus halusDestruktif sel epitel pd sal.cerna bag.atas

Resiko ↓ volume

cairan dan elektrolit

Beredar keseluruh tubuh melalui vena porta

Hati

Nyeri pada dada dan ulu hati

Defisit pengetahuan

Nyeri

Ansietas

obstruktif

Ujung distal usus besar

Hambatan implus ke SSP

Penurunan peristaltik

Konstipasi

Polorus

Muntah

Perubahan pemenuhan

nutrisi

SSP (Otak)

Perubahan perfusi

jar.cerebral

Kesulitan bernafas

Kompensasi

unkompensasi

Toxin dinonaktifkan

Destruktif sel hepatosik

Hepatitis

C. Pathway Keracunan Non Korosif Dan Korosif

26

Page 27: 3. REVISI

D. Manifestasi Klinis

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus

b. Hiperaktivitas kelenjar

ludah dan keringat

c. Gangguan Saluran

pencernaan

d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Tremor pada lidah dan

kelopak mata

f. Pupil miosis

3. Keracunan sedang

a. Nausea

b. Muntah – muntah

c. Kejang dan kram perut

d. Hipersalifa

e. Hiperhidrosis

f. Fasikulasi otot

g. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negatif

c. Sesak nafas

d. Sianosis

e. Edema paru

f. Inkontinensia urine dan feses

g. Kovulsi

h. Koma

i. Blokade jantung akhirnya

meninggal

E. Komplikasi

1. Syok Neurogenik

2. CHF

3. Gagal ginjal

F. Penatalaksanaan

1. Prinsip Penatalaksanaan

a. Mencegah / menghentikan penyerapan racun

b. Pengobatan simptomatik

27

Page 28: 3. REVISI

1) Racun yg tertelan

a) Encerkan racun yang ada dilambung dengan cairan yg banyak;

cairan yg dipakai ; air biasa, susu, norit yg dilarutkan

b) Emesis (muntah), upayakan pasien muntah efektif bila

dilakukan dalam 4 jam sejak masuknya racun

c) Emesis dapat dilakukan dengan colok di faring dg jari, bila

pasien sadar

d) Emesis tdk boleh dilakukan pada keracunan zat korosif, pasien

tdk sadar

e) Bila tdk sadar pasang NGT, bilas lambung

2) Racun melalui kulit/mata

a) Pakaian yg terkontaminasi dilepas

b) Cuci/bilas bagian yg terkena racun dg air

c) Perhatikan jangan sampai penolong ikut terkena racun

3) Racun melalui inhalasi (NAFAS)

a) Pindahkan penderita ke tempat yg aman

b) Beri O2

c) Jangan lakukan pernafasan mulut ke mulut

2. Tindakan Emergensi

a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

b. Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan

atau pernafasan tidak adekuat

c. Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan

perbaiki perfusi jaringan.

3. Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa

pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2,

hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan

saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari

pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan

28

Page 29: 3. REVISI

meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan

dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

4. Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi

hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda

usaha -usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.

5. Mengurangi absorbsi

Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan

dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun

dengan karbon aktif dan membersihkan usus.

6. Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis

basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiografi

EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang

menyebabkan penundaan disritmia atau konduksi.

2. Radiologi

Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk

menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.

3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain

Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar

elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium.

Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti

sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahanstatus mental.

4. Tes fungsi ginjal

Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara langsung.

5. Skrin toksikologi

Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang keracunan,

skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak keracunan, tapi mungkin

29

Page 30: 3. REVISI

racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui

toksin apa saja yang diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga

pemeriksaannya bisa efektif.

H. Pencegahan

1. Masak masakan sampai benar - benar matang karena racun akan tidak aktif

dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 0C selama 1 menit, pada

suhu 80 0C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan

pemanasan 120 0C

2. Letakkan bahan- bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh

dari jangakauan anak - anak

3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya

4. Hindari pemakaian botol atau kaleng bekas

5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat - obatan

6. Perhatikan petunjuk tanggal atau masa kadaluarsa

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien

b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari

korban atau dari orang-orang yang mengetahuinya

c. Identifikasi sumber dan jenis racun

d. Kaji tentang bentuk bahan racun

e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien

f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun

g. Pemeriksaan Fisik

1) Bau

a) Aceton  : methanol, isopropyl, alcohol, acetyl salicylic acid

b) Coal gas  : carbon monoksida

c) Buah per  : clorahidrat

d) Bawang putih  : arsen, fosfor, thalium, orgofosfat 

e) Alcohol  : ethanol, methanol

30

Page 31: 3. REVISI

f) Minyak : minyak tanah atau destilat minyak

2) Kulit

a) Kemerahan: Co, cyanide, asam borax, anticholinergic

b) Kering : anticholinergic

c) Berkeringat : amfetamin, LSD, organofosfat, cocain,

barbiturate

d) Bulla  : barbiturate, carbonmonoksida

e) Ikterus : acetaminophen, carbon-tetra-chlorida, Fe, fosfor,

jamur 

f) Purpura  : aspirin, wafarin, gigitan ular

g) Sianosis  : nitrit, nitrat, fenacetin, benzocainc

3) Suhu Tubuh

a) Hipotermi : sedative hipnotik, ethanol, carbon monoksida,

clonidin, fenothiazin

b) Hyperthermia : anthicolinergic, salisilat, afetamin, cocain,

fenothiazin, theofilind

4) Tekanan Darah

a) Hipertensi : simpatomimetik, organofosfat, amfetamin

b) Hipotensi  : sedative hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, 

beta blocker 

5) Nadi

a) Bradikardi  : digitalis, sedative hipnotik, beta-blokke.

b) Takikardi : antikolenergik, amfetamin, simpatominetik,

alcohol, oksin, aspirin, theofilin 

c) Aritmia : antikolenergik, organofosfat, fenothiazin, cyanide,

beta-blokker

6) Selaput Lendir

a) Kering : antikolenergik

b) Salivasi  : organofosfat, carbamat

c) Lesi mulut : bahan korosif, paraquat

d) Lakrimasi  : kaustik, organofosfat, gas iritang.

31

Page 32: 3. REVISI

7) Respirasi

a) Depresi  : alkhohol, narkotika, barbiturate, sedative hipnotik

b) Tachipnea : salsilat, amfetamin, carbonmonoksida

c) Kussmaul  : methanol, ethylene gycol, salsilath.

8) Oedem Paru : salsilat, narkotika, simpatominetik

9) Susunan Saraf Pusat

a) Kejang  : amfetamin, fenothiazin cocain, camfer, tembaga,

soniazid, organofosfat

b) Miosis  : narkotika, fenothiazin, diazepam, barbiturate,

jamur.

c) Buta  : methanol

d) Fasikulasi  : organofosfat

e) Nistagamus : barbiturate, ethanol, karbon monoksida.

f) Hipertoni  : antikolenergik, fenothiazin

g) Rigiditas  : antikolenergik, fenothiazin, haloperidol

h) Delirium : antikolenergik, simpatominetik, alcohol,

fenothiazin, logam berat, cocain, heroin.

i) Koma : alkhohol, sedative hipnotik, carbonmonoksida,

narkotika, anti depresi

j) Paralise  : organofosfat, carbonat, logam berat 

10) Saluran Pencernaan

a) Muntah, diare : besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium,

flourida, organofosfat.

b) Nyeri perut (korosif)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan Keracunan Non Korosif

1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru akibat akumulasi udara

2) Peningkatan curah jantung berhubungan dengan perubahan tahanan

vaskuler sistemik

32

Page 33: 3. REVISI

3) Resiko tinggi cidera berhubungan dengan respon saraf autonom

pada perubahanstatus sistem yang tiba-tiba

4) Ansietas

berhubungan dengan merasakan adanya ancaman kematian

5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

6) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan perubuahan aliran darah

7) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular

cerebral

b. Diagnosa Keperawatan Keracunan Korosif

1) Resiko penurunan  volume cairan  dan  elektrolit berhubungan

dengan adanya perdarahan.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya

gangguan integritas mukosa pada saluran cerna.

3) Difisit pengetahuan berhubungan dengan kuarangnya informasi.

4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dan ancaman

kematian.

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek

tokxinpada pencernaan.

6) Konstipasi berhubungan dengan adanya penurunan peristaltic

usus oleh karena obstruksi saluran cerna bagian bawah

7) Kesulitan bernafas berhubungan dengan defresi susunan

saraf pusat.

8) Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

perubahan alirandarah

3. Intervensi Keperawatan

a. Intervensi Keperawatan Keracunan Non Korosif

No.DX

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas

a. Pantau tingkat / kedalaman pola pernafasan

a. Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin

33

Page 34: 3. REVISI

klien kembali efektif dengan kriteria hasil :- Pasien mampu

mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat pernafasan yang normal

- Paru-paru pasien bersih, bebas dari cianosis, dan tanda-tanda gejala hipoksia lain

b. Catat periode apnea,pernafasan sheyne-stokes

c. Auskultasi bunyi nafas

d. Catat pengembangan dada

e. Pertahankan posisi tidur yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur

f. Berikan tambahan O2

berubah secara drastisb. Bunyi nafas dapat menurun

atau tidak ada pada lobus,segmen paru, atau seluruh area paru(unilateral)

c. Area atelektasi bila tidak ada bunyi nafas, dan pada area yang kolaps menurun bunyinya, evaluasi juga dilakukan untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pneumotoraks

d. Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru

e. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru

f. Hipoksia pada susunan saraf pusat mengakibatkan depresi pernafasan

2 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan curah jantung klien kembali normal dengan kriteria hasil :- Tanda-tanda vital

dalam batas normal

a. Pantau tanda-tanda vital

b. Tinggikan posisi kepala tempat tidur

c. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya perubahan bunyi nafas adventisius seperti stidor, gallop, ronkhi dan mengi

d. Berikan O2 tambahan

e. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan AGD

a. Hipertermi yang terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan pada otak. Yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran. Adanya peningkatan suhu, menunjukan pasien berada dalam tahap infeksi baik karena dehidrasi

b. Tekanan diagfragma bagian bawah menjadi berkurang, sehingga inflasi paru menjadi meningkat

c. Perubahan bunyi nafas menunjukan pasien mengalami perubahan ke arah yang memburuk seperti adanya penurunan kesadaran ataupun pasien jatuh ke dalam penyakit paru-paru seperti edema paru dan pneumonia

d. Hipoksia yang terlalu lama mempengaruhi susunan saraf pusat dapat membuat pasien mengalami deperesi nafas yang hebat

e. Hasil pemeriksaan AGD dapat menunjukan kadar O2 dalam darah sehingga dapat dilakukan/diberikan obat-

34

Page 35: 3. REVISI

f. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan iv dan obat-obatan

obatan oleh dokter yang mampu mempertahankan kadar O2 dalam darah pasien

f. Cairan IV dapat mencegah terjadinya syok

3 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera kepala tidak terjadi dengan kriteria hasil :- Trauma pada

pasien tidak terjadi- Pasien mengerti

tentang keadaan sakit yang dialaminya saat ini

- Pasien kooperatif dalam setiap tindakan yang diberikan

a. Pasang bantalan lunak atau penghalang pada tempat tidur

b. Pantau adanya kejang/ kedutan pada kaki, tangan dan wajah

c. Pertahankan tirah baring selama fase akut,berikan bantuan pada pasien sesuai kebutuhannya

d. Berikan penjelasan pada pasien tentang apa yang sedang dialami dan apa tujuan setiap tindakan yang diberikan

a. Mengurangi terjadinya trauma akibat jatuh dari tempat tidur saat pengobatan karena pasien mengalami penurunan ketajaman pandang

b. Mencerminkan adanya hipoksia pada ssp yang dapat mempengaruhi kerja saraf yang lain termasuk saraf penglihatan

c. Meurunkan resiko jatuh

d. Akan mampu meningkatkan kesadaran pasien tentang keadaannya saat ini

4 Setelah diberikan asuhan keperawtan diharapkan ansietas klien menurun atau hilang dengan kriteria hasil :- Pasien akan

melaporkan adanya tingkat penurunan kecemasan yang dialaminya

- Pasien menunjukan keadaan yang relaksasi

- Pasien dapat mengidentifikasikan kecemasan yang dialaminya dan mampu mengontrol diri dan situasi

a. Kaji tingkat kecemasan pasien secara terus menerus

b. Orientasikan pada pasien terhadap keadaan sekelilingnya waktu dan orang-orang yang ada bersama pasien

c. Jelaskan tentang semua tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

d. Anjurkan pasien untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya

a. Peningkatan kecemasan akan mengacu pada pasien tidak mau berespon terhadp lingkungan

b. Pengetahuan tentang dimana pasien akan meningkatkan rasa aman

c. Pasien akan merasa aman dan kooperatif

d. Doa akan menyebabkan psikologis pasien merasa aman

5 Setelah diberikan asuhan keperawata diharapkan pemenuhan informasi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :- Klien menyatakan

pemahaman

a. Kaji kemampuan pengetahuan pasien dan orang-orang terdekat

b. Jelaskan efek dari adnya peningkatan keja jantung

a. Kesalahan persepsi dari pasien maupun orang-orang terdekat tentang kondisi yang dialami saat ini akan mempengaruhi kemajuan kondisi pasien

b. Memberikan pemahaman dasar tentang efek dari

35

Page 36: 3. REVISI

tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

- Klien dapat mengidentifikasi hubungan tanda gejala dengan proses penyakit

c. Berikan penguatan tentang pentingnya kerjasama dalam pengobatan dan pertahanan perjanjian tindak lanjut

d. Jelaskan tentang obat yang akan diberikan dan efek sampingnya

peningkatan kerja jantungc. Alasan kurangnya kerjasama

umum terjadi dalam kegagalan terapi

d. Informasi yang adekuat tentang efek samping dan pemahaman tentang efek samping dari obat akan mengurangi tingkat kecemasan pasien dan keluarga

6 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perfusi jaringan kembali normal

a. Awasi TTV

b. Lakukan pengkajian neuromuscular

c. Kolaborasi dalam pemberian IV periodik/produk darah sesuai indikasi

d. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan adanya perubahan perfusi

a. Indikasi umum status sirkulasi dan keadekuatan perfusi

b. Gangguan sirkulasi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pada seluruh jaringan tubuh

c. Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan

d. Mungkin berguna dalam mencegah pembentukn thrombus, Mencegah adanya gangguan sirkulasi dan kerusakan perifer lebih lanjut

7 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :- Pasien mampu

melaporkan tingkat nyeri berkurang atau hilang

- Pasien relaks, tidak gelisah dan tidak enunjukan gejala-gejala nyeri nonverbal lainnya

a. Kaji tingkat nyeri

b. Onbservasi tanda-tanda nyeri non verbal

c. Berikan kompres lembab/kering pada kepala sesuai kebutuhan pasien

d. Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai dengan indikasi

a. Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.

b. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami

c. Kompres dapat meningkatkan sirkulasi dan mampu menimbulkan relaksasi

d. Pendekatan serangan sakit kepala 60-70 % pada beberapa pasien dapat menurunkan hipoksia yang berhubungan dengan perubahan tekanan vaskuler cerebral

b. Intervensi Keperawatan Keracunan Non Korosif

No.DX

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

36

Page 37: 3. REVISI

1 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan volume cairan dan elektrolit seimbang dengan KH :

- pasien menunjukan perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit dibuktikan oleh haluran urin yang adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler cepat

a. catat karakteristik muntah dan perdarahan

b. awasi TTV

c. Catat respon fisiologis pasien terhadap perdarahan

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan/darah sesuai indikasi

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan selang NGT pada perdarahan akut

f. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi

a. Membantu menentukan penyebab distres pada gaster

b. Perubahan TD dan nadi dapat dijadikan indikator perkiraan kehilangan darah

c. Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya episode perdarahan

d. Penggantian cairan tergantung dari derajat hipovelemia dan lamanya perdarahan

e. Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster

f. Obat-obatan tersebut berfungsi sebagai penghambat H2 menurunkan produksi asam gaster dan meningkatkan PH gaster dan untuk penyembuhan

2 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien terkontrol dan hilang dengan KH :

- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang dan bahkan hilang

- Pasien tampak rileks

a. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi,lama dan intervensinya (1-10)

b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

c. Catat petunjuk nyeri non verbal

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

a. Nyeri tidak sesuai bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya

b. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan therapi

c. Petunjuk non verbal dapat berupa fisiologi dan patofisiologi

d. Analgetik dapat menurunkan fase nyeri yang hebat dan dapat menurunkan peristaltic usus

3 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pemenuhan kebutuhan informasi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :

- Klien menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

- Klien dapat mengidentifikasi hbungan tanda/gejala dengan proses

a. Sadar dan hadapi ansietas pada psien dan keluarga

b. Berikan peran aktif pasien atau orang terdekat dalam proses belajar seperti diskusi tentang keadaan pasien

c. Kaji kemampuan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap penyakit yang dihadapi pasien saat ini

d. Informasikan semua tindakan yang akan ilakukan

a. Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendengar dan mengasimilasi informasi

b. Belajar akan dapat ditingkatkan apabila individu dapat secara aktif terlibat

c. Membantu dalam memperlancar pelaksanaan perencanaan yang dibuat untuk proses kesembuhan pasien

d. Pasien dan keluarga mengerti dan memahami pentingnya tindakan yang dilakukan

37

Page 38: 3. REVISI

penyakit4 Setelah diberikan

asuhan keperawatan diharapkan ansietas klien menurun atau hilang dengan KH :- Pasien akan

melaporkan adanya tingkat penurunan kecemasan yang dialaminya’pasien menunjukan keadaan yang relaksasi

- Pasien dapat mengidentifikasi kecemasan yang dialaminya dan mampu mengontrol diri dan situasi

a. Identifikasi penyebab ansietas

b. Kembangkan hubungan saling percaya

c. Informasikan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan

a. Dengan melibatkan pasien dalam proses pengobatan akan menurunkan tingkat ansietas pasien

b. Meningkatkan perasaan pasien sebagai manusia,menurunkan perasaan curiga

c. Meningkatkan rasa kepercayaan dan menurunkan ansietas

5 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :- Nafsu makan

meningkat- BB naik- Kebutuhan nutrisi

terpenuhi- Pasien tidak

menunjukan penurunan status gizi

a. Evaluasi adanya kualitas bising usus

b. Catat adanya mual,muntah dan diare

c. Kolaborasi dalam mengusahakan status puasa sesuai dengan indikasi

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi melalui IV

e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan seperti antasida dan vitamin

a. Iritasi pada membran mukosa saluran cerna terutama pada gaster dapat mengekibatkan nyeri pada epigastrium

b. Mual dan muntah adanya tanda yang sering muncul reaksi gangguan gastroentistinal

c. Memberikan istirahat pada gastrointestinal untuk menurunkan efek yang berbahaya pada stimullasi lambung

d. Nutrisi yang diberikan secara IV tidak akan mengganggu proses istirahat gastrointestinal

e. Antasida dapat menurunkan iritasi lambung, vitamin dapat menggantikan kehilangan vitamin tubuh

6 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan BAB klien lanacar dengan KH :- Klien melaporkan

tidak konstipasi- Peristaltik usus

normal

a. Pantau pergerakan usus pasien

b. Pantau keadekuatan masukan cairan

c. Kolaborasi dalam pemantauan pemeriksaan lab dan rontgen

a. Mengidentifikasi masalah konstifasi pada pasien

b. Ketidakadekuatan masukan cairan dapat menimbulkan konstifasi

c. Adanya ketidakseimbangan dalam pemeriksaan elektrolit menunjukan ketidakadekuatan nutrisi IV yang masuk kedalam tubuh pasien. Dengan adanya rontgen dapat menunjukan posisi kelainan pada gastrointestinal

38

Page 39: 3. REVISI

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang semua hasil pemeriksaan lab dan rontgen

e. Lavement bila tergantung indikasi

d. Pasien dan keluarga paham dengan penyebab mengapa pasien tidak buang air besar

e. Lavement dapat membantu mengeluarkan isi usus bagian bawah.

7 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak kesulitan bernafas dengan KH :

- RR normal- Pasien rileks

a. Pertahankan bantalan lunak dan penghalang tempat tidur dengan posisi tempat tidur rendah

b. Catat tipe aktifitas kejang seperti lokasi, lamanya, tanda penurunan kesadaran

c. Observasi munculnya tanda status epileptikus

d. Kolaborasi dalam pemberian Oksigen 4-6 l/menit

e. Kolaborasi dalam pemberian obat anti koagulan dosis rendah sesuai indikasi

f. Kolaborasi dengan petugas lab. Untuk pemeriksaan kadar oksigen dalam darah

a. Mengurangi trauma saat kejang selama pasien berada di tempat tidur

b. Membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami hipoksia

c. Hal ini merupakan keadaan darurat yang mengancam hidup dapat mengakibatkan henti nafas

d. Oksigen akan membantu mengurangi hipoksia

e. Mungkin berguna dalam mencegah dalam pembentukan thrombus

f. Dengan diketahuinya kadar oksigen dalam darah dapat menentukan tindakan segera

8 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perfusi serebral kembali normal

-

a. Tinggikan tempat tidur, tempat kepala posisi sedang

b. Observasi pupil atau perubahan TTV,tingkat kesadaran atau fungsi motorik

c. Dorong istirahat dan ketenangan

d. Pantau TD dan TTV

e. Kolaborasi dalam pemberian O2 4-6 l/menit

a. Memindahkan aliran darah vena sehingga dapat mengurangi resiko kongesti vaskular

b. Memberikan deteksi awal dan intervensi untuk meminimalkan perlukaan pada susunan saraf pusat

c. Meningkatkan relaksasi dan dapat membantu menurunkan tekanan darah

d. Mengevaluasi kebutuhanefektivitas intervensi

e. Oksigen akan membantu mengurangi hipoksia pada jaringan perifer karena suplai oksigen ke otak mencukupi

4. Evaluasi

a. Evaluasi Diagnosa Keperawatan Keracunan Non Korosif

1) Pola nafas klien efektif

2) Curah jantung normal

39

Page 40: 3. REVISI

3) Tidak terjadi cedera

4) Ansietas berkurang

5) Pemenuhanan informasi terpenuhi

6) Perfusi jaringan perifer normal

7) Nyeri terkontrol

b. Evaluasi Diagnosa Keperawatan Keracunan Korosif

1) Volume dan cairan elektrolit seimbang

2) Nyeri terkontrol atau hilang

3) Pemenuhan informasi klien terpenuhi

4) Ansietas berkurang

5) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

6) BAB klien lancer

7) Klien tidak kesulitan bernafas. 

8) Perfusi serebral normal

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia

dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang

menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik

kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.

Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena

masalah toksik.

Gambaran klinis yang paling menonjol pada keracunan adalah

kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan gangguan saluran

pencernaan, serta kesukaran bernafas. Adapun gejala ringan meliputi

Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah, kelopak

mata, pupil miosis.

40

Page 41: 3. REVISI

Yang terjadi pada keracunan sedang adalah nausea, muntah-muntah,

kejang atau kram perut,  bradikardi. Dan pada keracunan berat terjadi diare,

reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia urine

dan feces, koma. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan meliputi :

tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah

penyerapan dan penawar racun (antidotum) yang meliputi resusitasi : Air way,

breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan

dengan cara kumbah lambung, emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.

B. SARAN

Sebagai seorang calon petugas kesehatan khususnya perawat, kita

hendaknya turut serta dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang racun

dan keracunan. Disini selain sebagai seorang praktisi kesehatan, perawat juga

berperan untuk memberikan health education kepada masyarakat. Selain itu,

pengetahuan yang kita miliki mengenai racun dan keracunan akan

memberikan manfaat yang baikbagi kita, karena dengan pengetahuan yang

cukup maka kita akan dapatmenentukan rencana perawatan yang tepat bagi

klien

41

Page 42: 3. REVISI

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. vol.3. Jakarta: EGC.

Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.Fitrirosdiana.2011.

Cooper Lenna F,B.S.,M.A,M.H.E,Sc.D, dkk. Nutrition in Health and Disease, Thirteenth Edition, Hal: 198-200.

Gaman P.M, dan Sherrington, 1994, Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasan Rusepno, dr, dkk, 1985. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi Ketiga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal: 967 -973.

http://cariilmu92.blogspot.com/p/ciri-ciri-jamur-beracun.html. Diunduh Tanggal 26 September 2013.

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/. Diunduh Tanggal 24 September 2013.

42

Page 43: 3. REVISI

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe_bongkr%C3%A8k. Diunduh Tanggal 24 September 2013.

http://mediskus.com/penyakit/keracunan-singkong.html#ixzz2fxcGIZ6d. Diunduh Tanggal 26 September 2013.

http://pecelbule.com/596/cara-mengkonsumsi-bayam-tanpa-keracunan/. Diunduh Tanggal 26 September 2013.

http://perpustakaan.pom.go.id. Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM RI. Diunduh Tanggal 24 September 2013

http://www.deherba.com/mengkonsumsi-kerang-berlebihan-berpotensi-terkena-bahaya-logam-berat/. Diunduh Tanggal 24 September 2013.

Manik, Murniati. 2003. Keracunan Makanan : Food Poisoning. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika.

Sediaoetama Achrnad Djaeni Prof.Dr, 1989. Ilmu gizi, Jilid II, Dian Rakyat, Jakarta, Hal: 159 -181.

43