3. metode penelitian 3.1. jenis penelitian · 23 universitas kristen petra 2003, p.119). beberapa...
TRANSCRIPT
21
Universitas Kristen Petra
3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kuantitatif, karena
wilayah penelitiannya berupa perilaku sosial, yang memiliki gejala yang tampak,
dapat diamati, dapat dikonsepkan dan dapat diukur sebagai variabel-variabel yang
muncul di masyarakat (Bungin, 2009, p.34). Jenis penelitian kuantitatif
menghasilkan data yang berbentuk angka-angka yang kemudian akan dioleh
kedalam komputer dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.
Menurut ragam penelitian kuantitatif berdasarkan tujuannya, penelitian ini
disebut sebagai penelitian deskriptif. Penelitian format deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, sebagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan
apa yang terjadi (Bungin, 2009, p.42).
3.2. Gambaran Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek ini bisa menjadi seumber data
penelitian (Bungin, 2009, p.99).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya yang
minimal berusia 17 tahun. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dipendukcapil)
kota Surabaya mencatat bahwa jumlah penduduk Surabaya saat ini adalah sebesar
3.106.829 orang (hingga 4 Oktober 2012). Dari data tersebut, terdapat 1.876.000
penduduk yang sudah berusia 17 tahun dan memiliki Kartu Tanda Penduduk atau
KTP Surabaya (Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia, September, 2012).
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah penguji sebagian dari target populasi dan sebagian tersebut
harus hati-hati dipilih untuk mewakili populasi (Cooper & Schindler, 2008).
Dalam istilah penelitian kuantitatif, menurut Bungin (2009, p.101) objek
22
Universitas Kristen Petra
penelitian yang kecil ini disebut sampel total, yaitu keseruhan populasi merangkap
sebagai sampel penelitian.
Besar sampel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 300
responden. Menurut Bungin (2003, p.105) penentuan jumlah sampel dapat
dilakukan dengan berdasarkan rumus berikut ini:
n = N
N (d)2 +1
Dimana:
n : Jumlah sampel yang dicari
N : Jumlah populasi
d : Nilai presisi (ditentukan dalam hal ini sebesar 94% atau 0.06)
Dalam penelitian ini, perhitungannya adalah sebagai berikut:
n = 1.876.000
1.876.000 (0.06)2 + 1
= 1.876.000
6.754,6
= 277,74
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, sampel dalam penelitian ini di dapat
sebesar 277,74 responden, yang dibulatkan keatas menjadi 300 responden. Nilai
presisi yang ditetapkan sebanyak 6% artinya ketelitian dalam pengukuran estimasi
adalah 94% dan kesalahan yang ditoleransi sebesar 6%.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling
(sampel nonprobabilitas). Pada rancangan sampel non probabilitas, penarikan
sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas, artinya
bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel
penelitian. Hal ini dikarenakan sifat populasi itu sendiri yang heterogen (Bungin,
2009, p.109).
Ada beberapa kriteria yang ditentukan untuk pengambilan sampel dalam
penelitian ini. Kriteria-kriteria tersebut dimaksudkan untuk membantu peneliti
dalam memilih sampel yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan maksud
penelitian, atau yang lebih dikenal dengan istilah judgement sampling (Kuncoro,
(3.1)
23
Universitas Kristen Petra
2003, p.119). Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel dalam
penelitian ini antara lain :
1. Responden adalah penduduk asli kota Surabaya yang memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Surabaya.
2. Responden adalah penduduk kota Surabaya yang selama 3 bulan terakhir
menetap di Surabaya, yakni terhitung dari 3 bulan sebelum kuesioner
dibagikan (periode Agustus – November 2012).
3. Responden mengkonsumsi produk pastry dan bakery minimal satu kali dalam
satu minggu.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang
diperoleh di lokasi penelitian. Data dikonsepkan sebagai segala sesuatu yang
hanya berhubungan dengan keterangan tentang suatu fakta dan fakta tersebut
ditemui oleh peneliti di lokasi penilitian (Bungin, 2009, p.119).
Sumber data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder, yang dapat dijelaskan debagai berikut:
1. Sumber data Primer :
Sumber data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat Surabaya yang
ditemui oleh penulis, melalui jawaban kuesioner yang dibagikan oleh penulis.
Bungin (2009) mendefinisikan data primer sebagai data yang langsung
diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian
(p.122).
2. Sumber data Sekunder :
Sumber data yang diperoleh dari sumber lain yang berguna dan mendukung
penelitian ini, seperti media cetak (buku pelajaran, majalah, koran, artikel),
media elektronik (website, artikel, jurnal ilmiah) dan sumber – sumber lain
seperti hasil survei atau penelitian yang dilakukan oleh badan atau lembaga
resmi yang diakui pemerintah. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau dari sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin,
2009, p.122).
24
Universitas Kristen Petra
3.4. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipilih adalah metode angket atau yang
disebut pula sebagai metode kuesioner. Metode angket merupakan serangkaian
atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk di
isi oleh responden dan kemudian setelah di isi dikembalikan kepada peneliti
secara langsung (Bungin, 2009, p.123).
Adapun prosedur pengumpul data dengan menggunakan media kuesioner
dijelaskan sebagai berikut:
1. Membagikan 300 kuesioner kepada masyarakat Surabaya. Pembagian
kuesioner ini dilakukan mulai pada 08 – 15 November 2012.
2. Dari 300 kuesioner yang dibagikan, 90 kuesioner (30%) dari jumlah total
kuesioner dibagikan secara online melalui internet dengan media Google
Docs. Link dari kuesioner tersebut disebarkan melalui berbagai macam media
sosial (Facebook, Twitter, maupun via Blackberry Messenger) dan juga
melalui e-mail. Penyebaran ini dilakukan secara personal, tidak menggunakan
sistem broadcast secara masal.
3. Kuesioner yang dibagikan dengan cara tatap muka secara langsung kepada
responden adalah sebanyak 210 kuesioner (70%). Kuesioner tersebut
disebarkan di beberapa tempat di Surabaya, antara lain: di lingkungan
Universitas Kristen Petra, Food Court Galaxy Mall, Food Court City of
Tommorow, Food Court Grand City Mall, beberapa instansi perbankan
(Bank Mandiri, Bank CIMB Niaga, Bank Permata), pusat kebugaran, salon
kecantikan, Taman Kanak–Kanak Godwins School, dan di beberapa rumah
makan.
4. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden terpilih tanpa
mempengaruhi agar tidak terjadi salah pemahaman materi.
5. Responden yang telah melakukan pengisian kuesioner diminta mengum-
pulkan kembali secara langsung kepada penulis, maupun men-submit
jawabannya ke Google Docs.
6. Jawaban kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan proses
penyortiran untuk melihat kelayakan jawaban (validitas jawaban) dengan
kriteria tidak ada jawaban ganda dan pertanyaan terjawab semua.
25
Universitas Kristen Petra
Jawaban responden yang dinyatakan layak, dilakukan tabulasi, yaitu
menyusun angka-angka jawaban responden ke dalam tabel untuk diolah lebih
lanjut.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel yang sudah
diidentifikasikan sebelumnya supaya variabel tersebut dapat diukur dan digunakan
dalam penelitian ini:
1. Perilaku konsumsi
Perilaku konsumsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku
konsumsi Masyarakat Surabaya, yaitu kegiatan-kegiatan masyarakat
Surabaya dalam mendapatkan dan mengkonsumsi produk-produk pastry dan
bakery, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan tersebut. Produk-produk pastry dan bakery yang dikonsumsi
merupakan produk yang didapat langsung dari toko pastry dan bakery,
supermarket atau swalayan, dan kantin, namun tidak termasuk produk-produk
yang bersifat camilan atau snack seperti biskuit (cookies), es krim, dan
permen. Perilaku konsumen dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
Tahap pra-pembelian
Tahap pra-pembelian merupakan tahapan awal seorang konsumen dalam
mencari informasi akan produk-produk pastry dan bakery, serta
menyiapkan sejumlah dana tertentu untuk medapatkan produk tersebut.
Indikator yang akan digunakan untuk tahapan ini adalah:
- Mencari informasi dari media cetak (koran, majalah, tabloid, dan lain
lain).
- Mencari informasi dari media elektronik (TV, radio, website, situs
jejaring sosial, dan lain lain).
- Mencari informasi dari teman atau kerabat dekat.
Tahap pembelian
Tahap pembelian merupakan suatu tahapan dimana konsumen mulai
mencari lokasi dan mencari produk yang diinginkannya. Setelah
menemukan produk yang diinginkan, konsumen akan melakukan transaksi
26
Universitas Kristen Petra
atau pembelian produk. Indikator yang akan digunakan untuk tahapan ini
adalah:
- Membeli produk-produk pastry dan bakery yang dijual di dalam mall.
- Memilih waktu-waktu tertentu untuk membeli produk-produk pastry
dan bakery.
- Menyukai atau terpaku pada merek atau brand produk-produk pastry
dan bakery teretentu.
Tahap paska pembelian
Tahap paska pembelian adalah tahapan akhir setelah konsumen
mendapatkan suatu produk dimana konsumen pada akhirnya akan
mengkonsumsi barang tersebut. Apabila hasil dari konsumsi tersebut
kurang memuaskan maka konsumen akan mengganti produk tersebut
dengan produk lainnya, tetapi apabila hasilnya memuaskan maka
konsumen akan mengkomunikasikan hasil yang memuaskan tersebut
kepada konsumen lainnya. Indikator yang akan digunakan untuk tahapan
ini adalah:
- Mengkonsumsi kembali produk-produk pastry dan bakery yang sama
karena kepuasan yang didapat.
- Memberi saran atau masukan kepada penjual produk-produk pastry
dan bakery setelah mengkonsumsinya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi
Menurut Kotler dan Amstrong (2004), ada dua faktor dasar yang
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Indikator-indikator yang akan digunakan untuk tahapan ini adalah:
- Keluarga: Ayah, Ibu, dan saudara kandung.
- Sanak saudara atau kerabat, seperti Kakek, Nenek, Paman, Bibi.
- Teman atau rekan kerja.
- Pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat utama.
- Variasi produk-produk pastry dan bakery yang beragam.
- Produk pastry dan bakery mudah disimpan.
- Produk pastry dan bakery mudah dibawa.
27
Universitas Kristen Petra
- Kecenderungan untuk menyukai produk pastry dan bakery dari suatu
merek tertentu.
- Sebagai pengganti Sarapan / Makan Pagi.
- Sebagai pengganti makan siang.
- Sebagai pengganti makan malam.
- Sebagai camilan untuk mengisi waktu luang.
- Dapat dikonsumsi tanpa menggunakan peralatan makan.
- Dapat dikonsumsi sambil melakukan pekerjaan yang lain.
- Produk pastry dan bakery diyakini lebih sehat karena kandungan
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang terkandung di
dalamnya
3. Pastry
Pastry merupakan suatu proses pembuatan berbagai jenis kue, ice cream, dan
beberapa jenis hidangan penutup lainnya yang bersifat manis. Dalam
penelitian ini, yang dimaksud dengan produk-produk pastry adalah:
Kue Kontinental (seperti puding, cake atau kue tar, waffle, dan crepes)
Kue Oriental (seperti jajanan pasar, kue-kue tradisional Indonesia, dan
aneka bubur manis)
4. Bakery
Bekery merupakan berbagai jenis olahan roti yang pada umumnya diolah
dengan menggunakan ragi (yeast goods) dan disajikan setelah dipanggang
dalam oven. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan produk-produk
bakery adalah:
Aneka roti (seperti roti tawar, donat, roti isi manis, dan roti isi asin)
Produk laminasi atau lamination product (seperti croissant, puff pastry,
dan Danish)
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan perilaku masyarakat Surabaya
dalam mengkonsumsi produk-produk pastry dan bakery dari sisi demografi, maka
digunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang menggunakan pengukuran
ordinal yang berbentuk rangking, mulai dari rangking yang paling buruk hingga
rangking yang paling baik, dalam mengukur sikap masyarakat (Ikatan
28
Universitas Kristen Petra
Perstatistikaan Indonesia, September, 2010). Dalam menyatakan tingkat
persetujuan terhadap suatu pertanyaan, responden akan memilih salah satu dari
pilihan yang tersedia. Umumnya disediakan 5 pilihan skala dengan format seperti:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju
3.6. Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012), dalam penelitian kuantitaif kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan obyektif (p.455).
Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
pebelitian (Sugiyono, 2012, p.455).
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan
pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik
untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung
korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai
rumus korelasi Product Moment, sebagai berikut :
Melalui persamaan diatas, item instrumen dianggap valid jika lebih besar
dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung >
r tabel maka valid.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam
hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden
yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas
instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan
(3.2)
29
Universitas Kristen Petra
untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah rumus Spearman Brown, yaitu
sebagai berikut:
Dimana:
R11 = Nilai reliabilitas
Rb = Nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik) atau di
atas 0,8 (baik). Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika
instrumen yang digunakan sudah tidak valid dan reliabel maka dipastikan hasil
penelitiannya pun tidak akan valid dan reliabel.
3.7. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini akan digunakan 2 teknik analisa data, yaitu statistik
deskriptif, dan statistik inferensial.
3.7.1. Analisa Statistik Deksriptif
Menurut Sugiyono (2012), statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganilsa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (p.206).
Statistik inferensial adalah teknik sttistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
Teknik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan profil responden, agar
dihasilkan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram serta
perhitungan pengukuran tendensi sentral (mean) dan penyebaran data (standar
deviasi).
1. Rata-rata (mean)
Menurut Kuncoro (2003) rata-rata hitung (arithmetic mean), atau sering
hanya disebut rata-rata, suatu himpunan data kuantitatif adalah menjumlahkan
(3.3)
30
Universitas Kristen Petra
seluruh data dibagi dengan banyaknya data yang ada (p.173). Secara
matematik, rata-rata adalah:
Persamaan 3.1 artinya rata-rata dihitung dari penjumlahan tiap data, dari x1
hingga xN, dibagi dengan banyaknya data (N) yang ada.
2. Standar Deviasi (standart deviation)
Deviasi standar atau standart deviation merupakan ukuran penyimpangan
yang diperoleh dari akar kuadrat dari rata-rata jumlah kuadrat deviasi antara
masing-masing nilai dengan rata-ratanya (Kuncoro, 2003). Secara matematis
standar deviasi dinyatakan sebagai berikut:
3.7.2. Analisa Top Two Boxes dan Bottom two Boxes
Top two boxes atau bottom two boxes membagi skala Likert 1-5 menjadi 2
(dua) kategori yang berbeda. Jawaban pertanyaan responden yang masuk dalam
tingkatan setuju dan sangat setuju (jawaban 4 dan 5) masuk ke dalam kategori Top
Two Boxes, sedangkan jawaban responden yang masuk kedalam tingkatan tidak
setuju dan sangat tidak setuju (jawaban 2 dan 1) masuk ke dalam kategori Bottom
Two Boxes.
3.7.3. Analisa Faktor
Analisa faktor adalah nama umum yang menunjukan kelas prosedur yang
terutama digunakan untuk mereduksi dan meringkas data (Malhotra, 2004, p. 560).
Menurut Malhotra (2004), faktor analisis digunakan dalam keadaan berikut:
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari atau menjelaskan
korelasi antara set variabel.
2. Untuk mengidentifikasi set baru yang lebih kecil dari variabel tidak
berkorelasi untuk menggantikan set asli variabel korelasi dalam analisis
multivariate selanjutnya.
(3.4)
(3.5)
31
Universitas Kristen Petra
3. Untuk mengidentifikasi set yang lebih kecil dari variabel yang menonjol dari
himpunan yang lebih besar untuk digunakan dalam analisis multivariate
selanjutnya.
Secara garis besar, analisa faktor dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Merumuskan Masalah
Untuk melakukan perumusan masalah, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mengidentifikasi tujuan dari analisa faktor. Langkah kedua, variabel-
variabel dianalisa faktor harus ditentukan berdasarkan penelitian terdahulu,
teori, dan penilaian penulis. Selain itu, ukuran sampel harus tepat dan setidak-
tidaknya dilakukan empat atau lima kali jumlah variabel (Malhotra, 2004,
p.562)
2. Membuat Matriks Korelasi
Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik yang digunakan
adalah Barletts Test Sphercity dan Kaiser-Mayer-Oklin (KMO) untuk
mengetahui kecukupan sampelnya. Uji ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Ukuran Ketepatan Kaiser-Mayer-Oklin
UKURAN KMO REKOMENDASI
0,9 Baik Sekali
0,8 Baik
0,7 Sedang
0,6 Cukup
0,5 Kurang
< 0,5 Ditolak
Sumber: Subhas Sharma, 1994 (dalam Suliyanto, 2005, p.123)
3. Penentuan Jumlah Faktor
Penentuan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili variabel-variabel
yang akan dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta presentase
total variannya. Hanya faktor yang memiliki eigenvalue lebih besar dari satu
yang dipertahankan dalam model analisa faktor, sedangkan lainnya
dikeluarkan dari model.
32
Universitas Kristen Petra
4. Rotasi Faktor
Menurut Malhotra (2004, p.568), metode rotasi faktor dalam analisis faktor
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Orthogonal Rotation
Merupakan metode rotasi dengan cara memutar sumbu ke kanan. Metode
ini menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi. Metode orthogonal
rotation yang paling sering digunakan adalah varimax procedure. Metode
ini merupakan metode yang meminimalkan jumlah variabel dengan beban
yang tinggi pada faktor, sehingga meningkatkan intepretasi faktor-faktor.
b. Oblique Rotation
Merupakan metode rotasi dengan cara memutar sumbu tetapi tidak harus
kea rah kanan. Metode ini menggunakan asumsi bahwa ada korelasi antar
faktor.
5. Interpretasi Faktor
Interpretasi difasilitasi dengan mengidentifikasi beberapa variabel yang
memiliki beban besar pada faktor yang sama (Malhotra, 2004, p.569).
Dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang mempunyai faktor
loading minimum 0,4 dengan faktor loading 0,4 dikeluarkan dari model.
a. Penentuan Skor Faktor
Skor faktor adalah gabungan skor diperkirakan untuk masing-masing
responden yang berasal dari faktor-faktor. Jika tujuan dari analisis faktor
adalah untuk mengurangi set variabel original ke set gabungan variabel
lebih kecil (faktor-faktor) dan digunakan di analisis multivariate, ini
berguna untuk menghitung skor untuk masing-masing responden.
33
Universitas Kristen Petra
b. Penyeleksian Surrogate Variabel
Penyeleksian Surrogate Variabel dilakukan dengan memeriksa faktor
matriks, penulis bisa memilih untuk setiap variabel faktor dengan loading
tertinggi pada faktor tersebut (Malhotra, 2004, p.570).
6. Model Fit (Ketetapan Model)
Sebuah asumsi yang mendasar dan berpokok pada analisis faktor adalah
korelasi yang telah diamati antara variabel dapat disebabkan oleh faktor
umum. Oleh karena itu, korelasi antara variabel dapat dikurangi dari korelasi
antara variabel dan faktor yang telah diperkirakan (Malhotra, 2004, p.570).
Suliyanto (2005, pp.118–pp.119) mengatakan bahwa analisis faktor dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pricipal Component Analysis
Merupakan model analisis faktor yang bertujuan untuk melakukan prediksi
terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.
Fm = lm1X1 + lm2X2 + ….. lmpXp
Syarat, m ≤ p
Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:
F = lX, dimana: F = faktor principal components (unobservable)
X = variabel yang diteliti (observable)
l = bobot dari kombinasi linier (loading)
Dengan demikian, secara mudahnya dalam model principal components
analysis, dapat dinyatakan sebagai faktor m terbentuk oleh variabel X1 dengan
bobot kontribusi sebesar lm1 dan variabel X2 dengan bobot kontribusi sebesar
lm2, dan seterusnya.
2. Common Factors Analysis
Merupakan model analisis faktor yang bertujuan untuk mengetahui struktur
dari variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi).
Xp = lp1F1 + lp2F2 + ….. lpmFm + Ɛm
Syarat, m ≤ p
Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:
(3.6)
(3.7)
34
Universitas Kristen Petra
F = lF + Ɛ, dimana: F = common factors (unobservable)
X = variabel yang diteliti (observable)
l = bobot dari kombinasi linier (loading)
Ɛ = specific factros
Dengan demikian, model common factors dapat dinyatakan sebagai variabel
Xp memberikan kontribusi pada faktor F1 dengan bobot kontribusi sebesar lp1
dan kepada faktor F2 dengan bobot kontribusi sebesar lp2, dan juga kepada
faktor lain yang tidak diteliti.
3.7.4. Analisa Statistik Inferensial
Teknik inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan perilaku
sampel yang diuji ditinjau dari sisi demografi (jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan). Oleh karena jenis data yang digunakan
untuk meninjau sisi demografi berbentuk data nominal dan ordinal, maka statistik
inferensial yang digunakan adalah jenis statistik nonparametris (Sugiyono, 2012,
p. 209). Metode-metode yang akan digunakan dalam statistik inferensial
nonparametris adalah:
1. Mann-Whitney U-Test
Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua
sampel independen bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2012, p. 322).
Terdapat dua rumus yang digunakan dalam pengujian ini, kedua rumus
tersebut digunakan dalam perhitungan karena akan digunakan untuk
mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U yang lebih kecil. Harga
U yang lebih kecil tersebut yang akan digunakan untuk pengujian dan
membandingkan dengan U tabel. Rumus yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
U1 = n1 n2 + n1 (n1-1) − R1
2
dan
U2 = n1 n2 + n2 (n2-1) − R2
2
(3.8)
35
Universitas Kristen Petra
Dimana:
n1 = Jumlah sampel 1
n2 = Jumlah sampel 2
U1 = Jumlah peringkat 1
U2 = Jumlah peringkat 2
R1 = Jumlah rangking pada sampel n1
R2 = Jumlah rangking pada sampel n2
2. Analisis Varian Satu Jalan One Way ANOVA
Analisis of variance atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis
multivariate yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua
kelompok data dengan cara membandingkan variansinya (Ghozali,
2009). Analisis varian banyak dipergunakan pada penelitian-penelitian yang
banyak melibatkan pengujian komparatif yaitu menguji variabel terikat
dengan cara membandingkannya pada kelompok2 sampel independen yang
diamati. One-way anova dilakukan untuk menguji perbedaan tiga kelompok
atau lebih berdasarkan satu variabel independen. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Dimana:
k = Jumlah faktor yang mepengaruhi
n = Total jumlah data dalam keseluruhan faktor
(3.9)