3 basis data
TRANSCRIPT
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 1
MATA KULIAH
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
MATERI 3 – DATA GIS
Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S. Si, M. Si
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknik Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum
Jombang, 2014
Fungsi GIS
Fungsi analisis attribut
• Operasi dasar basisdata : pembuatan basisdata, editing, query, dll
• Perluasan basisdata : export dan import basisdata ke sistem basisdata lain, ODBC, query, dll
Fungsi analisis spasial
• klassifikasi, jaringan, analisis 3D, pemrosesan citra digital, dll.
Data dan informasi geografis
peta-peta tematik
Penelitian pengukuran
lapangan kumpulan
data statistik
2
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 2
MODEL-MODEL BASISDATA PADA ATTRIBUT
BERORIENTASI OBYEK
1. Model Tabular
2. Model Hirarki
3. Model Jaringan
4. Model Relasional
3
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
1. MODEL TABULAR
Model tabular merupakan model yang berada
dalam tabel tunggal dan terdapat kaitan antara
tabel satu dengan yang lainnya.
No_sampel Lokasi Material Dominan
301 Gembong pasir
302 Balong Lempung, pasir
302 Pasuruhan Pasir, batuan andesit
Contoh 1. Tabel data sumur sampel air
Contoh 2. Tabel data hasil analisis air isi ulang
No_sampel Lokasi pH Fe2+ (ppm)
301 Gembong 7,98 0.7
302 Balong 8.04 0.14
302 Pasuruhan 8.15 0.7 4
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 3
2. MODEL HIRARKI
Model hirarki merupakan model yang menerapkan hirarki
dalam rekord datanya yang mirip dengan diagram pohon
terbalik. Pola yang digunakan adalah pola hubungan parent-
child. Bagian teratas dari simpul merupakan Root yang
tidak memiliki parent. Parent memilki child yang antara
child tersebut tidak mempunyai hubungan sejajar dan tidak
ada pengulangan rekord (non redundant).
Dalam GIS, model hirarki terutama digunakan dalam
analisis pada obyek geometrinya. Misalnya pada saat
dissolve pada geoprocessing, yang menyatukan beberapa
obyek menjadi stau obyek utama
5
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
2. MODEL HIRARKI
A
B
D E
C
F
6
Level I
Level II
Level III
Model Hirarki mengenal adanya konsep one to one dan one to many.
Keterangan:
A adalah root dan parents bagi B dan C one to many
B dan C adalah child bagi A
B adalah parents bagi D dan E
C adalah parents bagi C dan F adalah child dari F one to one
Akar/root
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 4
3. MODEL JARINGAN
Model jaringan mempunyai kemiripan dengan model hirarki,
tetapi bedanya dalam model jaringan ini rekord child dapat
mempunyai lebih dari satu parent begitu juga sebaliknya.
7
A
B C
D E F G F
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
4. MODEL RELASIONAL
Model relasional merupakan model yang lebih umum
digunakan dalam SIG. Model ini terdiri dari tabel-tabel
data yang ternormalisasi dengan field-field kunci
sebagai penghubung relasional antar tabel.
Model relasional mampu menangkap realitas geografis
melalui set tabel (relasi) yang berkaitan dengan kunci-
kunci (field umum dan attribut umum). Setiap tabel
mengandung satu set rekord dan ternormalisasi untuk
mengurangi pengulangan informasi dan
memaksimumkan intregitas rekord dalam tabel.
8
Hal yang perlu dipahami adalah bahwa pembuat
basisdata perlu mengetahui kenampakan-kenampakan
apa saja yang harus disimpan dalam tabel.
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 5
4. MODEL RELASIONAL …… (LANJUTAN)
Keunggulan model relasional :
1. Merupakan model data yang lengkap secara matematis;
2. Memiliki teori-teori yang solid untuk mendukung accessibility melalui
query, corectness melalui penggunaan aljabar, serta predictability
untuk mengantisipasi atau memperkirakan hasil-hasil dari query
yang diberikan
3. Intregitas yang berguna untuk memastikan bahwa perubahan-
perubahan struktur data tidak mengganggu keutuhan relasi dalam
basisdata
4. Multiple views yang memungkinkan view yang berbeda dari basisdata
yang sama untuk pengguna yang berbeda
Kelemahan model relasional adalah terjadinya dekomposisi struktur data
tabel hingga menjadi kecil dan sederhana pada bentuk normal akan
menyebabkan duplikasi data
9
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
CONTOH MODEL RELASIONAL
10
No_sampel Lokasi Material Dominan
301 Gembong pasir
302 Balong Lempung, pasir
302 Pasuruhan Pasir, batuan andesit
Contoh 1. Tabel data sumur sampel air
Contoh 2. Tabel data hasil analisis air isi ulang
No_sampel Lokasi pH Fe2+ (ppm)
301 Gembong 7,98 0.7
302 Balong 8.04 0.14
302 Pasuruhan 8.15 0.7
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 6
DATA DALAM SIG
Data SIG
Data Vektor
Non Topologi Topologi
Data Sederhana
Titik Garis Area
Data Tingkat Tinggi
TIN Regions Dynamic
Sgementation
Data Raster
11
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
DATA VEKTOR DALAM SIG
Data dalam SIG antara lain:
1. Data Grafis
2. Data Atrribut
Data Grafis terdiri dari Point, Line dan Poligon
Pembuatan data grafis diwajibkan untuk mengikuti aturan topologi. Topologi merupakan salah satu dari sejumlah hubungan terpenting yang dipertahankan di dalam banyak basisdata spasial.
Topologi mampu memberikan gambaran penting bagaimana kualitas dari geodatabase secara lebih realistis dalam merepresentasikan kenampakan geografis, sehingga akan didapatkan model dari dunia nyata secara akurat dan dapat mereferensikan kesatuan antar obyek di dalam geodatabase.
12
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 7
DATA TITIK (POINT)
Titik didefinisikan sebagai pasangan koordinat x dan y
tunggal di dunia nyata. Titik tidak memiliki dimensi dan
pada umumnya mewakili kenampakan yang berukuran kecil
misalnya sumur, lokasi rumah, dan titik survey.
Aturan topologi titik antara lain:
1. Titik merekam semua lokasi yang merupakan titik-titik
endpoints dan perpotongan-perpotongan garis (arc) dan
batas-batas boundary;
2. Titik berada tepat di dalam sebuah batas-batas
boundary;
3. Titik berada di dalam sebuah area;
4. Titik berada tepat sebagai titik akhir dalam sebuah garis;
dan
5. Titik berada di dalam garis. 13
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
CONTOH
DATA
TITIK
NO KOORD_X KOORD_Y ALAMAT
29 106,70838 -6,10554 Jl. Lingkungan III RT 001 RW 09
1 106,69913 -6,10518 Jl. Kampung Belakang RT 003 RW 03
5 106,70084 -6,12416 Jl. Kp. Pinggir Rawa RT 003 RW 04
7 106,70917 -6,11603 Jl. Raya Prepedan RT 002 RW 13 No. 23 Kalideres
9 106,69971 -6,09839 JL. Kp. Gaga Rawa Kompeni
15 106,71943 -6,11829 Jl. Kamal Raya No. 12 RT 001 RW 06
16 106,69857 -6,10518 Jl. Kampung Belakang RT 009 RW 05
19 106,70610 -6,09990 Jl. Puskesmas RT 011 RW 01
20 106,71475 -6,11546 Jl. Bakti Mulya No. 10 RT 005 RW 02
22 106,69971 -6,09839 JL. Kp. Gaga Rawa Kompeni
31 106,70567 -6,11175 Jl. Prepedan Raya
32 106,69846 -6,10547 Jl. Kampung Belakang rw.05
38 106,70831 -6,10007 Jl. Kebon Kalapa
14
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 8
DATA GARIS (LINE)
Line merupakan sekumpulan titik (pasangan koordinat) yang dimulai
dari suatu titik yang didefinisikan sebagai titik awal dan diakhiri oleh
titik akhir. Line mempunyai endpoint sebagai titik terujung, serta
direction sebagai arah garis yang menggambarkan gerak dari titik awal
ke titik akhir. Line juga mempunyai titik antara yag terletak di antara
titik awal dan titik akhir.
Aturan dalam topologi line adalah sebagai berikut :
1. Sebuah line berada di dalam batas toleransi dengan line terdekat;
2. Sebuah line tidak boleh memiliki duplikasi/overlap dengan line
yang lain,
3. Sebuah line yang merupakan line kontur tidak boleh saling
berpotongan
4. Line tidak boleh mimiliki dangling nodes dan pseudo nodes
5. Line tepat berada di dalam batas sebuah boundary
6. Sebuah line merupakan line tunggal untuk obyek jalan, dan
memiliki titik interseksi pada setiap pertemuan garis
15
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
DATA GARIS (LINE) …… (LANJUTAN) 1. Attribut yang digunakan pada line berisikan field-field yang menerangkan tentang
kondisi sebenarnya di lapangan. Obyek di muka bumi yang menggunakan line antara
lain : sungai, rel, jalan dan batas administrasi. Untuk obyek jalan, terdapat aturan-
aturan tambahan pada attributnya. Hal ini mengingat jalan merupakan obyek yang
dapat digunakan untuk analisis jaringan. Berikut aturan –aturan yang digunakan:
2. Terdapat kelas jalan yang menjelaskan hierarki jalan misalnya seperti contoh berikut :
a. Klas 1 : Jalan Arteri
b. Klas 2 : Jalan Kolektor
c. Klas 3 : Jalan Lokal Tingkat 1
d. Klas 4 : Jalan Lokal Tingkat 2, dst
3. Dalam attribut, terdapat field-field yang menjelaskan tentang jarak dan waktu
tempuh.
4. Pada field waktu tempuh, dibedakan antara dari ke (from to) dan ke dari (to from) yang
didefinisikan melalui satuan waktu misalnya menit. Dengan demikian maka field yang
digunakan antara lain ”FT_Minutes” dan ”TF_Minutes”
5. Untuk menjelaskan aturan lalu lintas maka dalam attribut harus terdapat field string
field ”One_Way” atau ”Oneway” yang mampu mendefinisikan kondisi-kondisi antara
lain :
a. FT atau F sebagai jalan satu arah yang searah dengan arah digitasi
b. TF atau T sebagai jalan yang berlawanan dengan arah digitasi
c. N sebagai jalan yang tidak boleh dilewati oleh kedua arah
d. Nilai lainnya sebagai jalan yang boleh dilewati oleh kedua arah
6. Bila jalan berupa overpass atau underpass maka field yang digunakan adalah
"F_ELEV" and "T_ELEV" or "F_ZLEV" and "T_ZLEV".
16
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 9
CONTOH DATA LINE
F_ID Nama Length_m FT_Minutes TF_Minutes FT_Cost TF_Cost One_way F_ZLEV T_ZLEV
1 Jl. Sudirman 6000 30 20 2000 2000 F 0 0
2 Jl. Sudirman
(Dukuh Atas)
500 5 5 2000 - F 0 0
3 Jl. Sudirman
(Semanggi)
500 5 5 2000 - T 1 1
17
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
DATA AREA (POLYGON)
Aturan-aturan topologi area atau poligon :
1. Tidak boleh ada poligon yang saling tumpang
susun (overlay);
2. Poligon tidak boleh mempunyai celah (gap)
dengan poligon lain; dan
3. Tidak boleh menyatukan 2 poligon atau lebih
yang berbeda kelas menjadi satu poligon.
18
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 10
CONTOH DATA AREA (POLYGON)
Peta Kelas Erosi
19
Peta Lahan Kritis
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
DATA RASTER
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur
matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri,
termasuk koordinatnya yang unik (di sudut grid (pojok), di
pusat grid, atau di tempat lainnya). Akurasi model data ini
sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel
grid) di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan di
dalam layers yang secara fungsionalitas direlasikan dengan
unsur-unsur petanya.
Contoh sumber-sumber entity spasial raster adalah citra
satelit (misalnya NOAA, SPOT, LandSat, IKONOS, dll), citra
radar, dan model ketinggian dijital (DEM – Digital Elevation
Model dalam model data raster).
20
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 11
STRUKTUR MODEL DATA RASTER
21
Titik asal
(origin) X max
Y max
Piksel
Kolom
Baris
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
SISTEM KOORDINAT PADA DATA RASTER
22
a
b
Titik Asal
(Xo, Yo)
Sumbu Y
Sumbu X
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 12
SISTEM KOORDINAT PADA DATA RASTER …….. (LANJUTAN)
Pada model data raster, matriks atau array diurutkan menurut
koordinat kolom (x) dan barisnya (y). Pada sistem koordinat piksel
monitor komputer, titik asal sistem koordinat (origin) raster terletak di
sudut kiri atas. Nilai absis (x) akan meningkat ke arah kanan, dan
nilai ordinat (y) akan membesar ke arah bawah (Gambar 1). Walaupun
demikian, sistem koordinat ini sering pula ditransformasikan sehingga
titik asal sistem koordinat (origin) terletak di sudut kiri bawah, makin
ke kanan nilai absisnya (x) akan meningkat, dan nilai ordinatnya (y)
makin meningkat jika bergerak ke arah atas.
Pada sistem koordinat ini, titik asal (Xo, Yo) raster terletak di titik
sudut kiri bawah. Selain itu, terdapat M kolom dan N baris sesuai
dengan arah sumbu koordinat masing-masing. Setiap piksel atau sel
grid memiliki nilai lebar a dan tinggi b. Koordinat sudut-sudut lainnya
adalah kiri-atas (Xo, Yo + N*b), kanan-bawah (Xo + M*a, Yo), dan
kanan atas (Xo + M*a, Yo + N*b). 23
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
24
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 13
HAZE (15 OCT 2006, NOAA-18)
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
25
PERBANDINGAN DATA VEKTOR DAN RASTER
26
No. Parameter Vektor Raster
1. Akurasi Akurat dan lebih presisi Sangat bergantung
dengan ukuran grid/sel
2. Atribut Relasi langsung dengan DBMS (database)
Grid/sel
merepresentasikan
atribut. Relasi dengan
DBMS tidak secara langsung
3. Kompleksitas Tinggi. Memerlukan
algortima dan proses yang sangat kompleks
Mudah dalam
mengorganisasi dan proses
4. Output Kualitas tinggi sangat
bergantung dengan
plotter/printer dan kartografi
Bergantung terhadap output printer/plotter
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 14
PERBANDINGAN DATA VEKTOR DAN RASTER…. (LANJUTAN)
27
No.
Parameter Vektor Raster
5. Analisis Spasial dan atribut
terintegrasi.
Kompleksitasnya sangat tinggi
Bergantung dengan
algortima dan mudah untuk dianalisis
6. Aplikasi dalam Remote Sensing
Tidak langsung, memerlukan konversi
Langsung, analisis
dalam bentuk citra sangat dimungkinkan
7. Simulasi Kompleks dan sulit Mudah untuk dilakukan simulasi
8. Input Digitasi, dan
memerlukan konversi dari scanner
Sangat
memungkinkan untuk
diaplikasikan dari
hasil konversi dengan menggunakan scan
9. Volume Bergantung pada
kepadatan dan jumlah verteks
Bergantung pada ukuran grid/sel
10. Resolusi Bermacam-macam Tetap
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
KARAKTERISTIK MODEL DATA RASTER
1. Resolusi
2. Orientasi
3. Zone
4. Nilai-nilai
5. Lokasi
28
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 15
1. RESOLUSI
Resolusi (spasial) dapat didefinisikan sebagai dimensi
linier minimum dari satuan terkecil geographic space
yang dapat direkam. Satuan terkecil ini umumnya
berbentuk segi empat (biasanya bujur sangkar) dan
dikenal sebagai sel-sel grid, elemen matriks, elemen
terkecil dari suatu gambar (image) atau piksel.
Resolusi suatu data raster akan merujuk pada ukuran
(atau luas) permukaan bumi yang direpresentasikan
oleh setiap pikselnya. Makin kecil ukuran atau luas
permukaan bumi yang direpresentasikan oleh setiap
pikselnya, makin tinggi resolusi spasialnya. Demikian
pula sebaliknya, makin luas permukaan bumi yang
dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, makin
rendah resolusinya 29
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
2. ORIENTASI
Orientasi di dalam sistem grid atau raster di buat untuk merepresentasikan arah utara grid. Yang paling sering dilakukan adalah dengan cara menghimpitkan arah utara grid ini dengan arah utara sebenarnya (true north) di titik asal (origin) sistem koordinat grid yang bersangkutan.
Adanya masalah perubahan atau distorsi, adalah tidak mungkin untuk mengimpitkan arah utara grid dan arah utara sebenarnya di semua titik di dalam grid tersebut. Jika suatu grid raster telah diorientasikan terhadap titik asal dan arah utara sejati, maka sistem penomoran dan satuan-satuan ukurannya dapat ditentukan
30
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 16
3. ZONE
Setiap Zone layer peta raster merupakan
sekumpulan lokasi-lokasi yang memperlihatkan
nilai-nilai (ID atau nomor pengenal yang
direpresentasikan oleh nilai piksel) yang sama.
Sebagai contoh adalah persil-persil tanah milik,
batas-batas administrasi, danau atau pulau, jenis
tanah dan vegetasi, dan sebagainya.
Tidak semua layer peta raster memiliki zone,
setiap isi sel grid dapat bervariasi secara kontinyu
di dalam daerah tertentu sehingga setiap sel
memiliki nilai yang berbeda (unik)
31
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
4. NILAI-NILAI
Nilai, dalam konteks raster, adalah item informasi
(atribut) yang disimpan di dalam sebuah layer
untuk setiap pikselnya. Piksel-piksel di dalam
zone atau area yang sejenis memiliki nilai (isi
piksel atau nomor pengenal) yang sama
32
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 17
5. LOKASI
Pada umumnya, lokasi, di dalam model data
raster, diidentifikasi dengan menggunakan
pasangan koordinat kolom dan baris (x,y).
Biasanya, lokasi-lokasi atau posisi-posisi koordinat
geografi (geodetik) yang sebenarnya di permukaan
bumi dari beberapa piksel yang terletak di sudut
citra raster (atau di titik-titik yang mudah dikenali
seperti persimpangan jalan) juga diketahui melalui
pengikatan
33
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
PERANCANGAN BASISDATA SPASIAL
Perancangan basisdata SIG diawali dengan
perencanaan basisdata yang kegiatannya meliputi
pengenalan kebutuhan mengenai data, identifikasi
data, pemutakhiran (updating) data hingga
penyimpanan data. Selain itu, perancangan juga
mencakup arsitektur dasar (perangkat keras dan
lunak SIG), estimasi penggunaan serta penentuan
lingkup ukuran sistem.
34
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u
Unipdu 5/2/2015
f.masitoh@unipdu 18
KEGIATAN
DALAM PERANCANGAN BASISDATA SPASIAL
1. Penentuan tujuan Penentuan tujuan berguna untuk : a) Mendapatkan gambaran akhir dari produk SIG, b) memberikan gambaran mengenai langkah-langkah yang harus dilewati saat proses perancangan.
2. Survey data dan perangkat SIG Survey data merupakan kegiatan penelusuran data, pengumpulan data hingga pemilihan data (akurat dan sesuai dengan tujuan)
3. Pembuatan struktur data Pembuatan struktur data akan mempermudah dalam proses perancangan dengan cara yang terencana dan sistematis. Perancang juga membuat tabel-tabel basisdata dengan mengidentifikasi subyek-subyek ayang akan digunakan dalam basisdatanya.
4. Perencanaan dan perancangan basisdata Tahap kegiatan ini merupakan kegiatan merencanakan dan pembuatan basisdata. Basisdata yang digunakan dalam SIG yaitu basisdata spasial dan basisdata non spasial.
5. Akusisi Basisdata Akusisi basisdata merupakan kegiatan koreksi pada basisdata yang telah dibuat dengan mempertimbangkan keakuratan, presisi, konsistensi, skala dan ketepatan penggunaan data dengan tetap mempertimbangkan tujuan perancangan.
35
5/2
/20
15
f.m
asito
h@
un
ipd
u